ANALISIS KANDUNGAN ZINGERON PADA FORMULASI MINUMAN FUNGSIONAL BERBAHAN DASAR JAHE DAN KACANG-KACANGAN SEBAGAI ANTIEMETIK PADA IBU HAMIL TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Gizi Oleh: Armeida Pratiwi 135070301111042 PROGRAM STUDI ILMU GIZI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017
83
Embed
ANALISIS KANDUNGAN ZINGERON PADA FORMULASI …repository.ub.ac.id/1121/1/Pratiwi, Armeida.pdf · ANALISIS KANDUNGAN ZINGERON PADA FORMULASI MINUMAN FUNGSIONAL BERBAHAN DASAR JAHE
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS KANDUNGAN ZINGERON PADA FORMULASI MINUMAN
FUNGSIONAL BERBAHAN DASAR JAHE DAN KACANG-KACANGAN
SEBAGAI ANTIEMETIK PADA IBU HAMIL
TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Gizi
Oleh:
Armeida Pratiwi
135070301111042
PROGRAM STUDI ILMU GIZI KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
i
ANALISIS KANDUNGAN ZINGERON PADA FORMULASI MINUMAN
FUNGSIONAL BERBAHAN DASAR JAHE DAN KACANG-KACANGAN
SEBAGAI ANTIEMETIK PADA IBU HAMIL
TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Gizi Kesehatan
Oleh:
Armeida Pratiwi
135070301111042
PROGRAM STUDI ILMU GIZI KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ii
.Sc.
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Armeida Pratiwi
NIM : 135070301111042
Program Studi : Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya
menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil-alihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya aku sebagai tulisan atau pikiran saya. Apabila di
kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang, 14 Juni 2017
Yang membuat pernyataan,
Armeida Pratiwi
NIM.135070301111042
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul
”Analisis Kandungan Zingeron pada Formulasi Minuman Fungsional Berbahan
Dasar Jahe dan Kacang-Kacangan sebagai Antiemetik pada Ibu Hamil”.
Ketertarikan penulis akan topik ini didasari oleh fakta bahwa sebagian
besar ibu hamil mengalami mual muntah pada trimester awal kehamilan. Salah
satu cara efektif untuk menurunkan mual muntah yaitu dengan pemberian jahe.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat minuman fungsional berbahan dasar jahe
dan membuktikan adanya perbedaan kadar zingeron sebagai salah satu
komponen utama jahe yang dapat menurunkan mual muntah.
Dengan selesainya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Dr.dr. Sri Andarini, M.Kes., dekan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
yang telah memberikan penulis kesempatan menuntut ilmu di FKUB
2. Dian Handayani, SKM., M.Kes., PhD, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Gizi
Kesehatan yang telah membimbing penulis menuntut ilmu di PS Ilmu Gizi
Kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
3. Yosfi Rahmi, S.Gz, M.Sc., sebagai pembimbing pertama yang dengan sabar
membimbing untuk bisa menulis dengan baik, dan senantiasa memberi
semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Leny Budhi Harti, S.Gz, M.Si Med., sebagai pembimbing kedua yang dengan
sabar telah membimbing penulisan dan analisis data, dan senantiasa
memberi semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
v
5. Fuadiyah Nila Kurniasari, S.Gz., MPH., sebagai ketua peneliti yang telah
memfasilitasi dan membimbing penelitian untuk Tugas Akhir ini.
6. Segenap anggota Tim Pengelola Tugas Akhir FKUB, yang telah membantu
melancarkan urusan administrasi, sehingga penulis dapat melaksanakan
Tugas Akhir dengan lancar.
7. Para analis di Laboratorium Kimia FMIPA UM, Laboratorium Fisiologi Hewan
FMIPA UB, dan Laboratorium Farmakologi FKUB yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
8. Yang tercinta ibunda Garyanti dan ayahanda Mas Djoko Baroto serta kakak
Aviandri Widagdo dan Naviandi Kartiko atas segala pengertian dan kasih
Aninda, Intan dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu untuk
semangat dan motivasinya.
10. Teman-temanku Irmita, Kusumaningrum, Dea, dan Kautsar atas
kerjasamanya sebagai rekan dalam satu penelitian gabungan.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun.
Akhirnya, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
Malang, Juni 2017
Penulis
vi
ABSTRAK
Pratiwi, Armeida. 2017. Analisis Kandungan Zingeron pada Formulasi Minuman Fungsional Berbahan Dasar Jahe dan Kacang-Kacangan sebagai Antiemetik pada Ibu Hamil. Tugas Akhir, Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Yosfi Rahmi, S.Gz., M.Sc. (2) Leny Budhi Harti, S.Gz., M.Si.Med.
Kejadian mual muntah pada wanita hamil tergolong cukup tinggi yaitu berkisar 50-90%. Hal tersebut disebabkan karena peningkatan radikal bebas Nitrit Oksida (NO) dan pelepasan neurotransmitter (serotonin) yang dapat merangsang pusat muntah di sistem saraf pusat. Minuman fungsional ini terdiri dari bahan utama jahe yang mengandung senyawa antioksidan zingeron yang berfungsi sebagai penangkap radikal bebas Nitrit Oksida (NO) dan penghambat input saraf aferen visceral dengan bertindak sebagai antagonis reseptor 5-HT3. Namun, zingeron dapat terbentuk apabila senyawa gingerol pada jahe berdekomposisi pada suhu tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya kandungan zingeron pada beberapa formulasi minuman fungsional berbahan dasar jahe dan kacang-kacangan. Jenis penelitian yang digunakan yaitu eksperimental nyata. Penelitian ini menggunakan 3 formulasi terbaik minuman fungsional berbahan dasar jahe dan kacang-kacangan dengan proporsi sari jahe : kedelai : kacang hijau berturut-turut yaitu 22,24% : 31,78% : 45,98% pada formula 1, 17,25% : 32,75% : 50,00% pada formula 2, dan 33,35% : 20,00% : 46,65% pada formula 3 yang didapatkan dari hasil optimasi software Design Expert 7.0. Kandungan zingeron diuji dengan metode GCMS (Gas Chromatography Mass Spectrofotometry) dan didapatkan hasil kandungan
zingeron pada formula 1 hingga formula 3 yaitu 12,98%; 3,15%, dan 13,93%. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat kandungan zingeron pada 3 formulasi minuman fungsional berbahan dasar jahe dan kacang-kacangan. Kandungan tertinggi ada pada formulasi 3 dengan proporsi sari jahe 33,351%.
