perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO PAY) MITIGASI BANJIR DI EKS KARISIDENAN SURAKARTA Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: RUSMINAH F0108113 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JANUARI 2013
132
Embed
ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR ... - digilib.uns.ac.id · dengan judul “ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO PAY) MITIGASI BANJIR DI EKS KARISIDENAN SURAKARTA. Skripsi ini disusun
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO
PAY) MITIGASI BANJIR DI EKS KARISIDENAN
SURAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
RUSMINAH
F0108113
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JANUARI 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang
Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?
(QS Ar-Rahmaan )
*Pandai-Pandailah bersyukur jika mendapat nikmat dan sabarlah saat
tertimpa Musibah*
Rintangan tak dapat menghancurkanku. Setiap rintangan akan menyerah pada
ketetapan hati yang kukuh
(Leonardo da Vinci)
Wahai wanita muliakan dirimu dengan kesabaran, kesetiaan, kejujuran,
keteguhan dan pemberani karena senyuman, cita-cita, harapan dan perananan
seorang wanita tak tergantikan.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya kecilku ini
untuk kepada:
1. Allah SWT
2. Bapak dan Ibuk
3. Kakak dan Adik
4. Almamater Fakultas
Ekonomi UNS
5. Seseorang yang telah
tertulis di Lauh Mahfuzhku
(kitab yang terpelihara),
imamku yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
membersamai perjalananku
nanti
6. orang-orang terdekatku dan
di sampingku
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahn-Nya, sehingga hanya dengan bimbingan,
pertolongan, dan kasih sayang-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO
PAY) MITIGASI BANJIR DI EKS KARISIDENAN SURAKARTA.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persiapan, Perencanaan, dan Pelaksanaan hingga terselesaikanya
penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peran dan bantuan berbagai pihak baik
secara riil maupun meteriil. Tiada yang dapat melukiskan kebahagiaan penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
selain rasa syukur yang mendalam. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati dan
ketulusan yang mendalam penulis menghanturkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Evi Gravitiani, SE.M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktunya, tenaga, dan pikiran dalam membimbing
penulis dengan penuh perhatian, kesabaran dan memberikan pengarahan
yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr.Suryanto, SE.,MSi yang telah mengikuti perkembangan
penelitian dengan sabar dan memberikan masukan yang berarti dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Supriyono, M.Si., dan Ibu Izza Mafruhah, SE, M.Si selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
6. Seluruh Camat dan Lurah wilayah penelitian atas ijin dan bantuannya
selama ini.
7. Untuk Kebahagiaanku “Bapak dan Ibuk” terimakasih atas segala
kebesaran jiwa, perjuangan dan kepahlawananmu untuk hidupku. Semoga
pintu rahmat, pintu ni’mat dan petunjuk terbuka bagimu selebar-lebarnya.
Aamiin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
8. Kakakku “Jono M&Nining” dan “Adikku Samsul Bukhori” atas kasih
sayangnya, pengertian, cinta yang begitu besar dan tak hentinya memberi
doa, nasehat, semangat, dan dukungan untuk menyelesaikan studi.
9. Keluarga Besar MEPA-UNS “khususnya kawan berpetualang dan
kakak,teman,adik, yang sempat membersamaiku mengisi lembaran cerita
dengan warna yang berbeda”. Saat jaya maupun underpressure bersama
kalian, moment yang takkan hilang dari kenangan. Semangat selalu salam
Semangat Bravo MEPA !!
10. “Putri-Putri IDAMAN”. Terimakasih atas dukungan, keceriaan dan
kebersamaannya selama di Pondok Putri Idaman. See you keep in
touch.*GYF2R2E2I2DAMT2NPBH*
11. Sahabat-sahabat seperjuanganku Ekonomi Pembangunan FE UNS 2008.
12. Teman-teman yang membantu proses pengumpulan data dan mendukung
rusaknya pemukiman dan pertanian (rumah tinggal, sawah, tambak, dst),
kegagalan panen, gangguan kesehatan, timbulnya korban jiwa,
pengungsian penduduk, terganggunya pelaksanaan pendidikan, dan
pelayanan umum yang lainnya.
Catatan kejadian beserta dampak banjir yang terjadi di DAS Bengawan
Solo khususnya di wilayah-wilayah yang termasuk kategori wilayah rawan
banjir yang diperoleh dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo
(BBWS) dan Ekspedisi Kompas (2009) dapat dilihat pada Tabel 1.1
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Tabel 1.1 Fakta Bencana Banjir Beserta Dampaknya di Sungai Bengawan Solo
No Tahun Keterangan 1 1863 Bengawan Solo sudah menimbulkan banjir di hulu sungai. 2 1966 Banjir bandang melanda kota eks Karisedenan Surakarta, Kabupaten
Ngawi, Bojonegoro dan Lamongan. Korban jiwa 168 orang tewas. 182.000 rumah rusak. 142.000 ha lahan pertanian di 93 kecamatan terendam. Infrastruktur yang rusak antara lain 42 jembatan besar dan kecil, 19 fasilitas irigasi, 5 km rel kereta api, dan 3,8 km tanggul.
3 1982 129 desa di kecamatan di Kabupaten Bojonegoro dilanda banjir 7.298 rumah dan 917.376 ha lahan tergenang.
4 1991 27000 areal sawah, perkebunan dan pemukiman di Kabupaten Bojonegoro, Tuban dan Lamongan terendam banjir
5 1993 Daerah yang dilanda banjir meliputi 220 desa di 36 kecamatan di Kabupaten Tuban, Bojonegoro, Lamongan dan Gresik. Kerugian 200.000 petani sekitar Rp 13,29 milyar karena 15000 ha lahannya tergenang air.
6 1994 Banjir melanda Kabupaten Blora, Bojonegoro, Tuban dan Lamongan ribuan rumah terendam banjir.
7 2002 13 kecamatan di kabupaten Bojonegoro diterjang banjir. 8 2005 71 Desa di 15 kecamatan di kabupaten Bojonegoro dilanda banjir 443
ha sawah, 1.149 rumah dan 19 km jalan desa terendam di Gresik. 9 2007-
2008 Banjir besar DAS Bengawan Solo setelah tahun 1966, melanda hampir di semua wilayah yang dialiri Sungai Bengawan Solo mulai dari Kabupaten Wonogiri sampai wilayah Kabupaten Gresik.
10 2009 Cakupan banjir meluas di Sub-Das Bengawan Solo, melanda Kota Surakarta, Kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Sragen, Klaten dan Karanganyar akibat meluapnya kali Pepe, Premulung, Gempol dan Bengawan solo.
