ANALISIS JENIS KALIMAT PADA KARANGAN GURU-GURU SD MAHAKAM ULU KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh: Herningdyah Cahyaning Ratri NIM: 121224035 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
237
Embed
ANALISIS JENIS KALIMAT PADA KARANGAN GURU ...pada Karangan Guru-Guru SD Mahakam Ulu Kalimantan Timur Tahun 2015. Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS JENIS KALIMAT
PADA KARANGAN GURU-GURU SD MAHAKAM ULU
KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Herningdyah Cahyaning Ratri
NIM: 121224035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ANALISIS JENIS KALIMAT
PADA KARANGAN GURU-GURU SD MAHAKAM ULU
KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Herningdyah Cahyaning Ratri
NIM: 121224035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
ANALISIS JENIS KALIMAT
PADA KARANGAN GURU‐ GURU SD MAI・ IAKAM ULU
KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2015
Dosen
Dr.B
第¨
Dosen Pembimbing II
Dr.Y.Kamin,卜〔.Pd. Pada tanggal, 20 Febmari 2017
Februari 2017
¬
TN15か:忙
Telah disetuiui oleh:
I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
ANALISIS Л NIS KALIMAT
PADA KARANGAN GURU‐ GURU SD MAIIIAKAM ULU
KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2015
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Ratri
Nama
Ketua
Sekretaris
Anggota I
Anggota2
Anggota 3
Dr.
Dr.R。
Yogyakarta, 28 Februari
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Sanata Dharma
‐7 卿 . ̈L( .M.Pd.
Rohandi,Ph.D.
¬PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya perembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan memberikan pertolongan tepat pada
waktu-Nya.
2. Orang tua tercinta, bapak Heru Sigit Cahyanto dan Ibu Sri Budiningsih serta Bapak
Ardi Suryanto dan Ibu Pandom Triasati yang selalu mendoakan dan memberikan
semangat.
3. Prodi PBSI Universitas Sanata Dharma sebagai tempat untuk menuntut ilmu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu
(Lukas 21:19)
Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam
doa (Roma 12:12)
-Ora et Labora-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah dsebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Februari 2017
Penulis
Herningdyah C.R.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Herningdyah Cahyaning Ratri
Nomor Mahasiswa : 121224035
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul Analisis Jenis Kalimat
pada Karangan Guru-Guru SD Mahakam Ulu Kalimantan Timur Tahun 2015.
Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma
hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari
saya maupun royalti kepada saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 28 Februari 2017
Saya yang menyatakan,
Herningdyah Cahyaning Ratri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Ratri, Herningdyah Cahyaning. 2017. Analisis Jenis Kalimat pada Karangan Guru-
Guru SD Mahakam Ulu Kalimantan Timur Tahun 2015. Skripsi. Yogyakarta:
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji jenis kalimat dalam karangan guru-guru SD Mahakam
Ulu, Kalimantan Timur, pada tahun 2015. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan:
(1) jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan (2) jenis kalimat berdasarkan bentuk
sintaksis pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu Kalimantan Timur.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Objek penelitian
ini adalah jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan bentuk sintaksis. Sumber data
penelitian ini adalah karangan tentang lingkungan yang dibuat para guru SD
Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. pengumpulan data dilakukan dengan
mengumpulkan dokumen berupa karangan. Tahap analisis data berupa identifikasi,
klasifikasi, dan interpretasi.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan menjadi dua hal. 1) Berdasarkan
jumlah klausa, jenis kalimat yang digunakan pada karangan guru-guru SD Mahakam
Ulu, Kalimantan Timur berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat
tunggal ada empat jenis, yakni kalimat tunggal dengan predikat verba, nomina,
adjektiva dan numeral. Sementara itu, kalimat majemuk ada tiga tipe, yakni kalimat
majemuk setara, bertingkat, dan campuran. 2) Berdasarkan bentuk sintaksis, jenis
kalimat yang digunakan pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan
Timur adalah kalimat deklaratif, kalimat imperatif, dan kalimat interogatif.
Implikasi penelitian ini adalah kemampuan menulis guru-guru SD Mahakam
Ulu sudah baik tetapi dapat ditingkatkan dalam penggunaan jenis kalimat terutama
pada kalimat tunggal dengan predikat frasa preposisional, kalimat majemuk setara
konjungsi penanda pemilihan, majemuk bertingkat anak kalimat pengandaian,
pembandingan, cara, alat dan perkecualian serta kalimat eksklamatif. Oleh sebab itu,
sebaiknya para guru khususnya guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur
mempelajari berbagai macam jenis kalimat secara lebih mendalam dengan berbagai
pelatihan.
Kata Kunci: Kalimat, Jenis Kalimat dan Karangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Ratri, Herningdyah Cahyaning. 2017. An Analysis of Type of Sentence Used in
Essays Written by Elementary Teachers of Mahakam Ulu, East Kalimantan
2015. A Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Study
Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma
University.
This research analyzed the type of sentence used in essays written by
Elementary Teachers of Mahakam Ulu, east Kalimantan in 2015. This research was
aimed to describe: (1) type of sentence based on the amount of clause on essays
written by Elementary Teachers of Mahakam Ulu and (2) type of sentence based on
the form of syntax on essays written by Elementary Teachers of Mahakam Ulu, East
Kalimantan.
The research was a qualitative descriptive research. The object of the research
was type of sentence based on the amount of clause and the form of syntax. The
sources of this research was essays about environment written by elementary teachers
of Mahakam Ulu, East Kalimantan. The technique to collect the data was conducted
by using documentation method. The stages of data analysis were identification,
classification, and interpretation.
The result of the research can be concluded be two things. 1) Based on the
number of clauses, the teachers of SD Mahakam Ulu, East Borneo used the simple
and complex sentences in the written essays. There were four types of simple
sentence, simple sentence with verb, noun, adjective, and numerals predicate.
Furthermore, there were three types of complex sentence, compound sentence,
complex sentence, and compound-complex sentence. 2) Based on the form of syntax,
type of sentence used in essays written by Elementary Teachers of Mahakam Ulu,
east Kalimantan were declarative sentence, imperative sentence, and interrogative
sentence.
The implication of this research was the writing ability of Elementary
Teachers Mahakam Ulu are good but can be improved on the use of type of sentence,
especially in the simple sentence with phrases prepositionalpredicate,compound
kalimat biasanya berupa frasa verbal atau fasa adjektival. Pada kalimat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
berpola S – P, predikat dapat berupa frasa nominal, frasa numeralia, atau frasa
preposisional (Alwi, 2010 : 333). Perhatikan contoh di bawah ini!
(12) Ibuku guru bahasa Inggris (P=FN) (13) Kakaknya tiga (P=FNum) (14) Adik sedang ke sekolah (P=FPrep) (15) Andi sedang bermain (P=FV) (16) Siswa itu pintar sekali (FAdj)
Kalimat (12) hingga (16) menunjukkan bahwa unsur predikat tidak hanya
dapat diisi oleh verba atau frasa verba, tetapi juga dapat diisi oleh kategori kata
apapun sesuai dengan konteks kalimatnya. Widjono Hs (2007: 148) menguraikan
bahwa unsur predikat memiliki ciri-ciri, yakni 1) dapat diketahui dari jawaban
mengapa atau bagaimana, 2) predikat tidak bisa disertai dengan pewatas yang,
3) subjek dapat didahului dengan kata adalah, ialah, yaitu, dan yakni, dan 4)
subjek dapat didahului dengan keterangan modalitas.
C. Objek
Objek merupakan bentuk gramatikal di dalam klausa yang berpotensi
berperan sebagai sasaran, hasil, dan peruntung (Khairah, 2014: 128). Sementara
itu, Alwi, dkk (2010: 335) juga menjelaskan bahwa kehadiran objek dituntut oleh
predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Verba aktif transitif
biasanya ditandai dengan afiks meng-, meng-kan, meng-i, memper-kan, dan
memper-i. Jadi, kehadiran objek berfungsi untuk melengkapi predikat berupa aktif
transitif. Objek pada kalimat aktif transitif akan menjadi subjek jika kalimat itu
dipasifkan. Objek biasanya berupa nomina atau frasa nomina. Perhatikanlah
contoh di bawah ini!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
(17) Ibu memberikan.
(18) Ibu memberikan uang saku kepada Andi. S P(transitif) O K
Jika dilihat kalimat (17) dan (18), unsur objek sangat berperan ketika
predikatnya berupa aktif transitif. Kalimat (17) tersebut sudah terdiri dari
sekurang-kurangnya subjek dan predikat, tetapi kalimat tersebut belum cukup
jelas maksudnya. Kalimat tersebut masih memerlukan objek untuk memperjelas
makna kalimat itu. Unsur objek tersebut akan menentukan sasaran dari subjek dan
predikat. Oleh karena itu, kalimat (18) dapat dikatakan kalimat yang utuh.
D. Pelengkap
Pelengkap merupakan bentuk gramatikal dalam klausa yang
kedudukannya hampir mirip dengan objek (TBBBI, 2010: 336 ). Perannya pun
hampir sama dengan objek, yakni sebagai sasaran, hasil, jangkauan identitas, dan
ukuran. Pelengkap sering berwujud nomina dan menempati posisi setelah predikat
yang berupa verba. Hal inilah yang sering membingungkan antara objek dan
pelengkap, karena keduanya sama-sama dapat menempati posisi setelah predikat.
Bagan di bawah ini akan menunjukkan persamaan dan perbedaan antara objek dan
pelengkap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Tabel 1. Perbedaan Objek dan Pelengkap (TBBBI, 2010 : 336)
Objek Pelengkap
Berwujud frasa nominal atau klausa. (19) Contoh: Badai Tsunami
melanda Jepang.
Berwujud frasa nominal, frasa adjektival, frasa verbal atau klausa.
(20) Saksi itu berkata jujur (Adj) (21) Artis itu pandai menari (V)
Berada langsung di belakang predikat. Contoh:
(22) Hakim itu memberikan S P tersangka beberapa pilihan.
O Pel
Berada langsung di belakang predikat jika tak ada objek (contoh a) dan jika ada objek berada langsung di belakang objek itu (contoh b). Contoh:
(23) Negara harus berlandaskan hukum.
(24) Ahmad menuliskan adiknya S P O surat. Pel
Menjadi subjek setelah pemasifan kalimat. Contoh:
(25) Jepang dilanda bencana banjir S P O
Tidak dapat menjadi pelengkap setelah pemasifan kalimat. Contoh:
(26) *Hukum harus dilandaskan negara
Dapat diganti dengan pronomina -nya. Contoh :
(27) Presiden memanggil Menteri Pertanian
(28) Presiden memanggilnya.
Tidak dapat diganti dengan –nya. Contoh:
(29) Presiden bertemu beberapa menteri.
(30) *Presiden bertemunya.
E. Keterangan
Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling
mudah berpindah letaknya (TBBBI, 2010: 337). Keterangan dapat berada di akhir,
di awal, bahkan di tengah kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Menurut Khairah (2014:131), keterangan berfungsi memberikan
penjelasan tambahan bagi unsur inti. Oleh karena itu, dalam struktur kalimat,
keterangan termasuk unsur periferal atau tambahan. Letaknya pun paling mudah
untuk berpindah. Konstituen keterangan, biasanya berupa frasa nominal, frasa
preposisional, atau frasa adverbial. Perhatikan contoh di bawah ini!
(31) Dia memotong rambutnya kemarin. (Ket.Waktu) (32) Kemarin dia memotong rambutnya. (33) Dia kemarin memotong rambutnya.
Kata kemarin dalam kalimat (31), (32), dan (33) merupakan unsur
keterangan yang tidak terikat. Maksudnya adalah kata kemarin dapat berubah-
ubah letaknya baik di depan subjek, di belakang subjek maupun di belakang
objek.
2.2.1.3 Pola Kalimat
Harimurti Kridalaksana (dalam Kamus Linguistik, 2008:196) mengatakan
bahwa pola kalimat merupakan konsep sintaksis yang mencakup konstruksi-
konstruksi pembentuk kalimat itu. Adanya pola kalimat itu memudahkan penulis
dalam membuat kalimat yang benar secara gramatikal. Selain itu, pola kalimat
dapat menyederhanakan berbagai kalimat agar mudah dipahami.
Hasan Alwi, dkk (dalam TBBBI, 2010: 326) mengatakan bahwa kalimat
dasar adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, unsur-unsurnya lengkap,
susunan unsur-unsurnya menurut urutan paling umum dan tidak mengandung
pertanyaan atau pengingkaran. Dengan kata lain, kalimat dasar tersebut identik
dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif yang urutan unsur-unsurnya paling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
lazim. Urutan unsur-unsur tersebut adalah S-P-(O)-(Pel)-(K) dengan catatan
bahwa unsur objek, pelengkap, dan keterangan yang ditulis di antara tanda kurung
tidak selalu hadir. Hasan Alwi, dkk (2010: 329) memaparkan bahwa umumnya
ada enam pola kalimat dasar yang dapat diturunkan dari pola S-P-(O)-(Pel)-(K).
Pola kalimat dasar tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Pola-Pola Kalimat Dasar Fungsi
Tipe
Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan
S-P Dina Mandi - - -
S-P-O Tito Membeli Bola - -
S-P-Pel Dia Menjadi - ketua kelas -
S-P-Ket Saya Bermain - - di halaman
S-P-O-Pel Ibu membelikan Adik Baju -
S-P-O-Ket Ayah menjemput Tono - di sekolah
Dalam pengembangannya, suatu kalimat dasar itu dapat berubah sesuai
dengan konteksnya, sehingga dapat berubah bentuk menjadi kalimat majemuk
setara, kalimat majemuk bertingkat, ataupun kalimat majemuk campuran. Ada
pula kalimat yang unsur-unsurnya atau fungsi sintaksinya tidak selalu hadir
bersamaan, paling tidak ada konstituen subjek dan predikat. Konstituen lainnya
banyak ditentukan oleh konstituen pengisi predikat.
