ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPLEMENTASI AKUNTANSI AKRUAL PADA UNIT SATUAN KERJA DI WILAYAH KERJA KPPN KOTA BOGOR (Skripsi) Oleh ERSYA RESYA RANILHAJ FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
IMPLEMENTASI AKUNTANSI AKRUAL PADA UNIT
SATUAN KERJA DI WILAYAH KERJA KPPN KOTA BOGOR
(Skripsi)
Oleh
ERSYA RESYA RANILHAJ
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRACT
Analysis of Factors Affecting the Implementation of Accrual-BasedAccounting in Government Organization Units in Work Region of
KPPN Bogor
by
Ersya Resya Ranilhaj
This study aims to demonstrate the factors’ effect on accrual-basedaccounting implementation at government sub-unit organizations ingovernment treasury service office’s (KPPN) work region.
The population in this study is committing officer (PPK) in eachgovernment sub-unit organization that manage and use government budget(APBN), the amount of sample that can be representative of the populationto be studied is a many as 72 respondents. Methods of data analysis in thisstudy using multiple linear regression. The research concludes that is knownthat the variable quality of information technology and fixed-assetsmanagement has positive influence on accrual-based accountingimplementation. And variable financial staff education level, financial stafftraining, and government sub-unit’s manager educational background don’thave influence on accrual-based accounting implementation in work regionof KPPN Bogor.
Keywords : Financial Staff Education Level, Financial Staff Training,Quality of Information Technology, Government Sub-Unit’s Manager Educational Background, Fixed-AssetsManagement, Accrual-Based Accounting Implementation
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHIIMPLEMENTASI AKUNTANSI AKRUAL PADA UNIT SATUAN
KERJA DI WILAYAH KERJA KPPN KOTA BOGOR
Oleh
ERSYA RESYA RANILHAJ
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh faktor-faktor yang
memengaruhi implementasi akuntansi berbasis akrual pada unit satuan kerja
pemerintah di wilayah kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN) kota Bogor.
Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat pembuat komitmen (PPK)
seluruh unit satuan kerja pemerintah yang menggunakan dana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), besarnya sampel yang dapat
mewakili populasi untuk diteliti adalah sebanyak 72 responden. Metode
analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dapat diketahui variabel kualitas
teknologi informasi dan pengelolaan aset tetap berpengaruh positif terhadap
implementasi akuntansi berbasis akrual. Variabel tingkat pendidikan staf
keuangan, pelatihan staf keuangan, dan latar belakang pimpinan tidak
berpengaruh terhadap implementasi akuntansi berbasis akrual pada satuan
kerja di wilayah kerja KPPN Kota Bogor.
Kata Kunci : Tingkat Pendidikan Staf Keuangan, Pelatihan StafKeuangan, Kualitas Teknologi Informasi, DukunganKonsultan, Latar Belakang Pendidikan Pimpinan,Pengelolaan Aset Tetap, Implementasi AkuntansiAkrual
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
IMPLEMENTASI AKUNTANSI AKRUAL PADA UNIT
SATUAN KERJA DI WILAYAH KERJA KPPN KOTA BOGOR
Oleh
ERSYA RESYA RANILHAJ
SkripsiSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Ersya Resya Ranilhaj. Penulis dilahirkan pada tanggal 21Agustus 1986 di Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Penulismerupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Syahrum Agungdan Ibu Erniwas.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis, yaitu :1. SDN Polisi I Bogor, 19982. SMPN 5 Bogor, 20013. SMA Negeri 1 Bogor, 20044. Program Diploma III Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), 2007
Setelah lulus Diploma III, penulis bekerja sebagai aparatur sipil negara (ASN) padaBadan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), yaitu:1. Biro Kepegawaian dan Organisasi, 20082. Kantor Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara, 2008-20123. Kantor Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Barat, 2012-2014
Selanjutnya pada tahun 2014 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomidan Bisnis Universitas Lampung Program pendidikan strata 1 (S1).
Penulis juga telah mengikuti program pengabdian langsung kepada masyarakat yaituKuliah Kerja Nyata (KKN) di Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan.
Kemudian pada tahun 2016 penulis menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syaratuntuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Universitas Lampung.
MOTTO
“Man Jadda, Wajada”
“Siapa yang bersungguh-sungguh, pasti akan berhasil”
“Harga kebaikan manusia diukur menurut apa yang telahdiperbuatnya”
(Ali bin Abi Thalib)
“Jika kamu menyerah, itulah akhir dari pertandingan”(Coach Anzai)
i
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang,
Skripsi ini kupersembahkan kepada Papa dan Mama, yang selalu menyayangi dengantulus, membimbing, memberi dukungan, doa, serta nasehat yang tak henti-hentinya
selama ini.
Ade Repa yang selalu mengingatkan.
Yang tersayang, Ika, yang selalu menemani, memberikan do’a dan semangat danperhatiannya untukku menyelesaikan pendidikan.
Seluruh keluarga besar yang telah memberikan semangat dan do’a.
ii
SANWACANA
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan berkah-Nya dan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Implementasi Akuntansi Akrual Pada Unit Satuan Kerja di
Wilayah Kerja KPPN Kota Bogor” sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua
pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses
penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si.,Akt. Sebagai Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si. sebagai Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Ibu Dr. Fajar Gustiawaty Dewi, S.E., M.Si., Akt. sebagai dosen Pembimbing
Utama, terimakasih atas bimbingan, masukan, arahan dan nasihat yang telah
diberikan selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi.
iii
5. Bapak Basuki Wibowo, S.E., M.Si., Akt sebagai dosen Pembimbing
Pendamping, yang telah memberikan bimbingan, arahan, bantuan dan saran-
sarannya selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi.
6. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si. selaku dosen penguji, terimakasih
atas saran dan masukan yang telah diberikan untuk penyempurnaan skripsi
ini.
7. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt. sebagai dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan bimbingan, masukan, arahan dan nasihat
sehingga penulis dapat menyelesaikan proses belajar.
8. Kedua orangtuaku tercinta, Papa Syahrum Agung dan Mama Erniwas yang
senantiasa memberikan do’a, nasihat, dan dukungan kepada penulis.
Terimakasih atas kasih sayang dan pengorbanan yang telah diberikan selama
ini.
9. Adikku Syahni Erpa Repa yang selalu memberikan do’a dan dukungannya.
10. Yang tersayang, Ika Puji Lestari, yang selalu mendo’akan, memberikan
semangat, dukungan, kesabaran, kebaikan, dan selalu mengingatkan penulis.
11. Para Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Lampung yang telah membantu penulis dalam proses akademis dan
kemahasiswaan.
12. Teman-teman seperjuangan di program STAR-BPKP S1 Akuntansi Batch 1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Terima kasih atas
kebersamaannya dan semoga kita selalu sukses mencapai impian-impian yang
lebih baik.
iv
13. Donny dan teman-teman almamater lainnya di Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini.
14. Terimakasih untuk semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis berdoa semoga segala bantuan yang diberikan mendapat balasan dari
Allah SWT. Amin. Demikianlah, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya.
