i ANALISIS KASUS PENGADUAN NEGARA-NEGARA ANGGOTA WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) TERHADAP AMERIKA SERIKAT KEPADA DISPUTE SETTLEMENT BODY (DSB) WTO (1995-2018) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : Farihah Nishfah Lailah 11141130000006 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018
115
Embed
ANALISIS KASUS PENGADUAN NEGARA-NEGARA ANGGOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42874/1/FARIHAH... · v KATA PENGANTAR Alhamdulillah wa syukurillah, atas kemurahan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
ANALISIS KASUS PENGADUAN NEGARA-NEGARA
ANGGOTA WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO)
TERHADAP AMERIKA SERIKAT KEPADA DISPUTE
SETTLEMENT BODY (DSB) WTO (1995-2018)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Farihah Nishfah Lailah
11141130000006
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
ANALISIS KASUS PENGADUAN NEGARA-NEGARA ANGGOTA WORLD TRADE
ORGANIZATION (WTO) TERHADAP AMERIKA SERIKAT KEPADA DISPUTE
SETTLEMENT BODY (DSB) WTO (1995-2018)
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang, 4 Juli 2018
Farihah Nishfah Lailah
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Farihah Nishfah Lailah
NIM : 11141130000006
Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul :
ANALISIS KASUS PENGADUAN NEGARA-NEGARA ANGGOTA WORLD TRADE
ORGANIZATION (WTO) TERHADAP AMERIKA SERIKAT KEPADA DISPUTE
SETTLEMENT BODY (DSB) WTO (1995-2018)
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Tangerang, 4 Juli 2018
Mengetahui Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Ahmad Alfajri, MA. Irfan R Hutagalung, SH, L.LM.
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
ANALISIS KASUS PENGADUAN NEGARA-NEGARA ANGGOTA WORLD TRADE
ORGANIZATION (WTO) TERHADAP AMERIKA SERIKAT KEPADA DISPUTE
SETTLEMENT BODY (DSB) WTO (1995-2018)
oleh:
Farihah Nishfah Lailah
11141130000006
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Agustus 2018. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional.
Ketua, Sekretaris,
Ahmad Alfajri, MA. Eva Mushoffa, MHSPS.
Penguji I, Penguji II,
M. Adian Firnas, SIP, M.Si. Febri Dirgantara Hasibuan, SE, MM.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 9 Agustus 2018.
Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
FISIP UIN Jakarta
Ahmad Alfajri, MA.
iv
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang alasan mengapa Amerika Serikat menjadi
negara yang paling banyak diadukan oleh negara-negara anggota lain di WTO kepada
DSB WTO. Sedangkan, Amerika Serikat merupakan penggagas GATT/WTO yang
pada dasarnya mengetahui dengan baik aturan main mengenai perdagangan bebas
yang dibuatnya pada saat pendirian GATT/WTO. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis faktor apa yang melatarbelakangi banyaknya pengaduan negara
terhadap Amerika Serikat kepada DSB WTO.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Adapun cara
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan studi kepustakaan. Kerangka
teori yang digunakan adalah konsep kepentingan nasional dan teori kepatuhan. Dapat
disimpulkan bahwa diadukannya Amerika Serikat oleh negara-negara anggota WTO
kepada DSB WTO dilatarbelakangi oleh ketidakpatuhan Amerika Serikat terhadap
peraturan WTO. Ketidakpatuhan ini dilatarbelakangi oleh adanya kepentingan
nasional Amerika Serikat dibidang ekonomi. Selain itu, untuk meraih kepentingan
nasionalnya Amerika Serikat menggunakan instrumen yang secara detail dijelaskan
melalui teori kepatuhan, diantaranya berkaitan dengan faktor ambiguitas hukum,
kapabilitas negara, dan dimensi temporal. Adanya kepentingan nasional yang
didukung oleh faktor-faktor tersebut, menjadikan Amerika Serikat sebagai negara
yang tidak patuh terhadap peraturan WTO yang menimbulkan banyaknya pengaduan
dari negara anggota WTO lainnya.
Kata kunci : World Trade Organization, kepentingan nasional, kepatuhan, ambiguitas
hukum, kapabilitas negara, dimensi temporal.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah wa syukurillah, atas kemurahan dan kasih sayang-Nya yang tak
terhingga, sehingga skripsi berjudul “Analisis Kasus Pengaduan Negara-negara Anggota
World Trade Organization terhadap Amerika Serikat kepada Dispute Settlement Body (DSB)
WTO (1995-2018)” ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa
tercurah bagi teladan umat manusia, Rasulullah SAW.
Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Banyak pihak yang turut berkontrubusi dan memberikan
bantuan yang tak ternilai demi terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Irfan R Hutagalung, SH, L.LM selaku dosen pembimbing yang dengan penuh
kesabaran memberikan masukan bagi hasil skripsi yang lebih baik. Kesabaran,
dedikasi, kecermatan, dan nasihat-nasihat yang Bapak sampaikan selama proses
penulisan skripsi akan menjadi bekal hidup bagi penulis untuk menghadapi tantangan-
tantangan dunia akademis di masa yang akan datang. Selama proses penulisan skripsi
ini, Bapak telah memberi saya banyak inspirasi untuk menjadi individu yang baik,
senantiasa mempermudah urusan orang lain, berdedikasi, dan pantang menyerah.