11 2010 Di eks karisidenan Surakarta hampir di seluruh DAS Bengawan Solo dilanda banjir mulai dari Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Solo, Karanganyar dan Sragen. Kerugian per tahun 2010 di eks karisidenan Surakarta yaitu 1760 unit rumah, 260 Ha sawah, 763 m tanggul.
12 2011 Daerah yang dilanda banjir di eks karisidenan Surakarta meliputi Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Solo, Karanganyar dan Sragen. 784 unit rumah, 235 Ha sawah dan 1500 m tanggul terendam.
13 2012 DAS Bengawan Solo dan Sub-Das Bengawan Solo di seluruh wilayah DAS eks-karisidenan Surakarta terendam. Rumah tergenang air sebanyak 517 unit, sawah sebesar 6683 ha dan tanggul tenggelam 3.030 m sedangkan tanggul yang rusak 1702 m
Sumber : Kompas,2009 dan BBWS, 2009-2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Penduduk di Wilayah DAS Bengawan Solo mayoritas bermata
pencaharian di bidang pertanian sehingga bencana banjir mempunyai
dampak besar terhadap perekonomian keluarga petani terkait penurunan
produksi pertanian. Petani juga mengalami kesulitan untuk membiayai
masa tanam berikutnya, dalam keadaan tersebut dibutuhkan tindakan
mitigasi yang efektif untuk mengelola potensi risiko terutama apabila
perubahan tersebut menimbulkan guncangan terhadap seluruh sektor
pembangunan, yang dimaksud mitigasi yaitu serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Kerugian yang diakibatkan bencana banjir sangat besar maka
penanggulangan bencana banjir diharapkan dapat dilakukan oleh anggota
masyarakat secara terorganisir baik sebelum, saat, dan sesudah bencana
dengan menggunakan sumber daya yang mereka miliki semaksimal
mungkin. Kapasitas penanggulangan bencana lebih efektif dilakukan di
tingkat komunitas, karena komunitas merupakan pihak yang pertama-tama
berhadapan dengan resiko bencana (Rencana Nasional Penanggulangan
bencana 2010-2014).
Banjir luapan DAS Bengawan Solo sudah seperti rutinitas tahunan yang
tinggal menunggu kedatangannya tanpa ada upaya-upaya
menanggulanginya, sementara setiap tahunnya jumlah kerugian/korban
banjir di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo semakin
bertambah, dengan kenyataan tersebut maka tidak dapat dipungkiri bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
banjir adalah salah satu jenis bencana yang periodik dan merugikan
sehingga perlu adanya perhitungan kerugian pasca banjir khususnya
kerugian di bidang pertanian dengan harapan kesadaran masyarakat untuk
mitigasi banjir menigkat. Mitigasi banjir masyarakat sangat penting untuk
dilakukan untuk mengurangi risiko bencana banjir bagi masyarakat yang
berada pada kawasan rawan bencana banjir di DAS Bengawan Solo.
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian mengenai analisis
Willingness to pay mitigasi banjir perlu dilakukan, maka penelitian ini
diberi judul “Analisis Kesediaan Membayar (Willingness to pay) Mitigasi
Banjir di Eks Karisidenan Surakarta”.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan, masalah yang akan
dianalisis pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Daerah mana sajakah yang termasuk wilayah rawan banjir di eks
Karisidenan Surakarta?
2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi willingness to pay (WTP)
untuk mitigasi banjir di eks Karisidenan Surakarta?
3. Berapa besarnya willingness to pay (WTP) untuk mitigasi banjir di
eks Karisidenan Surakarta?
4. Berapa besarnya kerugian (Loss Production) petani akibat bencana
banjir?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:
1. Identifikasi lokasi dan melakukan pemetaan wilayah rawan bencana
banjir di eks karisidenan Surakarta.
2. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh faktor sosial ekonomi
terhadap willingness to pay untuk mitigasi banjir.
3. Menghitung besarnya willingness to pay petani untuk mitigasi banjir.
4. Menghitung besarnya Kerugian (Loss Production) petani akibat bencana
banjir.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1. H
asil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan
serta sumbangan pemikiran terhadap instansi pemerintah terkait,
seperti BP DAS, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pertanian,
Kesbangpolinmas, Bappeda dan lain-lain dalam menentukan
kebijakan untuk mitigasi banjir di DAS Bengawan Solo.
2. D
apat dijadikan sebagai masukan bagi masyarakat DAS Bengawan
Solo agar dapat meningkatkan kesiapan terhadap kawasan rawan
bencana banjir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3. S
ebagai dokumentasi ilmiah yang berguna bagi mereka yang memiliki
kesamaan dengan tujuan penelitian ini.
4. S
ebagai bahan informasi bagi pembaca penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Bencana Banjir
a. Pengertian Banjir
Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu
kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Banjir adalah
peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam
daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi
kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai.
Bencana banjir menurut Dolcemascolo (dalam Harjono, 2012)
dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu banjir meteorologi
Jumlah 150 100 (Sumber: Data primer diolah, 2012) Pada Tabel 4.19 menjelaskan bahwa rata-rata tinggi genangan
sawah responden antara 101-200 cm yang artinya mayoritas responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
berada pada ketinggian ini. Ketinggian banjir yang paling dangkal adalah 50
cm, sedangkan yang paling tinggi genangan di sawah 300 cm.
h. Intensitas Banjir
Intensitas banjir yang digunakan dalam penelitian ini adalah berapa
kali terjadi banjir besar di sawah responden itu per tahunnya. Sedikit atau
banyak terjadi banjir berpengaruh pada mitigasi banjir oleh responden.
Tabel 4.20 Karakteristik Responden menurut Intensitas banjir
No. Intensitas banjir (tahun)
Jumlah Responden Prosentase (%)
1. 1 kali 67 44 2. 2 kali 28 18 3. 3 kali 55 38
Jumlah 150 100 (Sumber: Data primer diolah, 2012)
Pada Tabel 4.20 menjelaskan bahwa rata-rata banjir menggenangi
sawah responden sebanyak 1 kali per tahun, 67 responden (44%).
Intensitas banjir yang 2 kali per tahunya sebesar 18% sedangkan yang 3
kali per tahun sebesar 38%. Tingkat intensitas banjir dapat mempengaruhi
responden dalam mitigasi banjir untuk mengurangi resiko yang
ditimbulkan.
