ANALISIS ISI PERUT (GUT CONTENT ANALYSIS) IKAN SAPU-SAPU (Pterygoplichthys pardalis Castellnnau, 1855) ASAL SUNGAI CILIWUNG, JAKARTA Disusun Oleh : AFIFATUS SHOLIHAH 11140950000069 PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1440 H
125
Embed
ANALISIS ISI PERUT (GUT CONTENT ANALYSIS) IKAN SAPU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...2015). Pada tahun 1910-an tingkat keanekaragaman ikan di Sungai Ciliwung
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS ISI PERUT (GUT CONTENT ANALYSIS) IKAN SAPU-SAPU (Pterygoplichthys pardalis Castellnnau, 1855) ASAL SUNGAI CILIWUNG,
JAKARTA
Disusun Oleh :
AFIFATUS SHOLIHAH
11140950000069
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019 M/1440 H
ANALISIS ISI PERUT (GUT CONTENT ANALYSIS) IKAN SAPU-SAPU (Pterygoplichthys pardalis Castellnau, 1855) ASAL SUNGAI CILIWUNG,
JAKARTA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains
Pada Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh :
AFIFATUS SHOLIHAH
11140950000069
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019 M/1440 H
i
ABSTRAK
Afifatus Sholihah. Analisis Isi Perut Ikan Sapu-Sapu (Pterygoplichthys pardalis) Asal Sungai Ciliwung, Jakarta. Skripsi. Program Studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2019. Dibimbing oleh Fahma Wijayanti dan Dewi Elfidasari.
Ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) merupakan ikan invasif yang berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang dapat ditemukan di Sungai Ciliwung. Keberadaan ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung menyebabkan ikan asli di Sungai Ciliwung menurun, diduga ikan asli berkompetisi untuk mendapatkan makanan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pakan serta mengetahui status ikan sapu-sapu dalam tingkat trofik pada ekosistem perairan Sungai Ciliwung. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan purposive sampling method. Sebanyak 30 ekor diambil di daerah Kalibata dan Cawang, Ikan dibedah dan isi saluran pencernaan diamati menggunakan mikroskop cahaya, pengamatan diulang sebanyak 5x pada masing-masing sampel, organisme yang ditemukan diidentifikasi. Data dianalisis menggunakan indeks bagian terbesar, analisis luas relung, tumpang tindih relung dan analisis tingkat trofik. Bacillariophyta (82,03%) dan Chlorophyta (12,17%) ditentukan sebagai makanan utama dan pelengkap secara berurutan untuk ikan sapu-sapu. Organisme lain yang ditemukan di usus seperti Cyanophyta (3,74%), Euglenophyta (1,19%), Amoebozoa (0,28%), Dinophyta (0,68%) dan detritus yaitu 0,004% dikelompokkan sebagai makanan tambahan. Hasil analisis tingkat trofik menunjukkan ikan sapu-sapu berada pada tingkat trofik II tergolong herbivora (2,00 < troph < 2,90) dan tidak memiliki predator. Keberadaan ikan sapu-sapu menyebabkan ikan asli Sungai Ciliwung berkompetisi dalam mendapatkan makanan dari sungai.
Kata Kunci : Ikan sapu-sapu, Indeks bagian terbesar, Sungai Ciliwung, Tingkat trofik
ii
ABSTRACT
Afifatus Sholihah. Gut content Analysis Armoured catfish (Pterygoplichthys pardalis) from Ciliwung River, Jakarta. Undergraduate Thesis. Department of Biology, Faculty of Science and Technology. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019. Adviced by Fahma Wijayanti and Dewi Elfidasari.
Armoured catfish (Pterygoplichthys pardalis) was invasif species from Center America and South America that have been found in Ciliwung River. Armoured catfish presence made the Ciliwung River’s endemic species decreased, presumably due to competition for food. This research aims to obtain food source identification and determine armoured catfish state in Ciliwung River freshwater ecosystem trophic level. The research used purposive sampling method, 30 fish was sampled from the river in Kalibata and Cawang area. Fish was dissected and the content of intestine was observed under light microscope, observation repeated 5x for each sample. Every observed organism was identify. The data was analyzed with preponderance index, niche breadth analyze, niche overlap and trophic level analyze. Bacillariophyta (82,03%) and Chlorophyta (12,17%) was determined as main and complementary food sources respectively for armoured catfish. Other organism found in intestine such as Cyanophyta (3,74%), Euglenophyta (1,19%), Amoebozoa (0,28%), Dinophyta (0,68%) and detritus (0,004%) was classified as armoured catfish additional food source. The result from trophic level shown that armoured catfish was in II level trophic classified as herbivore (2,00 <troph <2,90) and didn’t had any predator. The existence of armoured catfish was caused indigenous fish species to compete in food source from the river.
Key words : Armoured catfish, Ciliwung River, index preponderance, trophic level
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji dan syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya yang Maha Kuasa skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi
merupakan salah satu syarat yang diperuntukkan untuk mendapat gelar Sarjana.
Salah satu langkah awal dalam menyelesaikan mata kuliah skripsi yang harus
ditempuh sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains di Program Studi
Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Skripsi ini dibuat dengan judul “Analisis Isi Perut (Gut Content Analysis)
Ikan Sapu-Sapu (Pterygoplichthys pardalis Castellnnau, 1855) Asal Sungai
Ciliwung, Jakarta”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam Penulisan skripsi ini, antara lain kepada:
1. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Dasumiati, M.Si selaku Ketua Program Studi Biologi Fakultas Sains dan
Teknologi, sekaligus sebagai penguji sidang skripsi yang telah memberikan
arahan kepada penulis
3. Dr. Fahma Wijayanti, M.Si. dan Dr. Dewi Elfidasari, M.Si selaku Dosen
Pembimbing yang telah mengarahkan, memberi saran dan dukungan kepada
penulis
4. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi - kemerinristekdikti yang
Proposal dan Seminar Hasil yang telah banyak memberikan saran dalam
penulisan
6. Dr. Nani Radiastuti, M.Si selaku dosen penguji sidang skripsi yang telah
banyak memberi masukan
7. Ade Lisdaniyah, Hurunin Fathonah, Marshel Eika, dan Maulidatul Hasanah
sebagai rekan penelitian yang turut membantu dalam menyelesaikan
penelitian
8. Teman-teman Biologi angkatan 2014 khususnya kelas B yang turut
membantu dan mendukung dalam proses penulisan sehingga Skripsi ini
dapat terselesaikan.
Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis juga menyadari tulisan ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.
