ANALISIS KETERAMPILAN KOMUNIKASI ILMIAH SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA DI MASA PANDEMIK COVID-19 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Fauzyah Hasanah NIM.11160161000049 PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021
145
Embed
ANALISIS KETERAMPILAN KOMUNIKASI ILMIAH SISWA PADA ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS KETERAMPILAN KOMUNIKASI ILMIAH
SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA DI
MASA PANDEMIK
COVID-19
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Fauzyah Hasanah
NIM.11160161000049
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
i
ERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Fauzyah Hasanah
Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 7 Januari 1997
NIM : 11160161000049
Jurusan/Prodi : Tadris Biologi
Judul Skripsi : Analisis Keterampilan Komunikasi Ilmiah Siswa
Pada Pembelajaran Biologi SMA di Masa Pandemik
Covid-19
Dosen Pembimbing : Dr. Yanti Herlanti, M.Pd.
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 18 Maret 2021
Mahasiswa Ybs,
Fauzyah Hasanah
NIM. 11160161000049
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Analisis Keterampilan Komunikasi Ilmiah Siswa Pada
Pembelajaran Biologi SMA di Masa Pandemik Covid-19 disusun oleh
Fauzyah Hasanah, NIM. 11160161000049, Program Studi Tadris Biologi,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya
ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang
ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 18 Maret 2021
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Analisis Keterampilan Komunikasi Ilmiah Siswa Pada
Pembelajaran Biologi SMA di Masa Pandemik COVID-19 disusun oleh
Fauzyah Hasanah, NIM. 11160161000049, Program Studi Tadris Biologi,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dinyatakan LULUS dalam ujian Munaqasah pada tanggal 26
April 2021 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh
gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Biologi.
Abad 21 merupakan abad yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Hal tersebut membuat sumber daya manusia yang ada dalam suatu
Negara harus menguasai berbagai bentuk keterampilan, termasuk keterampilan
berpikir kritis dan pemecahan masalah. Dengan munculnya tantangan abad 21
yang mengedepankan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan suatu Negara
harus memiliki SDM yang mampu menguasai berbagai keterampilan. Hal tersebut
dapat diwujudkan melalui sistem pendidikan. Pendidikan abad 21 merupakan
pendidikan yang mengintegrasikan kemampuan literasi, kecakapan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap teknologi. Kecakapan yang
dibutuhkan dalam abad 21 adalah kecakapan berpikir kritis dan pemecahan
masalah, komunikasi, kreativitas dan inovasi, serta kolaborasi.1
Kecakapan yang harus dimiliki oleh pelajar dalam pendidikan abad 21
salah satunya adalah keterampilan komunikasi. Keterampilan ini sangat
diperlukan dalam dunia kerja karena merupakan salah satu dari keterampilan abad
21 yang harus diberdayakan dalam belajar. Keberhasilan tidak hanya terkait
dengan kemampuan pengetahuan teknis atau biasa disebut hard skill, tetapi juga
berkaitan dengan soft skill yaitu kemampuan untuk mengelola diri sendiri dan
orang lain. Hal ini diperkuat berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh NACE
Amerika Serikat (2002) dalam jurnal Hariyanto, Yamtinah, Sukarmin, Saputro,
dan Mahardiani yang menyatakan bahwa “hal penting yang sering kali
dibandingkan dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) adalah soft skill”. Soft skill
yang dimaksud adalah keterampilan komunikasi, kejujuran, motivasi, adaptasi,
kerjasama, dan keterampilan interpersonal yang baik.2 Hal ini didukung oleh
1 Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Implementasi RPP abad 21, 2017. 2 H. Hariyanto, S. Yamtinah, S. Sukarmin, S. Saputro, dan L. Mahardiani, The analysis of
student’s verbal communication skills by gender in the middle school in South Tangerang,
International Conference on Science and Applied Science (ICSAS), 2019, h. 1-6.
2
hasil Laporan Keterampilan Indonesia pada tahun 2010. Laporan menunjukkan
bahwa keterampilan komunikasi adalah keterampilan yang paling dibutuhkan
untuk pekerja dan karyawan di Indonesia. Laporan lain dari Mc Kinsey Global
Institut dalam jurnal Hariyanto,dkk juga menunjukkan bahwa keterampilan
komunikasi yang buruk adalah alasan mengapa seseorang gagal dalam memenuhi
kualifikasi yang dibutuhkan dalam pekerjaan.3 Dengan kata lain, keterampilan
komunikasi sangat dibutuhkan dalam dunia kerja serta mempengaruhi arah dan
tujuan pendidikan. Hal-hal ini harus ditingkatkan dengan mempersiapkan peserta
didik yang kompeten melalui keterampilan dasar yaitu kemampuan komunikasi.
Kemampuan komunikasi merupakan salah satu kompetensi yang
diperlukan untuk menyampaikan gagasan dan pemikiran dalam berbagai konteks
kehidupan. Tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi (transfer
of knowledge), tetapi sebagai pendorong peserta didik belajar (stimulation of
learning) agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai
aktivitas termasuk aspek berkomunikasi.4 Pendidikan saat ini mempersiapkan
peserta didik untuk memiliki hard skill dan soft skill yang baik. Pemerintah
Indonesia telah menanggapi fakta ini dengan mengembangkan kurikulum 2013 di
mana tiga hal yang dituntut yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Keterampilan komunikasi dalam hal ini jatuh ke dalam ranah keterampilan dalam
tuntutan kurikulum 2013.
Peran penting komunikasi berdasarkan Permendikbud No. 37 Tahun
2018 tentang Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), pada KI 4 dalam
mata pelajaran biologi tertera bahwa peserta didik harus mampu mengolah dan
menyajikan informasi yang dipelajarinya di kelas dengan menggunakan metode
ilmiah. Hal ini dijabarkan melalui kompetensi dasar terkait aspek keterampilan.
Terdapat empat belas KD yang harus dikuasai oleh peserta didik. Dalam KD
tersebut sebelas diantaranya harus menyajikan hasil pengamatan, di mana hal
3 Ibid., 4 Umar W, Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran
Matematika, Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika, 2012, Vol. 1.
3
tersebut sangat membutuhkan keterampilan komunikasi.5 Komunikasi menurut
Sharifirad, 2012 dalam jurnal Assaba’i Nizar Urwani, Murni Ramli, Joko
Ariyanto memiliki peran yang besar dalam kegiatan belajar mengajar, yang
memiliki tujuan untuk mentransfer pengetahuan dan pertukaran ide atau gagasan
Apabila peserta didik dapat menerima materi pembelajaran dengan baik, maka
komunikasi dalam pembelajaran dapat dikatakan efektif.6
Situasi pembelajaran saat ini dituntut untuk melakukan pembelajaran
daring yaitu proses pembelajaran yang dilakukan jarak jauh dari pusat
penyelenggara pendidikan yaitu sekolah. Hal ini disebabkan oleh adanya wabah
Coronavirus Disease 2019 atau biasa disingkat dengan Covid-19 yang terjadi
secara global. Wabah Covid-19 telah melanda 215 negara di dunia, memberikan
tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan untuk melawan Covid-19. Dalam
hal tersebut Pemerintah telah melarang untuk berkerumun, pembatasan sosial
(social distancing) dan menjaga jarak fisik (physical distancing), memakai
masker dan selalu cuci tangan.7 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah
mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19).
