Page 1
ANALISIS EFISIENSI PEMBIAYAAN BAITUL MAL WA TAMWIL
DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) DI KOTA
JAKARTA SELATAN PERIODE 2013-2017
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
AHMAD RAMADHANI
NIM. 11150860000008
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
Page 2
ANALISIS EFISIENSI PEMBIAYAAN BAITUL MAL WA TAMWIL
DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) DI KOTA
JAKARTA SELATAN PERIODE 2013-2017
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
AHMAD RAMADHANI
NIM. 11150860000008
Di Bawah Bimbingan:
Dr. Sofyan Rizal, M.Si
NIP. 19760430 201101 1 002
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
Page 3
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 9 April 2019 telah dilaksanakan Ujian Komprehensif atas
Mahasiswa:
Nama : Ahmad Ramadhani
NIM : 11150860000008
Jurusan : Ekonomi Syariah
Judul Skripsi : Analisis Efisiensi Pembiayaan Baitul Mal wa Tamwil dengan
Metode Data Envelopment Analysis (DEA) di Kota Jakarta
Selatan Periode 2013-2017.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan
yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Selasa, 9 April 2019
1. Yuke Rahmawat, MA
NIP. 19750903 200701 2 023 Penguji I
2. Ady Cahyadi, SE., M.Si
Penguji II
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Page 4
Hari ini, Kamis 23 Mei 2019 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas Mahasiswa:
Nama : Ahmad Ramadhani
NIM : 11150860000008
Jurusan : Ekonomi Syariah
Judul Skripsi : Analisis Efisiensi Pembiayaan Baitul Mal wa Tamwil dengan
Metode Data Envelopment Analysis (DEA) di Kota Jakarta
Selatan Periode 2013-2017.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan
yang bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Kamis 23 Mei 2019
1. Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si
NIP. 19770122 200312 1 001
2. Dr. Sofyan Rizal, M.Si
NIP. 19760430 201101 1 002
3. Nur Hidayah, M.A., Ph.D.
NIP. 19761031 200112 2 002
Page 5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Ahmad Ramadhani
2. Nama Panggilan : Ardhan, Dhani
3. Tempat, Tgl Lahir : Jambi, 18 Januari 1997
4. Jenis Kelamin : Laki-Laki
5. Alamat : Jl. Multatuli RT. 03 Kel. Mayang Mangurai, Jambi
6. Status : Belum Menikah
7. Kewarganegaraan : Indonesia
Telepon : 0852 7345 9610
Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK (2002-2003) : TK Pasar Minggu, Jakarta Selatan
SD (2003-2009) : SDN 145 Kota Jambi
3. SMP (2009-2012) : SMPN 8 Kota Jambi
4. SMA (2012-2015) : MAN Insan Cendekia Jambi
5. S1 (2015-2019) : Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Agus Salim
Tempat, Tgl Lahir : Jambi, 15 Agustus 1969
Pekerjaan : Buruh Bangunan
2. Ibu : Siti Chodijah
Tempat, Tgl Lahir : Jakarta, 5 Agustus 1968
Pekerjaan : IRT
Page 6
10
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti untuk mengukur efisiensi relatif
Baitul Mal wa Tamwil menggunakan data envelopment analysis (DEA). Efisiensi
Baitul Mal wa Tamwil diukur melalui kemampuan masing-masing Baitul Mal wa
Tamwil di Jakarta Selatan untuk memaksimalkan hasil dengan tingkat input
tertentu. Dengan mengukur efisiensinya, DEA berfungsi sebagai tolok ukur yang
dapat menentukan peningkatan di masa depan di berbagai bidang seperti
pembiayaan, manajerial karyawan, atau sosial ekonomi Islam. Dalam industri
keuangan mikro syariah, DEA menggunakan tiga pendekatan, yakni asset,
produksi, dan intermediasi. Sebagai contoh untuk menyoroti Baitul Mal wa
Tamwil dalam memberikan layanan bentuk transaksi dan kemudian menganggap
Baitul Mal wa Tamwil menyalurkan dana antara antara Shahibul Mal ke
Mudharib. Penelitian ini menganalisis tingkat efisiensi Baitul Maal Wa Tamwil
(BMT) dengan Data Envelopment Analysis (DEA) selama 2013 hingga 2017.
Variabel output terdiri dari aset likuid, total pembiayaan, pembagian pendapatan.
Variabel input terdiri dari biaya operasional-pembiayaan, biaya gaji, dan aset
tetap. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan intermediasi, diduga ada
BMT terpilih di Jakarta Selatan yang tidak efisien.
Kata kunci: Efisiensi, Efektivitas, Data Envelopment Analysis (DEA), Baitul
Maal Wa Tamwil
Page 7
11
ABSTRACT
The present paper examined to measure relative efficiency of Baitul Mal
wa Tamwil using data envelopment analysis (DEA). The efficiency of Baitul Mal
wa Tamwil is measure through the ability of each Baitul Mal wa Tamwil in South
Jakarta to maximise output given a certain level of input. By measuring its
efficiency, it can serves as early warning or benchmark of its performance and it
can define future improvement in various area such as financing, managerial of
employee or Islamic socio-economic. DEA is comprises of two basic model that
are DEA Frotier model with variable return to scale assumption. In micro islamic
financial industry, DEA is using two approaches that are giving financing or
intermediation approach. The former highlights Baitul Mal wa Tamwil as
delivering services in the form of transaction and the later assumes Baitul Mal wa
Tamwil intermediate funds between Shahibul Mal to Mudharib. This study analyze
the level of efficiency and effectiveness of Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) with
Data Envelopment Analysis (DEA) during 2013 to 2017.The input variable
consiss of liquid asset, total financing, revenue-sharing. The variable output
consist of operational-financing expense, salary expense, and fix asset.
Keywords: Efficiency, Effectiveness, Data Envelopment Analysis (DEA), Baitul
Maal
Wa Tamwil
Page 8
12
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
serta karunia-Nya yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) : ANALISIS
EFISIENSI PENYALURAN PEMBIAYAAN BAITUL MAL WA TAMWIL
DI KOTA JAKARTA SELATAN PERIODE 2013-2017” ini dengan baik.
Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan atas baginda Nabi Muhammad
SAW, yang telah memberikan cahaya dalam hidup penulis berupa cahaya Islam.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan.Walaupun waktu, tenaga dan
pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis
miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga atas bimbingan, penghargaan,
dukungan serta bantuan dari berbagai pihak kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Untuk itu penulis sangat berterimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya yang
menjadikan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua saya, Ibu Siti Chodijah dan Bapak Agus Salim terima kasih
untuk semua kesabaran, kepedulian dan nasehat kecil sebagai dorongan saya
agar menyelesaikan skripsinya secepatnya. Semoga Allah masih memberikan
banyak waktu untuk saya membalas kasih sayang kalian.
3. Kepada Adikku Tercinta, Dinar Ayu Diah yang selalu menyemangati, yang
tidak putus mendoakan abangnya untuk selalu bersabar dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Yang tersayang bisa disebut bagian keluarga Andini Okivera, Ibu Nurhanah,
dan Bapak Murhadi yang selalu menyelipkan do’a, perhatian yang tulus
sehingga semangat juang skripsi saya tidak pernah padam.
Page 9
13
5. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si.,CA,QIA,BKP, CRMP. selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
6. Ibu RR. Tini Anggraeni, ST, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah
yang telah tulus dan ikhlas memberikan layanan kepada penulis selama
kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Dr. Sofyan Rizal, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi. Terima
kasih atas bimbingan, motivasi dan kesabarannya selama penulis menyusun
skripsi.
8. Seluruh Dosen Jurusan Ekonomi Syariah dan seluruh Karyawan dan para staf
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih
yang telah membantu kelancaran perkuliahan dan membantu dalam
mengurus berkas-berkaspenulils.
9. Seluruh Karyawan Baitul Maal Wa Tamwil di Wilayah Jakarta Selatan yang
telah memberikan izin penulis melakukan penelitian.
10. Teman-teman Mahasiswa/I Jurusan Ekonomi Syariah angkatan 2015;
Sahabat Rangga Indwi Pratama, Sahabat Amirul Ma’ruf, terima kasih untuk
waktunya selama perkuliahan banyak peristiwa yang menyenangkan, semoga
persahabatan kita tetap terjalin baik.
11. Untuk teman-teman organisasiku PMII KOMFEIS, GENBI, LISENSI, HMJ,
DEMA, Terima Kasih yang sebesar-besarnya kita telah melewati masa-masa
berproses menjadi yang lebih baik semoga Allah memberikan kesuksesan
yang kita impikan selama ini. Tetap selalu jaga tali silaturahim.
Begitu panjang perjalanan untuk menempuh sebuah proses yang
dinanti untuk mendapatkan sebuah kebanggaan, lika-liku perjuangan,
pengorbanan, harapan dan semoga pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari
Allah SWT, Aamiinn.
Jakarta, 10 Mei 2019
Penulis
Page 10
14
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ……………….…………………... I
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF…………........... Ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI …………………………. Iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH…………… Iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................... V
ABSTRACT................................................................................................... Vi
ABSTRAK ………….................................................................................... Vii
KATA PENGANTAR …….......................................................................... Viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. X
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……............................................. 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 12
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 13
D.
E.
Manfaat Penelitian ...............................................................
Sistematika Penulisan ………………………………………
13
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembaga Keuangan Syariah ………...................................... 16
B. Baitul Maal wat Tamwil......................................................... 18
C. Efisiensi ……………………………………………………. 20
Page 11
15
D.
E.
Variabel Input-Output Penelitian ……………………………
Hubungan Input-Output Penelitian ………………………….
24
26
F. Penelitian Terdahulu ………………………………………. 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian …………………………………………….. 33
B. Data Penelitian …………………………………………….. 33
C. Hipotesis ……………………………………………………. 35
D. Metode Analisis ..………................................................... 36
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data...................................................................... 42
B. Analisis dan Pembahasan .................................................... 50
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan............................................................................. 60
B. Saran … … .......................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 69
Page 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia merupakan pertumbuhan yang cukup
tinggi terhitung sejak tahun 2010 hingga tahun 2015. Khususnya pertumbuhan
ekonomi di kawasan Asia. Indonesia hanya kalah dari pertumbuhan ekonomi yang
ada di China. Faktor yang mendukung pencapaian tersebut salah satunya adalah
pembangunan negara Indonesia sangat bergantung pada peran strategi usaha kecil
menengah. Hal ini dikaitkan dengan dengan sektor tersebut yang tahan dalam
menahan berbagai krisis ekonomi selama ini di Indonesia.
Dalam kenyataan di lapangan, pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari
adanya faktor lembaga keuangan di dalamnya. Lembaga keuangan mempunyai
kontribusi yang besar dalam upaya mewujudkan pertumbuhan ekonomi sebuah
negara, yaitu berperan sebagai lembaga transmisi (transmission role) dan lembaga
perantara (intermediation role) dana. Melalui fungsi intermediasi yang
dimilikinya, bank menjadi perantara antara pemilik modal dengan sektor usaha.
Mendorong terciptanya industri perbankan nasional, khususnya microbanking
atau lembaga keuangan mikro yang efisien dan sehat akan berdampak positif pada
pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat dicapai melalui penguatan dukungan
perbankan terhadap sektor ekonomi riil yang didominasi oleh aktivitas dan pelaku
usaha mikro dan lokal.
Page 13
2
UMKM memiliki peran vital yang sangat strategis perkembangan ekonomi
Indonesia ke depannya. Ia berperan dalam pendistribusian hasil pembangunan
serta dalam pertumbuhan dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia. UMKM saat
ini memiliki peranan vital dan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Ia mempunyai proporsi sebesar atau 56.5 juta pengusaha dari total keseluruhan
pelaku usaha Indonesia. (Sumber Bank Indonesia, 2015)
Jantung dari perekonomian di Indonesia adalah dari sektor ekonomi mikro.
Ekonomi mikro memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian
Indonesia. Data dari Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM
tahun 2015 menunjukkan bahwa ada 99.9% tulang punggung perekonomian
nasional ditopang oleh kegiatan UMKM. Jumlah ini menghasilkan PDB sebesar
Rp4.869,57 Triliun atau menyumbang 59,08% dari total PDB di Indonesia.
Keseluruhan unit usaha yang ada di Indonesia, kelompok ekonomi mikro
memiliki kontribusi ekspor RP. 166,63 trilliun atau 14,06% dari total ekspor
nasional UMKM mempunyai proporsi unit usaha terbesar sampai dengan terkecil
yaitu pertanian (48.85%), perdagangan serta jasa (28.83%), angkutan dan
komunikasi (6.88%), pengolahan (6.41%) dan lain sebagainya sampai dengan
100%. (Sumber Bank Indonesia, 2015).
UMKM sebagai unit mikro menengah yang membutuhkan pendampingan,
baik dari segi keuangan dan pelatihan tentu saja membutuhkan lembaga khusus
untuk memberikan layanan permodalan sekaligus pendampingan untuk
menjalankan bisnisnya. Lembaga yang dimaksud adalah koperasi. Koperasi
adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan badan hukum
Page 14
3
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan
(Prijambodo, 2018). Artinya koperasi merupakan lembaga mikro yang melayani
kebutuhan keuangan masyarakat yang unbankable sehingga masyarakat mampu
untuk mengembangkan usahanya. Berikut adalah tabel penyebaran koperasi di
Indonesia.
Tabel 1.1 Tabel Rekapitulasi Data Koperasi Berdasarkan Provinsi (31 Desember
2015**)
No Provinsi JML Aktif
Tidak
aktif
Vol.Usaha
(dalam juta)
SHU (Juta)
1 Aceh 7.107 4.49 2.617 1.353.555,21 225.643,96
2 Sumatera Utara 11.696 6.285 5.411 4.804.002,34 588.745,70
3 Sumatera Barat 3.892 2.723 1.169 3.926.189,84 183.202.07
4 Riau 5.185 3.051 2.134 2.750.809,11 175.023,75
5 Jambi 3.753 2.263 1.49 1.587.174,33 104.710,28
6 Sumatera Selatan 5.992 4.45 1.542 2.771.000,00 582.004,22
7 Bengkulu 2.329 1.709 620 2.091.561,65 73.378,01
8 Lampung 5.095 2.76 2.335 4.086.083,4 1.259.833,13
9 Bangka Belitung 1.103 812 291 622.477,23 30.946,63
10 Kepulauan Riau 2.308 1.125 1.183 113.916,00 51.649,00
11 DKI Jakarta 8.024 6.016 2.008 18.149.170,45 2.121.862,77
12 Jawa Barat 25.741 16.855 8.886 21.157.522,70 1.849.061,34
Page 15
4
13 Jawa Tengah 28.227 23.059 5.168 47.694.968,67 687.016,34
14 DI Yogyakarta 2.685 2.369 316 3.599.548,00 230.383,00
15 Jawa Timur 31.182 27.472 1,370 103.903.968,4 6.755.911,00
16 Banten 6.142 4.168 1.974 4.381.605,58 324.671,76
17 Bali 4.907 4.327 580 8.499.173,85 289.184,53
18 NTB 4.049 2.385 1.664 1.507.542,03 82.775,19
19 NTT 3.707 3.394 313 4.228.242,79 384.137,88
20 Kalimantan Barat 4.616 2.944 1.672 15.428.709,55 162.704,94
21 Kalimantan Tengah 3.178 2.405 773 1.747.729,65 57.319,53
22 Kalimantan Selatan 2.582 1.769 813 1.391.773,61 132.765,68
23 Kalimantan Timur 5.407 3.501 1.906 2.045.525,18 231.360,61
24 Kalimatan Utara 806 512 294 117.351,76 12.289,34
25 Sulawesi Utara 6.273 2.927 3.346 250.212,84 13.342,39
26 Sulawesi Tengah 2.213 1.495 718 561.235,29 31.944,38
27 Sulawesi Selatan 8.675 5.404 3.271 4.861.474,1 473.324,90
Z28 Sulawesi Tenggara 3.794 2.697 1.097 811.247,00 39.951,00
29 Gorontalo 1.179 644 535 410.781,06 23.313,21
30 Sulawesi Barat 1.036 735 301 389.332,37 10.910,29
31 Maluku 3.252 2.418 834 332.873,37 34.847,96
32 Papua 3.136 1.711 1.425 264.618,91 33.969,04
33 Maluku Utara 1.35 640 710 192.669,49 14.516,34
34 Papua Barat 1.514 708 806 100.573,14 47.905,20
Page 16
5
Jumlah Nasional 212.135 150.223 61.912 266.134.619 17.320.66
**) Angka Sangat Sementara
Sumber : Data Kementrian Koperasi dan UMKM RI
Dari data tersebut dapat diinformasikan bahwa jumlah koperasi di 34
Provinsi berjumlah 212.135 buah. Jumlah tersebut merupakan total koperasi aktif
sebesar 150.223 dan koperasi tidak aktif sebesar 61.912 dengan total volume
usaha keseluruhan Rp 266.134.619,42 juta dan SHU Rp 17.320.663,92 juta. Dari
data tersebut pula, dapat diketahui bahwa provinsi terbanyak jumlah koperasinya
yaitu Jawa timur berjumlah 31.182 koperasi dan volume usaha sebesar Rp
103.903.968,40 juta sedangkan SHU sebesar Rp 6.755.911,00 juta. Oleh karena
itu, Jawa Timur yang menjadi trend center dengan jumlah koperasi terbesar di
Indonesia memiliki andil besar dalam perkembangan secara keseluruhan koperasi
di Indonesia.
