perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI BAWANG MERAH VARIETAS BIMA DI KABUPATEN BREBES yang dipersiapkan dan disusun oleh : Linda Riyanti H 0307010 telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal: 12 Juli 2011 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Tim Penguji Ketua Ir. Suprapto NIP. 19500612 198003 1 001 Anggota I Mei Tri Sundari, SP. M.Si NIP. 19731017 200312 1 002 Anggota II Ir. Sugiharti Mulya H. MP NIP. 19650626 199003 2 001 Surakarta, Juli 2011 Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S NIP. 19560225 198601 1 001
88
Embed
ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR … · Hortikultura Kabupaten Brebes (2010), mayoritas petani di Kabupaten Brebes (80%) dalam melakukan usahatani bawang merah menggunakan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ANALISIS EFISIENSI EKONOMI
PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI
PADA USAHATANI BAWANG MERAH VARIETAS BIMA
DI KABUPATEN BREBES
yang dipersiapkan dan disusun oleh :
Linda Riyanti
H 0307010
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal: 12 Juli 2011
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua
Ir. Suprapto NIP. 19500612 198003 1 001
Anggota I
Mei Tri Sundari, SP. M.Si NIP. 19731017 200312 1 002
Anggota II
Ir. Sugiharti Mulya H. MP NIP. 19650626 199003 2 001
Surakarta, Juli 2011
Mengetahui Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian Dekan
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S NIP. 19560225 198601 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu
komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi
pemenuhan konsumsi nasional, sumber penghasilan petani dan potensinya
sebagai penghasil devisa negara. Rukmana (1994) menjelaskan bahwa bawang
merah termasuk komoditas utama dalam prioritas pengembangan tanaman
sayuran dataran rendah di Indonesia. Bawang merah digunakan sebagai
bumbu dan rempah-rempah. Selain itu, bawang merah juga digunakan sebagai
bahan obat tradisional.
Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008), konsumsi bawang
merah penduduk Indonesia mencapai 4,56 kg/kapita/tahun. Permintaan
bawang merah akan terus meningkat (dengan perkiraan 5% per tahun) seiring
dengan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat karena adanya
pertambahan jumlah penduduk, semakin berkembangnya industri makanan
jadi dan pengembangan pasar ekspor bawang merah. Kebutuhan terhadap
bawang merah yang semakin meningkat merupakan peluang pasar yang
potensial dan dapat menjadi motivasi bagi petani untuk meningkatkan
produksi bawang merah.
Salah satu sentra produksi bawang merah di Indonesia adalah
Kabupaten Brebes. Pada tahun 2009, Kabupaten Brebes memberikan
kontribusi 75,58% terhadap produksi bawang merah Provinsi Jawa Tengah.
Hal tersebut menjadikan bawang merah sebagai komoditas hortikultura yang
merupakan Produk Unggulan Daerah (PUD) Kabupaten Brebes. Adanya
faktor alam yang serasi dengan faktor pertumbuhan tanaman, menjadikan
tanaman bawang merah cocok dibudidayakan di Kabupaten Brebes.
Produksi bawang merah Kabupaten Brebes berasal dari produksi
beberapa varietas bawang merah yang ditanam di Kabupaten Brebes, yaitu
meliputi varietas Bima, Kuning dan varietas bawang merah impor seperti dari
Filipina dan Bangkok. Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Hortikultura Kabupaten Brebes (2010), mayoritas petani di Kabupaten Brebes
(80%) dalam melakukan usahatani bawang merah menggunakan varietas
Bima. Hal ini dikarenakan varietas Bima mempunyai sifat genjah atau umur
panen cepat (50-60 hari setelah tanam) dan tahan penyakit busuk umbi.
Varietas ini cocok ditanam di dataran rendah, sehingga sesuai dengan kondisi
alam kabupaten Brebes. Adapun data luas panen, produksi dan produktivitas
bawang merah Kabupaten Brebes tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah di Kabupaten Brebes Tahun 2006-2010
Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Kw) Produktivitas (Kw/Ha) 2006 18.869,00 1.792.278,00 94,98 2007 23.361,00 2.531.835,00 108,38 2008 26.236,00 3.366.447,00 128,31 2009 2010
24.978,00 32.680,00
3.125.832,00 4.128.128,00
125,14 126,32
Jumlah 126.124,00 14.944.520,00 583,13 Rata-rata 25.224,80 2.988.904,00 116,63
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Brebes Tahun 2010
Data pada Tabel 1, menunjukkan bahwa tingkat produktivitas bawang
merah di Kabupaten Brebes yang berfluktuatif dengan tingkat produktivitas
rata-rata selama tahun 2006-2010 sebesar 116,63 kw/ha atau 11,66 ton/ha.
Namun tingkat produktivitasnya masih dikatakan rendah. Hal ini dikarenakan
menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2002), potensi
tingkat produktivitas bawang merah di Indonesia dapat mencapai lebih dari 20
ton/ha. Tingkat produktivitas bawang merah berkaitan dengan produksi dan
penggunaan faktor-faktor produksi. Penggunaan faktor-faktor produksi dinilai
sangat penting karena mempunyai pengaruh terhadap produksi yang
dihasilkan. Arti pentingnya ditekankan pada kombinasi penggunaan faktor-
faktor produksi karena mendukung tercapainya kondisi produksi yang optimal.
Oleh karena itu, petani dituntut untuk bekerja secara efisien dalam mengelola
usahataninya agar produksi yang diperoleh optimal.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui
hubungan faktor-faktor produksi dengan produksi pada usahatani bawang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
merah varietas Bima di Kabupaten Brebes dan usaha mengkombinasikannya
untuk mencapai produksi yang optimal sekaligus mengetahui tingkat efisiensi
ekonomi penggunaan faktor-faktor produksinya.
B. Perumusan Masalah
Petani di Kabupaten Brebes dalam berusahatani bawang merah
varietas Bima bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Varietas Bima
merupakan varietas yang digunakan sebagian besar petani (80%) di Kabupaten
Brebes. Varietas ini cocok ditanam di dataran rendah, sehingga sangat sesuai
dengan kondisi alam Kabupaten Brebes. Selain itu, varietas Bima mempunyai
umur panen yang cepat (50-60 hari setelah tanam), sehingga diharapkan
dengan menanam varietas Bima maka petani cepat memperoleh hasil
(keuntungan) dari kegiatan usahataninya. Hal tersebut merupakan potensi
yang dapat dikelola seoptimal mungkin sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan petani.
Pada dasarnya usahatani bawang merah varietas Bima tidak berbeda
dengan usahatani bawang merah varietas lainnya, hanya saja untuk
pemanenan produksi bawang merah varietas Bima dapat dilakukan pada usia
50-60 hari setelah tanam. Pada usahatani bawang merah varietas Bima,
besarnya produksi yang dihasilkan berkaitan dengan besarnya faktor-faktor
produksi yang digunakan. Namun, petani dihadapkan pada permasalahan
bagaimana mengkombinasikan faktor-faktor produksinya secara optimal untuk
menghasilkan produksi yang optimal sehingga keuntungan yang diperoleh
maksimal. Hal ini dikarenakan petani dalam melakukan usahataninya
menghadapi keterbatasan berupa keterbatasan pengetahuan. Oleh karena itu,
dalam melakukan usahatani seorang petani harus memperhatikan apakah
penggunaan penggunaan faktor-faktor produksinya optimal, sehingga
keuntungan yang diperoleh maksimal atau dengan kata lain kombinasi
penggunaan faktor-faktor produksinya mencapai efisiensi ekonomi tertinggi.
Faktor produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor
produksi yang digunakan dalam usahatani bawang merah varietas Bima di
Kabupaten Brebes, berupa luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair. Faktor-faktor produksi tersebut
berkaitan langsung dengan produksi bawang merah varietas Bima sehingga
penggunaannya perlu diperhatikan. Penggunaan faktor-faktor produksi yang
digunakan oleh petani juga mempengaruhi biaya yang harus dikeluarkan
dalam usahataninya. Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani
akan mempengaruhi keuntungan yang akan diterima oleh petani.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Berapakah besarnya biaya, penerimaan, pendapatan dan keuntungan
usahatani bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes?
2. Diantara faktor-faktor produksi luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk
urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair, manakah yang
berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima di
Kabupaten Brebes?
3. Apakah petani dalam mengkombinasikan penggunaan faktor-faktor
produksi luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara,
pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas Bima
di Kabupaten Brebes telah mencapai efisiensi ekonomi tertinggi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, pendapatan dan keuntungan
usahatani bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes.
2. Mengetahui pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi luas lahan,
benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan
pestisida cair terhadap produksi bawang merah varietas Bima di
Kabupaten Brebes.
3. Mengetahui tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi
luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk
ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas Bima di
Kabupaten Brebes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan
pengetahuan terutama terkait dengan bahan penelitian. Di samping itu,
penelitian ini dimaksudkan sebagai bahan penyusunan skripsi yang
merupakan salah satu syarat kelengkapan dalam meraih gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi petani, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah
varietas Bima.
3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Brebes, penelitian ini diharapkan
dapat menjadi sumbangan pemikiran atau bahan pertimbangan dalam
menyusun kebijakan di sektor pertanian, khususnya sub sektor tanaman
bahan makanan.
4. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
tambahan informasi dan bahan pertimbangan pada penelitian dengan
masalah yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Usahatani Bawang Merah Varietas Bima
Usahatani merupakan organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal
yang ditujukan untuk produksi di lapangan pertanian. Bentuknya dapat
berupa memelihara ternak atau dengan bercocok tanam (Firdaus, 2008).
Salah satu tanaman yang diusahakan sebagai usahatani adalah bawang
merah yang merupakan tanaman semusim berbentuk rumput dan berakar
serabut. Daunnya memanjang serta berongga seperti pipa. Pangkal
daunnya dapat berubah fungsi menjadi umbi lapis (Sunarjono, 2004).
Salah satu varietas bawang merah yang ditanam di Indonesia
adalah varietas Bima. Varietas ini berasal dari daerah Brebes dan cocok
ditanam di daerah dataran rendah. Varietas Bima mempunyai nama lokal
Bima Curut dan memiliki karakteristik, yaitu tinggi tanaman berkisar
antara 25-44 cm, jumlah anakan antara 7-12, daun tanaman berbentuk
silindris berlubang, warna daun hijau, jumlah daun 14-50 helai, dan umur
panen kurang lebih 60 hari setelah tanam (Pitojo, 2000).
Bawang merah varietas Bima mempunyai susut bobot umbi 22%
dari bobot panen basah. Umbinya berwarna merah muda, berbentuk
lonjong, dan bercincin kecil pada leher cakramnya. Varietas Bima tahan
terhadap penyakit busuk umbi (Botrytis allii), tetapi peka terhadap
penyakit busuk daun (Phytophtora porii) (Rahayu dan Nur, 2004).
Di Indonesia bawang merah dapat ditanam di dataran rendah
sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Ketinggian tempat yang
optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0-
450 di atas permukaan laut. Tanaman bawang merah masih dapat
tumbuh dan berumbi di dataran tinggi, tetapi umur tanamnya menjadi
lebih panjang 0,5-1 bulan dan hasil umbinya lebih rendah
(Sutarya dan Grubben, 1995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Menurut Sunarjono (2004) sebelum bawang merah ditanam, tanah
diolah terlebih dahulu. Pengolahannya dengan cara dicangkul untuk
membuat bedengan dan diberi pupuk, serta dibuat parit-parit yang berguna
untuk drainase dan penampung air untuk siraman. Selanjutnya penanaman
bawang merah dapat dilakukan di atas bedengan.
