ANALISIS HISTOPATOLOGI HATI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERIKAN OBAT ANTITUBERKULOSIS FIXED DOSE COMBINATION SECARA SUBKRONIS HISTOPATHOLOGY ANALYSIS OF RAT (Rattus norvegicus) LIVER WITH SUBCHRONIC ADMINISTRATION OF ANTITUBERCULOSIS DRUG FIXED DOSE COMBINATION IRENE SONYA RUPANG N111 14 501 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS HISTOPATOLOGI HATI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERIKAN OBAT
ANTITUBERKULOSIS FIXED DOSE COMBINATION SECARA SUBKRONIS
HISTOPATHOLOGY ANALYSIS OF RAT (Rattus norvegicus) LIVER WITH SUBCHRONIC
ADMINISTRATION OF ANTITUBERCULOSIS DRUG FIXED DOSE COMBINATION
IRENE SONYA RUPANG
N111 14 501
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2018
ii
ANALISIS HISTOPATOLOGI HATI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERIKAN OBAT ANTITUBERKULOSIS FIXED DOSE
COMBINATION SECARA SUBKRONIS
HISTOPATHOLOGY ANALYSIS OF RAT (Rattus norvegicus) LIVER WITH SUBCHRONIC ADMINISTRATION OF ANTITUBERCULOSIS DRUG
FIXED DOSE COMBINATION
SKRIPSI
untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana
IRENE SONYA RUPANG
N111 14 501
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2018
iii
iv
v
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, karunia serta bimbinganNya-lah
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah
satu syarat dalam memperoleh gelar kesarjanaan pada Program Studi
Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, terima
kasih kepada :
1. Kepada Bapak Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin.
2. Ibu Yulia Yusrini Djabir, MBM.Sc., M.Si., Ph.D., Apt. dan Ibu Prof. Dr. Elly
Wahyudin, DEA., Apt. selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan ilmunya dalam memberikan pengarahan kepada
penulis mulai dari awal rencana penulisan skripsi sampai selesai.
3. Ibu Yulia Yusrini Djabir, MBM.Sc., M.Si., Ph.D., Apt. yang juga selaku
pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu, tenaga dan ilmunya
sejak penulis menjejakkan kaki di Fakultas Farmasi.
4. Bapak/ibu dosen Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, terimakasih
atas ilmu, tenaga dan setiap nasehat serta pengalaman yang telah
diberikan selama penulis menjalani perkuliahan ini, serta seluruh staf
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin yang telah membantu penulis.
vii
Demikian pula penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh
staf fakultas farmasi atas segala fasilitas yang diberikan selama penulis
menempuh studi hingga menyelesaikan penelitian ini.
Terkhusus lagi kepada teman-teman penulis kepada saudara(i)
penulis Angelina E.F Kounang, Michelle, Marzel Lebang, Heriyanti yang
telah memberikan semangat, dukungan, doa, moril, dan dorongan kepada
penulis dalam penyusunan skripsi, serta teruntuk kepada saudara Melis
Irianto Toyang yang juga selalu senantiasa memberikan doa, motivasi dan
dukungan dalam penyusunan skripsi, dan kepada teman-teman
Hios14min (Farmasi Unhas angkatan 2014) yang memberikan rasa
kebersamaan dan kekeluargaan dari awal perkuliahan hingga selesainya
skripsi ini.
Terima kasih yang terkhusus dan teristimewa kepada kedua orang tua
tercinta, Jantje Rupang dan Soro’ Bato’Sau’ serta adik terkasih Gilbert
Valentino Rupang yang selalu menjadi tempat sandaran, dan menjadi
motivator terbesar dalam hidup penulis. Kepada pihak yang tidak sempat
disebut namanya. Semoga Tuhan senantiasa memberikan Berkat-Nya
kepada kita. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan. Aamiin
Makassar, April 2018
Irene Sonya Rupang
viii
ABSTRAK
IRENE SONYA RUPANG. Analisis Histopatologi Hati Tikus Putih (Rattus norvegicus) Yang Diberikan Obat Antituberkulosis Fixed Dose Combination Secara Subkronis (dibimbing oleh Yulia Yusrini Djabir dan Elly Wahyudin).
