Top Banner
10 Jurnal Radiologi Indonesia Volume 1 Nomor 1, Mei 2015 ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI INTERVENSIONAL DAN KATETERISASI JANTUNG VASKULAR DI CATH-LAB ROOM RSUP Dr. SARDJITO Fransiska Dian 1 , Bagaswoto Poedjomartono 2 , Toto Trikasjono 2 1 Jurusan Teknofisika Nuklir, Prodi Elektronika-Instrumentasi, STTN-BATAN Yogyakarta 2 Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada / RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ABSTRACT Background: Attention control in interventional radiology is not yet optimal if compared with diagnostic radiol- ogy, but the risk of radiation in interventional radiology is greater than the diagnostic radiology. Objective: To evaluate the level of radiation safety measures by conducting analysis on interventional radiology and vascular cardiac catheterization both therapy and diagnosis in Cath-Lab Room, especially in the Cath-Lab Room 2 of Radiology Unit, RSUP Dr. Sardjito. Materials and methods: Evaluation is done on the structural design of retaining, the leakage rate of X-ray machine, the environmental rate of radiation exposure and dose of radiation workers by comparing between the data with theory. Results: Most of the thick primary and secondary structural barrier has a thickness sufficient although there are still some parts are less. Average of environmental radiation exposure rate is 0,01664 μR/hr. Then, average of radi- ation leak rate is 9,225 mR/hr. The average dose received by the doctors and assistants are still far from 20 mSv/ year as Dose Value Limit, that is 19,2242 μSv/measures for physicians and 9,403 μSv/measures for the assistant. The number of measure in the Cath-Lab Room 2 so as not to exceed the NBD 20 mSv/year is a 1.040 measure by doctor and 1.305 act by assistant. Conclusions: In general, the examination room and X-ray machine in Cath Lab Room 2 of Radiology Unit, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta is in a safe condition to operate. Designing of structural barrier, control of environmental radiation exposure rates and the rate of leakage of X-ray machine, and the use of personal protection equipment can reduce radiation dose of Cath-Lab Room 2 staff in to the lowest possible value so as to ensure the safety of staff and the community around the Cath-Lab Room 2. Keywords: radiation, interventional radiology, cardiac catheterization, radiation protection, dose limit value ABSTRAK Latar belakang: Perhatian pengawasan pada radiologi intervensional belum optimal dibandingkan dengan radiologi diagnostik, padahal risiko radiasi pada radiologi intervensional lebih besar dibandingkan dengan rologi diagnostik. Tujuan: Mengevaluasi tingkat keselamatan radiasi dengan melakukan analisa pada tindakan radiologi interven- sional dan kateterisasi jantung vaskular baik terapi maupun diagnosis di Cath-Lab Room, khususnya di Cath-Lab Room 2 Unit Radiologi RSUP Dr. Sardjito. Bahan dan cara: Evaluasi dilakukan pada perancangan penahan struktural, laju kebocoran pesawat sinar-X, laju paparan radiasi lingkungan dan dosis pekerja radiasi dengan membandingkan antara data yang ada dengan teori. Hasil: Sebagian besar tebal penahan struktural primer dan sekunder telah memiliki ketebalan yang cukup meski- pun masih ada beberapa bagian yang kurang. Laju paparan radiasi lingkungan rata-rata adalah 0,01664 µR/jam. Laju kebocoran radiasi rata-rata adalah 9,225 mR/jam. Dosis rata-rata yang diterima oleh dokter dan asisten masih jauh dari NBD 20 mSv/tahun yaitu 19,2242 µSv/tindakan untuk dokter dan 9,403 µSv/tindakan untuk asisten. Jumlah tindakan di Cath-Lab Room 2 agar tidak melampaui NBD 20 mSv/tahun adalah 1040 tindakan oleh dokter dan 1305 tindakan oleh asisten.
13

ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI ...

Apr 24, 2022

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI ...

10 Jurnal Radiologi Indonesia Volume 1 Nomor 1, Mei 2015

ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI INTERVENSIONAL DAN KATETERISASI JANTUNG VASKULAR

DI CATH-LAB ROOM RSUP Dr. SARDJITO

Fransiska Dian1, Bagaswoto Poedjomartono2, Toto Trikasjono2

1 Jurusan Teknofisika Nuklir, Prodi Elektronika-Instrumentasi, STTN-BATAN Yogyakarta2 Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada / RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

ABSTRACTBackground: Attention control in interventional radiology is not yet optimal if compared with diagnostic radiol-ogy, but the risk of radiation in interventional radiology is greater than the diagnostic radiology.Objective: To evaluate the level of radiation safety measures by conducting analysis on interventional radiology and vascular cardiac catheterization both therapy and diagnosis in Cath-Lab Room, especially in the Cath-Lab Room 2 of Radiology Unit, RSUP Dr. Sardjito.Materials and methods: Evaluation is done on the structural design of retaining, the leakage rate of X-ray machine, the environmental rate of radiation exposure and dose of radiation workers by comparing between the data with theory. Results: Most of the thick primary and secondary structural barrier has a thickness sufficient although there are still some parts are less. Average of environmental radiation exposure rate is 0,01664 μR/hr. Then, average of radi-ation leak rate is 9,225 mR/hr. The average dose received by the doctors and assistants are still far from 20 mSv/year as Dose Value Limit, that is 19,2242 μSv/measures for physicians and 9,403 μSv/measures for the assistant. The number of measure in the Cath-Lab Room 2 so as not to exceed the NBD 20 mSv/year is a 1.040 measure by doctor and 1.305 act by assistant.Conclusions: In general, the examination room and X-ray machine in Cath Lab Room 2 of Radiology Unit, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta is in a safe condition to operate. Designing of structural barrier, control of environmental radiation exposure rates and the rate of leakage of X-ray machine, and the use of personal protection equipment can reduce radiation dose of Cath-Lab Room 2 staff in to the lowest possible value so as to ensure the safety of staff and the community around the Cath-Lab Room 2. Keywords: radiation, interventional radiology, cardiac catheterization, radiation protection, dose limit value