Bandar Lampung, 8 November 2016Penulis,
Ersya Resya Ranilhaj
v
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................................... 5
1.2.1 Tujuan Penelitian ............................................................... 5
1.2.2 Manfaat Penelitian ............................................................. 6
1.2.2.1 Manfaat Teoritis .................................................. 6
1.2.2.2 Manfaat Praktis .................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ................................................................................ 8
2.1.1 Teori New Public Management ......................................... 8
2.1.2 Teori Entitas (Entity Theory) ............................................. 9
2.1.3 Teori Keagenan (Agency Theory) ...................................... 11
2.1.4 Perkembangan Akuntansi Akrual ...................................... 13
2.2 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 17
2.3 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 19
2.4 Pengembangan Hipotesis .................................................................. 20
2.4.1 Tingkat Pendidikan Staf Keuangan .................................... 20
2.4.2 Pelatihan Staf Keuangan ..................................................... 21
2.4.3 Kualitas Teknologi Informasi ............................................. 22
2.4.4 Latar Belakang Pendidikan Pimpinan ................................ 22
2.4.5 Pengelolaan Aset Tetap ...................................................... 23
vi
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Sampel dan Data Penelitian .............................................................. 25
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian .......................................................................................... 27
3.3 Metode Analisis Data........................................................................ 35
3.3.1 Uji Validitas.......................................................................... 353.3.2 Uji Reliabilitas ...................................................................... 353.3.3 Uji Asumsi Klasik ................................................................ 36
3.3.3.1 Uji Heteroskedastisitas ........................................... 36
3.3.3.2 Uji Multikolinieritas ............................................... 36
3.3.4 Analisis Regresi Berganda .................................................... 37
3.3.5 Pengujian Hipotesis .............................................................. 37
3.3.5.1 Uji Koefisien Determinasi ...................................... 37
3.3.5.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ........................... 38
3.3.5.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ......... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskriptif Data ................................................................................ 39
4.2 Statistik Deskriptif ........................................................................... 41
4.2.1 Deskriptif Jawaban Responden Variabel Tingkat Pendidikan
Staf Keuangan (X1) ............................................................. 41
4.2.2 Deskriptif Jawaban Responden Variabel Pelatihan Staf
Keuangan (X2) ..................................................................... 42
4.2.3 Deskriptif Jawaban Responden Variabel Kualitas Teknologi
Informasi (X3) ..................................................................... 43
4.2.4 Deskriptif Jawaban Responden Variabel Latar Belakang
Pendidikan Pimpinan (X4) ................................................... 44
4.2.5 Deskriptif Jawaban Responden Variabel Pengelolaan Aset Tetap
(X5) ..................................................................................... 45
4.2.6 Deskriptif Jawaban Responden Variabel Implementasi
Akuntansi Berbasis Akrual (Y) ........................................... 46
4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Data .................................................. 47
4.3.1 Uji Validitas ......................................................................... 47
vii
4.3.2 Uji Reliabilitas ..................................................................... 49
4.4 Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 50
4.4.1 Uji Multikolinieritas ............................................................ 50
4.4.2 Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 51
4.5 Hasil Pengujian Hipotesis ................................................................ 52
4.5.1 Pengujian Model .................................................................. 52
4.5.1.1 Koefisien Determinasi ........................................... 52
4.5.1.2 Uji Statistik F ......................................................... 53
4.5.2 Hasil Uji Hipotesis .............................................................. 54
4.6 Pembahasan...................................................................................... 57
4.6.1 Pengaruh Tingkat Pendidikan Staf Keuangan Terhadap
Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual ........................... 57
4.6.2 Pengaruh Pelatihan Staf Keuangan Terhadap Implementasi
Akuntansi Berbasis Akrual................................................... 58
4.6.3 Pengaruh Kualitas Teknologi Informasi Terhadap Implementasi
Akuntansi Berbasis Akrual .................................................. 59
4.6.4 Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Pimpinan Terhadap
Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual ........................... 60
4.6.5 Pengaruh Pengelolaan Aset Tetap Terhadap Implementasi
Akuntansi Berbasis Akrual .................................................. 61
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 635.2 Keterbatasan Penelitian…………………….……………………..... 64
5.3 Saran …………………………….………………………………..... 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel:
Halaman
2.1 Data Penelitian Terdahulu......................................................................... 18
3.1 Satuan Kerja di Wilayah Kerja KPPN Kota Bogor................................... 25
3.2 Operasional Variabel ................................................................................. 31
3.3 Skor Penilaian Menggunakan Skala Likert .............................................. 35
4.1 Hasil Analisis Pengembalian Kuesioner.................................................... 39
4.2 Demografi Responden ............................................................................... 40
4.3 Hasil Statistik Variabel Tingkat Pendidikan Staf Keuangan..................... 41
4.4 Hasil Statistik Variabel Pelatihan Staf Keuangan ..................................... 42
4.5 Hasil Statistik Variabel Kualitas Teknologi Informasi.............................. 43
4.6 Hasil Statistik Variabel Latar Belakang Pendidikan Pimpinan ................ 44
4.7 Hasil Statistik Variabel Pengelolaan Aset Tetap ...................................... 45
4.8 Hasil Statistik Variabel Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual .......... 46
4.9 Hasil Uji Validitas Mengenai Pelatihan Staf Keuangan ........................... 48
4.10 Hasil Uji Validitas Mengenai Kualitas Teknologi Informasi................... 48
4.11 Hasil Uji Validitas Mengenai Pengelolaan Aset Tetap ........................... 48
4.12 Hasil Uji Validitas Mengenai Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual 49
4.13 Hasil Uji Reliabilitas ................................................................................ 49
4.14 Hasil Uji Multikolinieritas........................................................................ 50
4.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................... 51
4.16 Koefisien Determinasi .............................................................................. 52
4.17 Hasil Uji Statistik F .................................................................................. 53
4.18 Hasil Uji Parameter Individual ................................................................. 54
4.19 Hasil Uji Hipotesis.................................................................................... 56
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar:Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran................................................................................... 20
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran :
1. Kuesioner penelitian
2. Tabulasi Jawaban Kuesioner Responden
3. Hasil Olah Data di SPSS
1. Statistik Deskriptif
1.1 Variabel Tingkat Pendidikan Staf Keuangan
1.2 Variabel Pelatihan Staf Keuangan
1.3 Variabel Kualitas Teknologi Informasi
1.4 Variabel Latar Belakang Pendidikan Pimpinan
1.5 Variabel Pengelolaan Aset Tetap
1.6 Variabel Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual
2. Uji Hipotesis
2.1 Analisis Regresi Berganda
2.2 Koefisien Determinasi
2.3 Uji F
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisasi sektor publik di seluruh dunia sudah lama bergerak dalam
strategi perubahan kelembagaan, organisasi dan manajerial dalam rangka
memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat akan akuntabilitas keuangan,
efisiensi dan efektifitas. Perubahan manajemen sektor publik tersebut kemudian
dikenal dengan istilah New Public Management (NPM).
NPM berakar dari teori manajemen yang beranggapan bahwa praktik
bisnis komersial dan manajemen sektor swasta adalah lebih baik dibandingkan
dengan praktik dan manajemen pada sektor publik. Oleh karena itu, untuk
memperbaiki kinerja sektor publik, perlu diadopsi beberapa praktik dan teknik
manajemen yang diterapkan di sektor swasta ke dalam sektor publik, seperti
pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender, dan privatisasi perusahaan
perusahaan publik (Mardiasmo, 2002).
Dengan adanya perubahan pada sektor publik tersebut, terjadi pula
perubahan pada akuntansi sektor publik, yaitu perubahan sistem akuntansi dari
akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi berbasis akrual. Perubahan tersebut
diperlukan karena sistem akuntansi berbasis kas dianggap saat ini tidak lagi
2
memuaskan, terutama karena kekurangannya dalam menyajikan gambaran
keuangan yang akurat dan dalam memberikan informasi manajemen yang berguna
dan memadai untuk memfasilitasi perencanaan dan proses kinerja (Cohen, et al,
2007).
Pengadopsian NPM di Indonesia dalam bidang reformasi keuangan negara
dimulai dengan diberlakukannya paket undang-undang bidang keuangan negara
(UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara). Salah satu ketentuan dalam
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yaitu
mewajibkan adanya Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagai basis
penyusunan laporan keuangan bagi instansi pemerintah.
Dalam salah satu penjelasan di Undang-undang Perbendaharaan Negara
disebutkan bahwa SAP dimaksud ditetapkan dalam suatu peraturan pemerintah
(PP) yang saat ini diatur dengan PP No. 71 Tahun 2010. Salah satu ciri pokok dari
perubahan tersebut adalah penggunaan basis akuntansi dari basis kas menjadi
basis akrual. Secara sederhana, akuntansi berbasis kas mengakui dan mencatat
transaksi pada saat terjadinya penerimaan dan pengeluaran kas dan tidak mencatat
aset dan kewajiban. Sedangkan basis akrual mengakui dan mencatat transaksi
pada saat terjadinya transaksi (baik kas maupun non kas) dan mencatat aset dan
kewajiban.
Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
mensyaratkan pemerintah untuk menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual
paling lambat 5 tahun sejak diterbitkannya Undang-undang tersebut. Hingga terbit
3
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan untuk mengganti PP No. 24 Tahun 2005. Pada PP No. 71 Tahun
2010 batas waktu penerapan sistem akuntansi akrual secara penuh (full accrual)
diundur sampai dengan tahun 2014.
Penelitian mengenai Akuntansi akrual di Indonesia diantaranya dilakukan
oleh Solikhin (2007) yang menunjukkan kesiapan pemerintah yang masih kurang
atas penerapan Standar Akuntansi Pemerintah. Sementara penelitian sebelumnya
di beberapa negara mengenai adopsi sistem akuntansi berbasis akrual pada
organisasi sektor publik, menyatakan bahwa implementasi dari sistem akuntansi
berbasis akrual sering disertai dengan sejumlah besar kelemahan dan masalah
(masalah akuntansi, sumber daya manusia, organisasi dan keuangan) yang
menghambat atau menunda tingkat adopsi, sehingga transisi dari sistem akuntansi
basis kas menuju basis akrual tidak akan terjadi secara cepat dan lengkap
(Christiaens, 2001; Guthrie, 1998; Carlin and Guthrie, 2003; Hodges and Mellet,
2003; Alijarde, 1997).
Penelitian ini mengacu pada penelitian Stamatiadis, et al. (2009) di Yunani
dan penelitian Kusuma (2013) yang mengukur sampai sejauh mana tingkat adopsi
reformasi akuntansi akrual pada sektor publik dan menghubungkan tingkat
kepatuhan (compliance) akuntansi akrual dengan faktor-faktor kontigensi yang
ada pada organisasi sektor publik tersebut. Hasil penelitian Stamatiadis, et al.
(2009) menunjukkan tingkat adopsi akuntansi akrual pada sektor publik di Yunani
yang cukup rendah setelah enam tahun peraturan tentang hal tersebut ditetapkan.
