ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DIY TAHUN 1990-2004 SKRIPSI Oleh : Nama : Nelly Nur Laili Nomor Mahasiswa : 03.313.087 Program Studi : Ilmu Ekonomi UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI ILMU EKONOMI YOGYAKARTA 2007
91
Embed
Analisis Faktor Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi DIY
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN EKONOMI DIY TAHUN 1990-2004
SKRIPSI
Oleh :
Nama : Nelly Nur Laili
Nomor Mahasiswa : 03.313.087
Program Studi : Ilmu Ekonomi
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
ILMU EKONOMI
YOGYAKARTA
2007
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN EKONOMI DIY
TAHUN 1990 – 2004
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir
guna memperoleh gelar Sarjana jenjang strata 1
Program Studi Ilmi Ekonomi,
pada Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia
Oleh
Nama : Nelly Nur Laili
Nomor Mahasiswa : 03.313.087
Program Studi : Ilmu Ekonomi
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA
2007
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
“ Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari
terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman
/ sangsi apapun sesuai peraturan yang berlaku.”
Yogyakarta, 4 Agustus 2007
Penulis,
Nelly Nur Laili
ii
PENGESAHAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN EKONOMI DIY
TAHUN 1990-2004
Nama : Nelly Nur Laili
Nomor Mahasiswa : 03.313.087
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Yogyakarta, Agustus 2007
Telah disetujui dan disahkan oleh
Dosen Pembimbing,
Dra. Diana Wijayanti, M.Si
iii
iv
MOTTO
4JJI tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kemampuannya.
(QS. Al Mu’minun:62)
Sungguh, 4JJI tidak akan memgubah nasib suatu kaum Sampai mereka
sendiri yang mengubah dirinya.
(QS. Ar Ra’du:11)
Sesungguhnya sesudah Kesulitan itu pasti ada Kemudahan.
(QS. Asy Syarh:5&6)
Kemalasan tidak lebih dari kebiasaan beristirahat saat belum letih.
(Jules Renard)
Mendapat kepercayaan itu mudah, yang lebih mudah lagi menghancurkan,
tapi yang sulit adl membina dan menjaga kepercayaan itu.
Berbuat kesalahan adl hal yang biasa.Tetapi memperbaiki semua kesalahan
adl hal yang sangat luar biasa.
Hidup ini akan menjadi penuh arti, apabila mempunyai arti / manfaat untuk
orang lain.
Usaha tanpa do’a itu “SOMBONG”, do’a tanpa usaha itu “SIA-SIA”
(Penulis)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Seiring rasa syukurku, karya ini Kupersembahkan untuk :
ALLAH SWT
Yang begitu Sempurna, yang selalu melimpahkan Rahmat &
Hidayah_Nya kepada semua Umat_Nya
NABI MUHAMMAD S.A.W
Sebagai suri tauladan kita, menuju jalan_Nya
PAPA ACHMAD TAUFIK & MAMA MARIYATUL QIBTIYAH TERCINTA
Sebagai ungkapan trimakasih & tanda baktiku kepadamu..
Mb Ella & Mas Nur,Adik2ku Lia & Nila, Kel.Besarku
Sebuah tanggung jawab yg besar untukku..thx bt kasih
syg, bantuan, support & do’anya slama ni..
Seseorang yg mengisi ruang hatiku
Mkch ats cinta & sygmu slama ni..Mkch tlah
mendampingiku saat suka & duka, karna kamu aku bisa..
Sahabat & teman2ku
Yang slalu mendo’akanku & membantuku dlm sgala hal..
Almamater yg kubanggakan Dan untuk waktu
yang telah mengubahku menjadi lebih baik..
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan Syukur atas kekuatan yang diberikan Allah
padaku untuk bisa berjuang menyelesaikan amanah dan segala kewajibanku
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN
EKONOMI DIY TAHUN 1990–2004. Skripsi ini tersusun sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Sarjana Strata Satu (S1) pada
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan yang penulis miliki. Terima kasih atas segala kritik dan saran yang
bersifat membangun yang telah dan akan penulis terima. Penulis menghaturkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dra. Diana Wijayanti, M.Si selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, waktu, tenaga,
arahan, dan motivasi dengan segala ketelitian dan kesabarannya sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
Penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan
berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Asmai Ishak, M.Bus, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia.
vii
2. Bapak Dr. Jaka Sriyana, SE., M.Si. selaku Kaprodi Ilmu Ekonomi
Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi DIY tahun 1990-2004”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Ekspor, Pariwisata, dan Jumlah Perusahaan Disektor Industri terhadap Pertumbuhan Ekonomi di DIY tahun 1990 – 2004. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Kuadrat Terkecil/OLS (ordinary least square), dengan data time series tahunan Periode 1990 – 2004 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Indonesia dan Dinas Pariwisata DIY. Pengujian statistik meliputi uji t, uji F dan R-square (koefisien determinasi) serta uji asumsi klasik yaitu multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Ekspor, Pariwisata, Jumlah Perusahaan Disektor Industri berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di DIY. Hasil Regresi antara Variabel Dependen dengan Variabel Independen adalah R-Squared = 0,952151 dan F-Statistik = 49,74804 sehingga secara bersama-sama variabel Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Ekspor, Pariwisata, Jumlah Perusahaan Disektor Industri berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi di DIY. Untuk pengujian terhadap uji asumsi klasik tidak terdapat multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Sehingga mengharapkan kepada peneliti lain yang sejenis untuk melengkapi baik dengan menambah variabel atau data-data yang digunakan sehingga dapat memberikan hasil yang lebih baik.
