Top Banner
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI TERNAK KELINCI (Studi Kasus Kelinci Hias Di Desa Gunung Mulya, Kabupaten Bogor) ROSALYN HAZAIRINA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
71

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

Mar 03, 2019

Download

Documents

trinhnga
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI TERNAK KELINCI

(Studi Kasus Kelinci Hias Di Desa Gunung Mulya, Kabupaten Bogor)

ROSALYN HAZAIRINA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk
Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ternak Kelinci (Studi Kasus Kelinci Hias Di Desa Gunung Mulya, Kabupaten Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Rosalyn Hazairina H34104101

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

ABSTRAK ROSALYN HAZAIRINA. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ternak Kelinci (Studi Kasus Kelinci Hias Di Desa Gunung Mulya, Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA Kelinci mempunyai potensi besar untuk dikembangkan karena hewan ini mempunyai kemampuan pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. kelinci mempunyai potensi biologis yang tinggi, yaitu kemampuan reproduksi yang tinggi, cepat berkembangbiak, interval kelahiran yang pendek, prolifikasi yang tinggi, dan mudah pemeliharaannya serta tidak membutuhkan lahan yang luas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengidentifikasi faktor-faktor produksi apa saja yang dapat mempengaruhi produksi dan risiko produksi ternak kelinci serta menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi yang digunakan dalam mempengaruhi risiko produksi dalam kegiatan budidaya ternak kelinci. Untuk menganalisis faktor-faktor tersebut menggunakan GARCH (1,1) karena dapat mengakomodasi pendugaan secara sekaligus untuk fungsi produksi rata-rata (mean production function) dan variance (variance production function). Hasil yang didapat menunjukkan bahwa pada fungsi produksi rata-rata, variabel yang berpengaruh nyata, yaitu variabel indukan, pakan hijauan, pakan konsentrat, pakan, dan obat-obatan karena berada pada taraf nyata kurang dari satu persen. Sedangkan dalam fungsi variance, variabel yang berpengaruh nyata adalah variabel indukan, pakan konsentrat, dan tenaga kerja. Adapun pengaruh dari variabel tersebut dalam fungsi produksi rata-rata, yaitu variabel indukan, pakan hijauan dan pakan konsentrat, semakin banyak penggunaannya maka produksi akan meningkat, sedangkan untuk variabel obat-obatan sebaliknya. Pengaruh variabel tersebut dalam fungsi variance, yaitu ketiga variabel tersebut menunjukkan tanda parameter yang negatif sehingga semakin besar penggunaan ketiga variabel tersebut maka akan mengurangi risiko produksi. Kata kunci: faktor, GARCH (1,1), kelinci, produksi, risiko

ABSTRACT

ROSALYN HAZAIRINA. Analysis of Factors Affecting Livestock Production Risk Rabbits (Pet Rabbit Case Study in Mount Mulya village, Bogor Regency). Supervised by NETTI TINAPRILLA.

Rabbits have a great potential to be developed because these animals have

the ability to growth and have very rapid development. Rabbits have a high biological potency, the high reproducibility, fast breeding, short birth intervals, high prolification, and easy to maintenance and do not require large tracts of land. The purpose of this study is to analyze and identify the factors of production that could affect production and livestock production risks of rabbits and analyze

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

the factors of production used in influencing the risk of rabbits reproduction. To analyze these factors using a GARCH (1,1) because it can accommodate as well as estimate the production function of the average (mean production function) and variance (variance production function). The results showed that the average production function which are significant variables, ie variables broodstock, forage feed, feed concentrates, feed, and medicine as they are on the level of less than one percent. While in the variance function, the significant variables are variables breeders, feed concentrates, and labor. The influence of these variables in the production function of the average, ie variable broodstock, forage feed and concentrate feed, the more we use it will increase production, while for drugs variable the effect is vice versa. Influence of these variables in the variance function, ie three variables showed a negative parameter sign that more and more use of these three variables will reduce production risk.

Keywords: factor, GARCH (1,1), production, rabbits, risk

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk
Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

RISIKO PRODUKSI TERNAK KELINCI (Studi Kasus Kelinci Hias Di Desa Gunung Mulya,

Kabupaten Bogor)

ROSALYN HAZAIRINA

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk
Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ternak Kelinci (Studi Kasus Kelinci Hias di Desa Gunung Mulya, Kabupaten Bogor)

Nama : Rosalyn Hazairina NIM : H34104101

Disetujui oleh

Dr Ir Netti Tinaprilla, MM

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS

Tanggal Lulus:

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah risiko, dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Ternak Kelinci (Studi Kasus Kelinci Hias di Desa Gunung Mulya, Kabupaten Bogor).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku pembimbing, serta Ibu Ir. Narni Farmayanti Msi yang telah banyak memberi saran dan masukan. Kepada Bapak Dr. Suharno, MAdev dan Ibu Ir. Harmini, Ms selaku dosen penguji utama dan dosen komdik. Di samping itu, ucapan terimakasih juga penulis hanturkan kepada Bapak Dr. Ir. Yono C Raharjo, Msc dan Bapak Dr. Ir. Bram Brahmantiyo dari Balai Penelitian Ternak atas ilmu dan pengalaman yang berharga, Pihak Kelompok Tani Budi Asih atas kesempatan dan informasi yang diberikan selama penelitian, Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papa dan mama, serta seluruh keluarga, mba yasmine, upi, iris, daus, tante, acis, bang awan, arief, shiro, cantik, upin, junior, oli, oni, bonbon, miiko, mikha, dan simba, atas segala doa dan kasih sayangnya. Ucapan terima kasih juga mengalir untuk teman seperjuangan saat kuliah dan penelitian Naya, Imel, Vera, Fhia, Teh Tresna, Nina, Winda, Ka Vela, serta teman-teman agribisnis alih jenis I atas semangat dan Sharing selama ini, serta pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

Rosalyn Hazairina (H34104101)

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 5 Tujuan 7 Manfaat 7 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian 7 TINJAUAN PUSTAKA 7 Jenis Kelinci Ternakan 7 Faktor-faktor Produksi Peternakan Kelinci 9 Kandang dan Peralatan 9 Pakan 11 Penyakit 12 Sumber-sumber Risiko 12 Faktor Produksi dan Risiko Produksi 13 KERANGKA PEMIKIRAN 15 Kerangka Pemikiran Teoritis 15 Konsep Risiko dan Ketidakpastian 15 Sumber Risiko 17 Teori Produksi 18 Kerangka Pemikiran Operasional 20 METODE PENELITIAN 22 Lokasi dan Waktu 22 Metode Penentuan Sampel 22 Jenis dan Sumber Data 22 Metode Pengumpulan Data 23 Metode Pengolahan dan Analisis Data 23 Analisis Model Just And Pope 23 Model ARCH GARCH 25 Pengujian Hipotesis 25 Hipotesis 27 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Gunung Mulya 28 Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian 29 Potret Kegiatan Bisnis Desa Gunung Mulya 30 Gambaran Umum Peternak Kelinci Desa Gunung Mulya 31 Karakteristik Responden 31 Umur 32 Pendidikan 32 Pengalaman Beternak 33

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKTIVITAS TERNAK KELINCI 34 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Ternak

Kelinci 35 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Variance Produksi

Ternak Kelinci 40 SIMPULAN DAN SARAN 43 DAFTAR PUSTAKA 44 LAMPIRAN 46

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

DAFTAR TABEL 1. Populasi ternak kelinci di Indonesia (Per Provinsi) 2 2. Tingkat pertumbuhan di Kabupaten Bogor 3 3. Perbandingan tingkat pertumbuhan populasi beberapa hewan ternak

di Kabupaten Bogor (2010-2011) 3 4. Populasi kelinci di Kabupaten Bogor per kecamatan tahun 2011 4 5. Ragam ukuran (minimal) kandang baterai 10 6. Jumlah penduduk Desa Gunung Mulya berdasarkan tingkat

pendidikan tahun 2012 29 7. Jumlah penduduk Desa Gunung Mulya berdasarkan mata

pencaharian tahun 2012 30 8. Sebaran umur responden peternak kelinci Desa Gunung Mulya 32 9. Tingkat pendidikan responden Desa Gunung Mulya 33 10. Sebaran pengalaman berternak responden peternak kelinci 33 11. Pengujian multikolinearitas antar variabel independent 34 12. Hasil pendugaan persamaan fungsi produksi rata-rata ternak kelinci

di Desa Gunung Mulya Tahun 2012 35 13. Hasil pendugaan persamaan fungsi variance produksi pada ternak

kelinci di Desa Gunung Mulya Kabupaten Bogor tahun 2012 40

DAFTAR GAMBAR

1. Produktivitas kelinci di Desa Gunung Mulya per semester 6 2. Tiga unsur penting risiko 16 3. Jenis risiko 17 4. Kurva produksi 19 5. Kerangka Pemikiran Operasional 21

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner penelitian 47 2. Jenis dan sumber data sekunder 51 3. Letak geografi Desa Gunung Mulya 52 4. Hasil analisis regresi produksi 53 5. Hasil regresi GARCH (1,1) 54 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dalam usaha ternak

kelinci siklus pertama tahun 2013 55 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dalam usaha ternak

kelinci siklus kedua tahun 2013 56

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk
Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan merupakan suatu usaha dalam pembudidayaan hewan yang bertujuan untuk pemuliaan dan menghasilkan barang dan jasa. Sejak dahulu hingga saat ini, peternakan menjadi salah satu matapencaharian masyarakat selain bertani. Peternakan yang umumnya berkembang di Indonesia adalah peternakan hewan ruminansia, seperti sapi, kerbau, domba, dan kuda. Selain itu, juga ada peternakan non ruminansia seperti peternakan unggas, peternakan babi dan peternakan kelinci.

Dalam masyarakat, kelinci dikenal sebagai hewan peliharaan yang banyak disukai oleh anak-anak maupun dewasa. Mereka banyak memilih kelinci sebagai hewan kesayangan dengan berbagai pertimbangan menjadikan kelinci sebagai hewan peliharaan karena lucu, jinak, banyak jenis dan juga warna yang menarik, dan tidak butuh tempat yang luas. Dalam tujuan pembudidayaannya, jenis kelinci dibagi menjadi dua, yaitu kelinci pedaging dan kelinci hias. Tujuan ternak pedaging adalah untuk memperoleh hasil daging yang banyak maka kelinci yang biasa digunakan adalah jenis kelinci yang berbadan besar. Kelinci yang mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk hobi atau kesenangan sehingga kelinci yang diternakan umumnya mempunyai penampakan yang menarik, berbulu panjang, tebal, dan halus, seperti Fuzzy Lop, Anggora, Rex, Dutch, English Spot, dan Holland Lop.

Kelinci hias umumnya adalah kelinci yang di impor dari luar dan turunan anakannya dikembangkan oleh peternak. Karena itu harga kelinci hias dari jenis ini tergolong mahal. Untuk indukan kelinci hias dapat dihargai Rp200 000 - Rp500 000 per ekor dan anakan kelinci hias Rp75 000 – Rp100 000 per ekornya1. Namun terdapat kelinci lokal yang juga dijadikan sebagai kelinci hias dengan harga yang lebih terjangkau. Kelinci lokal adalah jenis kelinci hias Dutch yang dibawa oleh Belanda sejak jaman dahulu dan karena perjalanannya yang panjang dan telah mengalami perpudaran gen sehingga bulunya tidak sebagus indukan murninya. Kelinci lokal ini mudah ditemui di penjual kelinci hias di tempat-tempat wisata dengan harga yang lebih terjangkau. Untuk indukan kelinci lokal dihargai Rp75 000 – Rp100 000 per ekornya, sedangkan anakan kelinci lokal dihargai Rp15 000 – Rp30 000 per ekornya.

Saat ini, semakin banyak peternak yang mulai mengembangkan atau membudidayakan kelinci. Hal ini karena kelinci dikenal sebagai hewan yang mempunyai banyak manfaat. Disamping sebagai hewan peliharaan, kelinci mempunyai potensi besar untuk dikembangbiakan karena kelinci termasuk hewan multifungsi. Kelinci merupakan hewan prolifik, yaitu hewan yang mudah berkembangbiak, mempunyai masa kehamilan yang singkat, dan dengan jumlah anak sekelahiran (litter size) yang besar. Kelinci selain sebagai hewan peliharaan atau hias, juga dapat dimanfaatkan bulu (fur) untuk sebagai bahan tekstil yang dapat dijadikan sebagai jaket bulu, gantungan kunci, topi, dan barang lainnya.

                                                            1 Peluang emas budidaya ternak  

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

2  

Kulit dan dagingnya dapat dikonsumsi untuk dijadikan kerupuk kulit kelinci dan olahan daging seperti siomay, nugget dan lainnya. Bahkan kotoran dan urine kelinci pun dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Menurut Mansur (2009) air kencing kelinci bermanfaat untuk dijadikan pupuk organik dan pembasmi hama. Sehingga tidak ada satu pun bagian tubuh kelinci yang tidak bermanfaat. Daging, bulu, kulit, dan kotorannya memiliki nilai manfaat yang tinggi dan bernilai ekonomis. 

Berdasarkan data yang terdapat dalam Ditjennak (2012), Populasi kelinci di Indonesia saat ini berjumlah 794 016 ekor dan jumlah ini dari tahun ke tahunnya selalu mengalami peningkatan. Jumlah kelinci ini terdiri dari kelinci pedaging dan kelinci hias yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Sumatera Barat dan wilayah lainnya. Pada tahun 2012, Provinsi Jawa Barat menempati posisi kedua terbesar di Indonesia dalam populasi ternak kelinci, yaitu sebesar 172 909 ekor kelinci. Populasi kelinci terbanyak di Indonesia terdapat di Provinsi Jawa Tengah diikuti dengan Provinsi Jawa Barat, yang masing-masing populasi ternak kelinci di provinsi tersebut sebesar 379 416 ekor dan 172 909 ekor kelinci. Hal ini menunjukkan bahwa populasi kelinci di Jawa Barat cukup banyak (Ditjennak 2012). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Populasi kelinci di Indonesia (per provinsi)

Provinsi Tahun 2009 2010 2011 2012a

Jawa Tengah 306 232 330 574 350 844 379 416 Jawa Barat 51 978 107 681 171 880 172 909 Jawa Timur 175 160 35 759 162 719 162 719 Sumatera Barat 39 903 39 903 40 701 - Bali 5 694 3 934 5 154 6 671 aAngka Sementara Sumber: Ditjennak 2012

Kelinci sudah sejak lama dikembangkan di wilayah Bogor dengan cara tradisional secara turun temurun. Dahulu kelinci diternakan bukan sebagai komoditas yang diperjualbelikan tetapi hanya sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi keluarga. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, para peternak kelinci tersebut mulai mengembangkan kelinci secara komersiil. Hingga saat ini, pertumbuhan kelinci di wilayah Bogor mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan terbesar pada tahun 2007 sebesar 97.39 persen. Peningkatan pertumbuhan kelinci tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.

Page 17: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

3  

Tabel 2 Tingkat pertumbuhan kelinci di Kabupaten Bogor

No. Tahun Populasi (ekor) Tingkat pertumbuhan (%/tahun)

1 2007 5 756 97.39 2 2008 11 362 24.66 3 2009 14 165 78.77 4 2010 25 324 49.63 5 2011 37 892 -

Sumber: Disnakan Kabupaten Bogor (2011) Jika dilihat dalam Tabel 2 mengenai pertumbuhan kelinci di Kabupaten Bogor, pertumbuhan populasi kelinci di Kabupaten Bogor menempati posisi kedua setelah sapi potong sebesar 49.63 persen. Sedangkan tingkat pertumbuhan yang paling kecil, yaitu ayam petelur dengan tingkat pertumbuhan 1.54 persen. Hal ini dapat dikarenakan kelinci termasuk hewan prolifik, yaitu hewan yang dapat cepat berkembang biak. Perbandingan tingkat pertumbuhan populasi beberapa hewan ternak dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Perbandingan tingkat pertumbuhan populasi beberapa hewan ternak di

Kabupaten Bogor (2010-2011) No. Jenis Ternak Tingkat Pertumbuhan Populasi (%) 1 Kelinci 49.63 2 Ayam Petelur 1.54 3 Itik 28.59 4 Sapi Potong 49.91 5 Kerbau 19.03 6 Kambing Non PE 3.94

Sumber: Disnakan Kabupaten Bogor (2011) Melihat tingginya tingkat pertumbuhan kelinci di daerah Bogor, pada

tahun 2011 Dirjen Peternakan mulai mencanangkan Kampung Kelinci di Desa Gunung Mulya, Kecamatan Tenjolaya, Bogor. Alasan Gunung Mulya dijadikan kampung kelinci karena pada tahun 2010 Kabupaten Bogor adalah lokasi yang populasi kelincinya paling banyak di Indonesia2.

Pada Tabel 4 dapat dilihat populasi kelinci yang terdapat di Kabupaten Bogor. Populasi tertinggi terdapat di Kecamatan Tenjolaya, hal ini menjadikan Kecamatan Tenjolaya diprogramkan oleh pemerintah sebagai sentra penghasil kelinci di Bogor.

Penetapan Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya sebagai Kampung Kelinci oleh Ditjennak RI karena desa ini telah memenuhi beberapa persyaratan yang sudah ditetapkan, memiliki potensi untuk dikembangkan, bukan daerah endemik penyakit serta Desa Gunung Mulya sudah membudidayakan dan

                                                            2 http://kopnakci.blogspot.com (12 November 2012) 

Page 18: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

4  

memasarkan kelinci sejak tahun 1990-an sampai sekarang. Masyarakat Desa Gunung Mulya sudah membudidayakan kelinci secara turun-temurun mulai dari kelinci jenis hias dan kelinci pedaging. Jenis kelinci hias yaitu kelinci hias jenis lokal dan luar.

Tabel 4 Populasi kelinci di Kabupaten Bogor per kecamatan tahun 2011 No. Kecamatan Populasi (ekor) 1 Tenjolaya 9 551 2 Pamijahan 8 026 3 Cibungbulang 3 241 4 Mega Mendung 2 980 5 Cisarua 2 845 6 Tamansari 1 476 7 Ciawi 1 241 8 Dramaga 1 196 9 Leuwiliang 1 190

Sumber: Disnakan Kabupaten Bogor (2011) Pada dasarnya semua usaha tidak terlepas dengan kendala-kendala dalam

menjalankan usahanya. Pengembangan usaha ternak kelinci akan berhasil apabila peternak mampu mengelola usahanya dengan baik, yaitu pengelolaan dalam bidang manajemen maupun teknis di lapangan. Dalam bidang manajemen maka peternak harus mampu mengelola di sektor produksi, sumber daya manusia, keuangan serta pemasarannya dengan baik. Sedangkan dalam bidang teknis maka peternak harus mengetahui secara detail mengenai budidaya ternak kelinci.

