LPPM - UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 158 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PATI SAGU SEMI MEKANIS NATELDA R. TIMISELA Fakultas Pertanian Universitas Pattimura [email protected]ESTER D. LEATEMIA Fakultas Pertanian Universitas Pattimura [email protected]FEBBY J. POLNAYA Fakultas Pertanian Universitas Pattimura [email protected]RACHEL BREEMER Fakultas Pertanian Universitas Pattimura [email protected]Diterima 20 September 2018 Direvisi 25 Oktober 2018 Abstrak - Perkembangan usaha sagu sangat tergantung pada ketersediaan pati sagu basah. Oleh sebab itu intesitas petani sebagai pengolah pati sagu basah sangat diperlukan untuk tetap menjaga produksi untuk kebutuhan konsumsi langsung masyarakat maupun kebutuhan agroindustri rumah tangga pangan sagu. Pati sagu basah dapat dijadikan sebagai pangan rumah tangga untuk mengurangi ketergantung terhadap beras. Teknologi pengolahan pati sagu basah selama ini masih sangat tradisional. Namun seiring berkembangnya waktu proses pengolahan pati sagu basah mulai merambah ke semi mekanik. oleh karena itu proses pengolahan sagu semi mekanik membutuhkan kajian finansial. Hasil perhitungan kriteria investasi menunjukkan bahwa NPV bernilai positif yaitu sebesar Rp 31.360.969. Nilai NPV menunjukkan bahwa investasi sampai dua tahun kedepan akan diperoleh manfaat bersih saat ini sebesar Rp 31.360.969. IRR sebesar 21,91% yang artinya usaha pati sagu basah dapat mengembalikan modal hingga tingkat bunga pinjaman 21,91% per tahun. Net B/C sebesar 1,18 merupakan perbandingan antara total nilai saat ini dari penerimaan yang bersifat positif (net benefit positif) dengan total nilai saat ini dari penerimaan yang bersifat negatif (net benefit negatif), berarti bahwa setiap pengeluaran Rp 1,00 akan mendapatkan benefit sebesar Rp 118. Periode pengembalian usaha produksi pati sagu basah lebih kecil dari umur proyek yaitu selama 16 bulan. Berdasarkan kriteria investasi yang dianalisis maka investasi usaha pati sagu basah semi mekanik layak diusahakan. Kata Kunci : Kelayakan, finansial, semi mekanik, pati sagu, kriteria investasi.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Analisis Kelayakan Finansial Pengembangan Usaha 169
2) Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang besarnya ditentukan oleh jumlah produk yang
diproduksi. Biaya operasional dikategorikan sebagai modal kerja yang dikeluarkan
pengusaha untuk membiayai usaha pengolahan pati sagu basah. Modal kerja untuk
memulai suatu usaha penting karena modal kerja sebagai biaya yang dikeluarkan
pengusaha untuk membiayai kegiatan operasional usaha setelah usaha siap untuk
dilaksanakan. Modal kerja terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi
biaya gaji tenaga kerja tetap, biaya bunga bank dan pokok pinjaman, biaya penyusutan,
biaya listrik dan biaya perizinan usaha. Biaya variabel terdiri dari biaya tenaga kerja tidak
tetap, biaya bahan baku, biaya kemasan, biaya transportasi dan biaya konsumsi. Biaya
operasional usaha pengolahan pati sagu basah ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan bahwa biaya gaji tenaga kerja tetap dibayarkan setiap
bulan untuk satu orang karyawan tetap yaitu sebagai pimpinan sekaligus mandor. Waktu
efektif untuk bekerja selama delapan bulan diperuntukkan bagi operasionalisasi
pengolahan pati sagu basah. Delapan bulan kerja relatif baik karena empat bulan lainnya
diperuntukkan bagi pekerja tetap dan pekerja lepas untuk libur lebaran, libur natal, libur
puasa dan lainnya. Pengusaha melakukan peminjaman di bank untuk pengadaan mesin
dan peralatan dengan jumlah pinjaman sebesar Rp. 15.000.000. Pinjaman relatif kecil
karena pengusaha memiliki modal usaha yang cukup besar untuk keberlangsungan
usahanya. Dia berpikir bahwa jika pinjaman besar maka jangka waktu pengembalian
akan lebih lama sehingga jumlah pinjaman diperkecil dan waktu pengembalian hanya dua
tahun. Bunga pinjaman sebesar 14 persen sesuai dengan suku bunga pinjaman untuk
usaha mikro.
