Top Banner
52 ANALISIS KECEPATAN AKSES 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) AREA MAKASSAR Muh. Zainal Altim 1 , Muhammad Radhin Mukhtar, Faisal 1 Staf Pengajar, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia, Jln. Urip Sumoharjo 90231 INDONESIA (telp: 0411-443685; fax: 0411-443685) ; e-mail: [email protected] ABSTRACT The needs of the Indonesian people for information and communication continue to grow rapidly as is the need for fast data packet communication. The development of communication technology has entered the 4G LTE era. Some of the advantages carried by 4G technology with LTE networks, one of which is download access speeds of up to 100 Mbps. This research explains the differences in the uplink / downlink speed of the two 4G LTE provider operators in the Makassar city area and conducts signal testing at four sites that have been covered by the 4G LTE network in the Makassar city area by using the "Open Signal" and "G-Net Track Lite" applications ". Keyword : 4G LTE, download, upload, SNR ABSTRAK Kebutuhan masyarakat Indonesia akan informasi dan komunikasi terus berkembang pesat seperti kebutuhan komunikasi paket data yang cepat. Perkembangan teknologi komunikasi telah memasuki era 4G LTE. Beberapa kelebihan diusung oleh teknologi 4G dengan jaringan LTE, salah satunya adalah kecepatan akses download hingga 100 Mbps. Penelitiaan ini memaparkan perbedaan kecepatan uplink / downlink dua operator penyedia 4G LTE di wilayah kota Makassar dan melakukan pengujian sinyal di empat site yang sudah ter-cover jaringan 4G LTE di wilayah kota Makassar dengan menggunakan aplikasi “Open Signal” dan “G-Net Track Lite”. Kata Kunci : 4G LTE, download, upload, SNR, I. PENDAHULUAN Kebutuhan akan komunikasi paket data sangat meningkat. Dimulai sejak generasi kedua, di era GPRS, konsumen mulai diperkenakan dengan komunikasi paket data. Kemudian, 3GPP Long Term Evolution (LTE) adalah nama yang diberikan utuk standar teknologi komunikasi yang di kembangkan 3GPP untuk mengatasi peningkatan permintaan kebutuhan layanan telekomunikasi. LTE merupakan lanjutan evolusi 2G dan 3G sistem, serta untuk menyediakan layanan dengan kualitas yang sama dengan wired. Jaringan 4G (4G network) adalah jaringan nirkabel untuk komunikasi mobile. Jaringan ini dimaksudkan sebagai solusi jaringan komunikasi yang komprehensif dan aman dengan kecepatan data yang jauh lebih cepat dari generasi sebelumnya. Beberapa kelebihan diusung oleh teknologi 4G dengan jaringan LTE. Dibandingkan dengan teknologi 3G yang hanya memiliki kecepatan akses data 7.2 Mbps. 4G dapat memiliki kecepatan akses hingga 10 kalinya. Secara teori teknologi ini dapat menghasilkan kecepatan download hingga 100 Mbps. Kelebihan lain yang dimiliki oleh teknologi 4G yang menggunakan jaringan LTE adalah dapat menghemat biaya pengeluaran bagi operator yang sudah memiliki jaringan 3G dan HSDPA, memiliki jaringan yang cukup luas dan layanan data broadband dalam skala besar. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teknologi Generasi 4G Long Term Evolution (LTE) 4G merupakan pengembangan dari teknologi 3G. Nama resmi dari teknologi 4G ini menurut IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) adalah ’3G and beyond’. Sistem 4G menyediakan solusi IP yang komprehensif dimana suara, data, dan arus multimedia dapat sampai kepada pengguna kapan saja dan dimana saja, pada rata-rata data lebih tinggi dari generasi sebelumnya. (Fadli, 2012) LTE merupakan suatu teknologi seluler dari 3G ke 4G. Standar basis LTE dikembangkan oleh 3rd Generation Partnership Project (3GPP). Seiring dengan perkembangan telekomunikasi standar 3GPP mengeluarkan berbagai spesifikasi hingga muncul teknologi LTE pada akhir tahun 2008, di beberapa daerah LTE telah beroperasi pada frekuensi 700 MHz, 1800 MHz, dan 2100 MHz. (Achmad Reza Irianto, 2014). LTE dibangun untuk peningkatan efisiensi, penigkatan layanan, pemanfaatan spectrum lain dan integrasi yang lebih baik. Hasil LTE ini adalah berupa evolusi release 8 dari UMTS standard termasuk
14

ANALISIS KECEPATAN AKSES 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) …

Oct 17, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS KECEPATAN AKSES 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) …

52

ANALISIS KECEPATAN AKSES 4G

LONG TERM EVOLUTION (LTE) AREA

MAKASSAR Muh. Zainal Altim1, Muhammad Radhin Mukhtar, Faisal

1Staf Pengajar, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia, Jln. Urip Sumoharjo 90231 INDONESIA

(telp: 0411-443685; fax: 0411-443685) ; e-mail: [email protected]

ABSTRACT

The needs of the Indonesian people for information and communication continue to grow rapidly as is the need for fast

data packet communication. The development of communication technology has entered the 4G LTE era. Some of the

advantages carried by 4G technology with LTE networks, one of which is download access speeds of up to 100 Mbps. This

research explains the differences in the uplink / downlink speed of the two 4G LTE provider operators in the Makassar city

area and conducts signal testing at four sites that have been covered by the 4G LTE network in the Makassar city area by

using the "Open Signal" and "G-Net Track Lite" applications ".

Keyword : 4G LTE, download, upload, SNR

ABSTRAK

Kebutuhan masyarakat Indonesia akan informasi dan komunikasi terus berkembang pesat seperti kebutuhan komunikasi

paket data yang cepat. Perkembangan teknologi komunikasi telah memasuki era 4G LTE. Beberapa kelebihan diusung oleh

teknologi 4G dengan jaringan LTE, salah satunya adalah kecepatan akses download hingga 100 Mbps.

Penelitiaan ini memaparkan perbedaan kecepatan uplink / downlink dua operator penyedia 4G LTE di wilayah kota

Makassar dan melakukan pengujian sinyal di empat site yang sudah ter-cover jaringan 4G LTE di wilayah kota Makassar

dengan menggunakan aplikasi “Open Signal” dan “G-Net Track Lite”.

Kata Kunci : 4G LTE, download, upload, SNR,

I. PENDAHULUAN

Kebutuhan akan komunikasi paket data sangat

meningkat. Dimulai sejak generasi kedua, di era

GPRS, konsumen mulai diperkenakan dengan

komunikasi paket data. Kemudian, 3GPP Long Term

Evolution (LTE) adalah nama yang diberikan utuk

standar teknologi komunikasi yang di kembangkan

3GPP untuk mengatasi peningkatan permintaan

kebutuhan layanan telekomunikasi. LTE merupakan

lanjutan evolusi 2G dan 3G sistem, serta untuk

menyediakan layanan dengan kualitas yang sama

dengan wired.

Jaringan 4G (4G network) adalah jaringan

nirkabel untuk komunikasi mobile. Jaringan ini

dimaksudkan sebagai solusi jaringan komunikasi yang

komprehensif dan aman dengan kecepatan data yang

jauh lebih cepat dari generasi sebelumnya.

Beberapa kelebihan diusung oleh teknologi 4G

dengan jaringan LTE. Dibandingkan dengan teknologi

3G yang hanya memiliki kecepatan akses data 7.2

Mbps. 4G dapat memiliki kecepatan akses hingga 10

kalinya. Secara teori teknologi ini dapat menghasilkan

kecepatan download hingga 100 Mbps. Kelebihan lain

yang dimiliki oleh teknologi 4G yang menggunakan

jaringan LTE adalah dapat menghemat biaya

pengeluaran bagi operator yang sudah memiliki

jaringan 3G dan HSDPA, memiliki jaringan yang

cukup luas dan layanan data broadband dalam skala

besar.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teknologi Generasi 4G Long Term Evolution

(LTE)

4G merupakan pengembangan dari teknologi 3G.

Nama resmi dari teknologi 4G ini menurut IEEE

(Institute of Electrical and Electronics Engineers)

adalah ’3G and beyond’. Sistem 4G menyediakan

solusi IP yang komprehensif dimana suara, data, dan

arus multimedia dapat sampai kepada pengguna kapan

saja dan dimana saja, pada rata-rata data lebih tinggi

dari generasi sebelumnya. (Fadli, 2012)

LTE merupakan suatu teknologi seluler dari 3G ke

4G. Standar basis LTE dikembangkan oleh 3rd

Generation Partnership Project (3GPP). Seiring dengan

perkembangan telekomunikasi standar 3GPP

mengeluarkan berbagai spesifikasi hingga muncul

teknologi LTE pada akhir tahun 2008, di beberapa

daerah LTE telah beroperasi pada frekuensi 700 MHz,

1800 MHz, dan 2100 MHz. (Achmad Reza Irianto,

2014).

