SKRIPSI ANALISIS KINERJA ARRESTER AKIBAT INDUKSI SAMBARAN PETIR OLEH MUH. PAISAL AHMAD IMAM MA’ARIF 105 82 1586 15 105 82 1560 15 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
SKRIPSI
ANALISIS KINERJA ARRESTER AKIBAT INDUKSI
SAMBARAN PETIR
OLEH
MUH. PAISAL AHMAD IMAM MA’ARIF
105 82 1586 15 105 82 1560 15
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
ANALISIS KINERJA ARRESTER AKIBAT INDUKSI SAMBARAN
PETIR
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Elektro
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik
Disusun dan diajukan oleh
MUH. PAISAL AHMAD IMAM MA‘ARIF
105 82 1586 15 105 82 1560 15
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
iii
iv
v
Muh. Paisal 1
, Ahmad Imam Ma’arif 2
1,2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Jl. ST. Alauddin NO. 259, Rapopocini, Makassar,Sulawesi Selatan, 90221,
Indonesia
*Email: [email protected]
ABSTRAK
Energi listrik sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Namun dalam
penyalurannya masih sering mengalami gangguan pada jaringan transmisi dan
distribusi yang salah satunya disebabkan oleh petir. Indonesia berada didaerah
khatulistiwa yang beriklim tropis dan kelembaban yang tinggi, sehingga
menyebabkan kerapatan sambaran petir di Indonesia jauh lebih besar dibanding
Negara lainnya. Sambaran petir dapat mengakibatkan tegangan lebih yang dapat
membahayakan isolator pada saluran serta pada peralatan listrik lainnya apabila
dibiarkan mengalir pada sistem dan tersalurkan kebeban. Oleh karena itu,
diperlukan sebuah sistem proteksi yang dapat menangani gangguan tersebut.
Salah satunya pemasangan arrester. Arrester adalah peralatan pengaman instalasi
dari gangguan tegangan lebih akibat sambaran petir maupun oleh surja hubung.
Arrester bekerja pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi umtuk
membuang muatan listrik dari surja petir dan berhenti beroperasi pada tegangan
tertentu di atas tegangan operasi agar tidak terjadi arus pada jaringan operasi.
Pada kondisi normal arrester berlaku sebagai isolasi tetapi bila timbul surja,
arrester berlaku sebagai konduktor yang berfungsi melewatkan arus yang tinggi
ketanah.
Kata Kunci : Arrester, Konduktor, Petir
vi
ABSTRACT
Electrical energy has become a basic need of the community. But in its
distribution, it still often experiences interference in the transmission and
distribution net work, one of which is caused by lightning. Indonesia is located in
the equtorial region with a tropical climate and high humidity, causing the density
of lightning strikes in Indonesia to be far greater than other countries. Lightning
strikes can result in overyoltages that can endanger insulators on the line as well
as other electrical equipment if allowed to flow in the system and channel the
load. Therefor, we need a protection system that can handle teh interference. One
of them is the installation of arresters. Arresters is an installation safety equipment
from over voltage disturbances caused by lightning strikes or by surge surges.
Arresters works at a certain voltage above the operating voltage to remove the
electric charge from lightning surges and stops operating at a certain voltage
above then operating voltage so that no current on the operating network occurs.
In normal conditions the arresters acts as insulation but when a surge arises, the
arrester acts as a conductor that functions to pass high currents to the ground.
Keywords : Arresters, Conductor, Lightning
vii
KATA PENGANTAR
Assalamulaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan
rahmat, karunia dan hidayahNya-lah sehingga kami diberikan kekuatan untuk
menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul “ ANALISIS KINERJA
ARRESTER AKIBAT INDUKSI SAMBARAN PETIR “ ini sesuai dengan apa
yang kami harapkan. Syalawat dan salam tak lupa pula kita panjatkan atas
junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah dan
rahmatanlilalamin.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
Sastra satu (S-1) pada prodi Fakultas Teknik ,Jurusan Teknik Elektro Universitas
Muhammadiyah Makassar
Skripsi ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga memperlancar penyusunannya. Oleh karena itu,
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberiakan kontribusinya selama proses penyusun skripsi ini berlangsung
hingga pengujinya , terutama kepada:
viii
1. Allah SWT Tuhan semesta alam yang senantiasa melimpahkan rahmat-nya
yang seluas langit dan bumi kepada penyusun .
2. Bapak Rizal Ahdiyat Duyo, S.T.,M.T sebagai pembimbing 1 dan Ibu
Adriani, S.T.,M.T sebagai pembimbing 2 yang telah menyediakan waktu,
tenaga, pikiran dan kesempatannya untuk memberikan arahan,petunjuk dan
bimbingannya selama penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Ir.Hamzah Ali Imran, S.T.,M.T, selaku Dekan Fakultas Teknik.
4. Bapak Amrullah Mansida, S.T.,M.T ,selaku Wakil Dekan Fakultas Teknik.
5. Ibu Adriani, S.T.,M.T, selaku Ketua Jurusan Fakultas Teknik Elektro
Fakultas Teknik.
6. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM. Sebagai Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar.
7. Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak memberikan bekal ilmu yang tidak
terbatas selama perkuliahan di Universitas Muhammadiyah Makassar.
8. Seluruh staf dan karyawan se-Fakultas Teknik yang telah memberikan
pelayanan yang maksimal dari awal semester hingga proses pembukuan
skripsi ini.
9. Sahabat- sahabat seperjuangan Asdar, Agus, Eko, Erwin, Ogi dan Rislam yang
selalu memberikan semangat dan hiburan ketika penulis mengalami kejenuhan
saat penulisan skripsi ini.
10. Semua yang sekarang menjadi masa lalu terima kasih karena kepergian kalian
telah menjadi sebuah motivasi untuk kami harus menyeselesaikan penulisan
skripsi ini. Tetap jaga kesehatan karena kalian harus melihat kesuksesan kami
ix
kedepannya. Dan semoga amal ibadah kalian selalu diterima oleh Sang
Pencipta.
11. Teman-Teman kelas angkatan 2015 Khususnya dan Teman-Teman REAKSI
angkatan 2015 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar atas
kebersamaannya selama ini.
12. Dan yang terakhir, terspesial untuk kedua orang tua kami dirumah dan
keluarga yang tak berhenti-hentinya memanjatkan do’a ,memberikan kasih
sayang, motivasi dan berkorban baik dari segi moral dan materal dalam
mendukung penyusun dalam menyelesaikan studi dengan baik di Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
terdapat kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa serta
tekhnik penyajian dalam skripsi ini.
Maka dari itu dengan tangan terbuka kami menerima segala bentuk
kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca agar dapat memotivasi
kami kedepannya dalam penyusunannya lain yang lebih baik.
Akhirul kalam, semoga skripsi ini dapat membantu menambah khasanah
ke-ilmuan yang bermanfaat bagi pembaca. Billahi fisabilhaq fastabiqul
khaerat,Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Penyusun
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETEJUAN ............................. Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN .............................. Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ......................................................... xiv
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 2
C. TUJUAN PENELITIAN .............................................................................. 2
D. BATASAN MASALAH .............................................................................. 3
E. MANFAAT PENELITIAN .......................................................................... 3
F.SISTEMATIKA PENULISAN ..................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................. 5
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5
A. TEGANGAN LEBIH SURJA PETIR ......................................................... 5
1. Umum ...................................................................................................... 5
2. Proses Terjadinya Petir ............................................................................. 7
3. Tahapan Sambaran Petir ........................................................................... 9
xi
4. Gelombang Berjalan Pada Saluran Udara ................................................ 11
5. Gangguan Sambaran Petir Pada Saluran Distribusi Tegangan Menengah 12
B. PROTEKSI JARINGAN ........................................................................... 13
C. ARRESTER .............................................................................................. 14
1. Pengertian Arrester ................................................................................. 14
2. Prinsip Kerja Arrester ............................................................................. 16
3. Bagian-Bagian Arrester : ........................................................................ 17
4. Jenis-Jenis Arrester ................................................................................. 18
a. Arrester Ekspulsi..................................................................................... 18
b. Arrester Katup ........................................................................................ 20
5. Menetukan Arus Pelepasan Impuls dari Arrester ..................................... 21
D. ISOLASI PERALATAN LISTRIK............................................................ 26
1. Bahan dan Jenis Isolasi ........................................................................... 26
2. Peristiwa Tembus Pada Bahan Isolasi ..................................................... 27
3. Karakteristik Isolasi Peralatan Listrik ...................................................... 28
4. Tingkat Isolasi Dasar (TID) .................................................................... 29
BAB III ............................................................................................................. 30
METODE PENELITIAN ................................................................................... 30
A. JENIS PENELITIAN ................................................................................ 30
B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN ................................................... 30
C. TAHAPAN PENELITIAN ........................................................................ 30
D. STUDI LITERATUR ................................................................................ 31
E. ANALISA DATA ...................................................................................... 31
E. LANGKAH PENELITIAN ........................................................................ 36
BAB IV ............................................................................................................. 37
xii
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 37
A. ANALISIS LIGHTNING ARRESTER ...................................................... 37
B. DATA TEKNIK ARRESTER TERPASANG ............................................ 39
C. PERKIRAAN BESARNYA TEGANGAN PENGENAL LIGHTNING
ARRESTER ................................................................................................... 40
D. PEMILIHAN ARUS PELEPASAN IMPULS DARI LIGHTNING
ARRESTER ................................................................................................... 40
E. FAKTOR PERLINDUNGAN .................................................................... 42
F. ANALISIS PENEMPATAN DAN PENYAMBUNGAN ARRESTER....... 42
BAB V .............................................................................................................. 45
PENUTUP ......................................................................................................... 45
A. KESIMPULAN ............................................................................................. 45
B. SARAN ..................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Muatan sepanjang pinggir awan menginduksikan muatan lawan
Pada bumi................................................................................................................8
Gambar 2.2 Lidah petir menjalar ke bumi.............................................................8
Gambar 2.3 Kilatan sambaran balik dari bumi ke awan.......................................9
Gambar 2.4 Kumpulan muatan pada saluran distribusi........................................9
Gambar 2.5 Bagian-bagian Arrester....................................................................17
xiii
Gambar 2.6Arrester jenis ekspulsi......................................................................20
Gambar 3.1 Skema penelitian...............................................................................30
Gambar 3.2Flowchart langkah penelitian............................................................36
Gambar 4.2 Gardu distribusi….............................................................................37
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Transformator................................................................................31
xiv
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
FCO : Fuse Cut Out sebagai pemutus pda peralatan listrik yang berbeban pada
jaringan distribusi.