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian
yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah
dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat
dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode
ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa
akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor
produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya.
Investasi akan menambah jumlah barang modal. Teknologi yang digunakan menjadi
berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan
penduduk, dan pengalaman kerja dan pendidikan menambah ketrampilan mereka.
Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat
pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh
pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi
memproduksi kerap kali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya.
Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya.
Pertumbuhan ekonomi mencerminkan kegiatan ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi dapat bernilai positif dan dapat pula bernilai negatif. Jika pada suatu
1
2
periode perekonomian mengalami pertumbuhan positif, berarti kegiatan ekonomi
pada periode tersebut mengalami peningkatan. Sedangkan jika pada suatu periode
perekonomian mengalami pertumbuhan negatif, berarti kegiatan ekonomi pada
periode tersebut mengalami penurunan.
Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari tujuan ekonomi makro. Hal ini
didasari oleh tiga alasan. Pertama, penduduk selalu bertambah. Bertambahnya
jumlah penduduk ini berarti angkatan kerja juga selalu bertambah. Pertumbuhan
ekonomi akan mampu menyediakan lapangan kerja bagi angkatan kerja. Jika
pertumbuhan ekonomi yang mampu diciptakan lebih kecil daripada pertumbuhan
angkatan kerja, hal ini mendorong terjadinya pengangguran. Kedua, selama
keinginan dan kebutuhan selalu tidak terbatas, perekonomian harus selalu mampu
memproduksi lebih banyak barang dan jasa untuk memenuhi keinginan dan
kebutuhan tersebut. Ketiga, usaha menciptakan kemerataan ekonomi (economic
stability) melalui retribusi pendapatan (income redistribution) akan lebih mudah
dicapai dalam periode pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Dengan adanya mekanisme penanaman modal merupakan langkah
awal kegiatan produksi suatu negara. Begitu juga halnya dengan investasi yang
merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dalam upaya
menumbuhkan perekonomian, setiap negara senantiasa berusaha menciptakan
iklim yang dapat menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya
masyarakat atau kalangan swasta dalam negeri, tapi juga investasi asing.
3
Penerimaan investasi dalam negeri maupun investasi asing merupakan
salah satu pos penerimaan negara yang memberikan kontribusi cukup potensial
dalam hal pembiayaan anggaran dan belanja negara. Laju pertumbuhan
perekonomian yang didasarkan pada alur investasi positif menggambarkan gerak
pacu positif dengan dukungan beberapa faktor penunjang lainnya. Pertumbuhan
ekonomi dan hubungannya dengan keberlanjutan pembangunan diketahui bahwa
peningkatan output sektor-sektor ekonomi riil dapat dibentuk melalui mekanisme
pertambahan kapasitas produksi.
Dalam suatu pembangunan sudah pasti diharapkan terjadinya
pertumbuhan. Untuk mencapai sasaran tersebut, diperlukan sarana dan prasarana,
terutama dukungan dana yang memadai. Disinilah peran serta investasi
mempunyai cakupan yang cukup penting karena sesuai dengan fungsinya sebagai
penyokong pembangunan dan pertumbuhan nasional melalui pos penerimaan
negara sedangkan tujuannya adalah untuk menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat.
Alur Investasi merupakan pembentukan modal yang mendukung peran
swasta dalam perekonomian yang berasal dari dalam negeri. Harrod Domar
menyatakan, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi-
investasi baru sebagai stok modal seperti Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN). Dengan adanya semakin banyak tabungan yang kemudian
diinvestasikan, maka semakin cepat terjadi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi
4
secara riil, tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada setiap tabungan dan
investasi tergantung dari tingkat produktivitas investasi tersebut (Todaro M., 1993
: 65-66).
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dapat diartikan sebagai
pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk
membeli barang-barang produksi, untuk menambah kemampuan memproduksi
barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian yang berasal dari investasi
dalam negeri. Investasi menghimpun akumulasi modal dengan membangun
sejumlah gedung dan peralatan yang berguna bagi kegiatan produktif, maka
output potensial suatu bangsa akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi jangka
panjang juga akan meningkat. Jelas dengan demikian bahwa investasi khususnya
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) memainkan peranan penting dalam
menentukan jumlah output dan pendapatan. Kekuatan ekonomi utama yang
menentukan investasi adalah hasil biaya investasi yang ditentukan oleh kebijakan
tingkat bunga dan pajak, serta harapan mengenai masa depan (Samuelson dan
Nordhaus, 1993 : 183).