Dalam surat tersebut tercantum bahwa pembelajaran dari rumah secara daring
dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta
didik, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk
kenaikan kelas maupun kelulusan.8
Berdasarkan penelitian Harnani, 2020 terkait efektifitas pembelajaran
daring ditemukan beberapa masalah yang dihadapi oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran secara daring. Beberapa guru menyatakan bahwa pembelajaran
daring tidak begitu efektif bila dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran tatap
5 Permendikbud Nomor 37, Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran
Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, 2018. 6 Assaba’I Nizar, Murni Ramli, Joko Ariyanto, Analisis Dominasi Komunikasi Scientific
Pada Pembelajaran Biolog Sekolah Menengah Atas, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2018, h. 181-
190. 7 Ali Sadikin, Afreni Hamidah, Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19, Jurnal
Ilmiah Pendidikan Biologi, 2020, h. 214-224. 8 Surat Edaran Menteri Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19).
4
muka, karena beberapa materi harus dijelaskan secara langsung dan lebih lengkap
terutama dalam menerapkan kegiatan praktikum.9 Hal ini pun diperkuat oleh hasil
penelitian Yusmaniar, dkk yang menyatakan bahwa penerapan kegiatan
praktikum secara daring masih jarang dilakukan oleh pendidik karena beberapa
kendala. Kendala pertama yang dialami guru selama melakukan praktikum daring
yaitu siswa kurang memahami langkah kerja yang telah diberikan oleh guru,
sehingga data yang diperoleh tidak sesuai dengan tujuan penelitian. Kendala
kedua yaitu, sulit bagi guru mengendalikan siswa untuk melakukan praktikum
daring. Dan kendala ketiga adalah beberapa guru belum terpikirkan cara yang
tepat untuk menerapkan praktikum daring dikarenakan kesulitan dalam
mengendalikan keaktifan siswa. Selain itu keterbatasan kuota pun menjadi
masalah, karena tidak semua siswa memiliki jaringan internet yang memadai.
Sehingga pengalaman siswa dalam menerapkan metode praktikum dalam proses
pembelajaran menjadi kurang dan hal ini pun akan berpengaruh terhadap
keterampilan komunikasi ilmiah siswa dalam mengolah informasi yang
didapatkan dari hasil praktikum.10
Fenomena yang terjadi di lapangan terlihat bahwa sistem pembelajaran
jarak jauh menggunakan kurikulum darurat membuat peserta didik mengalami
keterbatasan dalam berkomunikasi ilmiah dengan guru dan teman-temannya.. Hal
ini dikarenakan adanya pemotongan jam tatap muka antara peserta didik dengan
guru dalam satu pertemuan mata pelajaran. Sehingga waktu peserta didik untuk
bereksplorasi dalam pembelajaran di kelas seperti kegiatan praktikum,
pengamatan secara langsung, dan project ilmiah yang dilakukan secara
berkelompok menjadi terbatas. Selain itu keterbatasan kuota yang dimiliki oleh
peserta didik juga mempengaruhi kebutuhan peserta didik untuk belajar, seperti
melakukan diskusi secara daring dan mengakses informasi sebanyak-banyaknya
9 Sri Harnani, Efektivitas Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19, tersedia
online di bdkjakarta.kemenag.go.id. Diakses tanggal 06 Desember 2020 jam 14.00. 10 Yusmaniar Afifah Noor , Ngurah Made Darma Putra , Sunyoto Eko Nugroho, Putut
dari berbagai sumber untuk memperdalam pengetahuan mereka. Hal itu pun akan
berpengaruh terhadap keterampilan peserta didik dalam mengkomunikasikan
pikirannya melalui aktivitas belajar yang biasa dilakukan pada saat pembelajaran
tatap muka.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti ingin mendeskripsikan
keterampilan komunikasi ilmiah peserta didik tingkat SMA pada pembelajaran
biologi di masa pandemik covid-19, dengan melihat kemampuan peserta didik
melalui kegiatan praktikum daring dengan mencari informasi, membaca ilmiah,
mendengarkan dan mengamati, menulis ilmiah, menyampaikan informasi, serta
mempresentasikan pengetahuan. Hal ini dikarenakan biologi merupakan ilmu
sains yang dapat menstimulus peserta didik untuk memiliki keterampilan
komunikasi yang baik. Karena pada umumnya, peserta didik SMA masih
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan untuk
menyampaikan hasil praktikum melalui presentasi dan menulis laporan. Di
berbagai Negara diketahui bahwa keterampilan komunikasi yang diperlukan untuk
kecakapan abad 21.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah yaitu:
1. Abad 21 membutuhkan banyak keterampilan salah satunya keterampilan
komunikasi
2. Komunikasi ada dalam sasaran abad 21 dan kurikulum, namun belum menjadi
fokus pencapaian
3. Komunikasi merupakan aspek penting namun belum mendapat perhatian
4. Komunikasi belum menjadi fokus pencapaian pada kurikulum
5. Komunikasi belum menjadi fokus pada penerapan pembelajaran
6. Pembelajaran secara daring tidak berjalan secara efektif jika dibandingkan
dengan pembelajaran tatap muka
6
C. Pembatasan Masalah
Penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti pada
penelitian Keterampilan Komunikasi Ilmiah peserta didik pada pembelajaran
Biologi konsep sel. Hal ini bertujuan agar penelitian tidak menimbulkan
penafsiran yang berbeda-beda dan mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun
pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah “Mendeskripsikan keterampilan
komunikasi ilmiah pada saat pembelajaran jarak jauh”.
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut “Bagaimana gambaran keterampilan komunikasi ilmiah siswa pada
pembelajaran Biologi SMA di masa pandemik covid-19?
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Cakupan materi biologi pada penelitian ini dibatasi hanya pada konsep sel
2. Keterampilan komunikasi ilmiah peserta didik dilihat berdasarkan aktivitas
praktikum secara daring
F. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah peneliti
dapat mengetahui gambaran keterampilan komunikasi ilmiah peserta didik pada
pembelajaran biologi SMA.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, diantaranya:
1. Bagi guru, dapat mengembangkan kemampuan komunikasi ilmiah peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran di kelas
2. Bagi peserta didik, dapat mengetahui kemampuan komunikasi yang dimiliki
3. Bagi sekolah, dapat mengetahui kualitas pembelajaran peserta didik di
sekolah
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Pengertian Komunikasi
Kata komunikasi berasal dari kata latin cum, yaitu kata depan yang
berarti dengan dan bersama dengan, dan unus, yaitu kata bilangan yang berarti
satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam bahasa
inggris menjadi communion dan berarti kebersamaan, persatuan, gabungan,
pergaulan, hubungan.1 Menurut Larry dalam bukunya, komunikasi merupakan
proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka
dengan orang lain melalui penggunaan simbol.2 Menurut Richard & Saundra
komunikasi adalah setiap proses di mana manusia berbagai informasi, ide, dan
perasaan. Komunikasi tidak hanya melibatkan kata-kata secara lisan dan tulisan
tetapi juga bahasa tubuh, tingkah laku, dan gaya apapun yang menambah makna
pada suatu pesan.3 Komunikasi adalah proses menghasilkan informasi,
mengirimkan dan memaknai yang menghubungkan dua orang.4
Dengan demikian komunikasi merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari seluruh aktivitas manusia baik aktivitas secara individu maupun
kelompok. Komunikasi pada dasarnya merupakan konsep yang multimakna.
Makna komunikasi pada dasarnya dapat dibedakan berdasarkan proses sosial,
sebagai peristiwa, sebagai ilmu, sebagai kiat atau keterampilan.
