perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI INDUSTRI ROTI DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009 Studi Kasus di Desa Ngangkruk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Oleh: ERNA AYU DWIYANTI F0107102 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
96
Embed
ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI INDUSTRI ROTI DI …eprints.uns.ac.id/3633/1/202841011201102171.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI INDUSTRI ROTI
DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009
Studi Kasus di Desa Ngangkruk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan
Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Oleh:
ERNA AYU DWIYANTI
F0107102
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
“sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain. Dan hanya kepada tuhanmulah hendaknya kamu
DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009 Studi Kasus di Desa Ngangkruk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali Penelitian ini mengambil judul “Analisis Efisiensi Produksi Industri Roti Di Kabupaten Boyolali Tahun 2009 (Studi Kasus di Desa Ngangkruk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali)’’. Data yang digunakan untuk keperluan analisis merupakan data primer dengan populasi sebanyak 40 responden perusahaan industri roti di Kabupaten Boyolali.
Masalah yang hendak dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah (1) Seberapa besar tingkat efisiensi perusahaan industri roti di Desa Ngangkruk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali pada tahun 2009 ? (2) Bagaimana cara perbaikan perusahaan industri roti di Desa Ngangkruk yang belum mencapai tingkat efisiensi 100 % ?. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk menganalisis tingkat efisiensi perusahaan industri roti di Desa Ngangkruk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali pada tahun 2009 ? (2) Untuk menganalisis cara perbaikan perusahaan industri roti di Desa Ngangkruk yang belum mencapai tingkat efisiensi 100%? Sejalan dengan masalah tersebut dan tujuan penelitiannya, maka penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Inputnya terdiri dari modal, biaya tenaga kerja, dan biaya bahan baku, sedangkan outputnya adalah total penjualan roti. Dari hasil penelitian terhadap 40 perusahaan industri roti dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA), hanya ada 2 perusahaan industri roti yang mencapai tingkat efisiensi 100 % ,sedangkan 38 perusahaan industri roti lainnya belum mencapai tingkat efisiensi 100 %. Untuk cara perbaikan terhadap 38 perusahaan industri roti yang belum mencapai tingkat efisiensi 100 % yaitu dengan cara meningkatkan nilai efisiensinya melalui multiplier input dari perusahaan industri roti acuannya. Berdasarkan hal tersebut maka diajukan saran-saran agar perusahaan industri roti di Kabupaten Boyolali menambah modal, jumlah tenaga kerja , dan jumlah bahan baku untuk menghasilkan produksi roti yang tetap mempertahankan kualitas dan kuantitas sehingga akan memaksimalkan total penjualan roti. Kata Kunci = Modal, Biaya Tenaga Kerja, dan Biaya Bahan Baku, Berpengaruh Terhadap Total Penjualan Roti yang Dihitung dengan Metode DEA .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses perubahan yang
terus menerus melakukan perbaikan serta peningkatan menuju kearah tujuan yang
ingin di capai. Untuk mencapai tujuan tersebut di perlukan perjuangan dan peran
aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu daya upaya serta seluruh
partisipasi yang ada hendaknya dapat di manfaatkan semaksimal mungkin sesuai
dengan laju perkembangan pembangunan nasional yang bertujuan untuk
mewujudkan suatu masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera serta merata
secara materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka bersatu
dan berkedaulatan rakyat dalam suasana yang aman, tentram, tertib dan dinamis
(Prasetiantono, 1995).
Masalah yang sampai saat ini merupakan masalah serius yang di hadapi
oleh bangsa Indonesia adalah masalah kesempatan kerja bagi penduduk yang
termasuk dalam usia angkatan kerja. Semua penduduk yang masuk dalam usia
angkatan kerja memiliki hak-hak yang sama untuk memperoleh kesempatan
berkarya dan bekerja demi untuk memperoleh penghasilan dan kemudian akan
dipergunakan untuk mencukupi serta memenuhi kebutuhan hidupnya masing-
masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia terus bertambah sehingga
mengakibatkan bertambah pula jumlah penduduk yang termasuk dalam usia
angkatan kerja. Pertambahan penduduk yang masuk dalam usia angkatan kerja ini
menjadi salah satu faktor penting lain yang mempengaruhi peluang seseorang
untuk dapat memperoleh pekerjaan yang layak dan sesuai dengan harapannya.
Bertambahnya jumlah penduduk ini ternyata masih tidak sebanding
dengan pertumbuhan lapangan kerja yang tercipta di masyarakat, sehingga
kesempatan seseorang mencari kerja untuk memperoleh pekerjaan menjadi
semakin kecil, hal ini akan terus menambah angka penganguran yang sebenarnya
sudah cukup tinggi, sehingga kemudian akan dapat menimbulkan kerawanan
sosial di dalam masyarakat. Penciptaan kesempatan kerja adalah upaya untuk
menuju sumber pendapatan yang dapat mengentaskan masyarakat dari kemiskinan
serta memperbaiki distribusi pendapatan yang timpang.
