ANALISIS KESULITAN BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA KELAS V SDN SUKATANI VII KABUPATEN TANGERANG Disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh Nama Mahasiswa : Amelia Saputri NIM : 1686206186 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG 2020
46
Embed
ANALISIS KESULITAN BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA KELAS …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS KESULITAN BELAJAR BAHASA INGGRIS
SISWA KELAS V SDN SUKATANI VII
KABUPATEN TANGERANG
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam bidang
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Nama Mahasiswa : Amelia Saputri
NIM : 1686206186
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2020
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan judul “Analisi Kesulitan Belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas V SDN
Sukatani VII Kabupaten Tangerang”. Sholawat serta salam semoga dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Adapun penyusunan skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Guru Sekolah Dasar di
Universitas Muhammadiyah Tangerang. Pada awalnya, penulis mengalami berbagai
macam kesulitan karena keterbatasan ilmu yang dimiliki. Namun, berkat dorongan
dan petunjuk dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan walaupun
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Ahmad Amarullah, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Tangerang.
2. Dr. Enawar, S.Pd., MM., MOS selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
3. Sumiyani, M.Pd selaku Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
4. Dr. Asep Suhendar, M.Pd selaku Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
iii
5. Dr. Ina Magdalena, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar.
6. Dayu Retno Puspita, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bekal, bimbingan dan pengarahan kepada peneliti.
7. Sunaryo, M.Ds selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bekal,
bimbingan dan pengarahan kepada peneliti.
8. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta
bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
9. Dedeh Kurniasih, M.Pd selaku Kepala Sekolah, serta Dewan Guru SDN
Sukatani VII yang telah berkenan memberikan izin untuk melakukan
penelitian dan bekerjasama dalam proses penelitian skripsi ini.
10. Ayahanda Malian dan Ibunda Sri Maryanti tercinta, yaitu kedua orangtua
yang telah menjadi malaikat kehidupan bagi penulis dan juga adik saya Faiz
Maulana, yang tiada henti melantunkan do’a serta memberikan arahan dan
menemani perjalanan dunia dari awal perjuangan hidup sampai dengan saat
ini.
11. Keluarga Besar
12. Sahabat serta teman-teman seperjuangan Universitas Muhammadiyah
Tangerang khususnya kelas D PGSD 2016, serta teman-teman KKN untuk
setiap pengalaman yang diberikan dan arti kebersamaan dan yang telah
memberi semangat dan membantu kepada penulis.
iv
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, baik dari segi
materi maupun aspek metodologinya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi.
Tangerang, April 2020
Penulis
Amelia Saputri
NIM. 1686206186
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Fokus Penelitian 4
C. Perumusan Masalah 4
D. Tujuan Penelitian 5
E. Manfaat Penelitian 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori 7
1. Hakikat Belajar 7
2. Hakikat Kesulitan Belajar 8
3. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar 11
4. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar 16
B. Penelitian yang Relevan 18
vi
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Metode Penelitian 20
B. Waktu dan Tempat Penelitian 21
1. Lokasi Penelitian 21
2. Waktu Penelitian 21
C. Sumber dan Jenis Data Penelitian 22
D. Teknik Pengumpulan Data 23
E. Intrumen Penelitian 24
F. Teknik Analisis Data 24
G. Keabsahan Data 26
DAFTAR PUSTAKA 29
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian 22
Tabel 3.2 Instrumen Penelitian 24
Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara 25
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Analisis data menurut model Milles & Huberman 26
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Pedoman Wawancara Siswa 31
Lampiran 1.2 Pedoman Wawancara Guru 33
Lampiran 1.3 Pedoman Wawancara Kepala Sekolah 35
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran merupakan kegiatan integral antara pelajar dan guru
sebagai pengajar, yang dalam kegiatan ini berlangsung interaksi hubungan antara
guru dengan peserta didik dalam situasi dalam pembelajaran. Keberhasilan kegiataan
pembelajaran ditentukan oleh kerjasama antara guru dan peserta didik tersebut.
Keberhasilan atau kegagalan dalam proses belajar mengajar merupakan sebuah
ukuran atau proses pembelajaran. Apabila merujuk pada rumusan operasional
keberhasilan belajar, maka belajar dikatakan berhasil apabila diikuti ciri-ciri: 1) Daya
serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara
individu maupun kelompok; 2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran
khusus telah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok; 3)
Terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial mengantarkan materi
tahap berikutnya.