Jakarta, Januari 2019
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 3 1.3. Tujuan penelitian ........................................................................... 3 1.4. Manfaat penelitian ......................................................................... 4 1.5. Kerangka berfikir ........................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kondisi Perairan Sungai Ciliwung ................................................ 6 2.2. Morfologi Ikan Sapu-Sapu ............................................................ 8
2.3. Makanan Utama Ikan Sapu-sapu di Habitat Asli .......................... 12 2.4. Jenis Ikan dengan Sumber Pakan Yang Sama ............................... 13 2.5. Pemanfaatan Ikan sapu-Sapu ......................................................... 14 2.6. Luas Relung Pakan dan Tumpang Tindih Relung ......................... 15 2.7. Tingkat Trofik Ikan Sapu-Sapu di Sungai Ciliwung ..................... 16
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 17 3.2. Alat dan Bahan ............................................................................ 17 3.3. Prosedur Penelitian ..................................................................... 18
3.3.1. Pengambilan Sampel Ikan Sapu-Sapu ............................... 18 3.3.2. Pembedahan Ikan Sapu-Sapu ............................................ 20 3.3.3. pengeluaran Isi Usus .......................................................... 20 3.3.4. Pengamatan Isi Usus .......................................................... 21
3.4. Analisis data .................................................................................. 21 3.4.1. Analisis Isi Perut Ikan Sapu-Sapu ..................................... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Distribusi Panjang Tubuh ............................................................ 27 4.2. Morfometri Ikan Sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) ............ 28 4.3. Panjang Relatif Usus ................................................................... 30
vi
4.4. Komposisi Jenis Pakan ................................................................ 32 4.5. Indeks Bagian Terbesar ............................................................... 36 4.6. Luas Relung Pakan ...................................................................... 41 4.7. Tumpang Tindih Relung Intraspesifik ......................................... 43 4.8. Tingkat Trofik Ikan Sapu-Sapu ................................................... 45
Tabel 1. Jumlah inividu berdasarkan kelompok ukuran ....................................... 25 Tabel 2. Rata-rata hasil pengukuran morfometri ikan sapu-sapu ......................... 27 Tabel 3. Panjang relatif usus pada masing-masing kelompok ikan ...................... 29 Tabel 4. Komposisi jenis pakan dalam usus ikan sapu-sapu ................................ 32 Tabel 5. Luas relung dan standarisasi pada setiap kelompok ukuran ................... 40 Tabel 6. Nilai tumpang tindih intraspesifik antar kelompok ikan ......................... 42 Tabel 7. Tingkat trofik kelompok ikan sapu-sapu ................................................ 44
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram kerangka berfikir penelitian analisis ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung ................................................................................. 4
Gambar 2. Anatomi saluran pencernaan ikan sapu-sapu ...................................... 9 Gambar 3. Organ lambung ikan sapu-sapu ........................................................... 10 Gambar 4. Lokasi pengambilan sampel ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung ....... 16 Gambar 5. Karakter morfometri ikan sapu-sapu ................................................... 18 Gambar 6. Ilustrasi pengamatan pada kaca objek ................................................. 20 Gambar 7. Grafik persentase indeks bagian terbesar P. pardalis ......................... 35 Gambar 8. Grafik persentase indeks bagian terbesar pada tiap kelompok ........... 38
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Menentukan Rentang Kelompok Ukuran Ikan ................................ 54 Lampiran 2. Analisis Indeks Bagian Terbesar Kelompok Ikan Besar ................. 54 Lampiran 3. Analisis Indeks Bagian Terbesar Kelompok Ikan Sedang .............. 54 Lampiran 4. Analisis Indeks Bagian Terbesar Kelompok Ikan Kecil ................. 55
Lampiran 5. Data Spesies dan Individu Perhitungan Luas Relung Pakan
Kelompok Ikan Besar ..................................................................... 55
Lampiran 6. Data Spesies dan Individu Perhitungan Luas Relung Pakan
Kelompok Ikan Sedang ................................................................... 59
Lampiran 7. Data Spesies dan Individu Perhitungan Luas Relung Pakan
Kelompok Ikan Kecil ...................................................................... 64
Lampiran 8. Analisis Data Tumpang Tindih....................................................... 69
Lampiran 9. Analisis Data Tingkat Trofik .......................................................... 82 Lampiran 10. Kelompok Ukuran Ikan Berdasarkan Lokasi Pengambilan
Sampel ........................................................................................... 96 Lampiran 11. Data Morfometri Ikan Sapu-sapu ................................................... 97 Lampiran 12. Identifikasi Isi Perut Ikan Sapu-sapu dan Karakternya .................. 98
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang mengalir dari Tugu
Puncak Kabupaten Bogor sampai Teluk Jakarta dengan panjang aliran 117 km
dan luas aliran sungai mencapai 387 km2 (Hendrayanto, 2008). Sungai Ciliwung
dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti
kebutuhan rumah tangga, pertanian, peternakan, industri dan sebagai sumber mata
pencarian. Aktivitas tersebut menyebabkan Sungai Ciliwung tercemar oleh limbah
yang dihasilkan dari kegiatan seperti limbah domestik, limbah industri, dan
termasuk ke dalam salah satu sungai di dunia dengan tingkat pencemaran sangat
tinggi (International River Foundation, 2011). Pencemaran tersebut dapat
berpengaruh terhadap kondisi ekosistem.
Pada ekosistem Sungai Ciliwung dapat ditemukan ikan sapu-sapu
(Pterygoplichthys pardalis) yang merupakan spesies invasif berasal dari Amerika
Tengah dan Amerika Selatan (Armbruster, 2004). Ikan sapu-sapu mampu hidup
pada kondisi lingkungan yang ekstrem dengan tingkat pencemaran tinggi dan
dapat hidup pada kondisi oksigen terlarut yang sangat rendah. Menurut Nugroho
(2014) terdapat persebaran ikan sapu-sapu di sepanjang aliran Sungai Bengawan
Solo Kabupaten Sragen, yang memiliki kualitas perairan tergolong buruk dengan
kandungan oksigen terlarut 0–6 mg/l, CO2 (9,54-34,32 mg/l). Ikan ini memiliki
modifikasi pada bagian lambung yang berfungsi sebagai organ pernafasan
tambahan pada kondisi oksigen terlarut yang rendah (Armbruster, 1998) dan juga
2
memiliki persebaran yang sangat luas mampu hidup pada lingkungan air tawar
tropis dan subtropis diseluruh dunia (Rao, 2017).
Faktor yang mempengaruhi keberadaan ikan di suatu perairan yaitu adanya
sumber makanan, kesesuaian lingkungan hidup dan kemampuan ikan dalam
adaptasi pada kondisi lingkungan. Makanan merupakan faktor utama yang
menentukan ukuran populasi dan pertumbuhan ikan. Keberadaan makanan ini
sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat ikan berada (Aprillyn et al.,
2015). Pada tahun 1910-an tingkat keanekaragaman ikan di Sungai Ciliwung
mencapai 187 spesies, akan tetapi lambat laun terjadi penurunan keanekaragaman.
Tahun 2011 hanya ditemukan 20 spesies, lima diantaranya merupakan ikan
introduksi yaitu Oreochromis niloticus, Poecilia reticulata, P. latipinna,
Xiphophorus helleri dan ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis). Penurunan
keanekaragaman jenis ikan di Sungai Ciliwung diduga karena adanya ikan
introduksi yang mendominasi perairan dan menjadi kompetitor bagi ikan asli
untuk mendapatkan makanan (Hadiaty, 2011). Fathonah (2019) menyebutkan
bahwa di Sungai Ciliwung bagian tengah dapat ditemukan ikan sapu-sapu
sebanyak 58 ind/m2.
Persaingan dalam mendapatkan makanan secara intraspesifik juga dapat
terjadi. Menurut hasil penelitian Tisasari et al. (2016) di Riau pada Sungai Air
Hitam ditemukan sumber makanan utama ikan sapu-sapu kecil (91-124 mm)
berupa Cyanophyceae, ikan sapu-sapu berukuran sedang (227-260 mm) jenis
Xanthophyceae dan ikan besar hanya memiliki kategori makanan pelengkap.
Penelitian ini membuktikan adanya kesamaan sumber pakan utama dalam
3
populasi, memungkinkan terjadinya niche overlap dalam satu jenis yang sama.
Perbedaan ukuran ikan juga menjadi faktor penentu dalam mengetahui luas relung
ikan sapu-sapu diperairan. Penelitian mengenai ikan sapu-sapu di Sungai
Ciliwung mencakup morfometri dan meristik (Elfidasari et al., 2016), kandungan
logam berat (Aksari et al., 2015; Ratmini, 2009), variasi karakter morfologi
(Elfidasari et al., 2016), identifikasi melalui pola abdomen (Qoyyimah et al.,
2016), deteksi bakteri pencemar pada ikan sapu-sapu (Puspitasari et al., 2017) dan
identifikasi ikan sapu-sapu melalui DNA barcode (Rosnaeni et al., 2017). Belum
ada informasi mengenai sumber pakan ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung,
sehingga perlu adanya kajian terkait sumber pakan dan tingkat tofik ikan sapu-
sapu di perairan tersebut. Informasi mengenai sumber pakan ikan sapu-sapu dapat
diketahui melalui analisis isi perut (Gut Content Analysis). Kebutuhan terhadap
informasi sumber pakan ikan ini diperlukan sebagai strategi dalam pengelolaan
Sungai Ciliwung. Informasi tersebut juga digunakan untuk mengetahui alternatif
pemberian pakan ikan sapu-sapu dalam upaya domestikasi.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian analisis isi perut adalah :
1) Organisme apa sajakah yang menjadi sumber pakan ikan sapu-sapu di
perairan Sungai Ciliwung?
