Page 1
ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN MUSIM TERHADAP BANJIR TAHUNAN
IBUKOTA SERTA DAMPAK PADA KESEHATAN LINGKUNGAN
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi SDM dan SDA
Dosen Pembimbing :
Dra. Endah Sulistyo M
Disusun Oleh :
Dewi Mentari (8105108036)
JURUSAN EKONOMI DAN ADMINISTRASI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012
Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Air adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa dan jumlahnya sangat banyak. Tak heran
jika negara kita khususnya disebut Negara Maritim, karena hampir bagian di Indonesia
merupakan perairan. Mulai dari sungai sampai dengan laut yang begitu esotik keindahannya.
Bukan hanya Indonesia hampir seluruh pelosok negera membutuhkan air, karena air
merupakan sumber kehidupan. Manusia bisa hidup tanpa makan dnegan waktu satu minggu
akan tapi manusia membutuhkna waktu tiga hari saja untuk hidup tanpa air. Tanpa air
segalanya tiada berarti.
Akan tetapi bila kita tidak bisa mengolah dengan baik, air malah bisa menjadi
malapetaka untuk kita semua, banyak keadaan alam yang kita alami yang disebabkan air,
seperti banjir, tsunami, longsor, erosi, dan masih banyak lagi. Apalagi musim hujan tiba,
banjir menjadi momok untuk kota-kota besar seperti Jakarta dan kota-kota besar lainnya di
dunia.
Banjir yang terjadi biasanya disebabkan karena pergantian musim dari musim
kemarau menjadi musim hujan, sehingga mudah sekali debit air naik. Selain itu disebabkan
karena buruknya penanganan sampah, masyakarakat rasanya kurang perduli sehingga
membuang sampah sembarangan seperti di sungai, selokan, dan sebagainya. Apabila musim
hujan datang sungai dan selokan terjadi penyumbatan akibat sampah yang menumpuk. Hal
lainnya dikarenakan pembangunan tempat pemukiman ditanah kosong yang menyebabkan
hilangnya daya resap air hujan. Pembangunan tempat pemukiman bisa menyebabkan
meningkatnya resiko banjir sampai 6 kali lipat dibandingkan tanah terbuka yang biasanya
mempunyai daya serap air tinggi serta peraturan pembuatan sumur resapan di daerah
perkotaan kurang diawasi pelaksanaannya. Jakarta sebagai Ibu Kota Negara yang merupakan
citra negara dan barometer ekonomi, setiap waktu harus ada peningkatan pembangunan dari
semua sektor. Akibat dari pembangunan gedung-gedung dan pusat perbelanjaan yang tidak
memperharikan AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) sehinggan semakin sedikitnya
lahan untuk serapan air, yang akhirnya menimbulkan sebuah genangan besar atau disebut
juga dengan banjir.
Page 3
Kemudian adanya pembabatan hutan yang liar akibatnya terjadi erosi tanah.
Tumbuhan yang semula difungsikan untuk menahan kekuatan air dari hutan tetapi karena
hutan gundul sehingga tidak ada yang bisa menyerap kekuatan air itu karena pada
sesungguhnya tanah yang ditumbuhi banyak tanaman mempunyai daya serap air yang besar.
Biasanya hutan gundul karena terdapatnya tambang emas di tempat itu, karena bagi
masyarakat sekitar lebih memilih untuk menambang emas karena dirasa dengan menambang
emas bisa menjadi mata pencaharian yang lebih menguntungkan. Apabila hujan turun dengan
deras, tidak ada yang bisa menahan kekuatan air tersebut sehingga terjadilah banjir, banjirnya
tersebut bisa berupa banjir bandang.
Selanjutnya adalah Bendungan dan saluran air yang rusak. Walaupun tidak sering
terjadi namun bisa menyebabkan banjir terutama pada saat musim hujan deras yang panjang.
Karena bertambahnya debit air sehingga bendungan tidak lagi mampu untuk menahan air
tersebut sehingga terjadilah bendungan yang bocor akibatnya air meluap ke jalan dan
pemukiman perumahan, lalu terjadilah banjir.
Setiap kali terjadi banjir di Jakarta sering terdengar ungkapan banjir itu kiriman dari
Bogor. Tudingan itu muncul karena hampir semua sungai yang bermuara di Jakarta berhulu
di wilayah Kabupaten Bogor. Daerah aliran sungai yang berasal dari Bogor adalah DAS
Ciliwung, DAS Cakung, DAS Angke, DAS Sunter, DAS kalibaru dan DAS Krukut. Banjir
yang terjadi di Jakarta tidak hanya karena aliran air dari Bogor dimana banjir kiriman berarti
hujan hanya terjadi di daerah Bogor, kenyataannya hujan juga terjadi di Jakarta, ditambah
dengan pasang laut. DAS hulu Ciliwung berbentuk seperti corong yang terdiri dari berbagai
anak sungai dan menyempit di bendungan utama Ciliwung di Katulampa. Seandainya banjir
itu limpahan dari hulu, tentu kota Bogor akan banjir terlebih dahulu. Banjir merupakan
permasalahan kompleks yang harus segera ditangani agar akibat yang ditimbulkannya tidak
banyak merusak dan merugikan masyarakat sekitarnya, mengingat Jakarta merupakan
Ibukota Negara yang merupakan citra negara dan baromter ekonomi. Usaha-usaha untuk
mencegah dan mengurangi akibat terjadinya banjir harus segera dilakukan. Selain Jakarta
sekarang ini banyak kota-kota besar yang mengalami hal yang sama seperti di Jakarta. Ini
menjadi masalah yang lebih serius dan harus dibenahi dan mencari solusi dalam upaya
pencegahannya.
1.2 Perumusan Masalah
Page 4
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut di atas maka dapat dirumuskan sebagai
berikut : “Apakah terdapat hubungan antara perubahan musim dengan banjir tahunan ibukota
serta dampak terhadap kesehatan lingkungan”.
1.3 Pembatasan Masalah
Dari berbagai identifikasi masalah yang telah dijabarkan di atas maka peneliti
membatasi maslah yang diteliti hanya pada “Analisis Dampak Perubahan Musim
Terhadap Banjir Tahunan Ibukota Serta Dampak Pada Kesehatan Lingkungan”.
1.4 Tujuan Penulisan
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah
mengungkap dan menganalisis fenomena banjir tahunan yang menimpa ibukota serta
dampak banjir terhadap kesehatan lingkungan serta memaparkan solusi yang dapat
dilakukan dalam memecahkan masalah banjir di Ibukota melalui analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunities, Threats)
1.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi
literatur, yaitu penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar ataupun
dari hasil penelitian orang lain yang bertujuan untuk menyusun dasar teori yang kita
gunakan dalam melakukan penelitian1.