2. Komunikasi Pendidikan
Istilah komunikasi pendidikan belum terlalu akrab didengar oleh
kalangan pemerhati dan praktisi pendidikan. Dalam hal ini dunia pendidikan
1 Ngainun Naim, Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2011), h. 17. 2 Samovar Larry, Komunikasi Lintas Budaya, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 18. 3 Richard & Saundra, Communication Effectively, (New York: McGraw-Hill, 2007), h. 8. 4 Hulya Yesil, The relationship between candidate teachers’ communication skills
and their attitudes towards teaching profession, Procedia Social and Behavioral Sciences, 2010.
8
membutuhkan sebuah pemahaman secara menyeluruh dan utuh tentang
pemanfaatan komunikasi dalam proses pembelajaran. Tanpa adanya komunikasi
yang baik, pendidikan akan kehilangan cara dan orientasi dalam membangun
kualitas output yang diharapkan. Komunikasi pendidikan berperan dalam
menunjukkan arah proses tatanan sosial atas kenyataan pendidikan. Secara
sederhana dapat dikatakan komunikasi pendidikan merupakan komunikasi yang
terjadi dalam suasana pendidikan. Dengan demikian, komunikasi pendidikan
adalah proses perjalanan pesan atau informasi yang merambah bidang atau
peristiwa-peristiwa pendidikan.5
Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi,
penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan yang disampaikan berupa
isi/ajaran yang dituangkan ke dalam symbol-simbol komunikasi, baik verbal
(kata-kata dan tulisan) maupun non-verbal. Dalam dunia pendidikan, komunikasi
menjadi kunci yang cukup menentukan dalam mencapai tujuan. Sebagai seorang
guru yang memiliki pengetahuan luas jika tidak mampu mengkomunikasikan
pikiran, pengetahuan, dan wawasannya, tentu tidak akan mampu memberi
transformasi pengetahuannya kepada para siswanya. Berdasarkan hal tersebut
dapat dikatakan bahawa komunikasi dalam dunia pendidikan sangat penting.6
Strategi yang dilakukan Haggarty&Postelhwaite dalam Iriyantara dan
Syaripudin tentang komunikasi guru dan siswa diketahui bahwa guru di sekolah
disarankan mendorong siswa-siswanya untuk saling mengungkapkan sisi positif
pembelajaran. Komunikasi yang biasa dilakukan antara guru dan siswa adalah
komunikasi verbal seperti ketika dalam proses pembelajaran di kelas, percakapan
di dalam dan di luar sekolah. Komunikasi verbal dapat berupa percakapan tatap
muka antara guru dan siswa, berbicara dalam pembelajaran di kelas, atau
percakapan melalui media telepon. Saat melakukan komunikasi tidak hanya
komunikasi yang bersifat verbal melainkan juga menyampaikan pesan non-verbal.
5 Ngainun Naim, Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2011)., h. 26 27. 6 Ibid.,
9
Komunikasi non-verbal dilakukan dengan gerakan tangan, ekspresi wajah, postur
tubuh, dan lainnya.7
Komunikasi dalam dunia pendidikan berlangsung melalui proses belajar
mengajar. Komunikasi dalam pembelajaran merupakan proses pertukaran
informasi berupa materi pembelajaran antara guru dengan siswa. Dalam
komunikasi pembelajaran, guru bertindak sebagai pengirim pesan (komunikator)
dan siswa bertindak sebagai penerima pesan (komunikan). Pesan yang
disampaikan guru kepada siswa berupa materi pembelajaran. Interaksi antara guru
dengan siswa menimbulkan beberapa pola komunikasi, yaitu komunikasi satu
arah, komunikasi dua arah, dan komunikasi banyak arah.8
Komunikasi satu arah terjadi jika pembelajaran tidak melibatkan siswa
untuk aktif dan guru aktif menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa,
sehingga guru lebih mendominasi kelas. Pada komunikasi satu arah hanya terjadi
komunikasi dari guru ke siswa. Komunikasi dua arah terjadi jika guru dan siswa
mendominasi kelas pada taraf yang sama melalui kegiatan tanya jawab.
Komunikasi dua arah menyebabkan terjadinya komunikasi dari guru ke siswa dan
dari siswa ke guru. Komunikasi banyak arah terjadi jika siswa dapat
berkomunikasi dengan guru dan siswa lain, sehingga siswa aktif dalam proses
pembelajaran dan mendominasi komunikasi.9
Komunikasi pendidikan merupakan proses terjadinya transfer informasi
dua arah dalam ruang lingkup pendidikan. Komunikasi pendidikan erat kaitannya
dalam proses pembelajaran, dimana guru sebagai pemberi informasi dan peserta
didik sebagai penerima informasi terkait materi pelajaran. Komunikasi pendidikan
memiliki peranan besar dalam proses pembelajaran karena pada dasarnya guru
mentransfer pikiran, pengetahuan, dan wawasannya kepada siswa melalui proses
komunikasi yang menciptakan interaksi di dalamnya. Sehingga tujuan dari
7 Yosal dan Usep, Komunikasi Pendidikan, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2013),
h. 84. 8 Ibid., 9 Assaba’I Nizar, Murni Ramli, Joko Ariyanto, Analisis Dominasi Komunikasi Scientific
Pada Pembelajaran Biolog Sekolah Menengah Atas, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2018, h. 181-
190.
10
pembelajaran sendiri yaitu dari yang tidak tahu menjadi tahu dapat tercapai
dengan baik.
3. Keterampilan Komunikasi Ilmiah
Pengertian keterampilan menurut Muhibbin merupakan kegiatan yang
berhubungan dengan fisik yang biasanya tampak dalam kegiatan jasmani seperti
menulis, mengetik, olahraga, dan sebagainya. Keterampilan dapat terwujud bila
siswa menyadari adanya pergerakan motorik yang membutuhkan koordinasi
didalamnya.10 Keterampilan komunikasi merupakan salah satu kecakapan abad 21
yang harus dimiliki oleh siswa. Kecakapan komunikasi dalam proses
pembelajaran terdiri dari; kemampuan ICT Literacy, kemampuan mengungkapkan
ide-ide, kemampuan mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain,
kemampuan menggunakan alur pikir yang logis dan terstruktur, kemampuan
komunikasi multi bahasa, kemampuan penggunaan bahasa sesuai dengan konteks
dan konten.11
Keterampilan komunikasi merupakan kemampuan dalam
menginformasikan hasil pengamatan, prediksi atau hasil percobaan kepada orang
lain. Bentuk komunikasi dapat berupa lisan, tulisan, grafik, tabel, diagram, atau
gambar. Berdasarkan jenisnya dapat berupa laporan atau transformasi parsial.12
Menurut Nurhayati dalam Samatowa komunikasi ilmiah adalah keterampilan
untuk mengkomunikasikan pengetahuan ilmiah hasil temuan dan kajiannya
kepada berbagai kelompok sasaran untuk berbagai tujuan.13
Keterampilan komunikasi ilmiah berkorelasi positif dengan tingkat
berpikir siswa. Menerapkan keterampilan komunikasi ilmiah dalam pembelajaran
kepada siswa memungkinkan siswa untuk mengungkapkan ide-ide ilmiahnya.