2) Bagaimanakah status ikan sapu-sapu dalam tingkat trofik pada ekosistem
perairan Sungai Ciliwung?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian analisis isi perut adalah :
1) Mengidentifikasi pakan ikan sapu-sapu melalui isi perutnya
4
2) Menganalisis status ikan sapu-sapu dalam tingkat trofik di perairan Sungai
Ciliwung.
1.4. Manfaat Penelitian
1) Sebagai acuan dalam strategi pengelolaan ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung.
2) Upaya domestikasi ikan sapu-sapu yang efektif dilihat dari sumber pakan
alami di perairan Sungai Ciliwung
5
1.5. Kerangka Berfikir
kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah terdapat pada Gambar 1.
Sungai Ciliwung tercemar
Berpengaruh terhadap sumber pakan biota perairan
Analisis isi perut ikan sapu-sapu (Gut Content Analysis)
Informasi terkait kebiasaan makan ikan sapu-sapu dan upaya domestikasi
Aktivitas masyarakat di sekitar sungai
komposisi sumber pakan utama dan tingkat trofik ikan sapu-sapu dalam
ekosistem
Adanya ikan sapu-sapu yang adaptif terhadap perairan tercemar
Berpengaruh terhadap penurunan spesies ikan asli
Gambar 1. Diagram kerangka berfikir penelitian analisis ikan sapu-sapu di Sungai
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kondisi Ekologi Peraiaran Sungai Ciliwung
Sungai Ciliwung merupakan salah satu komponen lingkungan yang
memiliki fungsi penting bagi ekosistem terestrial dan perairan. Daerah Aliran
Sungai (DAS) Ciliwung termasuk ke dalam 108 DAS prioritas 1 (super prioritas),
berdasarkan Menteri Kehutanan Nomor 328 tahun 2009 tentang Penetapan DAS
sebagai Prioritas dalam Rangka Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) (Wahyuni, 2014). Hal tersebut dilakukan karena adanya penurunan
kualitas sungai akibat konversi lahan terutama bagian hulu. Konversi lahan
terbuka menjadi menjadi lahan terbangun yang berisi kegiatan pembangunan
untuk berbagai kebutuhan, menyebabkan perubahan yang sangat drastis pada
ekosistem Sungai Ciliwung. Penurunan kualitas pada bagian hulu akan
berpengaruh terhadap peningkatan erosi, sedimentasi, banjir, dan penurunan
produktivitas lahan.
Lahan terbangun di sekitar DAS Ciliwung juga sering dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar untuk berbagai aktivitas yang menunjang kehidupan.
Pemanfaatan tersebut seperti kebutuhan rumah tangga, pertanian, peternakan,
industri dan sebagai sumber mata pencarian. Aktivitas tersebut tanpa disadari
cenderung merusak ekosistem perairan seperti membuang limbah domestik,
limbah industri, limbah pertanian dan peternakan yang mengakibatkan adanya
pencemaran. Salah satu pencemaran yang terjadi di Sungai Ciliwung yaitu adanya
senyawa organik, anorganik dan adanya pencemaran oleh logam berat seperti
timbal (Pb), Zn, dan Mn (Yudo, 2006).
7
Logam berat yang masuk ke perairan akan terabsorpsi oleh biota dan
dikeluarkan tubuh melalui mekanisme detoksifikasi, jika melebihi batas ambang
maka akan terakumulasi di dalam tubuh dan dapat mempengaruhi kerja
metabolisme organisme yang terpapar (Ebrahimi, 2011). Menurut Dini (2011)
kualitas air Sungai Ciliwung berdasarkan parameter fisik, kimia dan bakteriologis
rata-rata telah melebihi baku mutu berdasarkan PerGub no. 582 tahun 1995.
Air Sungai Ciliwung termasuk ke dalam air golongan D, yang digunakan
untuk keperluan pertanian dan dapat digunakan untuk usaha perkotaan industri
dan pembangkit listrik tenaga air. Kondisi ini memungkinkan perairan Sungai
Ciliwung menjadi habitat bagi beberapa jenis ikan, salah satunya yaitu ikan sapu-
sapu. Menurut Wiyaguna (2010) menyatakan salah satu jenis ikan yang dapat
hidup di perairan tercemar yaitu ikan sapu-sapu (Loricariidae). Jenis ini
mempunyai kelimpahan yang tinggi pada sungai yang dengan kadar pH mencapai
6,2–8,3 dan dapat bertahan pada lingkungan yang tercemar logam berat seperti
tembaga (Cu), kadmium (Cd), dan timbal (Pb).
Biota di perairan Sungai Ciliwung sangat berpotensi terkontaminasi oleh zat
berbahaya seperti senyawa organik, anorganik dan logam berat yang dapat
terakumulasi di dalam organ. Pencemaran logam berat biasanya tersedimentasi di
dasar perairan. Menurut Sucipto et al. (2013) logam berat mempunyai sifat yang
mudah mengikat sedimen dan mengendap di dasar perairan. Ikan sapu-sapu
merupakan salah satu biota yang dapat ditemukan di perairan Sungai Ciliwung.
Ikan ini mencari makan di dasar perairan atau disebut juga Bottom feeder.
Memungkinkan adanya sedimen yang masuk ke dalam mulut, sehingga sangat
berpotensi tercemar oleh logam berat yang terdapat di sedimen.
8
Dampak negatif lainnya dari pencemaran yaitu terjadi penurunan kualitas
perairan yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Fitoplankton
merupakan produsen primer perairan yang dapat berfungsi sebagai bioindikator
adanya perubahan lingkungan akibat pencemaran. Menurut hasil penelitian
Fachrul (2008) kelimpahan fitoplankton pada Sungai Ciliwung di bagian tengah
wilayah Guntur mencapai 5907 ind/L dan bagian hilir (teluk Gong) mencapai
4733 ind/L. Kelimpahan jenis fitoplankton terbesar pada kedua stasiun yaitu
Microcytis sp., Merismopedia sp., Ankistrodesmus sp., dan Closteriopasis sp..
Jenis fitoplankton yang ditemukan adalah jenis yang mempunyai daya toleransi
tinggi. Buangan limbah ke perairan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem
yang memunculkan organisme dominan dan tidak dominan dalam suatu
komunitas perairan (Soedarti et al., 2006).
2.2. Morfologi Ikan Sapu-sapu
Menurut Hadiaty (2011) Pterygoplichthys pardalis merupakan ikan yang
paling banyak ditemukan di bagian tengah Sungai Ciliwung. Pterigoplichthys sp.
merupakan salah satu jenis ikan sapu-sapu yang sering dijumpai. Ikan sapu-sapu
memiliki tubuh yang terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala (caput), badan (truncus),
dan ekor (cauda). Bagian kepala dimulai dari ujung mulut sampai dengan batas
tutup insang, badan dimulai dari belakang tutup insang sampai dengan anus, dan
bagian ekor dimulai dari belakang anus sampai ujung sirip (Jasin, 1989). Ikan
sapu-sapu memiliki pola garis pada bagian kepalanya dengan pola heksagonal dan
memiliki duri-duri kecil yang terasa kasar. Mulut penghisap pada bagian ventral
yang berbentuk triangular, gigi berfilamen tubular dengan susunan +16 +16 +32
pada kedua bagiannya (Rao, 2017). Bagian tubuhnya dilindungi oleh sisik keras
9
dan berduri (Rao, 2017). Ikan ini memiliki sisik dengan bentuk elasmoid kecuali
pada bagian abdomennya. Mempunyai sisik yang tersusun atas matriks berpori
yang dikelilingi oleh dua lapisan padat eksternal, struktur ini berbeda dengan
kelompok ikan lainnya. Struktur ini lebih mirip dengan struktur yang ditemukan
pada beberapa reptil dan mamalia (Ebenstein, 2015). Menurut (Elliott, 2011)
Loricariidae memiliki tipe sisik yang termodifikasi yaitu scute, berfungsi sebagai
pelindung yang memiliki struktur tersusun atas dermal denticles. Bentuk tubuh
pipih dorso-ventral, memiliki bentuk kepala lebar dengan pola garis gelap terang
geometris, letak mulut berada di bawah (subterminal) berbentuk seperti cakram
yang menghadap ke bawah bertipe penyaring atau penghisap dengan tipe mulut
inferior, berhabitat di perairan air tawar yang berarus, serta mempunyai
kemampuan bertahan hidup pada lingkungan yang ekstrem (Armbruster, 2004).