Analisis yang penulis lakukan merupakan sintesis dan penjabaran hasil kajian pustaka
yang didukung data terkini. Sumber data tersebut bersumber dari surat kabar harian dan
berita online pilihan pertanggal
1 http://sayudjberbagi.wordpress.com/2010/04/29/study-literature/, tanggal akses 8 Desember 2012
Page 5
BAB II
Analisis Dampak Perubahan Musim Terhadap Banjir Tahunan Ibukota
Serta Dampak Terhadap Kesehatan Lingkungan
2.1 Perubahan Musim
Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda pengertian
khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan bentuk awal yang dihubungkan dengan
penafsiran dan pengertian akan kondisi fisik udara sesaat pada suatu lokasi dan suatu waktu,
sedangkan iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca
yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dalam kurun
waktu tertentu (Winarso, 2003).
Menurut Rafi’i (1995) Ilmu cuaca atau meteorologi adalah ilmu pengetahuan yang
mengkaji peristiwa-peristiwa cuaca dalam jangka waktu dan ruang terbatas, sedangkan ilmu
iklim atau klimatologi adalah ilmu pengetahuan yang juga mengkaji tentang gejala-gejala
cuaca tetapi sifat-sifat dan gejala-gejala tersebut mempunyai sifat umum dalam jangka waktu
dan daerah yang luas di atmosfer permukaan bumi2.
Trewartha and Horn (1995) mengatakan bahwa iklim merupakan suatu konsep yang
abstrak, dimana iklim merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-
elemen atmosfer di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang. Iklim
bukan hanya sekedar cuaca rata-rata, karena tidak ada konsep iklim yang cukup memadai
tanpa ada apresiasi atas perubahan cuaca harian dan perubahan cuaca musiman serta suksesi
episode cuaca yang ditimbulkan oleh gangguan atmosfer yang bersifat selalu berubah, meski
dalam studi tentang iklim penekanan diberikan pada nilai rata-rata, namun penyimpangan,
variasi dan keadaan atau nilai-nilai yang ekstrim juga mempunyai arti penting3.
Trenberth, Houghton and Filho (1995) dalam Hidayati (2001) mendefinisikan
perubahan iklim sebagai perubahan pada iklim yang dipengaruhi langsung atau tidak
langsung oleh aktivitas manusia yang merubah komposisi atmosfer yang akan memperbesar
keragaman iklim teramati pada periode yang cukup panjang. Menurut Effendy (2001) salah
satu akibat dari penyimpangan iklim adalah terjadinya fenomena El-Nino dan La-Nina.
Fenomena El-Nino akan menyebabkan penurunan jumlah curah hujan jauh di bawah normal
2 http://mbojo.wordpress.com/2007/04/15/cuaca-dan-iklim/, tanggal akses 10 Desember 20123 Ibid.,
Page 6
untuk beberapa daerah di Indonesia. Kondisi sebaliknya terjadi pada saat fenomena La-nina
berlangsung4.
Proses terjadinya cuaca dan iklim merupakan kombinasi dari variabel-variabel
atmosfer yang sama yang disebut unsur-unsur iklim. Unsur-unsur iklim ini terdiri dari radiasi
surya, suhu udara, kelembaban udara, awan, presipitasi, evaporasi, tekanan udara dan angin.
Unsur-unsur ini berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang disebabkan
oleh adanya pengendali-pengendali iklim. Pengendali iklim atau faktor yang dominan
menentukan perbedaan iklim antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain menurut
Lakitan (2002) yaitu:
1. posisi relatif terhadap garis edar matahari (posisi lintang)
2. keberadaan lautan atau permukaan airnya
3. pola arah angin
4. rupa permukaan daratan bumi
5. kerapatan dan jenis vegetasi.
Cuaca dan iklim muncul setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang
kompleks yang terjadi di atmosfer bumi. Kompleksitas proses fisik dan dinamis di atmosfer
bumi ini berawal dari perputaran planet bumi mengelilingi matahari dan perputaran bumi
pada porosnya. Pergerakan planet bumi ini menyebabkan besarnya energi matahari yang
diterima oleh bumi tidak merata, sehingga secara alamiah ada usaha pemerataan energi yang
berbentuk suatu sistem peredaran udara, selain itu matahari dalam memancarkan energi juga
bervariasi atau berfluktuasi dari waktu ke waktu (Winarso, 2003). Perpaduan antara proses-
proses tersebut dengan unsur-unsur iklim dan faktor pengendali iklim menghantarkan kita
pada kenyataan bahwa kondisi cuaca dan iklim bervariasi dalam hal jumlah, intensitas dan
distribusinya. Eksploitasi lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan
serta pertambahan jumlah penduduk bumi yang berhubungan secara langsung dengan
penambahan gas rumah kaca secara global akan meningkatkan variasi tersebut. Keadaan
seperti ini mempercepat terjadinya perubahan iklim yang mengakibatkan penyimpangan
iklim dari kondisi normal.
Menurut Winarso (2003) berdasarkan kajian dan pantauan dibidang iklim siklus cuaca
dan iklim terpanjang adalah 30 tahun dan terpendek adalah10 tahun dimana kondisi ini dapat
menunjukkan kondisi baku yang umumnya akan berguna untuk menentukan kondisi iklim
4 Ibid.,
Page 7
per dekade. Penyimpangan iklim mungkin akan, sedang atau telah terjadi bila dilihat lebih
jauh dari kondisi cuaca dan iklim yang terjadi saat ini.
Letak geografis Indonesia menyebabkan wilayah Indonesia memiliki iklim muson,
yang berpengaruh terhadap perubahan musim di Indonesia. Perubahan musim di Indonesia
terjadi dari musim hujan dan musim kemarau dengan fenomena alam, sebagai berikut :
1. Musim Kemarau
Musim kemarau di Indonesia terjadi pada bulan April sampai Oktober. Musin
kemarau disebabkan oleh hembusan angin muson timur yang bertiup dari Benua Australia
yang bertekanan maksi- mum ke Benua Asia yang bertekanan minimum. Hembusan angin ini
sedikit membawa uap air sehingga Indonesia mengalami musim kemarau.
