TUGAS MANAJEMEN STRATEGI Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata KuliahManajemen Strategi Disusun oleh : Winda Y Gemilang 1201130349 Ikhwan Khairurrahman 1201130xxx Indra Ariesta 1201130331 Fariz Denada S 1201130328 M Iqbal Islami 1201130338 Allain Breyandana 1201130316 Putra Reza A 1201130341 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS MANAJEMEN STRATEGI
Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata KuliahManajemen Strategi
Disusun oleh :
Winda Y Gemilang 1201130349
Ikhwan Khairurrahman 1201130xxx
Indra Ariesta 1201130331
Fariz Denada S 1201130328
M Iqbal Islami 1201130338
Allain Breyandana 1201130316
Putra Reza A 1201130341
MANAJEMEN BISNIS TELEKOMUNKASI DAN INFORMATIKA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TELKOM
2016
1
Isu Go – Jek dan Ojek Pangkalan
Gambar 1 Logo Go-Jek
Munculnya Go –Jek sebagai salah satu alternatif moda transportasi merupakan bentuk dari yang
awalnya ojek secara pangkalan yang konvensional prosesnya menjadi digital. Pada beberapa aspek hal
tersebut merupakan sesuatu yang baik namun tentu akan memiliki dan menemui hambatan dan
rintangan. Fenomena yang terjadi ketika Go – Jek muncul dan menjadi tren terutama pada masyarakat
perkotaan menimbulkan polemik terkait dengan isu antara ojek konvensional atau yang lebih dikenal
dengan ojek pangkalan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan isu terjadi, beberapa diantaranya
adalah :
Ojek pangkalan merasa bahwa persaingan yang terjadi tidak sehat dikarenakan masih adanya
rasa akan memiliki suatu area atau teritori, sehingga apabila Go – Jek mengambil penumpang
dikawasan mereka, ojek pangkalan merasa penumpang mereka diambil oleh driver Go – Jek.
Penumpang juga perlu memiliki rasa hormat terhadap ojek pangkalan yang dekat dengan
mereka untuk tidak memesan Go – Jek dekat area tersebut. Jika memang tidak ingin
menggunakan ojek pangkalan yang berada sangat dekat dengan lokasi karena beberapa alasan
sebaiknya berpindah tempat untuk sedikit menjauh.
Promosi yang gencar dilakukan Go – Jek juga berpengaruh terhadap pendapatan ojek pangkalan karena harga yang ditawarkan dapat dibawah harga normal ojek pangkalan.
2
Dari beberapa kejadian tersebut banyak driver Go – Jek yang mulai khawatir ketika menjalankan pekerjaannya. Hal tersebut juga secara langsung dapat berimbas pada perusahaan. Saat isu ini muncul Go – Jek juga tengah disorot terkait dengan legalitas dan hokum dari perusahaan. Hal tersebut terjadi karena belum ada regulasi yang secara jelas mengatur transportasi berbasis online. Namun sebagai sebuah perusahaan yang bermitra dengan drivernya, sepatutnya Go – Jek memberikan beberapa fasilitas pendukung untuk para drivernya terkait dengan isu perseteruan dengan ojek pangkalan. Perseteruan tersebut terjadi tidak hanya terjadi secara verbal, sangat memiliki potensi untuk terjadi secara fisik.
Perusahaan dalam hal ini harus memberikan proteksi yang bisa mereka berikan terkait dengan fasilitas yang bisa didapatkan driver Go – Jek guna menciptakan Good Coorporate Governance tidak hanya pada internalnya tetapi juga kepada masyrakat seperti :
Asuransi apabila terjadi perlakuan tindak kekerasan pada driver Go – Jek. Asuransi apabila terjadi kecelakaan saat melakukan pekerjaan baik mengantar dan menjemput
barang atau penumpang. Memberikan jaminan kesehatan kepada mitra driver. Memberikan edukasi dan informasi yang baik kepada para driver untuk melakukan kegiatan
yang bersifat positif di lingkungan sosial.
Beberapa hal yang disebutkan di atas belum semuanya dilakukan Go – Jek, sehingga dapat menjadi solusi yang dapat diterapkan untuk mendukung good Coorporate Governance sehingga kedepannya para driver dan lingkungan sosial dapat beradaptasi dengan hadirnya salah satu alternatif baru moda transportasi. Namun perlu diperhatikan bahwa Go – Jek juga harus memberikan sikap yang baik terhadap ojek pangkalan dengan mengedukasikan informasi baik kepada driver maupun kepada pelanggannya. Hal ini bertujuan untuk tidak berlanjutnya perseteruan yang terjadi antara Go – Jek dan ojek pangkalan.
