Page 1
ANALISIS EFISIENSI & EFEKTIVITAS ZAKAT PAYROLL SYSTEM
DAN ZAKAT DIGITAL TERHADAP PENERIMAAN ZAKAT PADA
BAZNAS PERIODE 2016-2017
Oleh
Siti Jamila
NIM: 11140860000076
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2018 M
Page 6
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Siti Jamila
2. Nama Panggilan : Mila
3. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 21 Desember 1995
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Alamat : Jl. Lagoa Terusan Gg. V B2 no. 28 Rt 009/ Rw.
004 Kel. Lagoa Kec. Koja Jakarta Utara
6. Status : Belum Menikah
7. Kewarganegaraan : Indonesia
8. Nomor Hp : 081288782595
9. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK : RA UPEKA Lagoa
2. SD : SDN Lagoa 07
3. SMP : SMP Negeri 30 Jakarta
4. SMA : MA Al Fithrah PP. Assalafi AL Fithrah Surabaya
5. S1 : Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Abdul Wahid
Tempat & Tanggal Lahir : Bangkalan, 27 Desember 1964
Pekerjaan : Wiraswasta
2. Ibu : Kiptiyah
Tempat & Tanggal Lahir : Bangkalana, 08 Januari 1967
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Sekertaris Departemen Bahasa PP. Assalafi Al Fithrah Surabaya 2011-2013
2. Kepala Perpustakaan Putri PP. Assalafi Al Fithrah Surabaya 2012-2014
3. Ketua OSIS MA. Al Fithrah PP. Assalafi Al Fithrah Surabaya 2012-2013
Page 7
vi
4. Sekertaris Majelis Kebersamaan Pembahasan Ilmiah (MKPI) PP. Assalafi Al
Fithrah Surabaya 2013-2014
5. Anggota BAF (Buletin Al Fithrah) 2013-2014
6. Anggota Divisi Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)
Ekonomi Syariah 2014-2015
7. Sekretaris Divisi Sosial & Agama Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA-F)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015-2016
8. Kepala Departemen Advokasi dan Kenegaraan Dewan Eksekutif Mahasiswa
(DEMA-F) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2016-2017
Page 8
vii
ABSTRACT
The aims of this research is to analyze the effectiveness and efficiency of payroll
system zakah and digital zakah to acceptance of zakah funds by National Board of
Zakah Republic of Indonesia in 2016-2017. This study applied Data Envelopment
Analysis (DEA) and Allocation to Collection Ratio methods with DEAFrontier
and Ms. Excel 2010. The results of this study indicate that both of payroll system
zakah and digital zakah have a high level of efficiency and effectiveness. This'
shows that public awareness in fulfilling profession of zakah was high. This
research is expexted to be a reference for zakah institutions and zakat practitioners
in measuring the level of efficiency and effectiveness of a program.
Keywords: Zakah, Payroll System of Zakah, Digital Zakah, Effectiveness,
Efficiency
Page 9
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tingkat efisiensi dan efektivitas dari
zakat payroll system dan zakat digital terhadap penerimaan dana zakat pada
BAZNAS tahun 2016-2017. Penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment
Analysis (DEA) dengan software DEA Frontier dan Microsoft Excel 2010 dan
Allocation to Collection Ratio (ACR) yang membandingkan rasio penyaluran dengan
penghimpunan dana zakat dari masing-masing program. Hasil dan temuan dari
penelitian ini menunjukkan bahwa baik zakat payroll system maupun zakat digital
memiliki tingkat efisiensi dan efektifitas yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
kesadaran masyarakat dalam menunaikan zakat profesi sudah tinggi. Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi acuan bagi lembaga zakat dan praktisi zakat dalam mengukur
tingkat efisiensi dan efektivitas sebuah program.
Kata kunci : Zakat, Zakat Payroll System, Zakat Digital, Efektivitas, Efisiensi
Page 10
ix
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Alhamdulillahi rabbi-l-alamin, puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu
wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Analisis Efisiensi
Zakat Payroll System dan Zakat Digital pada BAZNAS Periode 2016-2017”
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata 1 (S1)
Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam tak lupa penulis
curahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad Shallallah ‘alayhi wa
Sallam beserta keluarga dan para shahabatnya.
Dalam penelitian ini, penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat
terselesaikan tanpa dukungan, bantuan, bimbingan serta doa dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan
permintaan maaf kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini, terutama kepada:
1. Kedua Orang Tua, Bapak dan Mama yang tidak pernah lelah mendoakan,
mendidik, memberikan dukungan dan motivasi baik materi maupun non-
materi, serta mengingatkan tanpa henti. Terima kasih tiada hingga,
karena Bapak dan Mama penulis mampu menyelesaikan studi ini.
Semoga Allah SWT. selalu memberikan kesehatan dan keberkahan amiin.
2. Adik satu-satunya, Aconk, Keluarga besar Bani Marsu’ei, yang selalu
memberikan dukungan tanpa henti kepada penulis. Semoga Allah SWT
selalu memberikan kemudahan dan kelancaran dalam segala urusan
kalian.
3. Bapak Dr. Desmadi Saharuddin Lc., MA., selaku dosen pembimbing I
dan Ibu RR. Tini Anggraeni ST., M.Si selaku dosen pembimbing II yang
dengan segala kerendahan hatinya selalu bersedia meluangkan waktunya
untuk memberikan pengarahan, berbagi pengetahuan, ilmu yang
bermanfaat, serta saran dan kritik yang sangat berarti bagi penulis dalam
Page 11
x
penyelesaian tugas akhir ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan
Bapak dan Ibu.
4. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, M. Arief Mufraini, Lc., M.Si,
beserta seluruh staff, terutama Pak Ajib, yang dengan segala kerendahan
hatinya selalu bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan
pelayanan akademik selama masa perkuliahan hingga detik-detik
mendekati sidang, semoga Allah selalu limpahkan kesehatan agar tetap
semangat dalam bertugas.
5. Bapak Yoghi Citra Pratama M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah
dan dan Ibu RR. Tini Anggraeni ST., M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Ekonomi Syariah sekaligus pembimbing II penulis. Semoga dapat
menjadi panutan untuk Jurusan Ekonomi Syariah dalam memajukannya.
6. Dosen pembimbing akademik, Elvira Sitna Hajar, M. Si, yang selalu
memberikan arahan atas keberlangsungan kegiatan perkuliahan,
memberikan motivasi agar selalu bisa meningkatkan prestasi baik
akademik maupun non-akademik, serta masukan yang sangat berarti
selama penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas segala
kebaikan Ibu.
7. Ilzam Multazam, pemberi semangat dan tempat berbagi keluh kesah
penulis selama penyelesaian tugas akhir. Terima kasih atas segala
semangat, dukungan, baik materi maupun non-materi. Semoga Allah
berkenan dan mempermudah atas segala niat baik ini.
8. Teman-teman seperjuangan, Prof Budi, Belle, iyem, Zaria, Nurrohmen,
Inut, Andini, yang tak ada hentinya untuk saling mengingatkan, saling
membantu dan memberikan motivasi, semoga Allah SWT. tetap menjaga
tali silaturrahmi dan persaudaraan diantara kita.
9. Sahabat dari SD, Rahmika Febrianti, tempat berbagi apapun yang kita
punya, mulai dari keluh kesah, cerita, masalah hingga kuota, u r always
be My Unbiological Sister.
10. Teman-teman Ekonomi Syariah 2014 yang tidak bisa penulis sebutkan
satu per satu. Semoga kesuksesan selalu menyertai kita semua.
Page 12
xi
11. Senior Ekonomi Syariah 2013, Kak Zyra, Bang Iqbal Syafei, Kak Nunu,
dan lain-lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-per satu. Terimakasih
atas segala kebaikan kalian, semoga Allah SWT berikan kelancaran dan
kemudahan di segala urusan kalian.
12. Pihak-pihak yang membantu kelancaran dalam proses pembuatan hingga
penyelesaian tugas akhir ini. Semoga Allah SWT membalas segala
kebaikannya.
Page 13
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xv
DAFTAR GRAFIK ................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 14
A. Landasan Teori ............................................................................................... 14
1. Teori Zakat Profesi ................................................................................... 14
a. Pengertian Zakat Profesi ................................................................... 14
b. Dasar hukum zakat profesi ................................................................ 15
c. Sejarah munculnya Zakat profesi ...................................................... 18
d. Syarat-Syarat Wajib Zakat Profesi .................................................... 21
e. Pengqiyasan Zakat Profesi ................................................................ 23
2. Konsep Efektivitas dan Efisiensi ................................................................ 27
Page 14
xiii
a. Pengertian Efektivitas ................................................................................ 29
b. Tolak ukur efektivitas ................................................................................. 30
c. Pengertian efisiensi ..................................................................................... 34
d. Metode pengukuran efisiensi ....................................................................... 35
B. Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 41
C. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 48
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 50
A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 50
B. Metode Penentuan Sampel .............................................................................. 51
C. Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 52
D. Metode Analisis Data ..................................................................................... 54
1. Data Envelopment Analysis (DEA) ........................................................... 54
2. Allocation to Collection Ratio.................................................................... 54
E. Operasional Variabel Penelitian ...................................................................... 56
1. Variabel Input ........................................................................................... 56
2. Variabel output .......................................................................................... 56
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................................. 58
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................................. 58
1. Zakat Payroll System ................................................................................ 58
2. Zakat Digital ............................................................................................. 61
3. Kriteria Penilaian Efektivitas dan Efisiensi ............................................... 63
B. Analisis dan Pembahasan ................................................................................ 64
1. Hasil Pengujian Efisiensi ........................................................................... 67
a. Hasil Efisiensi Pada Zakat Payroll System ........................................... 67
b. Hasil Efisiensi pada Zakat Digital ........................................................ 69
c. Hasil Efisiensi Zakat Payroll System terhadap Penerimaan Dana Zakat 71
d. Hasil Efisiensi Zakat Digital terhadap Penerimaan Dana Zakat ............ 72
2. Hasil Pengujian Efektivitas ........................................................................ 73
a. Hasil Efektivita Pada Zakat Payroll System .......................................... 74
b. Hasil Efisiensi pada Zakat Digital......................................................... 76
Page 15
xiv
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 79
A. Kesimpulan .................................................................................................... 79
B. Saran ............................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 81
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................... 84
Page 16
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Jumlah Penghimpunan Dana ZIS ................................................................. 2
Tabel 1.2: Penghimpunan dan Penyaluran Dana berdasarkan OPZ ................................ 8
Tabel 2.1: Perbedaan Zakat Profesi di Indonesia ......................................................... 23
Tabel 2.2: Penghitungan Zakat Profesi Berdasarkan Penggolongan Jenisnya ............... 26
Tabel 2.3: Kriteria Efektivitas Kinerja Keuangan ........................................................ 30
Tabel 2.4: Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan ........................................................... 36
Tabel 4.1: Kriteria Efektifitas Kinerja Keuangan ........................................................ 64
Tabel 4.2 : Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan .......................................................... 64
Tabel 4.3 : Data Variabel Input dan Output BAZNAS ................................................. 65
Tabel 4.4: Efisiensi Program Zakat Payroll System berdasarkan Output dan Input ...... 68
Tabel 4.5: Efisiensi Program Zakat Digital berdasarkan Output dan Input ................... 70
Tabel 4.6: Efisiensi Variabel Independent Zakat Payroll System terhadap Penerimaan
Dana Zakat ................................................................................................................. 71
Tabel 4.7: Efisiensi Variabel Independent Zakat Digital terhadap Penerimaan Dana
Zakat........................................................................................................................... 72
Tabel 4.8: Tolak Ukur Efektivitas Zakat Payroll System ............................................. 74
Tabel 4.9: Tolak Ukur Efektivitas Zakat Digital .......................................................... 76
Page 17
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1: Proporsi Penghimpun Zakat Berdasarkan OPZ.......................................... 8
Gambar 4.1: Diagram Variabel input-output ............................................................... 66
Gambar 4.2 : Efisiensidan Efektivitas Zakat Payroll System ....................................... 75
Gambar 4.3 : Efisiensi dan Efektivitas Zakat Digital ................................................... 77
Page 18
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Efisiensi ZPS dan Zakat Digital...................................................................
Lampiran 2: Efisiensi ZPS dan Zakat Digital Terhadap Total Penerimaan Zakat .............
Page 19
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu sektor terpenting dalam filantropi
islam. Menurut UU Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat,
Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau
badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai
dengan syariat islam. Zakat bagi umat islam dianggap sebagai bagian dari
ajaran pokok yang harus ditunaikan, dikarenakan zakat merupakan salah
satu dari rukun islam. Oleh karena itu, hukum menunaikan zakat adalah
wajib, sehingga akan mendapat pahala bagi yang menjalankannya dan
dipandang berdosa bagi siapa saja yang meninggalkannya. Sebagai rukun
islam ketiga, zakat memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai ibadah fardhiyyah
(individual) untuk mengharmoniskan hubungan dengan Allah dan sebagai
ibadah mu’amalah ijtima’iyyah (sosial) dalam rangka menjalin hubungan
dengan sesama manusia.(Qadir, 1998: 67)
Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas
penduduk Muslim yaitu sejumlah 216,66 juta penduduk atau dengan
persentase Muslim sebesar 85 persen dari total populasi (BPS, 2015).
Fakta ini menyiratkan bahwa zakat memiliki potensi besar dan dapat
berkontribusi dalam mengurangi kemiskinan. Data zakat, infaq, dan
sedekah (ZIS) di Indonesia menunjukkan bahwa terdapat kenaikan jumlah
penghimpunan zakat dari tahun 2002 hingga 2015 (lihat Tabel 1.1).
Page 20
2
Tabel 1.1: Jumlah Penghimpunan Dana ZIS Pada Tahun 2002-2015
Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa penghimpunan dana ZIS terus
mengalami peningkatan dalam kurun waktu 13 tahun. Pada tahun 2005 dan
tahun 2007, terjadi kenaikan penghimpunan ZIS hampir 100 persen yang
diprediksi karena adanya bencana nasional di tanah air (tsunami Aceh dan
gempa bumi Yogyakarta). Jika dirata-ratakan dari tahun 2002 sampai 2015,
maka pertumbuhan penghimpunan ZIS mencapai angka rata-rata kenaikan
Tahun Rupiah
(Miliar)
USD (Juta) Pertumbuhan
(%)
Pertumbuhan
GDP (%)
2002 68.39 4.98 - 3.7
2003 85.28 6.21 24.70 4.1
2004 150.09 10.92 76.00 5.1
2005 295.52 21.51 96.90 5.7
2006 373.17 27.16 26.28 5.5
2007 740 53.86 98.30 6.3
2008 920 66.96 24.32 6.2
2009 1200 87.34 30.43 4.9
2010 1500 109.17 25.00 6.1
2011 1729 125.84 15.30 6.5
2012 2200 160.12 27.24 6.23
2013 2700 196.51 22.73 5.78
2014 3300 240.17 22.22 5.02
2015 3700 269.29 21.21 4.79
Page 21
3
sebesar 39,28 persen. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat
peningkatan kesadaran masyarakat yang cukup tinggi untuk berzakat melalui
organisasi pengelola zakat (OPZ). Tren pertumbuhan ini juga
mengindikasikan adanya peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap
kinerja OPZ, baik BAZNAS maupun LAZ.(BAZNAS, 2016:17)
Pertumbuhan penghimpunan dana zakat ini juga sejalan dengan
peningkatan GDP pada tahun 2002-2015. Namun terjadi penurunan pada
tahun 2006 sebesar 0.3% yang disebabkan oleh bencana nasiomal di tanah air
yakni tsunami Aceh dan Gempa Bumi Yogyakarta, dan pada tahun 2009 yang
disebabkan oleh krisis ekonomi global dengan kemerosotan drastis yakni
sebesar 1.3%. Tren pertumbuhan GDP ini cenderung tidak stabil jika
dibandingkan dengan tren pertumbuhan zakat yang cenderung terus
meningkat. Hal ini mengindikasikan potensi zakat untuk terus dikembangkan
sebagai alat penghimpunan dana sosial negara.