Ada tiga periode dalam manajemen perkawinan atau reproduksi kelinci, yaitu periode ekstensif, semi intensif, dan intensif. Umumnya peternak di Desa Gunung Mulya untuk cepat mendapatkan anakan, banyak yang menggunakan periode intensif dalam mengatur perkawinan kelinci karena pada periode ini induk dapat dikawinkan kembali tidak lama setelah beranak sehingga masa penyapihan anak hanya sampai umur empat minggu. Induk kelinci yang dikawinkan kembali selepas melahirkan akan mengalami masa laktasi yang berat dan bobot hidupnya menurun karena pada waktu yang bersamaan induk kelinci juga dalam masa bunting.

Dalam mengawinkan kelinci perlu diperhatikan jarak selang beranak agar induk dapat menyusui anaknya dengan baik dan mengurangi keguguran. Penelitian Balfas (2002), menyatakan bahwa banyak induk yang mengalami abortus pada minggu ketiga dan ada pula yang terjadi pada mingu pertama pada program intensif. Kematian anak yang terjadi pada program ini mencapai 54.84 persen. Tingginya tingkat kematian kelinci juga pernah disinggung oleh Farrel 1984, diacu dalam Dewi 2006 bahwa jumlah anak kelinci dari seekor induk (litter size) biasanya 8-10 ekor, tetapi tingginya derajat kematian kurang lebih dapat mencapai 25 persen yang menyebabkan hanya 5-6 ekor anak kelinci yang hidup waktu disapih. Dan Masa paling kritis pemeliharaan anak kelinci adalah pada periode umur 0-1 minggu, dimana angka mortalitas yang paling tinggi ditemukan dibandingkan pada umur 0-3 minggu (Gultom dan Aritonang 1988, diacu dalam

Page 19: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

5  

Khusnia 2001). Sehingga mortalitas anak kelinci sampai umur sapih cukup tinggi yaitu 26-59 persen .

Dibandingkan dengan ternak lainnya, seperti ayam dan domba, tingkat kematian kelinci termasuk cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat pada penelitian penelitian Aziz (2009) dan Nugraha (2011) bahwa tingkat kematian ayam broiler dapat mencapai 24-50 persen. Dan tingkat kematian domba tertinggi pada penelitian Ruslan (2012) dapat mencapai 36 persen. Walaupun kelinci merupakan hewan yang mudah berkembangbiak tetapi tingkat kematian kelinci termasuk tinggi. Untuk itu diperlukan suatu cara penanganan yang baik dan tepat untuk mengurangi tingginya tingkat kematian pada budidaya kelinci dengan mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhinya.

Risiko produksi yang dialami oleh peternak kelinci dapat dilihat dengan adanya fluktuasi produktivitas dan tingginya tingkat kematian kelinci. Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya hal tersebut. Untuk dapat mengelola dan menangani risiko dengan baik, para peternak harus mengetahui terlebih dahulu faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan dan mengurangi risiko. Dengan demikian dapat merencanakan strategi yang tepat untuk mengelola dan menangani risiko tersebut sehingga produksi dapat meningkat dan tingkat kematian dapat dikurangi.

Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi ternak kelinci. Kajian ini diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor produksi apa saja yang sangat mempengaruhi produksi dan seberapa besar faktor-faktor produksi tersebut menimbulkan dan menurunkan risiko, kemudian dilakukan penanganan risiko produksi tersebut agar risiko yang ditimbulkan menjadi kecil. Kajian ini diharapkan peternak dapat mengambil keputusan yang tepat, sehingga peternak kelinci dapat menjalankan usahanya dengan lebih baik di masa yang akan datang.

Rumusan Masalah

Desa Gunung Mulya merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Tenjolaya. Pada umumnya masyarakat yang ada di desa ini bermatapencaharian sebagai peternak kelinci yang dibudidayakan secara tradisional. Hal ini didukung oleh letak geografis, warisan turun temurun dan tersedianya sumber bahan pakan yang melimpah. Desa Gunung Mulya dijadikan sebagai kampung kelinci dikarenakan populasi kelinci terbesar di kawasan Kabupaten Bogor berada di wilayah ini. Selain itu, pada desa ini memiliki kelompok tani terbanyak yang membudidayakan kelinci, yaitu sebanyak empat kelompok tani.

Peternak kelinci di Desa Gunung Mulya mayoritas membudidayakan kelinci hias. Jenis kelinci hias yang terdapat di Desa Gunung Mulya adalah kelinci hias lokal dan kelinci hias luar. Pemilihan pembudidayaan kelinci hias oleh peternak karena perputaran uangnya dinilai oleh peternak lebih cepat dari kelinci pedaging. Selain itu, kelinci hias dinilai lebih menguntungkan karena harganya lebih mahal. Satu anakan kelinci hias lokal umur satu bulan dihargai Rp15 000 dan anakan kelinci hias luar umur satu bulan seharga Rp100 000 sedangkan untuk kelinci afkir untuk pedaging dihargai Rp21 000/Kg.

Page 20: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

6  

Kelinini dprodukelinmortpenddapapena

rentamusikema

Sumb

mengdi tahtahunmenybahwkelin(Rahprogr

risikopeteryang

EkA

k/I

dkB

i

Walaupunci, para pe

diindikasikanuktivitas, h

nci dapat ditalitas (kemdapatan petaat saja berdaanganan risik

Tingginyan terhadap im, cuaca yatian diseba

ber: UPT PuskGambar 1 Berdasar

galami prodhun 2009 sn 2010 seyebabkan fl

wa produktivnci litter sizharjo 2005)ram intensif

Untuk ito produksi rnak kelincg dapat dikaj

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

Ekor Ana

kan/Indu

k Be

tina

un Desa Geternak di dan dengan tihal tersebutilihat dari b

matian). Denani tidak meampak padako yang baiya tingkat kpenyakit. K

yang ekstriabkan oleh p

keswan (diolah1 Produktiv

rkan grafik duktivitas resemester peemester peluktuasi tervitas kelincze yang diha). Sedangkaf yakni sebatu, diperlukternak kelii. Berdasarji lebih dala

1 2

Gunung Maerah ini tidingginya tint dapat dilibobot hidupngan adanyenentu bahka peternak uik. kematian dKematian kim dan tidpenyakit kem

h) vitas kelinci

tersebut, prendah dan bertama sebaertama sebsebut. Selai

ci di Desa Gasilkan darian menuruanyak 1-8 e

kan kajian minci agar darkan penjelaam lagi, yait

3 4

2009‐

Mulya telah dak dapat tengkat kematihat pada G

p, jumlah ana fluktuasi kan dapat muntuk tidak

ikarenakan kelinci palindak menentmbung pada

i di Desa Gu

roduktivitasberfluktuasianyak 1.14 besar 0.51in itu, grafi

Gunung Muli satu indukut Balfas (ekor. mengenai faapat menguasan di atatu :

4 5

‐2012

ditetapkanerhindar dartian kelinciGambar 1. nak sekelahproduksi te

mengalami klagi berpro

kelinci meng banyak ttu, dan mua kelinci.

unung Muly

s kelinci di i. Produktivdan produk. Banyak ik tersebut jlya masih re

k sebanyak 7(2002), jum

aktor-faktorurangi risikoas, maka ru

6 7

n sebagai ri risiko pro dan adanyProduktivi

hiran (litterersebut menkerugian. Hoduksi jika

erupakan heterjadi saat usim hujan.

ya per seme

Desa Gunuvitas tertingktivitas tere

faktor yajuga menggendah. Idea7-8 ekor per

mlah litter

r yang memo yang dih

umusan per

pro

Kampung oduksi. Hal ya fluktuasi itas ternak

r size), dan nyebabkan

Hal tersebut belum ada

ewan yang pergantian

. Biasanya

ester

ung Mulya gi terdapat

endah pada ang dapat gambarkan

alnya untuk r kelahiran size pada

mpengaruhi hadapi oleh rmasalahan

oduktivitas

Page 21: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

7  

1. Faktor-faktor produksi apa saja yang dapat berpengaruh terhadap produksi dan risiko produksi ternak kelinci di Desa Gunung Mulya?

Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor produksi dan faktor-faktor risiko produksi ternak kelinci.

Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai masukan bagi peternak kelinci untuk menjadi bahan pertimbangan

dalam meminimalisasi risiko yang dihadapi. 2. Sebagai masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan. 3. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian-penelitian

selanjutnya.

Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada Analisis faktor-faktor produksi dan risiko produksi ternak kelinci hias di Desa Gunung Mulya Kabupaten Bogor, di mana risiko produksi dapat dipengaruhi oleh faktor produksi yang berupa input fisik dan sumber risiko itu sendiri. Namun, ruang lingkup dalam penelitian ini hanya menganalisis faktor-faktor produksi dan risiko produksi yang dibatasi oleh penggunaan input secara fisik saja.

TINJAUAN PUSTAKA

Jenis Kelinci Ternakan

Di Eropa dan Amerika Serikat, kelinci ternakan telah berkembang pesat dengan pemeliharaan intensif. Di sana dalam bidang perkelincian telah dikenal istilah rabbitry, yang merupakan kegiatan industry ternak kelinci yang penting hingga saat ini. Kelinci diternakan secara komersial untuk diambil daging, fur atau kulitnya, dan fancy (yang dipelihara karena keindahannya). Kelinci fancy berdaging sedikit sekali tetapi kulitnya sangat berharga. Berdasarkan bobotnya, kelinci ternakan pada umur dewasa dibedakan atas tiga tipe, yaitu kecil (small and dwarf breeds), sedang atau medium (medium breeds), dan berat (giant breeds). Kelinci tipe kecil berbobot antara 0.9 – 2 kg, tipe sedang berbobot 2 – 4 kg, dan tipe berat berbobot 5 – 8 kg. (Sarwono, 2010)

Menurut Sarwono, 2010, ras kelinci yang paling banyak dikembangkan secara komersial, yaitu:

Page 22: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

8  

1. Anggora Bobot angora dewasa sekitar 2.7 Kg, baik jantan maupun betina. Angora

awalnya hanya berbulu putih dengan wool yang tumbuh panjang. Setelah dikembangkan dan dimuliakan, tercipta kelinci angora yang berbulu warna-warni, misalnya coklat. Sifat bulunya halus, tebal, dan kuat. Pertumbuhan bulu rata-rata 2.5 cm per bulan. Bulu dipotong sepanjang 6-8 cm tiap 3 bulan. Jika dibiarkan tumbuh terus lebih dari 3 bulan, bulunya cenderung kusut dan menggumpal. 2. Californian

Kelinci ini merupakan hasil persilangan keturunan hasil kawin silang Himalaya dan Chinchilla dengan New Zealand White. Kelinci ini dikembangbiakan sebagai hewan penghasil daging yang baik. Bulunya putih dengan telinga, hidung, ekor, dan kaki kelabu tua atau hitam. Warna hitam di hidung bisa mencapai separuh muka. Warna kelopak dan bulu mata pink. Bobot kelinci dewasa jantan ideal 3.6 – 4.5 kg, betina 4.3 – 4.7 kg. Kelinci jenis ini melahirkan dapat mencapai 48 ekor per tahun. 3. American Chinchilla

Kelinci ras ini dibedakan atas tiga tipe, yaitu standar dengan bobot dewasa 2.5 – 3 kg, besar dengan bobot dewasa 4.5 – 5 kg, dan giant dengan bobot dewasa 6 – 7 kg. Ketiga tipe tersebut dimanfaatkan untuk ternak dwiguna yaitu produksi fur dan daging. 4. Dutch

Ras Dutch (Belanda) sangat terkenal di seluruh dunia sebagai hewan hias peliharaan. Bobot dewasa jantan dan betina antara 1.5-2.5 kg. Setiap kali melahirkan, kelinci betina dapat menghasilkan 7-8 ekor. Warna bulunya khas, mempunyai bulu melingkar seperti pelana berwarna putih dari punggung terus ke leher sampai kaki depan. Bagian belakang dan kepala hitam, cokelat atau abu-abu. Ada pula yang sekaligus mempunyai memiliki tiga macam warna, sering disebut Tricolored Dutch, misalnya putih dengan kombinasi hitam dan cokelat atau abu-abu. 5. English spot

Ras ini berwarna putih dengan tutul-tutul hitam. Sepanjang punggung ada garis hitam, dari pangkal telinga memanjang sampai ke ujung ekor. Telinga hitam, mata juga dilingkari dengan bulu hitam sehingga tampak seperti memakai kacamata. Bobot kelinci dewasa dapat mencapai 2.7-3.6 kg. English Spot termasuk jenis kelinci yang dapat dimanfaatkan daging dan fur-nya. 6. Himalayan

Himalayan termasuk jenis kelinci sedang, bobot jantan dan betina dewasa dapat mncapai 1.13-2.27 kg. Warnanya putih dengan mad pink. Hidung, telinga, kaki, dan ekor berwarna hitam. Selain putih, ada juga varians warna lain seperti hitam, cokelat, biru, dan ungu. Ketika lahir berwarna abu-abu, lalu berangsur-angsur menjadi pucat sampai putih. 7. Flemish Giant

Ras ini di Indonesia dikenal sebagai Vlaamse Reus, kelinci ini mempunyai ukuran yang menonjol karena ukurannya besar dan kualitas fur-nya bagus. Bobot jantan rata-rata dapat mencapai 6.3 kg dan betina dapat mencapai 6.8 kg, bahkan ada yang dapat mencapai bobot 10-12 kg. Peternak kelinci memelihara ras ini terutama untuk dikawinsilangkan dengan kelinci lain, dalam usaha meningkatkan produksi daging.

Page 23: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

9  

8. Lop Lop memiliki ciri khas, yaitu bentuk tubuh kompak dan padat. Bentuk

kepala lebar dan mata berwarna hitam. Telinga Kelinci Lop menggantung jatuh ke bawah seperti telinga kambing Etawa. Bobot dewasa dapat mencapai 4.5 – 5 kg. sekali melahirkan, indukannya dapat melahirkan 6 – 8 ekor anak. Kemampuan beranak tiap induk 36 ekor per tahun. Lop banyak diternakan untuk dimanfaatkan dagingnya dan dijadikan ternak hias atau peliharaan. 9. Nederland Dwarf

Sesuai dengan namanya, Nederland dwarf merupakan kelinci terkecil di dunia. Bobot dewasanya hanya mencapai 0.9 kg. kelinci ini diternakan untuk dijadikan hewan hias peliharaan dan cocok untuk mainan anak-anak. Bentuk tubuhnya pendek, kepala agak bulat, dan umumnya bulunya berwana putih. 10. New Zealand White

Ras ini merupakan kelinci albino, tak mempunyai bulu yang mengandung pigmen. Bulunya putih mulus, padat, tebal, dan sedikit kasar jika diraba dan matanya berwarna merah. Adapun keunggulan dari kelinci albino ini, yaitu mempunyai pertumbuhan yang cepat. Karena itu, cocok untuk diternakan sebagai penghasil daging komersial dan kelinci percobaan di laboratorium. Bobot dewasa kelinci in dapat mencapai 4.5 – 5 Kg. Jumlah anak yang dilahirkan rata-rata 50 ekor per tahun.

Faktor-faktor Produksi Peternakan Kelinci

Kandang dan Peralatan Salah satu faktor terpenting dalam produksi ternak kelinci adalah tempat

tinggal yang baik bagi kelinci tersebut. Kandang yang baik dan sehat merupakan salah satu syarat sebagai pendirian rumah kandang. Dengan kandang yang sehat, bersih dan higienis dapat membuat kelinci menjadi lebih sehat mengingat bahwa pencernaan kelinci sangat rentan terhadap penyakit. Menurut Manshur (2009), kandang yang lembab, becek, kotor dan tak pernah disinari matahari akan menyebabkan beragam wabah penyakit, seperti kutu telinga, kudis, scabies, pasteurellosis multocoida, dan penyakit pencernaan jika kotoran tertelan melalui makanan. Hal ini dapat dikarenakan makan, minum, tidur, kencing dan buang feses dilakukan kelinci dalam satu tempat (kandang).

Sistem perkandangan yang baik dan tepat adalah lambang kesehatan ternak. Kesehatan ternak yang terjaga stabilitasnya sangat besar pengaruhnya pada keberhasilan peternakan yang diprogramkan. Kelinci mudah sekali beradaptasi terhadap berbagai bentuk kandang yang disediakan asalkan kondisinya memenuhi persyaratan kebutuhan hidup kelinci (Sarwono 2010).

Karena itu, dalam pendirian kandang baik bentuk dan ukuran kandang sebaiknya memerhatikan kemudahan dalam bekerja, mengontrol, dan menghemat waktu dan tenaga dalam pengelolaannya. Karena kandang yang baik memiliki andil yang tinggi dalam keberhasilan peternakan karena berperan pada stabilitas kesehatan dan produktivitas kelinci.

Menurut Sarwono (2010), terdapat tiga jenis kandang kelinci berdasarkan pengelolaannya, yaitu kandang battery, postal, dan ranch. Kandang battery adalah kandang yang tiap satu ruangan hanya diisi satu ekor kelinci. Keuntungan

Page 24: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

10  

pemakaian kandang battery antara lain adalah sanitasi mudah dilakukan, mencegah perkelahian dan kanibal, program pengembangbiakan dan pemulian dapat diatur lebih mudah, kematian anak kelinci lebih rendah karena tidak ada gangguan dari kelinci lain, biaya dan pemanfaatannya ekonomis.

Kandang postal adalah kandang yang tiap ruangannya diisi beberapa ekor kelinci. kandang ini biasanya diisi dengan anak kelinci yang baru disapih atau kelinci dengan jenis kelamin dan rasnya pun seragam. Kandang postal digunakan untuk pembiakan biasanya diisi induk pejantan dan 4-6 ekor induk betina.

Kandang ranch adalah kandang yang ruangannya terbagi-bagi menjadi tempat tidur dan tempat bermain. Kandang ini biasanya terdapat di halaman rumah. Kandang ini cocok untuk pemeliharaan kelinci dengan tujuan hobi atau ternak hias.