Keterampilan komunikasi ilmiah memungkinkan siswa memperoleh informasi
10 Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo, 2003), h. 121. 11 Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Implementasi RPP abad 21, 2017. 12 Zulfiani, Tonih, Kinkin, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta, 2009), h. 54. 13 Widya Nurhayati, Sutji Wardhayani, Isa Ansori, Peningkatan Komunikasi Ilmiah
Pembelajaran IPA Melaui Model Kooperatif Tipe Think Talk White, Joyful Learning Journal,
2012, h. 12-25.
11
sebanyak-banyaknya dari observasi, dan memudahkan mereka dalam
memecahkan berbagai masalah dalam materi pembelajaran.14 Keterampilan
komunikasi ilmiah juga dirancang untuk meningkatkan kemampuan membaca dan
menulis ilmiah.15
Keterampilan komunikasi ilmiah umumnya berkaitan dengan kegiatan-
kegiatan penelitian atau penyelidikan, khususnya di lingkungan akademik.
Dengan adanya keterampilan komunikasi siswa dapat memiliki kecakapan ICT
Literacy, kemampuan alur pikir yang logis dan terstruktur, komunikasi multi
bahasa, kemampuan penggunaan bahasa sesuai dengan konteks dan konten.
Sehingga siswa memiliki kemampuan mengolah informasi dengan baik.
4. Aspek Keterampilan Komunikasi Ilmiah
Keterampilan komunikasi menurut Nuryani Rustaman adalah
kemampuan membaca dan menyajikan informasi dalam bentuk grafik, tabel atau
diagram berdasarkan hasil percobaan, menjelaskan hasil percobaan,
menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas.16 Komunikasi ilmiah menurut
Levy merupakan rangkaian proses untuk mengakuisisi keterampilan belajar
tingkat tinggi (high order learning skills) yang meliputi; information retrieval,
scientific reading, scientific writing, listening and observation, information
representation, dan knowledge presentation.17
a. Information retrieval
Information retrieval merupakan kemampuan dalam mengakses sumber
informasi yang relevan dan reliable. Sumber informasi yang terpercaya dapat
diperoleh dari sumber buku ilmiah, artikel ilmiah, peraturan pemerintah, dan atau
14 M. Alpusari, Mulyani, Putra, Widyanthi, Hermita, Identifying students scientific
communication skills on vertebrata organs, Journal of Physics: Conference Series. 2019. 15 Kulsum, Nugroho, Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Problem Solving
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Ilmiah Siswa Pada Mata
Pelajaran Fisika, Unnes Physics Education Journal, 2014. 16 Nuryani Rustaman, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: UM Press, 2005), h.
80. 17 Levy, Eylon, Zahava, Teaching Scientific Communication Skills In Science Studies:
Does It Make A Difference, International Journal of Science and Mathematics Education, 2009.
12
wawancara dengan ahli. Kegiatan mengakses sumber ilmiah membantu siswa
mengenal jurnal ilmiah yang sesuai dengan levelnya.
b. Scientific reading
Scientific reading merupakan kemampuan dalam membaca bacaan ilmiah
seperti artikel ilmiah. siswa dapat melatih first glance dengan membaca sekilas
untuk menyeleksi sumber yang akan digunakan agar relevan dengan tujuan
penulisan. Artikel hasil seleksi dibaca secara mendalam untuk memperoleh kata
kunci sebagai acuan bahan penulisan. Dalam kemampuan membaca ilmiah
terdapat istilah “pandangan pertama”. Yang dimaksud dengan “pandangan
pertama” adalah membaca sekilas sebuah artikel, tetapi tetap menarik informasi
darinya dan menjadi akrab dengannya. Kegiatan ini dapat membantu siswa
memperoleh keterampilan menelusuri dan memilah artikel ilmiah untuk
mengetahui mana yang cocok, relevan, dan diinginkan untuk tugas tertentu.
Tujuan dari “pandangan pertama” adalah untuk memutuskan apakah sebuah
artikel relevan dengan tujuan pembaca dan karenanya layak dibaca secara lebih
mendalam. Umumnya, setelah “pandangan pertama”, pemilihan awal artikel dapat
dikurangi sekitar 80%. Setelah “pandangan pertama”, pembaca harus memutuskan
apakah dia tertarik pada artikel tersebut dalam hal kesesuaiannya dengan tugas
yang ada dan tingkat ilmiahnya.18
c. Scientific writing
Scientific writing merupakan kegiatan menulis hasil penelitian ilmiah
dalam bentuk laporan penelitian atau artikel ilmiah.
d. Listening and observing
Listening and observing merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
memperoleh informasi dengan cara mendengar dan mengobservasi. Hal ini dapat
diperoleh melalui pengamatan video ataupun demonstrasi.
18 Levy, Eylon, Zahava, Teaching Scientific Communication Skills In Science
Studies:Tracing Teacher Change, International Journal of Science and Mathematics Education,
2008.
13
e. Information representation
Information representation merupakan kemampuan untuk
mempresentasikan atau menyajikan ulang informasi yang diperoleh dalam bentuk
lain.
f. Knowledge presentation
Knowledge presentation merupakan kemampuan dalam
mempresentasikan hasil penelitian yang dapat dilakukan melalui kegiatan
presentasi lisan, presentasi berbasis multimedia, pembuatan poster atau model
yang dapat merepresentasikan hasil penelitian.19
Keterampilan komunikasi ilmiah merupakan keterampilan yang harus
dimiliki oleh peserta didik untuk mengolah informasi. Keterampilan komunikasi
ilmiah memiliki beberapa aspek, adapun aspek menurut keterampilan proses sains
yaitu kemampuan membaca dan menyajikan informasi dalam bentuk grafik, tabel
atau diagram berdasarkan hasil percobaan, menjelaskan hasil percobaan,
menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas. Dan menurut Levy aspek
keterampilan komunikasi ilmiah terdiri dari enam indikator. Tiga indikator
diantaranya yaitu information retrieval, scientific reading, listening&observing
berperan untuk mendapatkan informasi melalui sumber ilmiah dan tiga indikator
lainnya yaitu scientific reading, information representation, knowledge
presentation berperan untuk menyampaikan informasi secara ilmiah.
5. Komunikasi dan Relasi Antara Guru dan Siswa
Komunikasi dalam praktik pembelajaran dilakukan guru dan siswa bukan
hanya proses peralihan dan penyampaian materi pembelajaran antar keduanya.
Guru yang peduli dan penuh perhatian terhadap siswanya akan membuat siswa tak
segan untuk mengajaknya berdiskusi tentang berbagai hal. Guru juga akan
membantu sebagai pembimbing dan teladan bagi siswanya sehingga kemampuan
siswa dapat berkembang dalam mengatasi berbagai masalah pribadi dan dalam
menghadapi lingkungan yang sedang memperbaiki perubahan cepat. Relasi yang
baik antara guru dan siswa mempengaruhi prestasi akademik siswa, juga
19 Ibid.,
14
mempengaruhi terhadap prestasi dan motivasi siswa belajar, serta
mengembangkan kemampuan siswa dalam melakukan penyesuaian sosial dan
emosional.20
Efektivitas pembelajaran berhubungan pada efektivitas komunikasi.
Karena itu, perlu bantuan seorang guru dalam pembelajaran untuk menghasilkan
komunikasi yang efektif dengan siswa di dalam atau di luar kelas. Komunikasi
efektif memainkan peran penting dalam mendukung pembelajaran pada semua
jenjang pendidikan. Membelajarkan bukan hanya transfer pengetahuan, melainkan
juga proses komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Guru profesional mampu
berkomunikasi dengan siswa.