C. Analisis Data dan Pembahasan
1. Lokasi dan Pemetaan Wilayah Rawan Banjir
Penelitian yang berjudul Analisis Kesediaan membayar (willingness to
pay) mitigasi banjir di Eks Karisidenan Surakarta ini wilayah penelitiannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
mencakup dalam 4 Kabupaten, 9 kecamatan dan terbagi menjadi 21
desa/kelurahan. Di masing-masing desa penelitian tingkat kerawanan banjir
berbeda, dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini:
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
Gambar 4.1 Peta Tingkat Kerawanan Banjir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat kerawanan
bencana banjir suatu wilayah bisa dilihat dari beberapa faktor sebagai berikut:
1. Wilayah yang masuk dalam Daerah Aliran Sungai, dalam penelitian ini
adalah wilayah-wilayah yang di lintasi Sungai Bengawan Solo, jadi jika
air Bengawan Solo meluap, wilayah ini terancam banjir. Semakin dekat
jarak wilayah/desa dengan Sungai Bengawan Solo semakin tinggi tingkat
kerawanan banjir. Rata-rata jarak wilayah desa yang rawan bencana
banjir denga Sungai Bengawan Solo 500-1000 meter (m).
2. Wilayah-wilayah dibantaran Sungai Bengawan Solo yang berkontur datar
sehingga pada musim hujan muka tanah hampir sejajar dengan muka air
Bengawan Solo. Wilayah ini mempunyai tingkat kerawanan banjir yang
tinggi.
3. Wilayah yang sudah terjadi perubahan guna lahan yang tidak sesuai
dengan perencanaan terutama pada daerah bantaran sungai dan badan-
badan saluran untuk permukiman. Daerah seperti ini tingkat kerawanan
banjir juga besar.
4. Wilayah yang hampir semua kawasan merupakan lahan terbangun dan
kawasan resapan yang ada sangat kecil. Di daerah seperti ini mempunyai
tingkat kerawanan banjir yang tinggi.
5. Wilayah yang masuk daerah Aliran Sungai Bengawan Solo yang ada
tanggul buat pengendali banjir tapi karena kurangnya pemeliharaan
tanggul menyebabkan berkurangnya kekuatan tanggul akibat erosi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 4.12 Tingkat kerawanan Banjir Desa No Desa/Kelurahan Tingkat kerawanan
1. Tenggak Tinggi
2. Bentak Tinggi
3. Patihan Tinggi
4. Taraman Tinggi
5. Sidoharjo Tinggi
6. Sribit Tinggi
7. Pandak Tinggi
8. Jetak Tinggi
9. Laban Tinggi
10. Gadingan Tinggi
11. Tegal Made Tinggi
12. Waru Tinggi
13. Tangkisan Sedang
14. Kateguhan Tinggi
15. Jetis Tinggi
16. Gondangsari Tinggi
17. Baran Sedang
18. Tirtomarto Sedang
19. Kragilan Sedang
20. Burikan Sedang
21. Karangmalang Sedang
Sumber : Analisis data primer dan data sekunder Tahun 2012
Desa-desa yang tingkat kerawanan banjir tinggi adalah desa yang dilintasi
oleh sungai besar, yaitu Sungai Bengawan Solo, apabila Sungai Bengawan
Solo banjir dan meluap maka desa-desa yang dikategorikan tingkat
kerawananya tinggi akan terendam banjir dan kalau dilihat dari bentuk desa-
desa yang berkategori tingkat kerawanan banjir tinggi memang desa-desa itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
berpotensi terhadap bencana banjir, bentuk desa yang berkelok-kelok dengan
dilalui Sungai Bengawan Solo yang bentuknya mengikuti bentuk desa, desa
tersebut sangat rawan terkena banjir sedangkan untuk desa-desa yang tingkat
kerawanananya sedang, desa tersebut jaraknya tidak berdekatan dengan sungai
bengawan solo.
2. Analisis Deskriptif Banjir Bengawan Solo
a. Sejarah Banjir Sungai Bengawan Solo
Bengawan Solo merupakan sungai terbesar dan terpanjang di Pulau
Jawa, terletak di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur, dengan panjang ±
600 Km, dan luas daerah aliran ± 16.100 Km2. Berdasarkan wilayah
administrasinya aliaran air Bengawan Solo melalui 17 Kabupaten dan 3
kota Jawa Tengah dan Jawa Timur. Secara fisik, alur utama Sungai
Bengawan Solo berawal dari sungai-sungai yang ada di Kabupaten
Wonogiri yang mengalir ke Waduk Gajah Mungkur, dari Waduk Gajah
Mungkur inilah arus Sungai Bengawan Solo menjadi semacam satu-
satunya pengendali arus aliran Sungai Bengawan Solo. Apabila kondisi
waduk berfungsi secara optimal maka banjir di aliran Sungai Bengawan
Solo dapat dikendalikan dengan baik. Hal itu terbukti sejak Waduk Gajah
Mungkur difungsikan (1978) sudah tidak terjadi banjir besar seperti yang
terjadi pada tahun 1965. Banjir besar kembali melanda di kawasan aliran
Sungai Bengawan Solo yang terjadi pada akhir tahun 2007 sampai tahun
2012, dikarenakan fungsi Waduk Gajah Mungkur yang sudah tidak lagi
optimal. Ketidak-optimalan fungsi waduk itu disebabkan oleh beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
faktor, yaitu sedimentasi dan kerusakan bangunan tanggul waduk.
Sedimentasi yang terjadi di waduk dewasa ini lebih dari 3 juta meter kubik
setiap tahun. Dengan terjadinya sedimentasi yang begitu cepat sehingga
fungsi waduk sebagai penampung air menjadi berkurang secara signifikan.
Faktor yang kedua adalah karena kerusakan bangunan tanggul yang
berwujud retakan-retakan. Kejadian tersebut dapat dilihat dari Gambar 4.1
dibawah ini.
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
Gambar 4.1 Sejarah Banjir 4 Kabupaten Lokasi Penelitian
Gambar 4.1 merupakan sejarah banjir Sungai Bengawan Solo dari
tahun 1965 sampai dengan 2007 sampai awal 2008 yang di mana banjir
besar terulang kembali. Seperti yang dituturkan Pak Atmo siyem warga
Cabeyan, Tenggak berikut ini:
“Banjir yang paling besar desa Tenggak ini terjadi pada tahun 1965, kerusakan akibat banjir pada saat itu sangat parah. Rumah-
Banjir Besar DAS Bengawan Solo
Th 1965
Membuat Waduk Gajah Mungkur
Sebagai penampung air Th 1978 Sedimentasi, kerusakan
bangunan tanggul dan Perubahan struktur
Sungai
Fungsi Waduk Gajah Mungkur Tidak Optimal
Banjir Besar DAS Bengawan Solo 2007-
2012
Banjir Kecil DAS Bengawan Solo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
rumah dan pekarangan desa Tenggak terendam banjir selama sehari semalam sedangkan di persawahan 4 hari. Namun sejak pemerintah membangun Waduk Gajah Mungkur, banjir tidak terjadi lagi sehingga masyarakat merasa aman, tetapi tidak disangka banjir terjadi lagi mulai tahun 2007 sampai sekarang bisa dipastikan kalau musim penghujan terjadi banjir”.