Pada umumnya, banyak dari kalimat yang ditemukan urutan unsurnya
berbeda dengan urutan kelima fungsi sintaksis di atas, terutama yang menyangkut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
letak keterangan dan letak predikat terhadap subjek kalimat. Keterangan memiliki
banyak jenis dan letaknya dapat berpindah-pindah di dalam kalimat, baik di awal,
tengah maupun di akhir kalimat. Banyak juga kalimat yang predikatnya
mendahului subjek kalimat.
Urutan fungsi dalam bahasa Indonesia bisa dikatakan mengikuti pola S-P-
(O)-(Pel)-(K). Namun, ada satu pola kalimat dalam bahasa Indonesia yang
predikatnya selalu mendahului subjek. Perhatikan contoh di bawah ini.
(34) Ada pencuri di halaman itu. (35) Demikianlah hasil rapat hari ini.
Verba ada dan demikianlah pada kalimat (34) dan (35) terletak di depan
nomina. Dengan kata lain, urutan fungsinya adalah P-S-(O)-(Pel)-(Ket). Namun,
susunan itu dapat diubah kembali menjadi urutan fungsi biasa yakni subjek
mendahului predikat. Kalimat-kalimat yang predikatnya mendahului subjek
tersebut disebut kalimat inversi (TBBBI, 2010: 372).
2.2.1.4 Jenis Kalimat
Menurut Hasan Alwi (dalam TBBBI 2010: 343), jenis kalimat dapat
digolongkan menjadi empat, yaitu 1) jenis kalimat berdasar jumlah klausa,
2) jenis kalimat berdasar bentuk sintaksis, 3) jenis kalimat berdasar kelengkapan
unsur, dan juga 4) jenis kalimat berdasar urutan fungsi sintaksis. Dari keempat
jenis kalimat di atas, hanya akan dibahas dua jenis kalimat, yakni kalimat
berdasarkan jumlah klausanya dan berdasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat digolongkan menjadi
kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Hasan Alwi,dkk (2010: 343) menuturkan
bahwa kalimat tunggal dapat dibeda-bedakan lagi berdasarkan kategori
predikatnya menjadi lima golongan yakni 1) kalimat berpredikat verba, 2) kalimat
berpredikat adjektiva, 3) kalimat berpredikat nomina dan pronomina, 4) kalimat
berpredikat numeral, dan 5) kalimat berpredikat frasa preposisional.
Kalimat majemuk juga dapat dibedakan lagi menjadi kalimat majemuk
setara dan kalimat majemuk bertingkat. Menurut bentuknya atau kategori
sintaksisnya, kalimat dapat pula digolongkan menjadi kalimat deklaratif, kalimat
Jenis kalimat dapat digolongkan berdasarkan jumlah klausanya.
Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan
kalimat majemuk.
1) Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Hal itu
berarti bahwa konstituen untuk setiap unsur kalimat, seperti S dan P hanya ada
satu. Dalam kalimat tunggal tentu ada unsur wajib yang diperlukan. Di samping
itu, tidak menutup kemungkinan jika ada unsur-unsur manasuka yang
ditambahkan di dalamnya, seperti keterangan, pelengkap, dan objek. Dengan
demikian, kalimat tunggal tidak selalu berwujud pendek. Perhatikanlah contoh
berikut!
(36) Toni akan pergi. (37) Mereka akan membentuk kelompok belajar. (38) Guru Bahasa Indonesia kami akan dikirim ke luar negeri. (39) Pekerjaan Anwar mengurus tanaman di kebun raya Bogor.
Contoh kalimat (36) hanya memiliki satu unsur subjek (Toni) dan satu
unsur predikat (akan pergi). Kalimat (37) lebih lengkap karena ada unsur objek.
Meskipun demikian, setiap unsurnya hanya ada satu. Kalimat (38) dan (39) juga
hanya memiliki unsur wajib, yakni S dan P dan disertai unsur manasuka seperti O,
Pel dan K, tetapi semua unsurnya hanya ada satu, baik berupa kata maupun frasa.
Berdasarkan predikatnya kalimat tunggal dapat dibagi menjadi kalimat
Ramlan (2008: 40) membagi beberapa konjungtor koordinasi dalam
beberapa golongan berdasarkan sifat hubungannya. Ada lima golongan
konjungtor koordinatif jika dilihat dari hubungan semantisnya.
(a) Konjungsi yang menandai pertalian semantik penjumlahan: dan, dan lagi, lagi pula, dan serta. (b) Konjungsi yang menandai pertalian semantik pemilihan: atau. (c) Konjungsi yang menandai pertalian semantikperurutan: kemudian
dan lalu. (d) Konjungsi yang menandai pertalian semantik lebih: bahkan.
Kalimat
Klausa Konjungtor Klausa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
(e) Konjungsi yang menandai pertalian semantik perlawanan: tetapi. akan tetapi, melainkan, namun, padahal, sebalikmya, sedangkan, dan sedang.
b. Kalimat Majemuk Bertingkat
Hubungan subordinasi dalam suatu kalimat biasa disebut kalimat
majemuk bertingkat. Hubungan subordinasi menggabungkan dua klausa atau
lebih secara bertingkat (TBBBI, 2010: 398). Maksudnya, salah satu klausanya
menjadi bagian dari klausa yang lain. Jadi, klausa-klausa yang disusun dalam
kalimat majemuk dengan cara subordinasi itu tidak memiliki kedudukan yang
setara atau dengan kata lain hubungan subordinasi menunjukkan hubungan yang
hierarkis. Hubungan subordinasi dalam suatu kalimat tersebut dapat dilihat pada
contoh di bawah ini.
(64) Candi Gedung Songo itu menjadi mutiara kehidupan (klausa bawahan).
(65) Candi Gedung Songo menjadi sumber nafkah bagi masyarakat sekitarnya.
(66) Candi Gedung Songo menjadi mutiara kehidupan karena menjadi sumber nafkah bagi masyarakat sekitarnya.
Kalimat (66) di atas terlihat ada penggabungan dua klausa yang saling
terikat, yakni klausa (64) dan klausa (65), di mana klausa (64) menjadi klausa
utama dan klausa (65) menjadi klausa bawahan dengan konjungtor karena.
Berikut bagan tentang hubungan antarklausa dalam hubungan subordinasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Bagan 3. Hubungan Subordinasi Kalimat
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa klausa 2 berkedudukan sebagai
konstituen klausa 1 atau bagian dari klausa 1. Klausa 2 yang berkedudukan
sebagai konstituen klausa 1 disebut klausa subordinatif, sedangkan klausa 1 meru-
pakan tempat dilekatkannya klausa, disebut juga klausa utama.
Menurut Alwi, dkk (2010: 400), ada sepuluh jenis konjungtor
subordinatif dalam kalimat majemuk bertingkat. Kesepuluh klausa itu akan
(g) Konjungsi sebab atau alasan: sebab, karena, oleh karena. (h) Konjungsi hasil atau akibat : sehingga, sampai(-sampai). (i) Konjungsi cara: dengan, tanpa. (j) Konjungsi alat: dengan, tanpa.
Kalimat
Klausa 1
Klausa 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Ramlan (2008: 45) menambahkan tiga konjungtor subordinatif yang
belum dijelaskan dalam TBBBI (2010) tersebut. Ketiga konjungtor subordinatif
itu dapat dilihat pada uraian di bawah ini.
(a) Konjungsi isi atau komplemen: bahwa. (b) Konjungsi perkecualian: kecuali. (c) Konjungsi penjumlahan: selain dan di samping.
c. Kalimat Majemuk Kompleks (Campuran)
Selain kedua bentuk kalimat majemuk di atas, masih ada satu bentuk
kalimat majemuk, yakni kalimat majemuk kompleks. Menurut Chaer (2011:
347), kalimat majemuk kompleks adalah kalimat yang terdiri dari tiga atau lebih
klausa. Kalimat tersebut ada yang berhubungan secara koordinatif (setara) dan
ada yang berhubungan secara subordinatif (bertingkat). Penggabungannya
biasanya dibantu dengan berbagai kata penghubung baik koordinatif maupun
subordinatif. Kalimat majemuk kompleks ini biasa disebut dengan kalimat
majemuk campuran. Perhatikan contoh berikut!
(66) Untuk pendakian gunung besok pagi, hal pertama yang harus
diperhatikan adalah kondisi fisik dan hal kedua adalah bekal makanan.
Kalimat (66) di atas merupakan kalimat majemuk kompleks karena
tersusun dari klausa bertingkat dan klausa setara. Klausa bertingkat pada kalimat
di atas menduduki fungsi subjek, yakni pada klausa hal pertama yang harus
diperhatikan. Frasa hal pertama diperluas dengan konjungsi yang lalu diikuti
dengan fungsi predikat harus diperhatikan. Klausa setara pada kalimat di atas,
yakni ditandai dengan konjungsi dan lalu dilanjutkan dengan fungsi subjek pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
frasa hal kedua, predikat pada kata adalah, dan pelengkap pada frasa bekal
makanan. Bagan di bawah ini menunjukkan hubungan antarkalimat majemuk
campuran.
Bagan 4. Hubungan Antarklausa dalam Kalimat Majemuk Campuran
B. Kalimat berdasar Bentuk Sintaksis
Berdasarkan bentuk sintaksis, kalimat dibagi atas 1) kalimat deklaratif
atau kalimat berita, 2) kalimat imperatif atau kalimat perintah, 3) kalimat
interogatif atau kalimat tanya, dan 4) kalimat eksklamatif atau kalimat seru
(TBBBI, 2010: 360). Keempat jenis kalimat tersebut akan dipaparkan pada uraian
berikut ini.
1) Kalimat Berita (Deklaratif)
Menurut Alwi, dkk (2010: 284), kalimat berita berfungsi untuk
memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
berupa perhatian dari mitra tutur. Kadang respons atau bentuk dari perhatian itu
jawaban “ya” dari mitra tutur. Di samping itu, dalam kalimat berita tidak terdapat
kata-kata tanya seperti apa, siapa, di mana, mengapa, dan kata-kata ajakan seperti
mari, ayo, kata persilakan silakan, serta kata larangang jangan. Dalam bentuk
tulisan, kalimat berita diakhiri dengan tanda titik (.) sedangkan dalam bentuk lisan
diakhiri dengan nada menurun.
2) Kalimat Perintah (Imperatif)
Menurut Chaer (2011:356), kalimat perintah adalah kalimat yang
dibentuk untuk mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan. Dalam bentuk
tulisnya, kalimat perintah atau kalimat imperatif biasanya diakhiri dengan tanda
seru (!). Sementara itu, dalam bentuk lisan, intonasi ditandai dengan nada rendah
diakhir tuturan. Ada tiga jenis kalimat imperatif, yaitu kalimat perintah, kalimat
larangan, dan kalimat seruan. Pada TBBBI (2010), kalimat seruan tergolong pada
kalimat eksklamatif.
3) Kalimat Tanya (Interogatif)
Kalimat tanya adalah kalimat yang berfungsi untuk mengharapkan reaksi
atau jawaban dari seseorang (Chaer, 2011: 350). Kalimat ini secara formal
ditandai dengan kehadiran kata tanya seperti apa, siapa, kapan, bagaimana, dan
mengapa. Kalimat ini memiliki pola intonasi yang berbeda dengan pola intonasi
kalimat berita. Perbedaan pola intonasi itu terutama terletak pada nada akhirnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Pada intonasi kalimat berita, bernada akhir turun, sedangkan pada kalimat tanya
bernada akhir naik.
4) Kalimat Eksklamatif
Kalimat eksklamatif atau kalimat seru, secara formal ditandai dengan
kata alangkah, betapa atau bukan main pada kalimat berpredikat adjektiva.
Kalimat eksklamatif ini berfungsi untuk menyatakaan perasaan kagum atau heran.
Menurut TBBBI (2010: 371), cara pembentukan kalimat eksklamatif sebagai
berikut.
a) Balikkan urutan unsur kalimat dari S-P ke P-S. b) Tambahkan partikel –nya pada (adjektiva) P. c) Tambahkan kata (seru) alangkah, betapa, bukan main di depan P jika dianggap
perlu. Agar lebih jelas, di bawah ini terdapat beberapa contoh kalimat
eksklamatif. Perhatikan contoh di bawah ini!
(67) Pergaulan mereka bebas. (68) a. Bebas pergaulan mereka
b. Bebasnya pergaulan mereka! c. Alangkah bebasnya pergaulan mereka!
Kalimat (67) di atas merupakan kalimat deklaratif, tetapi dapat
dikembangkan menjadi kalimat eksklamatif (68)a, (68)b, dan (68)c. Contoh
kalimat (68)a di atas menggunakan cara membalik urutan fungsi S-P menjadi P-S,
sehingga predikat bebas berada di awal kalimat. Contoh kalimat (68)b
menggunakan cara menambahkan partikel–nya di belakang predikat adjektif
bebas. Kalimat (68)c menggunakan cara menambahkan kata seru alangkah di
depan predikat bebasnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
2.2.2 Karangan
Karangan merupakan hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa
tulis yang dapat dibaca atau dimengerti oleh pembaca (Gie, 1992:23). Karangan
secara umum dapat digolongkan menjadi lima jenis, yakni karangan narasi,
deskripsi, eksposisi, argumentasi, perusasi.
Narasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berisi cerita. Narasi pada
umumnya bertujuan menggerakan aspek emosi pembaca. Dengan narasi,
penerima (pembaca) dapat membentuk citra imajinasi (Rani, dkk, 2006: 45).
Narasi memiliki unsur-unsur cerita yang penting seperti unsur waktu,
pelaku, dan peristiwa (Rani, dkk, 2006 : 45). Perhatikan contoh berikut ini!
(69) Pada bulan Januari 1946, ada sebuah kapal penumpang bertolak dari kota Surabaya menuju Jakarta. Di antaranya ada sejumlah penumpang yang merupakan sukarelawan perang berasal dari Jakarta. Mereka dikirim satuannya untuk mempertahankan kota Surabaya. Tidak jauh dari mulut Selat Madura kapal tersebut meledak dan tenggelam beserta seluruh isinya (Keraf dalam Argumentasi dan Narasi, 2007).
Unsur waktu pada kutipan di atas muncul di awal kalimat, yakni pada
bulan Januari 1946. Sementara itu, unsur pelaku pada kutipan di atas adalah
sejumlah penumpang yang merupakan sukarelawan perang. Unsur yang tidak
kalah penting dalam kutipan (69) di atas adalah unsur peristiwa. Peristiwa yang
diceritakan dalam kutipan di atas adalah kapal yang mengangkut sejumlah
sukarelawan perang dari Jakarta meledak dan tenggelam di Selat Madura.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk
mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar pembaca percaya dan akhirnya
bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis (Keraf, 2007: 3). Dalam
karangan argumentasi, penulis menggunakan fakta-fakta atau bukti-bukti untuk
memperkuat pendapatnya apakah suatu hal itu benar atau tidak. Fakta-fakta
tersebut dapat menjadi dasar penulis untuk berpikir kritis dan logis, karena dasar
sebuah tulisan yang bersifat argumentatif, yakni berpikir kritis dan logis. Untuk
memperjelas uraian tersebut, di bawah ini disajikan kutipan paragraf argumentasi.
(70) Saat ini sampah berserakan di mana-mana. Hal ini dapat kita lihat di sekeliling kita. Sampah-sampah tersebut biasanya berasal dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan malas membuang sampah pada tempatnya. Sampah yang berkumpul itu menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga dapat membuat polusi udara. Selain itu, tumpukan sampah tersebut menjadi sarang berkembangbiaknya berbahaya. Sumber penyakit itu akan terbawa dengan udara sehingga akan terhirup oleh kita. Akibatnya, kita akan menjadi sakit dan tentunya juga akan menular kepada orang lain yang ada di sekitar kita (www.kelasindonesia.com).
Kutipan (70) di atas merupakan paragraf argumentasi sebab-akibat.
Paragraf tersebut dalam pengembangannya berasal dari suatu permasalahan yang
diawali dengan sebab-sebab terjadinya permasalahan itu. Setelah itu, paragraf
tersebut mengarah pada suatu kesimpulan yang berisi pendapat dengan bentuk
akibat yang ditimbulkan dari sebab-sebab yang telah diuraikan sebelumnya.
Menurut Keraf (2007: 118), karangan persuasi bertujuan untuk
meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki
penulis/pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang. Persuasi
tidak mengambil bentuk paksaan terhadap orang yang menerimanya, tetapi
berupaya untuk merangsang pembaca mengambil tindakan sesuai dengan yang
diinginkan penulis. Upaya-upaya tersebut biasanya berupa bukti-bukti meskipun
bukti tersebut tidak setegas seperti yang dilakukan oleh karangan argumentasi.
Semua bentuk argumentasi biasanya menggunakan pendekatan emotif, yaitu
berusaha membangkitkan emosi para pembaca. Contoh paragraf persuasi dapat
dilihat pada kutipan (71) ini.
(71) Tubuh kita sangat membutuhkan berbagai macam vitamin dan mineral yang berguna bagi kebutuhan hidup kita. Vitamin dan mineral tersebut banyak terdapat pada makanan-makanan yang bergizi, seperti buah, daging, susu, sayuran dan kacang-kacangan. Jika kebutuhan vitamin dan mineral tercukupi, maka kita menjadi sehat dan tidak mudah sakit. Sebaliknya, jika kita kekurangan vitamin dan mineral maka tubuh kita akan mudah terserang penyakit. Oleh karena itu, agar tubuh selalu sehat, makanlah makanan-makanan yang bergizi. Selain itu, janganlah lupa untuk mengimbanginya dengan olahraga secara teratur (www.prbahasaindonesia.com).
Kutipan (71) di atas menunjukkan bahwa penulis ingin mempengaruhi
pembaca dengan cara memaparkan bukti-bukti tentang tubuh manusia
membutuhkan berbagai macam vitamin dan mineral. Penulis juga memaparkan
akibat seseorang jika kekurangan vitamin dan mineral. Bukti-bukti pada paragraf
persuasi bertujuan untuk membangkitkan emosi pembaca. Selain dengan bukti-
bukti, penulis juga memberikan kalimat persuasif atau ajakan agar pembaca mau
Eksposisi atau pemaparan adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika
yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran, yang
dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca uraian
tersebut (Keraf, 1982: 3). Bila dibandingkan dengan bentuk karangan lainnya,
seperti argumentasi, deskripsi, dan narasi, pada dasarnya semua bentuk karangan
itu bertujuan memperluas pengetahuan seseorang. Namun, tujuan yang paling
menonjol pada karangan eksposisi adalah memperluas pandangan atau
pengetahuan pembaca sedangkan karangan lainnya menonjolkan aspek yang lain.
Contoh kalimat eksposisi dapat dilihat pada kutipan (72) ini.
(72) Para penjual makanan mengeluhkan kenaikan harga BBM. Pasalnya,naiknya harga BBM membuat bahan-bahan baku naik. Alhasil, para penjual harus menyiasati hal ini dengan memperkecil porsi atau menaikkan harga makanan yang mereka jual (www.belajarbahasaindonesia.com).
Hal yang paling ditonjolkan pada paragraf (72) di atas adalah tujuannya
untuk memperluas pemahaman pembaca dengan memaparkan ide pokok
pengarang. Ide pokok yang dipaparkan pada kutipan di atas adalah para penjual
makanan mengeluhkan harga BBM yang mempengaruhi kenaikan bahan-bahan
baku.
Deskripsi merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha
para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang
dibicarakan (Keraf, 1982: 93). Dalam deskripsi, penulis memindahkan kesan-
kesannya, memindahkan hasil pengamatan, dan perasaannya pada pembaca. Ia
menyampaikan sifat dan semua perincian wujud yang dapat ditemukan pada
obyek tersebut. Perhatikan contoh kalimat deskripsi berikut!
(73) Pemandangan pantai Pangandaran sangat memesona. Di sebelah kanan terlihat perbukitan yang memanjang. Sementara itu, di sisi kiri terdapat perkampungan nelayan dengan beraneka perahu tradisional. Pantai ini pun banyak dipenuhi kios cinderamata, penginapan, dan toko kelontong. Bagi para wisatawan yang ingin mengabadikan momen bersama keluarga, pantai Pangandaran sangat tepat sebagai tempat tujuan wisata air (www.slideshare.net).
Kutipan paragraf deskripsi (73) di atas bertujuan untuk memberikan
perincian-perincian berupa pemandangan pantai pangandaran. Pengarang
memerinci pemandangan pantai itu dengan cara menuliskan hasil pengamatannya
pada objek tersebut. Hasil pengamatan yang dapat dilihat pada kutipan (73)
tersebut adalah pantai pangandaran dibatasi oleh perbukitan yang memanjang di
sebelah kanannya. Sebelah kiri pantai tersebut adalah perkampungan nelayan.
Rincian-rincian letak objek tersebut merupakan salah satu contoh paragraf
deskripsi.
2.2.3 Kompetensi Guru Sekolah Dasar (SD)
Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat
(10) dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
atau dosen dalam melakukan tugas keprofesionalan. Menguasai mata pelajaran
bahasa Indonesia adalah salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh
guru SD terutama guru kelas. Mata pelajaran bahasa Indonesia untuk SD
merupakan mata pelajaran wajib diajarkan. Salah satunya adalah pengetahuan
tentang mata pelajaran bahasa Indonesia. Dalam pembelajarannya, salah satu
komponen pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar adalah keterampilan
menulis. Guru harus siap dan memiliki wawasan yang baik dalam mengajarkan
mata pelajaran bahasa Indonesia terlebih tentang menulis.
2.2.4 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir penelitian ini adalah sebagai berikut.
Kajian teori pada penelitian ini adalah jenis kalimat berdasarkan jumlah
klausa dan berdasarkan bentuk sintaksis dalam karangan. Jenis kalimat
berdasarkan jumlah klausa dan bentuk sintaksis menggunakan teori dari Alwi
dalam TBBBI. Hal ini karena teori dari Alwi dirasa lebih relevan dengan data
yang akan dianalisis yang berupa kalimat daripada teori lain.
Menurut Alwi, dkk dalam TBBBI (2010: 317), kalimat adalah satuan
bahasa terkecil dalam wujud lisan maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran
secara utuh. Dalam bentuk lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan
keras lembut disela jeda, serta diakhiri dengan intonasi bunyi diikuti oleh
kesenyapan. Dalam wujud tulisan (Latin), kalimat dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!). Sementara
itu, di dalam kalimat itu disertakan pula tanda koma (,), titik dua (:), tanda pisah
(-), dan spasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Kalimat dapat digolongkan menjadi beberapa jenis. Menurut TBBBI ada
empat penggolongan kalimat antara lain, yakni penggolongan kalimat berdasarkan
jumlah klausa dan bentuk sintaksisnya. Berdasarkan jumlah klausa kalimat
dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk
dapat digolongkan lagi menjadi kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
bertingkat. Kalimat juga dapat digolongkan berdasarkan bentuk sintaksisnya,
yakni kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), kalimat perintah
(imperatif), dan kalimat seru (eksklamatif).
Penelitian ini mencari jenis kalimat dalam wacana bidang pendidikan,
secara khusus pada karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu. Berikut
dipaparkan alur berpikir dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Bagan 5. Alur Kerangka Berpikir
KARANGAN GURU-GURU SEKOLAH DASAR
KABUPATEN MAHAKAM ULU, KALIMANTAN TIMUR
Proses Berpikir
JENIS KALIMAT
Alwi, dkk (2010) berpendapat bahwa berdasarkan jumlah klausa kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat digolongkan lagi menjadi kalimat
Alwi, dkk (2010) berpendapat bahwa berdasarkan bentuk sintaksis kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), kalimat perintah
Analisis Hasil
Kesimpulan
KLASIFIKASI
Kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini
termasuk dalam penelitian deskriptif karena penelitian ini mendeskripsikan jenis
kalimat dalam karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan
Timur. Hal ini selaras dengan pendapat Moleong (2006:11) bahwa penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang menggunakan kata-kata dan gambar (bukan
angka-angka) sebagai datanya. Dengan demikian, laporan penelitian nantinya
berisi kutipan-kutipan data yang berupa kalimat-kalimat untuk memberi gambaran
penyajian laporan tersebut. Arikunto (2006: 10) berpendapat bahwa penelitian
deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat keadaan sementara objek yang
diamati pada saat penelitian.
Menurut Moleong (2006: 6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan. Penelitian ini
termasuk dalam penelitian kualitatif karena data yang diperoleh adalah 20
karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Objek
penelitiannya berkaitan dengan fenomena atau kasus kebahasaan yang
diwujudkan dalam bentuk karangan dan hasil analisis data dipaparkan dalam
bentuk uraian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
3.2 Data dan Sumber Data
Arikunto (2006: 129) memaparkan bahwa sumber data adalah subjek dari
mana data dapat diperoleh. Sumber data penelitian ini adalah 20 karangan guru-
guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur pada tahun 2015. Data
yang dianalisis berupa kalimat pada karangan-karangan tersebut. Berikut ini
dipaparkan nama dan judul karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan
Timur.
Tabel 3. Nama Guru dan Judul Karangan
No Nama Judul Jenis Karangan Asal Sekolah
1 Antonius Anyeq Lingkungan Eksposisi SDN 002 Ujoh Bilang
2 Antonius Bunsu Lingkungan Narasi SDN 004 Noha Silat, Kec. Long Apari
3 Albertus Hajang Lingkungan Persuasi SDN 008 Mandak Besar
4 Donatus Dia Jagalah Kebersihan
Eksposisi SDN 001 Lahan
5 Eka Saptha Bahaya Banjir Narasi SDN 001 Ujoh Bilang
6 Havui Larah, S.Pd
Buanglah Sampah Pada Tempatnya
Persuasi SDN 005 Long Lunuk
7 Jumsaber Oang Lingkungan Narasi SDN 003 Long Penareh
8 Laan Lenjau Lingkungan Narasi SDN 004 Datah Bilang
9 Leris Uluk, S.Pd, SD
Lingkungan Narasi SDN 004 Datah Bilang
10 Marta Hibau Lingkungan Rumahku
Eksposisi SDN 003 Long Bangun
11 Martha Tukau Luhau
Lingkungan Narasi SDN 008 Mahakam Teboq Ilir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
12 Monika H. Lingkungan Narasi SDN 008 Mamahak Besar
13 Muhamad Nasir Lingkungan Eksposisi SDN 002 Muara Hatah
14 Natalia Hong Lingkungan Narasi SDN 002 Datah Bilang
15 P. Jaang Ajat Lingkungan Eksposisi SDN 002 Long Pahangai
16 Teofilius Ledok (Tidak ada judul) Persuasi SDN 001 Tiong Bu’u
17 Theresia Hipui Lingkungan Narasi SDN 007 Mahakam Teboq
18 Theresia Novi Partiwi B.
Lingkungan Narasi SDN 001 Long Hubung
19 Luhung Huvat Menciptakan Lingkungan Sehat
Eksposisi SDN 003 Long Tuyoq
20 Ester Ms Libe Akibat Banjir Narasi SDN 011 Long Hurai
3.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini ada dua, yakni jenis kalimat berdasarkan jumlah
klausa dan jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksis. Kedua objek penelitian
tersebut terdapat dalam karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu,
Kalimantan Timur.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti
itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Moleong (2006: 9) bahwa ciri khas
peneliti sebagai instrumen penelitian, yakni peran serta peneliti tersebut. Dalam
suatu penelitian, peneliti dapat mengamati secara langsung objek yang akan
ditelitinya. Peneliti dapat berhubungan langsung dengan data dan mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
memahami serta menilai bentuk dari interaksi di lapangan. Maksudnya adalah
peneliti mampu melihat bagaimana kondisi di lapangan yang sebenarnya. Peneliti
sendiri melakukan pengamatan dengan cara membaca karangan kedua puluh guru-
guru SD se-Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.