Salah satu efek samping Obat Antituberkulosis (OAT) adalah hepatotoksisitas, efeknya akan lebih berbahaya jika menggunakan dosis dalam bentuk Fixed dose combination (OAT-FDC). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar prevalensi efek pemberian OAT-FDC dosis terapi secara subkronik (30 hari) terhadap perubahan histopatologi hati tikus putih. Sebanyak 15 ekor tikus dibagi menjadi 3 kelompok: kelompok I (n=3) sebagai kontrol sehat, kelompok II (n=6) diberi perlakuan suspensi Natrium CMC 1%, dan kelompok III (n=6) diberi perlakuan Suspensi OAT-FDC 8,9%, diberi perlakuan selama 30 hari. Pada hari ke-30 hati tikus diambil kemudian dibuat menjadi preparat histopatologi dan diamati di bawah mikroskop cahaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan (P= < 0,05) antara tikus kontrol sehat dengan tikus yang diberi NaCMC, begitu juga antara tikus kontrol sehat dengan tikus yang diberi OAT-FDC. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan yang signifikan pada tikus yang diberi NaCMC maupun OAT-FDC dibandingkan kontrol sehat yang tidak diberi perlakuan apapun. Kelompok OAT-FDC mengalami perubahan histologi yang lebih besar daripada kelompok yang diberi NaCMC, terutama pada parameter degenerasi lemak dan kongesti (P<0,05).
IRENE SONYA RUPANG. Histopathology Analysis of Rat (Rattus norvegicus) Liver With Subchronic Administration of Antituberculosis Drug Fixed Dose Combination (supervised by Yulia Yusrini Djabir and Elly Wahyudin).
One of the side effects of Antituberculous drug (AT) is hepatotoxicity, the effect is more dangerous when using doses in the form of fixed dose combination (AT-FDC). The aim of this research is to know the prevalence of subchronic AT-FDC dose therapy (30 days) causing histopathological changes in rat liver. A total of 15 rats were divided into 3 groups: group I (n=3) as a healthy control, group II (n=6) were treated with a 1% sodium CMC suspension, and group III (n=6) were treated with AT-FDC 8,9% suspension for 30 days. On the 30th day, the livers of the rats were taken then made into a histopathological preparation and observed under a light microscope. The results showed that there was a significant difference (P= < 0,05)between healthy control and rats given NaCMC, as well as between healthy control and rats given AT-FDC. This suggests a significant change in rats given NaCMC or AT-FDC compared to healthy control that were not given any treatment. The AT-FDC group experienced greater histologic changes than the group given NaCMC, particulary in fat and degeneration and congestion parameter (P<0,05).
Keywords: Antituberculosis drug Fixed Dose Combination (AT-FDC), Histopathology of the Liver, Tuberculosis.
x
DAFTAR ISI
Halaman
UCAPAN TERIMA KASIH vi
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN xvi
BAB I PENDAHULUAN 1
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Rumusan Masalah 3
I.3 Tujuan Penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
II.1 Tuberkulosis 4
II.1.1 Pengertian 4
II.1.2 Regimen PengobatanTuberkulosis 4
II.1.2.1 Isoniazid 5
II.1.2.2 Rifampisin 6
II.1.2.3 Pirazinamid 8
II.1.2.4 Etambutol 9
II.2 Hati 10
II.2.1 Anatomi Hati 10
II.2.2 Fungsi Hati 11
II.2.2.1 Detoksifikasi 11
xi
II.2.2.2 Metabolisme 11
II.2.2.3 Penyimpanan 12
II.2.2.4 Produksi Panas 12
II.2.2.5 Penyimpanan Darah 12
II.2.2.6 Fungsi Glikogenik 12
II.2.2.7 Sekresi Empedu 13
II.2.2.8 Pembentukkan Ureum 13
II.2.2.9 Kerja atas lemak 13
II.2.3 Hepatotoksisitas Hati 14
II.3 Histopatologi Hati 14
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 18
III.1 Penyiapan Alat dan Bahan 18
III.2 Tempat Penelitian 18
III.3 Metode Kerja 19
III.3.1 Penyiapan Hewan Coba 19
III.3.2 Penyiapan Sediaan Uji dan Dosis Pemerian 19
Pemeliharaan tikus putih jantan (Rattus norvegicus) dilakukan di
Laboratorium Biofarmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Pembuatan
preparat histopatologi dilakukan di Balai Besar Veteriner Maros, dan
pembacaan histopatologi dilakukan di Klinik Hewan Pendidikan Universitas
Hasanuddin.
19
III.3 Metode Kerja
III.3.1 Penyiapan Hewan Coba
Hewan coba yang digunakan yaitu tikus putih (Rattus norvegicus).
Tikus jantan putih sebanyak 15 ekor (bobot badan 100 – 200 g) ditempatkan
dalam kandang hewan dengan pemberian makanan dan air secukupnya.
Sebelum memulai percobaan, hewan dibiarkan menyesuaikan diri
(beradaptasi) di kandang hewan laboratorium biofarmasi selama ± 2 minggu.