Go – Jek dirasa juga harus bersikap dengan baik untuk menyerahkan permasalahan ini pada jalur hukum apabila terjadi tindakan criminal serta mengedukasi driver yang bermitra untuk tidak bertindak diluar batas yang dapat merugikan pihak lainnya. Semua hal tersebut tentu akan berimbas pada citra Go – Jek dan juga pendapatan yang mampu diraih oleh driver dan juga perusahaan.
3
Isu Gojek dengan Grabbike dan Uber Driver
Gambar 2 Gojek,Uber dan Grab
Dalam bisnis jasa ojek online saat ini, diantara 3 ojek online yaitu Gojek,Grabbike dan Uber
mempunyai beberapa pelanggaran etika bisnis. Berikut contoh pelanggaran etika kerja dan etika
privasi:
1. Setiap dari masing-masing perusahaan tidak memberikan sanksi untuk para pengemudi
atau para driver yang menjadi “agen ganda”. Maksudnya, setiap driver uber,gojek dan
Grabbike bisa mempunyai pekerjaan lebih dari satu. Contohnya Driver Gojek A juga
mendaftarkan diri ke Driver Grabbike misalkan tidak menjadi Grabbike, Driver Gojek A
mendaftarkan diri sebagai Driver Grabcar atau Uber Taxi.
2. Uber sampai saat ini belum resmi menjadi perusahaan di Indonesia. Hal ini dikarenakan
belum menyerahkan seluruh berkas seperti surat perizinan dan berbagai macamnya
kepada Kominfo terkait aplikasi atau teknologi GPS dan Dinas Perhubungan dan
Transportasi DKI Jakarta. Bahkan Kementrian Perhubungan sudah membuat surat perihal
penerbitan angkutan illegal.
4
3. Terkaitnya pelanggaran privasi pelanggan. Hal ini dikarenakan, privasi seperti nama dan
no.handphone terpublish secara umum untuk para driver sehingga banyaknya gangguan
untuk para penumpang khususnya penumpang wanita.
4. Adanya Order Fiktif. Contoh ini akan diperjelas dibagian Gojek Fiktif.
Penjelasan berikut tentang beberapa pelanggaran oleh Go-Jek:
1. Pendapat dari Djoko Soetijowarno tidaklah salah, namun juga tidak benar
seluruhnya. UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan memang
tidak menyebutkan dengan jelas bahwa sepeda motor termasuk kendaraan bermotor
umum, tetapi dalam UU tersebut juga tidak terdapat larangan mengenai penggunaan
sepeda motor sebagai kendaraan bermotor umum.
Contohnya yaitu Pasal 137 ayat (2), “Angkutan orang yang menggunakan Kendaraan
Bermotor berupa Sepeda Motor, Mobil penumpang, atau bus.”Dalam Peraturan
Pemerintah (PP) No 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan juga tidak disebutkan dengan
jelas mengenai penggunaan sepeda motor sebagai kendaraan umum untuk mengangkut
orang.Pasal 10 ayat (4) PP No. 74 Tahun 2014 hanya menjelaskan teknis sepeda motor
sebagai angkutan barang. Jadi, belum ada peraturan yang mengatur secara jelas mengenai
keberadaan Ojek, khususnya Gojek yang dianggap melanggar peraturan angkutan orang.
2. Belum ada regulasi dengan baik. Seperti contoh diatas. Pasal 201 ayat (2) UU No 22
Tahun 2009 menyebutkan, “Kendaraan Bermotor Umum harus dilengkapi dengan
alat pemberi informasiuntuk memudahkan pendeteksian kejadian kejahatan di
Kendaraan Bermotor.”Driver Go-Jek dibekali dengan smartphone, dan dalam aplikasi
Go-Jek itu sendiri terdapat GPS yang melacak keberadaan Driver, sehingga ketentuan
Pasal 201 ayat (2) telah terpenuhi.Di samping itu, proses seleksi dan penerimaan Driver
Go-Jek juga telah meliputi wawancara, pemeriksaan fisik motor, serta adanya pelatihan
bagi Driver itu sendiri.
Pada dasarnya, Isu Gojek, Grabbike dan Uber semuanya mempunyai pelanggaran etika yang
sama mulai dari Regulasi, Syarat, Perizinan dan lainnya. Sedangkan, dari persaingan sendiri
sama seperti diatas sudah dijelaskan adanya “agen ganda” dan sebenarnya, persaingan
diantara Gojek, Grabbike dan Uber tidak terlalu intense, mereka lebih mempunyai masalah
5
dengan kendaraan transportasi umum seperti Taxi, Pangkalan Ojek dan transportasi umum
lainnya dikarenakan biaya tarif Ojek Online lebih murah dibanding Transportasi umum.
