Top Banner
Analisis Forensika Digital Pada Blackberry Untuk Mendukung Penanganan Kasus Cybercrime Menggunakan Smartphone Yudi Prayudi 1 , Muhammad Iqbal 2 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia 1,2 Jl. Kalirang KM 14.5 Sleman, Yogyakarta, 55281 E-mail : [email protected] 1 Abstrak -- Bertambahnya pengguna dan jenis smartphone, berdampak pula pada aktivitas cybercrime. Smartphone akan menjadi trend utama kegiatan cybercrime di masa yang akan datang. Blackberry adalah salah satu dari beberapa jenis/platform smartphone yang saat ini banyak digunakan di beberapa negara termasuk Indonesia. Penelitian ini memuat sejumlah langkah penerapan forensika digital pada blackberry untuk sebuah contoh kasus non-violent cybercrime. Penelitian difokuskan pada manual dan logical acquisition data pada embedded dan removable memory. Melalui bantuan sejumlah tools serta teknik searching telah didapat beberapa data yang dapat dijadikan sebagai bukti digital yang kuat pada kasus contoh kasus yang dihadapi. Kata Kunci: Forensika Digital, Smartphone, Cybercrime, Blackberry, Bukti Digital. I. PENDAHULUAN Laporan yang dikeluarkan oleh RSA Anti Fraud Command Center (AFCC), menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2012 terdeteksi sekitar 800.000 aktivitas cybercrime diseluruh dunia dengan total kerugian mencapai angka US$ 7,5 Milyar. Pada laporan yang sama disebutkan pula bahwa dari 6 trend cybercrime, maka trend pertama adalah cybercrime yang berbasiskan pada smartphone. Hal ini adalah sebuah konsekwensi dari berubahnya gaya hidup manusia saat ini yang mengarah pada Go Mobile.[1] Smartphone pada prinsipnya adalah sebuah perangkat telepon bergerak (mobile phone) namun dengan kemampuan tambahan untuk melakukan sejumlah feature yang kemudian disebut dengan Personal Data Asistant (PDA). Setidaknya terdapat 4 ciri utama sebuah mobile phone untuk dikatagorikan sebagai smartphone, yaitu : berbasiskan pada salah satu sistem operasi mobile, terdapat banyak pilihan aplikasi yang dapat dijalankan pada smartphone terutama untuk mendukung aktivitas sehari-hari, web access, qwerty keyboard dan kemampuan untuk melakukan aktifitas messaging / chat. Menurut Statistik yang dikeluarkan oleh Mobithinking sebagaimana terlihat pada Gambar 1, saat ini jumlah mobile phone telah mendekati angka 98 % dari statistik populasi dunia dengan prosentase smartphone 17,9 %. Dalam hal ini Indonesia termasuk 5 besar negara dalam hal jumlah pengguna mobile phone. Khusus untuk smartphone, untuk tahun 2012 pertumbuhannya mencapai angka 60%. [2] Gambar 1 Statistik Smartphone Tabel 1 menunjukkan Prosentase Marketshare Smartphone pada tahun 2012.[2] Pada Tabel tersebut, walaupun market share blackberry pada tahun 2012 hanya 4,5 %, namun popularitas blackberry sebagai salah satu smartphone yang handal tetap tidak bisa diabaikan. Tabel 1 Marketshare Smartphone 2013 Hal tersebut dibuktikan dari marketshare untuk wilayah Amerika dan Kanada itu sendiri dimana Blackberry pertamakali dipopulerkan, blackberry
7

Analisis Forensika Digital Pada Blackberry Untuk Mendukung Penanganan Kasus Cybercrime Menggunakan Smartphone

Feb 03, 2023

Download

Documents

Trias Setiawati
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Analisis Forensika Digital Pada Blackberry Untuk Mendukung Penanganan Kasus Cybercrime Menggunakan Smartphone

Analisis Forensika Digital Pada Blackberry Untuk Mendukung Penanganan Kasus Cybercrime

Menggunakan Smartphone

Yudi Prayudi1, Muhammad Iqbal2

Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia1,2 Jl. Kalirang KM 14.5 Sleman, Yogyakarta, 55281