III.3.2 Penyiapan Sediaan Uji dan Dosis Pemberian
III.3.2.1 Pembuatan Suspensi Natrium CMC 1%
Sebanyak 1 g Natrium CMC didispersikan dengan menambahkan
aquades yang telah dipanaskan pada suhu 70ºC hingga diperoleh volume
100 mL sambil diaduk dengan menggunakan homogenizer hingga terbentuk
mucilago.
III.3.2.2 Perhitungan Dosis OAT
OAT (Obat Anti Tuberkolosis) yang digunakan adalah sediaan
(Rifastar® 4FDC) tablet FDC dengan komposisi sebagai berikut:
Rifampisin 150 mg
Isoniazid 75 mg
Pirazinamid 400 mg
Etambutol 275 mg
Penggunaan OAT FDC pada manusia adalah 4 tablet/60 kg bobot
badan. Penentuan bobot rata-rata tablet yaitu :
20
Maka bobot tablet yang digunakan pada manusia adalah :
1.080 mg x 4 = 4.320 mg 4.320 mg/60 kg = 72 mg tablet/kgBB
III.3.2.3 Perhitungan Pemberian OAT Pada Tikus
Tabel 1. Konversi Ekuivalen Dosis Manusia ke Dosis Hewan Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh
Spesies Bobot Badan
(kg)
Rentang Berat
Badan(kg)
Luas Permukaan Tubuh (m2)
Faktor Km
Faktor Konversi
Manusia Dewasa
60 – 1,6 37 1,00
Anak 20 – 0,8 25 1,48
Babon 12 7 – 13 0,6 20 1,85
Anjing 10 5 – 17 0,6 20 1,85
Monyet 3 1,4 – 4,9 0,24 12 3,08
Kelinci 1,8 0,9 – 3,0 0,15 12 3,08
Marmut 0,4 0,208 – 0,700 0,05 8 4,63
Tikus 0,15 0,080 – 0,270 0,025 6 6,17
Hamster 0,08 0,047 – 0,157 0,02 5 7,40
Mencit 0,02 0,011 – 0,034 0,007 3 12,33
Sumber : Shin JW, Seol IC, Son CG. 2010. Interpretation of Animal Dose and Human Equivalent Dose for Drug Development. The Journal of Korean Oriental Medicine. 31(3):1-7
Konversi dosis manusia ke tikus :
Dosis manusia (mg/kg) x Faktor konversi
Dimana, Km ratio dari manusia ke tikus adalah 6,17 (lihat tabel 1), sehingga
berdasarkan konversi dosisnya, bobot tablet yang ditimbang:
72 mg/kg x 6,17 = 444,24 mg/kg
Untuk tikus dengan bobot 200 g, maka bobot tablet yang diberikan adalah:
Bobot rata − rata =21600 mg
20
Bobot rata − rata =bobot 20 tablet
jumlah tablet
Bobot rata − rata = 1080 mg
444,24 mg/kg x 0,2 kg = 89 𝑚𝑔 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
21
III.3.2.4 Pembuatan Suspensi OAT (8,9 %)
Tablet dihaluskan dalam lumpang dan ditimbang sebanyak 8,9 g,
kemudian disuspensikan dengan Natrium CMC hingga 100 mL. Pemberian
suspensi OAT 1 mL/200 gBB per hari yang mengandung 89 mg OAT.
Volume suspensi pemberian, sebagai berikut :
III.4 Prosedur Percobaan
Sebanyak 15 tikus jantan dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing
kelompok terdiri:
1) Kelompok 1 (n=3), sebagai kontrol sehat
2) Kelompok 2 (n=6), diberikan suspensi NaCMC 1%
3) Kelompok 3 (n=6), diberikan suspensi OAT FDC 8,9%
Pemberian perlakuan terhadap hewan coba dilakukan secara berturut-
turut selama 30 hari. Pada hari ke-30 dilakukan pengambilan organ hati
tikus.
III.4.1 Penanganan Spesimen
Spesimen untuk pemeriksaan histopatologi dimasukkan dalam pot
sampel yang berisi larutan BNF 10% dan disimpan terlebih dahulu minimal
48 jam sebelum dilakukan pemotongan untuk dilanjutkan ke pengujian
Sampel jaringan difiksasi dengan BNF, dengan volume minimal 10
kali volume jaringan. Waktu yang diperlukan untuk fiksasi sempurna adalah
48 jam.
III.4.2.2 Pemotongan Spesimen
Spesimen dipotong dengan ketebalan 0,5 – 1 cm. Sisa spesimen
disimpan dalam botol bertutup rapat yang berisi BNF.
III.4.2.3 Prossesing dan Embedding
Spesimen hasil pemotongan dimasukkan ke dalam embedding
cassete kemudian diproses pada tissue processor dengan pengaturan waktu
(lihat tabel 2). Pada tahap ini menggunakan pelarut alkohol 100% yang terdiri
dari beberapa campuran pelarut, yaitu : etanol absolut 90%, metanol 5%,
dan isopropanol 5 %.
