MARKAS BESAR ANGKATAN UDARA STAF AHLI ANALISIS KERJA SAMA INDIAN OCEAN RIM ASSOCIATION (IORA) DIHADAPKAN DENGAN TUGAS TNI AU Penulis: Kolonel Pnb Jefry Yandi Marsda TNI Dr. Umar Sugeng H., M.M. Marsma TNI Emanuel Sugiharto Pendahuluan 1. Samudera Hindia merupakan jalur vital perdagangan dunia. Sekitar lebih setengah dari seluruh kapal kontainer di dunia melewati Samudera Hindia, dan sepertiga lalu lintas kargo curah dunia, serta dua per tiga pengiriman minyak dunia melewati samudera ini. Namun arti penting jalur pelayaran ini berbanding lurus dengan potensi ancaman keamanan di sekitarnya. Terdapat puluhan negara yang memiliki pantai langsung menghadap ke Samudera Hindia, dan lebih dari separuh diantaranya memiliki permasalahan tersendiri, seperti kemiskinan, instabilitas politik, terorisme, bencana alam, dan lain sebagainya. Dimana setiap permasalahan tersebut sewaktu-waktu dapat menghambat sistem perdagangan global di Samudera Hindia. Untuk mendorong terjadinya kerja sama yang saling menguntungkan antara negara-negara yang berada di Kawasan Samudera Hindia, serta untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk yang ada disekitarnya, maka pada tahun 1997 dicetuskan berdirinya Asosiasi Negara Lingkar Samudera Hindia/ Indian Ocean Rim Association (IORA) di Mauritius. 2. Persoalannya negara-negara yang menjadi anggota IORA, memiliki kompetensi yang tidak sama dalam hal kemampuan pengelolaan sistem matirim, terlebih dalam hal membangun postur pertahanan, khususnya pertahanan maritim. Disisi lain, dinamika keamanan global dalam beberapa tahun terakhir sangat tidak menentu, dimana hal tersebut berdampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap dinamika keamanan negara-negara anggota IORA sendiri. Dinamika keamanan global ini semakin tidak menentu dengan terjadinya perubahan skema global perdagangan dunia, disebabkan persaingan negara-negara Adidaya seperti China, AS dan India, yang berusaha menjadikan Samudera Hindia sebagai titik tumpu perdagangan internasionalnya di masa depan. IORA membuka pintu untuk mitra dialog dengan berbagai pihak diantaranya China, Mesir, Perancis, Inggris, Jerman, Jepang dan Amerika Serikat. Sejauh ini, ketujuh
28
Embed
ANALISIS KERJA SAMA INDIAN OCEAN RIM ASSOCIATION … · Selatan, memiliki nilai yang sangat tinggi bagi China. Menurut laporan Departemen Pertahanan AS, sekitar 84% suplay energy
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MARKAS BESAR ANGKATAN UDARA STAF AHLI
ANALISIS KERJA SAMA INDIAN OCEAN RIM ASSOCIATION (IORA) DIHADAPKAN DENGAN TUGAS TNI AU
Penulis: Kolonel Pnb Jefry Yandi Marsda TNI Dr. Umar Sugeng H., M.M.
Marsma TNI Emanuel Sugiharto
Pendahuluan
1. Samudera Hindia merupakan jalur vital perdagangan dunia. Sekitar lebih setengah
dari seluruh kapal kontainer di dunia melewati Samudera Hindia, dan sepertiga lalu lintas
kargo curah dunia, serta dua per tiga pengiriman minyak dunia melewati samudera ini.
Namun arti penting jalur pelayaran ini berbanding lurus dengan potensi ancaman
keamanan di sekitarnya. Terdapat puluhan negara yang memiliki pantai langsung
menghadap ke Samudera Hindia, dan lebih dari separuh diantaranya memiliki
permasalahan tersendiri, seperti kemiskinan, instabilitas politik, terorisme, bencana alam,
dan lain sebagainya. Dimana setiap permasalahan tersebut sewaktu-waktu dapat
menghambat sistem perdagangan global di Samudera Hindia. Untuk mendorong
terjadinya kerja sama yang saling menguntungkan antara negara-negara yang berada di
Kawasan Samudera Hindia, serta untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk yang
ada disekitarnya, maka pada tahun 1997 dicetuskan berdirinya Asosiasi Negara Lingkar
Samudera Hindia/ Indian Ocean Rim Association (IORA) di Mauritius.