Moleong (2006: 168) menjelaskan bahwa kedudukan peneliti dalam
penelitian kualitatif cukup rumit. Peneliti sekaligus merupakan perencana,
pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi
pelapor penelitiannya.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan metode
dokumentasi. Hal ini sesuai dengan teori Arikunto (1996: 234) bahwa metode
dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan sebagainya. Sugiyono (2009: 329)
berpendapat bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi karena karangan
guru-guru SD Mahakam Ulu termasuk dalam dokumen yang berbentuk tulisan.
Pengumpulan data dilakukan melalui empat tahap. Tahapan pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Peneliti mengumpulkan 20 karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam
Ulu, Kalimantan Timur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
b. Peneliti membaca dan mengidentifikasi kalimat-kalimat dalam 20 karangan
berdasarkan jumlah klausa dan bentuk sintaksis.
c. Peneliti mencatat kalimat-kalimat tersebut berdasarkan klasifikasi yang telah
ditentukan menggunakan komputer.
d. Peneliti memberi kode untuk masing-masing data kalimat.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan metode agih.
Sudaryanto (2015: 18) berpendapat bahwa alat penentu dalam metode agih ini
jelas selalu berupa bagian dari bahasa yang berkaitan dengan objek sasaran
penelitian itu sendiri, seperti kata, fungsi sintaksis, klausa, silabe kata, dan lain-
lain. Pada penelitian karangan guru-guru SD Mahakam Ulu ini, alat untuk
menganalisis datanya adalah bagian atau unsur bahasa yang menjadi objek
penelitian, yakni unsur-unsur kalimat yang disebut klausa dan pola dasar klausa
serta bentuk-bentuk sintaksis kalimat.
Metode agih ini memiliki dua teknik, yakni teknik dasar dan teknik
lanjutan. Penelitian analisis struktur kalimat dan penalaran karangan guru-guru
SD Mahakam Ulu ini menggunakan teknik dasar, yakni teknik bagi unsur
langsung. Disebut demikian karena cara yang digunakan untuk menganalisis data
dalam karangan ialah membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa unsur
sintaksis. Analisis data tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut.
a. Data yang telah ditulis pada kolom-kolom diberi kode berdasarkan jenis
kalimatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
b. Peneliti menganalisis kalimat berdasarkan jumlah klausanya, seperti mengacu
pada teori tentang klausa yang dijelaskan oleh Alwi (dalam TBBBI,
2010: 319).
c. Peneliti juga menganalisis kalimat berdasarkan bentuk sintaksis, seperti
mengacu pada teori tentang bentuk sintaksis kalimat yang dijelaskan oleh
Alwi (dalam TBBBI, 2010: 360 ).
d. Peneliti membuat kesimpulan berdasarkan langkah (b) dan (c) tersebut.
e. Peneliti meminta triangulasi hasil analisis ini kepada ahli.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengkodean dalam analisis
kalimat. Manfaat pengkodean adalah semakin memudahkan peneliti dan pembaca
dalam mengamati jenis-jenis kalimat yang ada pada karangan. Berikut ini
dipaparkan pengkodean yang digunakan oleh peneliti dalam tabel 4 dan 5 di
bawah ini.
Tabel 4. Kode Fungsi Sintaksis Tabel 5. Kode Penomoran Karangan
Contoh penggunaan kode penomoran karangan: kode (Kr1.P1.K1) menunjukkan
karangan nomor urut pertama, pada paragraf pertama dan pada kalimat pertama.
S = Subjek P = Predikat O = Objek Pel = Pelengkap K= Keterangan
Kr (1) Karangan (1) P (1) Paragraf (1) K (1) Kalimat (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
3.7 Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu (Moelong, 2006: 330). Setelah peneliti
menyelesaikan analisis data, peneliti harus melakukan triangulasi. Jadi, peneliti
melakukan pengecekan keabsahan data kepada ahli. Peneliti melakukan
triangulasi kepada dua orang triangulator, yaitu Dr. Y. Karmin, M.Pd. dan Septina
Krismawati, S.S., M.A. Setelah peneliti memperoleh data yang valid, peneliti
dapat segera menyajikan data dalam bentuk deskripsi kata-kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini terdiri atas tiga bagian, yaitu deskripsi data, analisis data, dan
pembahasan. Bagian pertama, peneliti menguraikan data penelitian. Bagian kedua,
peneliti menjelaskan hasil temuan dari analisis data berdasarkan kedua rumusan
masalah, yaitu (1) jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa yang digunakan guru-
guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, dan (2) jenis kalimat berdasarkan
bentuk sintaksis yang digunakan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.
Bagian ketiga, peneliti membahas temuan penelitian dalam konteks teori yang
dianut dan penelitian yang sejenis.
4.1 Deskripsi Data
Data penelitian ini berupa kalimat-kalimat yang dihasilkan para guru SD
Mahakam Ulu pada karangan mereka. Kalimat yang dari segi jumlah klausanya
disebut sebagai kalimat tunggal dan majemuk serta kalimat yang dari segi bentuk
sintaksisnya disebut sebagai kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Dari
20 karangan para guru ditemukan 188 kalimat yang dapat diambil sebagai data
penelitan. Adapun rincian kalimat pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu
adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
4.1.1 Data Kalimat berdasarkan Jumlah Klausa
Berdasarkan jumlah klausa, data kalimat yang terdiri dari satu klausa
berupa kalimat tunggal berpredikat nomina, kalimat tunggal berpredikat verba,
kalimat tunggal berpredikat adjektiva, dan kalimat tunggal berpredikat numeral.
Sementara itu, data kalimat yang memiliki dua atau lebih klausa berupa kalimat
majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
Berdasarkan perhitungan, peneliti menemukan kalimat tunggal sebanyak
105 buah kalimat dengan rincian: (1) kalimat tunggal berpredikat nomina
sebanyak 2 buah kalimat, (2) kalimat tunggal berpredikat verba sebanyak
100 buah kalimat, (3) kalimat tunggal berpredikat adjektiva sebanyak 2 buah
kalimat, dan (4) kalimat tunggal dengan frasa numeral sebanyak 1 buah kalimat.
sedangkan kalimat majemuk dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu
berjumlah 83 buah kalimat dengan rincian : (1) kalimat majemuk setara sebanyak
23 kaimat, (2) kalimat majemuk bertingkat sebanyak 51 kalimat, dan majemuk
campuran sebanyak 9 kalimat. Peneliti merinci hasil yang ditemukan di dalam
Tabel 3 mengenai data kalimat berdasarkan jumlah klausa dan contoh kalimat
yang dimaksud.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel 6
Data Kalimat berdasarkan Jumlah Klausa
Kr Kalimat Tunggal dengan Predikat Kalimat Majemuk V N Adj F.Prep Num MS MB MC
Keterangan Kr : Karangan N : Nomina MS : Majemuk Setara V : Verba MB : Majemuk Bertingkat Adj : Adjektiva MC : Majemuk Campuran F.Prep : Frasa Preposisional
Num : Numerial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Peneliti mencantumkan contoh kalimat tunggal dan majemuk. Contoh data
kalimat tunggal dapat diamati pada kutipan (1) hingga (4), yaitu kalimat tunggal
dengan predikat frasa nomina, frasa verba, frasa adjektiva, dan frasa numeral.
Contoh data kalimat majemuk dapat diamati pada kutipan (5) hingga (7), yaitu
kalimat majemuk setara, majemuk bertingkat, dan majemuk campuran.
4.1.1.1 Kalimat Tunggal dengan Predikat Nomina
Data yang berupa kalimat tunggal dengan predikat frasa nominal dapat dicermati
pada kutipan (74) berikut ini.
(74) Hutanlah yang menyediakan sumber makanan bagi kita. (Kr 14.1.4)
Kalimat (74) di atas merupakan kalimat tunggal yang ditemukan dalam
karangan para guru SD Mahakam Ulu. Jumlah kalimat tunggal berpredikat
nomina yang ditemukan peneliti sebanyak dua buah kalimat, termasuk data
kalimat di atas.
4.1.1.2 Kalimat Tunggal dengan Predikat Verba
Data yang berupa kalimat tunggal dengan predikat frasa verbal dapat diamati pada
kutipan (75) berikut ini.
(75) Hutan tidak lagi menjadi tempat hidup para tumbuhan dan binatang (Kr 14.2.1)
Kalimat (75) di atas merupakan kalimat tunggal. Jumlah kalimat tunggal
berpredikat verba yang ditemukan peneliti sebanyak 100 kalimat, termasuk data
kalimat di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
4.1.1.3 Kalimat Tunggal dengan Predikat Adjektiva
Data yang berupa kalimat tunggal dengan predikat adjektiva dapat dicermati pada
kutipan (76) berikut ini.
(76) Dahulu hutan kami sangat lestari dan indah (Kr 14.1.1)
Kalimat (76) di atas merupakan kalimat tunggal. Jumlah kalimat tunggal
berpredikat adjektiva yang ditemukan peneliti sebanyak dua kalimat, termasuk
data kalimat di atas.
4.1.1.4 Kalimat Tunggal dengan Predikat Numeral
Data yang berupa kalimat tunggal dengan predikat frasa numeral dapat dilihat
pada kutipan (77) berikut ini
(77) Di Indonesia masih banyak masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat (Kr 2.1.1)
Contoh kalimat (77) di atas merupakan kalimat tunggal. Jumlah kalimat
tunggal berpredikat frasa numeral yang ditemukan peneliti sebanyak satu kalimat,
termasuk data kalimat di atas.
4.1.1.5 Kalimat Majemuk Setara
Data yang berupa kalimat majemuk setara dapat dicermati pada kutipan (76) di
bawah ini.
(76) Kebiasaan buruk dengan membuang sampah sembarangan sudah tak akan asing lagi, bahkan seakan sudah terbiasa lingkungan kotor sudah menjadi ciri khas warga kota (Kr 1.1.1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Kalimat (76) di atas merupakan kalimat majemuk setara dengan tipe lebih.
Jumlah kalimat majemuk setara pada karangan para guru SD Mahakam Ulu
sebanyak 23 kalimat.
4.1.1.6 Kalimat Majemuk Bertingkat
Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dapat dicermati pada kutipan
(77) di bawah ini.
(77) Sampah sebaiknya dibuang di tempat pembuangan sampah agar tidak menimbulkan banyak masalah pada lingkungan. (Kr 6.1.2)
Kalimat (77) di atas merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan tipe
tujuan. Jumlah kalimat majemuk bertingkat pada karangan para guru SD
Mahakam Ulu sebanyak 51 kalimat.
4.1.1.7 Kalimat Majemuk Campuran
Data yang berupa kalimat majemuk campuran dapat dicermati pada kutipan
(78) di bawah ini.
(78) Apabila sampah dibuang ke dalam parit, saluran-saluran air akan tersumbat dan akan menyebabkan banjir. (Kr 3.2.2)
Contoh kalimat (78) di atas merupakan kalimat yang terdiri dari tiga
klausa dengan hubungan koordinatif-subordinatif. Jumlah kalimat majemuk
bertingkat yang ditemukan peneliti sebanyak sembilan kalimat, termasuk salah
satunya data kalimat di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
4.1.2 Data Kalimat berdasarkan Bentuk Sintaksis
Berdasarkan bentuk sintaksis, kalimat dapat diklasifikasikan menjadi
empat jenis, yakni kalimat deklaratif, kalimat imperatif, kalimat interogatif dan
kalimat eksklamatif. Berdasarkan perhitungan, peneliti menemukan 188 kalimat.
Adapun perincian jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksis dapat dilihat pada
Berdasarkan tabel 4 di atas, peneliti dapat mengetahui bahwa dari empat
kategori kalimat yang ditentukan, hanya ada tiga jenis kalimat. Ketiga jenis
kalimat tersebut adalah kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah kalimat yang ada pada karangan guru-guru tersebut, yakni
penggunaan kalimat deklaratif sebanyak 183 buah kalimat, penggunaan kalimat
imperatif sebanyak 5 buah kalimat, dan penggunaan kalimat interogatif sebanyak
4 buah kalimat. Berdasarkan data tersebut, frekuensi kalimat yang sering muncul
adalah kalimat deklaratif. Berikut ini akan dipaparkan contoh-contoh kalimat
berdasarkan bentuk sintaksis.