PBO : Pemutus Balik Otomatis adalah sebagai saklar pemuutus tegangan
otomatis, untuk pemasangan PBO dipasang pada saluran utama dan saklar seksi
otomatis dipasang pada pencabangan.
LA : Lightning Arrester ini berfungsi sebagai pelindung bagi peralatan listrik
apabila terjadi gangguan sambaran petir.
BIL : Basic Insulation Level adalah daya tahan terhadap tegangan impuls yang
standar gelombangnya yaitu 1,250 µs dan masih bisa daoat ditahan isolasi dari
peralatan listrik dan mempunyai ketahanan impuls sama dengan tinggi dari BIL
tersebut..
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di zaman modern sekarang ini, kebutuhan energi listrik semakin
meningkat sejalan dengan berkembangnya teknologi. Tenaga listrik juga sudah
menjadi kebutuhan utama masyarakat. Di Indonesia sendiri satu-satunya
perusahaan yang bergerak dibidang penyaluran tenaga listrik dan harus mampu
menjaga ketersediaan listrik ke seluruh wilayah adalah PT. PLN (Persero). Tetapi
dalam sistem penyaluran tenaga listrik ke setiap wilayah pada jaringan transmisi
dan distribusi tidak lepas dari adanya gangguan yang dapat mengganggu proses
penyaluran, baik itu gangguan dari dalam atau gangguan dari luar.
Gangguan yang terjadi dalam sistem penyaluran tenaga listrik salah satu
penyebabnya adalah petir. Hal ini dikarenakan letak Indonesia pada daerah
khatulistiwa dengan iklim tropis dan kelembaban yang tinggi, sehingga
menyebabkan kerapatan sambaran petir di Indonesia jauh lebih besar
dibandingkan negara lainnya.
Terdapat dua macam sambaran petir, yaitu sambaran petir langsung (direct
stroke) dan sambaran petir tidak langsung (indirect stroke). Sambaran petir
langsung terjadi apabila petir menyambar langsung kawat fasa atau kawat
pelindungnya. Sedangkan sambaran petir tidak langsung terjadi apabila petir
menyambar objek di dekat saluran. Sambaran petir dapat menyebabkan kegagalan
pada isolator, tegangan lewat denyar (backflashover) dan tegangan induksi.
Sambaran petir yang mengenai sistem tenaga listrik akan menimbulkan tegangan
2
lebih, baik sambaran secara langsung maupun tidak langsung. Tegangan lebih ini
dapat membahayakan isolator pada saluran serta peralatan-peralatan listrik lainnya
apabila dibiarkan mengalir pada sistem dan tersalurkan ke beban. Oleh karena itu,
diperlukan sebuah sistem proteksi yang dapat menangani gangguan tersebut.
Salah satu perlindungannya adalah dengan pemasangan arrester.
Arrester memiliki kemampuan mengamankan peralatan listrik dari
gangguan surja petir. Alat pengamanan ini memiliki nilai tahanan yang tidak
linear pada setiap tingkat tegangan dan arus. Kinerja arrester terutama dalam
merespon tegangan lebih yang datang pada terminalnya. Oleh sebab itu sangat
penting untuk mengetahui cara kerja arrester dalam merespon tegangan lebih
dengan berbagai macam muka gelombang (wave front).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kerja arrester ketika menerima induksi sambaran petir terhadap
konduktor?
2. Bagaimana pengaruh penempatan arrester terhadap efektivitas kinerja
peralatan listrik?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui kerja arrester ketika menerima induksi sambaran petir
terhadap konduktor
2. Untuk mengetahui pengaruh penempatan arrester terhadapap efektivitas kinerja
peralatan listrik.
3
D. BATASAN MASALAH
1. Penulisan proposal ini hanya berfokus pada optimasi kerja arrester terhadap
peralatan listrik ketika menerima induksi sambaran petir.
E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang didapat dari penelitian ini yaitu :
1. Dapat mengetahui kinerja arrester dalam melindungi peralatan listrik dari
induksi sambaran petir.
F.SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan skripsi sebagai tuga akhir ini terdiri dari atas 3
bagian yaitu:
1.Bagian Awal
Bagian ini berisi sampul dan halamam judul, lembar persetujuan,lembar
pengesahan,abstrak,kata pengantar,daftar isi, daftar gambar,daftar tabel, dan juga
daftar istilah dan singkatan yang termuat dalam skripsi ini.
2. Bagian isi
Bagian isi terdiri atas,
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan skripsi ini,rumusan masalah,tujuan
penelitian,manfaat penelitian,batasan masalah,dan juga sistematika penulisan
skripsi ini.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini diuraikan teori-teori yang berkaitan erat degan topik yang mejadi
bahasan penelitian. Teori yang dikaji menyangkut sistem yang akan
4
dikembangkan.target yang di dapat dari Tinjauan teori ini adalah batasan sistem
yang akan di kembangkan berdasarkan teori yang ada.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang waktu dan tempat dilakukannnya penelitian yang menjadi
topic utama dalam skripsi ini, selain itu terdapat pula data parameter dan variable
yang digunakan dalam penelitian, skema penelitian, langkah-langkah yang
dilakukan peneltian serta jadwal pelaksanaan penelitian dalam waktu-waktu
tertentu.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi rincian lengkap tentang hasil dan pembahasan serta berisis analisa
data dari hasil penelitian yang telah dilakukan dilapangan.
BAB V : BAGIAN PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran dari penyelesaian penyusunan skripsi yang telah
dibuat.
3. Bagian akhir
Berisi daftar pustaka yang menjadi rujukan untuk dikutip dalam skripsi ini,
sebagai bukti bahwa skripsi ini dibuat berdasarkan studi analisis terhadap sumber-
sumber yang telah dikutip isinya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEGANGAN LEBIH SURJA PETIR
1. Umum
Listrik adalah salah satu bentuk energi. Banyak peristiwa-peristiwa listrik
terjadi diseluruh alam ini, diantaranya adalah petir. Petir merupakan bunga api
listrik tegangan tinggi yang terjadi di atmosfer bumi,yang sebenarnya adalah
pembebasan muatan listrik. Salah satu sifat dari muatan listrik adalah saling tarik
menarik antara muatan positif dan negatif. Sifat ini digunakan untuk memahami
proses terjadinya petir dan upaya untuk memperkecil bahaya sabaran petir dengan
menggunakan penangkal petir yang sesusai.
Petir merupakan fenomena alam yang sudah diteliti oleh manusia selama
ratusan tahun. Petir atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada
musim penghujan dimna di langit muncul kilatan cahaya sasaat yang menyilaukan
dan biasanya disebut kilat yang beberapa saat kemudian disusul dengan suara
menggelegar sering disebut guruh. Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan
adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya. Penelitian
mengenai petir telah lama dilakukan, tetapi masih ada beberapa bagian yang
belum dapat dijelaskan secara ilmiah yang dianggap sebagai misteri alam.
Menurut Maruli Ch. Barasa dkk (2017) dalam pengoperasian sistem
tenaga listrik perlu perhatian khusus pada sistem proteksi terhadap tegangan lebih.
Tegangan lebih adalah tegangan yang hanya dapat ditahan untuk waktu yang
terbatas.
6
Tegangan lebih berdasarkan sumbernya, ditimbulkan oleh :
a. Tegangan lebih petir (lightning over voltage) pada peralatan listrik baik
sambaran langsung, tidak langsung maupun secara induksi.
b. Tegangan lebih surja hubung (switching over voltage) baik akibat operasi
penutupan maupun operasi pembukaan saklar.
c. Tegangan lebih sementara (temporary over voltage) disebabkan gangguan
di sistem.