Penelitian tersebut juga menunjukkan faktor-faktor kontigensi yang terbukti
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat adopsi akuntansi akrual
4
diantaranya adalah tingkat pendidikan staf, pelatihan, dan kualitas teknologi
informasi. Juga terdapat faktor yang terbukti tidak memiliki pengaruh yang
signifikan yaitu faktor pengalaman, pendidikan pimpinan dan ukuran organisasi.
Berbeda dengan Stamatiadis, et al. (2009) yang menggunakan rumah sakit di
Yunani, penelitian ini menggunakan instansi pemerintah pusat yang berada di
daerah (satuan kerja) di Indonesia, karena satuan kerja merupakan ujung tombak
pemerintah pusat di daerah dan berkaitan langsung dengan setiap penerapan
peraturan-peraturan baru dalam hal ini yaitu penerapan sistem akuntansi berbasis
akrual.
Alasan mengapa penelitian mengenai penerapan akuntansi akrual pada
pemerintah pusat ini perlu dilakukan adalah konsep akuntansi akrual di
lingkungan pemerintah pusat baru dimulai pada tahun 2015, sehingga hasil
pemeriksaan laporan keuangan tahun 2015 oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) yang menilai pencatatan akuntansi berbasis akrual baru akan terlihat pada
sekitar bulan Agustus hingga Oktober tiap tahunnya. Di samping itu juga, belum
adanya penelitian yang menjelaskan kondisi satuan kerja di wilayah kerja KPPN
Kota Bogor saat persiapan dan setelah memulai implementasi akuntansi berbasis
akrual.
Penerapan sistem akuntansi berbasis akrual merupakan proses yang
berkesinambungan dan terpadu. Dampak yang dihasilkan dari penerapan sistem
ini tidak dapat dilihat dalam waktu yang singkat. Pemahaman tentang faktor-
faktor yang memengaruhi keberhasilan atau kegagalan dalam pengenalan sistem
akuntansi yang baru, khususnya pada konteks pemerintahan adalah penting.
Keberhasilan atau kegagalan penerapan akuntansi berbasis akrual pada
5
pemerintah tidak lepas dari peran satuan kerja dan pengaruh dari faktor-faktor
yang ada pada satuan kerja tersebut, mulai dari faktor sumber daya manusia
seperti tingkat pendidikan staf, pelatihan yang diberikan, dan latar belakang
pendidikan pimpinan, faktor organisasional seperti kualitas teknologi informasi,
maupun faktor situasional lainnya seperti pengelolaan aset tetap.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin menguji kembali sampai
sejauh mana tingkat penerapan akuntansi akrual dan menguji pengaruh dari
faktor-faktor sumber daya manusia, teknologi informasi, organisasional dan
situasi sekitarnya terhadap tingkat penerapan akuntansi akrual pada pemerintah.
Oleh karena itu, penulis mengangkat topik yang berjudul ANALISIS FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPLEMENTASI AKUNTANSI
AKRUAL PADA UNIT SATUAN KERJA WILAYAH KERJA KPPN KOTA
BOGOR.
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.2.1 Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi akuntansi
pemerintah berbasis akrual, yaitu sebagai berikut:
a. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan staf keuangan dengan
tingkat penerapan akuntansi akrual.
b. Mengetahui hubungan pelatihan staf keuangan dengan tingkat penerapan
akuntansi akrual.
6
c. Mengetahui hubungan teknologi informasi dengan tingkat penerapan
akuntansi akrual.
d. Mengetahui hubungan latar belakang pendidikan pimpinan yang berorientasi
bisnis dengan tingkat penerapan akuntansi akrual.
e. Mengetahui hubungan pengelolaan aset tetap dengan tingkat penerapan
akuntansi akrual.
1.2.2 Manfaat penelitian
1.2.2.1 Manfaat Teoritis
- Memberikan masukan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya,
khususnya yang berhubungan dengan pemanfaatan tingkat pendidikan dan
pelatihan staf keuangan, pemanfaatan teknologi informasi, latar belakang
pendidikan pimpinan, serta pengelolaan aset tetap dan sejauh mana faktor-
faktor tersebut berpengaruh terhadap implementasi akuntansi berbasis
akrual.
- Memberikan masukan penulis tentang pentingnya pemahaman mengenai
pemanfaatan tingkat pendidikan dan pelatihan staf keuangan, pemanfaatan
teknologi informasi, latar belakang pendidikan pimpinan, serta
pengelolaan aset tetap dan sejauh mana faktor-faktor tersebut berpengaruh
terhadap implementasi akuntansi berbasis akrual.yang diaplikasikan pada
dunia kerja.
7
1.2.2.2 Manfaat Praktis
- Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat
pendidikan dan pelatihan staf keuangan, pemanfaatan teknologi informasi,
latar belakang pendidikan pimpinan, serta pengelolaan aset tetap yang
diterapkan oleh satuan kerja.
- Memberikan manfaat bagi organisasi khususnya satuan kerja
Dinas/Kantor/Badan yang ada di wilayah kerja KPPN Kota Bogor untuk
mempertimbangkan dampak penggunaan tingkat pendidikan dan pelatihan
staf keuangan, pemanfaatan teknologi informasi, latar belakang pendidikan
pimpinan, serta pengelolaan aset tetap terhadap implementasi akuntansi
berbasis akrual dan mendorong setiap organisasi untuk memanfaatkan
faktor-faktor tersebut untuk membantu meningkatkan implementasi
akuntansi berbasis akrual.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori New Public Management
Tahun 1990-an ilmu administrasi publik mengenalkan paradigma baru
yang sering disebut New Public Management (NPM) (Hood, 1991). Walaupun
juga disebut dengan nama lain misalnya Post-bureaucratic Paradigm (Barzelay,
1992), dan Reinventing Government (Osborne dan Gaebler, 1992), tetapi secara
umum disebut NPM karena berangkat dari gagasan Christopher Hood sebagai
awal mula paradigma alternatif.
NPM berakar dari teori manajemen yang beranggapan bahwa praktik
bisnis komersial dan manajemen sektor swasta adalah lebih baik dibandingkan
dengan praktik dan manajemen pada sektor publik. Oleh karena itu, untuk
memperbaiki kinerja sektor publik, perlu diadopsi beberapa praktik dan teknik
manajemen yang diterapkan di sektor swasta ke dalam sektor publik, seperti
pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender, dan privatisasi perusahaan-
perusahaan publik (Mardiasmo, 2002).
Dengan adanya perubahan pada sektor publik tersebut, terjadi pula
perubahan pada akuntansi sektor publik, yaitu perubahan sistem akuntansi dari
akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi berbasis akrual. Perubahan tersebut
9
diperlukan karena sistem akuntansi berbasis kas dianggap saat ini tidak lagi
memuaskan, terutama karena kekurangannya dalam menyajikan gambaran
keuangan yang akurat dan dalam memberikan informasi manajemen yang berguna
dan memadai untuk memfasilitasi perencanaan dan proses kinerja (Cohen, et al,
2007).
Dalam konteks NPM dan mengikuti contoh dari sejumlah negara lain di
seluruh dunia, pemerintah Indonesia juga mengalami sejumlah perubahan
akuntansi keuangan dan reformasi keuangan negara dalam rangka memenuhi
tantangan globalisasi yang meningkat.
Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan
membandingkan secara obyektif adopsi dan implementasi aktual dari sistem
akuntansi akrual pada pemerintah Indonesia dengan mengukur sejauh mana
penerapan akuntansi akrual dan menguji dampak dari berbagai faktor yang
berpotensi berpengaruh pada tingkat adopsi reformasi akuntansi akrual.
2.1.2 Teori Entitas (Entity Theory)
Dalam teori entitas yang dikemukakan oleh Paton (Suwardjono, 2005),
dinyatakan bahwa organisasi dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan usaha
ekonomik yang berdiri sendiri, bertindak atas nama sendiri, dan kedudukannya
terpisah dari pemilik atau pihak lain yang menanamkan dana dalam organisasi dan
kesatuan ekonomik tersebut menjadi pusat perhatian atau sudut pandang
akuntansi. Dari perspektif ini, akuntansi berkepentingan dengan pelaporan
keuangan kesatuan usaha, bukan pemilik. Kesatuan usaha merupakan pusat
10
pertanggungjawaban dan laporan keuangan merupakan medium
pertanggungjawabannya.
Dalam mekanisme keuangan negara di Indonesia, teori ataupun konsep
entitas telah diaplikasikan. Istilah entitas pelaporan masuk dalam khasanah
perundang-undangan melalui penjelasan pasal 51 ayat (2) dan ayat (3) dari UU
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang berbunyi: tiap-tiap
kementerian negara/lembaga merupakan entitas pelaporan yang tidak hanya wajib
menyelenggarakan akuntansi, tetapi juga wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Berangkat dari ketentuan hukum
tersebut, maka dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dibakukan dan
dipertegas eksistensi Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi, sebagai berikut:
1. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut ketentuan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
2. Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna
barang, dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan
menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
Satuan kerja sebagai unit pemerintahan yang menerima anggaran belanja atau
mengelola barang merupakan entitas akuntansi yang wajib menyelenggarakan
akuntansi atas transaksi keuangan, dan secara periodik menyiapkan laporan
keuangan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan. Laporan keuangan tersebut
disampaikan secara intern dan berjenjang kepada unit yang lebih tinggi dalam
rangka penggabungan laporan keuangan oleh entitas pelaporan.