Sebelum terjadinya musim hujan, kalau kita lihat hampir semua media masa di
Indonesia baik yang elektronik maupun cetak sedang gencar mengangkat berita tentang
kekeringan akibat musim kemarau yang berkepanjangan di Indonesia. Di sebut sebagai
kemarau berkepanjangan karena seharusnya di Indonesia pada bulan Agustus sudah terjadi
hujan tetapi pada tahun 2012 ini hingga bulan September masih terjadi kemarau hingga
membuat sebagian daerah di indonesia dilanda kekeringan. Akibat hujan yang kian
tidak datang membuat cadangan air tanah semakin menipis sehingga tidak ada lagi air untuk
irigasi sawah para petani sehingga para petani tersebut menjadi gagal panen. Banyaknya
pemadaman listrik di beberapa daerah akibat PLTA kekurangan air untuk memutar turbinnya
untuk menghasilkan listrik yang dapat disalurkan di rumah rumah warga dan secara tidak
langsung mengganggu kegiatan sehari hari. Dengan berlangsungnya musim kemarau secara
terus menerus, akan berdampak pada:
a. Kekeringan
Kekeringan ini pada akhirnya berimbas terhadap berkurangnya ketersediaan air
permukaan dan bawah tanah sehingga air bersih menjadi terbatas.Sehingga air bukan lagi hal
yang murah. Selain itu di beberapa daerah yang kekeringan menyebabkan penduduknya
kesulitan untuk mendapatkan air bersihsehingga terpaksa mengkonsumsi air yang tidak layak
yang seharusnya tidak digunakan yang mana dapat mengganggu kesehatan. Kekeringan
tersebut juga mempermudah menyebarnya penyakit penyakit menular.
b. Gagal panen
Indonesia adalah Negara pertanian yang masih sangat bergantung kepada musim
hujan sehingga di beberapa daerah yang masih menggunakan irigasi tradisional kesulitan
mendapatkan pasukan air untuk mengairi tanamannya sehingga membuat petani menjadi
Page 8
gagal panen terutama padi sebagai makanan pokok di indonesia. Indonesia yang dahulu
dijuluki lumbung padi sekarang harus mengimport beras ke negara tetangga untuk mencukupi
kebutuhan beras di dalam negeri.
c. Kebakaran
Akibat kekeringan adalah kebakaran lahan, hamper setiap tahun pada musim kemarau
selalu terjadi kebakaran lahan yang besar di Indonesia terutama di areal gambut. Efek dari
kebakaran itu dapet mengurangi hutan tropis di Indonesia yang seharusnya menjadi paru paru
dunia untuk membantu mengurangi efek rumah kaca yang menjadi persoalan serius
Dunia.Pada musim kemarau ini sering kita menemukan berita di televise kalau terjadi
kebakaran di beberapa daerah bahkan di daerah tertentu asap dari kebakaran sudah
menganggu penerbangan pesawat dan ideks udara sudah pada tingkat berbahaya yang
mengakibatkan terganggunya jarak pandang dan pernapasan manusia.
BMKG memperkirakan kalau kemarau panjang berakhir Awal Desember 2012 atau
pertengahan akhir Oktober 2012. Prediksi secara umum atau nasional itu didasarkan oleh
beberapa kriteria antara lain Sebagai akibat dari dampak anomali cuaca, yakni El Nino
lemah serta terjadinya pendinginan suhu muka laut di wilayah Indonesia. Akibat anomali
tersebut, di zona musim Indonesia, terutama di pulau Jawa, akan terasa kurang hujan sampai
dengan Januari 2013. El Nino lemah sejak bulan Agustus 2012, sehingga mengurangi
pasokan uap air dari Samudra Pasifik di Timur Indonesia. Suhu muka laut di sekitar
Indonesia mendingin, sehingga mengurangi potensi penguapan uap air. Keadaan ini akan
mengakibatkan keterlambatan awal musim hujan 10-30 hari dibandingkan dengan kondisi
normal. Curah hujan pun akan menjadi lebih rendah dari normalnya. Mundurnya awal musim
hujan 2012 akan mencapai 10 hari sampai dengan sebulan. Sebagian besar daerah memasuki
musim hujan di bulan Oktober. Wilayah yang paling akhir memasuki msuim hujan yaitu
Maluku, yaitu Mei 2013. Tidak pasrah dengan musibah ini, pemerintah juga sudah bergerak
mengantisipasi dan melakukan beragam langkah untuk meminimalisir penderitaan akibat
kemarau panjang ini, diantaranya pemerintah pusat yang diwakili oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana telah menyelesaikan rencana aksi terpadu menghadapi kekeringan
2012, dengan total biayaRp 60 miliar yang disediakan untuk penanggulangan bencana
kekeringan. Diantaranya membuat hujan buatan untuk daerah yang dilanda kekeringan yang
tujuannya mempercepat proses hujan alami.5
5 http://www.pantonanews.com/2347-beragam-dampak-musim-kemarau, tanggal akses 6 Desember 2012
Page 9
2. Musim Hujan
Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya
sangat tinggi baik menurut waktu maupun tempat, sehingga kajian tentang iklim lebih banyak
diarahkan pada hujan. Hujan adalah salah satu bentuk dari presipitasi, menurut Lakitan
(2002) presipitasi adalah proses jatuhnya butiran air atau kristal es ke permukaan bumi.
Tjasyono (2004) mendefinisikan presipitasi sebagai bentuk air cair dan padat (es) yang jatuh
ke permukaan bumi dimana kabut, embun dan embun beku bukan merupakan bagian dari
presipitasi (frost) walaupun berperan dalam alih kebasahan (moisture)6.
Jumlah curah hujan dicatat dalam inci atau milimeter (1 inci = 25,4 mm). Jumlah
curah hujan 1 mm, menunjukkan tinggi air hujan yang menutupi permukaan bumi 1 mm, jika
air tersebut tidak meresap ke dalam tanah atau menguap ke atmosfer (Tjasyono, 2004).
Menurut Arsyad (1989) Tinggi curah hujan diasumsikan sama disekitar tempat penakaran,
luasan yang tercakup oleh sebuah penakar curah hujan tergantung pada homogenitas
daerahnya maupun kondisi cuaca lainnya.
Musim hujan di Indonesia terjadi pada bulan Oktober sampai April. Musim hujan di
Indonensia disebabkan oleh hembusan Angin Muson Barat yang bertiup dari Benua Asia
yang bertekanan maksimum ke Benua Australia yeng bertekanan minimum. Angin Muson
Barat ini banyak membawa uap air, sehingga di sebagian besar wilayah Indonesia mengalami
musim hujan. Alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan adalah fluviometer atau
penakar hujan. Menurut jenisnya tipe hujan terdiri dari lima macam, yaitu sebagai berikut1.
a. Hujan Siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik disertai dengan
angin berputar.
b. Hujan Zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator, akibat
pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian angin
tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator yang berakibat
awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.
c. Hujan Orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air yang
bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara menjadi dingin
sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.
d. Hujan Frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu dengan
massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut bidang front.
6 http://mbojo.wordpress.com/2007/07/24/hujan/, tanggal akses 10 Desember 2012
Page 10
Karena lebih berat massa udara dingin lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front
inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan frontal.
e. Hujan Muson, yaitu hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin Muson). Penyebab
terjadinya Angin Muson adalah karena adanya pergerakan semu tahunan Matahari antara
Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia, secara teoritis hujan muson
terjadi bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi bulan Mei
sampai Agustus.