Selalu menyenangkan untuk berdiskusi banyak hal dengan Bapak. Jika guru adalah
orang tua disekolah, maka bagi saya Bapak adalah orang tua di kampus. Hanya
ucapan terimakasih sebanyak-banyaknya yang dapat saya berikan, dan doa yang
senantiasa saya panjatkan untuk kebaikan-kebaikan Bapak, dunia-akhirat.
vi
2. Bapak Ahmad Alfajri, MA, selaku Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
FISIP UIN. Beliau merupakan sosok pemimpin yang sangat bijak dan inspiratif.
Terimakasih atas semua ilmu dan bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan Bapak.
3. Tim penguji, Bapak M. Adian Firnas, SIP, M.Si dan Bapak Febri Dirgantara
Hasibuan, SE, MM yang telah memberikan masukan-masukan bagi skripsi yang saya
tulis serta seluruh dosen HI UIN Jakarta untuk semua ilmu yang telah diberikan.
4. Kedua orang tua saya, Bapak Deden Sobar (Alm) dan Ibu Paulina Purlina. Ayah dan
Ibu adalah segalanya. Doa ayah dan ibu selalu menjadi cahaya bagi setiap jalan yang
saya lewati. Kasih sayang dan perjuangan ayah dan ibu tak terbalaskan. Namun,
izinkan saya untuk selalu melakukan yang terbaik untuk ayah dan ibu. Terimakasih
banyak, semoga Teteh bisa menjadi anak solehah sebagai jariyah bagi ayah dan ibu
di akhirat kelak.
5. Suami dan anak saya, Fajar Iqbal Mirza dan Farras Muhammad Mirza. Terimakasih
karena telah menemani keseharian saya dan tiap langkah perjuangan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita bersama sampai ke surga.
6. Adik saya, Avicena Farhan Ramadhan. Semoga apa yang telah saya lewati ini bisa
memotivasi Kamu untuk terus berjuang menggapai cita.
7. Bapak, Bunda, Oliv, Kak Nina, Bang Ozan, Sulaiman, terimakasih atas dukungan
yang telah diberikan.
8. Seluruh dosen dan civitas akademik HI UIN yang telah membuat fase kuliah ini
begitu menyenangkan dan mengesankan.
vii
9. Saudara-saudaraku TST 1830, yang telah banyak menginspirasi untuk terus
meningkatkan kualitas diri dan menebar manfaat bagi sesama.
10. Saudara-saudaraku HI UIN 2014, yang telah menjadi teman kelas yang sangat baik,
teman diskusi yang asik, dan teman mengejar cita yang inspiratif.
11. Safira, Fitri, Fani, terimakasih karena telah menjadi teman seasrama yang sangat baik.
Prakoso, Haikal, Ade Rohman, Acep, terimakasih telah menjadi teman diskusi yang
brilliant. Ani, Allyn, Darma, Vina, Bella, Azmi, Fikri, Jaka, Hanin, Ola, Zahra dan
Rizki terimakasih untuk bantuan dan perhatian lebihnya selama masa studi. Serta
teman-teman HI A lain yang kalau kesan terhadapnya dituliskan satu persatu maka
tidak akan selesai dalam beberapa lembar kata pengantar ini.
12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah turut membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Semoga apa-apa yang telah dituliskan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari luasnya ilmu yang masih harus
dipelajari sehingga skripsi ini mungkin masih memiliki banyak kekurangan. Meskipun
demikian, semoga kekurangan yang ada tidak mengurangi kebermanfaatan yang bisa diambil
melalui skripsi ini.
Tangerang, 4 Juli 2018
Farihah Nishfah Lailah
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ............................................................................................................ i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ...................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................................................. iv
ABSTRAK ..................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN................................................................................................ xii
BAB I .............................................................................................................................. 1
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 91
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.1 Jumlah Kasus pada Tiap Tahapan Penyelesaian Sengketa
Gambar IV.1 Bentuk-bentuk Proteksionisme Amerika Serikat
Gambar IV.2 Nilai Impor Pasca Penerapan Anti Dumping Duties
Gambar IV. 3 Neraca Perdagangan Amerika Serikat terhadap Korea Selatan
Gambar IV. 4 Neraca Perdagangan Amerika Serikat dalam Ekonomi Global
(1960-2016)
Gambar IV. 5 Real Gross Domestic Product (GDP) Amerika Serikat
Gambar IV.6 Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat
xi
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Anatomi Kasus di Tiap Tahapan Penyelesaian Sengketa
Tabel III.2 Pemetaan Kasus
xii
DAFTAR SINGKATAN
ASEAN Association of South East Asian Nations
CFR Council on Foreign Relations
COOL Country of Origin Labelling
CPA Common Policy Agriculture
DSB Dispute Settlement Body
DSU Dispute Settlement Understanding
EU European Union
GATT General Agreement on Tariff and Trade
GDP Gross Domestic Product
IBRD International Bank of Reconstruction and Development
ICJ International Court of Justice
IMF International Monetary Fund
ITO International Trade Commision
KORUS United States-South Korea Free Trade Agreement
MFN Most Favor Nations
OCTG Oil Country Tubular Goods
PBB Perserikatan Bangsa-bangsa
SOE State Owned Enterprises
URAA Uruguay Round Agreement on Agriculture
WTO World Trade Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. PERNYATAAN MASALAH
Perdagangan internasional yang terjadi pasca perang dunia kedua
merupakan perdagangan antar negara yang berkembang sangat pesat.1 Bahkan,
selama satu dekade terakhir perdagangan sektor barang dan jasa masih
menunjukkan tren peningkatan secara signifikan.2 Perdagangan sektor barang dari
tahun 2006-2016 meningkat sebesar 32% hingga mencapai angka 16 triliun USD.