Pertumbuhan ekonomi nasional yang dihitung melalui GNP ( Gross
National Product ) dapat juga dijadikan indikator atas laju perekonomian nasional
yang dalam hal ini menyangkut efektifitas dari tingkat investasi alam maupun luar
negeri. Selama dekade 10 tahun terakhir ( periode 1995 – 2005 ) terlihat
perubahan yang fluktuatif. Laju pertumbuhan terbesar tercatat pada tahun 1995
dengan nilai GDP sebesar Rp. 1.340.379,2 Milliar dengan laju pertumbuhan
5
sebesar 8,22 % dari tahun sebelumnya. Angka laju tersebut ternyata mengalami
penurunan hingga pada klimaks penurunan minimum pada tahun 1998 hingga
mencapai kondisi (minus) sebesar -13,12 % dengan nilai nominal Rp. 1.314.474,3
Milliar. Kondisi ini adalah kondisi krisis ekonomi yang berpengaruh terhadap
hampir semua sektor ekonomi tak terkecuali pertumbuhan ekonomi nasional.
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
periode 1995-2005 atas dasar harga konstan tahun 2000
Jika Z2 signifikan secara statistik malalui uji t maka kita menolak hipotesis
alternatif dan model yang tepat untuk digunakan adalah model log linier dan
sebaliknya jika tidak signifikan maka kita menerima hipotesis alternatif dan
model yang tepat untuk digunakan adalah model linier. (Agus Widarjono,
2005).
3.3.3. Uji Hipotesis (Uji-t)
Pengujian tingkat significant dari masing-masing koefisien regresi
digunakan uji t-test yaitu (Abdul Hakim,2000 : 193) :
- Ho : bi = 0, artinya variabel independen tidak mempengaruhi variabel
dependen.
- Ha : bi > 0, artinya variabel independen mempengaruhi variabel
depanden secara positif.
- Ha : bi < 0, artinya variabel independen mempengaruhi variabel
dependen secara negatif.
t – hitung = 1
1SDb
b
Dimana :
b1 = adalah penaksir koefisien bi
SD = Standar Deviasi
Dengan derajat keyakinan tertentu, maka jika :
- t-hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya secara
32
individu tidak ada pengaruh yang berarti antara variabel independen
terhadap variabel dependen.
- t-hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya secara
individu terdapat pengaruh yang berarti antara variabel independen
terhadap variabel dependen.
3.3.4. Uji Hipotesis (Uji-F)
Pengujian semua koefisien penaksir regresi secara serentak maka
pengujian tersebut dilakukan dengan uji F-test yaitu :
Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0, artinya variabel independen tidak
mempengaruhi variabel dependen.
Ha : β1 β≠ 2 ≠ β3 ≠ β4≠ 0, artinya variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Rumus F-hitung sebagai berikut :
F-hitung = )/()1(
)1/(knR
kR−−
−
Dimana :
R = Koefisisen determinasi
k = Banyaknya variabel bebas
n = Banyaknya sampel
Maka dengan derajat keyakinan tertentu :
o Jika F-hitung < F tabel, maka Ho diterima yang berarti secara
33
bersama-sama variabel independen secara signifikan tidak
dipengaruhi variabel dependen.
o Jika F-hitung > F tabel, maka Ho ditolak yang berarti secara
bersama-sama variabel independen secara signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
Pengujian terakhir yaitu mengukur keeratan hubungan antara
variabel bebas dan tidak bebas terhadap sesuatu himpunan data hasil
pengamatan, yang serius disebut dengan koefisien determinasi (R)
sehingga semakin tinggi R maka semakin erat hubungan antara variabel
bebas dan variabel tidak bebasnya.
3.3.5. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi menunjukkan besarnya pengaruh variabel
bebas secara serentak terhadap variabel terikat. Menurut Sumodiningrat (2002), R2 adalah sebuah fungsi yang tidak pernah menurun (nondecreasing) dari jumlah variabel bebas yang terdapat dalam model regresi. Bertambahnya jumlah variabel bebas, maka R2 akan meningkat dan tidak pernah menurun. Menurut Algifari (1997), untuk menginterpretasikan koefisien determinasi dengan memasukkan pertimbangan banyaknya variabel independen dan sampel yang digunakan dalam penelitian, khususnya dalam model regresi linier berganda, menggunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R2). Adapun rumus Adjusted R2, adalah sebagai berikut : (Sumodiningrat, 2002)
R2 = 1 – ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
TSSRSS
k-n1-n
Dimana :
R2 = Adjusted R2
34
RSS = Residual Sum Square (Jumlah Kuadrat Sisa)
TSS = Total Sum Square (Jumlah Kuadrat Total)
Adapun untuk mengetahui variabel bebas yang berpengaruh paling
dominan terhadap variabel terikat, dilakukan dengan melihat harga
koefisien β. Semakin besar koefisien β suatu variabel bebas, maka akan
semakin besar pengaruhnya terhadap variabel terikat.
3.4. Uji Asumsi Klasik
Penaksir-penaksir yang bersifat BLUE (best liniar unbiased estimator)
yang diperoleh dari penaksir liniar kuadrat terkecil (ordinary least square) maka
harus memenuhi seluruh asumsi-asumsi klasik.