ABSTRAK

Latar belakang: Perhatian pengawasan pada radiologi intervensional belum optimal dibandingkan dengan radiologi diagnostik, padahal risiko radiasi pada radiologi intervensional lebih besar dibandingkan dengan rologi diagnostik. Tujuan: Mengevaluasi tingkat keselamatan radiasi dengan melakukan analisa pada tindakan radiologi interven-sional dan kateterisasi jantung vaskular baik terapi maupun diagnosis di Cath-Lab Room, khususnya di Cath-Lab Room 2 Unit Radiologi RSUP Dr. Sardjito.Bahan dan cara: Evaluasi dilakukan pada perancangan penahan struktural, laju kebocoran pesawat sinar-X, laju paparan radiasi lingkungan dan dosis pekerja radiasi dengan membandingkan antara data yang ada dengan teori. Hasil: Sebagian besar tebal penahan struktural primer dan sekunder telah memiliki ketebalan yang cukup meski-pun masih ada beberapa bagian yang kurang. Laju paparan radiasi lingkungan rata-rata adalah 0,01664 µR/jam. Laju kebocoran radiasi rata-rata adalah 9,225 mR/jam. Dosis rata-rata yang diterima oleh dokter dan asisten masih jauh dari NBD 20 mSv/tahun yaitu 19,2242 µSv/tindakan untuk dokter dan 9,403 µSv/tindakan untuk asisten. Jumlah tindakan di Cath-Lab Room 2 agar tidak melampaui NBD 20 mSv/tahun adalah 1040 tindakan oleh dokter dan 1305 tindakan oleh asisten.

Page 2: ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI ...

11Jurnal Radiologi Indonesia Volume 1 Nomor 1, Mei 2015

Fransiska Dian, Bagaswoto Poedjomartono, Toto Trikasjono

Kesimpulan: Secara umum ruang periksa dan pesawat sinar-X di Cath-Lab Room 2, Unit Radiolo-gi, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta berada pada kon-disi yang aman untuk beroperasi. Perancangan penahan struktural, pengendalian laju paparan radiasi lingkungan dan laju kebocoran pesawat sinar-X, serta penggunaan peralatan proteksi radi-asi personal dapat menekan dosis staff di Cath-Lab Room 2 ke nilai yang serendah-rendahnya sehing-ga dapat menjamin adanya keselamatan bagi staff dan masyarakat di sekitar Cath-Lab Room 2.

Kata kunci : radiasi, radiologi intervensional, kateterisasi jantung, proteksi radiasi, nilai batas dosis

PENDAHULUAN

Radiologi intervensional adalah cabang ilmu radiologi yang berhubungan dengan penggunaan pesawat sinar-X untuk memandu prosedur perkutaneus seperti pelaksanaan biopsi, pengeluaran cairan, pemasukan kateter, atau pelebaran terhadap saluran atau pembuluh darah yang menyempit.1

Perhatian pengawasan pada radiologi intervensional belum optimal dibandingkan dengan radiologi diagnostik. Risiko radiasi pada radiologi intervensional lebih besar dibandingkan dengan radiologi diagnostik, terutama risiko radiasi yang diterima oleh pekerja yang melakukan tindakan atau prosedur intervensional. Seiring semakin luasnya pemanfaatan radiologi intervensional dan adanya potensi risiko radiasi yang besar dalam radiologi intervensional maka diperlukan sistem proteksi radiasi yang tepat untuk pekerja dan pasien di fasilitas radiologi intervensional.2

RSUP Dr. Sardjito sebagai rumah sakit pusat, dituntut untuk dapat menjadi yang terdepan dalam perkembangan dunia kedokteran. Untuk memenuhi fungsinya, Unit Radiologi RSUP Dr. Sardjito mengadakan peralatan baru di Catheterization-Laboratory (Cath-Lab Room) yang digunakan untuk tindakan radiologi intervensional dan kateterisasi jantung vaskular, baik diagnosis maupun terapi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi

tingkat keselamatan radiasi dengan melakukan analisa pada tindakan radiologi intervensional dan kateterisasi jantung vaskular untuk terapi maupun diagnosis di Cath-Lab Room Unit Radiologi RSUP Dr. Sardjito.

DASAR TEORI

Sinar-X dihasilkan oleh filamen yang dipanaskan lalu menghasilkan berkas elektron yang difokuskan dan menubruk target sehingga akan dipancarkan sinar-X.3 Pesawat sinar-X fluoroskopi adalah pesawat sinar-X yang memiliki tabir atau lembar penguat fluorosensi yang dilengkapi dengan sistem video yang dapat mencitrakan obyek secara terus menerus. Proses pembentukan sinar-X pada tabung katoda ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1. Tabung katoda pesawat sinar-X

Teknik pencitraan fluoroskopi ini umum digunakan oleh dokter untuk mendapatkan gambar realtime bergerak dari gambaran tubuh pasien. Salah satu pemanfaatan prinsip fluoroskopi tersebut adalah radiologi intervensional yaitu cabang ilmu radiologi yang melakukan diagnosis dan terapi dalam tubuh pasien melalui bagian luar tubuh dengan kawat penuntun, stent, dan lain-lain dengan menggunakan sinar-X.4 Dalam prosedur pemeriksaan jantung vaskuler, sebuah kateter khusus dimasukkan di dalam pembuluh darah besar (umumnya dalam salah satu pembuluh darah besar di abdomen atau tangan) dengan ujung kateter ditempatkan ke pembuluh darah sentral besar yang berakhir di katup rongga/ruang-ruang jantung.5

Untuk menjamin keselamatan bagi pekerja radiasi dan masyarakat sekitarnya, Pemegang Ijin (PI) harus menerapkan sistem keselamatan radiasi yang meliputi : 6

Page 3: ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI ...

12 Jurnal Radiologi Indonesia Volume 1 Nomor 1, Mei 2015

ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI INTERVENSIONAL DAN KATETERISASI JANTUNG VASKULAR DI CATH-LAB ROOM RSUP DR. SARDJITO

1. Justifikasi, setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber radiasi lainnya harus didasarkan pada azas manfaat.

2. Optimasi, semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya sesuai dengan ALARA (As Low As Reasonably Achieveable), yaitu konsep dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial.

3. Limitasi, dosis ekuivalen yang diterima pekerja radiasi dan masyarakat tidak boleh melampaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang ditetapkan menurut Surat Keputusan Kepala Bapeten No. 01/Ka-BAPETEN/V-99 tahun 1999 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi.