Dengan melihat dan memahami situasi tersebut maka pembangunan
industri sebagai usaha pembangunan ekonomi jangka panjang diharapkan dapat
menjadi suatu alternatif yang dapat membantu pemerintah dalam menjawab
permasalahan kesempatan kerja untuk mengurangi jumlah pengangguran yang
terjadi dalam masyarakat. Industri-industri di arahkan untuk menciptakan struktur
ekonomi yang lebih kokoh dan seimbang yaitu struktur ekonomi yang di titik
beratkan pada industri maju yang di dukung oleh pertanian yang tangguh. Sesuai
dengan tujuan pembangunan dalam bidang perindustrian bahwa pembangunan
industri kecil dan industri rumah tangga, baik yang informal dan tradisional
didorong dan diarahkan untuk memperluas lapangan kerja dan kesempatan
berusaha agar dapat meningkatkan pendapatan pengusaha kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Industri roti yang ada di Desa Ngangkruk, Kecamatan Mojosongo,
Kabupaten Boyolali merupakan salah satu usaha industri yang bertujuan untuk
mengurangi angka pengangguran dan merupakan industri yang dominan di Desa
Ngangkruk sehingga menjadikan Kecamatan Mojosongo sebagai salah satu
wilayah industri roti terbesar di Kabupaten Boyolali yang pada akhirnya
merupakan salah satu penyumbang pada PAD Kabupaten Boyolali.
Vrk > 0 ; j = 1,...,m……………………………………………………….( 8 ) Keterangan : n = jumlah unit ekonomi k = unit ekonomi k
m = jumlah input j = unit ekonomi j s = jumlah output V dan U = bobot / ukuran i = input i r = output r
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Daerah Penelitian
1. Sejarah Umum Industri Roti
Industri-industri roti yang ada di sekitar wilayah Kecamatan Mojosongo,
Kabupaten Boyolali ini berdiri sekitar tahun 1974. Pada awalnya industri-industri
ini dikelola dengan sangat sederhana dan menggunakan fasilitas penunjang yang
diperlukan yang bersifat sederhana ( Sumber : Data Primer ).
Industri roti yang ada di Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali ini
pertama kali diprakarsai oleh Bapak Suparjan (almarhum) dengan nama industri
roti "Mirasa", dengan modal pertama Rp. 450.000,00. Pada saat permulaan ini
pemilik industri tidak mengandalkan banyaknya uang untuk mendirikan industri,
tetapi pemilik mengandalkan pada niat dan kepercayaan yang tinggi.
Dengan munculnya industri roti yang pertama kali ini, kemudian
mengundang berbagai pihak yang tertarik untuk ikut serta menggeluti usaha yang
sejenis. Dari tahun ketahun, industri roti yang tumbuh di Kecamatan Mojosongo
ini semakin bertambah banyak. Perkembangan yang terjadi ini semakin
menyemarakkan Kecamatan Mojosongo, karena wilayah ini semakin menjadi
dikenal oleh masyarakat dengan adanya industri roti ini.
Pada pertengahan tahun 1978 industri-industri roti ini mengalami berbagai
goncangan, bahkan himpir bangkrut karena pengolahannya belum dikuasai
dengan baik. Setelah industri berjalan agak lama, tehnik pengolahan sedikit demi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
sedikit dapat dikuasai dan kondisi industri sedikit demi sedikit mulai stabil bahkan
dapat berkembang.
Pada awal tahun 1980 para pengusaha mencari surat ijin untuk industrinya
di Dinas Perindustrian yaitu : Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil (STPIK)
Nomor 525/200/B/ST/STPIK/1979, agar industri ini sah menurut hukum dan
mendapat fasilitas dari Dinas Perindustrian. Tetapi ternyata hanya industri roti
tertentu yang mendapatkan surat ijin tersebut, hal ini dikarenakan ada beberapa
persyaratan yang belum memenuhi kriteria yang ditetapkan ( Sumber: Data
Primer ).
Banyak para pengusaha yang belum mendapatkan ijin tersebut tetapi tetap
menjalankan usahanya, hanya saja mereka berkolaborasi dengan para pengusaha
yang sudah mendapatkan ijin untuk usaha, terutama dalam bidang pemasarannya.
Ada tiga kategori untuk para pengusaha roti yang menjalankan usaha industri roti,
dapat dilihat sebagat berikut ( Sumber: Buku pedoman perusahaan industri roti di
desa Ngangkruk, kecamatan Mojosongo, kabupaten Boyolali tahun 2009 ):
1. Kategori industri besar
Yang dimaksudkan dengan industri besar dalam hai ini adalah industri roti
yang mempunyai output dalam satu bulan lebih dari 900 kilogram. Industri
roti yang termasuk dalam kategori industri besar antara lain perusahaan
industri roti BB dan perusahaan industri roti KK.
2. Kategori industri menengah
Yang dimaksudkan dengan industri menengah dalam hal ini adalah industri
roti yang mempunyai output dalam satu bulan antara 600 kilogram sampai
dengan 900 kilogram. Industri roti yang termasuk dalam kategori industri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
menengah antara lain perusahaan industri roti B, E, G, H, J, K, M, T, V, W,
Y, CC, DD, EE, GG, II dan LL.
3. Kategori industri kecil
Yang dimaksudkan dengan industri kecil dalam hal ini adalah industri roti
yang mempunyai output dalam satu bulan kurang dari 600 kilogram. Industri
roti yang termasuk dalam kategori industri kecil antara lain perusahaan
industri roti A, C, D, F, I, L, N, O, P, Q, R, S, U, X, Z, AA, FF, HH, JJ, MM
dan NN.
Pada tahun 1983, para pengusaha mendapat pinjaman modal dari Bank
Rakyat Indonesia cabang Boyolali, pada tahun yang sama para pemilik industri
mengikuti penataran yang diadakan oleh Dinas Perindustrian yaitu penataran
Achievement Motivating Training (AMT) dan pelatihan Manajemen untuk
menambah ketrampilan dari ilmu di bidang manajemen.
