i ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERAPAN e-FAKTUR DALAM PROSEDUR PEMBUATAN FAKTUR PAJAK DAN PELAPORAN SPT MASA PPN PADA CV. GANDRUNG TEGAL TUGAS AKHIR OLEH : NADIYAH RIZQI ARDILLAH NIM 16030249 PROGRAM STUDI DIII AKUNTANSI POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA 2019
108
Embed
ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERAPAN e ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERAPAN e-FAKTUR
DALAM PROSEDUR PEMBUATAN FAKTUR PAJAK DAN
PELAPORAN SPT MASA PPN PADA CV. GANDRUNG TEGAL
TUGAS AKHIR
OLEH :
NADIYAH RIZQI ARDILLAH
NIM 16030249
PROGRAM STUDI DIII AKUNTANSI
POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA
2019
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Tugas Akhir yang berjudul :
ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERAPAN e-FAKTUR DALAM
PROSEDUR PEMBUATAN FAKTUR PAJAK DAN PELAPORAN SPT MASA
PPN PADA CV. GANDRUNG TEGAL
Oleh Mahasiswa :
Nama : Nadiyah Rizqi Ardillah
NIM : 16030249
Telah diperiksa dan dikoreksi dengan baik dan cermat. Karena itu pembimbing
menyetujui mahasiswa tersebut untuk menempuh ujian Tugas Akhir.
Tegal, Juni 2019
Pembimbing I, Pembimbing II,
Hetika, S.Pd, M.Si Anita Karunia, SE, M.Si
NIPY. 12. 013.166 NIPY. 09.015.240
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Akhir yang berjudul :
ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERAPAN e-FAKTUR DALAM
PROSEDUR PEMBUATAN FAKTUR PAJAK DAN PELAPORAN SPT MASA
PPN PADA CV. GANDRUNG TEGAL
Oleh :
Nama : Nadiyah Rizqi Ardillah
NIM : 16030249
Program Studi : Akuntansi
Jenjang : Diploma III
Dinyatakan lulus setelah dipertahankan di depan Tim Penguji Tugas Akhir
Program Studi Akuntansi Politeknik Harapan Bersama Tegal
Tegal, Juli 2019
1. Hetika, S.Pd., M.Si ............................ Pembimbing I
2. Anita Karunia, SE., M.Si ............................ Pembimbing II
3. Hesti Widianti, SE., M.Si ............................ Penguji I
4. Hikmatul Maulidah, S.Pd., M. Ak ............................ Penguji II
Mengetahui,
Ketua Program Studi
YeniPriatna Sari, SE, M.Si, Ak, CA
NIPY. 09.011.062
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dalam bentuk Tugas Akhir ini yang
berjudul “ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERAPAN e-FAKTUR
DALAM PROSEDUR PEMBUATAN FAKTUR PAJAK DAN PELAPORAN
SPT MASA PPN PADA CV. GANDRUNG TEGAL”, beserta isinya adalah benar-
benar karya saya sendiri.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan sebagaimana mestinya.
Demikian pernyataan ini untuk dapat dijadikan pedoman bagi yang berkepentingan,
dan saya siap menanggung segala resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya
apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam
karya tulis saya ini, atau adanya klaim terhadap keaslian karya tulis saya ini.
Tegal, Juli 2019
Yang membuat pernyataan,
Nadiyah Rizqi Ardillah
NIM. 16030249
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai mahasiswa Prodi Akuntansi Politeknik Harapan Bersama, yang
bertandatangan dibawah ini, saya:
Nama : NADIYAH RIZQI ARDILLAH
NIM : 16030249
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Prodi Akuntansi Politeknik Harapan Bersama Hak Bebas Royalti Non Ekslusif
(Non Exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul Analisis
Efektivitas Dan Efisiensi Penerapan e-Faktur Dalam Prosedur Pembuatan Faktur
Pajak Dan Pelaporan SPT Masa PPN Pada CV. Gandrung Tegal.
Dengan Hak Bebas Royalti non ekslusif ini Prodi Akuntansi Politeknik Harapan
Bersama berhak menyimpan, mengalih-mediakan/formatkan mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan
menampilkannya/mempublikasikan ke internet atau media lain untuk kepentingan
akademik tanpa perlu meminta ijin dari saya selama mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta.
Saya bersedia menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan Prodi Akuntansi
Politeknik Harapan Bersama, segala bentuk tuntuan hukum yang timbul atas
pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenarnya.
Tegal, Juli 2019
Yang membuat pernyataan,
Nadiyah Rizqi Ardillah
NIM. 16030249
vi
HALAMAN MOTTO
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar
kesanggupannya”.
(QS Al Baqarah : 286)
“Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh
direbut oleh manusia ialah menundukkan diri sendiri”.
(Ibu Kartini)
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini kupersembahkan untuk :
1. Kedua orang tua ku, Mamah dan Abah yang senantiasa mendoakan,
mendukung, memberikan bantuan baik moril dan materiil serta
memberikan kasih sayang yang tak terhingga.
2. Ibu Muslikha, yang semasa hidupnya selalu mendoakan, mendukung,
memberikan bantuan serta memberikan kasih sayang yang tak terhingga.
3. Adikku Muhammad Saugi Abdullah yang telah membantu juga
mendoakan.
4. Seluruh keluarga besar yang selalu mendukung, membantu serta
mendoakan.
5. Dhiemas Adjie Pangestu yang selalu memberikan dukungan, bantuan,
yang tidak pernah bosan mendengar segala keluh kesah dan memberikan
saran.
6. Bu Hetika dan Bu Anita selaku dosen pembimbing yang senantiasa
memberikan arahan demi terselesaikannya Tugas Akhir ini.
7. Teman-teman seperjuangan yang saling menyemangati satu sama lain.
8. Bos dan teman-teman kantor yang senantiasa memberikan ijin,
membantu dan memberikan dukungan.
9. Seluruh pihak yang secara tidak langsung turut membantu penyusunan
Tugas Akhir ini.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini dengan judul “Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Penerapan e-
Faktur Dalam Prosedur Pembuatan Faktur Pajak Dan Pelporan SPT Masa PPN
Pada CV. Gandrung Tegal”.
Tugas Akhir ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna
mencapai gelar Ahli Madya (A.Md) pada Program Studi Akuntansi Politeknik
Harapan Bersama.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, dalam
penyusunan Tugas Akhir ini banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Tugas Akhir
2. Ibu Yeni Priatna Sari, SE, M.Si, Ak, CA, selaku Ka. Prodi Akuntansi Politeknik
Harapan Bersama.
3. Ibu Hetika, S.Pd, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan arahan, bimbingan dan petunjuk hingga terselesaikannya
penyusuanan Tugas Akhir ini.
4. Ibu Anita Karunia, SE, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak
memberikan bantuan dan bimbingan hingga terselesaikannya penyusuanan
Tugas Akhir ini.
5. Bapak Martino Chandra, selaku Direktur yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian pada CV. Gandrung Tegal.
6. Seluruh karyawan dan karyawati CV. Gandrung Tegal yang memberikan
dukungan dan bantuan selama melaksanakan penelitian.
ix
7. Orang tua, dan keluarga besar yang telah memberikan doa, dukungan serta kasih
sayang.
8. Teman-teman baik di kampus maupun di kantor, yang telah memberikan
dorongan dan semangat serta semua pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung, turut membantu selesainya Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini jauh dari sempurna, mengingat
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, penulis sudah berusaha
semaksimal mungkin sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan sesuai dengan
apa yang telah ditentukan. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran
yang membangun. Penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan bagi seluruh pihak yang membacanya.
Tegal, Juli 2019
Nadiyah Rizqi Ardillah
NIM. 1603024
x
ABSTRAK Ardillah, Nadiyah Rizqi. 2019. Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Penerapan e-Faktur Dalam Prosedur Pembuatan Faktur Pajak Dan Pelaporan SPT Masa PPN Pada CV. Gandrung Tegal. Program Studi: D-III Akuntansi. Politeknik Harapan Bersama. Pembimbing I: Hetika, S.Pd, M.Si, Pembimbing II: Anita Karunia, SE, M.Si.
CV. Gandrung Tegal merupakan perusahaan yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang dalam pelaporan pajaknya menggunakan e-Faktur. Penerapan e-Faktur diharapkan efektif dan efisien tidak hanya untuk Directorat Jenderal Pajak (DJP) dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP), tetapi juga dari Pengusaha Kena Pajak (PKP) sebagai Wajib Pajak (WP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi penerapan e-Faktur dalam prosedur pembuatan faktur pajak dan pelaporan SPT Masa PPN pada CV. Gandrung Tegal. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis data dengan mendeskripsikan data dalam bentuk kualitatif (kata-kata) yang diperoleh secara menyeluruh dimulai dari prosedur pembuatan faktur pajak melalui e-Faktur sampai dengan pelaporan SPT Masa PPN melalui e-Faktur, untuk mengukur efektivitas dan efisiensi dari e-Faktur, menggunakan beberapa indikator. Indikator dari efektivitas adalah ketepatan penggunaan, hasil guna, dan menunjang tujuan. Indikator dari efisiensi adalah menghemat waktu pembuatan faktur pajak, menghemat energi dan waktu karena pelaporan e-Faktur dilakukan secara online, akurat, keamanan dan kerahasiaan data terjamin, menghemat ruang penyimpanan arsip, dan memudahkan dalam pembuatan faktur pajak dan pelaporan SPT Masa PPN. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan tentang efektivitas dan efisiensi penerapan e-Faktur dalam prosedur pembuatan faktur pajak dan pelaporan SPT Masa PPN, penulis menyimpulkan bahwa penerapan e-Faktur pada CV. Gandrung Tegal sudah efektif pada salah satu indikator dan efisien pada seluruh indikator, dan telah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan DJP, meskipun masih terdapat beberapa kendala. Kata Kunci : Penerapan e-Faktur, Efektivitas, Efisiensi
xi
ABSTRACT Ardillah, Nadiyah Rizqi. 2019. The Analysis of Effectiveness and Efficiency of Implementing e-Faktur in The Procedure for Making Tax Invoices and Reporting Value Added Tax (VAT) Period on CV. Gandrung Tegal. Study Program: D-III Accounting Department of Politeknik Harapan Bersama Tegal. First Advisor: Hetika, S.Pd, M.Si, Second Advisor: Anita Karunia, SE, M.Si.