Secara klimatologis pola hujan di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga yaitu
pola monson, pola ekuatorial dan pola lokal. Pola Monson dicirikan oleh bentuk pola hujan
yang bersifat unimodal (satu puncak musim hujan yaitu sekitar bulan Desember). Secara
umum musim kemarau berlangsung dari bulan April sampai Bulan September dan musim
hujan dari Bulan Oktober sampai bulan Maret (Beor, 2003). De Boer (1947) dalam Daryono
(2002) mengatakan bahwa apabilan curah hujan di suatu daerah ³150 mm/bulan maka daerah
tersebut telah memasuki musim hujan, begitupun sebaliknya bila curah hujan <150 mm/bulan
maka daerah tersebut telah memasuki musim kemarau. Pola ekuatorial dicirikan oleh pola
hujan dengan bentukbimodal (dua puncak hujan) yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret
dan Oktober yaitu pada saat matahari berada dekat ekuator. Pola lokal dicirikan oleh bentuk
pola hujan unimodal (satu puncak hujan) tapi bentuknya berlawanan dengan pola hujan
pada tipe moonson (Effendi, 2001). daerah pembagian hujan secara klimatologis dapat di
lihat di gambar dibawah7.
Indonesia merupakan negara yang dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh
dua samudra dan dua benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah
pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi
zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat
mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari
23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya
aktivitas moonson yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman hujan. Pengaruh
lokal terhadap keragaman hujan juga tidak dapat diabaikan, karena Indonesia merupakan
negara kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan
lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman
7 http://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/tata-laksana/pergantian-musim, tanggal akses 15
Desember 2012
Page 11
hujan di Indonesia ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung
secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas
atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun (Boer, 2003).
Fenomena El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim.
Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk
beberapa daerah di Indonesia. Menurut penelitia Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
seperti yang diungkapkan oleh Irianto (2003) bahwa dampak dari fenomena El-Nino
menyebabkan penurunan jumlah curah hujan musim hujan, musim kemarau, awal musim
kemarau lebih cepat dan awal musim hujan lebih lambat. Irianto, dkk (2000) juga
mengungkapkan bahwa pada saat fenomena El-Nino terjadi, curah hujan untuk wilayah Pulau
Jawa dan Nusa Tenggara mengalami penurunan jumlah hujan yang mencapai 60% dari rata-
rata curah hujan normal.
Berbeda dengan El-Nino, pada saat fenomena La-Nina berlangsung menurut Effendy
(2001) akan meningkatkan jumlah curah hujan tahunan sekitar 50 mm dari curah hujan rata-
rata normal, dimana saat bulan Desember, Januari dan Februari curah hujan meningkat sangat
nyata. Irianto, dkk (2000) mengatakan bahwa pada saat fenomena La-Nina terjadi di Pulau
Jawa curah hujan meningkat sampai 140%, sedangkan di Pulau Sumatra dan Kalimantan
peningkatannya mencapai 120%. Boer (2003) juga mengatakan bahwa La-Nina berpengaruh
nyata terhadap peningkatan jumlah curah hujan pada musim kemarau dari pada jumlah hujan
pada saat musim hujan. Pengaruh fenomena El-Nino terhadap hujan di Indonesia sangat
beragam. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan moonson, lemah pada
daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal
(Tjasyono, 1997 dalam Irianto, dkk., 2000).
2.2 Banjir Serta Siklus Terjadinya Banjir
A. Pengertian Banjir
Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak
dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air
di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut.
Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian
dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan Bumi yang bergerak ke laut. Dalam
siklus hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan Bumi
dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah.
Page 12
Aliran Permukaan = Curah Hujan – (Resapan ke dalam tanah + Penguapan ke udara)
Air hujan sampai di permukaan Bumi dan mengalir di permukaan Bumi, bergerak
menuju ke laut dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah
yang tertinggi di suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan
berakhir di tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut.
Secara sederhana, segmen aliran sungai itu dapat kita bedakan menjadi daerah hulu, tengah
dan hilir.
1. Daerah hulu
Terdapat di daerah pegunungan, gunung atau perbukitan. Lembah sungai sempit dan
potongan melintangnya berbentuk huruf “V”. Di dalam alur sungai banyak batu yang
berukuran besar (bongkah) dari runtuhan tebing, dan aliran air sungai mengalir di sela-sela
batu-batu tersebut. Air sungai relatif sedikit. Tebing sungai sangat tinggi. Terjadi erosi
pada arah vertikal yang dominan oleh aliran air sungai.
2. Daerah tengah
Umumnya merupakan daerah kaki pegunungan, kaki gunung atau kaki bukit. Alur
sungai melebar dan potongan melintangnya berbentuk huruf “U”. Tebing sungai tinggi.
Terjadi erosi pada arah horizontal, mengerosi batuan induk. Dasar alur sungai melebar,
dan di dasar alur sungai terdapat endapan sungai yang berukuran butir kasar. Bila debit air
meningkat, aliran air dapat naik dan menutupi endapan sungai yang di dalam alur, tetapi
air sungai tidak melewati tebing sungai dan keluar dari alur sungai.
3. Daerah hilir
Umumnya merupakan daerah dataran. Alur sungai lebar dan bisa sangat lebar dengan
tebing sungai yang relatif sangat rendah dibandingkan lebar alur. Alur sungai dapat
berkelok-kelok seperti huruf “S” yang dikenal sebagai “meander”. Di kiri dan kanan alur
terdapat dataran yang secara teratur akan tergenang oleh air sungai yang meluap, sehingga
dikenal sebagai “dataran banjir”. Di segmen ini terjadi pengendapan di kiri dan kanan alur
sungai pada saat banjir yang menghasilkan dataran banjir. Terjadi erosi horizontal yang
mengerosi endapan sungai itu sendiri yang diendapkan sebelumnya.
Dari karakter segmen-segmen aliran sungai itu, maka dapat dikatakan bahwa :
1. Banjir merupakan bagian proses pembentukan daratan oleh aliran sungai. Dengan banjir,
sedimen diendapkan di atas daratan. Bila muatan sedimen sangat banyak, maka
Page 13
pembentukan daratan juga terjadi di laut di depan muara sungai yang dikenal sebagai
“delta sungai.”
2. Banjir yang meluas hanya terjadi di daerah hilir dari suatu aliran dan melanda dataran di
kiri dan kanan aliran sungai. Di daerah tengah, banjir hanya terjadi di dalam alur sungai.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa banjir adalah peristiwa yang terjadi
ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai,
ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai.
B. Macam-Macam Banjir
Terdapat berbagai macam banjir yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya8:
1. Banjir air
Banjir yang satu ini adalah banjir yang sudah umum. Penyebab banjir ini adalah
meluapnya air sungai, danau, atau selokan sehingga air akan meluber lalu menggenangi
daratan. Umumnya banjir seperti ini disebabkan oleh hujan yang turun terus-menerus
sehingga sungai atau danau tidak mampu lagi menampung air.
2. Banjir “Cileunang”
Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air. Namun banjir cileunang ini
disebakan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air yang sangat banyak. Banjir
akhirnya terjadi karena air-air hujan yang melimpah ini tidak bisa segera mengalir melalui
saluran atau selokan di sekitar rumah warga. Jika banjir air dapat terjadi dalam waktu yang
cukup lama, maka banjir cileunang adalah banjir dadakan (langsung terjadi saat hujan
tiba).