Komunikasi pembelajaran dapat dikatakan seperti suatu siklus yang
dimulai ketika guru memilih apa yang akan dipelajarinya pada siswa. Selanjutnya
guru akan menentukan cara yang paling sesuai dan tepat untuk
membelanjakannya dan siklus itu diakhiri dengan pembahasan di mana tujuan
pembelajaran tercapai. Dalam siklus komunikasi pembelajaran tersebut terdapat
komponen guru, siswa, isi pembelajaran strategi mengajar, evaluasi dan umpan
balik dan lingkungan belajar.21
Komunikasi dan relasi erat kaitannya dengan guru dan siswa. Dalam
proses pembelajaran untuk dapat mentransfer pengetahuan dengan baik dari guru
ke siswa dibutuhkan komunikasi dan hubungan kedekatan emosional antara
keduanya. Guru mendidik dengan penuh perhatian dan kepedulian memberikan
dampak yang baik bagi siswa. Hal ini dapat memberikan motivasi siswa untuk
berdiskusi dengan guru terkait apa yang tidak mereka ketahui. Sehingga dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
6. Prinsip Komunikasi dalam Metode Pembelajaran
a. Metode Ceramah
Prinsip Komunikasi dalam Metode Ceramah merupakan metode
pengajaran klasik yang sampai saat ini masih digunakan. Metode ceramah
20 Yosal dan Usep, Komunikasi Pendidikan, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
2013), h. 72 21 Ibid., h. 73-74.
15
merupakan metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan
lisan kepada para siswa. Dalam hal ini, guru biasanya menguraikan topik (pokok
bahasan) tertentu di tempat dan waktu tertentu. Dengan metode ini siswa
cenderung pasif dalam proses pembelajaran karena guru terlalu mendominasi
pokok bahasan.22
b. Metode Diskusi
Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisi pertukaran pendapat yang
dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok untuk mencari
kebenaran. Dalam konteks pembelajaran, diskusi adalah cara yang dilakukan
dalam mempelajari bahan atau menyampaikan materi dengan jalan
mendiskusikannya, dengan tujuan dapat menimbulkan pengertian dan perubahan
tingkah laku siswa. Diskusi pada dasarnya merupakan musyawarah untuk mencari
titik pertemuan pendapat tentang sebuah masalah. Jika ditinjau dari
pelaksanaannya, diskusi terbagi menjadi beraneka bentuk.
1. Diskusi kelas
Diskusi kelas itu semacam brainstorming (pertukaran pendapat). Dalam
hal ini, guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas. Jawaban dari siswa
diajukan lagi kepada siswa lain atau dapat pula meminta pendapat siswa lain
tentang hal itu sehingga terjadi pertukaran pendapat secara serius
2. Diskusi kelompok
Guru mengemukakan suatu masalah. Masalah dipecah ke dalam sub-
masalah. Siswa dibagi ke dalam kelompok- kelompok kecil untuk mendiskusikan
sub-sub masalah tersebut. Hasil diskusi kelompok dilaporkan di depan kelas dan
ditanggapi.23
Komunikasi pada prinsipnya dalam metode pembelajaran terbagi menjadi
dua yaitu metode ceramah dan metode diskusi. Metode pertama adalah metode
ceramah merupakan cara guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan
guru sebagai pusat informasi, sehingga melalui metode ini dapat menyebabkan
adanya dominasi interaksi yang membuat siswa menjadi pasif dalam
22 Ngainun Naim, Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2011), h. 55. 23 Ibid., h. 62-63.
16
pembelajaran. Metode kedua yaitu metode diskusi, diskusi dapat menstimulus
siswa dalam percakapan ilmiah. Metode diskusi dapat membuat siswa menjadi
aktif dalam proses pembelajaran, sehingga metode diskusi dirasa mampu merubah
tingkah laku siswa dalam belajar.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian Assaba’i Nizar Urwani, Murni Ramli, dan Joko Ariyanto
mengenai dominasi komunikasi scientific pada pembelajaran biologi sekolah
menengah atas menunjukkan bahwa dominasi komunikasi scientific X IPA 1 dan
XI IPA 1 MAN 2 Surakarta adalah dominasi komunikasi yang seimbang atau
komunikasi dua arah antara siswa dengan guru. Persentase dominasi komunikasi
yang seimbang di kelas X IPA 1 adalah 50,26%. Persentase dominasi komunikasi
yang seimbang di kelas XI IPA 1 adalah 43,08%. Faktor yang mempengaruhi
dominasi komunikasi scientific yaitu psikologis, fisik, semantik, dan proses
penyampaian. Faktor psikologis, meliputi rasa takut, malu, dan kurang percaya
diri ketika bertanya atau berpendapat. Faktor fisik meliputi suara yang kurang
keras dan keramaian kelas. Faktor semantik meliputi penggunaan bahasa yang
tidak baku dan kurangnya penguasaan bahasa latin dalam biologi. Faktor proses
penyampaian meliputi kurangnya pemahaman isi pesan sehingga terjadi
kegagalan pemahaman konsep oleh siswa.24
Hasil penelitian Anggit, Suciati, dan Maridi mengenai profil
keterampilan komunikasi siswa pada pembelajaran biologi menunjukkan bahwa
kemampuan komunikasi siswa di SMA Kabupaten Madiun tidak dikembangkan
dengan baik, sehingga proses pembelajaran Biologi tidak maksimal. Hal ini dilihat
dari munculnya 2 indikator dari 12 indikator keterampilan komunikasi
berdasarkan matriks kategori VICS Flanders yaitu siswa dapat memverifikasi
24 Assaba’I Nizar, Murni Ramli, Joko Ariyanto, Analisis Dominasi Komunikasi Scientific
Pada Pembelajaran Biolog Sekolah Menengah Atas, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2018, h. 181-
190.
17
laporan dari teman dengan persentase 41,2% dan mampu merespon pernyataan
teman yang tidak jelas dengan persentase 58,8%.25
Hasil penelitian Susana Mega, Muzzazinah, Murni Ramli, Yulianto, Anik
Setyorini mengenai pola komunikasi scientific pada pembelajaran biologi sekolah
menengah atas menunjukkan pola komunikasi scientific yang terbentuk pada
pembelajaran biologi dari sepuluh kali observasi kelas adalah seimbang antara
guru dan siswa, artinya tidak terdapat dominasi komunikasi oleh guru maupun
siswa. Hal tersebut ditandai dengan terjadinya proses dialog yang bersifat umpan
balik antara guru dan siswa sebesar 52,43%. Komunikasi scientific yang terjadi
bersifat dua arah, akan tetapi inisiasi komunikasi scientific siswa rendah sebesar
24,79%. Berdasarkan wawancara kepada siswa, diketahui penyebab kendala
berkomunikasi di kelas umumnya disebabkan oleh hambatan proses.26
Berdasarkan hasil penelitian yang relevan mengenai kemampuan
komunikasi peserta didik di sekolah terdapat adanya dominasi komunikasi guru
terhadap peserta didik. Sehingga dalam hal ini komunikasi siswa tidak
dikembangkan secara maksimal. Maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai analisis keterampilan komunikasi ilmiah peserta didik
secara lisan dan tulisan di wilayah SMAN Tangerang Selatan.