Pemeliharaan tanaman bawang merah meliputi beberapa kegiatan,
yaitu penyulaman, pengairan, pemupukan, penyiangan (pendangiran),
serta pengendalian hama dan penyakit. Pemanenan bawang merah dapat
dilakukan pada umur 60-90 hari setelah tanam, atau tergantung varietas
dan tujuan penggunaan hasil umbinya. Ciri-ciri umum bawang merah siap
panen, yaitu tanaman telah cukup tua, hampir 60%-90% leher batang
lemas dan daunnya menguning, serta umbi lapis sudah kelihatan penuh
(padat) berisi dan tersembul sebagian di atas tanah (Rukmana, 1994).
2. Biaya, Penerimaan, Pendapatan dan Keuntungan Usahatani
Hernanto (1991) menjelaskan biaya yang dikeluarkan oleh seorang
petani dalam proses produksi serta membawanya menjadi produk disebut
biaya produksi. Pengelompokkan biaya pada usahatani, yaitu:
a. Biaya tetap dan biaya variabel
Biaya tetap (fixed costs): biaya yang penggunaannya tidak habis dalam
satu masa produksi. Tergolong dalam kelompok biaya ini antara lain:
pajak tanah, pajak air, dan penyusutan alat dan bangunan pertanian.
Biaya variabel (variable costs): biaya yang besar kecilnya sangat
tergantung pada skala produksi. Tergolong dalam kelompok biaya ini
antara lain: biaya untuk pupuk, bibit, obat pembasmi hama dan
penyakit, tenaga kerja upahan dan sewa tanah.
b. Biaya tunai dan biaya tidak tunai
Biaya tunai dari biaya tetap berupa air dan pajak tanah, sedangkan
untuk biaya variabel antara lain biaya untuk pemakaian bibit, pupuk,
obat-obatan dan tenaga kerja luar. Biaya tidak tunai (diperhitungkan)
meliputi biaya tetap yaitu biaya tenaga kerja keluarga, sedangkan dari
biaya variabel yaitu jumlah pupuk kandang yang dipakai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
c. Biaya langsung dan biaya tidak langsung
Biaya langsung adalah biaya yang langsung digunakan dalam proses
produksi, sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya penyusutan.
Berdasarkan segi pandang ilmu ekonomi, pengeluaran produsen
untuk biaya produksi dapat dikelompokkan menjadi dua macam biaya,
yaitu biaya produksi eksplisit dan biaya produksi implisit. Biaya produksi
eksplisit adalah biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk faktor-faktor
produksi yang harus dibeli dari pihak luar. Biaya produksi implisit adalah
biaya produksi yang berasal dari penggunaan faktor-faktor produksi yang
dimiliki sendiri oleh produsen tersebut. Biaya eksplisit harus ditambahkan
dengan biaya eksplisit dalam perhitungan keuntungan (Sudarman, 1992).
Biaya eksplisit (explicit cost) adalah biaya yang secara nyata
dikeluarkan oleh petani selama proses produksi. Biaya ini berupa
pengeluaran aktual petani untuk mempekerjakan tenaga kerja luar
keluarga, menyewa atau membeli input yang dibutuhkan dalam usahatani
seperti biaya pembelian sarana produksi. Biaya implisit (implicit cost)
adalah biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan oleh petani selama proses
produksi. Jadi, faktor produksinya merupakan milik petani sendiri dan
digunakan dalam aktivitas produksinya sendiri. Biaya implisit ini dapat
berupa biaya tenaga kerja dalam keluarga (Salvatore, 2005).
Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani adalah
perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini
dapat dituliskan sebagai berikut:
TRi = Yi . Pyi
Keterangan: TRi : total penerimaan
Yi : produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupten Brebes 2009
Berdasarkan data pada Tabel 8, diketahui bahwa penduduk di
Kabupaten Brebes sebagian besar tidak/belum tamat/tidak punya ijasah
sekolah dasar. Meskipun demikian, adapula penduduk yang berpendidikan
tamat akademi atau perguruan tinggi. Kondisi pendidikan di Kecamatan
Wanasari menunjukkan hal yang berbeda, dimana sebagian besar
penduduk tingkat pendidikannya tamat SD/MI dan sebagian kecil
penduduknya tamat akademi atau perguruan tinggi.
Penduduk dengan sumberdaya manusia yang berkualitas sangat
diperlukan dalam menunjang pembangunan daerah di Kabupaten Brebes.
Tingkat pendidikan yang ditempuh masyarakat akan mempengaruhi pola
pikir, daya serap terhadap teknologi yang baru dan kemampuan dalam
mengambil keputusan dalam usahataninya. Oleh karena itu, hal ini akan
berpengaruh juga terhadap tindakan yang akan diambil masyarakat dalam
usahataninya, khususnya usahatani bawang merah varietas Bima.
C. KeadaanPertanian
1. Tata Guna Lahan
Pada tahun 2009 Kabupaten Brebes mempunyai luas lahan total
sebesar 166.296 ha. Secara umum penggunaan lahan yang ada di
Kabupaten Brebes dibagi menjadi dua yaitu penggunaan untuk lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
sawah dan lahan bukan sawah. Tata guna lahan di Kabupaten Brebes dan
Kecamatan Wanasari tahun 2009 disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Tata Guna Lahan di Kabupaten Brebes dan Kecamatan Wanasari Tahun 2009
No. Tata Guna Lahan
Kabupaten Brebes
Kecamatan Wanasari
Luas (Ha)
% Luas (Ha)
%
1. 2.
Lahan Sawah a. Irigasi Teknis b. Irigasi ½ Teknis c. Irigasi Sederhana d. Tadah Hujan Lahan Bukan Sawah a. Bangunan/Pekarangan b. Tegal/Kebun c. Ladang/Tanah Semen-
tara Tidak diusahakan d. Tambak/Kolam e. Hutan Rakyat f. Hutan Negara g. Perkebunan Negara/
Swasta h. Lain-lain
62.703 26.553 10.697 8.837
16.616 103.593 19.250 17.499
279
9.001 5.557
46.708
1.252 4.047
37,71 15,97 6,43 5,31 9,99
62,29 11,58 10,52
0,17 5,41 3,34
28,09
0,75 2,43
3.926,24 2.100,48
849,22 24,00
952,54 3.518,18 1.644,50
66,53
- 1.579,10
- -
- 228,05
52,74 28,22 11,41 0,32
12,80 47,26 22,09 0,89
-
21,21 - -
- 3,06
Jumlah 166.296 100,00 7.444,42 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa sebagian besar lahan di
Kabupaten Brebes merupakan lahan bukan sawah, sedangkan di
Kecamatan Wanasari sebagian besar lahannya merupakan lahan sawah.
Luas lahan sawah yang cukup besar sangat menunjang dalam peningkatan
produksi pertanian, khususnya tanaman bawang merah. Hal ini
dikarenakan, mayoritas petani di Kabupaten Brebes melakukan usahatani
bawang merah di lahan sawah. Hal ini menjadikan bawang merah menjadi
komoditas hortikultura yang merupakan Produk Unggulan Daerah (PUD)
Kabupaten Brebes.
2. Produksi Tanaman Sayuran
Kabupaten Brebes terdiri dari 17 kecamatan yang terbentang dari
wilayah utara (Pantura) ke arah selatan (daerah pegunungan), sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
tanaman sayuran yang dibudidayakan di Kabupaten Brebes sangat
bervariasi. Komoditas unggulan tanaman sayuran Kabupaten Brebes
adalah bawang merah yang dihasilkan dari 11 kecamatan, dan salah
satunya adalah Kecamatan Wanasari. Luas panen dan produksi tanaman
sayuran di Kabupaten Brebes dan Kecamatan Wanasari tahun 2010 dapat
dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Luas Panen dan Produksi Tanaman Sayuran di Kabupaten Brebes dan Kecamatan Wanasari Tahun 2010
Jumlah 13.757.263,29 21,30 9.604.441,33 18,32 Rata-rata 2.751.452,66 4,26 1.920.888,27 3,66
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa besarnya pendapatan
per kapita di Kabupaten Brebes dari tahun 2005-2009 cenderung semakin
meningkat. Rata-rata pendapatan per kapita Kabupaten Brebes dari tahun
2005-2009 adalah sebesar Rp 2.751.452,66 dengan rata-rata pertumbuhan
per kapita 4,26%. Keadaan yang sama juga diperlihatkan di Kecamatan
Wanasari dan rata-rata pendapatan per kapitanya dari tahun 2005-2009
yaitu Rp 1.920.888,27 dengan rata-rata pertumbuhannya 3,66%. Tingkat
pertumbuhan pendapatan per kapita yang semakin meningkat
menunjukkan perkembangan kemakmuran masyarakat Kabupaten Brebes
dan Kecamatan Wanasari. Hal ini menunjukkan dari segi konsumsi berarti
masyarakat mempunyai kesempatan untuk menikmati barang dan jasa
yang lebih banyak atau lebih tinggi kuantitasnya.
2. Sarana Perekonomian
Sarana dan prasarana serta lembaga perekonomian sangat
dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, baik yang
diusahakan oleh pemerintah, swasta, maupun oleh masyarakat setempat.
Sarana perekonomian di Kabupaten Brebes dan Kecamatan Wanasari
dapat dilihat pada Tabel 12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel 12. Sarana Perekonomian di Kabupaten Brebes dan Kecamatan Wanasari Tahun 2009
No. Sarana Kabupaten
Brebes Kecamatan Wanasari
1. 2. 3. 4.
5. 7.
KUD (Koperasi Unit Desa) Koperasi Non KUD Badan Perkreditan Pasar a. Umum b. Ikan c. Hewan Toko/Kios/Warung Penggilingan Padi
26 297
70 8 5
10.483 806
5 20
4 1 -
482 46
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes Tahun 2009
Keberadaan sarana perekonomian di Kabupaten Brebes dan
Kecamatan Wanasari membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
ekonominya, khususnya untuk kelancaran usahatani. Petani dapat membeli
berbagai keperluan usahataninya seperti sarana produksi dan peralatan
pertanian di KUD, toko/kios/warung ataupun di pasar. Keberadaan pasar
dan KUD juga dapat berfungsi sebagai tempat jual beli produk hasil
usahatani yang dilakukan oleh petani. Keberadaan penggilingan padi
sebagai penyedia jasa untuk menggiling padi hasil panen petani. Peran
yang lebih penting diberikan KUD dan koperasi non KUD yaitu
memberikan pinjaman modal kepada para petani sebagai tambahan modal
untuk melakukan usahatani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Budidaya Tanaman Bawang Merah Varietas Bima
Tanaman bawang merah yang diusahakan petani di Kabupaten Brebes
dilakukan pada Januari sampai dengan Desember atau dengan kata lain
dilakukan sepanjang tahun. Di Kabupaten Brebes terdapat beberapa varietas
bawang merah yang diusahakan, namun varietas Bima merupakan varietas
yang paling banyak diusahakan oleh petani, karena varietas ini mempunyai
sifat genjah atau umur panennya cepat, yaitu antara 50-60 hari setelah tanam.
Penanaman bawang merah varietas Bima dilakukan dilahan sawah
secara monokultur. Teknik budidaya bawang merah varietas Bima, pada
dasarnya sama dengan budidaya tanaman bawang merah pada umumnya.
Teknik budidaya tanaman bawang merah varietas Bima yang dilakukan oleh
petani di daerah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menciptakan lapisan tanah
yang gembur dan cocok untuk pertumbuhan tanaman bawang merah.