Banjir tersebut disebabkan karena hujan deras di kawasan hulu serta
pendangkalan sungai dan perubahan struktur sungai di daerah Sub DAS
Bengawan Solo.
b. Kejadian Banjir Sungai Bengawan Solo
Banjir yang terjadi pada tanggal 26-29 Desember 2007 dan 30
Januari 2009 temasuk kategori banjir besar yang terjadi di Sungai
Bengawan Solo selain banjir yang terjadi sekitar tahun 1965. Masyarakat
menganggap bahwa setelah dibangunnya Waduk Gajah Mungkur tidak
akan terjadi banjir besar lagi, masyarakat sudah merasa aman dengan
adanya waduk tersebut.
Kejadian banjir tahun itu tidak hanya dikarenakan oleh hujan deras
yang melanda disekitar wilayah DAS Bengawan Solo tetapi juga dengan
Waduk Gajah Mungkur yang sudah tidak berfungsi secara optimal karena
pendangkalan yang hebat, selain itu gempa tahun 2006 juga berakibat pada
kondisi waduk yang beberapa bagian dindingnya retak. Kondisi ini
menyebabkan volume air yang dapat ditampung tidak maksimal sehingga
semestinya belum dibuka pintu air waduk saat musim hujan terpaksa
dibuka karena ditakutkan waduk akan jebol, dengan dibukanya pintu air
waduk maka memyebabkan banjir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Kejadian banjir besar tersebut melanda kabupaten/kota di
sepanjang aliran sungai Bengawan Solo di antaranya yaitu : Solo,
Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Ponorogo, Madiun, Cepu,
Bojonegoro, Tuban, Babat, Lamongan, Gresik dan daerah di sekitarnya
yang menimbulkan kerusakan.
Pemahaman masyarakat terhadap daerah mereka yang rawan banjir
sebenarnya sudah cukup baik, masyarakat di DAS Bengawan Solo di
wilayah penelitian telah memahami tanda-tanda akan terjadinya banjir,
berikut penuturan informan Pak Sastro Wiryono warga dusun ketonggo,
Masaran.
“Tanda-tanda jika akan terjadi banjir biasanya ditandai dengan turunnya hujan deras cukup lama yang merata dari atas (daerah hulu sungai) sampai daerah sini sehingga air sungai Bengawan Solo semakin banyak dan airnya terlihat hitam gelap, banyak sampah-sampah yang terbawa arus sungai serta ada bau yang menyengat.Tanda-tanda ini maka dapat dipastikan akan terjadi banjir”.
Kejadian banjir yang terjadi pada tahun 2007-2012 cukup
meresahkan penduduk di sekitar DAS Bengawan Solo, akibat banjir
rumah-rumah mereka dan sawahnya terendam air sehingga mengakibatkan
aktivitas penduduk lumpuh total terutama banjir yang terjadi akhir tahun
2007, walau banjirnya hanya satu hari satu malam namun sempat membuat
penduduk tidak bisa keluar rumah dan bertahan di dalam rumah menunggu
air surut.
Kondisi jika terjadi banjir diwilayah penelitian Kabupaten Sragen
cukup memprihatinkan sebab air yang menggenangi desa-desa mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
tidak hanya dari air hujan dan air sungai Bengawan Solo tetapi juga dari
air sungai Grompol sehingga dampak kerugian akibat banjir lebih besar.
c. Kerugian Akibat Banjir Sungai Bengawan Solo
Kerugian akibat banjir besar seperti terjadinya pengikisan lahan
penduduk pinggir sungai khususnya yang berada di tikungan Sungai
Bengawan Solo, hal ini membuat luas wilayah desa semakin berkurang,
korban jiwa, berbagai kerusakan fisik seperti terendamnya perumahan,
sawah, pekarangan, jembatan putus, talud ambrol, sarana dan prasarana
umum terendam, PDAM macet, air sulit didapat, lalu lintas terendam,
harta benda hanyut atau busuk, terganggunya kesehatan terutama pada
anak-anak, dan setelah banjir timbul penyakit gatal-gatal,masuk angin,
diare,batuk dan pilek serta kerugian-kerugian lainya.
Penduduk di daerah DAS Bengawan Solo mayoritas
bermatapencaharian sebagai petani jadi jika terjadi banjir besar kerugian
yang paling besar adalah di bidang pertanian. Terjadi gagal panen karena
padi yang belum siap panen terendam air dan membusuk. Kerusakan padi
juga dipicu oleh kualitas air yang merendam tanaman padi sangat jelek
karena tercemari oleh buangan air limbah pabrik, misalnya di wilayah
sragen faktor tambahnya rusak tanaman sewaktu banjir karena bukan saja
buangan zat kimia dari pembatik tetapi juga limbah dari pabrik alcohol PT
Acidatama. Para petani merasa rugi karena tidak ada harapan atau
penghasilan dari hasil pertaniannya, semua tanaman di sawah tidak dapat
diharapkan karena rusak akibat banjir. Sawah baru bisa ditanami setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
air sungai normal kembali dan tidak ada limbah industri. Butuh beberapa
waktu yang cukup lama sampai bulanan untuk kembali mengerjakan
sawahnya dan ditanami kembali. Dampak banjir membuat petani
terganggu perekonomiannya. Hal ini dibenarkan oleh seorang petani dari
dusun Sribit, Sidoharjo (Pak Supriyadi) yang mengatakan bahwa:
“jika terjadi banjir dan sawah saya itu hanya terendam air banjir satu hari satu malam tanaman masih bisa diselamatkan walaupun nanti hasilnya cuman dapat 50 persen dari hasil normal tetapi kalau banjir merendam sawah lebih dari dua hari berarti saya gagal panen karena tanaman mati akibat genangan air hujan dan air limbah yang mengalir ke sawah. saya tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa menunggu masa tanam berikutnya dan harus mengolah tanah sedemikian rupa hingga punya kemampuan untuk ditanami lagi”.
d. Tindakan Mitigasi Masyarakat dan Pemerintah
Coburn et al. (1992) mendefinisikan mitigasi bencana sebagai
pengambilan tindakan-tindakan untuk mengurangi pengaruh-pengaruh
suatu bahaya sebelum bahaya itu terjadi. Istilah mitigasi berlaku untuk
cakupan yang luas dari aktifitas-aktifitas dan tindakan-tindakan
perlindungan yang mungkin diawali, dari yang fisik, seperti membangun
bangunan-bangunan yang lebih kuat, sampai dengan yang prosedural,
seperti teknik-teknik yang baku untuk menggabungkan penilaian bahaya di
dalam rencana penggunaan lahan. Dalam usaha mengurangi dampak yang
ditimbulkan banjir, seringkali penanganan masalah banjir ditekankan pada
usaha struktural dan dibebankan secara keseluruhan kepada pemerintah.