Kata kunci: minuman fungsional, jahe, zingeron, antiemetik
vii
ABSTRACT
Pratiwi, Armeida. 2017. Analysis of Zingeron Compounds on Ginger and Nuts-Based Functional Drinks Formulations as Antiemetics in Pregnant Women. Final Assignment, Department of Nutrition Sciences, Faculty of Medicine, Brawijaya University. Supervisor: (1) Yosfi Rahmi, S.Gz., M.Sc. (2) Leny Budhi Harti, S.Gz., M.Si.Med.
The incidence of nausea and vomiting in pregnant women is quite high, ranging from 50-90%. One of those many factors is due to the increasing of free radicals of Nitric Oxide (NO) and releasing of neurotransmitters (serotonin) that can affect the central nausea in the central nervous system. This functional drinks contains of zingeron antioxidant that serves as a scavenger of free radical Nitric Oxide (NO) and input inhibitor of visceral afferent by acting as a 5-HT3 receptor antagonist. However, zingeron can be formed by decomposition of gingerol at high temperatures. The purpose of this study was to determine the existence of zingeron compound in some formulation of functional drinks made from ginger and nuts. The type of this research was true experimental study. This research using best 3 formulation of functional drinks with proportion of ginger extract: soybeans extract: mung beans extract respectively is 22.24%: 31.78%: 45.98% on first formula; 17.25%: 32.75%: 50.00% on second formula; and 33.35%: 20.00%: 46.65% on third formula from optimization result of Design Expert 7.0. Zingeron compound was analyzed using GCMS (Gas Chromatography Mass Spectrophotometry) and the results of zingeron compound on the first to third formula were 12.98%, 3.15%, and 13.93%. The conclusion is zingeron compound is available in three formulations of functional drinks. The highest content is in the third formulation with ginger extract ratio 33.351%.
4.7 Prosedur Penelitian/ Pengumpulan Data …………………………………39
4.7.1 Prosedur Pembuatan Minuman Fungsional Berbahan Dasar Jahe dan Kacang-kacangan…………………………………………..39 4.7.1.1 Proses Pembuatan Sari Jahe ………………..…………...39
4.7.1.2 Proses Pembuatan Sari Kedelai …………..……………..40
4.7.1.3 Proses Pembuatan Sari Kacang Hijau …..……………...40
4.7.1.4 Proses Pembuatan Bumbu ………………..……………. 41
4.7.1.5 Proses Pencampuran Bahan ……….…….…………….. 41
4.8 Alur Penelitian ………………….………………………….………………..42
4.8.1 Prosedur Freeze Drying…………………………………….…………42
4.8.2 Prosedur Ekstraksi…...…………………………………….…………43
4.8.1 Prosedur Uji Kadar Zingeron……………..……………….…………44
xi
4.9 Pengumpulan Data …………………………………….………………..…45
4.9.1 Data Primer ………………………………………………………...45
4.9.2 Data Sekunder ……………………………….……………………45
4.10 Pengolahan dan Analisis Data …………………….…………………..45
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA .....................................46
Pratiwi, Armeida. 2017. Analisis Kandungan Zingeron pada Formulasi Minuman Fungsional Berbahan Dasar Jahe dan Kacang-Kacangan sebagai Antiemetik pada Ibu Hamil. Tugas Akhir, Program Studi Ilmu
Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Yosfi Rahmi, S.Gz., M.Sc. (2) Leny Budhi Harti, S.Gz., M.Si.Med.
Kejadian mual muntah pada wanita hamil tergolong cukup tinggi yaitu berkisar 50-90%. Hal tersebut disebabkan karena peningkatan radikal bebas Nitrit Oksida (NO) dan pelepasan neurotransmitter (serotonin) yang dapat merangsang pusat muntah di sistem saraf pusat. Minuman fungsional ini terdiri dari bahan utama jahe yang mengandung senyawa antioksidan zingeron yang berfungsi sebagai penangkap radikal bebas Nitrit Oksida (NO) dan penghambat input saraf aferen visceral dengan bertindak sebagai antagonis reseptor 5-HT3. Namun, zingeron dapat terbentuk apabila senyawa gingerol pada jahe berdekomposisi pada suhu tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya kandungan zingeron pada beberapa formulasi minuman fungsional berbahan dasar jahe dan kacang-kacangan. Jenis penelitian yang digunakan yaitu eksperimental nyata. Penelitian ini menggunakan 3 formulasi terbaik minuman fungsional berbahan dasar jahe dan kacang-kacangan dengan proporsi sari jahe : kedelai : kacang hijau berturut-turut yaitu 22,24% : 31,78% : 45,98% pada formula 1, 17,25% : 32,75% : 50,00% pada formula 2, dan 33,35% : 20,00% : 46,65% pada formula 3 yang didapatkan dari hasil optimasi software Design Expert 7.0. Kandungan zingeron diuji dengan metode GCMS (Gas Chromatography Mass Spectrofotometry) dan didapatkan hasil kandungan zingeron pada formula 1 hingga formula 3 yaitu 12,98%; 3,15%, dan 13,93%. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat kandungan zingeron pada 3 formulasi minuman fungsional berbahan dasar jahe dan kacang-kacangan. Kandungan tertinggi ada pada formulasi 3 dengan proporsi sari jahe 33,351%.
Kata kunci: minuman fungsional, jahe, zingeron, antiemetik
vii
ABSTRACT
Pratiwi, Armeida. 2017. Analysis of Zingeron Compounds on Ginger and Nuts-Based Functional Drinks Formulations as Antiemetics in Pregnant Women. Final Assignment, Department of Nutrition Sciences, Faculty of Medicine, Brawijaya University. Supervisor: (1) Yosfi Rahmi, S.Gz., M.Sc. (2) Leny Budhi Harti, S.Gz., M.Si.Med.
The incidence of nausea and vomiting in pregnant women is quite high, ranging from 50-90%. One of those many factors is due to the increasing of free radicals of Nitric Oxide (NO) and releasing of neurotransmitters (serotonin) that can affect the central nausea in the central nervous system. This functional drinks contains of zingeron antioxidant that serves as a scavenger of free radical Nitric Oxide (NO) and input inhibitor of visceral afferent by acting as a 5-HT3 receptor antagonist. However, zingeron can be formed by decomposition of gingerol at high temperatures. The purpose of this study was to determine the existence of zingeron compound in some formulation of functional drinks made from ginger and nuts. The type of this research was true experimental study. This research using best 3 formulation of functional drinks with proportion of ginger extract: soybeans extract: mung beans extract respectively is 22.24%: 31.78%: 45.98% on first formula; 17.25%: 32.75%: 50.00% on second formula; and 33.35%: 20.00%: 46.65% on third formula from optimization result of Design Expert 7.0. Zingeron compound was analyzed using GCMS (Gas Chromatography Mass Spectrophotometry) and the results of zingeron compound on the first to third formula were 12.98%, 3.15%, and 13.93%. The conclusion is zingeron compound is available in three formulations of functional drinks. The highest content is in the third formulation with ginger extract ratio 33.351%.
berukuran sedang (40 gram) yang sudah dimemarkan sebelumnya ke
dalam panci yang telah diisi air bersih sebanyak 100 ml. Kemudian
direbus hingga mendidih dan disimpan dalam kulkas.