Desain ruangan merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum suatu pesawat sinar-X dioperasikan. Tujuan desain ruangan yang utama adalah untuk menjamin bahwa manusia yang berada di balik dinding menerima paparan radiasi yang lebih kecil dari Nilai Batas Dosis (NBD) yang berlaku padanya. Penahan radiasi untuk sebuah instalasi sinar-X dapat dibedakan menjadi penahan sumber radiasi sinar-X dan penahan untuk bangunan ruangan pesawat sinar-X (penahan struktural). Untuk menghitung ketebalan dinding penahan struktural dari ruangan, faktor-faktor yang mempengaruhi harus diketahui terlebih dahulu. Faktor-faktor yang dimaksud meliputi :7

1. Tegangan maksimum (kV) saat tabung sinar-X dioperasikan.

2. Arus maksimum (mA) dari aliran berkasnya.3. Jarak sumber radiasi terhadap bidang

penghambur (d).4. Daerah terkontrol dan daerah tidak

terkontrol (P).Daerah terkontrol adalah daerah yang menghuninya hanya personil yang karena pekerjaannya terkena radiasi, sedangkan daerah tidak terkontrol adalah daerah yang penghuninya bisa siapa saja. Klasifikasi daerah ini menentukan laju paparan desain mingguan dimana :a. P = 0,1 R/minggu untuk daerah

terkontrol.b. P = 0,002 R/minggu untuk daerah

tidak terkontrol.5. Faktor guna (use factor,U)

Faktor guna merupakan faktor yang ditentukan oleh prosentase suatu dinding terkena berkas radiasi selama pemanfaatan pesawat sinar-X. Besarnya nilai U tersebut adalah :a. Untuk lantai = 1.b. Untuk dinding = 1/4. c. Untuk langit - langit = 1/4.

6. Faktor penghunian (occupancy factor, T)Faktor penghunian ditentukan oleh seberapa sering seseorang berada di balik dinding ruang pesawat sinar-X, yaitu :a. T = 1 jika terdapat seseorang yang terus

menerus berada di balik dinding.b. T = 1/4 jika keberadaan seseorang

tersebut tidak terus menerus, tetapi relatif sering.

c. T = 1/16 jika keberadaan seseorang hanya sesekali berada di balik dinding.

d. T = 1 jika di balik dinding tersebut adalah pekerja radiasi, tidak bergantung pada tingkat keberadaannya.

7. Beban kerja mingguan (weekly workload, W)Beban kerja mingguan menyatakan tingkat pemakaian pesawat sinar-X dalam 1 minggu dan biasanya dinyatakan dalam mA-menit/minggu.

Dalam perancangan, kategori penahan dibagi menjadi 2, yaitu :7

1. Penahan primer yang memberikan perlindungan terhadap sinar guna yaitu berkas sinar yang langsung berasal dari focal spot.

2. Penahan sekunder yang memberikan perlindungan terhadap radiasi, yang terdiri atas penahan sekunder akibat radiasi hambur dan penahan sekunder akibat radiasi bocor.

Penahan radiasi primer

Tebal penahan primer ditentukan berdasarkan nilai K yang diberikan melalui Persamaan 1 di bawah ini :7

Page 4: ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI ...

13Jurnal Radiologi Indonesia Volume 1 Nomor 1, Mei 2015

Fransiska Dian, Bagaswoto Poedjomartono, Toto Trikasjono

Gambar 2. Grafik pelemahan sinar X (50-400 kVp) pada beton (densitas 2,35 gr/cm3)

Tebal dinding radiasi sekunder ditentukan berdasarkan tebal dinding penahan radiasi hambur (Xh) dan tebal dinding penahan radiasi bocor (Xb) mengikuti aturan :7

- bila nilai [Xh – Xb] < 1 TVL, maka harga penahan sekunder yang digunakan adalah yang terbesar antara Xh atau Xb ditambah dengan ketebalan 1 HVL.

- bila nilai [Xh – Xb] > 1 TVL, maka harga penahan sekunder yang digunakan adalah yang terbesar antara Xh atau Xb.

Nilai Xh dan Xb diperoleh dari grafik pada Gambar 2.

Keselamatan radiasi di radiologi intervensional

Berdasarkan Keputusan Menkes No. 1014/MENKES/SK/2008 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik Di Sarana Pelayanan Kesehatan, tercantum tentang peralatan proteksi radiasi dan desain ruangan yang diperlukan untuk suatu Instalasi Radiologi.9 Salah satu persyaratan yang direkomendasikan yaitu tentang desain ruangan. Dinding dibangun

Dimana : K = faktor transmisi (R/mA-menit)P = penyinaran maksimum mingguan yang

diijinkan (R/minggu)d = jarak dari sumber ke penahan yang akan

dirancang (m)W = beban kerja selama 1 minggu

(mA-menit/minggu)T = faktor hunianU = faktor penggunaan

Dari faktor transmisi K, tebal penahan radiasi primer diperoleh dari grafik faktor pelemahan sinar-X untuk penahan radiasi beton tertera pada Gambar 2.8

Penahan radiasi sekunder

Tebal dinding penahan radiasi hambur ditentukan dengan rumus K (untuk tegangan kurang dari 500 kV) pada Persamaan 2 :7

Dari grafik pada Gambar 2 akan diperoleh tebal penahan radiasi hambur Xh.

Tebal dinding radiasi bocor ditentukan dengan menghitung faktor transmisi atau daya serap dinding (BLX) menggunakan Persamaan 3 dan 4 :[4]

Di mana : BLX = paparan radiasi bocor P = penyinaran maksimum mingguan (R/

minggu)d = jarak sumber ke penahan yang akan

dirancang (m)W = beban kerja selama 1 minggu

(mA-menit/minggu)T = faktor hunianI = arus tabung maksimum (mA)n = Xb / HVL

Page 5: ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI ...

14 Jurnal Radiologi Indonesia Volume 1 Nomor 1, Mei 2015

ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI INTERVENSIONAL DAN KATETERISASI JANTUNG VASKULAR DI CATH-LAB ROOM RSUP DR. SARDJITO

dari bata merah dengan ketebalan 25 cm dan kerapatan jenis 2,2 g/cm3, atau beton dengan ketebalan 20 cm atau setara dengan 2 mm timah hitam (Pb), sehingga tingkat radiasi di sekitar ruangan pesawat sinar-X tidak melampaui NBD 1 mSv/tahun.

Berdasarkan persyaratan teknis bahwa penahan sumber pada radiografi medis harus memenuhi persyaratan laju kebocoran yang sesuai dengan rekomendasi NCRP (National Committee on Radiation Protection), yaitu :7

1. Tipe DiagnostikLaju kebocoran pada jarak 1 m dari fokus tidak melebihi 100 mR/jam apabila dioperasikan pada arus dan tegangan maksimal.