Sama halnya tindakan mitigasi di daerah penelitian.
Hasil dari penelitian ini upaya untuk melakukan tindakan mitigasi,
masyarakat cenderung pasrah akan keadaan yang terjadi karena banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
faktor yang menyebabkan hal yang demikian di antaranya seperti himpitan
ekonomi, lokasi atau tempat dimana masyarakat tinggal, kondisi sosial
ekonomi, jarak rumah dengan sungai, dampak kerusakan dan tinggi
genangan. Adapun tindakan mitigasi masyarakat yang dilakukan guna
mengurangi kerugian, berikut ini beberapa warga yang melakukan
tindakan mitigasi sesuai dengan situasi kondisi dan kemampuan yang
dimiliki.
Tabel 4.20 Tindakan Mitigasi Masyarakat No. Nama Alamat Jenis Mitigasi 1. Kerto Wiyono Ketonggo, Patihan,
Sidoharjo Menabung dalam bentuk asset yang bergerak
2. Jumino Laban, Mojolaban Menyimpan sebagian hasil panen dalam lumbung dan menjualnya secara berangsur
3. Amat Rejo Tangkisan, Tawangsari
Pemanfaatan kredit informal (utang)
4. Mulyono Kedungringin, Waru, Karanganyar
Menabung dari hasil non pertanian
5 Joko Sumarto Jetis, Juwiring,Klaten
Memelihara ternak sapi (diversifikasi usaha tani)
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
Data Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo menjelaskan
bahwa upaya pengendalian banjir harus dengan keterpaduan antara upaya
fisik teknis dan non-teknis seperti perilaku manusia dalam mengubah
fungsi lingkungan, perubahan tata ruang secara massive di kawasan
budidaya yang menyebabkan daya dukung lingkungan menurun drastis,
serta pesatnya pertumbuhan permukiman dan industri yang mengubah
keseimbangan fungsi lingkungan sehingga menyebabkan kawasan retensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
banjir (retarding basin) berkurang. Penanganan fisik dan non-fisik dalam
upaya pengendalian banjir dapat diwujudkan melalui beberapa hal sebagai
berikut:
1) Pengendalian tata ruang.
Pengendalian tata ruang dilakukan dengan perencanaan
penggunaan ruang sesuai kemampuannya dengan mempertimbangkan
permasalahan banjir, pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya
serta penegakan hukum terhadap pelanggaran rencana tata ruang yang
telah memperhitungkan Rencana Induk Pengembangan Wilayah
Sungai.
2) Pengaturan debit banjir
Pengaturan debit banjir dilakukan melalui kegiatan penanganan
fisik berupa pembangunan dan pengaturan bendungan, perbaikan
sistem drainase perkotaan, normalisasi sungai dan daerah retensi
banjir. Pengaturan daerah rawan banjir.
Pengaturan daerah rawan banjir dilakukan dengan cara:
a) Pengaturan tata guna lahan dataran banjir (flood plain
management).
b) Penataan daerah lingkungan sungai seperti: penetapan garis
sempadan sungai, peruntukan lahan di kiri kanan sungai,
penertiban bangunan di sepanjang aliran sungai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
3) Peningkatan peran masyarakat.
Peningkatan peran masyarakat dalam pengendalian banjir
diwujudkan dalam:
a) Pengembangan Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat
b) Bersama-sama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah
menyusun dan mensosialisasikan program pengendalian banjir.
c) Mentaati peraturan tentang pelestarian sumberdaya air antara lain
tidak melakukan kegiatan kecuali dengan ijin dari pejabat yang
berwenang untuk:
d) mengubah aliran sungai;
e) mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan di
dalam atau melintas sungai.
f) membuang benda-benda/bahan-bahan padat dan atau cair ataupun
yang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai yang
diperkirakan atau patut diduga akan mengganggu aliran,
g) pengerukan atau penggalian bahan galian golongan C dan atau
bahan lainnya.
h) pengaturan untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat
(melalui Penyediaan informasi dan pendidikan, Rehabilitasi,
rekonstruksi dan atau pembangunan fasilitas umum, Melakukan
penyelamatan, pengungsian dan tindakan darurat lainnya dan lain-
lain).
4) Pengelolaan Daerah Tangkapan Air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Pengelolaan daerah tangkapan air dalam pengendalian banjir
antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan:
a) Pengaturan dan pengawasan pemanfaatan lahan (tata guna hutan,
kawasan budidaya dan kawasan lindung)
b) Rehabilitasi hutan dan lahan yang fungsinya rusak
c) Konservasi tanah dan air baik melalui metoda vegetatif, kimia,
maupun mekanis
d) Perlindungan/konservasi kawasan - kawasan lindung.
5) Penyediaan Dana
Penyediaan dana dapat dilakukan dengan cara:
a) Pengumpulan dana banjir oleh masyarakat secara rutin dan dikelola
sendiri oleh masyarakat pada daerah rawan banjir.
b) Penggalangan dana oleh masyarakat umum di luar daerah yang
rawan banjir
c) Penyediaan dana pengendalian banjir oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.
6) Pengembangan Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat dan Rencana Tindak Darurat
Sistem peringatan dini datangnya banjir WS Bengawan Solo di
masa yang akan datang harus berpusat secara kuat pada masyarakat
yang tinggal di daerah rawan banjir mulai hilir sampai hulu. Dengan
penerapan sistem ini, akan dapat memberikan informasi lebih dini bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
masyarakat yang kemungkinan akan terkena bencana sehingga ada
kesempatan bagi masyarakat untuk menyelamatkan diri atau barang-
barang berharganya.
Sistem tersebut harus dikembangkan secara menyeluruh
sehingga dapat meyakinkan bahwa sistem tersebut dapat berfungsi
ketika diperlukan dan peringatan dapat disampaikan secara segera dan
mudah dimengerti oleh semua anggota masyarakat dalam berbagai
kondisi dan tingkat resiko bencana. Komponen inti sistem peringatan
dini datangnya banjir harus berpusat pada masyarakat terdiri dari:
a) Penyatuan dari kombinasi elemen-elemen bottom-up dan top-
down;
b) Keterlibatan masyarakat dalam proses peringatan dini;
c) Pendekatan multi bencana; dan
d) Pembangunan kesadaran masyarakat.
Berdasakan hal tersebut di atas harus ada suatu dukungan
politis yang kuat, hukum dan perundang-undangan, tugas dan fungsi
masing-masing institusi yang jelas serta sumber daya manusia yang
terlatih. Oleh karenanya, sistem peringatan dini perlu dibentuk dan
didukung sebagai satu kebijakan, sedangkan kesiapan untuk
menanggapi harus diciptakan melekat dalam masyarakat.