Pengukuran ukuran kandang harus memperhatikan besar kecilnya ukuran badan kelinci. luas kandang harus benar-benar diperhatikan. Kandang yang sempit dapat membuat kelinci merasa tertekan dan gampang marah. Sebagai hewan yang bernaluri liar, kelinci perlu bergerak bebas dan leluasa agar tidak stres. Berikut adalah ukuran minimal kandang battery menurut jenis kelinci:

Tabel 5 Ragam ukuran (minimal) kandang baterai Jenis Kelinci Panjang/Lebar

(cm) Kandang Induk

Betina (cm) Tinggi (cm)

Dwarf Hotot, Nederland Dwarf

40 x 50 50 x 60 40

Mini Rex, Dutch, Fuzzy Lop, Holland Lop, Himalayan

50 x 60 60 x 70 45

New Zealand, Satin 60 x 70 70 x 80 50

Flemish Giant 70 x 80 70 x 90 80 x 90

70 x 90 (minimal) 60-70

Sumber: Mashur (2009) Kandang membutuhkan sarana berupa kotak sangkar, tempat pakan, tempat minum dan perlengkapan lainnya yang tetap harus dijaga kebersihannya. Kotak sangkar diperlukan untuk menyediakan tempat yang nyaman bagi induk yang melahirkan, sekaligus tempat berlindung bagi anak-anak kelinci yang baru lahir. Ukuran kotak sangkar juga bisa menyesuaikan dengan besar badan kelinci. kelinci mini dan sedang bisa dibuatkan kotak ukuran 30 x 40 cm (Manshur, 2009). Sedangkan untuk ukuran kelinci yang lebih besar bisa lebih dari itu. Kotak sangkar yang terlalu kecil dapat membuat induk kelinci menginjak anak-anaknya. Tempat pakan dan minum kelinci bervarian bentuk dan bahannya. Wadah makan dapat terbuat dari plastik atau bahan lainnya seperti alumunium atau terbuat dari bahan permanen. Menurut Manshur (2009), kebiasaan memakai bambu belah dan tanah liat kurang bagus kerena berbagai penelitian di amerika Serikat telah menduga tanah liat maupun bambu mudah terjangkit kuman. Untuk ukuran wadah Sarwono (2010) menambahkan, ukuran wadah sekurang-kurangnya

Page 25: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

11  

sedalam 7.5-10 cm dengan diameter 15-20 cm. Tempat pakan hijauan atau rumput biasanya berbentuk huruf V. Tempat pakan dibuat di antara kedua kandang pada kedua sisinya yang terbuka sehingga dapat melayani kelinci di kedua kandang sekaligus. Tempat minum untuk kelinci pada dasarnya harus rata, lebar dan dapat memuat air minum yang banyak agar berat dan tidak mudah tumpah. Dewasa ini telah berkembang model tempat air minum kelinci yang disebut tempat minum otomatis. Kebutuhan minum kelinci diatur oleh pelampung atau klep yang membatasi keluarnya air kalau tempat minum sudah penuh. Pakan

Kelinci termasuk binatang jenis ternak pseudo-ruminant, yaitu herbivora yang tidak dapat mencerna serat-serat secara baik. Pencernaan kelinci sama dengan kuda dan marmut, yaitu tidak memiliki struktur lambung sebagaimana sapai atau kerbau. Pembusukan makanan dilakukan di dalam perut, yaitu oleh bakteri pada sekum.

Dalam peternakan kelinci intensif, pakan yang diberikan tak hanya berupa hijauan sebagai pakan pokok tetapi juga diberikan pakan kering seperti konsentrat, hay (rumput kering), dan biji-bijian diberikan sebagai pakan tambahan. Sarwono (2010) mengatakan bahwa pakan kelinci ternakan terdiri dari hijauan, hay, biji-bijian, umbi-umbian, dan konsentrat.

Hijauan sebagai makanan pokok kelinci lazim diberikan oleh peternak kelinci. Pakan hijau yang biasa diberikan, yaitu berupa rumput lapangan, limbah sayuran, daun papaya, kacang panjang dan lain-lain. Hijauan untuk pakan kelinci sebaiknya tidak diberikan dalam bentuk segar tetapi telah dilayukan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar airnya. Sarwono (2010) menambahkan bahwa proses pelayuan selain untuk mempertinggi kadar serat kasar, juga menghilangkan getah atau racun yang dapat menimbulkan kejang-kejang atau diare pada kelinci. Mengingat pencernaan kelinci yang tergolong kurang sempurna pemberian pakan berupa sayuran penting dilakukan supaya pencernaan kelinci lebih nyaman. Sayuran yang baik diberikan berupa daun brokoli, hijauan beet, wortel, parsley, toge, labu dan lain-lain. Sedangkan sayuran yang kurang baik diberikan adalah kangkung dan kol karena kedua sayuran tersebut memiliki kadar air yang tinggi sehingga kelinci akan mudah mengalami kembung. Selain itu, kangkung dan kol juga mengakibatkan bau kencing kelinci kurang sedap sehingga dapat mengganggu kenyamanan kandang.

Hay adalah rumput awetan yang dipotong menjelang berbunga. Rumput dikeringkan secara bertahap sehingga kandungan gizinya tidak rusak sekaligus mempertinggi kadar kandungan serat kasarnya. Menurut Sarwono (2010) hay dapat diberikan sampai 40 persen untuk kelinci yang sedang tumbuh. Hay digunakan ketika hijauan segar sukar diperoleh karena kemarau panjang.

Biji-bijian sebagai makanan penguat. Jenis pakan biji-bijian dapat berupa jagung, padi, sorgum, gandum, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau. Pakan ini diberikan terutama kepada kelinci yang sedang hamil dan menyusui. Sebelum diberikan biji-bijian tersebut sebaiknya digiling atau ditumbuk terlebih dahulu. Jika pemberian biji-bijian dirasakan mahal oleh para peternak, biji-bijian tersebut dapat diganti dengan bekatul, bungkil tahu, bungkil kelapa, atau bungkil kacang tanah.

Page 26: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

12  

Kelinci muda yang dibesarkan dengan pakan hijauan sampai umur empat bulan bobot hidupnya hanya sekitar 1.5 kg. Tetapi jika pakan ditambah dengan bakatul atau biji-bijian, kelinci muda umur empat bulan dapat mencapai bobot rata-rata 4 kg untuk New Zealand, Californian dan kelinci potong lainnya. (Sarwono 2010)

Konsentrat berfungsi untuk meningkatkan nilai gizi pakan dan memoermudah penyediaan pakan. Konsentrat sebagai ransum diberikan sebagai pakan tambahan atau pakan penguat. Konsentrat yang paling ideal dikemas dalam bentuk pelet. Pelet biasanya terbuat dari komponen bekatul, tepung jagung, tetes tebu, garam, bungkil kelapa, ampas tahu, ampas tapioka, garam dan lain-lain. Untuk penambahan serat dapat ditambahkan hay yang telah diremukkan.

Penyakit

Sebagaimana ternak lainnya, kelinci tak luput dari penyakit. Namun untuk Indonesia tidak dikenal adanya wabah penyakit pada kelinci. Penyakit yang paling umum ditemui adalah mencret, yang menyebabkan kematian, scabies (kudis) yang ditandai kerak-kerak pada ujung hidung dan telinga, atau luka (borok) pada siku kaki dan ujung kuku, flu (pneumonia) pada kelembaban dan panas tinggi, juga pada kelembaban dan suhu rendah dan kerak telinga (ear canker). Umumnya ternak kelinci di Indonesia diternakkan dalam suatu peternakan rumah tangga (skala kecil). Peternakan kelinci ini tersebar pada daerah geografis yang luas dan para peternak umumnya memasarkan kelincinya sebagai pet dan sebagai kelinci daging. Para peternak umumnya memasarkan kelincinya lewat bandar-bandar ternak. Umumnya para peternak kelinci skala rumah tangga ini beternak dalam kondisi lahan, pasokan pakan, peralatan, dan modal yang terbatas.

Sumber-Sumber Risiko

Sumber risiko adalah suatu bagian dari lingkungan dalam perusahaan maupun di luar perusahaan yang dapat menimbulkan risiko. Menurut Darmawi (2010) terdapat tiga sumber yang dapat menimbulkan risiko, yaitu risiko sosial, risiko fisik, dan risiko ekonomi. Sedangkan menurut Harwood et al (1999) mengklasifikasikan sumber risiko menjadi lima bagian, yaitu risiko produksi, risiko pasar atau harga, risiko kelembagaan, risiko finansial, dan risiko manajemen. Langkah awal untuk menganalisis risiko adalah dengan mengidentifikasi sumber-sumber risiko terlebih dahulu.

Setiap usaha umumnya mempunyai beberapa sumber risiko. Berdasarkan penelitian Aziz, 2009; Pinto, 2011; Ruslan, 2012, beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh peternak, yaitu risiko produksi, risiko harga, dan risiko sosial. Dari beberapa sumber risiko tersebut, sumber yang paling banyak dihadapi oleh peternak adalah sumber risiko produksi.

Penelitian Aziz (2009), mengenai analisis risiko usaha ayam ternak. Berdasarkan penelitian tersebut terdapat tiga sumber risiko yang dapat mempengaruhi pendapatan peternak, yaitu pada risiko produksi, risiko harga, dan risiko sosial. Indikasi adanya risiko tersebut dilihat dari manajemen risiko produksi yang belum efektif dalam proses penyiapan kandang dan proses budidaya. Indikasi dari adanya risiko harga adalah tingginya fluktuasi pendapatan

Page 27: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

13  

bersih yang diterima usaha peternakan ayam. Sedangkan indikasi terjadinya risiko sosial, yaitu masih terjadi kasus pencurian ayam pada peternakan tersebut. Dengan mengetahui sumber-sumber risiko tersebut dapat memudahkan pelaku usaha untuk dapat melakukan suatu tindak pencegahan agar sumber-sumber risiko tersebut dapat dikurangi maupun dapat dicegah.

Berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan dengan Aziz (2009), dalam penelitian Pinto (2011) dan Ruslan (2012) menyatakan hanya terdapat satu sumber risiko dalam usaha ternak ayam broiler dan usaha pembibitan domba ekor tipis. Sumber risiko tersebut, yaitu risiko produksi. Adapun hal-hal yang merupakan sumber risiko produksi dari ayam broiler, yaitu kepadatan ruang, perubahan cuaca, hama predator dan penyakit. Keempat sumber tersebut dapat menimbulkan fluktuasi hasil produksi. Berdasarkan perhitungan probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko tersebut, sumber risiko produksi hama predator memiliki tingkat probabilitas terbesar yaitu 38.4 persen, kepadatan ruang 33.7 persen, penyakit dengan tingkat probabilitas 33 persen dan yang terkecil adalah perubahan cuaca sebesar 12.5 persen.

Risiko produksi yang dianalisis oleh Ruslan (2012), dalam penelitiannya mengenai risiko produksi pada usaha pembibitan domba ekor tipis, sumber-sumber risiko produksi pada usaha pembibitan domba tersebut adalah mortalitas anakan, keguguran, kesulitan persalinan, cuaca, sumber daya manusia, dan mortalitas indukan betina. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, urutan sumber yang paling berisiko (risikonya paling besar) hingga yang tidak berisiko (risikonya paling kecil), yaitu mortalitas anakan, mortalitas indukan, keguguran, dan kesulitan persalinan. Pada penelitian tersebut peneliti menggunakan peta risiko untuk mengklasifikasikan sumber-sumber risiko. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah perusahaan dalam menangani risiko yang terjadi.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, risiko produksi merupakan risiko yang paling sering dihadapi oleh para peternak. Umumnya sumber risiko produksi disebabkan oleh hama predator, cuaca, kepadatan ruang, dan penyakit pada peternakan ayam broiler dan mortalitas anakan, mortalitas anakan, keguguran, kesulitan persalinan, cuaca, sumber daya manusia, dan mortalitas indukan betina pada peternakan domba. Variabel sumber-sumber risiko tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk menelusuri sumber-sumber risiko yang dapat terjadi di peternakan kelinci Desa Gunung Mulya.

Faktor Produksi dan Risiko Produksi

Penelitian mengenai risiko produksi terhadap kelinci masih sangat jarang dilakukan. Hal ini dikarenakan penelitian mengenai kelinci masih berpusat pada karakteristik genetik dan pertumbuhan kelinci sebagai hewan percobaan. Selain itu, kelinci merupakan komoditas yang baru dikembangkan secara komersiil sehingga penelitian mengenai pengembangan usaha kelinci masih sangat sedikit. Hal ini menyebabkan sebagian besar pustaka menggunakan kajian mengenai risiko produksi peternakan.

Produktivitas ternak menurut Penelitian Khusnia (2001) dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan curah hujan merupakan faktor penting karena berhubungan erat dengan iklim

Page 28: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

14  

yang dapat mempengaruhi produktivitas secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung dapat terlihat pada saat suhu tubuh meningkat sehingga menurunkan konsumsi makanan. Suhu tubuh yang naik karena cekaman menyebabkan depresi dan reproduksi yang dapat mengakibatkan kelahiran dan perkembangan anak prenatal menurun. Pengaruh secara tidak langsung meliputi kuantitas dan kualitas makanan yang tersedia, perkandangan, penyakit dan manajemen. Bila ternak sulit beradaptasi terhadap lingkungannya maka produktivitas akan rendah. Produktivitas ternak kelinci dapat dilihat dari bobot hidup, reproduksi atau jumlah anak sekelahiran, dan mortalitas (kematian).

Ada beberapa metode yang digunakan untuk menghitung besaran risiko yang terjadi, seperti pada penelitian risiko produksi yang dilakukan oleh Pinto (2011) dan Ruslan (2012). Kedua peneliti ini menggunakan metode yang sama, yaitu menggunakan alat analisis coefficient variation, analisis Z-score, dan Value at Risk (VaR). Metode analisis Z-Score yang digunakan bertujuan untuk mengetahui probabilitas dari kemungkinan terjadinya risiko atau kerugian yang berasal dari sumber-sumber risiko. Sedangkan analisis Value at Risk digunakan untuk menganalisis dampak risiko yang terjadi. Hasil dari penelitian Pinto (2011), analisis dampak dari sumber–sumber risiko dengan tingkat keyakinan 95% adalah sumber risiko penyakit memberikan dampak terbesar disusul kepadatan ruang, perubahan cuaca dan hama predator. Sedangkan hasil dari penelitian Ruslan (2012) tingkat probabilitas yang terjadi adalah 15.60 persen dan tingkat dampak yang terjadi adalah sebesar Rp 18.765.349,00. Berdasarkan nilai probabilitas dan dampak tersebut menunjukkan bahwa risiko produksi anakan domba terdapat pada kuadran IV, yaitu kemungkinan terjadinya risiko kecil dan dampak yang dihasilkan juga kecil.

Selain metode yang digunakan di atas, penelitian Aziz (2009) mengenai risiko produksi pada peternakan ayam broiler menggunakan metode analisis expected return, ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), koefisien varians (coefficient variation), dan batas bawah pendapatan. Alat analisis ini digunakan untuk menganalisis pengaruh risiko terhadap pendapatan usaha peternakan dan menganalisis alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi oleh peternak. Hasil analisis Aziz mengenai risiko produksi pada ayam broiler termasuk tinggi. Aziz menyatakan risiko produksi sangat tinggi dengan nilai CV 1.75, risiko tersebut berasal dari risiko cuaca dan iklim yang menyebabkan tingginya tingkat kematian sampai pada 10 persen. Selain dari faktor cuaca risiko produksi berasal dari adanya fluktuasi harga yaitu harga pakan, obat-obatan, DOC, dan harga jual produksi.

Untuk menganalisis risiko produksi berdasarkan penggunaan input, dapat menggunakan analisis risiko model Just dan Pope. Nugraha (2011) mengkaji mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi ayam di CV Dramaga Unggas Farm. Adapun faktor-faktor produksi yang digunakan adalah jumlah DOC, pakan, Protect Enro, Neocamp, Doxerin Plus, vaksin, pemanas serta tenaga kerja. Faktor-faktor produksi yang termasuk menimbulkan risiko produksi adalah jumlah DOC, Protect Enro dan tenaga kerja. Sedangkan faktor produksi yang dapat mengurangi risiko adalah pakan, Doxerin Plus, Neocamp, vaksin serta pemanas.

Penelitian yang akan dilakukan penulis memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan dari penelitian sebelumnya

Page 29: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

15  

yaitu sama-sama menganalisis risiko produksi dengan melihat pengaruh input terhadap produksi serta melihat input-input yang dapat mengurangi atau menimbulkan risiko produksi. Sedangkan perbedaan dari penelitian sebelumnya mengenai objek yang diteliti, tempat, dan waktu penelitian. Pada penelitian ini objek yang diteliti adalah ternak kelinci, sedangkan penelitian terdahulu menggunakan komoditas ayam broiler, dan domba sebagai objek yang diteliti.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian dalam kerangka pemikiran teoritis ini akan dipaparkan mengenai beberapa teori yang digunakan yang berhubungan dengan risiko. Adapun kerangka pemikiran teoritis mengenai risiko terdiri atas konsep risiko, sumber-sumber risiko, dan teori produksi.

Konsep Risiko dan Ketidakpastian Ada banyak penjelasan dari para ahli mengenai risiko dan ketidakpastian.

Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) di beberapa literatur sering digunakan secara bersama-sama dalam satu kesatuan, yaitu risiko dan ketidakpastian. Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa risiko adalah ketidakpastian. Namun secara ilmiah, kedua konsep tersebut merupakan hal yang berbeda.

Menurut Darmawi (2010), risiko adalah penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan. Seperti yang dikemukakan oleh Harwood et al, (1999) bahwa risiko menunjukkan kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya. Sedangkan Robinson dan Barry (1987) menyatakan bahwa ketidakpastian menunjukkan peluang suatu kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan. Selama peluang suatu kejadian tidak dapat diukur oleh pelaku bisnis maka kejadian tersebut termasuk ke dalam kategori ketidakpatian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa risiko merupakan kejadian di mana peluang dan hasil kejadian dapat diketahui oleh pengambil keputusan, sedangkan ketidakpastian merupakan suatu kejadian di mana peluang dan hasil dari suatu kejadian tidak diketahui oleh pengambil keputusan.

Setiap aktivitas bisnis, baik skala besar maupun skala kecil tidak luput dari risiko. Begitu pun dengan usaha peternakan juga mengandung unsur risiko dan ketidakpastian. Beberapa peluang kejadian yang dapat diketahui seperti kejadian adanya hama dan penyakit, musim kemarau dan musim hujan. Adapun peluang kejadian yang tidak dapat diketahui seperti kejadian bencana gempa dan banjir. Kountur (2006) juga mendefinisikan risiko sebagai kemungkinan kejadian yang menimbulkan risiko. Menurutnya, risiko mengandung tiga unsur, yaitu kejadian, kemungkinan, dan akibat. Kejadian dari suatu risiko memiliki kemungkinan untuk terjadi atau tidak terjadi, dan jika terjadi ada akibat berupa kerugian yang akan ditimbulkan.