2. Tipe TerapiLaju kebocoran pada jarak 1 m dari fokus tidak melebihi 1.000 mR/jam dan pada jarak 5 cm dari permukaan tabung tidak melebihi 30.000 mR/jam, apabila dioperasikan pada arus dan tegangan maksimal.

Berdasarkan Peraturan Kepala Bapeten Nomor 8 tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik Dan Intervensional, NBD untuk pekerja radiasi adalah < 20 mSv/tahun (rata-rata selama 5 tahun) dan maksimal 50 mSv/tahun.4 Personil yang bekerja di instalasi yang menggunakan pesawat sinar-X C-Arm angiografi, berdasarkan Peraturan Kepala Bapeten Nomor 8 tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik Dan Intervensional sekurang-kurangnya terdiri dari :

a. Dokter Spesialis Radiologi atau Dokter yang Berkompeten

b. Tenaga Ahli (Qualified Expert) dan/atau Fisikamedis

c. Petugas Proteksi Radiasi (PPR)d. Radiografer

Yang dimaksud dengan Dokter yang Berkompeten adalah dokter spesialis radiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi lain dalam bidang radiologi. Dengan demikian, maka keselamatan radiasi menjadi tanggung jawab dari semua personil yang terlibat dalam tindakan pemeriksaan radiologi intervensional.3 Pada

pelaksanaan tindakan intervensional, dokter dan perawat berpotensi mengalami risiko radiasi karena selama tindakan berada dekat dengan pasien. Apron, kaca mata Pb, dan pelindung tiroid Pb adalah peralatan yang digunakan untuk

mengurangi dosis pekerja radiasi.1

BAHAN DAN CARA

Lokasi pengambilan data dilaksanakan di Cath-Lab Room 2, Unit Radiologi, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Langkah dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3 dan ruang periksa Cath-Lab Room 2 ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 3. Alur penelitian

Gambar 4. Ruang periksa Cath-Lab Room 2

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :1. Pesawat sinar-X C-Arm merk Philips tipe Allura

Page 6: ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI ...

15Jurnal Radiologi Indonesia Volume 1 Nomor 1, Mei 2015

Fransiska Dian, Bagaswoto Poedjomartono, Toto Trikasjono

waktu terlama yang dapat terjadi), jumlah hari kerja selama 1 minggu adalah 7 hari (meskipun di Cath-Lab berlaku 5 hari kerja senin-jumat, tetapi untuk kondisi darurat maka sabtu-minggu juga menerima pasien), dengan arus maksimal dari alat tersebut adalah 1250 mA diperoleh beban kerja mingguan W adalah 750.000 mA-menit/minggu. Tebal penahan radiasi pada Tabel 2 dinyatakan dalam tebal setara beton untuk mempermudah perbandingan antara tebal teoritis dengan tebal yang sudah ada. Hasil dari tabel 2 menunjukkan bahwa sejumlah penahan memiliki ketebalan yang kurang yaitu penahan E, F, G, K, L dan O.

Pengukuran laju paparan radiasi lingkungan di luar ruang periksa Cath-Lab Room 2 telah dilakukan sebelumnya untuk memenuhi persyaratan proses perijinan operasi ke BAPETEN yang ditunjukkan pada Tabel 3. Pengukuran dilakukan pada kondisi kolimator terbuka dengan beban 20 cm air yang diletakkan pada jarak 1 m dari fokus dengan alat ukur Inspector 20763.

Selanjutnya dilakukan pengujian perbedaan rata-rata suatu sampel dengan suatu nilai hipotesis menggunakan program SPSS 11 dengan metode One-Sampel T Test untuk menguji. Hasil analisis ditunjukkan pada Tabel 4. Laju paparan lingkungan yang diharapkan tidak melampaui 1 mSv/tahun atau setara 11,4 µR/jam sehingga test value yang digunakan dalam analisis ini adalah 11,4. Hipotesis yang digunakan adalah H0 = rata-rata laju paparan 11,4 µR/jam dan H1 = rata-rata laju paparan ≠ 11,4 µR/jam. Hipotesis H0 akan diterima jika Sig. (2-tailed) > α (0,05) dan jika Sig. (2-tailed) < α (0,05) maka H0 ditolak atau H1 diterima. Laju paparan lingkungan tersebut memiliki Sig. (2-tailed) bernilai 0,000 sehingga H0 ditolak atau H1 diterima karena Sig. (2-tailed) < α (0,05), dengan demikian rata-rata laju paparan ≠ 11,4 µR/jam.

Selain pengukuran laju paparan radiasi lingkungan di luar ruang periksa, pengukuran laju kebocoran tabung pesawat sinar-X di ruang periksa Cath-Lab Room 2 juga telah dilakukan sebelumnya untuk memenuhi persyaratan proses perijinan operasi ke BAPETEN dan ditunjukkan pada Tabel 5. Pengukuran dilakukan pada kondisi kolimator tertutup dengan alat ukur Inspector 20763 yang diletakkan pada jarak 1 m dari fokus.

X per FD 10.2. Personal Dosimeter (Pen-Dose).

HASIL DAN ANALISIS DATA

Denah ruangan Cath-Lab Room 2 ditunjuk-kan pada Gambar 5 dan ukuran ruangan beserta material bangunan yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 1.

Gambar 5. Denah Cath-Lab Room 2

Pesawat sinar-X pada instalasi ini merupakan alat baru yang dipasang pada tahun 2011 sehingga jumlah pasien yang ada belum tercatat dengan baik. Jumlah pasien yang tercatat sejak 16 Januari hingga 16 Juli 2012 adalah 402 orang yang terdiri dari pasien dengan tindakan kateterisasi jantung sebanyak 372 orang (33 orang untuk jantung anak dan 339 orang untuk jantung dewasa) dan kateterisasi vaskular (arteriografi) sebanyak 30 orang. Untuk menentukan tebal penahan struktural tidak digunakan data pasien tersebut tetapi menggunakan sejumlah asumsi karena penahan ini dirancang untuk menahan beban kerja maksimal. Hasil perhitungan ditunjukkan dalam Tabel 2.

Asumsi yang digunakan adalah jumlah pasien per hari 5 orang, setiap pasien terkena radiasi selama 2 jam atau 120 menit (mempertimbangkan

Page 7: ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI ...