E-mail : [email protected] Abstrak -- Bertambahnya pengguna dan jenis smartphone, berdampak pula pada aktivitas cybercrime. Smartphone akan menjadi trend utama kegiatan cybercrime di masa yang akan datang. Blackberry adalah salah satu dari beberapa jenis/platform smartphone yang saat ini banyak digunakan di beberapa negara termasuk Indonesia. Penelitian ini memuat sejumlah langkah penerapan forensika digital pada blackberry untuk sebuah contoh kasus non-violent cybercrime. Penelitian difokuskan pada manual dan logical acquisition data pada embedded dan removable memory. Melalui bantuan sejumlah tools serta teknik searching telah didapat beberapa data yang dapat dijadikan sebagai bukti digital yang kuat pada kasus contoh kasus yang dihadapi.

Kata Kunci: Forensika Digital, Smartphone, Cybercrime, Blackberry, Bukti Digital.

I. PENDAHULUAN

Laporan yang dikeluarkan oleh RSA Anti Fraud

Command Center (AFCC), menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2012 terdeteksi sekitar 800.000 aktivitas cybercrime diseluruh dunia dengan total kerugian mencapai angka US$ 7,5 Milyar. Pada laporan yang sama disebutkan pula bahwa dari 6 trend cybercrime, maka trend pertama adalah cybercrime yang berbasiskan pada smartphone. Hal ini adalah sebuah konsekwensi dari berubahnya gaya hidup manusia saat ini yang mengarah pada Go Mobile.[1]

Smartphone pada prinsipnya adalah sebuah perangkat telepon bergerak (mobile phone) namun dengan kemampuan tambahan untuk melakukan sejumlah feature yang kemudian disebut dengan Personal Data Asistant (PDA). Setidaknya terdapat 4 ciri utama sebuah mobile phone untuk dikatagorikan sebagai smartphone, yaitu : berbasiskan pada salah satu sistem operasi mobile, terdapat banyak pilihan aplikasi yang dapat dijalankan pada smartphone terutama untuk mendukung aktivitas sehari-hari, web access, qwerty keyboard dan kemampuan untuk melakukan aktifitas messaging / chat.

Menurut Statistik yang dikeluarkan oleh Mobithinking sebagaimana terlihat pada Gambar 1, saat ini jumlah mobile phone telah mendekati angka 98 % dari statistik populasi dunia dengan prosentase smartphone 17,9 %. Dalam hal ini Indonesia termasuk 5 besar negara dalam hal jumlah pengguna mobile phone. Khusus untuk smartphone, untuk tahun 2012 pertumbuhannya mencapai angka 60%. [2]

Gambar 1 Statistik Smartphone

Tabel 1 menunjukkan Prosentase Marketshare Smartphone pada tahun 2012.[2] Pada Tabel tersebut, walaupun market share blackberry pada tahun 2012 hanya 4,5 %, namun popularitas blackberry sebagai salah satu smartphone yang handal tetap tidak bisa diabaikan.

Tabel 1 Marketshare Smartphone 2013

Hal tersebut dibuktikan dari marketshare untuk wilayah Amerika dan Kanada itu sendiri dimana Blackberry pertamakali dipopulerkan, blackberry

Page 2: Analisis Forensika Digital Pada Blackberry Untuk Mendukung Penanganan Kasus Cybercrime Menggunakan Smartphone

masih merupakan smartphone dengan prosentase pengguna mencapai angka 30% dari total pengguna smartphone. Indonesia sendiri termasuk pasar yang potensial dan spesial untuk blackberry. Setidaknya saat ini tercatat 13,8 juta pengguna blackberry di Indonesia. [3][4][5]

II. CYBERCRIME DAN BUKTI DIGITAL PADA SMARTPHONE

Walaupun terminologi cybercrime termasuk

sesuatu yang cukup populer, namun hingga saat ini belum ada definisi yang disepakati bersama tentang apa itu sebenarnya cybercrime. Namun demikian, setidaknya sejumlah organisasi sudah mulai memberikan working definition dari cybercrime, diantaranya adalah dari UN (United Nations). Menurut UN, Cybercrime dalam arti luas adalah : “any illegal behaviour committed by means on relation to, a computer system offering or system or network, including such crime as illegal possession in, offering or distributing information by means of computer system or network”. Dari pengertian tersebut, cybercrime dirumuskan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan memakai jaringan komputer sebagai alat atau komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh keuntungan atau tidak, serta ada unsur merugikan pihak lain.[6]