Page 30: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

16  

Selain itu, ada tiga unsur lain yang dapat menjadi penentu besar kecilnya suatu risiko yang dihadapi pelaku usaha, yaitu eksposur, waktu dan rentan. Ketiga unsut tersebut dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu unsur kemungkinan dan unsur akibat. Waktu dan rentan dikelompokkan ke dalam unsur kemungkinan karena semakin lama dan rentan maka akan semakin besar kemungkinan kerugian yang akan dialami. Sedangkan eksposur dikelompokkan ke dalam unsur akibat karena bila semakin terekspos sesuatu akan semakin besar akibat yang diderita jika terjadi sesuatu.

Sumber: Kountur (2006)

Gambar 2 Tiga unsur penting dari risiko

Begitu banyaknya risiko yang dihadapi, maka risiko tersebut perlu dikelompokkan ke dalam kelompok risiko yang memiliki kemiripan, dengan begitu risiko akan lebih mudah untuk ditangani. Maka Kountur (2006) mengelompokkan risiko berdasarkan sudut pandang pelaku usaha dalam memandang risiko, yaitu melihat risiko sebagai akibat dan melihat risiko dari penyebabnya. Dengan melihat risiko dari akibat yang ditimbulkan, risiko dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu risiko spekulatif dan risiko murni. Risiko spekulatif adalah kemungkinan kejadian yang bisa berakibat merugikan atau jika tidak merugikan sebaliknya maka akan memberikan keuntungan. Adapun risiko murni adalah suatu kejadian yang hanya dapat menimbulkan kerugian, seperti kebakaran, kecurian, dan bencana. Selain risiko berdasarkan akibat, ada juga risiko yang dilihat berdasarkan penyebabnya, yaitu risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan adalah jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata uang, dan perubahan suku bunga. Adapun risiko operasional adalah jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor operasional seperti faktor manusia, teknologi, dan alam. Gambar 3 menunjukkan jenis-jenis risiko yang dihadapi pelaku usaha.

Page 31: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

17  

Sumber: Kountur (2006)

Gambar 3 Jenis risiko

Sumber Risiko

Darmawi (2010) mengkalisifikasikan sumber risiko menjadi tiga hal, yaitu: 1. Risiko Sosial

Sumber utama risiko ini adalah masyarakat, artinya orang-orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang mengakibatkan kerugian, seperti perusakan, demo, dan huru hara. 2. Risiko Fisik

Sebagian sumber risiko fisik diakibatkan oleh fenomena alam dan sebagiannya lagi diakibatkan oleh kesalahan manusia, seperti cuaca, tanah longsor, dan kebakaran. 3. Risiko Ekonomi

Sumber risiko ekonomi yang dihadapi pelaku usaha, seperti inflasi, fluktuasi lokal, dan ketidakstabilan usaha.

Sedangkan menurut Hardwood et al (1999) sumber risiko dapat dibagi menjadi lima, yaitu : 1. Risiko Produksi

Risiko produksi seperti gagal panen, produksi rendah, kualitas kurang baik terjadi karena umumnya pertanian banyak dipengaruhi oleh peristiwa yang tidak dapat diprediksi, seperti cuaca, curah hujan, temperatur yang ekstrim, serangan hama dan wabah penyakit. 2. Risiko Pasar (harga)

Risiko pasar dapat terjadi karena produk tidak dapat terjual. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan harga input atau output, permintaan rendah, ataupun banyak produk substitusi. 3. Risiko Kelembagaan

Risiko kelembagaan terjadi karena perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah, baik dari segi penggunaan saponin dan obat-obatan, pajak, kredit. 4. Risiko Finansial

Risiko finansial terjadi karena tidak mampu membayar hutang jangka pendek, kenaikan tingkat suku bunga pinjaman, piutang tak tertagih sehingga menyebabkan penerimaan produksi menjadi rendah. 5. Risiko Manajemen

Risiko

Berdasarkan Akibatnya

Berdasarkan Penyebabnya

Risiko Spekulatif

Risiko Murni

Risiko Keuangan

Risiko Operasiona

Page 32: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

18  

Risiko manajemen merupakan memilih diantara alternatif untuk mengurangi efek risiko.

Teori Produksi

Kegiatan produksi adalah mentransformasikan dua jenis input atau lebih untuk menghasilkan satu atau lebih output. Berbagai jenis input dapat digunakan dalam proses produksi. Secara umum sering digolongkan menjadi dua jenis, yaitu tenaga kerja dan modal. Di dalam proses produksi, secara fisik terdapat hubungan fungsional antara jumlah input yang digunakan dengan jumlah output yang dihasilkan, hubungan tersebut disebut fungsi produksi. Dengan mengetahui fungsi produksi dan harga input dan output, dapat ditentukan jumlah penggunaan input yang memaksimumkan keuntungan. Jumlah penggunaan input dan jumlah output yang dihasilkan untuk mencapai keuntungan maksimum disebut penggunaan input dan tingkat output optimal.

Fungsi produksi secara umum dapat dinyatakan dalam tiga bentuk penyajian, yaitu bentuk grafik, bentuk tabel, dan bentuk matematik. Fungsi produksi secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut:

Y= f (X1, X2,…Xn) Di mana Y adalah jumlah output yang diproduksi, Xi (i = 1, 2,…, n) adalah jumlah input ke-i yang digunakan. Berikut Gambar 4 merupakan bentuk kurva fungsi produksi klasik.

Untuk mengukur tingkat produktivitas dari suatu produksi dapat digunakan dua tolak ukur, yaitu produk marjinal (PM) dan produk rata-rata (PR). Produk marjinal (PM) adalah perubahan keluaran atau output yang dihasilkan dari setiap perubahan satu satuan masukan atau input yang digunakan. Produk rata-rata (PR) adalah tingkat produksi yang dicapai setiap satuan faktor produksi atau input. PM dan PR akan mencapai maksimum apabila turunan pertama dari fungsi tersebut sama dengan nol, sedang turunan kedua adalah negatif.  Dapat dikatakan produktivitas suatu produksi meningkat jika pemakaian input produksi tetap dapat meningkatkan hasil output, ini dapat dilakukan dengan adanya bantuan dari inovasi teknologi. Dan dengan adanya pengurangan (penghematan) input dapat menghasilkan output yang sama.

Elastisitas (Ep) didefinisikan sebagai persentase perbandingan dari output yang dihasilkan sebagai akibat dari persentase dari input yang digunakan. Di dalam proses produksi terdapat tiga daerah produksi berdasarkan elastisitas produksi dari faktor-faktor produksi, antara lain daerah produksi I, daerah produksi II, daerah produksi III.

Page 33: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

19  

Produk Marjinal Keterangan: X = Faktor Produksi Y = Hasil Produksi PR = Produk Rata-rata PM = Produk Marjinal PT = Produk Total Stage I = Daerah Produksi Irasional Stage II = Daerah Produksi Rasional Stage III = Daerah Produksi Irasional Sumber: Soekartawi (2003)

Gambar 4 Kurva produksi 1. Daerah I

Daerah dengan elastisitas Ep > 1 sampai Ep = 1 dinamakan daerah tidak rasional (irrasional stage of production) dan ditandai sebagai daerah I dari produksi. Daerah ini belum akan tercapai keuntungan maksimum sehingga keuntungan masih dapat diperbesar dengan adanya penambahan input. 2. Daerah II

Daerah II terjadi ketika PM menurun dan lebih rendah dari PR. Pada keadaan ini PM sama atau lebih rendah dari PR. Daerah II berada diantara X2 dan X3. Daerah ini memiliki nilai Ep antara 1 dan 0 (0 < Ep < 1), artinya setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi paling tinggi satu persen dan paling rendah nol persen. Pada tingkat tertentu dari penggunaan faktor produksi di daerah ini akan memberikan keuntungan maksimum, sehingga daerah ini disebut daerah rasional dalam produksi. 3. Daerah III

Daerah ini memiliki nilai elastisitas produksi lebih kecil dari nol (Ep > 0). Pada daerah ini Produk Total (PT) mengalami penurunan yang ditunjukkan oleh Produk Marjinal (PM) yang bernilai negatif yang berarti setiap penambahan faktor produksi akan mengakibatkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan dan mengurangi pendapatan karena itulah daerah ini dinamakan sebagai daerah tidak rasional (irasional).

Page 34: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

20  

Kerangka Pemikiran Operasional

Indikasi usaha ternak kelinci mengalami risiko produksi adalah terjadinya fluktuasi produksi sehingga berimplikasi pada pendapatan yang diterima peternak. Untuk itu, diperlukan kajian mengenai analisis risiko produksi ternak kelinci sehingga dapat menerapkan strategi yang tepat dalam menghadapi risiko produksi tersebut.

Salah satu risiko yang dihadapi peternak adalah risiko produksi. Penggunaan input mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap produksi. Input-input produksi yang digunakan dapat menjadi faktor yang dapat menimbulkan risiko produksi maupun menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi. Berdasarkan beberapa penelitian pertanian diduga input produksi yang digunakan seperti tenaga kerja dan obat-obatan dapat menjadi faktor yang dapat mengurangi produksi, sedangkan input pupuk, benih, dan lahan dapat menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi.

Pada penelitian ini faktor produksi yang digunakan, yaitu jumlah indukan, pakan, luas kotak litter size, luas kandang, obat-obatan dan tenaga kerja. Dengan menggunakan pendekatan Just and Pope dan GARCH (1,1) dapat mengetahui faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produksi serta apa pengaruhnya terhadap risiko produksi. Untuk menilai apakah faktor-faktor tersebut mengurangi atau menimbulkan variance produksi digunakan alat bantu analisis yaitu eviews 6. Alat analisis tersebut dapat menjelaskan sekaligus faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi dan risiko produksi serta melihat pengaruhnya apakah faktor-faktor tersebut dapat menimbulkan risiko produksi atau menurunkan risiko produksi.

Selain faktor-faktor produksi tersebut diduga ada faktor lain yang mempengaruhi risiko produksi yaitu adanya perubahan cuaca/iklim yang tidak menentu. Cuaca/iklim tidak masuk dalam model karena faktor tersebut tidak dapat dihitung nilainya sehingga dalam penilaiannya dilakukan secara pendugaan deskriptif. Setelah diketahui faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi risiko produksi dan variance produksi serta pengaruhnya terhadap produksi maka dilakukan rekomendasi alternatif strategi oleh peneliti agar risiko faktor-faktor produksi tersebut dapat diminimalkan dan dapat meningkatkan produksi. Untuk lebih jelas dapat dilihat alur pemikiran operasional pada Gambar 5.

Page 35: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

   

21

                                                  Ket

eran

gan:

  

Rua

ng L

ingk

up P

enel

itian

Gam

bar 5

Ker

angk

a Pe

mik

iran

Ope

rasi

onal

Indu

k ke

linci 

Paka

n hi

jaua

n

Paka

n ko

nsen

trat

Oba

t-oba

tan 

Tena

ga k

erja 

Luas

kan

dang

 

Fakt

or

Prod

uksi

Prod

uksi

tern

ak k

elin

ci k

elom

pok

tani

di D

esa

Gun

ung

Mul

ya

Fluk

tuas

i pro

dukt

ivita

s

Prod

uksi

R

isik

o Pr

oduk

si

Mod

el Ju

st d

an

Pope

Cua

ca

Ham

a da

n pe

nyak

it

Sani

tasi

dan

si

rkul

asi k

anda

n g

Rek

omen

dasi

: 1.

Fak

tor-

fakt

or y

ang

mem

peng

aruh

i pro

duks

i 2.

Fak

tor-

fakt

or y

ang

dapa

t m

enim

bulk

an d

an

men

gura

ngi r

isik

o

Sum

ber

risik

o

Page 36: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan pusat pengembangan ternak kelinci di Kabupaten Bogor sehingga diharapkan nantinya dapat mewakili hasil penelitian. Kegiatan yang berlangsung meliputi pengumpulan data untuk keperluan pengolahan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan April 2013.

Metode Penentuan Sampel

Pemilihan penelitian di Desa Gunung Mulya dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa populasi kelinci di Kecamatan Tenjolaya merupakan populasi terbesar di Kabupaten Bogor. Desa Gunung Mulya mempunyai empat kelompok tani, yaitu Kelompok Tani Budi Asih, Kelompok Tani Watak, Kelompok Tani Bina Tani Lestari, dan Kelompok Tani Cimanggu. Pemilihan responden dalam penelitian ini berasal dari kelompok Tani Budi Asih karena memiliki jumlah peternak kelinci paling banyak dibandingkan dengan kelompok tani lainnya. Jumlah responden yang diteliti sebanyak 30 peternak kelinci yang tergabung dalam kelompok tani tersebut di mana jumlah populasi dalam kelompok tersebut berjumlah 84 peternak kelinci yang aktif dalam periode siklus yang sudah ditentukan. Adapun cara penentuan sampel peternak responden dengan cara judgement sampling, yaitu dengan melalui rekomendasi ketua kelompok tani.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan kelompok tani dan peternak yang meliputi kegiatan produksi, seperti jumlah produksi, jumlah indukan, pakan hijauan, pakan konsentrat, obat-obatan, luas kandang, tenaga kerja, dan beserta data lainnya yang diperlukan selama penelitian. Pengambilan data primer tersebut menggunakan kuesioner yang dapat dilihat dalam Lampiran 1. Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku, skripsi serta data yang berasal dari instasi atau lembaga terkait yang mendukung penelitian ini seperti Departemen Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan, internet dan literatur yang relevan (Lampiran 2).

Page 37: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

23  

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu pengumpulan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara langsung dan memberikan kuesioner kepada peternak mengenai kegiatan budidaya kelinci. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan mendatangi instasi atau lembaga yang terkait dengan data yang diperlukan selama penelitian.

Data primer yang digunakan adalah data panel, yaitu mengandung data cross section dan time series, data tersebut menunjukkan pengambilan data dari 30 responden peternak dengan dua titik waktu tertentu siklus produksi, sehingga terdapat 60 data secara keseluruhan. Hal ini dilakukan karena dalam pengolahan data dibutuhkan data periode sebelumnya dan data periode saat ini. Namun, pengolahan data tidak dilakukan secara panel, tetapi hanya berdasarkan data cross section dengan dua titik waktu siklus produksi. Selain itu, dalam pengumpulan data menggunakan teknik me-recalling ingatan peternak responden. Hal ini didasarkan karena peternak kelinci tidak memiliki catatan khusus mengenai penggunaan input-input dan output yang dihasilkan. Data yang digunakan adalah data input secara fisik, seperti penggunaan jumlah induk, penggunaan pakan, penggunaan obat-obatan, luas kandang, dan tenaga kerja.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan Minitab 14, Eviews seri 6, dan Microsoft Excel 2007. Penelitian ini juga dilakukan dengan analisis kualitatif dan kuantatif dimana analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum lokasi penelitian. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi risiko produksi pada kelinci dan melihat seberapa besar tingkat risiko yang ditimbulkan dari faktor-faktor produksi tersebut.

Analisis Model Just And Pope

Just dan Pope mengembangkan model umum untuk penanganan risiko produksi ekonometri dan digunakan untuk menganalisis faktor produksi namun tidak mengabaikan tingkat risiko yang kemungkinan akan terjadi pada produksi tersebut yang dapat menyebabkan kesalahan dalam perhitungan. Model Just dan Pope menggunakan faktor produksi untuk menganalisis tingkat risiko yang dihadapi oleh pelaku usaha. Dimana penggunaan faktor-faktor produksi tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap produksi. Faktor produksi yang digunakan dapat menjadi faktor yang dapat menimbulkan risiko produksi maupun dapat menjadi faktor yang dapat mengurangi risiko produksi. Dalam model Just dan Pope memasukkan unsur error agar unsur risiko dapat diperhitungkan dalam analisis produksi sehingga tingkat kesalahan dalam perhitungannya menjadi kecil. Konsep dasar yang diperkenalkan oleh Just dan Pope adalah untuk membangun fungsi produksi sebagai jumlah dari dua komponen, satu berkaitan dengan tingkat output, dan satu yang berkaitan dengan variabilitas output. Penggunaan model Just dan Pope adalah fungsi produksi rata-rata (means production function) dan

Page 38: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

24  

fungsi variance (variance production function), yang masing-masing fungsi tersebut dipengaruhi oleh penggunaan variabel-variabel produksi tersebut sehingga fungsi variance dan produksi diketahui. Persamaan model fungsi risiko produksi Just dan Pope secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Y = f(X,β) + h(X,θ)є

Dimana : Y = Jumlah produksi yang dihasilkan f,h = Mentransformasikan faktor-faktor produksi ke dalam hasil produksi X = Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi β,θ = Besaran/koefisien yang akan diduga є = Unsur error

Pada fungsi produksi di atas merupakan terdiri dari dua gabungan fungsi,

yaitu fungsi produksi output (means production function) yang mentransformasikan variabel-variabel input menjadi fungsi produksi dan satu lagi adalah fungsi produksi yang telah ditambahkan unsur risikonya, yaitu dengan memperhatikan unsur variance dari fungsi produksi tersebut. Untuk menyelesaikan perhitungan fungsi produksi dan variance dari produksi tersebut dalam bentuk fungsi Cobb Douglass.

Dalam dunia ekonomi, pendekatan Cobb-Douglass merupakan bentuk fungsional dari fungsi produksi secara luas digunakan untuk mewakili hubungan output untuk input. Sehingga model fungsi produksi Just dan Pope secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Fungsi Produksi Y = f (X)..............(1)

Ln Y = Lnβ0 + β1LnX1 + β2LnX2 + β3LnX3 + β4LnX4 + β5LnX5 + β6LnX6 + є

Varian Produksi 2 = f (X).............(2) Ln 2 Y = Lnθ0 + θ1LnX1 + θ2LnX2 + θ3LnX3 + θ4LnX4 + θ5LnX5 + θ6LnX6 + є

Dimana : Y = Produksi kelinci (ekor) X1 = Jumlah indukan kelinci (ekor) X2 = Pakan Hijauan (Kg) X3 = Pakan Konsentrat (Kg) X4 = Obat-obatan (ml) X5 = Tenaga Kerja (HOK) X6 = Luas Kandang (m2) Lnβ0 = Konstanta Lnθ0 = Variance intercept β1, β2, β3,... β6 = Koefisien parameter dugaan X1,X2, X3,...X6 θ1, θ2, θ3,.... θ6 = Koefisien parameter dugaan X1, X2, X3,.....X6 є = Unsur error

Faktor-faktor produksi yang digunakan di atas menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi. Jika koefisien-koefisien dari parameter dugaan dari fungsi produksi dan varian lebih besar dari nol artinya semakin banyak input yang

Page 39: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

25  

digunakan untuk proses produksi maka rata-rata hasil dan varian produksi akan semakin meningkat. Dan jika terdapat coefisien variance bertanda negatif maka input tersebut adalah faktor produksi yang mengurangi risiko dan jika koefisien variansnya bertanda positif maka input tersebut adalah sebagai faktor produksi yang menimbulkan risiko.