3. Banjir Bandang
Tidak hanya banjir dengan materi air, tetapi banjir yang satu ini juga mengangkut material
air berupa lumpur. Banjir seperti ini jelas lebih berbahaya daripada banjir air karena
seseorang tidak akan mampu berenang ditengah-tengah banjir seperti ini untuk
menyelamatkan diri. Banjir bandang mampu menghanyutkan apapun, karena itu daya
rusaknya sangat tinggi. Banjir ini biasa terjadi di area dekat pegunungan, dimana tanah
pegunungan seolah longsor karena air hujan lalu ikut terbawa air ke daratan yang lebih
rendah. Biasanya banjir bandang ini akan menghanyutkan sejumlah pohon-pohon hutan
8 http://ertizaaulialghani.blogspot.com/2011/10/pengertian-penyebab-dampak-dan-cara.html, tanggal akses 8
Desember 2012
Page 14
atau batu-batu berukuran besar. Material-material ini tentu dapat merusak pemukiman
warga yang berada di wilayah sekitar pegunungan.
4. Banjir Rob (laut pasang)
Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut. Banjir seperti ini kerap
melanda kota Muara Baru di Jakarta. Air laut yang pasang ini umumnya akan menahan air
sungan yang sudah menumpuk, akhirnya mampu menjebol tanggul dan menggenangi
daratan.
5. Banjir Lahar Dingin
Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin. Banjir jenis ini biasanya
hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi. Erupsi ini kemudian mengeluarkan lahar dingin
dari puncak gunung dan mengalir ke daratan yang ada di bawahnya. Lahar dingin ini
mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap dan dapat
meluber ke pemukiman warga.
6. Banjir Lumpur
Banjir lumpur ini identik dengan peristiwa banjir Lapindo di daerah Sidoarjo. Banjir ini
mirip banjir bandang, tetapi lebih disebabkan oleh keluarnya lumpur dari dalam bumi dan
menggenangi daratan. Lumpur yang keluar dari dalam bumi bukan merupakan lumpur
biasa, tetapi juga mengandung bahan dan gas kimia tertentu yang berbahaya. Sampai saat
ini, peristiwa banjir lumpur panas di Sidoarjo belum dapat diatasi dengan baik, malah
semakin banyak titik-titik semburan baru di sekitar titik semburan lumpur utama.
C. Banjir-Banjir Besar di Jakarta
Definisi banjir dalam pembahasan ini adalah banjir besar yang hampir melumpuhkan
kota Jakarta seperti terjadi pada minggu pertama Februari 2007, yang merupakan ulangan
kejadian pada bulan yang sama tahun 1996, dan 2002.
Menarik mencermati adanya kecenderungan periode 5-6 tahun pada peristiwa banjir
besar Jakarta (1996, 2002, 2007). Apabila diamati, terdapat kesamaan pola pada
hadirnya cold surge, yaitu massa udara dingin yang terbawa oleh sirkulasi angin utara-
selatan (meredional) akibat gangguan tekanan tinggi(high pressure disturbance) di daerah
Siberia, melewati ekuator di Selat Karimata, dan mencapai laut dan pesisir utara Jawa dengan
kecepatan yang konsisten, lebih dari 10 meter/detik (m/det) dan berlangsung selama 12-24
hari.
Selain faktor hadirnya cold surge, banjir Jakarta 1996, 2002, dan 2007 memiliki
korelasi dengan gangguan atmosfer dalam bentuk osilasi gelombang Maden-Julian
Page 15
Oscillation (MJO) yang memiliki periode 30-50 hari dan kondisi iklim regional El Nino/La
Nina Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) dari Samudra Pasifik dan
Samudra Hindia.
Banjir Februari 1996 terjadi pada saat kondisi iklim regional mengalami La Nina
lemah bersamaan dengan datangnya fase aktif MJO. Banjir Februari 2002 terjadi pada saat
kondisi iklim regional normal dan juga fase aktif MJO. Banjir Februari 2007 terjadi saat
kondisi iklim regional El Nino di Samudra Pasifik dan IOD di Samudra Hindia baru saja
meluruh, tetapi MJO pada fase tidak aktif.
MJO menjadi faktor dominan kedua selain cold surge yang menyebabkan banjir
Jakarta 1996 dan 2002. Fenomena MJO terkait langsung dengan pembentukan kolam panas
di Samudra Hindia bagian timur dan Samudra Pasifik di bagian barat sehingga pergerakan
MJO ke arah timur bersama angin baratan(westerly wind) sepanjang ekuator selalu diikuti
dengan konveksi awan kumulus tebal.
Awan konvektif ini menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi sepanjang
penjalarannya yang menempuh jarak 100 kilometer dalam sehari di Samudra Hindia dan 500
kilometer per hari ketika berada di Indonesia. Selain meningkatkan curah hujan, terutama
ketika kondisi iklim regional mengalami La Nina seperti saat ini, MJO juga menyebabkan
munculnya siklon tropis dan gangguan instabilitas atmosfer, seperti depresi atau tekanan
rendah (Malonet dan Hartmann, 2001).
Hal ini dapat dilihat pada akhir Desember 2007, ketika MJO dalam fase matang.
Intensitas curah hujan tinggi dan dalam waktu cukup lama (torrential rains) terjadi di laut dan
pantai utara Jawa menyebabkan wilayah Jawa Tengah mengalami longsor akibat hujan deras
yang terus-terusan mengguyur yang menimbulkan korban jiwa dan menyebabkan instabilitas
atmosfer di perairan selatan Bali (Kompas,26 Desember 2007).
Selain itu, siklon tropis Melanie terbentuk di perairan barat laut Australia pada 30
Desember 2007 dan beberapa hari kemudian siklon tropis Helen muncul di perairan utara
Australia (sekitar Darwin) pada 4 Januari 2008. Wilayah Jakarta beruntung terhindar dari
curah hujan dengan intensitas tinggi saat berlangsungnya fase matang MJO tersebut.
Instabilitas atmosfer hanya terjadi di perairan selatan Jawa dalam bentuk depresi (tekanan
rendah) pada 1 Januari 2008 akibat pergerakan siklon tropis Melanie. Kondisi tak kondusif
terjadinya banjir besar di Jakarta disebabkan tak hadirnya faktor cold surge saat itu.
Menarik saat mencermati banjir Jakarta Februari 2007 yang terjadi saat MJO tidak
aktif. Kondisi iklim regional IOD yang meluruh di Samudra Hindia bagian timur dianalisis
Page 16
sebagai faktor kondusif meningkatnya intensitas curah hujan harian secara lokal di wilayah
Jakarta dan sekitarnya.