3.4.1. Multikolinearitas
Merupakan suatu keadaan dimana satu / lebih variabel independen
dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel lainnya. Hubungan
yang terjadi bisa sempurna, bisa juga tidak sempurna. Multikolinearitas
dapat dideteksi dengan melihat R2 yang tinggi. Multikolinearitas menjadi
masalah jika derajat kolininearitasnya tinggi, jika derajat kolinearitasnya
rendah maka tidak menjadi masalah yang berarti. Dengan metode Klein
35
derajat multikolinearitas dapat dilihat melalui koefisien determinasi parsial
dari regresi antara variabel dependen yang digunakan dalam model
penelitian. Jika r2 Xi, Xj ≤ R2 Y, X1, X2……..Xk maka tingkat
multikolinearitas yang akan terjadi cukup rendah dan tidak menjadi
masalah.
Satu asumsi model regresi klasik adalah bahwa tidak terdapat
multikolinieritas diantara variabel yang menjelaskan termasuk dalam model.
Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang “sempurna” atau
pasti, di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model
regresi Masalah multikolinieritas bisa timbul karena berbagai sebab,
Pertama sifat-sifat yang terkandung dalam kebanyakan variabel ekonomi
berubah bersama-sama sepanjang waktu. Besaran-besaran ekonomi
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama. Oleh karena itu, sekali faktor-
faktor yang mempengaruhi itu menjadi operatif, maka seluruh variabel akan
cenderung berubah dalam satu arah. Kedua, penggunaan nilai lag (lagged
values) dari variabel-variabel bebas tertentu dalam model regresi. Pengujian
terhadap gejala multikolinearitas dapat dilakukan dengan membandingkan
koefisien determinasi parsial, (r2) dengan koefisien determinasi majemuk
(R2) regreasi awal atau yang disebut dengan metode Klein rule of Thumbs.
Jika r2 < R2 maka tidak ada multikolineraitas. (Gujarati, 1995).
3.4.2. Heterokedastisitas
36
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak
memiliki varian yang sama. Adanya heteroskedastisitas dalam model
analisis mengakibatkan varian dan koefisien-koefisien OLS tidak lagi
minimum dan penaksir-penaksir OLS menjadi tidak efisien meskipun
penaksir OLS tetap tidak bias dan konsisten. Metode yang digunakan untuk
mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah pengujian
White, langkah pengujiannya antara lain:
1. Estimasi persamaan model dan dapatkan residualnya.
2. Melakukan regresi pada persamaan berikut yang disebut regresi
auxiliary
3. Hipotesis nul dalam uji ini adalah tidak ada heteroskedastisitas. Uji
White didasarkan pada jumlah sampel (n) dikalikan dengan R2 yang
akan mengikuti distribusi Chi-squares dengan degree of freedom
sebanyak variabel independen tidak termasuk konstanta dalam regresi
auxiliary. Nilai hitung statistik Chi-squares (χ2) dapat dicari dengan
formula sebagai berikut:
n R2 ≈ χ2df
4. Jika nilai Chi-squares hitung (n. R2) lebih besar dari nilai χ2 kritis
dengan derajat kepercayaan tertentu (α) maka ada heteroskedastisitas
dan sebaliknya jika Chi-squares hitung lebih kecil dari nilai χ2 kritis
menunjukkan tidak adanya heteroskedastisitas. (Gujarati, 1995).
37
3.4.3. Autokorelasi
Adalah keadaan dimana faktor-faktor pengganggu yang satu dengan
yang lain saling berhubungan, pengujian terhadap gejala autokorelasi dapat
dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW), yaitu dengan cara
membandingkan antara DW statistik ( d ) dengan dL dan dU, jika DW
statistik berada diantara dU dan 4- dU maka tidak ada autokorelasi.
Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan jelas
dalam gambar 3.1 berikut ini :
Gambar 3.1 Daerah Autokorelasi
Kriteria Pengambilan Keputusan : auto-korelasi positif
Daerah keragu-raguan
Tidak ada autokorelasi
Daerah keragu-raguan
auto-korelasi negatif
du 0 dl 4-du 4-dl 4
38
Tabel 3.1 Uji Statistik Durbin-Watson
Nilai Statistik Hasil
0<d<dl
dl≤d≤du
du≤d≤4-du
4-du≤d≤4-dl
4-dl≤d≤4
Menolak hipotesis nul; ada autokorelasi
positif
Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
Menerima hipotesis nul; tidak ada
autokorelasi positif/negatif
Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
Menolak hipotesis nul; ada autokorelasi
negatif
Atau dengan cara lain untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam
model bisa dilakukan menggunakan uji LM atau Lagrange Multiplier. Salah
satu cara untuk menghilangkan pengaruh autokorelasi tersebut adalah dengan
memasukkan lag variabel dependen kedalam model regresi. Misalnya pada
model regresi :
Y = β0 + β1X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4X4 + e
39
yang diyakini terdapat autokorelasi, untuk menghilangkan pengaruh
autokorelasi dalam model regresi tersebut dapat dilakukan dengan
memasukkan lag variabel dependen (PDRB) ke dalam model sehingga model
Ho: β1 = β2 = β3= β4, artinya secara bersama-sama variabel X1, X2,
X3, X4 tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi DIY (Y).