Begitupun dengan sektor jasa yang meningkat sebesar 64% hingga mencapai
angka 4,77 triliun USD.3 Angka ini merupakan jumlah yang besar dibandingkan
dengan angka perdagangan sektor barang pada tahun 1995-2010 yang jumlahnya
peningkatannya hanya mencapai 14%.4 Besarnya jumlah angka peningkatan
tersebut menunjukkan bahwa perdagangan internasional telah menjadi aktivitas
yang lazim dilakukan oleh negara-negara yang ada didunia.
Perdagangan internasional yang kini dilakukan oleh banyak negara pada
dasarnya berawal dari kebutuhan negara akan perbaikan ekonomi pasca perang
1 Thomas Oatley, International Political Economy: Interests and Institutions in the Global
Economy (New York: Pearson, 2008), 18. 2 WTO, World Trade Statistical Review (laporan tahunan), (WTO, 2016, diunduh pada 16
Desember 2017) tersedia di https://www.wto.org/english/res_e/statis_e/wts2017_e/wts2017_e.pdf 3 WTO, World Trade Statistical Review, 5. 4 WTO, World Trade Statistical Review (laporan tahunan), (WTO, 2016, diunduh pada 13 Agustus
2018) tersedia di https://www.wto.org/english/res_e/statis_e/its2015_e/its15_highlights_e.pdf,
dunia kedua.5 Untuk menciptakan perdagangan yang efektif dan menguntungkan
bagi pihak-pihak yang terlibat didalamnya, maka perlu diciptakan sistem yang
mendukung pengurangan hambatan serta penghapusan diskriminasi dalam
perdagangan internasional.6 Oleh karena itu, pemenang perang pada saat itu yakni
Amerika Serikat, Inggris dan sekutunya bersama-sama dengan PBB (Perserikatan
Bangsa-bangsa) mulai membahas tentang perlunya dibentuk suatu sistem
perdagangan internasional.7 Pada tahun 1947 barulah muncul General Agreement
on Tariff and Trade (GATT) yang mengatur banyak hal tentang mekanisme
perdagangan internasional.8 Setelah itu negara akan membutuhkan GATT (atau
yang kemudian menjadi WTO) sebagai payung perlindungan hukum dan akses
yang memudahkan dalam melakukan praktik perdangan bebas.
GATT pada dasarnya merupakan perjanjian sementara (interim) mengenai
perdagangan bebas yang mengandung prinsip-prinsip yang ditetapkan bersama
untuk menjalankan perdagangan internasional. Namun dalam perjalanannya,
GATT dianggap kurang representatif dalam menjembatani permasalahan-
permasalahan yang muncul antar anggotanya dalam perdagangan. Maka,
berdasarkan pertimbangan pada putaran Uruguay dari tahun 1986-1994,
5 Sudargo Gautama, Segi-segi Hukum Perdagangan Internasional (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 1994), 108. 6 Sudargo Gautama, Segi-segi Hukum Perdagangan Internasional, 108. 7 H. S. Kartadjoemena, GATT dan WTO (Jakarta: Universitas Indonesia Press (UI Press), 1996), 64. 8 Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), 102.
3
ditetapkan World Trade Organization (WTO) sebagai organisasi pengganti
GATT.9
WTO merupakan organisasi dengan status sebagai organisasi internasional
seperti Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), World Bank, maupun Internasional
Monetary Fund (IMF). WTO memiliki fungsi untuk menjadi forum negosiasi
perdagangan internasional, mengatur perjanjian perdagangan yang dibuat negara-
negara, dan menciptakan regulasi yang dapat dijadikan rujukan oleh negara jika
ada sengketa bidang ekonomi. Hingga hari ini, regulasi yang dikeluarkan oleh
WTO masih berpijak pada keputusan yang dibuat di GATT, meskipun telah
dilakukan amandemen berkali-kali untuk menyesuaikan dengan perubahan
keadaan.10
WTO dengan statusnya sebagai organisasi internasional memiliki dispute
settlement mechanism yang lebih jelas dalam menyelesaikan sengketa yang terjadi
antara anggotanya.11 Dengan adanya mekanisme tersebut, diharapkan WTO dapat
menjadi problem solver bagi sengketa-sengketa perdagangan yang terjadi demi
mewujudkan iklim perdagangan yang ‘fair’ dan sehat. Perdagangan bebas
diharapkan tidak hanya berpihak pada negara-negara maju yang punya
9 Meredith A Crowley, An Introduction to GATT and WTO, (Chicago: Federal Reserve Bank of Chicago,
2003) 10 Thomas Oatley. 2008. International Political Economy: Interests and Institutions in the Global
Economy, 19 11 Paul B Stephan, “Sheriff or Prisoner? The United States and the World Trade Organization,”
Chicago Journal of International Law: Vol. 1: No. 1, Article 7 (2000).
4
‘bargaining power’ yang lebih besar melainkan bisa memberi manfaat juga bagi
negara-negara berkembang.12
Semenjak WTO berdiri tahun 1995 hingga tahun 2016, terdapat sekitar
520 kasus yang dilaporkan terkait pelanggaran terhadap asas-asas perdagangan
bebas yang dirumuskan melalui WTO.13 Pelanggaran-pelanggaran tersebut
misalnya yang terkait dengan penerapan tariff yang tinggi, munculnya hambatan
dalam perdagangan, dumping, pelarangan suatu produk masuk ke negara, dll.14
Padahal, harapan dari dibuatnya GATT (yang kemudian jadi WTO) adalah
negara bisa saling menjual produknya keluar negeri dengan berbagai kemudahan
dan keleluasaan. Namun faktanya masih terdapat berbagai upaya yang dilakukan
negara untuk melindungi negaranya dari produk-produk negara lain.