Cold surge yang membawa uap air hangat dari Laut China Selatan dan Selat Karimata
mencapai wilayah Jakarta menyebabkan konvergensi angin (datang dari arah barat daya)
bertekanan rendah di permukaan (0-3 km) yang secara intensif dan berlangsung cukup lama
sejak akhir Januari sampai minggu pertama Februari 2007. Sebaliknya di lapisan menengah
(lebih dari 3 kilometer) berembus angin tenggara yang berlawanan dengan arah angin di
lapisan bawahnya dan membawa massa udara kering akibat proses depresi di Samudra Hindia
bagian timur pada saat meluruhnya IOD.
Hal tersebut menyebabkan gaya gesekan angin secara menegak (wind vertical
shear) yang besar di permukaan dan menjadi kondisi sangat kondusif untuk intensifikasi
pembentukan awan kumulus dalam waktu lama dan berulang dalam sehari (Rotunno
dkk,1988)
Kondisi ini dapat dilihat saat cold surge hadir dalam waktu cukup lama (12 hari) pada
kasus banjir Jakarta 2007 dan meningkatkan durasi curah hujan harian di wilayah Jakarta dan
sekitarnya dengan pola hujan yang terjadi sepanjang malam (pukul.20.00-22.00) selama 4-5
jam, berhenti sebentar pada dini hari, dan hujan lagi pada pagi hari (Pk.08.00-10.00) selama
3-4 jam. Bahkan pada kondisi cold surge memiliki kecepatan maksimum (15 m/det) yang
terjadi pada 31 Januari hingga 1 Februari 2007, hujan pada malam hari terus berlangsung
sampai pagi, 8-9 jam.
Dari uraian di atas tampak paling tidak ada 3 faktor dominan yang menyebabkan
banjir Jakarta 1996, 2002, dan 2007, yaitu kehadiran cold surgedengan kecepan angin dari
arah barat daya lebih besar 10 m/det dan berlangsung dalam waktu cukup lama (12-24
harian); fase aktif osilasi gelombang MJO dalam periode 30-50 harian; dan kondisi lokal
adanya massa udara kering pada lapisan menengah (lebih dari 3 km) yang menyebabkan
meningkatnya instabilitas angin secara menegak dan pada gilirannya menjadi kondisi
kondusif pembentukan awan kumulus melalui proses konveksi pada saat cold surge berada di
lapisan permukaan (0-3 km).
Menimbang skematis uraian ketiga faktor tersebut, dewasa ini curah hujan tidak dapat
diprediksi secara akurat akibat pemanasan global yang menyebabkan iklim menjadi tidak
menentu.
D. Penyebab Terjadinya Banjir
Page 17
Banjir merupakan peristiwa yang akrab bagi kota-kota di Pantai Utara Jawa termasuk
kota Jakarta. Jakarta yang dibangun oleh Jan Pieters Z. Coen di awal abad ke 17 dengan
konsep kota air (waterfront city) merupakan kota yang sangat akrab dengan permasalahan
banjir sejak wal pendiriannya.
Pada waktu didirikan di tahun 1619 pada lokasi kota pelabuhan Sunda Kelapa,
Batavia dirancang dengan kanal-kanal seperti kota Amsterdam dan kota-kota lain di Belanda.
Secara historis semenanjung dan Teluk Jakarta memang rawan banjir akibat peningkatan
debit air sungai-sungai Cisadane, Angke, Ciliwung dan Bekasi pada musim hujan. Tetapi saat
itu desain ini gagal diterapkan karena tingginya sedimentasi dan rendahnya pemeliharaan
saluran dan kanal.
Berbagai faktor penyebab memburuknya kondisi banjir Jakarta saat itu ialah
pertumbuhan permukiman yang tak terkendali disepanjang bantaran sungai, sedimentasi berat
serta tidak berfungsinya kanal-kanal dan sistem drainase yang memadai. Hal ini
mengakibatkan Jakarta terutama di bantaran sungai menjadi sangat rentan terhadap banjir.
Berdasarkan dokumentasi, Kota Jakarta dilanda banjir besar pada tahun 1621, 1654, dan
1918. Selanjutnya banjir besar juga terjadi pada tahun 1976, 1996, 2002, dan 2007. Banjir
Jakarta pada tahun 1996 terjadi pada seluruh penjuru kota serta menjadi tragedi nasional yang
menjadi pusat perhatian. Pada tahun 2002 dan 2007, banjir kembali melanda Jakarta dan
sekitarnya dengan dampak yang lebih luas dan parah.
Banjir besar Jakarta tahun 1997 rupanya bukan hanya menciptakan tragedi nasional
yang tetapi juga menarik perhatian seluruh dunia. Banjir tersebut dilaporkan menggenangi 4
Kelurahan, 745 rumah, serta mengakibatkan 2.640 orang harus mengungsi. Banjir tsb
dilaporkan mencapai rata – rata tinggi 80 cm. Pada Tahun 2002 dan 2007 dilaporkan Banjir
Jakarta memburuk dengan penambahan luas genangan banjir dan dampak keuangan yang
lebih besar. Banjir besar tahun 2002 dilaporkan menggenangi Jakarta, Tangerang dan Bekasi.
Banjir tsb dilaporkan membunuh 2 orang dan 40.000 orang pengungsi. Sementara banjir pada
2 – 4 Februari 2007 mempengaruhi 60% dari wilayah Jakarta, yang menyebabkan Jakarta di
bawah tanda merah panggung dan menggusur 150.000 orang. Hal ini menunjukkan bahwa
dampak banjir memburuk setiap tahun karena faktor-faktor dibawah ini antara lain:
1. Meluapnya Sungai
Sungai-sungai yang membelah Jakarta sudah tidak lagi berfungsi maksimal dalam
menampung air. Selain karena pendangkalan dan rumah-rumah penduduk yang menyemut
di sepanjang pinggirannya, juga karena sungai-sungai ini penuh dengan sampah. Berbagai
Page 18
jenis sampah dapat ditemukan di badan sungai. Di beberapa tempat, tumpukan sampah itu
begitu banyak sehingga menjadi sebuah daratan yang dapat diinjak manusia.
2. Muara
Biasanya diakibatkan oleh penggabungan pasang laut yang diakibatkan angin badai. Banjir
badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropismasuk dalam kategori ini.
3. Pantai
Diakibatkan badai laut besar atau bencana lain seperti tsunami atau hurikan). Banjir
badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropismasuk dalam kategori ini.
4. Peristiwa Alam
Diakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti jebolnya bendungan atau bencana lain
seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi.
5. Manusia
Kerusakan akibat aktivitas manusia, baik disengaja atau tidak merusak keseimbangan alam
6. Lumpur
Banjir lumpur terjadi melalui penumpukan endapan di tanah pertanian. Sedimen kemudian
terpisah dari endapan dan terangkut sebagai materi tetap atau penumpukan dasar sungai.
Endapan lumpur mudah diketahui ketika mulai mencapai daerah berpenghuni. Banjir
lumpur adalah proses lembah bukit, dan tidak sama dengan aliran lumpur yang
diakibatkan pergerakan massal.