Alat-alat yang digunakan para pengusaha saat itu hingga tahun 1985 masih
sangat sederhana dan tradisional. Untuk meningkatkan efisiensi produksi, pada
tahun 1985 dibawah bimbingan Dinas Perindustrian, industri roti yang diprakarsai
oleh industri roti ”Mirasa” yang merupakan industri yang terbesar memperoleh
tungku hemat bahan bakar (Sumber: Data Primer).
Kemudian industri roti terus melakukan berbagai penelitian untuk
meningkatkan efisiensi biaya. Seperti pada tahun 1991 melakukan penelitian
terhadap mesin panjang yang tepat guna untuk mengganti peralatan. Pada tahun
1993 berhasil membuat alat pengukus tekanan rendah dengan tingkat efisiensi
mencapai hampir tiga kali lipat dan semula. (Sumber : Data Primer)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Banyak unit usaha pembuatan roti memberikan reaksi tersendiri dalam
memperebutkan konsumen, untuk itu para pengusaha roti harus melakukan
inovasi serta mempertahankan kesetiaan konsumen yang ada selama ini agar dapat
bertahan dan berkembang. Dalam rangka mempertahankan posisi industri roti
dapat diketahui sebagai berikut :
1.1 Lingkungan Mikro Industri
a. Pemasaran
Pemasaran ditangani oleh masing-masing industri roti, secara langsung dan
bertanggung jawab untuk mengembangkan rencana pemasaran untuk semua
produk dan merk yang dihasilkan oleh para pengusaha yang ada juga
mengembangkan merk dan produk yang baru. Ruang lingkup pemasaran yang
selama ini ditinjau adalah wilayah sekitar kabupaten Boyolali seperti
Sunggingan, Teras dan Ampel.
b. Pemasok bahan baku tepung terigu
Pada umumnya berasal dari daerah Boyolali, tapi ada juga pengusaha roti
yang membeli bahan baku dari Solo.
c. Penjual roti
Penjual roti terdiri dari para grosir di pasar sekitar Boyolali dan pedagang
pengumpul serta agen yang mengambil barang dari industri roti.
d. Pesaing
Munculnya industri-industri sejenis yang memproduksi roti, yang dari tahun
ke tahun mengalmi peningkatan, perlu diwaspadai agar tidak merebut posisi
pasar industri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
1.2 Lingkungan Makro Industri
a. Kekuatan demografi
Roti pada umumnya dikonsumsi oleh orang Jawa dan masyarakat yang pernah
mengkonsumsi roti.
b. Ekonomi
Keadaan ekonomi yang masih tidak menentu juga dapat mempengaruhi naik
turunnya volume penjualan dari tahun ke tahun.
c. Keadaan Politik
Keadaan politik dari masalah yang ada dalam negeri juga mempengaruhi
kondisi industri.
d. Alam
Adanya bahan baku yang berupa tepung terigu dan sumber daya alam lainnya
yang digunakan untuk memproduksi roti cukup memadai.
e. Kultural
Roti merupakan makanan yang cukup sering dikonsumsi oleh masyarakat
didaerah perkotaan dan daerah pedesaan, yang digunakan dalam acara-acara
tertentu di masyarakat dan selalu dibutuhkan, dan juga digunakan sebagai
makanan tambahan .
1.3 Faktor Internal
a. Bidang Fungsional meliputi:
Pemasaran berjalan lancar secara terus menerus, serta operasionalnya
dilakukan oleh sumber daya manusia yang berpengalaman, dan sistem
informasi yang belum memanfaatkan teknologi untuk memperoleh informasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
sedangkan riset dilakukan untuk meningkatkan efisiensi produksi, dan fasilitas
yang didapat oleh industri roti yaitu mendapat bantuan dari Dinas
Perindustrian dan Bank.
b. Pencapaian yang telah dilakukan manajemen.
Industri roti ada yang menempati posisi yang cukup bagus di pasaran, dan ada
juga yang perlu penanganan yang khusus agar dapat menempati posisi yang
cukup bagus di pasaran.
c. Kebiasaan Industri
Para pekerja dalam bekerja setiap hari untuk menghasilkan roti mulai dari jam
08.00 - 16.00 WIB.
1.4 Faktor Eksternal
a. Pemerintah
Mendukung industri roti yang berarti membantu pemerintah dalam
menanggulangi pengangguran dan pernerintah membantu modal sehingga
dapat rneningkatkan kapasitas produksi dan keuntungan industri.
b. Teknologi
Dalam melakukan penelitian untuk memperbaiki proses produksi, para
pengusaha roti melakukannya bersama lembaga lain.
c. Persaingan
Konsumen selalu mempunyai kebiasaan untuk membeli roti dengan merk dan
kualitas yang biasa dibeli, sehingga pesaing baru akan mengalami kesulitan
untuk masuk ke industri ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
2. Kondisi Geografis dan Demografis
Desa Ngangkruk terletak di sebelah selatan kabupaten Boyolali, yang
merupakan daerah yang subur dan dekat dengan pasar. Daerah ini temasuk dalam
dataran dataran rendah, sehingga kondisi tanah dan lingkungan disekitar desa
cukup subur untuk segala macam jenis tanaman pertanian.
Kondisi penduduk di sekitar desa Ngangkruk ini termasuk dalam kategori
yang cukup padat penduduknya, hal ini cukup menguntungkan bagi para
pengusaha yang akan mempergunakan tenaga kerja untuk membantu dalam
menjalankan usahanya sehari-hari. Desa Ngangkruk terdiri dari 6 RT yang
masing-masing RT mempunyai berbagai karakteristik yang berbeda-beda (
Sumber: BPS Kabupaten Boyolali tahun 2009 ).
Dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda itulah yang menjadikan
desa Ngangkruk ini mempunyai daya tarik lebih untuk menjalankan berbagai
macam usaha, khususnya usaha industri roti.