Ikan sapu-sapu memiliki adifose fin berduri yang terletak dekat dengan
ujung pangkal ekor yang ditutupi oleh sisik keras. Semua sirip kecuali bagian ekor
diawali dengan jari-jari keras. Sirip punggung lebar dengan tujuh jari- jari lemah
(Hypostosmus sp.) atau 10-13 jari-jari lemah (Hyposarcus pardalis), warna tubuh
cokelat atau abu-abu dengan bintik-bintik hitam di seluruh tubuhnya (Kottelat et
al., 1993). Jenis ikan sapu-sapu lainnya yaitu Lasiancitrus sp. merupakan genus
yang memiliki 16 spesies dari kelas Loricariidae (Armbuster, 2004) memiliki
rambut seperti sungut disebut odontodes yang terbentuk dari lapisan luar gigi,
terletak diantara mulutnya. Sebagian dari Lasiancitrus sp. memiliki bentuk tubuh
pipih evertibel.
Habitat asli ikan sapu-sapu adalah sungai dengan aliran air deras dan jernih,
tetapi dapat hidup di perairan tergenang seperti rawa dan danau (Prihardhyanto,
10
1995). Ikan sapu-sapu (Loricariidae) juga dapat hidup pada dataran berelevasi
rendah sampai pada ketinggian 3000 meter (Nelson, 1994). Ikan ini mampu hidup
pada perairan tercemar dengan kadar oksigen terlarut yang sangat rendah. Ikan
sapu-sapu memiliki pergerakan lambat dan cenderung menetap di dasar perairan,
ikan sapu-sapu jantan membuat lubang-lubang di sepanjang lereng pinggir sungai
dan digunakan oleh ikan betina sebagai tempat meletakkan telur-telur (Rao,
2017). Menurut Tisasari et al. (2016) ikan sapu-sapu yang ditemukan di Sungai
Air Hitam, Riau memiliki ukuran kecil berkisar 91–192 mm, ukuran sedang 193-
294 mm, dan ukuran besar berkisar 295–391 mm.
Sistem saluran pencernaan pada ikan sapu-sapu terdiri dari mulut,
tenggorokan (pharinx), kerongkongan (esophagus), lambung semu, usus
(intestinum) dan anus (Tisasari et al., 2016). Bentuk mulut pada ikan sapu-sapu
Gambar 2. struktur tubuh (a) morfologi ikan sapu-sapu, (b) Anatomi saluran pencernaan ikan sapu-sapu (Pterygoplicthis pardalis) skala 1:7. 1) Lambung semu, 2) Usus, 3) Anus (dokumentasi pribadi, 2018)
a
b 1 2 3
11
berfungsi untuk menghisap makanan yang terdapat di dasar (bottom feeder),
pharinx berfungsi untuk menyaring makanan yang masuk (Samat, 2016).
Ikan sapu-sapu memiliki modifikasi saluran pencernaan pada bagian
lambung untuk menahan udara yang berfungsi sebagai organ respirasi tambahan.
Ikan ini bernafas menggunakan insang pada kondisi oksigen terlarut normal, dan
menggunakan organ tambahan berupa lambung pada kondisi oksigen terlarut
rendah (Moroni et al., 2015). Organ lambung ikan sapu-sapu termodifikasi
sebagai organ pernafasan tambahan, organ tersebut berbeda dari organ lambung
pada ikan secara umum.
Berdasarkan panjang ususnya, ikan sapu-sapu memiliki usus yang tersusun
melingkar seperti spiral dengan panjang usus ± 383 cm dan dikelompokkan ke
dalam jenis ikan herbivora. Berdasarkan relung makannya yang luas maka ikan
sapu-sapu dikelompokkan ke dalam jenis eurifagik yaitu ikan pemakan segalanya
(Prihardhyanto, 1995). Ikan ini digolongkan menjadi ikan herbivora karena
a
b
Gambar 3. Organ lambung (a) ikan sapu-sapu yang termodifikasi, (b) ikan kakap hitam (dokumentasi pribadi, 2018)
12
memiliki panjang usus mencapai 6 kali lipat dari panjang tubuh ikan sapu-sapu
(Tisasari et al., 2016). Panjangnya usus ikan sapu-sapu ini merupakan berfungsi
untuk memproses makanan yang sulit dicerna dan membutuhkan area yang luas
untuk penyerapan. Struktur usus P. pardalis menunjukkan adanya adaptasi yang
kuat terhadap jenis organisme yang dimakan (Samat, 2016).
2.3. Makanan Utama Ikan Sapu-sapu di Habitat Asli
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Hud ayat 6 yang berbunyi : “Dan
tidak ada satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya
dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat
penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).”.
surah tersebut membuktikan bahwa semua makhluk ciptaan-Nya sudah diatur
rezekinya, begitu juga dengan ikan sapu-sapu yang berada di Sungai Ciliwung.
Allah SWT tidak menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia. Morfologi ikan
sapu-sapu mempengaruhi ikan untuk mendapatkan makanan di habitatnya.
Pterygoplichthys pardalis memiliki mulut pada bagian ventral dengan gigi
filiform dan bagian premaxilla yang bergerak menunjukkan adanya adaptasi yang
tinggi terhadap makanannya. Kategori makanan P. pardalis berasal dari dasar
perairan yaitu berupa detritus dan bahan organik (Moroni et al., 2015). Kelompok
Loricariidae memiliki bagian mulut dan strukturnya yang memungkinkan untuk
mengikis makanan dari permukaan yang keras dan menelan sedimen secara
(Samat, 2016).
Menurut Tisasari et al. (2016) komposisi pakan ikan sapu-sapu terdiri atas
plankton dan alga seperti Chlorophyceae, Cyanophyceae, Euglenophyceae,
Zooplankton, Desmidiaceae, fragmen insekta dan detritus. Komposisi jenis
13
makanan ikan dipengaruhi oleh faktor penyebaran organisme, faktor ketersediaan
makanan, selera ikan terhadap makanan dan kebiasaan makan spesies ikan akan
selalu bervariasi karena tergantung pada kondisi lingkungan tempat ikan itu hidup
(Lagler et al., 1977). Spesies ini dapat dikategorikan sebagai ikan herbivora atau
detrivora, dan juga ditemukan jenis makanan lainnya. Kebiasaan makan ikan
sapu-sapu sedikit informasi, khususnya untuk jenis organisme bentik karena
perbedaan habitat menyediakan perbedaan sumber jenis makanan (Samat, 2016).
2.4. Jenis Ikan Dengan Sumber Pakan yang Sama
Pada Sungai Ciliwung juga ditemukan ikan lain seperti ikan mas
(Cyprinus carpio), ikan patin (Pangasius sp.), ikan lele (Clarias sp.), ikan baung
(Mystus nemurus) dan lainnya (Wowor, 2010). Menurut Hadiaty (2011) terdapat
15 spesies ikan asli Sungai Ciliwung yaitu ikan kehkel (Glyptothorax
platypogon), ikan wader bintik dua (Puntius binotatus), ikan wader (Puntius
binotatus), ikan genggehek (Mystacoleucus marginatus), ikan lunjar (Rasbora
aprotaenia), ikan hampal (Halampala macrolepidota), ikan jeler kecil
(Neniavheiliis fasciatus), ikan arelot (Pangio oblonga), ikan baung (Hemibagrus
nemurus), Xhstus sp., ikan lele (Clarias sp.), ikan julung-julung (Dermogenys
pusilla), ikan sepat rawa (Trichogaster trichopterus), Cheinna gaclnia, ikan gabus
(C. striata), dan ikan tilan (Macroganthus maculatus). Ikan tersebut hidup
berdampingan dengan ikan sapu-sapu pada ekosistem yang sama. Ikan mas, ikan
lele, ikan patin, ikan baung, ikan genggehek dan ikan lunjar diduga memiliki jenis
pakan sama dengan ikan sapu-sapu (plankton, insekta, ikan kecil dan detritus)
sehingga sangat memungkinkan terjadi interaksi berupa kompetisi dalam
mendapatkan makanan.