7. Lainnya
Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air (misalnya akibat hujan) dan
tidak dapat terserap dengan cepat (orientasi lemah atau penguapan rendah).
Rangkaian badai yang bergerak ke daerah yang sama.
Curah hujan dalam jangka waktu panjang
Erosi tanah menyisakan batuan, hingga tidak ada resapan air.
Buruknya penanganan sampah, hingga sumber saluran-saluran air tersumbat.
Pembangunan tempat permukiman dimana tanah kosong diubah menjadi jalan /
tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada.
Keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal, hingga tidak menyerap air.
Pembabatan hutan secara liar (Illegal logging).
Di daerah bebatuan daya serap air sangat kurang, mengakibatkan banjir kiriman atau
banjir bandang.
Page 19
E. Dampak yang Ditimbulkan Oleh Banjir
1. Primer
Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil,
bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dankanal.
2. Sekunder
Persediaan air – Kontaminasi air. Air minum bersih mulai langka.
Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air.
Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh
kegagalan panen. Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan
sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah setempat.
Pepohonan - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.
Transportasi - Jalur transportasi rusak, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada
orang-orang yang membutuhkan.
3. Dampak tersier/jangka panjang
Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena kerusakan pemukiman yang terjadi akibat banjir;
dalam sector pariwisata, menurunnya minat wiasatawan; biaya pembangunan kembali;
kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga, dan lain-lain. Dari berbagai dampak
negatif yang ditimbulkan, ternyata banjir (banjir air skala kecil) juga dapat membawa banyak
keuntungan, seperti mengisi kembali air tanah, menyuburkan serta memberikan nutrisi
kepada tanah. Air banjir menyediakan air yang cukup di kawasan kering dan semi-kering
yang curah hujannya tidak menentu sepanjang tahun. Air banjir tawar memainkan peran
penting dalam menyeimbangkan ekosistem di koridor sungai dan merupakan faktor utama
dalam penyeimbangan keragaman makhluk hidup di dataran. Banjir menambahkan banyak
nutrisi untuk danau dan sungai yang semakin memajukan industri perikanan pada tahun-
tahun mendatang, selain itu juga karena kecocokan dataran banjir untuk pengembangbiakan
ikan (sedikit predasi dan banyak nutrisi).
F. Penyakit yang Timbul Pasca Banjir
Banjir yang mengenangi Jakarta dan sekitarnya juga menebarkan kekhawatiran
munculnya penyakit Leptospirosis. Leptospirosis yang juga dikenal sebagai demam banjir ini
bisa menginfeksi manusia melalui kontak dengan air atau tanah masuk kedalam tubuh
melalui selaput lendir mata atau luka lecet. Leptospirosis perlu diwaspadai pasca banjir ini.
Terlebih lagi bakteri Leptospira ini bisa bertahan didalam air selama 28 hari. Gejala klinis
Page 20
penyakit ini pada stadium pertama adanya demam tinggi, sakit kepala, lemas dan adanya
radang mata. Dan pada stadium lanjut bisa berakibat fatal akan muncul gejala penyakit
kuning dan dapat menyerang ginjal, hati dan paru-paru yang berakhir pada kematian. Kuman
Leptospira yang mampu bertahan sebulan di air dan tanah mudah mati bila menggunakan
disenfektan. Leptospirosis yang mulai muncul pada banjir besar di Ibukota tahun 2002 lalu
cukup besar memakan korban jiwa yaitu dari 44 kasus 14 orang diantaranya meninggal
dunia.
G. Upaya Pencegahan banjir dengan Pembuatan Lubang Biopori
Salah satu solusi alternatif meminimalkan dampak banjir yang bisa dilakukan adalah
dengan teknologi lubang serapan biopori atau mulsa vertikal. Dampaknya luar biasa untuk
menyelamatkan lingkungan khususnya menjaga ketersediaan air tanah dan meminimalkan
dampak banjir.
Efeknya cukup banyak, terlebih masyarakat telah merasakan manfaatnya. Seperti
berkurangnya genangan air di wilayah atau rumah mereka. Meminimalisir sampah organik
yang terbuang atau keluari dar rumah, serta dalam waktu jangka panjangnya adalah
meresapnya air ke tanah sebagai cadangan air tanah. Efek lainnya turut berpartisipasi dan
antisipasi pada pemanasan global.
Teknologi ini pada prinsipnya menahan air hujan untuk tidak langsung mengalir ke
daerah yang lebih rendah, tetapi membiarkannya terserap ke dalam tanah melalui lubang
resapan tersebut. Dinamakan teknologi biopori, karena mengandalkan jasa hewan-hewan
tanah seperti cacing dan rayap untuk membentuk pori-pori alami dalam tanah dengan bantuan
sampah organik sehingga air bisa terserap, sehingga memperbaiki struktur tanah. Ini bisa
mengantisipasi banjir dan berperan dalam siklus air tanah di lingkungan.
Membuat lubang resapan biopori di sekitar rumah dapat membuat tanaman di
sekitarnya menjadi lebih subur dan tidak mudah mati. Manfaat yang didapatkan jika
mengaplikasikan hal tersebut, yakni mempunyai ketersediaan air tanah yang cukup untuk
kebutuhan sehari-hari. Selain itu, lubang tersebut dapat mencegah banjir karena
meningkatkan daya resapan air. Fungsi lainya adalah mengubah sampah organik menjadi
kompos dan memanfaatkan fauna tanah dan akar tanaman. Ini upaya yang menurut penulis
paling cocok diterapkan di ibukota dalam upaya pencegahan banjir jika penanggulangan yang
lain tidak dapat dilakukan seperti memperbaiki tata letak kota, mengupayakan untuk
membuang sampah pada tempatnya, tidak membuang sampah ke sungai, membuat taman-
Page 21
taman kota yang berfungsi sebagai lahan resapan air dan menjaga kelestarian banjir kanal
timur dan kanal barat yang sudah jadi.
H. Upaya Penanggulangan Bencana Banjir
Terjadinya serangkaian banjir dalam waktu yang relatif pendek dan terulang tiap
tahun menuntut upaya lebih besar mengantisipasinya, sehingga kerugian dapat diminimalkan.
Berbagai upaya pemerintah yang bersifat struktural (structural approach), ternyata belum
sepenuhnya mampu menanggulangi masalah banjir di Indonesia. Penanggulangan banjir,
selama ini lebih terfokus pada penyediaan bangunan fisik pengendalian banjir untuk
mengurangi dampak bencana. Selain itu, meskipun kebijkan non fisik yang umunya
mencangkup partisipasi masyarakat dalam penanggulangan banjir sudah dibuat, namun
belum diimplemesntasikan secara baik, bahkan tidak sesuai kebutuhan masyarakat, sehingga
efektifitasnya dipertanyakan. Kebijakan sektoral, sentralistik, dan top-down tanpa melibatkan
masyarakat yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan global yang menuntut
desentralisasi, demokrasi, dan partisipasi stakeholder, terutama masyarakat yang terkena
bencana. Pertanyaannya adalah siapa yang disebut masyrakat? Seberapa jauh masyarakat
dapat berpartisipasi? Dan pada tahapan mana masyarakat dapat berpartisipasi?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, harus menjadi pertimbangan dalam
merumuskan dan melaksanakan kebijkan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan
banjir. Kekeliruan perumusan kebijakan tersebut menyebabkan berbagai kepentingan
individu atau kelomok lebih dominan, kemudian kebijakan yang ditetapkan tidak efektif
bahkan batal. Dengan demikian penanggulangan banjir yang hanya melalui pembangunan
fisik (structural approach), harus disinergikan dengan pembangunan non fisik (non-structural
approach), yang menyediakan ruang lebih luas bagi munculnya partisipasi masyarakat,
sehingga hasilnya lebih optimal.