LTE dibangun untuk peningkatan efisiensi,

penigkatan layanan, pemanfaatan spectrum lain dan

integrasi yang lebih baik. Hasil LTE ini adalah berupa

evolusi release 8 dari UMTS standard termasuk

Page 2: ANALISIS KECEPATAN AKSES 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) …

53

modifikasi dari sistem UMTS. LTE ini menjadi

evolusi lanjutan dari 3G yang mampu melakukan

upload dan download dari telelpon selular dengan

kecepatan ratusan Mbps.

a) Orthogonal Frequency Division Multiple Access

(OFDMA)

Teknologi LTE Menggunakan OFDM-based pada

suatu air interface yang sepenuhnya baru, dan

merupakan suatu langkah yang radikal dari 3GPP.

Teknologi OFDM-based dapat mencapai data rates

yang tinggi dengan implementasi yang lebih

sederhana menyertakan biaya relatif lebih rendah

dan efisiensi konsumsi energi pada perangkat

kerasnya. LTE menerobos batasan lebar saluran

dengan mengembangkan bandwidth yang

mencapai 20 MHz. Sedangkan nilai capaian antena

pada bandwidth di bawah 10 MHz, HSPA+ dan

LTE memiliki performa yang sama. LTE

mengembangkan teknologi OFDM yang memisah

kanal 20 MHz ke dalam beberapa narrow sub

kanal. Masing-Masing narrow sub kanal dapat

mencapai kemampuan maksimumnya dan sesudah

itu sub kanal mengkombinasikan untuk

menghasilkan total data keluarannya. OFDMA

dapat dilihat pada gambar 1. dibawah ini :

Gbr 1 Orthogonal Frequency Division Multiple Access

b) Single Carrier Frequency Division Multiple Access

(SCFDMA)

Single Carrier Frequency Division Multiple Access

(SCFDMA) merupakan modifikasi dari OFDMA

yang digunakan pada teknologi LTE pada sisi

uplink. Pada sisi transmitter data yang berupa

simbol dibuat dari domain waktu ke domain

frekuensi menggunanakan Discrete Fourier

Transform (DFT). Setelah dilakukan pemetaaan

dari resources didalam frekuensi domain data

diubah kembali kedalam domain waktu dengan

menggunakan IFFT. Kemudian data ditransmisikan

dengan ortoghonal subcarrier seperti pada

OFDMA hanya saja yang membedakan disini

adalah SCFDMA subcarrier ditransmisikan secara

berurutan (sequential) tidak paralel seperti pada

OFDMA. Dapat dilihat pada gambar 2. dibawah ini

:

Gbr 2 Transmitter dan Receiver SCFDMA

c) Multiple Input Multiple Output (MIMO)

Sistem antena MIMO merupakan metode pada

suatu layanan broadband sistem wireless memiliki

kapasitas lebih tinggi serta memiliki performa dan

keandalan yang lebih baik. MIMO adalah salah

satu contoh teknologi dengan kualitas yang baik

dari LTE pada kecenderungan teknologi yang

berkembang saat ini. Saat ini fokus adalah untuk

menciptakan frekuensi yang dapat lebih efisien.

Teknologi seperti MIMO dapat menghasilkan

frekuensi yang efisien yaitu dengan mengirimkan

informasi yang sama dari dua atau lebih pemancar

terpisah kepada sejumlah penerima, sehingga

mengurangi informasi yang hilang dibanding bila

menggunakan sistem transmisi tunggal.

Pendekatan lain yang akan dicapai pada sistem

MIMO adalah teknologi beam forming yaitu

mengurangi gangguan interferensi dengan cara

mengarahkan radio links pada penggunaan secara

spesifik. Fleksibilitas di dalam penggunaan

spektrum adalah suatu corak utama pada teknologi

LTE, tidak hanya bersifat tahan terhadap

interferensi antar sel tetapi juga penyebaran

transmisi yang efisien pada spektrum yang tersedia.

B. Kelebihan Teknologi 4G LTE

Ada beberapa kelebihan teknologi LTE 4G yang

sangat berbeda dengan teknologi sebelumnya, antara

lain:

a. Tingkat download sampai dengan 299.6 Mbis/s

dan tingkat upload hingga 75.5 Mbps/s tergantung

pada katergori perangkat yang digunakan.

b. Peningkatan dukungan untuk mobilitas, sebagai

contoh dukungan untuk terminal bergerak hingga

350km/jam atau 500 km/jam tergantung pita

frekuensi.

c. Dukungan untuk semua gelombang frekuensi yang

saat ini digunakan oleh sistem IMT dan ITU-R

d. Di daerah kota dan perkotaan, frekuensi band yang

lebih tinggi (seperti 2.6 GHz di Uni Eropa)

digunakan untuk mendukung kecepatan tinggi

mobile broadband.

e. Dukungan untuk MBSFN (Multicast Broadcast

Single Frequency Network). Fitur ini dapat

memberikan layanan seperti Mobile TV

menggunakan infrastruktur LTE, dan merupakan

pesaing untuk layanan DVB-H berbasis siaran TV.

(Saidah, 2012)

C. Arsitektur LTE

Arsitektur LTE dikenal dengan suatu istilah SAE

(System Architecture Evolution) yang menggambarkan

suatu evolusi arsitektur dibandingkan dengan

Page 3: ANALISIS KECEPATAN AKSES 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) …

54

teknologi sebelumnya. Secara keseluruhan LTE

mengadopsi teknologi EPS (Evolved Packet System).

Didalamnya terdapat tiga komponen penting yaitu :

1) User Equipment (UE) adalah perangkat dalam LTE

yang terletak paling ujung dan berdekatan dengan

user. Peruntukan UE pada LTE tidak berbeda

dengan UE pada UMTS atau teknologi

sebelumnya.

2) Evolved UMTS terresterial radio access network

atau E-UTRAN adalah sistem arsitektur LTE yang

memiliki fungsi menangani sisi radio akses dari

UE ke jaringan core. Berbeda dari teknologi

sebelumnya yang memisahkan node B dan RNC

menjadi elemen tersendiri, pada sistem LTE E-

UTRAN hanya terdapat satu komponen yakni

evolved node B (eNode B) yang telah

emnggabungkan fungsi keduanya. eNode B secara

fisik adalah suatu base station yang terletak

dipermukaan bumi (BTS Greenfield) atau

ditempatkan diatas gedung-gedung (BTS roof top).

3) Evolved Packet Core (EPC) adalah sebuah system

yang baru dalam evolusi arsitektur komunikasi

seluler, sebuah system dimana pada bagian core

network menggunakan all-IP. EPC menyediakan

fungsionalitas core mobile yang pada generasi

sebelumnya (2G, 3G) memliki dua bagian yang

terpisah yaitu circuit switch (CS) untuk voice dan

packet switch (PS) untuk data. EPC sangat penting

untuk layanan pengiriman IP secara end to

end pada LTE. Selain itu, berperan dalam

memungkinkan pengenalan model bisnis baru,

seperti konten dan penyedia aplikasi. EPC terdiri

dari MME (Mobility Management Entity), SGW

(Serving Gateway), HSS (Home Subscription

Service), PCRF (Policy and Charging Rules

Function), dan PDN-GW (Packet Data Network

Gateway).

D. Model Propagasi

Kondisi wilayah yang dilalui perambatan

gelombang juga sering diklasifikasikan menjadi

beberapa jenis, antara lain:

1. Daerah Urban, dengan ciri-ciri jumlah bangunan

banyak, rapat, dan tinggi. Terdapat juga pepohonan

yang besar serta merupakan pusat bisnis, di mana

banyak terjadi mobilitas. Terbagi atas Metropolitan

(kota besar), kota sedang, dan kota kecil.

2. Daerah Sub-Urban, dengan ciri-ciri jumlah

bangunan yang banyak namun tidak terlalu tinggi.

Contoh : Perumahan dan pinggiran kota.

3. Rural, dengan ciri-ciri jumlah bangunan sedikit dan

jaraknya saling berjauhan. Contoh: Pedesaan.

E. Model Okumura

Penentuan karakteristik radiowave propagation

didasarkan pada perhitungan redaman propagasi

sebagai fungsi jarak antara pemancar dan penerima.

Namun karena sinyal yang sampai di penerima telah

mengalami berbagai pantulan dan difraksi secara acak,

maka redaman propagasi sebagai fungsi jarak tak bisa

diprediksi. Oleh karena itu, penentuan karakteristik

radiowave propagation ditempuh dengan pengukuran

di beberapa lokasi yang dianggap mewakili seluruh

daerah pelayanan. Model Okumura merupakan salah

satu model yang terkenal dan paling banyak digunakan

untuk melakukan prediksi sinyal di daerah Urban.

Model ini cocok untuk range frekuensi antara 150-

1920 MHz dan pada jarak antara 1-100 km dengan

ketinggian antena BS berkisar 30 sampai 1000 m. (

Salaluddin, 2014 )

Okumura membuat kurva-kurva redaman rata-rata

relatif terhadap redaman ruang bebas pada daerah

Urban melalui daerah quasi-smooth terrain

dengan tinggi efektif antena BS 200 m dan tinggi

antena MS 3 m. Kurva-kurva ini dibentuk dari

pengukuran pada daerah yang luas dengan

menggunakan antena omnidirectional baik pada Base

Station (BS) maupun Mobile Station (MS), dan

digambarkan sebagai fungsi frekuensi (range 100-1920

MHz) dan fungsi jarak dari BS (range 1-100 km).