2. Persoalannya negara-negara yang menjadi anggota IORA, memiliki kompetensi
yang tidak sama dalam hal kemampuan pengelolaan sistem matirim, terlebih dalam hal
membangun postur pertahanan, khususnya pertahanan maritim. Disisi lain, dinamika
keamanan global dalam beberapa tahun terakhir sangat tidak menentu, dimana hal
tersebut berdampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap dinamika keamanan
negara-negara anggota IORA sendiri. Dinamika keamanan global ini semakin tidak
menentu dengan terjadinya perubahan skema global perdagangan dunia, disebabkan
persaingan negara-negara Adidaya seperti China, AS dan India, yang berusaha
menjadikan Samudera Hindia sebagai titik tumpu perdagangan internasionalnya di masa
depan. IORA membuka pintu untuk mitra dialog dengan berbagai pihak diantaranya
China, Mesir, Perancis, Inggris, Jerman, Jepang dan Amerika Serikat. Sejauh ini, ketujuh
2
mitra dialog inilah yang secara langsung bersentuhan dengan kepentingan yang ada di
Samudera Hindia. Disamping negara-negara ini adalah negara kegiatan perdagangan
tertinggi di dunia, mitra dialog ini juga memiliki kepentingan lebih terkait masalah stabilitas
keamanan, dan kontinuitas jalur perlayaran di Samudera Hindia.
3. Indonesia sejak masa pemerintahaan Presiden Joko Widodo, memang
menitikberatkan kebudayaan maritim sebagai titik tumpu dalam visi pemerintahannya.
Gagasan untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia menemukan
momentumnya dengan visi IORA, maka pada pertemuan di Jakarta tahun 2017, Indonesia
telah berhasil mendorong sebuah kesepakatan bersama dari seluruh anggota IORA yang
bersifat strategis melalui sebuah kesepakatan yang disebut Jakarta Concorde. Jakarta
Concorde mengamankan sejumlah point yang cukup kompleks, mencakup keamanan
dalam bentuk tradisional dan non tradisional. Hal ini akan memberikan peluang bagi TNI
AU dalam memantapkan jati diri sebagai tentara profesional dengan peralatan dan alutsista
modern, untuk siap dihadirkan dimana saja dan kapan saja. TNI AU terus mendukung
salah satu program pemerintah yang menjadi prioritas nasional yaitu menghadirkan
kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada
seluruh warga negara serta mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, dimana
TNI AU harus memiliki kemampuan yang optimal untuk mengamankan program tersebut
dengan melaksanakan maritime air strike dan maritime air support.
4. Rumusan Masalah. Analisa Kerja sama Indian Ocean Rim Association (IORA)
dihadapkan dengan Tugas TNI AU, berupaya menjawab beberapa pertanyaan sebagai
berikut:
a. Isu-isu apakah yang paling determinan dalam mempengaruhi dinamika
keamanan di sepanjang jalur pelayaran dan kawasan Samudera Hindia?
b. Apa saja variabel yang menjadi keydrive dalam mempengaruhi dinamika
keamanan maritim di kawasan Samudera Hindia?
c. Bagaimana Indonesia dengan segenap kelebihan dan kekurangannya,
dapat secara signifikan berkontribusi nyata dalam rangka mewujudkan kawasan
Samudera Hindia yang stabil dan aman?
3
5. Daftar Pengertian. Untuk memperoleh kesamaan dalam pembahasan naskah ini
terdapat pengertian yaitu Choke point adalah fitur geografis seperti lembah, defile atau
jembatan atau selat yang mau tidak mau harus dilalui oleh pasukan untuk mencapai tujuan,
biasanya dengan front yang lebih sempit sehingga mengurangi kemampuan tempur
pasukan atau armada tersebut.1
Kajian
6. Kajian tentang analisis IORA dihadapkan dengan tugas TNI AU adalah sebagai
berikut:
a. Gagasan awal berdirinya Indian Ocean Rim Association (IORA) dicetuskan
pertama kali oleh Nelson Mandela pada tahun 1994. Dimana pada saat itu beliau
menyarankan agar dibuatkan sebuah satu platform bersama untuk kerja sama pada
aspek sosial dan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara yang berada di
sepanjang pantai Samudera Hindia. Kemudian gagasan ini mendapatkan
dukungan dari banyak negara yang pada akhirnya mengadakan pembicaraan lebih
intensif pada tahun 1995 yang diselenggarakan oleh pemerintahan Mauritius.