44
Ha:β1 ≠ β2 ≠ β3≠ β4, artinya secara bersama-sama variabel X1, X2,
X3, X4 berpengaruh terhadap jumlah
pertumbuhan ekonomi DIY (Y).
F tabel = (α = 0,05: k-1: n-k)
= (α = 0,05: 4: 10) = 3,48
F hitung = 49,74804
Gambar 4.1 Kurva Distribusi F Pertumbuhan Ekonomi DIY
Daerah penerimaan Ha
Daerah penolakan Ho
Ftabel = 3.48 Fhitung = 49,74804
Karena Fhitung > Ftabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti
secara bersama-sama variabel independen mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi DIY (Y).
45
4.4.2 Uji t – Test Statistik
a. Uji t terhadap parameter Penanaman Modal Dalam Negeri (X1)
1. Hipotesis
Ho: βi ≤ 0, artinya variabel Penanaman Modal Dalam
Negeri tidak berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi DIY (Y).
Ha :βi > 0, artinya variabel Penanaman Modal Dalam
Negeri berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi DIY (Y).
t tabel = (α = 0,05 : df = 10 ) = 1,812
t hitung = 1,117505
Gambar 4.2 Kurva Distribusi t Penanaman Modal Dalam Negeri
t tabel =1,812 t hitung = 1,1175505
Daerah penolakan Ha
Daerah Penerimaan Ho
46
Karena t hitung < t tabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak. Berarti
secara individu variabel Penanaman Modal Dalam Negeri (X1)
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi DIY (Y).
b. Uji t terhadap parameter Ekspor (X2)
1. Hipotesis
Ho: βi ≤ 0, artinya variabel ekspor(X2) tidak berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi DIY.
Ha : βi > 0, artinya variabel ekspor(X2) berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi DIY.
t tabel = (α = 0,05 : df = 10 ) = 1,812
t hitung = 0,557025
Gambar 4.3
Kurva Distribusi t Ekspor
t hitung = 0,557025 t tabel = 1,812
Daerah penolakan Ha Daerah
penerimaan Ho
47
Karena t hitung < t tabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Berarti secara individu variabel ekspor (X2) berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi DIY.
c. Uji t terhadap parameter Pariwisata (X3)
1. Hipotesis
Ho: βi ≤ 0, artinya variabel pariwisata (X3) tidak berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi DIY.
Ha : βi > 0, artinya variabel pariwisata (X3) berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi DIY.
t tabel = (α = 0,05 : df = 10 ) =1,812
t hitung = 2,305581
Gambar 4.4 Kurva Distribusi t Pariwisata
t hitung = 2,305581 t tabel = 1,812
Daerah penerimaan Ha Daerah
penolakan Ho
48
Karena t hitung > t tabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Berarti secara individu variabel pariwisata (X3) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi DIY.
d. Uji t terhadap parameter Jumlah perusahaan disektor industri
(X4)
1. Hipotesis
Ho: βi ≤ 0, artinya variabel Jumlah perusahaan disektor
industri tidak berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi DIY (Y).
Ha :βi > 0, artinya variabel jumlah perusahaan disektor
industri berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi DIY (Y).
t tabel = (α = 0,05 : df = 10 ) = 1,812
t hitung = 2,563343
Gambar 4.5 Kurva Distribusi t Jumlah perusahaan disektor industri
Daerah penerimaan Ha
Daerah penolakan Ho
t tabel =1,812 t hitung = 2,563343
49
Karena t hitung > t tabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti
secara individu variabel Jumlah perusahaan disektor industri(X4)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
DIY.
4.4.3 Koefisien Determinasi R2 (Goodness Of Fit)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan yang baik
dalam analisis, yang ditunjukan oleh besarnya koefisien determinasi R2.
berdasarkan hasil estimasi di dapat nilai koefisien determinasi R2 sebesar
0,952151 yang menunjukkan bahwa variabel independen yaitu Penanaman
Modal Dalam Negeri, Ekspor, Pariwisata, dan Jumlah perusahaan disektor
industri mampu menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen sebesar
95,21% dan sisanya 4,79% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel
Penanaman Modal Dalam Negeri, Ekspor, Pariwisata, dan Jumlah perusahaan
disektor industri.
4.5 Uji Asumsi Klasik
4.5.1 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dapat dilakukan dengan menggunakan
metode deteksi Klien yaitu dengan melakukan regresi auxiliary dengan
mendapatkan determinasinya R2x1….x4, dan membandingkan koefisien
50
determinasi auxiliary dengan koefisien determinasi (R2) model regresi
aslinya yaitu Y dengan variabel independen. Jika R2x1….x4 lebih besar dari
R2 maka model mengandung unsur multikolinieritas antara variabel
independennya dan sebaliknya maka tidak ada korelasi antar variabel
independen (Widarjono, 2005:138). Hasil analisis regresi antar variabel-
variabel adalah :
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel R2
Regresi R2
Variabel Keterangan (X1) 0,952151 0,927183 Tidak ada Multikolinieritas (X2) 0,952151 0,871663 Tidak ada Multikolinieritas (X3) 0,952151 0,487326 Tidak ada Multikolinieritas (X4) 0,952151 0,912904 Tidak ada Multikolinieritas
Sumber: Hasil Pengolahan data sekunder, 2007
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas dengan metode deteksi
klien diatas dapat dilihat bahwa R regresi > r variabel maka tidak
terdapat masalah Multikolinearitas dari variabel PMDN, Ekspor,
Pariwisata, dan Jumlah perusahaan disektor industri.