Terdapat banyak ragam katagorisasi untuk mendalami apa yang dimaksud dengan cybercrime, salah satunya adalah dengan membagi cybercrime menjadi dua kelompok besar, yaitu : Violent / potentially violent dan Non-Violent. [7]

Violent/Potentially violent adalah penyalahgunaan komputer yang akan berdampak secara fisik pada orang lain. Secara garis besar terbagi dalam 4 kelompok utama yaitu : • Cyberterrorism, yaitu kegiatan yang mengarah

pada aktivitas terrorisme dengan memanfaatkan media cyberspace.

• Assault by threat, yaitu upaya untuk menimbulkan ketakutan pada diri seseorang, antara lain dapat dilakukan melalui aktivitas email bomb.

• Cyberstalking, adalah bentuk kejahatan disebut juga sebagai electronic harassment yaitu pelecehan/penghinaan terhadap seseorang.

• Child pornography, setidaknya kejatahan ini melibat 3 kelompok yaitu mereka yang terlibat untuk create -distribute dan access material pornografi. Non-Violent adalah penyalahgunaan komputer

yang tidak berdampak langsung pada fisik seseorang namun lebih pada kerugian secara sistemik. Terbagi kedalam 5 kelompok utama yaitu : • Cybertrespass, yaitu akses terhadap resource

komputer secara illegal.

• Cybertheft, yaitu pencurian informasi atau data penting. Sejumlah aktivitas yang dapat dikatagorikan dalam cyberthetf adalah : Emblezzlement (penggunaan uang atau property perusahaan yang tidak seharusnya, misalnya mengubah status kepemilikan data/transfer secara ilegal, Industrial Espionage, yaitu akses ilegal untuk mendapatkan data-data penting perusahaan/organisasi (misalnya laporan keuangan, daftar customer, dokumen rapat dll). Plagiarisme, pengakuan karya orang lain sebagai karya individu. Piracy, termasuk didalamnya adalah copyrighted software, music, movies, book all. Identity Theft, pencurian data-data personal (bank account, credit card, email). DNS Cache Poisoning, manipulasi DNS cache sehingga mengganggu transmisi jaringan.

• Cyberfraud, umumnya berupa undangan email untuk bekerja sama dalam hal investasi, social,pertolongan all.

• Destructive Crime, yaitu aktivitas yang berdampak pada kerusakan atau kehilangan data seperti : virus, trojan, hacking, DoS.

• Others crime seperti : penawaran jasa prostitusi, judi online, penjualan obat-obat terlarang, money laundering, penawaran barang-barang yang tidak lazim diperjual belikan dalam wilayah hukum tertentu (misalnya untuk Indonesia jual beli arca, hewan langka dll).

Pembagian diatas sebenarnya belum mewakili semua kemungkinan kejahatan yang terjadi, namun setidaknya dengan dua katagorisasi diatas sebagian besar aktivitas cybercrime dapat diidentifikasi.

Sementara itu, sejalan dengan perkembangan pengguna smartphone, maka menurut [1], terdapat beberapa sasaran utama aktivitas cybercrime menggunakan smartphone, yaitu : • Mobile transaction. Data yang dikeluarkan oleh

Gartner menyebutkan peningkatan mobile transaction hingga 46%. Modus yang dilakukan oleh pelaku cybercrime dalam mobile transaction adalah melalui Vishing (phising menggunakan phone), Smishing (phising menggunakan SMS/text) serta SMS Spoofing. Aplikasi SMS Blasting umumnya dijadikan media bagi ketiga modus tersebut. Selain itu, saat ini menurut [1] terdapat sejumlah Trojan yang dapat memanipulasi transaksi perbankan melalui modus sniffing. Citadel serta variannya CitMO (Citadel in The Mobile) adalah salah satu Trojan yang dikenal sebagai The Most Advanced Commercial Banking Trojan. Aplikasi sejenis ini umumnya disembunyikan dalam kemasan aplikasi security, begitu aplikasi tersebut didownload dan dijalankan pada perangkat mobile, aplikasi dapat melakukan aktifitas SMS Sniffing kemudian melakukan intersep terhadap password sistem perbankan yang terkirim, akses terhadap akun pengguna, manipulasi transaksi bahkan melakukan akun take over.