3. Letak Geografis Industri
Lokasi industri roti tepatnya berada di desa Ngangkruk, kecamatan
Mojosongo, kabupaten Boyolali. Dalam pemilihan lokasinya, hampir semua
faktor produksi terpenuhi, karena para pengusaha memperoleh kesempatan
tersedianya tanah dan tersedianya jumlah tenaga kerja.
Lokasi industri ikut menunjang lancarya aktivitas pada industri-industri
tersebut. Pemilihan lokasi industri yang tepat juga akan mempengaruhi dalam
penghematan biaya produksi dan akan memperlancar keluar masuknya barang.
Dalam menentukan lokasi industri roti ini memperhatikan aspek ekonomis yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
meningkatkan usaha di bidang swasembada pangan dan aspek sosial mengurangi
besarnya pengangguran yang membendung organisasi daerah setempat
khususnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
B. Karakteristik Responden
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Yang dimaksud umur disini yaitu umur responden pada saat penelitian
dilakukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur ( tahun ) Jumlah Responden Prosentase ( % )
19 - 21 2 5
22 - 24 3 7,5
25 - 27 5 12,5
28 - 30 6 15
31 - 33 10 25
34 - 36 14 35
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2009
Dari tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden terbanyak
berusia 34 - 36 tahun yaitu sebesar 35 % sebanyak 14 responden. Sedangkan
jumlah responden yang paling sedikit adalah usia 19 - 21 tahun sebesar 5 %
sebanyak 2 responden. Jika dilihat secara keseluruhan, semua responden dalam
penelitian ini mayoritas berusia 34 - 36 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa untuk
menjadi pengusaha roti diperlukan kematangan dan pengalaman yang cukup, yang
salah satunya dapat dilihat dari indikator usia responden pengusaha industri roti
di Kabupaten Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Yang dimaksud jenis kelamin disini yaitu jenis kelamin responden pada
saat penelitian dilakukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut
ini :
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Responden Prosentase ( % )
Pria 13 32,5
Wanita 27 67,5
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2009
Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden terbanyak
berjenis kelamin wanita yaitu sebesar 67,5 % sebanyak 27 responden. Jumlah
responden dengan jenis kelamin pria sebesar 32,5 % sebanyak 13 responden. Hal
ini menunjukkan bahwa mayoritas pengusaha roti di Boyolali didominasi kaum
wanita, hal ini disebabkan karena kaum wanita lebih mudah terjun dibidang
kuliner. Sehingga lebih banyak usaha roti yang dimiliki kaum wanita lebih maju
dibandingkan usaha roti yang dirintis kaum pria.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan disini yaitu menunjukkan tingkat pendidikan formal
terakhir yang telah ditempuh oleh responden pada saat penelitian dilakukan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Prosentase ( % )
SMP 12 30
SMA 21 52,5
Perguruan Tinggi 7 17,5
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2009
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa mayoritas responden tingkat pendidikan
terakhirnya adalah SMA, yaitu sebesar 52,5 % atau 21 orang, sementara untuk
responden dengan tingkat pendidikan formal terakhirnya SMP berjumlah 12 orang
tau 30 %. Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan formal Perguruan
Tinggi memiliki prosentase terendah sebesar 17,5 % sebanyak 7 responden. Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki tingkat pendidikan formal
yang mencukupi. Namun untuk terjun bidang industri roti , pengalaman yang
cukup dan ketrampilan lebih dibutuhkan dari pada tingkat pendidikan formal. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi tidak mutlak diperlukan
dalam kemajuan usaha roti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Usaha.
Status usaha disini menunjukkan status usaha industri roti para responden,
apakah usaha roti menjadi keinginan utama ataukah sampingan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Usaha
Status Usaha Jumlah Responden Prosentase ( % )
Sampingan 12 30
Utama 28 70
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2009
Dari tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwasebagian besar responden
menekuni usaha roti sebagai pekerjaan utama, yaitu sebesar 70 % sebanyak 28
responden, sedangkan yang menekuni usaha roti sebagai usaha sampingan
sebanyak 12 responden, yaitu sebesar 30 %. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar pengusaha roti di Boyolali benar-benar menggantungkan nasib hidupnya
pada kelangsungan industri roti. Dengan menjadikan usaha roti sebagai usaha
utama maka pengusaha roti akan semakin berkonsentrasi dalam menjalankan
usahanya, sehingga usaha roti akan semakin berkembang dan maju.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Modal.
Yang dimaksud modal disini yaitujumlah modal yang digunakan untuk
proses produksi pada usaha roti pada saat penelitian dilakukandan dinyatakan
dalam satuan rupiah. Untuk lebih jelasnyadapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Besarnya Modal
Modal Jumlah Responden Prosentase ( % )
Rp.9.000.000 – Rp.9.999.999 3 7,5
Rp.10.000.000 - Rp. 10.999.999 4 10
Rp.11.000.000 – Rp. 11.999.999 9 22,5
Rp.12.000.000 - Rp. 12.999.999 12 30
Rp.13.000.000 – Rp. 13.999.999 5 12,5
Rp.14.000.000 - Rp. 14.999.999 7 17,5
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2009
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa industri roti di Boyolali
sebagian besar memiliki modal dengan jumlah Rp. 12.000.000 - Rp. 12.999.999
yaitu sebanyak 30 %, dimana menurut UU No. 9 / 1999 bahwa usaha kecil adalah
suatu unit usaha dimana memiliki modal yang tidak melebihi Rp. 200.000.000 ,
maka industri roti di Boyolali menurut UU tersebut termasuk kriteria usaha kecil.