Salah satu negara yang tercatat banyak diadukan oleh mitra dagangnya ke
WTO adalah Amerika Serikat. Menurut laporan tahunan aktifitas dispute
settlement body tahun 2017 dan data yang dipublikasikan di laman WTO,
Amerika Serikat diadukan oleh mitra dagangnya sebanyak 150 kali. Amerika
Serikat berada diurutan pertama sebagai negara paling banyak diadukan atau
paling banyak terlibat dalam sengketa semenjak tahun 1995-2018.15 Jika
12 Pusat Studi Perdagangan Dunia Universitas Gadjah Mada., Retaliasi Silang bagi Negara
Berkembang dalam Dispute Settlement Mechanism WTO (laporan mingguan), (UGM, 2013,
diunduh pada 19 Desember 2017) tersedia di http://cwts.ugm.ac.id/retaliasi-silang-bagi-negara-
berkembang-dalam-dispute-settlement-mechanism-wto/ 13 WTO, Annual Report 2017 (laporan tahunan), (WTO, 2017, diunduh pada 31 Oktober 2017)
tersedia di https://www.wto.org/english/res_e/booksp_e/anrep_e/anrep17_e.pdf 14 WTO, Annual Report of Dispute Settlement Body (laporan tahunan), (WTO, 2015, diunduh pada
31 Oktober 2017) tersedia di
https://www.wto.org/english/res_e/booksp_e/anrep_e/anrep16_chap6_e.pdf 15 WTO, Annual Report of Dispute Settlement Body, 104.
Eropa yang berada diurutan kedua sebagai negara responden diadukan oleh 25
negara, Australia diadukan oleh 11 negara, India diadukan oleh 9 negara, dan
Brazil diadukan oleh 8 negara. Penyebutan negara-negara pembanding tersebut
didasarkan pada urutan jumlah negara yang menjadi complainant terhadap kasus-
kasus yang menimpa negara-negara tersebut.17
Banyaknya pengaduan atas Amerika Serikat yang dilayangkan kepada
WTO merupakan fenomena yang menarik untuk dikaji. Hal tersebut disebabkan
oleh adanya fakta bahwa Amerika Serikat yang merupakan salah satu pengusung
pasar bebas dan pelopor GATT/WTO justru menjadi negara yang banyak
melakukan ‘kekeliruan’ dalam perdagangan bebas sehingga diadukan oleh banyak
negara sebagai mitra dagangnya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan diteliti
mengapa Amerika Serikat menjadi pihak yang paling banyak diadukan padahal
statusnya sebagai pelopor dari GATT (nama sebelum WTO), karena secara umum
penggagas merupakan pihak yang paling memahami hakikat dari aturan yang
dibuatnya sendiri.
B. PERTANYAAN PENELITIAN
Mengapa Amerika Serikat sebagai penggagas GATT/WTO menjadi pihak yang
paling banyak diadukan oleh mitra dagangnya ke dispute settlement body (DSB)
WTO dalam praktik perdagangan bebas?
17 WTO, Dispute by Member-Dispute by Respondent.
7
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sebab-sebab mengapa
Amerika Serikat yang merupakan penggagas GATT/WTO bisa menjadi pihak
yang paling banyak diadukan oleh mitra dagangnya. Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan terkait penyebab mengapa
Amerika Serikat banyak diadukan mitra dagangnya padahal ia adalah penggagas
GATT/WTO.
D. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam meneliti isu ini akan digunakan tiga referensi sebagai bahan
tinjauan pustaka. Pertama, ada sebuah jurnal yang berjudul “Sherrif or Prisoner?
The United States and The World Trade Organization” yang ditulis oleh Paul B
Stephen. Jurnal ini dikeluarkan oleh Chicago Journal of International Law.
Secara umum, jurnal ini membahas tentang hegemoni Amerika Serikat dalam
perekonomian dunia yang direpresentasikan oleh tiga institusi besar yakni World
Bank, Internasional Monetary Fund (IMF), dan World Trade Organization
(WTO).18
Menurut Paul, institusi-institusi tersebut merupakan institusi yang
kebijakannya akan searah dengan Amerika Serikat untuk menguatkan hegemoni
Amerika Serikat dan dolar. Namun, seiring dengan perkembangan institusi
internasional khususnya WTO, hegemoni Amerika Serikat dalam ekonomi global
18 Paul B Stephan, Sheriff or Prisoner? The United States and the World Trade Organization, 50.
8
justru menjadi terancam. Paul berpendapat bahwa ancaman terhadap hegemoni
Amerika Serikat tampak lebih nyata pasca berubahnya GATT menjadi WTO
dimana WTO memiliki mekanisme khusus terkait proses penyelesaian sengketa
yang memungkinkan bagi negara anggota untuk meminta bantuan WTO untuk
menyelesaikan permasalahan yang terjadi padanya.19
Jurnal ini digunakan sebagai tinjauan pustaka karena terdapat persamaan
dengan hal yang ingin diteliti. Persamaannya terletak pada objek penelitian yakni
Amerika Serikat. Hal yang ingin diketahui ialah sikap atau aktifitas Amerika
Serikat dalam kancah ekonomi global khususnya melalui institusi WTO. Selain
itu, dalam jurnal ini pun berbicara mengenai posisi Amerika Serikat diantara
negara-negara anggota WTO dengan statusnya sebagai negara hegemon dan
penggagas GATT/WTO.
Adapun yang membedakan penelitian yang akan dilakukan dengan jurnal
tersebut adalah penelitian jurnal tersebut fokus pada isu tentang efektifitas
institusi WTO sebagai ‘alat’ untuk mempertahankan hegemoni Amerika Serikat.