C. Kerangka Berpikir
Kemampuan komunikasi sangat diperlukan dalam dunia kerja karena
merupakan salah satu dari keterampilan abad 21 yang harus diberdayakan dalam
belajar. Pembelajaran Abad 21 merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan
kemampuan literasi, kecakapan pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta
penguasaan terhadap teknologi. Kemampuan komunikasi merupakan salah satu
kompetensi yang diperlukan untuk menyampaikan gagasan dan pemikiran dalam
berbagai konteks kehidupan.
25 Anggit, Suciati, Maridi, Profile of Communication Skills in Biology For XI Grade
Students of “Y” Senior High School in Madiun Regency, Unnes Science Education Journal, 2017,
1555-1561. 26 Susana Mega, Muzzazinah, Murni Ramli, Yulianto, Anik Setyorini, Pola Komunikasi
Scientific Pada Pembelajaran Biologi Sekolah Menengah Atas, Edusains, 2018, h. 8-15.
18
Berdasarkan kurikulum 2013 kelas XI, peserta didik dituntut untuk
menguasai kompetensi dasar pada aspek keterampilan sebesar 78,57%. Pada
kompetensi ini peserta didik dituntut untuk menyajikan hasil pengamatan dalam
pembelajaran. Dengan demikian peserta didik membutuhkan keterampilan
komunikasi untuk dapat menyajikan hasil pengamatan. Keterampilan komunikasi
merupakan salah satu aspek dalam keterampilan proses sains. Adapun aspek
keterampilan komunikasi menurut Nuryani Rustaman antara lain; mampu
membaca dan menyajikan informasi dalam bentuk grafik, tabel atau diagram
berdasarkan hasil percobaan, menjelaskan hasil percobaan, dan menyampaikan
laporan secara sistematis dan jelas.27 Berdasarkan jurnal Levy 2009 keterampilan
komunikasi lebih dispesifikasikan aspeknya. Aspek tersebut terbagi ke dalam
enam skill yaitu; information retrieval, scientific reading, scientific writing,
listening and observation, information representation, dan knowledge
presentation.28
Permasalahan yang terjadi di lapangan dengan adanya pemberlakukan
pembelajaran jarak jauh menggunakan kurikulum darurat membuat peserta didik
mengalami keterbatasan dalam berkomunikasi dengan guru dan teman-temannya..
Hal ini dikarenakan adanya pemotongan jam tatap muka antara peserta didik
dengan guru dalam satu pertemuan mata pelajaran. Sehingga waktu peserta didik
untuk bereksplorasi dalam pembelajaran di kelas seperti kegiatan praktikum,
pengamatan secara langsung, dan project ilmiah yang dilakukan secara
berkelompok menjadi terbatas. Selain itu keterbatasan kuota yang dimiliki oleh
peserta didik juga mempengaruhi kebutuhan peserta didik untuk belajar, seperti
melakukan diskusi secara daring dan mengakses informasi sebanyak-banyaknya
dari berbagai sumber untuk memperdalam pengetahuan mereka. Hal itu pun akan
berpengaruh terhadap keterampilan peserta didik dalam mengkomunikasikan
pikirannya melalui aktivitas belajar yang biasa dilakukan pada saat pembelajaran
tatap muka.
27 Nuryani Rustaman, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: UM Press, 2005), h.
80. 28 Levy, Eylon, Zahava, Teaching Scientific Communication Skills In Science Studies:
Does It Make A Difference, International Journal of Science and Mathematics Education, 2009.
19
Penelitian dilakukan oleh peneliti dengan mendeskripsikan keterampilan
komunikasi ilmiah peserta didik di masa pembelajaran jarak jauh. peneliti
mendeskripsikan keterampilan komunikasi ilmiah berdasarkan indikator yang
telah dikembangkan oleh Levy. Indikator yang dideskripsikan yaitu; information
retrieval, scientific reading, scientific writing, listening and observation,
information representation, dan knowledge presentation. Hasil deskripsi
kemudian dianalisis untuk mengetahui keterampilan komunikasi ilmiah peserta
didik di masa pandemik covid-19. Secara singkat kerangka berpikir dapat dilihat
pada gambar 2.1 berikut ini.
20
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Abad 21
Keterampilan
komunikasi
Kurikulum 2013
Menuntut keterampilan
komunikasi sebesar 78,57%
Keterampilan Proses
Sains
Aspek Keterampilan
Komunikasi
1. Mampu membaca dan
menyajikan informasi
dalam bentuk grafik, tabel
atau diagram berdasarkan
hasil percobaan
2. Menjelaskan hasil
percobaan
3. Menyampaikan laporan
secara sistematis dan jelas
- Pembelajaran secara daring
tidak berjalan secara efektif
- Keterbatasan jam tatap muka
siswa di dalam kelas daring
mempengaruhi keterampilan
komunikasi ilmiah siswa
melalui kegiatan praktikum
- Keterbatasan kuota yang
dimiliki oleh siswa
mempengaruhi keterampilan
komunikasi untuk
mendapatkan dan
menyampaikan informasi
secara daring
Indikator Keterampilan Komunikasi Ilmiah Berdasarkan Levy
1. Information retrieval 2. Scientific reading 3. Listening & observing 4. Scientific writing 5. Information representation 6. Knowledge presentation
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Kota Tangerang Selatan.
Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun ajaran 2020/2021 dengan perincian
tanggal seperti Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Tanggal Pelaksanaan Penelitian
Sekolah Tanggal Keterangan
SMA Negeri A
Tangerang Selatan
1 September 2020 Observasi
26 November 2020 Pengisian angket
SMA Negeri B
Tangerang Selatan
3 September 2020 Observasi
11 Desember - 28 Januari
2021
Pengisian angket
B. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki keadaan,
kondisi, situasi, kegiatan, dan lainnya.1 Dalam penelitian ini peneliti tidak
melakukan perubahan apapun terhadap objek ataupun wilayah penelitian. Dengan
kata lain peneliti hanya memotret objek atau wilayah yang diteliti kemudian
memaparkan apa yang terjadi di lapangan. Pendekatan kuantitatif menerapkan
proses transfer data secara numerikal, khususnya yang menyangkut atribut dan
kualitas subjek.2
Penelitian ini menggunakan metode survei. Metode survei digunakan
untuk mendapatkan dan mengumpulkan data asli untuk mendeskripsikan keadaan
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h. 3 2 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 85
22
populasi.3 Data yang didapatkan digunakan untuk penarikan kesimpulan secara
umum dari sampel yang ditentukan.4 Dalam metode survei peneliti cenderung
menggunakan angket dan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data.
Data dikumpulkan oleh peneliti melalui penyebaran angket keterampilan
komunikasi ilmiah peserta didik di SMA Negeri Tangerang Selatan sebagai data
utama. Data angket diperkuat dari analisis dokumen berupa video dan laporan
praktikum. Kemudian data yang terkumpul dikelompokkan menurut sifat, jenis,
dan kondisi. Angket keterampilan komunikasi ilmiah yang sudah dikelompokkan
selanjutnya dianalisis dan diinterpretasikan sehingga membentuk sebuah
kesimpulan.
C. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini berupa populasi dan sampel peserta
didik. Populasi adalah subjek penelitian secara keseluruhan.5 Populasi dalam
penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA yang melakukan praktikum secara
online di SMAN Kota Tangerang Selatan. Pemilihan kelas XI didasarkan atas
materi yang banyak dipraktikumkan dibanding dengan kelas X dan XII. Adapun
pertimbangan lainnya adalah keadaan praktikum yang dilakukan secara daring
dikarenakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Sehingga praktikum dilakukan di
rumah dengan menggunakan alat dan bahan sederana. Dan materi praktikum yang
menggunakan alat dan bahan sederhana salah satunya terdapat di kelas XI.