Model ARCH GARCH

Risiko pada umumnya berhubungan dengan adanya suatu perubahan dalam setiap periode sehingga risiko produksi menggambarkan adanya fluktuasi produksi yang dialami peternak kelinci. Menurut Fariyanti (2008) fluktuasi tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan model General Autoregressive Conditional heteroscedasticity (GARCH). Model tersebut dapat mengakomodasi variance error dan error kuadrat periode sebelumnya dalam menganalisis risiko. Model yang digunakan adalah Model GARCH (1,1). Risiko produksi diperoleh dengan melakukan pendugaan terhadap fungsi produksi dan variance error. Model GARCH dapat dirumuskan sebagai berikut :

ht = k + δ1ht-1 + δ2ht-2 +…. +δrht-r + α1ε2

t-1 + α2ε2t-2 + ………… + αmε2

t-m Dimana : ht = Variabel respon pada waktu t k = Varians yang konstan ε2

t-m = Arch/volatilitas pada periode sebelumnya α, α1, α2,… αm = Koefisien orde m yang diestimasikan δ, δ1, δ2,….. δr = Koefisien orde r yang diestimasikan ht-r = Suku Garch

Pengujian Hipotesis

pengujian hipotesa yang dilakukan adalah untuk melihat tingkat kesesuaian model dalam memprediksi variabel dependent. Untuk itu, diperlukan pengujian asumsi OLS, parameter model, dan parameter variabel. 1. Pengujian Asumsi OLS

Metode Ordinary Least Square (OLS) dapat menduga koefisien model. Model dugaan yang telah memenuhi asumsi OLS akan bersifat Best Linear, Unbiased Estimotor (BLUE) yang artinya diantara penduga linear lainnya, penduga OLS memiliki ragam terkecil dan konsisten (semakin besar ukuran sampel maka koefisien model dugaan akan semakin mendekati koefisien yang sebenarnya). Adapun asumsi OLS yang dimaksud, yaitu model linear dalam koefisien, tidak terdapat multikolinier diantara variabel independent, dan komponen error tidak berpola (acak), menyebar normal dengan nilai tengah nol, ragamnya homogen (homokedastisitas), dan tidak terdapat autokorelasi.

Multikolinier variabel independent adalah kondisi dimana terdapat hubungan linear diantara variabel independent. Cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinear dalam model adalah dengan menggunakan kriteria Variance Inflation Factor variabel independent ke-j (VIFxj). Jika nilai VIFxj > 10 maka disimpulkan terdapat masalah multikolinier. 2. Pengujian Parameter Model (Uji F)

Page 40: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

26  

Pemeriksaan akurasi model dapat dilakukan dengan menggunakan uji hipotesa. Tujuan dari uji hipotesa ini adalah untuk memeriksa apakah model yang dipakai signifikan berdasarkan data yang digunakan. Hipotesa tersebut diuji dengan statistik uji yang dinyatakan sebagai berikut: • Hipotesis

H0: β1 = β2 = … = βj = … = βk = 0 H1: Minimal ada satu slope (β) yang ≠ 0

• Uji statistik Fhit = MSRegression MSError

• Kriteria uji: Fhit > Ftabel (V1=k, V2=n-k-1) atau Sig < maka tolak H0 Fhit < Ftabel (V1=k, V2=n-k-1) atau Sig > maka terima H0

Apabila hasil output yang didapat berupa Fhit > Ftabel (V1=k, V2=n-k-1) atau Sig < , maka model dugaan yang diperoleh secara statistik signifikan untuk memprediksi variabel dependent (Y) pada taraf nyata . 3. Pengujian Parameter Variabel (Uji t)

Apabila model dugaan disimpulkan telah signifikan, maka perlu diuji lebih lanjut, variabel independent mana saja yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent. Untuk memeriksa hal tersebut dapat dilakukan melalui uji hipotesis statistik yang dinyatakan sebagai berikut: • Hipotesis:

H0 : βi, θi < 0, artinya variabel bebas merupakan penjelas yang mengurangi produksi dan mengurangi risiko produksi terhadap variabel terikat

H1 : βi, θi > 0, artinya variabel bebas penjelas yang meningkatkan produksi dan menimbulkan risiko produksi terhadap variabel terikat

• Uji statistik: Fungsi Produksi Rata-rata

t =               

Dimana : βi = Koefisien regresi ke-i yang diduga Sβi = Standar deviasi dari βi

 Fungsi Produksi Variance

t = θ              θ  

Dimana : θi = Koefisien regresi ke-i yang diduga Sθi = Standar deviasi dari θi

• Kriteria uji Thit > Tα (df=n-k-1) atau sig < α maka tolak H0 Thit < Tα (df=n-k-1) atau sig > α maka terima H0

Apabila hasil perhitungan output menunjukkan Thit > Tα (df=n-k-1) atau

sig < α, maka tolak H0, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independent berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent.

Page 41: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

27  

Hipotesis

Penelitian ini menggunakan dua hipotesis fungsi produksi, yaitu hipotesis fungsi produksi rata-rata dan hipotesis risiko produksi. 1. Hipotesis Fungsi Produksi Rata-rata

Hipotesis ini digunakan untuk menggambarkan bahwa semua faktor produksi yang ada berpengaruh positif terhadap rata-rata hasil produksi kelinci. a. Induk Kelinci (X1)

Jika β1 > 0 artinya semakin banyak induk kelinci yang digunakan maka rata-rata hasil produksi akan meningkat satu satuan.

b. Pakan Rumput (X2) Jika β2 > 0, artinya semakin banyak pakan rumput yang digunakan maka rata-rata hasil produksi akan meningkat satu-satuan.

c. Pakan Konsentrat (X3) Jika β3 > 0, artinya semakin banyak pakan konsentrat yang digunakan maka rata-rata hasil produksi akan meningkat satu-satuan.

d. Obat-obatan (X4) Jika β4 > 0, artinya semakin banyak obat-obatan yang digunakan maka rata-rata hasil produksi akan meningkat satu-satuan.

e. Tenaga Kerja (X5) Jika β5 > 0, artinya semakin banyak tenaga kerja yang digunakan maka rata-rata hasil produksi akan meningkat satu-satuan.

f. Luas Kandang (X6) Jika β6 > 0, artinya semakin luas kandang yang digunakan maka rata-rata hasil produksi akan meningkat satu-satuan.

2. Hipotesis Fungsi Produksi Varian Hipotesis ini digunakan untuk menggambarkan bahwa faktor-faktor

produksi yang digunakan berpengaruh positif terhadap varians produksi atau risiko produktivitas. a. Induk Kelinci (X1)

Jika θ1 < 0, artinya semakin banyak induk kelinci yang digunakan maka akan menurunkan varians produksi atau risiko produksi satu-satuan. Hal ini karena, semakin banyak induk kelinci maka jumlah anakan kelinci pun semakin banyak.

b. Pakan hijauan (X2) Jika θ2 > 0, artinya semakin banyak pakan rumput yang digunakan maka akan meningkatkan varians produksi atau risiko produksi satu-satuan. Hal ini karena sisa pakan hijauan yang tertinggal di dalam kandang susah dibersihkan sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit.

c. Pakan Konsentrat (X3) Jika θ3 < 0, artinya semakin banyak pakan konsentrat yang digunakan maka akan menurunkan varians produksi atau risiko produksi satu-satuan. Hal ini karena pemberian pakan konsentrat mudah dibersihkan sehingga tidak mencemari kandang.

d. Obat-obatan (X4) Jika θ4 > 0, artinya semakin banyak obat-obatan yang digunakan maka akan meningkatkan varians produksi atau risiko produksi satu-satuan. Hal ini

Page 42: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

28  

karena diindikasikan pemberian obat-obatan tidak sesuai dengan dosis pemberian.

e. Tenaga Kerja (X5) Jika θ5 > 0, artinya semakin banyak tenaga kerja yang digunakan maka akan meningkatkan varians produksi atau risiko produksi satu-satuan. Hal ini karena sifat dasar kelinci yang mudah stres jika terlalu banyak campur tangan manusia.

f. Luas Kandang (X6) Jika θ6 > 0, artinya semakin luas kandang yang digunakan maka akan meningkatkan varians produksi atau risiko produksi satu-satuan. Hal ini karena diindikasikan semakin luas kandang yang dimiliki maka proses pembersihannya semakin jarang sehingga kotoran menumpuk dan dapat menimbulkan penyakit.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Gunung Mulya

Lokasi penelitian berada di Desa Gunung Mulya yang termasuk ke dalam wilayah pembangunan Bogor Barat, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor dengan jarak 5 km dari pusat pemerintahan Kecamatan Tenjolaya dan 40 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Bogor. Desa Gunung Mulya merupakan daerah bentukan baru yang berasal dari pemekaran Desa Gunung Malang pada tahun 2011. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa Gunung Mulya, batas wilayah daerah ini adalah sebagai berikut dan dapat dilihat gambarnya pada Lampiran 3: Sebelah Utara : Desa Situ Daun Sebelah Selatan : Desa Gunung Mulya Sebelah Barat : Desa Tapos I Sebelah Timur : Desa Tapos II

Adapun luas wilayah yang dimiliki Desa Gunung Mulya menurut Laporan Potensi Desa Gunung Mulya seluas 385 ha, dengan rincian penggunaan tanah untuk tanah sawah yaitu, irigasi teknis 67 ha, irigasi setengah teknis 118 ha, irigasi sederhana 4 ha, dan tadah hujan 17 ha. Penggunaan untuk lahan kering yaitu, pemukiman 61 ha, perkarangan 135 ha, dan tegalan/kebun 18 ha. Penggunaan untuk lahan basah yaitu sebesar 224 ha yang dipergunakan untuk kolam atau empang dan 5 ha dipergunakan sebagai tanah untuk pemakaman.   Wilayah Desa Gunung Mulya berada pada ketinggian 600 mdpl dengan kelembaban suhu rata-rata 27-32 oC dan bentuk wilayah yang berbukit atau bergunung-gunung dengan tingkat kemiringan 25 derajat. Bentuk wilayah Desa Gunung Mulya tersebut cocok untuk dilakukan usaha berbagai jenis tanaman pangan, holtikultura dan pemeliharaan ternak.

Page 43: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

29  

Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian

Pada tahun 2012, penduduk Desa Gunung Mulya berjumlah 6 764 jiwa yang terdiri dari 3 274 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 3 490 jiwa berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan data tersebut, penduduk Desa Gunung Mulya lebih didominasi oleh kaum perempuan dengan persentase sebesar 51.60 persen sedangkan persentase penduduk laki-laki hanya 48.40 persen.

Tingkat pendidikan penduduk merupakan suatu hal yang sangat penting untuk kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan suatu daerah. Tingkat pendidikan yang baik akan berpengaruh pula dengan tingginya kualitas sumber daya manusia yang dimiliki daerah tersebut karena semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai maka semakin tinggi kemampuan ekonomi, sosial, dan budaya serta kemampuan sumber daya manusianya. Tingkat pendidikan di Desa Gunung Mulya dapat digolongkan menjadi beberapa jenjang pendidikan diantaranya adalah belum sekolah, tidak pernah sekolah, tidak tamat SD, SLTP dan SLTA, dan tamat SD, SLTP, SLTA, D1, D2 D3 S1 dan S2.

Berdasarkan data terakhir yang diperoleh, umumnya penduduk Desa Gunung Mulya sebanyak 29.64 persen belum mengenal bangku sekolah karena masih berusia 0-4 tahun dan 23.70 persen tamat SLTP/sederajat. Kondisi tingkat pendidikan masyarakat Desa Gunung Mulya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah penduduk Desa Gunung Mulya berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2012

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 Belum Sekolah 728 29.642 Tidak Tamat SD/Sederajat 40 1.633 Tamat SD/Sederajat 538 21.914 Tidat Tamat SLTP/Sederajat 7 0.285 Tamat SLTP/Sederajat 582 23.706 Tidak Tamat SLTA/Sederajat 50 1.037 Tamat SLTA 442 18.008 Diploma (D1, D2, D3) 66 2.699 Sarjana (S1, S2) 3 1.12

Jumlah Penduduk 2 456 100.00Sumber: Laporan Potensi Desa Gunung Mulya 2012 (diolah)   Beternak kelinci umumnya hanya dijadikan pekerjaan sampingan oleh masyarakat Desa Gunung Mulya, sedangkan mayoritas penduduk di Desa Gunung Mulya bermata pencaharian sebagai pedagang sebanyak 1 852 jiwa atau 32.34 persen. Kondisi penduduk Desa Gunung Mulya berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat dalam Tabel 7.

Page 44: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

30  

Tabel 7 Jumlah penduduk Desa Gunung Mulya berdasarkan mata pencaharian tahun 2012

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 Petani 503 8.78 2 Pemilik Tanah 1 515 26.45 3 Petani Penggarap 862 15.05 4 Buruh Tani 343 6.00 5 Pengrajin 350 6.11 6 Buruh Bangunan 270 4.71 7 Pedagang 1 852 32.34 8 Pengemudi 25 0.44 9 Pegawai Negeri Sipil 7 0.12

Jumlah Penduduk 5 727 100.00 Sumber: Laporan Potensi Desa Gunung Mulya 2012 (diolah) Sejak puluhan tahun silam, kelinci sudah bertebaran di setiap perkarangan rumah warga, bahkan hingga masuk ke dalam rumah. Pencanangan Kampung Kelinci di Desa Gunung Mulya, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor ini didasari oleh potensi wilayah tersebut yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai peternak kelinci. Pencanangan ini bertujuan untuk mempromosikan potensi dan peluang usaha ternak kelinci sebagai hewan peliharaan dan penyedia daging.

Potret Bisnis Kelinci Desa Gunung Mulya

Usaha ternak kelinci umumnya dijadikan sebagai usaha sampingan oleh para peternak yang umumnya bekerja sebagai pedagang dan petani sayuran. Usaha beternak kelinci biasanya dilakukan tidak jauh dari rumah responden dengan membuat bangunan kandang di sebelah rumahnya. Hal ini bertujuan agar mudah memantau ternak kelincinya dan menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Jenis kelinci yang digunakan dalam budidaya kelinci di Desa Gunung Mulya adalah jenis kelinci hias jenis lokal dan kelinci hias jenis luar, seperti Anggora, Lion, Rex, dan Satin. Namun, yang banyak dibudidayakan adalah kelinci hias jenis lokal karena harga bibit indukannya lebih murah jika dibandingkan dengan kelinci hias jenis luar. Untuk harga indukan jenis lokal Rp75 000 sampai Rp100 000 per ekornya, sedangkan harga indukan jenis luar berkisar Rp150 000 sampai Rp500 000 per ekor. Harga anakan antara jenis kelinci hias lokal dengan jenis luar pun terdapat perbedaan. Untuk anakan kelinci hias lokal dihargai Rp15 000 dan harga anakan kelinci hias jenis luar berkisar Rp75 000 sampai Rp100 000 per ekor.

Jika dibandingkan harga anakan kelinci hias lokal dengan kelinci hias luar ada perbedaaan harga yang sangat jauh. Karena itu, umumnya peternak mengawinkan secara silang antara betina lokal dengan pejantan luar untuk mendapatkan anakan yang memiliki bentuk, bulu, dan penampakan yang lebih menarik. Untuk harga anakan silang ini Rp30 000 per ekor.

Page 45: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

31  

Pakan yang digunakan peternak adalah pakan hijauan dan pakan konsentrat. Pakan hijauan berupa rerumputan dan daun ubi yang dapat dicari sendiri di sekitar lingkungan peternak. Rata-rata pemberian pakan hijauan untuk kelinci berkisar 800 – 1.5 kg per ekor untuk satu hari sehingga umumnya peternak selalu menyediakan 2 – 3 karung pakan hijauan tiap harinya di mana tiap karung tersebut berisi 20 kg. Pemberian pakan konsentrat bertujuan untuk memenuhi nutrisi protein yang tidak didapat dari pakan hijauan yang berupa serat. Untuk mendapatkan pakan hijauan, peternak harus membelinya di Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) dengan harga Rp4 500/kg. Budidaya kelinci hias dianggap lebih menguntungkan daripada budidaya kelinci potong, karena bagi peternak menjual anakan kelinci yang berumur 1 bulan lebih mudah dan cepat untuk mendapatkan uang. Beda halnya jika menjual kelinci potong. Kelinci yang dijadikan sebagai kelinci potong atau kelinci pedaging membutuhkan waktu panen yang cukup lama sekitar 4 bulan. Karena itu, peternak di Desa Gunung Mulya banyak yang memilih membudidayakan kelinci hias. Prospek pasar kelinci hias pun dinilai cukup baik karena banyak permintaan pasar yang masih belum dapat dipenuhi oleh peternak. Umumnya ketika masa liburan sekolah, permintaan kelinci hias di daerah wisata meningkat. Kelinci hias banyak dipasarkan di daerah wisata seperti Kebun Raya Bogor, puncak, Pasar Cibinong, dan pasar Leuwiliang.

Gambaran Umum Peternak Kelinci Desa Gunung Mulya

Desa Gunung Mulya yang merupakan wilayah pemekaran Desa Gunung Malang memiliki komunitas ternak kelinci yang sudah turun temurun. Ketika itu, kelinci hanya dipelihara di perkarangan rumah secara bebas tanpa diberikan kandang karena saat itu kelinci bukan merupakan komoditas yang diperjualbelikan, namun hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi protein keluarga peternak saja. Sejak tahun 1990-an, para peternak kelinci yang berada di desa tersebut mulai membuat kandang secara tradisonal dengan tujuan untuk membudidayakan kelinci secara komersil untuk diperjualbelikan sebagai mata pencaharian.