Lembaga lain yang mampu memberikan layanan jasa keuangan kepada
UMKM selain selain koperasi adalah Baitul Mal wa Tamwil (BMT). BMT adalah
lembaga usaha ekonomi rakyat kecil, yang beranggotakan orang seorang atau
badan hukum berdasarkan prinsip syariat dan prinsip koperasi, bersifat usaha
bisnis, mandiri, ditumbuh kembangakan dengan swadaya dan dikelola secara
professional (Azra, 2003)
BMT bermula dari kegiatan mahasiswa di masjid Salman Institut
Teknologi Bandung (ITB). Gagasan itu berasal dari keinginan mahasiswa untuk
menyiasati adanya bunga di sektor perbankan. Selanjutnya, pendiririan koperasi
yang dibentuk dengan sistem bebas bunga, akan tetapi mengikuti aturan koperasi.
Page 17
6
Dalam prosesnya, koperasi ini menjadi lembaga finansial dalam penyediaan
pinjaman/simpanan kepada pengusaha kecil. Koperasi ini kemudian menjadi
Baitut Tamwil Teknosa atau koperasi Teknosa yang berdiri pada 4 Juli 1984 (Ali,
2004).
Menurut Ketua Umum Dewan Pimpinan pusat Perhimpunan BMT di
Indonesia bahwa terdapat 3900 BMT di tahun 2012. Dan sampai dengan pada
tahun 2013, jumlah BMT naik mencapai lebih dari 5500 buah BMT di seluruh
Indonesia (Mughol, 2014). Adapun jumlah BMT di Indonesia ini hanya dapat
kalkulasi dari data Asosiasi BMT Indonesia, karena BMT yang berkumpul dan
dapat didata oleh asosiasi hanyalah BMT yang menjadi anggota asosiasi,
sedangkan masih banyak BMT yang di luar asosiasi tersebut. Total keselurahan
BMT tidak dapat diketahui dengan pasti, begitupun juga koperasi dan UKM.
Jumlah BMT di Indonesia yang sangat banyak menjadi tantangan yang
harus dihadapi. Misalnya, masih banyaknya masyarakat yang masih ragu untuk
menanamkan modalnya di BMT, banyaknya BMT yang belum menerapkan
prinsip syariah, dan kuatnya persaingan dengan bank-bank yang menjual produk
pembiayaan mikro. Oleh karena itu BMT dituntut untuk meningkat inovasi
produk dan kinerjanya. Dengan demikian, BMT menjadi lebih efekstif dan efisien.
Menurut data pada tabel 1.1 diatas, Provinsi DKI Jakarta sebagai pusat
perekonomian nasional menempati tren keempat dalam kegiatan usaha koperasi,
yakni sebesar Rp. 18.149.170,45, tidak jauh dari posisi ketiga yakni Provinsi Jawa
Barat sebesar Rp. 21.157. 522,70. Mengingat 70% perputaran uang di Indonesia
berada di Jakarta, seharusnya Provinsi DKI Jakarta mampu untuk menjadi tren
Page 18
7
pertama mengganti Provinsi Jawa Timur sebagai provinsi dengan tingkat tertinggi
kegiatan usaha koperasinya (Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional BI Provinsi
DKI Jakarta 2015).
Tingkat perputaran uang yang tinggi tidak mencerminkan sebuah provinsi
menjadi tren pertama dalam kegiatan usaha koperasinya. Hal ini lebih menarik
untuk dikaji dalam hal ketimpangan masyarakat. Pada tahun 2014 kesenjangan
yang berada di masyarakat DKI Jakarta tercata rasio gini sebesar 0,43%,
sementara angka ini terus meningkat pada tahun 2015 yakni sebesar 0, 46%. Hal
ini disebabkan oleh perlambatan pendapatan masyarakat kelas menengah kebawah
sebesar 40% dan peningkatan pendapatan masyarakat kelas atas sebesar 20%
(BPS,2015).
Perkembangan perekonomian Jakarta Selatan menjadi salah satu
pendorong perekonomian Provinsi DKI Jakarta. Hal ini dapat terlihat dari
konstribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jakarta Selatan terhadap
total PDRB DKI Jakarta yang berkisar 22 persen. Pada tahun 2016, besaran
PDRB Jakarta Selatan atas dasar harga berlaku mencapai 485,232 miliar rupiah,
sementara atas dasar harga konstan 2016 mencapai 349,202 miliar rupiah.
Ditambah lagi, di wilayah Jakarta Selatan juga terdapat pusat pemerintahan dan
pusat bisnis. Tiga lapangan usaha utama yang memberikan kontribusi terbesar
terhadap PDRB Jakarta Selatan adalah lapangan usaha perdagangan besar dan
eceran, reparasi mobil dan kendaraan bermotor; lapangan usaha jasa keuangan dan
asuransi; dan lapangan usaha konstruksi. Secara total, ketiganya memberi
Page 19
8
kontribusi sebesar 42,97 persen terhadap total PDRB Jakarta Selatan pada tahun
2016.
Selain dilihat dari komponen PDRB, struktur perekonomian Jakarta
Selatan juga dapat digambarkan secara rinci dari hasil Listing Sensus Ekonomi
2016 (SE2016). Berdasarkan hasil Listing SE2016, jumlah usaha/perusahaan di
Jakarta Selatan tercatat sebanyak 247.807 usaha/perusahaan. Terdiri dari 23.084
usaha/perusahaan mengengah besar (UMB) dan 224.723 usaha/perusahaan mikro
dan kecil (UMK). Secara rinci, UMB terdiri atas 20.166 usaha skala menengah
dan 2.918 usaha skala besar, sedangkan UMK terdiri atas 193.383 usaha skala
mikro dan 31.340 usaha skala kecil. Angka ini menempatkan Jakarta Selatan
sebagai wilayah dengan usaha/perusahaan ketiga terbanyak di DKI Jakarta setelah
Jakarta Barat dan Jakarta Timur.
Tabel 1.2 Jumlah Usaha Kategori K,M,N di Jakarta Selatan
Menurut Skala Usaha
Kategori Lapangan
Usaha
Kep.
Seribu
Jakarta
Selatan
Jakarta
Timur
Jakarta
Pusat
Jakarta
Barat
Jakarta
Utara
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Aktivitas Keuangan
dan Asuransi
(Kode: K)
45 2.646 1.1.65 1.420 2.339 2.013
Jasa Perusahaan
(Kode: M,N)
331 7.491 5.031 3.113 4.756 3.107
Sumber: Hasil Listing SE2016
Page 20
9
Berdasarkan hasil Listing Sensus Ekonomi 2016, jumlah usaha/perusahaan
kategori K (Jasa Keuangan Keuangan) di Jakarta Selatan merupakan yang
terbanyak di DKI Jakarta, yakni sebanyak 2.646 usaha Kategori K (Jasa Keuangan
Keuangan). Mayoritas usaha/perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di
Jakarta Selatan merupakan usaha yang berbadan hukum, sedangkan untuk jumlah
usaha/perusahaan jasa perusahaan hampir seimbang antara usaha yang berbadan
hukum dan yang tidak berbadan hukum. (Potret Ekonomi Jakarta Selatan,BPS
2016)
Didukung dengan banyaknya lembaga keuangan di Jakarta Selatan, BMT
menjadi salah satu moda jasa keuangan yang menyediakan berbagai layanan
untuk masyarakat. BMT dipilih masyarakat karena sifatnya yang menjamah
masyarakat hingga berbagai lapisan. Pada tahun 2016, total koperasi di Jakarta
Selatan berjumlah 106, namun hanya 22 Koperasi berlandaskan prinsip syariah
(BMT) yang mencatatkan diri dalam Induk Koperasi Syariah Baitul Mal wa
Tamwil (INKOPSYAH).
Menurut Masyitoh (2014), perkembangan BMT ini tidak diikuti dengan
pengaturan dan landasan hukum yang jelas. BMT memiliki karakteristik yang
khas jika dibandingkan dengan lembaga keuangan lain yang ada, karena selain
memiliki misi komersial (Baitut Tamwil) juga memiliki misi sosial (Baitul Maal),
oleh karenanya BMT bisa dikatakan sebagai jenis lembaga keuangan mikro baru
dari yang telah ada sebelumnya. Beberapa BMT mengambil bentuk hukum
koperasi, namun hal ini masih bersifat pilihan, bukan keharusan. BMT dapat
didirikan dalam bentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) ataupun dapat
Page 21
10
juga berbentuk badan hukum koperasi. Sebelum menjalankan usahanya, KSM
harus mendapatkan sertifikat dari PINBUK dan PINBUK harus mendapatkan
pengakuan dari Bank Indonesia sebagai Lembaga Pengembang Swadaya
Masyarakat (LPSM) yang mendukung Program Proyek Hubungan Bank dengan
Kelompok Swadaya Masyarakat yang dikelola oleh Bank Indonesia (PHBK-BI).
Selain itu, BMT juga belum mendapatkan standarisasi pelaporan keuangan yang
baku untuk dijadikan acuan dalam publikasi tahunannya. Kebanyakan BMT hanya
menggunakan laporan keuangan yang sederhana untuk memenuhi kewajibannya
sebagai lembaga keuangan.
Dengan pesatnya pertumbuhan BMT dalam pengucuran keuangannya
kepada UKM, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Pengecekan efisiensi
penyaluran kredit BMT dapat menjadi acuan awal guna menangkap potensi
peningkatan pembiayaan dari BMT. Penilaian efisiensi ini mampu mengetahui
tingkat kesehatan penyaluran pembiayaan BMT yang pada saat ini pada lembaga
keuangan umumnya menggunakan ukuran Capital, Asset, Management, Earning,
Liquidity (CAMEL).
Setiap Lembaga Keuangan selalu dituntut untuk mempunyai tingkat
produktivitas yang tinggi, yaitu kondisi di mana dengan input yang ada bisa
menghasilkan output yang optimal. Kondisi semacam ini biasa disebut dengan
efisien. BMT sebagai salah satu jenis Lembaga Keuangan tentu juga dituntut
untuk beroperasi seefisien mungkin. Oleh karenanya, pengamatan dan analisa
terhadap alokasi input dan output perlu dilakukan sehingga dapat diketahui faktor
yang mendukung dan faktor yang menghambat terciptanya efisiensi.
Page 22
11
Menurut Heny Yuningrum (2010) dalam penelitiannya di Kota Semarang
tahun 2010, BMT memiliki kinerja operasional yang efisien namun sebagian
memiliki kinerja operasional yang tidak efisien dan harus diperbaiki di bagian
Simpanan, dan beban operasionalnya supaya tingkat outputnya bisa maksimal.
Sedangkan prospek kedepan BMT di Kota Semarang dapat meningkat lebih tinggi
mengingat nasabah yang menjadi anggota BMT adalah dari kalangan menengah
ke bawah. Ketidakefisienan bisa disebabkan beberapa hal, diantaranya:
a. Output melebihi atau kurang dari kapasitas normal. Dilihat dari data dapat
disimpulkan bahwa output yang dimiliki dari BMT tersebut kurang dari kapasitas
normal, sedangkan output yang didapat tidak maksimal. Ini berarti harus ada
pengelolaan input kembali.
b. Dari hasil profitabilitas nilai yang sangat tidak berpengaruh adalah simpanan
dengan pembiayaan, sehingga bisa disimpulkan seberapa besar simpanan yang
dimiliki BMT tidak mempengaruhi nilai outputnya. Sedangkan modal dan
penerimaan beban operasional masing-masing BMT sangat berpengaruh pada
outputnya (pembiayaan, pendapatan operasional dan bagi hasil)
c. Karena modal dan beban operasional sangat berpengaruh maka kedua variable
inilah yang bisa direkomendasikan untuk merubah pengelolaannya.
Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk memberikan gambaran
mengenai efisiensi yang dapat dilakukan BMT terkhusus BMT yang berada di
Jakarta Selatan, sehingga peneliti mengambil judul Analisis Efisiensi Pembiayaan
Baitul Mal Wa Tamwil dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Di
Kota Jakarta Selatan Periode 2013-2017
Page 23
12
B. Identifikasi Permasalahan
Dalam perkembangan lembaga keuangan di Indonesia, BMT merupakan
satu dari jenis lembaga keuangan yang sangat dekat dengan UMKM karena
hampir sebagian besar nasabahnya adalah UMKM. BMT mempunyai positioning
market di usaha kelas menengah ke bawah. Dalam beberapa kasus, BMT
mengucurkan pembiayaan yang imbal hasilnya besar. Beberapa kondisi di
lapangan, imbal keuntungan pembiayaan di atas 2% perbulan. Akan tetapi dari
kucuran pembiayaan yang dilakukan tidak sebesar yang diharapkan keuntungan
ke BMT. Pada faktanya, banyak BMT yang kurang bisa berkembang dan banyak
yang mati. Sehingga bisa diasumsikan bahwa penyaluran BMT tidak efisien dan
perlu dikaji ulang dalam porsi dan persentase penyalurannya. Disamping itu ada
yang salah dalam penyaluran dan perlu diteliti dalam proporsi ideal dalam
penyalurannya.
Penelitian ini akan melakukan pengecekan efisiensi BMT dalam penyaluran
pembiayaan. Hal ini dikarenakan proses awal ini dapat memperhitungkan potensi
peningkatan penyaluran kredit yang akan disalurkan BMT (dimana kondisi saat
ini masih sangat minim sebesar 1.9% dari total penyaluran kredit perbankan
secara keseluruhan). Untuk lebih fokusnya, beberapa rumusan masalah dapat
diperinci sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat efisiensi penyaluran pembiayaan BMT di Jakarta Selatan pada
tahun 2013 hingga tahun 2017 ?
Page 24
13
C. Tujuan Penelitian
Sedangkan tujuan dari riset ini adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui besaran tingkat dari efisiensi penyaluran pembiayaan yang dilakukan
BMT dari tahun 2013 hingga tahun 2017
2) Untuk mengetahui strategi apa yang seharusnya dilakukan oleh pengelola BMT
dalam meningkatkan efisiensi proses penyaluran pembiayaan.
3) Mengetahui faktor utama yang menyebabkan ketidak efisienan BMT dalam
mengolah dana dan menyalurkannya, terutama pada tahun 2013 hingga 2017.
4) Mengetahui besar perbedaan tingkat efisiensi tiap-tiap BMT di Jakarta Selatan
terutama pada mekanismen pengumpulan dan penyaluran dana pada tahun 2013
hingga 2017.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan setelah berbagai pengujian dilakukan, penelitian ini dapat
sumbangsih kontribusi dan manfaat kepada berbagai pihak, yaitu diantaranya:
1. BMT
Menjadi bahan evaluasi untuk mengetahui besaran efisiensi penyaluran
pembiayaan dalam prosesnya di BMT. Serta untuk mengetahui secara mendalam
apakah selama ini BMT telah memperoleh efisiensi dari proses penyalurannya
tersebut. Sehingga dapat ditemukan portofolio acuan dalam pengembangan BMT
selanjutnya.
Page 25
14
2. Akademisi
Memberikan masukan dan saran bagi para periset yang hendak melakukan riset
akan lebih spesifik mengenai efisiensi penyaluran kredit pada BMT. Riset ini
juga dapat digunakan sebagai acuan bahan pengajaran.
3. Dewan Syariah Nasional
Memberikan masukan jika ternyata hasil efisiensi penyaluran pembiayaan pada
BMT di Indonesia memiliki kinerja yang tidak lebih baik untuk memperbaiki
kinerjanya.
4. Masyarakat
Memberikan gambaran efisiensi penyaluran kredit BMT di Indonesia. Sehingga
nantinya masyarakat mendapatkan edukasi dan sosialisi dalam ekonomi keuangan.
Selain itu pula, masyarakat mempunyai beberapa informasi tentang pilihan
lembaga keuangan dalam berinvestasi.