Upaya membangun kerja sama itu sendiri secara formal baru di tegaskan pada
pertemuan pertama tingkat menteri di Mauritius pada tanggal 6-7 Maret 1997,
dengan organisasi bernama Indian Ocean Rim-Association for Regional
Cooperation (IOR-ARC). Pada perjalanannya, IOR-ARC baru berganti nama
menjadi IORA pada Pertemuan Tingkat Menteri di Perth pada tahun 2013,
pada saat Australia menjabat sebagai Ketua IORA.
b. IORA memiliki tiga tujuan utama dalam organisasinya, yaitu untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan berkelanjutan negara anggotanya,
kerja sama ekonomi, dan liberalisasi. Pada awal pembentukannya IORA digagas
oleh India dan Afrika Selatan dan memiliki anggota awal Australia, Indonesia,
Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Sri Lanka, Tanzania, dan Yaman;
saat ini IORA memiliki 21 negara anggota, tujuh mitra dialog (Amerika Serikat,
China, Inggris, Mesir, Perancis, Jerman, dan Jepang), serta the Indian Ocean
Tourism Organization dan the Indian Ocean Research Group sebagai observer.
Pada tahun 2013, akumulasi Gross Domestic Product (GDP) negara-negara IORA
1 Wikipedia diakses dari https;id.m.wikipedia.org pada tgl. 2 November 2018 pukul 13.00 WIB
4
adalah 10% dari total GDP ekonomi dunia. Kegiatan impor negara-negara anggota
IORA mengalami peningkatan hampir 100% sejak tahun 2000 yang berjumlah
7,5%, menjadi 13,14% pada tahun 2013. Hal yang sama juga terjadi pada kegiatan
ekspor negara-negara anggota IORA, yang pada tahun 2000 sejumlah 8,09%,
menjadi 12,62% pada tahun 2013.2 Angka ini menunjukkan bahwa kerja sama
yang dilakukan selama ini memiliki prospek yang cukup menjanjikan, dan ini
membutuhkan garansi berupa stabilitas keamanan yang bersifat berkelanjutan di
sepanjang jalur lalu lintas perdagangan di Samudera Hindia.
c. Prioritas kerja sama dalam IORA adalah (i) Keselamatan dan Keamanan
Maritim; (ii) Fasilitasi Perdagangan; (iii) Manajemen Perikanan; (iv) Manajemen
Risiko Bencana Alam; (v) Kerja Sama Akademis dan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi; (vi) Pertukaran Kebudayaan dan Pariwisata. Di luar prioritas tersebut,
IORA juga mengangkat dua buah cross cutting issues yaitu Blue Economy dan
Women Empowerment.
Negara Anggota IORA Negara
Mitra Dialog IORA
Gambar 1. Negara anggota IORA dan Negara Mitra Dialog IORA
d. Indonesia secara resmi memegang ketua IORA periode tahun 2015-2017
dengan Afrika Selatan sebagai Wakil Ketua pada Pertemuan Tingkat Menteri (PTM)
ke-15 di Padang. Indonesia adalah satu-satunya ketua IORA yang menetapkan
tema "Strengthening Maritime Cooperation in a Peaceful and Stable Indian Ocean".
Gagasan dan prakarsa strategis Indonesia pada masa ketuanya yang telah
disetujui: (i) membentuk IORA Concord sebagai outcome strategis 20 tahun IORA;
dan (ii) penyelenggaraan KTT IORA (one-off) pada Maret 2017. Dalam
2 Presentasi Prof. V.N. Attri, Growing Strength of Indian Ocean Rim Association (IORA) And Emerging
Global Development Paradigms.
5
kapasitasnya tersebut, Indonesia menetapkan prioritas untuk memperkuat
regionalisme di kawasan Samudera Hindia melalui pembentukan IORA Concord,
pengaruh utamaan gagasan Poros Maritim Dunia, memajukan kerja sama IORA
dan isu lintas sektoral dan melanjutkan penguatan institusi.