CV. Gandrung Tegal is company that has been confirmed as Taxable Entreprenues in reporting their tax used e-Faktur. The implementation of e-Faktur was expected to be effective and efficient not only for Directorate General of Taxation and Tax Office, but also the Taxable Entreprenues side as tax payer. This study was aimed to determinate the effectiveness and efficiency of the application of e-Faktur in the procedure for making tax invoices and reporting Value Added Tax (VAT) period on CV. Gandrung Tegal. The research method used in this study was a descriptive qualitative form (word) that were obtained thoroughly starting from the procedure of making tax invoice through e-Faktur to the reporting of Value Added Tax (VAT) periodical tax via e-Faktur, to measure the effectiveness and efficiency of e-Faktur, used several indicators. Indicators of effectiveness was accuracy of use, use result, and support the purpose. . Indicators of efficiency was save time on making tax invoice, save energy and time because the delivery or reporting of e-Faktur can be done via internet network, accurate, security and confidentiality guaranteed, save cost, save archive space, facilitate in making tax invoice and reporting Value Added Tax (VAT) period. Based on the research that the author did about the effectiveness and efficiency of e-Faktur in the procedure for making tax invoices and reporting Value Added Tax (VAT) period, the author concludes that the adaption of e-Faktur on CV. Gandrung Tegal has been effective on one indicator and efficient on all indicator, and in accordance with established regulations DJP, although there were some obstacles.
Keywords : Application of e-Faktur, Effectiveness, Efficiency
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR .............................. iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................... v
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................... x
ABSTRACT ........................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
Surat Pemberitahuan Masa PPN Formulir 1111 ................................................... 80
Surat Pemberitahuan Masa PPN Formulir 1111 AB ............................................ 81
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pajak adalah pembayaran atau pengalihan sebagian penghasilan atau
harta kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat kepada negara yang dapat
dipaksakan berdasarkan undang-undang sebagai bentuk keikutsertaan
dan partisipasi masyarakat dalam negara, namun pembayarnya tidak
mendapatkan suatu balas jasa secara langsung, yang digunakan untuk
membiayai tugas negara demi meningkatkan kualitas dan kesejahteraan
masyarakat (Pandiangan, 2014: 4)[1]. Pajak merupakan cara masyarakat
bersinergi dengan negara dalam percepatan pembangunan dari berbagai
sektor termasuk fasilitas keamanan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Salah satu jenis pajak yang menyumbang penerimaan pajak tersebut
adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak atas Barang Mewah
(PPnBM). Peranan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak atas
Barang Mewah (PPnBM) dalam mendukung penerimaan pajak sangat
signifikan.
Secara prinsip, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dapat didefinisikan
sebagai pajak yang dikenakan atas setiap adanya pertambahan nilai dari
penyerahan barang atau jasa dalam proses pembuatan barang atau jasa
dari produsen ke konsumen (Sakti dan Hidayat, 2015: 15)[2]. Dokumen
2
pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ini bernama faktur pajak.
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi, pelaporan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terus mengalami perkembangan mulai
dari laporan manual (menggunakan hard copy) sampai dengan dalam
bentuk elektronik. Modernisasi administrasi pajak sebagai langkah
pendukung penerapan Self Assesment System, dimana dalam Self
Assesment System, masyarakat atau Wajib Pajak (WP) sendiri yang aktif
melaksanakan kewajiban perpajakannya, sementara Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) melakukan fungsi pelayanan dan pengawasan (Pandiangan,
2014: 8)[1].
Bentuk dari modernisasi administrasi pajak salah satunya adalah
Elektronik Faktur Pajak Pertambahan Nilai (e-Faktur PPN). Peraturan
Direktorat Jendral Pajak Nomor PER-16/PJ/2014 pasal 1[3] memberikan
pengertian Elektronik Faktur (e-Faktur) Pajak adalah faktur pajak yang
dibuat melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau
disediakan Direktorat Jendral Pajak (DJP). Oleh karena berbentuk
elektronik maka faktur pajak tersebut pun ditandatangani secara
elektronik berbentuk online barcode, sehingga e-Faktur menjadi sah.
Peraturan tersebut dibuat oleh pemerintah dimaksudkan supaya kegiatan
penarikan pajak dari para Pengusaha Kena Pajak (PKP) dapat berjalan
dengan maksimal dan menghindari banyak penyalahgunaan mengenai
faktur pajak yang terjadi. Pengoperasian e-Faktur sendiri memiliki
persyaratan khusus yang dibuat oleh pihak Direktorat Jendral Pajak
3
(DJP). Salah satunya yaitu wajib pajak diharuskan memiliki sertifikat
elektronik pajak agar dapat mengoperasikan e-Faktur. Hal ini untuk
mengurangi kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh pihak-pihak
yang sering memanipulasi faktur pajak atau membuat faktur pajak fiktif
yang dapat berpengaruh pada Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang akan
ditanggung.
Pemberlakuan e-Faktur diharapkan akan efektif dan efisien bukan
hanya dari sudut Direktorat Jendral Pajak (DJP) serta Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) namun juga dari sisi Pengusaha Kena Pajak (PKP) selaku
Wajib Pajak (WP). Efektivitas merupakan hubungan antara apa yang
direncanakan, proses kegiatan dan keluaran dengan tujuan atau sasaran
yang harus dicapai. Indikator dari efektivitas meliputi ketetapan
penggunaan, hasil guna serta menunjang tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Efisiensi merujuk pada pemanfaatan sumber daya yang ada
secara tepat (tanpa adanya pemborosan) dengan tujuan untuk mencapai
hasil yang optimal. Definisi efisien dari sisi wajib pajak adalah bahwa
biaya yang dikeluarkan wajib pajak untuk keperluan perpajakan sangat
minimal, sesuai dengan jumlah yang semestinya, serta tidak melanggar
undang-undang (Pandingan, 2014: 244)[1]. Dari definisi tersebut peneliti
memberikan pendapat bahwa efektivitas dan efisiensi penerapan e-
Faktur adalah bagaimana wajib pajak menentukan pemanfaatan sumber
daya (tenaga, biaya, waktu) sebagai input penerapan e-Faktur untuk
4
menghasilkan output yang tepat sesuai dengan tujuan atau sasaran yang
harus dicapai.
CV. Gandrung Tegal bergerak dalam usaha penjualan barang
elektronik, konsumennya beragam mulai dari konsumen biasa,
konsumen sesama Pengusaha Kena Pajak (PKP), sampai bendaharawan
instansi. Pada saat terjadinya pembelian dan penjualan Barang Kena
Pajak (BKP), perusahaan akan dipungut Pajak Masukan dan Pajak
Keluaran. Faktur pajak masukan yang diterima dari setiap transaksi
pembelian yang dilakukan dengan Pengusaha Kena Pajak (PKP) lain
harus dikreditkan, begitu juga dengan faktur pajak keluarannya,
walaupun tidak semua konsumen di CV. Gandrung Tegal meminta atau
membutuhkan faktur pajak dari transaksi penjualan. Bagi konsumen
sesama Pengusaha Kena Pajak (PKP) maupun dari bendaharawan
instansi dalam transaksi pembelian membutuhkan faktur pajak sebagai
bukti keabsahan administrasi perpajakannya. Pada Tahun 2017 SPT
Masa PPN CV. Gandrung Tegal terdapat beberapa kali pembetulan,
adanya ketidaksesuaian pembayaran yang dilakukan konsumen antara
harga beli dengan pajak yang dilaporkan maupun kesalahan pembayaran
membuat kerancuan dalam pembuatan faktur pajak. CV. Gandrung
Tegal menerapkan e-Faktur sejak awal Tahun 2017, tepatnya pada
bulan Maret dan pembetulan terjadi pada bulan Juni, Juli, Agustus,
Oktober dan Desember.
5
Dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul: “ANALISIS EFEKTIVITAS DAN
EFISIENSI PENERAPAN e-FAKTUR DALAM PROSEDUR
PEMBUATAN FAKTUR PAJAK DAN PELAPORAN SPT MASA
PPN PADA CV. GANDRUNG TEGAL”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana
efektivitas dan efisiensi penerapan e-Faktur dalam prosedur pembuatan
faktur pajak dan pelaporan SPT Masa PPN pada CV. Gandrung Tegal?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dan
efisiensi penerapan e-Faktur dalam prosedur pembuatan faktur pajak
dan pelaporan SPT Masa PPN pada CV. Gandrung Tegal.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi salah satu acuan bagi
peneliti e-Faktur selanjutnya.
6
2. Secara Praktis
a. Bagi CV. Gandrung Tegal
Penelitian ini diharapakan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan kepada para konsumen yang membutuhkan faktur
pajak dalam transaksi pembelian melalui penerapan e-Faktur
dan dapat memberikan kontribusi kepada Direktorat Jendral
Pajak (DJP) sebagai bahan pertimbangan dalam praktik
pengembangan teknologi informasi.
b. Pihak Lain (Umum)
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan dan bagi
peneliti selanjutnya yang mungkin memiliki kesamaan pada
tempat penelitian agar dapat melakukan kajian yang lebih
mendalam untuk meningkatkan informasi terhadap penerimaan
pajak.
c. Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
untuk menambah wawasan mengenai Pembuatan dan Pelaporan
Faktur Pajak Elektronik (e-Faktur) yang berlaku di Indonesia.
7
1.5 Batasan Masalah
Untuk mengidentifikasi masalah pokok dalam penelitian ini, maka
penulis akan membahas mengenai Analisis Efektifitas Dan Efisiensi
Penerapan e-Faktur Dalam Prosedur Pembuatan Faktur Pajak Dan
Pelaporan SPT Masa PPN Pada CV. Gandrung Tegal. Objek yang
digunakan dalam penelitian ini adalah e-Faktur (faktur pajak
elektronik). Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bendaharawan.
1.6 Kerangka Berpikir
Penelitian ini dilakukan berdasarkan permasalahan yang seringkali
terjadi di CV. Gandrung Tegal adalah adanya ketidaksesuaian
pembayaran yang dilakukan konsumen antara harga beli dengan pajak
yang dilaporkan maupun kesalahan pembayaran membuat kerancuan
dalam pembuatan faktur pajak, sehingga harus dilakukan beberapa kali
pembetulan. Dari permasalahan tersebut ditemukan pemecahan
masalah, yaitu menganalisa efektivitas dan efisiensi penerapan e-Faktur
dalam prosedur pembuatan faktur pajak dan pelaporan SPT Masa PPN
pada CV. Gandrung Tegal. Dari pemecahan masalah dirumuskan
sebuah rumusan masalah, yaitu bagaimana efektivitas dan efisiensi
penerapan e-Faktur dalam prosedur pembuatan faktur pajak dan
pelaporan SPT Masa PPN pada CV. Gandrung Tegal. Dalam
menganalisa rumusan masalah tersebut, analisa yang digunakan adalah
8
analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Dari
rumusan masalah tersebut dapat ditarik kesimpulan diketahui analisis
efektivitas dan efisiensi penerapan e-Faktur dalam prosedur pembuatan
faktur pajak dan pelaporan SPT Masa PPN pada CV. Gandrung Tegal.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka dapat dilakukan
penyederhanaan menggunakan kerangka berpikir penelitian sebagai
berikut:
9
Umpan Balik
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir
Permasalahan: Pada tahun 2017 SPT Masa PPN CV. Gandrung Tegal mengalami beberapa kali pembetulan, disebabkan karena adanya ketidaksesuaian pembayaran yang dilakukan konsumen antara harga beli dengan pajak yang dilaporkan maupun kesalahan pembayaran membuat kerancuan dalam pembuatan faktur pajak.