Karena itu model ini sangat cocok diterapkan pada

daerah Urban dan SubUrban, tetapi kurang bagus jika

untuk daerah rural (pedesaan). Secara umum standar

deviasi hasil prediksi model ini dibanding dengan nilai

hasil pengukuran adalah sekitar 10 dB sampai 14 dB.

F. Model propagasi Walfisch-Ikegami

Model propagasi merupakan suatu cara yang

digunakan untuk memprediksi kekuatan sinyal yang

diterima ketika pemancar dan penerima memiliki

halangan pada jalur line-of-sight antara pemancar

dengan penerima. (Achmad, 2014 )

Model Walfisch-Ikegami merupakan model yang

paling umum digunakan pada daerah urban. Model

propagasi ini dapat digunakan pada frekuensi antara

800-2000 MHz, untuk tinggi antena transmitter hingga

50 meter dan untuk jarak mencapai 5 km.

1. Level Daya Terima

Level Daya Terima Level daya terima adalah

besarnya daya yang diterima atau dipancarkan oleh

transmitter atau receiver. Level daya terima

merupakan batas daya minimum dari sebuah

pemancar yang masih dapat diterima baik oleh

user. Secara matematis level daya terima

ditentukan berdasarkan grafik level daya terima

(Pr), dengan persamaan :

Pr = Pt + Gt - Gr – PL – Gkt – Gk…………… (2.1)

Keterangan:

Pr = Level daya terima (dBm)

Pt = Level Daya pancar (dBm)

Gt = Gain antenna BS (dBi)

Gr = Gain antenna UE (dBi)

PL = Pathloss (dB)

Gkt = Redaman kabel sisi BS (dB)

Gkr = Redaman kabel sisi UE (dB)

2. Signal to Noise Ratio (SNR)

SNR adalah perbandingan antara sinyal yang

dikirim terhadap noise. SNR dapat dihitung dengan

menggunakan Persamaan :

SNR = Pr - N.....................................................(2.2)

Page 4: ANALISIS KECEPATAN AKSES 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) …

55

Keterangan :

SNR = signal to noise ratio (dB)

Pr = daya yang diterima oleh receiver (dBm)

No = daya noise saluran transmisi (dBm)

Sedangkan untuk nilai daya noise (N0), dihitung

dengan menggunakan persamaan :

No = 10. Log10 (k.T. B) + NF …. ……………(2.3)

Keterangan :

No = daya noise saluran transmisi (J Hz atau

watt)

k = konstanta Boltzman (1,38 x 10-23 J/K)

T = temperatur operasi sistem (K)

B = bandwidth sistem (Hz)

NF = Noise figure (Db)

Bandwidth merupakan lebar cakupan frekuensi

yang digunakan oleh sinyal OFDMA dalam media

transmisi. Untuk menghitung nilai bandwidth

sistem dari sejumlah subbcarrier dapat digunakan

Persamaan :

Bsitem ..................(2.4)

Keterangan :

Bsistem = bandwidth sistem (Hz)

R = laju data total (bps)

M = jumlah kemungkinan sinyal

N = jumlah subcarrier

αcp = faktor cyclic prefi

Besarnya nilai SNR sistem yang menggunakan

penambahan cyclic prefix diperoleh dari

Persamaan :

SNRsitem = (1- ) SNR............................. (2.5)

Dengan :

SNRsistem = signal to noise ratio sistem (dB)

SNR = signal to noise ratio (dB)

αcp = faktor cyclic prefix

G. Teorema Shannon-Hartley

Dalam teori informasi, teorema Shannon-Hartley

menyatakan tingkat maksimum atau kondisi optimal

suatu informasi dapat ditransmisikan melalui saluran

komunikasi dengan bandwidth yang ditentukan dan

dengan adanya noise. Noise merupakan penggangu

dalam proses komunikasi. Noise ini dapat

mengakibatkan pesan yang sampai tujuan tidak sama

dengan pesan yang dikirim.

Shannon dan Hartley merumuskan teori kaitannya

antara Kapasitas kanal dengan band terbatas dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

C = B.2log (1+SNR) ......................................... (2.6)

Dimana :

C = Kapasitas Kanal (bps)

B = Bandwidth/Lebar Kanal (Hz)

SNR = Signal to Noise Ratio

Salah satu pengukuran noise yang paling berguna

adalah SNR. SNR adalah perbandingan Daya Signal

(Signal Power) dengan Daya Noise (Noise Power).

SNR dapat digunakan untuk mengevaluasi dan

mengantisipasi effect berlebih dari noise. Makin besar

nilai SNR, makin tinggi kualitas jalur tersebut.

Nilai SNR suatu jalur dapat dikatakan pada umumnya

tetap, berapapun kecepatan data yang melalui jalur

tersebut. Berikut adalah klasifikasi nilai SNR yang

dapat dilihat pada tabel 2.1 Berikut:

TABEL1 Klasifikasi Nilai SNR.

No Standar Nilai

SNR

Klasifikasi Keterangan

1. 29,0 dB – ke

atas

Bagus Sekali Koneksi sangat baik

2. 20,0 dB – 28,9 dB

Bagus Koneksi Stabil

3. 11,0 dB –

19,9 dB

Baik Adanya sinkronisasi

sinyal ADSL

berlangsung lancar

4. 7,0 dB –

10,9 dB

Cukup Baik Rentan terhadap variasi

perubahan kondisi pada

Jaringan

5. 0,0 dB – 6,9 dB

Buruk Sinkronisasi sinyal tidak lancar

Sumber : (I.G.A. Sutresna Mudri,2015)

Satuan SNR adalah dB (Decibel). Dapat dituliskan

pada persamaan yang dapat dihitumg dengan

persamaan berikut :

SNRdB = 10 log (SNR) = 20log ..........................

(2.7)

Dimana : Vs dan Vn adalah Signal Voltage

dan Noise Voltage.

H. Parameter – parameter kualitas jaringan

Kualitas jaringan adalah kemampuan suatu

jaringan untuk menyediakan layanan yang baik dengan

menyediakan bandwith, mengatasi jitter dan delay.

Parameter kualitas jaringan adalah latency, jitter,

packet loss, throughput, MOS, echo cancellation dan

PDD. Terdapat beberapa factor yang dapat

menurunkan nilai QoS, seperti : Redaman, Distorsi,

dan Noise.

Performansi mengacu ke tingkat kecepatan dan

keandalan penyampaian berbagai jenis beban data di

dalam suatu komunikasi. Performansi merupakan

kumpulan dari beberapa parameter besaran teknis,

yaitu :

1. Throughput Yaitu kecepatan (rate) transfer data

efektif, yang diukur dalam bps. Troughput

merupakan jumlah total kedatangan paket yang

sukses yang diamati pada destination selama

interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval

waktu tersebut.

2. Packet Loss, merupakan parameter yang

menggambarkan kondisi jumlah total paket yang

hilang, dapat terjadi karena collision dan

congestion pada jaringan dan hal ini berpengaruh

pada semua aplikasi karena retransmisi akan

mengurangi efisiensi jaringan secara keseluruhan

meskipun jumlah bandwidth cukup tersedia untuk

aplikasi-aplikasi tersebut.

3. Delay (latency) Adalah waktu yang dibutuhkan

data untuk menempuh jarak dari asal ke tujuan.

Page 5: ANALISIS KECEPATAN AKSES 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) …

56

Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik,

kongesti atau juga waktu proses yang lama.

4. Jitter atau variasi kedatangan paket. Hal ini

diakibatkan oleh variasi-variasi dalam panjang

antrian, dalam waktu pengolahan data, dan juga

dalam waktu penghimpunan ulang paket-paket di

akhir perjalanan jitter.

5. Out-of-orderdelivery. Ketika sebuah koleksi paket-

paket terkait disalurkan melalui jaringan, paket

yang berbeda dapat mengambil rute yang berbeda,

masing-masing menghasilkan penundaan yang

berbeda. Hasilnya adalah bahwa paket tiba dalam

urutan yang berbeda dari mereka dikirim.

6. Errors. Kadang-kadang paket yang rusak karena

kesalahan sedikit disebabkan oleh kebisingan dan

interferensi, terutama dalam komunikasi nirkabel

dan kabel tembaga panjang. Receiver harus

mendeteksi ini dan, sama seperti jika paket

dijatuhkan, dapat meminta informasi ini akan

dipancarkan kembali.

7. MOS (Mean Opinion Score). Kualitas sinyal yang

diterima biasanya diukur secara subjektif dan

objektif. Metoda pengukuran subyektif yang umum

dipergunakan dalam pengukuran kualitas speech

coder adalah (Absolute Category Rating (ACR)

yang akan menghasilkan nilai MOS.