Persaingan antara Gojek, Grab dan Uber hanya dalam persaingan perbedaan tarif, bonus,
promo, waktu operasi khusus dan tiket bonus.
6
Issue Taxi Konvensional
Gambar 3 Bentrok Bluebird vs Gojek
Permasalahan gojek vs taxi konvensional ini sudah terjadi beberapa bulan lalu tepatnya bulan
maret namun sebenarnya masalah ini tidak hanya menimpa aplikasi online gojek saja melainkan uber
dan grab juga terkena masalahnya, namun pada artikel ini penulis hanya mendalami penyedia jasa
layanan online gojek saja
Sebenarnya permasalahan yang membuat sampai adanya demo pada bulan maret tersebut
yang memberikan harga jauh lebih murah daripada taxi konvensional , berikut pernyataan yang
diberikan oleh salah satu pengendara taxi konvensional:
Penghasilan berkurang drastis "Gaji angkutan taksi berkurang biasanya bisa bawa 600rb/hari
bruto, skrg bawa 200rb aja udah bersyukur" Pieter Yan pengemudi Eagle Taxi. Jumlah penghasilan
pengemudi taksi mayoritas menurun jauh dari biasanya semenjak muncul jasa transportasi berbasis
aplikasi.
Melihat pernyataan supir tersebut dapat dilihat banyak sekali aspek yang terlibat dalam hal
kejadian ini, menurunnya pendapatan supir taksi ini akan terjadi dikarenakan orang orang yang lebih
7
memilih tarif lebih murah untuk menggunakan transportasi namun murahnya harga tersebut terlihat
tidak begitu baik dikarenakan jika di telusuri mengapa harga tarif taksi online lebih murah dikarenakan
ada penyokong investor yang terus menerus memberi suntikan dana untuk menjadikan trasnportasi
berbasis online ini menjadi kebiasaan masyarakat dengan secara tidak langsung membuat konsumen
menggunakan jasa ini dikarenakan murahnya tarif yang diberikan, namun yang disayangkan tariff yang
diberikan terlalu murah dikarenakan perusahaan tersebut berjualan namun tidak mengharapkan
keuntungan jadi sudah jelas taxi konvensional mengalami penurunan permintaan karena taxi
konvensional beroperasi murni untuk mencari keuntungan, melihat hal tersebut persaingan menjadi
terlihat tidak sehat dikarenakan harga di pasaran sangat tidak kompetitif.
Jadi sebenarnya siapa yang salah ? kini dengan adanya fenomena ini tidaklah bijak jika mencari
pihak yang salah. Kalaupun ada pihak yang harus disalahkan, maka semua akan menjadi pantas untuk
disalahkan. Mengapa? Pihak taksi konvensional salah karena tidak tanggap dengan perubahan zaman,
belum lagi kesalahan dalam demonstrasi yang berujung anarki. Pihak penyedia transportasi berbasis
aplikasi salah juga karena tidak mengikuti peraturan yang berlaku, juga mereka tidak menyediakan harga
yang berkeadilan dengan pesaing yang sudah lama ada. Pemerintah pun juga menjadi salah, karena
tidak tanggap dalam melihat fenomena yang ada di masyarakat, dengan belum menyediakan peraturan
yang dapat mengakomodir dan menertibkan konflik yang ada.
Maka, sebenarnya solusinya tinggallah jawaban dari kesalahan semua pihak ini. Pihak taksi
konvensional sudah harus lebih tanggap terhadap perkembangan teknologi, buatlah layanan yang sama
dengan membuat aplikasi yang menarik. Pihak penyedia transportasi berbasis aplikasi, sebaiknya
menggunakan plat kuning, juga tidak memberikan harga yang terlampau jauh dengan yang sudah ada
sehingga persaingan menjadi sehat. Pemerintah, sudah selayaknya membuat peraturan, dan
memastikan bahwa persaingan yang ada terjadi secara sehat dan tidak ada ‘adu modal’ yang merupakan
ciri kapitalisme dan bertentangan dengan ekonomi kerakyatan. Terakhir, masyarakat akan dengan
mudah untuk memilih.
8
Gojek Fiktif
Baru saja naik daun di Indonesia, dunia ‘kotor’ GoJek sedikit demi sedikit mulai terkuak. Baru-baru ini banyak sopir GoJek yang komplain karena harus membayar kerugian yang diakibatkan adanya order fiktif Gojek, tidak sedikit pula para sopir yang menjerit karena tidak merasa terlibat trik kotor tersebut.