E. Sistematika Penulisan
Penelitian ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Merupakan pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah mengapa
penelitian mengenai Analisis Efisiensi Pembiayaan Baitul Mal Wa Tamwil Di
Kota Jakarta Selatan Periode 2013-2017. Ini penting untuk dilakukan, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.\
Page 26
15
BAB II Tinjauaan Pustaka
Bab ini berisi teori-teori tentang BMT, efisiensi, dan Data Envelopment Analysis
(DEA) sebagai dasar penelitian, hasil-hasil penelitian terdahulu yang dijadikan
dasar dan referansi bagi peneliti. Dijelaskan pula kerangka pemikiran dan
hipotesis yang diambil oleh peneliti.
BAB III Metodologi Penelitian
Bab ini berisi tentang definisi operasional variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian, metode pengumpulan data serta teknik analisis data.
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan deskripsi objek penelitian yang digunakan, analisis efisiensi
pembiayaan baitul mal wa tamwil di Kota Jakarta Selatan periode 2013-2017.
BAB V Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang
dilakukan serta saran-saran yang diberikan oleh
peneliti.
Page 27
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga keuangan syariah adalah sebuah lembaga keuangan yang prinsip
operasinya berdasarkan pada prinsip-prinsip syari'ah Islamiah. Operasional
lembaga keuangan Islam harus menghindar dari riba, gharar dan maisir. Hal-
hal tersebut sangat diharamkan dan sudah diterangkan dalam Al- Quran dan Al-
Hadist.
Tujuan utama mendirikan lembaga keuangan Islam adalah untuk
menunaikan perintah Allah dalam bidang ekonomi dan muamalah serta
membebaskan masyarakat Islam dari kegiatan-kegiatan yang dilarang oleh
agama Islam. Untuk melaksanakan tugas ini serta menyelesaikan masalah yang
memerangkap umat Islam hari ini, bukanlah hanya menjadi tugas seseorang atau
sebuah lembaga, tetapi merupakan tugas dan kewajiban setiap muslim.
Menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam berekonomi dan bermasyarakat sangat
diperlukan untuk mengobati penyakit dalam dunia ekonomi dan sosial yang
dihadapi oleh masyarakat.
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) menurut Dewan Syariah Nasional
(DSN) adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk keuangan syariah
dan yang mendapat izin operasional sebagai Lembaga Keuangan Syariah.
Definisi ini menegaskan bahwa sesuatu LKS harus memenuhi dua unsur, yaitu
unsur kesesuaian dengan syariah islam dan unsur legalitas operasi sebagai
Page 28
17
lembaga keuangan. Unsur kesesuaian suatu LKS dengan syariah islam secara
tersentralisasi diatur oleh DSN, yang diwujudkan dalam berbagai fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga tersebut. Unsur legalitas operasi sebagai lembaga
keuangan diatur oleh berbagai instansi yang memiliki kewenangan
mengeluarkan izin operasi.
Dalam perkembangannya sekarang ini, ada dua jenis lembaga keuangan
syariah yaitu lembaga keuangan syariah yang berupa bank dan non bank.
Lembaga keuangan syariah yang berupa bank terdiri dari Bank Umum Syariah
(BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) sedangkan lembaga keuangan syariah
non bank antara lain berupa Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wa Tamwill
(BMT), Unit Simpan Pinjam Syariah (USPS).
Fungsi dasar dari lembaga keuangan syariah yaitu sebagai lembaga
perantara atau intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang
kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dana. Bank syariah
sebagai salah satu jenis lembaga keuangan syariah pada kenyataannya masih
belum mampu menjangkau Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Padahal lapisan inilah penyedia lapangan kerja terbesar di Indonesia.
Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa layanan pembiaayaan dengan
menggunakan pendekatan perbankan sulit dilakukan dan tidak menjangkau
UMKM dikarenakan adanya faktor yang membatasi hubungan UMKM dengan
perbankan, yaitu masalah agunan dan formalitas (Sufian, 2007). Namun
demikian saat ini telah ada lembaga keuangan syariah yang berpihak pada
pengusaha mikro yaitu Baitul Mal Wa Tamwil (BMT).
Page 29
18
B. Baitul Mal Wattamwiil (BMT)
Baitul Mal Wattamwiil (BMT) adalah merupakan dari salah lembaga
swadaya masyarakat di Indonesia. Artinya BMT merupakan lembaga yang
didirikan oleh masyarakat itu sendiri. Indikasinya dimulai dari awal pendirian
yang berawal dari dana usaha dan moda masyarakat itu sendiri (Azis, 2004). Ia
didirikan pada dasarnya oleh BMT itu sendiri, dan ada pula bantuan dari pihak
luar akan tetapi masih dalam bantuan teknis. Kalau dari bantuan dari pihak luar
cenderung konsepsional/stimulant, lembaga pemerhati masyarakat dan lain
sebagainya.
Prinsipnya BMT adalah suatu perkawinan dari dua lembaga, yakni antara
lembaga baitul maal dan lembaga baitut-tamwil. Dalam buku Pedoman Cara
Pembentukan BMT, baitut-tamwil didefinisikan sebagai balai usaha mandiri
terpadu yang pada dasarnya berinti baitul maal wat tamwil. Kegiatannya ialah
pengembangan usaha-usaha yang bersifat produktif dan investasi dalam
peningkatan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dan menengah dengan
usaha menabung dan usaha dalam menunjang pembiayaan ekonominya.
Kegiatannya ialah menerima titipan dari dana zakat, infak serta sedekah lalu
mengelolanya sesuai dengan aturan syariat dan amanahnya. Walaupun bukan
semata sebagai lembaga sosial, BMT dapat digunakan untuk efektifitas
penyaluran zakat,infak dan sedekah untuk kesejahteraan masyarakat (Yusanto dan
Yunus, 2009).
Ada pula sebagian dari BMT yang awalnya berbentuk koperasi dikarenakan
telah dikenal oleh sebagian besar masyarakat serta mudah dalam pemberian status
Page 30
19
legal formal. Tetapi BMT bersifat organisai kemasyarakat informal, atau sejening
dengan paguyuban komunitas lokal (Aziz, 2007). Pada awal pembentukannya,
bentuk dan dasar hukum belum difikir penting, akan ketika mulai berkembang,
akan muncul kebutuhan dalam membenahi aspek keorganisasiannya. Sehingga
bisa dikatakan hampir sebagian besar BMT memilih koperasi menjadi badan
hukumnya (Amalia, 2009).
1. Produk dan Akad BMT
Dalam BMT terdiri dari beberapa produk dan akad di BMT, antara lain
:
1) Penghimpunan dana, umunya berupa tabunga atau simpanan. Pada produk
penghimpunan dana berupa simpanan terbagi menjadi dua jenis, yaitu simpanan
mudharabah dan simpanan wadhiah
2) Penyaluran dana,umumnya berupa :
a. Produk pembiayaan murobahan, istisna dan salah menjadi penerapan dalam akad
jual beli dalam BMT
b. Akad bagi hasil yang dilakukan dalam mengumpulan dan menyalurkan dana
(lending).
c. Akad sewa menyewa, : Ijarah dan Ijarah Muntahia bit Tamlik (IMBT).
Pengertiannya adalah
1) Ijarah yaitu suatu akad yang digunakan dalam memindahkan hak guna barang dan
jasa, dengan jalan pembayaran upah sewa dan tidak diikuti oleh pemindahan hak
kepemilikan.
Page 31
20
2) Ijarah Muntahia bit Tamlik (IMBT), ialah kombinasi kontrak jual beli dan sewa
yang diakhirnya oleh perpindahan kepemilikan barang dari penyewa (Syafii,
2001)
d. Akad simpan pinjam sosial yang dikenal dengan qordh yatiu akad pinjam tanpa
ada imbalan yang telah ditentukan
3) Jasa, biasanya dia menggunakan akad wakalah
4) Produk tabarru’ yaitu zakat,infaq, shodaqoh, wakaf, serta hibah
Sumber : skema olahan peneliti
C. Efisiensi
Efisiensi adalah salah satu tolak ukur yang sering digunakan dalam
menilai kinerja bank dan perusahaan. Hal ini dikarenakan efisiensi adalah solusi
dalam menghadapi kesulitan ketika menghitung tingkat kinerja, diantaranya
adalah alokasi, tingkat efisiensi teknologi dan efisiensi total (Hadad, 2003).
Menurut Sadikin (2005) efisiensi merupakan salah satu cara perusahaan
dalam mengelola sumber keuntungan, material, proses, peralatan, tenaga kerja
Page 32
21
maupun biaya secara efektif, Secara garis besar, inti setiap bisnis adalah
melakukan usaha menggunakan uang dengan tujuan untuk menghasilkan
keuntungan dalam bentuk uang.
Efisiensi adalah salah satu parameter kinerja secara teoritis yang mendasari
semua kinerja dalam sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang
maksimal dengan input yang ada merupakan ukuran kinerja yang diharapkan.
Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, organisasi dihadapkan pada kondisi
bagaimana mendapatkan tingkat ouput yang optimal dengan tingkat input yang
ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output
tertentu (Hadad, 2013).
Konsep efisiensi diawali dari konsep teori ekonomi mikro yaitu teori
produsen dan konsumen. Teori produsen menyebutkan bahwa produsen
cenderung memaksimumkan keuantungan dan meminimalkan biaya. Sedangkan
di sisi lain, teori konsumen menyebutkan bahwa konsumen memaksimalkan
utilitasnya atau tingkat kepuasannya. Dalam teori produsen dikenal adanya garis
frontier produksi. Garis ini menggambarkan hubungan antara input dan output
dalam proses produksi. Garis frontier produksi ini mewakili tingkat output
maksimum dari setiap penggunaan teknologi dari dari suatu perusahaan atau
industri (Ascarya, dkk.2009) .
Menurut Ascarya dkk. (2008) efisiensi dari perusahaan terdiri dari dua
komponen, yaitu efisiensi teknis dan efisiesnsi alokatif. Efisiensi teknis
mencerminkan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan output dengan
sejumlah input yang tersedia. Sedangkan efisiensi alokatif mencerminkan
Page 33
22
kemampuan perusahaan dalam mengoptimalakan penggunaan inputnya, dengan
struktur harga dan teknologi produksinya. Kedua ukuran ini kemudian
dikombinasikan menjadi efisiensi ekonomi (economic efficiency). Suatu
perusahaan dapat dikatakan efisien secara ekonomi jika perusahaan tersebut dapat
meminimalkan biaya produksi untuk memaksimalkan output tertentu dengan
tingkat teknologi yang umumya digunakan serta harga pasar yang berlaku
(Ascarya, Diana Y. dan Guruh S. R,2008)
Tujuan efisiensi adalah untuk mencapai keuntungan optimal. Dalam Islam
istilah efisiensi tidak dikenal. Menekan biaya yang sebesar-besarnya untuk
mendapatkan keuntungan yang paling maksimal dalam teori produsen akan
berakibat pada perbuatan dzalim yang tidak bersenyawa dengan ruh Islam. Dalam
Islam, perwujudan keuntungan yang optimal dihasilkan melalui usaha yang
optimal (kerja keras) untuk menghasilkan sesuatu secara optimal dengan tetap
menjaga keseimbangan (ta’adul) dan etika syariah.
Terdapat tiga jenis dalam mengukur efisiensi yaitu: (Muharam dan
Pusvitasari 2007).
a. Pendekatan rasio merupakan pendekatan dengan mengukur ukuran efisien
dengan membandingkan output dengan input. Teknik ini mempunyai keefisiensi
tinggi, jikalau ia memproduksi suatu output maksimum dengan input yang
tertentu.
Efisiensi = Output dibagi Input
b. Pendekatan regresi, merupakan suatu pendekatan dari suatu model dari tingkatan
Page 34
23
tertentu sebagai fungsi dari beberapa tingkat tertentu pula. Fungsinya dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Y = f (X1, X 2, X3, X 4, . . . . . Xn)
Dalam hali ini Y artinya output, sedangkan X adalah input.
Pendekatan ini nantinya mendapatkan estimasi hubungan dalam
memproduksi suatu output pada unit kegiatan ekonomi (UKE) pada output
tertentu pula. Pendekaan ini akan efisien, jika output yang dihasilkan melebihi
dari output dari estimasi. (Muharam dan Pusvitasari 2007).
c. Pendekakatan frontier
Pendekatan frontier dalam mengukur efisiensi dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu pendekatan frontier parametrik dan non parametrik. Pendekatan parametrik
dapat diukur dengan tes statistik parametrik seperti menggunakan Stochastic
Frontier Approach (SFA) dan Distribution Free Approach (DFA). Pendekatan
frontier non parametrik diukur dengan tes statistik non parametrik yaitu dengan
menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).
Menurut Hadad, dkk (2003), konsep-konsep yang digunakan dalam
menjelaskan hubungan input output dalam tingkah laku institusi keuangan pada
metode parametrik maupun non parametrik adalah, (1). Pendekatan produksi (the
production approach), (2). Pendekatan intermediasi (the intermediation
approach), dan (3). Pendekatan asset (the asset approach). Pendekatan produksi
melihat lembaga keuangan sebagai unit kegiatan ekonomi yang melakukan usaha
dalam menghasilkan keuntungan berupa pinjaman kepada nasabah. Sedangkan
dalam pendekatan intermediasi, lembaga keuangan ditempatkan sebagai unit
Page 35
24
kegiatan ekonomi yang melakukan transformasi bentuk dana yang dihimpun
kedalam berbagai bentuk pinjaman. Sedangkan pendekatan asset menurut
Muharram dan Purvitasari (2007), pendekatan ini mencerminkan fungsi primer
sebuah lembaga keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Dalam
pendekatan ini output benar-benar didefinisikan kedalam bentuk asset.
Menurut Berger (1998), ada tiga pendekatan konsep dasar model efisiensi
sector financial yaitu cost efficiency, standard profit efficiency, dan alternative
profit efficiency. Cost efficiency mengukur tingkat biaya suatu bank dibandingkan
dengan best practiced bank’s cost yang menghasilkan output yang sama dengan
kondisi yang sama. Standard profit efficiency mengukur bagaimana bank
menghasilkan keuntungan yang maksimal dengan cenderung dengan tingkat
khusus dari harga input dan output. Sedangkan alternative profit efficiency
mengukur bagaimana bank mendapatkan pendapatan maksimum dengan tingkat
output dibanding dengan harga output.
D. Variabel Input dan Output dalam Penelitian
Proses transformasi bentuk input menjadi output pada pendekatan ini,
terkait dengan fungsi BMT sebagai financial intermediation dimana berbagai
input yang dimiliki seperti biaya operasional pembiayaan, beban tenaga kerja, aset
tetap akan diubah menjadi output seperti dalam bentuk total pinjaman
pembiayaan, aktiva lancar, pendapatan bagi hasil pembiayaan. Penelitian ini
menggunakan tiga variabel input yaitu biaya operasional pembiayaan, beban
tenaga kerja, asset tetap serta tiga variabel output yaitu asset likuid, total pinjaman
pembiayaan, pendapatan bagi hasil pembiayaan.
Page 36
25
Variabel input yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Biaya Operasional Pembiayaan
Beban operasional adalah biaya langsung yang berkaitan langsung dengan
kegiatan operasional BMT. Sedangkan biaya operasional pembiayaan adalah
biaya yang berkaitan langsung dengan pembiayaan. Variabel biaya operasional
pembiayaan digunakan sebagai input karena biaya operasional pembiayaan
digunakan sebagai ukuran biaya yang digunakan BMT dalam kegiatan
pembiayaan.
2. Beban Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan sebagai akibat
pemanfaatan tenaga kerja dalam melakukan produksi.
3. Asset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang digunakan dalam operasi BMT dan
tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal BMT. Aset
semacam ini biasanya memiliki masa pemakaian yang lama dan dapat memberi
manfaat pada kegiatan operasional BMT selama bertahun-tahun.
Variabel output yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Asset Likuid
Aset likuid atau liquidity adalah aset yang dapat diubah kedalam uang
kontan dalam waktu yang relatif cepat, pada nilai yang wajar. Terkadang aset
likuid disetarakan dengan uang kontan (uang kas), karena nilainya stabil.
2. Total Pinjaman Pembiayaan
Page 37
26
Menurut Kasmir (2002:96) pembiayaan adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara BMT dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil.
3. Pendapatan Bagi Hasil Pembiayaan
Bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil
usaha antara penyedia dana dan pengelola dana (Rofiq, 2004). Bagi hasil
merupakan bentuk dari perjanjian kerja sama antara pemodal (Shahibul Mal) dan
pengelola modal (Mudharib) dengan menjalankan kegiatan usaha ekonomi,
dimana diantara keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam usaha tersebut jika
mendapat keuntungan akan dibagi kedua belah pihak sesuai dengan nisbah
kesepakatan di awal perjanjian dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian
akan ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing.