Kompetisi Global dan Regional Dalam Keamanan Kawasan Samudera Hindia
7. Pada era saat ini terdapat kompetisi global dan regional yang terjadi di kawasan
Samudera Hindia, dimana beberapa negara berupaya untuk memberikan pengaruh
signifikan pada pemenuhan kepentingan di kawasan ini. Terutama yang perlu menjadi
perhatian adalah mengenai kepentingan Amerika Serikat, China, kebangkitan India, dan
juga kepentingan Australia dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kepentingan Amerika Serikat.
1) Salah satu fenomena penting yang cukup signifikan mempengaruhi
skema kompetisi kekuatan global, adalah kemenangan Donald Trump dari
Partai Republik pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada tanggal 8
November 2016. Kemenangan ini telah secara langsung berdampak pada
dinamika hubungan internasional di semua lini, tampaknya alur perjalanan
Trump sedang mengikuti arus besar kemenangan kelompok konservatif di
hampir semua belahan dunia.3 Dalam beberapa tahun terakhir gelombang
kemenangan ini sudah menyelimuti hampir semua negara di Eropa, bahkan
kelompok ini sekarang mendominasi Uni Eropa. Terakhir jejak kemenangan
kelompok Brexit dalam referendum di Inggris menunjukkan betapa ide-ide
konservatif ini semakin menuai dukungan.4
2) Di level kebijakan luar negeri, pemerintahan baru AS terlihat
kecenderungan lebih individualis dari sebelumnya. Dengan tagline “America
First”, secara perlahan AS mulai mengendurkan pengaruhnya di berbagai
forum internasional, khususnya yang dianggap tidak secara langsung
memberi keuntungan pada AS.
3 Giddens, Anthony, Teori Konservatif, 2012. 4 Duverger, Maurice, Teori Konservatif, 2003.
6
3) Secara global, ada interdependensi antar negara yang semakin
terbuka dan terhubungkan. Tidak ada negara yang dapat berdiri sendiri,
bahkan negara- negara besar di Eropa membutuhkan komponen-komponen
dari negara berkembang untuk memperkuat persenjataannya. Hal ini terkait
dengan revolusi tahap-4 yang berhubungan dengan Cyber, akan menjadi
tantangan yang semakin besar untuk negara-negara.
Global Shipping Routes
Gambar 2. Jalur Pelayaran Global5
Terkait dengan hal tersebut, salah satu isu keamanan yang sangat mungkin
menarik perhatian AS adalah masalah keamanan di Timur Tengah. Munculnya
kebijakan kontroversial negara-negara Teluk (Arab Saudi, Uni Emirate Arab,
Bahrain, Mesir dan Yaman) yang memutuskan hubungan diplomatik secara
serentak terhadap Qatar pada tanggal 5 Juni 2017 lalu, menunjukkan eskalasi
keamanan di wilayah Teluk belum akan reda dalam beberapa waktu ke depan.
b. Kepentingan China.
1) Adidaya dunia yang saat ini juga sedang menata kekuatan
ekonominya adalah China. Beban kebutuhan ekonomi dalam negeri yang
demikian berat, seiring dengan tuntutan pertumbuhan yang semakin
tinggi, membuat China melakukan ekspansi pasar seluas-luasnya ke
seluruh dunia. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, China ingin
menghidupkan kembali Jalur Sutra kuno melalui dua sumbu utama, yaitu
Sabuk Ekonomi Jalur Sutra atau Silk Road Economic Belt (Jalur Sutra
5 Riefqi Muna, Mdefstud, PhD. (Peneliti Utama P2P LIPI RI)
7
Darat) dan 21st Century Maritime Silk Road (Jalur Sutra Laut).
Belakangan, dua konsep tersebut melahirkan Belt and Road Initiative
(BRI) yang dipandang luas sebagai kebijakan luar negeri dan strategi
ekonomi Tiongkok.6 Bagi China, gagasan 21st Century Maritime Silk Road
sejalan dengan kebijakan Presiden Joko Widodo: Poros Maritim Dunia.