16 Jurnal Radiologi Indonesia Volume 1 Nomor 1, Mei 2015

ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI INTERVENSIONAL DAN KATETERISASI JANTUNG VASKULAR DI CATH-LAB ROOM RSUP DR. SARDJITO

Data tersebut kemudian dilakukan pengujian hipotesis yang ditunjukkan pada Tabel 6. Laju kebocoran maksimum untuk pesawat sinar-X tipe diagnostik adalah 100 mR/jam sehingga test value yang digunakan dalam analisis ini adalah 100. Hipotesis yang digunakan adalah H0 = rata-rata laju kebocoran 100 mR/jam dan H1 = rata-rata laju kebocoran ≠ 100 mR/jam. Hipotesis H0 akan diterima jika Sig. (2-tailed) > α (0,05) dan jika Sig. (2-tailed) < α (0,05) maka H0 ditolak atau H1

diterima. Laju kebocoran tersebut memiliki Sig. (2-tailed) bernilai 0,000 sehingga H0 ditolak atau H1 diterima karena Sig. (2-tailed) < α (0,05), dengan demikian rata-rata laju kebocoran ≠ 100 mR/jam.

Pengukuran dosis pekerja radiasi dilakukan pada 33 sampel yang diperoleh dengan metode

Tabel 1. Ukuran dan material bangunan Cath- Lab Room 2

BangunanUkuran Ketebalan bahan

Panjang(cm)

Lebar(cm)

Tinggi(cm)

TembokBata (cm)

Pb(mm)

Kaca Pb(mm)

Besi(mm)

Ruangan Cath-Labyang terbangun

750 700 300 15 2 - -

Ruang operator 420 350 - 15 2 1 -Pintu ruang operator 100 - 200 - - - 4Pintu ruang periksa 150 - 200 - - - 3

radiasi ditunjukkan pada Tabel 7.

Seperti data sebelumnya, pada data dosis pekerja radiasi juga dilakukan pengujian hipotesis yang ditunjukkan pada Tabel 8. Dosis pekerja radiasi diharapkan bernilai kurang dari NBD tahunan yaitu 20.000 µSv atau 20 mSv sehingga test value yang digunakan dalam analisis ini adalah 20.000. Hipotesis untuk dosis dokter dan asisten adalah sama karena keduanya

merupakan pekerja radiasi yaitu H0 = rata-rata dosis pekerja radiasi 20.000 µSv atau 20.

Sv dan H1 = rata-rata dosis pekerja radiasi ≠ 20.000 µSv atau 20 mSv. Hipotesis H0 akan diterima jika Sig. (2-tailed) > α (0,05) dan jika Sig. (2-tailed) < α (0,05) maka H0 ditolak atau H1 diterima.

Tabel 2. Perbandingan tebal penahan radiasi

Penahan StrukturalFungsi Penahan Tebal Beton (cm) Pb yang perlu ditambahkan

(mm)Primer Sekunder Teoritis Terpasang

E − 15.24 13,39 0,26F − 15,24 7,14 1,13 (kaca Pb)G − 16,51 7,14 1,17 (kaca Pb)H − 27,94 26,41 0,21I − 15,24 26,41 -K − 27,89 10,05 2,50L − 25,40 12,13 1,87M − 22,86 26,41 -N − 22,86 26,41 -O − 27,94 26,41 0,21P − 17,78 26,41 -Q − 17,78 26,41 -

Page 8: ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI ...

17Jurnal Radiologi Indonesia Volume 1 Nomor 1, Mei 2015

Fransiska Dian, Bagaswoto Poedjomartono, Toto Trikasjono

Random Sampling untuk berbagai tindakan di Cath-Lab Room 2. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan 2 buah Pen-Dose masing-masing diletakkan di dalam apron di daerah pinggang dari dokter dan asisten. Hasil pengukuran dosis pekerja

Pada dosis dokter dan asisten, nilai Sig. (2-tailed) adalah 0,000 sehingga H0 ditolak atau H1 diterima karena Sig. (2-tailed) < α (0,05). Dengan demikian rata-rata dosis dokter dan asisten adalah sama untuk setiap tindakan yaitu ≠ 20.000 µSv atau 20 mSv.

Jumlah tindakan yang dilakukan di Cath-Lab Room 2 dalam 1 tahun dapat diperkirakan berdasarkan dosis rata-rata dokter dan asisten dari perhitungan di atas. Estimasi jumlah tindakan tersebut dilakukan agar NBD yang ditetapkan untuk pekerja radiasi tidak terlampaui. Jumlah tindakan yang disarankan dengan mempertimbangkan NBD 20 mSv/tahun selama 1 tahun dengan 5

tindakan per hari dan 5 hari kerja per minggu. jumlah tindakan yang dilakukan pada Cath-Lab Room 2 selama setahun adalah 1.040 tindakan untuk dokter dan 1.305 tindakan untuk asisten.

PEMBAHASAN

Secara umum, ruangan di Cath-Lab Room 2 terdiri dari ruang tindakan (exam room), ruang operator (control room Cath-Lab), ruang mesin (technical room) dan ruang persiapan (recovery preparation Cath-Lab). Berdasarkan Keputusan Menkes No. 1014/MENKES/SK/2008 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan, ukuran ruangan sudah cukup memenuhi ukuran minimal 8,5 m (p) 7,5 m (l) 2,8 m (t) yang disarankan yaitu 7,5 m (p) 7 m (l) 3 m (t). Ruangan-ruangan pendukung yang dimiliki juga sudah memenuhi syarat. Akan tetapi, tanda radiasi di ruangan ini belum memenuhi syarat karena tidak ada rambu berupa lampu merah yang berfungsi sebagai lampu peringatan tanda bahaya radiasi ketika sedang beroperasi serta tanda radiasi yang berupa tulisan peringatan.

Perlengkapan proteksi radiasi personal yang dimiliki juga sudah lengkap yaitu apron Pb, pelindung tiroid, pelindung gonad, dan kaca mata Pb, tetapi hal ini belum didukung dengan kedisiplinan dalam penggunaannya. Hal tersebut

Tabel 3. Laju paparan radiasi lingkungan

Posisi Laju paparan (µR/jam)

E 0,021F 0,030G 0,024H 0,025I 0,019J 0,015K 0,011L 0,013M 0,013N 0,015O 0,012P 0,011Q 0,012R 0,012

Rata-rata 0,01664

Tabel 4. One-Sample Test dengan test value = 11,4

t dfSig.