Sejak pertengahan tahun 2009, peternak mulai dibimbing untuk mewujudkan Kelompok Tani Ternak Kelinci agar dapat menjadi wadah bersama dalam menjalankan kegiatan usaha ternak kelinci, pusat informasi, akses pemasaran dan pembinaan/pemberdayaan kelembagaan usaha tani ternak kelinci, dan meningkatkan kesejahteraan peternak. Hingga kini seluruh peternak yang ada menjadi anggota aktif dan memperoleh binaan dari Koperasi Peternak Kelinci. Saat ini terdapat empat kelompok tani yang berada dalam binaan Koperasi Peternak Kelinci yang ada di Desa Gunung Mulya, yaitu Kelompok Tani Budi Asih, Kelompok Tani Watak, Kelompok Tani Bina Tani Lestari, dan Kelompok Tani Cimanggu.

Karakteristik Peternak Responden

Petani responden dalam penelitian ini adalah peternak kelinci yang terdapat di Desa Gunung Mulya sebagai pusat pengembangan ternak kelinci.

Page 46: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

32  

Responden yang dipilih adalah peternak kelinci yang melakukan budidaya kelinci hias, dimana pemanenan dilakukan setiap bulan dalam dua siklus. Siklus pertama pada bulan Desember sampai Januari dan siklus kedua pada bulan Februari sampai Maret 2013. Hal ini dilakukan karena mempertimbangkan kesamaan waktu serta keseragaman dengan tujuan untuk mendapatkan hasil wawancara atau informasi yang lebih akurat. Beberapa karakteristik responden yang dianggap penting meliputi umur, pendidikan, serta pengalaman dalam beternak kelinci. Karakteristik tersebut dianggap penting karena mempengaruhi pelaksanaan dalam beternak.

Umur

Berdasarkan karakteristik umur, peternak kelinci di Desa Gunung Mulya dapat dikelompokkan menjadi enam kelompok umur. Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa peternak umumnya berada pada kategori usia produktif. Sebesar 36.67 persen peternak kelinci berada dalam rentang umur 31 – 40 tahun. Berdasarkan perolehan data tersebut peternak masih mempunyai kekuatan fisik yang memadai dan semangat yang tinggi sehingga dapat melakukan kegiatan berternak dengan baik.

Tabel 8 Sebaran umur responden peternak kelinci Desa Gunung Mulya

No. Kelompok umur (tahun) Jumlah responden (orang) persentase (%)

1 <20 0 0.00 2 21-30 7 23.33 3 31-40 11 36.67 4 41-50 9 30.00 5 51-60 3 10.00 6 >61 0 0.00

Jumlah 30 100 Pendidikan

Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh dalam pelaksanaan kegiatan usahatani ternak, baik terhadap cara pengelolaan secara teknis ataupun terhadap manajemen kegiatan usaha ternak dan dalam penyerapan teknologi baru. Dengan melihat tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan para peternak mampu menjalankan kegiatan berternaknnya dengan lebih baik dan efisien karena didukung oleh pengetahuan dan wawasan yang semakin luas.

Jika dilihat berdasarkan pendidikan formal dalam Tabel 9 mengenai tingkat pendidikan peternak responden, dapat dibagi menjadi empat tingkatan pendidikan, yaitu SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Sebanyak 73.33 persen peternak responden berpendidikan SD, sebesar 20 persen merupakan lulusan SMP, sebesar 6.67 persen merupakan lulusan SMA. Dengan demikian, seluruh peternak responden telah menempuh pendidikan formal minimal dalam jenjang sekolah dasar.

Page 47: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

33  

Tabel 9 Tingkat pendidikan responden peternak kelinci Desa Gunung Mulya No. Tingkat pendidikan Jumlah responden (Orang) persentase (%) 1 SD 22 73,.30 2 SMP 6 20.00 3 SMA 2 6.67 4 Perguruan tinggi 0 0.00

Jumlah 30 100 Pengalaman Beternak     Pengalaman dalam beternak dapat mempengaruhi kemampuan dalam mengelola ternak, dengan pengalaman yang cukup lama peternak memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap usaha ternak yang dijalankannya. Berdasarkan pengalaman berternak yang dapat dilihat dalam Tabel 10, peternak responden umumya memiliki rata-rata pengalaman berternak lima tahun. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebesar 56.67 persen peternak telah berpengalaman selama lima tahun, sebesar 33.33 persen peternak mempunyai pengalaman selama enam sampai sepuluh tahun, selama sebelas hingga lima belas tahun sebanyak 33.33 persen, enam belas hingga dua puluh tahun sebanyak 33.33 persen, dan 21-25 tahun sebanyak 33.33 persen. Dari sebaran data peternak responden dapat dikatakan bahwa peternak kelinci umumnya memiliki pengalaman beternak belum cukup lama. Hal ini dapat dilihat bahwa peternak mulai menjadikan kelinci sebagai komoditas ternak kurang lebih sepuluh tahun terakhir. Terdapat beberapa peternak responden yang memiliki pengalaman beternak selama lebih dari dua puluh tahun. Responden ini beternak sejak usia muda mengikuti orangtuanya dan pada saat itu komoditi kelinci belum dijadikan sebagai hewan ternak. Kelinci hanya dijadikan sebagai pemenuhan kebutuhan protein keluarga dan hanya dipelihara di perkarangan rumah. Tabel 10 Sebaran pengalaman berternak responden peternak kelinci

No. Pengalaman beternak (tahun) Jumlah responden (orang) persentase (%)

1 0 sampai 5 17 56.67 2 6 sampai 10 10 33.33 3 11 sampai 15 1 3.33 4 16 sampai 20 1 3.33 5 21 sampai 25 1 3.33

Jumlah 30 100

Page 48: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

34  

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI TERNAK KELINCI

Risiko produksi yang terjadi dalam usaha peternakan kelinci dapat meyebabkan peternak mengalami fluktuasi produksi. Karena itu, pada penelitian ini dilakukan analisis risiko produksi dengan menggunakan model Generalized Autoregressive Conditional Heterocedasticity atau GARCH (1,1) yang sudah mengakomodasi pendugaan secara sekaligus untuk fungsi produksi rata-rata (mean production function) dan variance (variance production function).

Sebelum menggunakan model GARCH diperlukan pengujian metode analisis regresi untuk mengetahui bahwa data yang digunakan apakah mengadung masalah klasik seperti multikolinearitas, autokerelasi dan heteroskedastisitas. Berdasarkan Tabel 11. menunjukkan bahwa data yang digunakan tidak mengandung multikolinearitas karena dilihat dari nilai VIF < 10, hal ini berarti tidak terdapat hubungan linear diantara variabel independent. Jika terjadi pelanggaran multikolinear maka dilakukan penggabungan atau penghilangan variabel sampai tidak terdapat multikolinearitas. Hasil regresi dengan menggunakan Minitab14 tersebut dapat dilihat dalam Lampiran 4.

Tabel 11 Pengujian multikolinearitas antar variabel independent Predictor Coef SE Coef T P VIF

Constant -1.897 1.377 -1.38 0.174 LNX1 0.79014 0.07594 10.41 0.000a 1.2 LNX2 0.3852 0.1761 2.19 0.033a 1.3 LNX3 0.12460 0.06236 2.00 0.051b 1.1 LNX4 -0.28508 0.077277 -3.86 0.000a 1.5 LNX5 0.1750 0.3089 0.57 0.573 1.4 LNX6 0.0278 0.1020 0.27 0.786 1.5 aSignifikan pada taraf nyata 5% bSignifikan pada taraf nyata 10% Setelah dilakukan uji variabel maka dilakukan uji lainnya untuk melihat persamaan yang dihasilkan mengandung heteroskedistisitas. Untuk melihat ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey, pada hasil tersebut probability Obs*R-squared > dari taraf nyata. Selanjutnya setelah semua variabel tidak terdeteksi adanya multikolinearitas, maka dilanjutkan dengan pengujian pendugaan GARCH (1,1). Berdasarkan hasil pendugaan GARCH (1,1) yang dapat dilihat dalam Lampiran 5 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 71.48 persen. Nilai koefisien determinasi tersebut memiliki arti bahwa sebesar 71.48 persen dari keragaman atau varians produksi dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh model, sedangkan sisanya 28.52 persen dapat dijelaskan oleh komponen error atau fakor-faktor lain di luar model. Faktor-faktor tersebut seperti adanya ketidakpastian cuaca, gangguan hama dan penyakit. Dengan nilai R2 sebesar

Page 49: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

35  

71.48 persen artinya model tersebut sudah mampu menjelaskan pengaruh penggunaan input terhadap produksi dan pengaruh risiko produksi sebelumnya terhadap risiko produksi musim tertentu. Risiko produksi musim sebelumnya ditunjukkan oleh error kuadrat musim sebelumnya (ε2

t-1) dan variance error musim (δ2

t-1). Sedangkan risiko produksi musim tertentu ditunjukkan oleh variance error musim tertentu (δ2

t). Selain itu, hasil pendugaan tersebut juga menunjukkan bahwa data yang digunakan tidak mengandung autokorelasi, karena nilai statistik Durbin Watson terletak diantara 2 < DW < 4-du Selain berdasarkan nilai koefisien determinan (R2), evaluasi model dugaan juga dilakukan uji signifikansi model dugaan dengan menggunakan uji F. Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi kelinci. Statistik Uji F menunjukkan bahwa nilai Prob (Fstatistic) sebesar 0.000000 yang lebih kecil dari taraf nyata α lima persen. Maka artinya model dugaan yang diperoleh secara statistik signifikan untuk memprediksi variabel dependent (Y) pada taraf nyata α, dengan kata lain semua faktor produksi yang digunakan dalam usaha ternak kelinci secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi dan variance produksi kelinci pada taraf nyata lima persen.

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ternak Kelinci

Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari enam variabel, yaitu indukan (X1), pakan hijauan (X2), pakan konsentrat (X3), obat-obatan (X4), tenaga kerja (X5), dan luas kandang (X6). Analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelinci dapat dijelaskan berdasarkan hasil pendugaan persamaan fungsi produksi rata-rata (mean production function). Hasil pendugaan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 12.

Tabel 12 Hasil pendugaan persamaan fungsi produksi rata-rata ternak kelinci di Desa Gunung Mulya tahun 2013

Variabel Koefisien Std. Error z-Statistik Peluang C -1.749566 0.790171 -2.214161 0.0268a

Indukan (X1) 0.809979 0.038440 21.51447 0.0000a

Pakan hijauan (X2) 0.396848 0.037631 3.315537 0.0009a

Pakan konsentrat (X3) 0.140397 0.050712 2.768518 0.0056a

Obat-obatan (X4) -0.266816 0.051076 -5.223947 0.0000a

Tenaga kerja (X5) 0.076093 0.223670 0.340202 0.7337Luas kandang (X6) 0.022858 0.072071 0.317152 0.7511aSignifikan pada taraf nyata 5%

Tabel 12 menunjukkan bahwa masing-masing faktor produksi memiliki

pengaruh yang berbeda-beda terhadap produksi kelinci. pengaruh tersebut dapat dilihat berdasarkan peluang dan tanda parameter koefesien hasil pendugaan persamaan fungsi produksi.

Page 50: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

36  

Indukan (X1) Hasil pendugaan parameter persamaan fungsi produksi rata-rata

menunjukkan bahwa variabel indukan memiliki tanda positif, hal ini menandakan bahwa sesuai dengan hipotesa, semakin banyak indukan yang digunakan dan dimiliki oleh peternak maka produksi kelinci akan semakin meningkat. Nilai koefesien parameter penggunaan indukan bernilai positif sebesar 0.809979, artinya jika terjadi penambahan indukan sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi anakan kelinci sebesar 0.809979 persen dengan asumsi semua variabel lain tetap (cateris paribus). Berdasarkan nilai peluangnya variabel indukan mempunyai nilai peluang sebesar 0.0000. Nilai peluang tersebut berada di bawah taraf nyata satu persen sehingga variabel indukan berpengaruh nyata terhadap produksi kelinci.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, proses perkawinan dapat dilakukan tiap pagi dan malam dengan cara memasukan kelinci betina ke kandang pejantan. Setelah perkawinan dianggap berhasil kelinci betina dikembalikan lagi ke kandangnya hingga sampai melahirkan. Satu indukan kelinci yang masih dalam umur reproduksi (1-3 tahun) mampu menghasilkan anakan kelinci 6-8 ekor per kelahiran bahkan ada beberapa peternak responden yang pernah mengalami kelahiran sebanyak 10 ekor anakan dan tidak jarang juga dijumpai kelahiran yang kurang dari empat ekor anakan kelinci dikarenakan faktor umur indukan kelinci yang tidak muda lagi dan gizi induk yang kurang.

Umumnya peternak responden tidak mengetahui umur pasti indukan kelinci yang mereka miliki. Jika indukan kelinci sudah beberapa kali melahirkan di bawah empat ekor anakan berarti kelinci tersebut sudah tua dan nantinya akan dijual oleh peternak dan digantikan dengan indukan yang baru dengan cara pembesaran indukan sendiri atau membeli dari peternak lain. Sehingga jika semakin banyak peternak kelinci memiliki indukan betina maka produksi anakan kelinci yang akan dihasilkan pun akan semakin banyak.

Pakan Hijauan (X2)

Pakan hijauan merupakan pakan utama dari ternak kelinci. Variabel pakan hijauan memiliki nilai peluang di bawah taraf nyata satu persen, yaitu sebesar 0.0009. Hal ini menandakan bahwa pakan hijauan merupakan variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi kelinci. Jika dilihat dari nilai koefisien variabel pakan hijauan memiliki nilai positif dan bernilai 0.396848. Hal ini menunjukkan semakin banyak pakan hijauan yang digunakan maka produksi kelinci akan semakin meningkat, sehingga sesuai dengan hipotesa jika setiap penambahan pakan hijauan satu persen maka akan meningkatkan produktivitas kelinci sebesar 0.396848 persen (cateris paribus).

Pakan hijauan sebagai makanan pokok bagi kelinci lazim diberikan oleh peternak kelinci tradisional. Pakan hijauan dibutuhkan oleh kelinci karena mengandung serat. Pakan hijauan yang diberikan seperti rerumputan dan daun-daunan yang ada di lingkungan sekitar peternak. Rerumputan yang diberikan untuk kelinci berbeda dangan rerumputan yang diberikan kepada sapi dan kambing. Rerumputan yang baik bagi kelinci adalah rerumputan yang kecil dan halus sehingga tidak melukai mulut kelinci ketika sedang mengunyahnya. Dedaunan yang biasa diberikan oleh peternakan adalah daun-daun umbian. Pakan hijauan yang berupa rumput dan daunan sebelum diberikan kepada kelinci biasa

Page 51: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

37  

dilayukan dulu oleh para peternak untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada pakan tersebut. Menurut Sarwono (2010), proses pelayuan selain untuk mempertinggi kadar serat kasar, juga dapat menghilangkan getah atau racun yang dapat menimbulkan kejang-kejang atau mencret.

Kelinci termasuk hewan yang aktif waktu malam hari sehingga pakan waktu malam diberikan lebih banyak. Malam hari, peternak memberikan pakan hijauan tersebut kepada kelinci. Peternak responden dalam memberikan pakan hijauan tidak pernah mengukur berapa jumlah yang diberikan kepada tiap ekor kelinci tetapi hanya dibagi rata saja sesuai dengan jumlah kelinci yang dimiliki. Umumnya satu ekor kelinci dapat memakan 8 ons-1.5 Kg pakan hijauan (Sarwono 2010). Kelinci dengan pakan dan gizi yang terpenuhi dengan baik akan meningkatkan tingkat reproduksinya.

Mengingat peternak menggunakan program intensif, maka kecukupan pakan hijauan sebagai pakan utama sangat dibutuhkan oleh kelinci. Jika tidak, maka kelinci akan kekurangan gizi dan air susu yang dihasilkan untuk anak-anaknya akan berkurang dan dapat menyebabkan keguguran. Karena pada program ini, induk kelinci dikawinkan kembali setelah melahirkan dan akan mengalami masa laktasi yang berat karena pada waktu yang bersamaan induk kelinci sedang bunting. Bahkan kelinci juga dapat mengalami stress jika pakan yang diasupnya tidak mencukupi kebutuhannya.

Pakan Konsentrat (X3)

Pakan konsentrat adalah bahan pakan dengan nutrisi tinggi. Konsentrat dalam peternakan kelinci berfungsi untuk meningkatkan nilai gizi pakan dan mempermudah penyediaan pakan. Dalam proses produksi ternak kelinci di lapangan, peternak responden menggunakan konsentrat sebagai makanan tambahan dan makanan pengganti di saat sulit mendapatkan hijauan yang baik ketika musim hujan.

Variabel pakan konsentrat memiliki tanda koefisien positif. Hal ini menandakan bahwa semakin banyak pakan konsentrat yang diberikan maka produksi kelinci akan semakin meningkat. Jika dilihat dari nilai koefisennya sebesar 0.140397, artinya setiap penambahan pemberian pakan konsentrat sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi kelinci sebesar 0.140397 persen (cateris paribus). Berdasarkan dengan nilai peluangnya, variabel pakan konsentrat memiliki nilai peluang sebesar 0.0056. Nilai peluang variabel pakan konsentrat di bawah satu persen, hal ini menandakan bahwa variabel pakan konsentrat berpengaruh nyata terhadap produksi kelinci.

Kebutuhan rata-rata pelet atau pakan konsentrat untuk kelinci dewasa dapat mencapai 100-140 gram per hari (Manshur 2009). Namun yang terjadi di lapangan adalah pepara peternak hanya baru mampu menyediakan setengah kebutuhan pakan konsentrat untuk kelinci selain itu, pemberian pakan konsentrat tidak dilakukan setiap hari sehingga kebutuhan nutrisi kelinci menjadi kurang. Peternak responden memberikan pakan konsentrat yang berbentuk pelet ini sesuai dengan kemampuan peternak sendiri karena harga pakan konsentrat yang dirasa belum cukup ekonomis bagi peternak.

Page 52: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

38  

Obat-obatan (X4) Penyakit yang biasa menyerang kelinci adalah kudis (scabies), mencret,

cacingan, pneumonia, dan kembung. Obat-obatan yang digunakan pada peternakan kelinci, yaitu Ivomec dan Biosan. Ivomec merupakan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit kudis (Scabies) sedangkan Biosan adalah vitamin yang digunakan untuk meningkatkan kekebalan tubuh kelinci. Penyakit kudis atau scabies merupakan penyakit yang menyerang telinga terlebih dahulu kemudian hidung dan kaki kelinci. Penyakit ini sering meyerang kelinci saat musim hujan dan kandang dalam keadaan lembab. Penyakit ini dapat menyebabkan kelinci gelisah dan dapat membuat nafsu makan berkurang karena kelinci merasa sangat gatal. Dalam keadaan kandang yang lembab dan curah hujan yang tinggi, penyakit ini mudah menular kepada kelinci lainnya.