E. Hubungan Output dan Input dalam Pengukuran Efisiensi
Dalam metode parametrik dan non paramerik terdapat tiga pendekatan
dalam mengartikan hubungan input dan output dalam di dalam sebuah
lembaga keuangan (Hadad, 2003), yaitu:
a. Pendekatan Aset (Asset Approach)
Pendekatan ini menjalankan funsinya sebagai lembaga keuangan yang
menciptakan kredit berupa pinjaman. Hasilnya outpnya nanti dijelaskan berupa
aset.
Page 38
27
b. Pendekatan Produksi (Production Approach)
Dalam hal ini lembaga keuangan diposisikan sebagai produsen dalam
menciptakan akun deposito dan kredit pinajam. Hasil outputnya dijelaskan
sebagai pengeluaran modal, jumlah tenaga dan materi yang lain.
c. Pendekatan Intermediasi (Intermediation Approach)
Lembaga keuangan dalam hal ini menjadi lembaga intermedia yang
selanjutnya merubah serta mentransger aset keuangan dari situasi surplus unit ke
defisiti unit. Biaya tenaga kerja, pembayaran bunga dan modal adalah input dari
lembaga keuangan. Kredit pinjaman dan investasi keuangan menjadi variabel
output. Dalam hal ini lembaga keuangan berfungsi sebagai pencipta kredit/loans
(Hadad, 2003) .
Pendekatan intermediasi erat hubungannya dengan fungsi bank yaitu
lembaga intermediasi dalam perhimpunan dana. Selain itu pula sifat dasar dan
karakteristik bank yang melakukan transformasi aset dari himpunan dana,
walaupun dalam penentuan input dan outputnya belum ada kesepakatan baku
(Syakir, 2004). Dalam pendapat lainnya (Mohammad dan lainnya, 2003)
pendekatan paling baik dalam evaluasi lembaga keuangan adalah sebagai lembaga
intermediasi.
Dalam penelitiannya (Astiyah dan Husman, 2006) bahwa lembaga
intermedia terutama bank adalah sangat penting perannya. Akan tidak sesuai
dengan harapan, jika alat kebijakan tidak berhubungan dngan kinerja
perekonomian. Pada penelitian Ascarya, Diana Y. dan Guruh S. R. (2009),
bahwa fungsi intermediasi ini lebih tepat berada pada fungsi perbankan syariah.
Page 39
28
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
intermediasi. Pendekatan ini digunakan karena mempertimbangkan fungsi BMT
sebagai financial intermediation yang menghimpun dana lalu menyalurkannya
dalam bentuk pembiayaan. Meskipun tidak ada kesepakatan umum dalam
pendekatan yang digunakan serta dalam hal menentukan input dan output, Berger
dan Humprey (1997) dalam Muharram dan Purvitasari (2007) menyatakan bahwa
pendekatan intermediasi merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk
mengevaluasi kinerja lembaga keuangan sebagai financial intermediation.
F. Penelitian Terdahulu
Sebenarnya telah banyak peneliti yang meneliti tentang studi efisiensi
lembaga keuangan pada waktu sebelumnya. Penelitian lainnya ada beberapa yang
telah meneliti efektifitas dari beberapa lembaga keuangan baik itu bank
konvensional maupun dari bank syariah.
Di bawah ini periset perinci beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan hal berikut ini :
Nama Peneliti Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian
Metodologi
Penelitian Hasil Penelitian
Harjum
Muharam dan
Rizki
Pusvitasari
(2007)
Analisis
Perbandinga
n Efisiensi
Bank
Syariah Di
Indonesia
Dengan
Metode
DEA Tahun
2005
Input:
Simpanan,
Biaya
operasional
Output:
Pembiayaa
n, aktiv
lancar, dan
pendapatan
Non-
parametrik
DEA
dengan
pendekatan
Intermediasi
Bank Niaga
syariah, Bank
permata Syariah,
dan BTN Syariah
mengalami efiensi.
Dan lainnya
berfluktuasi.
Page 40
29
operasional
Ascarya, Diana
Yumanita, dan
Guruh
S Rokhimah
(2008)
Perbandinga
n Efisiensi
Bank
Syariah
Dengan
Konvension
al Pada
Tahun
2002-2006
Input:
Biaya
personalia,
aset tetap,
DPK
Output:
Kredit
yang
diberikan,
aset lancar,
pendapatan
Non-
parametrik
DEA
dengan
pendekatan
Intermediasi
Ternyata bank
konvensional
kurang efisien
disbanding bank
syariah. Setiap
tahun kinerjanya
naik, kecuali tahun
2004.Sedangkan
BPRS kurang
efisien dibanding
bank syariah.
Hamim S. A
Mokhtar,
Naziruddin
Abdullah, dan
Syed M. Al
Habshi (2006)
Efisiensi
Bank
Syariah di
Malaysia:
Pendekatan
Stochastic
Frontier
Approach
Input:
Total
deposito,
total beban
Output:
Total
pendapatan
Stochastic
Frontier
Approach
Hasilnya bank
konvensional
dengan Unit usaha
syariahnya kurang
efektif
dibandingkan bank
umum syariah.
Donsyah
Yudhistira
(2003)
Efisiensi
Bank
Syariah:
Studi
Empiris 18
Bank di
Kuala
Lumpur
Input:
biaya
tenaga
kerja, total
simpanan,
dan asset
tetap.
Output:
pembiayaa
n, aktiva
lancer dan
pendapatan
operasiona
lainnya
Non-
parametrik
DEA
dengan
pendekatan
Intermediasi
Kesimpulannya
bahwa bank
syariah mengalami
inefisien tahun
1998-1999, dan
sebelumnya lebih
efisien. Pengaruh
sebelumnya lebih
secara teknik pada
tahun terakhir
Page 41
30
Fadzlan Sufian
(2006)
Efisiensi
Bank
Syariah
Domestik
Dana Asing
Tahun
2001-2004
Di Malaysia
Input:
Biaya
personalia,
aset tetap,
DPK
Output:
Kredit
yang
diberikan,
aset lancar,
pendapatan
Non-
parametrik
DEA
dengan
pendekatan
Intermediasi
Bank syariah
domestic Malaysia
lebih efisien
dibanding bank
asing.
Aryanto Yudho
(2007)
Analisis
Efisiensi
Perbankan
di Indonesia
tahun 2005
Input
simpanan
dan beban
operasional
Output:
pembiayaa
n, aktiva
lancar
Model VRS
maksimalisa
si output
Bank muamalat
Indonesia, BRI
syariah, Bank
Niaga Syariah, dan
Bank permata
Syariah
mengalami efisien
pada tahun 2005.
Sedangkan Bank
Syariah lain
mengalami
fluktuasi dalam
efisiensi selama
empat kuartal pada
tahun 2005.
Afnan Bastian
(2009)
Analisis
Efisiensi
Perbankan
Syariah di
Indonesia
Input:
simpanan
dan beban
operasional
Output:
pembiayaa
n, alat
liquid, dan
pendapatan
Non
parametik
pendekatan
produksi
Hasil penelitian
menunjukkan
terjadi
peningkatan
jumlah total asset
secara signifikan
dan terjadi
peningkatan rata
rata efisiensi
perbankan syariah
Page 42
31
lain secara keseluruhan
Iqbal (2011)
Universitas
Diponegoro
Semarang
Perbandinga
n Efisiensi
Bank
Umum
syariah
(BUS) dan
Bank
Umum
konvension
al (BUK) di
Indonesia
dengan
Stochastic
Frontier
Approach
(SFA)
Periode
2006-2009
Input:
Jumlah
Aset Tetap
,Simpanan,
Beban
Operasiona
l
Output:
Kredit
Pembiayaa
n
Stochastic
Frontier
Approach
Hasil analisis
menggunakan
metode SFA
menunjukan
bahwa selama
periode 2006-2009
BUS dan BUK
selalu mengalami
peningkatan
efisiensi dengan
rata-rata efisiensi
0.9467 untuk BUS
dan 0.9516 untuk
BUK.
Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang berfokus pada
perbankan sebagai obyek penelitian, penelitian ini berfokus pada efisiensi
penyaluran pembiayaan BMT yang lebih di khususkan pada pembiayaan. Selain
itu, penelitian ini hanya mengambil sampel pada penyaluran pembiayaan yang
telah ditentukan di sampel penelitian.
Page 43
32
G. KERANGKA PEMIKIRAN
KESIMPULAN
LAPORAN KEUANGAN
UJI DEA
EFISIEN INEFISIEN
PENGUMPULAN
DATA AWAL
BMT
TTT
BMT BMT
Page 44
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena
penelittian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Arikunto, 2013) yang mengemukakan bahwa penelitian kuantitatif adalah
pendekatan penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya.
B. Data Penelitian
1. Populasi
Indriantoro dan Supomo (2016) mengemukakan bahwa pupulasi adalah
sekelompok orang, kejadian, atau segalasesuatu yang mempunyai karakteristik
tertentu. Sedarmayanti dan Hidayat (2011) menyatakan bahwa populasi adalah
himpunan keseluruhan karakteristik dari objek yang diteliti. Sedangkan menurut
Sanusi (2013) . Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang menunjukan ciri-
ciri tertentu yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan. Dari tiga pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan kumpulan data baik
subyek maupun obyek yang memiliki karakteristik dan ciri-ciri tertentu untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh BMT yang beroperasi di Jakarta
Selatan pada tahun penelitian sebanyak 89 buah.
Page 45
34
2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sujarweni (2015) mengemukakan bahwa sampel merupakan bagian dari
sejumlah karakteristik yang digunakan untuk penelitian. Sedangkan menurut
Sanusi (2013) sampel merupakan bagian dari populasi yang terpilih sehingga sifat
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi juga dimiliki oleh sampel.
Penelitian yang digunakan disini adalah penelitian non parametrik, karena
belum bisa mencerminkan populasi secara menyeluruh. Sedangkan sampel
penelitian disini adalah menggunankan purposive sampling, maksudnya sampling
yang ditentukan dengan pertimbangan yang dilakukan periset. Hal ini dilakukan
karena beberapa kendala di lapangan yaitu sulitnya dalam pengumpulan data,
seperti banyak BMT yang tidak mempunyai laporan keuangan yang baku dan
valid serta masih banyak BMT yang belum diaudit laporan keuangannya.
Lebih spesifik lagi, penentuan sampel BMT yang digunakan adalah BMT
yang dipilih dalam dengan beberapa kriteria sebagai berikut :
a. BMT terletak di Jakarta Selatan.
b. BMT tersebut mempunyail laporan keuangan yang lengkap dan telah diaudit.
c. BMT tersebut telah terdaftar dan berbadan hukum.
Sehingga dengan kriteria tersebut didapatkan 5 BMT yang layak dan
sesuai yakni BMT Munawarah, BMT Mekar Da’wah and BMT KSU UMJ, BMT
Bintaro, BMT Sidogiri Jakarta.
Page 46
35
3. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Laporan
Keuangan masing-masing BMT di Jakarta Selatan pada tahun 2013-2017. Data
sekunder yang dibutuhkan antara lain:
1. Jumlah asset likuid yang dimiliki 5 BMT terpilih di Jakarta Selatan diperoleh
dari laporan keuangan pada tahun 2013 - 2017.
2. Total pembiayaan yang disalurkan BMT. Total pembiayaan tersebut terdapat
dalam laporan keuangan masing masing 6 BMT terpilih di Jakarta Selatan pada
tahun 2013-2017.
3. Biaya tenaga kerja yang dimiliki 5 BMT terpilih di Jakarta Selatan, diperoleh
dari laporan keuangan pada tahun 2013-2017.
4. Beban operasional pembiayaan yang dimiliki 5 BMT terpilih di Jakarta Selatan,
diperoleh dari laporan keuangan pada tahun 2013-2017.
5. Aset tetap yang dimiliki 5 BMT terpilih di Jakarta Selatan, diperoleh dari laporan
keuangan pada tahun 2013-2017.
6. Terakhir, total bagi hasil yang dimiliki oleh 5 BMT terpilih di Jakarta Selatan,
diperoleh dari laporan keuangan pada tahun 2013-2017.
C. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah yang menunjukkan bahwa antusias
masyarakat terhadap perkembangan BMT saat ini harus diimbangi dengan
efesiensi operasional termasuk pembiayaan BMT sehingga memberikan kemajuan
dalam internal BMT sendiri. Konsep efisiensi, dan metode Data Envelopment
Analysis maka diambil ditarik kesimpulan sementara (hipotesis), yakni :
Page 47
36
H0: BMT terpilih di Jakarta Selatan memiliki tingkat pembiayaan yang efisien
pada tahun 2013 hingga tahun 2017.
H1: BMT terpilih di Jakarta Selatan tidak memiliki tingkat pembiayaan yang
efisien pada tahun 2013 hingga tahun 2017.
D. Metode Analisis
1. Model DEA CCR (Charnes-Choper-Rhodes) dan Model DEA BCC (Bankers-
Charnes-Choper)
Menurut Hadinata dan Manurung (2006) dalam Asep Saefullah (2015),
model DEA CCR yang dibangun oleh Charnes, Choper, dan Rhodes dikenal juga
dengan nama CRS (Constant Retrun to Scale). Pada model ini diperkenalkan
suatu ukuran efisiensi untuk masing-masing BMT yang merupakan rasio
maksimum antara output yang terbobot dengan input yang terbobot Tiap-tiap
bobot nilai yang digunakan dalam rasio tersebut ditentukan dengan batasan bahwa
rasio yang sama untuk setiap BMT harus memiliki rasio yang kurang dari 1 atau
sama dengan satu.
Model DEA BCC yang dikenal sebagai Variabel return to scale (VRS)
mengasumsikan bahwa setiap penambahan satu unit input tidak berarti diikuti
dengan penambahan satu unit output, penambahan outputnya bisa lebih besar
daripada satu atau kurang dari satu. Suatu proses produksi dikatakan efisien
apabila jika penggunaan sejumlah input tertentu dapat menghasilkan jumlah
output yang optimal atau untuk menghasilkan jumlah output tertentu digunakan
input yang minimal (Kurnia, 2004 ).
2. Data Envelopment Analysis (DEA)
Page 48
37
Dalam mengukur efisiensi kesehatan suatu lembaga keuangan, banyak
sekali metode yang digunakan dalam pengukurannya. DEA merupakan salah satu
metode pengukuran efisiensi menggunakan analisis frontier yang sudah teruji
penggunaannya. DEA merupakan metode pengukuran efisiensi relatif yang
berbasis pada program linier. DEA mengukur efisiensi suatu objek dengan
membandingkannya terhadap nilai efisiensi objek-objek lain yang memiliki
karakter bisnis yang sesuai. Terkait itu menggunakan analisis frontier, Bauer et al
(1998) menyarankan agar pengukuran efisiensi memiliki kegunaan, nilai estimasi
efisiensi yang dihasilkan dengan metode analisis frontier harus berhubungan
positif dengan alat ukur kinerja non frontier lainnya. Menurut Berger dan
Humprey (1997), penggunaan rasio keuangan dengan efisiensi dapat menilai
ukuran kinernja dengan lebih optimal.
Data Envelopment Analysis merupakan salah satu metode yang dilakukan
dalam rangka mengevaluasi efisiensi dari sebuah unit kerja yang nantinya
bertanggung jawab menggunakan beberapa input untuk memperoleh output.
Asumsi yang digunakan pada DEA :
1. Menggunakan variabel input yang akan menghasilkan output yang sama juga
2. Data bobot bernilai positif
3. Output dan input adalah merupakan variabel
Analisis DEA didesain secara spesifik untuk mengukur efisiensi relative
suatu unit produksi dalam kondisi terdapat banyak input maupun banyak output,
yang biasanya sulit disiasati secara sempurna oleh teknik analisis pengukuran
efisiensi lainnya (Hadad, 2003). Selama ini kita mengenal dua bentuk analisis
Page 49
38
yang lazim digunakan untuk mengukur efisiensi yaitu analisis rasio dan analisis
regresi. Analisis rasio mengukur efisiensi dengan cara memperbandingkan antara
input yang digunakan dengan output yang dihasilkan seperti digambarkan dalam
persamaan berikut :
Efisiensi =
Persamaan rasio akan menunjukkan tingkat efisiensi yang semakin besar,
bilamana terjadi kondisi dimana nilai input yang digunakan semakin kecil tetapi
output tetap. Atau sebaliknya, dengan nilai input tetap, semakin besar nilai output
yang dihasilkan. Kelemahan analisis rasio terlihat pada kondisi dimana terdapat
banyak input dan banyak output yang akan diperhitungkan, karena bila dilakukan
penghitungan secara serempak, maka berkonsekuensi menimbulkan banyak hasil
penghitungan. Sehingga seringkali interpretasi yang dilakukan menjadi tidak
tegas. (Hadad, 2003). Ketika dicoba melalui penghitungan indeks gabungan, maka
hasilnya cenderung menunjukkan informasi yang rinci.