Salah satu pendiri dan CEO PT Gojek Indonesia Nadiem Makarim angkat bicara soal unjuk rasa yang terjadi di Bandung dan Bali. Ribuan sopir melakukan demo, karena akun miliknya dibekukan oleh pemilik perusahaan. Di akun resmi PT Gojek Indonesia di Facebook, Nadiem bercerita bahwa selama dua bulan ke belakang, hampir setiap hari dia menerima puluhan komplain dari para sopir jujur mengenai rekannya yang membuat order fiktif.
"Selama dua bulan ke belakang, hampir setiap hari saya menerima puluhan komplain dari driver-driver jujur mengenai banyaknya rekan-rekan (sesama sopir) Gojek yang menyalahgunakan subsidi perusahaan dengan membuat order fiktif dengan akun palsu," tulisnya yang dikutip CNN Indonesia.
Menurut Nadiem, para sopir Gojek jujur itu merasa kecewa karena mereka bekerja keras namun mengapa sopir yang nakal tersebut tidak ditindak oleh perusahaan. Setelah menerima laporan tersebut, selama satu bulan timnya melakukan penelusuran dengan mengolah data dan ternyata lebih dari 7 ribu sopir di wilayah operasi Gojek terlibat dalam kasus order fiktif.
Menurut penelusuran, orderan fiktif tersebut dijalankan dengan menggunakan dua perangkat ponsel berbeda yang dimiliki oleh sang pengendara Go-Jek.
Ponsel pertama yang merupakan milik pribadi digunakan untuk membuat pesanan. Kemudian ponsel kedua yang diberikan oleh perusahaan digunakan untuk menerima pesanan tersebut.
Setelah pesanan dibuat dan diambil, lantas pengendara bertindak seolah-olah mengantar sang pemesan, padahal sebenarnya tidak ada yang memesan alias hanya pengendara yang mengendarai motornya sendiri. Ojek tersebut berlaku seolah-olah mengantar pelanggan sesuai dengan order fiktif yang telah dilakukannya tadi.
"Mereka punya dua handphone. Satu dari kantor untuk menerima pesanan, yang satu milik dia sendiri untuk memesan. Atau kalau tidak dia bersekongkol dengan istri atau kerabat dekatnya," tambahnya.
Kecurangan yang menjadi marak tersebut tentu saja merugikan perusahaan dan membuat pengendara Go-Jek lain menjadi kesulitan mendapatkan order. Adapun sanksi bagi para pengendara Go-Jek yang terbukti melakukan kecurangan tersebut berupa penggantian hasil kerja sebesar tiga kali lipat. "Si pengemudi yang mendapatkan hasil Rp. 5.000.000 maka ia harus mengganti dengan membayar sebesar Rp. 15. 000.000, jika terbukti melakukan order fiktif," tutup MA.
Maraknya order fiktif terjadi karena persaingan pengojek berbasis aplikasi semakin ketat sehingga pengojek harus berebut untuk mendapatkan order. Jadi beberapa driver memanfaarkan kesempatan untuk mencurangi system aplikasi gojek yang masih belum sempurna.
10
Isu Tarif Promo Gojek Sebesar 15 Rupah
Berkembangnya teknologi telekomunikasi dan informatika memunculkan inovasi – inovasi baru
dalam dunia bisnis. Inovasi tersebut memudahkan pelaku bisnis dalam berkomunikasi dan memasarkan
produk dan jasa mereka kepada konsumennya. Hal tersebut dimanfaatkan oleh pelaku bisnis diberbagai
bidang, tidak terkecuali dalam bidang jasa transportasi berupa ojek. Salah satu pelaku bisnis ojek online
adalah Go-jek. Go-jek menjadi pionir dalam startup ojek online di Indonesia. Akan tetapi, belakangan ini
11
Gambar 5 Tarif Promo Gojek
mulai bermunculan pesaing - pesaing dalam startup ojek online. Ketatnya persaingan antar startup ojek
online tersebut mengakibatkan perang harga yang kurang sehat diantara mereka. Dengan adanya
perang harga yang kurang sehat tersebut, menimbulkan beberapa permasalahan bagi Gojek. Berikut ini
merupakan beberapa permasalahan yang harus dihadapi Gojek akibat perang harga startup ojek online :
Apabila tarif tarif promo sebesar 15.000 rupiah digunakan untuk jarak yang relatif dekat,
pengguna Gojek akan merasa lebih dirugikan. Hal tersebut memungkinkan berkurangnya minat
pengguna Gojek dan berpindah kepada startup ojek online lainnya, bahkan kepada ojek
tradisional maupun transportasi umum lainnya. Hal tersebut dikarenakan dengan harga 15.000
dengan jarak yang dekat terbilang cukup mahal dan tidak menguntungkan bagi pengguna Gojek.