Dunia zakat memiliki potensi untuk dikembangkan secara ekonomi. Pada
satu dekade terakhir, zakat mengalami perkembangan yang pesat jika dilihat
dari pertumbuhannya. Namun, pertumbuhan zakat tersebut masih sangat jauh
dengan potensi zakat sebenarnya. Menurut Kahf, total potensi zakat di negara-
negara anggota OIC berkisar antara 1,8 – 4,34 persen dari total PDB. Jika
potensi zakat ini dikalikan dengan PDB harga berlaku tahun 2010 dari negara-
negara anggota OIC, maka potensi zakat dunia mencapai USD 600 miliar.
(Beik, 2015)
Page 22
4
Potensi zakat di Indonesia sangat besar. Hal tersebut juga sudah disadari
oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian BAPPENAS, yang telah
mengintegrasikan program-program zakat di OPZ ke dalam program nasional
pencapaian SDGs (Sustainable Development Goals). Selain itu, BAPPENAS
juga memasukkan zakat ke dalam Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah
Indonesia (MAKSI) yang diluncurkan pada tahun 2015. Berdasarkan MAKSI,
BAZNAS diarahkan sebagai koordinator dalam pengaturan, pengumpulan,
dan distribusi zakat nasional, dengan Kementerian Agama sebagai regulator
dan pengawas kinerja BAZNAS.
Selain itu, Indonesia pada 25 September 2015 lalu telah turut berkontribusi
dalam penandatanganan dokumen Sustainable Development Goals (SDGs) di
New York, Amerika Serikat yang berisikan kesepakatan antar negara untuk
menuntaskan masalah-masalah ketimpangan-ketimpangan yang terjadi di
berbagai dunia melalui program yang berkelanjutan. Program pembangunan
berkelanjutan tersebut setidaknya memiliki 17 tujuan dan 169 target
pencapaian dalam kurun waktu 15 tahun (2015-2030).
Dalam hal ini, tentunya porsi keterkaitan zakat dengan SDGs sangatlah
erat, dikarenakan pengentasan kemiskinan dan kelaparan, pendidikan yang
berkualitas, air dan sanitasi juga merupakan tujuan dari kinerja program
penyaluran dan pemberdayaan zakat. Hal ini juga didukung dengan adanya
UU. Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, yang menyebutkan
bahwa zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk
meningkatkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, dalam UU
Page 23
5
tersebut juga dijelaskan bahwa pengelolaan zakat setidaknya memiliki dua
tujuan, yakni meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat, dan meingkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
Dalam menghitung potensi zakat, terdapat beberapa studi yang membahas
mengenai potensi zakat di Indonesia: (Al Arif, 2010) Studi PIRAC
menunjukkan bahwa potensi zakat di Indonesia memiliki kecenderungan
meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan survei ke 10 kota besar di Indonesia,
PIRAC menunjukkan bahwa potensi rata-rata zakat per muzakki mencapai Rp
684.550,00 pada tahun 2007, meningkat dari sebelumnya yaitu Rp 416.000,00
pada tahun 2004. PEBS FEUI menggunakan pendekatan jumlah muzakki dari
populasi Muslim Indonesia dengan asumsi 95 persen muzakki yang membayar
zakat, maka dapat diproyeksikan potensi penghimpunan dana zakat pada tahun
2009 mencapai Rp 12,7 triliun (Indonesia Economic Outlook, 2010).
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menunjukkan bahwa potensi zakat nasional dapat mencapai Rp 19,3
triliun. Dan Penelitian Firdaus et al (2012) menyebutkan bahwa potensi zakat
nasional pada tahun 2011 mencapai angka 3,4 persen dari total PDB, atau
dengan kata lain potensi zakat di Indonesia diperkirakan mencapai Rp 217
triliun. Jumlah ini meliputi potensi penerimaan zakat dari berbagai area,
seperti zakat di rumah tangga, perusahaan swasta, BUMN, serta deposito dan
tabungan. terakhir adalah Penelitian BAZNAS, potensi zakat nasional pada
tahun 2015 sudah mencapai Rp 286 triliun. Angka ini dihasilkan dengan
Page 24
6
menggunakan metode ekstrapolasi yang mempertimbangkan pertumbuhan
PDB pada tahun-tahun sebelumnya (dapat dilihat di Tabel 1.1).
Dalam Outlook Zakat Indonesia 2017, BAZNAS menyebutkan bahwa
potensi zakat di Indonesia yang digambarkan oleh berbagai studi tersebut,
belum didukung oleh penghimpunan dana zakat di lapangan. Data terkini
menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan yang cukup tinggi antara potensi
zakat dengan penghimpunan dana zakatnya. Hal ini dapat dilihat dari data
aktual penghimpunan zakat, infaq dan sedekah nasional oleh OPZ resmi pada
tahun 2015 yang baru mencapai Rp 3,7 triliun atau kurang dari 1,3 persen
potensinya. (BAZNAS, 2016)
Tidak optimalnya potensi tersebut diduga disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain:
1. Rendahnya kesadaran wajib zakat (muzakki), rendahnya kepercayaan
terhadap BAZ dan LAZ, dan perilaku muzakki yang masih berorientasi
jangka pendek, desentralis dan interpersonal.
2. Basis zakat yang tergali masih terkonsentrasi pada beberapa jenis zakat
tertentu, seperti zakat fitrah dan profesi.
3. Masih rendahnya insentif bagi wajib zakat untuk membayar zakat,
khususnya terkait zakat sebagai pengurang pajak sehingga wajib zakat
tidak terkena beban ganda
Menanggapi hal tersebut, pemerintah berinisiatif mengeluarkan
regulasi-regulasi dalam upaya memajukan perzakatan nasional ke arah
Page 25
7
pembanguna ekonomi yang lebih merata, diantaranya disahkannya UU
No. 23 Tahun 2011 yang mengatur tentang perencanaan, pelaksanaan dan
pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat oleh BAZNAS. dan Regulasi turunannya yang terangkum dalam PP
No. 14/2014 dan Inpres No. 3/2014.
Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat,
BAZNAS, Lembaga Amil Zakat (LAZ), dan Unit Pengumpul Zakat (UPZ)
merupakan institusi yang diberikan amanat untuk mengelola zakat.
BAZNAS adalah lembaga dibentuk pemerintah yang bertugas
mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat. Dan
kewajiban LAZ dan UPZ untuk melaporkan kegiatan penghimpunan dan
pendayagunaan zakat yang telah dilakukannya kepada BAZNAS, dan
bukan kewajiban untuk menyetorkan zakat kepada BAZNAS.
(Hafidhuddin, 2012:43)
Dalam UU No. 23 Tahun 2011 tersebut juga disebutkan bahwa tujuan
pengelolaan zakat adalah agar mampu mneingkatkan efektivitas dan
efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat serta mampu meningkatkan
manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dana
penanggulan kemiskinan. (Masuko, 2014)
Penghimpunan dana zakat terus mengalami peningkatan secara
signifikan, salah satu indikator yang menunjukkan hal tersebut antara lain
Page 26
8
berdasarkan total dana yang berhasil disalurkan secara efektif pada tabel
berikut:
Tabel 1.2 : Penghimpunan dan Penyaluran Dana Berdasarkan
Organisasi Pengelola Zakat Tahun 2016
Instansi Penghimpunan Penyaluran daya
serap Rp. % Rp %
BAZNAS
Rp
97,637,657,910 2.53
Rp
77,163,262,785 3.43
61.60%
BAZNAS
Provinsi
Rp
644,859,329,420 17.65
Rp
342,186,614,275 15.2
BAZNAS
Kab/Kota
Rp
876,626,483,800 24
Rp
568,772,590,869 25.26
LAZ
Rp
2,039,218,862,993 55.82
Rp
1,263,512,276,616 56.11
Total
Rp
3,653,273,250,292 100
Rp
2,251,634,744,545 100
Cukup
Efektif
Pada tabel 1.2 tersebut dapat dilihat bahwa penghimpunan dan
penyerapan dana zakat pada tahun 2016 secara kumulatif memperoleh data
serap sebesar 61,6%. Capaian ini menunjukkan bahwa OPZ yang terdiri
dari BAZNAS, BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ
cukup efektif dalam penyerapan dana yang digunakan.
Penghimpunan dana BAZNAS pada tahun 2016 berdasarkan tabel 1.2
sebesar Rp. 97,637,657,910 ini meningkat sebesar Rp. 15,365,014,617 jika
dibandingkan dengan penghimpunan pada tahun 2015 sebesar Rp.
82,272,643,293.
Page 27
9
Gambar 1.1: Proporsi Penghimpunan Zakat berdasarkan Organisasi
Pengelola Zakat (OPZ)
Menurut grafik diatas, secara umum, proporsi penghimpunan dana
zakat oleh BAZNAS selalu berada di urutan terbawah daripada BAZNAS
Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota maupun LAZ.
Dalam upaya peningkatan penghimpunan dan penyerapan dana zakat,
BAZNAS dan OPZ lain terus mengupayakan berbagai perencanaan
program kerja dan kerja sama dengan beberapa instansi baik negeri
maupun swasta, yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan
penghimpunan dan penyerapan dana zakat disetiap tahunnya. Program-
program tersebut terbagi menjadi dua jenis, yakni program penyerapan dan
program penyaluran dana zakat, yang keduanya sama-sama bertujuan
untuk membangun trust masyarakat kepada lembaga amil zakat terutama
BAZNAS.
Dewasa ini, Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa
dihindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan
sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan
Page 28
10
untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Teknologi
juga memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam
melaku-kan aktivitas manusia. Manusia juga sudah menikmati banyak
manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi teknologi yang telah dihasilkan
dalam dekade terakhir ini.
Era modern diidentikkan dengan era masyarakat digital. Setiap
aktivitas manusia akan digerakkan melalui serangkaian teknologi digital.
Teknologi ini dioperasikan dengan menekan beberapa digit (angka) yang
di susun dengan berbagai urutan. Relasi yang terbangun di antara individu
adalah relasi pertukaran digital, setiap manusia hanya me-lakukan
serangkaian transaksi atau interaksi melalui simbol-simbol digital.
Transaksi perdagangan, komunikasi, semuanya digerakkan secara digital.
Setiap individu akan memiliki identitas digital yang mampu mengenali
siapa dirinya, setiap manusia sudah diberi nomor urut: melalui nomor
identitas (e-KTP), nomor handphone, nomor telepon, nomor rekening
bank, nomor ATM, nomor rekening listrik, rekening telepon, rekening air,
PIN (Personal Identification Number) ATM, semuanya menggunakan
sistem digital.
Menurut data dari KOMINFO, Indonesia menduduki peringkat
keenam dalam pengguna akses internet terbesar di dunia sebesar 112,6 juta
jiwa setelah China, US, India, Brazil dan Jepang. (Hidayat, 2014)
Dijelaskan pula pernyataan dari Dirjen Sumber Daya Perangkat Pos dan
Informatika (SDPP) . “Dunia teknologi dan internet berkembang sangat
Page 29
11
pesat di dunia, tak terkecuali Indonesia. Imbasnya, jumlah pengguna
internet saat ini semakin besar dan bertambah terus setiap harinya. Yakni
sekitar 55 juta orang dari 245 juta jiwa penduduk Indonesia.
Melihat dari kondisi dan permasalahan diatas, Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) berdasarkan UU No. 23 tahun 2011 tentang peranan
BAZNAS sebagai regulator dan operator dalam institusi zakat, namun
kenyataan yang terjadi dilapangan menurut tabel 1.2 penyerapannya
merupakan yang terendah jika dibandingkan dengan BAZNAS Provinsi,
BAZNAS Kabupaten/Kota, bahkan Lembaga Amil Zakat (LAZ) swasta
lainnya.
Oleh karena itu, seiring dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat,
dengan penggunaan internet nomer 6 di dunia, pengumpulan dana zakat
juga terus mengembangkan inovasi yang bertujuan untuk memperluas
jaringan muzakki serta optimalisasi penyerapan dana zakat dari
masyarakat.
BAZNAS, dalam hal ini terus mengembangkan beberapa program
layanan untuk meningkatkan penghimpunan dana zakat serta memberikan
kemudahan kepada masyarakat untuk menunaikan zakat.
Jenis program penghimpunan BAZNAS tersebut antara lain Layanan
Jemput Zakat, Muzaki Corner, Zakat Digital dan Zakat Payroll System
(ZPS).Zakat Payroll System hingga kini terus dikembangkan oleh
BAZNAS dengan cara bermitra dengan beberapa institusi/perusahaan, baik
Page 30
12
pemerintah maupun swasta. Zakat Payroll System merupakan layanan
kemudahan dari BAZNAS yang dikembangkan untuk menghadirkan zakat
secara online yang langsung tersalurkan ke mitra BAZNAS, atau pengguna
program spesifik sesuai keinginan muzakki dengan kemajuan teknologi.
Layanan ini telah berjalan kurang lebih sekitar lima tahun di BAZNAS.
Selain Zakat Payroll System, ada juga zakat digital yang
dikembangkan BAZNAS dengan melakukan kemitraan dengan social
crowdfunding Kitabisa.com yang telah berjalan kurang lebih dua tahun.
Selama kurang lebih dua tahun ini mendapatkan respon yang positif dari
masyarakat. Hingga saat ini, Kitabisa.com mampu mengumpulkan dana
zakat sebesar Rp. 516.312.336 pada tahun 2016 dan Rp. 1.929.029.595
pada tahun 2017.
Melihat dari hal tersebut, penulis mengambil kesimpulan bahwa
pelaksanaan zakat online yang telah berjalan selama dua tahun tersebut
banyak memberikan kontribusi positif bagi penghimpunan dan penyerapan
dana zakat di masyarakat. Dikarenakan adanya kemudahan dan trust dari
masyarakat atas BAZNAS dan kitabisa.com untuk mengelola,
menghimpun dan menyalurkan dana zakat melalui zakat online yang
masih terus dikembangkan hingga saat ini, baik dari zakat online itu
sendiri.
Page 31
13
Permasalahan ini merupakan tugas banyak pihak, selain BAZNAS,
pemerintah baik pusat maupun daerah untuk mengoptimalkan peran
BAZNAS dalam penyerapan dana zakat di masyarakat.
Oleh karena itu, penulis bermaksud ingin melihat perbandingan serta
Efisiensi dan Efektivitas Program Layanan Zakat Payroll System dan
Zakat Digital Terhadap Peningkatan Penerimaan Zakat di Indonesia, yang
akan mengambil fokus pada jenis program layanan Zakat Payroll System
Zakat Digital yang merupakan Kerjasama BAZNAS dengan Kitabisa.com.
B. Rumusan Masalah
Dengan mengamati latar belakang permasalahan yang ada, maka
penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti pokok permasalahan
mengenai bagaimana tingkat efisiensi dan efektivitas Program Layanan
Zakat Payroll System dan Zakat Digital Terhadap Peningkatan Penerimaan
Zakat di Indonesia dalam kurun waktu 2016-2017.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut, maka penulis memiliki tujuan yaitu
untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi dan efektivitas penggunaan
zakat Payroll System dalam penyerapan dana zakat pada BAZNAS pada
tahun 2016-2017.
Sedangkan untuk manfaat penelitian, penulis berharap penelitian ini
dapat menjadi bahan pertimbangan bagi BAZNAS dalam memperhatikan
kinerja institusinya dalam hal efisiensi dan efektivitas program
penghimpunan dana zakat, terutama payroll system dan zakat digital.
Page 32
14
selain itu, penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi penggiat zakat
agar bisa menciptakan inovasi-inovasi baru dalam penghimpunan dana
zakat.