Analisis yang kedua, yaitu Analisis Regresi. Analisis regresi menyusun
suatu model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input
tertentu, seperti digambarkan dalam persamaan sebagai berikut :
Y = f (X1, X2, X3, ………, Xn)
Persamaan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat
digunakan untuk memprediksi tingkat output yang dihasilkan oleh sebuah unit
kegiatan ekonomi pada tingkat input tertentu. Unit Kegiatan Ekonomi yang
bersangkutan akan dinilai efisien bila mampu menghasilkan jumlah output lebih
Page 50
39
banyak dibandingkan dengan jumlah output hasil estimasi. Sebagaimana dalam
analisis rasio, analisis regresi juga tidak mampu mengatasi kondisi banyak output,
karena hanya satu indikator output yang bisa ditampung dalam sebuah persamaan
regresi. Bila dilaksanakan penggabungan banyak output dalam 1 indikator, maka
informasi yang dihasilkan menjadi tidak rinci lagi (Silkman, 1986; Nugroho,
1995; Ari Wibowo, 2004; Lendro Kurniawan, 2005). Jadi, secara singkat,
berbagai keunggulan dan kelemahan metode DEA adalah
a. Keunggulan DEA
1. Bisa menangani banyak input dan output
2. Tidak butuh asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output.
3. Unit Kegiatan Ekonomi dapat dibandingakan secara langsung dengan
sesamanya.
4. Dapat membentuk garis frontier fungsi efisiensi terbaik atas variabel input-
output dari setiap sampelnya.
5. Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda.
b. Keterbatasan DEA
1. Bersifat simple specific
2. Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran bisa berakibat fatal.
3. Hanya mengukur produktivitas relatif dari unit kegiatan ekonomi bukan
produktivitas absolut.
4. Uji hipótesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan.
Page 51
40
Penelitian ini menggunakan aplikasi DEA Frontier 2.0, sebagai bentuk
add-ins dalam Microsoft Excel 2010. DEA Frontier 2.0 mampu menampilkan
ekspektasi tingkat input dan output yang dikeluarkan untuk mencapai titik
efisiensi yang sesuai dengan kondisi lembaga keuangan dengan cara
menginputkan data perusahaan yang valid dan telah diaudit. Pendekatan yang
digunakan dalam DEA ini menggunakan pendekatan input oriented dengan tipe
variabel return to scale. Artinya output yang dikeluarkan akan menghasilkan lebih
atau kurang kalinya dari input yang dimasukan ke dalam aplikasi DEA. Menurut
Roland dan Terje (2000) dalam Erwinta Siswandi dan Wilson Arafat, (2004)
bahwa model DEA mampu menyoroti suatu tingkat efisiensi perusahaan relatif
terhadap benchmark atas kompetitor atau pesaing. Sebagaimana hal tersebut di
atas, ahli ekonomi Sangat mudah mengidentifikasi bahwa sebuah perusahaan yang
berada dalam kondisi IRS selalu ingin memperluas persainganuntuk
meningkatkan posisinya dibandingkan posisi perusahaan yang berada dalam
kondisi CRS dan DRS. Kondisi tersebut dapat diperoleh dengan cara sebagai
berikut :
1. Kondisi IRS bilamana nilai Σλ < 1dari model CCR dan jelas λ tersebut
adalah nilai hasil penghitungan dari DEA.
2. Kondisi CRS bilamana nilai efisiensi CCR = 1 atau Σλ = 1 untuk model
CCR.
3. Kondisi DRS bilamana nilai Σλ > 1 dari model CCR.
Selanjutnya, secara ringkas variabel input-output yang difungsikan pada penelitian
ini antara lain :
Page 52
41
Kode Input Output Variabel
O1 Aset likuid
O2 Total Pinjaman pembiayaan
O3 Pendapatan Bagi Hasil Pembiayaan
I1 Biaya Operasi Pembiayaan
I2 Beban Tenaga Kerja Pembiayaan
I3 Aset tetap
Page 53
42
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian yang digunakan disini adalah penelitian non parametrik, karena
belum bisa mencerminkan populasi secara menyeluruh. Sedangkan sampel
penelitian disini adalah menggunankan sampling non probabilitas, artinya sampel
yang tidak mempunyai peluang yang sama. Jenis sampling nya adalah sampling
judgement, maksudnya sampling yang ditentukan dengan pertimbangan yang
dilakukan periset. Hal ini dilakukan karena beberapa kendala di lapangan yaitu
sulitnya dalam pengumpulan data, seperti banyak BMT yang tidak mempunyai
laporan keuangan yang baku dan valid serta masih banyak BMT yang belum
diaudit laporan keuangannya.
Baitul Mal wa Tamwil (BMT) yang menjadi objek penelitian ini adalah
BMT yang berada di Jakarta Selatan. Dimana sampel BMT yang digunakan yaitu
BMT Al Munawarah, BMT Sidogiri Jakarta, BMT KSU UMJ, BMT Bintaro, dan
BMT Mekar Dakwah, sampel tersebut diambil karena telah memenuhi syarat
pendirian BMT dan memiliki laporan keuangan yang sesuai dengan tata cara
penyajian laporan keuangan. Data kelima BMT tersebut dikalkulasikan dengan
menggunakan analisis DEA – Data Envelopment Analisis menggunakan variabel
input dan output yakni sebagai variabel input data yang digunakan adalah data
biaya operasional pembiayaan, biaya tenaga kerja, dan asset tetap. Sedangkan
variabel output data yang digunakan adalah data asset likuid, total pinjaman
pembiayaan, dan pendapatan bagi hasil pembiayaan,
Page 54
43
Tabel 4.1
Variabel Input dan Output BMT al Munawarah
Tahun 2010-2017 (jutaan rupiah)
TAHU
N
BIAYA OPERASI
PEMBIAYAAN
BEBAN
TENAGA KERJA
PEMBIAYA
AN
ASET TETAP ASSET
LIKUID
TOTAL PEMBIAYAA
N
PENDAPATA
N BAGI HASIL
PEMBIAYAA
N
TH_2013
1,695,127,323 847,563,662 2,487,141,199 18,709,184,511 4,240,494,169 1,158,499,525
TH_
2014 1,508,372,767 754,186,384 2,579,097,839 17,780,970,980 4,072,776,689 1,245,509,585
TH_2015
1,841,496,128 920,748,064 2,482,920,046 18,709,937,823 4,380,815,176 1,147,585,941
TH_
2016 1,881,881,879 940,940,940 2,395,184,558 19,637,398,041 4,408,211,648 1,071,489,464
TH_2017
1,944,133,398 972,066,699 2,579,097,839 19,946,802,551 4,464,117,475 1,274,512,939
Data diolah 2019
Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa jumlah total pembiayaan
yang disalurkan BMT al Munawarah mengalami fluktuasi yang tidak terlalu tinggi
tingkat ketimpangannya. Pada tahun 2010 hingga tahun 2013 mengalami
peningkatan sampai pada tahun 2014 total pembiayaan BMT tersebut turun
sebesar 3, 95% dari angka Rp. 4.240.494.169,- menjadi Rp. 4.072.776.689,-.
Sedangkan pada tahun-tahun selanjutnya semakin meningkat. Total pembiayan
yang tertinggi terjadi pada tahun 2017 yakni sebesar Rp.
4.464.117.475,-
Pada tabel 4.1 peningkatan penyaluran pembiayaan dan pendapatan
pembiayaan sebanding dengan biaya yang dikeluarkan BMT, artinya semakin
tinggi penyaluran pembiayaan yang dikeluarkan maka tingkat pendapatan dan
biaya yang dikeluarkan juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan prinsip
investasi High Risk, High Return Namun BMT al munawarah menunjukan
sebaliknya, penurunan biaya operasional dan tenaga kerja malah meningkatkan
pendapatan bagi hasil pembiayaan.
Page 55
44
Tahun 2014 yang merupakan tahun dengan tingkat efisiensi terkecil
diantara tahun berjalan 2010 hingga tahun 2017. Pada variabel biaya operasional
persentase penurunan tidak terlalu terpaut jauh, namun pada tahun 2014
penurunan biaya tersebut berubah signifkan, yakni turun sebesar 11,017 % dengan
nominal sebesar Rp. 1.508.372.767,-. Pada tahun selanjutnya biaya operasional
kembali mengalami peningkatan hingga mencapai 3,308% pada tahun 2017 yakni
sebesar Rp. 1.944.133.398,-. Pada tabel juga tergambar bahwa beban tenaga kerja
menyumbang ± 50% biaya operasional pembiayaan, artinya beban tenaga kerja
menjadi pengeluaran utama pada BMT al Munawarah dan menjadi pengeluaran
yang paling besar.
Selanjutnya, peningkatan variabel total pembiayaan yang paling besar
terjadi pada tahun 2015 yakni sebesar 7,563%. Setelah sebelumnya pada tahun
2014 mengalami penurunan total pembiayaan yang cukup signifikan yakni sebesar
3,955% sedangkan pada tahun selanjutnya mengalami peningkatan yang tidak
terlalu signifikan yakni sebesar ± 1%. Pada variabel pendapatan mengalami
fluktuasi yang ekuivalen terhadap total pembiayaan. Hanya saja pada tahun 2014
yang seharusnya pendapatan pembiayaan mengalami penurunan malah sebaliknya
menjadi lebih meningkat. Pada tahun 2014 total pendapatan meningkat sebesar
7,511% dengan nominal Rp. 1.245. 509.585. Hal ini mungkin saja dapat terjadi
sebagai akibat dari pelunasan pembiayaan secara massal yang dilakukan oleh para
nasabah BMT al Munawarah. Pada tahun selanjutnya fluktuasi tersebut mulai
menyesuaikan dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh BMT al
Munawarah.
Page 56
45
VARIABELBIAYA OPERASI
PEMBIAYAAN
BEBAN TENAGA
KERJA ASET TETAP ASSET LIKUID
TOTAL
PEMBIAYAAN
PENDAPATAN BAGI
HASIL PEMBIAYAAN
TH_2010 104,017,617,222 74,477,410,338 107,060,519,578 362,128,116,279 1,113,338,845,063 212,399,615,613
TH_2011 106,296,143,256 77,570,544,106 123,330,235,332 362,549,628,904 1,118,236,258,902 215,985,663,284
TH_2012 108,574,669,290 80,663,677,875 139,599,951,087 362,971,141,529 1,123,133,672,740 219,571,710,954
TH_2013 110,853,195,325 83,756,811,643 155,869,666,841 363,392,654,154 1,128,031,086,579 223,157,758,625
TH_2014 113,131,721,359 86,849,945,411 172,139,382,595 363,814,166,779 1,132,928,500,418 226,743,806,295
TH_2015 115,410,247,393 89,943,079,180 188,409,098,350 364,235,679,404 1,137,825,914,256 230,329,853,966
TH_2016 104,017,617,222 74,477,410,338 107,060,519,578 362,128,116,279 1,113,338,845,063 233,915,901,636
TH_2017 117,688,773,427 93,036,212,948 204,678,814,104 364,657,192,029 1,142,723,328,095 212,399,615,613
Tabel 4.2
Variabel Input dan Output BMT Sidogiri Jakarta
Tahun 2010-2017 (jutaan rupiah)
Data diolah 2019
Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa jumlah total pembiayaan
yang disalurkan BMT Sidogiri Jakarta mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Pada tahun 2010 hingga tahun 2015 mengalami peningkatan sampai pada tahun
2016 total pembiayaan BMT tersebut turun sebesar 2, 15% dari angka Rp.
1.137.825.914.256,- menjadi Rp. 1.113.338.845.063,-. Sedangkan pada tahun-
tahun selanjutnya semakin meningkat. Total pembiayan yang tertinggi terjadi
pada tahun 2017 yakni sebesar Rp. 1.142.723.328.095,-
Jika dilihat pada tabel data sebelumnya pada tabel 4.2 pada variabel input biaya
operasional pembiayaan pada tahun 2016 biaya turun 9,871% dari sebelumnya
Rp. 115.410.247,- menjadi Rp. 104.017.617,-. Hal ini bisa terjadi karena
penurunan pembiayaan sehingga beban operasional pembiayaan tidak perlu
dikeluarkan. Sedangkan beban tenaga kerja pada tahun 2016 juga mengalami
penurunan sebesar 17,1%. Hal ini diakibatkan dari pengurangan tenaga kerja yang
ada untuk mencapai efisiensi yang lebih baik.
Page 57
46
Pada variabel output, yakni total pembiayaan menunjukan tren
yang meningkat. Total pembiayaan tertinggi terdapat pada tahun 2017 yakni
sebesar Rp.1.142.723.328.095 dengan pendapatan bagi hasil pembiayaan sebesar
Rp. 212.399.615.613 atau 18,5% dari total pembiayaan yang ada. Sedangkan total
pembiayaan yang paling rendah terdapat pada tahun 2013 yakni sebesar Rp.
1.128.031.086.579 dengan total bagi hasil pendapatan pembiayaan sebesar Rp.
223. 157. 758.625 atau 20% dari total pembiayaan yang dilakukan. Hal itu
menunjukan bahwa rasio dari bagi hasil pendapatan pembiayaan terhadap total
pembiayaan yang ada pada rentang waktu 2013 hingga 2017 berkisar antara 18-
20%.
Tabel 4.3
Variabel Input dan Output BMT al Mekar Dakwah
Tahun 2010-2017 (jutaan rupiah)
VARIABEL
BIAYA
OPERASI
PEMBIAYAAN
BEBAN
TENAGA KERJA
PEMBIAYA
AN
ASET
TETAP
ASSET
LIKUID
TOTAL PEMBIAYAA
N
PENDAPAT
AN BAGI HASIL
PEMBIAYA
AN
TH_2013 269,929,363 91,800,000 118,975,000 2,468,289,781 1,527,770,262 366,945,908
TH_2014 346,549,678 127,937,000 117,552,576 3,089,987,543 1,809,965,554 485,594,958
TH_2015 415,281,434 165,700,000 127,552,576 3,470,088,898 1,944,965,553 654,957,709
TH_2016 595,501,054 208,800,000 127,552,576 3,850,190,253 2,080,805,477 724,450,802
TH_2017 595,501,054 208,800,000 127,552,576 4,230,291,608 1,723,520,869 793,943,895
Data diolah 2019
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa jumlah total pembiayaan
yang disalurkan BMT Mekar Dakwah mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Pada tahun 2010 hingga tahun 2017 mengalami peningkatan secara signifikan.
Pada tahun 2017 total pembiayaan BMT tersebut meraih jumlah tertinggi terjadi
yakni sebesar Rp. 1.723.520.869,-.
Page 58
47
Pada tabel 4.3, variabel biaya operasional pembiayaan mengalami perubahan
peningkatan yang semakin menurun. Perubahan peningkatan yang paling rendah
terletak pada tahun 2015 yakni sebesar 19,833% dengan nominal sebesar Rp.
415.281.434,-.
Sedangkan variabel output, total pembiayaan yang mengalami perubahan
peningkatan yang terbesar yakni pada tahun 2014 sebesar 18,471% dan yang
terendah pada tahun 2016 yakni sebesar 6,984%. Selanjutnya perubahan
peningkatan pendapatan bagi hasil yang terbesar yakni pada tahun 2015 sebesar
34,877% sebesar Rp. 654.957.709,- dan yang terendah berada pada tahun 2017
yakni sebesar 9,593% dengan nominal sebesar Rp. 793. 943.895,-.
Tabel 4.4
Variabel Input dan Output BMT KSU UMJ
Tahun 2010-2017 (jutaan rupiah)
VARIABEL
BIAYA
OPERASI
PEMBIAYAAN
BEBAN
TENAGA KERJA
PEMBIAYAAN
ASET
TETAP
ASSET
LIKUID
TOTAL
PEMBIAYAAN
PENDAPAT
AN BAGI HASIL
PEMBIAYAAN
TH_2013 343,518,559 186,354,900 44,684,494 1,586,397,946 1,231,125,689 412,555,462
TH_2014 417,603,210 220,295,300 43,529,669 1,882,271,632 1,597,221,344 517,539,072
TH_2015 491,687,861 254,235,700 42,374,844 2,178,145,318 1,963,316,999 622,522,682
TH_2016 565,772,512 288,176,100 41,220,019 2,474,019,004 2,329,412,654 727,506,292
TH_2017 639,857,163 322,116,500 40,065,194 2,769,892,690 2,695,508,309 832,489,902
Data diolah 2019
Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukan bahwa jumlah total pembiayaan
yang disalurkan BMT KSU UMJ mengalami stagnasi pada tahun 2010 dan 2011
dan mengalami peningkatan tahun-tahun selanjutnya. Total pembiayaan tertinggi
terjadi pada tahun 2017 yakni sebesar Rp. 2.695.508.309,-
Pada tabel 4.4, peningkatan variabel input dan output sangat berfluktuasi
yang artinya siklus ekonomi tetap mempengaruhi operasional suatu lembaga
Page 59
48
keuangan pada umumnya. Variabel biaya operasional pembiayaan mengalami
peningkatan terkecil pada tahun 2017 sebesar 13,09% dari tahun sebelumnya
dengan tingkat biaya Rp. 639.857.163,-. Variabel beban tenaga kerja mengalami
peningkatan terkecil yakni pada tahun 2016 sebesar 13,35% dari tahun
sebelumnya dengan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan sebesar Rp. 288.176.100.