Tabel 2. Biaya Operasional Usaha Pengolahan Pati Sagu Basah
No. Jenis Biaya Nilai (Rp)
Biaya Tetap 20.697.500
1 Biaya Gaji 13.500.000
2 Biaya Bunga dan Pokok Pinjaman 1.275.000
3 Biaya Kebersihan dan Keamanan 806.000
4 Penyusutan 1.179.000
5 Biaya Listrik 3.125.000
6. Biaya Perizinan usaha 812.500
Biaya Variabel 30.350.000
1 Upah Tenaga Kerja 12.150.000
2 Bahan Baku 6.250.000
3 Biaya Kemasan 1.562.500
4 Biaya Transportasi
(1) Pengangkutan pohon sagu ke lokasi pabrik 1.343.750
170 Natelda, Ester, Febby, Rachel
(2) Pengangkutan ke Pelabuhan Ambon 1.343.750
5 Biaya konsumsi 7.700.000
Total Biaya Operasional 51.047.500
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2015.
Biaya kebersihan dan keamanan mutlak diperlukan untuk menjamin bersihnya
lingkungan dan amannya mesin dan peralatan usaha. Hal ini penting karena lokasi
produksi pati sagu basah jauh dari pemukiman warga. Lingkungan harus tetap terjaga dan
bersih karena limbah produksi pati sagu basah berupa ela sagu dan potongan-potongan
pelepah sagu apabila dibiarkan dalam waktu lama maka akan menimbulkan bau tidak
sedap dan sangat tajam. Jumlah dana yang diperuntukkan bagi kondisi kebersihan dan
keamana lingkungan Rp. 806.000/bulan. Biaya ini dibayar kepada orang sekitar yang
bertugas untuk menjaga keamanan dan selalu memperhatikan kebersihan lingkungan.
Biaya penyusutan dilakukan terhadap mesin dan peralatan usaha. Perhitungan biaya
penyusutan menggunakan metode garis lurus. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
biaya penyusutan berbeda-beda berdasarkan harga beli awal dan harga beli sekarang serta
umur ekonomisnya (Tabel 2).
Biaya listrik dihitung sebagai biaya rutin yang dikeluarkan setiap bulan dan
nilainya harus tunai tanpa tunggakan. Besarnya biaya listrik sebesar Rp. 3.125.000/bulan.
Biaya listrik ini diperuntukkan untuk mesin pompa air, mesin parut sagu, dan rumah
produksi. Rumah produksi membutuhkan lampu sebagai penerangan supaya proses
pengeringan pati sagu dalam kemasan karung plastik yang dipakai untuk mengisi pati
sagu basah akan berlangsung lebih cepat. Biaya perizinan usaha merupakan biaya yang
harus dibayar untuk memperpanjang izin usaha. Biaya perizinan setiap tahun sebesar Rp.
812.500/bulan. Iuaran yang dibayarkan untuk perpanjangan izin berupa iuran SITU (surat
ijin tempat usaha) dan SIUP (surat ijin usaha perdagangan) setiap tahun dari awal tahun
produksi. Selain itu terdapat iuran TDI (tanda daftar industri). Hal ini penting agar
pengusaha lebih lihai dan tekun untuk selalu mengurus perizinan usaha supaya usaha
tetap diperpanjang masa kerjanya.
Biaya upah tenaga kerja langsung berasal dari masyarakat sekitar lokasi pabrik.
Pabrik sagu semi mekanis sangat membantu masyarakat sekitar untuk bekerja. Mereka
dibayar Rp. 25.000/hari. Kegiatan yang dilakukan antara lain menebang pohon sagu,
mengangkut ke lokasi pabrik, membelah batang sagu, dan memanen pati sagu basah.