Bahasa Inggris adalah salah satu bahasa yang digunakan secara
internasional. Sehingga bahasa Inggris dijadikan sebagai kompetensi dasar yang
penting bagi orang-orang yang ingin berwawasan dan berpengetahuan luas. Sebagai
salah satu bagian budaya, bahasa memegang peranan penting dalam pembicaraan
bisnis antar bangsa. Karena itu, bahasa Inggris adalah salah satu mata pelajaran
penting yang diajarkan di sekolah. Sehingga diharapkan lulusan yang menguasai
2
bahasa Inggris dengan baik akan memberikan ruang gerak yang seluas-luasnya
kepada mereka untuk menjadi bagian dari komunitas global masyarakat dunia. Oleh
sebab itu, pendidikan di sekolah dasar sudah sepatutnya mengenalkan bahasa Inggris
kepada siswa sejak usia dini.
Dalam kerangka lintas budaya (cross culture), bahasa Inggris yang dipakai
sebagai bahasa internasional, kemudian menjadi unik karena tiap bangsa mempunyai
latar belakang budaya yang berbeda, yang tentu saja mempengaruhi dialek,
pengucapan tata bahasa dan tingkah laku yang berbeda pula. Kompetensi mata
pelajaran bahasa Inggris adalah siswa dapat berkomunikasi baik lisan maupun tertulis
dengan menggunakan ragam bahasa yang sesuai, lancar dan akurat. Pelajaran bahasa
Inggris mempunyai empat keterampilan yang harus dikuasai, yaitu listening,
speaking, reading dan writing.
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan
emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua
bidang studi. Oleh sebab itu, tujuan utama pembelajaran bahasa Inggris diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Inggris,
baik secara lisan maupun tertulis. Pembelajaran bahasa Inggris sangat berbeda dengan
belajar ilmu pengetahuan lain, terutama bahasa merupakan alat komunikasi dalam
berhubungan dengan orang lain. Tidak cukup hanya mengetahui teori tata bahasa
Inggris baik struktur maupun kosakata, namun latihan berbicara dengan frekuensi
yang tinggi akan membuat seseorang semakin terbiasa dalam mengucapkan kalimat
berbahasa Inggris.
3
Pendidikan bahasa Inggris di SD/MI dimaksudkan untuk mengembangkan
kemampuan berbahasa yang digunakan untuk menyertai tindakan atau language
accompanying action. Bahasa Inggris digunakan untuk interaksi dan bersifat “here
and now”. Topik pembicaraannya berkisar pada hal-hal yang ada dalam konteks
situasi. Untuk mencapai kompetensi ini, peserta didik perlu dipajankan dan
dibiasakan dengan berbagai ragam pasangan bersanding (adjacency pairs) yang
merupakan dasar menuju kemampuan berinteraksi yang lebih kompleks. Oleh karena
itu, sekolah merupakan tumpuan dasar yang menjadikan siswa mampu berbahasa
Inggris dengan fasih.
Hasil observasi dari guru Bahasa Inggris di SDN Sukatani VII Kabupaten
Tangerang, bahwa pelajaran bahasa Inggris pada kemampuan siswa belajar bahasa
Inggris masih rendah. Penguasaan kosakata siswa masih kurang sehingga siswa
mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran, sementara penguasaan kosakata itu
sendiri mempengaruhi kemampuan siswa membaca (reading), menulis (writing),
mendengarkan (listening), dan berbicara (speaking) serta pengucapan
(pronounciation). Ada mengatakan bahwa kesulitan belajar pada siswa disebabkan
oleh kemauan siswa dalam belajar bahasa Inggris rendah, siswa sulit mengingat arti
dari kata dalam bahasa Inggris, ada juga yang mengatakan kesulitan siswa tersebut
disebabkan karena guru yang mengajar bukan spesialisasi di bidang bahasa Inggris,
belajar bahasa Inggris sangat membosankan, serta jam mata pelajaran bahasa Inggris
yang singkat kurang mengoptimalkan pembelajaran bahasa Inggris di sekolah.
Menurut hasil wawancara tersebut, hasil belajar berupa nilai kelulusan ulangan harian
4
dan ulangan umum bahasa Inggris masih kurang optimal. Hal ini diketahui dari hasil
belajar siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah
ditetapkan oleh sekolah. Di SDN Sukatani VII nilai KKM bahasa Inggris adalah 65.
Sedangkan hasil ujian semester bahasa Inggris siswa rata-rata 60.
