Top Banner
ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUM (Studi Kasus Bus Sekolah Dinas Perhubungan Kabupaten Aceh Barat) Suatu Tugas Akhir Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Yang Diperlukan untuk Memperoleh Ijazah Sarjana Teknik Disusun Oleh ; OKA MARTIN NIM : 06C10203072 Bidang Studi : Transportasi Jurusan : Teknik Sipil FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR ALUE PEUNYARENG - MEULABOH 2014
30

ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

Jan 19, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUM

(Studi Kasus Bus Sekolah Dinas Perhubungan

Kabupaten Aceh Barat)

Suatu Tugas Akhir

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Yang Diperlukan untuk Memperoleh

Ijazah Sarjana Teknik

Disusun Oleh ;

OKA MARTIN

NIM : 06C10203072

Bidang Studi : Transportasi

Jurusan : Teknik Sipil

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR

ALUE PEUNYARENG - MEULABOH

2014

Page 2: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Meulaboh merupakan ibukota Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh.

Meulaboh berstatus kecamatan dengan nama Kecamatan Johan Pahlawan,

memiliki luas wilayah 44,91 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2013

mencapai 65.473 jiwa, sehingga kepadatan penduduknya 146 jiwa per km2.

Penduduk Kota Meulaboh sekitar 32,93 persen dari penduduk Kabupaten Aceh

Barat.

Kabupaten Aceh Barat meliputi 12 kecamatan dan 321 desa/kelurahan.

Sedangkan Kota Meulaboh atau Kecamatan Johan Pahlawan meliputi 21

desa/kelurahan, antara lain Gampa, Leuhan, Padang Seurahet, Blang Berandang,

dan sebagainya. Adapun batas-batas wilayah Kota Meulaboh meliputi sebelah

barat dengan Samudera Indonesia; sebelah utara dengan Kecamatan Arongan

Lambaek, Woyla Barat dan Bubon; sebelah timur dengan Kecamatan Kaway

XVI; dan sebelah timur dengan Kecamatan Meureubo.

Meulaboh merupakan pusat kota di Kabupaten Aceh Barat dengan populasi

penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya kepemilikan

kendaraan pribadi juga menjadi polemik dalam hal berlalulintas terutama pelajar

yang menggunakan kendaraan pribadi sebagai sarana transportasi. Hal ini

tentunya menjadi perhatian bagi pemerintah daerah dalam pengelolaan

transportasi umum sebagai pengganti transportasi pribadi dikalangan pelajar,

adanya kebijakan tentang pelarangan pelajar menggunakan kendaraan pribadi

kesekolah dan beralih ke transportasi umum harus ditunjang dengan itikat

pemerintah dalam menyediaakan pelayanan transportasi yang memadai. Tidak

bisa dipungkiri pendidikan merupakan andil utama dalam penguatan sumberdaya

manusia dan transportasi bus sekolah sangat menentukan terciptanya kelancaran

pergerakan transportasi pelajar.

Page 3: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

2

Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi

sebagai urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan

keamanan. Sistem jaringan transportasi dapat dilihat dari segi efektivitas, dalam

arti selamat, aksesibilitas tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan

cepat, mudah dicapai, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, rendah

polusi serta dari segi efisiensi dalam arti beban publik rendah dan utilitas tinggi

dalam satu kesatuan jaringan sistem transportasi. Demi keselamatan dan

kenyamanan penumpang angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum

dalam trayek yang ada di Kota Meulaboh, maka setiap kendaraan bermotor umum

harus dilakukan uji teknis dan layak jalan sebagai persyaratan beroperasi.

Kemudian faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah,

rem tidak berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang

mengakibatkan bagian kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti

dan berbagai penyebab lainnya. Disamping itu adanya kewajiban untuk

melakukan pengujian kendaraan bermotor secara reguler. Kapasitas isi kendaraan

umum yang melebih-lebihkan isi yang seharusnya, memberhentikan kendaraan

tidak sesuai dengan ketentuan yang ada dan kurang terawatnya kendaraan. Serta

melanggar jalur trayek yang telah ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis evaluasi kinerja pelayanan angkutan bus

sekolah dan faktor penghambat dan faktor pendukung evaluasi kinerja pelayanan

angkutan umum perkotaan oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Aceh Barat.

Kinerja transportasi merupakan salah satu masalah transportasi yang sering

ditemui saat ini. Kinerja transportasi yang dimaksud tidak hanya mencakup

prasarana transportasi saja tetapi juga sarana transportasi misalnya angkutan kota.

Menurut Rivai.V (2004), kinerja adalah merupakan prilaku yang nyata yang

ditampilkan setiap orang sebagai hasil kerja yang di hasilkan. Menurut

Kusriyanto.B (2005), kinerja adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan

peran serta tenaga kerja per satuan waktu (lazimnya per jam). Sedangkan

angkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam

wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau mobil penumpang umum yang

terikat dalam trayek tetap dan teratur. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan

Page 4: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

3

bahwa kinerja angkutan kota adalah prilaku yang ditampilkan oleh setiap

angkutan kota dalam menjalankan perannya untuk mencapai hasil yang di

inginkan dalam setiap trayek angkutan kota tersebut.

1.2 Permasalahan

Besarnya pengguna transportasi dibandingkan ketersediaan moda

mengakibatkan bus sekolah dinas perhubungan mengalami kelebihan muatan

(over load) pada jam sibuk. Dalam mengevaluasi angkutan umum bus sekolah ini,

indikator permasalahan yaitu : rata-rata faktor muat (load factor) pada jam sibuk,

rata-rata faktor muat (load factor) diluar jam sibuk, rata-rata kecepatan perjalanan,

rata-rata waktu antara (Headway), rata-rata waktu perjalanan, waktu pelayanan,

frekwensi, jumlah kendaraan yang beroperasi, rata-rata waktu tunggu penumpang,

awal dan akhir waktu pelayanan.

1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian terlalu luas dan terbatasnya

waktu, maka pembatasan masalah dalam penelitian akan menitik beratkan pada

beberapa hal yaitu:

1. Daerah penelitian dilakukan di sekitaran wilayah Kota Meulaboh, Kabupaten

Aceh Barat.