Upah diterima pekerja langsung merupakan upah bersih. Pekerja langsung diberikan
makan sehari tiga kali dan diberikan rokok. Hal ini menjadi tanggung jawab pengusaha
agar proses pengolahan berjalan lancar. Biaya bahan baku yang dikeluarkan pengusaha
untuk menghasilkan pati sagu basah sebesar Rp. 6.250.000/bulan. Pembelian bahan baku
dilakukan pada desa sekitar pabrik yaitu desa Waai, Desa Tulehu, Desa Liang, Desa Suli
dan Desa Tenga-Tenga dengan harga beli Rp. 60.000/pohon. Dalam sebulan biasanya
pengusaha membeli 105 pohon untuk ditebang dan diolah menjadi pati sagu basah. Biaya
kemasan pati sagu basah berupa karung plastik dibeli langsung dari Surabaya dengan
jumlah biaya sebesar Rp. 1.562.500/bulan. Biaya transportasi antara lain biaya
pengangkutan pohon sagu ke lokasi pabrik dan pengangkutan pati sagu basah ke
Analisis Kelayakan Finansial Pengembangan Usaha 171
pelabuhan Ambon. Biaya trasportasi untuk pengangkutan pohon sagu ke lokasi pabrik
sebesar Rp. 1.343.750/bulan, sedangkan biaya transportasi untuk pengangkutan pati sagu
basah ke pelabuhan Ambon sebesar Rp. 1.343.750/bulan. Biaya pengiriman ke Surabaya
menjadi tanggung jawab pedagang besar. Biaya konsumsi merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk konsumsi pekerja selama proses produksi dengan rata-rata biaya
sebesar Rp. 7.700.000/bulan.
c. Produksi dan Penjualan
Kapasitas produksi pati sagu basah dalam sebulan sebesar 26.000 kg dengan harga jual
Rp. 2.600/kg. Penetapan harga jual berdasarkan penentuan harga pokok produksi sebesar
Rp 1.820 ditambah dengan keuntungan sebesar 30 persen dari harga pokok produksi.
Margin atau keuntungan 30 persen sebesar Rp. 780. Hasil perhitungan penjualan pati sagu basah dalam sebulan sebesar Rp. 67.600.000. Produksi pati sagu basah dari tahun 2012-2015 mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan kontinutas produksi sangat baik. Aktivitas pengolahan pati sagu basah berlangsung setiap karena pohon sagu tersedia dalam jumlah yang dibutuhkan. Pati sagu basah selain sebagai bahan pangan penduduk, dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan perekat, alkohol, makanan ternak, bahan pengisi industri plastik, protein sel tunggal, dekstrin, dan siklodekstrin untuk industri pangan, kosmetik, farmasi maupun pestisida. Manfaat lain dari sagu adalah limbahnya dapat diolah menjadi briket dan ampasnya dijadikan sebagai hard board, bahan bakar, dan medium jamur. Penjualan pati sagu basah mengalami peningkatan setiap tahun karena pengiriman pati sagu basah ke luar Propinsi Maluku terjadi secara terus menerus. Pengiriman pati sagu basah ke tiga daerah yaitu Cirebon, Klaten dan Jember. Ketiga daerah ini memiliki pabrik sohun dan bihun sehingga kontinutas pengiriman selalu lancar. Biasanya dihubungi langsung oleh pabrik untuk pengiriman pati sagu basah, sehingga pengusaha pati sagu basah selalu siap siaga manakala terjadi pesanan besar untuk ketiga daerah tersebut maka stok selalu tersedia untuk dikirim. Pengiriman melalui pelabuhan Perak Surabaya menggunakan kontener yang ditanggung oleh pemilik usaha pati sagu basah. Dalam sebulan terjadi dua kali pengiriman dengan jumlah kiriman sebesar 750 karung berukuran 40 kg/karung.
d. Proyeksi Rugi Laba Usaha Pengolahan Pati Sagu Basah
Proyeksi laba/rugi dilakukan untuk mengetahui tingkat profitabilitas dari rencana kegiatan investasi. Perhitungan laba/rugi didapat dari selisih penerimaan dan pengeluaran. Perhitungan laba/rugi rencana investasi usaha pati sagu basah menghasilkan laba bersih sebesar Rp 13.836.150/bulan. Proyeksi rugi laba usaha pengolahan pati sagu basah ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Proyeksi Rugi Laba dan Titik Impas Usaha Pengolahan Pati Sagu Basah
No. Uraian Jumlah (Rp)
1 Pendapatan 67.600.000
2 Biaya Operasional 51.047.500
3 Laba Kotor 16.552.500
4 Laba sebelum pajak 16.552.500
172 Natelda, Ester, Febby, Rachel
5 Penyusutan 1.179.000
6 Laba setelah pajak 15.373.500
7 Pajak 10% 1.537.350
8 Laba Bersih 13.836.150
9 Profit Margin 20,47
Tabel 3 menunjukkan bahwa pendapatan pengusaha pati sagu basah sebesar Rp.