2 2
4.5.2 Uji Heterokedastisitas
Untuk mengetahui keberadaan heterokedastisitas digunakan uji
White. Dengan membandingkan nilai chi squares hitung (χ2) lebih kecil
51
dari pada nilai kritis chi squares (χ2), maka hipotesis alternatif adanya
heterokedastisitas dalam model ditolak.
Tabel 4.5 Hasil Uji heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 2.597151 Probability 0.130634
Obs*R-squared 11.68393 Probability 0.168055
Dari hasil regresi di atas dapat dilihat nilai koefisien determinasi
(R2) sebesar 0,952151. Nilai Chi-Squares hitung (χ2) sebesar 2,597151,
sedangkan nilai kritis chi squares (χ2) pada α=5% dengan df sebesar 10
adalah 18,3070. Karena Nilai Chi-Squares hitung (χ2) < nilai kritis chi
squares (χ2), maka dapat disimpulkan model tidak mengandung masalah
heteroskedasitas.
Model mengandung heteroskedastisitas bisa dilihat dari nilai
probabilitas Chi-Squares sebesar 0,130634 atau pada α=13,06 yang lebih
besar dari α=5%, berarti Ho diterima dan kesimpulannya tidak ada
heteroskedastisitas.
52
Tabel 4.5 Hasil Uji heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 2.597151 Probability 0.130634
Obs*R-squared 11.68393 Probability 0.168055
4.5.3 Uji Autokorelasi
Untuk mendeteksi masalah autokorelasi digunakan Uji LM Test.
Uji ini sangat berguna untuk mengidentifikasi masalah autokorelasi tidak
hanya pada derajat pertama (first order) tetapi juga digunakan pada
tingkat derajat. Jika hasil uji LM berada pada hipotesa nol (Ho) yaitu nilai
chi squares hitung (χ2) < dari pada nilai kritis chi squares (χ2), maka model
estimasi tidak terdapat autokorelasi, begitu pula sebaliknya jika berada
pada hipotesa alternatif (Ha) yaitu nilai chi squares hitung (χ2) > dari pada
nilai kritis chi squares (χ2), maka terdapat auto korelasi. Dengan Uji LM
test diperoleh :
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.074700 Probability 0.928661
Obs*R-squared 0.274991 Probability 0.871538
53
Dari hasil regresi diatas dapat dilihat Nilai Chi square hitung (χ2),
sebesar 0,274991 pada kelambanan 2 kita menerima hipotesis nol karena
tingkat signifikansi α lebih besar dari 5% yaitu 87,15%. Berdasarkan uji
LM ini berarti model tidak mengandung Autokorelasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa Penanaman Modal Dalam Negeri
secara statistik positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
DIY. Tidak signifikannya Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap
pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta lebih disebabkan
karena investasi yang dilakukan oleh Penanaman Modal Dalam Negeri
tersebut nilainya masih relatif rendah. Kebanyakan investasi yang dilakukan
hanya pada industri kecil, jadi keuntungan yang diperoleh tidak terlalu besar
dan tingginya biaya yang harus dibayar oleh Investor untuk berinvestasi di
Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta karena panjangnya prosedur yang
harus ditempuh investor, serta biaya birokrasi yang masih tinggi. Oleh
karena itu Pemerintah propinsi DIY seyogianya menyederhanakan prosedur
investasi agar minat investor untuk menanamkan investasinya di wilayah ini
semakin besar.
4.6.2. Ekspor
Hasil analisis menunjukkan bahwa ekspor secara statistik positif dan
tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi DIY. Tidak signifikannya
55
ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta, ini
lebih disebabkan karena tidak semua industri melakukan ekspor, ekspor
hanya dilakukan oleh industri-industri besar saja atau ekspor tidak
semuanya diserap pada industri yang memberi akses pada masyarakat
sehingga konsumsi masyarakat pun tidak terdorong. Masih kecilnya ekspor
netto menunjukkan bahwa ekspor belum memberikan kontribusi yang cukup
besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu masih banyaknya pungutan
yang ditentukan melalui peraturan daerah dalam rangka mencapai target
Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga mengganggu dan meningkatkan
biaya tambahan bagi para pengusaha di daerah-daerah. Serta banyaknya
pungutan-pungutan liar di pelabuhan yang makin mempersempit marjin
keuntungan para pengusaha serta tidak profesionalnya pelayanan di
pelabuhan (kemampuan bongkar - muat kontainer rendah dan terminal
handling cost tinggi). Oleh karena itu usaha yang dilakukan oleh Pemerintah
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mendorong kegiatan ekspor
adalah menekan ekonomi biaya tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan
meningkatkan transparansi kebijakan termasuk perizinan sektor
perdagangan, melakukan deregulasi dan debirokratisasi regulasi
perdagangan baik di pusat maupun di daerah, menyederhanakan prosedur
perizinan di sektor perdagangan (seperti SIUP, dokumen ekspor & impor),
serta yang tidak kalah pentingnya adalah peningkatan sarana dan prasarana
sektor perdagangan. Selain itu juga dengan cara memperlancar arus barang
56
dengan meningkatkan efisiensi distribusi, dengan cara antara lain
pengurangan/penghapusan hambatan yang membebani distribusi (seperti
Perda dan retribusi daerah), peningkatan ketersediaan sarana transportasi
serta peningkatan pengamanan pasar dalam negeri.