Untuk penyakit lainnya seperti mencret, kembung, dan pneumonia, peternak tidak dapat berbuat banyak karena kelinci memiliki daya tahan tubuh yang rendah sehingga ketika mengidap penyakit tersebut dalam waktu dua hari kelinci akan mati. Namun untuk langkah pencegahan, peternak memberikan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh kelinci sehingga tidak cepat mati.

Berdasarkan pengamatan di lapang, pemberian dosis obat-obatan tidak berdasarkan berat badan kelinci, tetapi sebanyak 0.1 ml/ekor. Idealnya dosis pemberian obat-obatan berdasarkan bobot badan, yaitu 0.1 ml/kgBB. Selain itu, dalam penyimpanan obat dan alat suntik dinilai masih kurang steril, dikhawatirkan akan menimbulkan penyakit baru bagi kelinci. Sehingga hal ini dapat menjadikan variabel obat-obatan menjadi variabel yang dapat menurunkan produksi. Berdasarkan hasil pendugaan fungsi produksi rata-rata variabel obat-obatan mempunyai nilai peluang sebesar 0.0000. Hal ini menunjukkan variabel obat-obatan berpengaruh nyata atau signifikan terhadap produksi kelinci karena berada di bawah taraf nyata satu persen. Selain itu, jika melihat nilai parameter dan besaran koefisien variabel obat-obatan memiliki nilai negatif sebesar 0.266816. Artinya jika terjadi penambahan obat-obatan sebesar satu persen maka produksi kelinci akan menurun sebesar -0.266816 persen (cateris paribus). Tenaga Kerja (X5)

Variabel tenaga kerja mempunyai nilai parameter positif dalam persamaan fungsi produksi rata-rata, artinya jika semakin banyak tenaga kerja yang digunakan maka produksi akan semakin meningkat. Nilai koefisien parameter variabel tenaga kerja bernilai positif sebesar 0.076093, artinya jika terjadi penambahan tenaga kerja sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi sebesar 0.076093 persen dengan asumsi semua variabel lain tetap (cateris paribus). Namun, variabel tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi karena berdasarkan hasil pendugaan persamaan fungsi produktivitas rata-rata menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja mempunyai nilai peluang sebesar 0.7337.

Untuk tenaga kerja yang digunakan, umumnya peternak responden melakukan usaha ternak kelinci sendiri tanpa mendapatkan bantuan dari pekerja lain karena umumnya peternak masih dapat mengelola sendiri. Menurut Manshur, 2009, untuk skala ternak 50-150 ekor bahkan mungkin hingga 200 ekor masih bisa dikerjakan oleh satu orang secara full time, jika lebih di atas itu

Page 53: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

39  

membutuhkan tenaga kerja tambahan. Berdasarkan pengamatan di lapang, kegiatan yang membutuhkan tenaga kerja dalam proses produksi kelinci adalah dalam mengawinkan kelinci, membersihkan kandang kelinci, memberikan obat ketika kelinci sakit, mencarikan rumput, dan memberikan pakan. Umumnya peternak responden dalam bekerja tidak membutuhkan waktu yang lama. Tiap pagi peternak membutuhkan waktu untuk mengawinkan kelinci, memberikan makan pagi, dan mencari rumput hingga siang, baru pada sore harinya peternak kembali masuk ke kandang untuk menyiapkan makan malam kelinci. Karena itu, pada siang harinya peternak kelinci dapat mengerjakan pekerjaan lainnya.

Berdasarkan hasil tersebut di atas, semakin banyak waktu kerja yang digunakan maka akan meningkatkan produktsi kelinci. Hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan bahwa peternak yang sering membersihkan kandang kelinci tiap hari produksi kelincinya lebih tinggi dibandingkan dengan peternak yang jarang membersihkan kandang. Hal ini terjadi karena dengan kandang yang kotor dapat menimbulkan banyak penyakit dan menjadi lingkungan yang tidak sehat bagi kelinci maupun peternak sehingga dapat menyebabkan produksi menurun. Luas Kandang (X6)

Peternak membudidayakan kelinci dalam kandang dengan beraneka ragam ukuran dan bentuk. Kandang-kandang kelinci umumnya berbentuk baterai, yaitu kandang yang tersusun bertingkat sehingga tidak membutuhkan lahan yang besar dalam membudidayakan kelinci. kandang kelinci yang baik adalah kandang yang memiliki sirkulasi udara yang baik, bersih, dan memiliki penampungan kotoran kelinci. Dengan sirkulasi yang baik, bau amoniak yang berasal dari kencing kelinci akan keluar dan tidak mengendap dalam kandang. Selain itu, kandang yang terjaga kebersihannya dari sisa pakan dan kotoran akan membuat kelinci sehat dan nyaman untuk ditinggali. Sebaliknya, jika kandang kotor, banyak sisa pakan dan kotoran akan dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi kelinci karena kelinci termasuk hewan dengan tingkat pencernaan yang rentan sehingga daya tahan tubuhnya lemah.

Berdasarkan hasil pendugaan fungsi produksi rata-rata, variabel luas kandang mempunyai nilai parameter positif, artinya jika semakin luas kandang yang digunakan maka produksi akan semakin meningkat. Nilai koefisien parameter variabel luas kandang bernilai positif sebesar 0.022858, artinya jika terjadi penambahan luasan kandang sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi sebesar 0.022858 persen dengan asumsi semua variabel lain tetap (cateris paribus). Namun, variabel luasan kandang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi karena berdasarkan hasil pendugaan persamaan fungsi produktivitas rata-rata menunjukkan bahwa variabel luasan kandang mempunyai nilai peluang sebesar 0.7511. Dengan luasan kandang yang lebih besar berarti dapat menampung kelinci lebih banyak, sehingga diperlukan tenaga ekstra untuk menjaga kebersihan kandang.

Page 54: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

40  

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Variance Produksi Ternak Kelinci

Analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi variance produksi kelinci dapat dijelaskan berdasarkan hasil pendugaan persamaan fungsi variance produksi (variance production function). Hasil pendugaan persamaan fungsi variance dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 menunjukkan masing-masing faktor produktivitas memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap variance produksi kelinci. pengaruh tersebut dapat dilihat berdasarkan tanda parameter koefisien pendugaan persamaan fungsi variance dan nilai peluangnya. Pengaruh dari masing-masing faktor produksi tersebut akan dijelaskan secara rinci, sebagai berikut: Tabel 13 Hasil pendugaan persamaan fungsi variance produksi pada ternak

kelinci di Desa Gunung Mulya, Kabupaten Bogor tahun 2013. Variabel Koefisien Std. Error z-Statistik Peluang

Konstanta 0.133533 0.131977 1.011786 0.3116 Error kuadrat musim sebelumnya (ε2

t-1) 0.050549 0.083580 0.604801 0.5453

Variance error musim sebelumnya (σ2

t-1) 0.174117 0.288213 0.640126 0.5458

Indukan (X1) -0.027948 0.009165 -3.049455 0.0023a Pakan hijauan (X2) 0.008631 0.019694 0.438273 0.6612 Pakan konsentrat (X3) -0.016330 0.011283 -1.447268 0.1478b Obat-obatan (X4) -0.011241 0.010656 -1.054882 0.2915 Tenaga kerja (X5) 0.004825 0.035142 0.137299 0.8908

Luas kandang (X7) -0.016315 0.01333 -1.223681 0.2211 aSignifikan pada taraf nyata 5% bSignifikan pada taraf nyata 20%

Indukan (X1) Berdasarkan hasil pendugaan persamaan fungsi variance produksi kelinci

menunjukkan bahwa variabel indukan mempunyai tanda parameter negatif. Artinya dengan semakin banyak indukan yang digunakan dalam proses produksi maka varians produksi akan semakin menurun sehingga variabel indukan merupakan faktor yang dapat mengurangi risiko (risk reducing factors). Nilai koefisien parameter penggunaan indukan bernilai negatif sebesar -0.027948. Artinya jika terjadi penambahan indukan sebesar satu persen maka akan meningkatkan varians produktivitas anakan kelinci sebesar -0.027948 persen dengan asumsi semua variabel lain tetap (cateris paribus). Variabel indukan berpengaruh nyata terhadap varians produksi, dimana variabel indukan mempunyai nilai peluang sebesar 0.0023. Dengan demikian, variabel indukan menjadi faktor yang dapat mengurangi risiko produksi. Variabel indukan menjadi faktor yang dapat mengurangi risiko diduga karena banyaknya kelinci yang dimiliki oleh peternak dapat menghasilkan kemungkinan anakan lebih banyak.

Page 55: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

41  

Pakan Hijauan (X2) Pada usaha ternak kelinci, semakin banyak penggunaan pakan hijauan

maka varians produksi kelinci akan meningkat. Hal tersebut ditunjukkan dengan tanda parameter koefisien variabel pakan hijauan yang bertanda positif dan bernilai 0.008631. Arti dari nilai tersebut, yaitu jika terjadi penambahan pakan hijauan sebesar satu persen maka akan meningkatkan varians produksi kelinci sebesar 0.008631 persen (cateris paribus). Jika taraf nyata sebesar 20 persen, maka variabel pakan hijauan tidak berpengaruh nyata terhadap varians produksi kelinci karena nilai peluang variabel tersebut sebesar 0.6612.

Berdasarkan hasil persamaan pendugaan varians produksi tersebut, pakan hijauan merupakan faktor yang dapat menimbulkan risiko (risk inducing factors). Pakan hijauan merupakan pakan utama dari kelinci ternak. Pemberian pakan tersebut sudah mencukupi kebutuhan serat kelinci. Demikian dengan hasil pendugaan produksi rata-rata, bahwa semakin banyak pakan hijauan yang diberikan maka akan meningkatkan produksi. Adapun penduga yang dapat mengakibatkan variabel pakan hijauan tidak berpengaruh nyata terhadap varians produksi kelinci, yaitu karena pakan hijauan yang diberikan oleh peternak umumnya hanya diletakkan di lantai kandang sehingga sisa pakan hijauan yang tidak habis dimakan akan susah dibersihkan dan menjadi sampah yang menumpuk di dalam kandang. Sisa pakan hijauan yang menumpuk itu, dapat menjadi sumber penyakit karena kotoran kelinci pun juga akan tertahan oleh tumpukan sisa pakan tersebut. Karena itu, penting diperhatikan mengenai sanitasi atau kebersihan kandang. Pakan Konsentrat (X3)

Pakan merupakan faktor produksi utama dalam proses produksi kelinci. Pada keadaan di lapangan peternak responden memberikan pakan konsentrat hanya sebagai pakan pengganti dan tambahan untuk menambah kebutuhan nutrisi induk kelinci. Berdasarkan hasil pendugaan persamaan fungsi varians produksi kelinci, penggunaan pakan konsentrat mempunyai tanda parameter negatif sehingga semakin banyak pakan konsentrat yang diberikan maka akan mengurangi varians produksi kelinci. Sementara itu, jika taraf nyata sebesar 20 persen, maka variabel pakan konsentrat berpengaruh secara nyata terhadap varians produksi karena nilai peluang dari variabel konsentrat sebesar 0.1478.

Jika dilihat berdasarkan hasil tersebut, maka variabel pakan konsentrat merupakan faktor yang menurunkan risiko (risk reducing factors). Pakan konsentrat diperlukan indukan kelinci untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Semakin banyak pakan yang bermutu baik dikonsumsi oleh induk kelinci maka produksi air susu induk kelinci pun juga akan banyak sehingga anak kelinci tidak akan mengalami kematian karena kekurangan air susu induk kelinci. Karena itu, perlu diperhatikan dalam hal pemberian takaran pakan konsentrat untuk induk kelinci. Kebutuhan pakan konsentrat 100-140 gr per ekor per hari.

Obat-obatan (X4)

Variabel obat-obatan yang terdiri dari Ivomec dan Biosan, berdasarkan hasil persamaan pendugaan varians produksi kelinci, variabel obat-obatan mempunyai tanda parameter negatif. Hal ini menunjukkan bahwa variabel tersebut merupakan faktor yang dapat mengurangi risiko (risk reducing factors),

Page 56: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

42  

namun jika dilihat dari nilai peluangnya, variabel obat-obatan tidak secara nyata dapat mengurangi risiko karena taraf nyata variabel tersebut di atas taraf nyata 20 persen, yaitu hanya sebesar 0.2915.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, pendugaan variabel obat-obatan dapat menjadi faktor yang dapat mengurangi risiko karena dengan penggunaan obat-obatan dapat menyembuhkan dan meningkatkan kekebalan tubuh kelinci. namun, adapun faktor penduga variabel obatan-obatan tidak secara nyata berpengaruh terhadap varians karena penyimpanan botol obat dan alat suntik yang tidak steril. Penyimpanan alat suntik yang tidak steril dan dipakai berulang kali oleh peternak dapat menambah masalah kesehatan pada induk kelinci maupun anakan kelinci. Pemakaian alat suntik dianjurkan untuk sekali pemakaian. Karena itu, perlu diperhatikan dalam hal penyimpanan dan penggunaan obat dan alat suntiknya agar tidak terjadi masalah kesehatan yang lebih buruk yang dapat menyebabkan produksi kelinci akan menurun.

Tenaga Kerja (X5)

Tenaga kerja adalah faktor produksi yang pasti ada dalam setiap proses produksi. Dalam proses produksi kelinci, tidak banyak membutuhkan tenaga kerja, cukup satu orang saja, yaitu pemilik ternak dapat mengelola sendiri. Berdasarkan hasil pengujian persamaan pendugaan varians produksi kelinci, variabel tenaga kerja merupakan faktor yang dapat menimbulkan risiko (risk inducing factors). Hal ini dapat dilihat dari nilai parameter yang bertanda positif. Namun jika dilihat dari taraf nyata sebesar 20 persen maka variabel tenaga kerja tidak mempunyai pengaruh secara nyata terhadap varians produksi karena nilai peluang variabel tersebut 0.8908.

Berdasarkan hasil varians produksi tersebut, tenaga kerja merupakan faktor yang dapat menimbulkan risiko dalam produksi. Namun, berdasarkan hipotesis sebelumnya bahwa semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dapat meningkatkan produksi. Pendugaan tenaga kerja dapat meningkatkan risiko produksi mungkin dapat dikarenakan bahwa sifat dasar kelinci yang mudah stres jika terlalu banyak campur tangan manusia sehingga dapat meningkatkan kematian anak kelinci dan induk kelinci.

Berdasarkan kejadian di lapang, bahwa memang baik jika banyak tenaga kerja yang digunakan untuk lebih sering membersihkan kandang kelinci sehingga kelinci dapat hidup lebih nyaman di dalamnya. Hanya saja, ketika kelinci sedang masa produksi dan dalam keadaan laktasi berat, kelinci mengalami tingkat stress yang tinggi sehingga jika terlalu banyak diperhatikan oleh peternak seperti memegang anak kelinci yang bertujuan untuk menghitung jumlah bayi kelinci, hal tersebut dapat saja dianggap sebagai bahaya oleh induk kelinci sehingga bentuk perlindungan induk dengan cara memakan anaknya (kanibal). Kanibalisme memang jarang terjadi pada induk kelinci, namun hal ini bisa saja terjadi jika induk mengalami tingkat stress yang tinggi. Selain itu, banyaknya orang asing yang berkunjung ke dalam kandang produksi pun juga dapat meningkatkan stress induk kelinci yang berujung dengan banyaknya kematian yang dialami anak kelinci. Sehingga ada baiknya jika kelinci yang sedang dalam masa produksi dan laktasi dipisahkan dan diberi tempat yang lebih tenang dan nyaman sehingga dapat mengurangi risiko produksi yang terjadi.

Page 57: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

43  

Luas Kandang (X6) Variabel luasan kandang pada hasil pendugaan fungsi varians mempunyai

nilai parameter yang bertanda negatif sebesar -0.016315. Tanda parameter tersebut manandakan bahwa variabel luasan kandang dapat mengurangi risiko produksi sehingga variabel luasan kandang termasuk faktor yang dapat mengurangi risiko produksi (risk reducing factors). Namun, jika dilihat dari nilai peluang, variabel luasan kandang tidak berpengaruh nyata dalam mengurangi varians produksi karena nilai peluang variabel luas kandang sebesar 0.2211.

Kandang merupakan tempat tinggal bagi kelinci. Kandang yang baik adalah kandang yang bersih, higienis, dan juga memiliki luas yang cukup untuk bergerak. Sehingga semakin luas ukuran kandang dapat mengurangi risiko produksi yang akan terjadi. Namun, adapun penduga yang dapat menyebabkan luas kandang tidak signifikan terhadap risiko produksi karena umumnya luasan kandang yang digunakan oleh peternak lebih kecil dari ukuran standarnya sehingga kelinci merasa tidak nyaman berada dalam kandang. Ukuran kandang yang tidak sesuai dengan postur tubuh kelinci dapat menyebabkan kelinci stres, tertekan, dan gampang marah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Setiap usaha yang dijalankan akan mengalami risiko, begitu juga dengan yang dialami dengan peternak kelinci di Desa Gunung Mulya. Risiko produktivitas yang dialami oleh peternak dapat disebabkan oleh beberapa variabel penduga seperti indukan kelinci (X1), pakan hijauan (X2), pakan konsentrat (X3), obat-obatan (X4), tenaga kerja (X5), dan luasan kandang (X6). Variabel-variabel tersebut dianalisis dengan metode GARCH (1,1) untuk melihat faktor mana sajakah yang berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi rata-rata dan variance produksi sehingga dapat dilihat faktor apa saja yang dapat menimbulkan dan mengurangi risiko.

Hasil pendugaan parameter fungsi produksi rata-rata menunjukkan bahwa variabel-variabel yang signifikan di bawah taraf nyata satu persen adalah variabel indukan, pakan hijauan, pakan konsentrat, dan obat-obatan. Sedangkan variabel tenaga kerja dan luasan kandang merupakan variabel yang tidak signifikan karena taraf nyata berada di atas 20 persen. Berdasarkan hipotesa yang dibuat sebelumnya, bahwa semakin banyak penggunaan indukan, pakan hijauan, dan pakan konsentrat maka produksi rata-rata akan semakin meningkat.