67.600.000/bulan. Titik impas merupakan suatu titik produksi atau nilai penjualan yang
perlu dilakukan pengusaha supaya setiap biaya yang dikeluarkan dapat ditutupi. Atau
dengan kata lain titik impas merupakan suatu nilai yang menunjukkan keuntungan yang
diterima pengusaha adalah bernilai nol artinya pengusaha tidak mengalami kerugian atau
menerima keuntungan. Hasil perhitungan titik impas terhadap usaha pengolahan pati sagu
basah semi mekanik untuk jumlah produksi sebesar 14.447 kg atau senilai Rp.
37.561.100.
e. Kriteria Investasi
Aliran kas terdiri dari aliran kas masuk dan kas keluar. Komponen aliran kas masuk
terdiri dari pendapatan hasil penjualan produk, sedangkan kas keluar terdiri dari biaya
invetasi, biaya operasional, pembayaran angsuran pinjaman kredit bank, dan pajak
penghasilan. Untuk mengetahui kelayakan investasi dilakukan perhitungan NPV, IRR,
PBP dan Net B/C. Analisis NPV dilakukan untuk melihat bagaimana nilai investasi
dengan mempertimbangkan perubahan nilai mata uang. NPV merupakan perbedaan
antara nilai sekarang dari keuntungan dan biaya. IRR pada dasarnya merupakan metode
untuk menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan antara present value dari
semua aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek. IRR
digunakan untuk menghitung besarnya rate of return yang sebenarnya (Kusuma, 2014).
Hasil perhitungan kriteria investasi antara lain : NPV bernilai positif > 0 yaitu
sebesar Rp 31.360.969. Nilai NPV menunjukkan bahwa investasi sampai dua tahun
kedepan akan diperoleh manfaat bersih saat ini sebesar Rp 31.360.969. IRR sebesar
21,91% yang artinya usaha pati sagu basah dapat mengembalikan modal hingga tingkat
bunga pinjaman 21,91% per tahun.
Tabel 4. Kriterian Investasi Usaha Pengolahan Pati Sagu Basah.
No. Uraian Nilai dan Kategori
1 NPV
31.360.969
2 IRR
21,91
3 Suku Bunga 14
4 Net B/C
1,18
5 PBP 16 Bulan
6 Keputusan Layak diusahakan
Analisis Kelayakan Finansial Pengembangan Usaha 173
Net B/C sebesar 1,18 merupakan perbandingan antara total nilai saat ini dari
penerimaan yang bersifat positif (net benefit positif) dengan total nilai saat ini dari
penerimaan yang bersifat negatif (net benefit negatif), berarti bahwa setiap pengeluaran
Rp 1,00 akan mendapatkan benefit sebesar Rp 118. Periode pengembalian usaha produksi
pati sagu basah lebih kecil dari umur proyek yaitu selama 16 bulan. Dari kriteria investasi
di atas maka rencana investasi usaha pati sagu basah layak diusahakan hal ini sejalan
dengan penelitian Sudarko dan Supriono, 2008 bahwa analisis finansial terhadap
agroindustri minyak wijen menguntungkan karena semua kriteria investasi yang
dianalisis memenuhi standar kelayakan sebuah usaha.
f. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan analisis untuk melihat pengaruh yang akan terjadi akibat
keadaan yang berubah-ubah. Tujuan analisis sensitivitas adalah menilai apa yang akan
terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi
perubahan di dalam perhitungan biaya atai manfaat; analisis kelayakan suatu usaha
ataupun bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang
mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang;
analisis pasca kriteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi
dengan konsisi ekonomi dan hasil analisis bisnis jika terjadi perubahan atau
ketidaktepatan dalam perhitungan biaya atau manfaat. Pada analisis produksi pati sagu
basah semi mekanis dilakukan perubahan pada variabel harga jual dan biaya operasional
produksi. Hasil analisis menunjukkan apabila terjadi penurunan harga jual sebesar lima
persen bersamaan dengan kenaikan biaya operasional produksi 10 persen maka nilai NPV
bernilai negatif atau kurang dari nol, nilai IRR lebih kecil sehingga tidak dapat
mengembalikan tingkat modal pinjman dan nilai Net B/C lebih kecil dari satu maka
usaha produksi pati sagu basah semi mekanis tidak layak dijalankan. Dengan demikian
terlihat bahwa usaha produksi pati sagu basah semi mekanis sangat sensitive terhadap
perubahan baik terhadap kenaikan biaya operasional produksi maupun penurun harga
penjualan.
5. Kesimpulan
Hasil analisis NPV bernilai positif > 0 yaitu sebesar Rp 31.360.969. Nilai NPV
menunjukkan bahwa investasi sampai dua tahun kedepan akan diperoleh manfaat bersih
saat ini sebesar Rp 31.360.969. IRR sebesar 21,91% yang artinya usaha pengolahan pati
sagu basah semi mekanik dapat mengembalikan modal hingga tingkat bunga pinjaman
21,91% per tahun. Net B/C sebesar 1,18 merupakan perbandingan antara total nilai saat
ini dari penerimaan yang bersifat positif (net benefit positif) dengan total nilai saat ini
dari penerimaan yang bersifat negatif (net benefit negatif), berarti bahwa setiap
pengeluaran Rp 1,00 akan mendapatkan benefit sebesar Rp 1,18. Periode pengembalian
usaha pengolahan pati sagu basah semi mekanik lebih kecil dari umur proyek yaitu
selama 16 bulan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa apabila terjadi
174 Natelda, Ester, Febby, Rachel
penurunan harga jual sebesar 5 persen bersamaan dengan kenaikan biaya operasional
produksi 10 persen sangat berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Dengan demikian
dikatakan bahwa usaha produksi pati sagu basah semi mekanis sangat sensitive terhadap
perubahan baik terhadap kenaikan biaya operasional produksi maupun penurun harga
penjualan. Berdasarkan perhitungan kriteria investasi menunjukkan bahwa usaha
pengolahan pati sagu semi mekanik layak untuk dijalankan selama operasional kegiatan
pengolahan tetap berlangsung sesuai dengan berbagai variabel yang ditetapkan.
Daftar Pustaka
Alfons, J.B. dan S. Bustaman. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Sagu di Maluku. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku, Ambon.
Amelia, G. P. S., Suryani., R. M., dan Sugiharto., S. 2012. Studi Kelayakan Investasi Mesin
Pengolahan Hasil Panen Tembakau di Bojonegoro. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya Vol.1 No.1. Hal. 1-9.
Ardana, K.B., Pramudya, M.H. dan Tambunan, A.H. (2008). Pengembangan tanaman jarak pagar
(Jatropha Curcas L) mendukung kawasan mandiri energi di Nusa Penida, Bali. Jurnal
Littri 14(4) : 155-161.
Erlina (2006). Analisis perancangan agroindustri berbasis karet. Jurnal Bisnis dan Manajemen
3(1):73-92.
Firmansyah, B.A., Veronika, A. dan Trigunarsyah, B. (2006). Risk Analysis in feasibility study of
building construction project: case study-PT. Perusahaan gas negara Indonesia. The
Tenth East Asia-Pacific Conference on Structural Engineering and Construction,
Bangkok, Thailand Tahun 2006. Bangkok 3-5 Agustus, Thailand.
Husnan, S. dan Suwarsono, M. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi ke-4. Yogyakarta : Unit
Penerbit dan Percetakan
Ibrahim, Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi ke-2. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kasmir, S.E., dan Jakfar, S.E. (2003). Studi kelayakan Bisnis 2. Jakarta.
Khan, A. R. 2004. Economic Feasibility of Investment in Agro-Based Industries-Using AIES. Int.