Embedding cassette dikeluarkan dari tissue processor kemudian
dimasukkan ke dalam wadah yang telah tersedia pada alat embedding
center. Spesimen dikeluarkan dari keranjang kemudian diletakkan di atas
cetakkan lalu diisi dengan paraffin. Setelah paraffin mengeras,dipisahkan
blok dari cetakan dan siap untuk dilakukan pemotongan dengan
menggunakan pisau mikrotom.
23
Tabel 2. Pengaturan waktu pada tahap Prossesing dan Embedding
No Proses Reagensia Waktu (jam)
1 Fiksasi Buffer formalin 10% 2
2 Fiksasi Buffer formalin 10% 2
3 Dehidrasi Alkohol 70% 1
4 Dehidrasi Alkohol 90% 1
5 Dehidrasi Alkohol 100% 1
6 Dehidrasi Alkohol 100% 2
7 Dehidrasi Alkohol 100% 2
8 Clearing Toluen 1
9 Clearing Toluen 1,5
10 Clearing Toluen 1,5
11 Impregnasi Paraffin 2
12 Impregnasi Paraffin 3 Total waktu 20 jam
Sumber : Wahyuni, Enggar, Kumorowati, Pitriani, Suardi, Sukri, Yunus M. 2012. Buku Panduan Kerja Laboratorium Patologi. Balai Besar Veteriner Maros. Edisi 2. Hal 1-21.
III.4.2.4 Pemotongan Blok
Blok jaringan diletakkan pada mikrotom kemudian dipotong
menggunakan pisau mikrotom dengan ketebalan 4 – 5 µm. Hasil potongan
kemudian direntangkan pada floating out yang bersuhu sekitar 400C. Hasil
pemotongan diambil menggunakan object glass kemudian ditempatkan
diatas pelat pemanas minimal 2 jam.
24
III.4.2.5 Pewarnaan
Tahapan pewarnaan beserta lama pengerjaan, sebagai berikut :
Tabel 3. Tahap Pewarnaan Mayers Hematoxylin Eosin
Sumber : Wahyuni, Enggar, Kumorowati, Pitriani, Suardi, Sukri, Yunus M. 2012. Buku Panduan Kerja Laboratorium Patologi. Balai Besar Veteriner Maros. Edisi 2. Hal 1-21.
Setelan pewarnaan, dilakukan coverslipping. Diteteskan 1 – 2 tetes
“entellan” pada tiap coverslip, balik kemudian tutup pada slide preparat yang
telah terwarnai. Preparat yang telah tertutup didiamkan sampai mengering
kemudian diberi perlakuan selama 30 hari, lalu dilakukan pembedahan yang
selanjutnya akan dianalisis histopatologi hati tikus. Berikut gambar hasil
pengamatan histopatologi hati tikus.
Gambar 7. Gambaran histopatologi hati tikus kontrol sehat. Gambaran hati terlihat normal kecuali adanya kongesti (panah hijau) pada beberapa daerah hati. Pembesaran 100X. Pewarnaan HE.
Kelompok kontrol sehat merupakan hewan coba yang langsung diambil
organ hati tanpa diberikan perlakuan. Hasil di atas menunjukkan keadaan
hati tikus yang normal, kecuali adanya kongesti yang terlihat (panah hijau)
pada perbesaran 100X.
29
Gambar 8. Gambaran histopatologi Kelompok 2 yang diberikan NaCMC 1%. Terlihat adanya degenerasi lemak (panah hijau), degenerasi hidrofis (panah biru), sel-sel yang mengalami nekrosa (panah kuning), sel-sel yang mengalami apoptosis (panah putih), dan kongesti (panah hitam). Pembesaran: A,C:100X; B,D: 400X. Pewarnaan HE.
Kelompok yang diberi NaCMC terlihat adanya parameter kerusakan
hati. Pada gambar A dan C dengan perbesaran 100X, terlihat adanya
kongesti (panah hitam) pada beberapa daerah hati, kemudian pada gambar
B dan D dengan perbesaran 400X, terlihat adanya degenerasi lemak (panah
hijau), degenerasi hidrofis (panah biru), kongesti (panah hitam) dan nekrosis
(panah kuning). Alasan mengapa terjadi perubahan struktur hati pada tikus
yang hanya diberi NaCMC belum jelas, tetapi diperkirakan kerusakan hati
tersebut ditimbulkan oleh paparan anestesi yang berupa eter, yang dilakukan
30
setiap kali pengambilan darah. Kelompok kontrol sehat tidak mendapatkan
perlakuan tersebut.