2. Penelitian ini dilakukan terhadap 8 (delapan) armada angkutan bus sekolah

Dinas Perhubungan Kabupaten Aceh Barat dengan rute yang berbeda

3. Waktu penelitian dilakukan pada jam antar dan jemput.

Page 5: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

4

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan ini untuk melakukan studi mengenai tingkat

pelayanan bus angkutan sekolah (Bus Sekolah Dinas Perhubungan Kab.Aceh

Barat) di kota meulaboh sesuai standar Dephub.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1 Memberi gambaran kondisi riil dari tingkat pelayanan bus sekolah Dinas

Perhubungan Kab.Aceh Barat bagi masyarakat,pemerintah dan operator yang

terlibat dalam pelayanan angkutan massal di Kota Meulaboh.

2 Sebagai arahan bagi pemerintah serta operator dalam menciptakan suatu sistim

transportasi yang dikemas dalam bentuk regulasi, dengan tetap memfokuskan

kepada pelayanan angkutan yang memadai kepada masyarakat.

Page 6: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan

Kebutuhan angkutan umum sangat diperlukan di wilayah perkotaan, hal ini

disebabkan penduduk di wilayah perkotaan umumnya sangat padat sehingga

mempunyai mobilitas hidup yang tinggi dalam kegiatannya sehari-hari. Bahwa

pada dasarnya pemakaian kendaraan angkutan umum, penumpang menghendaki

tingkat pelayanan yang memadai yang meliputi waktu tempuh, waktu tunggu,

keamanan dan kenyamanan yang terjamin selama perjalanan.

2.2 Kinerja Operasional Angkutan Umum

Untuk mengetahui kinerja angkutan umum, ada beberapa elemen yang dapat

dijadikan acuan dan menggambarkan karakteristik angkutan yang diharapkan

seperti yang ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Perhubungan

baik dari segi kuantitas maupun kualitas angkutan, seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Indikator standar pelayanan angkutan umum Departemen Perhubungan

Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 > 1 > 1 < 5 > 15 > 12 < 13 < 4 < 82 > 30 05-18

2 0,8-1 0,7-1 5-10 10-15 6-12 13-15 4-6 82-100 20-30 05-20

3 < 0,8 < 0,7 > 10 < 10 < 6 > 15 > 6 > 100 < 20 05-22

Sumber : Dirjen Perhubungan Darat,1999

Keterangan:

Nilai : 1. untuk standar pelayanan dengan kriteria kurang

2. untuk standar pelayanan dengan kriteria sedang

3. untuk standar pelayanan dengan kriteria baik

Page 7: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

6

Kolom 1 : rata-rata faktor muat (load factor) pada jam sibuk, merupakan rasio

dari jumlah pengguna angkutan umum terhadap kapasitas tempat

duduk yang tersedia pada jam sibuk.

Kolom 2 : rata-rata faktor muat (load factor) di luar jam sibuk, merupakan

rasio dari jumlah pengguna angkutan umum terhadap kapasitas

tempat duduk yang tersedia di luar jam sibuk.

Kolom 3 : rata-rata kecepatan perjalanan (km/jam), adalah waktu yang

dibutuhkan untuk menempuh suatu trayek dari awal sampai akhir.

Kolom 4 : rata-rata waktu antara/headway, adalah interval waktu yang

dibutuhkan untuk mendapatkan bus sekolah satu ke bus berikutnya.

Satuan waktu yang digunakan adalah menit.

Kolom 5 : rata-rata waktu perjalanan, adalah waktu yang dibutuhkan untuk

menempuh satu kilometer dari panjang trayek, satuan yang

digunakan menit/km.

Kolom 6 : waktu pelayanan (jam), adalah waktu yang dibutuhkan bus sekolah

untuk memberikan pelayanan kepada pengguna mulai dari awal

hingga akhir operasi.

Kolom 7 : frekwensi, adalah jumlah bus sekolah yang beroperasi selama

waktu antara tertentu. Dalam perhitungan selanjutnya digunakan

satuan kendaraan/jam yang berarti jumlah bus yang beroperasi

melewati titik tertentu selama satu jam.

Kolom 8 : jumlah kendaraan yang beroperasi (%), adalah prosentase jumlah

kendaraan yang beroperasi dengan jumlah kendaraan yang

diijinkan.

Kolom 9 : rata-rata waktu tunggu penumpang (menit), Adalah waktu tunggu

rata-rata yang dibutuhkan untuk mendapatkan bus. Waktu tunggu

ini adalah ½ dari waktu antara (headway) atau interval waktu yang

dibutuhkan untuk mendapatkan angkutan bus sekolah dari bus

yang satu ke bus berikutnya.

Kolom 10 : awal dan akhir waktu pelayanan, adalah waktu perjalanan rata-rata

yang dibutuhkan bus mulai dari awal hingga akhir operasi.

Page 8: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

7

Total nilai bobot untuk standar kinerja pelayanan angkutan umum adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.2 Standar pelayanan angkutan berdasarkan nilai bobot

Tingkat Pelayanan Total nilai bobot

Sangat Baik > 24

Baik 18 - 24

Sedang 12 – 17,99

Kurang < 12

Sumber : Dirjen Perhubungan Darat,1999

2.3 Monitoring dan Kebijaksanaan Pelaksanaan

Situasi penumpang pada semua rute yang telah ditetapkan, harus selalu

diamati sebagai bagian dari program monitoring dan pengambilan kebijaksanaan

akan pelayanan. Beberapa informasi tambahan bisa diperoleh dari hasil

komunikasi dengan penumpang karena pengalamannya menggunakan Bus

Sekolah, dari tenaga yang mengamati fluktuasi penumpang, dari laporan

pengoperasian rute terhadap muatan penumpang serta problema yang sering

timbul secara berulang yang mungkin berpengaruh terhadap pelayanan

penumpang. Informasi di atas sangat penting untuk menentukan jumlah

penumpang rata-rata kendaraan Bus Sekolah di lokasi yang membutuhkan

pelayanan lebih pada masing-masing rute. Sehingga pada rute ini diterapkan

muatan standart jika pelayanan angkutan umum Bus Sekolah memadai. Tetapi

jika pada jam-jam sibuk jumlah penumpang telah melebihi / melampaui muatan

standart dari kendaraan, maka jumlah armada yang dioperasikan harus ditambah

untuk menghindari terjadinya penumpang berdesakan serta untuk menjamin

ketepatan waktu perjalanan. Sebaliknya jika jumlah penumpang mulai menurun

(jam kosong), maka jumlah armada yang dioperasikan juga dikurangi antara lain

dengan mengatur penjadwalan keberangkatan Bus Sekolah secara baik dan teratur

(Warpani, 1990).

Page 9: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

8

2.4 Pengamatan dan Pengkajian Efektifitas Rute

Pengamatan terhadap semua rute dalam sistem operasi Bus Sekolah perlu

dikaji ulang secara detail untuk mengidentifikasi masalah tertentu yang

berhubungan dengan program monitoring penumpang dan kebijaksanaan

pelayanan. Biasanya hal ini dilakukan sekali dalam satu tahun operasi untuk setiap

rute Bus Sekolah yang telah ditentukan dan dioperasikan. Analisa yang dilakukan

terhadap keadaan terakhir dari setiap rute dibandingkan dengan pengamatan

jumlah penumpang dan tingkat pelayanan yang tersedia dalam setiap periode

waktu tertentu. Mungkin dari hasil di atas perlu diadakan sedikit perubahan untuk

meningkatkan efisiensi rute untuk kemudian diterapkan pada rute bersangkutan.

Sedangkan perubahan besar (mendasar) dalam pelayanan sebaiknya ditunda

sampai pada akhir penerapan standart pelayanan dalam 1 tahun operasi

(Abubakar, 1996).

2.5 Indikator Performansi Pelayanan

Performansi dari pelayanan bus sekolah Dinas Perhubungan Kabupaten

Aceh Barat terhadap kebutuhan transportasi di kota Meulaboh perlu mendapatkan

perhatian. Terdapat beberapa indikator untuk mengevaluasi sistem angkutan

umum khususnya tingkat pelayanan atau performansinya di antaranya :

2.5.1 Faktor muat (load factor) pada jam sibuk

Load Factor adalah nilai persentase yang diperoleh dari hasil

perbandingan antara jumlah penumpang dalam suatu kendaraan dengan tempat

duduk (seat capacity). (Morlock, 1978). Hubungannya adalah sebagai berikut :

C

psgLF ……………………………………………………………… 2.1

Dimana:

Psg = Total penumpang yang diangkut

C = Kapasitas kendaraan

Page 10: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

9

Load factor pada jam sibuk adalah kegiatan dimana aktivitas

pergerakannya rutin seperti waktu pagi pelajar menuju kesekolah dan siang hari

pelajar pulang kerumah.

2.5.2 Faktor muat (load factor) di luar jam sibuk

Load faktor di luar jam sibuk,merupakan rasio dari jumlah pengguna angkutan umum

terhadap kapasitas tempat duduk yang tersedia di luar jam sibuk. Perhitungan load factor

dilakukan diluar jam sibuk dimana pelajar melakukan perjalanan aktivitas yang

tidak rutin dan tidak terjadwal, misalkan kegiatan ekstrakulikuler.

2.5.3 Kecepatan perjalanan

Kecepatan suatu kendaraan adalah jarak yang akan ditempuh oleh

kendaraan itu dalam satu satuan waktu, (Morlock, 1978). Kecepatan menunjukkan

kualitas aliran lalu lintas, sedang volume meunjukkan kuantitas aliran lalu lintas.

Kecepatan merupakan parameter pelaku kedua yang menggambarkan keadaan

lalu lintas yang ditentukan. Kecepatan didefinisikan sebagai suatu angka gerakan

dalam jarak per satuan waktu, dan merupakan kebalikan dari waktu yang

ditempuh oleh kendaraan untuk menempuh suatu jarak tertentu yaitu :

.t

dS

Dimana :

S = kecepatan (km/jam)

d = jarak yang ditempuh (km)

t = waktu untuk menempuh (jam)

2.5.4 Waktu antara (headway)

Waktu antara (headway) adalah interval keberangkatan antara satu bus

dengan bus berikutnya yang dihitung dalam satuan waktu pada titik tertentu pada

setiap rute. Headway adalah salah satu hal yang berpengaruh pada tingkat

pelayanan (service level). Pengaturan headway berakibat pada pengangkutan

penumpang. Headway yang terlalu rendah akan mengakibatkan kapasitas yang

................................................................................................ 2.2

Page 11: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

10

melebihi permintaan karena laju kedatangan bus akan lebih besar dari pada laju

datangnya penumpang. Sedangkan headway yang terlalu tinggi dapat

mengakibatkan waktu tunggu yang terlalu lama bagi penumpang.

2.5.5 Waktu perjalanan

Ciri khas terakhir adalah saat yang merupakan perubah kontinyu. Pengaruh

waktu kurang diperhatikan dalam studi per angkutan di masa lalu, tetapi sekarang

memegang peranan penting. Prosedur umum adalah menentukan volume lalu-

lintas selama 24 jam selama hari kerja, dan menentukan prosentase volume lalu-

lintas pada jam padat dari pada menelaah ciri khas perjalanan pada jam tertentu.

Rata-rata waktu perjalanan adalah waktu yang dibutuhkan untuk menempuh satu

kilometer dari panjang trayek, satuan yang digunakan menit/km.

2.5.6 Waktu pelayanan

Waktu pelayanan bus sekolah yang lama dalam beroperasi per hari,

mengindikasikan kinerja yang baik. Standar yang biasa digunakan untuk trayek

ranting dan trayek lokal (branch and local routes) adalah tidak kurang dari 15 jam

per hari untuk kategori baik dan untuk kategori kurang dibawah 13 jam.

2.5.7 Frekwensi/Ritasi

Frekwensi, adalah jumlah bus sekolah yang beroperasi selama waktu

antara tertentu. Dalam perhitungan selanjutnya digunakan satuan kendaraan/jam

yang berarti jumlah bus yang beroperasi melewati titik tertentu selama satu jam.

Perhitungan frekwensi/ritasi ini dapat dihitung dengan rumus :

2.5.8 Jumlah kendaraan yang beroperasi

Jumlah kebutuhan bus dapat dihitung dengan rumus:

V = 2 ( RT + TT ) / HD .............................................................................. 2.4

.60

headwayFrekwensi .................................................................................... 2.3

Page 12: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

11

Dimana:

V = jumlah kendaraan

RT = route time, yaitu waktu yang dibutuhkan bus untuk menempuh

trayek (dari awal sampai akhir trayek dan sebaliknya), pada

rumus di atas waktu tempuh berangkat sama dengan waktu

kembali.

TT = terminal time, yaitu waktu istirahat (waktu menunggu)

keberangkatan di awal trayek maupun di akhir trayek, pada rumus

di atas terminal time di awal trayek dianggap sama dengan di

ujung trayek.

HD = Headway, yaitu frekwensi pelayanan bus.

2.5.9 Waktu tunggu penumpang

Rata-rata waktu tunggu penumpang (menit), Adalah waktu tunggu rata-

rata yang dibutuhkan untuk mendapatkan bus. Waktu tunggu ini adalah ½ dari

waktu antara (headway) atau interval waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan

angkutan bus sekolah dari bus yang satu ke bus berikutnya.

2.5.10 Awal dan akhir perjalanan

Awal dan akhir waktu pelayanan merupakan waktu angkutan umum

beroperasi sampai dengan waktu untuk mengakhiri operasi atau waktu perjalanan

rata-rata yang dibutuhkan bus mulai dari awal hingga akhir operasi.

Page 13: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

12

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bagian ini akan dibahas urutan teknis dan tata pelaksanaan kegiatan

penelitian yang dilakukan, dimulai dari pengumpulan data (data primer dan data

sekunder) yang diperlukan dan metode yang digunakan dalam pengolahannya

yang merupakan serangkaian kegiatan yang berurutan. Untuk lebih jelas tentang

tahapan penelitian dapat dilihat bagan alir proses penelitian pada lampiran A.1

halaman 30.

3.1 Langkah Penelitian

Beberapa langkah metodologi akan dilakukan untuk mendapatkan suatu

variable pendekat terhadap pencarian solusi permasalahan angkutan Bus Sekolah

khususnya dan untuk kontribusi pembenahan permasalahan sistem angkutan

perkotaan di Kota Meulaboh. Adapun metodologi yang akan digunakan untuk

penelitian ini adalah :

1. Studi literatur mengenai angkutan umum perkotaan, khususnya yang ada

keterkaitannya dengan operasional Bus Sekolah.

2. Pengumpulan data sekunder dari instansi terkait, Dinas Perhubungan dan

DLLAJR

3. Melakukan survei lapangan untuk mendapatkan data primer, survei naik turun

penumpang, waktu tunggu penumpang, frekuensi, kecepatan, kapasitas

angkut.

4. Mengevaluasi kinerja operasional Bus Sekolah dengan Standar Pelayanan

5. Memberikan kesimpulan dan pendapat guna memperbaiki Kinerja Pelayanan

Bus Sekolah.

Page 14: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

13

3.2 Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di kota Meulaboh pada rute angkutan umum Bus

Sekolah berangkat dari terminal (Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi

Kabupaten Aceh Barat) dan menuju ke Terminal yang dituju (GIP Lapang) dan

kembali ke terminal lagi. Untuk lebih jelas tentang lokasi dan rute penelitian dapat

dilihat pada lampiran A.2 halaman 31.

3.3 Tata Cara Survei

Untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang sifat-sifat serta

karakter yang khas pada kasus penelitian ini maka diperlukan langkah survei

pendahuluan yang bertujuan mengidentifikasi awal untuk memperkirakan kondisi

lalu lintas (angkutan umum) yang ada.

Observasi langsung dengan jalan mengikuti kendaraan survei on board

dan mencatat waktu perjalanannya waktu hambatannya serta naik turunnya

penumpang selama Bus melayani rute yang harus ditempuh observasi dilakukan

pada rentang waktu operasi Bus dari pagi sampai petang hari (06.30 – 16.00).

Adapun data-data yang diperlukan untuk penelitian ini meliputi data

primer dan data sekunder.

a.) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dengan melakukan

pengamatan dan pencataan dilapangan serta wawancara dengan pihak-pihak

tertentu untuk mendukung keakurasian analisis yang penulis lakukan seperti data:

1. Waktu tempuh dan waktu berhenti.

2. Kapasitas penumpang dan waktu berangkat.

3. Jumlah penumpang yang diangkut pada waktu pengamatan.

Page 15: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

14

b.) Data sekunder

Data sekunder adalah data yang di peroleh dari instansi-instansi terkait

dalam hal ini dinas perhubungan Kabupaten Aceh Barat dan juga pengembangan

dari informasi eksternal yang diperoleh melalui dokumen,media sosial dan

informasi lainnya yang berkenaan dengan pengamatan yang dilakukan.

3.4 Metode Pengambilan Data

Pengambilan data diawali dengan penentuan segmen di lokasi penelitian

dan setiap segmen akan diberi rambu guna memudahklan surveyor saat

pengambilan data naik turunnya penumpang dilakukan. Setiap segmen yang di

tandai di anggap sebagai halte.

Di lokasi studi di dapati halte yang telah disediakan pemerintah daerah,

tetapi ada beberapa halte yang kurang difungsikan sehingga penentuan segmen

sebagai pengganti halte di anggap perlu dilakukan.

Pengambilan data naik turunnya penumpang, waktu perjalanan serta waktu

hambatan dilakukan selama 1 hari dari jam 06.30 – 16.00 terhadap delapan bus

sekolah dengan satu surveyor setiap busnya, hal ini di dasari atas dasar pengguna

bus sekolah merupakan pengguna tetap dengan tujuan yang tetap pula. Metode

pengumpulan data seperti ini pernah dilakukan oleh Johan Paul Engelberthus

Anggoman pada tahun 2007 guna keperluan penelitian tesis pasca sarjana di kota

semarang.

3.5 Metode Pengolahan Data

Data primer dan data sekunder akan dianalisis dengan menggunakan

metode statistik yaitu menggunakan rumusan-rumusan yang terdapat dalam

liberatur hingga didapat nilai-nilai atau parameter sesuai dengan kondisi

dilapangan.

Page 16: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan bahasan analisis pelayanan bus sekolah Dinas

Perhubungan Kabupaten Aceh Barat berdasarkan data primer dan data sekunder

yang diperoleh dari hasil survei. Bahasan analisis mencakup potensi pergerakan

ditinjau dari pola perjalanan dan permintaan terhadap angkutan sekolah. Hasil

analisis yang diperoleh, selanjutnya digunakan untuk analisis terhadap kinerja bus

sekolah Dinas Perhubungan Kabupaten Aceh Barat untuk mengetahui tingkat

pelayanan yang diberikan kepada pengguna, yaitu dengan menggunakan standar

dari Departemen Perhubungan. Keseluruhan hasil analisis ini dapat dijadikan

sebagai suatu arahan untuk peningkatan pelayanan bus sekolah Dinas

Perhubungan Kabupaten Aceh Barat.

4.1 Analisis Tingkat Pelayanan Bus Sekolah

Dalam analisis ini akan dilakukan identifikasi terhadap kualitas operasional

bus sekolah Dinas Perhubungan Kabupaten Aceh Barat di Kota Meulaboh.

Parameter yang dipakai sesuai standar Departemen Perhubungan, sebagai berikut:

4.1.1 Faktor muat (load factor) pada jam sibuk

Dalam penelitian ini, kedelapan bus yang melayani kegiatan antar jemput

pelajar dari titik jemput kesekolah masing-masing dan dari sekolah ke titik antar,

setiap bus memiliki 26 tempat duduk. Penghitungan load factor dilakukan secara

dinamis dengan mengikuti pergerakan bus menggunakan motor pada kondisi jam

sibuk (peak) pagi dan siang hari dalam dua arah : titik jemput - kesekolah dan

sekolah – ketitik antar.

Page 17: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

16

Contoh perhitungan load factor:

Bus No. 01 Segmen 17 (Sp.KB) memuat penumpang rata-rata 26 orang, maka:

Load factor = = 1.27

Hasil Perhitungan disajikan seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Hasil analisis faktor muat pada jam sibuk

No

Bus Rute

No Segmen

Faktor Muat Penumpang

Rata-Rata Bus Pada Jam

sibuk Faktor Muat

Rata-rata

Pagi Siang Pagi Siang

01 1 17 17 1.27 0.65 0.96

02 1 19 18 1.15 0.88 1.02

03 3 07 08 1.27 1.38 1.33

04 2 07 06 0.65 1.38 1.02

05 1 04 18 1.38 0.92 1.15

06 2 09 09 0.88 1.12 1.00

07 1 15 17 0.81 1.38 1.10

08 2 16 17 1.42 1.15 1.29

Rata-rata 1.11

Sumber : Hasil Analisis, 2014

Hasil analisis load factor dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat pula bahwa

dari pola aktivitas pelajar, teridentifikasi jumlah pergerakan pengguna bus relative

tinggi dan yang tertinggi terlihat pada bus no.03 rute 3 dengan faktor muat rata-

rata 1,33 dan yang terendah bus no.01 rute 1 dengan faktor muat rata-rata 0.96.

Kondisi ini dapat dijelaskan, karena pada jam tersebut pelajar melakukan aktivitas

yang sama. Waktu pagi para pelajar yang menuju ke sekolah. Siang hari pelajar

yang sudah masuk sekolah pagi, akan pulang ke rumah. Nilai load factor rata-rata

kedelapan bus pada waktu jam sibuk pagi dan siang hari, baik dari arah titik

jemput maupun dari Sekolah hasil perhitungan didapat 1,11.

33 26

Page 18: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

17

4.1.2 Faktor muat (load factor) di luar jam sibuk

Perhitungan load factor disini dilakukan diluar jam sibuk pada waktu pagi

dan siang hari. Hasil yang diperoleh dilapangan ditemukan tidak ada aktifitas

apapun dilakukan diluar jam sibuk. Semua armada kembali ke pos untuk istirahat

dan kembali melakukan aktifitas pada saat jam pulang sekolah.

4.1.3 Kecepatan perjalanan

Dari data sekunder yang diperoleh dari bus sekolah Dinas Perhubungan

Kabupaten Aceh Barat, diketahui kecepatan perjalanan bus seperti pada tabel 4.2

berikut :

Tabel 4.2 Hasil analisis kecepatan perjalanan

No Bus Rute

Kecepatan Rata-rata Kecepatan Rata-rata

Pagi Siang

(Km/Jam) (Km/Jam) (Km/Jam)

01 1 13.77 14.31 14.04

02 1 16.82 19.37 18.10

03 3 26.54 31.55 29.05

04 2 25.46 23.87 24.67

05 1 29.70 13.46 21.58

06 2 23.41 30.34 26.87

07 1 19.02 17.23 18.12

08 2 15.13 16.20 15.66

Rata-rata 21.01

Sumber : Hasil Analisis, 2014

Hasil analisis dari data survei di atas terlihat kecepatan rata-rata bus adalah

20.01 km/jam, dan dari table dapat dilihat kecepatan tertinggi terjadi pada bus

no.03 rute 3 dengan kecepatan rata-rata 29.05 km/jam titik awal keberangkatan

simpang langkak kecamatan kuala pesisir kabupaten nagan raya dan akhir

perjalanan GIP lapang kecamatan johan pahlawan kabupaten aceh barat yang

merupakan jalur lintas kabupaten dan rute tersebut bukanlah area padat penduduk

sedangkan kecepatan terendah 14.04 km/jam pada bus no.01 rute 1 dengan area

pelayanan dari Simpang koramil kecamatan meureubo kabupaten aceh barat

Page 19: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

18

sampai ke GIP lapang kecamatan johan pahlawan kabupaten aceh barat yang

merupakan area padat penduduk.

4.1.4 Waktu antara (headway)

Waktu antara keberangkatan satu kendaraan angkutan kota dengan

kendaraan angkutan kota dibelakangnya pada suatu titik tertentu (segmen) atau

selisih waktu kedatangan antara satu kendaraan dengan kendaraan berikutnya.

Perhitungannya dilakukan dengan cara :

Melakukan perhitungan rata-rata selisih waktu di segmen tertentu pada

waktu jam berangkat + rata-rata selisih waktu di segmen yang sama pada waktu

datang / 2. Hasil perhitungan headway disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Hasil analisis headway

No

Bus Rute

Pagi Siang Headway Rata-

rata (menit)

Berangkat Datang Berangkat Datang Pagi Siang

01

1 13.67 13.33 22.67 23.33 13.50 23.00 02

05

07

04

2 20.50 20.00 28.00 31.50 20.25 29.75 06

08

Rata-rata 16.88 26.38

Sumber : Hasil Analisis, 2014

Hasil analisis headway dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa waktu

antara yang dibutuhkan dari bus yang satu ke bus berikutnya rata-rata 13,50 menit

untuk rute 1 pada pagi hari dan 23,00 menit pada siang hari sedangkan rute 2

diperoleh 20,25 menit pada pagi hari dan 29,75 menit pada siang hari atau nilai

headway rata-rata 16,88 di pagi hari dan 26,38 menit di siang hari. Sesuai standar

yang ada, berarti pelayanan yang diberikan dengan kriteria kurang.

Page 20: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

19

4.1.5 Waktu perjalanan

Waktu perjalanan dari segmen awal sampai segmen akhir, waktu yang

dibutuhkan dalam melakukan perjalanan termasuk waktu menurunkan dan

menaikkan penumpang satuan yang digunakan menit/km. Sehingga besaran waktu

perjalanan diekspresikan sebagai berikut :

Waktu Perjalanan = Panjang Trayek / Lama Perjalanan

Hasil perhitungan seperti pada table berikut :

Tabel 4.4 Hasil analisis waktu perjalanan

No Bus Rute Panjang Trayek

(Km)

Lama

Perjalanan Waktu Perjalanan

(menit) (mnt/km)

Pagi

01 1 11.5 30 2.61

02 1 11.1 38 3.42

03 3 23.4 72 3.08

04 2 17.4 53 3.05

05 1 14.7 47 3.20

06 2 17.4 58 3.33

07 1 11.5 41 3.57

08 2 7.4 42 5.68

Rata-rata 3.49

Siang

01 1 10.3 27 2.62

02 1 11.1 40 3.60

03 3 23.4 56 2.39

04 2 17.4 69 3.97

05 1 11 26 2.36

06 2 17.4 48 2.76

07 1 11.5 43 3.74

08 2 6.8 35 5.15

Rata-rata 3.32

Sumber : Hasil Analisis, 2014

Page 21: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

20

Hasil analisis waktu perjalanan dari table 4.4 rata-rata waktu perjalanan di

pagi hari 3,49 menit/km dengan nilai waktu tercepat terlihat pada bus no.01 rute 1

dengan panjang trayek 11,5 km dan lama perjalanan 30 menit sehingga diperoleh

waktu perjalanan 2,61 menit/km, sedangkan yang terendah itu dapat dilihat pada

bus no.08 rute 2 dengan panjang trayek 7,4 km, lama perjalanan 42 menit

sehingga waktu perjalanan bus tersebut 5.68 menit/km. Pada siang hari rata-rata

waktu perjalanan 3,32 menit/km dengan nilai waktu tercepat terlihat pada bus

no.05 rute 1 panjang trayek 11 km, lama perjalanan 26 menit dan waktu

perjalanan 2,36 menit/km sedangkan yang terendah di siang hari dapat dilihat

pada bus no.08 rute 2 dengan panjang trayek 6.8 km serta lama perjalanan 35

menit sehingga diperoleh waktu perjalanan 5,15 menit/km.

Dari tabel 4.4 dapat dilihat pada rute 1 panjang trayek untuk ke empat bus

yang beroperasi memiliki panjang yang relative sama dan waktu perjalanan yang

diperoleh relative sama juga hal ini disebabkan karena rute pelayanan bus tersebut

beroperasi di kota meulaboh yang merupakan area padat penduduk.

4.1.6 Waktu pelayanan

Waktu pelayanan rata-rata yang diberikan oleh kedelapan bus sekolah Dinas

Perhubungan Kabupaten Aceh Barat adalah sekitar 3,30 jam per hari. Angka ini

jauh berada di bawah standar yang ditetapkan, yaitu selama 13 jam per hari. hal

ini disebabkan karena tidak ada aktifitas pelayanan yang dilakukan bus diluar

aktifitas pelajar kesekolah dan pulang dari sekolah.

4.1.7 Frekwensi/ritasi

Dalam perhitungan selanjutnya digunakan satuan kendaraan/jam yang

berarti jumlah bus yang beroperasi melewati titik tertentu selama satu jam.

Frekwensi pelayanan yang dibutuhkan ditentukan oleh permintaan waktu paling

sibuk yaitu pagi jam 06.00 – 07.30.

Page 22: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

21

Contoh perhitungan frekwensi/ritasi:

Bus rute 1 mempunyai headway rata-rata sebesar 13,50 menit, maka:

Frekwensi = = 4,44 5 kendaraan / j a m

Hasil perhitungan disajikan seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Hasil analisis frekwensi/ritasi

No

Bus Rute

Headway Headway

Rata-rata Frekwensi

(kend./jam)

Pagi

(menit)

Berangkat Datang (ht)

01

1 13.67 13.33 13.50 4.44 02

05

07

04

2

20.50

20.00 20.25 2.96 06

08

Sumber : Hasil Analisis, 2014

Hasil analisis frekwensi/ritasi dari tabel diatas terlihat bahwa rata-rata

jumlah bus yang melintasi pada titik pengamatan tertentu selama 1 jam adalah

sebanyak 4,44 5 kend/jam untuk rute 1 dengan titik pengamatan di segmen 18

(panti asuhan) dan rute 2 sebanyak 2,96 3 kend./jam dengan titik pengamatan

segmen 17 (padang mancang).

4.1.8 Jumlah kendaraan yang beroperasi

Jumlah bus sekolah Dinas Perhubungan Kabupaten Aceh Barat yang

beroperasi di Kota Meulaboh ada 8 bus dengan kondisi fisik yang masih baik

sehingga dapat dikatakan 100% melakukan operasi setiap hari.

60 13,50

Page 23: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

22

Jumlah kebutuhan bus dapat dihitung dengan rumus:

V = 2(RT + TT)/HD

Dimana:

V = Jumlah kendaraan

RT = Route time, yaitu waktu yang dibutuhkan bus untuk menempuh trayek

(dari awal sampai akhir trayek dan sebaliknya), pada rumus di atas

waktu tempuh berangkat sama dengan waktu kembali.

TT = Terminal time, yaitu waktu istirahat (waktu menunggu) keberangkatan

di awal trayek maupun di akhir trayek, pada rumus di atas terminal

time di awal trayek dianggap sama dengan di ujung trayek.

HD = Headway, yaitu frekwensi pelayanan bus.

Contoh perhitungan jumlah armada:

Bus rute 1 mempunyai route time rata-rata sebesar 28,25 menit, Headway rata-

rata 17,33 menit, terminal time 10,5 menit sehingga diperoleh jumlah armada bus

= 2(28,25 + 10,5)/17,33 = 4,47 atau 5 kendaraan.

Hasil perhitungan dibandingkan dengan jumlah armada yang beroperasi (8

bus) dapat disajikan seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Hasil analisis selisih jumlah bus

No

Bus Rute

Route

Time

Rata-

rata

(menit)

Terminal

Time

(menit)

Headway

Rata-rata

(menit)

Jumlah bus

Hsl

Perhitungan

(unit)

Jumlah

Bus

Beroperasi

(unit)

Selisih

Kurang Lebih

(unit) (unit)

01

1

Pagi 28.25 10.75

13.50 5.78 4 1.78

02

05 Siang 23.25 10.75

23.00 2.96 4 1.04

07

04

2

Pagi 41.67 9.33

20.25 5.04 3 2.04

06

08 Siang 41.33 12.67

29.75 3.63 3 0.63

Sumber : Hasil Analisis, 2014

Page 24: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

23

Hasil analisis selisih jumlah bus dari tabel 4.6 di atas terlihat adanya

selisih jumlah bus yang beroperasi dengan jumlah bus hasil perhitungan, untuk

rute 1 pada pagi hari terjadi kekurangan bus sebesar 1,78 2 unit dari hasil

perhitungan diperoleh hasil sebesar 5,78 unit dengan jumlah bus yang beroperasi

sebanyak 4 unit sedangkan pada siang hari justru jumlah bus hasil perhitungan

2,96 unit dan bus yang beroperasi sebanyak 4 unit terjadi kelebihan sebesar 1,04

1 unit sedangkan pada rute 2 pada pagi hari terjadi kekurangan unit sebesar 2,04

2 unit dan 0,63 1 unit di siang hari.

4.1.9 Waktu tunggu penumpang

Waktu tunggu ini adalah ½ dari waktu antara (headway) atau interval waktu

yang dibutuhkan untuk mendapatkan angkutan bus, dari bus yang satu ke bus

berikutnya. Perhitungan waktu tunggu seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Hasil analisis waktu tunggu

No

Bus Rute

Headway

(Menit)

Headway

Rata-rata

Waktu

Tunggu

Pagi Siang (menit) (menit)

Berangkat Datang Berangkat Datang (ht) (ht/2)

01

1 13.67 13.33 22.67 23.33 18.25 9.13 02

05

07

04

2 20.50 20.00 28.00 31.50 25.00 12.50 06

08

Rata-rata 10.81

Sumber : Hasil Analisis, 2014

Hasil analisis dari tabel di atas terlihat bahwa waktu tunggu rata-rata untuk

mendapatkan bus adalah 10,81 menit. Jadi setiap 10,81 menit ada bus yang

melintas pada trayek tersebut. Dari standar pelayanan angkutan umum yang ada,

berarti pelayanan trayek bus dari sisi waktu tunggu mempunyai kinerja baik.

Page 25: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

24

4.1.10 Awal dan akhir waktu pelayanan

Waktu perjalanan dalam satu hari dari semua bus sekolah Dinas

Perhubungan Kabupaten Aceh Barat dapat dikatakan sama, yaitu diawali pagi hari

sekitar jam 06.00 – 07.30, rentang waktu antara pagi dan siang hari seluruh

armada kembali ke pos Dinas Perhubungan Kabupaten Aceh Barat untuk

beristirahat dan kembali beroperasi pada siang hari jam 13.00 – 15.00 . Seluruh

bus beroperasi sekitar 3,30 jam setiap hari.

4.2 Kualitas Pelayanan

Berdasarkan standar pelayanan dari Departemen Perhubungan dan hasil

analisis diatas, berikut ini disajikan kualitas pelayanan bus sekolah Dinas

Perhubungan Kabupaten Aceh barat di Kota Meulaboh :

Tabel 4.8 Hasil analisis pelayanan bus sekolah Dinas Perhubungan Kabupaten Aceh

Barat.

No.Bus

Indikator Penilaian

Total

Skor

Penilaian

Kinerja

Load

Fac

tor

jam

sibuk

Load

Fac

tor

dil

uar

jam

sib

uk

Kec

epat

an

Per

jala

nan

Hea

dw

ay

Wak

tu P

erja

lanan

Wak

tu P

elay

anan

Fre

kw

ensi

Jum

lah K

endar

aan

ber

oper

asi

Wak

tu T

unggu

Aw

al &

Akhir

Per

jala

nan

( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) ( 9 ) ( 10 )

01 2 - 3 1 3 1 1 1 3 1 16 Sedang

02 1 - 3 1 3 1 1 1 3 1 15 Sedang

04 1 - 3 1 3 1 1 1 3 1 15 Sedang

05 1 - 3 1 3 1 1 1 3 1 15 Sedang

06 2 - 3 1 3 1 1 1 3 1 16 Sedang

07 1 - 3 1 3 1 1 1 3 1 15 Sedang

08 1 - 3 1 3 1 1 1 3 1 15 Sedang

Rata-rata 1.29 - 3 1 3 1 1 1 3 1 15.29 Sedang

Sumber : Hasil Analisis, 2014

Keterangan :

Nilai : 18,00 – 24,00 = Baik

Nilai : 12,00 – 17,99 = Sedang

Nilai : < 12 = Kurang

Page 26: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

25

4.3 Pembahasan

Hasil pengolahan data yang dipergunakan sebagai dasar untuk

mendapatkan nilai pelayanan bus sekolah Dinas Perhubungan Kabupaten Aceh

Barat dengan jumlah bus yang beroperasi sebanyak delapan bus dan pembagian

tiga rute pelayanan serta dari uraian tersebut diatas, dengan berdasarkan standar

pelayanan dari Departemen Perhubungan dapat dijelaskan pada tabel 4.9 sebagai

berikut :

Tabel 4.9 Hasil analisis penilaian pelayanan bus sekolah Dinas Perhubungan

Kabupaten Aceh Barat berdasarkan standar Departemen Perhubungan.

No Parameter

Penilaian Satuan

Standar Penilaian Hasil

Penilaian

Bus

Nilai Kriteria Kurang Sedang Baik

1 2 3

a b c d e f g h i

1 L.F jam sibuk >1 0,8-1 <0,8 1.11 1.29 Kurang

2 L.F di luar jam

sibuk >1 0,7-1 <0,7 - - -

3 Kecepatan

Perjalanan km/jam <5 5-10 >10 21.01 3.00 Baik

4 Headway menit >15 10-15 <10 18.79 1.00 Kurang

5 Waktu

Perjalanan menit/km >12 6-12 <6 3.48 3.00 Baik

6 Waktu

Pelayanan jam <13 13-15 >15 3.30 1.00 Kurang

7 Frekwensi Kend/jam <4 4-6 >6 3.70 1.00 Kurang

8 Jumlah

Kend.Beroperasi % <82 82-100 >100 <82 1.00 Kurang

9 Waktu Tunggu menit >30 20-30 <20 11.90 3.00 Baik

10 Awal & Akhir

Perjalanan jam 05-18 05-20 05-22 06 - 18.