Sedangkan menurut kriteria Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag),
industri kecil mempunyai modal dibawah Rp. 5.000.000 , sementara industri
menengah modalnya antara Rp. 5.000.000 – Rp. 200.000.000 , maka industri roti
di Boyolali tersebut menurut kriteria Disperindag berdasarkan jumlah modal dapat
digolongkan pada sektor industri menengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja.
Sebanyak 40 responden menggunakan tenaga kerja dengan jumlah yang
beragam, yang dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini :
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
Tenaga Kerja Jumlah Responden Prosentase ( % )
5 1 2,5
6 15 37,5
7 4 10
8 8 20
9 6 15
10 6 15
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2009
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa mayoritas responden menggunakan
tenaga kerja 6 orang yaitu sebanyak 37,5 % yaitu sebesar 15 responden.
Penggunaan tenaga kerja 6 orang berdasarkan klasifikasi dari Badan Pusat
Statistik ( BPS ) dapat digolongkan sebagai industri kecil. Sehingga berdasarkan
klasifikasi dari BPS usaha industri roti di Kabupaten Boyolali termasuk golongan
industri kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
7. Karakteristik Responden Berdasarkan Operasi Waktu.
Operasi waktu merupakan lamanya waktu dalam setiap usaha produksi roti
dalam beroperasi setiap harinya, dari mereka memulai proses produksinya sampai
mengakhiri proses produksinya yang dihitung dalam satuan jam. Operasi waktu
usaha roti di Boyolali dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini :
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Operasi Waktu
Operasi Waktu
( jam / hari )
Jumlah Responden Prosentase ( % )
5 2 5
6 8 20
7 10 25
8 13 32,5
9 3 7,5
10 4 10
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2009
Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa industri roti di Boyolali paling
banyak beroperasi 8 jam perhari, yaitu sebanyak 32,5 %. Sedangkan paling sedikit
beroperasi 5 jam perhari, yaitu sebanyak 5 %. Semakin lama beroperasi perhari,
maka akan semakin banyak produksi roti yang dihasilkan, yang pada akhirnya
akan meningkatkan kemajuan usaha roti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
8. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha.
Lama usaha menunjukkan berapa lama pengusaha roti menjalankan
usahanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini :
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha
Lama Usaha ( Tahun ) Jumlah Responden Prosentase ( % )
9 - 11 3 7,5
12 - 14 2 5
15 - 17 6 15
18 - 20 5 12,5
21 - 23 14 35
24 - 26 10 25
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2009
Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa industri roti di Boyolali sebagian
besar berusia antara 21 - 23 tahun yang berjumlah 35 % dan bahkan ada juga
industri roti yang berusia 24 - 26 tahun, yaitu sebanyak 10 responden atau 25 %.
Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri roti telah lama menjadi sumber mata
pencaharian utama sejak lama di Boyolali. Menurut wawancara dengan sebagian
responden, industri roti yang telah lama berdiri biasanya merupakan warisan turun
temurun dari orang tua yang bersangkutan. Semakin lama pengusaha roti
menjalankan usahanya, maka pengusaha tersebut memiliki peluang yang lebih
besar untuk maju dan berkembang, karena lebih banyak memiliki pengalaman
yang memadai dibidang industri roti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
9. Karakteristik Responden Berdasarkan Total Penjualan
Pendapatan bersih adalah pendapatan pengusaha roti di Boyolali, yang
hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini :
Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Total Penjualan
Total Penjualan Jumlah Responden Prosentase ( % )
Rp.12.000.000 – Rp.15.999.999 2 5
Rp.16.000.000 – Rp. 19.999.999 4 10
Rp.20.000.000 – Rp. 23.999.999 5 12,5
Rp.24.000.000 – Rp. 27.999.999 13 32.5
Rp.28.000.000 – Rp. 31.999.999 7 17,5
Rp.32.000.000 – Rp. 35.999.999 9 22,5
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2009
Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa mayoritas pengusaha roti di Boyolali
mempunyai total penjualan antara Rp. 24.000.000 – Rp. 27.999.999 sebanyak
32,5 % sejumlah 13 responden. Hal ini menunjukkan bahwa usaha roti di
Kabupaten Boyolali termasuk usaha yang sangat menguntungkan, sehingga sangat
tepat apabila usaha roti dikembangkan di Kabupaten Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pemasaran Hasil Produksi.
Pemasaran hasil produksi adalah bagaimana roti tersebut dipasarkan. Dari
tabel 4.10 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memasarkan produk
mereka lewat toko, yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini :
Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Produksi
Pemasaran Jumlah Responden Prosentase ( % )
Toko 29 72,5
Toko dan Konsumen 11 27,5
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2009
Pola pemasaran yang dilakukan oleh pengusaha roti di Boyolali secara
umum lebih banyak dipasarkan lewat toko. Dengan pola penjualan yang dilakukan
melalui toko maka akan mempermudah pemasaran, sehingga roti yang diproduksi
akan semakin mudah dipasarkan, sehingga kontinuitas produksi yang laku akan
terjaga. Dengan demikian pemasaran melalui toko akan semakin meningkatkan
kemajuan usaha roti di Boyolali. Pemasaran produksi roti melalui konsumen
secara langsung sangat jarang dilakukan karena hal tersebut membutuhkan tenaga
kerja yang lebih banyak dan membutuhkan biaya tenaga kerja yang banyak pula,
sehingga hal tersebut kan merugikan pengusaha. Pemasaran ke konsumen
biasanya hanya dilakukan disekitar lokasi yang dekat dengan lokasi usaha roti.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemasaran yang efektif dan efisien yang
bermanfaat bagi kemajuan usaha industri roti dilakukan melalui toko.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