Berdasarkan hasil pengukuran biomarker SGPT pada hari ke-0 hingga
hari ke-14 terjadi peningkatan kadar sebesar 50% pada kelompok 3 yang
diberikan OAT-FDC, namun pada hari ke-28 tidak terjadi peningkatan kadar
SGPT (data belum dipublikasikan).
31
Gambar 9. Gambaran histopatologi Kelompok 3 yang diberikan OAT-FDC 8,9%. Terlihat adanya degenerasi lemak (panah hijau), degenerasi hidrofis (panah biru), sel-sel yang mengalami nekrosis (panah kuning), sel-sel yang mengalami apoptosis (panah putih), dan kongesti (panah hitam). Pembesaran: A,C:100X; B,D:400X. Pewarnaan HE.
Kelompok yang diberi OAT-FDC terlihat adanya parameter kerusakan
hati. Pada gambar A dan C dengan perbesaran 100X, terlihat adanya
kongesti (panah hitam) pada beberapa daerah hati, kemudian pada gambar
B dan D dengan perbesaran 400X, terlihat adanya degenerasi lemak (panah
hijau), degenerasi hidrofis (panah biru), kongesti (panah hitam) dan nekrosis
(panah kuning).
32
Berdasarkan gambar hasil analisis histopatologi di atas, maka
diperoleh hasil tabel tingkat kerusakan pada masing-masing parameter
(degenerasi lemak, degenerasi hidrofis, nekrosis, dan kongesti) yang
ditandai dengan pemberian skor 1 hingga 5. Berikut hasil perolehan skor
terhadap tingkat kerusakan hati tikus putih :
Tabel 4. Perolehan skor pada masing-masing tingkat parameter kerusakan
No Perlakuan Degenerasi Lemak
Degenerasi hidrofis
Nekrosis Kongesti
1 Kelompok1 (KontrolSehat)
N 1 1 1 1 2
N 2 1 1 1 2
N3 1 1 1 2
2 Kelompok 2 (NaCMC 1%)
N 1 3 3 3 3
N 2 3 3 3 3
N 3 3 4 3 3
N 4 3 4 3 3
N 5 2 2 2 3
N 6 2 3 2 3
3 Kelompok 3 (OAT-FDC 8,9%)
N 1 4 4 3 4
N 2 4 4 3 4
N 3 4 4 3 4
N 4 4 4 3 4
N 5 4 3 2 3
N 6 3 5 3 3
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dengan
menggunakanuji Kruskall-wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann Whitney.
Diperoleh perubahan struktur hati antara kelompok 1 (Kontrol sehat) dengan
kelompok 2 (NaCMC 1%) berbeda pada semua parameter kerusakan yang
di observasi dengan nilai P1 = 0,013, P2 =0,016 , P3 = 0,013, P4 = 0,005
Kongesti). Begitu juga dengan kelompok 1 (Kontrol sehat) dengan kelompok
3 (OAT-FDC 8,9%) didapatkan perbedaan yang sangat signifikan pada
semua parameter kerusakan hati dengan nilai P1 = 0,009, P2 =0,013 , P3 =
0,009, P4 = 0,013. Hal ini menandakan bahwa antara kelompok sehat
dengan tikus yang diberi perlakuan baik NaCMC maupun OAT-FDC selama
30 hari menyebabkan gangguan struktur hati.
Antara kelompok 2 (NaCMC 1%) dengan kelompok 3 (OAT-FDC 8,9%)
juga didapatkan perbedaan yangsangat signifikan pada parameter
degenerasi lemak dan kongestidengan nilai P1 = 0,006 dan P4 =
0,019.Sementara didapatkan perubahan yang tidak signifikan pada
parameter degenerasi hidropik dan nekrosis dengan nilai P2 =0,067dan P3 =
0,523.
Hal ini menunjukkan penggunaan OAT-FDC selama 30 hari
menggunakan dosis terapi (dikonversi dari dosis manusia) menyebabkan
perubahan histopatologi pada hati, terutama parameter degenerasi lemak
dan nekrosa, dimana 5 dari 6 tikus mengalami degenerasi lemak dan
hidropis pada kategori 4 (kerusakan 30-50% lapang pandang). Dosis terapi
tersebut diaplikasikan ke tikus menggunakan dosis konversi ke hewan yang
dihitung berdasarkan ekuivalen dosis manusia ke hewan berbasis luas
permukaan tubuh. Perhitungan dosis konversi dibutuhkan karena
metabolisme hewan mamalia yang luas permukaan tubuhnya lebih kecil jauh
34
lebih cepat daripada hewan mamalia dengan luas permukaan yang lebih
besar termasuk manusia (Nair and Jacob,2016).