Untuk bentuk gelombang dari tegangan lebih akibat surja petir dan surja
hubung merupakan tegangan yang naik dalam waktu singkat sekali disusul dengan
penurunan yang lebih lambat.
Petir adalah salah satu peristiwa alam, yang berupa pelepasan muatan
listrik dengan arus yang cukup tinggi dan bersifat transient (singkat) yang terjadi
di atmosfer. Penyebab adalah berkumpulnya ion bebas bermuatan positif (+) dan
negative (-) di atmosefer khususnya di awan Cumulonimbus (CB). Ion listrik
tersebut dihasilkan oleh gesekan antara partikel uap air di awan dan juga kejadian
ionisasi ini disebabkan oleh perubahan bentuk air mulai dari cair menjadi gas
atau sebaliknya, bahkan padat (es) menjadi cair. Besarnya energi dari pelepasan
muatan tersebut menimbulkan terjadinya guntur atau halilintar yaitu rentetan
cahaya, panas dan bunyi yang sangat kuat. Ketika akumulasi muatan listrik dalam
awan tersebut telah membesar dan stabil maka lompatan listrik yang terjadi
tersebut akan merambah ke massa bermedan listrik lainnya. (M. Husni. 2012).
7
2. Proses Terjadinya Petir
Petir merupakan gejala alam yang biasa kita analogikan dengan sebuah
kapasitor raksasa dimana lempeng pertama awan (biasa lempeng negatif atau
lempeng positif) dan lempeng kedua adalah bumi (dianggap netral). Seperti
diketaui kapasitor adalah sebuah komponen pasif pada rangkaian listrik yang bisa
menyimpan energi listrik (energy storage). Petir dapat juga terjadi dari awan ke
awan (intercloud), dimana salah satu awan bermuatan positif dan awan lainnya
bermuatan negatif.
Awan terdiri dari daerah bermuatan positif dan negatif. Pusat-pusat
muatan ini menginduksikan muatan berpolaritas berlawanan ke awan terdekat
atau ke bumi. Gradien potensial di udara antara pusat-pusat muatan di awan atau
antara awan dan bumi tidak seragam tapi gradient tersebut timbul pada bagian
konsentrasi muatan tinggi. Ketika gradient tegangan tinggi pada titik konsentrasi
muatan dari awan melebihi harga tembus udara yang terionisasi, maka udara di
daerah konsentrasi tekanan tinggi mengionisasi atau tembus (breakdown).
Muatan dari pusat muatan mengalir ke dalam kanal terionisasi,
mempertahankan gradient tegangan tinggi pada ujung kanal dan melanjutkan
proses tebus listrik. Sambaran petir ke bumi mulai ketika suatu muatan sepanjang
pinggir awan menginduksikan suatu muatan awan ke bumi seperti gambar di
bawah ini
8
Gambar 2.1 Muatan sepanjang pinggir awan menginduksikan muatan lawan pada
bumi
Kemudian akan timbul lidah petir arah bawah meyebar dari awan ke bumi
seperti terlihat pada gambar
Gambar 2.2 Lidah petir menjalar ke bumi
Begitu lidah petir mendekati bumi, sambaran ke arah atas terbentuk,
biasanya dari titik tertinggi disekitarnya. Bila lidah petir ke arah atas dan ke arah
bawah bertemu seperti terlihat pada gambar, suatau hubungan awan ke bumi
terbentuk dan energi muatan awan dilepaskan ke dalam tanah.
9
Gambar 2.3 Kilatan sambaran balik dari bumi ke awan
Muatan-muatan dapat terinduksi ke jaringan listrik yang ada disekitarnya
sambaran petir ke tanah. Walaupun muatan awan dan bumi dinetralisir seperti
gambar
Gambar 2.4 Kumpulan muatan pada saluran distribusi
3. Tahapan Sambaran Petir
Pada saat gradien tegangan di awan melebihi harga tembus udara yang
terionisasi, terjadilah pilot streamer yang menentukan arah perambatan muatan
dari awan ke udara yang ionisasinya rendah, hal ini diikuti oleh adanya cahaya.
Kemudian gerakan pilot streamer yang diikuti dengan lompatan-lompatan
titik-titik cahaya yang dinamakan stepped leader (diterangkan pada gambar ).
10
Arah setiap stepped leader berubah-ubah dimana ia mencari udara yang
mempunyai kekuatan dialektrik yang paling rendah untuk dilalui sehingga secara
keseluruhan jalannya tidak lurus dan patah-patah. Setiap sambaran petir bermula
dari suatu lidah petir (stepped leader) yang bergerak naik turun (down leader) dari
awan bermuatan. Panjang stepped leader kurang lebih 50µs (30-125µs), dari
waktu kewaktu dalam perambatannya ini stepped leader mengalami percabangan
sehingga terbentuk lidah petir yang bercang-cabang.
Ketika leader bergerak mendekati bumi, akan terdapat beda potensial yang
makin tinggi antara ujung stepped leader dengan bumi sehingga terbentuklah
pelepasan muatan mula yang berasal dari bumi atau obyek pada bumi yang
bergerak ke atas menuju ujung stepped leader. Pelepasan muatan mula ini disebut
upward streamer. Apabila upward streamer telah masuk dalam zona jarak
sambaran (striking distance, terbentuklah petir penghubung (connenting leader)
yang menghubung ujung stepped leader dengan obyek yang disambar
(diterangkan pada Gambar). Setelah itu timbullah sambaran balik (return strike)
yang bercahaya sangat terang bergerak dari obyek yang menuju awan dan
kemudian melepaskan muatan di awan (diterangkan pada Gambar).
Jalur yang ditempuh oleh return srike sama dengan jalur turunnya stepped
leader, hanya arahnya berbeda. Setelah itu terjadi juga sambaran susulan
(subsequent strike) dari awan menuju bumi akibat belum pulihnya udara yang
menjadi tempat tempat jalannya sambaran pertama. Sambaran susulan tidak
memiliki percabangan dan bisa disebut lidah panah (dart leader). Pergerakan dart
leader ini sekitar 10 kali lebih cepat dari leader yang pertama (first strike).
11
4. Gelombang Berjalan Pada Saluran Udara
Sampai saat ini sebab-sebab dari gelombang berjalan yang diketahui
adalah
Sambaran kilat secara langsung pada kawat.
Sambaran kilat tidak langsung pada kawat (induksi).
Operasi pemutusan (switching operation)
Busur tanah (arching grounds)
Gangguan-gangguan pada sistem oleh berbagai kesalahan.
Tegangan mantap sistem.
Dari sudut energi, dapat dikatakan bahwa surja pada kawat disebabkan
oleh penyuntikan energi secara tiba-tiba pada kawat. Energi ini merambat pada
kawat yang terdiri dari arus dan tegangan.
Kecepatan merambat gelombang berjalan tergantung dari konstanta-
kosntanta kawat. Pada kawat di udara, kecepatan merambat ini kira-kira 300m/µs,
jadi sama dengan kecepatan cahaya. Pada kabel tanah kira-kira 150 m/µs.
Bila gelombang mencapai titik peralihan dikontinuisitas akan terjadi
perubahan-perubahan pada gelombang tersebut sehingga terdapat sedikit
perbedaan dengan gelombang asal.
a. Kecepatan merambat
Kecepatan merambat gelombang berjalan pada kawat udara sama dengan
kecepatan cahaya dalam hampa udara, yakni sebesar 300cm/s. Sedangkan
untuk kabel konduktor padat dengan jari-jari r dan isolasi pembungkus
12
berjari-jari R serta permitivitas E, maka cepat rambat gelombang pada kabel
menjadi,
3.1010
∈cm/s ........................................................................................................(2.1)
Untuk kabel-kabel yang tersedia, umumnya harga E=2,5-4
Jadi kecepatan merambat dalam kabel kira-kira ½ sampai ⅔ dari kecepatan
cahaya.
b. Impedansi surja
Untuk hantaran udara :
𝑧 = 60 𝑙𝑛2ℎ
𝑟 𝑜ℎ𝑚 .............................................................................................(2.2)
Sedangkan unutuk kabel :
𝑧 =60
∈𝑙𝑛𝑅
𝑟
..........................................................................................................(2.3)
Besar impedansi surja untuk kawat udara = 400-600 ohm dan untuk kabel
= 5 – 60 ohm.
5. Gangguan Sambaran Petir Pada Saluran Distribusi Tegangan Menengah
Bila petir mengenai langsung ke penghantar SUTM, kemungkinan besar
penghantar tersebut akan putus karena gelombang petir yang menimbulkan
tegangan impuls melebihi BIL (Basic Insulation Level) dari penghantar. Kalau
petir yang mengenai SUTM sambaran langsung tetapi induksi dari petir, gerak
dari gelombang petir itu menjalar ke segala arah dengan perkataan lain terjadi
gelombang berjalan sepanjang jaringan yang menuju suatu titik lain yang dapat
menetralisir arus petir tersebut yaitu menuju ke titik pentanahan.
Menurut Ibnu Hajar & Eko Rahman (2017) sambaran petir terdiri dari :
13
a. Sambaran langsung
Sambaaran langsung adalah sambaran petir kea arah fasa konduktor dan
penunjang fasa konduktor (tiang). Tetapi, yang sering terjadi adalah sambaran
petir yang langsung menuju fasa konduktor dari sitem tenaga. Hal ini disebabkan
oleh kemungkinan (probabilitas) dari sambaran petir menuju ke fasa konduktor
lebih besar.
b. Sambaran tidak langsung
Sambaran tidak langsung adalah peristiwa sambaran petir yang terjadi di
dekat sistem tenaga. Sambaran tersebut dapat berupa sambaran petir dari awan ke
tanah ataupun sambaran petir dari awan ke awan. Biasanya sambaran petir ini
lebih berpengaruh pada saluran tegangan menengah dibandingkan dengan saluran
tegangan tinggi. Akibatnya adanya sambaran ini, akan timbul medan
elektromagnetik yang dapat menginduksikan tegangan pada saluran sistem tenaga.
B. PROTEKSI JARINGAN
Tujuan dari suatu sistem proteksi pada saluran udara tegangan menengah
(SUTM) adalah mengurangi sejauh mungkin pengaruh gangguan pada penyaluran
tenaga listrik serta memberikan perlindungan yang maksimal bagi operator,
lingkungan dan peralatan dalam hal ini terjadinya gangguan yang menetap
(permanen). Sistem proteksi pada SUTM memakai :
1. Relai hubung tanah dan relai hubung singkat fasa-fasa kemungkinan
gangguan penghantar dengan bumi dan antar penghantar.
2. Pemutus Balik Otomatis (PBO) (Automatic Recloser), Saklar Seksi Otomatis
(SSO) (Automatic Sectionaizer). PBO dipasang pada saluran utama,
14
sementara SSO dipasang pada saluran pencangan sedangkan di Gardu Induk
dilengkapi dengan auto reclosing realy.
3. Lightning Arrester (LA) sebagai pelindung kenaikan tegangan peralatan
akibat surja petir. Lightning Arrester dipasang pada tiang awal/tiang akhir,
kabel Tee-Off (TO) pada jaringan dan gardu transformator serta pada isolator
tumbu.
4. Pembumian bagian konduktif terbuka dan bagian konduktif extra pada tiap-
tiap 4 tiang atau pertimbangan lain dengan nilai pertahanan tidak melebihi 10
Ohm.
5. Kawat tanah (shield wire) untuk mengurangi gangguan akibat sambaran petir
langsung. Instalasi kawat tanah dapat dipasang pada SUTM di daerah padat
petir yang terbuka.
6. Pengunaan Fused Cut-Out (FCO)pada jaringan pencabangan.
7. Penggunaan sela tanduk (arcing horn).
C. ARRESTER
1. Pengertian Arrester
Salah satu usaha memperkecil terjadinya gangguan internal maupun
eksternal untuk mencegah kerusakan pada peralatan akibat sambaran petir adalah
pemasangan arrester. Arrester adalah peralatan pengaman instalasi dari gangguan
tegangan lebih akibat sambaran petir (Ligthning Surge) maupun oleh surja hubung
(Switching Surge). Arrester berfungsi sebagai alat untuk melindungi isolasi atau
mengamankan instalasi (peralatan listrik pada instalasi) dari gangguan tegangan
lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir atau tegangan transient yang tinggi
15
dari suatu penyambung atau pemutusan rangkaian, alat ini bersifat sebagai by-
pass di sekitar isolasi yang membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus kilat ke
sistem pentanahan sehingga menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan tidak
merusak isolasi peralatan listrik. By-pass ini harus sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu aliran daya ke konsumen. ( Cecillia Stevanny & Fri Murdiya, 2017)
Menurut Kujoyo (2014) arrester petir meiliki kemampuan mengamankan
perlatan listrik dari gangguan surja petir. Alat pengaman ini memiliki nilai
tahanan yang tidak linier pada setiap tingkat tegangan dan arus. Kinerja arrester
sangat dipengaruhi oleh karakteristik arrester terutama dalam merespon tegangan
lebih yang datang pada terminalnya. Oleh sebab itu sangat penting untuk
mengetahui untuk kerja arrester, dalam merespon (menanggapi) tegangan lebih
dengan berbagai macam muka gelombang (wave front). Disamping itu perlu
diketahui juga nilai tegangan residu arrester, karena impuls merupakan ancaman
yang membahayakan bagi peralatan listrik apabila besarnya melibihi BIL
peralatan yang dilindungi.
Dalam sistem tenaga listrik arrester merupakan kunci koordinasi isolasi.
Saat surja (suerg) tiba di gardu induk kemudian arrester akan melepaskan muatan
listrik dan tegangan abnormal yang akan mengenai gardu induk dan peralatannya
akan berkurang. Setelah surja (petir dan hubung) dilepaskan melalui arrester
masih terdapat arus mengalir dikarenakan tegangan sistem yang disebut sebagai
arus dinamik atau arus susulan (follow current). Arrester harus memiliki
ketahanan termis yang cukup terhadpan energi dari arus susulan tersebut, serta
harus mampu memutuskannya.
16
2. Prinsip Kerja Arrester
Lightning Arrester bekerja pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi
untuk membuang muatan listrik dari surja petir dan berhenti beroperasi pada
tegangan tertentu di atas tegangan operasi agar tidak terjadi arus pada jaringan
operasi.
Pada prinsipnya arrester membentukjalan yang mudah dilalui oleh petir,
sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan . Pada kondisi
normal arrester berlaku sebagai isolasi tetapi bila timbul surja, arrester berlaku
sebagai konduktor yang berfungsi melewatkan aliran arus yang tinggi ke tanah.
Setelah surja menghilanhg arrester harus membuka dengan cepat
kembali,sehingga pemutus daya tidak sempat terbuka.
Pada saat terjadi gangguan tegangan lebih akibat surja petir, maka harga
tehanan dari arrester akan naik dengan cepat jika tegangan dan arus naik.
Tegangan sisa (Residual Voltage atau tegangan yang timbul diantara terminal
arrester pada saat terjadinya tembus tegangan ) akan dibatasi walaupun arus yang
mengalir cukup besar. Sebelum tegangan terpa mencapai trafo, dalam waktu ±
0,25 µdet tegangan terpa akan mencapai harga tegangan terpa mencapai harga
tegangan kerja dari arrester, sehingga arrester bekerja. Tegangan terpa yang naik
dengan cepat ini menyebabkan energi. Tegangan terpa yang naik dengan cepat ini
menyebabkan energi terpa dilepas ke tanah, dengan demikian tegangan terpa yang
masuk ke peralatan yang dilindungi sudah tidak membahayakan sistem. (Maruli
Ch. Barasa dkk. 2017)
17
3. Bagian-Bagian Arrester :
a. Elektroda
Elektroda adalah terminal dari lighting arrester yang dihubungkan dengan
bagian yang bertegangan dibagian atas dan elektroda bawah dihubungkan dengan
tanah.
b. Sela percikan (spark-garp)
Apabila terjadi tegangan lebih oleh sambaran petir atau surja hubung pada
lighting arrester yang terpasang, maka pada sela percikan (spark-gap) akan
terjadi loncatan bunga api. Pada beberapa tipe lighting arrester busur api yang
terjadi tersebut ditiup keluar oleh tekanan gas yang ditimbulkan oleh tabung fiber
yang terbakar.
c. Tahanan katup (Valpe resistor)
Tahanan yang diperlukan dalam lighting arrester ini adalah suatu jenis
material yang sifat tahanannya dapat berubah bila mendapat perubahan tegangan.
Gambar 2.5 Bagian-bagian Arrester
18
4. Jenis-Jenis Arrester
a. Arrester Ekspulsi
Arrester jenis ekspulsi digunakan pada sistem tenaga listrik bertegangan
hingga 33 kV. Kontruksinya di perlihatkan pada gambar. Arrester ini mempunyai
dua sela luar dan sela dalm. Sela dalam ditempatkan di dalam tabung serat (fiber),
elektroda sela dalam yang dibumikan dibuat berbentuk pipa. Keberadaan dua
pasang elektroda ini mebuat arrester mampu memikul tegangan tinggi frekuensi
daya tanpa menimbulkan korona dan arus bocor ke tanah. Tegangan tembus sela
luar dibuat lebih rendah dari pada tegangan lompatan api isolator pendukung sela
luar. Demikian juga tegangan tembus sela dalam dibuat lebih rendah daripada
tegangan lompatan api tabung serat.
Bila pada terminal arrester tiba suatu tegangan impuls petir, maka sela
dalam dan sela dalam dan sela luar sama-sama terpercik, sehingga arus petir
mengalir ke tanah. Arus petir menilbulkan busur api pada kedua sela. Karena arus
petir berlangsung dalam tempo mikrosekon, maka energi panas yang terjadi pada
busur api relatif rendah. Setelah arus petir menjadi nol, mengalir arus susulan
yang ditimbulkan tegangan frekuensi daya. Karena arus susulan berlangsung
dalam tempo milisekon, maka energi panas yang terjadi pada busur api relatif
besar. Panas pada busur api didisipasikan ke tabung serat. Akibatnya, bahan
organic pada permukaan dalam tabung serat menguap dan menghasilkan gas
bertekanan tinggi. Gas tersebut terdorong keluar dari lubang pipa elektroda sela
dalam yang dibumikan. Gas ini mendinginkan busur api pada sela dalam,
sehingga menimbulkan deionoisasi. Arus susulan merupakan arus sinusoidal.
19
Artinya, dalam satu periode, arus susulan dua kali bernilai nol. Ketika arus
susulan mencapai nol, busur api mengecil, dan pada saat itulah busur api
dipadamkan oleh gas yang diproduksi tabung serat. Jika busur api sudah padam,
maka arus susulan tidak berlanjut lagi. Arus susulan paling lama bertahan selama
dua periode, tapi biasanya sudah padam dalam waktu setengah periode arus
susulan.
Kemampuan gas memadamkan busur api bergantung kepada besarnya
energi panas busur api. Energi panas busur api bergantung kepada besar arus
susulan yang mengalir pada arrester, sedangkan besar arus susulan bergantung
kepada tegangan sistem dan parameter impedansi sistem. Jika arus susulan besar,
busur api yang ditimbulkan juga besar, sehingga gas yang diproduksi serat tidak
mampu lagi memadamkan busur api tersebut. Akibatnya, arus susulan tetap
berlanjut. Maka, pamakaian arrester ini terbatas hanya pada sistem kapasitas daya
hubung singkatnya rendah, umumnya pada sistem yang bertegangan sampai 33
kV. Arrester ini dapat digunakan untuk melindungi transformator distribusi
bertegangan 3-15 kV, tetapi belum memadai untuk melindungi transformator
distribusi daya. Arrester ini juga dapat digunakan pada saluran transmisi unutuk
mengurangi besar tegangan impuls petir yang masuk ke gardu induk.
20
Gambar 2.6 Arrester jenis ekspulsi
b. Arrester Katup
Alat pengaman arrester jenis katup ini terdiri dari sebuah celah api (spark
grap) yang dihubungkan secara seri dengan tahanan nono linear atau tahanan
katup (valve resistor). Dimana ujung dari celah api dihubungkan dengan kawat
fasa, sedangkan ujung dari tahan katup dihubungkan ke ground. Saat terjadi
tegangan lebih maka pada celah api akan terjadi percikan yang akan menyebabkan
timbulnya bunga api (arc). Api
percikan ini timbul tersu menerus walaupun tegangan lebihnya sudah tidak
ada. Untuk menghentikan percikan bunga api pada celah api tersebut, maka
resistor non linear akan memadamkan percikan bunga api tersebut. Nilai tahanan
non linear ini akan turun saat tegangan lebih besar. Tegangan lebih mengkibatkan
penurunan secara drastis nilai tahanan katup, sehingga tegangan jatuhnya dibatasi
walaupun arusnya besar.
21
Arrester katup ini bagi menjadi 4 jenis, yaitu :
1) Arrester katup jenis gardu
Arrester katup jenis gardu adalah yang paling efisien dan juga paling mahal.
Umumnya. Dipakai untuk melindungi alat-alat yang mahal pada rangkaian-
rangkaian muali dari 2400 volt sampai 287 kV.
2) Arrester katup jenis saluran
Arrester katup jenis saluran ini lebih murah dari arrester jenis gardu, arrester
jenis saluran ini dipakai untuk melindungi transformator dan pemutus daya
serta dipakai pada sistem tegangan 15 kV sampai 69 kV.
3) Arrester katup jenis gardu untuk mesin-mesin
Arrester jenis gardu ini khusus untuk melindungi mesin-mesin berpitar.
Pemakainnya untuk tegangan 2,4 kV sampai 15 kV.
4) Arrester katup jenus distribusi untuk mesin-mesin
Arrester karup jenis distribusi ini khusus untuk melindungi mesin-mesin
berputar seperti di atas dan juga melindungi transformator dengan pendingin
udara tanpa minyak. Arrester jenis ini dipakai pada peralatan dengan
tegangan 120 volt sampai 750 volt. Menentukan Perkiraan Besar Tegangan
Pengenal Arrester
5. Menetukan Arus Pelepasan Impuls dari Arrester
Dalamm menentukan arus pelepasan impuls dari arrester sewaktu melepas
arus surja petir dapat digunakan rumus sebagai berikut :
𝐼𝛼 =2𝑢𝑑−𝑈∝
𝑍𝑠 ....................................................................................................... (2.4)
22
Dimana :
Iα = arus pelepasan arrester
Ud = Tegangan gelombang dating
Zs = Impedansi surja saluran dating
Ua = Tegangan kerja/ sisa
Besar tegangan gelombang datang diperoleh dari FOV (Flashover Voltage)
dengan mengetahui rancangan isolator saluran.
a. Menentukan Tegangan Pelepasan Arrester
Tegangan pelepasan (tegangan kerja ) bergantung pada arus pelepasan
arrester (Ia) dan kecuraman arus (di/dt) yang masuk peralatan. Teganga pelepasan
ini adalah karakteristik yang paling penting dari arrester untuk perlindungan
peralatan. Selain itu, tegangan kerja ini menentukan tingkat perlindungan arrester
apabila tegangan kerja arrester berada TID peralatan yang dilindungi dengan
faktor keamanan yang cukup perlindungan peralatan yang optimum dapat dicapai.
b. Faktor Perlindungan dari Arrester
Faktor perlindungan lightning arrester adalah perbandingan antara selisih
tegangan tingkat isolasi dasar peralatan (TID) yang dilindungi dengan tingkat
perlindungan (TP) dari arrester terhadap tingkat perlindungan dari arrester. Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut.
𝐹𝑃 = 𝑇𝐼𝐷−𝑇𝑃
𝑇𝑃 × 100 ...................................................................................... (2.5)
Tingkat perlindungan arrester dengan memperhatikan kawat penghubung toleransi
pabrik ditambahkan 10 % sehingga :
TP (Tingkat Perlindungan) = Va ×10% ............................................................ (2.6)
23
Dimana :
FP = Faktor Perlindungan
TID = Tingkat Isolasi Dasar
TP = Tingkat Perlindungan
Faktor tingkat perlindungan dari arrester adalah harga puncak tegangan
yang terjadi pada terminall arreseter saat kondisi kerja, yaitu pada saat
menyalurkan arus surja ke tanah. Ada dua harga yang biasa dipertimbangkan
sebagai harga tingkat perlindungan impuls dan tegangan arrester. Dalam
menentukan tingkat perlindungan peralatan yang akan dilindungi oleh arrester
umumya diambil harga 10% lebih tinggi dari tegangan pelepasan arrester.
c. Pemilihan Tingkat Pengenal Arrester
1) Tegangan pengenal arrester ( rating arrester )
Tegangan pengenal arrester adalah tegangan saat arrester dapat bekerja sesuai
dengan karakteristik.Arrester tidak boleh bekerja pada tegangan maksimun
sistem,tetapi mampu memutuskan arus susulan dari sistem secara efektif.Arrester
umumnya tidak boleh bekerja jika ada gangguan fasa ketanah .
Besarnya faktor perlindungan pada umumnya 20% dari TID peralatan untuk
lightning arrester yang dipasang dekat dengan peralatan yang akan dilindungi.
tegangan pengenal arrester menjadi :
Tegangan sistem maksimum
V nominal + 10 % (factor toleransi)
V max = Vnominal × 1.1 ................................................................................ (2.7)
24
Tegangan Pengenal arrester
Vp = Vmax × 1.0 ............................................................................................ (2.8)
Dimana :
V max = Tegangan Maksimal
Vp = Tegangan Pengenal
Untuk menentukan tegangan maksimum yang mungkin terjadi pada gangguan
fasa ke tanah,perlu diketahui :
2) Tegangan maksimum sistem
3) Koefisien pembumian
Didepinisikan sebagai perbangdingan antara tegangan rms fasa ke tanah,dalam
keadaan gangguan pada tempat dimana arrester dipasang dengan tegangan rms
fasa ke tanah tertinggi dari sistem dalam keadaan tampa gangguan.
Untuk system yang dibumikan koefisien pembumiannya 0,8 ( arrester 80 % )
dan system yang tidak di bumikan langsung koefisien pembumiannya 1,0
(arrester 100 % ). Tegangan pengenal dari suatu arrester merupakan tegangan rms
ke tanah tertinggi dikalikan dengan koefisien pembumian.
d. Jarak Lindung Lightning Arrester
Arrester ditempatkan sedekat mungkin dengan peralatan yang dilindungi.
Tetapi untuk memperoleh kawasan perlindungan yang lebih baik, maka ada
kalanya arrester ditempatkan dengan jarak tertentu dari perlatan yang dilindungi.
Jarak arrester dengan peralatan yang dilindungi berpengaruh terhadap besarnya
tegangan yang tiba pada perlatan jika jarak arrester terlalu jauh, maka tegangan
yang tiba pada peralatan dapat melebihi tegangan yang dapat dipikulnya.
25
Dalam prakteknya, tegangan mungkin lebih dari perkiraan karena karena
terjadinya isolasi akibat adanya induktansi penghantar yang menghubungkan
arrester dengan transformator dan adanya kapasistensi dari transformator itu
sendiri. Di samping itu, saat arrester bekerja mengalirkan arus surja ke bumi,
maka terjadi jatuh tegangan pada tahanan penghantar penghubung arrester
dengan jaringan dan penghubng arrester dengan elektroda pembumian. Jatuh
tegangan ini dipengaruhi oleh kenaikan arus surja dan menaikkan kenaikan
tegangan antara terminal arrester dengan bumi. Adanya perbedaan potensial
pembumian transformator dengan potensial pembumian arrester juga menambah
tegangan transformator. Oleh Karena itu lebih baik membuat penghantar
penghubung sependek mungkin dan menghubungkan elektroda pembumian
arrester dengan elektroda pembumian transformator. Tahanan pembumian
diusahakan serendah mungkin, akan lebih baik jika dapat dibuat satu Ohm.
Jika diketahui tegangan maksimum yang dapat dipikul tranformastor (BIL)
dalam Kv, maka jarak maksmimum arrester dari perlatan dapat ditentukan sebagai
berikut :
𝐿 =𝑈𝑡−𝑈𝑎
2𝑑𝑢𝑑𝑡
× 𝑣 .................................................................................................... (2.9)
Dimana :
Ua = Tegangan kerja arrester (Kv)
Ut = Teganagn gelombang datang pada jepitan tranformator (kV)
Du/dt = Kecuraman gelombag datang (kVµs)
L = Jarak antara arrester dan transformator (m)
V = Kecepatan merambat gelobang (m/µs)
26
Faktor lain yang mentukan besarnya gelombang dating pada peraalatan
adalah banyaknya percabangan jaringan, maka gelombang surja tersebut akan
terbagi ke masing-masing cabang, sehingga besar tegnagn yang dapat diterimas
pada masing-masing adalah :
𝑈𝑡 = 𝑈𝑎 (2
𝑛) ............................................................................................................(2.10)
Dimana n adalah jumlah cabang.
Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa semakin banyak
percabangan jaringan maka tegangan gelombang dating ke peralatan semakin
kecil sehingga kerja arrester melakukan gelombang tidak terlalu besar.
D. ISOLASI PERALATAN LISTRIK
1. Bahan dan Jenis Isolasi
Dalam sistem tenaga listrik, mengisolasi dimaksudkan sebagai
memisahakan dan melindungi alat-alat yang bermuatan listrik untuk mencegah
kebocoran arus ke sekelilingnya, dari segi penggunaan dan bahan nonkonduktif
haruslah memenuhi persyaratan dasar isolasi sehingga fungsi memisahkan dan
melindungi alat-alat yang bermuatan listrik dari kebocoran arus dapat dipenuhi
dengan tidak menimbulkan akibat yang merugikan sistem dalam
pengoperasiannya
Bahan pembuatan isolasi diantaranya :
a. Bahan harus mempunyai kekuatan dielektrik dan konduktivitas pasan tinggi.
b. Bahan isolasi tidak mudah bereksi dengan bahan lain sehingga sifat isolasinya
tetap dapat dipertahankan.
27
c. Untuk bahan gas haruslah mempunyai temperatur pencairan yang rendah
sehingga pada tekanan yang tinggi tidak mudah mencair.
d. Selama masa ionisasi sifat konduktivitas bahan tidak boleh berubah.
e. Harga bahan isolasi haruslah murah.
Ditinjau dari bahan pembuatannnya, isolasi digolongkan menjadi 3
golongan, yaitu :
a. Isolasi bahan gas : seperti N2, SF6.
b. Isolasi bahan cair : seperti minyak CB
c. Isolasi bahan padat : seperti porselin, keramik.
2. Peristiwa Tembus Pada Bahan Isolasi
Peristiwa tembus dapat diartikan pada peristiwa berubahnya susunan
partikel atom bahan isolasi sedemikian rupa sehingga bahan nonkonduktor
berubah sifat menjadi konduktor. Jadi dalam keadaan tembus, isolasi sudah tidak
berfungsi lagi untuk mengisolasi alay-alat bermuatan listrik terhadap kebocoran
arus ke sekelilingnya.
Tembus pada isolasi disebabkan tingginya tegangan yang dikenakan pada
isolasi, dimana tegangan ini lebih besar dari kekuatan tegangan tembus isolasi
bahan digunakan. Pada bahan isolasi padat, tembus dapat terjadu teoat pada
tengah isolator yang disebut tembus langsung (breakdown), melalui permukaan
yang disebut flashover dan melaui bagian samping isolator yang disebut tembus
samping.
Ada 3 gejala tembus pada bahan isolasi padat, yaitu :
28
a. Intrsitik Breakdown
Terjadi jika kuat medan E sedemikian tinggi sehingga isolasi menyebabkan
pelepasan muatan.
b. Thermal Breakdown
c. Kenaikan temperature menyebabkan terjadinya pemanasan berlebihan pada
bahan isolasi bahan menurun.
d. Tembus erosi
Penggunaan isolasi yang terlalu lam mengakibatkan terjadinya perubahan
kimiawi pada isolasi daya tahan bahan menurun yang mana akan
mempercepat terjadi tembus pada tegangan yang lebih rendah.
3. Karakteristik Isolasi Peralatan Listrik
Karakteristik isolasi suatu peralatan listrik dibentuk oleh bahan isolasinya
dan bentuk padat yang digunakan. Karakteristik isolasi padat ditentukan dari
tegangan breakdown dan tegangan flashover. Dalam pembuatannya isolasi padat
di kontruksi sedemikian sehingga tegangan breakdown lebih besar satu tingkat
dari tegnagn flashover.
Penentuan kuat elektrik dan besar tegangan yang masih dapat ditahan oleh
isolasi sehingga tidak terjadi breakdown atau flashover dijelaskan oleh 3
karakteristik umum :
a. Tegangan flashover kering pada frekuensi daya
Yaitu tegangan pada frekuensi jala-jala yang dapat menimbulkan kegagalan
pada isolasi.
b. Tegangan flashover basah pada jaringan frekuensi daya.
29
Tegangan frekuensi jala-jala yang dapat menimbulkan kegagalan pada isolasi
jika isolasi tersebut disemprot oleh sumber air dengan persyaratan tertentu
antara lain diberi tegangan 20 kV selama 1 menit.
c. Karakteristik tegangan waktu pada gelombang impuls standar.
4. Tingkat Isolasi Dasar (TID)
Tingkat isolasi dasar (TID) dikenal juga sebagai Basic Impuls Insulation
Level (BIL) dari suatu peralatan. Untuk mencapai keandalan sistem yang tinggi
ada beberapa metode untuk mengkoordinasi isolasi peralatan jaringan dengan
alat-alat proteksinya. Salah satu metode yang baik adalah menentukan level
tertentu isolasi. Level isolasi peralatan harus lebih tinggi dari level isolasi di
tentukan dengan pertimbangan dasar sebagai berikut :
a. Memilih level isolasi yang optimal.
b. Jaminan bahwa breakdown dan kekuatan flashover seluruh isolasi peralatan
lebih besar atau sama dengan level yang dipilih.
c. Penggunaan alat proteksi yang cukup baik dan ekonomis.
30
Studi literaturPengambilan
dataAnalisa Data
HasilSelesai
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Dalam hal penelitian “Analisis Kinerja Arrester Akibat Induksi Sambaran
Petir” penulis mengunakan jenis penelitian kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif
adalah melakukan pengumpulan data berdasarkan pengukuran yang dilakukan
dalam penelitian ini yang hasil dari pengukuran itu diselesaikan dalam bentuk
matematis sedangkan jenis penelitian kualitatif adalah melakukan analisis
penelitian berdasarkan data pengukuran kuantitatif.
B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Waktu : September 2019 s/d Desember 2019
Tempat : PT. PLN (persero) Rayon Matoanging
C. TAHAPAN PENELITIAN
Tahapan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut
Gambar 3.1 Skema penelitan
31
D. STUDI LITERATUR
Studi literatur adalah pengumpulan referensi dari buku-buku, penelitian
sebelumnya dan jurnal-jurnal dari internet yang berhubugan atau yang dapat
mendukung teori penyelesaian penelitian “Analisis Kinerja Arrester Akibat
Induksi Sambaran Petir”.
E. ANALISA DATA
Metode yang digunakan dalam analisis data pada penelitian ini adalah
metode koordinasi isolasi, dimana data-data yang diperoleh kemudian dihitung
TID transformator, tegangan pelepasan arrester, serta jarak penempatan arrester
terhadap arrester.
1. Penentuan Tingkat Isolasi Dasar
Perencanaan sistem perlindungan transformator distribusi dalam
menentukan posisi peralatan pelindung dari kemungkinan bahaya surja petir, yang
paling awal dilakukan adalah menentukan tingkat kekuatan isolasi impuls dasar.
Transformator yang akan dilindungi terletak pada saluran udara tegangan
menengah (SUTM) dengan data-data yang bervariasi antara lain :
Tabel 3.1 Data Transformator
1 Kapasitas Terpasang 250 kVA
2 Tegangan primer 20 kV
3 Tegangan Skunder 220/380 V
32
2. Menentukan Perkiraan Besar Tegangan Pengenal Arrester
Menentukan perkiraan besarnya tegangan pengenal arrester, maka harus
diketahui terlebih dahulu tegangan tertinggi dari jaringan dan koefisien
pertanahan, dengan diketahuinya kedua hal tersebut, maka perkiraan besarnya
tegangan pengenal arrester dapat dihitung secara kasar. Tegangan pengenal tidak
boleh lebih rendah dari perkiraan kedua harga di atas.
Dalam perhitungan tegangan secara tinggi ditambah 10% kemudian untuk
pentanahan tidak efektif dan pentanahan terionisasi dalam praktek biasanya
diambil koefisien 100%.
3. Menetukan Arus Pelepasan Impuls dari Arrester
Dalamm menentukan arus pelepasan impuls dari arrester sewaktu melepas
arus surja petir dapat digunakan rumus sebagai berikut :
I𝛼 =2𝑢𝑑 −𝑢∝
𝑧𝑠.................................................................................................. (3.1)
Dimana :
Iα = arus pelepasan arrester
Ud = Tegangan gelombang datang
Zs = Impedansi surja saluran datang
Ua = Tegangan kerja/ sisa
Besar tegangan gelombang datang diperoleh dari FOV (Flashover Voltage)
dengan mengetahui rancangan isolator saluran.
33
4. Menentukan Tegangan Pelepasan Arrester
Tegangan pelepasan (tegangan kerja ) bergantung pada arus pelepasan
arrester (Ia) dan kecuraman arus (di/dt) yang masuk peralatan. Teganga pelepasan
ini adalah karakteristik yang paling penting dari arrester untuk perlindungan
peralatan. Selain itu, tegangan kerja ini menentukan tingkat perlindungan arrester
apabila tegangan kerja arrester berada TID peralatan yang dilindungi dengan
faktor keamanan yang cukup perlindungan peralatan yang optimum dapat dicapai.
5. Faktor Perlindungan dari Arrester
Faktor perlindungan lightning arrester adalah perbandingan antara selisih
tegangan tingkat isolasi dasar peralatan (TID) yang dilindungi dengan tingkat
perlindungan (TP) dari arrester terhadap tingkat perlindungan dari arrester. Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut.
𝐹𝑃 = 𝑇𝐼𝐷−𝑇𝑃
𝑇𝑃 × 100 ...................................................................................... (3.2)
Dimana :
FP = Faktor perlindungan
TID = Tingkat Isolasi dasar
TP = Tingkat Perlindungan
Faktor tingkat perlindungan dari arrester adalah harga puncak tegangan
yang terjadi pada terminall arreseter saat kondisi kerja, yaitu pada saat
menyalurkan arus surja ke tanah. Ada dua harga yang biasa dipertimbangkan
sebagai harga tingkat perlindungan impuls dan tegangan arrester. Dalam
menentukan tingkat perlindungan peralatan yang akan dilindungi oleh arrester
umumya diambil harga 10% lebih tinggi dari tegangan pelepasan arrester.
34
Besarnya faktor perlindungan pada umumnya 20% dari TID peralatan
untuk lightning arrester yang dipasang dekat dengan peralatan yang akan
dilindungi.
6. Jarak Lindung Lightning Arrester
Arrester ditempatkan sedekat mungkin dengan peralatan yang dilindungi.
Tetapi untuk memperoleh kawasan perlindungan yang lebih baik, maka ada
kalanya arrester ditempatkan dengan jarak tertentu dari perlatan yang dilindungi.
Jarak arrester dengan peralatan yang dilindungi berpengaruh terhadap besarnya
tegangan yang tiba pada perlatan jika jarak arrester terlalu jauh, maka tegangan
yang tiba pada peralatan dapat melebihi tegangan yang dapat dipikulnya.
Dalam prakteknya, tegangan mungkin lebih dari perkiraan karena karena
terjadinya isolasi akibat adanya induktansi penghantar yang menghubungkan
arrester dengan transformator dan adanya kapasistensi dari transformator itu
sendiri. Di samping itu, saat arrester bekerja mengalirkan arus surja ke bumi,
maka terjadi jatuh tegangan pada tahanan penghantar penghubung arrester
dengan jaringan dan penghubng arrester dengan elektroda pembumian. Jatuh
tegangan ini dipengaruhi oleh kenaikan arus surja dan menaikkan kenaikan
tegangan antara terminal arrester dengan bumi. Adanya perbedaan potensial
pembumian transformator dengan potensial pembumian arrester juga menambah
tegangan transformator. Oleh Karen itu lebih baik membuat penghantar
penghubung sependek mungkin dan menghubungkan elektroda pembumian
arrester dengan elektroda pembumian transformator. Tahanan pembumian
diusahakan serendah mungkin, akan lebih baik jika dapat dibuat satu Ohm.
35
Jika diketahui tegangan maksimum yang dapat dipikul tranformastor (BIL)
dalam Kv, maka jarak maksmimum arrester dari perlatan dapat ditentukan sebagai
berikut :
L= 𝑈𝑡−𝑈𝑎
2𝑑𝑢𝑑𝑡
𝑥 𝑣 .................................................................................................. (3.3)
Dimana :
Ua = Tegangan kerja arrester (Kv)
Ut = Tegangan gelombang datang pada jepitan tranformator (kV)
Du/dt = Kecuraman gelombang datang (kVµs)
L = Jarak antara arrester dan transformator (m)
V = Kecepatan merambat gelobang (m/µs)
Faktor lain yang mentukan besarnya gelombang dating pada peraalatan
adalah banyaknya percabangan jaringan, maka gelombang surja tersebut akan
terbagi ke masing-masing cabang, sehingga besar tegnagn yang dapat diterimas
pada masing-masing adalah :
Ut = U𝛼 (2
𝑛) .............................................................................................................(3.4)
Dimana n adalah jumlah cabang.
Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa semakin banyak
percabangan jaringan maka tegangan gelombang datang ke peralatan semakin
kecil sehingga kerja arrester melakukan gelombang tidak terlalu besar.
36
E. LANGKAH PENELITIAN
START
STUDI KASUS
PENGAMBILAN
DATA
DATA
LENGKAP
ANALISA
DATA
SIMPULAN &
SARAN
STOP
YA
TIDAK
Gambar 3.2 Flowchart langkah penelitian
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. ANALISIS LIGHTNING ARRESTER
Gambar 4.1 Gardu distribusi
Saluran udara rawan terhadap sambaran petir yang menghasilkan
gelombang berjalan (surja tegangan) yang dapat masuk ke pusat listrik. Oleh
karena itu, dalam pusat listrik harus ada lightning arrester yang berfungsi
menangkal gelombang berjalan dari petir yang akan masuk ke instalasasi pusat
listrik. Gelombang berjalan juga dapat berasal dari pembukaan dan penutupan
pemutus tenaga (swiching). Lightning arrester harus bearada di depan setiap
transformator dan harus terletak sedekat mungkin dengan transformator. Hal ini
perlu karena surja petir yang merupakan gelombang berjalan menuju ke
transformator akan melihat transformator sebagai ujung terbuka ini dikarenakan
38
transformator mempunyai isolasi terhadap bumi / tanah sehingga gelombang
pantulan akan saling memperkuat dengan gelombang yang dating. Ini berarti
bahwa transformator dapat mengalami tegangan surja dua kali besarnya tegangan
gelombang surja yang datang.
Lightning arrester berfungsi sebagai pengaman terhadap tegangan lebih,
terpasang dalam suatu sistem, maka keberadaannya erat kaitannya dengan
peralatan. Oleh karena itu harus dikordinasikan dengan tegangan pengenal,
tegangan pelepasan arrester dengan tingkat ketahan tegangan impuls dengan
peralatan yang dilindungi.
Perencanaan sistem perlindungan transformator distribusi dalam
menentukan posisi peralatan perlindungan dari kemungkinan bahaya surja petir,
yang paling awal dilakukan adalah menentukan tingkat kekuatan isolasi impuls
dasar.
Transformator yang akan dilindungi terletak pada Saluran Udara Tengan
Menengah (SUTM) dengan data-data yang bervariasi antara lain :
a. Kapasitas terpasang : 250 kVa
b. Tegangan primer :20 kV
c. Teganga sekunder : 220/380 V
Transformator jenis ini merupakan jenis gardu yang terpasang pada tiang
dengan sistem primer 20 kV, maka diperoleh tegangan tertinggi peralatan :
V max = V nominal × 1,1
V max = 20 × 1.1
= 22 kV
39
B.DATA TEKNIK ARRESTER TERPASANG
Untuk menganalisis sistem distribusi 20 kV di PT PLN ULP Mattoangin
terhadap konsep koordinasi isolasi, maka perlu diketahui data peralatan arrester
pada penyulang Rayon Matoanging yang ada dan terpasang saat ini. Data
lightning arrester dibagi 3 bagian, yaitu :
1. Kondisi iklim, meliputi :
a. Posisi goegrafis : daerah equator
b. Ketinggian likasi : <1000 meter di atas permukaan laut
c. Kelembaban : 20 s/d 80%
d. Ambiem temperature : Maksimum 37º C
Rata-rata perhari 27º C
Minimum 17º C
2. Karakteristik Saluran
a. Jari-jari kawat hambatan udara :5,625 mm
b. Ketinggian kawat di atas permukaan tanah : 11 m
c. Titik netral ditanahkan dengan tahanan 40 ohm
3. Karakteristik lightning arrester
a. Tegangan pengenal 24 kV
b. Arus pelepasan nominal 5 kA
c. Tegangan percik muka gelombang 100 kV
d. Tegangan percik standar 87 kV
e. Tegangan sisa maksimal pada arus nominal 87 kV
40
C. PERKIRAAN BESARNYA TEGANGAN PENGENAL
LIGHTNINGARRESTER
Sistem distirbusi 20 kV penyulangMatoanging ditanahkan dengan tahanan
rendah koefisian pentanahan dipilih 100% (pentanahan tidak efektif) dengan
tegangan sistem tertinggi adalah 29 kV, maka tegangan pengenal arrester
menjadi:
Tegangan sistem maksimum
V nominal + 10 % (factor toleransi)
V max = Vnominal × 1.1
= 20 × 1.1
= 22 kV
Tegangan pengenal arrester
Vp = Vmax × 1.0
= 22 ×1.0
= 22 Kv
Menurut data koordinasi isolasi arrester terhadap peralatan, standar
tegangan pengenal lebih besar dan mendekati 24 kV, sehingga tegangan pengenal
yang diambil untuk sistem 20 kV adalah 24 kV
D. PEMILIHAN ARUS PELEPASAN IMPULS DARI LIGHTNING
ARRESTER
Sistem di PT. PLN ULP Mattoangin UP3 Makassar Selatan ada tiga
Gardu Induk (GI)yang menyuplai setiap penyulang yaitu GI Panakukang, GI
41
Bontoala dan GI Tanjung Bunga. Dan kami melakukan pengambilan data pada GI
Bontoala. Sistem 20 kV penyulang Matoanging GI Bontoala memiliki jumlah
isolator hantaran sebesar 3 buah. Tegangan gelombang berjalan sebesar 355 kV.
Jari-jari kawat hantaran udara 5,625 mm serta ketinggian kawat dari atas tanah
sebesar 11 meter. Maka impedensi hantaran udara sebesar :
z = 60 𝑙𝑛2ℎ
𝑟 𝑜ℎ𝑚
z = 60 𝑙𝑛2×11 𝑚
5,625 ×10−3 𝑜ℎ𝑚
z = 496,2 ohm
Diambil impedensi hantaran sebesar 500 ohm, maka besar arus pelepasan impuls
dari arrester :
Iα = 2 𝑈𝑑−𝑈𝑎
𝑍
=2×355−87
500
= 1,246 kA
Diperoleh arus pelepasan sebesar 1,246 kA, sehingga pemilihan kelas arus 5 kA
tepat.
Tegangan pelepasan adalah karakteristik paling penting dari arrester untuk
perlindungan peralatan. Tegangan kerja ini menetukan tingkat perlindungan dari
arrester. Tegangan pelepasan arrester untuk tegangan pengenal 24 kV dengan arus
pelepasan 5 kA dan 10 kA. Dalam hal ini berdasarkan ketetapan dimana
sebelumnya dilakukan pengujian tegangan percikan terhadap lightning arrester.
42
E. FAKTOR PERLINDUNGAN
Faktor perlindungan merupakan besar perbandingan antara perbedaan
tegangan TID dari peralatan yang dilindungi dengan tegangan kerja arrester.
Sesuai pembahasan sebelumnya tegangan kerja lightning arrester untuk sistem 20
kV ditetapkan sebesar 87 kV, tingkat perlindungan arrester dengan
memperhatikan kawat penghubung toleransi pabrik ditambahkan 10 % sehingga :
TP (Tingkat Perlindungan) = Va ×10%
TP = Va × 1.1
TP = 87 × 1.1
TP = 95,7 kV
Diambil tingkat perlindungan petir 95,7 kV dengan TID transformator yang telah
ditetapkan sebesar 125 kV. Maka besar faktor perlindungan adalah :
FP =𝑇𝐼𝐷−𝑇𝑃
𝑇𝑃× 100
FP =125−95,7
95,7× 100
= 23,44 %
Faktor perlindungan ini lebih besar 20 % dari TID peralatan, sehingga
lightning arrester ini sudah memberikan factor perlindungan yang baik.
F. ANALISIS PENEMPATAN DAN PENYAMBUNGAN ARRESTER
Untuk mengetahui penempatan lightning arrester maka diketahui jarak
lindung dari arreter yang akan dipasang. Karena itu, untuk menetukan jarak
lindung (L) maka perlu diketahui kecuraman dari gelombang datang (du/dt) dan
besar tegangan gelombang datang pada peralatan (Ut).
43
Bila kecuraman gelombang datang 500 kV/µs, 1000 kV/µs, 1500 kV/µs,
2000 kV/µs, besar tegangan gelombang datang pada jepitan transformator adalah
96,15 Kv jadi Ut = 96,15 , maka kecepatan rambat gelombang pada kawat udara =
300 m/µs. Kecuraman gelombang datang yang telah ditetapkan pada PT. PLN
Rayon Matoanging yaitu 500 kV/µs.
Maka jarak maksimum arrester terhadap transformator :
L=𝑈𝑡−𝑈𝑎
2𝑑𝑢
𝑑𝑡
× 𝑣
du/dt = 500 kV/µs
L = 96,15−87
2×500× 300 = 2,745 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
du/dt = 1000 kV/µs
L = 96,15−87
2×1000× 300 = 1,372 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
du/dt = 1500kV/µs
L =96,15−87
2×1500× 300 = 0,915 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
du/dt = 2000 kV/µs
L = 96,15−87
2×2000× 300 = 0,686 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa semakin besar kecuraman
gelombang datang pada gardu maka jarak penempatan arrester terhadap trafo
semakin dekat dengan jarak maksimum arrester terhadap trafo pada lokasi terjauh
2,745 m, memperhatikan letak penempatan dan penyambungan lightning arrester
pada kontruksi pemasangannya dilapangan sangat dekat dengan transformator
44
sebesar 2,5 meter maka dapat disimpulkan bahwa jarak penempatan dan
penyambungan arrester masih dalam batas dibolehkan.
Dengan demikian bila terjadi gangguan tegangan lebih akibat sambaran
petir pada jaringan distribusi 20 kV, lightning arrester segera dapat
mengamankannya.
45
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, kami dapat menarik simpulan :
1. Arrester mempunyai fungsi sebagai protreksi perlatan dari tegangan lebih.
Ketika terjadi tegangan lebih arrester akan berfungsi melewatkan aliran lsitrik
tinggi ke tanah sehingga tidak timbul tegangan lebih pada peralatan, namun
saat kondisi normal arrester berlaku sebagai isolasi.
2. Penempatan arrester terhadap peralatan listrik harus memperhatikan kawasan
perlindungan yang baik untuk mendukung efektivitas kerja perlatan listrik agar
tidak menimbulkan kerusakan yang diakibatkan tegangan lebih. Dari hasil
penelitian kawasan perlindungan atau jarak arrester tidak disarankan melebihi
2,745 meter dari trafo. Kemudian hasil perbandingan di lapangan jarak
penempatan arrester terhadap trafo tidak lebih dari 2,745 meter, sehingga
penempatan arrester masih dalam kondisi yang diperbolehkan.
B. SARAN
Untuk menngurangi kerusakan dan gangguan peralatan listirk yang
diakibatkan oleh tegangan lebih dari sambaran petir sehingga penyaluran tenaga
listrik dapat terhambat sebaiknya arrester ditempatkan pada titik-titik sepanjang
jaringan yang berpotensi rawan terkena sambaran petir. Dan penempatan arrester
terhadap peralatan listrik harus memperhatikan jarak lindung terbaik arrester
dalam melindunggi peralatan listrik dari gangguan tegangan lebih.
xi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Buku Panduan Pemeliharaan Primer dan Sekunder Gardu Induk.
KEPDIR 0520. PT. PLN.
Arismunandar A & S. Kuwahara. 2004. Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik
Jilid III. Jakarta. Pradnya Paramita.
Hajar, Ibnu & Rahman, Eko. 2017. Kajian Pemasangan Lightning Arrester pada
Sisi HV Transformator Daya Unit Satu Gardu Induk Teluk Betung. Jurnal Energi
& Kelistrikan Vol. 9 No. 2 (2017) ISSN 1979-0783.
Tobing, L, Bonggas. 2012. Teknik Pengujian Tegangan Tinggi. Jakarta. Gramedia
Pustakawan Utama.
Tobing, L, Bonggas .2012. Peralatan Tegangan Tinggi Edisi Kedua. Jakarta.
Erlangga.
Samaulah, Hazairini. 2014. Dasar-Dasar Sistem Proteksi Tenaga Listrik.
Palembang. Unsri.
xii
LAMPIRAN
xiii
xiv