Sedangkan, penelitian yang akan dilakukan membahas masalah mengapa Amerika
Serikat banyak diadukan oleh mitra dagangnya (bahkan berada diposisi pertama
yang paling banyak diadukan) padahal ia adalah penggagas dari WTO itu sendiri.
Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan menjadi lebih signifikan dari
jurnal tersebut karena jika hanya membahas relasi WTO dan Amerika Serikat
19 Paul B Stephan, Sheriff or Prisoner? The United States and the World Trade Organization, 51.
9
untuk mendukung kepentingan Amerika Serikat, maka hal tersebut sudah dikaji
oleh banyak scholars.
Tinjauan pustaka yang kedua adalah tesis yang berjudul “Sengketa
Perdagangan Amerika Serikat dan Tiongkok di WTO Tahun 2009-2010 (Studi
Terhadap Kenaikan Tarif Impor Ban Asal Tiongkok). Tesis ini ditulis oleh Fanny
Fajarianti, mahasiswi magister hubungan internasional Universitas Indonesia.
Tesis ini membahas pengajuan Tiongkok terhadap Amerika Serikat ke WTO
terkait kenaikan tariff produk ban dari Tiongkok.20
Menurut Fanny, hubungan perdagangan yang terjadi antara Amerika
Serikat dan Tiongkok sarat akan tarik menarik kepentingan. Hal tersebut
tercermin dari kasus kenaikan tariff impor ban dari Tiongkok. Pada awalnya,
jumlah ekspor ban Tiongkok meningkat sangat drastis sehingga mempengaruhi
industri ban domestik Amerika Serikat. Untuk melindungi industri domestiknya,
maka Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan kenaikan tariff impor terhadap
produk ban Tiongkok agar harga ban produksi Amerika Serikat bisa bersaing
dengan produksi Tiongkok. Selanjutnya, Tiongkok mengajukan tindakan Amerika
Serikat tersebut ke WTO karena Tiongkok merasa dirugikan.21
Alasan digunakannya tesis tersebut sebagai tinjauan pustaka adalah adanya
kesamaan mengenai analisis terhadap tindakan Amerika Serikat dalam
20 Fanny Fajarianti, Sengketa Perdagangan Amerika Serikat dan Tiongkok di WTO Tahun 2009-
2010 (Studi Terhadap Kenaikan Tarif Impor Ban Asal Tiongkok (Tesis, Universitas Indonesia,
2011) 21 Fanny Fajarianti, Sengketa Perdagangan Amerika Serikat dan Tiongkok di WTO Tahun 2009-
2010.
10
perdagangan bebas. Tindakan yang dimaksud adalah penerapan tariff impor
terhadap industri ban dari Tiongkok. Tindakan yang dilakukan Amerika Serikat
tersebut memicu pengaduan negara lain (dalam hal ini Tiongkok) kepada WTO.
Tesis tersebut berhasil menjelaskan motif Amerika Serikat menerapkan tariff
impor yang kemudian mampu memicu pengaduan dari Tiongkok terhadap
Amerika Serikat.
Adapun yang membedakan tesis tersebut dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah tesis tersebut hanya meneliti motif Amerika Serikat menaikkan
tariff impor terhadap produk ban Tiongkok dan penyelesaian sengketa yang
terjadi pada dua negara tersebut. Artinya, tesis tersebut fokus pada tiga objek
utama yakni Amerika Serikat, Tiongkok, dan Dispute Settlement Body WTO.
Sedangkan penelitian yang akan dilakukan ingin mencari tahu mengenai alasan
dibalik tindakan Amerika Serikat yang pada akhirnya memicu pengaduan dari
banyak negara. Sehingga, penelitian yang dilakukan hanya akan fokus pada
Amerika Serikat dan WTO saja. Adapun aktor-aktor lain seperti negara-negara
yang mengadukan Amerika Serikat hanya akan menjadi pendukung dalam
melakukan analisis terkait isu ini.
Tinjauan pustaka yang ketiga adalah sebuah jurnal yang berjudul
“Developing Countries and GATT/WTO Rules : Dynamic Transformations in
Trade Policy Behavior and Performance”. Jurnal ini ditulis oleh Chiedu Osakwe,
yang merupakan direktur penerimaan keanggotaan WTO. Osakwe menjelaskan
bahwa yang dimaksud developing country adalah:
11
“developing countries are defined as all countries and separate customs
territories minus “developed countries,” which include Australia, Canada,
EU27, Iceland, Japan, New Zealand, Norway, Switzerland, and the United
States” (Osakwe 2011: 365)
yang dimaksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa negara berkembang
itu merupakan negara-negara selain Australia, Kanada, EU27, Islandia, Jepang,
Selandia Baru, Norwegia, Swiss, dan Amerika Serikat.22
Jurnal ini membahas tentang hubungan negara maju dan negara
berkembang dalam keanggotaan WTO. Negara-negara anggota WTO melakukan
berbagai reformasi ekonomi domestik agar dapat ikut serta dalam liberalisasi
perdagangan multilateral. Meskipun negara berkembang turut terhadap aturan
yang ditetapkan WTO, namun negara berkembang sempat meminta pengecualian-
pengecualian dibanding negara maju yang membuat hubungan negara maju dan
berkembang ini semakin dinamis dan kompleks.23
Jurnal ini dijadikan tinjauan pustaka karena terdapat irisan dengan
penelitian yang akan dilakukan yakni mengenai relasi negara maju dan
berkembang dalam keanggotaan WTO. Dalam penelitian yang akan dilakukan,
telah diketahui bahwa Amerika Serikat diadukan oleh berbagai negara termasuk
negara berkembang. Dari 30 negara pengadu, 21 negara merupakan negara
22 Chiedu Osakwe, ”Developing Countries and GATT/WTO Rules : Dynamic Transformations in
Trade Policy Behavior and Performance” Minnesota Journal of International Law Vol 20:2
(Minnesota: Minnesota Law School, 2011, diunduh pada 4 November 2017) tersedia di
http://www.minnjil.org/wp-content/uploads/2011/10/Osakwe-Final-Version.pdf. Hal 365 23 Chiedu Osakwe, Developing Countries and GATT/WTO Rules : Dynamic Transformations in
berkembang diantaranya : Antigua dan Barbuda, Brazil, Cili, Tiongkok,
Kolombia, Kosta Rika, Ekuador, Uni Eropa, India, Indonesia, Korea Selatan,
Malaysia, Meksiko, Pakistan, Filipina, Tiongkok Taipei, Thailand, Turki,
Venezuela, dan Vietnam.24 Ini menunjukkan bahwa antara jurnal dan penelitian
yang akan dilakukan sama-sama memperlihatkan kompleksitas hubungan negara
maju dan negara berkembang dalam keanggotaan WTO.