Untuk menciptakan sistem peringatan dini datangnnya banjir
yang efektif di WS Bengawan Solo, yang berpusat secara kuat pada
masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir mulai hilir sampai hulu
masih banyak hal-hal yang perlu dilakukan antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
a) Membuat peta rawan banjir yang dapat menunjukkan
ketinggian genangan, tempat yang aman untuk berlindung serta
rute untuk penyelamatan.
b) Melakukan survei kerentanan masyarakat yang tinggal di
lereng bukit yang rawan longsor.
c) Membantu lembaga nasional yang terkait dengan cuaca dengan
mengakses data cuaca dan citra satelit internasional/global.
d) Mendukung masyarakat terpencil dengan memasang alat duga
muka air elektronis yang sederhana dan sistem siaga untuk
memberikan peringatan banjir.
e) Meningkatkan keinginan melakukan penelitian dan pelatihan
tentang ilmu pengetahuan dan teknologi peringatan dini
modern.
f) Melaksanakan kajian bagaimana masyarakat meng-akses dan
menginterpretasikan peringatan dini dan kemudian
mengaplikasikannya pada saat proses diseminasi.
g) Mengembangkan, menguji dan menyempurnakan skenario
evakuasi untuk berbagai kondisi siaga khususnya di daerah
yang padat penduduk.
h) Mengembangkan sistem-sistem berbasis masyarakat untuk
menguji anggota masyarakat yang berusia lanjut dan
penyandang cacat ketika dilakukan peramalan banjir.
i) Mengembangkan standar dan pedoman untuk berbagai jenis
sistem peringatan dini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
j) Penyediaan dana pengendalian banjir oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.
k) Pengelolaan kawasan yang berpotensi mendorong
perkembangan kawasan sekitar dan/atau berpengaruh terhadap
perkembangan wilayah Propinsi secara umum.
l) Pengelolaan kawasan perbatasan dalam satu kesatuan arahan
dan kebijakan yang saling bersinergi.
m) Mendorong perkembangan/revitalisasi potensi wilayah yang
belum berkembang.
n) Penempatan pengelolaan kawasan diprioritaskan dalam
kebijakan utama pembangunan daerah.
o) Mendorong tercapainya tujuan dan sasaran pengelolaan
kawasan.
p) Peningkatan kontrol terhadap kawasan yang diprioritaskan.
q) Mendorong terbentuknya badan pengelolaan kawasan yang
diprioritaskan.
Dari paparan diatas pada masa yang akan datang upaya
pengendalian banjir tidak bisa hanya difokuskan pada penanganan fisik
saja, namun harus disinergikan juga dengan pembangunan non-fisik
yang menyediakan ruang lebih luas bagi munculnya keterlibatan atau
partisipasi masyarakat, sehingga tercapai suatu sistem pengendalian
banjir yang lebih optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
3. Analisis Data Kuantitatif
a. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa
besar variabel independen dalam hal ini pendapatan, pendidikan, usia,
jumlah anggota keluarga, jarak dan tinggi genangan mempengaruhi
kesediaan untuk membayar mitigasi bencana sebagai variabel dependen.
Model yang akan diestimasi ditunjukkan oleh persamaan
berikut ini:
WTP=
+
Keterangan :
WTP : Kesediaan untuk membayar mitigasi banjir
X1 : Pendapatan yang di terima responden tiap bulan
X2 : Usia Responden
X3 : Pendidikan terakhir responden
X4 : Jumlah anggota keluarga yang dimiliki responden
X5 : Persepsi dampak kerusakan
X6 : Jarak pemukiman dengan sungai bengawan solo
X7 : Tinggi genangan banjir di daerah responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
X8 : Intensitas terjadinya banjir
:Konstanta
:Koefisien regresi
:Standard error
Dengan menggunakan program Eviews 3.1 data yang telah diolah
menghasilkan output sebagai berikut:
Tabel 4.21 Hasil Analisis Regresi Berganda Dengan Ordinary Least Square (OLS)
No Nama Variabel Koefisien t hitung Prob.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Konstan Pendapatan Usia Pedidikan Anggota keluarga Persepsi dampak Jarak Tinggi genangan Intensitas
Persamaan di atas menunjukkan hubungan antara pendapatan, usia,
pendidikan, jumlah anggota keluarga, Persepsi dampak kerusakan, jarak,
tinggi genangan dan intensitas banjir terhadap kesediaan untuk membayar
mitigasi banjir. Langkah selanjutnya dari hasil regresi tersebut dilakukan
uji statistik dan uji asumsi klasik.
b. Uji Statistik
1) Uji F
Nilai F hitung yang diperoleh sebesar 25,108 dengan nilai
probabilitasnya 0.0000 dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05
serta nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka dapat diambil
kesimpulan variabel pendapatan, usia, pendidikan, jumlah anggota
keluarga, persepsi dampak kerusakan, jarak, tinggi genangan dan
intensitas secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap kesediaan
untuk membayar (WTP) mitigasi bencana banjir di eks Karisidenan
Surakarta.
2) Uji R2
Uji R2 digunakan untuk mengetahui berapa persen (%) variasi
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel
independen. Besarnya nilai Adjusted R Squared yang diperoleh dari
regresi linier sebesar 0.5876 yang artinya sekitar 58,76% variasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
variabel dependen dalam hal ini WTP (Willingness to pay) dapat
dijelaskan oleh variabel independen dalam hal in variabel pendapatan,
usia, pendidikan, jumlah anggota keluarga, persepsi dampak
kerusakan, jarak, tinggi genangan dan intensitas banjir. Sisanya
sebanyak 41,24% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan
dalam model.