Page 3: Analisis Forensika Digital Pada Blackberry Untuk Mendukung Penanganan Kasus Cybercrime Menggunakan Smartphone

• Rogue Mobile Appications. Saat ini terdapat tidak kurang dari 1 juta lebih aplikasi mobile yang dapat didownload oleh pengguna smartphone. Sebagian besar adalah aplikasi berbasiskan pada Android yang bersifat free dan opensource. Banyaknya aplikasi tersebut tentunya menjadi sarana bagi munculnya aplikasi-aplikasi yang memuat malware dan Trojan untuk kepentingan aktivitas cybercrime.

• Bring Your Own Device (BYOD). Mengingat laptop / tablet dan smartphone pada umumnya telah menjadi bagian dari gaya hidup, maka kecenderungan untuk mengakses lingkungan pekerjaan beserta dengan data-data perusahaan dari peralatan yang dimiliki oleh pekerjanya semakin terbuka. Menurut [1], 62 % perusahaan hanya mengandalkan pada proteksi password untuk melindungi akses terhadap lingkungan sistem pekerjannya. Konsep Mobile Device Management (MDM) yang akan melakukan authorisasi, authentifikasi, tracking dan control terhadap mobile device yang digunakan oleh para pekerja dalam berinteraksi dengan sistem di lingkungan pekerjaannya umumnya belum banyak diterapkan. Dampaknya adalah tidak adanya mekanisme yang akan memproteksi malware/trojan yang masuk kedalam sistem.

Menurut P. McCarthy [8], data yang tersimpan

pada smartphone dapat dibagi dalam 4 katagori, yaitu : data yang tersimpan dalam SIM Card, data yang tersimpan embedded memory, data yang tersimpan dalam removable memory (SD card) dan data yang tersimpan pada service provider. Secara garis besar jenis data yang umumnya tersimpan dalam sebuah smartphone adalah sebagaimana pada ilustrasi Gambar 2. [9]

Gambar 2. Jenis Informasi Yang Umumnya disimpan

dalam Smartphone

Untuk kepentingan analisis forensika digital, menurut [10] terdapat 5 level akuisisi data yang dapat dilakukan oleh investigator untuk mendapatkan bukti yang akan mendukung investigasi. Kelima level tersebut adalah : • Manual Acquisition. Yaitu melakukan akuisisi

data melalui review secara manual terhadap

semua dokumentasi dan data yang berhubungan langsung dengan device.

• Logical Acquisition. Yaitu akuisisi dengan cara menghubungkan device dengan kabel koneksi ke komputer melalui bantuan berbagai aplikasi untuk mendapatkan data-data yang umumnya tersimpan pada device.

• Hex Dump Analysis. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang hilang/ rusak atau tersembunyi. Komunitas Hacker umumnya banyak memberikan support terhadap teknik-teknik hex dump analysis ini.

• Chip-Off method. Yaitu melakukan proses pembacaan memory chip melalui bantuan perangkat lain seperti EEprom Reader. Cara ini umumnya dapat melakukan ekstraksi terhadap semua data yang tersimpan dalam memori.

• Micro Read. Cara ini dilakukan bila kondisi device / memori dalam keadaan rusak sehingga harus ditangani secara khusus melalui sejumlah alat bantu forensika lainnya.

Dalam banyak kasus, umumnya data-data yang diperlukan dalam forensika digital sudah bisa didapat melalui Hex Dump Analysis.