Page 33
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Zakat Profesi
a. Pengertian Zakat Profesi
Zakat Profesi terdiri dari dua kata yaitu zakat dan profesi. Dalam
literatur fiqh klasik, zakat ialah hak yang dikeluarkan dari harta atau
badan. Atau menurut Wahbah Az Zuhayly, zakat ialah penunaian hak
yang wajib yang terdapat dalam harta. (Marimin & Fitria, 2015)
Sedangkan Profesi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
ialah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilann, kejujuran, dan sebagainya) tertentu. (KBBI)
Zakat profesi lebih populer dengan zakatu kasb al-‘amal wa al-mihn
al hurrah )زكاة كسب العمل والمهن الحرة ( atau zakat atas penghasilan kerja
dan profesi bebas. (Riyadi, 2015)
Zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil apa yang
diperoleh dari pekerjaan dan profesinya. Misalnya pekerjaan yang
menghasilkan uang baik itu pekerjaan yang dikerjakan sendiri tanpa
tergantung dengan orang lain, berkat kecekatan tangan ataupu otak
(professional), maupun pekerjaan yang dikerjakan seseorang buat pihak
lain baik pemerintah, perusahaan, maupun perorangan dengan
memperoleh upah yang diberikan, dengan tangan, otak, ataupun
Page 34
16
keduanya. Penghasilan dari pekerjaan seperti itu berupa gaji, upah,
ataupun honorarium. (Marimin & Fitria, 2015)
Oleh karena itu, pengertian zakat profesi dapat disimpulkan sebagai
hak yang dikeluarkan oleh seorang muslim atas hasil yang ia peroleh
seperti upah, gaji, ataupun honor dari pekerjaan atau profesinya yang
telah mencapai nishab dan haul.
b. Dasar Hukum Zakat Profesi
Pengenaan zakat atas kekayaan yang diperoleh dari hasil suatu
profesi didasarkan pada nash-nash yang bersifat umum, diantaranya
Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah:267 berikut:
ض ر األ ن م م ك ا ل ن ج ر خ ا أ م م و م ت ب س ك ام ات ب ي ط ن ا م و ق ف ن ا أ و ن م أ ن ي ذ ا ال ه ي أ آيا قلى و م َل ت ي م و
ا ف ي ه و ض ي ه إَل أ ن ت غ م ذ ت م ب آخ ل س ن و ن ه ت ن ف ق و ب ي ث م ال خ ي د قلى م ا أ ن هللا غ ن يٌّ ح و ل م اع البقرة : (و
۲۴۷ (
“Wahai Orang-Orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan
dari bumi untukmu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk untuk
kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mengambilnya, melainkan
dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Kaya, Maha Terpuji” (QS. Al-Baqarah : 267).
Kata ما كسبتم diatas, mencakup pengertian apa saja dari hasil
usahamu, seperti jasa atau profesi. (Shobirin, 2015) Keumuman ayat
Page 35
17
tersebut mengindikasikan bahwa merupakan kewajiban bagi setiap
orang yang beriman untuk mengeluarkan zakat atas apa-apa yang telah
ia peroleh dari usahanya di muka bumi ini, sehingga ayat tersebut dapat
digunakan untuk berbagai jenis zakat dan shadaqah.
Kemudian dalam surat at-taubah:103 juga dinyatakan:
ع ي م س هللا و م ه ل ن ك س ك وت ل ص إن م ه ي ل ع ل ص ا و ه ب م ه ي ك ز ت و م ه ر ه ط ت ة ق د ص م ه ال و أم ن م ذ خ
ل ي م )التوبة (۱۰۳ : ع
Artinya : “Ambillah sedekah (zakat) dari sebagian harta mereka,
dengan sedekah itu membersikhkan dan mensucikan mereka, dan
berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (At-Taubah:103)
Ayat tersebut menunjukkan makna terminologi generik pada harta
kekayaan dan tidak menyebutkan darimana harta tersebut diperoleh.
Keumuman ayat ini juga mengindikasikan bahwa terdapat gaji atau
upah yang merupakan bagian dari harta kekayaan tersebut, sehingga
harus dikeluarkan zakatnya. (Shobirin, 2015)
Selain itu, terdapat pula hadits yang menerangkan tentang zakat
profesi, yang didasarkan atas keumuman makna dari hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari, antara lain:
Page 36
18
“Setiap orang muslim wajib bersedekah, Mereka bertanya: “Wahai
Nabi Allah, bagaimana yang tidak berpunya?”, Nabi menjawab:
“Bekerjalah untuk mendapat sesuatu untuk dirinya, lalu bersedekah”.
Mereka bertanya kembali: “kalau tidak mempunyai pekerjaan?, Nabi
menjawab: “Kerjakan kebaikan dan tinggalkan keburukan, hal itu
merupakan sedekah.” (HR. Bukhari)
Dalam hadist tersebut, Yusuf Qardhawi menafsirkan keumuman dari
makna hadits diatas bahwa zakat wajib atas penghasilan sesuai dengan
tuntunan islam yang menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam jiwa
seorang muslim. (Marimin & Fitria, 2015, hal. 7)
Selain dasar Al-Qur’an dan hadits diatas, banyak dari kalangan
ulama kontemporer juga berpendapat adanya zakat profesi, diantaranya
Syaikh Abdurrahman Hasan, Syaikh Muhammad Abu Zahrah, Syaikh
Abdul Wahab Khalaf dan Syaikh Yusuf Qardhawi. Mereka berpendapat
bahwa semua penghasilan yang melalui kegiatan profesi seperti dokter,
pengacara, konsultan, seniman, pegawai negeri dan lain sebagainya,
apabila telah mencapai nishab maka wajib dikenakan zakatnya.
(Shobirin, 2015: 9)
Sedangkan dalam hal qiyas, wajibnya zakat profesi diqiyaskan pada
tindakan khalifah Mu’awiyah yang mengenakan zakat atas penghasilan
sesuai dengan tuntunan islam yang mengenakan zakat atas pemberian
menurut ukuran yang berlaku dalam negara islam, dan Khalifah Umar
Page 37
19
bin Abdul Aziz yang memungut zakat pemberian (‘utiyat) dan hadiah.
Juga memungut zakat dari para pegawainya setelah menerima gaji, serta
menarik zakat dari orang yang menerima barang sitaan (mazalim)
setelah dikembalikan kepadanya. (Marimin & Fitria, 2015:7)
c. Sejarah Munculnya Zakat Profesi
Zakat profesi merupakan salah satu kasus baru dalam fiqh (hukum
islam) yang tidak memiliki aturan hukum yang tegas, baik dalam Al-
Quran, As-Sunnah, maupun kitab-kitab para ulama mujtahid seperti
Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Ahmad ibn
Hanbal. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya jenis-jenis usaha atau
pekerjaan masyarakat pada masa Nabi dan ulama-ulama mujtahid.
Sedangkan hukum islam merupakan refleksi dari peristiwa-peristiwa
hukum yang terjadi ketika hukum itu ditetapkan. (Marimin & Fitria,
2015: 3)
Pada zaman Rasulullah SAW, mayoritas umat muslim memiliki tiga
pekerjaan atau profesi, diantaranya ialah petani, pedagang, dan
peternak. Dari ketiga profesi tersebutlah maka muncullah kewajiban
mengeluarkan zakat untuk harta yang telah mereka hasilkan, seperti
zakat pertanian, peternakan, perdagangan, emas dan perak, maupun
zakat bagi barang temuan (rikaz).
Dikisahkan Rasulullah SAW pada saat itu bukanlah orang yang kaya
dan bukan juga orang yang miskin. Imam Bukhari meriwayatkan
Page 38
20
profesi atau pekerjaan Rasulullah SAW sebelum diangkat menjadi Nabi
ialah sebagai pengembala kambing dengan upah beberapa qirath. (Zen,
2014)
Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi SAW bersabda: “Tidaklah Allah
mengutus seorang Nabi melainkan dia mengembalakan kambing”. Para
sahabat bertanya: “termasuk engkau juga?” maka Beliau menjawab:
“Ya, aku pun mengembalakannya dengan upah beberapa qirath untuk
penduduk Makkah”. (HR. Bukhari)
Secara umum, pengeluaran zakat atas harta penghasilan telah
dilakukan Rasulullah SAW yang diikuti oleh para sahabat dan tabi’in
yang hidup setelah mereka. Hal ini terjadi atas perubahan-perubahan
yang berlangsung di kalangan kaum muslimin. Sebagai contoh, pada
awal mula pemerintahan, islam tidak mengenal adanya sistem gaji atau
upah untuk tentara. Mereka hanya mendapatkan hasil rampasan perang
yang mereka dapatkan, setelah dipotong seperlima untuk ahlul bayt.
Akan tetapi, pada masa Umar bin Khattab, beliau mulai
memberlakukan sistem gaji kepada tentara dan sebagian sahabat yang
bekerja memajukan islam. Selain itu, Umar bin Khattab ialah sahabat
yang melakukan ijtihad memungut zakat bagi umat islam yang
memiliki pekerjaan sebagai pedagang kuda dikarenakan penghasilannya
menyebabkan ia menjadi kaya raya. (Zen, 2014)
Page 39
21
Tidak munculnya berbagai jenis pekerjaan dan jasa atau yang sering
disebut dengan profesi pada masa Rasulullah SAW dan ulama mujtahid
pada masa lalu menjadikan zakat profesi tidak terlalu dikenal (tidak
familiar) dalam sunnah dan kitab-kitab fiqh klasik.
Istilah zakat profesi sendiri dipopulerkan oleh Yusuf Qardhawi pada
tahun 1969 dalam kitab Fiqh Az Zakah dengan penggunaan kata zakatu
kasb al-‘amal wa al-mihn al hurrah الحرة() زكاة كسب العمل والمهن yang
dapat diartikan dengan pencarian dan profesi, yaitu berbagai usaha yang
menghasilkan harta kekayaan yang berupa uang dan sebagainya. Yusuf
Al Qardhawi menilai zakat profesi/upah kerja termasuk dalam jenis
maal mustafaad )مال مستفاد(, yaitu yang tidak tumbuh dari harta wajib
zakat yang dimiliki. (Zen, 2014)
Pada umumnya, Ahli Fiqh menerjemahkan maal al mustafad
menjadi tiga jenis: pertama, harta yang tumbuh dari harta wajib zakat
yang dimiliki seseorang. Contohnya adalah keuntungan dari barang
dagangan, binatang ternak yang lahir sebelum berlalunya haul, dll.
Kedua, harta yang sejenis dengan harta wajib zakat yang dimiliki
seseorang, namun tidak tumbuh darinya. Contohnya: harta yang
diperoleh dari pembelian, hadiah dan warisan. Ketiga, harta yang
berbeda jenis dengan harta wajib zakat yang dimiliki seseorang.
Contohnya: sejumlah onta yang baru dibeli/ diberi/ diwarisi seseorang,
dan ia memiliki barang dagangan yang sudah mencapai nishab.
(Qardhawi, 1969)
Page 40
22
Kajian dan praktik zakat profesi ini mulai marak di Indonesia kira-
kira sejak tahun 90-an akhir dan awal tahun 2000-an. Khususnya
setelah kitab Yusuf Qardhawi tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia oleh Didin Hafidhuddin yang diterbitkan pada tahun 1999.
(Riyadi, 2015, hal. 5) Sejak saat itu, zakat profesi mulai banyak
diterapkan oleh lembaga pengelola zakat di Indonesia, baik lembaga
milik pemerintah (BAZNAS) atau milik swasta (LAZ).
d. Syarat-Syarat Wajib Zakat Profesi
Harta yang akan dikeluarkan zakatnya harus memenuhi persyaratan
yang ditentukan syara’. Pada zakat profesi, kewajiban zakat disyaratkan
mencapai nishab, atau harta yang dimiliki sudah mencapai nishab.
(Shobirin, 2015) Nishab ialah jumlah harta benda minimum yang
dikenakan zakat.
Tidak ada ketetapan yang pasti tentang nishab, waktu, ukuran dan
cara mengeluarkan zakat profesi. Namun terdapat beberapa
kemungkinan kesimpulan dalam menentukan nishab, ukuran dan waktu
mengeluarkan zakat profesi. (Shobirin, 2015)
Yusuf Al-Qardhawi sendiri menganalogikan zakat profesi dengan
zakat uang, nishabnya senilai 85 gram emas dengan ukuran zakat 2,5%.
Adapun waktu pengeluarannya terdapat dua kemungkinan; pertama,
memberlakukan nishab dalam setiap jumlah pendapatan atau
penghasilan yang diterima. Dengan demikian, penghasilan yang
Page 41
23
mencapai nishab seperti gaji yang tinggi dan honorarium yang besar
pada golongan profesi wajib dikenakan zakat, sedangkan yang tidak
mencapai nishab tidak wajib menunaikan zakat. Kedua, mengumpulkan
gaji atau penghasilan yang diterima berkali-kali dalam waktu tertentu
hingga mencapai nishab. (Qardhawi, 1969)
Selain itu, Syaikh Muhammad Al-Ghazali dalam bukunya “Islam wa
Awdha Al-Iqtishadiyah” menyebutkkan bahwa zakat profesi
dinisbatkan terhadap zakat pertanian yang ukuran zakatnya sebesar
sepersepuluh (10%) bagi yang hanya mengandalkan tadah hujan atau
seperduapuluh (5%) bagi petani yang menggunakan irigasi. Dari
statement tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, siapa yang
mempunyai pendapatan yang tidak kurang dari pendapatan seorang
petani, maka diwajibkan baginya untuk berzakat. Adapun nishabnya
ialah disetarakan dengan 653 kg padi. Oleh karena itu, seorang dokter,
pengacara, insinyur, pengusaha, PNS, karyawan dan sebagainya wajib
mengeluarkan zakat dikarenakan memiliki pendapatan yang besar.
Adapun haulnya ialah saat menerima gaji, dan nishabnya adalah 10%
dari sisa pendapatan bersih. (Shobirin, 2015)
Terdapat pula pendapat madzhab Imamiyah atau yang biasa disebut
dengan madzhab Ahlul-Bait, yang menetapkan zakat profesi sebesar
20% dari hasil pendapatan bersih, sama seperti dalam laba perdagangan
serta setiap hasil pendapatan lainnya, berdasarkan pemahaman mereka
Page 42
24
berkaitan dengan firman Allah SWT. Dalam QS. Al-Anfal (8):41
tentang ghanimah. (Al-habsyi, 1999)
ن وابن ى ب ر ق ى ال ذ ل و ل و س لر ل و ه س م خ ِل أن ف ئ ي ش ن م م ت م ن ا غ م أن آو م ل اع و س اك ال م ى و ال ي ت م و
ب ي ل الس ل ن ا على ع ب َل مآ أن ز وهللا قلىعان م ج ى ال ق الت م و ي قان ر ف ال م و ا ي ن د إن ك ن ت م آ من ت م ب اهلل و
(۶۱)األنفال : ير د ق ئ ي ش على كل
Artinya: “Dan ketahuilah, sesungguhnya segala yang kamu peroleh
sebagai rampasan perang, maka seperlimanya untuk Allah, Rasul,
kerabat Rasul, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil.( Maka yang
demikian) jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami
turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari furqan, yaitu pada
hari bertemunya dua pasukan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
e. Pengqiyasan Zakat Profesi
Adapun zakat profesi di Indonesia hukumnya ialah diperbolehkan
(halal). Hal ini mengacu pada Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 3
Tahun 2003 tentang zakat penghasilan (profesi). Sedangkan untuk
prakteknya, zakat profesi di Indonesia pun masih belum menemukan
kesamaan, baik dalam qiyas, nishab maupun haul. Untuk lebih jelasnya
berikut tabel perbedaan zakat profesi di Indonesia (Zen, 2014):
Tabel 2.1: Perbedaan Zakat Profesi di Indonesia
No. Pengelola
Zakat
Qiyas Nishab Haul Kadar
Zakat
1. Fatwa
MUI No. 3
Zakat
Perdagang
85 gram
emas
Cukup
haul, dapat
2,5%
Page 43
25
Tahun
2003
an ditunaikan
tahunan
atau
bulanan
2. BAZNAS Zakat
pertanian,
dibayarkan
ketika
mendapatk
an
hasilnya
653 Kg
gabah dan
524 kg
beras
makanan
pokok,
dibayarkan
dari
pendapatan
kotor
Tanpa ada
haul
Dianalogik
an kepada
zakat emas
dan perak
yaitu
sebesar
2,5% atas
dasar
kaidah
“Qiyas Ash
Shabah”
3. BAZDA
Lebak
Dianalogik
an kepada
zakat
perdagang
an/
‘auduttijar
ah
85 gram
emas
Cukup haul 2,5%
4. BAZNAS Dianalogik 85 gram Cukup 2,5% dari
Page 44
26
Kab.