8. Echo Cancelation. Untuk menjamin kualitas

layanan voice over packet terutama disebabkan

oleh echo karena delay yang terjadi pada jaringan

paket maka perangkat harus menggunakan teknik

echo cancelation. Persyaratan performansi yang

diperlukan untuk echo canceller harus mengacu

standar internasional ITU G.165 atau G.168.

9. Post Dial Delay (PDD) yang diijinkan kurang dari

10 detik dari saat digit terakhir yang dimasukkan

sampai mendapatkan ringing back.

Terdapat beberapa faktor pengganggu dalam

jaringan yang menyebabkan turunya nilai kualitas

jaringan, yaitu : (1) Redaman, (2) Distorsi, (3) Noise

yang ada dalam jaringan Thermal noise,

Intermodulation noise, dan Impulse noise.

I. Near Far Effect

Near-far effect adalah saat daya dari transmitter

yang terdekat mengganggu kerja dari receiver ketika

menerima sinyal dari transmitter yang jauh. Untuk

kontrol daya yang tidak sempurna, masalah yang

timbul adalah near-far effect, yaitu dimana setiap

pelanggan menggunakan daya pancar yang sama,

maka pelanggan yang terdekat akan mengakibatkan

interferensi yang sangat besar terhadap pelanggan

yang berada jauh, bahkan sering mengakibatkan

tertutupnya sinyal dari pelanggan yang lebih jauh.

Untuk itu diperlukan suatu mekanisme yang dapat

mengatur daya pancar dari setiap MS sehingga daya

tersebut dapat diterima oleh BTS dengan besar daya

yang sama. Pengontrolan daya selalu dilakukan oleh

BTS dengan mengirim daya sinyal secara kontinyu.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tinjauan Umum 4G LTE di Makassar

Layanan 4G Long Term Evolution (LTE) kota

Makassar masuk dan diresmikan awal juni 2015 oleh

PT. Telkom (Telkomsel). Yang kedua yaitu PT.

Smartfren Telecom (Smartfren) pada Agustus 2015.

Kemudian yang ketiga PT. Indosat Ooredoo (Indosat)

pada November pada tahun 2015. Yang keempat yaitu

PT. Hutchison Tri Indonesia (Tri) pada Maret 2016.

Dan yang terakhir yaitu PT. XL Axiata (XL) pada

November 2016.

Layanan 4G LTE merupakan salah satu upaya

untuk meningkatkan kualitas layanan kepada

masyarakat yang membutuhkan kecepatan akses,

terutama pengguna data, yang beberapa tahun terakhir

pertumbuhannya cukup pesat. Layanan ini

menawarkan theoretical download speed berkecepatan

75 sampai 100 Mbps sehingga mampu mengirimkan

data dengan kecepatan hingga lima kali lipat dari yang

dimiliki jaringan 3G. Secara kualitas.

Makassar merupakan kota ke-enam yang

disambangi oleh jaringan 4G LTE. Akan tetapi di kota

Makassar menjadi yang pertama menyelenggarakan

4G LTE di frekuensi 1.800 MHz. Sementara di kota

lain, yang menyelaggarakan 4G LTE namun di

frekuensi 900 MHz yaitu di kota Jakarta,

Denpasar, Surabaya, Bandung, dan Medan.

B. Map lokasi pengujian aplikasi

Pada daerah Makassar, pengambilan data yang

meliputi daerah urban dan sub-urban. Pengambilan

data kecepatan akses jaringan 4G LTE yaitu site

Pettarani, site Ratulangi, site Unhas, serta site Sudiang.

Site Pettarani dan site Ratulangi Merupakan daerah

Urban yaitu daerah dengan bangunan banyak, rapat,

dan tinggi. Terdapat juga pepohonan yang besar serta

merupakan pusat bisnis, di mana banyak terjadi

mobilitas.

Site Unhas dan site Sudiang adalah Daerah Sub-

Urban, dengan ciri-ciri jumlah bangunan yang banyak

namun tidak terlalu tinggi.

Berikut ini adalah gambar 3.2 map lokasi

pengujian aplikasi

Gbr 3 Map Lokasi pengujian aplikasi

C. Diagram alir penggunaan aplikasi

Pada gambar 3.3 adalah diagram alir pengujian

menggunakan aplikasi :

Page 6: ANALISIS KECEPATAN AKSES 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) …

57

Ggr 4 Diagram Alir Pengujian menggunakan aplikasi

Diagram Alir pengujian kecepatan akses

menggunakan aplikasi, dilakukan dengan :

a. memulai membuka aplikasi.

b. Setelah aplikasi terbuka, maka akan muncul

tampilan display, kemudian tekan test untuk

memulai pengujian kecepatan akses jaringan 4G

LTE.

c. Selanjutnya hasil keceptan yang sudah tampil di

screenshot untuk kemudian dianalisa.

D. Prosedur Pengambilan Data dengan Aplikasi

1. Pengambilan data mengunnakan aplikasi Open

signal

a. Langkah pertama yaitu dengan membuka

aplikasi open signal seperti pada tampilan

display terlihat pada gambar 3.4

Gbr 5. Aplikasi Open Signal

b. Setelah aplikasi terbuka, maka akan muncul

tampilan display seperti pada gambar 3.5.

Tekan “test” agar proses pengambilan data

berjalan.

Gbr 6. Tampilan aplikasi Open Signal

c. Setelah proses pengambilan data selesai,

screenshot hasil pengambilan data seperti pada

gambar 3.6.

Gbr 7 Tampilan hasil pengambilan data menggunakan aplikasi Open

Signal

2. Pengambilan data menggunakan aplikasi G-Net

Track Lite

3.

a. Langkah pertama yaitu dengan membuka

aplikasi G-Net Track Lite seperti terlihat pada

gambar 3.7.

Gbr 8 Aplikasi G-Net Track Lite

b. Maka akan muncul tampilan display seperti

pada gambar 3.8 yang menampilkan hasil

pengujian.

Gbr 9. Tampilan hasil pengujian menggunakan aplikasi G-Net Track

Lite

c. Tahapan selanjutnya adalah melakukan

screenshot untuk pengambilan data SNR

berdasarkan implementasi aplikasi G-Net

Track.

Membuka aplikasi

Tekan test

Mulai

Selesai

Menampilkan hasil test

Screenshot hasil pengujian

Page 7: ANALISIS KECEPATAN AKSES 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) …

58

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasiln analisa dari hasil pengujian data

menggunakan aplikasi Speed Test & 3G 4G WiFi

Maps dan G-Net Track Lite. Data yang diuji berupa

kecepatan akses antara dua operator penyedia layanan

LTE di Makassar. Pengujian dilakukan di empat Site

yang mencakup Site Indoor dan Site Outdoor pada jam

tertentu.

A. Hasil Pengujian dengan Aplikasi pada Site

Pettarani Operator A

Untuk pengujian kecepatan akses jaringan 4G

LTE di gunakan aplikasi “Open Signal” untuk

kecepatan upload dan download, serta untuk nilai SNR

menggunakan “G-Net Track Lite”.

Pengujian pada posisi Indoor dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

TABEL 2 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack

Lite”

Grafik hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar

grafik di bawah ini :

Gbr 10 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”

Pengujian pada posisi Outdoor dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

TABEL 3 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack

Lite”

Waktu

Pengujian

Hasil Tes Upload Hasil Tes

Download

Hasil Tes

SNR

06 : 00 20,27 Mbps 55,11 Mbps 18.0 dB

10 : 00 20,26 Mbps 29,00 Mbps 11.0 dB

14 : 00 18,39 Mbps 18,46 Mbps 11.0 dB

18 : 00 20,02 Mbps 31,27 Mbps 13.0 dB

21 : 00 20,35 Mbps 37,21 Mbps 17.0 dB

Grafik hasil pengujian dapat dilihat pada gambar di

bawah ini :

Gbr 11 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”

B. Pengujian pada Site Unhas Operator A

Pada posisi Indoor menujukkan hasil pengujian

sebagai berikut :

TABEL 4 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan

“G-NetTrack Lite” Waktu

Pengujian

Hasil Tes

Upload

Hasil Tes

Download

Hasil Tes

SNR

06 : 00 20,61 Mbps 42,26 Mbps 24.0 dB

10 : 00 22,37 Mbps 40,45 Mbps 18.0 dB

14 : 00 17,49 Mbps 14,98 Mbps 14,0 dB

18 : 00 21,72 Mbps 24,53 Mbps 10,0 dB

21 : 00 19,43 Mbps 20,77 Mbps 23,0 dB

Sedangkan untuk grafiknyadapat dilihat pada

gambar di bawah ini :

Gbr 12 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”

Untuk Pengujian pada posisi Outdoor menujukkan

hasil :

TABEL 5 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack

Lite”