Sedangkan, variabel output yakni total pembiayaan mengalami peningkatan
terbesar pada tahun 2014 yakni sebesar 29,74% dari tahun sebelumnya dengan
nominal sebesar Rp. 1.597.221.344,- dan terakhir variabel pendapatan memiliki
peningkatan terbesar pada tahun 2014 juga yakni sebesar 25,45% dengan nominal
Rp. 517.539.072.
Pada tabel 4.4 juga terlihat hubungan antar variabelnya, yakni terjadi
hubungan yang positif antara biaya operasional pembiayaan terhadap total
pembiayaan dan pendapatan bagi hasil pembiayaan. Hal ini dapat disimpulkan
pada BMT KSU UMJ untuk meningkatkan pembiayaan dan pendapatan bagi hasil
pembiayaan maka diperlukan biaya yang meningkat pula. Hal ini wajar terjadi
karena BMT UMJ banyak melayani nasabah konsumtif yang dalam proses
penerimaan pembiayaan membutuhkan banyak biaya kelayakan nasabah.
Sehingga secara teori hubungan antara biaya terhadap penyaluran pembiayaan
bernilai positif. Diketahui pula, pendapatan BMT juga bernilai positif terhadap
biaya dan total pembiayaan yang artinya nasabah memiliki loyalitas dan
kapabilitas untuk membayar kembali pembiayaan yang telah diberikan. Hal ini
menandakan bahwa penyaluran pembiayaan di KSU BMT UMJ dilakukan dengan
Page 60
49
cermat dan tepat sehingga dalam kurun waktu penelitian tidak ditemukan
ketidakefisienan kegiatan operasionalnya.
Selanjutnya, akibat peningkatan nominal variabel pada BMT KSU UMJ,
dianggap perlu memperhatikan kegiatan operasionalnya terutama dalam hal
penyaluran pembiayaan yang harus ditingkatkan ke sektor produktif terutama
untuk produktif bukan sektor konsumtif sekalipun memberikan efisiensi yang baik
setiap tahunnya pada BMT namun BMT tidak boleh lupa hakikat dari BMT
sebagai sahabat UMKM yang seharusnya menyalurkan pembiayaan produktif.
Selanjutnya, meningkatkan inovasi dalam produk yang ditawarkan agar menarik
minat nasabah produktif dan konsumtif untuk melakukan pembiayaan. Terakhir,
mempertimbangkan kembali terkait kerjasama pendanaan, jika dirasa modal
sendiri mampu untuk memberikan keuntungan yang cukup baik maka tidak perlu
melakukan kerjasama dengan pihak tertentu.
Tabel 4.5
Variabel Input dan Output BMT KJKS Bintaro
Tahun 2010-2017 (jutaan rupiah)
Data diolah 2019
Berdasarkan tabel 4a.5 diatas menunjukan bahwa jumlah total pembiayaan yang
disalurkan BMT KJKS Bintaro mengalami stagnasi pada tahun 2010 dan 2011
sebesar Rp. 74.976.081,-. Pada tahun 2012 hingga tahun 2013 mengalami
VARIABEL
BIAYA
OPERASI PEMBIAYA
AN
BEBAN
TENAGA KERJA
PEMBIAYAAN
ASET TETAP
ASSET LIKUID
TOTAL
PEMBIAYA
AN
PENDAPATAN
BAGI HASIL
PEMBIAYAAN
TH_2013 274,666,906 101,287,900 83,929,287 15,065,284 509,156,573 261,986,299
TH_2014 295,121,102 104,014,500 81,129,287 9,501,170 472,956,210 302,485,061
TH_2015 334,362,796 80,353,700 76,916,358 6,204,111 489,511,411 342,466,718
TH_2016 389,752,092 101,161,455 71,147,631 4,314,444 467,278,325 401,542,033
TH_2017 362,057,444 90,757,578 74,031,995 5,259,278 478,394,868 372,004,376
Page 61
50
penurunan yang sangat signifikan dari angka Rp. 202.230.978,- menjadi Rp.
86.922.711,-. Sedangkan pada tahun-tahun selanjutnya total pembiayaan semakin
meningkat.
Peningkatan variabel input dan output tidak dalam kondisi konstan melainkan
sangat berfluktuasi yang artinya siklus ekonomi tetap mempengaruhi operasional
suatu lembaga keuangan pada umumnya. Variabel biaya operasional dalam tahun
berjalan 2013-2016 tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan hanya
saja pada tahun 2017 biaya operasional mengalami penurunan sebesar 7,106%
dari total biaya pada tahun sebelumnya. Penurunan biaya tersebut sejalan dengan
penurunan beban tenaga kerja yang turun sebesar 10, 284% dari beban tenaga
kerja pada tahun sebelumnya. Penurunan beban-beban pada BMT Bintaro
menyebabkan peningkatan pada total pembiayaan sebesar 2,379% dan penurunan
total pendapatan sebesar 7,359 persen. Penurunan pendapatan ini diakibatkan
karena faktor kelancaran nasabah dan siklus usaha yang dilakukan BMT Bintaro.
Tabel 4.5 bahwa peningkatan beban tertinggi terjadi pada tahun 2016
yakni sebesar 16,56% sebesar RP. 389.752.092,- sedangkan peningkatan total
pembiayaan dan pendapatan bagi hasil pembiayaan tertinggi terjadi pada tahun
2015 dan 2016 yakni sebesar 3,5 % dan 17,2% dengan nominal masing-masing
sebesar Rp. 489.511.411 dan Rp. 401.542.033,-.
B. Analisis dan Pembahasan
Perhitungan efisiensi pada BMT Munawarah, BMT KJKS Bintaro, BMT
Sidogiri Jakarta, BMT Mekar Dakwah, dan BMT KSU UMJ dengan metode Data
Envelopment Analysis ini menggunakan enam variabel yaitu biaya operasional
Page 62
51
pembiayaan, beban tenaga kerja, asset tetap, sebagai variabel input, sedangkan
asset likuid, total pinjaman pembiayaan, dan pendapatan bagi hasil pembiayaan,
sebagai variabel output. Perhitungan ini menggunakan aplikasi DEA Frontier
dengan pilihan constan return to scale, artinya apabila ada perubahan input maka
akan berpengaruh tetap terhadap perubahan output.
Kriteria penilaian hipotesis pada penelitian ini, apabila dalam satu periode
Baitul Mal Wa Tamwil dapat dinyatakan sudah efisien jika tingkat efisiensi
setelah perhitungan memiliki persentase 100%, sedangkan dinyatakan inefisiensi
apabila nilai persentase berkisar antara 0% sampai 100%. Selain itu terdapat nilai
aktual, nilai target, dan nilai slack. nilai aktual adalah nilai input dan output yang
tercatat dalam laporan keuangan, sedangkan nilai target adalah nilai yang
direkomendasi oleh DEA untuk input dan output tersebut menjadi efisiensi.
Sementara slack menampilkan kembali potential improvement pada input dan
output, untuk nilai yang tidak efisien dalam data akan dibandingkan dengan nilai
efisiensi target.
Tabel 4.7
Tabulasi Tingkat Efisiensi BMT di Jakarta Selatan periode 2013-2017
No Baitul Mal Wa
Tamwil
TAHUN
2013 2014 2015 2016 2017
1 BMT KSU UMJ 100% 100% 100% 100% 100%
2 BMT AL
MUNAWARAH
99,64% 100% 99,57% 100% 100%
3 BMT MEKAR
DAKWAH
98,17% 100% 100% 100% 100%
4 BMT SIDOGIRI
JAKARTA
95,07% 93,56% 92,11% 100% 90,71%
5 BMT BINTARO 100% 100% 100% 100% 100%
RATA-RATA 98.58% 98.71% 98.34% 100% 98.14%
Page 63
52
Dari data tabulasi diatas, didapat bahwa BMT yang paling efisien selama
tahun berjalannya penelitian 2013-2017 yakni BMT KSU UMJ dan BMT Bintaro.
Kedua BMT ini dapat menjadi benchmark atau tolak ukur untuk BMT yang lain
mencapai tingkat efisiensi 100%. Namun harus tetap memperhatikan faktor-faktor
yang tidak terukur dalam penelitian ini seperti jumlah kantor, jumlah nasabah,
jumlah modal, jenis produk dll.
Sedangkan BMT yang lain yakni BMT Munawarah, mengalami tingka
efisiensi yang berfluktuasi. Pada tahun 2013 dan 2015 BMT tersebut mengalami
inefisiensi dengan tingkat efisiensi sebesar 99,64% dan 99,57% barulah pada
tahun selanjutnya BMT ini mengalami efisiensi mencapai 100%. BMT yang lain,
yakni BMT Mekar Dakwah, mengalami inefisiensi hanya pada tahun 2013 yakni
sebesar 98,17% dan pada tahun selanjutnya mengalami efisiensi 100%. BMT
yang mengalami inefisiensi terburuk yakni adalah BMT Sidogiri Jakarta, dimana
dari 5 tahun periode penelitian, hanya 1 tahun saja yakni pada tahun 2016 yang
mengalami efisiensi sedangkan pada tahun-tahun lainnya BMT Sidogiri Jakarta
tidak efisien.
Pada tahun 2016, seluruh BMT menunjukan koefisien maksimal yakni 100%.
Tahun paling tidak maksimal yakni pada tahun 2017 yakni sebesar 98,14%. Hal
ini mendukung dari Sensus Ekonomi 2016 yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik yang mengatakan bahwa sektor aktivitas keuangan di Jakarta Selatan
menempati posisi ke-5 sebegai penyumbang tenaga kerja dan lapangan usaha
yakni sebesar 5,42% dan pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai
mengalami percepatan setelah mengalami penurunan di tahun 2015, pertumbuhan
Page 64
53
ekonomi Indonesia tumbuh dengan persentase sebesar 5,02% dengan laju inflasi
terendah sebesar 2,79% (BPS2016).
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisiensi metode Data Envelopment
Analysis (DEA) berasumsikan CRS (Constant Return to Scale) dengan
menggunakan software DEA Frontier, dapat digambarkan pencapaian nilai
efisiensinya pada tiap-tiap tahun BMT. Masing-masing BMT memiliki target
input-output, namun dalam penelitian ini hanya 3 dari 5 BMT yang membutuhkan
input dan output diantaranya BMT Al Munawarah, BMT Mekar Dakwah, dan
BMT Sidogiri Jakarta. Sedangkan BMT KSU UMJ dan BMT Bintaro dianggap
telah mencapai tingkat efisien.
a. Target Input dan Output BMT al Munawarah
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisiensi metode Data Envelopment
Analysis (DEA) berasumsikan CRS (Constant Return to Scale) dengan
menggunakan software DEA Frontier, dapat digambarkan pencapaian nilai
efisiensinya pada tiap-tiap tahun BMT
Tabel 4.8
Targe Input-Output BMT al Munawarah
Efficient Input
Target
DMU
No.
DMU
Name
BIAYA
OPERASI
PEMBIAYAAN
BEBAN
TENAGA
KERJA
PEMBIAYAAN
ASET TETAP
1 TH_201
3 1689153800.3 844576900.2 2478376668.5
2 TH_201
4 1508372767.0 754186383.5 2579097839.0
3 TH_201
5 1833716019.9 916858009.9 2472429996.0
Page 65
54
Berdasarkan data diatas, maka untuk mencapai koefisien efisiensi yang
maksimal, maka ditetapkan target efisiensi yang maksimal pada tahun-tahun
tertentu yang tidak mencapai efisiensi maksimal. Pada tahun 2013 harus mencapai
target sebesar Rp. 4.242.976.862,-. Sedangkan efisiensi pada tahun 2015
bergantung pada variabel asset likuid yang harus mencapai target sebesar Rp.
19.458.006.163,-.
Menurut Ramadiansyah (2008), BMT al Munawarah memiliki citra
perusahaan yang cukup baik, produk pembiayaan yang menarik, bagi hasil yang
kompetitif, dan pemegang modal BMT terdiri dari pemilik modal yang kuat serta
kenyamanan bertransaksi. Namun, BMT ini memiliki kelemahan yakni kurangnya
jumlah kantor, kurang memadai teknologi yang digunakan sehingga menambah
4 TH_201
6 1881881879.0 940940939.5 2395184558.0
5 TH_201
7 1944133397.7 972066698.8 2579097839.0
Efficient Output
Target
DMU
No.
DMU
Name ASSET LIKUID
TOTAL
PEMBIAYAAN
PENDAPATA
N BAGI
HASIL
PEMBIAYAA
N
1 TH_201
3 18709184510.5 4242976862.6 1158499524.5
2 TH_201
4 17780970980.0 4072776689.0 1245509585.0
3 TH_201
5 19458006163.6 4380815176.0 1147585941.0
4 TH_201
6 19637398041.0 4408211648.0 1071489464.0
5 TH_201
7 19946802551.2 4464117474.5 1274512938.5
Page 66
55
beban untuk merekrut tenaga kerja, kerjasama dengan chanelling yang tidak
berprinsip syariah, dan momok masyarakat yang menyangka BMT hanya
diperuntukan hanya kepada orang islam saja. Walaupun begitu, BMT al
Munawarah tetap diterima masyarakat kelas menengah ke bawah sebagai
fasilitator usaha masyarakat.
b. Target Input dan Output BMT Mekar Dakwah
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisiensi metode Data Envelopment
Analysis (DEA) berasumsikan CRS (Constant Return to Scale) dengan
menggunakan software DEA Frontier, dapat digambarkan pencapaian nilai
efisiensinya pada tiap-tiap tahun BMT.
Tabel 4.9
Input-Output Target BMT Mekar Dakwah
Efficient Input
Target
DMU
No.
DMU
Name
BIAYA OPERASI
PEMBIAYAAN
BEBAN
TENAGA
KERJA
PEMBIAYAA
N
ASET
TETAP
1 TH_2013 265007740 84898420 116805729
2 TH_2014 346549678 127937000 117552576
3 TH_2015 415281434 165700000 127552576
4 TH_2016 595501054 208800000 127552576
5 TH_2017 595501054 208800000 127552576
Efficient Output
Target
DMU
No.
DMU
Name ASSET LIKUID
TOTAL
PEMBIAYA
AN
PENDAPA
TAN BAGI
HASIL
PEMBIAY
AAN
1 TH_2013 2468289781 1568343807 382127949
Page 67
56
2 TH_2014 3089987543 1809965554 485594958
3 TH_2015 3470088898 1944965553 654957709
4 TH_2016 3850190253 2080805477 724450802
5 TH_2017 4230291608 1723520869 793943895
Data diolah 2019
Berdasarkan pada diatas untuk mencapai koefisien efisiensi yang maksimal
maka beban tenaga kerja perlu pengurangan sebanyak Rp. 5.227.790,- untuk
mencapai angka Rp. 84.898.420,-. Variabel lainnya, yakni total pembiayaan juga
perlu dikurangi sebanyak Rp. 40.573.544,- sehingga diperoleh total pembiayaan
yang efisien sebesar Rp. 1.568.343.806,-. Selain itu, variabel pendapatan bagi
hasil pembiayaan juga perlu ditingkatkan sebanyak Rp. 15.182.040,- sehingga
mencapai hasil Rp. 382.127.948.
Selanjutnya akan dianalisa per variabel, variabel beban tenaga kerja masih
menjadi pengeluaran terbesar BMT hal ini dikarena beban tenaga kerja menjadi
beban pokok pengeluaran setiap bulannya (Fix Cost) sehingga cara yang paling
tepat untuk mengatasi masalah ini adalah mengurangi beban pegawai dan
meningkatkan kualitas pegawai, sehingga efisiensi kerja dan efisiensi ekonomi
yang diperoleh BMT menjadi lebih maksimal.