III. MENGENAL SISTEM DAN KEAMANAN BLACKBERRY

Blackberry pertama kali diperkenalkan pada tahun

1997 oleh perusahaan Kanada bernama Research In Motion (RIM) yang didirikan oleh Mike Lazaridis di kota Waterloo, Kanada. Produk yang menjadi awal kesuksesan RIM adalah perangkat email nirkabel (Pager) yang diberi nama Interactive pager. Setahun kemudian RIM mendapat banyak kontrak untuk membuat Interactive pager untuk banyak perusahaan besar seperti IBM, Panasonic Corp, Mobile Integrated Technologies, dan Telxon Corp. Blackberry itu sendiri adalah produk inovasi RIM untuk email korporasi yang pertama kali dikenalkan pada tahun 1999.

Gambar 3 Penanganan Fitur Email Melalui BES Salah satu keunggulan fitur pada Blackberry

adalah pengelolaan email lewat aplikasi Blackberry Exchange Server (BES) yang ditanamkan pada device blackberry. Fitur ini menunjukkan mekanisme enkripsi dan deskripsi selama proses pengiriman dan

Page 4: Analisis Forensika Digital Pada Blackberry Untuk Mendukung Penanganan Kasus Cybercrime Menggunakan Smartphone

penerimaan email lewat jalur telekomunikasi yang digunakan. Gambar 3 menunjukkan ilustrasi cara kerja dari fitur ini.

Selain BES, terdapat beberapa fitur lain yang menjadi kekuatan blackberry, yaitu : • Blackberry Internet Service (BIS). Perangkat

lunak yang memungkinkan untuk mengintegrasikan smartphone dengan 10 akun e-mail yang berbasis Post Office Protocol (POP3) dan Internet Message Access Protocol (IMAP), menerima dan mengirim pesan instan, serta berselancar di internet. Dengan BIS, user juga dapat membuka tambahan data attachment dalam bentuk excel, word, powerpoint, pdf, zip, jpg, gif dengan tingkat kompresi data yang tinggi.

• BlackBerry Serial Protocol. Blackberry Serial Protocol digunakan untuk backs up data, mengembalikan data (restore), sinkronisasi data antara perangkat BlackBerry dan sistem desktop.

Sistem Blackberry yang cenderung closed dan eksklusif telah menjadi tantangan sendiri bagi kalangan tertentu melakukan illegal access kedalam sistem tersebut. Hal inilah yang kemudian melahirkan sebuah istilah Blackjacking, yaitu sebuah tindakan untuk masuk kedalam system blackberry dengan cara memotong jaringan keamanan konvensional yang dimiliki Blackberry.

Blackberry dikenal karena memiliki skema enkripsi yang kuat untuk keamanan komunikasi datanya. Dalam hal ini terdapat 3 keutamaan keamanan blackberry, yaitu : • Integritas. Penggunaan MAC yaitu algoritma

yang menghasilkan sidik jari digital yang unik dari sebuah dokumen.

• Rahasia. Kerahasiaan dicapai dengan menggunakan mekanisme berbagai enkripsi.

• Keaslian. Keaslian dapat dijamin dengan menggunakan tanda tangan digital. Untuk kepentingan jaringan komunikasi, dikenal

Blackberry Wireless Security dengan beberapa pilihan enkripsi transportasi. Pilihan ini adalah Des Triple (Data Encryption Standard) atau AES (Advanced Encryption Standard). Blackberry memiliki fitur lain yang disebut sebagai Password Keeper, Fitur ini menawarkan kemampuan aman menyimpan entri kata sandi pada perangkat, ini bisa terdiri dari password perbankan, PIN, dan lainnya. Ini informasi penting dilindungi oleh enkripsi AES.

IV. METODOLOGI FORENSIK

Penelitian ini adalah upaya sederhana untuk menerapkan forensika digital pada device blackberry. Untuk itu diberikan sebuah contoh kasus untuk dijadikan sebagai bahan analisis data dan bukti digital.

Dalam contoh kasus ini diasumsikan ditemukan di TKP sebuah perangkat BlackBerry dalam keadaan on dengan spesifikasi Smartphone Blackberry Cuve (8900) Javelin dengan memori Eksternal 2GB dan SO

v5 dengan dugaan sipemilik terlibat dalam kasus prostitusi terselubung. Setelah barang bukti diamankan, kemudian tim penyidik menindak lanjutinya dengan melakukan analisis forensika digital untuk memperoleh bukti-bukti yang ada didalam perangkat Blackberry tersebut. Studi kasus ini merupakan salah satu contoh dari non violent cybercrime. Dalam studi kasus akuisisi barang bukti hanya dilakukan pada embedded dan removable memory (SD card), penelitian tidak mencangkup akuisisi data pada SIMCard dan data yang tersimpan pada service provider.