Strategi Pemecahan Masalah: Menganalisis efektivitas dan efisiensi penerapan e-Faktur dalam prosedur pembuatan faktur pajak dan pelaporan SPT Masa PPN pada CV. Gandrung Tegal.
Rumusan Masalah: Bagaimana penerapan e-Faktur dalam prosedur pembuatan faktur pajak dan pelaporan SPT Masa PPN pada CV. Gandrung Tegal sudah efektif dan efisien?
Analisis Data: Analisis Deskriptif Kualitatif.
Kesimpulan: Penerapan e-faktur dalam prosedur pembuatan faktur pajak dan pelaporan SPT Masa PPN pada CV. Gandrung Tegal sudah efektif pada salah satu indikator dan efisien pada seluruh indikator, dan telah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan DJP, meskipun masih terdapat beberapa kendala.
10
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tugas akhir ini, dibuat sistematika penulisan agar
mudah untuk dipahami dan memberikan gambaran secara umum kepada
pembaca mengenai tugas akhir ini. Sistematika penulisan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagian Awal
Bagian awal berisi halaman judul, halaman persetujuan, halaman
pengesahan, halaman pernyataan keaslian Tugas Akhir (TA),
halaman pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah untuk
kepentingan akademis, halaman persembahan, halaman motto, kata
pengantar, intisari atau abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar, dan lampiran. Bagian awal ini berguna untuk memberikan
kemudahan kepada pembaca dalam mencari bagian-bagian penting
secara cepat.
2. Bagian Isi
Bagian isi terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan masalah, kerangka berpikir dan
sistematika penulisan.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini memuat teori-teori tentang pengertian,
tujuan, fungsi, bentuk-bentuk, faktor-faktor dan lain
sebagainya.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang lokasi penelitian (tempat
dan alamat penelitian), waktu penelitian, metode
pengumpulan data, jenis dan sumber data, dan
metode analisis data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tijauan umum instansi, seperti
sejarah singkat, profil instansi, struktur organisasi,
tugas dan wewenang atau job description, laporan
hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan berisi tentang garis besar dari hasil
penelitian, serta saran dari peneliti yang diharapkan
dapat berguna bagi CV. Gandrung Elektronik.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka berisi tentang daftar buku, literature yang berkaitan
dengan penelitian. Lampiran berisi data yang mendukung penelitian
tugas akhir secara lengkap.
12
3. Bagian Akhir
LAMPIRAN
Lampiran berisi informasi tambahan yang mendukung kelengkapan
laporan, antara lain Surat Keterangan Telah Melaksanakan
Penelitian dari Tempat Penelitian, Kartu Konsultasi, Spesifikasi
teknis serta data-data lain yang diperlukan.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Akuntansi Perpajakan
Secara umum Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi
yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Menurut Agoes dan
Trisnawati (dalam Lintang, dkk, 2017)[4] akuntansi pajak adalah akuntansi
yang diterapkan sesuai dengan peraturan perpajakan. Akuntansi pajak
merupakan bagian dari akuntansi komersial. Akuntansi komersial disusun
dan disajikan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Namun
untuk kepentingan perpajakan, akuntansi komersial harus disesuaikan
dengan peraturan pajak yamg berlaku di Indonesia. Akuntansi Pajak
adalah suatu proses pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran suatu
transaksi keuangan kaitannya dengan kewajiban perpajakan dan diakhiri
dengan pembuatan laporan keuangan fiskal sesuai dengan ketentuan dan
peraturan perpajakan terkait sebagai dasar pembuatan Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT) (Supriyanto, 2011: 2)[5]. Proses Akuntansi
Perpajakan tidak jauh berbeda dengan proses akuntansi seperti biasanya.
Akuntansi selalu dimulai dengan transaksi yang akan dicatat. Lalu transaksi
ini akan dicatat pada suatu Jurnal, kemudian di posting, lalu dimasukan ke
dalam neraca lajur dan diakhiri dengan pembuatan laporan keuangan.
14
Laporan keuagan ini dapat dibuat secara bulanan atau tahunan. Proses
akuntansi secara detail dan juga ilustrasinya dapat dilihat pada gambar 1
mengenai siklus akuntansi dibawah ini. Prosesnya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Siklus Akuntansi Perpajakan
Sumber: Supriyanto (2011: 5)
2.2 Pajak
Dalam UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (perubahan ketiga UU Nomor 6 Tahun 1983)[6], untuk
pertama kalinya dalam peraturan pajak Indonesia diberikan pajak, yaitu
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
15
Sedangkan menurut Liberti Pandiangan (2014: 4)[1] (dalam buku
Pemahaman Praktis Undang-Undang Perpajakan Indonesia, 2002, dengan
sedikit revisi) merumuskan dan memberikan definisi bahwa Pajak adalah
pembayaran atau pengalihan sebagian penghasilan atau harta kekayaan
yang dimiliki oleh masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan
berdasarkan undang-undang sebagi bentuk keikutsertaan dan partisipasi
masyarakat dalam negara, namun pembayarnya tidak mendapatkan suatu
balas jasa secara langsung, yang digunakan untuk membiayai tugas negara
demi meningkatkan kualitas dan kesejahteraan masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar
rakyat untuk negara dan akan digunakan untuk kepentingan pemerintah
dan masyarakat umum. Rakyat yang membayar pajak tidak akan
merasakan manfaat dari pajak secara langsung, karena pajak digunakan
untuk kepentingan umum bukan untuk kepentingan pribadi.
2.3 Jenis-Jenis Pajak
Pajak dapat dibedakan berdasarkan bermacam-macam kategori.
Berdasarkan subjek penanggung pajaknya, dapat dikategorikan sebagai
pajak langsung dan pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak langsung
adalah pajak yang ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak (WP) dan tidak
dibebankan kepada orang lain. Seperti, Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB). Adapun pajak yang tidak langsung adalah
pajak yang dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, yang
16
termasuk pajak tidak langsung adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
(Sakti dan Hidayat, 2015: 12)[2].
Berdasarkan pihak yang melakukan pemungutan pajak, pajak
digolongkan menjadi pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat adalah
pajak yang dipungut dan dikelola oleh pemerintah pusat. Seperti, Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah (PPnBM) dan Bea Materai. Adapun pajak daerah adalah
pajak yang dipungut dan dikelola oleh pemerintah daerah. Seperti, Pajak
Restoran, Pajak Hotel, Pajak Kendaraan Bermotor dan lain sebagainya.
Untuk pajak daerah pengenaan dan regulasinya dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah Tingkat I atau Tingkat II dengan melalui persetujuan
DPRD Tingkat I atau Tingkat II. Pengaturan subjek, objek, dan tarif pajak
daerah diatur melaui peraturan daerah (Perda) yang dipakai untuk
menambah pendapatan asli daerah masing-masing yang akhirnya
digunakan kembali untuk kepentingan masyarakat daerah setempat (Sakti
dan Hidayat, 2015: 12)[2].
Menurut Sakti dan Hidayat (2015: 12)[2] pajak juga dapat dilihat dari
sistem atau cara pemungutannya di suatu negara. Secara umum, ada 3
sistem dalam pemenuhan kewajiban perpajakan, yaitu:
1) Official Assesment System adalah sistem pemungutan pajak yang
memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk menentukan
besarnya pajak terutang.
17
2) Self Assesment System adalah sistem pemungutan pajak yang
memberikan kewenangan kepada Wajib Pajak (WP) untuk
menentukan sendiri besarnya pajak terutang. Indonesia menganut
sistem ini untuk kewajiban perpajakan Pajak Penghasilan (PPh) dan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
3) Withholding System adalah sistem pemungutan pajak yang
memberikan kewenangan kepada pihak ketiga untuk menentukan
besarnya pajak terutang oleh Wajib Pajak (WP). Contohnya,
pemotongan pajak yang dilakukan oleh pemberi kerja kepada
karyawan sehubungan dengan pemotongan PPh Pasal 21.
2.4 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak penjualan barang yang
dipungut atas dasar nilai tambah yang timbul pada setiap transaksi
(Muljono, 2008: 1)[7]. Jadi setiap transaksi yang berhubungan dengan
penyerahan (penjualan atau pembelian atau transaksi lainnya) barang atau
jasa kena pajak, maka akan dikenakan PPN atas barang atau jasa tersebut.
Pengenaan PPN atas transaksi tersebut biasanya diikuti dengan pembuatan
Faktur Pajak. Dalam PPN pihak yang menganggung beban pajak adalah
konsumen akhir atau pembeli. Penentuan besaran tarif PPN diatur dalam
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009[8] tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Berikut ini daftar
tarif dari PPN:
18
a. Tarif PPN 0% berlaku untuk ekspor Barang Kena Pajak Berwujud,
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan ekspor Jasa Kena Pajak.
b. Tarif PPN 10% berlaku atas semua produk yang beredar di dalam
negeri.
c. Tarif PPN atas barang mewah ditetapkan paling rendah 10% dan
paling tinggi 200%.
d. Khusus untuk barang dan jasa yang terkena tarif PPN 10%, besaran
tarif tersebut masih dapat diubah menjadi peling rendah 5% hingga
paling tinggi 20% mengikuti peraturan pemerintah yang berlaku.
Berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (UU PPN/PPnBM) beserta
perubahannya, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terutang pada saat
terjadinya hal-hal berikut:
1) Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh pengusaha;
2) Impor Barang Kena Pajak (BKP);
3) Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh pengusaha;
4) Pemanfaatan Barang Kena Pajak (BKP) tidak berwujud dari luar
Daerah Pabean;
5) Pemanfaatan Barang Kena Pajak (BKP) dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean;
6) Ekspor Barang Kena Pajak (BKP) oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP).
19
Pada umumnya semua barang atau jasa dikenakan pajak, namun ada
pula beberapa jenis barang atau jasa yang tidak dikenakan pajak
pertambahan nilai adiantara sebagai berikut:
1) Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya;
2) Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak;
3) Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah
makan, warung dan sejenisnya;
4) Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.
Selain beberapa jenis barang yang tidak kena Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), ada pula beberapa jenis jasa yang tidak dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) diantara sebagai berikut:
1) Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik;
2) Jasa di bidang pelayanan sosial;
3) Jasa pengiriman surat dengan perangko;
4) Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak
opsi;
5) Jasa di bidang keagamaan;
6) Jasa di bidang pendidikan;
7) Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak
tontonan;
8) Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan;
20
9) Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air;
10) Jasa di bidang tenaga kerja;
11) Jasa di bidang perhotelan;
12) Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum;
13) Jasa penyediaan tempat parkir;
14) Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;
15) Jasa pengiriman uang dengan wesel pos;
16) Jasa boga atau catering.