4.1.2.1 Kalimat Deklaratif
Data yang berupa kalimat deklaratif dapat dicermati pada kutipan (79) di bawah
ini.
(79) Membuang sampah sembarangan juga akan menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti: diare, demam berdarah, tipus, dan lain-lain. (Kr.3.3.1)
Kalimat (79) di atas termasuk dalam kalimat deklaratif. Jumlah kalimat
deklaratif yang ditemukan peneliti sebanyak 183 buah kalimat, termasuk kalimat
di atas.
4.1.2.2 Kalimat Imperatif
Data yang berupa kalimat imperatif dapat dicermati pada kutipan (80) di bawah
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
(80) Maka hendaklah kita bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya serta sampah yang dapat didaur ulang dapat digunakan untuk keperluan dan penghasilan hidup. (Kr 16.3.2)
Kalimat (80) di atas merupakan kalimat yang berisi perintah ajakan.
Jumlah kalimat imperatif yang ditemukan peneliti sebanyak lima data, termasuk
kalimat di atas.
4.1.2.3 Kalimat Interogatif
Data yang berupa kalimat interogatif dapat dicermati pada kutipan (81) di bawah
ini.
(81) Mengapa ada kata-kata tersebut dan apa tujuannya? (Kr 16.1.3)
Kalimat (81) di atas merupakan kalimat yang berisi pertanyaan Jumlah
kalimat interogatif yang ditemukan peneliti sebanyak empat kalimat, termasuk
kalimat di atas.
4.2 Analisis Data
Analisis data dilakukan berdasarkan jumlah klausa dan berdasarkan bentuk
sintaksis. Berikut ini diuraikan analisis data beserta contohnya yang dibagi
berdasarkan jumlah klausa dan bentuk sintaksis kalimat dalam karangan para guru
SD Mahakam Ulu.
4.2.1 Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa
Berdasarkan jumlah klausa, kalimat dapat dibagi menjadi dua yakni
kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kedua jenis kalimat ini digunakan guru-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur dalam karangannya. Berikut ini
pemaparan hasil analisis terhadap kedua jenis kalimat tersebut.
4.2.1.1 Kalimat Tunggal
Dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, kalimat
tunggal paling banyak digunakan. Dalam karangan guru-guru tersebut, terdapat
empat jenis kalimat tunggal, yakni (a) kalimat tunggal dengan predikat verba,
(b) kalimat tunggal dengan predikat nomina, (c) kalimat tunggal dengan predikat
adjektiva dan (d) kalimat tunggal dengan predikat numeralia.
A. Kalimat Tunggal dengan Predikat Verba
Kalimat tunggal dengan predikat verbal dalam karangan guru-guru SD
Mahakam Ulu, Kalimantan Timur muncul sebanyak 100 kali. Dari 100 kalimat
itu, guru-guru menggunakan enam pola kalimat dasar. Keenam kalimat dasar yang
digunakan guru-guru tersebut yakni 1) S-P, 2) S-P-O, 3) S-P-Pel, 4) S-P-K, 5) S-
P-O-Pel, dan 6) S-P-O-K. Berikut ini contoh kalimat tunggal dengan predikat
frasa verba.
1) Pola Dasar S-P
Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat frasa verbal dengan pola S-P dapat
dicermati pada kutipan (82) dan (83) di bawah ini.
(82) Kebiasaan buruk ini sudah diperingati (Kr 5.1.5) S P (83) Yang pertama adalah menjaga kebersihan diri sendiri (Kr 4.2.1) S P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Kalimat (82) dan (83) ini hanya terdiri dari satu klausa dengan unsur
pengisi subjek (S) dan predikat (P). Unsur subjek pada kalimat (82) diisi oleh
frasa nomina kebiasaan buruk ini dan unsur predikat diisi dengan frasa verbal
intransitif sudah diperingati. Kalimat (82) ini disebut kalimat tunggal karena
hanya mengandung satu klausa. Unsur subjek pada kalimat (83) di atas diisi oleh
frasa nomina yang pertama sedangkan unsur predikatnya diisi dengan frasa verba
menjaga kebersihan diri sendiri. Kata adalah dalam kalimat (83) hanya berfungsi
untuk mengawali unsur predikat. Pola kalimat dasar seperti pada contoh (82) dan
(83) dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 7.5.2), (Kr 12.4.2), (Kr
13.3.2), (Kr 14.4.2) (Kr 19.1.1), dan (Kr 20.2.1)
2) Pola Dasar S-P-O
Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verba dengan pola S-P-O dapat
dicermati pada kutipan (84) dan (85) di bawah ini.
(84) Sampah yang dibuang tidak pada tempatnya akan menyebabkan S P
terserangnya berbagai penyakit (Kr 6.1.3). O (85) Air yang tergenang mengapa dapat menimbulkan penyakit? S kt tanya P O (Kr 1.3.4)
Kalimat (84) ini terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek (S)
predikat (P) dan objek (O). Unsur subjek diisi oleh frasa nomina sampah yang
dibuang tidak pada tempatnya dan unsur predikat diisi dengan frasa verba aktif
transitif akan menyebabkan. Predikat dengan verba aktif transitif membutuhkan
kehadiran objek. Objek pada kalimat (84) diisi dengan frasa nomina terserangnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
berbagai penyakit. Objek ini pada bentuk pasif dapat berubah posisi menjadi
subjek. Kalimat (85) memiliki struktur yang sama dengan kalimat (84). Unsur
pengisi subjek pada kalimat (85) diisi oleh frasa nomina dan predikatnya diisi
dengan frasa verba sedangkan objeknya diisi dengan nomina. Pola dasar tidak
hanya berbentuk deklaratif atau berita tetapi juga bisa berbentuk kalimat
interogatif seperti kalimat (85). Kalimat (84) dan (85) ini disebut kalimat tunggal
karena hanya mengandung satu klausa. Pola kalimat dasar seperti pada contoh
kedua kalimat di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr
Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verbal dengan pola S-P-O-Pel dapat
dicermati pada kutipan di bawah ini.
(90) Menjaga kebersihan diri sendiri seperti mandi dua kali sehari, S
memotong kuku dan menggosok gigi akan membuat tubuh kita selalu P O Pel
bersih (Kr 4.2.2)
(91) Membuang sampah sembarangan juga akan menimbulkan berbagai S P O
macam penyakit seperti diare, demam berdarah, tipus dan lain-lain Pel (Kr 3.3.1)
Kalimat (90) dan (91) ini terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi
subjek (S) predikat (P), objek (O) dan pelengkap (Pel). Unsur subjek pada kalimat
(90) dan (91) diisi oleh frasa verba yang dinominalkan yakni menjaga kebersihan
diri sendiri. . . dan membuang sampah sembarangan. Masing-masing unsur
predikat kalimat (90) dan (91) diisi dengan frasa verba aktif transitif akan
membuat dan juga akan menimbulkan. Unsur objek dan pelengkap pada masing-
masing kalimat dapat hadir bersamaan setelah unsur predikat. Pola kalimat dasar
seperti pada contoh (90) dan (91) ini dapat ditemukan juga pada lampiran dengan
kode (Kr 4.3.2) dan (Kr 10.3.2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
6) Pola Dasar S-P-O K
Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verbal dengan pola S-P-O-K dapat
dicermati pada kutipan di bawah ini.
(92) Untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih, indah dan sehat, kita Ket peruntukan S
harus membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan P O Ket tempat (Kr 3.1.1) (93) Seringkali Baim membuang sampah di sembarang tempat (Kr 5.1.3) Ket waktu S P O Ket tempat (94) Akibat dari kejadian tersebut banyak hal buruk menimpa-nya Ket akibat S P O (Kr5.3.1)
Kalimat (92), (93), dan (94) ini terdiri dari satu klausa dengan unsur
pengisi subjek (S) predikat (P), objek (O), dan keterangan (Ket). Pada kalimat
(22), unsur subjek diisi pronomina kita dan unsur predikat diisi dengan frasa verba
aktif transitif harus membuang. Predikat aktif transitif dapat diikuti objek yakni
sampah. Letak unsur keterangan paling fleksibel di antara unsur-unsur lain karena
keterangan dapat hadir mendahului subjek ataupun setelah objek. Dalam kalimat
(92) unsur keterangan hadir di awal dan di akhir kalimat, yakni keterangan
peruntukan dan keterangan tempat. Hal ini dapat dilihat pula pada kalimat (93)
dan (94). Unsur keterangan muncul di awal kalimat pada kalimat (93) dan (94).
Meskipun demikian, hal itu tidak mengubah pola dasar kalimatnya. Pola kalimat
dasar seperti pada contoh (92), (93) dan (94) dapat ditemukan juga pada lampiran
dengan kode (Kr 8.1.1), (Kr 12.2.5), (Kr 16.1.1), (Kr 17.1.2), (Kr18.1.5), (Kr
18.2.3), (Kr 12.1.5), (Kr 1.3.5), (Kr 19.1.2), dan (Kr 19.4.5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
7) Pola Kalimat Inversi
Selain keenam pola dasar kalimat yang telah disebutkan, ada satu pola
kalimat dalam bahasa Indonesia yang berbeda dengan pola kalimat dasar
sebelumnya. Secara umum, pola kalimat dalam bahasa Indonesia yakni subjek,
predikat, objek (jika ada), dan, pelengkap (jika ada). Akan tetapi, ada satu pola
kalimat yang predikatnya selalu mendahului subjek. Pola kalimat ini dalam
TBBBI (2010: 282) disebut sebagai kalimat inversi. Kalimat pada karangan guru-
guru SD Mahakam Ulu ada yang menggunakan pola inversi. Kalimat tersebut
dipaparkan pada kalimat berikut ini.
(95) Di sanalah terdapat ribuan jenis tumbuhan dan binatang yang saling Ket tempat P S
hidup berdampingan (Kr 14.1.2)
Kalimat (95) di atas menunjukkan bahwa unsur predikat terdapat terletak
di muka nomina. Dengan kata lain, urutan fungsinya adalah predikat dahulu lalu
subjek mengikutinya. Dua unsur inti di atas juga dapat diikuti dengan unsur lain
seperti contoh di atas. Keterangan tempat hadir sebelum predikat. Hal ini tidak
menjadi masalah karena sifat unsur keterangan yang fleksibel. Fenomena seperti
kalimat (95) di atas dapat ditemukan dalam lapiran dengan kode (Kr 5.2.1), (Kr
10.1.2), (Kr 11.1.1), dan (16.1.3).
B. Kalimat Tunggal dengan Predikat Nomina
Data yang berupa kalimat tunggal dengan frasa nominal ditemukan
berjumlah dua kalimat. Kedua kalimat tersebut berpola P-S dan P-S-K. Kalimat
tersebut dipaparkan pada kutipan (96) dan (97) di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
1) Pola dasar P-S (Inversi)
(96) Demikian cara hidup bersih yang bermanfaat yang bisa kita P S
dapatkan(Kr 4.4.1)
2) Pola Dasar P-S-K (Inversi) (97) Hutanlah yang menyediakan sumber makanan bagi kita (Kr 14.1.4)
P S Ket peruntukan
Kalimat (96) terdiri dari P dan S. Hal ini menunjukkan kalimat tersebut
hanya memiliki satu klausa. Unsur pengisi predikat pada kalimat tersebut
berbentuk pronomina (nomina) yakni demikian. Kalimat (97) pun hanya
memiliki satu klausa dengan struktur predikat (P)- subjek (S)- keterangan (K).
Kalimat (97) ini menunjukkan bahwa unsur pengisi predikat berupa nomina. Pada
umumnya, urutannya adalah frasa nomina yang pertama merupakan subjek dan
frasa nomina kedua adalah predikat. Namun, kalimat tersebut terdapat kata hutan
yang dibubuhi partikel –lah. Oleh karena itu, kata hutanlah menjadi predikat. Hal
ini disebabkan karena dalam struktur bahasa Indonesia secara keseluruhan partikel
–lah umumnya menandai predikat (TBBBI, 2010:359). Kedua kalimat tunggal di
atas merupakan kalimat inversi di mana unsur predikat mendahului unsur subjek.
C. Kalimat Tunggal dengan Predikat Adjektiva
Data yang berupa kalimat tunggal dengan frasa adjektival ditemukan
berjumlah dua kalimat. Kedua kalimat tersebut berpola S-P-K. Kalimat tersebut
dipaparkan pada kutipan (98) dan (99) sebagai berikut.
(98) Lingkungan hidup seperti air dan hutan di sekitar kampung sangatlah S Ket tempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
teduh dan nyaman (Kr 11.2.3) P (99) Dahulu hutan kami sangat lestari dan indah (Kr 14.1.1) Ket waktu S P
Kalimat (98) terdiri dari S, K dan P. Hal ini menunjukkan kalimat tersebut
hanya memiliki satu klausa. Unsur pengisi predikat pada kalimat tersebut
berbentuk frasa adjektival yakni teduh dan nyaman. Kalimat (99) terdiri dari K,
S dan P dengan unsur pengisi predikatnya berbentuk frasa adjektival, yakni
sangat lestari dan indah. Meskipun unsur-unsur dua kalimat di atas tidak sama
susunannya, kedua kalimat tersebut memiliki unsur yang sama yakni subjek (S),
predikat (P) dan keterangan (Ket).
D. Kalimat Tunggal dengan Predikat Numeral
Data yang berupa kalimat tunggal dengan predikat numeral ditemukan
berjumlah satu kalimat. Kalimat itu berpola K-P-S-K. Kalimat tersebut
dipaparkan pada kutipan (100) di bawah ini.