Dalam hal ini untuk kepentingan investigasi terhadap barang bukti blackberry digunakan sejumlah tools, antara lain adalah : • Blackberry Desktop Software. Blackberry

Desktop Software merupakan suatu software blackberry sendiri yang berbasis desktop yang berguna untuk melakukan proses backup, restore, dan sinkronisasi.

• Elcomsoft Blackberry Bakup Explorer. Adalah software yang digunakan untuk melakukan ekstraksi data hasil backup storage pada BlackBerry. Beberapa hasil ekstrak yang bisa dilihat yaitu message, contacts, sms, autotext, calendar, memos, calls, tasks, hotlist, pin, mms. Software tersebut hanya bisa untuk file .ipd dan .bbb yang nanti nya dapat dikonversikan ke format dokumen lainnya (PDF, HTML, CHM, RTF, HLP, TXT, DOC, MDB, XLS, CSV, dll)

• BackTrack v5. Backtrack v5 yaitu sebuah sistem operasi berbasis linux yang didalam nya telah terinstal beberapa tools forensik yang salah satunya yaitu dd, yang nanti nya akan digunakan untuk proses image pada storage Blackberry.

• FTK Imager. FTK Imager adalah salah satu software forensik yang berguna untuk melakukan proses image terhadap media card Blackberry.

• Forensic Toolkit. Forensic Toolkit (FTK) adalah aplikasi yang dikeluarkan oleh Access Data. Kelebihan Software ini antara lain dapat mencari berbagai informasi dari suatu perangkat digital termasuk mencari file yang sudah terhapus atau juga bad extension.

Selain tools tersebut, beberapa tool tambahan yang

dapat pula digunakan untuk membantu proses investigasi dan analisis data pada blackberry adalah : Faraday cage, RIM Blackberry Physical Plug-in, StrongHold tent, Program Loader, Hex editor, Simulator dan BlackBerry Signing Authority Tool.

Secara umum prinsip untuk melakukan aktivitas forensika digital pada Blackberry adalah sama sebagaimana perangkat digital lainnya, yaitu : Collect the evidence, Document the scene and preserve the evidence, Perform imaging and profiling, Acquire the information dan Review the information. [11]

Namun demikian, sebelum proses ekplorasi data dilakukan hal terpenting yang harus dilakukan adalah prosedur penanganan yang benar terhadap Blackberry

Page 5: Analisis Forensika Digital Pada Blackberry Untuk Mendukung Penanganan Kasus Cybercrime Menggunakan Smartphone

decivenya itu sendiri. Prosedur standar untuk penanganan barang bukti smartphone adalah sebagaimana acuan dari ACPO (Association of Chief Police Officers) sebagaimana pada Gambar 4. [12]

Gambar 4 Acuan Penanganan Mobile Device

V. HASIL DAN ANALISIS

Langkah pertama adalah melakukan manual acquition untuk mengenal secara fisik barang bukti yang didapat. Termasuk dalam langkah ini adalah mengenali terlebih informasi status dari device Blackberry yang digunakan, terutama informasi PIN, IMEI, WLAN MAC, IP Address. Gambar 5 menunjukkan informasi awal tentang status dari device Blackberry.

Gambar 5 Informasi Status pada Blackberry

Tahap selanjutnya adalah menerapkan logical

acquisition untuk mendapatkan bukti digital yang lebih lengkap. Untuk itu dilakukan sejumlah langkah, yaitu : Write Blocking, Back up, Ekstract, Imaging terhadap device Blackberry. • Write Blocking Blackberry. Sebelum back up dan

imaging, integritas media asli harus dipelihara. Write blocker adalah hardware atau software yang akan mencegah komputer menulis ke media penyimpanan komputer yang sedang terhubung dengannya. Ketika Blackberry terhubung dengan

computer, sangat memungkinkan terjadi pertukaran data antara Blackberry dan komputer, baik itu sengaja maupun tidak sengaja. Pada system operasi windows Write Blocking dapat dilakukan dengan cara melakukan sejumlah setting data pada Registry Editor : HKEY_LOCAL_MACHINE\SYSTEM\CurrentControlSet\ Control

• Back up Blackberry. Dilakukan menggunakan Blackberry Desktop Manager. Beberapa data back up dapat diperoleh dari RIM Blackberry Physical Plug-in yaitu Addressbook, AutoText, Calendar, Categories, File system, Handheld agent, Hotlist, Memos, Messages, Phone calls,Profile.