Kerusakan hati yang diperoleh pada tikus yang diberi OAT-FDC terkait
dengan mekanisme OAT itu sendiri. Isoniazid bersifat bakterisid, dapat
membunuh 90% populasi bakteri dalam beberapa hari pertama pengobatan,
efektif terhadap bakteri dalam keadaan metabolik aktif, yaitu bakteri yang
sedang berkembang dengan mekanisme kerja berdasarkan terganggunya
sintesa mycolic acid, yang diperlukan untuk membangun dinding bakteri.
Rifampisin bersifat bakterisid, dapat membunuh bakteri semi-dormant yang
tidak dapat dibunuh oleh isoniazid dengan mekanisme kerja berdasarkan
perintangan spesifik dari suatu enzim bakteri ribose nukleotida acid (RNA)-
polimerase sehingga sintesis RNA terganggu. Pirazinamid bersifat bakterisid,
dapat membunuh bakteri yang berada dalam sel dengan suasana asam
dengan mekanisme kerja berdasarkan pengubahannya menjadi asam
pyrazinamidase yang berasal dari basil tuberkulosa, serta etambutol bersifat
bakteriostatik, dengan menekan pertumbuhan bakteri TB yang telah resisten
terhadap Isoniazid dan streptomisin dengan mekanisme kerja, berdasarkan
penghambatan sintesa RNA pada bakteri yang sedang membelah, juga
menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada dinding sel.
35
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat perubahan histopatologi yang berbeda signifikan pada semua
parameter antara tikus kelompok 1 (kontrol sehat) dengan kelompok 2
(NaCMC 1%), dan kelompok 3 (OAT-FDC 8,9%) selama 30 hari.
2. Perubahan histopatologi yang terjadi pada tikus kelompok 2 (NaCMC 1%)
dengan kelompok 3 (OAT-FDC 8,9%), yaitu pada parameter degenerasi
lemak dan kongesti yang berbeda nyata dengan kelompok 2 yang hanya
diberikan cairan pembawa, sedangkan untuk parameter degenerasi
hidrofis dan nekrosis didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata.
V.2 Saran
Sebaiknya lebih lama waktu pemberian terhadap hewan coba untuk
mengetahui seberapa besar prevalensi kerusakan yang diakibatkan oleh
Obat Antituberkulosis (OAT).
36
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T.Y., Kamso, S., Basri, C., dan Asik, S. 2007. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Cetakan pertama. Kemenkes RI. Available as PDF File E-Book.
Aditama, T.Y., Subuh, M., Mustikawati, D.E., Asik, S Basri, C., dan Kamso, S. 2007. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Cetakan pertama. Kemenkes RI. Available as PDF File E-Book.
Agustin, R.A., Ikawati, Z., dan Setyati, A. 2013. Efek Kurkuma Terhadap Kadar Alanine Aminotransferase Pada Pemakaian Obat Anti Tuberkulosa Di Poliklinik Anak Rsud Arifin Achmad Propinsi Riau. Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik.3:199-206.
Bayupurnama, P. 2006. Hepatotoksisitas Imbas Obat. Ajar Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia Jilid I. Balai Penerbit FK-UI. Jakarta.
Blomberg, B., Spinaci, S., Fourie, B., and Laing, R. 2001. The rationale forrecommending fixed-dose combination tablets for treatment of tuberculosis. Bull World Health Organ. 79(1):61-68.
Burman, WJ., Reves, RR. 2001. Hepatotoxicity From Rifampin PlusPyra- zinamide: Lesson For Policymakers And Message For Care Providers. Am J Respir Crit Care Med.164(7):1112-3.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkolosis. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta. Available as PDF File E-Book.
Harjana, T. 2011. Histologi. Jurusan Biologi Fakultas MIPA: Universitas Negeri Yogyakarta.
Kementerian kesehatan RepubIik Indonesia. 2011. TBC Masalah Kesehatan Dunia. (Online). (www.bpps-dmk.depkes.go.id, diakses pada 10 oktober 2017).
Luthariana, L.,Karjadi, T., Hasan, I., dan Rumende, C. 2017. Faktor Resiko Terjadinya Hepatotoksisistas Imbas Obat Antituberkulosis Pada Pasien HIV/AIDS. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 4(1):23-28.
Mescher, A. 2016. Junquiera’s Basic Histology Text and Atlas. 4nd Edition. McGraw-Hill Education:New York. Available as PDF.
Munthia, M. 2001. Teknik Pembuatan Preparat Histopatologi Dari Jaringan Hewan Dengan Pewarnaan Hematoksilin Dan Eosin (H&E). Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 1001.
Nair, A.B., Jacob, S. 2016. A Simple Practice Guide For Dose Conversion Between Animals and Human. The journal of J Basic Clim Pharm.7(2):27-31.