(100) Di Indonesia masih banyak masyarakat yang membuang sampah di Ket tempat P S
sembarang tempat (Kr 2.1.1) Ket tempat
Kalimat (100) terdiri dari K, P, S dan K. Hal ini menunjukkan kalimat
tersebut hanya memiliki satu klausa. Unsur pengisi predikat pada kalimat tersebut
berbentuk frasa numeral, yakni masih banyak. Frasa numeral pada kalimat
(100) termasuk frasa numeral taktentu, sehingga tidak dapat diikuti kata
penggolong (TBBBI, 2010: 360). Kalimat tunggal di atas merupakan kalimat
inversi di mana unsur predikat mendahului unsur subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
4.2.1.2 Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih.
Dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, kalimat
majemuk banyak digunakan. Ada tiga jenis kalimat majemuk berdasarkan
hubungan antarklausanya yakni (a) kalimat majemuk setara, (b)kalimat majemuk
bertingkat, dan (c) kalimat majemuk campuran.
A. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara memiliki hubungan koordinasi ataupun hubungan
setara antarklausanya, baik tanpa maupun menggunakan konjungsi. Jika
digolongkan berdasarkan konjungsinya, kalimat pada karangan tersebut hanya
menggunakan empat jenis konjungsi. Keempat jenis konjungsi tersebut adalah
konjungsi penanda penjumlahan, perlawanan, lebih, dan perurutan. Penggunaan
kalimat majemuk setara dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu yakni,
sebanyak 23 kalimat. Berikut ini dipaparkan contoh kalimat majemuk setara
berdasarkan hubungan penanda konjungsinya.
1) Majemuk setara dengan pertalian semantik penjumlahan
Data yang berupa kalimat majemuk setara dengan pertalian semantik
penjumlahan ditemukan berjumlah delapan kalimat. Contoh kalimat itu
dipaparkan pada kutipan (101) dan (102) di bawah ini.
(101) Maka semoga ke depan kita akan semakin sadar dan tidak ada lagi Modalitas S P Konj P
masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat apalagi S Ket tempat di sungai. (Kr 2.3.3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
(102) Musim kemarau telah berlalu dan musim hujan pun menghadang di S P Konj S P
depan mata. (Kr 20.2.2) Ket tempat
Kalimat (101) dan (102) memperlihatkan bahwa kalimat tersebut memiliki
dua klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat yang setara. Kedua klausa
pada masing-masing kalimat tersebut dihubungkan dengan konjungsi koordinatif.
Kedua kalimat tersebut disebut kalimat majemuk setara. Kalimat (101) terbentuk
dari klausa dengan struktur S-P dan P-S-K sedangkan kalimat (102) terbentuk dari
klausa dengan struktur S-P dan S-P-K. Kedua kalimat di atas dihubungkan dengan
konjungsi pertalian penjumlahan, yakni dan. Oleh karena itu, hubungan
antarklausa pada kalimat (101) dan (102) adalah penjumlahan. Pola kalimat
majemuk setara seperti pada kedua contoh di atas dapat ditemukan juga pada
lampiran dengan kode (Kr 9.3.1), (Kr 10.3.1), (Kr 16.1.3), (Kr 16.3.2), (Kr
20.1.1a), dan (Kr 20.2.2).
2) Majemuk setara dengan pertalian semantik perlawanan
Peneliti menemukan enam buah kalimat majemuk setara dengan pertalian
semantik perlawanan. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kalimat di bawah ini.
(103) Penyakit tak datang dengan sendirinya melainkan (penyakit) dari S P Ket cara Konj (S) P lingkungan yang kotor (Kr 1.3.1)
(104) Banyak orang mengklaim dirinya pecinta lingkungan hidup tetapi S P O Konj bila berhadapan dengan sampah nyalinya tak dapat berbuat banyak Ket P Ket cara S P (Kr 19.4.1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Kalimat (103) dan (104) memperlihatkan bahwa kalimat tersebut memiliki
dua klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat yang setara. Kedua klausa
pada masing-masing kalimat tersebut dihubungkan dengan konjungsi koordinatif.
Kedua kalimat tersebut disebut kalimat majemuk setara. Kalimat (103) terbentuk
dari klausa dengan struktur S-P dan S-P sedangkan kalimat (104) terbentuk dari
klausa dengan struktur S-P-O dan K-P-K-S-P. Kedua kalimat di atas dihubungkan
dengan konjungsi pertalian perlawanan yakni melainkan dan tetapi. Dengan
demikian, hubungan antarklausa pada kalimat (103) dan (104) adalah perlawanan.
Pola kalimat majemuk setara seperti pada contoh (103) dan (104) di atas dapat
ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 12.2.4), (Kr 17.1.1), (17.1.3), dan
(19.4,2).
3) Majemuk setara dengan pertalian semantik lebih
Data yang berupa kalimat majemuk setara dengan pertalian semantik lebih
ditemukan berjumlah dua kalimat. Kedua kalimat itu dipaparkan pada kutipan
(105) dan (106) di bawah ini.
(105) Kebiasaan buruk dengan membuang sampah sembarangan sudah tak S Ket cara P asing lagi bahkan seakan sudah terbiasa lingkungan kotor sudah menjadi konj P S P ciri khas warga kota (Kr1.1.1) Pel (106) Sumber penyakit dapat tumbuh dengan cepat bahkan dahsyat S P Ket cara Konj P berkembangnya (Kr 1.3.2) S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Kalimat (105) dan (106) memperlihatkan bahwa kalimat tersebut memiliki
dua klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat yang setara. Kedua klausa
pada masing-masing kalimat tersebut dihubungkan dengan konjungsi koordinatif.
Kedua kalimat tersebut disebut kalimat majemuk setara. Kalimat (105) terbentuk
dari klausa dengan struktur S-K-P dan P-S-P-Pel, sedangkan kalimat (106)
terbentuk dari klausa dengan struktur S-P-K dan P-S. Kedua kalimat di atas
dihubungkan dengan konjungsi pertalian lebih, yakni bahkan. Hubungan pertalian
lebih maksudnya adalah klausa pertama kalimat tersebut mendapatkan penegasan
dari klausa kedua.
4) Majemuk setara dengan pertalian semantik perurutan
Data yang berupa kalimat majemuk setara dengan pertalian semantik
penjumlahan ditemukan berjumlah satu kalimat. Kalimat itu dipaparkan pada
kutipan (107) di bawah ini.
(107) Andi berhenti sejenak lalu (Andi) berpikir (Kr18.1.3) S P K.wkt Konj (S) P
Kalimat (107) memperlihatkan bahwa kalimat tersebut memiliki dua
klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat yang setara. Kedua klausa pada
kalimat (107) tersebut dihubungkan dengan konjungsi koordinatif. Kedua kalimat
tersebut disebut kalimat majemuk setara. Kalimat (107) terbentuk dari klausa
dengan struktur S-P-K dan S-P. Kalimat di atas dihubungkan dengan konjungsi
pertalian perurutan yakni lalu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
5) Majemuk setara tanpa konjungsi
Peneliti menemukan empat buah kalimat majemuk setara tanpa konjungsi.
Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan di bawah ini.
(108) Hujan berlangsung sangat lama, air sungaipun mulai meluap S P Ket waktu S P (Kr12.3.2)
(39) Lukman duduk termenung di atas atap rumahnya, melepaskan S P Pel Ket tempat P pandangannya ke sekeliling (Kr12.4.1) O Ket arah
Kalimat (108) dan (109) adalah kalimat majemuk setara, karena terdiri dari
dua klausa atau lebih yang digabungkan menjadi sebuah kalimat tetapi tidak
dihubungkan dengan konjungsi. antarklausa pada kedua kalimat tersebut
dihubungkan dengan tanda baca koma. Kalimat (108) terbentuk dari dua klausa
dengan struktur S-P-K dan S-P. Kalimat (109) terbentuk dari dua klausa dengan
struktur S-P-Pel-K dan (S)-P-O-K. Pada kalimat (109), unsur subjek klausa kedua
dapat dilesapkan karena unsur subjeknya sama dengan subjek klausa pertama. Hal
ini biasa ditemui pada hubungan koordinatif ataupun subordinatif jika subjek
klausa kedua sama dengan subjek klausa pertama. Kedua klausa tersebut tidak
dihubungkan dengan konjungsi tetapi dihubungkan dengan tanda baca koma (,).
Pola kalimat majemuk setara seperti pada contoh (108) dan (109) di atas dapat
ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 8.3.3) dan (Kr 20.1.5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
B. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang memiliki hubungan
antarklausa tidak sederajat yang biasanya disebut dengan hubungan subordinatif.
Dalam kalimat majemuk bertingkat, ada satu klausa yang menjadi bagian dari
klausa yang lain. Kalimat majemuk bertingkat disusun berdasarkan jenis anak
klausanya. Kalimat majemuk bertingkat ada 13 macam. Pada karangan guru-guru
SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, kalimat majemuk bertingkat hanya ada
delapan macam. Delapan jenis anak kalimat tersebut, yakni anak klausa dengan
keterangan akibat, komplementasi, waktu, sebab, syarat, tujuan, penjumlahan dan
konsesif. Berikut ini contoh kalmat majemuk bertingkat.
1) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan
Akibat
Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa
pengganti keterangan akibat ditemukan berjumlah 13 kalimat. Contoh kalimat itu
dipaparkan pada kutipan (110), (111) dan (112) di bawah ini.
(110) Habislah sumber daya di dalam hutan sehingga kini manusia tidak bisa P S Ket tempat Konj Ket S P
memanfaatkan lagi (Kr 14.3.5) Ket akibat (111) Sebagian dari mereka ikut punah akibat kehilangan tempat tinggal S P Konj P S (Kr14. 3.3) Ket akibat (112) Di Indonesia masih banyak masyarakat kurang memperhatikan tempat Ket tempat S P O
membuang sampah sehingga ada sungai yang tercemar oleh sampah (Kr 9.1.1) Konj P S Ket.agentif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Kalimat (110), (111), dan (112) merupakan kalimat majemuk bertingkat.
Hal ini dapat dilihat dari dua klausa yang saling berhubungan secara subordinatif.
Dua klausa yang saling berhubungan secara subordinatif ini menunjukkan klausa
yang satu terikat dengan klausa yang lain. Dengan kata lain, klausa yang satu
merupakan anak klausa dari klausa induk.
Kalimat (110), (111), dan (112) merupakan kalimat majemuk bertingkat
dengan anak klausa pengganti keterangan akibat. Hal ini dapat dilihat dari
konjungsi yang digunakan pada ketiga kalimat tersebut. Kalimat (110) dan
(112) menggunakan konjungsi sehingga untuk menghubungkan dua klausanya
sedangkan kalimat (111) menggunakan konjungsi akibat untuk menghubungkan
dua klausanya. Kalimat (110), (111), dan (112) masing-masing memiliki struktur
atau pola yakni P-S-K 𝐾𝐾−𝑆−𝑃, S-P
𝐾𝑃−𝑆
, dan K-S-P-O 𝐾𝑃−𝑆−𝐾. Struktur ketiga
kalimat di atas hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola-
pola kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang menjadi kalimat
majemuk, baik majemuk setara, majemuk bertingkat maupun campuran sesuai
dengan konjungsinya. Pola kalimat majemuk bertingkat seperti pada contoh
(110), (111), dan (112) di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode
(1.1.3), (8.1.4), (8.3.2), (9.1.1), (9.1.2), (10.2.2), (11.3.3), (14.3.5), (15.1.2), dan
(19.3.4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
2) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Isi
Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa
pengganti keterangan komplemen ditemukan berjumlah enam kalimat. Contoh
kalimat itu dipaparkan pada kutipan (113) dan (114) di bawah ini.
(113) Jelas sekali manusia begitu paham bahwa membuang sampah Ket S P Konj S Ket komplemen
sembarangan dapat menyebabkan terjadi banjir (Kr 7.2.2) P Pel
(114) Ayah selalu menceritakan kepada anak-anak dan cucu-cucunya S P Ket tujuan
bahwa dulu kehidupan masyarakat sangatlah mudah (Kr11.2.2) Konj Ket S P
Kalimat (113) dan (114) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan
anak klausa pengganti keterangan komplemen atau isi. Hal ini dapat dilihat dari
konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat (113) dan (114)
menggunakan konjungsi bahwa untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat
(113) dan (114) masing-masing memiliki pola, yakni K-S-P-K 𝐾𝑆−𝑃−𝑃𝑒𝑙 dan S-
P−𝐾 𝐾𝐾−𝑆−𝑃. Struktur kalimat (43) dan (44) hanya merupakan pengembangan
dari pola kalimat dasar. Pola-pola kalimat dasar yang digabungkan dapat
berkembang menjadi kalimat majemuk baik majemuk setara, majemuk bertingkat
maupun campuran sesuai dengan konjungsinya. Pola kalimat majemuk bertingkat
seperti pada contoh (113) dan (114) di atas dapat ditemukan juga pada lampiran
dengan kode (2.1.2), (7.2.2), (11.2.2), dan (18.1.6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
3) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan
Waktu
Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa
pengganti keterangan waktu ditemukan berjumlah sembilan kalimat. Contoh
kalimat itu dipaparkan pada kutipan di bawah ini.