2.5 Penyerahan Barang atau Jasa Kena Pajak
Berdasarkan UU No 18 tahun 2000 pasal 1A[9] menyebutkan beberapa
jenis transaksi yang termasuk dalam jenis penyerahan barang kena pajak.
Jenis penyerahan tersebut antar lain:
1) Penyerahan hak atas Barang Kena Pajak (BKP) karena suatu
perjanjian;
2) Pengalihan Barang Kena Pajak (BKP) oleh karena suatu perjanjian
sewa beli dan perjanjian leasing;
3) Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) kepada pedagang perantara
atau melalui juru lelang;
4) Pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma-cuma atas Barang Kena
Pajak (BKP);
21
5) Persediaan Barang Kena Pajak (BKP) dan aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan, sepanjang Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan;
6) Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dari Pusat ke Cabang atau
sebaliknya dan penyerahan Barang Kena Pajak antar Cabang;
7) Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) secara konsinyasi.
Selain ada beberapa transaksi yang tergolong dalam penyerahan, ada
juga beberapa transaksi yang tergolong tidak termasuk dalam penyerahan.
Meskipun transaksi ini secara perpajakan tidak dianggap sebagai
penyerahan bukan berarti tidak perlu ada pencatatan. Secara akuntansi
semua transaksi yang dilakukan harus dicatat sehingga dapat
dipertanggungjawabkan. Transaksi tersebut diantaranya adalah:
1) Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) kepada makelar sebagaimana
dimaksud dalam kitab Undang-Undang Hukum Dagang;
2) Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) untuk jaminan utang piutang;
3) Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dalam hal Pengusaha Kena
Pajak memperoleh ijin pemusatan tempat pajak terutang.
22
2.6 Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP)
yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan
Nilai (UU PPN), tidak termasuk Pengusaha Kecil, kecuali terhadap
Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak (PKP) (Muljono, 2008: 5)[7]. Pengusaha kecil tidak diwajibkan
untuk menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP). Batasan pengusaha kecil,
yaitu pengusaha yang selama 1 tahun buku melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) dalam rangka kegiatan
usaha dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp 4.800.000.000
menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan sebaliknya (Sakti dan Hidayat,
2015: 123)[2]. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 pasal
1 angka 15[8] disebutkan bahwa Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah
pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)
dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenai pajak berdasarkan undang-
undang ini. Menurut Mardiasmo (dalam Sulistyowati, dkk, 2018)[10]
Pengusaha Kena Pajak (PKP) mempunyai beberapa kewajiban, antara lain:
a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena
Pajak (PKP).
b. Memungut PPN dan PPnBM yang terutang.
23
c. Menyetor PPN yang masih harus dibayar dalam hal pajak Penjualan
atas Barang Mewah yang terutang serta pajak keluaran lebih besar dari
pajak masukkan yang dikreditkan.
d. Melaporkan perhitungan pajak.
2.7 Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) mengikat pembeli dan penjual.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
adalah kewajiban dari pembeli sehingga dibayarkan oleh pembeli itu
sendiri. Namun, kewajiban pemungutan, penyetoran dan pelaporan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) merupakan kewajiban penjual atau Pengusaha
Kena Pajak (PKP). Penjual atau Pengusaha Kena Pajak (PKP) kemudian
melaporkan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) secara
akumulatif ke Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Bukti pungutan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) ini disebut dengan faktur pajak. Di dalam sebuah
faktur pajak dicantumkan beberapa hal seperti, nama, alamat, barang atau
jasa yang dibeli, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan lain-lain.
Penjual wajib melaporkan faktur pajak paling lambat akhir bulan
berikutnya setelah masa pajak berakhir dan sebelum Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) disampaikan.
24
2.8 Faktur Pajak
Pengertian Faktur Pajak dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 42
Tahun 2009 pasal 1 angka 23[8], yaitu bukti pungutan pajak yang dibuat
oleh Pengusaha Kena pajak (PKP) atas penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP). Jenis-jenis Faktur Pajak,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Faktur Pajak Standar adalah faktur pajak yang paling sedikit memuat
keterangan tentang:
a. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang
menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;
b. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pembeli
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;
c. Jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan
potongan harga;
d. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dipungut;
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang dipungut;
f. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan faktur pajak;
g. Nama, jabatan, dan tanda tangan yang berhak menandatangani
faktur pajak.
2) Faktur Pajak Gabungan adalah Faktur Pajak Standar untuk semua
penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak
yang terjadi selama 1 (satu) bulan takwim kepada pembeli Barang
Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak yang sama.
25
3) Faktur Pajak Sederhana adalah faktur pajak yang dapat berbentuk:
a. Slip Cash Register yang dibuat oleh pedagang eceran selain yang
menggunakan norma perhitungan penghasilan neto dapat
diperlakukan sebagai Faktur Pajak Sederhana;
b. Apabila dalam harga jual Barang Kena Pajak sudah termasuk
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Slip Cash Register sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) wajib diberi keterangan “untuk Barang
Kena Pajak harga sudah termasuk PPN”.
4) Faktur Pajak Khusus adalah faktur pajak yang khusus digunakan
untuk keperluan khusus. Contoh: PIB (Pemberitahuan Impor Barang),
PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang), dll.
5) Faktur Pajak Cacat adalah faktur pajak yang tidak diisi secara lengkap,
jelas, benar, dan/atau tidak ditandatangani termasuk juga kesalahan
dalam pengisian kode dan nomor seri. Faktur pajak cacat dapat
dibetulkan dengan membuat faktur pajak pengganti;
6) Faktur Pajak Pengganti adalah penggantian atas faktur pajak yang
telah terbit sebelumnya dikarenakan ada kesalahan pengisian, kecuali
kesalahan pengisian NPWP. Sehingga, harus dilakukan pembetulan
agar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya;
7) Faktur Pajak Batal adalah faktur pajak yang dibatalkan dikarenakan
adanya pembatalan transaksi. Pembatalan faktur pajak juga harus
dilakukan ketika ada kesalahan pengisian NPWP dalam faktur pajak.
26
2.9 Faktur Pajak Elektronik (e-Faktur)
Faktur pajak berbentuk elektronik yang disebut e-Faktur, adalah
faktur pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem elektronik yang
ditentukan dan atau disediakan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP) (Sakti
dan Hidayat, 2015: 123)[2]. Bentuk e-Faktur yaitu berupa dokumen
elektronik Faktur Pajak, yang merupakan hasil keluaran (output) dari
aplikasi. e-Faktur tidak diwajibkan untuk dicetak dalam bentuk kertas
(hardcopy), karena bisa dikirim dalam bentuk PDF (softcopy). Pada e-
Faktur dimungkinkan dilakukan pembuatan faktur pajak pengganti, yaitu
atas e-Faktur yang salah dalam pengisian atau penulisan sehingga tidak
memuat keterangan yang lengkap, jelas, dan benar. Demikian juga halnya
jika terjadi pembatalan transaksi penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)
atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang telah dibuat, Pengusaha Kena Pajak
(PKP) harus melakukan pembatalan e-Faktur melalui aplikasi (Sakti dan
Hidayat, 2015: 123)[2].
Pemberlakuan e-Faktur dimaksudkan untuk memberikan kemudahan,
kenyamanan, dan keamanan bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan khususnya pembuatan faktur pajak.
e-Faktur wajib dilaporkan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) ke
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dengan cara diunggah (upload) untuk
memperoleh persetujuan. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) memberikan
persetujuan untuk setiap e-Faktur yang telah diunggah (upload) sepanjang
Nomor Seri Faktur Pajak (NSFP) yang digunakan untuk penomoran e-
27
Faktur tersebut adalah Nomor Seri Faktur Pajak yang diberikan oleh .
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP)
yang membuat e-Faktur sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Sakti dan
Hidayat, 2015: 123)[2]. Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang menggunakan
aplikasi e-Faktur wajib membuat Surat Pemberitahuan (SPT) melalui
aplikasi e-Faktur. Melalui aplikasi SPT pada aplikasi e-Faktur, Pengusaha
Kena Pajak (PKP) dapat membuat SPT Masa PPN menggunakan data
input Faktur Pajak dan dokumen lainnya, melengkapi formulir SPT yang
sudah terbentuk dan membuat file CSV yang sama dengan bentuk SPT
Masa PPN 1111 untuk pelaporan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
Agar dapat menggunakan aplikasi e-Faktur, Pengusaha Kena Pajak
(PKP) harus memiliki sertifikat elektronik. Sertifikat elektronik pajak
adalah sertifikat yang berisi tanda tangan elektronik dan identitas wajib
pajak yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Sertifikat
elektronik ini diberikan kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) sebagai
bukti otentifikasi pengguna layanan pajak secara elektronik berupa:
a. Layanan permintaan Nomor Seri Faktur Pajak melalui laman
(website) yang ditentukan dan atau disediakan oleh Direktorat
Jenderal Pajak; dan
b. Penggunaan aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau
disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk pembuatan Faktur
Pajak berbentuk elektronik.
28
2.10 e-Nofa
e-Nofa adalah website untuk mengajukan permohonan Nomor Seri
Faktur Pajak online yang dibuat Direktorat Jendral Pajak (DJP) untuk
mempermudah Pengusaha Kena Pajak (PKP) meminta Nomor Seri Faktur
Pajak (NSFP) yang sebelumnya dilakukan secara manual. Berdasarkan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 24/PJ/2012[11] tentang
Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur
Pemberitahuan dalam rangka pembuatan, berikut ini tata cara pembetulan
dan penggantian, dan tata cara pembatalan faktur pajak dan perubahannya:
a. PKP harus membuat Faktur Pajak dengan Kode dan NSFP, yaitu
terdiri dari 16 digit yang terdiri dari dua digit Kode Transaksi, satu
digit Kode Status, dan 13 digit nomor faktur pajak yang ditentukan
DJP.
b. NSFP dapat diperoleh PKP sesuai tata cara yang telah ditentukan.
Contoh: untuk tahun 2016, nomor faktur pajak akan dimulai dari
000.16.00000001 dan seterusnya.
c. Nomor faktur pajak yang digunakan untuk penerbitan Faktur Pajak
dalam tahun yang sama dengan dua digit tahun penerbitan yang tertera
dalam NSFP.
29
2.11 e-Filling
e-Filling adalah suatu cara penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)
secara elektronik yang dilakukan secara online dan real time melalui
internet pada website Direktorat Jendral Pajak (DJP) atau penyedia
layanan SPT Elektronik atau Application Service Provider (ASP).
Pelaporan SPT melalui e-Filling diatur dalam Peraturan Dirjen Pajak
Nomor PER-41/PJ/2015[12] tentang Pengamanan Transasksi Elektronik
Layanan Pajak Online.