3) Uji t
Uji t adalah uji secara individu semua koefisien regresi yang
bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing
variabel independen. Hasil dari uji t. Dalam pengujian ini
menggunakan tingkat signifikan ) 0,05 dan df = 150.:
Untuk menguji tingkat signifikansi regresi secara individu
yaitu:
Ho : = 0
Ha : 0
Dengan menentukan derajat signifikansi di dapat t-tabel dan dengan
melihat nilai probabilitas t-statistik (t-hitung) maka:
Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima
Jika t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh t-hitung seperti
ditunjukkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.22 Hasil Uji t
Variabel t-tabel
t-hitung
Pendapatan 1,96 10,566 Usia 1,96 3,318 Pendidikan 1,96 2,015 JAK 1,96 -1,974 PDK 1,96 1,096 Jarak 1,96 -0,221 Tinggi 1,96 -1,366 Intensitas 1,96 -1,483
Sumber : Data Primer 2012, diolah
Nilai t-hitung dari variabel pendapatan (10,566), variable usia
(3,318), variable pendidikan (2,015) dan Variabel jumlah anggota
keluarga (-1,974) menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan pada derajat signifikansi 5% jadi
Ho ditolak Ha diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa variable
pendapatan mempunyai pengaruh positif yang terbesar terhadap WTP
mitigasi banjir karena memiliki t-hitung paling besar, sedangkan
pengaruh negatif terdapat pada variabel jumlah anggota keluarga. Nilai
t-hitung dari variabel persepsi dampak kerusakan (1,096), variabel
jarak (-0,221), variabel tinggi genangan (-1,366) dan variabel intensitas
banjir (-1,483) menunjukkan variabel-variabel tersebut mempunyai
pengaruh yang tidak signifikan terhadap WTP mitigasi banjir, maka
Ho diterima dan Ha ditolak.
c. Uji Asumsi Klasik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
1) Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat
hubungan yang linear atau mendekati linear diantara variabel-variabel
penjelas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas adalah dengan menggunakan metode Auxiliary
Regression dengan pendekatan Koutsoyiannis, yaitu membandingkan
nilai r2 dengan nilai R2. Model dikatakan terbebas dari masalah
multikolinearitas jika nilai r2 < R2.
Tabel 4.23 Uji Multikolinearitas dengan Metode Auxiliary Regression
Variabel Nilai r2 Nilai R2 Keterangan
Pendapatan Usia Pendidikan Anggota keluarga Persepsi dampak Jarak Tinggi genangan Intensitas banjir
Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
Dari Tabel 4.23 didapat nilai r2 berada di bawah R2 hasil
regresi awalnya (R2 = 0.5876) sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa model terbebas dari masalah multikolinearitas.
2) Heteroskedastisitas
Dalam penelitian ini untuk menguji ada tidaknya
heteroskedastisitas dilakukan dengan metode Uji LM ARCH dilakukan
dengan cara membandingkan nilai Obs*R- 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
tabel atau membandingkan nilai probabilitas dari nilai Obs*R-squared
dengan a = 5%
Tabel 4.24 Uji LM ARCH
Heteroskedacity Test ARCH : F-statistic Obs*R-squared
0.039144 0.039666
Probability Probability
0.8434 0.8421
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh nilai Obs*R-
Squared 0.039666 2 Tabel (0.039666< 3,84) dan nilai
probabilitasnya 0.8421 (lebih besar dari a = 5%) maka dapat di
simpulkan bahwa model terbebas dari masalah heteroskedastisitas.
3) Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu (data deret waktu) atau ruang
(data cross section). Untuk memastikan ada tidaknya autokorelasi
dalam model, dilakukan metode Breusch-Godfrey Test (B-G tes)
sebagai berikut:
Tabel 4.25 Uji B-G Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test : F-statistic Obs*R-squared
0.3148 0.3364
Probability Probability
0.5758 0.5619
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
Berdasarkan Tabel 4.24 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
Obs*R-Squared lebih besar dari nilai signifikansi yakni 0,05 sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa model terbebas dari masalah
autokorelasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
d. Pembahasan dan Interpretasi Secara Ekonomi
1) Pengaruh pendapatan terhadap kesediaan untuk membayar
(WTP)
Nilai koefisien regresi variabel pendapatan adalah sebesar 0,844
dengan nilai probabilitas sebesar 0.000, sehingga variabel pendapatan
pada responden mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kesediaan untuk membayar mitigasi banjir. Dalam penelitian ini
semakin tinggi pendapatan yang diperoleh semakin tinggi pula
kesediaan untuk membayar mitigasi banjir. Hal ini dikarenakan adanya
kekhawatiran responden terhadap resiko banjir terutama resiko gagal
panen. Tabel 4.13 dapat terlihat rata-rata pendapatan responden adalah
sebesar Rp. 1.000.000,- sampai dengan kurang Rp. 2.000.000.- per
bulan 41% sebanyak 62 orang dari total responden 150 Hasil tersebut
menunjukan bahwa rata-rata pendapatan penduduk didaerah rawan
banjir adalah masyarakat menengah ke bawah.
2) Pengaruh usia terhadap kesediaan untuk membayar (WTP)
Nilai koefisien regresi variabel usia adalah sebesar 60113 dengan
nilai probabilitas sebesar 0.0012, sehingga variabel usia pada
responden mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesediaan
untuk membayar mitigasi banjir, sehingga semakin tua usia responden,
diharapkan semakin mempunyai keinginan melakukan tindakan
mitigasi bencana banjir, karena sering mengalami bencana banjir.
3) Pengaruh pendidikan terhadap kesediaan untuk membayar
(WTP)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Variabel pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kesediaan untuk membayar (WTP) sesuai dengan hipotesis
yang diajukan. Nilai koefisien regresi variabel pendidikan adalah
sebesar 36097 dengan nilai probabilitas sebesar 0.0458, sehingga
tingkat pendidikan pada responden mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kesediaan untuk membayar mitigasi banjir dengan
asumsi faktor-faktor lain konstan . Sehingga tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi pola pikir responden terhadap mitigasi banjir
responden, semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan pola pikir
responden semakin rasional.
4) Pengaruh jumlah anggota keluarga terhadap kesediaan untuk
membayar (WTP)
Nilai koefisien regresi variabel jumlah anggota keluarga adalah
negatif sebesar -20975 dengan nilai probabilitas sebesar 0,0504 dengan
derajat signifikansi 10%, variabel jumlah anggota keluarga pada
responden mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesediaan
untuk membayar mitigasi banjir. Nilai koefisien regresi variabel
anggota keluarga negatif dan signifikan ini berarti semakin banyak
jumlah anggota keluarga akan mengurangi kesediaan untuk membayar
(WTP) mitigasi banjir dengan asumsi faktor-faktor lain konstan.
5) Pengaruh Persepsi Dampak Kerusakan terhadap kesediaan untuk
membayar (WTP)
Variabel persepsi dampak kerusakan mempunyai pengaruh yang
tidak signifikan terhadap kesediaan untuk membayar (WTP). Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
koefisien regresi variabel persepsi dampak kerusakan adalah sebesar
27081 dengan nilai probabilitas sebesar 0.2748, sehingga tingkat
kerusakan sawah akibat banjir responden tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kesediaan untuk membayar mitigasi banjir.
Hal ini karena mayoritas responden mempunyai lahan di pinggiran
sungai Bengawan solo walaupun dampak kerusakan ringan, sedang
atau berat, kalau tidak ada keinginan responden untuk mitigasi banjir
maka tidak akan melakukan mitigasi banjir. Rata-rata responden hanya
sabar menerima dampak kerusakan yang terjadi dan menunggu musim
selanjutnya yang lebih baik agar produksinya kembali maksimal.