Adapun yang membedakan antara jurnal tersebut dengan penelitian yang
akan dilakukan adalah jurnal tersebut fokus pada isu dinamika hubungan negara
maju dan berkembang serta reformasi ekonomi domestik. Adapun penelitian yang
akan dilakukan lebih fokus pada analisis kasus-kasus pengaduan negara terhadap
Amerika Serikat yang dapat menunjukkan sebab banyaknya pengaduan negara
terhadap Amerika Serikat.
E. KERANGKA TEORI
Dalam penelitian ini akan digunakan satu konsep dan satu teori untuk
membantu menjelaskan analisis terhadap kasus banyaknya negara yang
mengadukan Amerika Serikat ke WTO. Konsep yang akan digunakan adalah
konsep kepentingan nasional. Adapun teori yang juga akan digunakan untuk
menguraikan analisis tersebut adalah teori kepatuhan. Berikut ini adalah
penjelasannya :
24 WTO, Dispute by Member-Dispute by Respondent.
13
1. Konsep Kepentingan Nasional
Menurut Hans J Morgenthau kepentingan nasional merupakan kapabilitas
paling minimal negara dalam melindungi dan membela negaranya dari negara lain
baik dalam hal identitas, fisik, politik, dan budaya. Kepentingan nasional menjadi
acuan bagi pemimpin negara, dalam menentukan kebijakannya dalam
berhubungan negara lain. Hubungan tersebut dapat berupa konflik maupun
kerjasama, berdasarkan pertimbangan yang lebih menguntungkan bagi
kepentingan nasionalnya.25
Kepentingan nasional merupakan hal yang krusial bagi suatu negara.
Sebagaimana yang dinyatakan Mohtar Mas’oed dalam bukunya, bahwa
kepentingan nasional berkaitan dengan keberlangsungan hidup suatu negara.26
Sehingga, sangat bisa dipahami jika negara melakukan berbagai upaya untuk
memperoleh kepentingannya meskipun tidak jarang harus bertentangan dengan
nilai yang telah disepakati bersama.
Menurut Holsti, kepentingan nasional dapat dipahami berdasarkan
tingkatan kepentingannya dan dampak yang akan ditimbulkan dari perolehan
kepentingan nasional tersebut. Kepentingan nasional menurut Holsti terbagi
kepada tiga kategori diantaranya core values yang berkaitan dengan eksistensi
negara, middle range objectives yang berkaitan dengan peningkatan derajat
perekonomian, dan long range objectives misalnya kepentinga negara untuk
25 Theodore A Couloumbis dan James H Wolfe, International Relation: Power and Justice”
(Prentice-Hall, 1978) 115. 26 Mochtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi (Jakarta: PT. Pustaka
LP3ES, 1994) 34.
14
memperjuangkan perdamaian dunia.27 Dalam penelitian ini, yang akan digunakan
sebagai kerangka konseptual adalah kepentingan nasional pada kategori middle
range objectives yang berkaitan dengan peningkatan derajat perekonomian
negara.
Konsep kepentingan nasional ini akan digunakan dalam menganalisis
jawaban pertanyaan penelitian. Konsep ini menjadi relevan karena semua
tindakan yang dilakukan negara dalam percaturan WTO, baik Amerika Serikat
sebagai negara yang diadukan maupun negara lain sebagai pihak yang
mengadukan, pasti dilatarbelakangi oleh kepentingan nasionalnya masing-masing.
Kepentingan nasional dalam dimensi ekonomi menjadi hal yang penting karena
berkaitan erat dengan berjalannya sebuah negara. Oleh karena itu, konsep ini akan
membantu peneliti dalam menjelaskan dan membuktikan mengenai setiap
tindakan yang diambil oleh negara dibawah regulasi WTO.
2. Teori Kepatuhan
Merupakan sebuah bahasan yang muncul dalam diskursus mengenai
relevansi antara hubungan internasional dan hukum internasional. Teori ini
digagas oleh Abram Chayes dan Antonia Handler Chayes. Bahasan ini pertama
kali dituliskan dalam pembahasan mengenai organisasi internasional yakni untuk
melihat alasan dibalik ketidakpatuhan negara dalam sebuah organisasi
internasional.28
27 KJ Holsti. Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis. (Bandung: Bina Cipta, 1987) 20.
28 Abram Chayes dan Antonia Handler Chayes. “On Compliance” dalam International
Organization, Vol. 47, No. 2 (1993), 175-205.