11. Karakteristik Responden Berdasarkan Sistem Pengupahan.
Yang dimaksud dengan upah disini adalah imbalan kerja yang diberikan
kepada tenaga kerja atau karyawan, dalam satuan rupiah. Adapun sistem
pengupahan yang diterapkan pengusaha roti di Boyolali dapat dilihat pada tabel
4.11 berikut ini :
Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Sistem Pengupahan
Pengupahan Jumlah Responden Prosentase ( % )
Borongan 33 82,5
Bulanan 3 7,5
Harian 4 10
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2009
Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa sistem pengupahan industri roti di
Boyolali lebih banyak memakai sistem borongan. Dengan menggunakan sistem
borongan maka setiap tenaga kerja akan terpacu untuk menyelesaikan target
produksi roti sesuai yang ditetapkan pengusaha roti, maka hal itu akan
memperlancar produksi roti. Sehingga dengan adanya sistem pengupahan secara
borongan akan berpengaruh positif bagi kemajuan usaha roti. Penggunaan sistem
pengupahan secara bulanan dan harian sangat sedikit penerapannya karena
penggunaan sistem upah secara harian dan bulanan akan merugikan pngusaha roti,
karena dengan menggunakan sistem secara bulanan maupun harian produksi roti
yang dihasilkan akan sedikit karena tenaga kerja tidak mempunyai target
produksi. Pemakaian sistem pengupahan bulanan dan harian biasanya dilakukan
apabila tenaga kerja masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan pengusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
roti. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem pengupahan yang berpengaruh positif
terhadap kemajuan usaha roti yaitu sistem pengupahan borongan.
C. Analisis Data
1. Tingkat efisiensi perusahaan industri roti di Desa Ngangkruk, Kecamatan
Mojosongo, Kabupaten Boyolali pada tahun 2009.
Tabel 4.12 Hasil Analisis Data Perusahaan Industri Roti Tahun 2009
Industri Efisiensi ( % ) Industri Efisiensi ( % ) A 92.23 U 89.32 B 94.95 V 95.33 C 96.39 W 94.91 D 96.26 X 90.37 E 96.91 Y 95.96 F 94.06 Z 98.37 G 94.65 AA 84.15 H 95.55 BB 100.00 I 82.58 CC 93.09 J 93.12 DD 96.12 K 95.97 EE 93.00 L 92.86 FF 92.05 M 95.77 GG 97.27 N 95.13 HH 71.36 O 94.15 II 96.12 P 95.17 JJ 92.47 Q 92.11 KK 100.00 R 90.62 LL 96.00 S 93.32 MM 90.38 T 65.66 NN 90.12
Sumber : Data Primer, data diolah dari hasil empiris DEA
Efisiensi produksi adalah bahwa efisiensi merupakan perbandingan
output dan input berhubungan dengan tercapainya output maksimum dengan
sejumlah input , artinya jika rasio output / input besar maka efisiensi dikatakan
makin tinggi . Dapat dikatakan bahwa efisiensi adalah penggunaan input yang
terbaik dalam memproduksi barang ( Siagian, 2000: Jurnal ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Efisiensi teknik merupakan hubungan antara input dengan output.
Perusahaan dikatakan efisien secara teknik jika produksi dengan output
terbesar yang menggunakan satu set kombinasi beberapa input. Efisiensi
teknik juga merupakan satu kombinasi antara kapasitas dan kemampuan unit
ekonomi untuk memproduksi sampai tingkat output maksimum dari jumlah
input dan teknologi ( Sukiyono, 2005: Jurnal ) .
Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 terdapat dua
perusahaan industri roti di Desa Ngangkruk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten
Boyolali yang mencapai efisiensi 100 % yaitu industri BB dan industri KK, selain
industri BB dan industri KK mencapai efisiensi dibawah 100 %. Perusahaan
industri roti BB dan perusahaan industri roti KK, merupakan perusahaan industri
roti yang paling besar di desa Ngangkruk, karena memiliki daerah pemasaran
yang paling luas diantara perusahaan industri roti lainnya. Selain memiliki daerah
pemasaran yang luas, perusahaan industri roti BB dan perusahaan industri roti KK
juga memiliki modal,tenaga kerja dan bahan baku yang lebih banyak dibanding
dengan perusahaan industri roti lainnya.
Dari sisi modal, perusahaan industri roti BB dan perusahaan industri roti
KK, memiliki modal yang lebih banyak dari perusahaan industri roti lainnya.
Modal tersebut dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk proses produksi roti. Dari
sisi tenaga kerja, perusahaan industri roti BB dan perusahaan industri roti KK,
memiliki jumlah tenaga kerja 8-10 orang dengan pemanfaatan kapasitas produksi
yang maksimal para pekerja tersebut bekerja kurang lebih 8 jam perhari. Dilihat
dari jumlah tenaga kerja dan waktu produksinya , perusahaan industri roti BB dan
perusahaan industri roti KK merupakan perusahaan industri roti yang paling besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
di desa Ngangkruk. Dari sisi bahan baku, perusahaan industri roti BB dan
perusahaan industri roti KK, membutuhkan paling banyak bahan baku perharinya.