6) Pengaruh jarak terhadap kesediaan untuk membayar (WTP)
Variabel jarak tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kesediaan untuk membayar (WTP). Nilai koefisien regresi variabel
jarak adalah sebesar -54,280 dengan nilai probabilitas sebesar 0,825,
sehingga variabel jarak pada responden tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kesediaan untuk membayar mitigasi banjir,
karena dekat atau jauh jarak sawah responden dengan sungai
bengawan solo tidak mempengaruhi responden meningkatkan
kesediaan untuk membayar mitigasi banjir. Rata-rata responden hanya
pasrah dengan datangnya banjir yang tiba-tiba dan kalau sudah surut
sawah diolah kembali kemudian ditanami lagi.
7) Pengaruh tinggi genangan terhadap kesediaan untuk membayar
(WTP)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Variabel tinggi genangan tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kesediaan untuk membayar (WTP). Nilai koefisien
regresi variabel tinggi genangan adalah sebesar -4627,38 dengan nilai
probabilitas sebesar 0.174, sehingga variabel tinggi genangan pada
responden tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kesediaan untuk membayar mitigasi banjir, tinggi atau rendahnya
genangan yang dialami responden tidak berpengaruh terhadap WTP
mitigasi karena tinggi atau rendah genangan di sawah responden tetap
akan menyebabkan resiko penurunan produksi atau gagal panen. jadi,
kalau tidak ada keinginan kesediaan untuk membayar (WTP)
responden untuk mitigasi maka tidak akan ada WTP. Rata-rata
responden hanya pasrah dan berdoa agar tanaman yang ditanam bisa di
panen walaupun tidak maksimal.
8) Pengaruh intensitas banjir terhadap kesediaan untuk membayar
(WTP)
Variabel intensitas banjir tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kesediaan untuk membayar (WTP). Nilai koefisien
regresi variabel intensitas banjir adalah sebesar -2438 dengan nilai
probabilitas sebesar 0.1404, sehingga variabel intensitas banjir pada
responden tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kesediaan untuk membayar mitigasi banjir, sedikit atau banyaknya
intensitas banjir yang dialami responden tidak berpengaruh terhadap
WTP mitigasi banjir karena kebanyakan responden beranggapan
bahwa sudah resiko punya lahan sawah dipinggir DAS Bengawan Solo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
setiap musim hujan selalu kebanjiran lahan sawahnya jadi responden
mayoritas pasrah dengan keaadaan dan kondisi tanpa adanya mitigasi
banjir.
D. Analisis Kesediaan Membayar (Willingness to pay) Mitigasi Banjir
Tabel 4.26 menunjukkan jumlah maksimum yang mau dibayarkan oleh
responden setelah diberikan rentetan tawaran pertanyaan untuk mengurangi
dampak banjir. Persentase WTP yang paling banyak Rp 250.000 sampai
dengan kurang dari 500.000,- per banjir 28% sebanyak 43 orang. sisanya
kurang dari 1.000.000,- per banjir sebanyak 36 orang, Rp 1.000.000,- sampai
dengan kurang dari Rp 1.250.0000,- per banjir sebanyak 6 orang, Rp
1.250.000,- sampai dengan kurang dari Rp 1.500.000,- per banjir sebanyak 9
orang, Rp 1.500.000,- sampai dengan kurang dari Rp 1.750.0000,- per banjir
sebanyak 1 orang, Rp 1.750.000,- sampai dengan kurang dari Rp 2.000.000,-
per banjir sebanyak 7 orang, Rp 2.000.000,- sampai dengan kurang dari Rp
2.500.000,- per banjir sebanyak 1 orang, Rp 2.500.000,- sampai dengan
kurang dari Rp 2.500.000,- per banjir sebanyak 3 orang dan lebih besar dari
Rp 2.500.000,- sebanyak 26 orang. Nilai WTP Responden yang paling kecil
adalah Rp 30.000,- sedangkan nilai WTP yang paling besar adalah Rp
15.000.000,-. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata penduduk didaerah
rawan banjir kesediaan untuk membayar (WTP) untuk mengurangi resiko
gagal panen akibat banjir sangat kecil, bahkan nilai WTP lebih kecil dari
jumlah kerugian yang akan di tanggung jika terjadi banjir. Mereka hanya
bersedia membayar WTP untuk biaya tanam berikutnya jika terancam gagal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
panen, hal ini karena adanya pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi yang
mempengaruhi.
Tabel 4.26 Besarnya WTP Penduduk untuk Mitigasi Banjir
Tabel 4.28 menunjukkan luas lahan pertanian responden yang
berada di daerah rawan banjir, dari 150 responden rata-rata responden
memiliki sawah antara 0,26-0,5 Ha atau sebesar 36% sebanyak 54 orang
dan di susul urutan kedua kepemilikan sawah responden antara 0,76-1,0
Ha sebesar 20% atau 30 orang sedangkan yang paling sedikit
mempunyai kepemilikan sawah > 2,0 Ha sebesar 1% atau 1 orang
Tabel 4.28 Luas lahan sawah Responden
No. Luas lahan (Ha) Jumlah Responden
Prosentase (%)
1. Memiliki sawah < 0,25 35 23 2. Memiliki sawah antara 0,26 – 0,5 54 36 3. Memiliki sawah antara 0,51 –0,75 17 11 4. Memiliki sawah antara 0,76 – 1,0 30 20 5. Memiliki sawah antara 1,1 – 1,25 4 3 6 Memiliki sawah antara 1,26 – 1,50 4 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
7 Memiliki sawah antara 1,51 – 2,0 5 3 8 Memiliki sawah >2,0 1 1
Jumlah 150 100 (Sumber: Data primer diolah, 2012)
Tabel 4.28 menunjukkan luas kepemilikan sawah responden dan
ternyata sangat variatif, dalam arti ada sebagian responden yang memiliki
lahan sawah yang realtif luas tapi banyak responden yang lahan sawahnya
kategori sempit. Penduduk yang sawahnya sempit oleh masyarakat
dinamakan petani gurem. Kondisi kepemilikan lahan yang sangat terbatas
ini tentunya sangat berpengaruh terhadap taraf hidup mereka, produksi
pertaniannya biasanya hanya cukup untuk makan. Petani gurem ini kalau
terjadi banjir sangat merasakan kerugiannya, mengalami gagal panen
sehingga pendapatan petani menurun drastis, jika kondisi seperti itu terjadi
tiap tahun maka petani gurem banyak yang tidak mampu untuk
melanjutkan usaha taninya, akibatnya mereka mengambil keputusan untuk