15
Menurut Chayes dan Chayes, penyebab ketidakpatuhan negara dalam
sebuah organisasi internasional adalah karena adanya ambiguitas hukum,
kapabilitas negara, dan dimensi temporal.29 Ambiguitas hukum merupakan aspek
yang dilihat dari sisi intrepetasi negara terhadap suatu teks hukum yang ada.
Ketidakjelasan atau pasal-pasal yang multitafsir dalam sebuah teks hukum
memungkinkan untuk diintrepertasikan oleh negara dalam mendukung
kepentingan nasionalnya.30
Adapun yang dimaksud kapabilitas negara adalah kemampuan negara
dalam mematuhi sebuah peraturan yang ada dalam organisasi internasional.
Kemampuan ini bisa ditinjau dari kemampuan yang berkaitan dengan adanya
perangkat hukum domestik yang mendukung negara untuk patuh terhadap
peraturan dalam organisasi internasional. Selain itu, kapabilitas negara juga bisa
ditinjau dari kemampuan finansial dan birokrasi negara untuk menjalankan
peraturan tersebut di atas.31
Adapun yang dimaksud dimensi temporal adalah berkaitan dengan situasi
sosial politik ekonomi yang senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Beberapa
organisasi internasional (termasuk GATT/WTO) telah dibentuk lebih dari satu
dekade yang lalu dan pembuatan kebijakan didalamnya didasarkan pada kondisi
sosial politik ekonomi pada masa itu. Padahal kondisi sosial politik ekonomi
dunia internasional hari ini telah banyak berubah. Namun, peraturan-peraturan
29 Abram Chayes dan Antonia Handler Chayes, On Compliance.
30 Jacob Katz Cogan, Noncompliance and The International Rule of Law, Yale Journal of
International Law Vol 31 artikel 4 (2006), 194.
31 Abram Chayes dan Antonia Handler Chayes, On Compliance.
16
yang telah dibentuk sejak awal pendiriannya masih diberlakukan hingga hari
sehingga tidak jarang menimbulkan ketidakpatuhan negara dalam organisasi
internasional. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh faktor karakteristik dasar negara
yang sangat rasional dan harus tetap dinamis dalam memijakkan kebijakan yang
dikeluarkannya untuk kepentingan nasional.32
Teori ini relevan untuk membahas isu mengenai banyaknya pengaduan
yang dilayangkan terhadap Amerika Serikat ini. Hal tersebut disebabkan karena
kasus-kasus yang diadukan negara anggota WTO kepada Amerika Serikat
menunjukkan ketidakpatuhan Amerika Serikat terhadap peraturan-peraturan di
WTO. Dengan demikian, teori ini merupakan teori yang tepat untuk melihat
alasan dibalik ketidakpatuhan Amerika Serikat yang membuatnya banyak
diadukan oleh negara-negara angota WTO yang lain.
F. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Jane Richie
dalam buku “Metode Penelitian Kualitatif”, metode kualitatif dapat
didefinisikan sebagai upaya untuk memaparkan fenomena yang terjadi
terhadap objek yang diteliti baik dalam hal perilaku, motivasi, tindakan
maupun persepsi.33 Selanjutnya, metode kualitatif menghasilkan data atau
informasi yang dijabarkan dalam bentuk deskripsi kata-kata.34 Metode
32 Abram Chayes dan Antonia Handler Chayes, On Compliance.
33 Lexy J Moleong. Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta : Rosda Karya, 2005) 69. 34 Robert C Bogdan dan Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education: An Introduction
to Theory and Methods (Boston : Allyn and Bacon Inc, 1982) 53.
17
penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena peneliti ingin
menganalisis tindakan negara-negara dalam ruang lingkup WTO yang hasil
penelitiannya nanti akan disajikan dalam bentuk penjabaran yang deskriptif
analitis.
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data tersebut
diperoleh dari website resmi WTO, website resmi kementerian perdagangan
negara-negara anggota WTO, artikel media, jurnal, buku, tesis, dan disertasi.
Sumber-sumber tersebut akan digunakan untuk membangun argumen dan
membuktikan validitas analisis dalam penelitian ini.
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi
kepustakaan. Dengan demikian, ada beberapa perpustakaan yang akan
dikunjungi untuk menghimpun informasi diantaranya perpustakaan pusat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan FISIP UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) dan perpustakaan
berbasis online dari berbagai perguruan tinggi dunia. Selanjutnya, data dan
informasi yang telah diperoleh akan digunakan untuk menganalisis kasus
pengaduan anggota-anggota WTO terhadap Amerika Serikat pasca WTO
berdiri dan memiliki mekanisme dispute settlement nya sendiri.
18
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I berisi tentang gambaran umum mengenai penelitian yang akan
dilakukan. Di dalam bab ini mengandung pemaparan mengenai latar belakang
masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metode penelitian, dan kerangka teori. Secara umum, bab ini
bertujuan untuk menginformasikan tentang hal yang berkaitan dengan
penelitian secara singkat dan jelas.
Bab II berisi informasi tentang GATT/WTO. Informasi-informasi
tersebut meliputi sejarah pembentukan GATT sampai menjadi WTO,
keanggotaan WTO, prinsip-prinsip dasar yang ada didalamnya, dan uraian
singkat mengenai dispute settlement body yang akan mendukung analisis
tentang banyaknya pengaduan yang dilayangkan terhadap Amerika Serikat
kepada DSB WTO.