Hal ini disebabkan karena perusahaan industri roti BB dan perusahaan industri roti
KK, memiliki daerah pemasaran yang luas, sehingga membutuhkan hasil produksi
yaitu roti yang cukup banyak. Dengan menaikkan jumlah produksi tersebut, maka
akan semakin mendapatkan lebih besar peluang untuk menguasai pasar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hanya ada 2 perusahaan industri roti yang
mencapai tingkat efisiensi 100 %. Sedangkan perusahaan industri roti yang lain
yang belum mencapai tingkat efisiensi 100 % harus melakukan perbaikan agar
dapat mencapai tingkat efisiensi 100 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
2. Cara perbaikan perusahaan industri roti di Desa Ngangkruk yang belum
mencapai tingkat efisiensi 100 % .
Tabel 4.13 Analisis Data Perusahaan Industri Roti Tahun 2009
Industri Efisiensi Benchmark Multiplier A 92.23 KK 0,587 B 94.95 KK 0,875 C 96.39 KK 0,801 D 96.26 KK 0,711 E 96.91 KK 0,984 F 94.06 KK 0,781 G 94.65 KK 0,854 H 95.55 KK 0,958 I 82.58 KK 0,554 J 93.12 KK 0,847 K 95.97 KK 0,889 L 92.86 KK 0,579 M 95.77 KK 0,918 N 95.13 KK 0,826 O 94.15 KK 0,821 P 95.17 KK 0,835 Q 92.11 KK 0,617 R 90.62 KK 0,708 S 93.32 KK 0,788 T 65.66 KK 0,679 U 89.32 KK 0,626 V 95.33 KK 0,886 W 94.91 KK 0,855 X 90.37 KK 0,726 Y 95.96 KK 0,960 Z 98.37 KK 0,698
AA 84.15 KK 0,727 BB 100.00 Tidak ada Tidak ada CC 93.09 KK 0,846 DD 96.12 KK 0,889 EE 93.00 KK 0,846 FF 92.05 KK 0,450 GG 97.27 KK 0,886 HH 71.36 KK 0,501 II 96.12 KK 0,889 JJ 92.47 KK 0,569 KK 100.00 Tidak ada Tidak ada LL 96.00 KK 0,789
MM 90.38 KK 0,514 NN 90.12 KK 0,484
Sumber : Data Primer, data diolah dari hasil empiris DEA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tujuan programasi linier dalam model DEA akan menjadi rasio efisiensi (
total output tertimbang / total input tertimbang ). Rasio efisiensi tersebut akan
dibandingkan dengan rasio efisiensi sampel lain ( yang berperan sebagai
benchmark / refference set ) bernilai paling efisien ( 100 % ). Dari hasil
perbandingan tersebut didapatkan nilai multiplier pengganda Y ( shadow price ).
Angka shadow price tersebut digunakan sebagai dasar penyesuaian input dan
output unit ekonomi yang kurang efisien menuju efisien ( Samudro dan Daerobi,
2009 ).
Dari tabel 4.13 terdapat 40 perusahaan industri roti yang ada di Desa
Ngangkruk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, hanya ada 2 perusahaan
industri roti yang mencapai tingkat efisiensi 100 % yaitu industri BB dan industri
KK, sedangkan 38 perusahaan industri roti yang lain belum mencapai tingkat
efisiensi 100 %. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan industri
roti di Desa Ngangkruk, Kecamatan Mojosongo ,Kabupaten Boyolali tidak
memperhatikan tingkat efisiensi yang harus dicapai oleh perusahaan industri roti
tersebut.
Perusahaan industri roti BB dan perusahaan industri roti KK merupakan
perusahaan industri roti yang mencapai efisiensi 100%. Hal ini dikarenakan
perusahaan industri roti BB dan perusahaan industri roti KK, merupakan
perusahaan industri roti yang paling besar di desa Ngangkruk, karena memiliki
daerah pemasaran yang paling luas diantara perusahaan industri roti lainnya.
Selain memiliki daerah pemasaran yang luas, perusahaan industri roti BB dan
perusahaan industri roti KK juga memiliki modal,tenaga kerja dan bahan baku
yang lebih banyak dibanding dengan perusahaan industri roti lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Dari sisi modal, perusahaan industri roti BB dan perusahaan industri roti
KK, memiliki modal yang lebih banyak dari perusahaan industri roti lainnya.
Modal tersebut dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk proses produksi roti. Dari
sisi tenaga kerja, perusahaan industri roti BB dan perusahaan industri roti KK,
memiliki jumlah tenaga kerja 8-10 orang dengan pemanfaatan kapasitas produksi
yang maksimal para pekerja tersebut bekerja kurang lebih 8 jam perhari. Dilihat
dari jumlah tenaga kerja dan waktu produksinya , perusahaan industri roti BB dan
perusahaan industri roti KK merupakan perusahaan industri roti yang paling besar
di desa Ngangkruk. Dari sisi bahan baku, perusahaan industri roti BB dan
perusahaan industri roti KK, membutuhkan paling banyak bahan baku perharinya.
Hal ini disebabkan karena perusahaan industri roti BB dan perusahaan industri roti
KK, memiliki daerah pemasaran yang luas, sehingga membutuhkan hasil produksi
yaitu roti yang cukup banyak. Dengan menaikkan jumlah produksi tersebut, maka
akan semakin mendapatkan lebih besar peluang untuk menguasai pasar.
Dari 40 perusahaan industri roti, terdapat 38 perusahaan industri roti di
desa Ngangkruk yang belum efisien. Ketidakefisienan pada 38 perusahaan
industri roti tersebut dapat berasal dari variabel input yaitu modal, biaya tenaga
kerja dan biaya bahan baku . Ketidakefisienan ini disebabkan karena penggunaan
input modal yang kurang maksimal, dan terjadinya pemborosan biaya tenaga kerja
dan biaya bahan baku. Variabel outputnya yaitu total penjualan roti juga belum
efisien .