Penerapan tarif promo 15.000 rupiah dapat merugikan driver Gojek apabila jarak yang ditempuh
sangat jauh. Hal tersebut pernah terjadi ketika Gojek menerapkan harga promo sebesar 10.000
rupiah, driver Gojek pernah mengantarkan penumpangnya dari Jakarta hingga Bogor. Hal
tersebut tentu saja sangat merugikan driver Gojek dari segi financial. Hal tersebut dikarenakan
driver Gojek harus membayar pengeluaran bensin dan perbaikan motornya sendiri. Selain itu, ha
tersebut juga merugikan driver Gojek dari segi fisik dan kesehatan.
Sistem tanpa kontrak antara Gojek dan drivernya juga menjadi permasalahan. Apabila tarif
promo 15.000 terbukti dapat merugikan driver, pada driver berkemungkinan pergi dan berganti
pekerjaan bahkan pindah ke startup ojek online lainnya.
Apabila tarif promo 15.000 rupiah mengakibatkan keluarnya driver Gojek dan menurunkan
jumlah driver Gojek, membuat Gojek menjadi sebuah layanan yang kurang layak karena
drivernya sulit didapat oleh pengguna. Yang berakibat penurunan jumlah pengguna atau
konsumen Gojek yang signifikan.
Penerapan skema promosi tanpa batas waktu (yang dapat berakhir kapan saja) dapat
mengakibatkan pengguna menjadi bingung dan mengurungkan niat untuk menggunakan Gojek
apabila tarif promo sudah tidak berlaku. Akan tetapi hal tersebut dapat dihindari dengan
pemberitahuan terlebih dahulu kepada pengguna bahwa promo akan berakhir.
Terjadinya kekosongan skema promo Gojek, dimana Gojek terlambat dalam mengisi kekosongan
skema promo dimana promo yang seharusnya sudah expired masih diberlakukan karena Gojek
belum menetapkan skema promo yang baru. Hal ini juga dapat mengakibatkan kebingungan
baik dari pengguna maupun driver Gojek.
12
Gojek harus lebih berinovasi dalam memberikan promo kepada pelanggannya agar pengguna
tidak bosan dengan promo yang sama akan tetapi dengan nominal yang berbeda.
Sebetulnya, penerapan strategi yang dilakukan oleh Gojek sudah cukup baik. Akan tetapi Gojek juga
harus memperhatikan mengenai kepuasan pelanggan dan kesejahteraan drivernya. Untuk permasalahan
tarif promo 15.000 terlalu mahal untuk jarak dekat dapat diatasi dengan pembatasan jarak yang
ditempuh misalnya 7 Km hingga 12 Km. Hal itu dapat mengurangi beban baik dari sisi pengguna maupun
driver Gojek. Selain itu Gojek juga dapat memberikan kompensasi kepada driver berupa penggantian
bensin maupun perbaikan kerusakan apabila masih dalam batas wajar dan terdapat bukti untuk klaim
kompensasi tersebut. Gojek juga dapat menginovasi promonya dan menerapkan di layanan jasa lainnya
seperti Go-Food, Go-Car, Go-Mart, dll.
13
Aplikasi & Teknologi Gojek
Gambar 6 Aplikasi Gojek Hands On
Go-Jek, dengan slogan “An Ojek For Every Need”, didirikan oleh Nadiem Makarim, seorang
pebisnis lulusan Harvard Business School yang mulai merintis Go-Jek dari tahun 2011, dan launching
secara utuh pada tahun 2014. Tidak perlu waktu lama, kini Go-Jek sudah banyak bisa kita lihat di jalanan
khususnya kota Jakarta, maupun beberapa kota-kota lainnya. Go-Jek banyak diminati oleh pelanggannya
karena kepraktisan dan harganya yang murah. Gabungan kepraktisan Ojek dalam mengarungi macetnya
kota Jakarta dan kemudahan pemesanan yang ditawarkan melalui aplikasi Android dan iOS layaknya
aplikasi reservasi Taxi, menjadikan Go-Jek salah satu layanan yang digandrungi banyak orang. Besarnya
potensi penghasilan yang bisa didapat oleh driver Go-Jek juga menjadikan banyak orang yang melamar
dan ingin bergabung menjadi salah satu drivernya, dan ini juga dapat menjadi lahan pekerjaan untuk