14
Ikan mas mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan kandungan
oksigen terlarut dalam perairan, dapat ditemukan dipinggir sungai, danau dan
menyukai habitat yang aliran airnya tidak deras (Prasetya, 2015). Ikan patin juga
dapat ditemukan di muara sungai dan biasa menetap di dasar perairan, ikan ini
memiliki kebiasaan makan di dasar perairan (bottom feeder) yang digolongkan ke
dalam ikan pemakan segala atau disebut juga omnivora (Mahyuddin, 2010). Ikan
lele memiliki habitat di sungai yang tidak deras dan dapat ditemukan di rawa,
waduk, air sawah yang menggenang. Ikan ini memiliki alat pernapasan tambahan
yaitu arborescent yang berupa kulit tipis menyerupai spons, sehingga ikan lele
mampu hidup pada air dengan kondisi oksigen terlarut rendah. Ikan ini termasuk
ke dalam golongan karnivora yang lebih sering ditemukan di dasar perairan
(Natakesuma, 2016). Secara morfologis ikan yang termasuk ke dalam golongan
ikan karnivora memiliki ukuran tubuh yang lebih panjang dibandingkan dengan
panjang ususnya (Titrawani, 2013). Ikan baung merupakan hewan nokturnal yang
melakukan aktivitas mencari makan di malam hari. Berdasarkan jenis makanan
yang ditemukan, ikan baung tergolong ikan karnivora. Memiliki panjang usus 300
mm dari panjang total tubuhnya 330 mm (Sinaga, 2014).
2.5. Pemanfaatan Ikan Sapu-Sapu
Ikan sapu-sapu yang berada di Sungai Ciliwung banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar sebagai sumber mata pencarian dan sebagai salah satu sumber
protein. Daging ikan ini dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan siomay,
abon, otak-otak serta keripik. Masyarakat sekitar juga sering memanfaatkan ikan
ini sebagai salah satu sumber mata pencarian dan dijual kepada para pedagang
yang membutuhkannya sebagai bahan baku produk pangan olahan. Menurut
15
Istanti (2005) ikan sapu-sapu memiliki kadar protein sedang yaitu 13,48% dengan
kadar lemak rendah yaitu >5%. Ikan sapu-sapu mengandung kadar protein tinggi
mencapai 36,23% dan memiliki keseimbangan asam amino yang sama dengan
jenis ikan lainnya sehingga dapat dijadikan sebagai pakan alternatif (Hutasoit et
al., 2015).
Kemampuan ikan sapu-sapu yang mampu hidup pada kondisi lingkungan
perairan tercemar, apabila dikonsumsi dikhawatirkan akan berbahaya bagi
kesehatan jika mengandung zat-zat yang bersifat toksik. Menurut Elfidasari et al.
(2018) daging ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung mengandung logam berat yaitu
Pb, Hg dan Cd dengan konsentrasi yang melebihi baku mutu SNI, sehingga ikan
ini tidak layak dikonsumsi.
2.6. Luas Relung Pakan dan Tumpang Tindih Relung
Pemanfaatan bersama sumber daya makanan oleh ikan di perairan dapat
diketahui melalui analisis luas relung pakan dan tumpang tindih relung. Luas
relung pakan merupakan gambaran proporsi dari jumlah jenis pakan yang
dimanfaatkan oleh suatu jenis ikan (Giller, 1984). Luas relung pakan
menggambarkan seberapa besar ikan mampu memanfaatkan sumber daya yang
tersedia sebagai makanannya. Pengukuran luas relung dan tumpang tindih relung
bergantung kepada distribusi individu antara sumber makanan yang seharusnya
tidak bergantung terhadap kelimpahan spesies (Colwell, 1971).
Besarnya pemanfaatan bersama suatu pakan di perairan dapat diketahui
melalui tumpang tindih relung. Dalam ekosistem perairan tumpang tindih
menggambarkan seberapa besar kesamaan suatu ikan dalam memanfaatkan
sumber daya. Menurut Tresna et al. (2012) tumpang tindih dapat terjadi jika
16
terdapat dua atau lebih organisme memanfaatkan sumberdaya makanan yang
sama. Luas relung bisa diukur dengan mengamati persebaran organisme individu
yang menjadi sumber makanan sedangkan tumpang tindih relung digunakan untuk
mengukur seberapa besar kompetisi yang terjadi dalam mendapatkan makanan
(Colwell, 1971).
2.7. Tingkat Trofik Ikan Sapu-Sapu di Sungai Ciliwung
Suatu ekosistem erat kaitannya dengan aliran energi. Aliran energi atau
transfer material dapat menggambarkan hubungan tingkat trofik antar organisme.
Tingkat trofik mampu menggambarkan posisi organisme pada suatu ekosistem.
Estimasi fraksi tingkat trofik jenis ikan dalam suatu perairan dapat perlu diketahui
sebagai acuan dalam perubahan yang terjadi seperti adanya ikan introduksi,
pencemaran dan aktivitas penangkapan (Stergiou, 2002). Pada dasarnya tingkat
trofik merupakan urutan tingkat pemanfaatan pakan yang dapat tergambarkan dari
rantai makanan (Almohdar, 2017). Menurut Tresna et al. (2012) ikan sapu-sapu di
Sungai Cimanuk Kabupaten Garut memiliki nilai tingkat trofik yaitu 2,44. Nilai
kategori ikan sapu-sapu termasuk ke dalam tingkat trofik sebagai ikan herbivora.
Suatu jenis ikan belum tentu memiliki tingkat trofik yang sama pada habitat yang
berbeda, karena tingkat trofik berkaitan dengan jenis komposisi pakan dan trofik
level masing-masing fraksi makanannya yang diperoleh dari analisisi isi perut
(Mearns, 1981). Komposisi jenis pakan dipengaruhi oleh kelimpahan sumberdaya
yang dapat dimanfaatkan oleh ikan dan hubungannya dengan karakteristik
morfologi ikan (Delariva, 2001). Belum ada informasi terkait tingkat trofik ikan
sapu-sapu di Sungai Ciliwung.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian analisis isi perut (Gut Content Analysis) dilaksanakan pada bulan
Maret sampai Juli 2018. Sampel ikan diambil dari Sungai Ciliwung, dengan titik
lokasi sampling di daerah Kalibata dan Cawang. Analisis isi perut ikan dilakukan
di Pusat Laboratorium Terpadu menggunakan Laboratorium Ekologi, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah jala ikan berukuran 2x4 m2,
Pemanfaatan bersama antar kelompok ukuran ikan terhadap sumberdaya
makanan yang tersedia dapat menyebabkan tumpang tindih relung (Sentosa,
2015). Tumpang tindih relung makanan terjadi apabila terdapat sumberdaya
43
makanan yang dimanfaatkan bersama oleh dua jenis atau lebih kelompok ikan
(Krismono et al., 2008). Perhitungan tumpang tindih relung instraspesifik dapat
diketahui melalui kesamaan jenis pakan (Lampiran 8.).