Waktu

Pengujian

Hasil Tes

Upload

Hasil Tes

Download

Hasil Tes

SNR

06 : 00 21,78 Mbps 55,02 Mbps 17,0 dB

10 : 00 21,58 Mbps 42,53 Mbps 17,0 dB

14 : 00 12,79 Mbps 17,87 Mbps 13,0 dB

18 : 00 22,14 Mbps 30,38Mbps 11,0 dB

21 : 00 21,14 Mbps 23,76 Mbps 23,0 dB

Waktu

Pengujian

Hasil pengujian

Tes Upload

Hasil

pengujian Tes Download

SNR

Hasil Tes

06 : 00 30,48 Mbps 20,76 Mbps 16,0 dB

10 : 00 20,94 Mbps 20,26 Mbps 13,0 dB

14 : 00 18,21 Mbps 11,59 Mbps 9,0 dB

18 : 00 18,86 Mbps 12,69 Mbps 11,0 dB

21 : 00 25,88 Mbps 19,82 Mbps 17,0 dB

0

10

20

30

40

0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0

G R A F IK P E NGUJIAN S IT E

P E T TARAN I OP E R ATOR A T E S T

IN D OOR

Upload Download SNR

0

20

40

60

0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0

G R A F IK P E NGUJIAN S IT E

P E T TARAN I OP E R ATOR A T E S T

OU T D OOR

Upload Download SNR

0

10

20

30

40

50

0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0

G R A F IK P E NGUJIAN S IT E

U N HA S OP E RATOR A T E S T IN D OOR

Upload Download SNR

Page 8: ANALISIS KECEPATAN AKSES 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) …

59

Grafik hasil pengujian dapat dilihat pada gambar

berikut ini :

Gbr 13 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”

C. Pengujian pada Site Sudiang Operator A

Pengujian pada posisi Indoor menujukkan hasil

pengujian :

TABEL 6 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-

NetTrack Lite”

Waktu Pengujian

Hasil Tes Upload

Hasil Tes Download

Hasil Tes SNR

06 : 00 15,25 Mbps 28,29 Mbps 15,0 dB

10 : 00 19,54 Mbps 21,13 Mbps 14,0 dB

14 : 00 15,73 Mbps 12,68 Mbps 14,0 dB

18 : 00 17,44 Mbps 8,97 Mbps 10,0 dB

21 : 00 22,47 Mbps 22,00 Mbps 14,0 dB

Sedangkan untuk grafik hasil pengujian dapat

dilihat pada gambar grafik di bawah ini :

Gbr 14 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”

Pengujian pada posisi Outdoor menujukkan hasil

pengujian seperti tabel berikut :

TABEL 7 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack

Lite”

Sedangkan untuk grafik hasil pengujian dapat

dilihat pada gambar grafik di bawah ini :

Gbr 15 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”

D. Pengujian pada Site Ratulangi Operator A

Pengujian pada posisi Indoor menujukkan hasil

pengujian sebagai berikut :

TABEL 8 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack

Lite”

Waktu Pengujian

Hasil Tes Upload

Hasil Tes Download

Hasil Tes SNR

06 : 00 20,92 Mbps 15,81 Mbps 11,4 dB

10 : 00 16,02 Mbps 7,86 Mbps 11,6 dB

14 : 00 6,62 Mbps 6,98 Mbps 8,8 dB

18 : 00 15,45 Mbps 10,57 Mbps 11 dB

21 : 00 17,90 Mbps 15,46 Mbps 10 dB

Sedangkan untuk grafik hasil pengujian dapat dilihat

pada gambar grafik di bawah ini :

Gbr 16 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”

Pengujian pada posisi Outdoor menujukkan hasil :

TABEL 9 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack

Lite”

Waktu

Pengujian

Hasil Tes

Upload

Hasil Tes

Download

Hasil Tes SNR

06 : 00 21,01 Mbps 23,71 Mbps 15,6 dB

10 : 00 18,94 Mbps 11,76 Mbps 14,6 dB

14 : 00 12,68 Mbps 11,12 Mbps 12,6 dB

18 : 00 20,92 Mbps 15,81 Mbps 11,8 dB

21 : 00 21,69 Mbps 21,53 Mbps 15,2 dB

Sedangkan untuk grafik hasil pengujiannya dapat

dilihat pada gambar grafik di bawah ini :

Waktu Pengujian

Hasil Tes Upload

Hasil Tes Download

Hasil Tes SNR

06 : 00 18,51 Mbps 36,35 Mbps 17,0 dB

10 : 00 18,32 Mbps 23,68 Mbps 15,0 dB

14 : 00 20,92 Mbps 15,81 Mbps 15,0 dB

18 : 00 16,12 Mbps 10,66 Mbps 11,0 dB

21 : 00 21,22 Mbps 27,04 Mbps 18,0 dB

0

10

20

30

0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0

G R A F IK P E NGUJIAN S IT E

S U D IA NG OP E RATOR A T E S T

IN D OOR

Upload Download SNR

0

10

20

30

40

0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0

G R A F IK P E NGUJIAN S IT E

S U D IA NG OP E RATOR A T E S T

OU T D OOR

Upload Download SNR

0

5

10

15

20

25

0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0

G R A F IK P E NGUJIAN S IT E

R AT U LANGI OP E RATOR A T E S T

IN D OOR

Upload Download SNR

0

20

40

60

0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0

G R A F IK P E NGUJIAN S IT E

U N HA S OP E RATOR A T E S T

OU T D OOR

Upload Download SNR

Page 9: ANALISIS KECEPATAN AKSES 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) …

60

Gbr 17 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”

E. Pengujian pada Site Sudiang Operator B

Pengujian pada posisi Indoor menujukkan hasil

seperti yang ditunjukkan tabel berikut :

TABEL 10 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”

Waktu

Pengujian

Hasil Tes

Upload

Hasil Tes

Download

Hasil Tes

SNR

06 : 00 10,62 Mbps 23,27 Mbps 15 dB

10 : 00 8,23 Mbps 13,61 Mbps 14 dB

14 : 00 11,10 Mbps 12,36 Mbps 10 dB

18 : 00 10,07 Mbps 9,64 Mbps 9 dB

21 : 00 20,68 Mbps 9,09 Mbps 14 dB

Sedangkan untuk grafiknyadapat dilihat pada

gambar grafik di bawah :

Gbr 18 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”

Pengujian pada posisi Outdoor menujukkan hasil

sebagai berikut :

TABEL 11 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack

Lite”

Waktu Pengujian

Hasil Tes Upload

Hasil Tes Download

Hasil Tes SNR

06 : 00 26,83 Mbps 25,59 Mbps 17 dB

10 : 00 2,88 Mbps 15,46 Mbps 15 dB

14 : 00 18,97 Mbps 14,18 Mbps 13 dB

18 : 00 3,80 Mbps 16,68 Mbps 12 dB

21 : 00 13,75 Mbps 14,32 Mbps 16 dB

Sedangkan untuk grafiknya dapat dilihat pada

gambar grafik di bawah ini :

Gbr 19 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrackLite”

F. Pengujian pada Site Ratulangi Operator B

Pengujian pada posisi Indoor menujukkan hasil

seperti pada tabel berikut :

TABEL 12 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-

NetTrack Lite”

Waktu Pengujian

Hasil Tes Upload

Hasil Tes Download

Hasil Tes SNR

06 : 00 12,59 Mbps 11,41 Mbps 14 dB

10 : 00 11,61 Mbps 10,03 Mbps 10 dB

14 : 00 10,22 Mbps 8,94 Mbps 6 dB

18 : 00 21,96 Mbps 11,42 Mbps 10 dB

21 : 00 10,43 Mbps 12,52 Mbps 12 dB

Sedangkan untuk grafiknya dapat ditunjukkan pada

gambar grafik berikut :

Gbr 20 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”

Pengujian pada posisi Outdoor menujukkan hasil

pengujian seperti pada tabel :

TABEL 13 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-

NetTrack Lite”

Sedangkan untuk grafiknya dapat dilihat pada

gambar grafik di bawah ini :

Waktu

Pengujian

Hasil Tes

Upload

Hasil Tes

Download

Hasil Tes

SNR

06 : 00 17,51 Mbps 17,89 Mbps 15 dB

10 : 00 18,54 Mbps 11,26 Mbps 11 dB

14 : 00 15,48 Mbps 12,98 Mbps 7 dB

18 : 00 9,78 Mbps 13,63 Mbps 12 dB

21 : 00 9,54 Mbps 12,92 Mbps 13 dB

0

5

10

15

20

25

0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0

G R A F IK P E NGUJIAN S IT E

R AT U LANGI OP E RATOR A T E S T

OU T D OOR

Upload Download SNR

0

5

10

15

20

25

0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0

G R A F IK P E NGUJIAN S IT E

S U D IA NG OP E RATOR B T E S T

IN D OOR

Upload Download SNR

0

10

20

30

0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0

G R A F IK P E NGUJIAN S IT E

S U D IA NG OP E RATOR B T E S T

OU T D OOR

Upload Download SNR

0

10

20

30

0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0

G R A F IK P E NGUJIAN S IT E

R AT U LANGI OP E RATOR B T E S T

IN D OOR

Upload Download SNR

Page 10: ANALISIS KECEPATAN AKSES 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) …

61

Gbr 21 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”