• Ekstract. Ekstraksi file back up dilakukan menggunakan aplikasi Elcomsoft Blackberry Backup Explorer. Ekstraksi file back up dapat dilakukan pula melalui aplikasi Blackberry Desktop Extractor

• Imaging Blackberry. Proses imaging barang bukti merupakan langkah penting dalam proses forensika digital guna menjaga barang bukti asli tidak rusak, rapuh dan tercemar selama proses penyidikan. Imaging dilakukan dengan menggunakan tools forensic DD pada Backtract v5 dan FTK Imager.

Dengan demikian, penerapan acuan penanganan

mobile device sebagaimana acuan dari ACPO pada Gambar 4 secara prakstis untuk contoh kasus yang ditangani dapat diilustrasikan sebagaimana pada Gambar 6.

Gambar 6 Alur Proses Forensika Digital

Setelah data-data digital hasil imaging tersedia, maka langkah berikutnya adalah melakukan examination dan analysis untuk mendapatkan bukti yang sesuai dengan kasus yang sedang dihadapi. Dalam hal ini proses examination dan analysis dilakukan menggunakan tools FTK.

FTK dilengkapi dengan dtSearch, suatu search engine yang memungkinkan investigator melakukan pencarian langsung terhadap suatu informasi berbentuk teks. Seluruh tindakan yang dilakukan dalam analisis akan dicatat secara otomatis dalam log.

Tools FTK memiliki dua kemampuan searching data, yaitu : • Live search. Proses pencarian dengan

membandingkan item by item dengan suatu

Page 6: Analisis Forensika Digital Pada Blackberry Untuk Mendukung Penanganan Kasus Cybercrime Menggunakan Smartphone

search term. Search dapat dilakukan dengan menggunakan karakter non alphanumerik dan ekspresi regular.

• Indexed search. Yaitu menggunakan file index untuk menemukan suatu search term. File index memuat string yang ditemukan baik pada allocated maupun unallocated space pada file imaging.

Pada studi kasus ini, hasil searching dengan FTK

telah ditemukan 361 file yang merupakan dokumen yang tersimpan dalam memory card barang bukti. Diantara jumlah file tersebut, terdapat beberapa ekstensi file seperti jpg, htm, vml, rels, xml, rels, xlx, pdf, txt, doc. Hasil analisis terhadap file-file berekstensi jpg ditemukan beberapa file foto wanita yang dapat diduga sebagai bukti kuat dari kasus yang dihadapi. Gambar 6 adalah salah satu contoh file yang ditemukan yang dapat dijadikan sebagai bukti digital pada contoh kasus ini.

Gambar 6 Tampilan Foto Yang dapat dijadi barang bukti

Pada contoh kasus ini, hasil eksplorasi yang

dilakukan pada storage barang bukti adalah : • Ditemukan seluruh contact Blackberry

Messanger. • Ditemukan pesan SMS tersangka dengan para

pelanggan. • Ditemukan memo yang berisi nomor rekening

tersangka yang biasa digunakan dalam transaksi bisnisnya.

• Ditemukan adanya komunikasi lewat telepon tersangka dengan pelanggan.

• Ditemukan adanya percakapan di Blackberry Messanger. Sementara hasil eksplorasi pada memory card

barang bukti ditemukan sejumlah data yaitu :

• Ditemukan di document, file ekstensi .jpg.xml yang diduga berkaitan dengan bisnis tersangka.

• Ditemukan foto beberapa pekerja bisnis wanita terselubung.

• Ditemukan folder voicenotes yang berisi rekaman percakapan tersangka dengan pelanggan.