Kelompok Ukuran Ikan (cm) Besar Sedang Kecil Ikan Besar
- 0.77 0.42 34,0 – 41,5 Ikan Sedang
- - 0.43 26,4 – 33,9 Ikan Kecil
- - - 18,7 – 26,3 Analisis tumpang tindih relung antar kelompok ikan diketahui bahwa
kelompok ikan besar dengan kelompok ikan sedang memiliki nilai yang lebih
besar dibandingkan dengan hubungan antar kelompok yang lain yaitu 0,77 (Tabel
6.). Besarnya nilai tumpang tindih relung menunjukkan adanya jenis organisme
yang dimanfaatkan bersama antar kelompok ikan. Nilai tersebut menunjukkan
adanya kesamaan dalam pemanfaatan sumberdaya sebesar 0,77. Nilai tumpang
tindih yang tinggi dapat menyebabkan kelompok ikan besar dan sedang bersaing
dalam mendapatkan makanan. Banyaknya kelompok ikan besar yang ditemukan
di daerah Cawang diduga karena pada daerah tersebut banyak sumber daya yang
dapat dimanfaatkan oleh ikan besar, hal ini dapat mempengaruhi keberadaan
kelompok ikan sedang. Daerah Cawang merupakan lokasi sampling yang
mengarah ke hilir sungai. Menurut Piirsoo et al. (2008) pada sungai semakin ke
hilir memiliki beban pencemaran yang semakin besar menyebabkan banyaknya
zat organik seperti nitrat dan fosfat. Zat tersebut berasal dari limbah domestik dan
industri yang digunakan untuk perkembangan fitoplankton. Pernyataan ini juga
Tabel 6. Nilai tumpang tindih intraspesifik antar kelompok ikan
44
didukung oleh penelitian Fachrul (2008) pada daerah hilir kelimpahan
fitoplankton relatif lebih tinggi yaitu mencapai 4738 ind/L.
Hubungan tumpang tindih relung antara kelompok ikan sedang dengan ikan
kecil memiliki nilai kesamaan yaitu 0,43 dan hubungan tumpang tindih kelompok
ikan besar dengan ikan kecil yaitu 0,42 (Tabel 6.). Hubungan tumpang tindih
antara kelompok ikan sedang dengan ikan kecil dan ikan besar dengan ikan kecil
lebih rendah dibandingkan dengan hubungan antara ikan besar dengan ikan
sedang. Rendahnya nilai tumpang tindih tersebut menunjukkan adanya perbedaan
organisme yang dimanfaatkan, hal ini diduga yang menyebabkan banyaknya ikan
kecil dan ikan sedang ditemukan secara bersamaan di daerah Kalibata. Perbedaan
organisme yang dimanfaatkan tersebut yang memungkinkan ikan sapu-sapu kecil
mampu hidup berdampingan dengan ikan sedang.
Nilai tumpang tindih relung makanan mendekati satu (1), menunjukkan
adanya kesamaan sumber daya yang dimanfaatkan bersama menyebabkan
terjadinya kompetisi yang tinggi antar dua kelompok ikan. Nilai tumpang tindih
mendekati nol (0) menunjukkan perbedaan jenis makanan antar dua kelompok
ikan (Krismono et al., 2008). Tumpang tindih relung dapat terjadi apabila terdapat
kesamaan jenis makanan yang dimanfaatkan bersama oleh dua kelompok ikan
atau lebih (Izzani, 2012). Besarnya nilai tumpang tindih relung pada setiap
kelompok ukuran dapat memicu terjadinya interaksi berupa kompetisi untuk
mendapatkan makanan antar kelompok ukuran dalam lokasi yang sama
(Krismono et al., 2008).
45
4.8. Tingkat Trofik Ikan Sapu-Sapu
Komposisi jenis makanan ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung digunakan
untuk mengetahui fraksi jenis makanan dan tingkat trofik yang dimakan oleh
masing-masing kelompok ikan. Penentuan tingkat trofik dilakukan untuk
mengetahui status ekologi ikan sapu-sapu dalam perairan Sungai Ciliwung.
Kelompok Ukuran Ikan Tingkat Trofik Ikan Besar 2,00
Ikan Sedang 2,00
Ikan Kecil 2,00
Hasil analisis tingkat trofik ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung
menunjukkan tidak ada perbedaan pada masing-masing kelompok ukuran ikan
(Lampiran 9.). Nilai kategori tingkat trofik ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung
yaitu 2,00 menunjukkan bahwa ikan sapu-sapu tergolong kelompok II sebagai
ikan herbivora bila dilihat dari nilai kategori tingkat trofik (2,00 < troph < 2,90).
Ikan herbivora tergolong pada kelompok II dikarenakan ikan tersebut memakan
fitoplankton (Tabel 4.) yang merupakan fraksi jenis makanan pada tingkat trofik
kelompok I. Menurut Hedianto (2010) spesies ikan dalam tingkat trofik sebagai
herbivora merupakan jenis ikan yang memakan tumbuhan, fitoplankton dan
detritus. Analisis tingkat trofik ini mendukung pernyataan Samat (2016) yang
menyatakan bahwa ikan sapu-sapu memiliki usus yang panjang dan tergolong ke
dalam ikan herbivora pemakan alga dan detritus.
Tingkat trofik ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung tergolong ke dalam
kelompok herbivora dapat menyebabkan kompetisi bagi ikan asli untuk bersaing
dalam mendapatkan makanan. Menurut Tresna et al. (2012) ikan genggehek dan
Tabel 7. Tingkat trofik kelompok ikan sapu-sapu
46
ikan lunjar merupakan ikan asli Sungai Ciliwung memiliki komposisi pakan
berupa plankton, fragmen tumbuhan dan detritus. Komposisi pakan tersebut
sangat memungkinkan ikan asli untuk berkompetisi dengan ikan sapu-sapu dalam
mendapatkan makanan. Kemampuan ikan dalam beradaptasi pada kondisi
lingkungan juga menjadi salah satu faktor penentu keberadaan ikan. Ikan sapu-
sapu mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan yang tercemar, selain itu juga
didukung dengan karakter morfologi. Ikan sapu-sapu menggunakan organ
respirasi tambahan yang berfungsi sebagai alat pernapasan pada kondisi oksigen
terlarut rendah (Moroni et al., 2015). Ikan ini mempunyai sisik yang keras dan
berduri sehingga tidak memiliki predator di perairan (Hadiaty, 2011). Masuknya
ikan sapu-sapu ke perairan Sungai Ciliwung menyebabkan terganggunya rantai
makanan oleh kebiasaan makan ikan ini yang mememakan alga bentik dan
bersaing dengan ikan asli (Rao, 2017).
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1) Ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) di Sungai Ciliwung memiliki
komposisi jenis pakan berupa Bacillariophyta, Chlorophyta, Cyanophyta,
Euglenophyta, Dinophyta, Amoebozoa,dan detritus. Ikan sapu-sapu
memanfaatkan Bacillariophyta sebagai makanan utama (82,03%), makanan
pelengkap (IP 4-40%) berupa Chlorophyta (12,17%) dan makanan
tambahan (IP < 40%) yaitu Cyanophyta (3,74%), Euglenophyta (1,19%),
Amoebozoa (0,28%), Dinophyta (0,68%) dan detritus yaitu 0,00%.
2) Ikan sapu-sapu di Sungai Ciliwung berada pada tingkat trofik kelompok II
(2,00 < troph < 2,90).
5.2. Saran
1) Perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai manajemen domestikasi ikan
sapu-sapu dalam upaya pemanfaatan ikan di Sungai Ciliwung.
2) Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai kandungan protein pada ikan
sapu-sapu sebagai upaya dalam memaksimalkan pemanfaatan.
48
DAFTAR PUSTAKA
Aksari, Y. D., Dyah P., & Nurlisa A. B. 2015. Kandungan Logam Berat (Cd, Hg dan Pb) pada Ikan Sapu-sapu, Pterygoplichthys pardalis (Castelnau, 1855) di sungai Ciliwung. Jurnal Iktiologi Indonesia, 15 (3) : 257-266.
Almohdar, E., & Fabian N. S. 2017. Komposisi Jenis dan Tingkat Trofik (Trophic Level) Hasil Tangkapan Bagan di Perairan Desa Ohoililir, Kabupaten Maluku Tenggara. Jurnal Sumberdaya Indospasifik, 1 (2) : 165-174.
Aprillyn, D., Roza E., & Yusfiati. 2015. Analisis Isi Lambung Ikan sengarat (Belodontichthys dinema, Bleeker 1851) di Sungai tapung propinsi Riau. Repository University Riau. Pekan Baru.