G. Pengujian pada Site Pettarani Operator B

Pengujian pada posisi Indoor menujukkan hasil

pengujian sebagaimana ditunjukkan tabel berikut :

TABEL 14 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-

NetTrack Lite”

Waktu

Pengujian

Hasil Tes

Upload

Hasil Tes

Download

Hasil Tes

SNR

06 : 00 25,45 Mbps 46,08 Mbps 25,2 dB

10 : 00 17,39 Mbps 38,92 Mbps 24,0 dB

14 : 00 25,18 Mbps 29,61 Mbps 21,4 dB

18 : 00 25,26 Mbps 25,75 Mbps 23,0 dB

21 : 00 14,01 Mbps 37,20 Mbps 24,0 dB

Sedangkan untuk grafik hasil pengujian dapat

dilihat pada gambar grafik di bawah ini :

Gbr 22 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”

Pengujian pada posisi Outdoor menujukkan hasil

pengujian seperti pada tabel di bawah :

TABEL 15 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack

Lite”

Waktu Pengujian

Hasil Tes Upload

Hasil Tes Download

Hasil Tes SNR

06 : 00 28,08 Mbps 57,00 Mbps 30,0 dB

10 : 00 21,64 Mbps 43,76 Mbps 27,0 dB

14 : 00 29,15 Mbps 34,95 Mbps 22,4 dB

18 : 00 21,08 Mbps 33,90 Mbps 24,2 dB

21 : 00 19,18 Mbps 39,07 Mbps 26,6 dB

Sedangkan grafiknya dapat dilihat pada gambar

grafik di bawah ini :

Gbr 23 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”

H. Pengujian pada Site Unhas Operator B

Pengujian pada posisi Indoornya menujukkan hasil

pengujian seperti terlihat di tabel berikut :

TABEL 16 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-

NetTrack Lite”

Waktu

Pengujian

Hasil Tes

Upload

Hasil Tes

Download

Hasil Tes

SNR

06 : 00 7,82 Mbps 11,66 Mbps 7,4 dB

10 : 00 12,14 Mbps 8,91 Mbps 4,8 dB

14 : 00 15,66 Mbps 5,87 Mbps 3,8 dB

18 : 00 15,49 Mbps 10,62 Mbps 6,8 dB

21 : 00 6,95 Mbps 15,26 Mbps 5,2 dB

Sedangkan untuk grafik hasil pengujian dapat

dilihat pada gambar grafik di bawah ini :

Gbr 24 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”

Pengujian pada posisi Outdoor menujukkan hasil

pengujian :

TABEL 17 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan

“G-NetTrack Lite” Waktu

Pengujian

Hasil Tes

Upload

Hasil Tes

Download

Hasil Tes

SNR

06 : 00 2,81 Mbps 15,81 Mbps 12,8 dB

10 : 00 11,52 Mbps 12,66 Mbps 7,2 dB

14 : 00 2,64 Mbps 8,69 Mbps 8,4 dB

18 : 00 8,55 Mbps 11,95 Mbps 9,2 dB

21 : 00 12,84 Mbps 19,37 Mbps 13,6 dB

0

5

10

15

20

0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0

G R A F IK P E NGUJIAN S IT E

R AT U LANGI OP E RATOR B T E S T

OU T D OOR

Upload Download SNR

0

20

40

60

0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0

G R A F IK P E NGUJIAN S IT E

P E T TARAN I OP E R ATOR B T E S T

OU T D OOR

Upload Download SNR

0

10

20

30

40

50

0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0

G R A F IK P E NGUJIAN S IT E

P E T TARAN I OP E R ATOR B T E S T

IN D OOR

Upload Download SNR

0

5

10

15

20

0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0

G R A F IK P E NGUJIAN S IT E

U N HA S OP E RATOR B T E S T

IN D OOR

Upload Download SNR

Page 11: ANALISIS KECEPATAN AKSES 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) …

62

Sedangkan grafik hasil pengujian dapat dilihat

pada gambar grafik di bawah ini :

Gambar 4.16 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack

Lite”

I. Pembahasan hasil pengujian data kecepatan

akses jaringan 4G

1. Site Pettarani Operator A

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang tercantum

pada tabel 4.1 dan 4.2 dimana menunjukkan

kecepatan upload pada saat melakukan test indoor

tercepat terjadi pada jam 06:00 yaitu 20,76 Mbps

dan untuk yang paling rendah terjadi pada jam

14:00 yaitu 11,59 Mbps. Sedangkan pada saat

melakukan test outdoor untuk upload kecepatan

tercepat pada jam 06:00 yaitu 20,27 Mbps dan

untuk yang paling rendah terjadi pada jam 14:00

yaitu 18,39 Mbps. Hasil kecepatan download pada

saat melakukan test indoor tercepat terjadi pada

jam 06:00 yaitu 30,48 Mbps sedangkan paling

rendah jam 14:00 yaitu 18,21 Mbps. Sedangkan

pada saat melakukan test outdoor untuk download

kecepatan tercepat pada jam 06:00 yaitu 55,11

Mbps dan untuk yang paling rendah terjadi pada

jam 14:00 yaitu 18,46 Mbps.

Jika dibandingkan dengan kecepatan upload dan

download pada saat melakukan test indoor dan test

outdoor, maka kecepatan test indoor lebih rendah.

Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang

mempengaruhi kecepatan sinyal di dalam ruangan

seperti adanya obstacle dan dinding yang

menyebabkan sinyal mengalami pelemahan,

berbeda dengan test outdoor yang lebih cepat

karena tidak adanya obstacle. Sementara untuk

kecepatan akses upload dan download tertinggi

terjadi pada jam 06:00 pagi hingga jam 10 pagi,

sedangkan jam 14:00 hingga 18:00 kecepatan akses

lebih lambat. Penyebab tingginya kecepatan akses

internet pada jam 06:00 dikarenakan adalah nilai

SNR lebih tinggi pada jam tersebut daripada jam-

jam lainnya sedangkan jam 14:00 hingga 18:00

kecepatan akses lebih lambat, hal ini dikarenakan

adalah banyaknya user yang mengakses pada

waktu yang bersamaan, maka kecepatan akses akan

dibagi rata kepada semua user, sehingga semakin

banyak user mengakses internet maka

kecepatannya semakin rendah.

Sementara nilai SNR saat melakukan test indoor

tertinggi pada jam 21:00 yaitu 17 dB dan yang

paling rendah pada jam 14:00 yaitu 9.0 dB.

Sedangkan pada saat melakukan test outdoor untuk

SNR tertinggi pada jam 06:00 yaitu 18 dB dan

yang paling rendah pada jam 14:00 yaitu 11 dB.

2. Site Unhas Operator A

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang tercantum

pada tabel 4.3 dan 4.4 dimana menunjukkan

kecepatan upload pada saat melakukan test indoor

tercepat terjadi pada jam 10:00 yaitu 22,37 Mbps

dan untuk yang paling rendah terjadi pada jam

14:00 yaitu 17,49 Mbps. Sedangkan pada saat

melakukan test outdoor untuk upload kecepatan

tercepat pada jam 06:00 yaitu 21,78 Mbps dan

untuk yang paling rendah terjadi pada jam 14:00

yaitu 12,79 Mbps. Hasil kecepatan download pada

saat melakukan test indoor tercepat terjadi pada

jam 06:00 yaitu 42,26 Mbps sedangkan paling

rendah jam 14:00 yaitu 14,98 Mbps. Sedangkan

pada saat melakukan test outdoor untuk download

kecepatan tercepat pada jam 06:00 yaitu 55,02

Mbps dan untuk yang paling rendah terjadi pada

jam 14:00 yaitu 17,87 Mbps.

Jika dibandingkan dengan kecepatan upload dan

download pada saat melakukan test indoor dan test

outdoor, maka kecepatan test indoor lebih rendah.

Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang

mempengaruhi kecepatan sinyal di dalam ruangan

seperti adanya obstacle dan dinding yang

menyebabkan sinyal mengalami pelemahan,

berbeda dengan test outdoor yang lebih cepat

karena tidak adanya obstacle. Sementara untuk

kecepatan akses upload dan download tertinggi

terjadi pada jam 06:00 dikarenakan adalah nilai

SNR lebih tinggi pada jam tersebut daripada jam-

jam lainnya, sedangkan jam 14:00 hingga 18:00

kecepatan akses lebih lambat, hal ini dikarenakan

adalah banyaknya user yang mengakses pada

waktu yang bersamaan, maka kecepatan akses akan

dibagi rata kepada semua user, sehingga semakin

banyak user mengakses internet maka

kecepatannya semakin rendah.

Sementara nilai SNR saat melakukan test indoor

tertinggi pada jam 21:00 yaitu 23 dB dan yang

paling rendah pada jam 06:00 yaitu 10 dB.

Sedangkan pada saat melakukan test outdoor untuk

SNR tertinggi pada jam 21:00 yaitu 23 dB dan

yang paling rendah pada jam 18:00 yaitu 11 dB.