Pada variabel peningkatan laba perusahaan yang dinilai dari peningkatan
pendapatan setiap tahun semakin meningkat hal ini menandakan kinerja BMT
Mekar Dakwah pada tahun 2013 – 2017 digolongkan pada BMT yang sangat
sehat, karena mampu mengembalikan dana nasabah beserta dengan keuntungan
BMT. Menurut Rahmi Azizah (2017) dalam penelitian tahun 2012-2015 BMT
Mekar Dakwah menunjukan pengaruh intangible yaitu nasabah yang memiliki
hubungan yang baik, nyaman, dan terpercaya. Pada variabel peningkatan aset
Page 68
57
likuid perusahaan digunakan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus
segera dipenuhi dan menunjukan tren yang paling stabil dan signifikan. Hal ini
karena BMT Mekar Dakwah mengalami peningkatan tren kas yang diimbangi
dengan peningkatan kewajiban jangka pendek.
Keterkaitan antar variabel yang tergolong hubungan positif dan saling
mempengaruhi seperti biaya operasional pembiayaan terhadap total pembiayaan
dan pendapatan bagi hasil menunjukan bahwa pada tahun berjalan 2013-2017
peningkatan biaya operasional pembiayaan akan meningkatkan jumlah
pembiayaan yang disalurkan dan menambah pendapatan bagi hasil pembiayaan.
Hal ini memberikan gambaran bahwa BMT Mekar Dakwah adalah BMT yang
memiliki konsistensi yang baik dalam mencapai tingkat efisiensi tertentu. BMT
ini tergolong BMT yang sangat sehat karena pencapaian bukan dinilai dari satu
sisi laba yang dihasilkan namun juga memperhatikan biaya operasional dan total
pembiayaan yang dihasilkan.
c. Target Input dan Output BMT Sidogiri Jakarta
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisiensi metode Data Envelopment
Analysis (DEA) berasumsikan CRS (Constant Return to Scale) dengan
menggunakan software DEA Frontier, dapat digambarkan pencapaian nilai
efisiensinya pada tiap-tiap tahun BMT.
Tabel 4.10
Input-Output Target BMT Sidogiri Jakarta
Efficient Input
Target
Page 69
58
DMU
No.
DMU
Name
BIAYA
OPERASI
PEMBIAYAA
N
BEBAN
TENAGA
KERJA
PEMBIAYAAN
ASET TETAP
1 TH_2013 105390291822 75460255862 108473350018
2 TH_2014 105847850022 75787871036 108944293498
3 TH_2015 106305408222 76115486211 109415236978
4 TH_2016 104017617222 74477410338 107060519578
5 TH_2017 106762966423 76443101385 109886180458
Efficient
Output
Target
DMU
No.
DMU
Name
ASSET
LIKUID
TOTAL
PEMBIAYAAN
PENDAPATAN
BAGI HASIL
PEMBIAYAAN
1 TH_2013 366906961253 1128031086579 237002786583
2 TH_2014 368499909578 1132928500418 238031748231
3 TH_2015 370092857902 1137825914256 239060709880
4 TH_2016 362128116279 1113338845063 233915901636
5 TH_2017 371685806227 1142723328095 240089671529
Data diolah 2019
Berdasarkan data diatas untuk mencapai koefisien efisiensi yang
maksimal maka diperlukan target dalam setiap variabel input maupun output.
Pada variabel input koreksian target terbanyak pada beban tenaga kerja pada tahun
2013 – 2015. Pada tahun 2013 seharusnya target yang dicapai Rp.
75.460.255.862,- artinya jika dibandingkan dengan realita beban tenaga kerja
yang ada terlalu besar sehingga terjadi over budget cost dalam pengeluaran biaya
tenaga kerja. Sama halnya dengan tahun-tahun berikutnya 2014 dan 2015 yakni
sebesar Rp. 75.787.871.036,- dan Rp. 76.115.486.211,-.
Sebagai pembandingnya, maka target ouput yang tepat untuk ditetapkan
pada variabel pembiayaan pada tahun 2013 yakni Rp. 1.128.031.086.579 sehingga
Page 70
59
mendapatkan bagi hasil pembiayaan pendapatan sebesar Rp. 237.002.786.583,-.
Analisis variabel tertentu seperti beban tenaga kerja yang semakin
meningkat menunjukan bahwa BMT ini memiliki kantor cabang yang tersebar di
Indonesia. Faktanya, cukup sulit untuk mencapai nilai efisiensi yang baik apabila
BMT memiliki cabang hal ini dikarenakan setiap cabang memiliki tingkat
efisiensi yang berbeda-beda sehingga apabila dinilai dalam satu kesatuan maka
sulit untuk mencapai tingkat efisiensi yang maksimal. Beban tenaga kerja ini akan
mempengaruhi beban operasional perusahaan dan bernilai positif yaitu apabila
beban tenaga kerja semakin meningkat maka beban operasional perusahaan akan
juga semakin meningkat. Adapun biaya operasional ini akan mempengaruhi total
pembiayaan dan pendapatan bagi hasil pembiayaan, yaitu bernilai positif.
Sehingga dapat dikatakan bahwa apabila BMT ingin mendapatkan pembiayaan
yang semakin baik dan meningkat maka biaya yang harus dikeluarkan juga akan
semakin meningkat. peningkatan pendapatan bagi hasil pembiayaan dapat
digambarkan bahwa nasabah pembiayaan BMT Sidogiri Jakarta memiliki
kemampuan yang baik dalam mengembalikan dana pembiayaan yang telah
diberikan. Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa BMT ini belum bisa
mencapai efisiensi yang cukup karena terdapat beberapa kendala dari segi kantor
cabang, beban tenaga kerja setiap cabang, dan beban operasional yang tidak sesuai
dengan target efisiensi total pembiayaan dan pendapatan bagi hasil. Namun jika
ditinjau dari segi volume dan jumlah uang yang beredar di masyarakat, BMT ini
memiliki kegiatan usaha yang besar dan mencakup beberapa wilayah di Indonesia.
Page 71
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan tingkat efisiensi pada 5 Baitul mal
Wa Tamwil dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) pada 5
BMT di Jakarta Selatan selama periode penelitian yaitu tahun 2013-2017,
memperlihatkan bahwa kinerja BMT KSU UMJ yang cukup optimal dengan
membentuk kombinasi koefisien efisiensi BMT yang sempurna (100%) sepanjang
tahun berjalannya penelitian ini, yakni tahun 2013-2017. Dikarenakan sepanjang
tahun penelitian mengalami efisiensi maka tidak ada target budgeting yang harus
dicapai untuk mencapai efisiensi pada keenam variabel yang digunakan untuk
menganalisa lebih jauh efisiensi BMT ini.
Selanjutnya pada BMT al Munawarah memperlihatkan kinerja yang cukup
baik karena hanya 2 dari 5 tahun penelitian dalam rentang 2013-2017 yang
mengalami inefisiensi, yakni pada tahun 2013 dan 2015. Hal ini disebabkan
karena adanya peningkatan variabel beban tenaga kerja dan operasional tanpa
disertai peningkatan pada jumlah pembiayaan yang disalurkan dan pendapatan
bagi hasil yang diperoleh. Pada tahun 2015, merupakan tahun dengan tingkat
efisiensi yang terkecil selama tahun penelitian yakni sebesar, 99,578%. Hal ini
menimbulkan target pada jumlah pembiayaan yang disalurkan yakni harus
ditingkat sampai pada angka Rp. 4.242.976.862,-. Pada tahun 2015, BMT al
Munawarah masih tergolong BMT yang kurang massive dalam menyalurkan
Page 72
61
pembiayaan, hal ini dapat disebabkan oleh manajemen BMT al Munawarah yang
terlalu hati-hati dalam menyalurkan pembiayaan ditambah lagi dengan minat
masyarakat yang kurang responsive terhadap pembiayaan yang diberikan BMT.
Terlepas dari itu, pada tahun-tahun selanjutnya BMT al Munawarah menjadi
lembaga intermediasi yang banyak membantu UMKM dalam pemenuhan dana
permodalan usahanya.
BMT lainnya, BMT Mekar Dakwah memperlihatkan kinerja yang baik hal
ini bisa dilihat pada tingkat efisiensi yang dihasilkan, hanya pada tahun 2013
BMT ini mengalami inefisiensi yakni sebesar 98,177%. Inefisiensi ini disebabkan
oleh hubungan terbalik antara biaya tenaga kerja yang dikeluarkan pada tahun
berjalan terhadap jumlah pembiayaan yang disalurkan dan pendapatan bagi hasil
pembiayaan yang diperoleh. Menurut perhitungan yang dilakukan oleh DEA,
jumlah beban tenaga kerja yang dikeluarkan sebesar Rp. 84.898.420, dengan
proyeksi jumlah pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp. 1.568.343.807 dan
jumlah pendapatan yang didapat Rp. 382.127.949. Walaupun demikian, BMT ini
tergolong BMT yang sangat sehat karena pencapaian bukan dinilai dari satu sisi
laba yang dihasilkan namun juga memperhatikan biaya operasional dan total
pembiayaan yang dihasilkan.
Sedangkan BMT Sidogiri Jakarta memperlihatkan kinerja yang kurang
baik dikarenakan tingkat efisiensi yang terjadi selama kurun waktu penelitian
2013- 2017 hanya pada satu tahun saja yang mengalami efisiensi, yakni pada
tahun 2016. Hal ini diakibatkan oleh pengurangan tenaga kerja yang digunakan,
dan hasilnya jumlah pembiayaan dan pendapatan pembiayaan semakin meningkat.
Page 73
62
Beban tenaga kerja yang besar diakibatkan oleh jumlah kantor cabang yang tidak
hanya berada di Jakarta Selatan, melainkan berada pada daerah-daerah. Nasabah
BMT ini berasal dari seluruh Indonesia dengan tingkat loyalitas dan kredibilitas
yang baik pula. Hal ini tentu saja kontra dengan teori yang menyatakan semakin
banyak nasabah yang diberikan pembiayaan maka NPF semakin kecil. Namun
fakta dilapangan, terdapat hubungan yang positif antara jumlah pembiayaan yang
diberikan terhadap pendapatan bagi hasil pembiayaan. Hal ini menunjukan bahwa
manajemen yang digunakan BMT Sidogiri bersifat selektif, artinya BMT ini pada
kondisi yang telah memenuhi syarat sebagai nasabah pembiayaan BMT, BMT ini
tidak segan untuk memberikan dana pembiayaan kepada nasabahnya.
Terakhir memperlihatkan kinerja yang sangat baik, hal ini dapat dilihat
pada tingkat efisiensi yang pada tahun penelitian dilakukan 2013-2017 sebesar
100%. BMT tergolong koperasi usaha yang mana bergerak dalam dua lini bisnis,
yaitu bisnis jasa keuangan syariah dan perdagangan. Hal ini terlihat dari laporan
penjualan barang dagang BMT Bintaro. Tingkat efisiensi yang semakin baik
setiap tahunnya, menunjukan eksistensi BMT Bintaro sebagai lembaga penyedia
jasa keuangan syariah sekaligus koperasi usaha semakin baik. Hal ini dapat dilihat
pada laporan keuangannya yang menampilkan beban operasional yang lebih
efisien dari yang diharapkan. Namun pada beban tenaga kerja setiap tahunnya
selalu berubah nilai artinya, pada setiap tahun selalu ada pergeseran posisi jabatan
tenaga kerja dan pergantian tenaga kerja baru. Hal ini sebenarnya tidaklah
mencerminkan BMT yang baik karena BMT tersebut dianggap sebagai tempat
Page 74
63
sementara bekerja sebelum karyawannya mendapat tempat pekerjaan yang baru
dengan posisi aman dan nyaman.
B. SARAN
Secara umum penelitian ini menyarankan pihak-pihak terkait untuk
melakukan pilihan-pilihan, sebagai berikut :
1. Bagi manajeman bmt dapat meningkatkan kinerja keuangannya
dengan baik dengan menggunakan variabel-variabel yang sesuai
dengan penelitian ini, agar dapat meningkatkan efisiensinya.
Peningkatan tingkat efisiensi dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan atau mengurangi besaran input dan output masing-
masing BMT sesuai dengan target input atau target output
berdasarkan hasil perhitungan dalam penelitian ini disetiap
tahunnya dan mempertahankan target input dan target output yang
telah 100% tercapai dengan baik.
2. Penelitian ini memberikan perspektif yang lain, bahwa tingkat
efektifitas Baitul Maal Wa Tamwil tidak hanya dapat dilihat nilai
pembiayaannya saja namun dilihat dari segi manusianya Nilai-nilai
juga dapat tertanam pada Sumber Daya Manusia (SDM) yang
bekerja pada BMT, sehingga BMT tidak hanya efektif dengan
pengukuran pendekatan konvensional namun juga melalui
pendekatan syariah.
3. Penelitian ini memiliki keterbatasan pada sampel yang terpilih, dan
pada beberapa variabel input dan output saja, disarankan pada
Page 75
64
penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel lebih banyak
lagi, dan menambahkan variabel input dan variabel output yang
belum terdapat dalam penelitian ini.
Page 76
65
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. “Islam and Economic Development in New Order’s
Indonesia (1967-1998)”, dipresentasikan pada International Graduate
Student Conference Series di East West Center Working Papers, No.
12, 2004
Antonio, Muhammad Syafi’i, 2001, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek,
Jakarta: Gema Insani
Amalia, Euis. 2009. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ascarya, Diana Y. dan Guruh S. R. 2008. ”Analisis Efisiensi
Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah di Indonesia
dengan Data Envelopment Analysis (DEA).” Paper dalam Buku
Current Issues Lembaga Keuangan Syariah Tahun 2009, TIM
IAEI, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Astiyah, S. dan Husman, A. J. 2006. “Fungsi Intermediasi dalam Efisiensi
Perbankan di Indonesia: Derivasi Fungsi Profit.” Paper dalam Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan pada bulan Maret 2006, Jakarta:
Bank Indonesia
Azis, M.Amin. 2004, Pedoman Pendirian BMI, Jakarta: PINBUK,
Azis,M.Amin, 2007, Kegigihan Sang Perintis, Jakarta:MAA Instittute,
Bank Indonesia, 2002, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia,
beberapa edisi , 2003, Direktori Bank Indonesia, Bank Indonesia,
Jakarta
Bank Indoensia, 2015, Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah
(UMKM), 2015, Bank Indonesia, Jakarta
Bastinan, Afnan. 2009.” Analisis Perbedaan Asset dan Efisiensi Bank
Syariah di Indonesia Periode Sebelum dan Selama Program Akselerasi
Pengembangan Perbankan di Indonesia 2007-2008 Aplikasi Metode
DEA”. Semarang. FE UNDIP
Page 77
66
Bauer, P.W., Berger A.N, G.D. Ferrier, dan D.V. Humphrey. 1998.
Consistency Conditions For Regulatory Analysis of Financial
Institutions: A Comparison of Frontier Efficiency Methods, Financial
Services Working Paper, 02/97, Federal Reserve.
Berger, A.N & Humphrey, D.B. 1997. “Efficiency of Financial Institution
: International Survey and Direction For Future Research”, European
Journal Operational Research, Retrieved from http://papers.ssrn.com
Donsyah, Yudistira, Juni 2003, Efficiency in Islamic Banking : an
Empirical Analysis of 18 Banks; proceeding of Islamic Conference on
Islamic Banking, Jakarta.
Fransiscus Xaverius, Sadikin.2005. “Tips and Trick Meningkatkan
Efisiensi Produktivitas, dan Profitabilitas.” Yogyakarta
Hadad, M.D., Wimboh S., Dhaniel I. dan Eugenia M. 2003. “Analisis
Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Non-
Parametrik Data Envelopment Analysis (DEA).” Bank Indonesia
Research Paper, Jakarta: Bank Indonesia.
Hamim S. A Mokhtar, Naziruddin Abdullah, dan Syed M. Al Habshi.
2006.“Efficiency of Islamic Banking in Malaysia: A Stochastic Frontier
Approach.” Journalof Economic Cooperation 27. Hal. 37-40. Emerald:
Group Publishing Limited. Malaysia: Central Bank of Malaysia
Hasil Pendaftaran (LISTING) Usaha/ Perusahaan Sensus Ekonomi 2016,
Badan Pusat Statistik.
Indriantoro dan Supomo. 2016. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE.
Iqbal, Ahmad. 2011. “Perbandingan Efisiensi Bank Umum Syariah
dengan Bank Umum Konvensional di Indonesia dengan Metode
Sthochastic Frontier Approach Periode 2006-2009”: FEB UNDIP.
Semarang
Kasmir. 2002. “ Dasar-Dasar Perbankan”. PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Kohers, N., & Kohers, T. (2000). The Value Creation Potential of High-
Tech Mergers. Financial Analysts Journal, 53, 40-48.
Kurnia, AS. 2004. “Mengukur Efisiensi Intermediasi Sebelas Bank di
Indonesia Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA).”
Jurnal Bisnis Strategi Vol 13 hal. 126-139.