Pengolahan tanah dilakukan sekitar 3-4 minggu sebelum tanam dan
dimulai dengan pembongkaran atau pembersihan sisa-sisa tanaman yang
ditanam musim tanam sebelumnya. Pengolahan tanah pada budidaya
bawang merah terdiri dari beberapa kali pengolahan. Pengolahan pertama
adalah pemetakan tanah (membuat suwatan) dengan menggunakan
dlampeng (alat untuk menentukan letak parit dan bedengan). Selanjutnya
membuat parit sedalam 50-60 cm dan lebar 50 cm, dengan cara dicangkul
dan tanah galian dihamparkan di atas bedengan (ungkap I) yang berukuran
sekitar 1-2 m dan panjangnya menyesuaikan panjang lahan. Selanjutnya
parit diisi dengan air dan dibiarkan selama 1 minggu agar tanah di atas
bedengan menjadi kering.
Pengolahan tanah kedua adalah mencangkul tanah di atas
bedengan, diratakan dan digemburkan, sehingga tanah menjadi remah.
Selanjutnya parit dicangkul kembali dan tanah galian dihamparkan ke atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
bedengan lagi (ungkap II). Hal ini dilakukan untuk pembentukan guludan
di atas bedengan sebagai media tanam bawang merah dengan tinggi sekitar
20 cm dari permukaan air yang ada di parit. Kemudian tanah didiamkan
kembali sekitar 1 minggu agar tanah menjadi kering.
Pengolahan tanah ketiga adalah tanah di atas bedengan dicangkul
kembali (cocrok) agar lebih remah dan diratakan, serta ditambahkan
dengan pupuk dasar dan disemprot dengan herbisida. Pupuk dasar yang
digunakan adalah pupuk kompos (1.111,11 kg/ha) dan pupuk KCL (43,80
kg/ha), sedangkan herbisida yang digunakan adalah herbisida kontak pra
tumbuh dengan merk dagang Goal 240 EC dan dosisnya 3,53 liter/ha.
Selanjutnya tepi guludan dipadatkan dengan lumpur yang diambil dari
dalam parit, tujuannya agar tidak mudah longsor.
2. Penanaman
Jarak tanam yang digunakan untuk menanam bawang merah
varietas Bima adalah 10 x 15 cm dengan penggunaan benih 1.633,74
kg/ha. Penanaman bawang merah varietas Bima berasal dari benih yang
kemudian dipotong ujung umbinya (perompesan). Perompesan dilakukan
1-2 hari sebelum tanam dengan tujuan untuk memecahkan masa dormansi
dan mempercepat proses keluarnya tunas secara serempak. Penanaman
benih dilakukan dengan cara gerakan memutar sekrup sampai ujung umbi
sama dengan permukaan tanah dan posisi umbi menghadap ke atas. Setiap
lubang tanaman dengan satu benih.
3. Pemeliharaan tanaman
a. Pemupukan
Pupuk yang digunakan untuk budidaya bawang merah varietas
Bima adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk anorganik
yang digunakan terdiri dari pupuk urea, pupuk ZA, pupuk NPK
Mutiara, pupuk Kamas dan pupuk KCL. Pupuk organiknya berupa
pupuk kompos. Pupuk kompos dan pupuk KCL digunakan sebagai
pupuk dasar dan diberikan saat pengolahan tanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Pemberian pupuk urea (197,86 kg/ha), pupuk ZA (202,14
kg/ha), pupuk NPK Mutiara (114,53 kg/ha) dan pupuk Kamas (88,68
kg/ha) dilakukan dengan cara mencampur semua pupuk tersebut,
kemudian ditebarkan di atas bedengan. Kombinasi penggunaan
pupuknya untuk setiap kali pemupukan yaitu 1/3 urea + 1/3 ZA + 1/3
NPK Mutiara + 1/3 Kamas. Namun, kombinasi tersebut dapat berubah
sesuai dengan intensitas pemupukannya.
Intensitas pemupukan tergantung pada musim, dimana pada
musim penghujan intensitas pemupukannya lebih banyak daripada
pada musim kemarau. Namun, pada umumnya petani melakukan
pemupukan 3-4 kali dalam satu musim tanam. Aplikasi pupuk pertama
dilakukan ketika tanaman berumur 7 hari setelah tanam. Aplikasi
kedua pada umur 14-20 hari setelah tanam dan aplikasi selanjutnya
pada umur 30-40 hari setelah tanam.
b. Penyiraman
Penyiraman tanaman bawang merah varietas Bima dilakukan
secara teratur sampai tanaman membentuk umbi yang cukup tua atau
tanaman berumur 50 hari setelah tanam. Penyiraman pertama
dilakukan tepat setelah penanaman, selanjutnya dilakukan sesuai
kebutuhan. Apabila cuaca kering atau pada musim kemarau,
penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari. Pada
musim penghujan penyiraman dilakukan setiap 2 hari sekali dengan
tujuan untuk membilas daun tanaman dari percikan tanah yang
menempel pada daun.
c. Penyiangan dan pembumbunan (malem)
Penyiangan merupakan pencabutan gulma yang berada
disekitar tanaman. Penyiangan dapat dilakukan 2 kali selama
pertumbuhan tanaman atau disesuaikan dengan kebutuhan.
Pembumbunan dilakukan untuk memperbaiki bedengan yang rusak
dan mengurangi kehilangan pupuk saat penyiraman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
d. Pengendalian organisme penganggu tanaman
Pengendalian organisme penganggu tanaman (OPT) baik
berupa hama maupun penyakit dilakukan dengan penyemprotan
beberapa jenis pestisida yang berupa insektisida (6,27 liter/ha) dan
fungisida (9,28 kg/ha). Aplikasinya dengan mencampur insektisida dan
fungisida kemudian ditambahkan perata (3,28 liter/ha) dan air.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam alat sprayer dan disemprotkan.
Penyemprotan pestisida pada dasarnya dilakukan dengan tepat
jenis, tepat cara, tepat dosis, tepat sasaran dan tepat waktu, sehingga
penyemprotan disesuaikan dengan kondisi tanaman. Namun, petani
bawang merah varietas Bima melakukan penyemprotan secara rutin
(tanpa mempertimbangkan ada tidaknya hama atau penyakit yang
menyerang tanaman) yaitu sekitar 3-4 hari sekali. Penyemprotan
pertama dilakukan setelah tanaman berumur satu minggu dan
selanjutnya disesuaikan intervalnya. Meskipun demikian, adapula
petani yang hanya melakukan penyemprotan apabila terdapat serangan
hama atau penyakit.
Pengendalian hama atau penyakit juga dilakukan secara
mekanik, yaitu dengan membuang telur hama dan ulat, membuang
daun yang sakit atau yang sudah terinfeksi oleh hama atau penyakit.
Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah
varietas Bima adalah ulat grayak (Spodoptera litura), busuk daun
(Phytophtora porii), layu (Fusarium) dan otomatis (Colletotrichum).
4. Panen dan pasca panen
a. Panen
Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut tanaman pada
bagian daun, sehingga umbi tidak rusak. Kriteria tanaman bawang
merah varietas Bima yang sudah dapat dipanen adalah sebagai berikut:
1) Daun mulai menguning mencapai 20-80% dari bagian daun
tanaman dan bagian atas mulai rebah.
2) Sebagian besar umbi tersembul di atas permukaan tanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
3) Umur tanaman sudah mencapai 50-60 hari setelah tanam.
b. Pasca panen
Bawang merah varietas Bima yang sudah dipanen kemudian
diikat pada daunnya agar mempermudah penanganan. Setiap ikatan
beratnya kurang lebih 2-3 kg. Selanjutnya dilakukan proses
penjemuran dengan cara umbi bawang merah dijemur dibawah terik
matahari dan dihamparkan di atas tikar atau anyaman bambu.
Penjemuran bertujuan untuk menghilangkan kandungan air yang
tersimpan dan agar warna kulit umbi bawang merah menjadi lebih
merah dan mengkilat. Penjemuran dilakukan dengan dua tahap selama
10-14 hari (tergantung cuaca). Tahap I yaitu pelayuan yang dilakukan
selama 4-5 hari dengan tujuan menghilangkan kandungan air yang
tersimpan pada kulit luar dan leher batang. Selama pelayuan akan
terbentuk lapisan epidermis sehingga dapat menutupi permukaan kulit
umbi dari luka atau goresan yang terjadi selama pengangkutan. Pada
hari terakhir tahap pelayuan, bawang merah dibersihkan dari tanah atau
kotoran yang masih menempel pada umbi dan akarnya dibersihkan.
Tahap II adalah pengeringan dengan cara dijemur dibawah
sinar matahari dan dilakukan pembalikan 2-3 hari sekali. Pengeringan
dihentikan pada saat bobot panen basah bawang merah berkurang 22%
yang ditandai dengan kulit bawang merah sudah mengkilat dan apabila
digesek-gesekkan antara yang satu dengan yang lainnya akan terdengar
suara gemerisik. Bawang merah varietas Bima yang sudah dikeringkan
dapat langsung dijual dan dapat pula disimpan dengan cara digantung
di para-para.
B. Identitas Petani Sampel
Identitas petani sampel merupakan suatu gambaran tentang latar
belakang petani beserta pengalamannya dalam berusahatani. Identitas petani
sampel dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu meliputi umur petani, tingkat
pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang aktif
dalam usahatani dan pengalaman petani. Identitas petani sampel usahatani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
bawang merah varietas Bima musim tanam Oktober-Desember 2010 di
Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Identitas Petani Sampel Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Musim Tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes
No. Uraian Keterangan 1. 2. 3.
4. 5.
6.
Jumlah petani sampel (orang) Rata-rata umur (th) Pendidikan a. SD (orang) b. SLTP (orang) c. SLTA (orang) d. Perguruan Tinggi (orang) Rata-rata jumlah anggota keluarga (orang) Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif di usahatani (orang) Rata-rata pengalaman usahatani bawang merah varietas Bima (th)
30,00 48,00
12,00 8,00 9,00 1,00 4,00
2,00
18,00
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 6, Halaman 97)
Pada penelitian ini, jumlah petani sampel adalah 30 petani.
Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa rata-rata umur petani bawang merah
varietas Bima berusia 48 tahun. Usia tersebut merupakan usia produktif,
dimana petani lebih berpikir rasional dan berpotensi untuk mendukung
kegiatan usahataninya. Tingkat pendidikan formal petani sampel terdiri dari
SD 12 orang petani, SLTP 8 petani dan SLTA 9 petani, serta 1 petani dengan
tingkat pendidikan perguruan tinggi. Petani juga mendapatkan pendidikan
informal berupa penyuluhan yang diadakan Petugas Penyuluh Lapangan
Kabupaten Brebes sehingga menjadi tambahan pengetahuan maupun
informasi bagi petani terkait usahataninya.
Profil keluarga petani sampel merupakan penduduk asli yang telah
lama berdomisili di Kabupaten Brebes dan pada umumnya merupakan petani
yang sudah berkeluarga. Rata-rata pengalaman usahataninya selama 18 tahun,
yang menunjukkan petani mempunyai kemampuan mengelola usahataninya.
Rata-rata jumlah anggota keluarga petani bawang merah varietas Bima adalah
4 orang dan pada umumnya yang terlibat dalam proses usahatani hanya kepala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
keluarga dan istri sehingga sebagian besar petani menggunakan tambahan
tenaga kerja luar.
C. Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Bawang Merah Varietas
Bima
Produksi bawang merah varietas Bima merupakan hasil dari kombinasi
berbagai macam faktor produksi yang digunakan petani. Macam dan jumlah
faktor produksi yang digunakan dalam usahatani akan menentukan produksi
yang diperoleh, oleh karena itu kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi
harus efisien untuk memperoleh keuntungan maksimal. Adapun faktor-faktor
produksi yang dimaksud adalah lahan, benih, tenaga kerja, pupuk, pestisida
dan perata. Rinciannya adalah sebagai berikut:
1. Lahan
Faktor produksi lahan merupakan faktor produksi yang sangat
penting dalam usahatani, karena lahan merupakan tempat untuk menanam
tanaman yang akan diusahakan, dengan kata lain lahan merupakan pabrik
untuk menghasilkan produksi tanaman. Penggunaan luas lahan untuk
setiap petani bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes cukup
beragam, yaitu antara 0,27 ha hingga 1,50 ha. Rata-rata luas lahan garapan
usahatani bawang merah varietas Bima adalah sebesar 0,78 ha.
2. Sarana Produksi
Benih, pupuk, pestisida dan perata merupakan sarana produksi
yang digunakan dalam usahatani bawang merah varietas Bima. Rata-rata
penggunaan sarana produksi usahatani bawang merah varietas Bima
musim tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes dapat dilihat
pada Tabel 14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 14. Rata-Rata Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Musim Tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes
No. Uraian Per Usahatani Per Hektar 1. 2.
3.
4.
Benih (kg) Pupuk: b. Pupuk Urea (kg) c. Pupuk NPK Mutiara (kg) d. Pupuk ZA (kg) e. Pupuk Kamas (kg) f. Pupuk KCL g. Pupuk Kompos (kg) Pestisida: a. Fungisida (kg) b. Insektisida (ltr) c. Herbisida (ltr) Perata
1.323,33
154,33 89,33
157,67 69,17 34,17
866,67
7,24 4,89 2,75 2,57
1.633,74
197,86 114,53 202,14 88,68 43,80
1.111,11
9,28 6,27 3,53 3,29
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 7, Halaman 98)
Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa rata-rata penggunaan benih
oleh petani adalah 1.323,33 kg/UT atau 1.633,74 kg/Ha. Penggunaan
pupuk pada usahatani bawang merah varietas Bima sangat beragam, baik
berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pupuk organik yang
digunakan adalah pupuk kompos, sedangkan pupuk anorganik yang
digunakan terdiri dari 5 macam, yaitu pupuk urea, pupuk NPK Mutiara,
pupuk ZA, pupuk Kamas, dan pupuk KCL. Penggunaan pupuk tersebut
dimaksudkan untuk menambah kandungan hara dalam tanah.
Penggunaan pupuk anorganik dengan jumlah terbanyak adalah
pupuk ZA (157,67 kg/UT atau 202,14 kg/Ha). Hal ini dikarenakan pupuk
tersebut mengandung dua unsur yang penting bagi tanaman bawang merah
varietas Bima, yaitu 21% nitrogen dan 23% sulfat. Nitrogen berfungsi
untuk mempercepat pertumbuhan tanaman, menambah tinggi tanaman,
dan merangsang pertunasan, sedangkan sulfat memegang peranan penting
dalam metabolisme tanaman yang berhubungan dengan parameter penentu
kualitas, yaitu ketajaman aroma bawang merah.
Pestisida yang digunakan pada usahatani bawang merah varietas
Bima terdiri dari 3 macam, yaitu fungisida, insektisida dan herbisida.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Fungisida digunakan untuk membantu petani memberantas cendawan
penyebab penyakit dan Insektisida digunakan untuk memberantas hama.
Fungisida yang digunakan oleh petani adalah merk dagang Antracol 70
WP dan Dhitane M-45 80 WP. Rata-rata penggunaan fungisida pada
usahatani bawah merah varietas Bima yaitu sebanyak 7,24 kg/UT atau
9,28 kg/Ha. Insektisida yang digunakan oleh petani adalah dengan merk
dagang Prevaton 50 SC, Decis 25EC dan Hostathion 40EC. Rata-rata
penggunaan insektisidanya yaitu sebanyak 4,89 liter/UT atau 6,27 liter/Ha.
Herbisida digunakan untuk memberantas gulma yang berada di
areal tanaman. Rata-rata penggunaan herbisida, yaitu 2,75 liter/UT atau
3,53 liter/Ha. Herbisida yang digunakan oleh petani adalah herbisida
dengan merk dagang Goal 240 EC yang merupakan herbisida kontak pra
tumbuh. Oleh karena itu, aplikasi herbisida dilakukan pada saat pra tanam,
yaitu pada saat pengolahan tanah dengan harapan pada saat musim tanam
tidak terdapat gulma yang tumbuh di lahan kecuali tanaman bawang merah
varietas Bima.
Aplikasi insektisida dilakukan secara bersamaan dengan fungisida
dengan cara mencampurnya dan ditambahkan perata. Perata digunakan
sebagai bahan tambahan agar fungisida dan pestisida dapat tercampur
secara merata. Rata-rata penggunaan perata pada usahatani bawang merah
varietas Bima adalah 2,57 liter/UT atau 3,29 liter/Ha dengan merk dagang
Besmor 200 AS. Penyemprotan insektisida dan fungisida dilakukan secara
rutin, artinya tanpa mempertimbangkan ada tidaknya hama penyakit yang
menyerang tanaman.
3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu
diperhitungkan dalam proses produksi. Setiap proses produksi diperlukan
tenaga kerja yang cukup memadai. Rata-rata penggunaan tenaga kerja
usahatani bawang merah varietas Bima musim tanam Oktober-Desember
2010 di Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Tabel 15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 15. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Musim Tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes
No. Uraian TKHD (HKP) TKHL (HKP) Jumlah (HKP)
Per UT
Per Ha
Per UT
Per Ha
Per UT
Per Ha
1.
2.
TK Harian untuk: a. Pengolahan tanah b. Perompesan c. Penanaman d. Pemupukan e. Penyiangan dan
Pembubunan f. Pengendalian OPT g. Pemanenan h. Pengangkutan i. Penjemuran TK Borongan untuk: a. Pengolahan tanah I b. Pengolahan tanah II c. Penyiraman
2,90 0,39 0,67 3,63
1,06
10,33 0,82 0,10
13,78
- - -
3,72 0,50 0,85 4,65
1,36
13,25 1,04 0,13
17,66
- - -
34,51
7,17 26,31 16,60
34,16 28,63 35,08
8,77 75,75
- - -
44,25
9,19 33,73 21,28
43,79 36,71 44,98 11,24 97,12
- - -
37,41
7,56 26,97 20,23
35,22 38,97 35,90
8,87 89,53
88,00 85,67 72,06
47,97
9,68 34,58 25,93
45,16 49,96 46,02 11,37
114,78
112,82 109,83 92,38
Jumlah 33,67 43,17 266,98 342,28 546,37 700,48
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 8, Halaman 100) Keterangan: TKHD : Tenaga Kerja Harian Dalam TKHL : Tenaga Kerja Harian Luar HKP : Hari Kerja Pria UT : Usahatani
Berdasarkan Tabel 15, rata-rata penggunaan tenaga kerja pada
usahatani bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes adalah
546,37 HKP/UT atau 700,48 HKP/Ha. Jumlah penggunaan tenaga kerja
tersebut terdiri dari tenaga kerja harian dalam 33,67 HKP/UT atau 43,17
HKP/Ha, tenaga kerja harian luar 266,98 HKP/UT atau 342,28 HKP/Ha,
dan tenaga kerja borongan 245,72 HKP/UT atau 315,03 HKP/Ha. Rata-
rata penggunaan tenaga kerja yang terbesar adalah pada pengolahan tanah.
Tenaga kerja untuk pengolahan tanah terdiri dari tenaga kerja harian dan
tenaga kerja borongan. Tenaga kerja borongan adalah tenaga kerja yang
dibayar berdasarkan luas lahan, kemudian untuk menentukan jumlah HKP-
nya dengan cara jumlah yang dibayar oleh petani dibagi dengan upah
harian untuk setiap HKP. Tenaga kerja borongan digunakan pada
pengolahan tanah ungkap I, yaitu sebanyak 88,00 HKP/UT atau 112,82
HKP/Ha dan ungkap II sebanyak 85,67 HKP/UT atau 109,83 HKP/Ha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tenaga kerja harian digunakan pada pengolahan tanah cocrok dan besar
penggunaannya untuk tenaga kerja harian dalam 2,90 HKP/UT atau 3,72
HKP/Ha dan tenaga kerja harian luar 34,51 HKP/UT atau 44,25 HKP/Ha.
D. Analisis Biaya, Penerimaan, Pendapatan dan Keuntungan Usahatani
Bawang Merah Varietas Bima
1. Biaya Usahatani Bawang Merah Varietas Bima
Biaya dikeluarkan untuk membeli faktor-faktor produksi yang
dibutuhkan pada usahatani bawang merah varietas Bima. Pada penelitian
ini, konsep biaya yang digunakan adalah biaya eksplisit dan biaya implisit.
Biaya eksplisit merupakan biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani
selama usahatani. Adapun rata-rata biaya eksplisit usahatani bawang
merah varietas Bima musim tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten
Brebes dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Rata-Rata Biaya Eksplisit Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Musim Tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes
No. Uraian Per Usahatani Per Hektar Rp % Rp %
1. Pupuk: a. Urea b. NPK Mutiara c. ZA d. Kamas e. KCL f. Kompos Jumlah biaya pupuk:
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 13, Halaman 106)
E. Analisis Fungsi Produksi Usahatani Bawang Merah Varietas Bima
Analisis fungsi produksi menunjukkan hubungan antara produksi
dengan faktor-faktor produksi yang digunakan pada usahatani bawang merah
varietas Bima. Faktor-faktor produksi yang dimaksud adalah luas lahan (X1),
benih (X2), tenaga kerja (X3), pupuk urea (X4), pupuk NPK Mutiara (X5),
pupuk ZA (X6) dan pestisida cair (X7). Adapun model pendugaan fungsi
produksi bawang merah varietas Bima adalah sebagai berikut:
Y = 74,473. X10,215. X2
0,314. X30,247. X4
-0,114. X50,164. X6
0,002. X70,278
Berdasarkan persamaan fungsi produksi bawang merah varietas Bima,
diketahui jumlah koefisien regresinya sebesar 1,054. Angka ini menunjukkan
nilai return to scale yang besarnya lebih dari 1 sehingga usahatani bawang
merah varietas Bima berada pada kondisi increasing return to scale. Artinya,
proses produksi usahatani bawang merah varietas Bima berada pada tahap
produksi dengan skala yang semakin meningkat atau proporsi kenaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
penggunaan faktor-faktor produksi memberikan proporsi kenaikan produksi
yang lebih besar.
Pengujian terhadap persamaan fungsi produksi bawang merah varietas
Bima dilakukan dengan uji statistik dan uji asumsi klasik. Pengujian model
meliputi uji adjusted R2, uji F, uji t dan uji standar koefisien regresi,
sedangkan uji asumsi klasik meliputi uji multikolinieritas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
1. Pengujian Model
a. Uji adjusted R2 (Rn2)
Adjusted R2 merupakan R2 yang disesuaikan dengan besarnya
derajat kebebasan (df) akibat jumlah variabel bebas yang dimasukkan
ke dalam model regresi. Adjusted R2 merupakan uji ketepatan model
sebagai suatu ukuran yang menunjukkan besarnya sumbangan dari
variabel independent terhadap variabel dependent, atau dengan kata
lain menunjukkan variasi Y yang dijelaskan oleh variasi X. Pada
penelitian ini terdapat tujuh variabel bebas yang dimasukkan ke dalam
model, sehingga derajat kebebasannya (df) sebesar 22. Berdasarkan
hasil analisis diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,911 atau 91,10%.
Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 91,10% variasi produksi bawang
merah varietas Bima dapat dijelaskan oleh variasi faktor produksi luas
lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA
dan pestisida cair, sedangkan 8,90% sisanya dijelaskan oleh variabel
lain di luar model. Variabel lain ini dapat berupa keadaan tanah,
keadaan cuaca, pengalaman usahatani dan penggunaan faktor produksi
lain seperti pupuk Kamas, pupuk KCL dan pupuk kompos.
b. Uji serentak (uji F)
Pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi secara bersama-
sama terhadap produksi bawang merah varietas Bima diketahui dengan
uji F. Analisis varians penggunaan faktor yang mempengaruhi
produksi bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes, dapat
dilihat pada Tabel 22.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 22. Analisis Varians Penggunaan Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah Varietas Bima di Kabupaten Brebes
Model Jumlah Kuadrat df
Kuadrat Tengah Fhitumg
Ftabel (α:0,05)
1 Regression Residual
1,575 0,114
7 22
0,225 0,005
43,340**
2,46
Total 1,689 29
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 15, Halaman 108) Keterangan : **) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%
Berdasarkan Tabel 22, diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar
43,340, sedangkan Ftabel sebesar 2,46 pada tingkat kepercayaan 95%.
Hal ini berarti nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (Ha diterima). Dengan
demikian, faktor-faktor produksi yang berupa luas lahan, benih, tenaga
kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi bawang
merah varietas Bima di Kabupaten Brebes.
c. Uji individual (uji t)
Pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produksi
bawang merah varietas Bima diketahui dengan uji t. Hasil uji
individual faktor-faktor produksi bawang merah varietas Bima di
Kabupaten Brebes, dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Analisis Uji Individual Faktor-Faktor Produksi Bawang Merah Varietas Bima di Kabupaten Brebes
No. Variabel Koefisien Regresi t hitung
t tabel (α:0,05)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Luas Lahan Benih Tenaga Kerja Pupuk Urea Pupuk NPK Mutiara Pupuk ZA Pestisida Cair
0,215 0,314 0,247
-0,114 0,164 0,002 0,278
2,106**
3,753** 2,208**
-1,599ns
1,750ns
0,022ns
3,811**
2,074 2,074 2,074 2,074 2,074 2,074 2,074
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 15, Halaman 108) Keterangan : **) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% ns) : tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan
95%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Hasil uji t menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95%,
faktor produksi berupa luas lahan, benih, tenaga kerja dan pestisida
cair berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima
(Ha diterima). Apabila dilihat dari koefisien regresinya, maka faktor-
faktor produksi tersebut mempunyai elastisitas produksi yang positif.
Dengan demikian, setiap peningkatan penggunaan faktor produksi
berupa luas lahan, benih, tenaga kerja dan pestisida cair, akan
meningkatkan produksi bawang merah varietas Bima.
Faktor produksi lainnya, yaitu pupuk urea, pupuk NPK Mutiara
dan pupuk ZA pada tingkat kepercayaan 95% tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi bawang merah varietas Bima. Hal ini berarti nilai
elastisitas produksi faktor produksi tersebut sama dengan nol (Ho
diterima), sehingga produk fisik marginalnya (PFM) sama dengan nol.
Hal ini menunjukkan penggunaan faktor produksi berupa pupuk urea,
pupuk NPK Mutiara dan pupuk ZA pada usahatani bawang merah
varietas Bima telah mencapai tahap Levelling off (titik jenuh). Pada
tahap ini tidak terjadi peningkatan ataupun penurunan produksi,
sehingga terjadi stagnasi produksi bawang merah varietas Bima.
d. Uji standar koefisien regresi (beta coefficient)
Uji standard koefisien regresi digunakan untuk mengetahui
faktor produksi yang paling berpengaruh terhadap produksi bawang
merah varietas Bima. Peringkat nilai standar koefisien regresi (beta
coefficient) faktor-faktor produksi usahatani bawang merah varietas
Bima di Kabupaten Brebes, dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Peringkat Nilai Standar Koefisien Regresi (Beta Coefficient) Faktor-Faktor Produksi Usahatani Bawang Merah Varietas Bima di Kabupaten Brebes
No. Faktor Produksi Beta Coefficient (bi*) Peringkat 1. 2. 3. 4.
Luas Lahan (X1) Benih (X2) Tenaga kerja (X3) Pestisida cair (X7)
0,217 0,313 0,218 0,312
4 1 3 2
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 15, Halaman 108)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Berdasarkan Tabel 24, dapat diketahui bahwa nilai nilai standar
koefisien regresi (beta coefficient) yang terbesar adalah benih (X2),
yaitu sebesar 0,313, sehingga benih merupakan faktor produksi yang
paling berpengaruh terhadap produksi bawang merah varietas Bima.
Hal tersebut berkaitan dengan ukuran benih bawang merah yang
digunakan, dimana pada jarak tanam yang sama, ukuran benih yang
besar akan memberikan anakan yang lebih banyak. Begitu pula
sebaliknya, ukuran benih yang kecil akan menghasilkan anakan yang
lebih sedikit dibandingkan dengan ukuran benih yang besar. Ukuran
benih bawang merah varietas Bima terdiri dari tiga macam, yaitu benih
besar (5-7,5 gram/benih), benih sedang (2,5-4,0 gram/benih) dan benih
kecil (< 2,5 gram/benih). Dengan demikian, sangat dianjurkan petani
menggunakan benih dengan ukuran yang sedang atau besar.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk memastikan model yang
dihasilkan dari analisis memenuhi kaidah BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator), sehingga tidak terdapat penyimpangan asumsi klasik seperti
multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
a. Uji multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas menggunakan matriks pearson
correlation antar variabel. Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran
15 (halaman 108), menunjukkan bahwa nilai matriks pearson
correlation tidak ada yang lebih dari 0,8. Dengan demikian,
disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas pada model fungsi produksi
bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes.
b. Autokorelasi
Uji autokorelasi menggunakan nilai DW (Durbin Watson).
Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 15 (halaman 108),
menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 2,161. Nilai tersebut terletak
diantara 1,65 < DW < 2,35, sehingga disimpulkan bahwa tidak terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
autokorelasi. Prosedur uji autokorelasi dengan Durbin Watson dapat
dijelaskan dengan gambar berikut.
Gambar 4. Uji autokorelasi dengan Durbin Watson
c. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dengan melihat scatterplot. Berdasarkan
hasil analisis pada Lampiran 15 (halaman 108), terlihat bahwa titik-
titik pada scatterplot tidak membentuk suatu pola tertentu dan
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
F. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada
Usahatani Bawang Merah Varietas Bima
Petani yang rasional dalam proses produksinya mempunyai tujuan
untuk memperoleh keuntungan maksimal. Keuntungan akan maksimal apabila
kombinasi penggunaan faktor-faktor produksinya mencapai tingkat efisiensi
ekonomi tertinggi. Kondisi tersebut tercapai apabila perbandingan antara nilai
produk marginal (NPMxi) dengan harga faktor produksi (Pxi) sama dengan
satu. Berdasarkan faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi
bawang merah varietas Bima, maka analisis efisiensi ekonomi penggunaaan
faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah varietas Bima musim
tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes, disajikan pada Tabel 25.
2,161 2
A- Incon-
clusio
Incon-
clusio
A+
d 2,79 2,35 1,65 1,21 4 0
Tidak ada autokorelasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 25. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Musim Tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes
No. Faktor Produksi NPMxi Pxi NPMxi
Pxi 1. 2. 3. 4.
Luas Lahan (X1) Benih (X2) Tenaga kerja (X3) Pestisida cair (X7)
2.185.3151,28 18.811,81 35.840,92
2.884.839,48
18.720.000 15.000 30.000
918.000
1,167 1,254 1,195 3,143
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 16, Halaman 112)
Berdasarkan Tabel 25 dapat diketahui bahwa perbandingan antara nilai
produk marjinal dengan harga untuk setiap faktor produksi, yaitu:
1Px
NPMx
Px
NPMx
Px
NPMx
Px
NPMx
7
7
3
3
2
2
1
1 ¹¹¹¹
Hal ini berarti penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan, benih,
tenaga kerja dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas Bima di
Kabupaten Brebes tidak efisiensi secara ekonomi tertinggi. Dengan demikian,
hipotesis kedua yang menyatakan bahwa kombinasi penggunaan faktor-faktor
produksi pada usahatani bawang merah varietas Bima belum mencapai
efisiensi ekonomi tertinggi diterima.
G. Analisis Optimalisasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada
Usahatani Bawang Merah Varietas Bima
Hasil analisis efisiensi ekonomi menunjukkan bahwa kombinasi
penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah varietas
Bima belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi. Hal ini mengindikasikan
adanya kendala dalam melakukan usahatani bawang merah varietas Bima.
Oleh karena itu, perlu adanya analisis optimalisasi untuk mengetahui apakah
kombinasi penggunaan faktor-faktor produksinya sudah optimal atau belum.
Kombinasi optimal dicapai apabila perbandingan antara produk fisik marjinal
(PFMxi) dengan harga faktor produksi (Pxi) mempunyai nilai yang sama
untuk semua faktor produksi. Berdasarkan jumlah faktor produksi yang
berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima, maka
analisis optimalisasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
bawang merah varietas Bima musim tanam Oktober-Desember 2010 di
Kabupaten Brebes dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Analisis Optimalisasi Penggunaaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Musim Tanam Oktober-Desember 2010 di Kabupaten Brebes
No. Faktor Produksi PFMxi Pxi PFMxi
Pxi 1. 2. 3. 4.
Luas Lahan (X1) Benih (X2) Tenaga kerja (X3) Pestisida cair (X7)
1821,095940 1,567651 2,986744
240,403290
18.7200.000 15.000 30.000
918.000
0,000097 0,000104 0,000100 0,000262
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 16, Halaman 112)
Berdasarkan Tabel 26, diketahui bahwa perbandingan antara produk
fisik marjinal dengan harga untuk semua faktor produksi mempunyai nilai
yang tidak sama. Dengan demikian:
7
7
3
3
2
2
1
1
Px
PFMx
Px
PFMx
PxPFMx
PxPFMx
¹¹¹
Hal ini berarti kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani
bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes belum optimal, sehingga
hipotesis ketiga diterima. Dengan demikian, yang dapat dilakukan petani
adalah mencapai kondisi optimal.
Kondisi optimal adalah kondisi terbaik yang dapat dicapai sesuai
dengan kemampuan petani untuk menghadapi kendala yang ada. Kondisi
optimal dapat dicapai dengan mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor
produksinya dengan menggunakan pendekatan Least Cost Combination
(LCC). Pada penelitian ini sebagai faktor pembatasnya (constraint) adalah luas
lahan (X1) karena ketersediaannya terbatas dengan rata-rata kepemilikan luas
lahannya 0,78 ha. Analisis penggunaan faktor-faktor produksi kondisi
kenyataan (existing) dan kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 27.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 27. Analisis Rata-Rata Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Kondisi Existing dan Kondisi Optimal dengan Luas Lahan 0,78 ha Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Musim Tanam Oktober-Desember Di Kabupaten Brebes
No. Faktor Produksi Kondisi Existing Kondisi Optimal 1. 2. 3.