Armbruster, J.W. 1998. Modification of DigestiveTract for Holding Air in Loricariidae in Scloloplacid Catfishes. Copeia, (3) : 663-675.
Armbruster, J.W. 2004. Phylogenetic relationships of the suckermouth armoured catfishes (Loricariidae) with emphasis on the Hypostominae and the Ancistrinae. Zoological Journal of the Linnean Society, 141: 1-80.
Baker, R., Amanda B., & Marcus S. 2013. Fish Gut Content Analysis : Robust Measure of Diet Composition. Fish and Fisheries, 15 : 170 – 177.
Bellinger, E. G., & David C. S. 2010. Freshwater Algae Identification and Use as Bioindicators.Willey-Blackwell. New Delhi, India.
Bijikumar, A. R. 2015. Invasion od South American Suckermouth Armoured Catfish Pterygoplichthys spp. (Loricariidae) in Kerala, India A case Study. Journal od Threatened Taxa, 7 (3) : 6987 - 6995.
Choudry, S., Priyasa S., Neli S., Dulur B., & Karabi D. 2011. Assessment of Morphometric Variation and Establishing Taxonomic Relationship among Six Species under Puntius Genus. The Ecoscan Special Issue, 1 (1) : 233-237.
Colwell, R. K., & Douglas J. F. 1971. On Measurement of Niche Breadth and Overlap. Ecological Society of America, 52 (4) : 567-576.
Delariva R. L., & Angelo, A. A. 2001. Relationship Between Mophology and Diets of Six Neotropical Loricariids. Journal of Fish Biology, 58 : 832-847.
Dini, S. 2011. Evaluasi Kualitas Air Sungai Ciliwung Di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2000-2010. Universitasi Indonesia. Depok.
Ebenstein, D., Carlos C., Omar P. T., & Fernando G. T. 2015. Characterization of dermal Plates from Pterygoplichthys pardalis revals sandwich-like Nanocomposite Structure. Journal of the Mechanical Behavior of Biomedical Materials, 45 (2) : 175-182.
49
Ebrahimi, M., & Taherianfard M. 2011. The effects of heavy metals exposure on reproductive systems of cyprinid fish from Kor River. Iranian Journal of Fisheries Sciences. 10 (1): 13-24
Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Elfidasari, D., Fatihah D. Q., & Melta R. F. 2016. Morphometric and Meristic of Common Pleco (Loricariidae) on Ciliwung River Watershed South Jakarta Region. International Journal of Advanced Research (IJAR), 4 (1) : 57-62.
Elfifasari, D., Fatihah D. Q., Melta R. F., & Riris L. P. 2016. Variasi Ikan Sapu-sapu (Loricariidae) Berdasarkan Karakter Morfologi di perairan Ciliwung. Jurnal Al Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi, 3 (4) : 221-225.
Elfidasari, D., Laksmi N. I., Afina P. S., & Irawan S. 2018. The Correlation Between Heavy metal and Nutrient Content in Plecostomus (Pterygoplichthys pardalis) from Ciliwung River in Jakarta. Biosaintifika, 10 (3) : accepted.
Elinah, Djamar T.F., & Yunizar E. 2016. Kebiasaan Makan dan Luas Relung Ikan-Ikan yang ditemukan di Waduk Penjalin Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). 21 (2) : 98-103.
Elliott, D. 2011. Functional Morphology of the Integumentary System in Fish. Elsevier. 1 : 476-488.
Fachrul, M. F. 2008. Komposisi dan Model Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Sungai Ciliwung, jakarta. Biodiversitas, 9 (4) : 296 – 300.
Fariedah, F., Nanik Retno Buono, & Ayuda R.S. 2017. Kebiasaan Makan Ikan Janjan (Pseudapocryptes elongatus) di Kali Mirang Kabupaten Gresik pada November-Januari. Journal of Aquaculture and Fish Health, 6 (2) : 88-93.
Fathonah, H. 2019. Komunitas dan Habitat Ikan Sapu-sapu (Pterygoplichthys sp.) di Sungai Ciliwung. Jakarta [skripsi] : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Feres, J., Giulia R., & Alfredo L.P. 2016. Morphological and Morphometric Description of a Novel Shelled Amoeba Arcella gandalfi. nov. (Amoebozoa : Arcellinida) from Brazilian Continental Waters. Acta Protozoologica, 55 : 221-229.
Froese, R., & Pauly D, Editors. 2000. FishBase 2000: Concepts, Design and Data Sources. Philippines (PHL): International Center for Living Aquatic Resources Management.
Giller, P. 1984. Community Structure and the Niche. Chapman and Hall. New York.
50
Hadiaty, R. K. 2011. Diversitas dan hilangnya jenis-jenis ikan di Sungai Ciliwung dan sungai Cisadane [Study of fish diversity and the lost of fish species of river Ciliwung and river Cisadane]. Berita Biologi. 10 (4) : 491-504.
Harmoko, Y. 2018. Mikroalga Divisi Bacillariophyta yang Ditemukan di Danau Aur Kabupaten Musi Rawas. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 6 (1) : 30-35.
Hedianto, D.A., Ridwan A., & Siti N.A. 2010. Komposisi dan Luas Relung Makanan Ikan Keperas (Cyclocheilichthys apogon, Valenciennes, 1842) di Sungai Musi. Jurnal Iktiologi Indonesia, 10 (1) : 73-81
Hendrayanto. 2008. Transboundary watershed management. A case study of upstream-downstream relationships in Ciliwung watershed. Proceedings of International Workshop on Integrated Watershed Management for Sustainable Water Use in a Humid Tropical Region. JSPS-DGHE Joint Research Project (2) : 8-11.
Hongsanan, S., Qing T. 2015. Melioles. Fungal Diversity CrossMark.
Hossain, M. Y., Robert L. Vadas Jr., Ramon R., & Shams M. G. 2018. Amazon Sailfin Catfish Pterygoplichthys pardalis (loricariidae) in Bangladesh : A Critical Review of Its Invasive Threat to Native and Endemic Aquatic Species. MDPI, 3 (14) : 1-12.
Hutasoit, Y. D., Eri Y., & Indra L. 2015. Pengaruh Pemberian Tepung Ikan Sapu Pada Pakan Komersil Terhadap Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius sp.). Universitas Sumatra Utara. Jurnal Aquacoastmarine, 6 (1).
Hyslop. 1980. Stomach Content Analysis a Review of Methods and their Aplication. Journal Fish Biology, (17) : 411-429.
Istanti, I. 2005. Pegaruh lama penyimpanan terhadap karakteristik kerupuk ikan sapu-sapu (Hyposarcus pardalis) [skipsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
International River Foundation, 2011. Help Save The Ciliwung River. Online available : http//www. Riverfoundation.org/event.phpe1289 [10 September 2015].
Izzani, N. 2012. Kebiasaan Makanan Ikan Tembang (Sardinella fimbriata Cuvier and Valenciennes 1847) dari Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Sinar jaya. Jakarta.
Keputusan Gubernur DKI jakarta No. 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan baku Mutu Air Sungai atau Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta.
51
Kottelat, M., Whitten A. J., Kartikasari S. N, & Wiroatmadja S. 1993. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Jerman: Periplus Edition. Hal 377.
Krismono, A. S. N., Anisa R. L., & Sutrisno S. 2008. Kebiasaan Makanan Ikan Motan (Thynnichthys polylepis) di Waduk Koto Panjang, Riau. Jurnal Iktiologi Indonesia. 8 (1) : 25 – 34.
Lagler, K. F., J. E. Bardach., R. R. Miller., & D. R. M. Passino. 1977. Ichthyology. John Wiley & sons, Inc. United State of America.
Luthfiara. 2013. Keanekaragaman Zooplankton di Perairan Sungai Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas. Jurnal Wahana-Bio, 10 : 67-93.