Page 78
67
Laporan kementrian Koperasi 2017, diakses dari http://www.depkop.go.id/
pada Rabu, 14 Maret 2018.
Muhammad Zubair Mughol, CEO Al Huda Center of Islamic Banking and
Economics, internasional Conference “Empowering SMEs for
Financial Inclusion and Growth”, (Jakarta: 2014)
Muharam, H dan Rizki Pusvitasari. 2007. “Analisis Perbandingan
Efisiensi Bank Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis
(Periode tahun 2005)”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.2 No.3.
Muthi, B. P. S., Choi, Y. K. dan Desai, P., 1997, Mutual Funds and
Portfolio Performance Measurement: A Non-parametric Approach,
European Journal of Operation Reasearch, 8(2), 408-418.
Rofiq, Ahmad. 2004. “Fiqh Kontekstual dari Normatif ke Pemaknaan
Sosial”. Yogyakarta. Pustaka Belajar.
S. Mohamad, T. Hassan and M. Khaled I. B. 2003. “Efficiency of
Conventional versus Islamic Banks: International Evidence using
The Stochastic Frontier Approuch SFA.” Journal of Islamic
Economics, Banking and Finance. Vol. 1. No.1.
Saefullah, Asep. 2015. “Efisiensi Perbankan Indonesia: Komparasi,
Evaluasi dan Solusi”. Jurnal Peneliti Muda, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Sealey, C. and J. Lindley, (1977) Inputs, Outputs and a Theory of
Production and Cost at Depository Financial Institutions. The Journal
of Finance, vol. 32, No. 4, pp 1251-1266.
Sanusi, A. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis. Cetakan Ketiga. Jakarta:
Salemba Empat.
Setiawan., 2004. Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta.
Sedarmayanti dan S. Hidayat. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung:
Mandar Maju.
Siegel, S. 1985. Statistika Nonparametrik Terjemahan M.Sudrajat S. W.
Bandung: Armico.
Sufian, Fadzlan. 2007. “The Efficiency Of Islamic Banking Industry In
Malaysia: Foreign vs Domestic Bank”. Humanomics, Vol. 23 No. 3 hal
174-192 : Emerald Group Publishing Limited.
Page 79
68
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Pusat Bahasa
Depdiknas
Sujarweni, V.W. 2015. Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi.
Yogyakarta: PT. Pustaka Baru
Syakir, A. K. 2004. “Mengukur Efisiensi Intermediasi Sebelas Bank
Terbesar Indonesia Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysi
(DEA).” Jurnal Bisnis Strategi. Vol.13. Hal. 126-139, Semarang.
Yudho, Aryanto. 2007. “ Efisiensi pada Perbankan Syariah di Indonesia
Tahun 2007: Aplikasi Metode Data Envelopment Analysis” UNDIP.
Semarang
Yusanto, M.Ismail & M. Arif Yunus. 2009. Pengantar Ekonomi Islam. Al
Azhar Press. Bogor.
Page 80
69
LAMPIRAN
Hasil Olah Data BMT KSU UMJ
VARIAB
EL
BIAYA
OPERASI
PEMBIAYA
AN
BEBAN
TENAGA
KERJA
PEMBIAYA
AN
ASET
TETAP
ASSET
LIKUID
TOTAL
PEMBIAYAA
N
PENDAPATA
N BAGI
HASIL
PEMBIAYAA
N
TH_2013 343,518,559 186,354,900 44,684,494 1,586,397,946 1,231,125,689 412,555,462
TH_2014 417,603,210 220,295,300 43,529,669 1,882,271,632 1,597,221,344 517,539,072
TH_2015 491,687,861 254,235,700 42,374,844 2,178,145,318 1,963,316,999 622,522,682
TH_2016 565,772,512 288,176,100 41,220,019 2,474,019,004 2,329,412,654 727,506,292
TH_2017 639,857,163 322,116,500 40,065,194 2,769,892,690 2,695,508,309 832,489,902
Inputs Outputs
BIAYA OPERASI PEMBIAYAANASSET LIKUID
BEBAN TENAGA KERJA PEMBIAYAANTOTAL PEMBIAYAAN
ASET TETAP PENDAPATAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN
Input-Oriented
CRS Sum of Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS with Benchmarks
1 TH_2013 1.00000 1.000 Constant 1.000 TH_2013
2 TH_2014 1.00000 1.000 Constant 0.750 TH_2013 0.250 TH_2017
3 TH_2015 1.00000 1.000 Constant 0.500 TH_2013 0.500 TH_2017
4 TH_2016 1.00000 1.000 Constant 0.250 TH_2013 0.750 TH_2017
5 TH_2017 1.00000 1.000 Constant 1.000 TH_2017
Inputs Outputs
BIAYA OPERASI PEMBIAYAANASSET LIKUID
BEBAN TENAGA KERJA PEMBIAYAANTOTAL PEMBIAYAAN
ASET TETAP PENDAPATAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN
Input-Oriented
CRS Model Target
Efficient Input Target
DMU No. DMU Name BIAYA OPERASI PEMBIAYAAN BEBAN TENAGA KERJA PEMBIAYAAN ASET TETAP
1 TH_2013 343518559.00000 186354900.00000 44684494.00000
2 TH_2014 417603210.00000 220295300.00000 43529669.00000
3 TH_2015 491687861.00000 254235700.00000 42374844.00000
4 TH_2016 565772512.00000 288176100.00000 41220019.00000
5 TH_2017 639857163.00000 322116500.00000 40065194.00000
Efficient Output Target
ASSET LIKUID TOTAL PEMBIAYAAN PENDAPATAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN
1586397946.00000 1231125689.00000 412555462.00000
1882271632.00000 1597221344.00000 517539072.00000
2178145318.00000 1963316999.00000 622522682.00000
2474019004.00000 2329412654.00000 727506292.00000
2769892690.00000 2695508309.00000 832489902.00000
Page 81
70
Efficient Input
Target
DMU No. DMU NameBIAYA OPERASI
PEMBIAYAAN
BEBAN TENAGA
KERJA
PEMBIAYAAN
ASET TETAP
1 TH_2013 1689153800.3 844576900.2 2478376668.5
2 TH_2014 1508372767.0 754186383.5 2579097839.0
3 TH_2015 1833716019.9 916858009.9 2472429996.0
4 TH_2016 1881881879.0 940940939.5 2395184558.0
5 TH_2017 1944133397.7 972066698.8 2579097839.0
Efficient Output
Target
DMU No. DMU Name ASSET LIKUID TOTAL
PEMBIAYAAN
PENDAPATAN
BAGI HASIL
PEMBIAYAAN
1 TH_2013 18709184510.5 4242976862.6 1158499524.5
2 TH_2014 17780970980.0 4072776689.0 1245509585.0
3 TH_2015 19458006163.6 4380815176.0 1147585941.0
4 TH_2016 19637398041.0 4408211648.0 1071489464.0
5 TH_2017 19946802551.2 4464117474.5 1274512938.5
Input-
Oriented
CRS Sum ofOptimal
Lambdas
DMU
No.
DMU
NameEfficiency lambdas RTS
with
Benchmark
1 2013 0.99648 1.003 Decreasing 0.588 DES2010 0.010 DES2014 0.405 DES2016
2 2014 1.00000 1.000 Constant 1.000 DES2014
3 2015 0.99578 1.006 Decreasing 0.216 DES2010 0.446 DES2016 0.344 DES2016
4 2016 1.00000 1.000 Constant 1.000 DES2016
5 2017 1.00000 1.000 Constant 1.000 DES2016
BEBAN TENAGA KERJA PEMBIAYAANTOTAL PEMBIAYAAN
ASET TETAP PENDAPATAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN
Input-Oriented
CRS Model Slacks
Input Slacks Output Slacks
DMU No. DMU Name BIAYA OPERASI PEMBIAYAAN BEBAN TENAGA KERJA PEMBIAYAAN ASET TETAP ASSET LIKUID TOTAL PEMBIAYAAN PENDAPATAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN
4 DES2013 0.00000 0.00000 0.00000 0.00002 2482694.09531 0.00000
5 DES2014 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
6 DES2015 0.00000 0.00000 0.00000 748068340.62735 0.00000 0.00000
7 DES2016 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
8 DES2016 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
Hasil Olah Data BMT Al Munawarah
TAHUN BIAYA OPERASI PEMBIAYAAN
BEBAN TENAGA
KERJA PEMBIAYAAN
ASET TETAP ASSET LIKUID TOTAL
PEMBIAYAAN
PENDAPATAN BAGI HASIL
PEMBIAYAAN
DES2013 1,695,127,323 847,563,662 2,487,141,199 18,709,184,511 4,240,494,169 1,158,499,525
DES2014 1,508,372,767 754,186,384 2,579,097,839 17,780,970,980 4,072,776,689 1,245,509,585
DES2015 1,841,496,128 920,748,064 2,482,920,046 18,709,937,823 4,380,815,176 1,147,585,941
DES2016 1,881,881,879 940,940,940 2,395,184,558 19,637,398,041 4,408,211,648 1,071,489,464
DES2016 1,944,133,398 972,066,699 2,579,097,839 19,946,802,551 4,464,117,475 1,274,512,939
Page 82
71
Inputs Outputs
BIAYA OPERASI PEMBIAYAANASSET LIKUID
BEBAN TENAGA KERJA PEMBIAYAANTOTAL PEMBIAYAAN
ASET TETAP PENDAPATAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN
Input-Oriented
CRS Sum of Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS with Benchmarks
1 TH_2013 0.98177 1.056 Decreasing 0.695 TH_2012 0.361 TH_2014
2 TH_2014 1.00000 1.000 Constant 1.000 TH_2014
3 TH_2015 1.00000 1.000 Constant 1.000 TH_2015
4 TH_2016 1.00000 1.000 Constant 1.000 TH_2016
5 TH_2017 1.00000 1.000 Constant 1.000 TH_2017
Efficient Input
Target
DMU No. DMU NameBIAYA OPERASI
PEMBIAYAAN
BEBAN
TENAGA
KERJA
PEMBIAYAA
ASET TETAP
1 TH_2013 265007740 84898420 116805729
2 TH_2014 346549678 127937000 117552576
3 TH_2015 415281434 165700000 127552576
4 TH_2016 595501054 208800000 127552576
5 TH_2017 595501054 208800000 127552576
Efficient Output
Target
DMU No. DMU Name ASSET LIKUID TOTAL
PEMBIAYAAN
PENDAPATA
N BAGI HASIL
PEMBIAYAA
N 1 TH_2013 2468289781 1568343807 382127949
2 TH_2014 3089987543 1809965554 485594958
3 TH_2015 3470088898 1944965553 654957709
4 TH_2016 3850190253 2080805477 724450802
5 TH_2017 4230291608 1723520869 793943895
Hasil Olah Data BMT Mekar Dakwah
VARIABEL BIAYA
OPERASI PEMBIAYAAN
BEBAN TENAGA
KERJA PEMBIAYAAN
ASET TETAP ASSET LIKUID TOTAL
PEMBIAYAAN
PENDAPATAN BAGI HASIL
PEMBIAYAAN
TH_2013 269,929,363 91,800,000 118,975,000 2,468,289,781 1,527,770,262 366,945,908
TH_2014 346,549,678 127,937,000 117,552,576 3,089,987,543 1,809,965,554 485,594,958
TH_2015 415,281,434 165,700,000 127,552,576 3,470,088,898 1,944,965,553 654,957,709
TH_2016 595,501,054 208,800,000 127,552,576 3,850,190,253 2,080,805,477 724,450,802
TH_2017 595,501,054 208,800,000 127,552,576 4,230,291,608 1,723,520,869 793,943,895
Page 83
72
Inputs Outputs
BIAYA OPERASI PEMBIAYAANASSET LIKUID
BEBAN TENAGA KERJA PEMBIAYAANTOTAL PEMBIAYAAN
ASET TETAP PENDAPATAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN
Input-Oriented
CRS Sum of Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS with Benchmarks
1 TH_2013 0.95072 1.013 Decreasing 1.013 TH_2016
2 TH_2014 0.93562 1.018 Decreasing 1.018 TH_2016
3 TH_2015 0.92111 1.022 Decreasing 1.022 TH_2016
4 TH_2016 1.00000 1.000 Constant 1.000 TH_2016
5 TH_2017 0.90716 1.026 Decreasing 1.026 TH_2016
Efficient Input Target
DMU No. DMU Name BIAYA OPERASI PEMBIAYAAN BEBAN TENAGA KERJA PEMBIAYAAN ASET TETAP
1 TH_2013 105390291822.29900 75460255861.64670 108473350018.11600
2 TH_2014 105847850022.39900 75787871036.19560 108944293498.15400
3 TH_2015 106305408222.49900 76115486210.74440 109415236978.19300
4 TH_2016 104017617222.00000 74477410338.00000 107060519578.00000
5 TH_2017 106762966422.59800 76443101385.29330 109886180458.23100
Efficient Output Target
DMU No. DMU Name ASSET LIKUID TOTAL PEMBIAYAAN PENDAPATAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN
1 TH_2013 366906961253.01500 1128031086579.00000 237002786582.58100
2 TH_2014 368499909577.68700 1132928500417.67000 238031748231.44200
3 TH_2015 370092857902.35800 1137825914256.33000 239060709880.30200
4 TH_2016 362128116279.00000 1113338845063.00000 233915901636.00000
5 TH_2017 371685806227.03000 1142723328095.00000 240089671529.16200
Hasil Olah Data BMT Sidogiri Jakarta
VARIABEL
BIAYA OPERASI PEMBIAYAAN
BEBAN TENAGA KERJA
PEMBIAYAAN ASET TETAP ASSET LIKUID
TOTAL PEMBIAYAA
N
PENDAPATAN BAGI HASIL
PEMBIAYAAN
TH_2013 110,853,195,3
25 83,756,811,643
155,869,666,841
363,392,654,154
1,128,031,086,579
223,157,758,625
TH_2014 113,131,721,3
59 86,849,945,411
172,139,382,595
363,814,166,779
1,132,928,500,418
226,743,806,295
TH_2015 115,410,247,3
93 89,943,079,180
188,409,098,350
364,235,679,404
1,137,825,914,256
230,329,853,966
TH_2016 104,017,617,2
22 74,477,410,338
107,060,519,578
362,128,116,279
1,113,338,845,063
233,915,901,636
TH_2017 117,688,773,4
27 93,036,212,948
204,678,814,104
364,657,192,029
1,142,723,328,095
212,399,615,613
Page 84
73
Input-Oriented
CRS Sum ofOptimal
Lambdas
DMU
No.DMU Name Efficiency lambdas RTS
with
Benchmarks
1 TH_2013 1.00000 1.000 Constant 1.000 TH_2013
2 TH_2014 1.00000 1.000 Constant 1.000 TH_2014
3 TH_2015 1.00000 1.000 Constant 1.000 TH_2015
4 TH_2016 1.00000 1.000 Constant 1.000 TH_2016
5 TH_2017 1.00000 1.000 Constant 0.500 TH_2015 0.500 TH_2016
Hasil Olah Data BMT Bintaro Jakarta
VARIABEL BIAYA OPERASI PEMBIAYAAN
BEBAN TENAGA KERJA
PEMBIAYAAN ASET TETAP
ASSET LIKUID
TOTAL PEMBIAYAAN
PENDAPATAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN
TH_2013 274,666,906 101,287,900 83,929,287 15,065,284 509,156,573 261,986,299
TH_2014 295,121,102 104,014,500 81,129,287 9,501,170 472,956,210 302,485,061
TH_2015 334,362,796 80,353,700 76,916,358 6,204,111 489,511,411 342,466,718
TH_2016 389,752,092 101,161,455 71,147,631 4,314,444 467,278,325 401,542,033
TH_2017 362,057,444 90,757,578 74,031,995 5,259,278 478,394,868 372,004,376
Efficient Input Target
DMU No. DMU Name BIAYA OPERASI PEMBIAYAAN BEBAN TENAGA KERJA PEMBIAYAAN ASET TETAP
4 TH_2013 274666906.00000 101287900.00000 83929287.00000
5 TH_2014 295121102.00000 104014500.00000 81129287.00000
6 TH_2015 334362796.00000 80353700.00000 76916358.00000
7 TH_2016 389752092.00000 101161455.00000 71147631.00000
8 TH_2017 362057444.00000 90757577.50000 74031994.50000
Efficient Output Target
DMU No. DMU Name ASSET LIKUID TOTAL PEMBIAYAAN PENDAPATAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN
4 TH_2013 15065284.00000 509156573.00000 261986299.00000
5 TH_2014 9501170.00000 472956210.00000 302485061.00000
6 TH_2015 6204111.00000 489511411.00000 342466718.00000
7 TH_2016 4314444.00000 467278325.00000 401542033.00000
8 TH_2017 5259277.50000 478394868.00000 372004375.50000