4.6.3. Pariwisata
Hasil analisis menunjukkan bahwa pariwisata secara statistik positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi DIY. Sektor pariwisata
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Berdasarkan hasil uji statistik, variabel pariwisata secara
statistik positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi DIY sebesar
0,216146 berarti sesuai dengan hipotesa awal. Artinya setiap kenaikan
pariwisata sebesar 1% mengakibatkan kenaikan pertumbuhan ekonomi
Propinsi DIY sebesar 0,216146%. Adanya kenaikan peranan sektor
pariwisata maka akan menaikan pertumbuhan ekonomi Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Pengembangan kepariwisataan sangat erat
hubungannya dengan potensi daerah dari segi perekonomian maupun dari
segi sosial budaya. Dalam hubungannya dengan ekstensifikasi penerimaan
pendapatan asli daerah sektor pariwisata dapat merupakan salah satu
alternatif bagi daerah yang memiliki potensi pariwisata kiranya sangat tepat
untuk dikembangkan serta diupayakan ekstensifikasi dalam upaya
meningkatkan pendapatan asli daerah. Perkembangan kepariwisataan pada
57
hakekatnya merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan
obyek wisata seperti, misalnya kekayaan alam yang indah, keragaman
tradisi dan seni budaya serta peninggalan sejarah dan kepurbakalaan.
Apabila hal tersebut dipadukan dengan usaha jasa dan pariwisata seperti
biro perjalanan, penyediaan akomodasi dan transportasi yang memadai,
akan memberikan hasil yang optimal dan selanjutnya dapat memberikan
sumbangan yang besar terhadap pemerintah.
Dalam peta kepariwisataan nasional, potensi DIY menduduki
peringkat kedua setelah Bali. Penilaian tersebut didasarkan pada beberapa
faktor yang menjadi kekuatan pengembangan wisata di DIY. Pertama,
berkenaan dengan keragaman obyek. Dengan berbagai predikatnya, DIY
memiliki keragaman obyek wisata yang relatif menyeluruh baik dari segi
fisik maupun non fisik, di samping kesiapan sarana penunjang wisata.
Sebagai kota pendidikan, Yogyakarta relatif memiliki sumber daya manusia
yang berkualitas. Disamping itu, terdapat tidak kurang dari 70.000 industri
kerajinan tangan, dan sarana lain yang amat kondusif seperti fasilitas
akomodasi dan transportasi yang amat beragam, aneka jasa boga, biro
perjalanan umum, serta dukungan pramuwisata yang memadai, tim
pengamanan wisata yang disebut sebagai Bhayangkara Wisata. Potensi ini
masih ditambah lagi dengan letaknya yang bersebelahan dengan Propinsi
Jawa Tengah, sehingga menambah keragaman obyek yang telah ada. Kedua,
berkaitan dengan ragam spesifisitas obyek dengan karakter mantap dan unik
58
seperti Kraton, Candi Prambanan, kerajinan perak di Kotagede. Spesifikasi
obyek ini msih didukung oleh kombinasi obyek fisik dan obyek non fisik
dalam paduan yang serasi. Kesemua faktor tersebut memperkuat daya saing
DIY sebagai propinsi tujuan utama (primary destination) tidak saja bagi
wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Wisatawan Mancanegara maupun Wisatawan Domestik merupakan
faktor penting dalam memberikan kontribusi yang positif di dalam dunia
pariwisata. Perkembangan dan kemajuan obyek wisata dipengaruhi oleh
banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung, karena dari sisi
operasionalnya pengembangan maupun perawatan obyek wisata didapatkan
dari besarnya pendapatan yang diperoleh dari pemungutan retribusi.
Semakin banyak jumlah wisatawan yang berkunjung maka jumlah retribusi
yang dibayarkan akan semakin besar, sehingga akan meningkatkan jumlah
pendapatan daerah. Pengembangan bidang pariwisata perlu mendapatkan
perhatian khusus bagi pemerintah daerah karena ini merupakan salah satu
asset daerah yang mampu memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah
(PAD) maupun pembentukan (PDRB).
4.6.4. Jumlah Perusahaan Disektor Industri
Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah industri secara statistik
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi DIY. Berdasarkan
hasil uji statistik, variabel jumlah perusahaan disektor industri secara
59
statistik positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi DIY sebesar
0,362356 berarti sesuai dengan hipotesa awal. Artinya setiap kenaikan
jumlah perusahaan disektor industri sebesar 1% mengakibatkan kenaikan
pertumbuhan ekonomi Propinsi DIY sebesar 0,362356%. Industri berperan
besar dalam perluasan kesempatan berusaha, kesempatan kerja dan
pengentasan kemiskinan. Adanya industri tersebut juga akan
mengurangi jumlah penganguran. Sehingga sektor industri makin
efektif menjadi penggerak utama pembangunan ekonomi.