Benih (X2) Tenaga Kerja (X3) Pestisida cair (X7)
1.323,33 546,37
7,64
1.421,68 559,16 20,57
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 17, Halaman 113)
Pada kondisi kenyataan (existing) penggunaan faktor-faktor produksi
pada luas lahan 0,78 ha adalah 1.323,33 kg benih, 546,37 HKP tenaga kerja
dan 7,64 liter pestisida cair. Pada kondisi optimal penggunaan faktor-faktor
produksi pada luas lahan 0,78 ha adalah 1.421,68 kg benih, 559,16 HKP
tenaga kerja dan 20,57 liter pestisida cair. Dengan demikian, untuk mencapai
kondisi optimal dilakukan dengan peningkatan penggunaan faktor-faktor
produksi tersebut. Hal ini sejalan dengan analisis efisiensi ekonomi, dimana
nilai perbandingan nilai produk marjinal (NPMxi) dengan harga faktor
produksi (Pxi) untuk faktor produksi benih, tenaga kerja dan pestisida cair
mempunyai nilai lebih dari satu, sehingga penggunaannya perlu ditambah.
Pada kondisi optimal akan didapatkan produksi yang optimal, sehingga
selisih antara biaya dan penerimaan lebih besar dibandingkan dengan kondisi
kenyataan (existing). Hal tersebut dibuktikan dengan mengetahui besarnya
produksi yang dihitung berdasarkan fungsi produksi usahatani bawang merah
varietas Bima. Pada perhitungan disertakan penggunaan faktor produksi pupuk
urea (154,33 kg), pupuk NPK Mutiara (89,33 kg) dan pupuk ZA (157,67 kg),
baik pada kondisi kenyataan (existing) maupun pada kondisi optimal.
Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 18 (halaman 114), maka
produksi pada kondisi kenyataan (existing) sebesar 5.631,99 kg, sehingga
besarnya penerimaan Rp 67.583.929,73 dan biaya yang dikeluarkan untuk
penggunaan faktor-faktor produksi sebesar Rp 47.446.030,50; maka selisih
antara penerimaan dan biaya pada kondisi kenyataan (existing) sebesar
Rp 20.137.899,23. Produksi pada kondisi optimal sebesar 7.629,56 kg,
sehingga besarnya penerimaan Rp 91.554.725,63 dan biaya yang dikeluarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
sebesar Rp 61.174.720,50; maka selisih antara penerimaan dan biaya pada
kondisi optimal sebesar Rp 30.380.005,13. Dengan demikian terbukti bahwa
pada kondisi optimal, selisih antara biaya dan penerimaan lebih besar
dibandingkan pada kondisi kenyataan (existing).
H. Pembahasan
Usahatani bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes,
merupakan usahatani yang dilakukan secara monokultur dilahan sawah.
Varietas Bima sebagai varietas yang banyak digunakan mempunyai
keunggulan, yaitu umur panen yang cepat sekitar 50-60 hari. Hal ini menjadi
alasan utama untuk memilih varietas Bima, karena petani ingin cepat
mendapatkan keuntungan dari usahataninnya. Keuntungan yang didapat dari
suatu usahatani berkaitan dengan produksi yang dihasilkan dan penggunaan
faktor produksi yang berdampak pada besarnya biaya yang dikeluarkan.
1. Biaya, Penerimaan, Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Bawang
Merah Varietas Bima
Macam dan jumlah faktor produksi yang digunakan akan
mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan untuk usahatani. Konsep
biaya yang digunakan untuk analisis usahatani bawang merah varietas
Bima adalah biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit merupakan
biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani selama usahatani bawang
merah varietas Bima. Komponen biaya ini terdiri dari biaya untuk
pembelian pupuk, pestisida, perata, upah tenaga kerja luar dan tenaga kerja
borongan, serta pengeluaran untuk pembayaran bunga modal pinjaman,
pajak tanah, biaya irigasi dan biaya transportasi.
Rata-rata besarnya biaya eksplisit untuk usahatani bawang
merah varietas Bima, yaitu biaya eksplisit yaitu Rp 23.186.082,41/UT/MT
atau Rp 29.725.746,68/Ha/MT. Biaya terbesar dikeluarkan untuk biaya
tenaga kerja. Usahatani ini membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah
banyak, karena jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani
sedikit dan kepemilikan lahan yang cukup luas. Biaya tenaga kerja terdiri
dari biaya untuk tenaga kerja harian luar sebesar Rp 8.009.405,56/UT/MT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
atau Rp 10.268.468,66/Ha/MT dan tenaga kerja borongan sebesar
Rp 7.346.666,67/UT/MT atau Rp 9.418.803,42/Ha/MT. Biaya tenaga kerja
harian luar lebih besar dibandingkan tenaga kerja borongan, karena tenaga
kerja harian luar merupakan tenaga kerja yang dibayar berdasarkan
lamanya bekerja (hari), sedangkan untuk tenaga kerja borongan dibayar
secara langsung dan tanpa memperhitungkan jumlah hari kerja. Rata-rata
upah tenaga kerja harian adalah Rp 30.000,00/HKP, sedangkan tenaga
kerja borongan perhitungannya berdasarkan luas lahan. Rata-rata biaya
untuk tenaga kerja borongan pada pengolahan tanah adalah
Rp 3.333.333,33/Ha.
Biaya implisit digunakan untuk menghitung besarnya biaya yang
pada kenyataannya tidak dikeluarkan oleh petani selama usahatani, karena
faktor produksinya merupakan milik sendiri dan digunakan untuk
usahatani sendiri. Namun, perhitungannya tetap dilakukan untuk
mengetahui besarnya total biaya usahatani bawang merah varietas Bima.
Biaya implisitnya terdiri dari biaya pembelian benih, sewa lahan sendiri,
upah tenaga kerja harian dalam, biaya penyusutan alat dan bunga modal
sendiri. Rata-rata besarnya biaya implisit adalah p 28.600.634,34/UT/MT
atau Rp 36.667.479,92/Ha/MT. Biaya pembelian benih merupakan biaya
terbesar dari biaya implisit. Harganya yang mencapai Rp 15.000,00/kg
membuat petani lebih memilih untuk menyisakan hasil panennya untuk
dijadikan benih. Hal tersebut merupakan salah satu strategi petani untuk
mengurangi besarnya biaya eksplisit. Selain itu, petani juga lebih
mengetahui tentang asal usul benih.
Penjumlahan dari biaya ekplisit dan biaya implisit merupakan total
biaya yang dikeluarkan untuk usahatani bawang merah varietas Bima,
yaitu Rp 51.786.716,74/UT/MT atau Rp 66.393.226,59/Ha/MT. Biaya
tersebut merupakan bentuk pengorbanan yang dikeluarkan petani dalam
usaha untuk menghasilkan produksi bawang merah varietas Bima.
Produksi menjadi penerimaan bagi petani setelah dijual dengan harga yang
berlaku ditingkat produsen. Bawang merah varietas Bima dijual dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
bentuk ikatan yang sudah dijemur selama 10-14 hari (tergantung cuaca)
atau disebut dengan bawang merah berat kering askip dengan harga jual
Rp 12.000,00/Kg.
Penerimaan usahatani bawang merah varietas Bima sebesar
Rp 63.401.200,00/UT/MT atau Rp 81.283.589,74/Ha/MT. Dengan
demikian, penerimaan masih lebih besar dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan oleh petani. Penerimaan dapat langsung diterima oleh petani,
karena hasilnya dibeli langsung oleh pedagang. Namun, penerimaan ini
masih merupakan pendapatan kotor, karena belum dikurangi dengan biaya.
Pada penelitian ini, dilakukan perhitungan pendapatan dan
keuntungan. Pendapatan dihitung dengan cara penerimaan dikurangi biaya
eksplisit. Pendapatannya diartikan sebagai nilai nominal yang diperoleh
petani dari pengeluaran biaya yang hanya secara nyata dikeluarkan oleh
petani untuk usahatani bawang merah varietas Bima. Berdasarkan hasil
perhitungan, rata-rata pendapatan usahatani bawang merah varietas Bima
di Kabupaten Brebes adalah Rp 40.215.117,59/UT/MT atau
Rp 51.557.843,07/Ha/MT. Pendapatan usahatani ini dapat dikatakan
sangat besar, karena besarnya 70,89% dari penerimaan dan 29,11%
merupakan biaya eksplisit. Secara nyata pendapatan petani yang diterima
oleh petani lebih tinggi karena benih yang digunakan berasal dari hasil
panen sendiri, padahal besarnya biaya benih 38,18% dari total biaya
usahatani. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan keuntungan dengan
tujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan riil yang diterima petani.
Perhitungan keuntungan dengan cara penerimaan dikurangi total
biaya (biaya eksplisit ditambah biaya implisit). Berdasarkan perhitungan,
besarnya keuntungan usahatani bawang merah varietas Bima, yaitu
Rp 11.614.483,26/UT/MT atau Rp 14.890.363,15/Ha/MT. Meskipun
demikian, pada dasarnya besarnya keuntungan dan pendapatan yang
diperoleh tergantung pada pengeluaran biaya produksi dan harga jual
bawang merah. Kendalanya ketika harga jual bawang merah mengalami
penurunan, maka dikhawatirkan petani mengalami kerugian. Kenyataanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
petani hanya sebagai price taker, sehingga yang dapat dilakukan adalah
mengontrol besarnya biaya usahatani dengan mengkombinasikan
penggunaan faktor-faktor produksinya seefisien mungkin, sehingga biaya
yang dikeluarkan dapat ditekan serendah mungkin dengan harapan
keuntungan yang diperoleh lebih besar.
2. Hubungan Penggunaan Faktor-Faktor Produksi dengan Produksi Bawang
Merah Varietas Bima
Analisis hubungan faktor-faktor produksi dengan produksi
menggunakan model kepangkatan modifikasi dari fungsi produksi Cobb
Douglas. Faktor produksi yang dimasukkan ke dalam model fungsi
produksi adalah luas lahan (X1), benih (X2), tenaga kerja (X3), pupuk urea
(X4), pupuk NPK Mutiara (X5), pupuk ZA (X6) dan pestisida cair (X7).
Berdasarkan hasil analisis diperoleh model pendugaan fungsi produksi:
Y = 74,473. X10,215. X2
0,314. X30,247. X4
-0,114. X50,164. X6
0,002. X70,278
Berdasarkan persamaan fungsi produksinya dapat diketahui bahwa
return to scale sebesar 1,054. Jadi, usahatani bawang merah varietas Bima
berada pada kondisi increasing return to scale. Artinya, proses produksi
usahatani bawang merah varietas Bima berada pada tahap produksi dengan
skala yang semakin meningkat atau proporsi kenaikan penggunaan faktor-
faktor produksi memberikan proporsi kenaikan produksi yang lebih besar.
Model fungsi produksi di atas didapatkan dari analisis regresi linier
berganda, sehingga untuk memastikan modelnya tidak terdapat
penyimpangan asumsi klasik, maka dilakukan uji asumsi klasik yang
meliputi multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Uji
multikolinieritas menggunakan matriks pearson correlation. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa semua matriks pearson correlation antar
variabel bebas tidak ada yang bernilai lebih dari 0,8. Dengan demikian,
disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.
Pengujian autokorelasi menggunakan nilai DW (Durbin Watson).