Sukabumi
an kepada
zakat
perdagang
an
emas haul,
ditunaikan
tahunan
atau
bulanan
seluruh
penghasilan
kotor
5. YBM BRI Zakat
pertanian
5 wasaq
atau 652,8
kg gabah
setara
dengan
520 kg
beras
Tanpa ada
haul
Di qiyaskan
zakat emas
dan perak
2,5%
6. LAZIS
Amaliah
ASTRA
Di
analogikan
kepada
zakat
perdagang
an
85 Emas
gram
Cukup
Haul
Sebesar
2,5%
7. Syiah Dianalogik
an kepada
zakat rikaz
85 gram
Emas
Tanpa haul Sebesar
20%
Page 45
27
Dari tabel diatas, dapat difahami bahwa setidaknya terdapat empat
model yang berbeda bagi masyarakat Indonesia dalm penentuan kadar
zakat profesi, pertama; dianalogikan kepada perdagangan dengan
nishab 85 gram emas dan kadarnya 2,5%, kedua; dianalogikan kepada
zakat pertanian yang nishabnya 653kg gabah atau 520 kg beras dan
kadarnya 5%, ketiga; dianalogikan kepada zakat pertanian dengan kadar
2,5%, keempat; dianalogikan terhadap rikaz yang nishabnya 85 gram
emas dan kadarnya 2,5%.
Dari empat model penghitungan zakat profesi tersebut, dapat dibuat
sebuah penghitungan yang menggambarkan ilustrasi zakat profesi
diatas sebagai berikut:
Tabel 2.2 :
Penghitungan Zakat Profesi Berdasarkan Penggolongan Jenisnya
No Nishab Tarif Simulasi Penghasilan Zakatnya
1 Emas/Perda
gangan
2,5% 85 gram emas x Rp.
500.000 = Rp. 42.500.000
Rp. 42.500.000/12 = Rp.
3.542.667
Rp.
3.543.667 x
2,5% = Rp.
88.567
2
Pertania
(Gabah)
5% 653 x Rp. 5000 = Rp.
3.265.000
Rp.
3.265.000 x
5% = Rp.
163.250
Pertanian
(Beras)
5% 520 x Rp. 7000 = Rp.
3.640.000
Rp.
3.640.000 x
Page 46
28
5% = Rp.
182.000
3
Pertanian
(Gabah)
2,5% 653 x Rp. 5000 = Rp.
3.265.000
Rp.
3.265.000 x
2,5% = Rp.
81.625
Pertanian
(Beras)
2,5% 520 x Rp. 7000 =Rp.
3.640.000
Rp.
3.640.000 x
2,5% =
91.000
4 Rikaz 20% 85 gram emas x Rp.
500.000 = 42.500.000
42.500.000 /12 = Rp.
3.542.667
Rp.
3.542.667 x
20% = Rp.
708.533
Sumber : (Zen, 2014)
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan apabila seorang muslim memiliki
gaji sebesar Rp. 3.650.000 (UMR DKI Jakarta 2018), maka jika menurut
jenis penghitungan yang pertama dan ketiga, zakat yang harus ditunaikan
ialah Rp. 91.250, atau jika menurut perhitungan kedua; zakat yang harus
dikeluarkan ialah sebesar Rp. 182.500, dan jika menurut penghitungan
yang keempat, maka zakat yang harus ditunaikan ialah seperlimanya, atau
senilai Rp. 730.000.
2. Konsep Efektifitas dan efisiensi
Efektifitas dan efisiensi merupakan salah satu kriteria untuk menilai
kinerja pusat pertanggungjawaban. Kriteria ini hampir selalu digunakan
Page 47
29
dalam arti relatif, bukan secara absolut/mutlak (Anthony, 1994). Di dalam
organisasi nirlaba, diperlukan adanya sebuah efektifitas dan efisiensi kerja.
Hal ini berbeda dengan organisasi laba yang menggunakan laba sebagai
tolak ukur kinerjanya.
Menurut Wise, setidaknya terdapat 3E atas penilaian bagi organisasi
nirlaba, yakni economy, efficiency, dan effectiveness, atau yang biasa
disebuut dengan indikator performa. Indikator performa untuk sebuah
institusi zakat sangatlah dibutuhkan untuk mengetahui apakah institusi
tersebut berfungsi seperti seharusnya atau tidak. Indikator-indikator ini
setidaknya mencakup beberapa hal penting, seperti periode penyaluran,
efektivitas alokasi dana, rasio biaya operasional dalam penghimpunan
dana, kualitas pemerintah, kualitas penyaluran program, serta maksimum
dana yang diizinkan untuk ditahan dsb. (BAZNAS & Bank Indonesia,
2016)
Hubungan antara input dan dan output adalah ukuran dari efisiensi,
sedangkan hubungan antara output yang dicapai dengan tujuan organisasi
adalah ukuran dari efektifitas. (Wise, 2002)
Efektifitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian
dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efektifitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan
dengan hasil yang sesungguhnya akan dicapai. Sedangkan efisiensi berasal
dari kata efisien selalu berkaitan dengan perbandingan antara pengeluaran
Page 48
30
(output) dengan pemasukan (input) dengan membandingkan jumlah yang
dihasilkan dari suatu input yang digunakan.
a. Pengertian Efektifitas
Efektifitas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang (view point), dan
mempunyai kaitan yang erat dengan efisiensi. Efektifitas ialah hasil guna
yang ditekankan pada efek, hasilnya dan kurang memperdulikan
pengorbanan yang perlu diberikan untuk memperoleh hasil tersebut.
sedangkan efisiensi (daya guna) penekanannya disamping pada hasil yang
ingin dicapai, juga besarnya pengorbanan pengorbanan untuk mencapai
hasil tersebut perlu diperhitungkan. (Syamsi, 1988:2).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektifitas
adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan,
manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau
tindakan, dalam hal ini efektifitas dapat dilihat dari tercapai atau tidaknya
tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan.
Sesuai dengan Permendagri No. 13 tahun 2006, efektifitas adalah
pencapaian hasil program dengan target yang relah ditetapkan, yaitu
dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil (output-outcome).
Outcome dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah.
Efektifitas pada dasarnya mengacu pada kemampuan setiap organisasi
dalam mencapai tujuan. Efektifitas dijabarkan berdasarkan kapasitas suatu
Page 49
31
organisasi dalam memperoleh dan memanfaatkan sumber daya yang ada
dalam usaha pencapaian tujuan organisasi.
b. Tolak Ukur Efektivitas
Efektifitas memiliki beberapa ukuran yang dapat dilihat diantaranya
adalah seberapa banyak hasil yang dihasilkan dibandingkan dengan
tujuan awal organisasi, seberapa puas pelanggan dalam menggunakan
barang yang telah dihasilkan oleh organisasi dan seberapa kreatif
organisasi dalam menyampaikan hasil produknya.
Ukuran efektifitas dan efisiensi ini telah diatur oleh Depdagri,
Kemendagri No. 690.900.327 tahun 1996 tentang Pedoman Penilaian
Kinerja Keuangan.
Tabel 2.3:
Kriteria Efektifitas Kinerja Keuangan
Kinerja
Keuangan (%)
Kriteria
>100 Sangat Efektif
90-100 Efektif
80-90 Cukup efektif
60-80 Kurang Efektif
<60 Tidak Efektif
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 1996
Page 50
32
Berdasarkan pendapat Duncan, untuk mengetahui efektifitas dapat
dilihat dengan menilai atau mengukur haal-hal berikut: (Steers,
1985:53)
1) Integrasi, yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu
organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus
dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya.
2) Ketepatan sumber daya manusia (SDM), merupakan suatu usaha
yang dilakukan dalam memilih pihak-pihak yang menjalankan
program pembangunan. Pemilihan ini dilakukan supaya
pelaksanaan program dapat berjalan sesuai dengan tujuan.
3) Ketepatan penggunaan peralatan atau perlengkapan, dalam hal ini
perlengkapan yang akan digunakan selama proses pelaksanaan
pembangunan dapat dilakukan oleh pemerintah daerah atau
masyarakat tersendiri.
4) Ketepatan penggunaan waktu yang tersedia, seluruh aktivitas yang
dilakukan dalam proses pembangunan waktu yang diperlukan lebih
banyak maka hal ini juga berarti bahwa pelaksanaan pembangunan
kurang efektif.
5) Ketepatan penggunaaan sumber daya alam (SDA), dalam hal ini
sumber daya alam yang ada harus digunakan sesuai dengan
kebutuhan.
Sedangkan menurut pendapat S.P. Siagian, untuk mengetahui
efektivitas dapat dilihat dengan menilai atau mengukur hal-hal berikut:
Page 51
33
1) Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksudkan supaya
karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah
dan tujuan organisasi dapat tercapai.
2) Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi
adalah berada pada jalan yang diikuti dalam melakukan berbagai
upaya dalam mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para
implementer tidak tersesat dalam pencapaian organisasi.
3) Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan
dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah
ditetapkan, artinya kebijakan harus mampu menjembatani tujuan-
tujuan dengan usaha pelaksanaan kegiatan operasional.
4) Perencanaan yang matang, pada hakikatnya berani memutuskan
sekarang apa yang dikerjakan oleh organisasi di masa depan.
5) Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih
perlu dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat.
Sebab apabila tidak, para pelaksana akan kurang memiliki
pedoman bertindak dan bekerja.
6) Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator
efektivitas organisasi adalah kemampuan bekerja secara produktif.
Dengan sarana dan prasarana yang tersedia dan mungkin
disediakan oleh organisasi.
Page 52
34
7) Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu
program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka
organisasi tersebut tidaka akan mencapai sasarannya.
8) Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik,
mengingat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas
organisasi menuntut terdapatnya sistem pengawasan dan
pengendalian.
Sedangkan dalam penelitian ini, tolak ukur yang dipakai ialah
metode rasio efektivitas penyerapan dana zakat atau Allocation to
Collection Ratio (ACR). Rasio efektivitas ini mengukur kemampuan
lembaga zakat dalam menyalurkan dana zakatnya dengan cara membagi
total dana penyaluran dengan total dana penghimpunan. (BAZNAS,
Outlook Zakat Indonesia 2018, 2018)
ACR ini dinyatakan dalam presentase yang dapat diklasifikasikan ke
dalam lima kategori:
1) Highly effective (Jika ACR > 90%)
2) Effective (Jika ACR mencapai 70-89%)
3) Fairly Effective (Jika ACR mencapai 50-69%)
4) Below Expectation (Jika ACR mencapai 20-49%)
5) Ineffective (Jika ACR <20%)
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
efektifitas merupakan konsep yang penting bagi sebuah organisasi
Page 53
35
dalam mencapai sasarannya, atau dapat dikatakan bahwa efektifitas
merupakan tingkat ketercapaian tujuan yang telah dilaksanakan
dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
c. Pengertian Efisiensi
Efisiensi menurut KBBI ialah tepat atau sesuai untuk mengerjakan
(menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga,
biaya) atau mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat.
Konsep efisiensi berasal dari konsep mikroekonomi (Teori Produsen
dan teori Konsumen) yang mencoba untuk selalu memaksimalkan
utilitas atau kepuasan, baik dari sudut pandang konsumen maupun
produsen. Teori produsen mencoba untuk memaksimalkan kegunaan
atau kepuasan dengan memaksimumkan keuntungan atau
meminimumkan biaya dari sudut pandang produsen, sedangkan teori
konsumen mencoba untuk memaksimalkan kegunaan atau kepuasan
dari sudut pandang individu. (Ascarya & Yumanita, 2008)
Efisiensi menurut Harjum Muharam (2007) ialah kemampuan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar atau dalam pandangan
matematikanya didefinisikan sebagai perhitungan rasio output
(keluaran) dan input (masukan) atau jumlah keluaran (output) yang
dihasilkan dari satu input yang digunakan. (Muharam & Pusvitasari,
2007)
Page 54
36
Menurut Farell (1957), pengukuran efisiensi suatu perusahaan
terbagi menjadi tiga, yaitu:
1) Teknik efisiensi menggambarkan kemampuan sebuah perusahaan
untuk mencapai output maksimal dengan input yang tetap.
2) Alokasi efisiensi menggambarkan kemampuan sebuah perusahaan
untuk menggunakan input dalam proporsi optimal.
3) Efisiensi ekonomi ialah efisiensi yang dihasilkan dari kombinasi
dua pengukuran dalam teknik efisiensi dan alokasi efisiensi.
(Hosen, 1997)
Sama halnya dengan bentuk perusahaan, maka efisiensi dalam
perusahaan nirlaba seperti lembaga pengelola zakat juga merupakan
sebuah tolak ukur dalam mengukur kinerja lembaga tersebut. Secara
keseluruhan, efisiensi dalam perusahaan nirlaba dapat didekomposisi
menjadi efisiensi dalam skala (scale efficiency), efisiensi dalam cakupan
(scope efficiency) efisiensi teknis (technical efficiency) dan efisiensi
alokasi (allocative efficiency). (Muharam & Pusvitasari, 2007)
d. Metode Pengukuran Efisiensi
Ukuran efektifitas dan efisiensi ini telah diatur oleh Depdagri,
Kemendagri No. 690.900.327 tahun 1996 tentang Pedoman Penilaian
Kinerja Keuangan.
Page 55
37
Tabel 2.4:Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan
Kinerja
Keuangan (%)
Kriteria
>100 Sangat Efisien
90-100 Efisien
80-90 Cukup Efisien
60-80 Efisien
<60 Tidak Efisien
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 1996
Pengukuran efisiensi terhadap perusahaan memiliki dua pendekatan,
yaitu pendekatan parametric dan non parametric. Jenis pendekatan
parametric memerlukan informasi yang akurat untuk melihat hubungan
antara biaya yang dikeluarkan (output) terhadap pendapatan yang
dihasilkan (input). Pendekatan jenis ini memperhitungkan random error
(faktor eksternal) dan menghasilkan kesimpulan secara statistik
sehingga mengurangi kesalahan dalam ukuran dan outliers. Sedangkan
jenis pendekatan non parametric tidak menggunakan informasi,
sehingga sedikit data yang dibutuhkan lebih sedikit asumsi yang
diperlukan dan sampel yang lebih sedikit dapat dipergunakan.
1) Data Envelopment Analysist (DEA)
Data Envelopment Analysis atau disingkat DEA pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1978 oleh Charnes A, Cooper WW dan
Rhodes E dalam jurnal Operational Research dengan judul “Measuring
The Efficiency of Decision Making Units”. Jurnal tersebut membahas
Page 56
38
pengembangan langkah-langkah pengambilan keputusan efisiensi yang
dapat digunakan dalam mengevaluasi Unit Pengambil Keputusan
(Charnes et al.,1978).
DEA adalah teknik berbasis pemrograman linear untuk
mengevaluasi efisiensi relatif dari unit pengambilan keputusan, dengan
cara membandingkan antara DMU satu dengan DMU lain yang
memanfaatkan sumber daya yang sama untuk menghasilkan output
yang sama, dimana solusi dari model tersebut mengindikasikan
produktifitas atau efisiensi suatu unit dengan unit lainnya. Tujuan akhir
dari DEA dimaksudkan sebagai metode untuk evaluasi kinerja dan
benchmarking. Efisiensi relatif dari DMU diukur dengan
memperkirakan rasio bobot output untuk suatu input dan
membandingkannya dengan DMU lainnya. DMU yang mencapai
efisensi 100% dianggap efisien sedangkan DMU dengan nilai dibawah
100% dianggap tidak efisien. DEA mengidentifikasi satu set DMU
yang efesien dan digunakan sebagai tolak ukur untuk perbaikan DMU
yang tidak efisien. DEA juga memungkinkan melakukan perhitungan
jumlah yang diperlukan untuk perbaikan dalam input dan output pada
DMU sehinggan menjadi efisien. Ukuran dasar efisiensi yang
digunakan dalam DEA adalah rasio total output total input.
Secara matematis, formulasi DEA dapat dirumuskan sebagai
berikut (Ascarya & Yumanita, 2008) :
Page 57
39
Efisiensi DMU = ∑ −1 𝜇𝑘𝑦𝑘𝑗
𝑝𝑘
∑ =𝑛𝑡𝑖 1𝑋𝑖𝑗
Keterangan:
DMU = Unit Pengambil Keputusan (UPK)
n = UPK yang akan dievaluasi
m = input-input yang berbeda
p = output yang berbeda
xij = Jumlah input I yang dikonsumsi oleh UPKj
ykj = jumlah output yang diproduksi oleh UPKj
a) Model-Model DEA
Terdapat dua model DEA yang sering digunakan, yakni model
Charnes, Chooper dan Roodes (CCR) dan model Banker, Charnes
dan Cooper (BCC). (Ascarya & Yumanita, 2008)
I) Model CCR
Model CCR ini dikembangkan oleh Charnes, Chooper dan
Roodes (1978). Model ini mengasumsikan bahwa penambahan
input sebesar n kali akan meningkatkan output sebesar n kali
juga. Atau bisa disebut dengan asumsi Constant Retun to Scale
(CRS). Oleh karenanya, model ini sering juga disebut dengan
CRS. Asumsi lain yang digunakan dalam model ini adalah
bahwa setiap Pengambil Keputusan (UPK) beroperasi pada
skala yang optimal. Dengan demikian, efisiensi dengan model
ini juga disebut dengan efisiensi Overall. (Akbar, 2009)
II) Model BCC
Page 58
40
Dikembangkan oleh Banker, Charnes dan Cooper (1984).
Mereka menyatakan bahwa Persaingan dan kendala-kendala
keuangan dapat menyebabkan perusahaan untuk tidak
beroperasi pada skala optimalnya.
Untuk mengatasi problem ini, mereka mengajukan asumsi
Variabel Return to Scale (VRS). Artinya, jika ada penambahan
input sebesar n kali, maka tidak akan menyebabkan output
meningkat sebesar n kali. Bisa lebih besar atau lebih kecil).
Kondisi dimana ia dapat menghasilkan output yang lebih besar
disebut dengan Increasing Return to Scale (IRS). Dan jika
menghasilkan kurang dari n kali, maka disebut dengan kondisi
Decreasing Return to Scale (DRS). Efsiensi yang dihitung
dengan asumsi VRS inilah yang disebut sebagai efisiensi tekni
”murni” (Pure Technical Efficiency). UPK yang efisien
berdasarkan model ini sering disebut dengan efisien secara
teknis.
b) Pendekatan yang Digunakan
Terdapat bermacam-macam definisi konseptual dalam
mendefiniskan input dan output dalam membentuk sebuah model
efisiensi yang tepat. Hadad, et.al. (2003) menjelaskan konsep yang
digunakan dalam mendefinisikan hubungan input dan output dalam
industri perbankan, yaitu:
Page 59
41
I) Pendekatan Produksi, Pendekatan ini melihat institusi finansial
sebagai produser dari akun deposit dan kredit pinjaman. Di sini
output merupakan jumlah dari akun-akun tersebut atau dari
transaksi-transaksi yang terkait. Sedangkan input adalah
jumlah tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset tetap dan
material lainnya.
II) Pendekatan intermediasi, Melihat institusi keuangan sebagai
lembaga perantara dalam jasa keuangan, yang merubah dan
mentransfer aset-aset finansial dari unit-unit surplus kepada
unit-unit defisit. Dalam hal ini, input-input seperti biaya tenaga
kerja, modal, dan pembayaran bunga pada deposito, dengan
output yang diukur dalam bentuk kredit pinjaman dan investasi
finansial.
III) Pendekatan aset, Pendekatan ini melihat fungsi primer sebuah
institusi finansial sebagai pencipta kredit pinjaman, yang
mendekati pendekatan intermediasi, dimana output benar-
benar didefinisikann dalam bentuk aset-aset. (Hadad & et.al,
2003)
2) Stochastic Frontier Analysis (SFA)
Metode Penelitian ini pertama kali dikemukakan oleh Meeusen
dan Van Den Broeck (1977) dan Aigner, Lovell, dan Schmidt
(1977). SFA merupakan tekhnik pengukuran efisiensi dengan
menggunakan pendekatan parametric. Oleh karena itu, SFA
Page 60
42
menganggap adanya dua bagian error term. Efisiensi dalam
pendekatan ini mengikuti distribusi asimetris, biasanya setengah
normal (half normal). Sedangkan kesalahan acak (random error)
terdistribusi simetrik standar. (Hartono, 2009)
Nilai efisiensi yang dihasilkan berupa skor 0-1. Sebuah
perusahaan dianggap efisien jika menghasilkan skor yang
mendekati 1. Begitu juga sebaliknya, semakin mendekati 0 maka
perusahaan tersebut dianggap semakin tidak efisien.
Metode SFA ini menggunakan ս (error yang dapat
dikendalikan) untuk mendapatkan nilai efisiensi tersebut. (Rino &
Harjum, 2011)
Dalam penelitian ini, penulis memilih untuk memilih
menggunakan pendekatan produksi dimana penulis melihat
efektifitas dan efisiensi zakat digital dan payroll system melalui
output seperti penerimaan penghimpunan dana zakat dan jumlah
muzakki dengan input biaya operasional dll.
B. Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti,
Tahun, dan Judul
Penelitian
Model Analisis Hasil Penelitian
1 Muhammad
Firdaus, Irfan Syauqi
Beik, Tonny Irawan,
Data Panel Penghimpunan dana
zakat selama satu
dekade terakhir terus
Page 61
43
Bambang Juanda,
2012, Economics
Estimation and
Determinations of
Zakat Potential in
Indonesia,
mengalami
peningkatan. Ini
dilihat dari
peningkatan
sebanyak 408,47%
dari 2005 ke 2010.
Total potensi zakat
di Indonesia ialah
217T atau sekitar
3.40% dari GDP
Masyarakat banyak
yang rutin
mengeluarkan zakat
setiap bulannya
dikarenakan
langsung dipotong
oleh perusahaan.
20,8%
membayar zakat
namun tidak rutin,
Dan sekitar 8.5%
penduduk tidak
membayar zakat
Page 62
44
sama sekali.
2 Friska Tyas
Illacartika Sary,
Skripsi, 2016,
Analisa Tingkat
Efisiensi dan
Tingkat
Produktivitas Bank
Umum Syariah
(BUS) Periode 2011-
2015
Stochasti
c Frontier
Analysis
(SFA)
Regresi
Data
Panel
Bank Umum Syariah
selama periode
2011-2015 memiliki
nilai rata-rata
efisiensi sekitar 0,94
atau 94,46%. Hal ini
menunjukkan bahwa
BUS telah mencapai
tingkat efisiensi
namun masih
mengalami fluktuasi.
Nilai efisiensi
tertinggi terjadi pada
tahun 2014 dengan
rata-rata efisiensi
tertinggi ialah Bank
Syariah Mandiri
sebesar 97.30%
3 Ariel Sharon
Sumenge, 2013,
Analisis Efektifitas
dan Efisiensi
Deskriptif
Kuantitatif
Tingkat dan kriteria
efektifitas anggaran
belanja BAPPEDA
Minahsan Selatan
Page 63
45
Pelaksanaan
Anggaran Belanja
Badan Perencanaan
Pembangunan
Daerah (BAPPEDA)
Minahasa Selatan
pada tahun 2008-
2012 sangat
bervariasi, tingkat
efektifitas tertinggi
terjadi pada tahun
2010 dan yang
terendah terjadi pada
tahun 2011.
Anggaran belanja
BAPPEDA
Kabupaten Minahasa
Selatan tahun 2008-
2012, secara
keseluruhan sudah
diolah secara efisien.
Pengelolaan
anggaran belanja
sudah memenuhi
syarat efisiensi yaitu
penggunaan dana
yang minimum
untuk mencapai hasil
maksimum.
Page 64
46
4 Nasher Akbar,
2009, Analisis
Efisiensi Organisasi
Pengelola Zakat
Nasional dengan
Pendekatan Data
Envelopment
Analysis
DEA Peningkatan kinerja
pengelolaan ZIS
terus mengalami
peningkatan di tiap
tahunnya.
Dari 23 LAZ di
Indonesia, baru
terdapat 5 OPZ
(21,4%) yang efisien
secara skala dan
overall, 12 OPZ
(52,17%) yang sudah
efisien secara teknis,
dan sisanya
dianggap perlu untuk
meningkatkan
efisiensinya.
OPZ yang paling
efisien dari tahun ke
tahun sebesar 100%
ialah LAZ Dompet
Dhuafa
5. Rahmad Kadry, DEA Pada penelitian ini
Page 65
47
Analisis Efisiensi
Lembaga Amil
Zakat (LAZ) Di
Indonesia dengan
Metode Data
Envelopment
Analysis (DEA),
Skripsi S1 UIN
Sunan Kalijaga
Yogyakarta
menunjukkan tingkat
efisiensi skala
tertinggi dimiliki
oleh YBUI BNI
sebesar 81% lalu
Rumah Zakat 76%
LAZIS Swadaya
Ummah 74% dan
Dompet Dhuafa
sebesar 74% dan
diharapkan
selanjutnya LAZ
dapat meningkatkan
pemberdayaan
kepada mustahik.
6. Aulia Zahra,
Prayogo P. Harto,
Ahmad Bisyri AS,
Pengukuran Efisiensi
Organisasi Pengelola
Zakat dengan
Metode Data
Envelopment
DEA Kinerja OPZ sudah
cukup efisien secara
teknis, yakni sekitar
90,04% pada tahun
2012 dan terus
mengalami
peningkatan di setiap
tahunnya.
Page 66
48
Analysis OPZ terus
meningkatkan
kualitas manajemen
dalam penggunaan
input untuk
menghimpun dan
menyalurkan dana
ZIS.
OPZ yang beroperasi
di lingkungan
perusahaan atau
lembaga bisnis
perkantoran
(perbankan)
cenderung lebih
efisien dikarenakan
dalam melakukan
penghimpunan
menerapkan adanya
sistem pemotongan
gaji para karyawan
tersebut.
Page 67
49
C. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir dalam penelitian ini ialah total penerimaan dana
zakat yang dipengaruhi oleh dua variabel bebas yakni zakat payroll system
dan zakat digital.
Berdasarkan UU No. 23 tahun 2011 pasal 53 menjelaskan bahwa
BAZNAS berwenang melakukan pengumpulan zakat melalui UPZ atau
secara langsung, yang dalam hal ini merupakan bagian perencanaan dalam
upaya optimalisasi penghimpunan dana zakat.
Salah satunya ialah zakat payroll system yang merupakan pelaksanaan
Inpres No. 3 tahun 2014 tentang optimalisasi penghimpunan dana zakat di
kementerian, lembaga negara, BUMN dan BUMS. Dan zakat digital yang
merupakan penemuan baru di era digital.
Variabel independen dalam penelitian ini ialah program layanan zakat
payroll system dan zakat digital. Sedangkan variabel dependen dalam
penelitian ini adalah penerimaan total dana zakat selama masa penelitian
yakni 2016-2017.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat efisiensi dan efektivitas
zakat payroll system dan zakat digital terhadap penerimaan dana zakat
pada BAZNAS. Pengukuran efisiensi pada penelitian ini menggunakan
metode Data Envelopment Analysist (DEA), sedangkan pengukuran
efektivitas menggunakan Allocation to Collection Ratio (ACR). Berikut
skema dari kerangka pemikiran pada penelitian ini:
Page 69
51
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian sangat diperlukan dalam sebuah penelitian, hal
ini bermaksud agar penelitian yang dilalukan tetap sesuai dengan tujuan
penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang
sejauh mana efektivitas dan efisiensi zakat payroll system dan zakat digital
berpengaruh terhadap penerimaan dana zakat di BAZNAS selama periode
2016-2017.
Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen (terikat) dan dua
variabel independen (tidak terikat). Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah variabel penerimaan dana zakat pada BAZNAS, sedangkan dua
variabel independen yang digunakan antara lain: zakat payroll system dan
zakat digital.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
yang diperoleh berdasarkan informasi yang telah disusun dan telah
dipublikasikan oleh suatu instansi tertentu. Dalam penelitian ini data yang
digunakan diperoleh dari PID BAZNAS ( Pusat Informasi dan Data Badan
Amil Zakat Nasional).
Jenis penelitian yang digunakan ialah gabungan dari penelitian kuantitatif
secara deskriptif. Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang
melibatkan pengolahan terhadap variabel input maupun output yang
digunakan dalam penelitian, dan penelitian deskriptif (descriptive research)
Page 70
52
adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu
keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan obyek yang diteliti. (Sugiono,
2009:9)
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang
dipelajari dan meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh
obyek atau subyek itu. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Mufraini, 2013:35)
Populasi juga dapat dikatakan sebagai kumpulan dari semua
kemungkinan orang-orang, benda-benda, ukuran lain, yang menjadi objek
perhatian atau kumpulan objek yang menjadi perhatian. (Suharyadi &
Purwanto, 2013:7) sedangkan sampel adalah suatu bagian dari populasi
tertentu yang menjadi perhatian.
Sampel dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni sampel
probabilitas dan non-probabilitas. Menurut Suharyadi dan Purwanto
(2103), Sampel probabilitas merupakan suatu sampel yang dipilih
sedemikian rupa dari sebuah populasi sehingga masing-masing anggota
populasi memiliki probabilitas atau peluang yang sama untuk dijadikan
sampel. Sedangkan sampel non-probabilitas adalah sampel yang dipilih
sedemikian rupa dari sebuah populasi sehingga setiap anggota tidak
memiliki probabilitas atau peluang yang sama untuk dijadikan sampel.
Metode sampling yang digunakan pada penelitian ini ialah metode
Judgement Sampling atau biasa disebut dengan Puposive Sampling yang
Page 71
53
merupakan bagian dari sampel non-probablitas, atau memiliki pengertian
sebuat penelitian yang dalam pengumpulan datanya atas dasar strategi
kecakapan atau pertimbangan pribadi semata (Teguh, 2005)
Peneliti memiliki pertimbangan mengenai ketersediaan data atas
penerimaan dana zakat secara merinci, terutama terhadap seberapa besar
efektivitas dan efisiensi penerimaan dana zakat dari program layanan zakat
payroll system dan zakat digital.
Dalam penelitian ini, data yang akan digunakan ialah data sekunder,
atau data yang dikumpulkan oleh beberapa peneliti lain dan digunakan
dalam bentuk mentah. Data yang digunakan bersumber dari Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) dengan mengambil seluruh populasi yaitu
laporan keuangan tahunan BAZNAS, dan sampel berupa data berupa biaya
operasional dan data penerimaan zakat untuk zakat payroll system dan
zakat digital.
Data yang digunakan diambil dari laporan keuangan tahunan berupa
laporan penerimaan dana zakat dan biaya operasional pada masing-masing
layanan program zakat payroll system dan zakat digital pada rentang waktu
januari 2016 hingga desember 2017.
C. Metode Pengumpulan Data
Langkah penting lainnya yang perlu dilakukan di dalam penelitian
sebelum peneliti sampai kepada konklusi adalah metode pengumpulan
data. Seorang peneliti akan sulit melakukan verifikasi terhadap objek yang
Page 72
54
menjadi bahan penelitiannya tanpa ada fakta-fakta yang mendasarinya.
(Teguh, 2005)
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
sekunder atau data yang diperoleh tidak secara langsung melainkan dari
instansi tertentu yang dapat berupa laporan atau catatan yang dikeluarkan.
Data sekunder ini dapat diambil dari informasi yang dikeluarkan oleh
suatu instansi tertentu yang dapat berupa data harian, mingguan, bulanan,
triwulan, atau bahkan tahunan.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Library Research
Landasan teori dan pengembangan hipotesis yang terkait
dalam penelitian ini diambil dan dibentuk dari literatur-literatur
yang bersumber dari buku-buku, jurnal, dan tulisan-tulisan lainnya
yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini.
2. Internet Research
Dalam penelitian ini data yang digunakan ialah data sekunder
atau data yang tidak didapatkan secara langsung oleh peneliti. Data
ini diambil dari situs/ website resmi pemerintah Indonesia dan
salah satu social crowdfunding di Indonesia, diantaranya ialah PID
BAZNAS (Pusat Informasi dan Data Badan Amil Zakat Nasional)
Kitabisa.com dan website resmi Kementrian Dalam Negeri. data
Page 73
55
yang diambil adalah data laporan keuangan dengan periode 2016-
2017.
3. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara
mengumpulkan dokumen atau laporan yang bersumber dari
lembaga atau pihak-pihak yang terkait dengan penelitian.
(Mufraini, 2013, hal. 46) data sekunder pada penelitian ini
bersumber dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan dua teknik analisis statistik non
parametrik. Yakni Data Envelopment Analysis (DEA) untuk mengukur
tingkat efisiensi dan Allocation to Collection Ratio (ACR) untuk
mengukur tingkat efektivitas.
1. Data Envelopment Analysis (DEA)
Data Envelopment Analysis (DEA) adalah sebuah teknik
pemrograman matematis yang digunakan untuk mengevaluasi
efisiensi relatif dari sebuah kumpulan unit-unit pembuat keputusan
atau Decision Making Units (DMU) dalam mengelola sumber daya
(input) dengan jenis yang sama sehingga menjadi hasil (output)
dengan jenis yang lama pula, dimana hubungan bentuk fungsi dari
input ke output tidak diketahui.
Efisiensi = Jumlah tertimbang input
Jumlah tertimbang output
Page 74
56
DEA merupakan alat ukur efisiensi relatif yang digunakan
untuk mengevaluasi bagaimana suatu proses pengambilan
keputusan dalam suatu unit, dalam hal ini program pengumpulan
dana zakat di BAZNAS, Program Zakat Payroll System dan Zakat
Digital Kitabisa.com. selanjutnya proses tersebut akan membentuk
suatu garis frontier yang terbentuk dari program-program
penghimpunan dana zakat di BAZNAS. Program yang efisien akan
menunjukkan nilai 1. Namun pengertian efisien tidak berarti
memberikan output yang paling maksimum, tetapi yang
memberikan gambaran best practices dari output diantara program
yang dijadikan sampel.
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan metode
Data Envelopment Analysis (DEA) dengan menggunakan software
DEAFrontier. Metodologi DEA adalah sebuah metode
nonparametrik yang menggunakan model program linier untuk
menghitung perbandingan rasio output dan input untuk semua unit
atau Decision Making Unit (DMU) yang dibandingkan. DEA
pertama kali diperkenalkan oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes pada
tahun 1978. Metode ini tidak memerlukan sebuah fungsi persamaan
dan hasil perhitungannya bersifat relatif. (Siswadi & Arafat, 2004)
2. Allocation to Collection Ratio (ACR).
Tolak ukur yang dipakai ialah metode rasio efektivitas
penyerapan dana zakat atau Allocation to Collection Ratio (ACR).
Page 75
57
Rasio efektivitas ini mengukur kemampuan lembaga zakat dalam
menyalurkan dana zakatnya dengan cara membagi total dana
penyaluran dengan total dana penghimpunan. (BAZNAS, Outlook
Zakat Indonesia 2018, 2018)
ACR ini dinyatakan dalam presentase yang dapat
diklasifikasikan ke dalam lima kategori:
1) Highly effective (Jika ACR > 90%)
2) Effective (Jika ACR mencapai 70-89%)
3) Fairly Effective (Jika ACR mencapai 50-69%)
4) Below Expectation (Jika ACR mencapai 20-49%)
5) Ineffective (Jika ACR <20%)
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian dalam ini terdiri atas variabel dependen
dan independen yang akan dijelaskan berikut:
1. Operasional Variabel Input
Variabel Input yang digunakan pada penelitian ini ialah variabel
penerimaan dana zakat BAZNAS pada tahun 2016 dan 2017.
Besarnya total penerimaan dana zakat menandakan bahwa semakin
banyak muzakki yang mempercayakan BAZNAS sebagai amil yang
bertugas menyalurkan dana zakatnya kepada mustahik.
2. Operasional Variabel Output
Page 76
58
Variabel Output sering disebut juga variabel bebas yang
mempengaruhi terhadap variabel dependen atau terikat. Adapun
variabel independen dalam penelitian ini adalah :
a. Zakat Payroll System, atau zakat yang terhimpun atas kesediaan
muzakki dalam pemotongan gaji secara otomatis oleh perusahaan
sebagai bentuk penunaian zakat kepada lembaga amil zakat
(LAZ) yang telah bermitra dengan perusahaan, dalam hal ini
BAZNAS, yang terdiri atas besarnya pendapatan zakat payroll
system sebagai output dan biaya operasional yang harus
dikeluarkan sebagai input.
b. Zakat digital, atau pembayaran zakat mandiri yang dilakukan
secara online melalui crowdfunding website sebagai salah satu
mitra BAZNAS dalam penghimpunan dana zakat di Indonesia.
Yang dalam hal ini diambil besarnya pendapatan zakat digital
sebagai output dan biaya operasional yang harus dikeluarkan
sebagai input.
Page 77
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Zakat Payroll System
Payroll System merupakan sebuah mekanisme penggajian yang
dilakukan oleh perusahaan kepada pegawai berdasarkan sistem.
Payroll system dalam perusahaan biasanya akan melakukan kemitraan
terhadap lembaga tertentu (biasanya lembaga keuangan baik bank
maupun non bank) untuk melakukan pembayaran gaji/upah kepada
pegawainya secara otomatis melalui rekening pegawai dari perusahaan
tersebut.
Zakat via Payroll System (ZPS) merupakan salah satu program
layanan penghimpunan dana zakat profesi oleh Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) melalui pemotongan langsung dari gaji seorang
karyawan di sebuah perusahaan yang telah bermitra dengan BAZNAS.
ZPS merupakan layanan kemudahan berupa otomatisasi zakat di
institusi/perusahaan sehingga karyawan membawa pulang gaji yang
sudah bersih dari kewajiban zakat. Zakat via Payroll System ini
dimaksudkan untuk memfasilitasi pimpinan dan karyawan perusahaan
untuk menunaikan zakat dengan cara diperhitungkan langsung dalam
daftar gaji.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dalam penghimpunan
zakat profesi ini berlandaskan kepada Instruksi Presiden Republik
Page 78
60
Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Optimalisasi Pengumpulan
Zakat di Kementerian/Lembaga, Sekretariat Jenderal lembaga Negara,
Sekretariat jenderal Komisi Negara, Pemerintah Daerah, Badan Usaha
Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah melalui Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS).
Dalam pelaksanaannya, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
melakukan kemitraan dalam menghimpun dana zakat di sekitar 20
kementerian, 19 lembaga negara, 19 BUMN, dan 41 Badan Usaha
Milik Swasta. (BAZNAS, 2017)
Pada pembayaran zakat melalui payroll system ini, karyawan yang
bersedia untuk melalukan potong gaji diharuskan mengisi form
kesediaan membayar zakat dengan langsung potong gaji yang
ditujukan kepada bagian SDM. Hal ini dikarenakan tidak seluruh
karyawan merasa setuju untuk menunaikan zakat di setiap bulannya
dan lebih nyaman untuk menunaikannya sekali dalam setahun.
Setidaknya Zakat via payroll system memiliki beberapa mekanisme
yang perlu diperhatikan, diantaranya:
a. Manajemen perusahaan memfasilitasi pimpinan dan karyawan
untuk menunaikan zakat dengan cara diperhitungkan langsung
dalam daftar gaji.
b. Karyawan mengisi form kesediaan membayar zakat melalui
potong gaji langsung yang ditujukan kepada bagian SDM atau
bagian gaji.
Page 79
61
c. Pembayaran zakat dilakukan langsung dari gaji setiap bulan
dan ditransfer ke rekening BAZNAS oleh bagian keuangan.
d. Bagian SDM menyerahkan data karyawan yang membayar
zakat kepada BAZNAS dalam file berformat excel.
e. Karyawan memperoleh kartu NPWZ (Nomor Pokok Wajib
Zakat), BSZ (Bukti Setor Zakat) dan Laporan Donasi atas zakat
yang ditunaikan.
Zakat via payroll system ini memiliki beberapa keutamaan
dibandingkan program layanan penghimpunan zakat lainnya, antara
lain:
a. Memudahkan karyawan (penunaian zakat langsung dipotong
dari gaji oleh bagian SDM perusahaan).
b. Meringankan karyawan (dilakukan setiap bulan secara
otomatis).
c. Tertib (karyawan sebagai wajib zakat terhindar dari lupa).
d. Menjadikan sebuah keikhlasan. Hal ini dikarenakan muzakki
tidak langsung berhubungan dengan mustahik sehingga tidak
muncul rasa tinggi hati dsb.
e. Tepat sasaran dan berdaya guna (penyaluran zakat melalui
program pendistribusian dan pendayagunaan BAZNAS yang
berkesinambungan).
Page 80
62
2. Zakat Digital
Zakat Digital merupakan salah satu program layanan
penghimpunan zakat online pada BAZNAS melalui portal
kitabisa.com yang dapat diakses dari website maupun mobile apps.
layanan ini bertujuan melayani muzakki dengan lebih baik, terlebih
kepada generasi muda yang sehari-harinya akrab dengan internet.
Zakat digital ini menghimpun dibidang zakat secara umum (tidak
terbatas pada zakat profesi saja) dikarenakan muzakki bebas
mendonasikan zakatnya secara online.
Setidaknya terdapat tiga manfaat kelebihan dari program layanan
zakat digital ini, antara lain:
a. Pengguna atau user dapat menunaikan zakat secara instant yang
langsung tersalurkan baik ke mitra LAZ atau BAZNAS, ataupun
program penyaluran spesifik yang diinginkan. Contoh:
Pengguna ingin menyalurkan zakatnya untuk membantu anak
yatim, maka ia dapat melihat katalog program zakat yang
bertema anak yatim dan langsung memilih program yang ingin
dibantu.
b. User akan mendapatkan laporan penggunaan dana dari mitra
LAZ/BAZNAS di website dan email. Hal ini bertujuan untuk
membangun kepercayaan muzakki terhadap mitra lembaga zakat
dan memberikan ghirrah agar lebih giat lagi dalam membantu
program-program yang ada.
Page 81
63
c. User tidak perlu melakukan konfirmasi zakat jika mengikuti
prosedur zakat di kitabisa.com menggunakan kode unik untuk
metode paymentnya. Kode unik ini dimaksudkan agar lebih
mudah dideteksi oleh sistem tanpa harus melakukan verifikasi.
Berikut mekanisme pembayaran zakat pada zakat digital:
1) Membuka website www.kitabisa.com atau mobile apps
Kitabisa-Donasi Zakat Online.
2) Klik “Zakat” pada bagian kanan atas webpage.
3) Pilih Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang diinginkan, tersedia
BAZNAS, Global Zakat, Rumah Yatim, Dompet Dhuafa,
LAZISMU, Rumah Zakat dan LAZISNU. (dalam hal ini klik
BAZNAS).
4) Setelah webpage BAZNAS muncul, klik “Tunaikan Zakat”.
5) Lalu user akan dialihkan kepada page yang berisikan nominal
yang akan didonasikan, lalu klik “lanjut”.
6) Masuk ke metode pembayaran, user memasukkan identitas diri,
email dan nomor telepon seluler yang bisa dihubungi.
7) Pilih metode pembayaran yang diinginkan (ATM, mobile
banking atau SMS banking, kemudian klik “lanjut”.
8) Webpage akan menampilkan nomor rekening dan nominal yang
harus dibayarkan, selanjutnya user akan menerima sms dan
email notification mengenai detail pembayaran beserta kode
unik yang harus disertakan pada nominal pembayaran zakat.
Page 82
64
9) Zakat telah berhasil ditunaikan.
Dengan adanya zakat digital ini, BAZNAS berharap dapat semakin
memaksimalkan penyerapan penghimpunan dana zakat dari
masyarakat, terutama pendekatan kepada kalangan muda dan produktif
yang saat ini memiliki jumlah populasi terbanyak di Indonesia, dengan
cara memberikan akses yang mudah dan dekat dengan kehidupan
sehari-hari mereka yaitu internet. Kerjasama dengan mitra zakat ini pula
diharapkan akan semakin meningkatkan kepercayaan terhadap lembaga
zakat sehingga penyerapan dana zakat dari muzakki bisa semakin
dioptimalkan. Kerja sama antara Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) dengan Social Crowdfunding Kitabisa.com in baru berjalan
sekitar dua tahun, yakni sejak 2016. Dan kerja sama ini pula yang
kemudian memunculkan kerja sama dengan mitra-mitra lainnya seperti
Bukalapak, Matahari, Tokopedia, bahkan memunculkan startup baru
milik BAZNAS www.startzakat.com.
3. Kriteria Penilaian Efektifitas dan efisiensi
Untuk menentukan tingkat efektifitas dan efisiensi sebuah
perusahaan nirlaba seperti Badan Amil Zakat Nasional, maka
dibuatlah ukuran atau kriteria sebagai acuan dalam peningkatan
efektifitas dan efisiensi. Ukuran efektifitas dan efisiensi ini telah
diatur oleh Depdagri, Kemendagri No. 690.900.327 tahun 1996
tentang Pedoman Penilaian Kinerja Keuangan.
Page 83
65
Tabel 4.1
Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan
Kinerja
Keuangan (%)
Kriteria
>100 Sangat Efisien
90-100 Efisien
80-90 Cukup Efisien
60-80 Kurang Efisien
<60 Tidak Efisien
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 1996
Tabel 4.2
Kriteria Efektifitas Kinerja Keuangan
Kinerja Keuangan
(%)
Kriteria
>100 Sangat Efektif
90-100 Efektif
80-90 Cukup efektif
60-80 Kurang Efektif
<60 Tidak Efektif
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 1996
B. Hasil dan Analisis Penelitian
Organisasi pengelola zakat dikatakan memiliki kinerja yang baik
apabila dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensinya sehingga mencapai
100% atau setara dengan 1. Dan semakin tingkat efektifitas dan
efisiensinya menjauh dari angka 100% atau mendekati 0, maka akan
semakin tidak efektif dan efisien.
Menurut Huri & Susilowati (2004), efisiensi dapat diartikan sebagai
perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input), atau
jumlah keluaran yang dihasilkan dari suatu (input) yang digunakan.
Sebuah perusahaan dapat dikatakan efisien bila:
Page 84
66
1. Menggunakan jumlah unit input yang lebih sedikit dibandingkan
jumlah input yang digunakan oleh perusahaan lain dengan
menghasilkan output yang sama.
2. Menggunakan jumlah input yang sama dengan perusahaan lain,
namun menghasilkan output yang lebih besar.
Pengukuran efisiensi dilakukan dengan memasukkan input dan output
ke dalam software DEAFrontier untuk diolah menjadi nilai-nilai efisiensi.
Sedangkan untuk pengukuran efektifitas, metode analisis data yang
digunakan ialah metode analisis deksriptif. Menurut Permendagri No. 13
tahun 2006, efektifitas adalah pencapaian hasil program dengan target
yang relah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan
hasil (output-outcome). Outcome dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka
menengah.
Berikut data dari laporan penerimaan dana penerimaan zakat payroll
system dan zakat digital serta laporan penerimaan dana zakat BAZNAS
selama quartal tahun 2016-2017 yang dijadikan variabel input dan output:
Page 85
67
Tabel 4.3: Data Variabel Input dan Output BAZNAS Tahun Zakat Digital Zakat Payroll System
Total penerimaan
Zakat
Input Output Input Output
Biaya
Operasional
Penerimaan Biaya
Operasional
Penerimaan
2016 Rp
32,269,521.00
Rp
516,312,336
Rp
2,356,463,387
Rp
26,931,010,141 Rp 97,637,657,910
2017 Rp
197,071,632.69
Rp
2,353,146,123
Rp
5,025,247,984
Rp
57,431,405,537
Rp
157,752,636,318.85
Sumber: PID BAZNAS
Berdasarkan Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa baik variabel input dan
output selalu mengalami peningkatan dari tahun 2016 dan 2017, baik dari
segi biaya operasional zakat digital, penerimaan zakat digital, biaya
operasional zakat payroll system, dan penerimaan zakat payroll system.
Begitu pula dengan penerimaan dana zakat yang mengalami kenaikan pada
tahun 2017 sebesar Rp. 60,114,978,408.85 dari penerimaan dana zakat
pada tahun 2016. Hal ini mengindikasikan bahwa keduanya, baik zakat
payroll system dan zakat digital berpengaruh positif terdahap penerimaan
dana zakat keseluruhan pada BAZNAS.
Dalam penelitian ini, baik variabel input maupun output penulis
melakukan interpolasi data dari tahunan menjadi quartal untuk menambah
jumlah n dan melihat sejauh mana tingkat efisiensi dan efektivitas dari
variabelnya.
1. Hasil Pengujian Efisiensi
Setelah variabel input dan output diolah ke dalam Data Envelopment
Analysis (DEA), maka akan dapat diketahui hasil efisiensinya. Pengujian
efisiensi dalam penelitian ini terdapat dua tahap, yakni pengujian efisiensi
Page 86
68
terhadap program itu sendiri dan efisiensi terhadap total penerimaan zakat
keseluruhan, yang dalam penelitian ini merupakan variabel terikat
(dependent).
a. Tahap pertama
Pada tahap pertama ini akan dilakukan pengujian efisiensi atas
program itu sendiri, pada tahap ini penguji menggunakan data dari
masing-masing program, yakni perbandingan antara biaya operasional
sebagai input dan penerimaan dana zakat sebagai output pada tahun
2016 quartal pertama hingga 2017 quartal keempat.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan software DEAFrontier
dengan model Constant Return to Scale (CRS) yang berorientasi pada
variabel input, maka dapat dilihat tingkat efisiensinya pada tabel
berikut:
1) Pengujian Efisiensi Program Zakat Payroll System
Efisiensi pada program layanan ini dilakukan dengan
membandingkan biaya operasional sebagai input dan penerimaan
dana zakat sebagai output pada tahun 2016 quartal pertama hingga
2017 quartal keempat. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat
bagaimana besaran efisiensi dari program layanan zakat payroll
system tersebut.
Tabel 4.4 : Efisiensi Program Zakat Payroll System berdasarkan
output dan input
Tahun Persentase Efisiensi (%) Kriteria Efisien
2016Q1 97,03 Efisien
Page 87
69
2016Q2 97,14 Efisien
2016Q3 97,23 Efisien
2016Q4 97,31 Efisien
2017Q1 97,40 Efisien
2017Q2 97,45 Efisien
2017Q3 97,51 Efisien
2017Q4 97,77 Efisien
Sumber : Data sekunder diolah
Dalam metode Data Envelopment Analysis (DEA), sebuah
program dapat dikatakan semakin efisien apabila memiliki skor
mendekati 100%, dan inefisien jika semakin menjauhi skor 100%
dan mendekati skor 0.
Dari hasil pengolahan data efisiensi program layanan Zakat
Payroll System (ZPS) dalam kurun waktu dua tahun (2016-2017)
telah mencapai tahap efisien dan terus mengalami peningkatan
disetiap quartalnya, hal ini berpengaruh positif terhadap tingkat
efisiensi program tersebut.
Efisiensi tertinggi pertama terjadi pada tahun 2017 quartal
keempat dengan skor efisiensi sebesar 97,77. Sedangkan efisiensi
tertinggi kedua dan ketiga terjadi pada quartal keempat dan ketiga
dengan skor 97,51 dan 97,45. Sedangkan efisiensi dengan skor nilai
terendah terjadi pada 2016 quartal pertama dengan skor 97,03.
Page 88
70
Peningkatan efisiensi ini terjadi seiring meningkatnya output
yang diterima dengan menambah input untuk biaya operasional
pelayanan muzakki dalam program layanan ZPS terhadap pekerja
atau karyawan dari kementerian, lembaga negara, BUMN dan
BUMS yang telah terdaftar sebagai mitra BAZNAS, serta biaya
promosi untuk memberikan edukasi program layanan ZPS terhadap
pekerja atau karyawan dari kementerian, lembaga negara, BUMN
dan BUMS yang belum terdaftar sebagai mitra BAZNAS.
2) Pengujian Efisiensi Program Zakat Digital
Pengujian Efisiensi pada program layanan ini dilakukan
dengan membandingkan biaya operasional sebagai input dan
penerimaan dana zakat sebagai output pada tahun 2016 quartal
pertama hingga 2017 quartal keempat. Pengujian ini dimaksudkan
untuk melihat bagaimana besaran efisiensi dari program layanan
zakat digital.
Tabel 4.5 : Efisiensi Program Zakat Digital berdasarkan output dan
input
Tahun Persentase Efisiensi (%) Kriteria Efisien
2016Q1 96.04 Efisien
2016Q2 96.67 Efisien
2016Q3 97.20 Efisien
2016Q4 97.64 Efisien
2017Q1 98.12 Efisien
2017Q2 98.35 Efisien
Page 89
71
2017Q3 98.70 Efisien
2017Q4 100.00 Sangat Efisien
Sumber: Data sekunder diolah
Dari hasil pengolahan data efisiensi program layanan Zakat
Digital (ZD) dalam kurun waktu dua tahun (2016-2017) telah
mencapai tahap efisien bahkan sangat efisien dan terus mengalami
peningkatan disetiap quartalnya, hal ini berpengaruh positif terhadap
tingkat efisiensi program tersebut.
Efisiensi tertinggi terjadi pada 2017 quartal keempat dengan skor
100 atau dikategorikan sangat efisien, dan efisiensi terendah terjadi
pada 2016 quartal pertama. Peningkatan efisiensi ini terjadi
dikarenakan adanya penambahan biaya promosi pada tahun 2017
yang mengakibatkan melonjaknya output yang diterima sehingga
dapat meningkatkan efisiensi.
b. Tahap Kedua
Pada tahap kedua ini, akan dilakukan pengujian efisiensi Zakat
Payroll System dan Zakat Digital terhadap penerimaan dana zakat
pada BAZNAS pada 2016 quartal pertama hingga 2017 quartal
keempat.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan software DEAFrontier
dengan model Constant Return to Scale (CRS) yang berorientasi pada
variabel input, maka dapat dilihat tingkat efisiensinya pada tabel
berikut:
Page 90
72
Tabel 4.6:Efisiensi variabel independent Zakat Payroll System
terhadap Penerimaan Dana Zakat
Tahun Jenis Data Persentase Efisiensi
(%)
Kriteria Efisien
2016Q1 ZPS 81,72 Cukup Efisien
2016Q2 ZPS 81,14 Cukup Efisien
2016Q3 ZPS 80,635 Cukup Efisien
2016Q4 ZPS 80,20 Cukup Efisien
2017Q1 ZPS 79,73 Kurang Efisien
2017Q2 ZPS 79,48 Kurang Efisien
2017Q3 ZPS 79,11 Kurang Efisien
2017Q4 ZPS 77,73 Kurang Efisien
Sumber: Data Sekunder yang Diolah
Berdasarkan hasil pengolahan metode DEA pada zakat payroll
system terhadap penerimaan dana zakat), didapatkan hasil yang cukup
berbeda dari masing-masing variabel. Zakat payroll system mendapatkan
titik efisiensi tertinggi selama masa penelitian ialah pada 2016 quartal
pertama. Program ini mendapatkan skor 81,72 atau dapat dikatakan
sebagai cukup efisien.
Dari data tersebut, selama masa penelitian, tingkat efisiensi zakat
payroll system berkisar pada skor 77-81 atau dapat dikategorikan dalam
skor kurang efisien-cukup efisien. Artinya, penerimaan dana zakat
payroll system hingga saat ini belum dianggap efisien jika dibandingkan
dengan penerimaan zakat secara keseluruhan. Hal ini bisa saja
Page 91
73
disebabkan oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal yang
mempengaruhi keputusan muzakki dalam menunaikan zakat via payroll
system.
Tabel 4.7:Efisiensi variabel independent Zakat Digital terhadap
penerimaan dana zakat
Tahun Jenis Data Persentase Efisiensi
(%)
Kriteria Efisien
2016Q2 ZD 97,72 Efisien
2016Q3 ZD 95,81 Efisien
2016Q4 ZD 94,19 Efisien
2017Q1 ZD 92,49 Efisien
2017Q2 ZD 91,63 Efisien
2017Q3 ZD 90,36 Efisien
2017Q4 ZD 85,70 Cukup Efisien
Sumber: Data yang Diolah
Sedangkan untuk zakat digital, berdasarkan tabel 4.5, skor efisiensi
untuk zakat digital berkisar pada angka/skor 85-100 atau dapat
dikategorikan dalam skor cukup efisien hingga efisiensi maksimal. Hal ini
menandakan bahwa penerimaan dana zakat digital saat ini memiliki
pengaruh efisiensi yang cukup besar terhadap penerimaan dana zakat
secara keseluruhan. Tentunya hal ini juga tidak terlepas dari faktor
eksternal dan internal yang mempengaruhi keputusan muzakki dalam
menunaikan zakat digital via Kitabisa.com.
Page 92
74
2. Hasil Pengujian Efektivitas
Efektivitas memiliki beberapa ukuran yang dapat dilihat diantaranya
adalah seberapa banyak hasil yang dihasilkan dibandingkan dengan tujuan
awal organisasi, seberapa puas pelanggan dalam menggunakan barang
yang telah dihasilkan oleh organisasi dan seberapa kreatif organisasi dalam
menyampaikan hasil produknya.
Pengujian efektivitas dalam penelitian ini ialah menggunakan metode
rasio efektivitas penyerapan dana zakat atau Allocation to Collection Ratio
(ACR). Rasio efektivitas ini mengukur kemampuan lembaga zakat dalam
menyalurkan dana zakatnya dengan cara membagi total dana penyaluran
dengan total dana penghimpunan. (BAZNAS, Outlook Zakat Indonesia
2018, 2018)
ACR ini dinyatakan dalam presentase yang dapat diklasifikasikan ke
dalam lima kategori:
1) Highly effective (Jika ACR > 90%)
2) Effective (Jika ACR mencapai 70-89%)
3) Fairly Effective (Jika ACR mencapai 50-69%)
4) Below Expectation (Jika ACR mencapai 20-49%)
5) Ineffective (Jika ACR <20%)
Berdasarkan kriteria ACR tersebut, maka efektivitas pada penelitian
ini adalah:
Page 93
75
Tabel 4.8:
Tolak Ukur Efektivitas Zakat Payroll System
Program
Layanan
Tahun Penghimpunan Penyaluran ACR
(%)
Keterangan
Zakat
Payroll
System
2016Q1 5.77 4.70 82.45 Effective
2016Q2 5.96 4.93 82.71 Effective
2016Q3 6.10 5.11 83.77 Effective
2016Q4 6.19 5.25 84.81 Effective
2017Q1 9.02 7.75 85.92 Effective
2017Q2 7.91 6.83 86.34 Effective
2017Q3 5.64 4.91 87.05 Effective
2017Q4 2.20 1.98 90 Effective
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6, efektivitas yang dihasilkan melalui metode
ACR ini membandingkan antara total dana yang disalurkan terhadap total
dana yang telah terhimpun, dalam hal ini berupa variabel zakat payroll
system dan zakat digital kitabisa.
Zakat payroll system berdasarkan tabel tersebut, selama masa penelitian
pada tahun 2016-2017, memperoleh skor yang berkisar pada 82-90, yang
dalam hal ini termasuk kategori effective hingga highly effective.
Efektivitas tertinggi diperoleh pada 2017 quartal keempat atau pada akhir
masa penelitian, hal ini selaras dengan hasil efisiensinya yang juga
mendapatkan skor tertinggi pada 2017 quartal keempat. Hal ini disebabkan
dengan terus meningkatnya promosi yang dilakukan, baik dari pihak
BAZNAS maupun mitra BAZNAS. sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada tahun 2017 quartal keempat, zakat payroll system merupakan titik
Page 94
76
efisiensi dan efektivitas maksimum. Hal ini bisa dilihat melalui diagram
berikut:
Gambar 4.2:
Efektivitas dan Efisiensi Zakat Payroll System
Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat bahwasannya titik efisiensi
maksimum dan efektivitas maksimum menghasilkan jarak yang paling
pendek diantara kedua garis tersebut. dapat disimpulkan bahwa 2017
quartal keempat merupakan periode paling efisien dan efektif bagi zakat
payroll system, dengan titik efisiensi maksimum 97.77 dan titik efektivitas
maksimum 90.
Tabel 4.9:
Tolak Ukur Efektivitas Zakat Digital
Program
Layanan
Tahun Penghimpunan Penyaluran ACR
(%)
Keterangan
Zakat
Digital
2016Q1 4.72 4.69 99.36 Highly
effective
2016Q2 4.95 4.91 99.29 Highly
effective
2016Q3 5.13 5.10 99.32 Highly
effective
2016Q4 5.27 5.23 99.32 Highly
effective
2017Q1 7.78 7.73 99.31 Highly
70
75
80
85
90
95
100
2016Q1 2016Q2 2016Q3 2016Q4 2017Q1 2017Q2 2017Q3 2017Q4
Zakat Payroll System
efektivitas efisiensi
Page 95
77
effective
2017Q2 6.86 6.81 99.30 Highly
effective
2017Q3 4.93 4.90 99.29 Highly
effective
2017Q4 2.00 1.98 99.24 Highly
effective
Sumber: Data sekunder yang diolah
Sedangkan pada zakat digital, efektivitas dari program ini menghasilkan
skor Allocation to Collection Ratio (ACR) berkisar 99% atau mendekati
efektivitas sempurna. Artinya, program ini telah mencapai titik efektivitas
yang tinggi pada masa penelitian ini dilakukan, yakni pada 2016-2017.
Efektivitas tertinggi pada program ini terjadi pada awal mula masa
penelitian, yakni pada 2016 quartal pertama sebesar 99.36% dan
efektivitas terendah pada masa akhir penelitian, yakni sebesar 99.24%. hal
ini disebabkan oleh kecenderungan masyarakat yang lebih suka
menunaikan zakat ketika awal tahun secara sekaligus atau satu tahun satu
kali, selain itu juga terdapat faktor lain yang tidak bisa penulis jelaskan
satu persatu.
Hal ini berbanding terbalik dengan nilai efisiensi yang mencapai tingkat
efisien maksimum pada 2017 quartal keempat sebesar 100% dan efisiensi
terendah pada 2016 quartal pertama sebesar 96,04%. Artinya, 2016 quartal
pertama merupakan titik efektivitas tertinggi namun memiliki efisiensi
terendah. Hal ini bisa dilihat melalui diagram berikut:
Page 96
78
Gambar 4.3:
Efisiensi dan Efektivitas Zakat Digital
Berdasarkan diagram 4.2, dapat disimpulkan bahwa tingkat efektifitas
dan efisiensi zakat digital tertinggi ialah pada tahun 2017 quartal ketiga,
yakni ketika efisiensinya mencapai skor 98.7 dan efektivitas mencapai
skor 99,29. Sehingga pada periode ini dikatakan paling efektif dan efisien
bagi zakat digital kitabisa.com.
94
95
96
97
98
99
100
101
2016Q1 2016Q2 2016Q3 2016Q4 2017Q1 2017Q2 2017Q3 2017Q4
Zakat Digital
efisiensi efektivitas
Page 97
79
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis efektivitas dan efisiensi zakat payroll system dan zakat
digital pada penerimaan dana zakat pada BAZNAS tahun 2016 dan 2017, dengan
menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) yang menggunakan
pendekatan produksi dalam menentukan variabel input dan output, berikut kesimpulan
dari penelitian ini:
1. Tingkat efisiensi zakat payroll system berkisar pada angka 97 atau termasuk
kategori efisien. Efisiensi tertinggi pada masa penelitian terjadi pada tahun 2017
pada quartal keempat, yakni sebesar 97,77. Dan efisiensi terendah terjadi pada
2016 quartal pertama dengan skor 93,33. Sedangkan untuk total penerimaan dana
zakat, tingkat efisiensi zakat payroll system ini berkisar pada angka 77-81 atau
termasuk kategori kurang hingga cukup efisien. Hal tersebut mengartikan bahwa
program zakat payroll system sendiri sudah memiliki tingkat efisiensi yang tinggi,
namun kurang dianggap efisien jika dibandingkan dengan total penerimaan zakat.
2. Tingkat efisiensi zakat digital kitabisa selama masa penelitian berkisar antara skor
96-100, atau termasuk kategori efisien hingga sangat efisien. Tingkat efisiensi
zakat digital ini terus mengalami peningkatan selama masa penelitian, mulai dari
skor 96.04 pada 2016 quartal pertama, hingga mencapai skor 100 pada akhir masa
penelitian. Sedangkan untuk total penerimaan dana zakat, tingkat efisiensi dari
zakat digital dianggap sudah termasuk kategori efisien hingga cukup efisien,
karena skor yang didapat berkisar 85-97. Hal tersebut mengartikan bahwa
program zakat digital sudah memiliki tingkat efisiensi yang sangat tinggi, baik
pada program itu sendiri maupun terhadap total penerimaan dana zakat.
Page 98
80
3. Tingkat efektivitas zakat payroll system sudah berkisar antara skor 82-90. Hal ini
mengartikan bahwa program ini sudah efektif dalam pelaksanaan programnya.
4. Sedangkan untuk zakat digital, tingkat efektivitasnya berkisar pada skor 99 atau
dapat diartikan sebagai sangat efektif.
5. Titik efisiensi dan efektivitas tertinggi untuk zakat payroll system berada pada
tahun 2017 quartal keempat, atau ketika efisiensi dan efektivitasnya berada pada
titik tertinggi, yakni berturut-turut 97.77 dan 90.
6. Titik efisiensi dan efektivitas tertinggi untuk zakat digital ialah pada tahun 2017
quartal ketiga. Yakni ketika efisiensinya mencapai skor 98.7 dan efektivitas
mencapai skor 99,29
B. Saran
Dari kesimpulan diatas, penulis mencoba memberikan implikasi atau saran
untuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan praktisi zakat, sebagai berikut:
1. BAZNAS sebagai pusat koordinasi zakat nasional harus lebih transparan dan
mendetail dalam mempublikasikan laporan, terutama terhadap laporan program
layanan penghimpunan dana zakat, hal ini tidak hanya untuk meningkatkan
kepercayaan muzakki, tetepai juga untuk keperluan dalam bidang pendidikan dan
penelitian.
2. BAZNAS harus memperhatikan faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab
inefisiensi atau inefektif, sehingga dapat memperbaiki tingkat efisiensi dan efektivitas
pada tahun-tahun berikutnya sehingga dapat meningkatkan performa kinerja dan
produktivitasnya. Menurut penulis, BAZNAS sudah cukup baik dan terencana dalam
mengelola zakat, namun tetap harus memperhatikan program-program menarik untuk
menghimpun dana zakat.
Page 99
81
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Nasher. (2009). Analisis Efisiensi Organisasi Pengelola Zakat Nasional
dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis. TAZKIA Islamic Finance
& Bussiness Review, 4(2)
Al Arif, M. Nur Rianto. (2010). Efek Penggandaan Zakat dan Implikasinya
terhadap program pengentasan kemiskinan. Jurnal Ekbisi Fakultas Syariah
UIN Sunan Kalijaga, 5 (1) : 42-49
Al Habsyi, Muhammad Bagir. (1999). Fiqh Praktis menurut Al-Quran As Sunnah
dan Pendapat Para Ulama. Bandung: Mizan
Andiani, K., Hafidhuddin, D., Beik, I. S., Ali, K. M. (2018). Strategy of BAZNAS
and Laku Pandai for Collecting and Distributing Zakah in Indonesia. Al-
Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah (Journal of Islamic Economic). Vol.
10(2)
Anthony, Robert N. (1994). Management Control in Nonprofit Organizations.
Burr Ridge: Irwin
Ascarya. Yumanita, Diana. (2008). Comparing The Efficiency of Islamic banks In
Malaysia and Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan
Azwar, Saifudin. (1998). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offiset
Badan Amil Zakat Nasional. (2015). Zakat Via Payroll System. Artikel diakses
pada 19 April 2018, dari http://pusat.baznas.go.id/zakat-via-payroll-system/
Badan Amil Zakat Nasional, Bank Indonesia. (2016). Core Principles for
Effective Zakat Supervision. Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional
Badan Amil Zakat Nasional. (2016). Indonesia Zakat Outlook 2017. Gambaran
Umum Perzakatan Indonesia. Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional.
Badan Amil Zakat Nasional. (2016). Indonesia Zakat Outlook 2017. Proporsi
Penghimpunan Dana Zakat Nasional berdasarkan OPZ. Jakarta: Badan
Amil Zakat Nasional.
Badan Amil Zakat Nasional. (2017). Indonesia Zakat Outlook 2018. Prospek
Pertumbuhan Zakat 2018. Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional.
Badan Amil Zakat Nasional. (2017). Annual Report UPZ. Pengumpulan Badan
Amil Zakat Nasional. Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional.
Badan Amil Zakat Nasional. (2017). Annual Report UPZ. Penyaluran Badan
Amil Zakat Nasional. Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional.
Page 100
82
Badan Amil Zakat Nasional. (2017). Indonesia Zakat Outlook 2017. Prospek
Pertumbuhan Zakat 2018. Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional
Beik, Irfan Syauqy. (2015). Towards International Standardization of Zakat.
Conference Paper
Budiani, Ni Wayan. (2009). Efektivitas Program Penanggulangan Pengangguran
Karang Taruna. OJS, 1(2)
Hadad, Muliaman Dharmansyah, et al. (2003). Pendekatan Parametrik untuk
Efisiensi Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Nonparametrik Data
Envelopment Analysis (DEA). Biro Stabilitas Sistem Keuangan Bank
Indonesia
Hafidhuddin, Didin. (2012). Manajemen Zakat Indonesia. Jakarta: Forum Zakat
Hartono, Edy. (2009). Analisis Efisiensi Biaya Industri Perbankan Indonesia
dengan Menggunakan Metode Parametrik Stochastic Frontier Analysis
(Studi Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2004-2007). Tesis. Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Hidayat, Wicak. (2014). Pengguna Internet Indonesia Nomor Enam di Dunia.
Artikel diakses pada 15 Oktober 2017 dari
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4286/Pengguna+Internet+Ind
onesia+Nomor+Enam+Dunia/0/sorotan_media
Hosen, Muhammad Nadratuzzaman. (1997). Methods in Efficiency
Huri, Mumu Daman. Susilowati Indah. (2004). Pengukuran Efisiensi Relatif
Emiten Perbankan Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA).
Jurnal Dinamika Pembangunan, 1(2)
Ichsan, Nurul. (2016). Akad Bank Syariah. Asy-Syir’ah: Jurnal ilmu Syariah dan
Hukum, 50(2).
Marimin, Agus. Fitria, Tira Nur. (2015). Zakat Profesi (Zakat Penghasilan)
Menurut Hukum Islam. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 1(1)
Masuko, Siti. (2014). Strategi Penyaluran Dana LAZIS Yayasan Amaliah Astra
Dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.
Masyita, Dian. (2018) Lesson Learned of Zakah Management from Different Era
and Countries. Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah, 10(2).
Mufraini, Arief. (2013). Metodologi Penelitian Bidang Studi Ekonomi Islam.
Tangerang Selatan: UIN Jakarta Press.
Page 101
83
Muharam, Harjum. Pusvitasari, Rizki. (2007). Analisis Perbandingan Efisiensi
Bank Syariah di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, 2(3)
Qadir, Abdurrahman. (1998). Zakat Dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Qardhawi, Yusuf. (1969). Fiqih Zakat. Bairut: Muassah Risalah.
Rino. Harjum. (2011). Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Syariah
(BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) dengan Metode Stochastic Frontier
Analysis Periode 2005-2009
Riyadi, Fuad. (2015). Kontroversi Zakat Profesi Perspektif Ulama Kontemporer.
ZISWAF, 2(1).
Rusydiana, Aam Slamet. Al-Farisi, Salman. (2016). The Efficiency of Zakah
Institutions Using Data Envelopment Analysis. Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu
Ekonomi Syariah, 8(2)
Saharuddin, Desmadi. Rama, Ali. (2007). Currency System and It’s Impact on
Economic Stability. Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah, 9(2)
Shobirin. (2015). Teknik Pengelolaan Zakat Profesi. Jurnal Zakat dan Wakaf, 2(2)
Siswadi, Erwinta. Arafat, Wilson. (2004). Mengukur Efisiensi Relatif Kantor
Cabang Bank dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis
(DEA). Manajemen Usahawan, 1.
Steers, M. Richard. (1985). Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga
Sugiono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: CV. Alfabeta
Suharyadi. Purwanto. (2013). Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern.
Jakarta: Salemba Empat.
Suma, Muhammad Amin.(2013). Zakat, Infak dan Sedekah: Modal dan Model
Ideal Pembangunan Ekonomi Keuangan Modern. Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu
Ekonomi Syariah, 5(2)
Sumenge, Ariel Sharon. (2013). Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan
Anggaran Belanja badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Minahasa Selatan. Jurnal EMBA, 1(3)
Page 102
84
Teguh, Muhammad. (2005). Metodelogi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Tim Penulis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. (2010). Indonesia
Economic Outlook 2010. Jakarta: Grasindo
Widarwati, Estu,. Et al.(2017). Strategic Approach for Optimizing of Zakah
Institution Performance: Customer Relation Management. Al-Iqtishad:
Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah, 9(1).
Wise, Lois Recascino. (2002). Public Management reform: Competing Drivers of
Change. American Society for Public Administration
Zen, Muhammad. (2014). Zakat Profesi Sebagai Distribusi Pendapatan Ekonomi
Islam. Human Falah, 1(1).
Page 103
84
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Efisiensi ZPS dan Zakat Digital
Inputs Outputs
Y Cost
DMU No. DMU Name Input-Oriented CRS Sum of Optimal Lambdas
Efficiency lambdas RTS with Benchmarks
1 Payroll 2016 Q1 0.97035 2.806 Decreasing 2.806 digital 2017 Q4
2 Payroll 2016 Q2 0.97143 2.900 Decreasing 2.900 digital 2017 Q4
3 payroll 2016 Q3 0.97236 2.970 Decreasing 2.970 digital 2017 Q4
4 payroll 2016 Q4 0.97317 3.018 Decreasing 3.018 digital 2017 Q4
5 payroll 2017 Q1 0.97405 4.405 Decreasing 4.405 digital 2017 Q4
6 payroll 2017 Q2 0.97450 3.864 Decreasing 3.864 digital 2017 Q4
7 payroll 2017 Q3 0.97517 2.754 Decreasing 2.754 digital 2017 Q4
8 payroll 2017 Q4 0.97777 1.078 Decreasing 1.078 digital 2017 Q4
9 digital 2016 Q1 0.96045 2.270 Decreasing 2.270 digital 2017 Q4
10 digital 2016 Q2 0.96675 2.396 Decreasing 2.396 digital 2017 Q4
11 digital 2016 Q3 0.97201 2.499 Decreasing 2.499 digital 2017 Q4
12 digital 2016 Q4 0.97649 2.579 Decreasing 2.579 digital 2017 Q4
13 digital 2017 Q1 0.98121 3.825 Decreasing 3.825 digital 2017 Q4
14 digital 2017 Q2 0.98359 3.383 Decreasing 3.383 digital 2017 Q4
15 digital 2017 Q3 0.98706 2.441 Decreasing 2.441 digital 2017 Q4
16 digital 2017 Q4 1.00000 1.000 Constant 1.000 digital 2017 Q4
Page 104
85
Lampiran 2
Efisiensi ZPS dan Zakat Digital Terhadap Total Penerimaan Zakat
Inputs Outputs
Y Total Y
DMU No. DMU Name Input-Oriented CRS Sum of Optimal Lambdas
Efficiency lambdas RTS with Benchmarks
1 Payroll 2016 Q1 0.81727 1.000 Decreasing 1.000 digital 2016 Q1
2 Payroll 2016 Q2 0.81144 1.025 Decreasing 1.025 digital 2016 Q1
3 payroll 2016 Q3 0.80635 1.042 Decreasing 1.042 digital 2016 Q1
4 payroll 2016 Q4 0.80201 1.052 Decreasing 1.052 digital 2016 Q1
5 payroll 2017 Q1 0.79732 1.526 Decreasing 1.526 digital 2016 Q1
6 payroll 2017 Q2 0.79486 1.333 Decreasing 1.333 digital 2016 Q1
7 payroll 2017 Q3 0.79118 0.945 Increasing 0.945 digital 2016 Q1
8 payroll 2017 Q4 0.77734 0.363 Increasing 0.363 digital 2016 Q1
9 digital 2016 Q1 1.00000 1.000 Constant 1.000 digital 2016 Q1
10 digital 2016 Q2 0.97724 1.025 Decreasing 1.025 digital 2016 Q1
11 digital 2016 Q3 0.95812 1.042 Decreasing 1.042 digital 2016 Q1
12 digital 2016 Q4 0.94199 1.052 Decreasing 1.052 digital 2016 Q1
13 digital 2017 Q1 0.92496 1.526 Decreasing 1.526 digital 2016 Q1
14 digital 2017 Q2 0.91631 1.333 Decreasing 1.333 digital 2016 Q1
15 digital 2017 Q3 0.90368 0.945 Increasing 0.945 digital 2016 Q1
16 digital 2017 Q4 0.85709 0.363 Increasing 0.363 digital 2016 Q1