00 1.00 Kurang

Total Penilaian 15.29 Sedang

Sumber : Hasil Analisis, 2014

Hasil analisis dari tabel 4.8 dan tabel 4.9 di atas terlihat bahwa hasil

penilaian kualitas pelayanan bus sekolah Dinas Perhubungan Kabupaten Aceh

barat dengan nilai 15,29 berada pada range nilai 12,00 – 17,99, yang berarti

masuk pada kriteria sedang.

Bila di amati per indikator dari hasil survei maka dapat dilihat tingkat

pelayanan bus sekolah Dinas Perhubungan Kabupaten Aceh Barat dari tabel

Page 27: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

26

tersebut dapat dilihat bahwa ada 6 indikator penilaian pelayanan bus dengan

kriteria kurang dan 3 indikator dalam kriteria baik serta 1 indikator yaitu load

factor diluar jam sibuk tidak didapatkan penilaian dikarenakan tidak adanya

aktifitas pelayanan diluar jam sibuk.

Page 28: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

27

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis angkutan umum studi kasus bus sekolah Dinas

Perhubungan Kabupaten Aceh Barat, pengamatan dan pembahasan tentang tingkat

pelayanan bus sekolah dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya :

1. Hasil perhitungan load factor bus 1 sampai dengan bus 8 memiliki hasil

rata-rata bus 1 sebesar 0,96, bus 2 sebesar 1,02 bus 3 sebesar 1,33 bus 4

sebesar 1,02, bus 5 sebesar 1,15 bus 6 sebesar 1,00, bus 7 sebesar 1,10

dan bus 8 sebesar 1,29. Dari hasil perhitungan tersebut didapat bahwa 6

dari 8 bus memiliki faktor muat yang berlebihan, melebihi standar

penilaian department perhubungan dengan nilai >1 memiliki nilai

pelayanan kurang sedangkan bus no 1 dan 6 memiliki standar penilaian

0,8-1 dengan katagori pelayanan sedang.

2. Jumlah bus sekolah Dinas Perhubungan Kabupaten Aceh Barat yang

beroperasi diwilayah meulaboh berjumlah 8 armada dengan pembagian

3 rute diantaranya melayani rute Kecamatan Johan Pahlawan,

Kecamatan Kaway XVI, Kecamatan Meureubo dan Kecamatan Kuala

Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Rute yang dibahas adalah rute 1 dan

rute 2 dimana pada rute 1 dipagi hari kebutuhan bus sekolah di rute

tersebut kekurangan unit sebesar 1,78 2 unit dan kelebihan unit

sebesar 1,04 1 Unit pada siang harinya, pada rute 2 dari hasil

perhitungan diperoleh kekurang unit armada sebesar 2,04 2 unit di

pagi hari dan 0,63 1 unit di siang hari.

3. Hasil analisis pelayanan bus sekolah Dinas Perhubungan Kabupaten

Aceh Barat didapat nilai 15,29 apabila mengacu pada standar yang

ditetapkan oleh Departemen Perhubungan nilai tersebut masuk kedalam

katogori sedang namun secara parsial masih dapat diklasifikasikan

Page 29: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

28

kriteria-kriteria yang dimiliki setiap variable kinerja pelayanan sebagai

berikut :

a. Kriteria baik : Kecepatan Perjalanan, Waktu Perjalanan dan Waktu

Tunggu

b. Kriteria Kurang : Load factor jam sibuk, Headway, Waktu

pelayanan, Frekwensi, Jumlah kendaraan beroperasi dan awal &

akhir perjalanan.

c. Sedangkan untuk load factor diluar jam sibuk tidak didapakan hasil

penilaian hal ini disebabkan tidak adanya aktifitas pelayanan bus

sekolah Dinas Perhubungan Kabupaten Aceh Barat pada jam

tersebut, seluruh armada bus kembali ke pos Dinas Perhubungan

Kabupaten Aceh Barat dan kembali beroperasi pada saat jam

pulang sekolah sekitar pukul 13.00 wib

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan saran yang

dipetik adalah sebagai berikut :

1. Load factor pada jam sibuk dapat ditingkatkan dengan penambahan

jumlah armada sesuai standar perhitungan yang telah ditetapkan

Departemen Perhubungan.

2. Adanya penempatan terminal jemput/halte dititik-titik tertentu dengan

area cover terjangkau, sehingga tidak ada titik antar jemput dengan jarak

sangat dekat.

3. Dari hasil perhitungan jumlah kendaraan yang beroperasi pada rute 1

ditemukan selisih kelebihan unit sebesar 1,04 1 unit bus pada jam

operasi siang hari, jumlah kendaraan yang beroperasi di rute tersebut

berjumlah 4 unit. Untuk efisiensi operation cost kendaraan pada rute 1 di

siang hari cukup dilayani oleh 3 bus sekolah saja.

Page 30: ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUMrepository.utu.ac.id/158/1/I-V.pdfangkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil bus atau

29

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, Iskandar, 1996, Menuju Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Yang

Tertib, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta.

Andrian.T (2008), Evaluasi Angkutan Kota Medan Jenis Mobil Penumpang

Umum (MPU) Studi kasus : Koperasi pengangkutan Medan (KPUM)

trayek 64, Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara, Medan.

Anggoman.J.E (2007), Studi Tingkat Pelayanan Angkutan Umum DAMRI di

Kota Menado, Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota

Universitas Diponegoro, Semarang.

Dapertemen Perhubungan (2011), Panduan Pengumpulan Data Angkutan

Umum Perkotaan, Jakarta, Penerbit : Direktorat Bina Soistem Lalu

Lintas dan Angkutan Kota.

Idwan Santoso, (1996), Perencanaan Prasarana Angkutan Umum, PSTK – ITB,

Bandung.

Morlock, Edward K. (1978), Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi,

Jakarta : Penerbit Erlangga.

Morlok, Edward K. (1988), Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi,

Jakarta, Penerbit : Erlangga.

Situmeang.P (2008), Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang

Umum Antar Kota (Studi kasus : Angkutan umum trayek Medan –

Tarutung), Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara, Medan.

Salim, Abbas, (1993) Manajemen Transportasi, Jakarta, Penerbit : PT Raja

Grafindo Persada.

Warpani, Suwardjoko (1990), Merencanakan Sistem Perangkutan, Bandung,

Penerbit : Institut Teknologi Bandung.