2.12 Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat oleh wajib pajak digunakan
untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, dan atau objek pajak dan atau bukan objek pajak (Supramono
dan Damayanti, 2014)[13]. Dengan kata lain SPT merupakan sarana bagi
wajib pajak untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan jumlah
pajak terutang dan pembayarannya. Menurut Sari (dalam Maria, dkk,
2018)[14] Secara garis besar SPT dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu
masa pajak.
2. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk
suatu tahun atau bagian tahun pajak.
30
2.13 Surat Pemberitahuan Masa PPN (SPT Masa PPN)
Terkait dengan pelaporan pajak terutang, Pengusaha Kena Pajak
(PKP) diwajibkan melaporkan pajak terutang menggunakan SPT Masa
PPN. SPT Masa PPN merupakan sebuah formulir yang digunakan oleh
wajib pajak badan untuk melaporkan perhitungan jumlah pajak baik untuk
melapor Pajak Pertambahan Nilai (PPN) maupun Pajak Penjualan Barang
Mewah (PPnBM). Peraturan mengenai bentuk, isi dan tata cara pengisian
dan penyampaian SPT Masa PPN dapat dikelompokkan berdasarkan
kategori Pengusaha Kena Pajak (PKP). Untuk pemungut PPN, ketentuan
ini diatur dalam Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor PER-
147/PJ/2006[15]. Bentuk formulir SPT Masa PPN dapat berbentuk kertas
atau dokumen elektronik. Untuk formulir kertas dapat diperoleh di Kantor
Pelayanan Pajak terdekat atau digandakan sendiri oleh Pengusaha Kena
Pajak (PKP). Sementara itu, untuk SPT Masa PPN berbentuk elektronik
bisa dibuat menggunakan sistem e-Faktur.
SPT Masa PPN harus dilaporkan setiap bulannya, walaupun tidak
ada perubahan neraca, atau nilai rupiah pada pajak tersebut nihil (0). Jatuh
tempo pelaporan adalah pada hari terakhir (tanggal 30 atau 31) bulan
berikutnya setelah akhir masa pajak yang bersangkutan. Kecuali pada
kondisi tertentu yang dijelaskan pada Peraturan Menteri Keuangan PER-
80/PMK.03/2010[16], maka tanggal jatuh tempo bukanlah pada akhir masa
pajak yang bersangkutan. Pada pasal 7 ayat 1 UU KUP[17] menyatakan
bahwa bagi Pegusaha Kena Pajak (PKP) yang tidak melaporkan SPT Masa
31
PPN sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan akan dikenakan sanksi
administrasi berupa denda sebesar Rp 500.000.
2.14 Efektivitas dan Efisiensi e-Faktur
Menurut Sulistyowati (2018)[10] efektivitas merupakan hubungan
antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Semakin
besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau
sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif suatu proses kerja.
Berdasarkan paparan mengenai bentuk kegiatan yang mencerminkan
efektivitas, maka indikator efektivitas suatu program atau kegiatan
maupun sistem meliputi:
1. Ketepatan Penggunaan
Indikator ketepatan penggunaan ialah apa yang sudah ditentukan
dalam hal penggunaan sudah mewakili dari apa yang diharapkan
sebelumnya yang berhubungan dengan proses.
2. Hasil Guna
Indikator hasil guna menggambarkan output dari proses kegiatan yang
dilakukan apakah akan memberi perubahan yang baik dan memiliki
hasil yang diharapkan.
3. Menunjang Tujuan
Indikator menunjang tujuan berhubungan dengan output yang sesuai
rencana kegiatan dengan tujuan yang diharapkan.
32
Apabila ketiga indikator tersebut terpenuhi dalam penerapan e-Faktur
berarti efektivitas penerapan e-Faktur telah tercapai.
Menurut Sulistyowati (2018)[10] efisiensi penerapan e-Faktur adalah
ketetapan pemanfaatan sumber daya (tenaga, biaya, waktu) sebagai input
dalam penerapan e-Faktur dengan tujuan mencapai keluaran yang
manfaatnya dirasakan bukan hanya oleh Dirjen Pajak dan Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) namun juga oleh Wajib Pajak (WP). Indikator dari
efisiensi penerapan e-Faktur meliputi:
1. Menghemat waktu pembuatan faktur Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2. Menghemat tenaga dan waktu karena penyampaian atau pelaporan e-
Faktur dapat dilakukan secara real time via jaringan internet.
3. Akurat, karena e-Faktur tidak memungkinkan pembuatan faktur pajak
fiktif ataupun tidak valid.
4. Keamanan dan kerahasiaan data terjamin.
5. Menghemat biaya, karena e-Faktur paperless.
6. Menghemat ruang penyimpanan arsip.
7. Memudahkan dalam pelaporan faktur Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dan e-SPT PPN.
Jika tujuh indikator diatas telah tercapai, maka penerapan e-Faktur pada
CV. Gandrung sudah efisien.
33
2.15 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Anzeli Maria,
Inggriani Elim,
Novi S. Budiarso
(2018)
Analisis Penerapan E-
Faktur Dalam Prosedur
Dan Pembuatan Faktur
Pajak Dan Pelaporan
SPT Masa PPN Pada
CV. Wastu Citra
Pratama
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan E-Faktur
dalam pembuatan faktur
pajak telah berjalan dengan
baik, adapun beberapa
kendala yang sering dihadapi
peusahaan dalam
menggunakan aplikasi E-
Faktur masih dapat diatasi
hanya perlu perhatian lebih,
terutama di jaringan internet
yang terkadang lambat atau
tidak mendukung sehingga
dalam mengunggah faktur
pajak sering gagal.
2. Kevin Lintang,
Lintje Kalangi,
Rudy Pusung
(2017)
Analisis Penerapan E-
Faktur Pajak Dalam
Upaya Meningkatkan
Kepatuhan Pengusaha
Kena Pajak Untuk
Pelaporan SPT Masa
PPN Pada KPP
Pratama Manado
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingkat kepatuhan
pengusaha kena pajak
pengguna e-faktur pada 6
bulan pertama sejak
penerapan e-faktur yakni
sebesar 74,62%. Hal ini
menunjukkan bahwa
penerapan e-faktur masih
tergolong kurang efektif
dalam hal meningkatkan
34
kepatuhan pengusaha kena
pajak pembuat faktur
terdaftar pada KPP Pratama
Manado.
3. Nur Wahyuning
Sulistyowati, Nik
Amah, Farida
Styaningrum
(2018)
Analisis Efektivitas
Dan Efisiensi
Penerapan E-Faktur
PPN Guna
Meningkatkan
Kepatuhan Pengusaha
Kena Pajak (Studi pada
PKP Terdaftar di KPP
Pratama Madiun)
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan e-faktur di
lingkup KPP Pratama
Madiun sudah efektif dan
efisien. Efektivitas dan
efisiensi penerapan e-faktur
PPN dapat meningkatkan
kepatuhan Pengusaha Kena
Pajak (PKP). Adapun kendala
penggunaan e-faktur adalah
permasalahan koneksi
internet, serta aplikasi yang
kadang terjadi eror.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat pada CV. Gandrung yang beralamat di Jl.
A. Yani No. 39 Tegal.
3.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan, terhitung dari tanggal 21 Januari
2019 sampai dengan 21 Maret 2019.
3.3 Jenis Data
Menurut Kuncoro (dalam Pandelaki, 2013)[18] menyatakan data merupakan
keterangan-keterangan yang diperoleh dari suatu penelitian dan atau melalui
referensi untuk dapat digunakan dalam menganalisa permasalahan yang
dihadapi dan selanjutnya untuk mencari alternative yang sesuai dengan
permasalahnnya. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kualitatif. Data Kualitatif menurut Suliyanto (2005: 134)[19] yaitu data
dalam bentuk kata-kata atau bukan bentuk angka. Data kualitatif yang
digunakan dalam penelitian ini mengenai kondisi perusahaan, misalnya
profil perusahaan, hasil dari pembahasan tugas akhir, dan lain sebagainya.
36
3.4 Sumber Data
Pada tahap ini penulis menyediakan persiapan kegiatan studi mencari data
dan informasi dengan membaca landasan teori, buku perpajakan, internet
dan bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan objek pembahasan dan
melakukan pengamatan sesuai dengan data di CV. Gandrung. Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
Data Primer menurut Suliyanto (2005: 131)[19] yaitu data yang
dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama.
Dalam penelitian ini data primer yang digunakan berupa hasil
wawancara mengenai e-faktur dengan pemilik dan konsultan pajak.
2. Data Sekunder
Data Sekunder menurut Suliyanto (2005: 132)[19] yaitu data yang
diterbitkan atau digunakan organisasi yang bukan pengolahnya. Data
sekunder yang diperoleh dari pihak pendukung seperti laporan
pembelian, laporan penjualan, kartu stok, kartu utang, dan lain
sebagainnya yang berhubungan dengan objek pembahasan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data atau keterangan yang diperlukan dalam penelitian
ini, maka penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
37
1. Observasi
Observasi menurut Sugiyono (2017: 145)[20] yaitu teknik pengumpulan
data yang berkaitan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-
gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Cara
pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung,
melihat, mengumpulkan dan menyimpulkan data-data yang ada
hubungannya dengan permasalahan yang dibahas.
2. Wawancara
Wawancara menurut Sugiyono (2017: 137)[20] yaitu teknik
pengambilan data dimana peneliti langsung berdialog dengan
responden untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit atau kecil. Cara pengumpulan data secara
langsung dimana peneliti melakukan tanya jawab dengan narasumber
seperti pemilik ataupun konsultan pajak di CV. Gandrung.
3. Studi Pustaka
Studi Pustaka menurut Sugiyono (2017: 291)[20] merupakan kajian
teoritis dan referensi lain yang terkait dengan nilai, budaya, dan norma
yang berkembang pada situasi social yang diteliti. Salah satu metode
pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis
dokumen-dokumen tertulis, seperti buku-buku, majalah, laporan dan
lain sebagainya yang berhubungan erat dengan masukan yang akan
dibahas atau diteliti untuk digunakan sebagai landasan teori yang
melengkapi proses penyusunan Tugas Akhir. Studi pustaka dilakukan
38
dengan cara mencatat data-data yang akurat yang dibutuhkan pada
penelitian.
3.6 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis Deskriptif Kualitatif.
Menurut Suliyanto (2005: 9)[19] penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dilakukan untuk menganalisa satu atau lebih variabel tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel
yang lain. Maka dari itu penelitian deskriptif adalah penelitian yang
mendeskripsikan suatu keadaan dalam bentuk Kualitatif (kata-kata) serta
menganalisa data tersebut. Penulis akan menganalisa apakah penerapan e-
Faktur sudah efektif dan efisien sesuai dengan indikator efektivitas dan
efisiensi pada point 2.14.