Nolan, CM., Goldberg, DV., and Buskin, SE. 1999. Hepatotoxicity Associated With Isoniazid Preventive Therapy. JAMA.281(11):1014-8.
Paulsen, F., Waschke, J. 2011. Sobotta Atlas of Human Anatomy. Vol. 2 Internal Organs. Vol.2-Urban & Fischer. Page 104. Available as PDF File E-Book.
Pawlowski, A., Jansson, M., Skold, M., Rottenberg, Me., and Kallenius, G. 2012. Tuberculosis and HIV Co-infection. Plos Pathong. 8(2):e1002464.
Pearce, E. 2010. Anatomi Dan Fisiologis Untuk Paramedis. 4nd Edition. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Prihatni, D., Parwati, I., Sjahid, I., dan Rita, C. 2005. Efek Hepatotoksik AntiTuberkulosis Terhadap Kadar Aspartate Aminotransferase Dan Alanine Aminotransferase Serum Penderita Tuberkulosis Paru. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. 12(1):1-5.
Shin, JW., Seol, IC., and Son, CG. 2010. Interpretation of Animal Dose and Human Equivalent Dose for Drug Development. The Journal of Korean Oriental Medicine. 31(3):1-7.
Sloane, E. 2004. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. 1ndEdition. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
Sunarni, T., Prastiwi, R., Mardiyono, dan Rinanto, Y. 2013. Kombinasi Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan Daun Pepaya (Carica papaya L.) sebagai Hepatoprotektif selama Pengobatan Tuberkulosis. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 11(2):160-166.
Sweetman, S.C. 2009. Martindale. The Complete Drug Reference 36th Edition. The Pharmaceutical, Press, London. Available as PDF File E-Book.
Wahyuni, Enggar, Kumorowati, Pitriani, Suardi, Sukri, dan Yunus M. 2012. Buku Panduan Kerja Laboratorium Patologi. Balai Besar Veteriner Maros. Edisi 2. Hal 1-21.
World Health Organization. 2015. Global Tuberculosis Report. (Online). (http://apps- who.int/medicinedocs/en/d/Js22199en/, diakses pada 17 Oktober 2017).
39
LAMPIRAN I
SKEMA KERJA
1. Skema Kerja Umum
Perlakuan selama 30 hari
Tikus Jantan Putih (n=15)
Adaptasi hewan
(2 minggu)
Kelompok 1(n=3)
Kontrol Sehat
Kelompok 2(n=6)
NaCMC 1% (p.o)
Kelompok 3(n=6) Suspensi OAT-FDC
8,9% (p.o)
Pengambilan Organ Hati
Pembuatan Preparat Histopalogi
Pengamatan Preparat Histopalogi
Analisis statistik
Kesimpulan
40
2. Skema Kerja Pembuatan Preparat Histopatologi
Fiksasi Spesimen
Pemotongan Awal Spesimen
Processing dan Embedding
Pemotongan kedua Spesimen
Spesimen difiksasi dalam larutan BNF 10%(Volume minimal 10 kali volume sampel)
Spesimen dipotong dengan ketebalan 0,5-1 cm
Dimasukkan spesimen hasil pemotongan ke dalam embedding casette
Diproses selama 20 jam pada tissue processor Dipindahkan ke embedding center kemudian diblok
menggunakan paraffin
Blok dipotong menggunakan mikrotom dengan ketebalan 4-5 µm
Direntangkan di permukaan larutan gelatin pada floating bath bersuhu 40ᴼC
Diambil hasil pemotongan menggunakan object glass dan ditempatkan di atas pelat pemanas
Proses Pewarnaan
Preparat Histopatologi
Pewarnaaan dilakukan menggunakan pewarna Mayer’s Haematoxylin
Diteteskan 1-2 tetes xylen, ditutup menggunakan deck
glass
41
LAMPIRAN II
DATA STATISTIKA
Tabel 5. Hasil uji Kruskal-Wallis Test (Kelompok 1, 2, & 3)
Ranks
PARAMETER KELOMPOK
PERLAKUAN
N Mean
Rank
DEGENERASI LEMAK
Kontrolsehat 3 2,00