Kedua kebijakan ini tidak akan tumpang tindih, sebaliknya hal ini dapat
menjadi momentum strategis bagi kedua negara untuk melakukan
sinergitas visi kenegaraannya.7
2) Rencana kerja sama antara Thailand dengan China untuk membuat
Terusan Kra cukup menyita perhatian Negara-Negara di kawasan Asia
Tenggara. Dalam sebuah jurnal penelitian yang dibuat oleh Institute of
Developing Economies (IDE), Terusan ini diperkirakan akan menjadi
pembunuh jalur pelayaran tradisional di Asia Tenggara, (Natuna, Selat
Philips, dan Selat Malaka). Negara yang paling banyak merasakan dampak
negatif dari Terusan Kra adalah Singapura, kemudian Malaysia, dan
Indonesia, sedangkan Negara yang akan mendapatkan keuntungan tertinggi
adalah China, Jepang, Uni Eropa dan Thailand. Tapi yang menarik adalah
total peningkatan keuntungan perdagangan global dari adanya Terusan Kra
yaitu 86,311 Juta Dollar pada tahun 2030 atau setara dengan 0,06%.8
Gambar 3. Jalur Strategis Maritim dan Daratan9
6 https://beltandroad.hktdc.com, di Akses 13 Juni 2018 7 Dalam salah satu wawancara yang dilakukan oleh media massa pada 25 April 2017, Deputi Direktur Jenderal The Foreign Affairs Office of Fujian Provincial People's Government Li Lin, berkata “Belt and Road Initiative (BRI), khususnya 21st Century Maritime Silk Road, sangat sinkron dengan strategi maritim global Indonesia. Jadi, kami berharap dengan diawali oleh kerja sama pemerintah daerah, bertukar gagasan atau informasi kita dapat lebih mengerti kebijakan satu sama lain, strategi pengembangan satu sama lain. Sehingga barulah kerja sama dan pertukaran konkret dapat dilakukan". http://global.liputan6.com, diakses 13 Juni 2018 8 http://www.ide.go.jp, diakses tanggal 10 Oktober 2018 9 https://thaimilitaryandasianregion.wordpress.com. Diakses 14 Juni 2018
3) Disisi lain, yang sangat penting diperhatikan disini, nilai strategis
jalur laut di Samudera Hindia, Selat Malaka, Selat Natuna, hingga Laut China
Selatan, memiliki nilai yang sangat tinggi bagi China. Menurut laporan
Departemen Pertahanan AS, sekitar 84% suplay energy China melewati
sepanjang jalur di tahun 2012.10 Dengan demikian, keputusan China untuk
bekerja sama dengan Thailand membangun Terusan Kra adalah kebutuhan
yang sangat strategis dan menguntungkan. China dapat memangkas biaya
operasional perjalanan, sekaligus membuka rezim pelayaran baru di
kawasan Asia Tenggara. Hanya memang, China dan Thailand akan
berhadapan dengan kekuatan tradisional seperti Indonesia, Malaysia dan
Thailand yang akan merasakan langsung dampak dari pembangunan
Terusan tersebut.
c. Kebangkitan India. Visi India di kawasan Samudera Hindia tercermin
dalam SAGAR yang berarti ocean (samudera), yang fokus pada keamanan dan
pertumbuhan di kawasan. Salah satu implementasi dari kebijakan ini adalah
dengan dibentuknya beberapa proyek pembangunan infrastruktur maritim.
Proyek ini disebut dengan Project Sagarmala. Proyek ini telah menghabiskan
sekitar 70.000 rupee India untuk proyek infrastruktur dan lebih dari 1 triliun rupee
India untuk upgrade 12 pelabuhan besar di India. Untuk mewujudkan
kebijakannya, India harus membangun iklim kepercayaan dan hubungan kerja
sama yang baik dengan negara-negara tetangganya. Hal ini dapat dicapai
melalui investasi dan bantuan pembangunan infrastruktur maritim di kawasan
Samudera Hindia (IORA), khususnya pada negara-negara seperti Bangladesh,
Myanmar, Srilanka, Maladewa, Oman, dan Iran. Proyek SAGAR menjadi proyek
penting bagi India, dimana proyek pembangunan India ini sangat signifikan
menjadi kekuatan baru di kawasan Samudera Hindia, dalam konteks bilateral
antara India dan Indonesia terdapat dalam kerja sama pertahanan Indonesia dan
India yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2002 dan telah mengimplementasikan
the India and Indonesia Coordinated Patrol (CORPAT), yang terakhir dilaksanakan
ke-29 pada bulan Mei tahun 2017.11
10 Annual Report to Congress; Military and Security Developments Involving The Peoples Republic Of China2014, https://www.defense.gov, diakses 21 Juni 2018 11 Captain Nishant Kumar, Director Military Affairs, AL India, dalam kunjungan perjalanan dinas ke India, Agustus 2018.