Mahyuddin, K. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mearns, A.J. 1981. Trophic Structure the Cesium-potassium Ration in Pelagic Ecosystem. Coastal Water Research Project, 22 : 99-115
Moroni, F. T., Antonio C. O., Raquel B. M., & Brice M. 2015. Limitation in Decision Context for Selection of Amaozonian Armoured Catfish acari-bodo (Pterygoplichthys pardalis) as Candidate Species for Aquaculture. International Journal of Fishesries and Aquaculture, 7 (8) : 142-150
Natakesuma, I. 2016. Analisis Produksi dan Finansial Usaha Ikan Lele di Kota Metro. (skripsi) Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Nelson, J.SW. 1994. Fishes of the world. John Wiley& Sons, Inc. 600 p.
Nico, Leo G. 2010. Nocturnal and Diurnal Activity of Armored Suckermouth Catfish (Loricariidae : Pterygoplichthys) Associated With Wintering Florida Manatees (Trichechus manatus latirostris). Neotropical Ichthyology. 8 (4) : 893-898.
Nugroho, A. A. 2014. Efektivitas Penggunaan Ikan Sapu-sapu (Hypostomus plecostomus) Untuk Meningkatkan Kualitas Air Limbah Pengolahan Ikan (Berdasarkan Nilai BOD, COD, TOM). Diponegoro Journal Of maquares, 3 (4) : 15 – 23
Pambudi, Arief., Taufiq W., Nita N., Basma. 2016. Keanekaragaman fitoplankton Sungai Ciliwung Pasca Kegiatan Bersih Ciliwung. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi, 3(4) : 204-212.
Prasetya, B. 2015. Panduan Praktis Pakan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Piirsoo, K., Peeter P., Arvo T., Malle V. 2008. Temporal and Spatial Patterns of Phytoplankton in a Temperate Low Land River. Journal of Plankton Research, 30 (11): 319-342.
52
Prihardhyanto, A. 1995. Beberapa Aspek Biologi Ikan Sapu-sapu (Hypostamus sp. dan Hyposarcus pardalis). Fakultas Matematika dan IPA Universitas Indonesia. Depok.
Puspitasari, R. L., Dewi E., Yorianta S. H., Fatihah Dinul Qoyyimah & Fatkhurokhim. 2017. Deteksi Bakteri Pencemar Lingkungan (Coliform) Pada Ikan Sapu-sapu Asal Sungai Ciliwung Jakarta. Jurnal Al Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi, 4 (1) : 24-27.
Qoyyimah, F. D., Dewi E., & Melta R. F. 2016. Identifikasi Ikan Sapu-sapu (Loricariidae) berdasarkan Karakter Pola Abdomen di Perairan Ciliwung. Jurnal Biologi, 20 (1) : 40-43.
Rao, R., & Venugopal. 2017. A Report on Pterygoplychthys pardalis Amazon Sailfin Suckermouth Catfishes in Freswater tanks at Telangana State, India. International Journal of Fisheries an Aquatic Studies, 5 (2) : 249-254.
Ratmini, N. A. 2009. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb), Mercuri (Hg) dan Cadmium (Cd) pada Daging Ikan Sapu-sapu (Hysposarcus pardalis) di Sunga Ciliwung Jakarta. Vis Vitalis, 2 (1) : 1-7.
Rosnaeni., Dewi E., & Meltarini F. 2017. DNA Barcodesof The Pleco (Loricariidae, Pterygoplichthys) in The Ciliwung River. International Journal of Advanced Research (IJAR), 5 (2) : 33-45.
Samat, A. 2016. Dietary Analysis of an Introduced Fish, Pterygoplichthys pardalis From Sungai Langat, Selangor, Penin Sular Malaysia. The Malayan Nature Journal, 68 (1) : 241-246.
Sentosa, A. & Arifin H. S. 2015. Kebiasaan Makan Beberapa Ikan di Rawa Kaiza Sungai Kumbe Kabupaten Merauke, Papua. Limnotek 22 (1) : 32-41.
Sinaga, L. M., Titrawani., & Yusfiati. 2014. Analisis Isi Lambung Ikan Baung (Mystus nemurus) di Perairan Sungai Siak Kecamatan Rumbai Pesisir. Jurnal Repository Universitas Riau. Pekan Baru.
Soedarti, T., Jayanti A., dan Soegianto A. 2006. Diversitas fitoplankton pada ekosistem perairan Waduk Sutami, Malang. Berkala Penelitian Hayati 11 (2) : 97-103.
Stergiou K. I., & Vasiliki S. K,. 2002. Feeding Habits and Trophic Levels of Mediterranean Fish. Fish Biology and Fisheries, 11 : 217-254.
Sucipto, H. T., Darma B., & Indra L. 2013. Studi Kandungan Logam Berat Tembaga dan Timbal di Perairan Danau Toba. Jurnal Aquacoastmarine 1 (1).
Sulistiono., Citra S., & Muniarti B. 2009. Kebiasaan Makanan Ikan Lidah (Cynoglossus lingua) di Peraiean Ujung Pangkah, Gresik, Jawa Timur. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 4 (1) : 184-193.
53
Taunay, P. N. 2012. Studi Komposisi Isi Lambung dan Kondisi Morfometri Untuk Mengetahui Kebiasaan Makan Ikan Manyung (Arius thalassinus) yang Diperoleh di Wilayah Semarang. Journal Of Marine Research. 2 (1) : 1-9.
Tisasari, M., Deni E., & Chaidir P. P. 2016. Stomach Content Analysis of Pterygoplichthys pardalis from The Air Hitam River, Payung Sekaki District, Riau Province. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ilmu perikanan dan kelautan Universitasi Riau 3 (1).
Titrawani. 2013. Analisis Isi Lambung Ikan Senangin Eleutheronema tetradactylum Shaw di Perairan Dumai. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 6 (2) : 85-90.
Tresna, L. K, Yayat D., & Titin H. 2012. Kebiasaan Makanan dan Luas Relung Ikan di Hulu Sungai Cimanuk Kabupaten Garut, Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol 3 No. 3 163-174.
Wahyuni, S. 2014. Studi Nilai dan Distribusi Biodiversitas di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Hulu. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wiyaguna, D. 2013. Analisis Histologis Ikan Sapu-sapu (Hypostomus plecostomus Linn.) pada Sungai Banuaran yang Terkena Limbah Karet di Kota Padang. Tesis. Jurusan Biologi. FMIPA. Universitas Andalas. Padang
Woolnough D. A., John A. D., & Newton T. J. 2008. Fish Movement and Habitat Use Depends on Water Body Size and Shape. Ecology Fresh Water Fish, 18 (1) : 83-91.
Wowor, D. 2010. Studi Biota Perairan Dan Herpetofauna Di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung dan Cisadane: Kajian Hilangnya Keanekaragaman Hayati. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Bogor.
Yudo, S. 2006. Kondisi Pencemaran Logam Berat di Perairan Sungai DKI Jakarta. Pusat Teknologi lingkungan-BPPT. JAI 2 (1).
Zainuri, M., & Ita W. 2014. Kajian Distribusi/Sebaran Fitoplankton dan Zooplankton di Perairan dan Estuaria Banjir Kanal Barat Kota Semarang Jawa Tengah. Prosiding Seminar Kelautan IX.
Zuliani, Z., Zainal A. M., & Nurfadillah N. 2016. Kebiasaan Makanan dan Hubungan Panjang Berat Ikan Julung - Julung (Dermogenys sp.) di Sungai Alur Hitam Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 1 (1): 12-24
Zworykin, D. D., & Sergey V. B. 2013. Non-indigenous Armoured Catfish in Vietnam : Invasion and Systematics. Springer. 60 : 327-333.
54
LAMPIRAN
Lampiran 1. Menentukan Rentang Kelompok Ukuran Ikan
Menentukan Rentang Ukuran (mm) nilai tertinggi - nilai terendah Perhitungan
420 - 187 mm 233 banyak interval kelas
k = 1+3,3 log n k = 1+3,3 log 30 n = banyaknya sampel 1+3,3(1.47)
1+4,85 5,85
panjang interval kelas 6 c = jangkauan/banyaknya kelas interval c = 233/6
38.83333333
Lampiran 2. Analisis Indeks Bagian Terbesar Kelompok Ikan Besar
Kelompok Jumlah individu Vi (%) Oi (%) Vi x Oi IP
Makanan Bacillariophyta 613 82,94993 100 8294,993 86,70438