Untuk cara perbaikan perusahaan industri roti di Desa Ngangkruk,
Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali yang belum mencapai tingkat
efisiensi 100 % dapat ditingkatkan efisiensinya melalui multiplier input dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
perusahaan industri roti acuannya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
industri roti di Desa Ngangkruk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali
yang nilai efisiensinya dibawah 100 % , memiliki alokasi penggunaan seluruh
input yang belum optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada BAB IV,
maka diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1) Dari hasil empiris pengukuran tingkat efisiensi 40 perusahaan industri roti
di Desa Ngangkruk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali
menggunakan metode DEA ( Data Envelopment Analysis ) d iketahui
ada 2 perusahaan industri roti yang mencapai tingkat efisiensi 100 % yaitu
industri BB dan industri KK, sedangkan 38 perusahaan industri roti lainnya
belum mencapai tingkat efisiensi 100 % .
2) Dari hasil empiris pengukuran tingkat efisiensi 40 perusahaan industri roti di
Desa Ngangkruk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali menggunakan
metode DEA ( Data Envelopment Analysis ) terdapat 38 perusahaan
industri roti yang tingkat efisiensinya dibawah 100 % atau belum efisien.
Ketidakefisienan pada 38 perusahaan industri roti tersebut dapat berasal dari
variabel input yaitu modal, biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku .
Ketidakefisienan ini disebabkan karena penggunaan input modal yang kurang
maksimal, dan terjadinya pemborosan biaya tenaga kerja dan biaya bahan
baku. Variabel outputnya yaitu total penjualan roti juga belum efisien . Cara
perbaikan perusahaan industri roti di Desa Ngangkruk, Kecamatan
Mojosongo, Kabupaten Boyolali yang belum mencapai tingkat efisiensi 100 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
dapat ditingkatkan efisiensinya melalui multiplier input dari perusahaan
industri roti acuannya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan industri roti di
Desa Ngangkruk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali yang nilai
efisiensinya dibawah 100 % , memiliki alokasi penggunaan seluruh input yang
belum optimal.
3) Dalam perusahaan industri roti di Desa Ngangkruk, Kecamatan Mojosongo,
Kabupaten Boyolali , untuk faktor produksi yang diperlukan dalam
menjalankan kegiatan industri sehari-harinya tidak terdapat masalah, terutama
dalam hal pemenuhan faktor produksi tenaga kerja dan bahan baku. Hal ini
disebabkan karena di daerah sekitar Desa Ngangkruk, Kecamatan Mojosongo,
Kabupaten Boyolali terdapat banyak tenaga kerja dan bahan baku yang
diperlukan oleh para pengusaha industri roti. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa elastisitas input untuk tenaga kerja dan bahan baku dalam
industri roti di desa Ngangkruk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali
ini adalah bersifat elastis, dalam arti bahwa kebutuhan akan input tenaga kerja
dan bahan baku adalah seiring dengan kebutuhan yang akan diperlukan.
B. Saran
1. Realokasi penggunaan input untuk pengusaha industri roti di Desa
Ngangkruk, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali yang belum efisien
agar segera dilakukan .
2. Institusi yang terkait dengan pengelolaan industri roti segera menindaklanjuti
upaya peningkatan efisiensi industri – industri roti di Indonesia .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
3. Faktor modal berpengaruh positif terhadap produksi roti di Boyolali, maka
disarankan agar tiap pengusaha roti untuk menambah permodalan mereka.
Diharapkan pemerintah Kabupaten Boyolali memberikan bantuan modal
kepada pengusaha roti. Pemberian bantuan modal akan meringankan beban
pengusaha, sehingga akan dapat meningkatkan usaha produksi roti.
4. Faktor tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produksi roti di Boyolali,
maka disarankan agar tiap pengusaha roti di Boyolali untuk menambah
jumlah tenaga kerja, selain itu diharapkan tiap pengusaha roti untuk
mengirimkan tenaga kerjanya untuk melakukan magang di perusahaan roti
yang lebih besar, selain itu diharapkan pemerintah Kabupaten Boyolali
memberikan pelatihan terhadap tenaga kerja industri roti, sehingga akan
menambah ketrampilan para pekerja. Dengan ketrampilan yang semakin
bertambah, maka akan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi roti,
sehingga diharapkan produksi roti akan semakin lebih baik .
5. Bahan baku berpengaruh positif terhadap produksi roti di Boyolali, maka
disarankan agar tiap pengusaha roti untuk sepintar mungkin dalam memilih
bahan baku yang berkualitas baik dan cocok untuk produksi roti.
6. Bagi pengusaha industri roti yang termasuk dalam skala kecil hendaknya terus
meningkatkan jumlah produksinya, karena dengan menaikkan jumlah
produksi tersebut akan semakin mendapatkan lebih besar peluang untuk
menguasai pasar yang selama ini dikuasai oleh pengusaha atau industri-
industri yang mempunyai skala besar.
7. Bagi pengusaha yang berada pada skala besar hendaknya memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada pengusaha yang berada pada skala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
yang kecil, misalnya dengan tidak melakukan monopoli terhadap penguasaan
modal, tenaga kerja, bahan baku, dan pengalaman usaha atau penguasaan
terhadap daerah pemasaran, sehingga akan tercipta suasana persaingan yang
sehat.
8. Bagi para pengusaha industri roti baik dalam skala kecil dan menengah,
hendaknya berusaha memanfaatkan potensi Sumber Daya Manusia yang
berada di lingkungan perusahaan, hal ini terkait dalam upaya membantu
pemerintah dalam upaya mengentaskan kemiskinan dan mengurangi jumlah