3.7 Tahapan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini ada beberapa tahap-tahap yang dilakukan
oleh penulis, yaitu:
1. Tahap pertama, mengumpulkan data-data CV. Gandrung Tegal, hal ini
menjadi langkah awal penulis untuk mengetahui data-data pada e-
Faktur, berupa pembuatan faktur pajak keluaran maupun pelaporan SPT
Masa PPN.
2. Tahap kedua, menganalisa data yang sudah dikumpulkan untuk
dibandingkan dengan peraturan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang
berlaku bahwa sudah sesuai atau belum sesuai.
39
3. Tahap ketiga, menarik kesimpulan dari hasil analisis yang telah
dilakukan penulis.
4. Tahap akhir, meyampaikan saran apabila ditemukan ketidaksesuaian
atau ditemukannya kendala.
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum CV. Gandrung Tegal
4.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya CV. Gandrung Tegal
CV. Gandrung Tegal berdiri sejak tahun 1968, merupakan
salah satu toko elektronik yang sangat legendaris dan terkenal di
Kota Tegal. Bertempat di Jalan Jenderal Ahmad Yani Nomor 39
Tegal. Usaha berawal dari penjualan kaset pita, radio, televisi
tabung dan berbagai barang elektonik lainnya yang pada zaman
tersebut sedang eksis. Saat ini barang elektronik yang dijual sudah
lengkap, seperti televisi, mesin cuci, lemari es, freezer, speaker,
magic com, kompor gas, setrika, blender dan peralatan elektronik
rumah tangga lainnya. Usaha ini adalah usaha keluarga, status
kepemilikannya dilakukan secara turun menurun, dari generasi
pertama sampai saat ini sudah dijalankan oleh generasi ketiga.
Awalnya usaha ini berstatus Wajib Pajak Orang Pribadi (WP
OP), yang di pimpin oleh Bapak Setianto Sunarko selaku generasi
kedua. Pada tahun 2017 perusahaan melakukan perpindahan
kepemilikan dari generasi kedua ke generasi ketiga. Pada tanggal
28 Februari 2017 Bapak Martino Chandra selaku generasi ketiga
mengukuhkan usahanya sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)
41
dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Nomor: S-
47PKP/WJP.10/KP.0103/2017. Dengan bentuk badan usaha
Persekutuan Komenditer (CV) dibuktikkan dengan Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP) Nomor: 510.4/017/PK/I/2017 dan
Tanda Daftar Usaha (TDP) Nomor: 11.04.3.47.03467. Sampai
dengan saat ini stok barang dagang Wajib Pajak Orang Pribadi (WP
OP) masih ada dan sistem pencatatannya dibedakan dengan stok
barang dagang Persekutuan Komenditer (CV). Pelaporan
perpajakannya juga dilakukan terpisah, untuk menghindari segala
kerancuan yang mungkin terjadi.
4.1.2 Struktur Organisasi CV. Gandrung Tegal
Suatu perusahan dalam kegiatan operasinya tidak hanya
memerlukan fasilitas yang menunjang, untuk kelancaran usahanya
maka diperlukan manajemen yang baik, sehingga mampu
menciptakan suasana kerja yang baik dan terjalinnya kerjasama
yang menunjang masing-masing bagian dalam organisasi tersebut.
Struktur organisasi menjelaskan dengan jelas hubungan erat
pemisahan tugas antara kegiatan yang satu dengan yang lainnya.
Untuk menunjang kelancaran kegiatan operasional perusahaan,
maka disusunlah struktur organisasi CV. Gandrung Tegal sebagai
berikut:
42
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
Sumber : CV. Gandrung Tegal
DIREKTUR Martino Chandra
MANAGER Setianto Sunarko
KASIR 1. Naluri Widyaningsih
2. Nisrina Hana Lestari
ADMIN PAJAK Nadiyah Rizqi Ardillah
SPM 1. Farikhin
2. Muhammad Ilham Z
3. Arizal Setiawan
4. M. Arif Kurniawan
5. Davit Juni Wijaya
6. Heri Sulistio
7. Susmono
8. Ramdhani Putra F
9. Aditya Andika
10. Moh. Mughni Labib
11. Indra Sepriyansa
KARYAWAN 1. Rafiayanto
2. Jaimron
3. M. Alif Apriyanto
SUPIR 1. Warjo
2. Toto
3. Teguh Santoso
4. Agung Firmansyah
5. Dede
43
4.1.3 Tugas Dan Wewenang Berdasarkan Struktur Organisasi
Tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian
dalam organisasi CV. Gandrung Tegal adalah sebagai berikut:
1. Direktur
Tugas dan wewenang:
a. Merupakan posisi tertinggi di dalam perusahaan, yang
memiliki wewenang penuh dalam pengambilan keputusan.
b. Mengkoordinasikan dan mengendalikan semua kegiatan-
kegiatan yang ada di dalam perusahaan.
c. Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari manager,
admin, karyawan, Sales Promotion Man (SPM) dan supir.
d. Bertindak sebagai perwakilan organisasi dalam hubungan
dengan dunia luar perusahaan.
e. Mengotorisasi semua dokumen yang berhubungan dengan
kegiatan perusahaan.
f. Mengorder barang dagang yang akan di beli.
g. Menetapkan harga jual.
h. Mengurus pembayaran barang dagang yang telah di beli
baik cash maupun tempo.
i. Menghitung dan membayar gaji karyawan dan admin.
44
2. Manager
Tugas dan wewenang:
a. Mengontrol stok barang dagang.
b. Mengatur dan mengawasi kinerja admin, karyawan, Sales
Promotion Man (SPM) dan supir.
c. Mengorder barang dagang yang akan di beli.
d. Menetapkan harga jual.
e. Menghitung dan membayar gaji supir.
3. Kasir
Tugas dan wewenang:
a. Menginput barang datang.
b. Bertanggung jawab atas stok barang dagang.
c. Membuat nota.
d. Menerima dan menghitung uang dari transaski penjualan.
e. Melayani telepon konsumen.
f. Melayani komplain atau keluhan konsumen.
4. Admin Pajak
Tugas dan wewenang:
a. Menginput penjualan perhari.
b. Menginput pembelian barang dagang.
c. Merekap stok perbulan.
d. Menginput faktur pajak masukan.
45
e. Membuat faktur pajak keluaran, jika ada konsumen yang
membutuhkan.
f. Merekap segala pengeluaran perusahaan perbulan.
5. Sales Promotion Man (SPM)
Tugas dan wewenang:
a. Melayani dan menangani konsumen.
b. Bertanggung jawab atas stok barang sesuai dengan brand
masing-masing.
c. Mengatasi komplain atau keluhan konsumen.
d. Menulis alamat konsumen jika barang yang di beli perlu
diantar.
e. Menyiapkan barang yang di beli oleh konsumen.
f. Mengurus barang datang sesuai dengan brand masing-
masing.
6. Karyawan
Tugas dan wewenang:
a. Melayani dan menangani konsumen.
b. Bertanggung jawab atas stok barang yang tidak ditangani
oleh Sales Promotion Man (SPM).
c. Bertanggung jawab atas kebersihan area toko.
d. Membantu Sales Promotion Man (SPM) dalam
menyelesaikan tugasnya.
e. Mangatasi komplain atau keluhan konsumen.
46
7. Supir
Tugas dan wewenang:
a. Mengantarkan barang yang di beli konsumen.
b. Membantu Sales Promotion Man (SPM) dalam mengurus
barang datang.
c. Membantu Sales Promotion Man (SPM) dalam
menyelesaikan tugasnya.
4.1.4 Visi dan Misi Perusahaan
1. Visi
Menjadi perusahaan retail barang elektronik berskala nasional
dan berorientasi kepada kebututhan dan harapan konsumen
serta mampu bersaing secara global.
2. Misi
1) Memberikan kepuasan kepada konsumen, khususnya pada
kualitas barang dan pelayanan.
2) Melayani konsumen dengan baik dengan memberikan
fasilitas yang dapat dinikmati konsumen ketika berada di
toko.
47
4.1.5 Pemasaran
CV. Gandrung Tegal selalu bisa bersaing dengan para
kompetitor lainnya dan bisa mempertahankan eksistensinya hingga
saat ini. Seiring dengan berjalannya waktu, perusahaan
berkembang dengan pesat. Derasnya arus modernisasi membuat
persaingan semakin ketat, walaupun masih tergolong toko
tradisonal, tetapi pemilik selalu melakukan inovasi, baik dari segi
pelayanan, fasilitas, kerapihan toko, tampilan toko, dan hal lainnya,
sehingga toko mampu bersaing dengan usaha serupa yang lebih
modern. Seperti yang telah penulis jelaskan pada sub bab sejarah
perusahaan, kelegendarisan CV. Gandrung Tegal menjadi
keuntungan tersendiri bagi kelancaran dan kelarisan usaha. Pada
era globalisasi ini modern market merupakan tempat yang sangat
optimal untuk menunjang pemasaran produk. CV. Gandrung Tegal
juga sudah mulai memasarkan produknya melalui dunia digital,
seperti Whatsapp dan Instagram.
4.1.6 Kondisi Perusahaan Saat Ini
CV. Gandrung Tegal saat ini merupakan perusahaan yang
cukup berkembang, karena barang elektronik yang dijual tergolong
lengkap dan up to date dengan harga yang mampu bersaing dan
dapat dilakukan negoisasi membuatnya ramai peminat sampai
dengan sekarang. Konsumennya beragam mulai dari konsumen
biasa, sesama Pengusaha Kena Pajak (PKP) sampai dengan
48
bendaharawan atau instansi pemerintahan. Dari segi organisasi,
berkembangannya perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
salah satunya yaitu kemampuan direktur dalam memimpin
berjalannya aktivitas perusahaan dengan arahan yang baik
sehingga mencapai tujuan yang telah direncanakan. Ditetapkannya
sistem yang lebih terstruktur dan modern menjadikan perusahaan
selalu mampu bersaing dengan usaha serupa yang lebih modern.
Segala sistem pencatatan akuntansi juga sudah dilakukan secara
modern sehingga memudahkan dalam melakukan kontrol dan
pemeriksaan.
49
4.2 Hasil Analisis Data
4.2.1 Prosedur Pembuatan Faktur Pajak Melalui e-Faktur
Jika telah melakukan registrasi aplikasi dan registrasi user, pada
saat mengeklik aplikasi EtaxInvoice pada folder aplikasi e-Faktur,
akan muncul tampilan seperti dibawah ini. Selanjutnya, klik Local
Database dan klik Connect.
Gambar 4.2 Pengadministrasian e-Faktur
Sumber : CV. Gandrung Tegal
Lalu, akan muncul kotak dialog untuk login seperti tampilan
dibawah ini. Isikan Nama User dan Password. Klik Login untuk
masuk ke aplikasi e-Faktur.
50
Gambar 4.3 Pengadministrasian e-Faktur
Sumber : CV. Gandrung Tegal
Jika login berhasil, muncul tampilan berikut ini. User dapat
menggunakan fitur-fitur pada aplikasi e-Faktur.