11
Setiap unit pemerintah dapat ditetapkan menjadi suatu entitas akuntansi apabila
unit yang dimaksud mengelola anggaran sebagaimana yang dimaksud dalam
PSAP 11 paragraf 15 yang mengatakan :
”Entitas akuntansi menyelenggarakan akuntansi dan menyampaikan
laporan keuangan sehubungan dengan anggaran/barang yang dikelolanya yang
ditujukan kepada entitas pelaporan”
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, satuan kerja sebagai entitas
akuntansi dan faktor-faktor yang ada pada satuan kerja tersebut menjadi objek
penelitian, mulai dari sumber daya manusia, teknologi informasi dan faktor
situasional lainnya. Hal tersebut menjadi menarik untuk diteliti, karena diharapkan
dapat memberikan gambaran yang lebih nyata terkait kesuksesan dalam
implementasi akuntansi akrual pada akuntansi pemerintahan di Indonesia.
2.1.3 Teori Keagenan (Agency Theory)
Dalam teori keagenan, Jensen dan Meckling (Jensen, 1976)
mendefinisikan hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak dimana satu atau
lebih (principal) menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa
untuk kepentingan mereka dengan mendelegasikan beberapa wewenang
pembuatan keputusan kepada agen. Konflik kepentingan akan muncul dari
pendelegasian tugas yang diberikan kepada agen karena agen tidak dalam
kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan principal, tetapi mempunyai
kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri dengan mengorbankan
kepentingan pemilik.
12
Pada dasarnya organisasi sektor publik dibangun atas dasar agency theory.
Diakui atau tidak pada pemerintahan terdapat hubungan dan masalah keagenan
(Syukriy Abdullah, 2006). Menurut Lane (2003) teori keagenan dapat diterapkan
dalam organisasi publik, ia menyatakan bahwa negara demokrasi modern
didasarkan pada serangkaian hubungan prinsipal-agen. Hal yang sama
dikemukakan oleh Moe (1984) yang menjelaskan konsep ekonomika organisasi
sektor publik dengan menggunakan teori keagenan. Bergman dan Lane (1990)
menyatakan bahwa kerangka hubungan prinsipal agen merupakan suatu
pendekatan yang sangat penting untuk menganalisis komitmen-komitmen
kebijakan publik.
Dalam konteks organisasi sektor publik, Mardiasmo (2002) menjelaskan
bahwa pengertian akuntabilitas sebagai kewajiban pemegang amanah
(pemerintah) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan,
dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya kepada pihak pemberi amanah (masyarakat) yang memiliki hak untuk
meminta pertanggungjawaban tersebut. Pendapat Mardiasmo tentang akuntabilitas
dalam konteks sektor publik mengandung arti bahwa dalam pengelolaan
pemerintah daerah terdapat hubungan keagenan (teori keagenan) antara
masyarakat sebagai principal dan pemerintah sebagai agent. Penggunaan basis
akuntansi akrual diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas laporan keuangan
sebagai bentuk pertanggungjawaban dari agen kepada prinsipal.
Dan dalam penelitian ini, satuan kerja merupakan agen yang mendapat
mandat untuk menyampaikan laporan keuangan. Juga sesuai dengan amanat
undang-undang bahwa laporan keuangan tersebut harus disusun berdasarkan basis
13
akrual. Tingkat penerapan akuntansi akrual pada satuan kerja dapat menjadi salah
satu tolok ukur dari pertanggungjawaban satuan kerja sebagai agen kepada
masyarakat sebagai prinsipal.
2.1.4 Perkembangan Akuntansi Akrual
Reformasi akuntansi pemerintahan mendapat momentumnya dengan
terbitnya UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mewajibkan
adanya suatu Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai basis penyusunan laporan
keuangan instansi pemerintah, lalu diperkuat dengan UU 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-
undang tersebut menyebabkan kebutuhan mendesak akan standar akuntansi
sebagai basis penyusunan dan audit laporan keuangan instansi pemerintah oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Tanpa standar, BPK tidak dapat menerbitkan
opini audit. Bentuk pertanggungjawaban APBN/APBD adalah laporan keuangan
yang harus sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam
Pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan. Standar akuntansi pemerintahan tersebut disusun oleh
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan yang independen dan ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan
Pemeriksa Keuangan. Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP
melalui proses baku penyusunan (due process).
Penyusunan PSAP dilandasi oleh Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan, yang merupakan konsep dasar penyusunan dan pengembangan
14
Standar Akuntansi Pemerintahan, dan merupakan acuan bagi Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan, penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan pengguna
laporan keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum
diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Keuangan Negara tersebut,
Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan
tersebut menggunakan basis kas untuk pengakuan transaksi pendapatan, belanja
dan pembiayaan, dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas
dana. Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 masih bersifat
sementara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyatakan bahwa selama
pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum
dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.
Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dilaksanakan
paling lambat 5 (lima) tahun. Oleh karena itu, Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2005 perlu diganti. Kemudian sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No.
24 Tahun 2005, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun
2010 yang meliputi SAP Berbasis Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual.
SAP Berbasis Akrual terdapat pada Lampiran I Peraturan Pemerintah tersebut dan
berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas,
yaitu mulai akhir tahun 2010. Sedangkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual pada
15
Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk
menerapkan SAP Berbasis Akrual.
Penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dilaksanakan sesuai dengan
jangka waktu sebagaimana tercantum dalam Lampiran II PP tersebut, yaitu
sampai dengan akhir tahun 2014. Selanjutnya, setiap entitas pelaporan, baik pada
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP Berbasis
Akrual. Walaupun entitas pelaporan untuk sementara masih diperkenankan
menerapkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual, entitas pelaporan diharapkan
dapat segera menerapkan SAP Berbasis Akrual.
Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual
dimaksudkan untuk memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku
kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa laporan keuangan
pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini sejalan dengan
salah satu prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan sebanding
dengan manfaat yang diperoleh.
Perbedaan mendasar SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dengan SAP Berbasis
Akrual terletak pada PSAP 12 mengenai Laporan Operasional. Entitas
melaporkan secara transparan besarnya sumber daya ekonomi yang didapatkan,
dan besarnya beban yang ditanggung untuk menjalankan kegiatan pemerintahan.
Surplus/defisit operasional merupakan penambah atau pengurang
ekuitas/kekayaan bersih entitas pemerintahan bersangkutan. Widjajarso (2008)
menjelaskan alasan penggunaan basis akrual dalam laporan keuangan pemerintah,
antara lain:
16
a. Akuntansi berbasis kas tidak menghasilkan informasi yang cukup, misalnya
transaksi non kas untuk pengambilan keputusan ekonomi misalnya informasi
tentang hutang piutang, sehingga penggunaan basis akrual sangat disarankan.
b. Akuntansi berbasis akrual menyediakan informasi yang tepat untuk
menggambarkan biaya operasi yang sebenarnya.
c. Akuntansi berbasis akrual dapat menghasilkan informasi yang dapat
diandalkan dalam informasi aset dan kewajiban.
Perkembangan hingga saat ini, pemerintah telah menetapkan berbagai
peraturan untuk menjalankan kebijakan akuntansi berbasis akrual di seluruh
satuan kerja Kementerian/Lembaga pemerintah, termasuk Peraturan Menteri
Keuangan mengenai penerapan akuntansi akrual pada pemerintah, hingga
berbagai peraturan mengenai pelaporan dan reviu laporan keuangan yang sudah
menerapkan akuntansi berbasis akrual di seluruh Kementerian/Lembaga.
Salah satu kendala dalam penerapan akuntansi berbasis akrual adalah kondisi
pemerintah yang meliputi sumber daya manusia dan infrastruktur untuk
menerapkan SAP berbasis akrual serta kualitas laporan keuangan pemerintahan
yang disusun berdasarkan PP No.71 Tahun 2010, namun belum sepenuhnya
sesuai dengan PP tersebut (masih banyak laporan keuangan yang mendapat opini
disclaimer dari BPK RI). Oleh karena itu, sampai sejauh mana implementasi
akuntansi akrual pada pemerintah khususnya di tingkat satuan kerja saat ini dan
faktor-faktor yang meliputi sumber daya manusia dan organisasi dari satuan kerja
tersebut, menjadi objek penelitian ini yang diharapkan memberikan gambaran
yang lebih tepat atas penerapan akuntansi akrual pada pemerintah.
17
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan referensi antara lain :
a. Kusuma (2013) yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat penerapan akuntansi akrual pada satuan kerja di wilayah kerja
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Semarang I.