Berdasarkan hasil analisis nilai DW sebesar 2,161. Nilai tersebut terletak
diantara 1,65 < DW < 2,35, sehingga disimpulkan tidak terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
autokorelasi. Selanjutnya, untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas menggunakan scatterplot. Berdasarkan scatterplot
diketahui bahwa titik-titiknya tidak membentuk pola tertentu dan
menyebar di atas dan di bawah sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan demikian, berdasarkan uji
asumsi klasik model fungsi produksi usahatani bawang merah varietas
Bima sudah memenuhi kaidah BLUE (Best Linier Unbiased Estimator).
Hubungan antara faktor-faktor produksi dan produksi bawang
merah varietas Bima dapat diketahui dengan melakukan pengujian model
yang meliputi uji adjusted R2, uji F, uji t serta uji standar koefisien regresi.
Uji yang pertama adalah uji adjusted R2 untuk mengetahui ketepatan
model fungsi produksi usahatani bawang merah varietas Bima dengan
mempertimbangkan besarnya derajat kebebasan (df), karena pada
penelitian ini terdapat tujuh variabel yang dimasukkan ke dalam model.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,911 atau
91,10%. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 91,10% variasi produksi
bawang merah varietas Bima dapat dijelaskan oleh variabel luas lahan,
benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan
pestisida cair, sedangkan 8,90% sisanya dijelaskan oleh variabel lain di
luar model. Variabel lain ini dapat berupa keadaan tanah, keadaan cuaca,
pengalaman usahatani dan penggunaan faktor produksi lain seperti pupuk
Kamas, pupuk KCL dan pupuk kompos.
Uji selanjutnya adalah uji F dengan tingkat kepercayaan 95% dan
berdasarkan hasil analisis faktor-faktor produksi yang berupa luas lahan,
benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan
pestisida cair secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi
bawang merah varietas Bima (Ha diterima). Selanjutnya pengujian
pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produksi dilakukan
dengan uji t pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil analisis uji t, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
a. Luas lahan
Berdasarkan hasil analisis, faktor produksi luas lahan
berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima (Ha
diterima). Nilai elastisitas produksi luas lahan dalam fungsi produksi
sebesar 0,215 yang artinya setiap penambahan luas lahan sebesar 1%
akan meningkatkan produksi bawang merah varietas Bima sebesar
0,215% cateris paribus. Hal ini berarti faktor produksi luas lahan
berpengaruh positif terhadap produksi bawang merah varietas Bima.
Lahan merupakan tempat dimana proses produksi usahatani
berlangsung. Pada lahan yang lebih luas akan lebih banyak
menampung benih daripada lahan yang sempit, sehingga semakin
banyak benih yang ditanam maka akan diperoleh produksi yang
semakin tinggi. Akan tetapi, usaha perluasan lahan di Kabupaten
Brebes terkendala dengan ketersediaan lahan yang terbatas karena
adanya kecenderungan berkurangnya lahan pertanian akibat alih fungsi
lahan menjadi pemukiman, tempat industri dan baru-baru ini untuk
pembangunan jalan tol Pejagan-Pemalang yang menghubungkan antara
Jawa Barat dengan Jawa Tengah. Oleh karena itu, usaha untuk
meningkatkan produksinya dengan cara lain, yaitu mengkombinasikan
faktor-faktor produksi yang digunakan secara optimal, sehingga pada
luasan lahan yang ada diperoleh produksi yang optimal.
b. Benih
Hasil analisis menunjukkan, faktor produksi benih berpengaruh
nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima (Ha diterima).
Nilai elasitisitas produksinya sebesar 0,314, yang berarti setiap
penambahan 1% penggunaan benih, maka akan meningkatkan
produksi sebesar 0,314% cateris paribus. Hasil analisis uji standar
koefisien regresi juga menunjukkan bahwa faktor produksi benih
mempunyai pengaruh terbesar terhadap produksi bawang merah
varietas Bima dibandingkan faktor produksi lainnya, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
penambahan faktor produksi ini akan sangat berpengaruh pada
peningkatan produksi bawang merah varietas Bima.
Penambahan benih pada usahatani bawang merah bukan
berarti menambah jumlah benih, namun lebih ditekankan pada ukuran
benih. Hal ini dikarenakan, ukuran benih berpengaruh terhadap hasil
anakan. Benih dengan ukuran besar akan menghasilkan anakan yang
lebih banyak dibandingkan dengan benih yang berukuran kecil.
Ukuran benih bawang merah varietas Bima terdiri dari tiga, yaitu benih
besar (5-7,5 gram/benih), benih sedang (2,5-4,0 gram/benih) dan benih
kecil (< 2,5 gram/benih).
c. Tenaga kerja
Berdasarkan analisis diketahui bahwa faktor produksi tenaga
kerja berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah varietas
Bima (Ha diterima). Faktor produksi tenaga kerja berperan penting
dalam berbagai kegiatan usahatani dan mengalokasikan faktor-faktor
produksi lain (pupuk, pestisida, benih) yang digunakan pada usahatani
bawang merah varietas Bima. Elastisitas produksi tenaga kerja sebesar
0,247, sehingga setiap peningkatan 1% penggunaan tenaga kerja, maka
akan meningkatkan produksi sebesar 0,247% cateris paribus. Hal ini
berarti peningkatan produksi bawang merah dapat ditingkatkan dengan
penambahan tenaga kerja misalnya melalui pemeliharaan tanaman
yang lebih intensif. Meskipun demikian, penambahan tenaga akan
menambah biaya tenaga kerja, karena upah tenaga kerja yang cukup
tinggi, yaitu Rp 30.000,00 per HKP, sehingga dikhawatirkan
keuntungan yang diperoleh petani semakin kecil. Oleh karena itu,
peningkatan tenaga kerja pada usahatani bawang merah varietas Bima
tidak hanya pada penambahan jumlah tenaga kerja (kuantitas),
melainkan juga peningkatan kualitas tenaga kerja yang digunakan.
d. Pupuk
Pemberian pupuk bertujuan untuk menambah unsur hara ke
dalam tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Pupuk yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
dominan digunakan pada usahatani bawang merah varietas Bima di
Kabupaten Brebes adalah pupuk anorganik yang berupa pupuk urea,
pupuk NPK Mutiara dan pupuk ZA. Pupuk urea mengandung 47%
unsur nitrogen, sedangkan pupuk NPK Mutiara mengandung tiga unsur
hara utama yaitu 16% nitrogen, 16% phosphate dan 16% kalium serta
tiga unsur hara tambahan, yaitu 16,5% magnesium, 28,5% calsium dan
2,10% sulfur. Pupuk ZA atau ammonium sulfat mengandung 21%
nitrogen dan 23% sulfat.
Hasil analisis uji t menunjukkan bahwa faktor produksi pupuk
urea, pupuk NPK Mutiara dan pupuk ZA tidak bepengaruh nyata
terhadap produksi bawang merah varietas Bima, sehingga nilai
elastisitas produksinya sama dengan 0 (Ho diterima) dan
mengindikasikan bahwa nilai produk fisik marjinal (PFM) ketiga
pupuk tersebut sama dengan 0. Hal ini berarti penggunaan pupuk urea,
pupuk NPK Mutiara dan pupuk ZA mencapai tahap levelling off (titik
jenuh), sehingga tidak terjadi peningkatan ataupun penurunan
produksi, dengan kata lain terjadi stagnasi produksi usahatani bawang
merah varietas Bima.
Keadaaan levelling off berkaitan pemberian pupuk anorganik
secara intensif dan terus-menerus yang berakibat pada semakin
rendahnya kadar bahan organik tanah (< 2 %) sehingga menyebabkan
pemupukan anorganik tidak berpengaruh terhadap penambahan hara
tanah karena tanah tidak respon terhadap penggunaan pupuk
anorganik. Hal tersebut dikarenakan pada tanah dengan kadar bahan
organik rendah maka Kapasitas Tukar Kation (KTK) rendah, sehingga
apabila diberikan pupuk anorganik maka kation yang berasal dari
pemupukan anorganik tidak dapat diikat koloid tanah. Upaya yang
dapat dilakukan adalah melakukan soil management untuk
mengembalikan kesuburan tanah dengan meningkatkan bahan organik
tanah, dan diikuti dengan pemupukan dengan jenis dan jumlah yang
tepat dan berimbang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Menurut Setyorini (2004) pemupukan berimbang merupakan
pemberian pupuk ke dalam tanah dengan jumlah dan jenis hara yang
sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman untuk
mencapai hasil yang optimal. Penetapan dosis penggunaan pupuk
secara berimbang dapat menggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah
(Paddy Soil Test Kit). Balai Penelitian Tanah (2005) mengembangkan
Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) sebagai alat yang digunakan
untuk mengetahui status hara tanah. Hasil analisisnya dapat digunakan
sebagai kriteria penentuan rekomendasi pemupukan unsur N, P, dan K
spesifik lokasi. Perangkat Uji Tanah Sawah diharapkan mampu
membantu petani yang berkaitan dengan ketepatan pemberian dosis
pupuk N, P, dan K.
e. Pestisida cair
Penggunaan pestisida di Kabupaten Brebes yang berupa
pestisida cair terdiri dari insektisida dan herbisida. Berdasarkan hasil
analisis diketahui bahwa faktor produksi pestisida cair berpengaruh
nyata terhadap produksi bawang merah (Ha diterima). Nilai elastisitas
produksi pestisida cair sebesar 0,278, sehingga setiap penambahan 1%
penggunaan pestisida cair akan meningkatkan produksi sebesar
0,278% cateris paribus. Hal ini berarti penambahan penggunaan
pestisida cair, akan menambah produksi bawang merah varietas Bima.
Pestisida cair mempunyai peranan penting dalam pengendalian
hama. Apabila hama tidak dikendalikan sedini mungkin dan dapat
berdampak pada besarnya keuntungan yang diperoleh petani. Menurut
Sulistiyono (2004), penggunaan pestisida dapat meningkatkan
produksi pertanian secara signifikan. Cara kerja dari pestisida sangat
efektif untuk mengendalikan hama maupun penyakit, sehingga
pertumbuhan tanaman menjadi tidak terganggu dan memberikan hasil
yang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
3. Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Bawang
Merah Varietas Bima
Analisis efisiensi ekonomi menunjukkan perbandingan nilai
produk marjinal dengan harga faktor-faktor produksi untuk luas lahan
1,167; benih 1,254; tenaga kerja 1,195 dan pestisida cair 3,143. Hal ini
berarti kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani
bawang merah varietas Bima belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi,
sehingga hipotesis kedua diterima. Kondisi yang belum mencapai kriteria
efisiensi ekonomi tertinggi mengindikasikan adanya kendala pada
usahatani bawang merah varietas Bima. Meskipun demikian, usahataninya
harus dilakukan secara efisien dengan kombinasi optimal penggunaan
faktor-faktor produksinya. Oleh karena itu, dilakukan analisis optimalisasi
untuk mengetahui kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada
usahatani bawang merah varietas Bima sudah optimal atau belum.
Kombinasi optimal dicapai apabila perbandingan antara produk
fisik marginal (PFMxi) dengan harga faktor produksi (Pxi) mempunyai
nilai yang sama untuk semua faktor produksi. Berdasarkan hasil analisis
diketahui bahwa nilai perbandingan PFMx dengan Pxi untuk luas lahan
0,000097; untuk benih 0,000104; untuk tenaga kerja 0,000100; dan untuk
pestisida cair 0,000262. Dengan demikian, kombinasi penggunaan faktor-
faktor produksi pada usahatani bawang merah varietas Bima di Kabupaten
Brebes belum optimal, sehingga hipotesis ketiga diterima. Meskipun
demikian, usahatani tetap dilakukan karena petani ingin mendapatkan
keuntungan, sehingga yang dapat dilakukan petani adalah berusaha
mencapai kondisi optimal. Kondisi optimal adalah kondisi terbaik yang
dapat dicapai sesuai dengan kemampuan petani dalam menghadapi
kendala yang ada.