Bab III berisi tentang anatomi kasus. Anatomi kasus yang dimaksud
adalah pemaparan tentang kasus-kasus atau sengketa yang terjadi antara
Amerika Serikat dengan negara lain. Informasi yang ada di bab ini meliputi
dengan negara mana saja Amerika Serikat bersengketa, dalam kasus apa saja
mereka bersengketa, sektor-sektor yang disengketakan, tahapan tiap kasus dan
waktu terjadinya sengketa. Informasi-informasi tersebut bermanfaat untuk
menganalisis jawaban pertanyaan yang akan dipaparkan pada bab selanjutnya.
Bab IV merupakan analisis tentang mengapa Amerika Serikat sebagai
negara penggagas GATT/WTO justru malah menjadi negara yang paling
19
banyak diadukan oleh mitra dagangnya. Dalam kata lain, bab ini merupakan
jawaban atas pertanyaan penelitian yang dikaji dengan menggunakan teori.
Bab V merupakan kesimpulan. Dalam bab ini akan dipaparkan
mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan .
20
BAB II
WORLD TRADE ORGANIZATION
Bab ini membahas pengetahuan umum tentang World Trade
Organization (WTO) yang meliputi sejarah terbentuknya GATT hingga
bertransisi menjadi WTO, keanggotaan WTO, aturan-aturan yang berlaku
dalam WTO khususnya prinsip dasar, dan penjelasan singkat mengenai
Dispute Settlement Body (DSB). Tujuan penulisan materi dalam bab ini adalah
untuk memperkenalkan institusi WTO secara umum agar selanjutnya pembaca
dapat memahami penjelasan tentang mengapa Amerika Serikat yang
merupakan penggagas GATT/WTO menjadi negara yang paling banyak
diadukan oleh negara-negara anggota WTO.
A. SEJARAH WTO
Berakhirnya perang dunia kedua menjadi awal dari kemunculan
perdagangan internasional yang diinstitusionalisasikan.35 Hal tersebut terjadi
karena pada saat itu negara-negara mengalami keterpurukan ekonomi dan
memerlukan perbaikan untuk membangkitkan kembali perekonomiannya.
Oleh karena itu, Amerika Serikat dan negara aliansinya menginisiasikan
1 Gilbert R Winham, The Evolution of The Global Trade Regime dalam John Ravenhill “Global
Political Economy”, (Oxford : Oxford University Press, 2008), 138.
21
sebuah pertemuan di Breton Woods yang nantinya akan menghasilkan
beberapa kesepakatan.36
Kesepakatan yang dihasilkan dari Bretton Woods diantaranya:
pembentukan International Monetary Funds (IMF) untuk mengatasi
permasalahan hutang negara-negara, International Trade Organization (ITO)
untuk mengakomodasi masalah perdagangan internasional, dan International
Bank for Reconstruction and Development (IBRD) untuk permasalahan
rekonstruksi pasca perang dunia kedua. IMF masih eksis hingga hari ini,
meskipun dalam hal tugas dan fungsinya telah mengalami beberapa
penyesuaian dengan kebutuhan. Adapun IBRD telah berubah nama menjadi
World Bank.37 Namun lain halnya dengan ITO yang pada saat itu gagal
dibentuk. Salah satu alasan gagalnya pembentukan ITO adalah adanya
penolakan dari Amerika Serikat untuk meratifikasi isi dari Havana charter
mengenai pembentukan ITO, karena kongres mengkhawatirkan ITO ini akan
mengurangi wewenang Amerika Serikat dalam menentukan kebijakan.38
Meskipun ITO gagal dibentuk, dunia mendasarkan praktik
perdagangan internasionalnya kepada General Agreement on Tariff and Trade
(GATT). GATT pada awal pembentukannya merupakan sebuah perjanjian
sementara (interim) melalui sebuah Protocol of Provisional Application.
36 Richard Peet, Bretton Woods : Emergence of a Global Economic Regime dalam “Unholy Trinity
: The IMF, World Bank, and WTO” (London: Zedbooks, 28) 37 Richard Peet, Bretton Woods : Emergence of a Global Economic Regime dalam “Unholy Trinity
: The IMF, World Bank, and WTO”, 28 38 Gilbert R Winham, The Evolution of The Global Trade Regime dalam John Ravenhill “Global
Political Economy”, 144.
22
GATT lahir dari salah satu isi Havana charter khususnya yang berkaitan
dengan trade policy. Sejak tahun 1947-1986, GATT menjadi instrument
penting dalam pengaturan perdagangan internasional.39
GATT melaksanakan beberapa kali putaran untuk menegosiasikan
kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan kepada negara anggotnya.40 Salah
satu putaran yang paling penting dalam sejarah GATT adalah putaran
Uruguay. Putaran Uruguay yang dilaksanakan pada tahun 1986-1994 memuat
isu mengenai peningkatan fungsi GATT.41 Meskipun sejak tahun 1947 GATT
telah menjadi pedoman bagi negara-negara dalam melakukan perdagangan
internasional, namun GATT hanya merupakan perjanjian sementara yang
tidak memiliki mekanisme khusus terkait pengaduan dan banding bagi negara-
negara yang terlibat dalam sengketa perdangan. Oleh karena itu, salah satu
hasil dari putaran Uruguay adalah mengganti GATT menjadi World Trade
Organization (WTO).42
WTO adalah organisasi internasional yang memiliki status yang
serupa dengan organisasi-organisasi seperti World Bank, IMF dan PBB. WTO
merupakan wadah negosiasi negara-negara anggotanya dalam hal-hal yang
39 WTO, The GATT Years: From Havana to Marakesh (WTO, diakses pada 6 Maret 2018) tersedia
di https://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/fact4_e.htm 40 WTO, Glossary : Uruguay Round (WTO, diakses pada 20 Maret 2018) tersedia di