Berdasarkan penjabaran pada uraian di atas, peneliti ingin melaksanakan
penelitian tentang analisis kesulitan belajar bahasa Inggris siswa kelas V. Maka dari
itu penting diteliti tentang “Analisis Kesulitan Belajar Bahasa Inggris Pada Siswa
Kelas V SDN Sukatani VII Kabupaten Tangerang”.
B. Fokus Penelitian
Untuk menghindari interpretasi yang meluas dalam penelitian ini, peneliti
memfokuskan penelitian pada beberapa faktor yang menyebabkan siswa mengalami
kesulitan belajar dalam mempelajari bahasa Inggris di kelas V SDN Sukatani VII
Kabupaten Tangerang.
.
C. Perumusan Masalah
Dari fokus penelitian yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini ialah kesulitan yang dialami siswa dalam
mempelajari Bahasa Inggris dan Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswa
mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran bahasa Inggris di kelas V SDN
Sukatani VII Kabupaten Tangerang?
5
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari Bahasa
Inggris di kelas V SDN Sukatani VII.
2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswa
mengalami kesulitan dalam belajar Bahasa Inggris di kelas V SDN
Sukatani VII.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini bisa menjadi masukan untuk menambah
pengetahuan mengenai faktor yang menyebabkan siswa merasa sulit
dalam belajar bahasa Inggris sehingga dapat menjadi acuan dalam
mendesain pembelajaran bahasa Inggris, mengatasi masalah kesulitan
belajar siswa, serta pemberian motivasi terhadap siswa dalam belajar
bahasa Inggris.
2. Bagi Kepala Sekolah
Penelitian ini dapat menjadi masukan dalam meningkatkan fasilitas
pembelajaran di sekolah.
6
3. Bagi Peneliti
Tulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
para peneliti yang lain jika ingin melakukan penelitian yang
berhubungan dengan kesulitan belajar bahasa Inggris.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Hakikat Belajar
Masyarakat berpendapat bahwa belajar merupakan kegiatan yang
berlangsung sepanjang hidup dengan tujuan untuk menambah pengetahuan.
Belajar merupakan kegiatan yang terjadi secara terus menerus dan dapat terjadi
dimanapun dan kapanpun. Tanpa disadari, segala aktivitas manusia dipenuhi
dengan kegiatan belajar dan hal itu menunjukkan bahwa belajar tidak mengenal
batas usia.
Hamalik (2003) dalam Susanto (2013) mendefinisikan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau seseorang melalui
interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku ini berupa perubahan
dalam kebiasaan, sikap dan keterampilan yang disebabkan oleh pengalaman atas
latihan (h. 4).
Sadirman (2011) menerangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan
perubahan tingkah laku satu penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan dan meniru (h. 20). Berdasarkan
pendapat dari berbagai ahli, Siregar dan Nara (2014) menyimpulkan bahwa
belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi
8
dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat relatif
konstan (h. 5).
Dari berbagai pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar
adalah suatu proses yang berjalan seumur hidup tanpa mengenal usia. Belajar
menyebabkan adanya perubahan dalam diri individu yang dipengaruhi oleh
faktor dari dalam maupun dari luar diri individu tersebut yang membentuk
tingkah laku baru yang berlangsung secara tetep.
2. Hakikat Kesulitan Belajar
Keberhasilan proses pembelajaran merupakan muara dari seluruh
aktivitas yang dilakukan guru dan siswa. Artinya apapun bentuk kegiatan-
kegiatan guru, mulai dari merancang pembelajaran, memilih dan menentukan
materi, pendekatan, strategi dan metode pembelajaran, memilih dan menentukan
teknik evaluasi, semuanya diarahkan untuk mencapai keberhasilan belajar siswa.
Meskipun guru secara sungguh-sungguh telah berupaya merancang dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, namun masalah-masalah
belajar yang menyebabkan kesulitan belajar siswa tetap akan dijumpai oleh guru.
Kesulitan belajar merupakan terjemah istilah bahasa inggris learning
disability. Terjemahan tersebut sesungguhnya kurang tepat karena learing artinya
belajar dan disability artinya ketidakmampuan, sehingga terjemahan yang benar
seharusnya adalah ketidakmampuan belajar. Mulyadi (2010) menyatakan bahwa
kesulitan belajar adalah suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai adanya
9
hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan
ini mungkin disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh orang-orang yang
mengalaminya dan bersifat sosiologis, psikologis atau pun fisiologis dalam
keseluruhan proses belajarnya (h. 6).
Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini
juga menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan siswa. Supriyono
dan Ahmadi (2013) menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah keadaan dimana
anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar ini tidak
selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental), akan
tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non intelegensi (h. 77).
Selain itu, Syah (2009) mengemukakan bahwa kesulitan belajar juga
dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata (normal) disebabkan oleh
faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang
sesuai dengan harapan. Anak dengan IQ yang tinggi belum tentu menjamin
keberhasilan belajar dan belum tentu anak dengan IQ rendah pasti akan
mengalami kesulitan belajar (h. 184).
Aburrahman (2012) mengklasifikasikan kesulitan belajar ke dalam dua
kelompok, yaitu 1) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan
(developmental learning disabilities) dan 2) Kesulitan belajar akademik
(academic learning disabilities) (h. 7). Kesulitan belajar yang berhubungan
dengan perkembangan (developmental learning disabilities) mencakup gangguan
motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi dan kesulitan
10
belajar yang disebabkan oleh tidak dikuasainya keterampilan prasyarat, yaitu
keterampilan yang harus dikuasi lebih dahulu agar dapat menguasai bentuk
keterampilan berikutnya. Kesulitan belajar yang bersifat perkembangan biasanya
sukar diketahui karena tidak ada pengukuran-pengukuran yang sistematik seperti
halnya dalam bidang akademik.
Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang tampak dalam berbagai tingkah
laku yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Hasil belajar yang rendah, apabila yang dicapai siswa dalam belajar
kurang memenuhi harapan maka hal tersebut merupakan pertanda
dialaminya masalah atau kesulitan belajar.
b. Lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar, misalnya rata-rata
anak dapat menyelesaikan tugasnya dalam waktu 30 menit maka
anak yang mengalami kesulitan belajar memerlukan waktu yang
lebih lama lagi.
c. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah
dilakukan. Ada murid yang selalu giat belajar tetapi nilai yang
dicapainya selalu rendah.
d. Sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-
pura dan sebagainya.
e. Tingkah laku yang lain dari pada temannya, seperti datang terlambat
tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu temannya, tidak
mau mencatat pelajaran.
11
Kesulitan belajar akademik mengarah pada adanya kegagalan-gagalan
dalam mencapai prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang
diharapkan.kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam
membaca, menulis ataupun matematika. Kesulitan ini apat diketahui ketika siswa
gagal menampilkan salah satu atau beberapa kemampuan akademik.
Dari berbagai penjelasan mengenai kesulitan belajar dapat disimpulkan
bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana siswa mengalami adanya
hambatan dalam mencapai hasil belajar. Hal itu terjadi karena adanya faktor-
faktor yang mempengaruhi munculnya kesulitan belajar.
3. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Masalah kesulitan belajar ini, tentunya disebabkan oleh berbagai faktor.
Untuk memberikan suatu bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan
belajar, tentunya kita harus mengetahui terlebih dahulu faktor yang menjadi
penyebab munculnya maslah kesulitan belajar.
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan kedalam dua
golongan menurut Abu Ahmadi Widodo (2004), yaitu:
a. Faktor Intern (faktor dari dalam diri manusia) yang meliputi:
1) Faktor Fisiologi
Faktor fisiologi adalah faktor fisik dari anak itu sendiri,
seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan
secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran, memahami
12
pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit faktor fisiologis yang
perlu kita perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya
masalah kesulitan belajar yang berupa cacat tubuh yang dapat kita
bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang
pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak dan cacat
tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli dan bisu. Sumadi
Suryabrata mengatakan bahwa dalam sistem persekolahan dewasa ini
diantaranya panca indera yang memegang peranan dalam belajar mata
dan telinga.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis adalah hal yang berkaitan dengan berbagai
perilaku yang ada dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita
ketahui bahwa belajar tentunya memerlukan sebuah kesiapan,
ketenangan dan rasa aman. Selain itu ada juga termasuk dalam faktor
psikologis yaitu intelegensi yang dimiliki oleh anak. Menurut
pendapat Mohammad Noor Syam (2010) bahwa Intelegasi merupakan
alat utama manusia untuk mengerti dan untuk memecahkan
persoalan-persoalan yang ada demi penyesuaian hidup manusia
dengan tuntutan-tuntutan yang terjadi (h. 15).
3) Faktor Emosional
Emosi mempengaruhi aktivitas mental secara umum emosi
yang tidak menyenangkan akan menyebabkan penurunan prestasi dari