3. Site Sudiang Operator A

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang tercantum

pada tabel 4.5 dan 4.6 dimana menunjukkan

kecepatan upload pada saat melakukan test indoor

tercepat terjadi pada jam 21:00 yaitu 22,47 Mbps

dan untuk yang paling rendah terjadi pada jam

14:00 yaitu 15,44 Mbps. Sedangkan pada saat

melakukan test outdoor untuk upload kecepatan

tercepat pada jam 21:00 yaitu 21,22 Mbps dan

untuk yang paling rendah terjadi pada jam 18:00

yaitu 16,12 Mbps. Hasil kecepatan download pada

saat melakukan test indoor tercepat terjadi pada

jam 06:00 yaitu 36,35 Mbps sedangkan paling

0

10

20

30

0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0

G R A F IK P E NGUJIAN S IT E

U N HA S OP E RATOR B T E S T

OU T D OOR

Upload Download SNR

Page 12: ANALISIS KECEPATAN AKSES 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) …

63

rendah jam 18:00 yaitu 8,97 Mbps. Sedangkan

pada saat melakukan test outdoor untuk download

kecepatan tercepat pada jam 06:00 yaitu 36,35

Mbps dan untuk yang paling rendah terjadi pada

jam 18:00 yaitu 10,66 Mbps.

Jika dibandingkan dengan kecepatan upload dan

download pada saat melakukan test indoor dan test

outdoor, maka kecepatan test indoor lebih rendah.

Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang

mempengaruhi kecepatan sinyal di dalam ruangan

seperti adanya obstacle dan dinding yang

menyebabkan sinyal mengalami pelemahan,

berbeda dengan test outdoor yang lebih cepat

karena tidak adanya obstacle. Sementara untuk

kecepatan akses upload dan download tertinggi

terjadi pada jam 06:00 dikarenakan nilai SNR lebih

tinggi pada jam tersebut daripada jam-jam lainnya,

sedangkan jam 18:00 kecepatan akses lebih lambat,

hal ini dikarenakan adalah banyaknya user yang

mengakses pada waktu yang bersamaan, maka

kecepatan akses akan dibagi rata kepada semua

user, sehingga semakin banyak user mengakses

internet maka kecepatannya semakin rendah.

Sementara nilai SNR saat melakukan test indoor

tertinggi pada jam 06:00 yaitu 15 dB dan yang

paling rendah pada jam 18:00 yaitu 10 dB.

Sedangkan pada saat melakukan test outdoor untuk

SNR tertinggi pada jam 21:00 yaitu 18 dB dan

yang paling rendah pada jam 18:00 yaitu 11 dB.

4. Site Ratulangi Operator A

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang tercantum

pada tabel 4.7 dan 4.8 dimana menunjukkan

kecepatan upload pada saat melakukan test indoor

tercepat terjadi pada jam 06:00 yaitu 20,92 Mbps

dan untuk yang paling rendah terjadi pada jam

14:00 yaitu 2,62 Mbps. Sedangkan pada saat

melakukan test outdoor untuk upload kecepatan

tercepat pada jam 21:00 yaitu 21,69 Mbps dan

untuk yang paling rendah terjadi pada jam 14:00

yaitu 12,68 Mbps. Hasil kecepatan download pada

saat melakukan test indoor tercepat terjadi pada

jam 06:00 yaitu 15,81 Mbps sedangkan paling

rendah jam 14:00 yaitu 6,98 Mbps. Sedangkan

pada saat melakukan test outdoor untuk download

kecepatan tercepat pada jam 06:00 yaitu 23,71

Mbps dan untuk yang paling rendah terjadi pada

jam 14:00 yaitu 11,12 Mbps.

Jika dibandingkan dengan kecepatan upload dan

download pada saat melakukan test indoor dan test

outdoor, maka kecepatan test indoor lebih rendah.

Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang

mempengaruhi kecepatan sinyal di dalam ruangan

seperti adanya obstacle dan dinding yang

menyebabkan sinyal mengalami pelemahan,

berbeda dengan test outdoor yang lebih cepat

karena tidak adanya obstacle. Sementara untuk

kecepatan akses upload dan download tertinggi

terjadi pada jam 06:00 dikarenakan adalah nilai

SNR lebih tinggi pada jam tersebut daripada jam-

jam lainnya, sedangkan jam 14:00 hingga 18:00

kecepatan akses lebih lambat, hal ini dikarenakan

adalah banyaknya user yang mengakses pada

waktu yang bersamaan, maka kecepatan akses akan

dibagi rata kepada semua user, sehingga semakin

banyak user mengakses internet maka

kecepatannya semakin rendah.

Sementara nilai SNR saat melakukan test indoor

tertinggi pada jam 10:00 yaitu 10,6 dB dan yang

paling rendah pada jam 14:00 yaitu 8,8 dB.

Sedangkan pada saat melakukan test outdoor untuk

SNR tertinggi pada jam 06:00 yaitu 15,6 dB dan

yang paling rendah pada jam 18:00 yaitu 11,8 dB.

5. Site Ratulangi Operator B

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang tercantum

pada tabel 4.9 dan 4.10 dimana menunjukkan

kecepatan upload pada saat melakukan test indoor

tercepat terjadi pada jam 18:00 yaitu 21,46 Mbps

dan untuk yang paling rendah terjadi pada jam

14:00 yaitu 10,22 Mbps. Sedangkan pada saat

melakukan test outdoor untuk upload kecepatan

tercepat pada jam 06:00 yaitu 17,51 Mbps dan

untuk yang paling rendah terjadi pada jam 21:00

yaitu 9,54 Mbps. Hasil kecepatan download pada

saat melakukan test indoor tercepat terjadi pada

jam 21:00 yaitu 12,52 Mbps. sedangkan paling

rendah jam 14:00 yaitu 6,98 Mbps. Sedangkan

pada saat melakukan test outdoor untuk download

kecepatan tercepat pada jam 06:00 yaitu 17,89

Mbps dan untuk yang paling rendah terjadi pada

jam 10:00 yaitu 11,26 Mbps.

Jika dibandingkan dengan kecepatan upload dan

download pada saat melakukan test indoor dan test

outdoor, maka kecepatan test indoor lebih rendah.

Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang

mempengaruhi kecepatan sinyal di dalam ruangan

seperti adanya obstacle dan dinding yang

menyebabkan sinyal mengalami pelemahan,

berbeda dengan test outdoor yang lebih cepat

karena tidak adanya obstacle. Sementara untuk

kecepatan akses upload dan download tertinggi

terjadi pada jam 06:00 dikarenakan nilai SNR lebih

tinggi pada jam tersebut daripada jam-jam lainnya,

sedangkan jam 14:00 hingga 18:00 kecepatan akses

lebih lambat, hal ini dikarenakan adalah banyaknya

user yang mengakses pada waktu yang bersamaan,

maka kecepatan akses akan dibagi rata kepada

semua user, sehingga semakin banyak user

mengakses internet maka kecepatannya semakin

rendah.

Sementara nilai SNR saat melakukan test indoor

tertinggi pada jam 06:00 yaitu 14 dB dan yang

paling rendah pada jam 14:00 yaitu 6 dB.

Sedangkan pada saat melakukan test outdoor untuk

SNR tertinggi pada jam 06:00 yaitu 15 dB dan

yang paling rendah pada jam 14:00 yaitu 7 dB.

6. Site Sudiang Operator B

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang tercantum

pada tabel 4.11 dan 4.12 dimana menunjukkan

kecepatan upload pada saat melakukan test indoor

tercepat terjadi pada jam 21:00 yaitu 20,68 Mbps

Page 13: ANALISIS KECEPATAN AKSES 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) …

64

dan untuk yang paling rendah terjadi pada jam

10:00 yaitu 8,23 Mbps. Sedangkan pada saat

melakukan test outdoor untuk upload kecepatan

tercepat pada jam 06:00 yaitu 26,83 Mbps dan

untuk yang paling rendah terjadi pada jam 10:00

yaitu 2,88 Mbps. Hasil kecepatan download pada

saat melakukan test indoor tercepat terjadi pada

jam 06:00 yaitu 23,27 Mbps. sedangkan paling

rendah jam 21:00 yaitu 9,09 Mbps. Sedangkan

pada saat melakukan test outdoor untuk download

kecepatan tercepat pada jam 06:00 yaitu 25,59

Mbps dan untuk yang paling rendah terjadi pada

jam 14:00 yaitu 14,18 Mbps.

Jika dibandingkan dengan kecepatan upload dan

download pada saat melakukan test indoor dan test

outdoor, maka kecepatan test indoor lebih rendah.

Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang

mempengaruhi kecepatan sinyal di dalam ruangan

seperti adanya obstacle dan dinding yang

menyebabkan sinyal mengalami pelemahan,

berbeda dengan test outdoor yang lebih cepat

karena tidak adanya obstacle. Sementara untuk

kecepatan akses upload dan download tertinggi

terjadi pada jam 06:00 dikarenakan adalah nilai

SNR lebih tinggi pada jam tersebut daripada jam-

jam lainnya, sedangkan jam 14:00 hingga 18:00

kecepatan akses lebih lambat, hal ini dikarenakan

adalah banyaknya user yang mengakses pada

waktu yang bersamaan, maka kecepatan akses akan

dibagi rata kepada semua user, sehingga semakin

banyak user mengakses internet maka

kecepatannya semakin rendah.