(2-tailed)Mean Difference

95% Confidence Interval of the DifferenceLower Upper

10,172 13 0,000 -11.38336 -11.38689 -11.37982

Tabel 5. Laju kebocoran pesawat sinar-X

Posisi Laju kebocoran (mR/jam)A 7,8B 12,1C 6,9D 10,1

Rata-rata 9,225

Page 9: ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI ...

18 Jurnal Radiologi Indonesia Volume 1 Nomor 1, Mei 2015

ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI INTERVENSIONAL DAN KATETERISASI JANTUNG VASKULAR DI CATH-LAB ROOM RSUP DR. SARDJITO

tampak dari banyaknya staff yang enggan menggunakan kaca mata Pb karena dianggap mengganggu pengelihatan, selain itu sebagian besar staff tidak menggunakan perlengkapan pendeteksi radiasi personal seperti film badge. Hal ini disebabkan ketidakpercayaan akan hasil yang selama ini ditunjukkan, karena film badge memiliki kelemahan yaitu hasilnya tidak real-

time dan kurang sensitif terhadap radiasi rendah. Dokumentasi dari hasil pengukuran radiasi digunakan untuk memantau kesehatan staff dan keturunannya di masa yang akan datang.

Hasil perhitungan penahan struktural secara teori dibandingkan dengan ketebalan penahan yang sudah ada seperti pada Tabel 4.3 yang menunjukkan bahwa sejumlah penahan memiliki ketebalan yang kurang yaitu penahan E, F, G, H, K, L dan O. Penahan E merupakan pintu operator

Tabel 6. One-Sample Test dengan test value = 100

t dfSig.

(2-tailed)Mean

Difference95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper-77,49 3 0,000 -90,775 -94,5031 -87,0469

Tabel 7. Hasil pengukuran dosis pekerja radiasi

Jenis Tindakan Jumlah tindakan WaktuDosis (µSv)

Dokter* Asisten**

Jantung Anak 541,27

(7,88-100,67)6,42

(0-10,70)6,42

(0-10,70)

Jantung Dewasa 237,92

(0,03-43,45)5,58

(0-53,50)5,58

(0-53,50)

Arteriografi 520,26

(1,73-47,13)29,96

(0-107)29,96

(0-107)Rata-rata 19,2242 9,4030

Tabel 8. One-Sample Test dengan test value = 20.000

Dosis t dfSig.

(2-tailed)Mean

Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower UpperDokter -3.404,75 32 0,000 -19.980,79 -19.992,73 -19.968,82

Asisten -5.462,78 32 0,000 -19.990,60 -19.998,05 -19.983,14

yang terbuat dari besi dengan tebal 4 mm atau setara dengan tebal beton 13,39 cm. Tebal beton yang diperlukan untuk penahan E adalah 15,24 cm sehingga tebal Pb yang perlu ditambahkan pada pintu adalah 0,26 mm. Penahan F dan G adalah kaca ruang operator yang terbuat dari kaca Pb dengan tebal 1 mm atau setara dengan beton setebal 7,14 cm. Tebal beton yang diperlukan untuk penahan F

dan G adalah 15,24 cm dan 16,51 cm sehingga tebal kaca Pb yang perlu ditambahkan pada kaca adalah 1,13 mm untuk F dan 1,17 mm untuk G. Penahan H merupakan koridor dengan material batu bata yang dilapisi 2 mm Pb atau setara dengan beton setebal 26,41 cm. Tebal beton yang diperlukan untuk penahan H adalah 27,94 cm sehingga tebal Pb yang perlu ditambahkan pada dinding adalah 0,21 mm. Penahan K merupakan pintu ruang periksa Cath-Lab Room 2 yang terhubung dengan ruang persiapan dibagian depan yang terbuat

Page 10: ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI ...

19Jurnal Radiologi Indonesia Volume 1 Nomor 1, Mei 2015

Fransiska Dian, Bagaswoto Poedjomartono, Toto Trikasjono

dari besi dengan tebal 3 mm atau setara dengan beton setebal 10,05 cm. Secara teori tebal beton yang diperlukan untuk penahan K adalah 27,89 cm sehingga tebal Pb yang perlu ditambahkan pada pintu adalah 2,5 mm. Penahan L merupakan dinding dari ruang persiapan pasien yang memiliki tebal 15 cm batu bata yang dilapisi 2 mm Pb atau setara dengan beton setebal 12,13 cm. Tebal beton yang diperlukan untuk penahan L adalah 25,40 cm sehingga tebal Pb yang perlu ditambahkan pada dinding adalah 1,87 mm. Penahan O merupakan koridor dengan material batu bata yang dilapisi 2 mm Pb atau setara dengan beton setebal 26,41 cm. Tebal beton yang diperlukan untuk penahan O adalah 27,94 cm sehingga tebal Pb yang perlu ditambahkan pada dinding adalah 0,21 mm.

Berdasarkan Keputusan Menkes No. 1014/MENKES/SK/2008 tahun 2008 tingkat radiasi di luar ruangan pesawat sinar-X diusahakan tidak melampaui 1 mSv/tahun atau setara dengan 11,4 µR/jam. Hasil pengukuran dari laju paparan lingkungan oleh staff Cath-Lab bervariasi dari yang terendah 0,011 µR/jam dan yang tertinggi 0,030 µR/jam dengan rata-rata keseluruhan 0,01664 µR/jam. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa rata-rata laju paparan radiasi lingkungan untuk 14 posisi ≠ 11,4 µR/jam. Nilai tersebut menunjukkan bahwa potensi dari radiasi di luar ruangan akan tetap ada dan laju paparan radiasi lingkungan ini dapat mempengaruhi dosis akumulatif yang diterima oleh orang-orang di sekitar ruang pemeriksaan yaitu staff Cath-Lab yang berada sering di depan penahan pada ruang operator dan masyarakat pada umumnya sehingga nilainya harus dijaga serendah mungkin. Berkaitan dengan tebal penahan struktural yang terhitung kurang pada beberapa bagian, hasil pengukuran laju paparan radiasi lingkungan yang masih di bawah 11,4 µR/jam menunjukkan hasil yang masih aman dengan pengukuran tepat di depan penahan. Hasil tersebut memungkinkan untuk tidak perlu dilakukan penambahan Pb.