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diteliti.6. Sampel dalam
penelitian ini adalah dua SMAN yang berada di wilayah Tangerang Selatan
dengan jumlah sampel 124 peserta didik. Penentuan sampel berdasarkan teknik
purposive sampling. Teknik purposive sampling didasarkan atas tujuan tertentu
dengan beberapa pertimbangan.7 Penentuan ini didasarkan atas hasil observasi
lapangan terkait aktivitas praktikum peserta didik di kelas selama pembelajaran
3 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2017), h. 193 4 Mahmud, op.cit., h. 102 5 Ibid., h. 173 6 Ibid., h. 174 7 Ibid., h. 183
23
daring. Observasi dilakukan di empat SMAN Tangerang Selatan yang
melaksanakan kegiatan praktikum selama pembelajaran daring. Berdasarkan hasil
observasi hanya terdapat dua sekolah yang dapat dijadikan sampel penelitian. Hal
ini dipilih berdasarkan adanya pembuatan laporan praktikum dan kesamaan judul
praktikum.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat pengumpul data dalam penelitian.8 Instrumen
dalam penelitian ini menggunakan jenis instrumen non tes berupa angket dan
dokumentasi. Angket berisikan butir-butir pertanyaan dalam bentuk kalimat
pernyataan yang sudah disediakan opsi jawaban. Selain menggunakan angket,
terdapat data pendukung untuk peneliti dalam menarik kesimpulan di akhir
penelitian. Adapun data pendukung didapatkan melalui instrumen tes berupa soal.
1. Angket
Angket keterampilan komunikasi ilmiah digunakan untuk mengetahui
keadaan peserta didik dalam mendapatkan dan menyampaikan informasi secara
ilmiah. Angket berisikan serangkai pertanyaan terkait kegiatan komunikasi
ilmiah yang harus dijawab peserta didik sesuai dengan keadaannya. Angket yang
digunakan dalam penelitian merupakan jenis angket tertutup menggunakan skala
likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap. Skala ini disusun dalam
bentuk pernyataan dan diikuti oleh respon yang menunjukkan tingkatan.9.
Angket terdiri atas 31 butir pertanyaan dan empat opsi jawaban dengan berbagai
tingkatan.
Angket keterampilan komunikasi ilmiah yang digunakan merupakan
angket yang dikonstruk berdasarkan indikator keterampilan komunikasi ilmiah
peserta didik dalam jurnal Levy “Teaching Scientific Communication Skills In
Science Studies: Does It Make A Difference”.10 Selain itu, penyusunan angket
8 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 165 9 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015),
h. 193 10 Levy, Eylon, Zahava, Teaching Scientific Communication Skills In Science Studies:
Does It Make A Difference, International Journal of Science and Mathematics Education, 2009.
24
didasarkan atas hasil analisis dokumentasi laporan praktikum peserta didik.
Setelah angket dibuat, maka dilakukan validasi dengan Dosen ahli, Adapun
indikator kompetensi yang akan diamati yaitu; Information retrieval, Scientific
reading, Listening & observing, Scientific writing, Information representation,
Knowledge presentation.
Adapun kisi-kisi angket keterampilan komunikasi ilmiah disajikan pada Tabel
3.2.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Keterampilan Komunikasi Ilmiah
No
.
Indikator Pertanyaan Nomor butir
Jumlah
butir
Nomor
butir
Positif Negatif
1. Information retrieval 4 1-4 2, 3, 4 1
2. Scientific reading 8 5-12 6,7,11,12 5,8,9,10
3. Listening and observing 3 13-15 13 14&15
4. Scientific writing 6 16-21 16,18,19,
20, 21
17
5. Information
representation
3 22-24 22.23.24 -
6. Knowledge presentation 7 25-31 25,26,27,
30,31
28&29
2. Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang diinterpretasi
dari indikator keterampilan komunikasi ilmiah peserta didik terkait pengetahuan
peserta didik terhadap konsep. Soal ini digunakan untuk mengukur keterampilan
komunikasi ilmiah peserta didik secara tertulis. Soal keterampilan komunikasi
ilmiah terdiri dari enam butir soal dengan indikator yang berbeda. Indikator-
indikator tersebut diinterpretasikan ke dalam beberapa pertanyaan. Setelah
25
pertanyaan dibuat, maka dilakukan validasi kesesuaian materi dengan guru biologi
yang mengajar di kelas, Adapun indikator kompetensi yang akan diukur yaitu;
Information retrieval, Scientific reading, Observing, Scientific writing,
Information representation, Knowledge presentation. Setiap butir soal memiliki
rentan skor jawaban 1-3. Kisi-kisi soal tes keterampilan komunikasi ilmiah pada
penelitian ini terdapat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Keterampilan Komunikasi Ilmiah
No. Indikator KKI Indikator soal Instrumen
Jumlah
butir
Nomor
soal
1. Information
retrieval
Disajikan pernyataan terkait
peristiwa difusi dalam
kehidupan sehari-hari,
peserta didik diminta untuk
memberikan tanggapan
terkait pernyataan tersebut
dan menyertakan sumber
pustaka
1 2
2. Scientific reading Disajikan gambar terkait
hasil percobaan peristiwa
osmosis, peserta didik
diminta untuk memberikan
kesimpulan yang tepat
1 3
3. Observing Disajikan gambar peristiwa
transportasi sel. Peserta
didik diminta untuk
menentukan jenis peristiwa
transpor sel dan
menjelaskan mekanisme
kerjanya
1 4
4. Scientific writing Disajikan pertanyaan
berdasarkan pengalaman
praktikum peserta didik,
peserta didik diminta untuk
menjelaskan tujuan dan
1 6
26
kesimpulan dari praktikum
tersebut
5. Information
representation
Disajikan suatu kasus
praktikum osmosis pada
kentang yang didalamnya
terdapat hubungan massa
terhadap waktu. Peserta
didik diminta untuk
menentukan grafik yang
tepat berdasarkan kasus
tersebut
1 5
6. Knowledge
presentation
Disajikan pertanyaan terkait
konsep difusi dan osmosis.
Peserta didik diminta untuk
menjelaskan perbedaannya
1 1
3. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan
laporan praktikum yang didokumentasikan untuk menganalisis aspek scientific
writing dan knowledge presentation.
E. Kalibrasi Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah melalui tahap uji
validitas. Validitas merupakan kesahihan sebuah instrumen dalam mengukur apa
yang hendak diukur.11 Validitas yang digunakan dalam instrumen angket dan tes
adalah validitas isi. Validitas isi berkaitan dengan kemampuan instrumen dalam
mengukur isi yang hendak diukur. Pada instrumen angket dilakukan pengujian
validitas isi dengan dosen pembimbing, berdasarkan kesesuaian antara dokumen
praktikum selama daring dengan indikator keterampilan komunikasi ilmiah pada
Levi. Pada instrumen tes dilakukan pengujian isi oleh dua guru biologi yang
melakukan praktikum secara daring.
11 Suharsimi Arikunto, Dasara-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015),
h. 80
27
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan dalam
mengumpulkan informasi terkait variabel penelitian yang akan digunakan sebagai
data penelitian.12 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga teknik dalam
pengumpulan data yaitu dengan angket, tes, dan dokumentasi.
1. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan sederet pertanyaan
secara tertulis yang harus diisi oleh responden.13 Dalam penelitian ini pertanyaan
yang digunakan adalah bentuk pertanyaan tertutup, dimana pertanyaan sudah
disediakan opsi jawaban untuk dipilih oleh responden. Angket tersebut berisi
pertanyaan terkait sikap peserta didik dalam mendapatkan dan menyampaikan
informasi secara ilmiah. Selanjutnya angket ini digunakan untuk mendeskripsikan
keterampilan komunikasi ilmiah dalam aspek sikap.
2. Tes
Tes merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
mendeskripsikan keterampilan komunikasi secara tertulis dari aspek pengetahuan.
Teknik pengumpulan data dengan teknik tes menggunakan soal tes. Di mana soal
tersebut berikan butir-butir pertanyaan yang mewakili satu indikator.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang didapatkan
secara tidak langsung dari responden. Data yang dikumpulkan didapat melalui
data yang sudah dikumpulkan sebelumnya oleh orang lain atau biasa dikenal
dengan data sekunder. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa
laporan praktikum peserta didik. Kemampuan komunikasi diamati secara lisan
berupa laporan video dan tulisan berupa laporan praktikum tertulis. Adapun
tahapan dalam pengumpulan data sebagai berikut:
12 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 165 13 Ibid., h. 177
28
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilakukan sebelum dilakukan penelitian dengan
pembuatan surat izin observasi dan pelaksanaan observasi di beberapa SMA
Negeri Kota Tangerang Selatan, dilakukan analisis dokumen untuk mendapatkan
informasi dalam mengkonstruk instrumen, pembuatan instrumen angket bersama
Dosen Ahli, pembuatan dan penyerahan surat izin penelitian ke SMA Negeri
yang dipilih berdasarkan hasil observasi, dilakukan validasi instrumen tes
keterampilan komunikasi ilmiah kepada guru biologi, dan penentuan jadwal
penelitian dengan guru biologi.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan penyebaran link google form
kepada peserta didik melalui guru biologi dan dilakukan Follow up peserta didik
secara berkala
3. Tahap Pengolahan Data
Tahap pengolahan data dilakukan setelah semua data terkumpul dalam
google form dengan penginputan respon peserta didik ke dalam excel dan
pemberian skor terhadap respon peserta didik.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif.
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan yang
diperoleh dari hasil pengukuran. Dimana statistik deskriptif memiliki peranan
dalam mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data. Dalam statistik
deskriptif dilakukan pengklasifikasian dan penyajian data dalam bentuk tabel
atau grafik (garis, batang, gambar).14
1. Angket
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan angket keterampilan
komunikasi ilmiah. Analisis keterampilan komunikasi ilmiah peserta didik
diukur menggunakan indikator keterampilan komunikasi ilmiah dalam jurnal
14 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Remaja
observing, 4) Scientific writing, 5) Information representation, 6) Knowledge
presentation.15 Data yang diperoleh dari angket keterampilan komunikasi ilmiah
peserta didik merupakan data kuantitatif yang akan dianalisis secara deskriptif
dengan menghitung skor. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk
mengolah data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memberikan skor pada angket yang sudah diisi oleh peserta didik
2. Menghitung skor siswa dengan menjumlahkan skor yang diperoleh pada
setiap item
3. Mengkategorikan perolehan skor dengan cara:
a. Menentukan skor minimal dan maksimal
b. Menghitung selisih antar skor minimal dan maksimal
c. Menentukan jarak dengan jumlah kategori
d. Menentukan kategori dengan menambahkan skor minimal dengan jarak16
Adapun kategori yang digunakan disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kategorisasi Sikap Keterampilan Komunikasi Ilmiah
No. Skor peserta didik Kategori
1. 93-124 Baik
2. 62-92 Cukup
3. 31-61 Kurang
2. Tes
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan tes tertulis untuk
mengukur keterampilan komunikasi ilmiah secara tertulis dalam aspek
pengetahuan. Analisis keterampilan komunikasi ilmiah peserta didik diukur
menggunakan indikator keterampilan komunikasi ilmiah yang diadopsi dari Levy,
15 Levy, Eylon, Zahava, Teaching Scientific Communication Skills In Science Studies:
Does It Make A Difference, International Journal of Science and Mathematics Education, 2009 16 S. Widanarto Prijowuntata, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Sanatha Dharma
99. 11 cukup 23 cukup 10 baik 13 cukup 3 kurang 16 cukup
100. 10 cukup 20 cukup 9 baik 9 kurang 3 kurang 10 kurang
101. 10 cukup 23 cukup 6 cukup 21 baik 6 cukup 14 cukup
102. 12 baik 21 cukup 8 cukup 20 baik 10 baik 21 baik
103. 13 baik 12 kurang 4 kurang 15 cukup 9 baik 12 kurang
104. 10 cukup 20 cukup 10 baik 15 cukup 4 kurang 16 cukup
105. 9 cukup 20 cukup 8 cukup 13 cukup 3 kurang 16 cukup
106. 9 cukup 18 cukup 8 cukup 13 cukup 6 cukup 10 kurang
107. 9 cukup 22 cukup 8 cukup 12 cukup 3 kurang 12 kurang
108. 11 cukup 24 baik 9 baik 16 cukup 7 cukup 15 cukup
109. 11 cukup 19 cukup 8 cukup 19 cukup 7 cukup 16 cukup
110. 9 cukup 20 cukup 9 baik 13 cukup 4 kurang 15 cukup
111. 9 cukup 14 kurang 11 baik 14 cukup 6 cukup 13 kurang
112. 8 cukup 18 cukup 8 cukup 14 cukup 5 kurang 16 cukup
113. 7 cukup 22 cukup 6 cukup 18 baik 8 cukup 20 cukup
114. 11 cukup 26 baik 4 kurang 10 kurang 3 kurang 10 kurang
115. 10 cukup 20 cukup 5 kurang 14 cukup 6 cukup 24 baik
116. 12 cukup 20 cukup 9 baik 15 cukup 5 kurang 16 cukup
117. 7 kurang 22 cukup 9 baik 12 cukup 3 kurang 12 kurang
118. 8 cukup 20 cukup 7 cukup 20 baik 6 cukup 15 cukup
119. 13 baik 21 cukup 9 baik 20 baik 12 baik 25 baik
120. 10 cukup 20 cukup 6 cukup 18 baik 9 baik 20 cukup
121. 12 baik 19 cukup 7 cukup 21 baik 10 baik 25 baik
122. 12 baik 19 cukup 7 cukup 23 baik 5 kurang 18 cukup
123. 10 cukup 19 cukup 10 baik 14 cukup 4 kurang 15 cukup
124. 8 cukup 19 cukup 11 baik 19 baik 7 cukup 25 baik
indikator keterangan
1 information retrieval
2 scientific reading
3 listening&observing
4 scientific writing
5 information representation
6 knowledge presentation
111
Rekapitulasi Data Angket Perindikator
indikator 1 jumlah persen indikator 2 jumlah persen indikator 3 jumlah persen indikator 4jumlah persen indikator 5 jumlah persen indikator 6 jumlah persen
baik 29 23,39% baik 22 17,74% baik 53 42,74% baik 68 54,84% baik 33 26,61% baik 36 29,03%
cukup 86 69,35% cukup 100 80,65% cukup 64 51,61% cukup 52 41,93% cukup 48 38,71% cukup 50 40,32%
kurang 9 7,26% kuang 2 1,61% kurang 7 5,65% kurang 4 3,23% kurang 43 34,68% kurang 38 30,65%