Berdasarkan hasil pendugaan fungsi varians produksi menunjukkan bahwa variabel pakan hijauan dan tenaga kerja merupakan faktor yang dapat menimbulkan risiko produksi karena tanda koefisien parameter yang dihasilkan bernilai positif sehingga semakin banyak penggunaan faktor-faktor tersebut akan meningkatkan risiko produksi. Sedangkan variabel lainnya, seperti indukan, pakan konsentrat, obat-obatan, dan luasan kandang merupakan faktor yang dapat mengurangi risiko karena koefisien parameter yang dihasilkan bertanda negatif sehingga semakin banyak penggunaan faktor-faktor tersebut akan menurunkan

Page 58: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

44  

risiko produksi ternak kelinci. Namun dari berbagai faktor tersebut, hanya variabel indukan dan pakan konsentrat yang berpengaruh nyata dalam mengurangi risiko produksi.

Saran

Saran yang dapat diberikan pada peternak kelinci tradisonal yang menggunakan program intensif budidaya kelinci dalam menangani risiko produksi, yaitu dengan memperhatikan takaran pemberian pakan, karena dapat berdampak pada variabel-variabel produksi yang digunakan, seperti faktor produksi indukan dan pakan konsentrat jika penggunaannya semakin banyak dapat meningkatkan produksi rata-rata dan menurunkan risiko produksi. Selain itu, perlu diperhatikan juga dalam pemberian pakan hijauan dan penggunaan tenaga kerja dalam proses produksi, karena faktor produksi tersebut dapat menimbulkan risiko produksi.

DAFTAR PUSTAKA Aziz, FA. 2009. Analisis Risiko Dalam Usaha Ternak Ayam Broiler (Studi Kasus

Usaha Peternakan X di Desa tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Balfas, Evi Silvia. 2002. Perbandingan Sistem Produksi Intensif dan Semi Intensif

pada Kelinci New Zealand White [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Darmawi, Herman. 2010. Manajemen Risiko. Jakarta: Bumi Aksara. Dewi, Rohmah Kusuma. 2006. Produktivitas Tiga Bangsa Kelinci Di Peternakan

Rakyat Desa Pakunden Kecamatan Ngluwar Kabupaten Magelang Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

[DISNAKAN] Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2011. Buku

Data Peternakan. Bogor: Disnakan Kabupaten Bogor. [DITJENNAK]  Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012.

Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Fariyanti, Anna. 2008. Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran dalam

Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Page 59: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

45  

Harwood et al. 1999. Managing Risk In Farming: Concepts, Research, And

Analysis. Market and Trade Economics Division and Resource Economics Division, Economic Research Service, US Department of Agriculture. Agricultural Economic Report No.774

Kountur, R. 2006. Manajemen Risiko. Jakarta: Abdi Tandur. Khusnia, Naila. 2001. Produktivitas Ternak Kelinci di Tiga Desa yang Berbeda

Topografinya di Kabupaten Cianjur [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Manshur, Faiz. 2009. Kelinci Pemeliharaan Secara Ilmiah, Tepat, dan Terpadu.

Bandung: Nuansa Cendekia. Nugraha, I Sastra. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko

Produksi Ayam Broiler (Studi Kasus Peternak Plasma Ayam Broiler pada CV Unggas Farm Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut PertanianBogor.

Pinto, Bona, 2011. Analisis Risiko pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak

Restu di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Raharjo, YC . 2011. Pencanangan Kampung Kelinci Desa Gunung Mulya

Kecamatan Tenjolaya. http://kopnakci.blogspot.com/search/label [ 3 Oktober 2012].

Robinson, L.J and P.J Barry.1987. The Competitive Firm’s Response To Risk.

London : Macmillan Publisher. Ruslan. 2012. Analisis Risiko Produksi Usaha Pembibitan Domba di Mitra Tani

Farm, Desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Sarwono, 2010. Kelinci Potong dan Hias. Jakarta: Agromedia. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada

Page 60: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

46  

LAMPIRAN

Page 61: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

 

Lampir

ANAKEL

Saya Romengisidapat dpenyusubermanterimak I. Bio

NamJeniUmAlam

II. Kar1. Pen

a. b. c. d.

2. Apaa.

3. Buda. b.

4. Apa5. Sud6. Ala

a. b. c.

an 1 Kuesi

ALISIS FALINCI (Stu

osalyn Hazai kuesioner dipertangguunan skrips

nfaat bagi pkasih.

data Respoma Lengkapis Kelamin*

mur mat Lengka

rakteristik ndidikan

Tamat SD Tamat SMPTamat SMALainnya …

akah Bapak/Sudah

didaya kelinUtama Selingan

akah pekerjadah berapa lsan membuMenguntunTurun temuLainnya …

ioner peneli

KTOR-FAudi Kasus K

M

airina (H34ini dengan

ungjawabkasi Saya dan

peternak kel

onden (Petep *

ap

Responden

P A ……………/Ibu sudah b b. Belum

nci sebagai p

aan utama Bama Anda m

udidayakan kngkan dan burun ……………

itian

KUESIO

AKTOR YAKelinci HiaMULYA K

104101) sann sejujur-jujuan. Semogan dapat mlinci di Des

ernak Kelin: …………: a) Laki-l: …………: …...……

n

……………berkeluarga

m pekerjaan:

Bapak/ibu? membudidakelinci: (jaw

berprospek

……………

ONER PENE

ANG MEMas) DI KAM

KABUPATE

ngat menghurnya dan sa dengan aemberikan sa Gunung

nci) ……………laki

……… Tahu………………

………………a?

……………ayakan kelinwaban boleh

………………

ELITIAN

MPENGARUMPUNG KEEN BOGOR

harapkan keselengkap-leadanya kuerekomendaMulya. Ata

……………b) perempu

un ……………

……………

……………nci : ………h lebih dari

……………

UHI RISIKELINCI DER

esediaan bapengkapnya esioner iniasi secara aas perhatian

……………uan

………………

….…………

…………………….. tahunsatu)

………………

KO PRODUESA GUNU

pak/Ibu untuagar data y

i dapat meakademis snnya Saya u

…..………

……………

……………

……………n

……………

47 

UKSI UNG

uk dapat yang ada embantu sehingga ucapkan

…….....

…….....

………

…………

…………

Page 62: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

48  

III. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi (Jumlah Kelinci) Jumlah Indukan Kelinci Hias (Ekor)

Desember-Januari Februari-Maret Lokal Luar Lokal Luar

Jantan Betina

Jumlah Anakan Kelinci Hias (ekor)

Jenis Desember-Januari Februari-Maret Indukan Lahir Mati Produksi Indukan Lahir Mati Produksi

Lokal

Luar

1. Bagaimana cara Anda mendapatkan indukan?

a. Membeli di pasar b. Barter dengan peternak lain c. Pemberian peternak lain d. Kelahiran/pembesaran e. Lainnya ……………………….………………………………………………………

2. Berapa lama Anda mengawinkan kelinci setelah beranak? (selang beranak) a. Tidak lama setelah beranak b. 10-20 hari setelah beranak c. > 1 bulan d. Lainnya ………………………………………………………………………………

3. Jumlah sekelahiran anak kelinci : …………………………. ekor 4. Penyapihan anak setelah berumur ………………………… minggu (Pakan) Pemberian Pakan dalam Sehari (Kg)

Jenis Pakan Jumlah Pakan/hari/Kg

Harga Pakan/Kg Ket.

1. Cara mendapatkan pakan?

a. Membeli di koperasi b. Mendapatkan bantuan dari pekerja c. Mencari sendiri

(Luas Kandang) Jumlah

Kandang Ukuran

Kandang Harga

Pembuatan/KandangBahan Pembuat

Kandang Ket.

Page 63: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

49  

1. Selang / waktu membersihkan kandang: a. 2 hari sekali b. 1 minggu sekali c. 1-2 minggu sekali d. > 2 minggu

(Obat-obatan) Obat-obatan (ml)

Jenis Penyakit Obat Jumlah

(ml) Harga Jumlah Kelinci yang Sakit Desember-Januari Februari-Maret

1. Bagaimana cara Anda mendapatkan obat?

a. membeli di toko obat atau koperasi b. meminjam ke peternak lain

2. Jika ada kelinci yang sakit, apakah yang akan Anda lakukan? a. Memberikan obat b. Membiarkan saja c. Mendatangkan petugas kesehatan

3. Bagaimana perlakuan Anda, jika ada kelinci yang sakit? a. Membiarkan saja b. Memisahkan kelinci yang sehat dengan yang sakit

(Tenaga Kerja)

Kegiatan  waktu HOK 

Upah/HOK  Total  Ket. DK  LK 

perkawinan I                   pembersihan kandang                   pemberian pakan pagi                   pemberian obat‐obatan                   perkawinan II                   pemberian pakan malam                   pengendalian hama                   Panen                   Pencarian Rumput 

IV. Pendukung Peralatan

No. Jenis Alat 

Jumlah Harga 

Beli/unit Nilai Pembelian

Umur pakai 

Penyusutan 

1  karung                2  arit                3  ember                4  tali                

Page 64: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

50  

5  kandang                6  botol                7                   

Harga Kelinci

Harga Beli Harga Jual Jenis Kelinci Jenis Kelinci umur jual

Lokal Luar Lokal Luar

harga jual

kulit kelinci urine/Litter kotoran/kg

Kemampuan Menghasilkan atau Menjual per Bulan Anakan Kelinci

(ekor) Kelinci Pedaging

(ekor) Kotoran

Kelinci (kg) Urine Kelinci

(lt) Kulit Kelinci

(lembar)

Pengeluaran

Uraian Biaya Keterangan Transportasi

1. Modal yang digunakan untuk budidaya kelinci berasal dari?

a. Milik pribadi,………………………………………….. b. Pinjaman,……………………………………………… c. Patungan

2. Jika modal dari pinjaman, asal pinjaman? a. Bank b. Penggadaian c. Pengumpul kelinci d. Lainnya ………………………………………………………………………………

3. Apakah Anda pernah mendapatkan penyuluhan mengenai budidaya kelinci? a. Ya b. Tidak

4. Jika iya, penyuluhan berasal dari? ……………………………………..………………… 5. Frekuensi penyuluhan: …………………………………………………………………… 6. Berapa kali Anda mendapat penyuluhan? …………………………………………………

Terimakasih Atas Partisipasi Anda

Harga Jual kelinci Pedaging umur jual Harga ket.

Page 65: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

51  

Lampiran 2 Jenis dan sumber data sekunder No. Data Jenis Data Sumber data 1. Tingkat Pertumbuhan Kelinci Di

Kabupaten Bogor Sekunder Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Bogor

2. Populasi Kelinci di Indonesia (Per Provinsi)

Sekunder Direktorat Jenderal Peternakan

3. Tingkat Pertumbuhan Kelinci Di Kabupaten Bogor

Sekunder Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor

4. Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Populasi Beberapa Hewan Ternak di Kabupaten Bogor (2010-2011)

Sekunder Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor

5. Populasi kelinci Di Kabupaten Bogor Per Kecamatan

Sekunder Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor

6. Produktivitas Kelinci Di Desa Gunung Mulya per Semester

Sekunder UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan

Page 66: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

52  

Lampiran 3 Letak geografi Desa Gunung Mulya

  

Page 67: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

53  

Lampiran 4 Hasil analisis regresi produksi

Regression Analysis: LNY versus LNX1, LNX2, LNX3, LNX4, LNX5, LNX6 The regression equation is LNY = - 1.90 + 0.790 LNX1 + 0.385 LNX2 + 0.125 LNX3 - 0.285 LNX4 + 0.175

LNX5 + 0.028 LNX6 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -1.897 1.377 -1.38 0.174 LNX1 0.79014 0.07594 10.41 0.000a 1.2 LNX2 0.3852 0.1761 2.19 0.033a 1.3 LNX3 0.12460 0.06236 2.00 0.051a 1.1 LNX4 -0.28508 0.07377 -3.86 0.000a 1.5 LNX5 0.1750 0.3089 0.57 0.573 1.4 LNX6 0.0278 0.1020 0.27 0.786 1.5 S = 0.240494 R-Sq = 71.7% R-Sq(adj) = 68.5% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 6 7.7528 1.2921 22.34 0.000 Residual Error 53 3.0654 0.0578 Total 9 0.8182 Durbin-Watson statistic = 2.16942

Ket: aSignifikan pada taraf nyata 5%

Page 68: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

54  

Lampiran 5 Hasil regresi GARCH (1,1) Dependent Variable: LNY Method: ML - ARCH (Marquardt) - Normal distribution Date: 06/04/13 Time: 21:08 Sample: 1 60 Included observations: 60 Failure to improve Likelihood after 14 iterations Bollerslev-Wooldridge robust standard errors & covariance Presample variance: backcast (parameter = 0.7) GARCH = C(8) + C(9)*RESID(-1)^2 + C(10)*GARCH(-1) + C(11)*LNX1 + C(12)*LNX2 + C(13)*LNX3 + C(14)*LNX4 + C(15)*LNX5 + C(16)*LNX6

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

C -1.749566 0.790171 -2.214161 0.0268a

LNX1 0.809979 0.037631 21.52447 0.0000a

LNX2 0.396848 0.119693 3.315537 0.0009a

LNX3 0.140397 0.050712 2.768518 0.0056a

LNX4 -0.266816 0.051076 -5.223947 0.0000a

LNX5 0.076093 0.223670 0.340202 0.7337LNX6 0.022858 0.072071 0.317152 0.7511

Variance Equation

C 0.133533 0.131977 1.011786 0.3116RESID(-1)^2 0.050549 0.083580 0.604801 0.5453GARCH(-1) 0.174117 0.288213 0.604126 0.5458

LNX1 -0.027948 0.009165 -3.049455 0.0023a

LNX2 0.008631 0.019694 0.438273 0.6612LNX3 -0.016330 0.011283 -1.447268 0.1478b

LNX4 -0.011241 0.010656 -1.054882 0.2915LNX5 0.004825 0.035142 0.137299 0.8908LNX6 -0.016315 0.013333 -1.223681 0.2211

R-squared 0.714824 Mean dependent var 4.092883 Adjusted R-squared 0.617604 S.D. dependent var 0.428204 S.E. of regression 0.264794 Akaike info criterion 0.175315 Sum squared resid 3.085088 Schwarz criterion 0.733807 Log likelihood 10.74056 Hannan-Quinn criter. 0.393772 F-statistic 7.352700 Durbin-Watson stat 2.233743 Prob(F-statistic) 0.000000

aSignifikan pada taraf nyata 5% bSignifikan pada taraf nyata 20%

Page 69: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

55  

Lampiran 6 Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dalam usaha ternak kelinci siklus pertama tahun 2013

No.

Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 Produksi Anakan Indukan Pakan

Rumput (Kg)

Pakan Konsentrat

(Kg)

Obat-obatan

(ml)

Tenaga Kerja (HOK)

Luas Kandang

(m2) (ekor) (ekor) 1 44 13 2400 30 11.5 33 16 2 62 25 3600 20 6.2 41.5 14 3 30 10 2400 14 2.3 33 6 4 45 15 3600 40 4.1 33.875 12.5 5 20 8 3600 25 3.5 33.25 15 6 85 25 3600 10 6.5 42.5 20 7 60 15 3600 40 6.5 41.375 15 8 60 20 2400 32 6.8 43.25 16 9 40 10 3600 60 4.5 33.375 12 10 75 15 3600 50 5.3 33 12 11 60 20 3600 16 8.5 33 25 12 60 15 2400 50 4.4 39.375 10 13 75 30 2400 20 4.5 33.875 16 14 65 15 3600 10 3.6 33.875 7.5 15 25 8 3600 30 7.4 42.5 30 16 45 10 3600 40 4.5 34.25 15 17 30 12 3600 10 3.6 34.25 15 18 55 20 2400 20 3.2 32.5 10 19 85 25 3600 20 6 41.5 20 20 60 30 2400 30 6.5 41.75 15 21 55 15 2400 60 3.8 34 10 22 80 15 3600 20 1.5 41.75 12 23 40 20 2400 10 5.5 34.375 18 24 50 20 3600 30 5 40.5 14 25 25 5 2400 25 2.9 32.875 12.5 26 60 10 3600 50 2.3 41.5 8 27 40 15 2400 20 5 32.5 24 28 25 7 2400 10 2.5 33 10 29 90 20 3600 40 4.4 47 16 30 52 14 3600 32 8.7 44.375 30

Page 70: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

56  

Lampiran 7 Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dalam usaha ternak kelinci siklus kedua tahun 2013

No.

Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 Produksi Anakan Indukan Pakan

Rumput (Kg)

Pakan Konsentrat

(Kg)

Obat-obatan

(ml)

Tenaga Kerja (HOK)

Luas Kandang

(m2) (ekor) (ekor) 1 135 48 2400 30 4 33 16 2 84 20 3600 20 2.6 41.5 14 3 25 6 2400 14 1.2 33 6 4 100 22 3600 40 3 33.875 12.5 5 65 20 3600 25 3.1 33.25 15 6 55 17 3600 10 9.5 42.5 20 7 122 34 3600 40 5 41.375 15 8 115 28 2400 32 3.4 43.25 16 9 75 20 3600 20 4.3 33.375 12 10 100 25 3600 50 7 33 12 11 65 15 3600 16 6.7 33 25 12 65 20 2400 50 2 39.375 10 13 70 21 2400 20 5.5 33.875 16 14 64 12 3600 10 2.7 33.875 7.5 15 115 25 3600 30 2.6 42.5 30 16 104 17 2400 30 1.6 34.25 15 17 55 10 3600 10 2.1 34.25 15 18 85 14 2400 20 2.1 32.5 10 19 50 5 3600 20 4 41.5 20 20 97 20 3600 30 4.6 41.75 15 21 73 12 2400 50 1.7 34 10 22 40 8 3600 20 1.4 41.75 12 23 65 20 2400 16 3.4 34.375 18 24 80 15 3600 30 2.2 40.5 14 25 56 10 2400 25 1.4 32.875 12.5 26 110 20 3600 50 2.8 41.5 8 27 50 14 2400 20 2.6 32.5 24 28 60 12 2400 10 1.7 33 10 29 60 15 3600 40 3.3 47 16 30 70 17 3600 32 3 44.375 30

Page 71: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO … · mempunyai kualiatas daging yang baik adalah New Zealand dan Flemish Giant. Sedangkan tujuan ternak kelinci hias adalah untuk

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 06 Juli 1987. Penulis adalah anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak drh Chaidir Taufik, MM dan Ibunda Ferina Darmarini, DCM.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 07 Pagi pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTPN 103 Cijantung Jakarta Timur. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Kornita Bogor diselesaikan pada tahun 2005. Penulis menyelesaikan pendidikan diploma pada Program Studi Supervisor Jaminan Mutu Pangan, Institut Pertanian Bogor tahun 2008. Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada Tahun 2010.