• Ditemukan 553 file yang merupakan file yang sudah pernah dihapus. Dari hasil eksplorasi yang telah dilakukan maka

sudah cukup adanya bukti digital yang kuat untuk mendukung penyidikan kasus yang dihadapi. Dengan dukungan bukti digital yang kuat maka selanjutnya investigator dapat membuat presentasi terkait barang bukti yang diterimanya untuk mendukung pengungkapan kasus yang sedang dihadapi.

Pada prinsipnya langkah forensika digital yang telah dilakukan pada contoh kasus ini berlaku pula pada contoh kasus violent cybercrime dan beberapa jenis non-violent cybercrime. Kompleksitas pencarian barang bukti untuk kasus cybercrime menggunakan smartphone sebagaimana yang dikemukakan oleh [1], tentunya akan lebih rumit dan memerlukan pengetahuan, ketrampilan serta pengalaman yang lebih luas serta ketersediaan tools yang mendukung. Setidaknya penelitian ini dapat menjadi langkah awal untuk membangun knowledge bagi upaya penanganan kasus-kasus cybercrime yang lebih kompleks.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN Pada penelitian ini telah disimulasikan sebuah

contoh kasus non violent cybercrime yang dilakukan menggunakan Blackberry berupa kegiatan yang mengarah pada prostitusi terselubung. Melalui sejumlah tahapan forensika digital serta bantuan beberapa tools telah didapat beberapa data yang dapat dijadikan sebagai bukti kuat dari kasus yang sedang tangani. Data tersebut diekstrak dari storage dan daftar contact, memory card device barang bukti antara lain adalah : foto, memo, voicenotes, history call, sms dan messanger dari pelaku.

Pada prinsipnya penerapan forensika digital pada Blackberry sama prosedurnya dengan smartphone lainnya sebagaimana prosedur yang dikemukakan oleh ACPO.

Cepatnya perkembangan jenis, platform sistem operasi, serta teknologi smartphone pada umumnya serta blackberry pada khususnya menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi investigator digital. Karena itu, penelitian lanjutan pada tema ini dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai skema kasus cybercrime yang lebih kompleks termasuk kasus yang melibatkan aktivitas blackjacking. Selain itu penelitian juga dapat diperluas dengan melibatkan akuisisi data dari SIMCard serta service provider.

Page 7: Analisis Forensika Digital Pada Blackberry Untuk Mendukung Penanganan Kasus Cybercrime Menggunakan Smartphone

VII. DAFTAR PUSTAKA

[1] “The Current State Of Cybercrime 2013,” RSA, 2013.

[2] “Global Mobile Statistics 2013,” MobiThinking, Jul-2013. .

[3] K. McInnes, “The Success of BlackBerry in Indonesia,” Blacberrycool, 29-Dec-2009.

[4] A. Pitoyo, “Pengguna BlackBerry di Indonesia capai 13,85 juta orang,” Suara Merdeka, 07-Jun-2013.

[5] D. Safitri, “Why is Indonesia so in love with the Blackberry?,” BBC Indonesia Service, 15-Jun-2011.

[6] J. Clough, Cybercrime Principles. Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2010.

[7] S. Ghosh and E. Turrini, Cybercrimes: A Multidisciplinary Analysis. Springer-Verlag Berlin Heidelberg, 2010.

[8] P. McCarthy, “Forensic Analysis of Mobile Phones,” School of Computer and Information Science, Mawson Lake, USA, 2005.

[9] A. Mylonas, V. Meletiadis, and B. Tsoumas, “Smartphone Forensics: A Proactive Investigation Scheme for Evidence Acquisition.”

[10] A. Zareen and S. Baig, “Mobile Phone ForensicsChallenges, Analysis and Tools Classification,” presented at the Fifth International Workshop on Systematic Approaches to Digital Forensic Engineering, 2010.

[11] M. W. Burnette, “Forensic Examination of a RIM (BlackBerry) Wireless Device,” 2002.

[12] K. Curran, A. Robinson, S. Peacocke, and S. Cassidy, “Mobile Phone Forensic Analysis,” Int. J. Digit. Crime Forensics, vol. 2, no. 2, May 2010.