Pesawat sinar-X yang digunakan berfungsi sebagai pemandu jalannya kateter sehingga laju kebocoran pada jarak 1 m dari fokus untuk pesawat tipe diagnostik tersebut tidak boleh melebihi 100 mR/jam apabila dioperasikan pada arus dan tegangan maksimal dengan kondisi kolimator

tertutup. Dari pengukuran laju kebocoran, hasil pengukuran bervariasi dari yang terendah 7,8 mR/jam dan yang tertinggi 12,1 mR/jam dengan rata-rata 9,225 mR/jam. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa rata-rata laju kebocoran dari 4 posisi ≠ 100 mR/jam dengan demikian potensi dari kebocoran radiasi masih tetap ada meskipun nilainya sangat rendah di bawah 100 mR/jam. Laju kebocoran yang melebihi ambang batas dapat dicegah dengan melakukan perawatan pesawat sinar-X secara teratur dan berkala dengan melakukan pengukuran laju kebocoran dan pengecekan peralatan sehingga dapat menjadi peringatan dini bila terjadi kebocoran melebihi ambang batas yang ditetapkan.

Dosis pekerja radiasi menjadi masalah karena sebagian besar staff tidak menggunakan film badge seperti yang telah diuraikan di atas. Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap 33 sampel di Cath-Lab Room 2, dosis radiasi yang diterima dokter dan asisten di balik apron selama tindakan bervariasi terhadap jenis tindakan dan lamanya waktu fluoroskopi. Jenis tindakan secara otomatis akan mempengaruhi nilai tegangan dan arus yang dihasilkan. Pada tindakan jantung anak dosis rata-rata yang diterima oleh adalah 24,96 µSv/tindakan untuk dokter dan 6,42 µSv/tindakan untuk asisten dengan lama waktu fluoroskopi bervariasi dari 7,88 menit hingga 100,67 menit. Dosis rata-rata yang diterima untuk tindakan jantung dewasa adalah 14,92 µSv/tindakan untuk dokter dan 5,58 µSv/tindakan untuk asisten dengan lama waktu fluoroskopi bervariasi dari 0,03 menit hingga 43,45 menit. Dosis rata-rata yang diterima pada tindakan arteriografi adalah 33,28 µSv/tindakan untuk dokter dan 29,96 µSv/tindakan untuk asisten dengan lama waktu fluoroskopi bervariasi dari 1,73 menit hingga 43,17 menit. Dosis rata-rata dari seluruh tindakan tersebut adalah 19,2242 µSv/tindakan untuk dokter dan 9,403 µSv/tindakan untuk asisten. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa untuk dosis dokter maupun asisten, dosis rata-rata ≠ 20.000 µSv atau 20 mSv. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa dosis yang diterima oleh dokter dan asisten untuk tindakan di Cath-Lab Room 2 cukup rendah karena masih jauh dari NBD tahunan yang ditetapkan oleh BAPETEN melalui Perka Bapeten Nomor 8 tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi Dalam

Page 11: ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI ...

20 Jurnal Radiologi Indonesia Volume 1 Nomor 1, Mei 2015

ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI INTERVENSIONAL DAN KATETERISASI JANTUNG VASKULAR DI CATH-LAB ROOM RSUP DR. SARDJITO

Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik Dan Intervensional yaitu 20 mSv/tahun. Agar Nilai Batas Dosis tahunan tersebut tidak terlampaui, jumlah tindakan yang dilakukan pada Cath-Lab Room 2 selama setahun adalah 1.040 tindakan untuk dokter dan 1.305 tindakan untuk asisten. Perhitungan tersebut berdasarkan pada dosis rata-rata yang diperoleh dokter dan asisten untuk berbagai jenis tindakan pada 33 sampel. Perhitungan jumlah tindakan untuk masing-masing jenis tindakan tidak dilakukan karena membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Pengendalian dosis staff Cath-Lab Room 2 yang berkaitan dengan sistem keselamatan radiasi harus didasari dengan justifikasi, optimasi dan limitasi. Lamanya waktu fluoroskopi akan memberikan manfaat lebih besar kepada pasien bila tingkat keberhasilan dari tindakan tersebut lebih tinggi dibandingkan tingkat risikonya meskipun staff yang ada di dalam ruangan harus menerima dosis lebih tinggi dikarenakan tingkat kesulitan yang dihadapi. Dosis tahunan staff di Cath-Lab Room 2 harus dijaga agar tidak melampaui NBD sehingga selain penggunaan apron Pb, pembagian kerja secara bergantian juga diperlukan. Berdasarkan Perka Bapeten Nomor 8 tahun 2011 tindakan radiologi intervensional dapat dilaksanakan oleh dokter yang berkompeten seperti dokter jantung dan dokter radiologi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa keberadaan residen atau calon dokter spesialis (jantung dan radiologi) selain sebagai asisten juga sebagai dokter pelaksana, dapat membantu mengurangi beban kerja dokter spesialis menjadi tidak terlalu besar. Oleh karena itu, penggunaan perlengkapan pendeteksi radiasi personal sebaiknya tidak hanya oleh dokter spesialis maupun perawat tetapi juga oleh residen yang bertugas di Cath-Lab Room 2. Tanggung jawab terhadap keselamatan di ruangan tersebut kini tidak hanya bergantung pada Petugas Proteksi Radiasi (PPR) saja tetapi juga kepada semua staff yang ada. Dari berbagai aspek yang telah dibahas, keselamatan radiasi di Cath-Lab Room 2 sangat bergantung pada semua komponen mulai peralatan, perlengkapan dan SDM sebagai pelaksana.

KESIMPULAN

Secara umum ruang periksa dan pesawat sinar-X di Cath-Lab Room 2 Unit Radiologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta berada pada kondisi yang aman untuk beroperasi. Perancangan penahan struktural, pengendalian laju paparan radiasi lingkungan dan laju kebocoran pesawat sinar-X, serta penggunaan peralatan proteksi radiasi personal dapat menekan dosis staff di Cath-Lab Room 2 ke nilai yang serendah-rendahnya sehingga dapat menjamin adanya keselamatan bagi staff dan masyarakat di sekitar Cath-Lab Room 2.

Pengambilan kesimpulan secara khusus adalah sebagai berikut :

1. Sebagian besar tebal penahan struktural primer dan sekunder telah memiliki ketebalan yang cukup. Karena laju paparan radiasi lingkungan di luar penahan masih jauh di bawah 1 mSv/tahun atau setara 11,4 µR/jam sehingga tidak perlu ditambahkan Pb meskipun masih ada beberapa bagian yang kurang.