Sementara nilai SNR saat melakukan test indoor

tertinggi pada jam 06:00 yaitu 15 dB dan yang

paling rendah pada jam 14:00 yaitu 9 dB.

Sedangkan pada saat melakukan test outdoor untuk

SNR tertinggi pada jam 06:00 yaitu 17 dB dan

yang paling rendah pada jam 18:00 yaitu 12 dB.

7. Site Pettarani Operator B

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang tercantum

pada tabel 4.13 dan 4.14 dimana menunjukkan

kecepatan upload pada saat melakukan test indoor

tercepat terjadi pada jam 06:00 yaitu 25,45 Mbps

dan untuk yang paling rendah terjadi pada jam

10:00 yaitu 17,39 Mbps. Sedangkan pada saat

melakukan test outdoor untuk upload kecepatan

tercepat pada jam 14:00 yaitu 29,15 Mbps dan

untuk yang paling rendah terjadi pada jam 21:00

yaitu 19,18 Mbps. Hasil kecepatan download pada

saat melakukan test indoor tercepat terjadi pada

jam 06:00 yaitu 46,08 Mbps, sedangkan paling

rendah jam 18:00 yaitu 25,75 Mbps. Sedangkan

pada saat melakukan test outdoor untuk download

kecepatan tercepat pada jam 06:00 yaitu 57,00

Mbps dan untuk yang paling rendah terjadi pada

jam 14:00 yaitu 33,90 Mbps.

Jika dibandingkan dengan kecepatan upload dan

download pada saat melakukan test indoor dan test

outdoor, maka kecepatan test indoor lebih rendah.

Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang

mempengaruhi kecepatan sinyal di dalam ruangan

seperti adanya obstacle dan dinding yang

menyebabkan sinyal mengalami pelemahan,

berbeda dengan test outdoor yang lebih cepat

karena tidak adanya obstacle. Sementara untuk

kecepatan akses upload dan download tertinggi

terjadi pada jam 06:00 dikarenakan adalah nilai

SNR lebih tinggi pada jam tersebut daripada jam-

jam lainnya, sedangkan jam 14:00 hingga 18:00

kecepatan akses lebih lambat, hal ini dikarenakan

adalah banyaknya user yang mengakses pada

waktu yang bersamaan, maka kecepatan akses akan

dibagi rata kepada semua user, sehingga semakin

banyak user mengakses internet maka

kecepatannya semakin rendah.

Sementara nilai SNR saat melakukan test indoor

tertinggi pada jam 06:00 yaitu 25 dB dan yang

paling rendah pada jam 14:00 yaitu 21,4 dB.

Sedangkan pada saat melakukan test outdoor untuk

SNR tertinggi pada jam 06:00 yaitu 30 dB dan

yang paling rendah pada jam 14:00 yaitu 22,4 dB.

8. Site Unhas Operator B

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang tercantum

pada tabel 4.15 dan 4.16 dimana menunjukkan

kecepatan upload pada saat melakukan test indoor

tercepat terjadi pada jam 14:00 yaitu 15,66 Mbps

dan untuk yang paling rendah terjadi pada jam

21:00 yaitu 6,95 Mbps. Sedangkan pada saat

melakukan test outdoor untuk upload kecepatan

tercepat pada jam 21:00 yaitu 12,84 Mbps dan

untuk yang paling rendah terjadi pada jam 06:00

yaitu 2,81 Mbps. Hasil kecepatan download pada

saat melakukan test indoor tercepat terjadi pada

jam 21:00 yaitu 15,26 Mbps. sedangkan paling

rendah jam 14:00 yaitu 5,87 Mbps. Sedangkan

pada saat melakukan test outdoor untuk download

kecepatan tercepat pada jam 21:00 yaitu 19,37

Mbps dan untuk yang paling rendah terjadi pada

jam 14:00 yaitu 8,69 Mbps.

Jika dibandingkan dengan kecepatan upload dan

download pada saat melakukan test indoor dan test

outdoor, maka kecepatan test indoor lebih rendah.

Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang

mempengaruhi kecepatan sinyal di dalam ruangan

seperti adanya obstacle dan dinding yang

menyebabkan sinyal mengalami pelemahan,

berbeda dengan test outdoor yang lebih cepat

karena tidak adanya obstacle. Sementara untuk

kecepatan akses upload dan download tertinggi

terjadi pada jam 21:00, sedangkan jam 14:00

hingga 18:00 kecepatan akses lebih lambat, hal ini

dikarenakan adalah banyaknya user yang

mengakses pada waktu yang bersamaan, maka

kecepatan akses akan dibagi rata kepada semua

user, sehingga semakin banyak user mengakses

internet maka kecepatannya semakin rendah.

Sementara nilai SNR saat melakukan test indoor

tertinggi pada jam 21:00 yaitu 7,4 dB dan yang

paling rendah pada jam 14:00 yaitu 3,8 dB.

Sedangkan pada saat melakukan test outdoor untuk

Page 14: ANALISIS KECEPATAN AKSES 4G LONG TERM EVOLUTION (LTE) …

65

SNR tertinggi pada jam 21:00 yaitu 13,6 dB dan

yang paling rendah pada jam 10:00 yaitu 7,2 dB.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan aplikasi

“Open Signal” dan “G-Net Track Lite” dapat

disimpulkan :

1. Hasil pengujian operator A untuk daerah urban,

kecepatan upload dan download tertinggi di site

Pettarani lebih cepat di banding site ratulangi yaitu

20,27 Mbps dan 55,11 Mbps, Untuk daerah sub-

urban, kecepatan upload dan download di site

Unhas lebih cepat di banding site Sudiang yaitu

21,78 Mbps dan 55,02 Mbps. Sedangkan untuk

operator B untuk daerah urban, kecepatan upload

dan download di site Pettarani lebih cepat

dibanding site Ratulangi yaitu 28,08 Mbps dan

57,00 Mbps. Sementara untuk daerah sub-urban,

kecepatan upload dan download di site Sudiang

lebih cepat dibanding site Unhas yaitu 26,83 Mbps

dan 25,59 Mbps,

2. Dari hasil analisa, hal yang menyebabkan

kecepatan akses melambat ialah kekuatan sinyal

dari provider, adanya obstacle atau dinding yang

menyebabkan sinyal mengalami pelemahan, di

pengaruhi oleh banyaknya user menggunakan

akses internet pada saat yang bersamaan terutama

pada saat jam-jam trafik padat, dan faktor cuaca.

3. SNR hasil pengujian untuk operator A nilai

tertinggi yaitu 18,0 dB untuk daerah urban site

Pettarini lebih tinggi dibanding site Ratulangi,

untuk daerah sub-urban site Unhas lebih tinggi site

Sudiang dengan nilai SNR Tertinggi yaitu 24,0 dB.

Sementara untuk operator B nilai SNR untuk

daerah urban tertinggi yaitu 30,0 dB site Pettarani

lebih unggul dibanding site Ratulangi dan untuk

daerah sub-urban SNR tertinggi yaitu 17,0 dB site

Sudiang lebih unggul dibanding site Unhas.

4. SNR merupakan perbandingan antara level

kekuatan sinyal dan level kekuatan noise. Semakin

besar nilai SNR maka kapasitas sinyal semakin

baik, dikarenakan nilai sinyal lebih besar dari nilai

noise. Jika diasumsikan lebar bandwidth tetap,

maka nilai SNR dapat menunjukkan besarnya

kapasitas kanal yang tersedia dan tingginya

kecepatan transfer data. Olehnya itu, dapat

dikatakan bahwa SNR berbanding lurus dengan

kualitas sinyal, kapasitas kanal, dan kecepatan

transfer data.

REFERENSI

1. Achmad Reza Irianto, M. Fauzan Edy Purnomo,

Endah Budi Purnomowati. Analisis Nilai Level

Daya Terima Menggunakan Model Walfisch-

Ikegami Pada Teknologi Long Term Evolution

(LTE) Frekuensi 1800 Mhz. Malang : Universitas

Brawijaya

2. Fauzi Fadhli, Harly Gevin Sepria, HS Hanrais.

2012. Analisis Penerapan Teknologi Jaringan LTE

4G di Indonesia. Bandung : Institut Management

Telkom.

3. Jusak. 2013. Teknologi komunikasi data modern.

Yogyakarta :Penerbit Andi

4. Salaluddin Muis. 2014. Perencanaan dan

Optimalisasi Teknologi HSDPA dan LTE dalam

Sistem Komunikasi Wireless 4G. Yogyakarta :

Graha ilmu

5. Salaluddin Muis. 2014. Perancanaan Sistem

OFDM .Yogyakarta : Graha ilmu

6. Saidah Sayuti. Rusli. Syarif Syafruddin. 2011.

Studi perkembangan Teknologi 4G LTE dan

WIMAX di Indonesia : Jurnal Ilmiah