Terciptanya struktur industri yang makin kuat dan didukung
oleh kemampuan teknologi yang makin meningkat serta pemanfaatan
sumber daya ekonomi yang optimal akan meningkatnya daya saing
industri sehingga nantinya menghasilkan produk-produk unggulan
yang mampu menerobos pasar internasional dan mengurangi keter-
gantungan pada impor. Berkembangnya industri akan meningkatkan
peran serta masyarakat secara produktif dalam kegiatan industri sehingga
mampu mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan potensi
sumber daya daerah, dalam upaya lebih memeratakan pembangunan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu hal yang
perlu dilakukan oleh Pemerintah DIY adalah meningkatkan jumlah
perusahaan disektor industri yang ada sehingga nantinya akan
memperluas kesempatan kerja dan akan meningkatkan kegiatan
perekonomian.
60
BAB V
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
5.1. SIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta yang
parameternya menggunakan metode OLS telah mengungkapkan pengaruh dari
penanaman modal dalam negeri (PMDN), ekspor, pariwisata, dan jumlah
perusahaan disektor industri, maka dibuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian secara individual menunjukkan bahwa variabel pariwisata
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Hasil pengujian secara individual menunjukkan bahwa variabel jumlah
perusahaan disektor industri berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Hasil pengujian secara bersama-sama menunjukkan bahwa variabel
Penanaman Modal Dalam Negeri, Ekspor, Pariwisata dan Jumlah Perusahaan
Disektor Industri signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
61
5.2. IMPLIKASI
Berdasarkan dari kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka
implikasi kebijaksanaan yang berkaitan dengan hasil penelitian adalah :
1. Dalam penelitian ini variabel Pariwisata memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu perlu adanya
upaya peningkatan pendapatan daerah yang tercermin pada pendapatan
pariwisata. Untuk itu pemerintah hendaknya mengupayakan agar pendapatan
pariwisata setiap tahun meningkat. Maka dengan ini pariwisata dapat
memberikan peningkatan pendapatan di DIY, agar tercipta pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi. Perkembangan kepariwisataan sebaiknya
dipadukan dengan usaha jasa dan pariwisata seperti biro perjalanan,
penyediaan akomodasi dan transportasi yang memadai, akan memberikan
hasil yang optimal dan selanjutnya dapat memberikan sumbangan yang besar
terhadap pemerintah.
2. Dalam penelitian ini variabel Jumlah Perusahaan Disektor Industri memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini
berarti bahwa untuk mengupayakan peningkatan jumlah perusahaan disektor
industri, perlu diusahakan agar selalu terjadi peningkatan pendapatan industri
hal ini tercermin dalam jumlah perusahaan disektor industri. Untuk itu
pemerintah hendaknya mengupayakan agar pendapatan industri setiap tahun
meningkat. Maka dengan ini jumlah perusahaan disektor industri dapat
memberikan peningkatan pendapatan di DIY, agar tercipta pertumbuhan
62
ekonomi yang cukup tinggi. Hal yang perlu dilakukan oleh Pemerintah DIY
adalah meningkatkan jumlah perusahaan disektor industri yang ada
sehingga nantinya akan memperluas kesempatan kerja dan akan
meningkatkan kegiatan perekonomian dan pertumbuhan ekonomi.
63
DAFTAR PUSTAKA
________, (1995-2005), Laporan Tahunan Bank Indonesia, berbagai edisi, Yogyakarta.
________, Statistik Indonesia berbagai edisi. Yogyakarta: Badan Pusat Statistik.
________, Statistik Pariwisata berbagai edisi. Yogyakarta: Dinas Pariwisata Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Arsyad, Lincolyn. (2004), Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta, STIE YKPN.
Boediono (1992), Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE, Yogyakarta. Firmanto, M. Shodiq. (2005), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia Periode 1984-2002, Skripsi Sarjana (Tidak dipublikasikan), Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Gujarati, Damodar. (1995), Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa Sumarno Zain,
Erlangga, Jakarta, Jhingan. (2000), Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta, Rajawali Press. Kusnadi, Ace. (1998), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di
Jawa Barat Tahun 1983-1996, Skripsi Sarjana (Tidak dipublikasikan), Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Mangkoesoebroto, Guritno. (1998) Teori Ekonomi Makro, Yogyakarta, STIE YKPN Samuelsen, Paul A & William D. Nordhaus, (1993), Makro Ekonomi, Erlangga,
Jakarta. Supranto, Prabowo. (2004), Analisis Factor-faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1986-2002, Skripsi Sarjana (Tidak dipublikasikan), Fakultas Ekonomi, Univestitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Todaro, Michael.P. dan Stephen C. Smith (1993), Pembangunan Ekonomi Di Dunia
Ketiga, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta.
64
Todaro, Michael. (2000), Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Jakarta, Erlangga. Widarjono, Agus (2005), Ekonometrika, Teori dan Aplikasi, Edisis Pertama, FE UII,