Gambar 4.4 Pengadministrasian e-Faktur
Sumber : CV. Gandrung Tegal
51
Langkah-langkah perekaman faktur pajak keluaran dapat di
ilustrasikan sebagai berikut:
1. Klik menu Faktur
2. Klik menu Pajak Keluaran
3. Klik menu Administrasi Faktur
Gambar 4.5 Perekaman Faktur Pajak Keluaran
Sumber : CV. Gandrung Tegal
4. Adminstrasi faktur akan mengeluarkan menu tampilan di
bawah ini. Klik menu [F5] Perbaharui pada pojok kanan atas
untuk menampilkan faktur pajak keluaran yang telah direkam
sebelumnya.
52
Gambar 4.6 Perekaman Faktur Pajak Keluaran
Sumber : CV. Gandrung Tegal
5. Untuk merekam faktur pajak keluaran, klik tombol Rekam
Faktur.
Gambar 4.7 Perekaman Faktur Pajak Keluaran
Sumber: CV. Gandrung Tegal
53
6. Lengkapi dokumen transaksi seperti pada tampilan dibawah
ini. Kemudian klik tombol Lanjutkan. Jika lawan transaksi
sesama Pengusaha Kena Pajak (PKP) pilih nomor 1. Jika
lawan transaksi bendaharawan maka pilih nomor 2 dan
seterusnya.
Gambar 4.8 Perekaman Faktur Pajak Keluaran
Sumber : CV. Gandrung Tegal
7. Jika lawan transaksi belum pernah direkam di database,
lanjutkan input secara manual data lawan transaksi. Kemudian
klik Lanjutkan. Jika data lawan transaksi sudah direkam di
database, klik [F3] Cari NPWP.
54
Gambar 4.9 Perekaman Faktur Pajak Keluaran
Sumber : CV. Gandrung Tegal
8. Masukkan detail transaksi dengan mengeklik Rekam
Transaksi.
Gambar 4.10 Perekaman Faktur Pajak Keluaran
Sumber : CV. Gandrung Tegal
55
9. Klik tombol [F3] Cari Barang/Jasa jika barang atau jasa yang
diserahkan sudah pernah direkam di database. Jika barang atau
jasa belum pernah direkam, input detail transaksi secara
manual. Isikan detail transaksi penyerahan. Kemudian klik
Simpan.
Gambar 4.11 Perekaman Faktur Pajak Keluaran
Sumber : CV. Gandrung Tegal
10. Kemudian, akan muncul kotak konfirmasi apakah akan
menambahkan transaksi baru. Jika tidak ada transaksi baru,
klik No. Jika ada transaksi baru, klik Yes.
56
Gambar 4.12 Perekaman Faktur Pajak Keluaran
Sumber : CV. Gandrung Tegal
11. Transasksi berhasil direkam. Klik Simpan.
Gambar 4.13 Perekaman Faktur Pajak Keluaran
Sumber : CV. Gandrung Tegal
12. Kemudian, akan muncul kotak konfirmasi. Klik No jika tidak
ada lagi faktur pajak keluaran yang akan direkam. Klik Yes
jika masih ada faktur pajak keluaran yang akan direkam.
57
Gambar 4.14 Perekaman Faktur Pajak Keluaran
Sumber : CV. Gandrung Tegal
13. Faktur pajak keluaran berhasil direkam, dengan status “Belum
Appove”. Untuk mengubah statusnya menjadi Approval, klik
faktur pajak yang akan dimintakan Approval, kemudian klik
Upload.
Gambar 4.15 Perekaman Faktur Pajak Keluaran
Sumber : CV. Gandrung Tegal
14. Kemudian, klik Management Upload
15. Klik Upload Faktur/Retur Alt+Shift+M
58
Gambar 4.16 Perekaman Faktur Pajak Keluaran
Sumber : CV. Gandrung Tegal
16. Kemudian akan muncul tampilan seperti gambar dibawah ini.
Klik Star Upload untuk melanjutkan proses upload, pada
sebelah kiri bagian bawah tampilan.
17. Lalu, akan muncul tampilan seperti dibawah ini. Masukkan
Captcha dan Password Aktivasi, kemudian klik Submit.
Gambar 4.17 Perekaman Faktur Pajak Keluaran
Sumber : CV. Gandrung Tegal
59
18. Jika upload berhasil, maka status pada tampilan faktur pajak
keluaran status approval akan berubah menjadi “Approval
Sukses” seperti gambar dibawah ini.
Gambar 4.18 Perekaman Faktur Pajak Keluaran
Sumber : CV. Gandrung Tegal
19. Kemudian, klik PDF pada bagian kanan bawah tampilan faktur
pajak keluaran, untuk mencetak atau mengirim soft file pada
lawan transaksi.
60
Gambar 4.19 Faktur Pajak
Sumber : CV. Gandrung Tegal
61
4.2.2 Pelaporan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Langkah-langkah pelaporan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dapat diilustrasikan sebagai berikut:
1. Klik menu SPT
2. Klik menu Posting
Gambar 4.20 Pelaporan SPT Masa PPN
Sumber : CV. Gandrung Tegal
3. Kemudian, akan muncul tampilan seperti dibawah ini. Pilih
Masa Pajak sesuai dengan yang ingin dilaporkan. Lalu, klik
menu Cek Jumlah Dok. PKPM, klik Posting.
62
Gambar 4.21 Pelaporan SPT Masa PPN
Sumber : CV. Gandrung Tegal
4. Setelah proses posting berhasil, kembali ke menu SPT, klik
Buka SPT.
Gambar 4.22 Pelaporan SPT Masa PPN
Sumber: CV. Gandrung Tegal
63
5. Pilih SPT yang akan dibuka, dengan cara diklik, jika SPT yang
diposting belum muncul klik Perbaharui Tampilan, lalu klik
Buka SPT Untuk Diubah.
Gambar 4.23 Pelaporan SPT Masa PPN
Sumber : CV. Gandrung Tegal
6. Setelah SPT berhasil dibuka, klik menu SPT, klik Formulir
Induk 1111.
64
Gambar 4.24 Pelaporan SPT Masa PPN
Sumber : CV. Gandrung Tegal
7. Lalu tampilan akan menjadi seperti ini dibawah ini,
dikarenakan perusahaan mengalami lebih bayar maka menu
SSP tidak aktif.
Gambar 4.25 Pelaporan SPT Masa PPN
Sumber : CV. Gandrung Tegal
65
8. Lanjutkan ke Bagian II.H, centang sesuai dengan kebutuhan.
Gambar 4.26 Pelaporan SPT Masa PPN
Sumber : CV. Gandrung Tegal
9. Lalu, klik Bagian VI, centang Kelengkapan SPT, masukkan
tanggal, kemudian klik Simpan.
66
Gambar 4.27 Pelaporan SPT Masa PPN
Sumber : CV. Gandrung Tegal
10. Kembali ke menu SPT, klik Buka SPT, seperti pada step 4.
11. Lalu, akan muncul tampilan seperti dibawah ini. Klik masa
pajak yang akan dilaporkan, kemudian klik Buat File SPT
(CSV). Tampilan akan menuju ke menu penyimpanan, pilih
folder penyimpanan tanpa mengubah nama file, kemudian klik
save. Lakukan hal serupa pada Cetak SPT Induk &
Lampiran AB.
67
Gambar 4.28 Pelaporan SPT Masa PPN
Sumber : CV. Gandrung Tegal
12. Jika file CSV sudah berhasil dibentuk, maka SPT Masa PPN
sudah bisa dilaporkan melalui situs djponline.pajak.go.id.
68
4.3 Pembahasan
4.3.1 Prosedur Pembuatan Faktur Pajak Melalui e-Faktur
Prosedur pembuatan faktur pajak melalui e-Faktur pada CV.
Gandrung sudah sesuai dengan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak
Nomor 24/PJ/2012 Tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian
Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan,
Tata Cara Pembetulan, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak.
Adapun kerancuan yang kerap terjadi dalam pembuatan faktur
pajak disebabkan oleh konsumen yang membayarkan pajak.
Kurangnya pengetahuan user dalam mengoperasikan e-Faktur juga
menjadi salah satu alasan mengapa kesalahan tersebut kerap
terjadi. Perbedaan nominal yang dilaporkan untuk pajak dengan
harga beli membuat kerancuan dalam pembuatan faktur pajak.
Nominal dalam faktur pajak harus sesuai dengan harga beli (uang
yang diterima perusahaan dari transaksi penjualan), tidak adanya
konfirmasi dari konsumen membuat kerancuan tersebut kerap
terjadi, sehingga harus diadakan beberapa kali pembetulan pada
SPT Masa PPN.
e-Faktur telah dilengkapi dengan barcode yang menjamin
keabsahan faktur pajak itu sendiri. Adanya tanda tangan elektronik
juga menjadi nilai tambah, karena kemungkinan pemalsuan
dokumen sangat dapat diminimalisir. Pengoperasiaannya yang
mudah dan dapat dilakukan kapan saja memberi kemudahan
69
kepada perusahaan. Faktur pajak yang dihasilkan dari e-Faktur
tidak harus dicetak, faktur pajak dapat dikirim dalam file PDF,
sehingga bisa meminimalisir biaya untuk mencetak faktur pajak.
Walaupun kerap terjadi kerancuan akibat perbedaan nominal
bayar, tetapi penerapan e-Faktur pada CV. Gandrung sudah efektif
dan efisien, karena segala fitur yang terdapat dalam e-Faktur
mampu menjaga keabsahan dari faktur pajak itu sendiri.
4.3.2 Pelaporan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Prosedur pelaporan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) pada CV. Gandrung telah sesuai dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-29/PJ/2015 Tentang Bentuk, Isi, Dan
Tata Cara Pengisian Serta Penyampaian Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN). Pengusaha Kena
Pajak (PKP) yang menggunakan aplikasi e-Faktur wajib membuat
SPT melalui aplikasi e-Faktur. Melalui aplikasi SPT pada aplikasi
e-Faktur Pengusaha Kena Pajak (PKP) dapat membuat SPT Masa
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menggunakan data input faktur
pajak dan dokumen lainnya, melngkapi formulir yang sudah
terbentuk dan membuat file CSV yang sama dengan bentuk SPT
Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 1111 untuk pelaporan. Saat
ini Pengusaha Kena Pajak (PKP) sudah dimudahkan dalam proses
pelaporannya, Pengusaha Kena Pajak (PKP) dapat melaporkan
70
SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) melalui situs
djponline.pajak.go.id, tanpa harus datang ke Kantor Pelayanan
Pajak (KPP). Penerapan e-Faktur pada CV. Gandrung dalam hal
pelaporan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sudah efektif
dan efisiein, karena dapat diakses dimana saja dan kapan saja,
sehingga meminimalisir terjadinya keterlambatan dalam
pelaporan.