Pencapaian kondisi optimal dapat dilakukan dengan
mengoptimalkan penggunaan faktor produksi dengan pendekatan Least
Cost Combination (LCC) dan sebagai faktor pembatasnya (constraint)
adalah luas lahan petani dengan rata-rata 0,78 ha. Hal ini dikarenakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
petani mempunyai kendala untuk memperluas lahannya karena
ketersediaan lahan yang terbatas akibat adanya alih fungsi lahan pertanian.
Dengan demikian, petani harus mengkombinasikan penggunaan faktor
produksinya secara optimal pada luas lahan 0,78 ha untuk mendapatkan
produksi yang optimal, sehingga pada kondisi tersebut petani akan
memperoleh keuntungan maksimal.
Hasil analisis kombinasi penggunaan faktor produksi pada kondisi
optimal usahatani bawang merah varietas Bima dengan luas lahan 0,78 ha,
yaitu sebagai berikut:
a. Benih
Faktor produksi benih yang digunakan pada usahatani bawang
merah varietas Bima menunjukkan bahwa penggunaannya tidak efisien
secara ekonomi. Hal tersebut dilihat dari besarnya perbandingan antara
nilai produk marjinal dengan harga untuk faktor produksi benih, yaitu
1,254. Artinya penggunaan faktor produksi benih masih harus
ditambah untuk mencapai kondisi yang optimal. Hasil analisis
menunjukan bahwa penggunaan faktor produksi benih yang optimal
adalah 1.421,68 kg/UT/MT, sedangkan kenyataannya rata-rata petani
hanya menggunakan benih sebesar 1.323,33 kg/UT/MT. Dengan
demikian untuk untuk mencapai kondisi yang optimal maka perlu
dilakukan penambahan benih sebesar 98,35 kg.
Belum tercapainya kondisi optimal pada penggunaan faktor
produksi benih dikarenakan pada sebagian besar petani di Kabupaten
Brebes menggunakan benih yang berasal dari hasil panennya sendiri.
Hal ini berarti petani menggunakan benih yang berasal dari hasil panen
yang diperuntukkan sebagai bawang merah konsumsi. Menurut
Putrasamedja dan Permadi (2001), benih yang berasal dari bawang
merah konsumsi berkualitas rendah karena tidak dihasilkan dari proses
seleksi, sehingga menyebabkan produktivitasnya rendah.
Petani di Kabupaten Brebes tidak melakukan seleksi secara
khusus dalam menyisihkan hasil panen yang akan dijadikan benih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Seleksinya berdasarkan pengamatan terhadap kondisi pertumbuhan
tanaman secara keseluruhan, produktivitas dan tidak tercampur dengan
varietas lain, sehingga kemurnian varietas tidak begitu diperhatikan
dan yang menjadi patokan dalam menilai kualitas benih hanya lama
penyimpanannya, yaitu 3 bulan (kawak). Kendala modal menjadi
alasan petani, karena harga benih varietas Bima dipenangkar benih
mencapai Rp 15.000,00/Kg. Selain itu, belum ada benih bawang merah
varietas Bima yang bersertifikat dan benih yang dijual oleh penangkar
benih ternyata sebagian juga berasal dari benih hasil produksi petani.
Disisi lain, pada jarak tanam yang sama penggunaan benih yang
mempunyai ukuran lebih besar akan memberikan hasil anakan yang
lebih banyak, sehingga petani beranggapan bahwa dengan benih hasil
produksi sendiri akan lebih menghemat biaya usahatani, petani
mengetahui asal usul benih dan lebih leluasa untuk menentukan ukuran
benih yang akan digunakan. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah
penggunaan benih bawang merah varietas Bima dengan ukuran benih
besar (5,0-7,5 gram/benih) atau benih sedang (2,5-4,0 gram/benih) dan
lama penyimpanan 3 bulan (kawak) dengan jumlah penggunaan
benihnya 1.421,68 kg/UT, serta dilakukan penyediaan benih bawang
merah varietas Bima bersertifikat melalui kegiatan penangkaran benih
secara khusus.
b. Tenaga kerja
Penggunaan faktor produksi tenaga kerja pada usahatani
bawang merah varietas Bima menunjukkan kondisi yang tidak efisien
secara ekonomi, dengan besarnya perbandingan antara nilai produk
marjinal dengan harga faktor produksi tenaga kerja adalah 1,195. Nilai
tersebut mengindikasikan bahwa untuk mencapai kondisi optimal,
maka perlu adanya penambahan penggunaan faktor produksi tenaga
kerja. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan disesuaikan dengan
kebutuhannya sampai pada tingkat tertentu, sehingga jumlah
penggunaannya optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk usahatani bawang
merah varietas Bima adalah 546,37 HKP/UT/MT, sedangkan hasil
analisis menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi tenaga kerja
yang optimal adalah 559,16 HKP/UT/MT. Dengan demikian, untuk
mencapai kondisi optimal perlu adanya penambahan penggunaan
tenaga kerja sebesar 12,79 HKP. Rekomendasi yang dapat diberikan
adalah penggunaan tenaga kerja sebesar 559,16 HKP/UT/MT dan
disertai dengan peningkatan kualitas tenaga kerja.
Pada dasarnya, jumlah tenaga kerja yang diperlukan
dipengaruhi oleh kualitas tenaga kerja. Pada proses produksi pertanian,
kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, dimana
untuk tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi pada pekerjaan seperti
mengolah tanah, sedangkan untuk tenaga kerja wanita biasanya
terspesialisasi pada penanaman. Oleh karena itu, peranan petani
sebagai tenaga kerja serta sebagai pemimpin usahatani sangat penting
untuk mengatur organisasi produksi secara keseluruhan.
c. Pestisida cair
Usahatani bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes
pada umumnya berorientasi pada hasil, sehingga pemeliharaannya
intensif dan dihindarkan dari gangguan hama atau penyakit.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk mendapatkan hasil yang
sesuai dengan harapan, perlu adanya tindakan pengendalian, antara lain
dengan pestisida. Pestisida yang dipakai petani terdiri dari pestisida
cair (insektisida dan herbisida) dan pestisida padat (fungisida).
Faktor produksi pestisida cair yang digunakan pada usahatani
bawang merah varietas Bima menunjukkan bahwa penggunaannya
tidak efisien secara ekonomi. Hal tersebut dilihat dari besarnya
perbandingan antara nilai produk marjinal dengan harga untuk faktor
produksi pestisida cair, yaitu 3,143. Artinya penggunaan faktor
produksi pestisida masih harus ditambah untuk mencapai kondisi yang
optimal. Hasil analisis menunjukan, penggunaan faktor produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
pestisida cair yang optimal adalah 20,57 liter/UT/MT, sedangkan pada
kenyataannya rata-rata petani menggunakan pestisida cair sebanyak
7,64 liter/UT/MT. Dengan demikian, untuk mencapai kondisi yang
optimal maka perlu peningkatan penggunaan pestisida cair sebanyak
12,93 liter.
Penggunaan pestisida merupakan cara pengendalian yang
sangat umum digunakan oleh petani, karena cara tersebut dianggap
yang paling mudah dilakukan, jaminan keberhasilan lebih tinggi dan
hasilnya lebih cepat terlihat. Meskipun demikian, penggunaan pestisida
juga mengakibatkan pencemaran lingkungan, terjadinya resistensi
hama dan penyakit, berbahaya bagi manusia, ternak, kematian pada
musuh-musuh alami dan adanya residu pestisida pada tanaman.
Menurut Purnomo (2009) langkah awal yang cukup bijak untuk
budidaya bawang merah di Kabupaten Brebes, yaitu dengan
menerapkan usahatani versi LEISA (Low External Input And
Sustainable Agriculture). Pertanian LEISA adalah cara budidaya
dengan penggunaan pupuk dan pestisida kimia buatan yang masih
diperkenankan seminimal mungkin atau sangat dibatasi sesuai dengan
kebutuhan, sedangkan penggunaan bahan alami seperti pupuk organik
dan pestisida nabati sangat dianjurkan. Dengan demikian, perilaku
petani bawang merah tidak berubah secara drastis dan produksi
bawang merah relatif tidak berkurang drastis.
Penggunaan faktor-faktor produksi pada kondisi optimal terbukti
memberikan produksi yang optimal, sehingga selisih antara biaya dan
penerimaan lebih besar dibandingkan dengan kondisi kenyataan (existing).
Hal tersebut dibuktikan dengan mengetahui besarnya produksinya, yaitu
pada kondisi kenyataan (existing) produksinya sebesar 5.631,99 kg dan
selisih antara penerimaan dan biayanya sebesar Rp 20.137.899,23;
sedangkan produksi pada kondisi optimal sebesar 7.629,56 kg dan selisih
antara penerimaan dan biayanya sebesar Rp 30.380.005,13.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
86
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada usahatani bawang merah varietas
Bima di Kabupaten Brebes dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Biaya eksplisit usahatani bawang merah varietas Bima sebesar
Rp 29.590.009,50/Ha/MTdan biaya implisit Rp 37.071.515,44/Ha/MT,
sehingga total biaya usahataninya Rp 66.661.524,94/Ha/MT. Penerimaan
usahatani bawang merah varietas Bima Rp 101.642.564,10/Ha/MT,
pendapatan usahataninya sebesar Rp 72.052.554,61/Ha/MT dan
keuntungan usahataninya Rp 34.981.039,16/Ha/MT.
2. Faktor produksi luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK
Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair, secara bersama-sama berpengaruh
nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima. Secara individual,
menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan, benih, tenaga kerja dan
pestisida cair berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah varietas
Bima, sedangkan faktor produksi pupuk Urea, pupuk NPK Mutiara dan
pupuk ZA tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah
varietas Bima.
3. Kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang
merah varietas Bima belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
1. Bagi petani bawang merah varietas Bima
a. Di Kabupaten Brebes ketersediaan lahan usahatani bawang merah
varietas Bima terbatas, sehingga untuk meningkatkan produksinya
dengan cara mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksinya,
yaitu pada lahan seluas 0,78 ha dengan penggunaan benih 1.421,68 kg,
tenaga kerja 559,16 HKP dan pestisida cair 20,57 liter, sehingga
usahatani bawang merah varietas Bima berada pada kondisi optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
b. Sebaiknya menggunakan benih bawang merah varietas Bima dengan
ukuran benih besar (5,0-7,5 gram/benih) atau benih sedang (2,5-4,0
gram/benih) dengan lama penyimpanan 3 bulan sehingga sudah cukup
siap tanam (kawak).
2. Bagi Pemerintah Kabupaten Brebes
a. Penerapan pertanian organik versi LEISA (Low External Input And
Sustainable Agriculture) untuk mengurangi dampak negatif dari
penggunaan pupuk anorganik dan pestisida kimia pada usahatani
bawang merah varietas Bima.
b. Penggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) untuk mengukur kadar
hara N, P dan K tanah dalam bentuk tersedia, sehingga dapat digunakan
untuk penentuan rekomendasi pemupukan unsur N, P dan K spesifik
lokasi untuk tanaman bawang merah varietas Bima di Kabupaten