Nacmc 1% 6 6,83
Oat-Fdc 8,9% 6 12,17
Total 15
DEGENERASI
HIDROFIS
Kontrolsehat 3 2,00
Nacmc 1% 6 7,75
Oat-Fdc 8,9% 6 11,25
Total 15
NEKROSIS
Kontrolsehat 3 2,00
Nacmc 1% 6 9,00
Oat-Fdc 8,9% 6 10,00
Total 15
KONGESTI
Kontrolsehat 3 2,00
Nacmc 1% 6 7,50
Oat-Fdc 8,9% 6 11,50
Total 15
Test Statisticsa,b
DEGENERASI LEMAK
DEGENERASI HIDROFIS
NEKROSIS KONGESTI
Chi-Square 11,979 9,411 8,944 11,091
Df 2 2 2 2
Asymp. Sig. ,003 ,009 ,011 ,004
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: KELOMPOK PERLAKUAN
42
Tabel 6. Hasil uji Mann-Whitney Test (Kelompok I & II)
Ranks
PARAMETER KELOMPOK
PERLAKUAN
N Mean Rank Sum of Ranks
DEGENERASI LEMAK
KONTROL SEHAT 3 2,00 6,00
NACMC 1% 6 6,50 39,00
Total 9
DEGENERASI HIDROFIS
KONTROL SEHAT 3 2,00 6,00
NACMC 1% 6 6,50 39,00
Total 9
NEKROSIS
KONTROL SEHAT 3 2,00 6,00
NACMC 1% 6 6,50 39,00
Total 9
KONGESTI
KONTROL SEHAT 3 2,00 6,00
NACMC 1% 6 6,50 39,00
Total 9
Test Statisticsa
DEGENERASI
LEMAK
DEGENERASI
HIDROFIS
NEKROSIS KONGESTI
Mann-Whitney U ,000 ,000 ,000 ,000
Wilcoxon W 6,000 6,000 6,000 6,000
Z -2,484 -2,416 -2,484 -2,828
Asymp. Sig. (2-tailed) ,013 ,016 ,013 ,005
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,024b ,024b ,024b ,024b
a. Grouping Variable: KELOMPOK PERLAKUAN
b. Not corrected for ties.
43
Tabel 7. Hasil uji Mann-Whitney Test (Kelompok I & III)
Ranks
KELOMPOK PERLAKUAN
N Mean Rank Sum of Ranks
DEGENERASI LEMAK
KONTROL SEHAT 3 2,00 6,00
OAT-FDC 8,9% 6 6,50 39,00
Total 9
DEGENERASI HIDROFIS
KONTROL SEHAT 3 2,00 6,00
OAT-FDC 8,9% 6 6,50 39,00
Total 9
NEKROSIS
KONTROL SEHAT 3 2,00 6,00
OAT-FDC 8,9% 6 6,50 39,00
Total 9
KONGESTI
KONTROLSEHAT 3 2,00 6,00
OAT-FDC 8,9% 6 6,50 39,00
Total 9
Test Statisticsa
DEGENERASI LEMAK
DEGENERASI HIDROFIS
NEKROSIS KONGESTI
Mann-Whitney U ,000 ,000 ,000 ,000
Wilcoxon W 6,000 6,000 6,000 6,000
Z -2,598 -2,472 -2,598 -2,484
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009 ,013 ,009 ,013
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,024b ,024b ,024b ,024b
a. Grouping Variable: KELOMPOK PERLAKUAN
b. Not corrected for ties.
44
Tabel 8. Hasil uji Mann-Whitney Test (Kelompok II & III)
Ranks
PARAMETER KELOMPOKPERLAKUAN N Mean Rank Sum of Ranks
DEGENERASI LEMAK
NACMC 1% 6 3,83 23,00
OAT-FDC 8,9% 6 9,17 55,00
Total 12
DEGENERASI HIDROFIS
NACMC 1% 6 4,75 28,50
OAT-FDC 8,9% 6 8,25 49,50
Total 12
NEKROSIS
NACMC 1% 6 6,00 36,00
OAT-FDC 8,9% 6 7,00 42,00
Total 12
KONGESTI
NACMC 1% 6 4,50 27,00
OAT-FDC 8,9% 6 8,50 51,00
Total 12
Test Statisticsa
DEGENERASI LEMAK
DEGENERASI HIDROFIS
NEKROSIS KONGESTI
Mann-Whitney U 2,000 7,500 15,000 6,000
Wilcoxon W 23,000 28,500 36,000 27,000
Z -2,768 -1,832 -,638 -2,345
Asymp. Sig. (2-tailed) ,006 ,067 ,523 ,019
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,009b ,093b ,699b ,065b
a. Grouping Variable: KELOMPOK PERLAKUAN
b. Not corrected for ties.
45
LAMPIRAN III
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 10. Tikus dalam kandang
Gamba 11. Pengukuran BB tikus
Gambar 12.Pemerian terhadap tikus
Gambar 13. Pembiusan tikus
menggunakan eter
46
Gambar 14. Persiapan untuk pembuatan
preparat histopatologi
Gambar 15. Proses fiksasi sampel
selama 48 jam
Gambar 16. Prossesing dan embedding sampel selama 20 jam (tissue processor)