4.3.3 Efektivitas Dan Efisiensi Penerapan e-Faktur Dalam Prosedur
Pembuatan Faktur Pajak Dan Pelaporan SPT Masa Pajak
Pertambahan Nilai (PPN)
Efektivitas penerapan e-Faktur dapat dicapai apabila tiga
indikator telah terpenuhi, yaitu:
1. Ketepatan Penggunaan
e-Faktur dapat melaksanakan fungsi sebagai bukti pungutan
pajak. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun
2009 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan
Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Pasal 1 Ayat 27
menyatakan bahwa Pemungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
adalah bendahara pemerintah, badan, atau instansi pemerintah
yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut,
menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang oleh Pengusaha
Kena Pajak (PKP) atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)
71
dan/ atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) kepada bendahara
pemerintah, badan, atau instansi pemerintah tersebut. Faktur
pajak menjadi suatu legalitas adanya transaksi. Jika melakukan
transaksi (penjualan dan pembelian) yang memunculkan
adanya PPN Masukan maupun PPN Keluaran, sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP) CV. Gandrung Tegal sudah
melakukan kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar
melalui e-Faktur, mengkreditkan faktur pajak masukan, dan
membuat faktur pajak keluaran apabila bertransaksi dengan
bendahara pemerintah, instansi maupun dengan sesama
Pengusaha Kena Pajak (PKP). Meskipun masih ditemukan
pembetulan akibat ketidaksesuaian pembayaran pajak yang
dibayar konsumen (bendahara pemerintah) dengan harga jual
sehingga membuat kerancuan dalam pembuatan faktur pajak.
Hal ini sesuai dengan jawaban narasumber (Siti Zulekho,
selaku konsultan pajak CV. Gandrung Tegal).
Konsultan Pajak:
“Untuk menghindari pembetulan pada SPT Masa PPN
memang dibutuhkan kesadaran diri dari individu yang
membayar pajak agar tidak melakukan manipulasi ataupun
mark up pricing, yang menimbulkan kerancuan dalam
pembuatan faktur pajak sehingga menyebabkan pembetulan
pada SPT Masa PPN”.
72
2. Hasil Guna
Faktur pajak yang dihasilkan dari e-Faktur lebih baik daripada
faktur kertas, lebih mudah dalam pengawasan, pengisian, dan
perhitungan, sehingga bisa terhindar dari faktur pajak fiktif.
Jika ada konsumen yang membutuhkan faktur pajak setelah
adanya transaksi, konsumen tidak perlu menunggu lama dalam
proses pembuatan faktur pajaknya, karena dapat dilakukan
kapan saja dan dimana saja, output yang dihasilkan juga bisa
dikirim dalam bentuk file PDF (tidak harus dicetak).
3. Menunjang Tujuan
e-Faktur dapat memaksimalkan penerimaan pajak (bagi pihak
fiskus) dan memberikan kemudahan dalam penyampaian pajak
(bagi PKP). Selama penelitian penulis tidak mengalami
kesulitan yang berarti dalam mengoperasikan e-Faktur, karena
user hanya memasukkan data transaksi ke sistem sesuai dengan
fitur yang disediakan. Meskipun kadang terdapat kendala pada
saat proses upload faktur pajak dan penyampaian laporannya
akibat jaringan internet yang kurang stabil.
73
Tabel 4.1 Indikator Efektivitas
No Indikator Undang-Undang
Republik Indonesia
Nomor 42 Tahun 2009
Kondisi Perusahaan Realisasi
1. Ketepatan
Penggunaan
Sebagai bukti pungutan
pajak e-Faktur
seharusnya dapat
meminimalisir
ketidaksesuaian nominal
pembayaran pajak yang
terjadi, sehingga tidak
menimbulkan kerancuan
pada saat pembuatan
faktur pajak.
Masih ditemukan
kerancuan pada saat
pembuatan faktur
pajak, sehingga
menyebabkan
pembetulan pada SPT
Masa PPN.
Belum Efektif.
2. Hasil Guna Faktur pajak yang
dihasilkan dari e-Faktur
lebih baik daripada faktur
kertas, memudahkan
dalam pengawasan,
pengisian dan
perhitungan, sehingga
bisa terhindar dari faktur
pajak fiktif.
Indikator hasil guna
dari e-Faktur telah
sesuai dengan yang
seharusnya terjadi.
Efektif.
3. Menunjang Tujuan e-Faktur dapat
memaksimalkan
penerimaan pajak dan
memberikan kemudahan
dalam penyampaian
pajak.
Terdapat kendala
dalam proses
penyampaian pajak,
disebabkan oleh
jaringan internet yang
kurang stabil.
Belum Efektif.
74
Selanjutnya mengenai efisiensi penerapan e-Faktur dapat
dicapai apabila tujuh indikator telah terpenuhi, yaitu:
1. Menghemat waktu pembuatan faktur Pajak Pertambahan Nilai
(PPN). Selama penelitian dalam pembuatan faktur pajak
penulis hanya membutuhkan waktu 5 menit sampai dengan
proses upload (jika jaringan internet sedang stabil).
2. Menghemat tenaga dan waktu, karena penyampaian atau
pelaporan e-Faktur dapat dilakukan secara real time via
jaringan internet tidak perlu ke Kantor Pajak.
3. Akurat, karena e-Faktur tidak memungkinkan pembuatan
faktur pajak fiktif ataupun tidak valid. Adanya barcode, tanda
tangan elektronik serta Nomor Seri Faktur Pajak (NSFP) sangat
meminimalisir faktur pajak fiktif ataupun tidak valid.
4. Keamanan dan kerahasiaan data terjamin. Untuk melakukan
login ke sistem e-Faktur diperlukan username dan password.
5. Menghemat biaya, karena e-Faktur paperless. Output dari e-
Faktur dapat disimpan maupun dikirim dalam bentuk file PDF.
6. Menghemat ruang penyimpanan arsip. Karena e-Faktur tidak
harus dicetak, maka dapat menghemat ruang penyimpanan
arsip.
7. Memudahkan dalam pelaporan faktur Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan e-SPT PPN. Karena bisa dilakukan secara online
menjadi lebih cepat, mudah, hemat waktu dan tepat waktu.
75
Tabel 4.2 Indikator Efisiensi
No Indikator Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor
PER-16/PJ/2014
Kondisi Perusahaan Realisasi
1. Menghemat Waktu Dengan diberlakukannya
e-Faktur pembuatan
faktur pajak menjadi
lebih cepat, karena
dilakukan secara online.
Indikator menghemat
waktu telah sesuai
dengan yang
seharusnya terjadi.
Efisien.
2. Menghemat Tenaga Penyampaian dan
pelaporan e-Faktur dapat
dilakukan secara online
tidak perlu ke Kantor
Pajak.
Indikator menghemat
tenaga telah sesuai
dengan yang
seharusnya terjadi.
Efisien.
3. Akurat e-Faktur tidak
memungkinkan
pembuatan faktur pajak
fiktif, karena dilengkapi
dengan barcode, tanda
tangan elektronik serta
Nomor Seri Faktur Pajak
(NSFP).
Indikator akurat telah
sesuai dengan yang
seharusnya terjadi.
Efisien.
4. Keamanan dan
Kerahasiaan Data
Terjamin
Diperlukan username
dan password untuk
login ke sistem e-Faktur,
sehingga tidak bisa
diakses oleh sembarang
orang.
Indikator keamanan
dan kerahasiaan data
terjamin telah sesuai
dengan yang
seharusnya terjadi.
Efisien.
5. Menghemat Biaya e-Faktur paperless,
faktur pajak yang
Indikator menghemat
biaya telah sesuai
Efisien.
76
dihasilkan dari e-Faktur
tidak diharuskan untuk
dicetak dapat disimpan
dan dikirim dalam bentuk
file PDF, sehingga
menghemat biaya cetak.
dengan yang
seharusnya terjadi.
6. Menghemat Ruang
Penyimpanan Arsip
Faktur pajak yang
dihasilkan dari e-Faktur
tidak harus dicetak,
sehingga dapat
menghemat ruang
penyimpanan arsip.
Indikator menghemat
ruang penyimpanan
arsip telah sesuai
dengan yang
seharusnya terjadi.
Efisien.
7. Memudahkan
Dalam Pelaporan
Faktur Pajak Pajak
Pertambahan Nilai
(PPN) dan e-SPT
PPN
Proses pelaporan e-
Faktur dapat dilakukan
secara secara online
menjadi lebih cepat,
mudah, hemat waktu dan
tepat waktu.
Indikator
memudahkan dalam
pelaporan faktur pajak
Pertambahan Nilai
(PPN) dan e-SPT PPN
telah sesuai dengan
yang seharusnya
terjadi.
Efisien.
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis penulis, penerapan e-Faktur pada CV. Gandrung
dapat disimpulkan telah sesuai dengan peraturan Direktorat Jenderal Pajak
(DJP), baik dalam prosedur pembutan faktur pajak, maupun pelaporan
SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Dari tiga indikator efektivitas
ada dua indikator yang belum tercapai, yaitu indikator ketepatan
penggunaan, dan indikator menunjang tujuan. Karena masih
ditemukannya kendala pada indikator ketepatan penggunaan, yaitu
ditemukan adanya pembetulan, serta pada indikator menunjang tujuan,
yaitu terdapat kendala pada saat penyampaian laporannya akibat jaringan
internet yang kurang stabil. Tujuh indikator efisiensi sudah tercapai.
Dengan diterapkannya e-Faktur sangat memudahkan Pengusaha Kena
Pajak (PKP) dalam proses pembutan faktur pajak, dan pelaporan SPT
Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN), karena dapat dilakukan secara
online, kapan saja dan dimana saja. e-Faktur memberikan kemudahan
sehingga CV. Gandrung mampu melakukan kewajiban perpajakan (daftar,
hitung, bayar, dan lapor) secara tepat waktu.
78
5.2 Saran
1. Perusahaan hendaknya sadar akan segala tindak kecurangan yang
melibatkan proses pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
sehingga dapat berlaku tegas kepada konsumen yang melakukan mark
up pricing yang menjadikan kerancuan dalam pembuatan faktur pajak
dan pelaporannya.
2. Perusahaan disarankan mempunyai koneksi internet yang baik, karena
pada saat penelitian penulis mengalami gangguan jaringan pada saat
proses upload, sehingga menghambat proses pembuatan Faktur Pajak
dan pelaporannya.
79
DAFTAR PUSTAKA
[1] Pandiangan, Liberti. (2014). Administrasi Perpajakan, Pedoman Praktis Bagi
Wajib Pajak Di Indonesia. Jakarta: Erlangga.
[2] Sakti, Nufransa Wira dan Asrul Hidayat. (2015). E-Faktur Mudah Dan Cepat
Penggunaan Faktur Pajak Secara Online. Jakarta: Visi Media.
[3] Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak. (2014).
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2014 Tata Cara
Pembuatan Dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik.