Top Banner
1 ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DIBANDINGKAN DENGAN CINA DI PASAR AMERIKA SERIKAT TAHUN 2001-2008 (PENDEKATAN RCA DAN CMS) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Menyusun Skripsi Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Oleh : RYAN RENJANA F1107520 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
64

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

May 08, 2018

Download

Documents

lamanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

1

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK

TEKSTIL INDONESIA DIBANDINGKAN DENGAN CINA

DI PASAR AMERIKA SERIKAT TAHUN 2001-2008

(PENDEKATAN RCA DAN CMS)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk

Menyusun Skripsi Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Oleh :

RYAN RENJANA

F1107520

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor

lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk industri

dinilai selalu memiliki nilai tukar yang tinggi atau lebih menguntungkan serta

menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan dengan produk-produk

sektor lain (Dumairy, 1997:227). Hingga saat ini, sektor industri telah

memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan ekspor dibandingkan

dengan sektor-sektor lainnya. Ini memberikan arti bahwa kontribusi pertumbuhan

nasional dari sektor industri masih sangat besar. Dengan demikian, apabila kinerja

pada sektor industi ini mengalami gangguan, maka secara tidak langsung

perekonomian nasional juga ikut terganggu.

Seperti yang sudah terangkum dalam tabel 1.1, jumlah ekspor yang paling

besar selama periode tahun 2001 hingga tahun 2008 adalah pada sektor industri.

Tabel 1.1 Nilai Ekspor Non Migas Indonesia (menurut sektor) tahun 2001-2008 (US$ juta)

NO SEKTOR 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

I. SEKTOR PERTANIAN

2.438,5 2.568,3 2.526,1 2.506,6 2.889,4 3.374,1 3.657,8 4.584,6

II. SEKTOR PERTAMBANGAN

3.569,6 3.743,7 3.995,6 4.761,4 7.946,8 11.191,5 11.884,9 14.906,2

III.

SEKTOR INDUSTRI

37.671,1

38.729,6

40.879,9

48.677,3

55.584,4

65.014,7

76.460,8

88.393,5

IV. KOMODITI SEKTOR LAINNYA

5,4 4,5 5,2 4,4 7,8 8,9 8,8 9,9

Sumber:Situs Resmi Departemen Perdagangan Indonesia (www.depdag.go.id) (diolah penulis)

Page 3: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

3

Industri yang selama ini cukup menjadi andalan bagi sejumlah negara,

termasuk Indonesia adalah industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Sebagai

salah satu negara produsen dan eksportir produk-produk tekstil, Indonesia

memandang bahwa perdagangan dunia merupakan peluang yang cukup terbuka

bagi kegiatan ekspor produk-produk tekstil. Di sisi lain hal ini dipandang sebagai

tantangan untuk meningkatkan daya saing agar dapat menghasilkan produk-

produk tekstil yang semakin kompetitif di pasar internasional.

Peningkatan daya saing produk merupakan tantangan terbesar bagi industri

TPT Indoneisa, terutama untuk menghadapi era perdagangan bebas. Mengingat

iklim persaingan yang semakin ketat, ditambah lagi dengan sudah tidak

diberlakukannya pasar kuota menyebabkan industri TPT Indonesia mendapat

ancaman yang serius dari negara-negara yang juga merupakan produsen tekstil

seperti Cina. Indonesia yang selama ini merupakan salah satu negara pengekspor

produk tekstil terbesar ke Amerika Serikat mulai mendapat tantangan dari pesaing

negara-negara yang juga merupakan produsen tekstil sepert Cina, India dan

Vietnam. Dengan semakin banyaknya TPT Cina yang masuk ke pasar Amerika

Serikat tersebut tentunya menjadi tantangan sekaligus ancaman terhadap ekspor

TPT Indonesia ke Amerika Serikat.

Berdasarkan tabel 1.2, selama periode tahun 2001 sampai dengan tahun

tahun 2008, Amerika Serikat merupakan pasar tujuan utama ekspor TPT

Indonesia.

Page 4: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

4

Tabel 1.2 Distribusi Volume Ekspor TPT Indonesia ke berbagai negara tahun 2001-2008 (US$ juta)

Negara

Tahun

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Amerika Serikat

2180,60 2003,51 2096,02 2445,90 3021,15 3708,60 3831,86 3861,61

Jerman 376,54 328,82 402,58 459,28 489,87 517,52 532,18 602,47 Jepang 459,98 369,89 424,17 461,42 460,69 482,15 491,37 526,83 Korea 186,99 195,06 173,63 193,68 215,44 229,81 240,11 268,68

Malaysia 163,57 190,13 203,20 187,88 191,39 176,45 219,12 220,78 Uni

Emirat Arab

380,94 327,89 350,81 268,88 309,06 275,75 307,22 362,60

Sumber: Situs Resmi Perdagangan Komoditi Internasional (www.comtrade.un.org) (diolah penulis)

Dari data perkembangan ekspor TPT Indonesia menunjukkan bahwa pada

tahun 2002 ekspor TPT Indonesia secara umum mengalami penurunan. Namun

secara umum ekspor TPT Indonesia mulai meningkat kembali dari tahun 2003

hingga tahun 2008.

Namun perlu dicatat bahwa Cina diprediksi akan menguasai 22 persen

pasar dunia. Sedangkan keseluruhan negara Asia lainnya hanya akan menguasai

pasar sebesar 16 persen. Pangsa pasar Indonesia jelas akan lebih kecil lagi.

Meskipun demikian, peluang dari sisi permintaan tetap ada. Artinya, dari sisi

permintaan sebenarnya industri tekstil dan produk-produk tekstil Indonesia masih

memiliki peluang.

Secara konseptual, pertumbuhan atau kinerja ekspor tekstil Indonesia akan

ditentukan oleh dua fakor, yaitu faktor permintaan dan faktor penawaran. Dari sisi

permintaan, pertumbuhan ekspor akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi

dunia. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi dunia, maka akan semakin tinggi

Page 5: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

5

impor dari Indonesia yang artinya semakin tinggi pula ekspor Indonesia. Dari sisi

penawaran, kinerja ekspor akan sangat dipengaruhi oleh daya kompetisi yang bisa

dicerminkan dari jumlah atau kualitas faktor-faktor produksi, derajat teknologi,

dan faktor-faktor lainnya yang memperngaruhi produksi atau supply (Tambunan,

2001:172)

Dengan adanya pengaruh pertumbuhan ekspor tekstil Cina yang semakin

merambah ke seluruh dunia, maka hal tersebut akan menekan pertumbuhan

ekspor tekstil Indonesia. Pertumbuhan ekspor produk tekstil Cina itu terlihat dari

semakin banyaknya produk-produk tekstil Cina yang membanjiri pasar Amerika

Serikat.

Pertumbuhan ekonomi Cina yang tinggi bisa sangat membahayakan bagi

negara-negara berkembang seperti Indonesia. Sebagai pengekspor sumber daya

alam, Indonesia bisa menarik banyak keuntungan. Namun, pada saat yang sama,

industralisasi akan kian sulit akibat persaingan. Salah satu tindakan nyata yang

harus dilakukan oleh industri tekstil Indonesia adalah meningkatkan daya saing.

Namun dalam membangun sebuah industri tekstil yang kuat dan memiliki

daya saing tinggi, banyak tantangan atau masalah yang harus dihadapi.

Permasalahan dari dalam antara lain berkaitan dengan faktor-faktor produksi yang

mempengaruhi output. Faktor-faktor produksi mulai dari bahan baku seperti kapas

masih harus diimpor dari negara lain, padahal bahan baku tersebut merupakan

bahan baku yang paling utama dalam proses produksi TPT. Kemudian masalah

mesin-mesin produksi, menurut Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan

Indonesia Ernovian G. Ismy, mesin-mesin tekstil pada umumnya sudah berusia

rata-rata lebih dari 15 tahun. Hal ini menyebabkan produktivitas menurun,

Page 6: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

6

sementara konsumsi bahan bakar semakin meningkat. Akibatnya ekspor TPT

cenderung menurun (www.bisnis.com). Suku cadang mesin dan bahan penolong

lainnya juga masih harus diimpor. Masalah internal lain yang menghambat

perkembangan industri TPT antara lain seperti peningkatan biaya akibat dari

kenaikan tarif listrik dan BBM, penyelundupan dan proses bea cukai. Semua hal

diatas dapat berpengaruh pada daya saing dari output industri tekstil.

Permasalahan dari luar yaitu berkaitan dengan penghapusan kuota di pasar

utama ekspor yakni Amerika Serikat dan Uni Eropa, per 1 Januari 2005, serta

persaingan dengan Cina, India, Vietnam dan Pakistan. Seharusnya penghapusan

kuota dapat dijadikan sinyal positif, karena menguntungkan produsen yang dapat

bersaing dari segi harga maupun mutu. Penghapusan kuota di AS dan Uni Eropa

diperkirakan akan meningkatkan ekspor tekstil dunia.

B. Perumusan Masalah

Industri tekstil dan produk tekstil merupakan industri salah satu sub sektor

industri yang menopang perekonomian Indonesia. Industri ini memberikan

kontribusi yang cukup berarti bagi pertumbuhan nasional. Dari segi penyerapan

tenaga kerja industri ini juga menyerap sekitar seperempat dari total tenaga kerja

disektor manufaktur (www.textile.web.id).

Dalam perkembangannya beberapa tahun terakhir ini, industri tekstil

mengalami penurunan volume ekspor yang lebih lambat dibanding negara-negara

pesaing utama seperti Cina. Hal ini disebabkan oleh hambatan-hambatan yang

terbagi menjadi dua bagian, yaitu permasalahan eksternal dan internal. Tantangan

eksternal adalah penghapusan kouta di pasar utama ekspor yakni AS dan Uni

Page 7: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

7

Eropa, pada 1 januari 2005, serta persaingan dengan salah satu negara besar di

Asia, yaitu Cina, baik dalam persaingan di pasar internasional maupun di pasar

lokal. Tantangan internal berhubungan dengan daya saing, yaitu peningkatan

biaya, masalah buruh serta rendahnya investasi yang mengalir ke industri ini.

Tabel 1.3 Nilai Ekspor TPT Indonesia dan Cina ke Amerika Serikat tahun 2001-2008 (US$)

Tahun Indonesia Cina

Nilai ∆ % Nilai ∆ %

2001 2.180.601.440 _ 6.129.560.829 _

2002 2.003.511.099 -8.1 7.059.956.366 15.1

2003 2.096.025.880 4.6 9.089.770.238 28.7

2004 2.445.904.373 16.6 10.923.991.708 20.1

2005 3.021.562.254 23.5 18.616.497.632 70.2

2006 3.708.605.740 22.7 21.895.900.153 17.6

2007 3.831.862.828 3.3 24.866.478.085 13.5

2008 3.861.618.323 0.7 25.330.050.874 1.8

Sumber: Situs Resmi Perdagangan Komoditi Internasional (www.comtrade.un.org) (diolah penulis)

Dari Tabel 1.3 dapat terlihat bahwa nilai ekspor TPT Cina ke Amerika

Serikat selalu jauh diatas nilai ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat. Selain

itu, rata-rata ekspor TPT Cina ke AS mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi

dan jauh di atas Indonesia, walaupun pertumbuhan ekspor TPT Indonesia ke AS

sempat di atas Cina pada tahun 2006, namun setelah itu Indonesia selalu dibawah.

Pada tahun 2001 nilai ekspor TPT Indonesia ke AS sebesar US$ 2.180.601.440,

kemudian turun menjadi US$ 2.003.511.099 pada tahun 2002 yang menyebabkan

pertumbuhan ekspor TPT Indonesia mengalamni efek negatif sebesar 8,1 persen.

Kemudian pada tahun 2003, nilai ekspor TPT Indonesia ke AS naik menjadi US$

2.096.025.880, menyebabkan petumbuhan ekspor TPT Indonesia ke AS naik

Page 8: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

8

sebesar 4.6 persen. Sementara Cina nilai ekspornya lebih tinggi yaitu pada tahun

2001 sebesar US$ 6.129.560.829 dan pada tahun 2002 sebesar US$ 7.059.956.366

sehingga menyebabkan pertumbuhan sebesar 15.1 persen pada tahun 2002. Begitu

juga pada tahun 2003 yaitu nilai ekspornya sebesar US$ 9.089.770.238

menyebabkan pertumbuhan sebesar 28.7 persen.

Kemudian pada tahun 2004 dan tahun 2005 pertumbuhan ekspor TPT

Indonesia ke AS masih dibawah Cina, dimana pada tahun 2004 dan 2005

pertumbuhan ekspor TPT Indonesia ke AS mengalami pertumbuhan masing-

masing sebesar 16,6 persen dan 23,5 persen. Sementara Cina mengalami

pertumbuhan sebesar 20,1 persen pada tahun 2004 kemudian meningkat pada

tahun 2005 sebesar 70,2 persen.

Pada tahun 2006, nilai ekspor TPT Indonesia ke AS sebesar US$

3.708.605.740, menyebabkan pertumbuhannya naik sebesar 22.7 persen, sedikit

diatas Cina yang mengalami pertumbuhan sebesar 17.6 persen dengan nilai ekspor

sebesar US$ 21.895.900.153. Kemudian pada tahun 2007 pertumbuhan ekspor

TPT Indonesia ke AS hanya mengalami kenaikan sebesar 3.3 persen dengan nilai

ekspor sebesar US$ 3.831.862.828, sedangkan Cina mengalami pertumbuhan

sebesar 13.5 persen dengan nilai ekspor sebesar US$ 24.866.478.085.

Pada tahun 2008 pertumbuhan ekspor China sebesar 1.8 persen dengan

nilai ekspor US$ 25.330.050.874. Sedangkan Indonesia meningkat sebesar 0.7

persen dengan nilai US$ 3.861.618.323. Pertumbuhan total ekspor TPT ke AS

yang dialami oleh Cina dari tahun 2001 hingga tahun 2008 adalah sebesar 313,2

persen dengan nilai ekspor sebesar US$ 6.129.560.829 pada tahun 2001 dan

sebesar US$ 25.330.050.874 pada tahun 2008. Sedangkan Indonesia hanya

Page 9: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

9

mengalami pertumbuhan sebesar 77,0 persen dengan nilai ekspor sebesar US$

2.180.601.440 pada tahun 2001 dan sebesar US$ 3.861.618.323 pada tahun 2008.

Hal diatas menunjukkan bahwa TPT Indonesia harus lebih memiliki daya

saing tinggi agar dapat bersaing dengan TPT dari negara pesaing seperti Cina.

Berdasarkan pada penjelasan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Bagaimana kinerja ekspor industri TPT Indonesia dibandingkan dengan Cina

di pasar Amerika Serikat berdasarkan variabel efek pertumbuhan impor, efek

komposisi komoditi dan efek daya saing?

2. Bagaimana posisi daya saing industri TPT Indonesia dibandingkan dengan

Cina di pasar Amerika Serikat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kinerja ekspor TPT Indonesia dibandingkan dengan Cina di

pasar Amerika Serikat berdasarkan variabel efek pertumbuhan impor, efek

komposisi komoditi dan efek daya saing?

2. Untuk mengetahui posisi daya saing industri TPT Indonesia dibandingkan

dengan industri TPT Cina di pasar Amerika Serikat?

Page 10: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

10

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini ádalah dapat memberikan informasi serta bukti

empirik mengenai daya saing TPT Indonesia di pasar tujuan ekspor utama yaitu

Amerika Serikat.

Manfaat penelitian ini secara lebih khusus ádalah sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai daya industri tekstil dan

produk tekstil indonesia di salah satu pasar tujuan ekspor yaitu Amerika

Serikat, sehingga pemerintah mendapat informasi dan bahan masukan dalam

merumuskan berbagai kebijakan yang bersifat kompetitif di masa yang akan

datang.

2. Bagi para pelaku pasar, hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi

tambahan atas kondisi industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia saat ini

dan dapat mengetahui langkah-langkah untuk meningkatkan daya saing

industri TPT indonesia.

3. Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana pembelajaran dalam memehami

industri TPT secara lebih mendalam. Selain itu, penelitian ini juga sebagai

proses belajar untuk lebih kritis dalam menganalisis daya saing produk tekstil

Indonesia di pasar AS, serta dapat membuka wawasan dan pemahaman untuk

mencari jawaban atas perumusan masalah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai daya saing produk-produk tekstil

Indonesia di pasar Amerika Serikat.

Page 11: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

11

Berdasarkan buku Correlation with Harmonize System 1998, jenis TPT

digolongkan menjadi: serat (fiber), benang (yarn), pakaian jadi (clothing and

accessories), textile lembaran (textile) dan produk tekstil lainnya (other textile

product). Namun tidak semua jenis tekstil yang akan dibahas disini, melainkan

hanya pakaian jadi (clothing and accessories). Pakaian jadi merupakan komoditi

yang memberikan kontribusi ekspor terbesar dari semua jenis TPT.

Page 12: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil)

Secara umum, tekstil adalah bahan pakaian atau kain. Jika dilihat dari sisi

keuntungan, tekstil tidak hanya untuk pakaian, tapi juga dapat digunakan untuk

kebutuhan rumah tangga, industri atau kegunaan lainnya (kain kasur, gorden,

taplak meja, tas, koper, dan lain-lain). Tekstil berasal dari bahasa latinya itu

textiles yang berarti menenun atau kain tenun. Menurut Gunadi dalam Djamrie

(2003), tekstil adalah suatu benda yang berasal dari serat atau benang yang

dianyam (ditenun) atau dirajut, direnda, dilapis, dikempa, untuk dijadikan bahan

pakaian atau untuk keperluan lainnya. Pengklasifikasian TPT dilakukan

bergantung pada tujuan penggunaan TPT, yaitu TPT berdasarkan produk

(industri) dan TPT berdasarkan perdagangan.

2. Pengertian Daya Saing Ekspor

Daya saing ekspor merupakan kemapuan suatu komoditi untuk memasuki

pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan di dalam pasar tersebut,

dalam artian jika suatu produk mempunyai daya saing maka produk tersebutlah

yang banyak diminati konsumen. Dilihat dari keberadaannya mengenai

keunggulan dalam daya saing ekspor, maka keunggulan daya saing ekspor dari

suatu komoditi dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu keunggulan

Page 13: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

13

alamiah/keunggulan absolut (natural advantage) dan keunggulan yang

dikembangkan (acquired advantage).

Pada saat ini keunggulan alamiah atau keunggulan absolut yang dimiliki

oleh suatu negara untuk salah satu komoditinya tidak secara langsung

menyebabkan komoditi tersebut akan menguasai pangsa pasar dunia, ini

dikarenakan jumlah produsen tidak hanya satu negara, akan tetapi ada beberapa

negara yang sama-sama menghasilkan komoditi tersebut dengan kondisi

keunggulan alamiah yang sama. Untuk dapat bersaing di pasaran dunia maka

suatu komoditi harus memiliki keunggulan lain selain keunggulan alamiah, yaitu

keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif suatu komoditi adalah suatu

keunggulan yang dapat dikembangkan, jadi keunggulan ini harus diciptakan untuk

dapat memilikinya (Tambunan, 2001:197)

3. Pengertian Ekspor

Ekspor merupakan penjualan barang yang dihasilkan oleh suatu negara ke

negara lain. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkannya ke

negara-negara lain yang tidak dapat menghasilkan sendiri barang-barang yang

dihasilkan oleh negara pengekspor. Dalam perdagangan internasional khususnya

ekspor mempunyai peranan penting, yakni sebagai motor penggerak

perekonomian nasional. Sebab ekspor dapat menghasilkan devisa, yang

selanjutnya dapat digunakan untuk membiayai impor dan pembiayaan

pembangunan sektor-sektor di dalam negeri (Lipsey dkk, 1995:106).

Pengertian lain dari ekspor dapat diartikan sebagai kegiatan yang

menyangkut produksi barang dan jasa yang diproduksi disuatu negara untuk

Page 14: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

14

dikonsumsikan di luar batas negara tersebut (Triyaso, 1994:210). Lebih jelas lagi,

Deliarnov (1995, 202-203) menambahkan bahwa ekspor merupakan kelebihan

produksi dalam negeri yang kemudian kelebihan produksi tersebut dipasarkan di

luar negeri.

Pengertian ekspor menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan Nomor 182/MPP/Kep/4/1998 tentang Ketentuan Umum di Bidang

Ekspor, menyatakan bahwa ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dan jasa

dari daerah kepabeanan suatu negara. Adapaun daerah kepabeanan didefinisikan

sebagai wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan

ruang udara diatasnya, serta tempat - tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif

dan landas kontinen yang didalamnya berlaku Undang – Undang No.10 tahun

1995 tentang Kepabeanan.

4. Teori Penawaran Ekspor

Penawaran suatu komoditi merupakan jumlah komoditi yang ditawarkan

oleh produsen kepada konsumen dalam suatu pasar pada tingkat harga dan waktu

tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran suatu komoditi adalah

harga komoditi yang bersangkutan, harga faktor produksi, tingkat teknologi, pajak

dan subsidi (Lipsey dkk, 1995).

Ekspor suatu komoditi selain untuk memenuhi permintaan dalam negeri,

penawaran suatu komoditas juga dimaksudkan untuk memenuhi permintaan

masyarakat luar negeri. Penawaran ekspor suatu komoditi dari suatu negara

merupakan selisih antara penawaran domestik dengan permintaan domestik. Di

lain pihak, negara lain membutuhkan komoditi tersebut sebagai akibat dari

Page 15: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

15

kelebihan permintaan di negara tersebut. Berdasarkan uraian tersebut maka teori

penawaran ekspor bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi

penawaran ekspor suatu negara.

Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

SXt = Qt – Ct + St-1 …………………………………….... (2.1)

Dimana : SXt = Jumlah ekspor komoditi periode waktu t

Qt = Jumlah produksi domestik periode waktu t

Ct = Jumlah konsumsi domestik periode waktu t

St-1 = Stok periode waktu sebelumnya (t-1)

5. Teori Permintaan Ekspor

Permintaan ekspor suatu komoditi merupakan hubungan yang menyeluruh

antara kuantitas komoditi yang akan dibeli konsumen selama periode tertentu

pada suatu tingkat harga. Permintaan pasar suatu komoditi merupakan

penjumlahan secara horizontal dari permintaan-permintaan individu suatu

komoditi (Lipsey dkk, 1995).

Dilihat dari segi permintaan, kegiatan ekspor diasumsikan sebagai fungsi

permintaan pasar internasional terhadap suatu komoditi yang dihasilkan oleh

suatu negara. Permintan ekspor adalah permintaan pasar internasional/negara

tertentu terhadap suatu komoditi. Teori permintaan ekspor bertujuan untuk

menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor suatu negara.

Sebagai sebuah permintaan, ekspor suatu negara dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya harga domestik negara tujuan ekspor (HDIt), harga

Page 16: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

16

impor negara tujuan (HIt), pendapatan perkapita penduduk negara tujuan ekspor

(YPIt) dan selera masyarakat negara tujuan (CPIt). Secara keseluruhan fungsi

permintaan ekspor suatu komoditi dapat dirumuskan sebagai berikut :

PXt = f (HDIt , Hit , YPIt , CPIt) ……………………………. (2.2)

6. Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan antar negara atau perdagangan internasional sudah ada sejak

dahulu namun dalam jumlah dan ruang lingkup yang terbatas, dimana pemenuhan

kebutuhan yang tidak dapat diproduksi dalam negeri masing-masing negara yang

terlibat dalam perdagangan tersebut dipenuhi dengan cara barter. Pada awalnya

perdagangan internasional merupakan pertukaran atau perdagangan tenaga kerja

dengan barang dan jasa lainnya, yang selanjutnya diikuti perdagangan barang dan

jasa sekarang dengan kompensasi barang dan jasa di kemudian hari. Akhirnya

berkembang hingga pertukaran antarnegara dengan aset-aset yang mengandung

risiko, seperti saham, valuta asing yang saling menguntungkan kedua belah pihak

bahkan semua negara yang terkait didalamnya. Hal tersebut memungkinkan setiap

negara melakukan diversivikasi atau penganekaragaman kegiatan perdagangan

yang dapat meningkatkan pendapatan mereka melalui perluasan komoditi ekspor

dan memperbesar penerimaan devisa.

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya taraf

kehidupan yang bersamaan dengan kemajuan teknologi informasi menyebabkan

peningkatan kebutuhan masyarakat. Maka perdagangan internasional menjadi

suatu hal yang penting. Pada saat ini tidak ada satu negara pun yang berada dalam

Page 17: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

17

kondisi autarki, yaitu negara yang terisolasi, tanpa mempunyai hubungan

ekonomi.

Terdapat beberapa hal yang mendorong terjadinya perdagangan

internasional diantaranya dikarenakan perbedaan permintaan dan penawaran antar

negara juga turut menyebabkan terjadinya perdagangan internasional. Perbedaan

ini terjadi karena : (a) tidak semua negara memiliki dan mampu menghasilkan

komoditi yang diperdagangkan, karena faktor-faktor alam negara tersebut tidak

mendukung, seperti letak geografis dan kandungan buminya dan (b) perbedaan

pada kemampuan suatu negara dalam menyerap komoditi tertentu pada tingkat

yang lebih efisien.

Menurut teori Heckscher-Ohlin terdapat perbedaan opportunity cost suatu

produk antar satu negara dengan negara lain yang disebabkan karena adanya

perbedaan jumlah atau proporsi yang dimiliki masing-masing negara. Negara-

negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak dan murah dalam

produksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barangnya.

Keadaan sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu

apabila negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka dan mahal

dalam produksinya (Hady dalam Dimas, 2004).

Perdagangan internasional antar dua negara yang terjadi akibat dari

perbedaan permintaan dan penawaran dapat dilihat pada Gambar 2. 1 yang

mengambarkan perdagangan antara Negara P dan Negara Q. DP dan SP adalah

kurva penawaran untuk Negara P dan DQ dan SQ adalah kurva penawaran untuk

Negara Q.

Page 18: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

18

Pada kondisi dimana kedua negara tidak dalam perdagangan, produksi dan

konsumsi Negara P untuk suatu komoditi (misalnya tekstil) berada pada

keseimbangan di titik A, berdasarkan harga relatif sebesar P1. Pada Negara Q

produksi dan konsumsinya terjadi pada titik keseimbangan A’ dengan tingkat

harga P3. Kondisi ini dengan asumsi bahwa harga domestik di Negara P lebih

rendah dibandingkan dengan harga di Negara Q ( P1<P3).

Panel A Panel B Panel C Negara P Negara Q

Px/Py Px/Py Px/Py SQ A’’ P3 P3 Ekspor S A’

Sp E* B’ E’ P2 B E B* P1 D Impor A A* DQ Dp 0 X 0 X 0 X Gambar 2.1 Keseimbangan dalam Perdagangan Internasional Sumber : Salvatore (1997, 83-84)

Apabila kondisi harga di atas P1, maka Negara P akan memasok atau

memproduksi komoditi tekstil lebih banyak daripada tingkat permintaan

(konsumsi) domestik sehingga akan menyebabkan kelebihan penawaran (excess

supply) di negara P. Kelebihan produksi itu selanjutnya akan diekspor ke Negara

Q. Di lain pihak jika harga yang berlaku lebih kecil dari P3, maka Negara Q akan

mengalami peningkatan permintaan (karena konsumen akan meminta lebih

banyak pada tingkat harga yang relatif murah), sehingga tingkat permintaannya

lebih tinggi daripada produksi domestiknya. Hal ini akan mendorong Negara Q

Page 19: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

19

untuk mengimpor kekurangan kebutuhannya atas komoditi tekstil tersebut dari

Negara yang mengalami kelebihan produksi komoditi tekstil yaitu Negara P.

Berdasarkan harga relatif P1, kuantitas komoditi tekstil yang ditawarkan

akan sama dengan kuantitas yang diminta. Pada saat berlangsungnya perdagangan

internasional antara Negara P dan Q tingkat harga berada di titik P2 dan

mengambil asumsi bahwa tidak ada biaya transportasi dalam proses perdagangan

tersebut, maka Negara P akan mengekspor hasil kelebihan produksinya yang

ditunjukkan oleh garis BE. Sementara itu karena tingkat harga yang berlaku di

pasar internasional lebih rendah dibandingkan dengan tingkat harga domestik

Negara Q, maka Negara Q akan mengimpor kekurangan produksinya sebesar

garis B’E’. Hubungan penawaran dan permintaan kedua negara tersebut pada

tingkat harga P2 akan menyebabkan terjadinya keseimbangan internasional di titik

E* (Panel B). Kurva S dan D pada panel B menunjukkan tinkat penawaran dan

permintaan yang terjadi dalam perdagangan internasional. Pada tingkat

keseimbangan, kuantitas ekspor yang ditawarkan oleh Negara P sama dengan

yang diminta oleh Negara Q (BE = B’E’).

7. Teori Keunggulan Kompetitif Negara

Konsep ini dikembangkan oleh Michael E Porter dalam bukunya yang

berjudul Competitif Advantage of Nations. Menurut Porter, terdapat empat atribut

yang dapat membentuk lingkaran dimana perusahaan-perusahaan lokal

berkompetisi sedemikian rupa sehingga mendorong terciptanya keunggulan

kompetitif. Keempat atrIbut tersebut yaitu, kondisi faktor, kondisi permintaan,

industri terkait dan industri pendukung serta strategi perusahaan, struktur dan

Page 20: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

20

persaingan. Keempat atribut tersebut saling berhubungan sehingga Porter

menggambarkannya dalam sebuah diamond, atau lebih dikenal dengan Porter’s

Diamond. Proses penentuan daya saing (secara kompetitif) nasional dalam

pembangunan ekonomi di suatu negara yang digambarkan dalam Porter’s

Diamond adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 Porter’s Diamond

Sumber : Michael E. Poter (1995, 71-107)

a) Kondisi faktor, yaitu posisi negara dalam faktor poduksi, seperti tenaga

kerja terampil atau infrastruktur, perlu untuk bersaing dalam suatu industri

tertentu. Titik awal pada negara berkembang yaitu memiliki

ketergantungan yang tinggi pada ketersedeiaan upah rendah dan tenaga

kerja tidak terampil, kemudian kurangnya kapital, Hampir semua

teknologi dipasok dan dikendalikan secara eksternal, serta belum

berkembangnya infrastruktur, pasar modal, dan sistem pendidikan

membuat produktivitas negra menjadi rendah. Dengan adanya persaingan

Kondisi faktor

Strategi perusahaan, strukrur, dan persaingan

Industri Terkait dan Industri pendukung

Kondisi permintaan

Page 21: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

21

faktor produksi dalam suatu industri maka negara berkembang dapat

membangun ekonomi yang sukses.

b) Kondisi Permintaan, yaitu sifat dari permintaan pasar asal untuk barang

dan jasa industri. Titik awal pada negara berkembang dapat terlihat dari

produk yang terdiferensiasi adalah menjadi andalan ekspor utama, demand

lokal yang tidak canggih (informasi terbatas, seleksi yang terbatas, fokus

terhadap harga), rancangan produk dan jasa bersifat imitasi atau lisensi

dari luar, rendahnya standar produk, terjadi permintaan local yang tinggi.

c) Industri terkait dan industri pendukung. Keberadaan atau ketiadaan

industri pemasok dan industri terkait lainnya di negara tersebut yang

secara internasional bersifat kompetitif. Titik awal pada Negara

berkembang dapat dilihat dari industrinya yang berorientasi pada ekspor

yang terisolasi, industri pendukung langka dan tidak kompetitif, mesin-

mesin canggih dan peralatan yang modern didapat dari impor.

d) Strategi Perusahaan, struktur, dan persaingan. Kondisi dalam negara yang

mengatur bagaimana perusahaan diciptakan, diatur, dan dikelola,

sebagaimana juga sifat dari persaingan domestik.

8. Teori Revealed Comparatif Advantage (RCA)

Revealed Comparatif Advantage (RCA) atau keunggulan komparatif yang

terungkap, merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur

keunggulan komparatif di suatu wilayah (negara, propinsi dan lain-lain) yang

cukup sering digunakan. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Ballasa

pada tahun 1965, yang menganggap bahwa keunggulan komparatif suatu negara

Page 22: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

22

direfleksikan atau terungkap dalam ekspornya (Syahresmita dalam Pramudito,

2004).

Metode RCA didasarkan pada suatu konsep bahwa perdagangan antar

wilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh

suatu wilayah. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk terhadap

total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai

produk dalam perdagangan dunia.

Rumus RCA adalah sebagai berikut :

Xij / Xit RCA = Wj / Wt

dimana : Xij = Nilai ekspor produk komoditi i dari negara j

Xit = Nilai total ekspor (komoditi i dan lainnya) negara j

Wj = Nilai ekspor dunia komoditi i

Wt = Nilai total ekspor dunia

Jika nilai RCA dari suatu negara untuk suatu komoditi tertentu lebih besar

dari satu (1) berarti negara bersangkutan mempunyai keunggulan komparatif

(diatas rata-rata dunia) dalam komoditi tersebut. Sebaliknya, bila lebih kecil dari

satu berarti keunggulan komparatifnya untuk komoditas tersebut dibawah rata -

rata dunia (Tambunan, 2001:197).

Penelelitian ini mengukur daya saing komoditi tekstil Indonesia di pasar

Amerika Serikat, maka yang diukur adalah kinerja ekspor komodti tekstil

Indonesia ke Amerika Serikat terhadap total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat

yang selanjutnya dibandingkan dengan pangsa nilai ekspor komoditi tekstil dunia

terhadap total nilai ekspor dunia. Dalam hal penelitian in rumusnya menjadi:

Page 23: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

23

Xij / Xj RCA =

Wic / Wc

dimana : Xij = Nilai ekspor komoditi tekstil dari Indonesia ke Amerika

Serikat

Xj = Nilai total ekspor negara Indonesia ke Amerika Serikat

Xic = Nilai ekspor komoditi tekstil dunia ke Amerika Serikat

Xc = Nlai total ekspor dunia ke Amerika Serikat

Setiap metode tentunya ada keunggulan dan kelemahannya, sama halnya

dengan metode Revealed Comparative Advantage (RCA). Keunggulan metode ini

adalah mengurangi dampak pengaruh campur tangan pemerintah sehingga kita

dapat melihat keunggulan komparatif yang jelas suatu produk dari waktu ke

waktu. Sedangkan kelemahannya yaitu :

1. Asumsi bahwa suatu negara dianggap mengekspor semua komoditi.

2. Indeks RCA tidak dapat menjelaskan apakah pola perdagangan yang

sedang berlangsung tersebut sudah optimal.

3. Tidak dapat mendeteksi dan memprediksi produk- produk yang berpotensi

dimasa yang akan datang.

9. Teori Constant Market Share (CMS)

Pendekatan Constant Market Share (CMS) digunakan untuk mengukur

dinamika tingkat daya saing suatu industri dari suatu negara. Penggunaan

pendekatan ini didasarkan pada pemahaman bahwa laju pertumbuhan ekspor

suatu negara bisa lebih kecil, sama, atau lebih tinggi daripada laju pertumbuhan

ekspor rata-rata dunia (Tambunan, 2001:202).

Page 24: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

24

Konsep Constant Market Share menjadi populer diterapkan di ekonomi

internasional oleh Tyszynski pada tahun 1951. Analisis CMS didasarkan pada

asumsi bahwa kontribusi sebuah negara dalam pasar dunia harus tetap konstan

dari waktu ke waktu. Konsep dasar dari analisis CMS adalah :

s ≡ q = f ( c ) , f ‘ ( ) > 0 ………………….…… (2.1) Q C Dimana :

s = jumlah kontribusi ekspor suatu negara dalam total ekspor dunia.

q , Q = total ekspor suatu negara dan dunia.

c , C = “persaingan atau competitiveness” suatu negara terhadap dunia.

Perubahan kontribusi (share) akan menyebabkan perubahan dalam

persaingan relatif. Perubahan terjadi bila persamaan (2.1) diturunkan dengan

waktu (t), menjadi :

ds df ( c ) dq . Q - q dQ = C = dt dt _ dt dt Q² dq dQ = dt _ q . dt__ Q Q Q ds . Q = dq _ s . dQ_ dt dt dt df ( c ) . Q = dq _ s . dQ C _ dt dt ………… (2.2) Perubahan persaingan secara relatif terjadi apabila perubahan bagian pasar

(∆s) menyebabkan perubahan persaingan (∆ c/C) dengan arah yang sama. Jadi

apabila ∆s naik akan menyebabkan ∆ c/C naik, dan juga sebaliknya. Apabila ∆s

Page 25: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

25

turun maka akan menyebabkan ∆ c/C turun. Hal tersebut seperti terlihat dalam

gambar kurva dibawah.

Keadaan diatas memerlukan syarat bahwa, turunan pertama f (c/C)

terhadap waktu (t) adalah lebih besar dari 0.

{ df (c/C) > 0 } dt

Penyusunan kembali persamaan (2.2) diatas menjadi :

q* = s . Q* + Q . s*

= s . Q* + Q . f ’ c C

Tanda titik diatas huruf menunjukan bahwa variabel tersebut diturunkan terhadap

waktu.

Dalam model ini pertumbuhan ekspor suatu negara (c*) dipengaruhi oleh

efek pertumbuhan dunia (sQ*), dan efek persaingan (Qs*). Efek pertumbuhan

dunia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor suatu negara akan terjadi apabila

Page 26: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

26

negara tersebut mempertahankan bagian pasarnya (shares), dan efek persaingan

menunjukkan pertambahan lainnya dalam pertumbuhan ekspor (busa negatif atau

positif), yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam persaingan relatif.

Suatu persaingan dimana struktur ekspor suatu negara mempengaruhi

pertumbuhan ekspor negara tersebut, bahkan dengan tidak adanya perubahan

dalam persaingan relatif, mengarah pada model CMS yang semakin kompleks.

Seperti, suatu negara mungkin akan berspesialisasi pada komoditi yang

mempunyai pertumbuhan paling tinggi. Oleh karena itu s dalam persamaan (2.1)

bisa menjadi fungsi daripada struktur ekspor sama baiknya dengan fungsi

persaingan relatif. Dalam kasus ini, persamaan (2.1) bagaimanapun juga bisa

dipakai untuk menyelidiki komoditi ekspor tertentu (i) suatu negara ke pasar

tujuan (negara) tertentu (j). Persamaan (2.1) tersebut akan menjadi:

s ij ≡ q ij = f ij ( c ij ) , f ‘ij ( ) > 0 ………………….…… (2.3) Q ij C ij

Dimana I menunjukkan komoditi ekspor tertentu dan j menunjukkan pada

daerah impor tertentu bisa berwujud pasar negara tertentu. Pertumbuhan ekspor

komoditi tertentu (i) suatu negara ke pasar tertentu (j) akan menjadi:

q* ij = s ij . Q* ij + s* ij . Q ij ………………………………… (2.4)

Dalam persamaan (2.4) dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekspor suatu

negara untuk komoditi tertentu di pasar negara tertentu (q* ij) dipengaruhi oleh

pertumbuhan pasar negara yang dituju (Q* ij) dengan bagian pasar/shares (s ij)

yang tetap dan kemampuan bersaing secara relatif dapat merebut bagian pasar

(share) yang berarti perubahan bagian pasar (s* ij) di dalam pasar yang baru (Q*

Page 27: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

27

ij). Pengaruh yang pertama disebut ekspansi dan yang kedua adalah efek

persaingan.

Dalam kasus dimana analisis CMS dinyatakan dalam perubahan ekspor

suatu negara. Milana (1988) menerapkan pembagian waktu. Sistem beban pada

model ini dihitung dengan menggunakan rata-rata beban pada awal dan akhir

tahun. Model ini mencerminkan fakta bahwa struktur ekspor suatu negara dan

total perdagangan dunia berubah dari waktu ke waktu, akan tetapi tidak ada alasan

untuk percaya bahwa baik struktur di awal atau akhir periode dominan sepanjang

periode. Model ini ditentukan sebagai berikut:

…… (2.4)

Efek daya saing dari analisis CMS telah diinterpretasikan oleh Leamer dan

Stern (1970) dan Richardson (1971) sebagai reaksi permintaan untuk terjadinya

perubahan harga. Asumsi bahwa perubahan harga bukan merupakan permintaan,

melainkan ditentukan oleh penawaran secara implisit terdapat dalam interpretasi

ini. Dalam aplikasi empiris, masalah waktu yang terus-menerus dalam analisis

CMS telah dilakukan dalam cara-cara yang berbeda. Misalnya, Simonis (2000)

menganalisis sektor perdagangan luar negeri Belgia. Dia membandingkan daya

saing negara dan pola struktural dengan mitra dagang utama.

Page 28: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

28

Jadi dalam analisis CMS, lambat atau tingginya laju pertumbuhan ekspor

suatu negara dibandingkan laju pertumbuhan standar (rata-rata dunia) diuraikan

menjadi tiga faktor, yakni komposisi komoditi ekspor, pertumbuhan impor dan

daya saing. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Efek Pertumbuhan impor :

mXijk1

Dimana m = Persentase peningkatan impor umum di negara k

Xijk1 = Ekspor komoditi i dari negara j ke negara k tahun ke-(t-1)

Efek Komposisi komoditi ekspor :

{(mi - m)Xijk1}

Dimana m = Persentase peningkatan impor umum di ngara j

mi = Persentase peningkatan impor komoditi i di negara k

Xijk1 = Ekspor komoditi i dari negara j ke negara k tahun ke-(t-1)

Efek Daya saing :

{Xij2 – Xij

1 – mi Xijk1}

Dimana mi = Persentase peningkatan impor komoditi i di negara j

Xijk1 = Ekspor komoditi i dari negara j ke negara k tahun ke-(t-1)

Xijk2 = Ekspor komoditi i dari negara j ke negara k tahun ke-(t)

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan metode Revealed Comparatif Advantage Indonesia

cukup banyak, diantaranya adalah penelitian mengenai daya saing Industri

Page 29: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

29

Manufaktur Indonesia yang dilakukan oleh Aswicahyono (1996) berjudul

"Transformasi Industri Indonesia dalam Era Perdagangan Bebas", yang

menunjukkan bahwa dibandingkan dengan Malaysia, Thailand (terkecuali tahun

1965), Cina, Korea Selatan dan beberapa negara lain, atau NSB rata, indeks

RCA Indonesia paling rendah, walaupun mengalami peningkatan pada tahun 1996

hanya mencapai 0,67. Hanya Cina dan Korea Selatan yang pada tahun 1994

mempunyai keunggulan komparatif di atas dunia untuk produk - produk

manufaktur.

Penelitian lain mengenai daya saing Indusrti Manufaktur dilakukan oleh

Soesastro (2000) yang menunjukan bahwa indeks RCA bervariasi antarproduk

menurut intensitas faktor produksi yang digunakan. Berdasarkan data UNINDO

untuk periode 1965 hingga 1995, dapat dilihat dari hasil penelitian tersebut bahwa

sejak tahun 1983 Indonesia telah memiliki keunggulan komparatif dalam ekspor

produk-produk manufaktur padat SDA, khususnya kayu lapis. Hasil penelitian

tersebut juga menunjukkan bahwa daya saing produk-produk manufaktur padat

tenaga kerja lebih tinggi dibandingkan daya saing barang barang padat modal.

Indeks RCA dari ekspor produk-produk padat tenaga kerja mencapai 1 pada era

tahun 1990-2000, sedangkan indeks RCA dari barang barang padat modal pada

tahun yang sama jauh dibawah 1, demikian juga indeks RCA rata-rata ekspor

manufaktur.

Penelitian dengan analisis Constant Market Share diantaranya adalah

penelitian mengenai daya saing ekspor teh Indonesia di pasar teh dunia yang

dilakukan oleh Rohayati Suprihatini (2005). Berdasarkan data International Trade

Center (ITC) pada tahun 1997 dan 2001 menunjukan bahwa pertumbuhan ekspor

Page 30: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

30

teh Indonesia jauh dibawah pertumbuhan ekspor teh dunia. Masalah tersebut

disebabkan karena komposisi produk teh yang diekspor Indonesia kurang

mengikuti kebutuhan pasar yang tercermin dari angka komposisi komoditas teh

Indonesia yang bertanda negatif (-0.032), negara-negara tujuan ekspor teh

Indonesia kurang ditujukan ke negara-negara pengimpor teh yang memiliki

pertumbuhan impor teh tinggi yang tercermin dari angka distribusi yang bertanda

negatif (-0,045), dan daya saing teh Indonesia di pasar teh dunia yang masih

lemah yang tercermin dari angka faktor persaingan yang bertanda negatif (-0,211).

C. Kerangka Pemikiran Operasional

Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan salah satu komoditi ekspor

non migas yang diandalkan dari kelompok industri manufaktur yang berperan

dalam perluasan lapangan kerja, peningkatan kesejahteraan buruh dan perolehan

devisa negara. Seiring dengan semakin banyaknya permintaan produk - produk

tekstil akibat dari semakin banyaknya model atau ciri khas produk tekstil yang

dimiliki Indonesia menyebabkan industri tekstil dan produk tekstil mempunyai

prospek yang baik terutama untuk pasar internasional.

Salah satu negara importir utama yang membutuhkan produk - produk

tekstil dalm jumlah yang sangat besar yaitu Amerika Serikat. AS merupakan

negara yang jumlah penduduknya besar serta pendapatan per kapitanya juga

besar, sehingga AS layak menjadi salah satu pasar utama bagi Indonesia.

Pada saat ini, khususnya setelah kebijakan penghapusan kuota, persaingan

dalam perdagangan tekstil dan produk tekstil semakin ketat. Negara yang

dianggap menjadi pesaing utama dalam perdagangan tekstil dan produk tekstil

Page 31: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

31

adalah Cina. Nilai ekspor tekstil dan produk tekstil Cina ke Amerika Serikat

selalu lebih tinggi dibanding Indonesia, pertumbuhannya pun naik demikian pesat

dari tahun ke tahun. Walaupun demikian, bila dilihat dari segi komparatif, daya

saing tekstil dan produk tekstil Indonesia di pasar Amerika Serikat masih lebih

tinggi dibanding Cina, terutama untuk komoditi pakaian jadi. Hal ini dikarenakan

tekstil dan produk tekstil Indonesia masih memiliki kontribusi yang cukup besar

(sekitar 20% - 30%) terhadap total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat.

Pertumbuhan ekspor suatu negara dipengaruhi oleh efek pertumbuhan

dunia atau efek ekspansi dan efek daya saing. Efek ekspansi yaitu pertumbuhan

ekspor suatu negara akan terjadi bila mempertahankan pangsa pasarnya, artinya

ekspor akan meningkat di pasar yang sedang mengalami peningkatan permintaan,

sedangkan efek daya saing yaitu daya saing relatifnya. Efek ekspansi terbagi

menjadi dua, yakni efek pangsa makro dan efek pangsa mikro. Pangsa makro

berhubungan dengan posisi TPT Indonesia terhadap total impor AS, sedangkan

pangsa mikro adalah posisi TPT Indonesia di pasar AS. Ketiga efek yang

mempengaruhi pertumbuhan ekspor TPT indonesia tersebut (efek pangsa makro,

efek pangsa mikro dan efek daya saing) dapat dianalisis dengan menggunakan

analisis CMS (Constant Market Share).

Dari ketiga efek tersebut hanya efek daya saing saja yang dapat

dikendalikan dan diestimasi oleh suatu industri, dalam hal ini Industri tekstil dan

produk tekstil (karena hanya berhubungan dengan ekspor Indonesia ke Amerika

Serikat). Daya saing tekstil dan produk tekstil Indonesia di pasar Amerika Serikat

dapat dilihat berdasarkan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.

Namun pada penelitian ini hanya akan menganalisis keunggulan komparatif

Page 32: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

32

dengan menggunakan analisis RCA (Revealed Comparatif Advantage). Nilai

RCA diperoleh dari perbandingan pangsa pasar tekstil dan produk tekstil

Indonesia di pasar Amerika Serikat dengan pangsa pasar tekstil dan produk tekstil

dunia di pasar Amerika Serikat, sehingga jika nilai RCA sama dengan satu berarti

pangsa pasar tekstil dan produk tekstil Indonesia di pasar Amerika Serikat sama

dengan pangsa pasar tekstil dan produk tekstil dunia (pesaing Indonesia) di pasar

Amerika Serikat. Daya saing tekstil dan produk tekstil Indonesia di pasar Amerika

Serikat dikatakan kuat jika nilai RCA lebih dari satu, artinya pangsa pasar tekstil

dan produk tekstil Indonesia di pasar Amerika Serikat lebih tinggi daripada

pangsa pasar tekstil dan produk tekstil dunia (pesaing Indonesia) di pasar Amerika

Serikat. Data yang digunakan untuk perhitungan metode CMS dan RCA dalah

data time series tahunan.

Gambaran lengkap mengenai pemikiran operasional pada penelitian ini

dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 33: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

33

Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran Operasional

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, hipotesis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Diduga posisi kinerja ekspor industri TPT Indonesia dan Cina di pasar

Amerika Serikat dipengaruhi oleh variabel efek pertumbuhan impor.

2. Diduga posisi daya saing industri TPT Indonesia lebih baik dibandingkan

dengan industri TPT Cina di pasar Amerika Serikat.

Pertumbuhan Ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat

Pertumbuhan Impor

(efek pangsa makro)

(Analisis CMS)

Daya Saing

(Analisis CMS)

Komposisi Komoditi

(Efek pangsa Mikro)

(Analisis CMS)

Secara Komparatif

(Analisis RCA)

Kebijakan peningkatan daya saing dan ekspor

TPT Indonesia

Page 34: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder.

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber atau instansi terkait. Data

yang diambil dalam penelitian ini adalah data-data statistik yang diambil dari situs

resmi perdagangan komoditi internasional (www.comtrade.un.org). Data sekunder

yang digunakan dalam penelitian ini antara lain data ekspor komoditi pakaian jadi

Indonesia dan Cina di pasar Amerika Serikat, data impor komoditi pakaian jadi

Amerika Serikat dari seluruh dunia, dan juga data total impor seluruh komoditi

Amerika Serikat.

B. Metode analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode

kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis perkembangan data-

data yang digunakan dalam penelitian ini. Metode kuantitatif dengan pendekatan

Revealed Comparatif Advantage (RCA) dan Constant Market Share (CMS)

digunakan untuk menganalisis tingkat daya saing TPT Indonesia dibandingkan

dengan Cina yang di pasar Amerika Serikat.

Revealed Comparatif Advantage (RCA)

Posisi ekspor TPT Indonesia dalam perdagangan di Amerika Serikat dapat

diketahui dengan metode RCA. Metode ini didasarkan pada suatu konsep bahwa

Page 35: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

35

perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang

dimiliki suatu negara.. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor TPT Indonesia

ke AS dengan menghitung pangsa nilai ekpor TPT terhadap total ekspor ke AS

yang kemudian dibandingkan denagn pangsa nilai ekspor TPT dunia ke AS.

Rumusnya adalah sebagai berikut :

Xij / Xit RCA = Wj / Wt

Dimana : Xij = Nilai ekspor produk komoditi tekstil dari Indonesia

Xit = Nilai total ekspor (komoditi tekstil dan lainnya) Indonesia

Wj = Nilai ekspor dunia komoditi tekstil ke AS

Wt = Nilai total ekspor dunia ke AS

Indeks RCA merupakan perbandingan antara nilai RCA sekarang dengan

nilai RCA tahun lalu. Rumus indeks RCA adalah sebagai berikut :

RCAt Indeks RCA = RCAt-1

RCAt = Nilai RCA tahun ke-(t)

RCAt-1 = Nilai RCA tahun ke(t-1)

Indeks RCA berkisar antara nol sampai tak hingga. Nilai indeks RCA

sama dengan satu berarti tidak terjadi kenaikan RCA atau kinerja ekspor TPT

Indonesia di pasar AS tahun sekarang sama dengan tahun lalu.

Constant Market Share (CMS)

Selain indeks RCA, penelitian ini juga menggunakan pendekatan Constant

Market Share (CMS), dimana penggunaan pendekatan ini didasarkan pada

Page 36: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

36

pemahaman teoritis laju pertumbuhan ekspor suatu negara bisa lebih kecil, sama

atau lebih tinggi daripada laju pertumbuhan ekspor rata-rata dunia (pertumbuhan

standar).

Metode pangsa pasar konstan (Constant Market Share) digunakan untuk

mengetahui atribut apa yang mempengaruhi kinerja ekspor tektil Indonesia di

pasar AS diantara tiga atribut, yaitu efek pertumbuhan impor, efek komposisi

komoditi dan efek daya saing. Rumusnya adalah sebagai berikut :

Xij2 – Xij

1 = mXij1 + {(mi - m)Xij

1} + {Xij2 – Xij

1 – mi Xij1}

(1) (2) (3)

Dimana: Xij1 = Ekspor TPT Indonesia ke AS tahun ke-(t-1)

Xij2 = Ekspor TPT Indonesia ke AS tahun ke-(t)

m = Persentase peningkatan impor umum di AS

mi = Persentase peningkatan impor TPT di AS

(1) = Efek pertumbuhan; (2) = Efek komposisi; (3) = Efek daya saing

Page 37: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

37

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Kinerja Ekspor Tekstil Dan Produk Tekstil Indonesia Dibandingkan

Dengan Cina Di Pasar Amerika Serikat Dengan Pendekatan Constant

Market Share

1. Analisis CMS Indonesia

Untuk menentukan aspek-aspek yang paling signifikan dalam

mempengaruhi pertumbuhan ekspor digunakan analisa Constant Market Share.

Analisa CMS pernah digunakan salah satunya oleh Ichikawa (1996) dalam

mengevaluasi pertumbuhan ekspor komoditi unggulan Australia di pasar Selandia

Baru periode 1990-1994.

Rumusan CMS adalah sebagai berikut :

Xij2 – Xij

1 = mXij1 + {(mi - m)Xij

1} + {Xij2 – Xij

1 – mi Xij1}

(1) (2) (3)

Dimana: Xij1 = Ekspor pakaian jadi Indonesia ke AS tahun ke-(t-1)

Xij2 = Ekspor pakaian jadi Indonesia ke AS tahun ke-(t)

m = Persentase peningkatan impor umum di AS

mi = Persentase peningkatan impor pakaian jadi di AS

(1) = Efek pertumbuhan; (2) = Efek komposisi; (3) = Efek daya saing

Periode 2001-2002 merupakan periode awal, dimana kinerja ekspor

Tekstil dan Produk Tekstil mengalami defisit, terbukti nilai komoditi ekspor

pakaian jadi turun senilai US$ 140,39 juta (-7,22 persen). Penurunan nilai ekspor

komoditi pakaian jadi tersebut diakibatkan karena walaupun terjadi peningkatan

Page 38: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

38

pada efek pertumbuhan impor senilai US$ 36,55 juta (26,03 persen), hal ini

menjadi tidak berarti karena penurunan yang sangat signifikan terjadi pada efek

daya saing yang turun menekan senilai US$ 150,31 juta (-107,06 persen). Selain

itu, permintaan pakaian jadi Indonesia di Amerika Serikat juga sedang turun (efek

komposisi komoditi turun dengan proporsi sebesar 18,97 persen atau senilai US$

26,63 juta).

Pada periode 2002-2003 kinerja ekspor Tekstil dan Produk Tekstil

membaik, hal ini tercermin dari meningkatnya nilai ekspor pakaian jadi senilai

US$ 132,08 juta (7,32 persen). Ternyata peningkatan nilai ekspor komoditi

pakaian jadi tersebut lebih disebabkan karena peningkatan pada efek pertumbuhan

impor senilai US$ 154,22 juta (116,76 persen). Efek daya saing hanya

memberikan kontribusi sebesar 7,00 persen atau senilai US$ 9,25 juta. Namun,

permintaan pakaian jadi Indonesia di Amerika Serikat (efek komposisi komoditi)

sedang menurun senilai US$ 31,39 juta (-23,76 persen).

Kemudian pada periode 2003-2004 kinerja ekspor Tekstil dan Produk

Tekstil terus membaik, bahkan secara umum nilai ekspornya meningkat. Telihat

dari peningkatan nilai ekspor pakaian jadi ke Amerika Serikat. Nilai ekspornya

meningkat sebesar US$ 314,72 juta (16,25 persen). Hal ini diakibatkan oleh efek

pertumbuhan impor (meningkat sebesar US$ 326,58 juta) lebih berperan daripada

efek daya saing (meningkat sebesar US$ 193,73 juta) dalam memberikan

kontribusi terhadap peningkatan ekspor pakaian jadi ke Amerika Serikat.

Sementara itu, efek komposisi komoditi menjadi satu-satunya efek negatif

(menurun sebesar US$ 205,59 juta).

Page 39: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

39

Kebijakan penghapusan kuota bagi negara-negara yang terlibat dalam

perdagangan Tekstil dan Produk Tekstil mulai diberlakukan tanggal 1 Januari

2005. Kebijakan ini berpeluang memberikan dampak positif bagi negara-negara

pengekspor Tekstil dan Produk Tekstil, termasuk Indonesia. Terbukti, pada

periode 2004-2005 peningkatan nilai ekspor pakaian jadi ke Amerika Serikat lebih

besar dari periode-periode sebelumnya (2001-2004), yaitu sebesar US$ 566,46

juta (16,25 persen). Peningkatan nilai ekspor komoditi pakaian jadi lebih

diakibatkan oleh efek daya saing yang memberikan kontribusi terbesar dalam

peningkatan nilai ekspor tersebut, yaitu sebesar 77,23 persen atau senilai US$

437,50 juta. Impor pakaian jadi Amerika Serikat juga sedang tumbuh, terlihat dari

efek pertumbuhan impor yang mendorong dengan proporsi 53,92 persen atau

senilai US$ 305,40 juta. Namun efek komposisi komoditi kembali memberikan

dampak negatif, dengan penurunan sebesar 31,15 persen atau senilai US$ 176,44

juta.

Peningkatan nilai ekspor Tekstil dan Produk Tekstil terus bertambah,

terbukti pada periode 2005-2006 nilai ekspor pakaian jadi meningkat senilai US$

658,75 juta (23,38 persen). Ternyata hal ini lebih disebabkan karena peningkatan

pada efek pertumbuhan impor senilai US$ 303,68 juta (46,10 persen). Efek daya

saing memberikan kontribusi sebesar 84,52 persen atau senilai US$ 556,77 juta.

Namun, permintaan pakaian jadi Indonesia di Amerika Serikat (efek komposisi

komoditi) sedang menurun senilai US$ 201,70 juta (-30,62 persen).

Pada periode 2006-2007 kinerja ekspor Tekstil dan Produk Tekstil masih

cukup baik, hal ini terbukti dengan nilai pertumbuhan ekspor pakaian jadi senilai

US$ 106,75 juta (3,07 persen). Ternyata hal ini lebih disebabkan karena

Page 40: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

40

peningkatan pada efek pertumbuhan impor senilai US$ 177,61 juta (166,38

persen). Efek daya saing memberikan kontribusi sebesar 26,09 persen atau senilai

US$ 27,85 juta. Sedangkan permintaan pakaian jadi Indonesia di Amerika Serikat

(efek komposisi komoditi) memberikan efek negatif senilai US$ 98,71 juta (-

92,47 persen).

Pada periode 2007-2008 kinerja ekspor Tekstil dan Produk Tekstil masih

memberikan efek positif, meskipun nilai pertumbuhan ekspor pada periode ini

merupakan nilai pertumbuhan terkecil dibandingan dengan periode-periode

sebelumnya, yaitu sebesar US$ 64,84 juta (1,81 persen). Walaupun terjadi

peningkatan pada efek pertumbuhan impor senilai US$ 262,24 juta (404,44

persen) dan pada efek daya saing yang memberikan kontribusi senilai US$ 165,51

juta (255,26 persen). Hal ini menjadi tidak bereti karena penurunan yang sangat

signifikan terjadi pada efek komposis komoditi yang turun menekan sebesar US$

362,91 juta (-559,70 persen).

Berdasarkan hasil kalkulasi CMS, pertumbuhan rata-rata ekspor pakaian

jadi Indonesia ke Amerika Serikat pada periode 2001-2008 adalah sebesar US$

243,31 juta atau sbesar 9,97 persen. Dimana efek pertumbuhan impor rata-rata

memerikan konribusi sebesar US$ 223,75 (123,62 persen), sedangkan efek

komposisi komoditi rata-rata memberikan kontribusi sebesar US$ -157,62 juta (-

112,01 persen), dan efek daya saing rata-rata memberikan kontribusi sebesar US$

177,18 juta atau sebesar 88,39 persen.

Jadi berdasarkan hasil kalkulasi CMS, pertumbuhan ekspor pakaian jadi

Indonesia ke Amerika Serikat periode 2001-2008 berdasarkan urutannya lebih

dipengaruhi oleh efek pertumbuhan impor kemudian efek daya saing atau efek

Page 41: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

41

pangsa makro dari Amerika Serikat. Sedangkan efek komposisi komoditi atau

efek pangsa mikro kurang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

pertumbuhan ekspor pakaian jadi Indonesia.

Tabel 4.1 Hasil Analisis CMS Pakaian Jadi Indonesia di Pasar Amerika

Serikat (US$ juta)

Periode

Efek

Pertumbuhan

Impor

Efek

Komposisi

Komoditi

Efek Daya

Saing

Pertumbuhan

Ekspor

Indonesia

Keterangan

2001-

2002

36,55

-26,03%

-26,63

18,97%

-150,31

107,06%

-140,39

-7,22%

Nilai komoditi ekspor pakaian jadi Indonesia turun dikarenakan efek daya saing yang turun menekan, artinya kualitas ekspor pakaian jadi Indonesia masih rendah. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kualitas ekspor pakaian jadi Indonesia.

2002-

2003

154,22

116,76%

-31,39

-23,76%

9,25

7,00%

132,08

7,32%

Nilai komoditi ekspor pakaian jadi Indonesia naik disebabkan oleh peningkatan efek pertumbuhan impor, artinya permintaan pakaian jadi Indonesia meningkat di pasar Amerika Serikat.

2003-

2004

326,58

103,77%

-205,59

-65,32%

193,73

61,55%

314,72

16,25%

Nilai komoditi ekspor pakaian jadi Indonesia naik disebabkan oleh peningkatan efek pertumbuhan impor, artinya permintaan pakaian jadi Indonesia meningkat di pasar Amerika Serikat.

2004-

2005

305,40

53,92%

-176,44

-31,15%

437,50

77,23%

566,46

25,17%

Nilai komoditi ekspor pakaian jadi Indonesia naik disebabkan oleh peningkatan efek daya saing, artinya kualitas ekspor pakaian jadi Indonesia baik.

2005-

2006

303,68

46,10%

-201,70

-30,62%

556,77

84,52%

658,75

23,38%

Nilai komoditi ekspor pakaian jadi Indonesia naik disebabkan oleh peningkatan efek daya saing, artinya kualitas ekspor pakaian jadi Indonesia baik.

2006-

2007

177,61

166,38%

-98,71

-92,47%

27,85

26,09%

106,75

3,07% Nilai komoditi ekspor pakaian jadi Indonesia naik disebabkan oleh peningkatan

Page 42: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

42

efek pertumbuhan impor, artinya permintaan pakaian jadi Indonesia meningkat di pasar Amerika Serikat.

2007-

2008

262,24

404,44%

-362,91

-559,70%

165,51

255,26%

64,84

1,81%

Nilai komoditi ekspor pakaian jadi Indonesia naik disebabkan oleh peningkatan efek pertumbuhan impor, artinya permintaan pakaian jadi Indonesia meningkat di pasar Amerika Serikat.

Rata-

rata

223,75

123,62%

-157,62

-112,01%

177,18

88,39%

243,31

9,97%

Pertumbuhan ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat berdasarkan urutannya lebih dipengaruhi oleh efek pertumbuhan impor kemudian efek daya saing. Sedangkan efek komposisi komoditi kurang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekspor pakaian jadi Indonesia.

Sumber: Situs Resmi Perdagangan Komoditi Internasional (www.comtrade.un.org) (diolah penulis).

2. Analisis CMS Cina

Secara umum, prestasi kinerja ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Cina ke

Amerika Serikat jauh lebih baik daripada prestasi kinerja ekspor Tekstil dan

Produk Tekstil Indonesia ke Amerika Serikat.

Pada periode 2001-2002 terjadi peningkatan pertumbuhan ekspor Tekstil

dan Produk Tekstil, dimana pertumbuhan ekspor komoditi pakaian jadi Cina

meningkat sebsar 8,42 persen atau senilai US$ 413,57 juta. Peningkatan ini

ternyata lebih disebabkan oleh efek daya saing yang berkekuatan mendorong

dengan proporsi 93,94 persen atau senilai US$ 388,52 juta. Selain itu, efek

pertumbuhan impor juga berpengaruh positif dengan proporsi 22,33 persen atau

senilai US$ 92,34 juta. Sebaliknya, efek komposisi komoditi berpengaruh negatif

dengan kekuatan menekan sebesar 16,27 persen atau senilai US$ 67,29 juta.

Pada periode 2002-2003 Cina kembali mengalami peningkatan ekspor

Tekstil dan Produk Tekstil. Pada komoditi pakaian jadi, peningkatan yang terjadi

Page 43: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

43

sebesar 23,13 persen atau senilai US$ 1,232 milyar. Hal ini lebih disebabkan oleh

efek daya saing yang memberikan kontribusi positif dengan proporsi sebesar

70,56 persen atau senilai US$ 869,21 juta. Selain itu, efek pertumbuhan impor

juga mendorong dengan proporsi 36,96 persen atau senilai US$ 455,28 juta.

Sebaliknya, efek komposisi komoditi menekan dengan proporsi -7,52 persen atau

sebesar US$ 92,65 juta.

Peningkatan ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Cina ke Amerika Serikat

terus berlangsung pada periode 2003-2004. Peningkatan ekspor pakaian jadi

sebesar 17,58 persen atau senilai US$ 1,153 milyar pada periode ini lebih

disebabkan oleh dorongan pada efek pertumbuhan impor dengan proporsi 95,97

persen atau senilai US$ 1,11 milyar, kemudian efek daya saing mendorong

dengan proporsi 64,44 persen atau senilai US$ 742,79 juta. Sementara itu, efek

komposisi komoditi memberikan pengaruh negatif dengan kekuatan menekan

sebesar 60,41 persen atau senilai US$ 696,34 juta.

Peningkatan ekspor Tekstil dan Produk Tekstil ke Amerika Serikat yang

dialami oleh Cina pada periode 2004-2005 cukup signifikan. Ternyata dengan

diberlakukannya kebijakan penghapusan kuota mulai tanggal 1 Januari 2005

membawa dampak positif bagi negara-negara produsen Tekstil dan Produk Tekstil

termasuk Cina. Pada komoditi pakaian jadi, peningkatan ekspornya sebesar 77,62

persen atau senilai US$ 5,984 milyar. Hal lebih disebabkan oleh efek daya saing

yang memberikan kontribusi sebesar 92,62 persen atau senilai US$ 5,543 milyar.

Kemudian efek pertumbuhan impor juga memberikan kontribusi positif dengan

proporsi sebesar 17,48 persen atau senilai US$ 1,046 milyar. Namun efek

Page 44: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

44

komposisi memberikan pengaruh negatif dengan kekuatan menekan sebesar 10,10

persen atau seilai US$ 604,42 juta.

Kemudian pada periode 2005-2006 peningkatan ekspor Tekstil dan Produk

Tekstil Cina masih cukup baik. Pada komoditi pakaian jadi, peningkatan

ekspornya sebesar 18,81 persen atau senilai 2,576 milyar. Hal ini disebabkan oleh

efek daya saing yang memberikan kontribusi sebesar 80,76 persen atau senilai

US$ 2.081 milyar. Kemudian efek pertumbuhan impor juga memberikan

kontribusi positif dengan proporsi sebesar 57,30 persen atau senilai US$ 1,476

milyar. Namun efek komposisi memberikan efek pengaruh negatif dengan

kekuatan menekan sebesar 38,06 persen atau senilai US$ 980,48 juta.

Pada periode 2006-2007 kinerja ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Cina

masih meningkat. Pada komoditi pakaian jadi, peningkatan yang terjadi sebesar

15,50 persen atau senilai US$ 2,520 milyar. Hal ini lebih disebabkan oleh efek

daya saing yang memberikan kontribusi positif dengan proporsi sebesar 85,35

persen atau senilai US$ 2,151 milyar. Selain itu, efek pertumbuhan impor juga

mendorong dengan proporsi 32,98 persen atau senilai US$ 831,41 juta.

Sebaliknya, efek komposisi komoditi memberikan efek pengaruh negatif dengan

proporsi 18,33 persen atau sebesar US$ 462,08 juta.

Pada periode 2007-2008 kinerja ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Cina

mengalami penurunan, dimana nilai komoditi ekspor pakaian jadi Cina turun

sebesar 1,20 persen atau senilai US$ 224,28 juta. Walaupun terjadi peningkatan

pada efek pertumbuhan impor senilai US$ 1,375 milyar (613,29 persen), hal ini

menjadi tidak berarti karena penurunan yang sangat signifikan terjadi pada efek

komposisi komoditi yang turun menekan senilai US$ 1,903 milyar atau sebesar

Page 45: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

45

848,72 persen. Efek daya saing memberikan kontribusi senilai US$ 303,74 juta

(135,43 persen), dimana efek daya saing pada periode ini merupakan nilai efek

daya saing paling rendah diantara periode-periode sebelumnya.

Berdasarkan hasil kalkulasi CMS, pertumbuhan rata-rata ekspor pakaian

jadi Cina ke Amerika Serikat pada periode 2001-2008 adalah sebesar US$ 1,950

milyar atau sbesar 22,84 persen. Dimana efek pertumbuhan impor rata-rata

memerikan konribusi sebesar US$ 911,86 (-50,04 persen), sedangkan efek

komposisi komoditi rata-rata memberikan kontribusi sebesar US$ -686,68 juta

(99,72 persen), dan efek daya saing rata-rata memberikan kontribusi sebesar US$

1,725 milyar atau sebesar 50,32 persen.

Jadi berdasarkan hasil kalkulasi CMS, pertumbuhan ekspor pakaian jadi

Cina ke Amerika Serikat periode 2001-2008 berdasarkan urutannya lebih

dipengaruhi oleh efek daya saing kemudian efek pertumbuhan impor atau efek

pangsa makro dari Amerika Serikat. Sedangkan efek komposisi komoditi atau

efek pangsa mikro kurang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

pertumbuhan ekspor pakaian jadi Cina.

Tabel 4.2 Hasil Analisis CMS Pakaian Jadi Cina di Pasar Amerika Serikat

(US$ juta)

Periode

Efek

Pertumbuhan

Impor

Efek

Komposisi

Komoditi

Efek Daya

Saing

Pertumbuhan

Ekspor

Indonesia

Keterangan

2001-

2002

92,34

22,33%

-67,29

-16,27%

388,52

93,94% 413,57

Nilai komoditi ekspor pakaian jadi Cina naik disebabkan oleh peningkatan efek daya saing, artinya kualitas ekspor pakaian jadi Cina baik.

2002-

2003

455,28

36,96%

-92,65

-7,52%

869,21

70,56% 1231,84 Nilai komoditi ekspor pakaian jadi Cina naik disebabkan oleh peningkatan efek daya saing,

Page 46: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

46

artinya kualitas ekspor pakaian jadi Cina baik.

2003-

2004

1106,14

95,97%

-696,34

-60,41%

742,79

64,44% 1152,59

Nilai komoditi ekspor pakaian jadi Cina naik disebabkan oleh peningkatan efek pertumbuhan impor, artinya permintaan pakaian jadi Cina meningkat di pasar Amerika Serikat.

2004-

2005

1046,17

17,48%

-604,42

-10,10%

5542,70

92,62% 5984,44

Nilai komoditi ekspor pakaian jadi Cina naik disebabkan oleh peningkatan efek daya saing, artinya kualitas ekspor pakaian jadi Cina baik.

2005-

2006

1476,20

57,30%

-980,48

-38,06%

2080,67

80,76% 2576,39

Nilai komoditi ekspor pakaian jadi Cina naik disebabkan oleh peningkatan efek daya saing, artinya kualitas ekspor pakaian jadi Cina baik.

2006-

2007

831,41

32,98%

-462,08

-18,33%

2151,09

85,35% 2520,42

Nilai komoditi ekspor pakaian jadi Cina naik disebabkan oleh peningkatan efek daya saing, artinya kualitas ekspor pakaian jadi Cina baik.

2007-

2008

1375,48

-613,29%

-1903,50

848,72%

303,74

-135,43% -224,28

Nilai komoditi ekspor pakaian jadi Cina naik disebabkan oleh peningkatan efek pertumbuhan impor, artinya permintaan pakaian jadi Cina meningkat di pasar Amerika Serikat.

Rata-

rata

911,86

-50,04%

-686,68

99,72%

1725,53

50,32%

1950,71

22,84%

Pertumbuhan ekspor pakaian jadi Cina ke Amerika Serikat berdasarkan urutannya lebih dipengaruhi oleh efek daya saing kemudian efek pertumbuhan impor. Sedangkan efek komposisi komoditi kurang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekspor pakaian jadi Indonesia.

Sumber: Situs Resmi Perdagangan Komoditi Internasional (www.comtrade.un.org) (diolah penulis).

Dari hasil analisis Constant Market Share di atas, terlihat bahwa efek daya

saing pakaian jadi Indonesia lebih rendah dari efek daya saing pakaian jadi Cina

dalam memberikan kontribusi ekspor. Efek daya saing dan efek pertumbuhan

impor Amerika Serikat adalah efek yang paling menentukan dalam

peningkatan/penurunan ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia dan Cina di

Page 47: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

47

pasar Amerika Serikat dibandingkan efek komposisi komoditi. Namun jika dilihat

dari dari rata-rata selama periode 2001-2008, efek yang memberikan kontribusi

terbesar dalam pertumbuhan ekspor TPT Indonesia ke AS adalah efek

pertumbuhan impor. Sedangkan bagi Cina, efek yang memberikan kontribusi

terbesar dalam pertumbuhan ekspor TPT ke AS adalah efek daya saing

Berdasarkan hasil analisis CMS, kinerja pertumbuhan ekspor Tekstil dan

Produk Tekstil Indonesia masih rendah dibandingkan ekspor Tekstil dan Produk

Tekstil Cina. Kondisi tersebut disebabkan karena daya saing TPT Indonesia masih

rendah dibandingkan daya saing TPT Cina di pasar Amerika Serikat dalam

memberikan kontribusi ekspor. Hal ini dapat dilihat dari efek yang memberikan

kontribusi terbesar dalam pertumbuhan ekspor TPT Indonesia adalah efek

pertumbuhan impor, sedangkan efek pertumbuhan impor sangat dipengaruhi oleh

efek daya saing. Artinya efek pertumbuhan impor TPT Indonesia dan Cina

dipengaruhi oleh efek daya saing, dimana negara yang memiliki daya saing yang

baik yang akan mengalami pertumbuhan permintaan akan ekspor komoditi TPT.

B. Posisi Daya Saing Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Indonesia

Dibandingkan Dengan Cina Di Pasar Amerika Serikat Dengan

Pendekatan RCA

1. Analisis RCA Indonesia

Daya saing suatu negara pada suatu produk atau komoditi dapat diestimasi

melalui keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif. Analisis

keunggulan komparatif pada penelitian ini menggunakan analisis RCA (Revealed

Comparative Advantage). Nilai RCA merupakan gambaran dari kinerja ekspor

Page 48: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

48

suatu komoditi. Nilai RCA yang lebih besar dari satu dianggap memiliki kinerja

ekspor yang baik. Komoditi dengan nilai RCA lebih dari satu tersebut dapat

dikatakan memiliki keunggulan komparatif sehingga disarankan untuk terus

dikembangkan dengan melakukan spesialisasi pada komoditi tersebut.

Berdasarkan hasil estimasi RCA dapat diketahui bahwa Indonesia

mempunyai keunggulan komparatif yang cukup baik pada komoditi pakaian jadi

di pasar Amerika Serikat, terlihat dari nilai RCA yang selalu lebih dari satu

selama periode 2001 - 2005, yaitu dengan kisaran angka 4,456 sampai dengan

6,176.

Nilai RCA Indonesia di pasar Amerika Serikat untuk komoditi pakaian

jadi pada tahun 2001 yaitu 4,452, kemudian menurun menjadi 4,292 pada tahun

2002. Pada tahun 2003 nilai RCA Indonesia meningkat menjadi 4,799.

Peningkatan nilai RCA Indonesia terus berlangsung hingga tahun 2008, yaitu

sebesar 5,158 pada tahun 2004, 6,162 pada tahun 2005, 7,140 pada tahun 2006,

7,314 pada tahun 2007 dan 7,320 pada tahun 2008.

Page 49: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

49

Tabel 4.3 Keunggulan Komparatif Pakaian Jadi Indonesia di Pasar Amerika

Serikat

Tahun

Ekspor Indonesia ke AS

(US$ juta)

Ekspor Dunia ke AS (US$ juta)

RCA

Indeks RCA

Keterangan Pakaian Jadi Total Pakaian

Jadi Total

2001 1.944,16 7.761,30 66.390,96 1.179.180 4,452 - -

2002 1.803,77 7.570,47 66.731,26 1.200.230 4,292 0,964

Indeks RCA Indonesia sebesar 0,964 (kurang dari satu). Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan kinerja ekspor TPT dibandingkan tahun lalu.

2003 1.935,85 7.386,38 71.277,40 1.303.050 4,799 1,118

Indeks RCA Indonesia sebesar 1,118 (lebih dari satu). Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kinerja ekspor TPT dibandingkan tahun lalu.

2004 2.250,57 8.787,07 75.731,27 1.525.680 5,158 1,075

Indeks RCA Indonesia sebesar 1,075 (lebih dari satu). Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kinerja ekspor TPT dibandingkan tahun lalu.

2005 2.817,03 9.889,20 80.070,66 1.732.350 6,162 1,195

Indeks RCA Indonesia sebesar 1,195 (lebih dari satu). Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kinerja ekspor TPT

Page 50: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

50

dibandingkan tahun lalu.

2006 3.475,78 11.259,14 82.971,59 1.918.997 7,140 1,159

Indeks RCA Indonesia sebesar 1,159 (lebih dari satu). Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kinerja ekspor TPT dibandingkan tahun lalu.

2007 3.582,53 11.644,20 84.853,28 2.017.120 7,314 1,024

Indeks RCA Indonesia sebesar 1,024 (lebih dari satu). Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kinerja ekspor TPT dibandingkan tahun lalu.

2008 3.647,37 13.079,93 82.466,30 2.164.834 7,320 1,001

Indeks RCA Indonesia sebesar 1,001 (lebih dari satu). Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kinerja ekspor TPT dibandingkan tahun lalu.

Sumber: Situs Resmi Perdagangan Komoditi Internasional (www.comtrade.un.org) (diolah penulis).

Keterangan :

- Nilai RCA > 1 berarti komoditi pakaian jadi Indonesia memiliki keunggulan

komparatif (diatas rata-rata dunia).

- Nilai RCA < 1 berarti komoditi pakaian jadi Indonesia keunggulan

komparatifnya dibawah rata-rata dunia.

- Indeks RCA berkisar antara nol sampai tak hingga. Jika nilai indeks RCA

sama dengan satu berarti kinerja ekspor TPT Indonesia di pasar AS tahun

sekarang sama dengan tahun lalu.

Page 51: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

51

Tingginya daya saing pada komoditi pakaian jadi Indonesia di pasar

Amerika Serikat yang dicerminkan dengan tingginya nilai RCA salah satunya

disebabkan karena Indonesia memiliki sub sektor industri yang lengkap dari hulu

ke hilir, yakni dari produk benang (pemintalan), pertenunan, rajutan dan produk

akhir. Selain itu Indonesia juga memiliki keunggulan dalam hal jumlah tenaga

kerja yang diserap dalam industri tersebut. Untuk komoditi pakaian jadi, sampai

saat ini Indonesia menjadi negara pengekspor ke-9 terbesar di dunia dengan

pangsa 4,45 persen dari total pasar tekstil dunia.

Perkembangan pangsa relatif komoditi pakaian jadi Indonesia dapat

diketahui melalui perhitungan indeks RCA pakaian jadi antara dua waktu. Nilai

indeks RCA yang lebih dari satu menunjukkan bahwa ekspor pakaian jadi

mengalami peningkatan relatif dibandingkan rata-rata negara-negara lain yang

mengekspor ke Amerika Serikat, sehingga pangsa pasarnya meningkat.

Analisis lebih spesifik berdasarkan masing-masing periode dapat

dijelaskan sebagai berikut :

▪ Periode 2001-2002 :

Indeks RCA Indonesia sebesar 0,964 (kurang dari satu). Hal ini

mengindikasikan bahwa daya saing pakaian jadi Indonesia di pasar Amerika

Serikat yang lemah. Pada periode ini impor pakaian jadi Amerika Serikat

naik sebesar 0,51 persen, namun ekspor pakain jadi Indonesia ke Amerika

Serikat turun 7,22 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya,

Indonesia harus mampu mengekspor pakaian jadi ke Amerika Serikat sebesar

US$ 1,954 milyar. Namun realisasinya Indonesia hanya mampu mengekspor

Page 52: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

52

senilai US$ 1,804 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa ada bagian senilai

US$ 0,15 milyar milik Indonesia yang beralih ke negara pesaing.

▪ Periode 2002-2003 :

Indeks RCA menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan daya saing

pakain jadi Indonesia di pasar Amerika Serikat, dengan nilai 1,118. Periode

ini impor pakaian jadi Amerika Serikat mengalami pertumbuhan sebesar 6,81

persen, tetapi pertumbuhan ekspor pakaian jadi ke Amerika Serikat

meningkat lebih besar, yaitu sebesar 7,32 persen. Untuk mempertahankan

pangsa pasarnya, Indonesia hanya butuh mengekspor pakaian jadi ke

Amerika Serikat senilai US$ 1,927 milyar. Namun realisasinya, Indonesia

mampu mengekspor hingga US$ 1,936 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa

ada senilai US$ 0,009 milyar milik negara pesaing yang beralih ke Indonesia.

▪ Periode 2003-2004 :

Pada periode ini indeks RCA masih berkisar diatas satu, yaitu 1,075. Hal

menunjukkan bahwa daya saing pakaian jadi Indonesia di pasar Amerika

Serikat masih cukup baik. Impor pakaian jadi Amerika Serikat pada periode

ini naik sebesar 6,25 persen, namun ekspor pakaian jadi Indonesia ke

Amerika Serikat meningkat sebesar 16,25 persen. Untuk mempertahankan

pangsa pasarnya, Indonesia hanya butuh mengekspor pakaian jadi ke

Amerika Serikat senilai US$ 2,057 milyar, namun realisasinya Indonesia

mampu mengekspor hingga US$ 2,251 milyar. Artinya, kinerja ekspor

pakaian jadi Indonesia ke pasar Amerika Serikat menghasilkan USS 0,194

milyar lebih baik dari sekedar mempertahankan pangsa pasar.

Page 53: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

53

▪ Periode 2004-2005 :

Pada periode ini pangsa pasar pakaian jadi Indonesia di Amerika serikat

kembali mengalami peningkatan, terlihat dari indeks RCA sebesar 1,195

(lebih tinggi dari periode sebelumnya). Pada periode ini impor pakaian jadi

Amerika Serikat naik sebesar 5,73 persen, namun ekspor pakaian jadi

Indonesia ke Amerika Serikat meningkat jauh lebih besar, yaitu 25,17 persen.

Untuk mempertahankan pangsa pasarnya, Indonesia hanya butuh mengekspor

pakaian jadi ke Amerika Serikat senilai US$ 2,379 milyar, namun

kenyataannya Indonesia mampu mengekspor hingga US$ 2,817 milyar.

Artinya, kinerja ekspor pakaian jadi Indonesia ke pasar Amerika Serikat

menghasilkan USS 0,438 milyar lebih baik dari sekedar mempertahankan

pangsa pasar. Atau dengan kata lain, ada senilai US$ 0,438 milyar milik

negara pesaing yang beralih ke Indonesia.

▪ Periode 2005-2006 :

Pada periode ini indeks RCA masih berkisar diatas satu, yaitu 1,159. Hal

menunjukkan bahwa daya saing pakaian jadi Indonesia di pasar Amerika

Serikat masih cukup baik. Impor pakaian jadi Amerika Serikat pada periode

ini naik sebesar 3,62 persen, namun ekspor pakaian jadi Indonesia ke

Amerika Serikat meningkat sebesar 23,28 persen. Untuk mempertahankan

pangsa pasarnya, Indonesia hanya butuh mengekspor pakaian jadi ke

Amerika Serikat senilai US$ 2,919 milyar, namun realisasinya Indonesia

mampu mengekspor hingga US$ 3,476 milyar. Artinya, kinerja ekspor

pakaian jadi Indonesia ke pasar Amerika Serikat menghasilkan USS 0,557

milyar lebih baik dari sekedar mempertahankan pangsa pasar.

Page 54: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

54

▪ Periode 2006-2007 :

Pada periode ini indeks RCA sebesar 1,024. Hal menunjukkan bahwa daya

saing pakaian jadi Indonesia di pasar Amerika Serikat masih cukup baik.

Impor pakaian jadi Amerika Serikat pada periode ini naik sebesar 2,27

persen, namun ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat meningkat

sebesar 3,07 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya, Indonesia

butuh mengekspor pakaian jadi ke Amerika Serikat senilai US$ 3,554 milyar,

namun realisasinya Indonesia mampu mengekspor US$ 3,582 milyar.

Artinya, kinerja ekspor pakaian jadi Indonesia ke pasar Amerika Serikat

menghasilkan USS 0,028 milyar lebih baik dari sekedar mempertahankan

pangsa pasar.

▪ Periode 2007-2008 :

Pada periode ini indeks RCA sebesar 1,001. Hal menunjukkan bahwa daya

saing pakaian jadi Indonesia di pasar Amerika Serikat masih cukup baik.

Impor pakaian jadi Amerika Serikat pada periode ini turun sebesar 2,81

persen, namun ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat meningkat

sebesar 1,81 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya, Indonesia

butuh mengekspor pakaian jadi ke Amerika Serikat senilai US$ 3,482 milyar,

namun realisasinya Indonesia mampu mengekspor US$ 3,647 milyar.

Artinya, kinerja ekspor pakaian jadi Indonesia ke pasar Amerika Serikat

menghasilkan USS 0,165 milyar lebih baik dari sekedar mempertahankan

pangsa pasar.

Page 55: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

55

2. Analisis RCA Cina

Melihat tingginya volume ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Cina ke

Amerika Serikat, maka Cina dianggap sebagai pesaing utama dalam mengekspor

komoditi tersebut ke Amerika Serikat. Ternyata, daya saing pakaian jadi Cina di

pasar Amerika Serikat seperti yang ditunjukkan nilai RCA dalam Tabel 4.9, tidak

sebaik nilai RCA yang dimiliki Indonesia. Nilai RCA Cina hanya berkisar antara

1,241 hingga 1,816. Hal ini menunjukkan bahwa secara komparatif, pakaian jadi

Indonesia masih memiliki keunggulan yang lebih tinggi daripada pakaian jadi

Cina di pasar Amerika Serikat.

Nilai RCA pakaian jadi Cina di pasar Amerika Serikat pada tahun 2001

adalah sebesar 1,605, kemudian mengalami penurunan hingga tahun 2004, dimana

nilai RCA Cina pada saat itu sebesar 1,367 pada tahun 2002, 1,296 pada tahun

2003 dan 1,241 pada tahun 2004. Pada tahun 2005 nilai RCA Cina kembali

meningkat hingga tahun 2008, dimana nilai RCA pada tahun 2005 sebesar 1,815,

tahun 2006 sebesar 1,847, tahun 2007 sebesar 1,916 dan pada tahun 2008 sebesar

1,928.

Page 56: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

56

Tabel 4.4 Keunggulan Komparatif Pakaian Jadi Cina di Pasar Amerika Serikat

Tahun Ekspor Cina ke AS

(US$ juta) Ekspor Dunia ke AS

(US$ juta)

RCA

Indeks RCA

Keterangan Pakaian Jadi Total Pakaian

Jadi Total

2001 4.911,37 54.355,08 66.390,96 1.179.180 1,605 - -

2002 5.324,94 70.050,09 66.731,26 1.200.230 1,367 0,852

Indeks RCA Cina sebesar 0,852 (kurang dari satu). Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan kinerja ekspor TPT dibandingkan tahun lalu.

2003 6.556,83 92.626,30 71.277,40 1.303.050 1,296 0,948

Indeks RCA Cina sebesar 0,948 (kurang dari satu). Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan kinerja ekspor TPT dibandingkan tahun lalu.

2004 7.709,42 125.148,96 75.731,27 1.525.680 1,241 0,958

Indeks RCA Cina sebesar 0,958 (kurang dari satu). Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan kinerja ekspor TPT dibandingkan tahun lalu.

2005 13.693,86 163.180,46 80.070,66 1.732.350 1,815 1,463

Indeks RCA Cina sebesar 1,463 (lebih dari satu). Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kinerja ekspor TPT dibandingkan tahun lalu.

Page 57: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

57

2006 16.270,25 203.801,04 82.971,59 1.918.997 1,847 1,018

Indeks RCA Cina sebesar 1,018 (lebih dari satu). Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kinerja ekspor TPT dibandingkan tahun lalu.

2007 18.790,67 233.096,68 84.853,28 2.017.120 1,916 1,037

Indeks RCA Cina sebesar 1,037 (lebih dari satu). Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kinerja ekspor TPT dibandingkan tahun lalu.

2008 18.566,39 252.843,53 82.466,30 2.164.834 1,928 1,006

Indeks RCA Cina sebesar 1,006 (lebih dari satu). Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kinerja ekspor TPT dibandingkan tahun lalu.

Sumber: Situs Resmi Perdagangan Komoditi Internasional (www.comtrade.un.org) (diolah penulis).

Keterangan :

- Nilai RCA > 1 berarti komoditi pakaian jadi Indonesia memiliki keunggulan

komparatif (diatas rata-rata dunia).

- Nilai RCA < 1 berarti komoditi pakaian jadi Indonesia keunggulan

komparatifnya dibawah rata-rata dunia.

- Indeks RCA berkisar antara nol sampai tak hingga. Jika nilai indeks RCA

sama dengan satu berarti kinerja ekspor TPT Indonesia di pasar AS tahun

sekarang sama dengan tahun lalu.

Walaupun nilai RCA Cina lebih rendah dari nilai RCA Indonesia, namun

bila dilihat dari volume ekspor pakaian jadi ke Amerika Serikat, Cina selalu jauh

Page 58: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

58

lebih tinggi dari Indonesia. Rendahnya nilai RCA Cina jika dibandingkan dengan

Indonesia lebih dikarenakan rendahnya kontribusi ekspor pakaian jadi terhadap

total ekspor Cina ke Amerika Serikat. Rata-rata kontribusi pakaian jadi terhadap

total ekspor Cina ke Amerika Serikat hanya 8 persen per tahun. Jika dibandingkan

dengan pakaian jadi Indonesia yang memiliki rata-rata kontribusi sekitar 23 % per

tahun, jelas nilai RCA Indonesia lebih tinggi dari Cina.

Seperti halnya nilai RCA, indeks RCA Cina yang pada umumnya rendah,

bukan menunjukkan pangsa nilai komoditi pakaian jadi Cina yang rendah. Hal ini

terlihat dari selalu bertambanya pangsa nilai dari komoditi pakaian jadi Cina pada

setiap tahunnya.

Analisis lebih spesifik berdasarkan masing-masing periode dapat

dijelaskan sebagai berikut :

▪ Periode 2001-2002 :

Indeks RCA China yang senilai 0,852 (kurang dari satu) bukan

mencerminkan rendahnya daya saing (turunnya pangsa pasar) komoditi

pakaian jadi Cina, tetapi karena peningkatan pangsa pasar pakaian jadi Cina

di pasar Amerika Serikat diikuti oleh peningkatan yang lebih besar pada

pangsa pasar total ekspor Cina di pasar Amerika Serikat. Impor pakaian jadi

Amerika meningkat 0,51 persen. Cina hanya butuh mengekspor senilai US$

4,936 milyar untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Namun realisasinya

Cina mampu mengekspor hingga US$ 5,324 milyar. Artinya ada bagian

sebayak US$ 0,388 milyar yang berali ke Cina. Diduga telah terjadi peralihan

pangsa pasar dari Indonesia ke Cina, karena pada saat itu Indonesia telah

kehilangan pangsa pasarnya sebanyak US$ 0,15 milyar.

Page 59: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

59

▪ Periode 2002-2003 :

Pada periode ini indeks RCA Cina sebesar 0,948. Kondisi ini juga tidak

jauh berbeda pada periode sebelumnya. Walaupun indeks RCA masih

kurang dari satu, namun pangsa pasar pakaian jadi Cina terus meningkat.

Peningkatan pangsa pasar pada periode ini mencapai US$ 0,869 milyar. Cina

cukup mengekspor pakaian jadi ke Amerika Serikat sebanyak US$ 5,687

milyar untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Namun Cina mampu

mengekspor hingga 6,556 milyar. Bila dibandingkan dengan Indonesia,

peningkatan pangsa pasar yang diperoleh Cina lebih besar, karena pada saat

itu Indonesia hanya mampu meningkatkan pangsa pasarnya sebanyak US$

0,009 milyar.

▪ Periode 2003-2004 :

Peningkatan pangsa pasar dari total ekspor Cina ke Amerika Serikat yang

lebih tinggi dari peningkatan pangsa pasar pakaian jadi Cina ke Amerika

Serikat menyebabkan indeks RCA pakaian jadi Cina hanya bernilai 0,958.

Impor pakaian jadi Amerika Serikat pada periode ini meningkat 6,25 persen.

Untuk mempertahankan pangsa pasarnya, Cina hanya butuh mengekspor

pakaian jadi senilai US$ 6,966 milyar ke Amerika Serikat. Namun Cina

mampu mengekspor hingga US$ 7,709 milyar. Artinya, ada bagian sebanyak

US$ 0,743 milyar yang beralih ke Cina. Pada periode ini, Indonesia juga

mengalami peningkatan pangsa pasar, namun tidak sebesar yang dialami oleh

Cina, karena Indonesia hanya mampu meningkatkan pangsa pasar sebesar

USS 0,194 milyar.

Page 60: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

60

▪ Periode 2004-2005:

Indeks RCA Cina pada perode ini sebesar 1,463. Hal ini menunjukkan

daya saing pakaian jadi mengalami peningkatan yang cukup besar

(peningkatan pangsa pasar). Bahkan peningkatan pangsa pasar pakaian jadi

tersebut lebih besar dari peningkatan pangsa pasar dari total ekspor Cina ke

Amerika Serikat. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya, Cina hanya butuh

mengekspor pakaian jadi sebanyak US$ 8,151 milyar. Namun Cina mampu

mengekspor hingga US$ 13,693 milyar. Berarti ada bagian sebanyak US$

5,542 milyar yang beralih ke Cina. Bila dibandingkan dengan Indonesia,

peningkatan pangsa pasar yang dialami oleh Cina jauh lebih besar, karena

Indonesia hanya mampu meningkatkan pangsa pasarnya senilai US$ 0,438

milyar.

▪ Periode 2005-2006:

Pada periode ini indeks RCA Cina sebesar 1,018 (masih diatas satu).

Peningkatan pangsa pasar pada periode ini mencapai US$ 2,081 milyar. Cina

cukup mengekspor pakaian jadi ke Amerika Serikat sebanyak US$ 14,189

milyar untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Namun Cina mampu

mengekspor hingga 16,270 milyar. Bila dibandingkan dengan Indonesia,

peningkatan pangsa pasar yang diperoleh Cina lebih besar, karena pada saat

itu Indonesia hanya mampu meningkatkan pangsa pasarnya sebanyak US$

0,557 milyar.

▪ Periode 2006-2007:

Pada periode ini indeks RCA Cina sebesar 1,037 (meningkat dibandingak

periode sebelumnya). Peningkatan pangsa pasar pada periode ini mencapai

Page 61: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

61

US$ 2,151 milyar. Cina cukup mengekspor pakaian jadi ke Amerika Serikat

sebanyak US$ 16,639 milyar untuk mempertahankan pangsa pasarnya.

Namun Cina mampu mengekspor hingga 18,790 milyar. Bila dibandingkan

dengan Indonesia, peningkatan pangsa pasar yang diperoleh Cina lebih besar,

karena pada saat itu Indonesia hanya mampu meningkatkan pangsa pasarnya

sebanyak US$ 0,028 milyar.

▪ Periode 2007-2008:

Pada periode ini indeks RCA Cina sebesar 1,006 (masih diatas satu).

Peningkatan pangsa pasar pada periode ini mencapai US$ 0,304 milyar. Cina

cukup mengekspor pakaian jadi ke Amerika Serikat sebanyak US$ 18,262

milyar untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Namun Cina mampu

mengekspor hingga 18,566 milyar. Bila dibandingkan dengan Indonesia,

peningkatan pangsa pasar yang diperoleh Cina lebih besar, karena pada saat

itu Indonesia hanya mampu meningkatkan pangsa pasarnya sebanyak US$

0,165 milyar.

Page 62: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis Constant Market Share, terlihat bahwa efek daya saing

dan efek pertumbuhan impor adalah efek yang paling menentukan dalam

peningkatan/penurunan ekspor pakaian jadi Indonesia dan Cina di pasar Amerika

Serikat dibandingkan efek komposisi komoditi. Efek daya saing komoditi pakaian

jadi Indonesia lebih rendah dari Cina dalam memberikan kontribusi ekspor.

Berdasarkan hasil analisis CMS, kinerja pertumbuhan ekspor Tekstil dan

Produk Tekstil Indonesia masih rendah dibandingkan ekspor Tekstil dan Produk

Tekstil Cina. Kondisi tersebut disebabkan karena daya saing TPT Indonesia masih

rendah dibandingkan daya saing TPT Cina di pasar Amerika Serikat dalam

memberikan kontribusi ekspor.

Daya saing secara komparatif untuk komoditi pakaian jadi Indonesia lebih

baik dibanding komoditi pakaian jadi Cina, hal ini disebabkan ekspor pakaian jadi

Indonesia ke Amerika Serikat memberikan kontribisi yang cukup besar terhadap

total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat. Dari perkembangan indeks RCA

menunjukkan bahwa pangsa pasar Indonesia di Amerika Serikat untuk komoditi

pakaian jadi cenderung berfluktuasi dalam setiap tahunnya, sementara pangsa

pasar Cina di Amerika Serikat cenderung bertambah.

B. Saran

Bagi para pelaku eksportir pakaian jadi Indonesia dalam jangka panjang

harus mampu meningkatkan daya saing produk yang akan diekspor jika tidak

Page 63: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

63

ingin terjadi peralihan pangsa pasar ke negara pesaing. Peningkatan daya saing

harus dilakukan dari segi harga maupun kualitas.

Berdasarkan implikasi yang menunjukkan bahwa dengan diberlakukannya

kebijakan penghapusan kuota akan menyebabkan peningkatan ekspor pakaian

jadi, maka penulis menyarankan agar kebijakan tersebut tetap dipertahankan.

Implikasi tersebut juga menjelaskan bahwa penurunan ekspor dan produksi dapat

disebabkan oleh adanya impor ilegal, maka pemerintah harus berusaha sedapat

mungkin untuk dapat mencegah atau mengurangi impor ilegal tersebut. Karena

dengan adanya impor ilegal yang harganya jauh lebih murah, maka dapat

merugikan para produsen domestik. Pemerintah harus lebih memperhatikan

keadaan industri ini, mengingat industri ini mempunyai potensi yang cukup bagus

di masa depan.

Page 64: ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TEKSTIL DAN …...Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk

64

DAFTAR PUSTAKA

Deliarnov. 1995. Pengentar Ekonomi Makro. Jakarta. UI Press.

Departemen Perdagangan Indonesia. 2008. Statistik. www.depdag.go.id (30 Desember 2009)

Departemen Perindustrian Indonesia. 1998. Correlation with Harmonize System. Jakarta. Biro Pusat Statistik.

Dumairy. 2001. Perekonomian Indonesia. Jakarta. Erlangga.

Hamdy, Hady. 2001. Ekonomi Internasional – Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Lipsey, dkk. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Jilid 1. Jaka Wasana dan Kirbrandoko (Penerjemah). Jakarta. Binarupa Aksara.

Lipsey, dkk. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Jilid 2. Jaka Wasana dan Kirbrandoko (Penerjemah). Jakarta. Binarupa Aksara.

Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI. 1998. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan N0. 558/MPP/Kep/12/1998 Tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor. Jakarta

Porter, E. Michael. 1995. Competitive Advantage of Nations. United Kingdom. The Macmillan Press. Ltd. Hampshire.

Salvatore, Dominick. 1997. Ekonomi Internasional. Haris Munandar (Penerjemah). Jakarta. Erlangga.

Tambunan, T.H. Tulus. 2001. Industrialisasi Di Negara sedang Berkembang :kasus Indonesia. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Triyoso, Bambang. 1994. Model Ekspor Non Migas Indonesia Untuk Proyeksi Jangka Pendek. Jakarta.

United Nations Statistic Division. 2008. Commodity Trade. www.comtrade.un.org. (30 Desember 2009).