4.7.1.5 Proses Pencampuran Bahan
Pembuatan minuman fungsional dilakukan dengan cara
mencampurkan sari jahe, sari kedelai dan sari kacang hijau dengan
proporsi tertentu yang telah didapatkan dari hasil penelitian pendahuluan.
Selanjutnya campuran tersebut akan di-pasteurisasi dengan metode Low
Temperature Long Time (LTLT) dengan menggunakan suhu 63-70ºC
selama 30 menit. Setelah proses pasteurisasi selesai, kemudian
ditambahkan bumbu yang telah dibuat sebelumnya. Proporsi bahan
utama dan bumbu yaitu 10:1. Bumbu ditambahkan sebanyak 10 ml pada
masing-masing formula hingga total volume campuran pada setiap
formulasi mencapai 110 ml.
42
4.8 Alur Penelitian
4.8.1 Prosedur Freeze Drying
Proses Freeze Drying dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan FMIPA
Universitas Brawijaya. Sebanyak 3 formulasi terbaik dilakukan pengeringan
terlebih dahulu dengan metode Freeze Drying. Tahap Freeze Drying yaitu
sebagai berikut.
3 formulasi minuman terbaik berdasarkan penelitian sebelumnya
Uji Kadar Zingeron
Pembuatan 3 formulasi minuman terbaik
Analisis Deskriptif Hasil Uji Kadar Zingeron
Pembuatan Sari Jahe
Pembuatan Sari Kedelai
Pembuatan Sari Kacang Hijau
Pembuatan Bumbu
Pasteurisasi
Pencampuran Seluruh Bahan
63-70º C, 30 menit
Gambar 4.1 Diagram Alir Prosedur Penelitian
Freeze Drying
Ekstraksi Maserasi
43
1. Proses Pembekuan
Sebelumnya formulasi didinginkan terlebih dahulu selama 3 hari agar
tidak meleleh (thawing). Formulasi dimasukkan dalam lemari pembeku dengan
suhu -70°C sehingga formulasi dapat membeku dengan cepat dan tidak
merusak tekstur.
2. Pengeringan (Sublimasi)
Proses pengeringan (sublimasi) dilakukan dengan cara memasukkan
produk beku ke ruangan vakum. Pada proses ini perlu dipertahankan tekanan
dan suhu agar tetap di bawah titik triple sehingga tidak terjadi proses
pelelehan. Tekanan sublimasi dipertahankan sekitar 0.036 psi atau sekitar
0.0025 bar dan kemudian suhu dinaikkan secara terkontrol sampai mencapai
sekitar -50°C sehingga terjadi proses sublimasi. Uap air yang dihasilkan
kemudian disedot dan dikondensasikan sehingga tidak membasahi produk
yang sedang dikeringkan.
4.8.2 Ekstraksi
Minuman fungsional yang sudah kering kemudian dilakukan ekstraksi.
Sebanyak 1 bagian bubuk minuman dimasukkan dalam labu Erlenmeyer,
ditambah dengan 9 bagian etanol 95% kemudian dikocok selama 30 menit dan
direndam 1 malam sampai mengendap. Setelah itu lapisan atas yang merupakan
campuran pelarut dan zat aktif diambil. Proses tersebut dilakukan sebanyak 3
Pembekuan (-70°C)
Sublimasi (-50°C)
Formulasi Beku
Formulasi Cair
Gambar 4.2 Diagram Alur Freeze Drying
Formulasi Kering-Beku
44
kali dengan jenis dan pelarut yang sama. Filtrat yang diperoleh, disaring dengan
kertas whatman no. 41, kemudian dievaporasi dengan alat rotary evaporator
pada suhu 90°C selama 30 menit.
4.8.3 Prosedur Analisis Kadar Zingeron
Analisis kandungan zingeron dilakukan dengan menggunakan GC-MS
merk Shimadzu tipe QP2010 Plus. Injector dan MS Transfer Line masing-masing
diatur pada suhu 250°C. Suhu kolom dijaga pada 60°C lalu perlahan ditingkatkan
sampai 220°C dengan peningkatan 7°C/menit dan ditingkatkan lagi sampai
300°C dengan peningkatan 10°C/menit. Sampel dilarutkan dengan heksana
dengan perbandingan 1:1 kemudian diinjeksikan secara manual dalam splitless
mode. Komponen kemudian diidentifikasi dengan membandingkan spektra
massa sampel dengan internal Willey 8 Library.
1 bagian serbuk minuman
Dikocok dengan 9 bagian etanol
95%
Direndam 1 malam sampai mengendap
30 menit
Diambil lapisan paling atas
Lakukan 3
kali
Disaring dengan kertas whatman
Evaporasi 90°C, 30 menit
Gambar 4.3 Diagram Alur Proses Ekstraksi
45
4.9 Pengumpulan Data
4.9.1 Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari hasil uji kandungan zingeron
terhadap 3 formulasi terbaik.
4.9.1 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung yang didapatkan dari hasil
penelitian sebelumnya yaitu proporsi bahan pada 3 formulasi terbaik.
4.10 Pengolahan dan Analisis Data
Formulasi yang terpilih dari proses optimasi Design Expert 7.0 yang
dilakukan uji kandungan zingeron dengan GCMS kemudian dianalisis secara
deskriptif. Kromatografi gas (GC) menghasilkan puncak, waktu retensi, dan %
luas area untuk tiap-tiap senyawa dalam sampel. Kemudian melalui
Spektrofotometri Massa (MS), puncak-puncak tersebut diidentifikasi satu-persatu.
Semakin mirip pola fragmentasi molekul senyawanya maka semakin besar pula
nilai Similarity Index (SI)-nya. Jenis senyawa yang terkandung di dalam minuman
dapat ditentukan dengan melihat nilai SI yang paling tinggi.
Persiapan sampel
Injeksi sampel ke dalam injektor GCMS
Scanning dan analisis data
Gambar 4.2 Diagram Alur Kerja GCMS
Pengenceran dengan heksana
46
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
5.1 Formulasi Minuman Fungsional
Pembuatan formulasi minuman ini diawali dengan penentuan rancangan
penelitian yang didapatkan dari hasil optimasi perangkat lunak Design Expert
7.0 yang ditentukan berdasarkan respon aktivitas antioksidan, total fenol,
total protein dan mutu organoleptik. Selanjutnya dari hasil optimasi tersebut
dilakukan pembuatan formulasi minuman berdasarkan proporsi bahan utama
minuman.
Langkah awal pembuatan minuman fungsional adalah dengan melakukan
pembuatan sari pada bahan utama seperti jahe, kacang kedelai, dan kacang
hijau terlebih dahulu. Proses tersebut melalui beberapa tahapan yaitu
pencucian, penghalusan, penyaringan, pengendapan dan pasteurisasi.
Berikut ini adalah tabel hasil pembuatan sari dan pasteurisasi pada masing-
masing bahan.
47
Tabel 5.1 Hasil Rendemen pada Masing-Masing Bahan.
Bahan Berat (g) Hasil Sari (ml)
Jahe 100 5
Kacang kedelai 100 350
Kacang Hijau 100 175
Bumbu:
Gula pasir
Gula merah
Bubuk kayu manis
Batang sereh
100
50
5
40
180
Sari jahe yang berbentuk cairan kemudian dilakukan pembubukkan
dengan metode Freeze Drying. Dari 50 ml cairan sari jahe didapatkan bubuk
sari jahe sebanyak 2 gram. Tahap selanjutnya adalah proses pencampuran
yaitu dengan mencampurkan seluruh bahan utama dengan proporsi bahan
sebagai berikut.
5.2 Hasil Uji Kandungan Zingeron dengan GCMS (Gas Chromatography
Mass Spectrofotometry)
Berikut merupakan hasil uji pada ketiga formulasi yang menunjukkan adanya
kandungan senyawa zingeron.
Tabel 5.2. Kandungan Senyawa Zingeron pada Masing-Masing Formulasi Minuman Berdasarkan Hasil Analisis GCMS
Formula Puncak ke- Luas Area (%)
1 24 12,98
2 45 3,15
3 23 13,93
Dari Tabel 5.3. dapat dilihat bahwa formula minuman dengan kandungan
senyawa zingeron yang tertinggi ada pada Formula 3 yaitu sebanyak 13,93%
luas area, yaitu pada formula dengan proporsi jahe tertinggi.
48
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Formula Minuman Fungsional Berbahan Dasar Jahe dan
Kacang-kacangan
Pangan fungsional menurut BPOM (2005) diartikan sebagai pangan olahan
yang mengandung satu atau lebih komponen fungsional yang berdasarkan kajian
ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu, terbukti tidak membahayakan dan
bermanfaat bagi kesehatan. Formulasi minuman fungsional pada penelitian ini
memiliki karakteristik sebagai minuman yang memberikan kekhasan sensori, baik
dari segi warna dan cita rasa, mengandung gizi, dan mempunyai fungsi fisiologis
tertentu dalam tubuh. Formulasi minuman terbaik dengan kriteria tersebut
didapatkan melalui proses optimasi dengan menggunakan software Design
Expert 7.0. Tujuan dari optimasi adalah meminimumkan usaha yang diperlukan
(biaya operasional) dan memaksimumkan hasil yang diinginkan (Susilo, 2011).
Minuman fungsional pada penelitian ini adalah minuman berbentuk cairan
yang terbuat dari campuran tiga bahan utama yaitu jahe, kacang kedelai dan
kacang hijau. Rasa pedas yang terbentuk dalam minuman ini dikarenakan
adanya senyawa pembentuk rasa pedas yang berasal dari jahe. Menurut Uhl
(2000), oleoresin jahe yang memiliki rasa pedas dan menggigit disebabkan
karena adanya konstituen resin (non volatile) seperti gingerol, zingeron, shogaol
49
dan paradol dalam jahe. Zingeron yang terkandung dalam minuman ini terbentuk
dari degradasi termal (pemecahan senyawa akibat suhu yang tinggi) dari gingerol
dan shogaol (Ahmad et al., 2014). Formulasi minuman ini melalui tahap
pasteurisasi yang memerlukan suhu tinggi. Disamping bertujuan untuk
membunuh bakteri patogen tanpa merusak kandungan nutrisi dan mengawetkan
bahan pangan yang tidak tahan terhadap suhu tinggi (Rachman dan Imaduddin,
2013), proses pasteurisasi juga membentuk senyawa zingeron pada minuman ini
secara tidak langsung.
6.2 Analisis Kandungan Zingeron
Zingeron merupakan komponen non volatil jahe yang terbentuk selama
proses pengeringan jahe dan juga oleh degradasi termal (pemecahan senyawa
akibat suhu yang tinggi) dari gingerol dan shogaol (Ahmad et al., 2014).
Parameter yang dipakai untuk menunjukkan kadar zingeron merupakan kadar
relatif yang dinyatakan dalam % luas area. Berdasarkan hasil analisis GCMS
dapat dilihat bahwa semakin tinggi proporsi sari jahe yang ditambahkan maka
semakin tinggi pula kadar relatif zingeron pada formulasi minuman. Kadar
zingeron terendah ada pada perlakuan F2 yaitu sebanyak 3.15% luas area,
dilanjutkan dengan Formula 1 yaitu sebanyak 12.98% luas area dan yang
tertinggi ada pada Formula 3 yaitu sebanyak 13.93% luas area. Bila dihubungkan
dengan penelitian sebelumnya (Dasilva, 2017) dapat dilihat bahwa tingginya
kadar zingeron berbanding lurus dengan total fenol pada minuman. Pada hasil
analisis GCMS, tidak teridentifikasi senyawa gingerol dan shogaol yang memiliki
kegunaan dan sifat yang mirip dengan senyawa zingeron. Hal tersebut
dikarenakan kandungan gingerol biasanya menurun pada jahe segar yang
50
mengalami pengeringan dan pemanggangan (Zhang, 2012). Namun sebaliknya,
jumlah zingeron meningkat secara signifikan. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Supardan et al. (2011) bahwa berdasarkan hasil
Gas Chromatography Mass Spectrofotometry (GCMS), gingerol sebagai salah
satu oleoresin tidak terdeteksi. Hal ini menunjukkan bahwa proses pemanasan
pada penelitian ini telah merubah senyawa gingerol dan shogaol menjadi
zingeron secara keseluruhan.
Pada penelitian ini terdapat beberapa tahapan yang melibatkan proses
pemanasan, antara lain tahap pasteurisasi, evaporasi, dan pengaplikasian dalam
kromatografi gas. Pemanasan pada tahap tersebut menyebabkan kandungan
gingerol dalam jahe berubah secara spontan menjadi zingeron dan aldehida
(heksana) melalui proses degradasi (Setyawan, 2002). Menurut Supardan et al.
(2011) gingerol berdekomposisi menjadi zingeron dan shoagol pada suhu diatas
45°C. Pasteurisasi pada penelitian ini menggunakan metode Low Temperature
Long Time (LTLT) pada suhu 63°C dimana proses tersebut mendukung
terjadinya pembentukan zingeron dalam minuman. Selain itu proses evaporasi
pada tahap ekstraksi minuman juga turut berkontribusi dalam pembentukan
zingeron karena evaporasi dilakukan pada suhu 90°C. Begitu pula pada prosedur
analisis zingeron dengan menggunakan GCMS, temperatur pada kolom dijaga
pada suhu 60°C kemudian ditingkatkan perlahan sampai 300°C.
Selain karena faktor pemanasan pada tahapan pembuatan formulasi, kadar
zingeron juga dipengaruhi oleh tahapan ekstraksi. Zingeron merupakan salah
satu komponen penyusun dari oleoresin. Menurut Purseglove (1981), pelarut
yang baik digunakan untuk ekstraksi oleoresin adalah etanol, aseton dan
trikloroetana. Pada penelitian ini ekstraksi minuman bubuk menggunakan metode
51
maserasi (perendaman) pada suhu ruang. Sebelum dilakukan ekstraksi,
minuman yang sudah diformulasi dilakukan proses freeze drying terlebih dahulu.
Bubuk minuman yang terbentuk kemudian direndam dalam pelarut etanol 95%
dengan perbandingan bubuk minuman : etanol = 1:9. Pelarut etanol dipilih
karena pelarut ini memilki polaritas yang tinggi, larut dalam air, bersifat aman dan
dapat mengekstrak komponen polar lebih banyak jika dibandingkan dengan
aseton dan heksan (Purseglove, et al., 1981). Selain itu pelarut etanol memiliki
titik didih yang tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah yaitu 78,4°C. Suhu
titik didih pelarut ini dianggap aman karena penggunaan pelarut dengan titik didih
yang rendah akan mengakibatkan kehilangan banyak senyawa pada saat
evaporasi, begitu pula sebaliknya. Pada penggunaan pelarut dengan titik didih
yang tinggi akan mempersulit pemisahan senyawa dan mengakibatkan
kerusakan pada oleoresin (Kirk dan Othmer, 1952). Proses maserasi dilakukan
sebanyak 3 kali dengan jenis dan pelarut yang sama. Pengulangan tersebut
bertujuan untuk mendapatkan komponen-komponen fenolik yang bersifat pedas
(pungent) pada oleoresin dan agar komponen-komponen tersebut dapat
terekstrak dengan sempurna (Fathona, 2011).
Faktor lain yang memengaruhi tinggi atau rendahnya kadar zingeron adalah
karakteristik dari bahan utamanya itu sendiri yaitu jahe. Menurut Burkill (1935),
kandungan oleoresin dalam jahe segar 0,4 sampai 3,1 persen tergantung umur
panen dan tumbuhnya. Semakin tua umur umbi akar jahe maka semakin besar
pula kandungan oleoresinnya. Pada pembuatan minuman fungsional ini jenis
jahe yang digunakan adalah jahe gajah. Jahe gajah dipilih karena rasanya yang
tidak terlalu pedas jika dibandingkan dengan jahe emprit dan jahe merah. Jahe
gajah yang digunakan pada formulasi minuman ini dipanen pada usia yang
52
cukup yaitu 10 bulan. Namun penelitian ini dilakukan saat bukan musim panen
jahe sehingga keadaan tersebut diduga menjadi salah satu faktor yang dapat
memengaruhi kualitas atau kandungan oleoresin pada rimpang jahe. Hal itu
didukung oleh penelitian Mustafa, Srivastava (1990) dan Ali, Blunden, Tanira,
Nemmar (2008) yang menyatakan bahwa komposisi kimia jahe sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain waktu panen, lingkungan tumbuh
(ketinggian tempat, curah hujan dan jenis tanah), keadaan rimpang (segar atau
kering) dan geografi.
6.3 Implikasi terhadap Bidang Gizi Kesehatan
Di Indonesia, salah satu minuman fungsional yang banyak beredar adalah
dalam bentuk minuman tradisional atau biasa disebut jamu. Beberapa minuman
tradisional yang dikenal di Indonesia adalah minuman beras kencur, minuman
temulawak, minuman kunyit, minuman asam jawa, dan minuman jahe (Fardiaz
1997). Fungsi-fungsi fisiologis yang dimiliki oleh minuman fungsional antara lain
adalah menjaga daya tahan tubuh, mempertahankan kondisi fisik, mencegah
proses penuaan, dan mencegah penyakit yang berkaitan dengan pengaruh
minuman (Susilo, 2011). Selain dilihat dari fungsi fisiologisnya, konsep pangan
fungsional menurut Goldberg (1994) adalah tidak berbentuk kapsul, tablet, atau
bubuk, tetapi berbentuk cairan/minuman sehingga dapat dikonsumsi sebagai
minuman sehari-hari.
Minuman fungsional ini telah memenuhi konsep dari pangan fungsional yang
telah disebutkan sebelumnya dilihat dari bentuknya yang berupa cairan, sifatnya
yang aman untuk dikonsumsi sehari-hari dan fungsinya bagi kesehatan.
Minuman fungsional ini terdiri dari beberapa bahan utama, seperti jahe dan
53
kacang-kacangan yang mengandung protein, vitamin dan antioksidan yang
diduga cukup tinggi. Berdasarkan hasil penelitian ini kandungan zingeron yang
optimum ada pada formulasi dengan sari jahe 33,35%. Jumlah zingeron yang
terbentuk dari minuman tersebut yang didapatkan dari proses pemanasan yaitu
pasteurisasi. Metode pasteurisasi yang digunakan tergolong dalam pasteurisasi
skala rumah tangga yaitu Low Temperature Long Time (LTLT) pada suhu 63°C
selama 30 menit. Peralatan yang digunakan pun tidak sulit untuk didapatkan
sehingga masyarakat dapat membuat minuman fungsional tersebut dengan
mudah.
Menurut Wiraharja (2011) salah satu fungsi jahe adalah untuk mengatasi
mual dalam kehamilan. Dosis yang aman dan dapat memberikan efek untuk
mengurangi mual muntah pada kehamilan trimester pertama adalah sebanyak 1
gram per hari atau 250 mg jahe yang diminum 4 kali sehari (Varma et al., 1962
dan DerMarderosian et al., 2006). Dosis tersebut dapat menghilangkan mual
yang disebabkan oleh berbagai faktor, akan tetapi tidak boleh melebihi 4 gram
per hari (Wiraharja, 2011). Untuk mengetahui keamanan dosis jahe pada
minuman ini, sebanyak 50 ml sari jahe yang dilakukan freeze drying secara
terpisah sehingga menghasilkan bubuk sari jahe sebanyak 2 gram. Sedangkan
dari tiga formulasi yang terpilih, proporsi sari jahe dengan kandungan zingeron
yang tertinggi yaitu 33,351 ml. Bila dikonversikan, cairan sari jahe tersebut hanya
menjadi 1,334 gram bubuk saja. Jumlah tersebut masih tergolong aman untuk
dikonsumsi sehari-hari karena tidak melebihi dosis maksimal yaitu 4 gram.
Salah satu komponen minuman yang berperan dalam menekan mual muntah
dalam kehamilan adalah zingeron. Zingeron adalah senyawa antioksidan yang
berasal dari jahe. Menurut Ahmad et al. (2015) zingeron memiliki efek
54
farmakologis yaitu aktivitas antioksidan yang dapat mencegah terjadinya stres
oksidatif. Senyawa ini berfungsi sebagai scavenger karena dapat menangkap
radikal bebas Nitrit Oksida (NO). Nitrit oksida adalah mediator kimia yang apabila
bereaksi dengan oksigen akan menghasilkan anion peroksinitrit dan nitrit yang
merupakan radikal bebas. Diketahui bahwa zingeron dapat menghambat
pembentukan anion peroksinitrit dan nitrit dengan cara kompetisi sehingga
oksigen tidak dapat berikatan dengan nitrit oksida. Selain itu zingeron bekerja
sebagai antagonis non kompetitif terhadap 5-HT3 receptors pada saraf aferen
visceral (sistem saraf otonom) sehingga dapat mencegah terjadinya mual muntah
(Ahmad et al., 2015). Bersama dengan gingerol dan shogaol, zingeron dapat
memberikan efek antagonis terhadap aktivas reseptor cholinergic (M)3 dan 5-
HT3. Dengan demikian dapat menghambat input saraf aferen yang menuju
sistem saraf pusat yang distimulasi oleh neurotransmitter khusus, yaitu serotonin,
yang dikeluarkan oleh gastrointestinal tract (Lete dan Allué, 2016).
6.4 Kelemahan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, yaitu masih adanya
ketidakseragaman rimpang jahe yang didapatkan dan adanya ketidaksesuaian
dengan kriteria yang ditentukan sehingga perlu dilakukan penyortiran dengan
teliti dan hati-hati. Selain itu jahe gajah didapatkan di saat bukan musim jahe. Hal
tersebut dapat memengaruhi kualitas kandungan zat gizi pada jahe itu sendiri
karena komposisi kimia jahe sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah
satunya yaitu waktu panen.
Jika diamati dari metode pasteurisasi minuman ini menggunakan metode
LTLT (Low Temperature Low Time) pada suhu 63-70°C selama 30 menit.
55
Metode ini dianggap lebih sederhana jika dibandingkan dengan metode yang
lain. Namun karena keterbatasan alat dan biaya, suhu pasteurisasi yang
digunakan masih menggunakan rentang suhu sehingga tidak dapat dipastikan
bahwa masing-masing formulasi diperlakukan dengan suhu pasteurisasi yang
sama dan stabil. Hal tersebut dapat memengaruhi kadar zingeron pada sampel.
Selain itu pada saat dipasteurisasi terjadi penguapan yang tidak diharapkan yaitu
sekitar 35-40 ml sehingga tidak dapat mencapai total formulasi yang telah
ditentukan dan harus mengulang proses pasteurisasi lagi untuk memenuhi total
kebutuhan formulasi. Dari keadaan tersebut maka perlu diperhitungkan faktor
penguapan agar lebih efektif dan dapat mencapai total formulasi yang
dibutuhkan.
Adapun keterbatasan lain dari penelitian ini yaitu hasil analisis kadar zingeron
yang didapatkan hanya berupa kadar relatif yaitu % luas area dari grafik
kromatogram. Konsentrasi senyawa zingeron dalam minuman sebenarnya dapat
diperoleh dengan cara memplotkan luas area tersebut ke dalam persamaan
regresi linier standar. Persamaan regresi linier standar didapatkan dari larutan
standar senyawa zingeron. Namun fasilitas laboratorium di Malang maupun di
wilayah Jawa Timur sangat terbatas karena tidak memiliki larutan standar
senyawa tersebut. Hal ini disebabkan karena larutan standar senyawa zingeron
tidak tersedia di Indonesia dan harganya yang tergolong sangat mahal.
56
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai
berikut.
7.1.1 Terdapat kandungan zingeron pada beberapa formulasi minuman
fungsional berbahan dasar jahe dan kacang-kacangan.
7.1.2 Kandungan zingeron pada perlakuan F1 yaitu sebesar 12,98 %
luas area.
7.1.3 Kandungan zingeron pada perlakuan F2 yaitu sebesar 3,15% luas
area.
7.1.4 Kandungan zingeron pada perlakuan F3 yaitu sebesar 13,93%
luas area.
7.1.5 Formulasi minuman dengan proporsi sari jahe tertinggi pada
perlakuan F3 memberikan kandungan zingeron yang tertinggi.
7.2 Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan, saran yang dapat dikemukakan
adalah sebagai berikut.
7.2.1 Perlu dipastikan kondisi dan keseragaman bahan-bahan yang
dipesan kepada pihak petani agar sesuai dengan kriteria bahan
57
yang diinginkan dan dilakukan sortir bahan sebelum dilakukan
penelitian.
7.2.2 Perlu diperhatikan suhu yang digunakan dan faktor penguapan
yang terjadi saat pasteurisasi. Sebaiknya tidak menggunakan
rentang suhu, namun gunakan suhu tertentu dan pastikan
pasteurisasi dipertahankan pada suhu tersebut. Bila
memungkinkan, gunakan metode pasteurisasi lain yang lebih
memudahkan.
7.2.3 Pengujian kadar zingeron pada penelitian ini masih berupa kadar
relatif yaitu % luas area grafik kromatogram. Sebaiknya perlu
dilakukan tahap lanjutan yaitu dengan memplotkan luas area grafik
kromatogram tersebut ke dalam persamaan regresi linier standar
sehingga kadar zingeron pada minuman fungsional dapat diketahui
secara pasti.
58
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad B. et al. A Review on Pharmacological Properties of Zingerone (4-(4-Hydroxy-3-methoxyphenyl)-2-butanone). The Scientific World Journal
Volume 2015 : 1-4. Aini N. 2015. Dahsyatnya Bumbu dan Sayuran Berkhasiat Obat. Yogyakarta :
Real Books. Hal 161-163. Ali B.H., G. Blunden, M.O., Tanira and A. Nemmar. 2008. Some Phytochemical,
Pharmacological and Toxicological Properties of Ginger (Zingiber Officinale Roscoe): A Review of recent research. Food and Chemical Toxycology. 46 : 409-420.
Amir AA. 2014. Pengaruh Penambahan Jahe (Zingiber officinalle Roscoe) dengan Level yang Berbeda terhadap Kualitas Organoleptik dan Aktivitas Antioksidan Susu Pasteurisasi. Tugas Akhir. Makassar : Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin. Ardani A. 2014. Perbandingan Efektifitas Pemberian Terapi Minuman Jahe
Dengan Minuman Kapulaga Terhadap Morning Sickness Pada Ibu Hamil Trimester I Dikelurahan Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Semarang : STIK Ngudi Waluyo Ungaran.
BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). 2005. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional. http://www.pom.go.id. (Diakses pada 19 Mei 2017)
Burkill I.H. 1935. A Dictionary of the Economic Products of the Malay Peninsula. Vol. I. London: Governments of the Straits Settlements and Federated Malay States by the Crown Agents for the Colonies.
Cahyadi W. 2012. Kedelai : Khasiat dan Teknologi. Jakarta : Bumi Aksara. Hal. 45-47.
et al. 2010. Williams Obstetrics. 23rd ed. USA : McGraw-Hill Company. p. 1113.
Dasilva K. 2017. Aktivitas Antioksidan pada Minuman Berbasis Jahe (Zingiber
officinale) dan Kacang-kacangan sebagai Antiemetik. Tugas Akhir. Belum diterbitkan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.
59
DerMarderosian A., Beutler JA. 2006. The Review of Natural Products. St. Louis, Mo.: Wolters Kluwer.
Ding M., Leach M., Bradley H. The Effectiveness and Safety of Ginger for Pregnancy-Induced Nausea and Vomiting: A Systematic Review. Women and Birth 26 (2013) e26–e30.
Ditjen POM Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dorland W.A. Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland, Ed. 28. Albertus
Agung Mohede (Penerjemah). 2011. Jakarta : EGC. Hal. 50. Fardiaz D. 1997. Makanan Fungsional dan Pengembangannya Melalui Makanan
Tradisional. Di dalam Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pangan. Denpasar, Bali, 16-17 July. 1997.
Fathona D. 2011. Kandungan Gingerol dan Shogaol, Intensitas Kepedasan dan
Penerimaan Panelis Terhadap Oleoresin Jahe Gajah (Zingiber officinale var. Roscoe), Jahe Emprit (Zingiber officinale var. Amarum), dan Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum [skripsi]. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Fitria R. Efektifitas Jahe untuk Menurunkan Mual Muntah pada Kehamilan
Trimester I di Puskesmas Dolok Masihul Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai. Jurnal Maternity and Neonatal Vol 1 No 2 : 64.
Goldberg I. 1994. Functional Food. New York : Champan & Hall
Gunawan K., Manengkei P.S.K., Ocviyanti D. Diagnosis dan Tata Laksana
Hiperemesis Gravidarum. J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 11, November 2011.
Ha C.S., Joo B.S., Kim S.C., Joo J.K., Kim H.G., Lee K.S. Estrogen
Administration During Superovulation Increases Oocyte Quality And Expressions Of Vascular Endothelial Growth Factor And Nitric Oxide Synthase In The Ovary. (Abstract). Journal of Obstetrics and Gynaecology Research Volume 36, Issue 4 August 2010.
Handayani T. 2013. Apotek Hidup. Jakarta : Padi. Hal. 47 – 55.
Hariana A. 2015. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya.
Hal 128-130. Hariyadi P. 2013. Freeze Drying Technology: for Better Quality & Flavor of Dried
Products. Foodreview Indonesia | Vol. VIII/N0.2/Februari 2013. Hendrata R. dan Suwardih. 2015. Tanaman Sereh Wangi (Cympogon nardus)
Herbie T. 2015. Kitab Tanaman Obat Berkhasiat : 226 Tumbuhan Obat untuk Penyembuhan Penyakit dan Kebugaran Tubuh. Yogyakarta : OCTOPUS Publishing House. Hal. 332-338.
Jaya F. 2008. The Effect of Thermal Processing to Antioxidant Activity of Zingiber
Officinale Roscoe and The Utilization of Honey as Natural Antioxidant to Produce Functional Drink. Master Thesis. Tidak diterbitkan. Malang :
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Jueckstock J.K., Kaestner R., Mylonas I. Managing Hyperemesis Gravidarum: A
Multimodal Challenge. BMC Medicine 2010, 8:46.
Kirk RE. and Othmer DF. 1952. Encyclopedia of Chemical Technology 3rd ed.
Vol. 1. New York : The Inter Science Encyclopedia Inc. Kishk YFM. dan El Sheshetawy HE. 2010. Optimization of Ginger (Zingiber
officinale) Phenolics Extraction Conditions and Its Antioxidant and Radical Scavenging Activities Using Response Surface Methodology. World J. Dairy & Food Sci., 5 (2),188-196.
Kristianingrum S. 2009. Analisis Nutrisi dalam Gula Semut. Makalah disajikan
dalam Kegiatan PPM “Tehnologi Pembuatan Gula Semut Aneka Rasa untuk Menumbuhkan Jiwa Wirausaha dan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat”, Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta, Minggu, 2 Agustus 2009.
Kumalaningsi S. 2006. Antioksidan Alami-Penangkal Radikal Bebas, Sumber,
Manfaat, Cara Penyediaan dan Pengolahan. Surabaya: Trubus
Agrisarana. Hal. 4-5, 16, 21, 24, 43. Latief A. 2014. Obat Tradisional. Jakarta : EGC. Hal. 79-80. Lee NM. dan Saha S. Nausea and Vomiting of Pregnancy. Gastroenterol Clin
North Am. 2011 June ; 40(2): 309–vii. Lempang M. Pohon Aren dan Manfaat Produksinya. Info Teknis EBONI Vol.9
No.1, Oktober 2012 : 37-54 Lete I. dan Allué J. The Effectiveness of Ginger in the Prevention of Nausea and
Vomiting during Pregnancy and Chemotherapy. Integrative Medicine Insights 2016:11 11–17.
Mahmud MK., Hermana, Zulfianto, NA., Apriyantono, RR., Ngadiarti, I., Hartati,
B., Bernadus dan Tinexcelly. 2009. Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI). Jakarta : Gramedia.
Malagelada JR. dan Malagelada C. 2010. Nausea and Vomiting dalam Mark
Feldman, Lawrence S. Friedman, Lawrence J. Brandt, (Eds), Sleisenger and Fordtran’s Gastrointestinal And Liver Disease : Pathophysiology/Diagnosis/Management, 10th Edition. Elsevier : United States of America. Hal. 212.
61
Malhotra S. dan Singh A.P. Medical Properties of Ginger (Zingiber officinale
296-297. Martirosyan DM. dan Singh J. A new definition of functional food by FFC: What
Makes A New Definition Unique?. Functional Foods in Health and Disease 2015; 5(6):209-223.
Mustafa T. dan Srivastava KC. 1990. Ginger (Zingiber Officinale Rosc) In
Migraine Headache. J. Erthnopharmacol. 29:267-273.
Pontoh J. 2012. Prosiding Seminar Nasional Aren: Aren untuk Pangan dan
Alternatif Energi Terbarukan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan :Kementrian Pertanian. Hal. 66-71.
Pritchard JA., MacDonald, P C., Gant, N F.. 1984. Williams Obstetrics, Ed. 17. R.
Hariadi (Penerjemah). 1991. Surabaya : Airlangga University Press. Hal. 228.
Purseglove JW., E.G. Brown, C.L. Green, and S.R.J. Robbins. 1981. Spices.
London and New York. pp. 447-531. Putra DS. 2009. Muntah pada Anak. Riau : Fakultas Kedokteran Universitas
Riau. Hal 1-2.
Putri DO. 2017. Kadar Total Fenol pada Minuman Fungsional Berbasis Jahe (Zingiber officinale) dan Kacang-kacangan sebagai Antiemetik. Tugas Akhir. Belum diterbitkan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.
Putri WDR. dan Kiki Febrianto. 2006. Rempah – Rempah : Fungsi dan Pemanfaatannya. Malang : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Hal 82-84, 87-88.
Rachman, Aditya, Ridwan Imaduddin. 2012. Perancangan dan Pembuatan
Segmen Pemanasan untuk Simulator Pasteurisasi Susu Secara Kontinyu dan Karakterisasi Perpindahan Panas [Tugas Akhir]. Bandung : Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung.
Rao BN. dan Rao BSS. Antagonistic Effects Of Zingerone, A Phenolic Alkanone
Against Radiation-Induced Cytotoxicity, Genotoxicity, Apoptosis And Oxidative Stress In Chinese Hamster Lung Fibroblast Cells Growing In Vitro. Mutagenesis vol. 25 no. 6 pp. 577–587, 2010.
Saminem. 2008. Kehamilan Normal : Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.
Hal. 5-6.
62
Setyawan AD. 2002. Keragaman Varietas Jahe (Zingiber officinale Rosc.) berdasarkan Kandungan Kimia Minyak Atsiri. BioSMART Volume 4, Nomor 2, Halaman: 48-54.
Soeprapto HS. dan Marzuki R. dan. 2004. Bertanam Kacang Hijau. Jakarta : Penebar Swadaya. Hal. 1-6.
Sukamto DM. dan Suheryadi D. 2011. Seraiwangi (Cymbopogon Nardus L)
sebagai Penghasil Minyak Atsiri, Tanaman Konservasi dan Pakan Ternak. Makalah disajikan dalam Prosiding Seminar Nasional Inovasi Perkebunan 2011.
Sukoharsono KA. 2017. Kandungan Protein pada Minuman Berbasis Jahe (Zingiber officinale) dan Kacang-kacangan sebagai Antiemetik. Tugas Akhir. Belum diterbitkan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.
Sulardjo dan Santoso A. Pengaruh Konsentrasi Gula Pasir terhadap Kualitas Jelli Buah Rambutan. Magistra No. 82 Th. XXIV Desember 2012 ISSN 0215-9511.
Sumarno. 2001. Kromatografi: Teori Dasar dan Petunjuk Praktikum. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.
Supardan MD., Fuadi, A., Alam, PN., Arpi, N.. Solvent Extraction Of Ginger Oleoresin Using Ultrasound. MAKARA, SAINS, VOL. 15, NO. 2, NOVEMBER 2011: 163-167.
Susilo E. 2011. Optimasi Formula Minuman Fungsional Berbasis Kunyit (Curcuma domestica Val.), Asam Jawa (Tamarindus indica Linn.), dan Jahe (Zingiber officinale var. Amarum) dengan Metode Desain Campuran (Mixture Design) [skripsi]. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Sutanto A. 2015. Teknologi Pengolahan Gula Merah Dan Gula Semut. (Online). (http://jateng.litbang.pertanian.go.id, diakses 3 Juni 2016)
Taylor T. Treatment of nausea and Vomiting in Pregnancy in Australian Prescriber Volume 37 : Number 2 : April 2014 : 42
Thorpe JF. 1974. Thorpe’s Dictionary of Applied Chemical. 4th edition. Vol III. Longman green and Company, London
Uhl SR. 2000. Handbook of Spices, Seasonings and Flavoring. Technomic
Publishing Co. Inc. Lancaster-USA.
Varma KR., Jain TC., Bhattacharyya SC. Structure and Stereochemistry of Zingiberol and Juniper Camphor. Tetrahedron 1962; 8:979. http:// il.proquest.com. Diakses pada 19 Mei 2017.
Vigon International Inc. 2014. Safety Data Sheet : Zingerone. (Online). (www.vigon.com, diakses 20 Mei 2016).
Warisno KD. 2010. Meraup Untung dari Olahan Kedelai. Jakarta : Agro Media Pustaka. Hal. 2, 4-5.
Wijayanti IP. 2017. Mutu Organoleptik pada Minuman Berbasis Jahe (Zingiber officinale) dan Kacang-kacangan sebagai Antiemetik. Tugas Akhir. Belum diterbitkan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.
Wiraharja RS., Heidy, Rustam S. dan Iskandar M. Kegunaan Jahe untuk Mengatasi Mual dalam Kehamilan. Damianus Journal of Medicine; Vol.10 No.3 Oktober 2011: hlm. 161–170.
Zhang YX., Li JS., Chen LH., Peng WW., Cai BC. HPLC Specific Chromatogram Study and Determination of Alkaloids from Four Kinds of Huanglian (Coptis chinensis Franch.). (Abstract). Chinese Journal of Pharmaceutical Analysis, Volume 32, Number 11, 2012, pp. 1957-1961 (5).