(115) Ketika membuang sampah, Baim hanya membuang sampah di selokan Konj P O S P O Ket Ket waktu
depan rumahnya (Kr5.1.4) tempat
(116) Usai mengambi air, Lukman pun kembali ke rumah (Kr 12.2.6) Konj P O S P Ket tujuan
Kalimat (115) dan (116) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan
anak klausa pengganti keterangan waktu. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang
digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat (115) dan (116) menggunakan
konjungsi ketika dan usai untuk menghubungkan dua klausanya. Kata usai
memiliki padanan kata dengan kata setelah, sehingga usai dapat dikategorikan
sebagai konjungsi waktu. Kalimat (115) dan (116) masing-masing memiliki pola,
yakni 𝐾
(𝑆)−𝑃−𝑂S-P-O-K dan
𝐾(𝑆)−𝑃−𝑂
S-P-K. Subjek anak klausa pada kalimat
(115) dan (116) tidak dihadirkan. Subjek tersebut dapat dilesapkan jika subjek
anak klausa sama dengan subjek induk klausanya. Struktur kedua kalimat di atas
hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola-pola kalimat dasar
yang digabungkan dapat berkembang menjadi kalimat majemuk baik majemuk
setara, majemuk bertingkat ataupun campuran sesuai dengan konjungsinya. Pola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
kalimat majemuk bertingkat seperti pada contoh (115) dan (116) di atas dapat
ditemukan juga pada lampiran dengan kode (7.4.1), (12.2.6), (12.3.1), (13.2.2),
(20.2.3), (20.3.2) dan (20.3.5).
4) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan
Sebab
Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa
pengganti keterangan sebab ditemukan berjumlah tiga kalimat. Contoh kalimat itu
dipaparkan pada kutipan (117) dan (118) di bawah ini.
(117) Baim harus terbaring lemas di rumah sakit karena terkena penyakit S P Ket tempat Konj P Pel diare dan demam berdarah. (Kr 5.3.4)
(118) Permasalahan-permasalahan tersebut timbul karena ulah manusia S P Konj S
tidak mampu berterimakasih atas nikmat yang telah alam ini berikan. P Pel
Ket sebab (Kr 7.1.2)
Kalimat (117) dan (118) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan
anak klausa pengganti keterangan sebab. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang
digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kedua kalimat tersebut menggunakan
konjungsi karena untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat-kalimat itu
masing-masing memiliki pola yakni S-P-K 𝐾
(𝑆)−𝑃−𝑃𝑒𝑙 serta S-P
𝐾𝑆−𝑃−𝑃𝑒𝑙
.
Subjek anak klausa pada kalimat (117) tidak dihadirkan. Subjek tersebut dapat
dilesapkan jika subjek anak klausa sama dengan subjek induk klausanya. Struktur
kalimat (117) dan (118) hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Pola-pola kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang menjadi kalimat
majemuk baik majemuk setara, majemuk bertingkat maupun campuran sesuai
dengan konjungsinya. Pola kalimat majemuk bertingkat seperti pada kedua contoh
di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (20.1.1b).
5) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan
Syarat
Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa
pengganti keterangan syarat ditemukan berjumlah dua kalimat. Kedua kalimat itu
dipaparkan pada kutipan (119) dan (120) di bawah ini.
(119) Jika hal tersebut dibiarkan terus-menerus maka seluruh komponen Konj S P Pel S Ket syarat
hidup yang ada di dalam air akan mati akibat air yang sudah tercemar P Ket.akibat (Kr 7.3.2)
(120) Jika kita membuang sampah sembarangan maka kita semua akan Konj S P O Pel S P Ket syarat
terkena dampaknya yaitu banjir. (Kr 8.1.3) Pel
Kalimat (119) dan (120) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan
anak klausa pengganti keterangan syarat. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang
digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat (119) dan (120) menggunakan
konjungsi jika untuk menghubungkan dua klausanya. Adanya konjungsi maka
pada kedua kalimat di atas dapat dihilangkan. Penggunaan konjungsi lebih dari
satu pada dua klausa majemuk bertingkat akan membuat kerancuan. Hal ini
disebabkan klausa yang diawali dengan konjungsi merupakan anak klausa. Jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
masing-masing klausa dalam satu kalimat diawali dengan konjungsi, kalimat
tersebut tidak memiliki induk klausa. Kalimat (119) dan (120) masing-masing
memiliki pola kalimat yakni 𝐾
𝑆−𝑃−𝑃𝑒𝑙S-P-K serta
𝐾𝑆−𝑃−𝑂−𝑃𝑒𝑙
S-P-Pel.
Kalimat (119) dan (120) hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar.
6) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan
Tujuan
Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa
pengganti keterangan tujuan ditemukan berjumlah tujuh kalimat. Contoh kalimat
itu dipaparkan pada kutipan di bawah ini.
(121) Sampah sebaiknya dibuang di tempat pembuangan sampah agar S P Ket tempat Konj
tidak menimbulkan banyak masalah pada lingkungan. (Kr 6.1.2) P O Ket tempat
Ket tujuan
(122) Sampah tidak berguna atau tidak berfungsi ditanam di dalam tanah S P Ket tempat
supaya tidak mencemari lingkungan (Kr 10.2.1) konj P O
Ket tujuan
Kalimat (121) dan (122) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan
anak klausa pengganti keterangan tujuan. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang
digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat (121) menggunakan konjungsi
karena dan kalimat (122) menggunakan konjungsi supaya untuk menghubungkan
dua klausanya. Kalimat (121) dan (122) masing-masing memiliki pola kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
yakni, S-P-K 𝐾
(𝑆)−𝑃−𝑂−𝐾 serta S-P-K
𝐾(𝑆)−𝑃−𝑂
. Subjek anak klausa pada
kalimat (121) dan (122) tidak dihadirkan. Subjek tersebut dapat dilesapkan jika
subjek anak klausa sama dengan subjek induk klausanya. Pola kedua kalimat
tersebut hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola-pola
kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang menjadi kalimat majemuk,
baik majemuk setara, majemuk bertingkat maupun campuran sesuai dengan
konjungsinya. Pola kalimat majemuk bertingkat seperti pada kedua contoh di atas
dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (4.4.2), (6.2.2), (20.1.2),
(12.4.4), dan (13.3.1).
7) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan
Penjumlahan
Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa
pengganti keterangan penjumlahan ditemukan berjumlah dua kalimat. Contoh
kalimat itu dipaparkan pada kutipan (123) di bawah ini
(123) Selain menjadi tempat tinggal para tumbuhan dan binatang, hutan Konj P Pel S Ket penjumlahan
juga merupakan sumber utama bagi kehidupan manusia. (Kr 14.1.3) P Ket peruntukan Kalimat (123) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa
pengganti keterangan penjumlahan .Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang
digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat (123) menggunakan konjungsi
selain untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat (123) memiliki pola kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
yakni 𝐾
(𝑆)−𝑃−𝑃𝑒𝑙 S-P-K. Subjek anak klausa pada kalimat (123) tidak
dihadirkan. Subjek tersebut dapat dilesapkan jika subjek anak klausa sama dengan
subjek induk klausanya. Kalimat (123) hanya merupakan pengembangan dari pola
kalimat dasar. Pola kalimat majemuk bertingkat seperti pada contoh kalimat di
atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr4.3.1).
8) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan
Konsesif
Peneliti menemukan satu kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa
pengganti keterangan konsesif dalam karangan para guru. Kalimat tersebut
dipaparkan pada kalimat (124) di bawah ini.
(124) Hingga sekarang ini masih banyak masyarakat belum memahami Ket waktu S P
betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan walaupun mereka O Konj S
sudah mengetahui akibat dari perbuatan yang tidak menjaga P O lingkungan. (Kr 18.3.2)
Kalimat (124) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa
pengganti keterangan konsesif. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang
digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat (124) menggunakan konjungsi
walaupun untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat (124) memiliki pola
yakni, K-S-P-O 𝐾
𝑆−𝑃−𝑂. Kalimat (124) ini hanya merupakan pengembangan dari
pola kalimat dasar. Pola-pola kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
menjadi kalimat majemuk, baik majemuk setara, majemuk bertingkat maupun
campuran sesuai dengan konjungsinya.
C. Kalimat Majemuk Campuran
Penggunaan kalimat majemuk campuran pada karangan guru-guru SD
Mahakam Ulu, Kalimantan Timur tidak terlalu banyak dibandingkan dengan
kedua jenis kalimat majemuk yang lain. Penggunaan kalimat majemuk campuran
pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu ditemukan sebanyak sembilan
kalimat. Kalimat majemuk campuran merupakan gabungan dari kalimat majemuk
setara dan kalimat majemuk bertingkat. Pada karangan guru-guru SD Mahakam
Ulu, masih ada penggunaan konjungsi yang keliru sehingga mengakibatkan tidak
adanya induk klausa. Berikut ini contoh kalimat majemuk campuran pada
karangan guru-guru SD Mahakam Ulu.
(125) Ketika datang musim penghujan, meluaplah sampah-sampah yang Konj P S P S
bertumpuk di sugai, di selokan dan di parit-parit dan itu mengakibatkan banjir(Kr2.2.1) Konj S P
O (126) Sehingga jika kebersihan telah didapat, maka tubuh kita akan menjadi Konj S P S P
sehat dan tidak akan mudah terserang penyakit (Kr4.2.3) Pel Konj P Pel
(127) Sampah organik diolah menjadi pupuk, digunakan untuk tanaman di S P Pel P Ket peruntukan
sekitar rumah supaya lingkungan rumah tetap hijau (Kr 10.1.4) Konj S P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Kalimat (125) di atas memiliki tiga klausa dengan dua hubungan.
Hubungan yang pertama adalah hubungan subordinatif (bertingkat) antara anak
klausa pengisi keterangan waktu dan induk kalausanya. Anak klausa pengganti
keterangan waktu pada kalimat (125) memiliki unsur predikat dan subjek. Hal ini
ditandai dengan adanya konjungsi subordinatif ketika di awal klausa. Induk klausa
pada kalimat (125) juga memiliki hubungan koordinatif (setara) dengan ditandai
dengan konjungsi koordinatif dan. Kalimat majemuk campuran juga merupakan
pengembangan dari pola kalimat dasar yang lebih kompleks. Pola majemuk
campuran dikatakan lebih kompleks karena dalam satu kalimat ada dua hubungan
yakni, hubungan subordinatif dan koordinatif. Pola kalimat (125) ini adalah 𝐾
𝑃− 𝑆
P-S, S-P-O.
Lazimnya pada sebuah kalimat majemuk bertingkat, klausa yang didahului
dengan konjungsi subordinatif merupakan anak klausa. Namun, pada kalimat
(126) ini, konjungsi subordinatifnya ada tiga. Hal ini menyebabkan kebingungan
untuk memilih induk klausa. Harus ada penghilangan dua konjungsi untuk
menentukan induk klausanya sehingga konjungsi maka dan sehingga harus
dihilangkan. Jika kedua konjungsi tersebut sudah dihilangkan, induk klausa pada
kalimat (126) menjadi tubuh kita akan menjadi sehat. Anak klausa pada kalimat
(126) menjadi kebersihan telah didiapat dengan diawali konjungsi subordinatif
jika. Kalimat (126) juga terdapat hubungan koordinatif antarinduk klausa dengan
ditandai konjungsi dan. Kalimat tersebut juga hanya pengembangan dari pola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
kalimat dasar. Pola kalimat (1266) di atas adalah 𝐾𝑆−𝑃
S-P-Pel, (S)-P-Pel. Pada
kalimat (126), subjek klausa kedua hubungan koordinatif mengalami pelesapan
karena subjek klausanya sama dengan subjek klausa sebelumnya.
Kalimat (127) di atas memiliki tiga klausa dengan dua hubungan.
Hubungan yang pertama adalah hubungan koordinatif (setara) dan dihubungkan
dengan tanda hubung koma (,). Pada kalimat (127) salah satu klausanya
mengalami perluasan unsur keterangan tujuan. Perluasan unsur keterangan pada
kalimat (127) di atas diawali dengan konjungsi supaya. Kalimat (127) tersebut
juga hanya pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola kalimat (127) di atas
adalah S-P-Pel, (S)-P-K 𝐾𝑆−𝑃
. Fenomena seperti kutipan (55), (56), dan (57)
dapat dilihat pada lampiran dengan kode (Kr 3.2.1), (Kr 3.2.2), (Kr 7.3.1), (Kr
18.1.4), (20.3.3b) dan (Kr 20.3.4)
4.2.2 Jenis Kalimat Berdasarkan Bentuk Sintaksis
Berdasarkan bentuk sintaksisnya, kalimat dapat digolongkan menjadi
empat jenis, yakni kalimat deklaratif, imperatif, interogatif, dan eksklamatif.
Namun, hanya ada tiga jenis kalimat pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu.
Tiga jenis kalimat itu adalah kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif.
4.2.2.1 Kalimat Deklaratif
Sesuai dengan namanya, kalimat deklaratif atau kalimat berita berfungsi
untuk memberikan informasi atau berita kepada orang lain. Dalam bentuk tulisan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
kalimat berita diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik(.).
Kalimat deklaratif tersebut paling banyak digunakan oleh guru-guru SD Mahakam
Ulu pada karangannya. Berikut ini contoh kalimat deklaratif.