Penelitian ini mendapat hasil bahwa tingkat penerapan akuntansi akrual
dipengaruhi secara signifikan oleh pelatihan staf keuangan. Namun tidak
terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat pendidikan staf, kualitas
teknologi informasi, pengalaman, latar belakang pendidikan pimpinan,
dan ukuran satuan kerja terhadap tingkat penerapan akuntansi akrual.
b. Stamatiadis (2009) menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara tingkat pendidikan staf akuntansi, dan kualitas teknologi
informasi terhadap tingkat kepatuhan akuntansi akrual, serta tidak ada
pengaruh yang signifikan antara latar belakang pendidikan pimpinan dan
ukuran organisasi terhadap tingkat kepatuhan akuntansi akrual.
c. Adventana (2014) menunjukkan sumber daya manusia dan teknologi
informasi secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap kesiapan
penerapan SAP berbasis akrual.
d. Daud (2014) menunjukkan bahwa jika tidak dilakukan evaluasi
pengelolaan aset daerah, maka penerapan prinsip akuntansi yang
dilaksanakan di DPPKAD Kabupaten Gorontalo Utara akan rendah.
Selain itu diketahui juga bahwa setiap kali DPPKAD melakukan evaluasi
pengelolaan aset maka akan diikuti oleh peningkatan pelaksanaan prinsip
18
akuntansi. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengelolaan aset
berpengaruh kepada pelaksanaan prinsip akuntansi.
e. Hasibuan (2015) menganalisis pengaruh penerapan penuh akuntansi
berbasis akrual pada pemerintah Kota Medan. Sumber daya manusia
berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap penerapan akuntansi
berbasis akrual. Hasil penelitian juga menunjukkan kualitas teknologi
informasi berpengaruh negatif dan signifikan.
Tabel 2.1
Data Penelitian Terdahulu
No. Judul PenelitiTahun
PenelitianHasil Penelitian
1. Analisis Faktor-Faktor YangMempengaruhi TingkatPenerapan Akuntansi AkrualPada Pemerintah
Kusuma 2013 1. Pelatihan staf keuanganmempengaruhi tingkatpenerapan akuntansi akrual.
2. Tingkat pendidikan staf ,kualitas teknologi informasi,latar belakang pendidikanpimpinan, dan ukuran satuankerja tidak berpengaruh padatingkat penerapan akuntansiakrual.
2. Assessing AccrualAccounting Reform in GreekPublic Hospitals: AnEmpirical Investigation
Stamatiadis,et al.
2009 1. Faktor tingkat pendidikanstaf, pelatihan, dan kualitasteknologi informasimemiliki pengaruh positifdan signifikan terhadaptingkat adopsi akuntansiakrual.
2. Faktor pengalamanmenjalani basis akrual,pendidikan pimpinan danukuran organisasi tidakmemiliki pengaruh yangsignifikan terhadap tingkat
19
adopsi akuntansi akrual.
3. Analisis Faktor-Faktor yangMempengaruhi pemerintahProvinsi DIY dalamImplementasi SAP BerbasisAkrual Menurut PP Nomor71 Tahun 2010
Adventana 2014 1. Faktor SDM danKomitmen Organisasiberpengaruh positif terhadapkesiapan penerapan SAPberbasis akrual.
2. Faktor teknologiinformasi dan tata carakomunikasi tidak memilikipengaruh terhadap kesiapanpenerapan SAP berbasisakrual.
4. Evaluasi Pengelolaan AsetDaerah Dan PengaruhnyaTerhadap Prinsip AkuntansiPada Dinas PendapatanPengelolaan Keuangan DanAset Daerah KabupatenGorontalo Utara
Daud 2014 Evaluasi pengelolaan asetdaerah berpengaruh padapenerapan prinsip akuntansiyang dilaksanakanDPPKAD KabupatenGorontalo Utara.
5. Analisis Penerapan PenuhPeraturan Pemerintah No. 71Tahun 2010 tentang StandarAkuntansi Pemerintahan(SAP) Berbasis Akrual(Kasus Pada PemerintahKota Medan)
Hasibuan 2015 1. Faktor SDM berpengaruhpositif terhadap penerapanpenuh akuntansi berbasisakrual.
2. Faktor teknologiberpengaruh secara negatifterhadap penerapan penuhakuntansi berbasis akrual.
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian tinjauan pustaka yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka dapat dirumuskan suatu kerangka pemikiran dalam bentuk diagram
skematik sebagai berikut:
20
Gambar 2.1Kerangka Pemikiran
2.4 Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Tingkat Pendidikan Staf Keuangan
Secara bahasa, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan (Muzahid, 2014). Penyampaian laporan keuangan
pemerintah secara transparan dan akuntabel masih sulit diterapkan bagi aparatur
daerah, tepat waktu, dan disusun sesuai SAP. Hal ini terutama disebabkan oleh
kurangnya staf yang memiliki keahlian dalam melaksanakan pertanggungjawaban
anggaran, khususnya keahlian bidang akuntansi (Zetra dalam Kusuma, 2009),
maka dari itu latar belakang pendidikan staf keuangan termasuk dalam peran
utama dalam penerapan sistem akuntansi. Penelitian yang dilakukan oleh
Stamatiadis (2009) menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara tingkat pendidikan staf akuntansi dengan tingkat kepatuhan akuntansi
Tingkat pendidikan stafkeuangan (X1)
Pelatihan staf keuangan(X2)
Kualitas teknologiinformasi (X3)
Latar belakangpendidikan pimpinan(X4)
Pengelolaan aset tetap(X5)
Implementasi AkuntansiAkrual (Y)
21
akrual. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2013), pendidikan staf
keuangan memiliki pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap tingkat
penerapan akrual.
Berdasarkan pembahasan di atas maka dalam penelitian ini dapat diambil
hipotesis sebagai berikut:
H1: Tingkat pendidikan staf keuangan berpengaruh positif terhadap
tingkat penerapan akuntansi akrual.
2.4.2 Pelatihan Staf Keuangan
Pelatihan adalah suatu proses membantu orang lain dalam memperoleh skill
dan pengetahuan (Mangkunegara dalam Muzahid, 2014). Sedangkan Jucius dalam
Muzahid (2007) menjelaskan istilah latihan untuk menunjukkan setiap proses
untuk mengembangkan bakat, keterampilan dan kemampuan pegawai guna
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Menurut Ouda (2008), karyawan
yang tidak memiliki cukup informasi mengenai arah reformasi maupun yang tidak
diberdayakan untuk berkontribusi pada prosesnya, merupakan salah satu alasan
kegagalan reformasi akuntansi sektor publik. Penelitian oleh Stamatiadis, et al.
(2009) juga menunjukkan bahwa pelatihan yang diberikan kepada staf keuangan
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kepatuhan akuntansi
akrual. Begitu juga dengan penelitian oleh Kusuma (2013) yang menjelaskan
adanya pengaruh yang positif dan signifikan dari pelatihan staf keuangan terhadap
implementasi akuntansi berbasis akrual.
Berdasarkan pembahasan di atas maka dalam penelitian ini dapat diambil
hipotesis sebagai berikut:
22
H2: Pelatihan staf keuangan berpengaruh positif terhadap tingkat
penerapan akuntansi akrual.
2.4.3 Kualitas Teknologi Informasi
Sejak reformasi keuangan negara, peranan teknologi informasi sudah sangat
membantu efektivitas dan efisiensi pemerintah dalam melaksanakan kegiatan
pengelolaan keuangan negara. Teknologi informasi meliputi komputer
(mainframe, mini, micro), perangkat lunak (software), database, jaringan
(internet, intranet), electronic commerce, dan jenis lainnya yang berhubungan
dengan teknologi (Wilkinson et al. dalam Winidyaningrum, 2009). Penelitian
Stamatiadis, et al. (2009) memperlihatkan terdapat hubungan positif dan
signifikan antara kualitas teknologi informasi dengan tingkat kepatuhan akuntansi
akrual, sedangkan Kusuma (2013) menyebutkan pengaruh positif namun tidak
signifkan terhadap penerapan akuntansi berbasis akrual. Begitu pula pada
penelitian Ouda (2008), kualitas tinggi yang ada dalam sistem informasi
organisasi harus dipertimbangkan sebagai prasyarat penting dari keberhasilan
pelaksanaan inisiatif NPM.
Pembahasan ini mengarah pada perumusan hipotesis berikut:
H3: Kualitas teknologi informasi berpengaruh positif terhadap tingkat
penerapan akuntansi akrual.
2.4.4 Latar Belakang Pendidikan Pimpinan
Satuan kerja dapat memiliki pimpinan dengan berbagai macam latar
belakang pendidikan. Namun, yang dimaksud pimpinan disini adalah kepala tata
usaha atau kepala sub bagian yang mengelola keuangan satuan kerja atau dalam
23
peraturan tentang anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) disebut
dengan pejabat pembuat komitmen (PPK). Hasil penelitian sebelumnya tentang
reformasi organisasi menunjukkan bahwa pimpinan dengan latar belakang
administrasi yang dominan mungkin lebih cenderung untuk menganjurkan dan
mendukung inovasi administrasi yang menjanjikan untuk efisiensi dan efektivitas
manajerial lebih lanjut (Emsley et al, 2006;. Finkelstein dan Hambrick, 1996).
Penelitian oleh Sutisna (2004) menyatakan pengalaman pendidikan pimpinan
perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap kualitas penerapan akuntansi.
Oleh karena itu, penelitian ini akan menguji hubungan kedua variabel tersebut
dengan hipotesis sebagai berikut:
H4: Latar belakang pendidikan pimpinan satuan kerja berpengaruh
positif terhadap tingkat penerapan akuntansi akrual.
2.4.5 Pengelolaan Aset Tetap
Aset tetap pada instansi pemerintah mempunyai peranan penting dalam
beberapa tahun terakhir, termasuk dalam penentuan opini hasil audit dari Badan
Pemeriksa atas laporan keuangan, yang meliputi penilaian atas pengelolaan
keuangan, pengendalian intern, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan. Tiga ruang lingkup tersebut berhubungan dengan pengelolaan aset
tetap. Ada lima permasalahan utama aset tetap Kementerian/Lembaga (K/L) yaitu
masalah pencatatan, penilaian dan pelaporan, masalah manajemen dalam
penggunaan, masalah penganggaran, masalah pengadaan dan penghapusan, serta
masalah perencanaan. Penyebab masalah ini timbul disebabkan sulitnya
menyelesaikan inventarisasi dan penilaian ulang karena lokasi aset tetap yang
tersebar, belum optimalnya pengamanan atas aset tetap yang dimiliki K/L, dan
24
belum optimalnya hasil sosialisasi dan pembinaan yang dilakukan pada K/L pada
satuan kerjanya (Dewi, 2012).
Akuntansi berbasis akrual pada sektor publik mensyaratkan entitas
pemerintah untuk mengidentifikasi dan menilai aset untuk penyusunan neraca
keuangannya, dan selanjutnya membantu dalam pembuatan daftar aset di semua
departemennya. Maka dari itu, identifikasi aset serta permasalahannya sangat
penting dalam penerapan akuntansi berbasis akrual (Ouda, 2004).
Untuk itu hipotesis berikut dirumuskan:
H5: Pengelolaan aset tetap berpengaruh positif terhadap tingkat
penerapan akuntansi akrual.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Sampel dan Data Penelitian
Populasi yang menjadi objek penelitian dalam hal ini adalah satuan kerja-
satuan kerja dalam wilayah kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN) Kota Bogor untuk tahun anggaran 2015. Berdasarkan daftar satuan kerja
yang didapat dari KPPN Kota Bogor, jumlah satuan kerja yang tercatat dalam
wilayah kerja KPPN Kota Bogor untuk tahun anggaran 2015 sebanyak 144 satuan
kerja.
Tabel 3.1Satuan Kerja di Wilayah Kerja KPPN Kota Bogor
No. Kementerian/Lembaga Jumlah Satker
1. Mahkamah Agung 7
2. Kejaksaan Agung 3
3. Kepresidenan 2
4. Kementerian Dalam Negeri 1
5. Kementerian Pertahanan 11
6. Kementerian Hukum dan HAM 7
7. Kementerian Keuangan 9
8. Kementerian Pertanian 24
9. Kementerian Perindustrian 3
10. Kementerian Perhubungan 1
26
11. Kementerian Pendidikan Nasional 1
12. Kementerian Kesehatan 6
13. Kementerian Agama 19
14. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1
15. Kementerian Sosial 3
16. Kementerian Kehutanan 10
17. Kementerian Kelautan dan Perikanan 5
18. Kementerian Pekerjaan Umum 3
19. Badan Pusat Statistik 3
20. Badan Pertanahan Nasional 3
21. Kepolisian Negara RI 5
22. Badan Narkotika Nasional 4
23. Badan Meteorologi dan Geofisika 2
24. Komisi Pemilihan Umum 3
25. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 6
26. Kementerian Negara PAN 1
27. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 1
Jumlah Satuan Kerja 144
Dalam penelitian ini menggunakan sampel dari seluruh satuan kerja
tersebut. Teknik dalam pemilihan sampel dilakukan secara simple random
sampling. Menurut Zainuddin (2011), simple random sampling atau acak
sederhana adalah teknik pengambilan sampel acak yang digunakan jika populasi
dianggap homogen berdasarkan kriteria tertentu.
Responden dalam penelitian ini adalah pejabat pembuat komitmen (PPK)
dari satuan kerja yang menjadi sampel penelitian, dimana masing-masing satuan
kerja memiliki 1 (satu) orang PPK. Definisi PPK sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 190 tahun 2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara sebagai berikut:
27
“PPK adalah pejabat yang melaksanakan kewenangan Pengguna Anggaran
(PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) untuk mengambil keputusan dan/atau
tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN).”
Selain karena pengertian PPK di atas, pemilihan PPK sebagai responden
karena mereka sangat mengetahui dan memahami penerapan sistem akuntansi
akrual yang di dalam organisasi mereka, sehingga jawaban kuesioner dapat
diandalkan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber
asli. Data primer yang diperoleh adalah hasil pengisian kuesioner dari para
responden, yaitu para PPK dari semua satuan kerja di wilayah kerja KPPN Kota
Bogor.
Pengumpulan data yang dibutuhkan guna mendukung penelitian ini
menggunakan metode survei kuesioner. Survei kuesioner merupakan metode
survei dengan menggunakan kuesioner penelitian. Kuesioner tersebut terdiri dari
satu set pertanyaan yang tersusun secara sistematis dan standar sehingga
pertanyaan yang sama dapat diajukan kepada responden, yaitu para PPK dari
semua satuan kerja yang dijadikan sampel.
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari enam variabel,
yaitu lima variabel independen dan satu variabel dependen.
28
Variabel Penelitian
1. Variabel Independen : Tingkat Pendidikan Staf Keuangan (X1)
Tingkat pendidikan staf keuangan yang dimaksud pada penelitian ini
adalah rata-rata tingkat pendidikan staf atau pegawai mulai dari jenjang
menengah atas (SMA) hingga pasca sarjana (S2). Pengukuran variabel
tingkat pendidikan staf keuangan mengacu pada penelitian Stamatiadis, et.
al. (2009) dan Kusuma (2013) yang menggunakan rasio untuk mengukur
rata-rata tingkat pendidikan staf keuangan. Dalam penelitian ini, rasio yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Tingkat Pendidikan Staf)12(
)1,0()3,0()16,0()21(
SMADPSS
SMADPSS
Keterangan:
S2 = jumlah staf dengan tingkat pendidikan pascasarjana (S2)
S1 = jumlah staf dengan tingkat pendidikan sarjana (S1)
DP = jumlah staf dengan tingkat pendidikan Diploma (D1/D3)
SMA = jumlah staf dengan tingkat pendidikan menengah atas (SMA)
Metode rasio tersebut digunakan untuk mendapatkan skor dari tingkat
pendidikan staf, sehingga dapat dibandingkan antar satuan kerja.
2. Variabel Independen : Pelatihan Staf Keuangan (X2)
Pendidikan dan pelatihan bagi pemakai merupakan faktor yang
penting dalam proses pengembangan sistem. Dengan adanya pendidikan dan
pelatihan ini pemakai dapat menggunakan kemampuannya untuk
29
mengidentifikasi kebutuhan informasi, kekuatan, dan kelemahan sistem
informasi tersebut (Wijayanti, 2011). Variabel ini menggunakan daftar
pertanyaan yang digunakan dalam penelitian Wijayanti (2011).
3. Variabel Independen : Kualitas Teknologi Informasi (X3)
Teknologi informasi adalah istilah umum yang menjelaskan teknologi
apapun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan,
dan mengkomunikasikan informasi (William dan Sawyer dalam Adventana,
2012). Untuk mengukur kualitas teknologi informasi, variabel ini
menggunakan daftar pertanyaan yang digunakan dalam penelitian
Adventana (2012).
4. Variabel Independen : Latar Belakang Pendidikan Pimpinan (X4)
Menurut Kusuma (2013), latar belakang pendidikan pimpinan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan yang berorientasi bisnis,
yaitu lulusan di bidang ekonomi, akuntansi atau manajemen. Sehingga
penggunaan penilaian dalam kuesioner menggunakan indikator secara
dikotomis, yakni 1 (satu) untuk latar belakang pendidikan pimpinan
berorientasi bisnis, dan 0 (nol) untuk latar belakang pendidikan pimpinan
selain berorientasi bisnis.
5. Variabel Independen : Pengelolaan Aset Tetap (X5)
Menurut Dewi (2012), ada 2 (dua) aturan yang menjadi dasar
pengelolaan aset tetap sejak dimulainya reformasi keuangan negara:
30
1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
yang menjadi payung hukum tertinggi yang mengatur pengelolaan
Barang Milik Negara (BMN) sebagai bagian dari lingkup
perbendaharaan negara.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah yang memperbaharui Peraturan Pemerintah Nomor
6 tahun 2006. Peraturan pengelolaan aset tetap ini ikut mengubah
paradigma “penatausahaan barang/kekayaan milik negara” menjadi
“pengelolaan barang milik negara/daerah”.
Sehingga sebagian Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014 yang
menjadi indikator penilaian variabel pengelolaan aset tetap dalam bentuk
pertanyaan kuesioner.
6. Variabel Dependen : Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah implementasi akuntansi
akrual sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Untuk mengetahui
seberapa besar implementasi akuntansi berbasis akrual, peneliti
menggunakan modifikasi atas daftar pernyataan kuesioner yang digunakan
Hasibuan (2015), dimana pernyataan-pernyataan tersebut berdasarkan
beberapa pernyataan standar akuntansi pemerintahan yang mencakup
penerapan akuntansi berbasis akrual, serta pengakuan dan pencatatan
komponen pada laporan keuangan, sesuai dengan PP Nomor 71 tahun 2010
tentang SAP berbasis akrual.
31
Untuk lebih jelasnya definisi operasional variabel, dimensi serta penyebaran
indikator dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2Operasional Variabel
JenisVariabel
KonsepVariabel Dimensi Indikator Item
Pelatihan StafKeuangan(X2)
Pendidikan danpelatihan bagipemakaimerupakanfaktor yangpenting dalamprosespengembangansistem. Denganadanyapendidikan danpelatihan inipemakai dapatmenggunakankemampuannyauntukmengidentifikasikebutuhaninformasi,kekuatan, dankelemahansistem informasitersebut(Wijayanti,2011).
1. Dukunganprogram pelatihan
2. Output daripelatihan
3. Jumlah pelatihanyang cukup
4. Dukungan biayapelatihan darikantor (satuankerja)/penyelenggara pelatihan
5. Perhatianpimpinanterhadappentingnyapelatihan
Adanya programpelatihan sistemakuntansi
Adanya manfaatdari pelatihan
Pelatihan yangcukup tersediajumlahnya
Adanya biayayang siapmendukungpelatihanpegawa/staf
Pimpinanmengakuipentingnyapelatihan
1
2
3
4
5
KualitasTeknologiInformasi(X3)
Teknologiinformasiadalah istilahumum yangmenjelaskanteknologiapapun yangmembantumanusia dalammembuat,mengubah,menyimpan,danmengkomunik
1. Dukunganperangkatteknologiinformasi
2. Aplikasi/softwarependukungsistem akuntansi
3. Dukunganjaringan internetuntuk komunikasidata
Satuan kerjamemilikikomputer yangcukup
Pengolahan datakeuanganmenggunakansoftware
Jaringaninternetterpasang dandigunakanuntuk
1
2
3
32
asikaninformasi(William danSawyer dalamAdventana,2012)
4. Komputerisasisistem akuntansi
5. Sistem informasimenghasilkanlaporan akuntansi
6. Pemeliharaanperangkatteknologiinformasi
7. Ketepatan waktupemeliharaan/perbaikan perangkat
komunikasi datakeuangan
Prosesakuntansi selalumenggunakankomputer/terkomputerisasi
Laporankeuangandihasilkan darisisteminformasi yangterintegrasi
Jadwalpemeliharaansecara teratur
Perangkat/peralatan yang rusakdiperbaiki tepatpada waktunya
4
5
6
7
PengelolaanAset Tetap(X5)
Menurut Dewi(2012),PeraturanPemerintahNomor 27 tahun2014 ikutmengatur danmenyeragamkanpengelolaan asettetap atauBMN/D.
1. Pasal 7 ayat 2)a
2. Pasal 7 ayat 2)b
3. Pasal 7 ayat 2)c
4. Pasal 7 ayat 2)i
5. Pasal 7 ayat 2)j
RencanakebutuhanBarang MilikNegara (BMN)
Permohonanpenetapan statuspenguasaanBMN
Pencatatan daninventarisasi,pemanfaatan,pengamanandanpemeliharaanBMN
PengawasandanpengendalianBMN
Penyusunan danpenyampaian
1
2
3
4
5
33
6. Pasal 84 ayat 2)
laporansemesteran dantahunan BMNkepadaPenggunaBarang
Pendaftaran danpencatatanpenggolongandan kodefikasidaftar BMN
6
ImplementasiAkuntansiBerbasisAkrual (Y)
Untukmengetahuiseberapa besarimplementasiakuntansiberbasisakrual, penelitimenggunakanmodifikasi atasdaftarpernyataankuesioner yangdigunakanHasibuan(2015), dimanapernyataan-pernyataantersebutberdasarkanbeberapapernyataanstandarakuntansipemerintahanyangmencakuppenerapanakuntansiberbasisakrual, sertapengakuan danpencatatankomponenpada laporankeuangan,sesuai dengan
1. Pasal 4 ayat (1)
2. PSAP No. 01PenyajianLaporanKeuangan
3. PSAP No. 02LaporanRealisasiAnggaranBerbasis Kas
4. PSAP No. 02LaporanRealisasiAnggaranBerbasis Kas
5. PSAP No. 03Laporan ArusKas
6. PSAP No. 01PenyajianLaporanKeuangan danPSAP No. 02Laporan
PenerapanStandarAkuntansiPemerintahBerbasis Akrual
Penyediaaninformasi posisikeuanganmelalui Neraca
Penyediaaninformasisumber, alokasidan penggunaansumber dayaekonomi
Ketaatanrealisasi sesuaianggarannya
Penyediaaninformasi, caramendanaiaktivitas danmemenuhikebutuhankasnya
Penyediaaninformasipotensipemerintahuntukmembiayai
1
2
3
4
5
6
34
PP Nomor 71tahun 2010tentang SAPberbasisakrual.
RealisasiBerbasis Kas
7. KerangkaKonseptualAkuntansiPemerintahan(bagian Neraca)
8. KerangkaKonseptualAkuntansiPemerintahan(bagianPendapatan)
9. KerangkaKonseptualAkuntansiPemerintahan(bagian Beban)
10.KerangkaKonseptualAkuntansiPemerintahan(bagian LaporanOperasional)
kegiatanpemerintah
Pencatatan dancara pengakuanakun-akun padaNeraca
Pencatatan dancara pengakuanakun-akunpendapatan
Pencatatan dancara pengakuanakun-akunBeban
PenyusunanLaporanOperasional
7
8
9
10
Berdasarkan tabel operasional mengenai variabel-variabel di atas, maka
pengukuran dan ukuran skala yang digunakan untuk pembuatan item kuesioner
adalah menggunakan skala likert di mana berisi pernyataan yang sistematis untuk
menunjukkan sikap seseorang terhadap pernyataan itu. Adapun yang dipakai
sebagai kuisioner data angket dengan menggunakan 5 (lima) pilihan yaitu: Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak
Setuju (STS).
Setiap pilihan akan diberikan skor/bobot nilai yang berbeda seperti tampak pada
tabel sebagai berikut:
35
Tabel 3.3Skor Penilaian Menggunakan Skala Likert
No. Keterangan Skor1.2.3.4.5.
Sangat Setuju (SS)Setuju (S)Kurang Setuju (KS)Tidak Setuju (TS)Sangat Tidak Setuju (STS)
54321
Sumber: Ghozali (2009)
3.3 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Analisis Regresi Linear Berganda, metode ini menggambarkan suatu hubungan
dimana satu atau lebih variabel (variabel independen) mempengaruhi variabel
lainnya (variabel dependen). Dalam pengolahan data, penelitian ini akan dibantu
dengan software IBM SPSS (Statistical Package for Social Sciences).
3.3.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner (Ghozali, 2009). Uji validitas dapat dilakukan dengan melakukan
korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk.
Apabila dari tampilan output SPSS menunjukkan bahwa korelasi antara masing-
masing indikator terhadap total skor konstruk menunjukkan hasil yang signifikan,
dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid.
3.3.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2009). Suatu kuesioner
36
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas penelitian ini
dilakukan dengan cara One Shot atau pengukuran sekali saja. Pengukuran One
Shot hanya sekali dilakukan dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan
pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Aplikasi SPSS
memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach’s
Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbach’s Alpha> 0,70 (dikutip oleh Ghozali, 2009).
3.3.3 Uji Asumsi Klasik
3.3.3.1 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Model regresi yang baik adalah homoskedatisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan
melihat nilai korelasi variabel independen dengan Unstandardized Residual. Jika
nilai signifikansi korelasi lebih dari 0,05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2009).
3.3.3.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Nilai cutoff
37
yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai
Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥10.
3.3.4 Analisis Regresi Berganda
Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan alat analisis
statistik yakni analisis linear berganda (multiple regression analysis).
Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Keterangan :
Y : Tingkat penerapan akuntansi akrual
X1 : Tingkat pendidikan staf keuangan
X2 : Pelatihan staf keuangan
X3 : Kualitas teknologi informasi
X4 : Latar belakang pendidikan pimpinan
X5 : Pengelolaan aset tetap
a : Konstanta
b1 sampai b5 : slope regresi atau koefisien regresi dari X1 sampai X6
e : Standard error, yaitu tingkat kesalahan praduga dalam
penelitian
3.3.5 Pengujian Hipotesis
3.3.5.1 Uji Koefisien Determinasi
Pengujian ini digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan model
dalam menerapkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
38
menunjukkan persentase pengaruh dari variabel independen terhadap variabel
dependen yang dinyatakan dalam adjusted R square (R2).
3.3.5.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel
independen secara keseluruhan mempengaruhi variabel dependen. Kriteria
pengujian adalah:
1. Model regresi dapat digunakan jika nilai F-hitung > F-tabel
2. Model regresi tidak dapat digunakan jika nilai F-hitung < F-tabel
3.3.5.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah masing-masing variabel
independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Kriteria pengujian adalah :
1. H0 diterima jika nilai signifikansi < α (0,05) dan thitung < ttabel
2. H0 ditolak jika nilai nilai signifikansi > α (0,05) dan thitung > ttabel
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini merupakan studi yang betujuan untuk mengetahui pengaruh
faktor-faktor implementasi akuntansi berbasis akrual pada unit satuan kerja di
wilayah kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Kota Bogor.
Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat pembuat komitmen (PPK), yaitu
seluruh kepala tata usaha atau kepala subbagian yang mempunyai tugas untuk
mengelola keuangan satuan kerja yang bersumber dari dana APBN. Besarnya
sampel yang dapat mewakili populasi untuk diteliti adalah sebanyak 72 orang
responden PPK sebagai sampel yang diteliti. Metode analisis data dalam
penelitian ini menggunakan regresi linier berganda.
Berdasarkan uraian pada pembahasan, maka dapat diketahui bahwa
variabel kualitas teknologi informasi dan pengelolaan aset tetap berpengaruh
positif terhadap implementasi akuntansi berbasis akrual. Variabel tingkat
pendidikan staf keuangan, pelatihan staf keuangan, dan latar belakang pimpinan
tidak berpengaruh terhadap implementasi akuntansi berbasis akrual pada unit
satuan kerja di wilayah kerja KPPN Kota Bogor.
64
5.2 Keterbatasan Penelitian
1. Metode yang digunakan dalam penelitian ini hanya dengan menggunakan
metode survei kuesioner, sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan
persepsi masing-masing responden dalam menjawab pertanyaan kuesioner.
2. Pertanyaan kuesioner dalam variabel tingkat pendidikan staf belum merinci
pada latar belakang pendidikan dan variabel latar belakang pendidikan
pimpinan belum merinci pada tingkat pendidikan, serta pertanyaan
kuesioner dalam implementasi akuntansi berbasis akrual belum
menggunakan seluruh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan dari
Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010.
2. Lokasi satuan kerja yang cukup jauh dijangkau dan terbatasnya jumlah
pejabat penatausahaan keuangan yang dapat ditemui, menyebabkan
penelitian ini hanya mendapatkan 72 responden.
3. Responden penelitian ini dibatasi hanya pada pejabat pembuat komitmen
(PPK), sehingga jawaban kuesioner masih terbatas pada pemahaman
implementasi menurut PPK saja, tidak termasuk pejabat atau staf lainnya di
satuan kerja.
5.3 Saran
1. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan jenis metode penelitian
lainnya atau memodifikasi pertanyaan kuesioner serta menambah jumlah
dan lokasi sampel untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik atau
dapat dibandingkan.
65
2. Diharapkan bagi unit satuan kerja, lebih meningkatkan kualitas informasi
teknologi dan pengelolaan aset tetap, karena hasil penelitian menunjukan
bahwa kualitas informasi teknologi dan pengelolaan aset tetap berpengaruh
terhadap implementasi akuntansi berbasis akrual.
3. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan penambahan faktor lain
dalam rangka meningkatkan implementasi akuntansi berbasis akrual, seperti
perubahan gaya kepemimpinan, rekomendasi perbaikan sistem akuntansi
dari koordinator satuan kerja, dan hasil pengawasan atau pemeriksaan dari
auditor internal maupun eksternal.
4. Penelitian selanjutnya dapat menambah jenis responden lainnya pada satuan
kerja, seperti pejabat lainnya atau staf satuan kerja untuk mendapatkan hasil
penelitian yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adventana, G.A., 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PemerintahProvinsi DIY dalam Implementasi SAP Berbasis Akrual Menurut PP Nomor.71 tahun 2010. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Alijarde, M., 1997. The usefulness of financial reporting in Spanish localgovernments. Financial Accountability & Management, 13(1), pp.17-34.
Azwar, Saifuddin. 2008. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Carlin, T. and Guthrie, J., 2003. Accrual output based budgeting systems in AustraliaThe rhetoric-reality gap. Public Management Review, 5(2), pp.145-162.
Christiaens, J., 1999, Financial Accounting Reform in Flemish Municipalities: AnEmpirical Investigation, Financial Accountability & Management, 15(1), pp.21-40.
Christiaens, J., 2001. Converging new public management reforms and divergingaccounting practices in Flemish local governments. Financial Accountability& Management, 17(2), pp.153-170.
Cohen, S., Kaimenaki E. and Zorgios, Y., 2007, Assessing IT as a Key Success Factorfor Accrual Accounting Implementation in Greek Municipalities, FinancialAccountability and Management, 23, 1, pp. 91-111.
Daud, M. 2014. Evaluasi Pengelolaan Aset Daerah Dan Pengaruhnya TerhadapPrinsip Akuntansi Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan AsetDaerah Kabupaten Gorontalo Utara. Jurusan Akuntansi Universitas NegeriGorontalo.
Dewi, HG. 2012. Analisis Hasil Audit BPK-RI Atas Aset Tetap pada LaporanKeuangan Kementerian/Lembaga. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Emsley, D., Nevicky, B. and Harisson, G., 2006. Effect of cognitive style andprofessional development on the initiation of radical and non-radicalmanagement accounting innovations, Accounting and Finance, 46, 2, pp. 243-264.
Finkelstein, S. and Hambrick, D. C., 1996, Strategic leadership: Top Executives andtheir effects on Organizations, St. Paul MN: West.
Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS.BP Undip, Semarang.
Guthrie, J., 1998, ‘Application of Accrual Accounting in the Australian Public Sector- Rhetoric or Reality?’, Financial Accountability & Management, 14(1), pp. 1-19.
Hasibuan, D. R. 2015 .Analisis Penerapan Penuh Peraturan Pemerintah No. 71Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis Akrual.Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Hodges, R. and Mellett, H., 2003. Reporting public sector financial results. PublicManagement Review, 5(1), pp.99-113.
Hood, C., 1995, The New Public Management in the 1980s: Variations on the Theme,Accounting Organizations and Society, 20, 2 & 3, pp. 93–109.
Kusuma, MIY. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi TingkatPenerapan Akuntansi Akrual pada Pemerintah. Skripsi Fakultas Ekonomi danBisnis Universitas Diponegoro.
Krumwiede K., 1998. The implementation stages of activity-based costing and theimpact of contextual and organizational factors, Journal of ManagementAccounting Research, 10, pp. 239-277.
Laughlin, R. and Pallot, J., 1998, Trends, patterns and influencing factors: somereflections. in Olson, O., Guthrie, J., Humphrey, C. (Eds), DebatingInternational Developments in New Public Financial Management, CappelenAkademisk Forlag, Oslo, pp. 376-399.
Mardiasmo. 2000. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi Yogyakarta.
Muzahid, M., 2014. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Kualitas Pelatihan, Dan LamaPengalaman Kerja Pegawai Terhadap Kualitas Laporan Keuangan SatuanKerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Aceh Utara. SkripsiPoliteknik Negeri Lhokseumawe.
Ouda, H., 2004. Basic requirements model for successful implementation of accrualaccounting in the public sector. Public Fund Digest, 4(1), pp.78-99.
Ouda, H., 2008, Towards a Generic Model for Government Sector Reform: the NewZealand Experience, International Journal on Governmental FinancialManagement, 8, 2, pp. 78-100.
Robbins, W.A. and Austin, K.R., 1986, Disclosure quality in governmental financialreport: An assessment of the appropriateness of a compound measure, Journalof Accounting Research, 24, 2, pp. 412-421.
Stamatiadis, F., Eriotis, N. And Vasiliou, D., 2009, Assessing Accrual AccountingReform in Greek Public Hospitals: An Empirical Investigation. InternationalJournal of Economic Science and Applied Research, 4, 1, pp 153-184.
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 169/PMK.01/2012 tentang Organisasi danTata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansidan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan AtasPMK Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan PelaporanKeuangan Pemerintah Pusat.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 270/PMK.05/2014 tentang Penerapan StandarAkuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Pusat.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar AkuntansiPemerintahan.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang MilikNegara/Daerah.
Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Undang-undang RI Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan danTanggung Jawab Keuangan Negara.
Wijayanti, R., 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh TerhadapImplementasi Sistem Akuntansi Instansi (Survey Pada Kementerian SosialRepublik Indonesia). Tesis Fakultas Ekonomi dan Komunikasi UniversitasBina Nusantara.
Winidyaningrum, C., 2009. Pengaruh Sumber Daya Manusia Dan PemanfaatanTeknologi Informasi Terhadap Keterandalan Dan Ketepatwaktuan PelaporanKeuangan Pemerintah Daerah Dengan Variabel Intervening PengendalianIntern Akuntansi (Studi Empiris Di Pemda Subosukawonosraten). TesisFakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Zainuddin, M., 2011. Metodologi penelitian kefarmasian dan kesehatan. Surabaya:Airlangga University Press.