2. Laju paparan radiasi lingkungan rata-rata adalah 0,01664 µR/jam dengan hasil pengujian hipotesis One-Sample T Test adalah rata-rata laju paparan lingkungan ≠ 11,4 µR/jam. Jadi potensi radiasi di luar ruangan masih tetap ada meskipun nilainya sangat rendah.

3. Laju kebocoran radiasi rata-rata adalah 9,225 mR/jam dengan hasil pengujian hipotesis One-Sample T Test adalah rata-rata laju kebocoran ≠ 100 mR/jam. Jadi potensi dari kebocoran radiasi masih tetap ada meskipun nilainya sangat rendah di bawah 100 mR/jam.

4. Dosis rata-rata yang diterima oleh dokter dan asisten masih jauh dari NBD 20 mSv/tahun yaitu 19,2242 µSv/tindakan untuk dokter dan 9,403 µSv/tindakan untuk asisten dengan uraian sebagai berikut : - Jantung anak : 24,96 µSv/tindakan

untuk dokter dan 6,42 µSv/tindakan untuk asisten dengan lama waktu fluoroskopi bervariasi dari 7,88 menit hingga 100,67 menit.

- Jantung dewasa : 14,92 µSv/tindakan untuk dokter dan 5,58 µSv/tindakan

Page 12: ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI ...

21Jurnal Radiologi Indonesia Volume 1 Nomor 1, Mei 2015

Fransiska Dian, Bagaswoto Poedjomartono, Toto Trikasjono

sebuah media informasi dalam bentuk X-banner berukuran 60 cm (l) 160 cm (t) yang ditunjukkan pada Gambar 7.

6. Perlunya dilakukan penelitian proteksi radiasi pada pasien secara khusus.

7. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk dosis radiasi yang diterima oleh pasien anak-anak serta penelitian modifikasi dari pelindung gonad untuk anak-anak dengan dimensi yang tidak mengganggu proses pencitraan.

8. Karena pemantauan dosis pekerja belum berjalan dengan baik, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui korelasi antara penyakit yang diderita oleh pekerja radiasi/keturunannya dengan dosis radiasi yang diperolah selama bekerja. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah penyakit yang diderita tersebut akibat pengaruh radiasi selama bekerja atau karena penyebab lain non-radiasi.

untuk asisten dengan lama waktu fluoroskopi bervariasi dari 0,03 menit hingga 43,45 menit.

- Arteriografi : 33,28 µSv/tindakan untuk dokter dan 29,96 µSv/tindakan untuk asisten dengan lama waktu fluoroskopi bervariasi dari 1,73 menit hingga 43,17 menit.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa untuk dosis dokter maupun asisten, dosis rata-rata ≠ 20.000 µSv atau 20 mSv

5. Jumlah tindakan yang dilakukan di Cath-Lab Room 2 selama 1 tahun agar tidak melampaui NBD 20 mSv/tahun adalah 1040 tindakan oleh dokter dan 1305 tindakan oleh asisten.

6. Keselamatan radiasi di Cath-Lab Room 2 sangat bergantung pada semua komponen mulai peralatan, perlengkapan dan SDM sebagai pelaksana.

SARAN

1. Perlu disediakan alat pendeteksi radiasi personal yang bersifat real time dengan sensitifitas yang baik seperti Pen-Dose (analog atau digital) untuk setiap staff yaitu dokter spesialis, residen dan perawat yang secara langsung terlibat pada jalannya tindakan.

2. Perlunya penambahan jumlah apron beserta aksesoris karena apron yang ada sekarang dirasa kurang.

3. Perlu ditingkatkannya kedisiplinan untuk menggunakan tabir penahan radiasi yang sudah ada pada C-Arm tanpa mengganggu jalannya tindakan. Gambar dari tabir radiasi ditunjukkan pada Gambar 6.

4. Di dinding koridor sebelah utara dan pintu masuk sebelah barat perlu dipasang lampu alarm merah dengan sistem saklar yang terhubung langsung dengan pesawat sinar-X serta tanda bahaya radiasi yang berupa tulisan peringatan di pintu ruang periksa dan pintu ruang operator.

5. Perlunya media informasi untuk mengenalkan bahaya sekaligus manfaat radiasi yang dapat dibaca setiap orang. Untuk itu penulis mencoba menbuat

Gambar 6. Tabir radiasi Ceiling Suspended dan Table Mounted

Page 13: ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI ...

22 Jurnal Radiologi Indonesia Volume 1 Nomor 1, Mei 2015

ANALISIS KESELAMATAN RADIASI TINDAKAN RADIOLOGI INTERVENSIONAL DAN KATETERISASI JANTUNG VASKULAR DI CATH-LAB ROOM RSUP DR. SARDJITO

DAFTAR PUSTAKA

1. Murniaty E, Rusmanto YE. 2006. Kajian Potensi Risiko Radiasi Di Fasilitas Radiologi Intervensional. Seminar Keselamatan Nuklir, 2-3 Agustus 2006.

2. Susanto E, Indrati R, Kartikasari Y, Masrochah S, Wibowo AS, Darmini. Materi Diklat Petugas Proteksi Radiasi Bidang Radiodiagnostik. Poltekkes Depkes Semarang. Semarang. 2009.

3. BAPETEN. Objek-Objek Inspeksi Fasilitas Kesehatan. Diakses di http:// ansn.bapeten. go.id/download.php?fid=281...Obyek_Inspeksi.../, tanggal 11 Agustus 2011.

4. BAPETEN. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional. 2011.

5. Anonim. Kateterisasi Jantung. Diakses di http : //www.mahkotamedical.com/in/our_ facilities/ cardiac_catheterization.html/, tanggal 5 Desember 2011.

6. Marpaung T. Proteksi Radiasi Dalam Radiologi Intervensional. Seminar Keselamatan Nuklir, 2-3 Agustus 2006.

7. BATAN. Rev. Petugas Proteksi Radiasi : Desain Penahan Ruang Sinar-X. Pusdiklat BATAN. Jakarta. 2005.

8. DEPKES. Keputusan Menkes No. 1014/MENKES/SK/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik Di Sarana Pelayanan Kesehatan. 2008.

Gambar 7. Media informasi pengenalan radiasi