(128) Kurang lebih dua puluh tahun yang lalu di pedalaman Kalimantan Timur terdapat sebuah desa kecil yang terletak di pinggir perairan sungai Mahakam yaitu kampung Mamahak Teboq yang sangat nyaman, aman dan indah. (Kr11.1.1)
(129) Selain menjaga kebersihan tubuh, menjaga keberihan lingkungan
juga sangat penting di lakukan. (Kr4.3.1)
(130) Baim harus terbaring lemas di rumah sakit karena terkena penyakit diare dan demam berdarah. (Kr 5.3.4)
Masing-masing contoh kalimat di atas mengandung informasi. Informasi
yang terkandung di dalam kalimat (128) adalah di pedalaman Kalimantan Timur
terdapat desa yang nyaman, aman dan indah. Desa itu sudah ada di pedalaman
Kalimantan Timur sejak kurang lebih dua puluh tahun yang lalu. Desa itu
bernama Mamahak Teboq. Kalimat (129) juga mengandung informasi menjaga
kebersihan lingkungan sama pentingnya dengan menjaga kebersihan tubuh.
Sementara itu, kalimat (130) juga megandung informasi Baim sedang sakit
demam berdarah dan dia dirawat di rumah sakit.
Kalimat (128), (129) dan (130) di atas menyatakan bahwa kalimat
deklaratif atau kalimat berita berfungsi memberitahukan sesuatu kepada orang
lain. Sebagai kalimat deklaratif, ketiga kalimat di atas sudah disebut sebagai
kalimat deklaratif yang baik. Hal ini ditunjukkan dari segi strukturnya kalimat ini
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik (.), sedangkan
dari segi isinya kalimat ini sudah memberikan informasi yang jelas dan sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
mengandung gagasan pokok dalam setiap kalimat. Kalimat-kalimat pada karangan
para guru sebagian besar merupakan pola kalimat deklaratif. Pola-pola tersebut
dapat dilihat pada lampiran antara lain dengan kode (Kr 1.1.1), (Kr 1.1.3), (8.1.2),
dan (12.1.2).
4.2.2.2 Kalimat Imperatif
Kalimat imperatif pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu tidak terlalu
banyak digunakan. Ada lima kalimat imperatif pada karangan guru-guru SD
Mahakam Ulu. Berikut ini contoh kalimat imperatif dalam karangan guru-guru
SD Mahakam Ulu.
(131) Jangan membuang sampah sembarangan, seperti ke kali atau sungai atau ke dalam parit. (Kr3.1.2)
(132) Oleh karena itu, marilah kita semua menjaga kebersihan baik kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan agar kita menjadi sehat dan terhindar dari penyakit yang mengancam. (Kr4.4.2)
(133)Marilah kita bersahabat kembali dengan mereka demi keberlangsungan hidup kita dn anak cucu kita kelak. (14.4.5)
Sesuai dengan namanya, kalimat imperatif atau kalimat perintah berfungsi
untuk memberikan perintah kepada seseorang. Kalimat imperatif atau perintah
dapat dibagi mejadi enam golongan, yakni kalimat perintah biasa, kalimat
perintah halus, permohonan, ajakan (harapan), larangan dan pembiaran.
Berdasarkan penggolongan tersebut, kalimat (131) berisi kalimat imperatif
larangan. Hal ini dapat diketahui dari adanya kata larangan jangan pada awal
kalimat. Kalimat (132) dan (133) termasuk dalam kalimat perintah ajakan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
harapan. Hal ini dapat dilihat dari adanya kata modalitas marilah pada masing-
masing kalimat.
Lazimnya kalimat imperatif juga ditandai dengan adanya tanda baca seru
di akhir kalimat (!), tetapi pada kalimat (131), (132) dan (133), tanda baca yang
digunakan adalah titik (.). Hal ini tidak menjadi masalah karena sudah ada kata
modalitas yang dipakai sebagai penanda kalimat imperatif dan isinya juga bersifat
perintah (imperatif) pola kalimat imperatif juga dapat dilihat pada lampiran
dengan kode (16.1.1) dan (16.3.2).
4.2.2.3 Kalimat Interogatif
Kalimat interogatif adalah kalimat yang berisi pertanyaan. Secara formal,
kalimat interogatif biasanya ditandai dengan adanya kata tanya apa, siapa,
bagaimana, di mana, mengapa dan kapan serta pada akhir kalimat terdapat tanda
baca tanya (?). Kalimat interogatif pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu
paling sedikit digunakan. Ada empat kalimat interogatif pada karangan guru-guru
SD Mahakam Ulu. Berikut ini contoh kalimat interogatif dalam karangan guru-
guru SD Mahakam Ulu.
(134) Bagaimana tidak? (Kr 1.1.2)
(135) Mengapa ada kata-kata tersebut dan apa tujuannya? (Kr 16.1.3)
Kalimat (134) tersebut sebenarnya belum dapat dikatakan sebagai kalimat
tanya, karena subjek dan predikatnya belum ada atau dengan kata lain inti dari
pertanyaannya tidak ada. Kalimat (134) tersebut sebenarnya hanya berfungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
menghubungkan kalimat sebelumnya dengan kalimat sesudahnya yakni kebiasaan
buruk membuang sampah sembarangan sudah tidak asing lagi bagi warga kota
dengan seperti masih banyak (sampah) berserakan di lingkungan.
Berbeda dengan kalimat (134), kalimat (135) sudah dapat dikatakan
sebagai kalimat interogatif yang baik karena ada inti pertanyaanya yakni
menanyakan keberadaan kata-kata yang dimaksud dan tujuan kata-kata tersebut.
Secara formal, kalimat (135) sudah benar. Penulis bisa memvarisikan kalimat
tanya menggunakan kata tanya mengapa dan apa. Penulis juga sudah
memberikan tanda baca tanya (?) dengan benar di akhir kalimat. Pola kalimat
interogatif itu juga dapat dilihat pada lampiran dengan kode (Kr 1.1.4) dan
(14.4.3)
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1 Jenis Kalimat berdasarkan Jumlah Klausa
Peneliti menemukan jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan bentuk
sintaksis. Jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa yang digunakan guru-guru SD
Mahakam Ulu pada karangannya yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Jika dilihat dari unsur pengisi predikatnya, kalimat tunggal pada karangan tersebut
berjenis kalimat tunggal dengan predikat frasa verbal dengan pola dasar S-P, S-P-
O, S-P-Pel, S-P-K, S-P-O-Pel dan S-P-O-K. Kalimat tunggal dengan predikat
nomina memiliki pola P-S dan P-S-K. Kedua jenis kalimat tunggal dengan pola P-
S dan P-S-K tersebut disebut dengan pola kalimat inversi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Kalimat tunggal dengan predikat adjektival memiliki pola kalimat dasar S-
P-K sedangkan kalimat tunggal dengan predikat frasa numeral hanya memiliki
pola K-P-S-K. Jika dilihat dari urutan unsur-unsurnya, unsur keterangan dalam
kalimat dapat diletakkan di awal kalimat, tengah maupun akhir kalimat bahkan
dalam beberapa kalimat unsur keterangan dapat dilesapkan tanpa mengubah arti.
Hal ini menunjukkan bahwa unsur keterangan merupakan unsur yang bersifat
manasuka atau tidak wajib hadir dalam sebuah struktur kalimat.
Penelitian ini relevan dengan teori yang dikemukakan oleh Alwi, dkk pada
TBBBI (2010). Menurut Alwi,dkk dalam TBBBI (2010: 345), kalimat tunggal
dapat dibagi menjadi kalimat berpredikat verba, kalimat berpredikat adjektiva,
kalimat berpredikat nominal, kalimat berpredikat numeral, dan kalimat
berpredikat frasa preposisional.
Namun, ada satu jenis kalimat tunggal yang tidak ditemukan oleh peneliti
pada karangan para guru. Dari perbandingan tersebut, guru-guru tidak
menggunakan jenis kalimat tunggal dengan predikat frasa preposisional. Hal ini
disebabkan tidak semua kalimat tunggal dengan frasa preposisional dapat
digunakan sebagai unsur pengisi predikat. Jika merujuk pada TBBBI (2010), frasa
preposisional pengisi predikat hanya digunakan pada pola kalimat dasar S-P
berbeda dengan frasa lainnya yang bisa digunakan pada pola kalimat dasar
manapun. Hal ini menunjukkan kalimat tunggal dengan frasa preposisional
penggunaanya lebih terbatas dibandingkan dengan jenis kalimat tunggal lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Di samping itu, peran frasa preposisional atau preposisi dalam bahasa
Indonesia adalah sebagai penanda hubungan tempat, peruntukan, sebab, kesertaan
atau cara, pelaku, waktu, ihwal, dan milik. Dalam karangan para guru, hubungan
tersebut digunakan pada unsur keterangan. Oleh karena itu, bisa jadi para guru SD
Mahakam Ulu, masih terbatas menggunakan frasa preposisional sebagai unsur
pengisi predikat dibandingkan sebagai unsur pengisi keterangan.
Kalimat majemuk ditemukan dalam karangan guru-guru SD Mahakam
Ulu. Jenis kalimat majemuk itu adalah kalimat majemuk setara, kalimat majemuk
bertingkat dan kalimat majemuk campuran. Jika digolongkan berdasarkan
konjungsinya, kalimat majemuk setara pada karangan tersebut hanya
menggunakan empat jenis konjungsi. Keempat jenis konjungsi tersebut adalah
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.
_____________. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia Edisi
Revisi.Jakarta: Rineka Cipta. _____________. 2002. Pengantar Dunia Karang-Mengarang. Yogyakarta:
Liberty bekerja sama dengan Balai Bimbingan. Keraf, Gorys. 1982. Eksposisi dan Deskripsi. Jakarta: Gramedia. _____________. 2007. Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III. Jakarta: Gramedia. Khairah, Miftahul dan Sakura Ridwan. 2014. Sintaksis (Memahami Satuan
Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV.Karyono. Ramlan, M. 2008. Kalimat, Konjungsi, dan Preposisi Bahasa Indonesia dalam
Penulisan Karangan Ilmiah.Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Rani, Abdul. 2006. Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayu Media Publishing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
Sugiyono.2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. The Liang Gie. 1992. Pengantar Dunia Karang-Mengarang. Yogyakarta: Liberty
bekerja sama dengan Balai Bimbingan. Widjono, Hs. 2007. Bahasa Indonesia-Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. www.disdik.kaltimprov.go.id diakses pada 20 Juni 2016. www.belajarbahasaindonesia.com diakses pada 20 Februari 2016. www.kelasindonesia.com diakses pada 20 Juli 2016 www.prbahasaindonesia.com diakses pada 20 Juli 2016 www.slideshare.net diakses pada 20 Juli 2016
1. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa.
2. Setiap unsur
kalimat, seperti S dan P hanya ada satu pada kalimat tunggal.
3. Kalimat tunggal
hanya mengandung satu informasi.
4. Kalimat tunggal
tidak harus berbentuk pendek.
1. Kalimat majemuk setara terdiri dari dua klausa atau lebih.
2. Dua klausa atau lebih dalam kalimat majemuk setara kedudukannya sama karena klausa satu bukan bagian dari klausa yang lain.
3. Klausa-klausa
dalam kalimat majemuk setara dihubungkan dengan konjungtor koordinatif.
4. Konjungtor
koordinatif.
1. Kalimat majemuk setara terdiri dari dua klausa atau lebih.
2. Klausa-klausa dalam majemuk bertingkat kedudukannya tidak sama karena klausa satu merupakan bagian dari klausa yang lain.
3. Klausa-klausa
dalam kalimat majemuk setara dihubungkan dengan konjungtor subordinatif.
1. Kalimat majemuk setara terdiri dari lebih dari dua klausa.
2. Klausa-klausa dalam kalimat majemuk campuran ada yang hubungannya koordinatif dan subordinatif.
3. Klausa-klausa
dalam kalimat majemuk campuran dihubungkan dengan konjungtor subordinatif-koordinatif atau koordinatif-subordinatif.
1. Kalimat deklaratif berfungsi atau berisi pernyataan atau pemberitaan.
2. Kalimat deklaratif dapat berbentuk inversi, aktif atau pasif.
3. Bentuk tulisan
kalimat berita diakhiri dengan tanda titik (.) sedangkan dalam bentuk lisan diakhiri dengan nada menurun.
1. Intonasi yang ditandai nada rendah di akhir tuturan dan tanda seru(!) pada akhir tulisan.
2. Pemakaian partikel penegas, penghalus, ajakan, harapan, permohonan dan larangan.
3. Susunannya
inversi sehingga tidak selalu terungkap pola S-P.
4. Pelaku
tindakan tidak selalu hadir.
1. Kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu.
2. Kalimat ini
ditandai dengan kehadiran kata tanya seperti apa, siapa, kapan, bagaimana, dan mengapa.
3. Kalimat ini
ditandai dengan tanda tanya (?) pada bahasa tulis dan intonasi turun pada bahasa lisan.
1. Kalimat eksklamatif secara formal ditandai dengan kata alangkah, betapa atau bukan main pada kalimat berpredikat adjektival.
2. Biasa digunakan untuk menyatakaan perasaan kagum atau heran.
3. Kalimat ini ditandai
dengan tanda seru (!)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Konjungsi Subordinatif dan Koordinatif
TBBBI, 2010 dan Ramlan, 2008)
Koordinatif Subordinatif a) Konjungsi penjumlahan : dan, lagi pula,
dan lagi, serta. b) Konjungi pemilihan : atau. c) Konjungsi perurutan : kemudian dan lalu. d) Konjungsi lebih : bahkan. e) Konjungsi perlawanan : tetapi,
melainkan, namun, padahal, sebaliknya, sedangkan.
a) Konjungsi waktu : setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai.
b) Konjungsi syarat : jika, kalau, asalkan, bila, manakala.
c) Konjungsi pengandaian : andaikan, seandainya, andaikata, sekiranya.
d) Konjungsi tujuan : agar, supaya. e) Konsesif: biar(pun), meski(pun),