Dari penjelasan di atas, maka kebijakan penanggulangan banjir yang bersifat fisik
harus diimbangi dengan langkah-langkah non-fisik, sehingga peran masyarakat dan
stakeholder lainnya diberi tempat yang sesuai. Agar penanggulangan banjir lebih integratif
dan efektif, diperlukan tidak hanya koordinasi ditingkat pelaksanaan, tetapi juga di tingkat
perencanaan kebijakan, termasuk partisipasi masyarakat dan stakeholder lainnya. Atas
petimbangan tersebut, sebagai instituisi yang ditugaskan mengkoordinasikan perencanaan
pembangunan, Bappenas mengkaji kebijakan penanggulangan banjir yang komprehensif di
sektor dan wilayah, dengan penekanan pada partisipasi masyarakat dalam penanggulangan
banjir.
Page 22
2.3 Analisis SWOT untuk Perencanaan Pemecahan Masalah Krisis Ketersediaan Air
Bersih di Indonesia
Dalam perencanaan pemecahan masalah atau minimal mitigasi bencana krisis
ketersediaan air bersih, diperlukan perencanaan dan strategi yang efektif dan efesien sesuai
dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia. Untuk merencanakan pencapaian tujuan,
dalam konteks sumber daya air tersebut, terlebih dahulu harus dilakukan analisis situasi
internal dan eksternal serta faktor-faktor strategis atau yang lebih dikenal dengan analisis
strengths, weaknesses, opportunities, dan threats (SWOT).
Berikut adalah diagram analisis SWOT untuk perencanaan dan strategi pemecahan
masalah ketersediaan air Indonesia :
Strength
Pusat perekonomian negara
Pusat pemrintahan negara
Weaknesses
Penanggulangan selalu terlambat
(Pemprov)
Pencegahan yang kurang efektif
Kurangnya kesadaran masyarakat
Jumlah penduduk yang padat
Opportunities
Penerapan teknologi biopori
Penghijaun kembali taman kota
Pemanfaatan proyek banjir kanal
Threats
Wabah penyakit
Semakin maraknya pembangunan
properti di daerah jakarta dan
sekitarnya
Kerusakan infrastruktur
2.3.1 Penjelasan Singkat Tabel Analisis SWOT
1. Strengths
Pusat perekonomian negara, Jakarta sebagai pusat perekonomian negara, ada yang
menyebutkan bahwa Jakarta merupkan kota yang peredaran uangnya tersebar dan
tercepat di Indonesia, hal ini yang menjadi kekuatan bagi kota Jakarta.
Page 23
Pusat pemerintahan negara, Jakarta juga sebagai pusat pemerintah negara Indonesia
ini juga seharusnya menjadi kekuatan bagi kota Jakarta untuk lebih menata kota
Jakarta sedemikian rupa sehingga tidak terjadi bencana besar yang sering menimpa
rutin setiap tahun.
2. Weakness
Penanggulangan Pemprov yang selalu terlambat. Pemerrintah DKI Jakarta dirasa
lambat dalam hal penanganan bencana banjir, dari banjir-banjir yang terjadi masih
saja ada korban tewas dalam bencana tersebut.
Pencegahan yang kurang efektif. Ada istilah “mencegah lebih baik daripada
mengobati” namun nampaknya kalimat tersebut tidak berlaku bagi Pemerintah DKI
Jakarta dan bagi masyarkatnya, pencegahan atau upaya prepentiv seharusnya
dilakukan sehingga tidak terjadi banjir atau minimal ketika banjir datang mereka
sudah siap mengatasinya.
Kurangnya kesadaran masyrakat. Ini menjadi masalah utama, kesadaran masyarkat
yang begitu rendah untuk membuang sampah pada tempatnya, tidak membuang
smapah ke bantaran sungai dan tidak mendirikan bangunan-bangunan liar dikawasan
bantaran sungai.
Jumlah penduduk yang padat. Jakarta dikenal dengan jumlah penduduk yang padat,
mereka biasanya berasal dari daerah yang datang untuk mengadu nasib di Jakarta
namun kedatangan mereka ternyata hanya menimbulkan masalah kependudukan bagi
Jakarta, semakin padatnya penduduk berarti semakin banyak pula lahan yang
dibutuhkan untuk tempat tinggal, dengan begitu banyak lahan-lahan yang dijadikan
perumahan-perumahan warga sehingga berkurangnya daerah resapan air di jakarta.
3. Opportunities
Penerapan teknologi biopori. Penerapan teknologi ini merupakan salah satu alternatif
dari upaya pencegahan banjir di Jakarta hal ini dikarenakan pembuatan lubang biopori
dirasa sangat sederhana dan mudah namun selain itu memilki manfaat yang besar
untuk pencegahan banjir, setiap rumah di Jakarta seharusnya memilki minimal 5
lubang biopori. Hal ini seharusnya mulai diterapkan dan menjadi agenda wajib bagi
warga Jakarta serta adanya sosialisasi dari Pemerintah untuk melaksanakan hal
tersebut.
Page 24
Penghijauan kembali taman kota. Penghijauan kembali taman-taman kota bisa
dilakukan dalam upaya pencegahan banjir di Jakarta dengan banyaknya tumbuhan dan
adanya lahan tanah maka akan menambah lahan untuk penyerapan air hujan.
Pemanfaatan banjir kanal. Setelah berdirinya banjir kanal timur dan barat, setidaknya
banjir di Jakarta agak berkurang. Hal ini adalah program pemerintah yang seharusnya
kita dukung. Apalagi dalam proyek banjir kanal tersebut ada taman dan jalur sepeda
yang bisa digunakan untuk bersantai dan berolahraga. Semuanya telah diberikan oleh
pemrintah, sekarang tinggal bersama-sama menjaga kelestarian banjir kanal tersebut.
4. Threats
Wabah penyakit. Wabah penyakit merupakan ancaman yang serius pasca terjadinya
bencan banjir, wabah penyakit banyak yang menyerang warga Jakarta khususnya para
korban banjir seperti diare, demam berdarah, dan lain-lain
Semakin maraknya pembangunan properti di daerah Jakarta dan sekitar.
Pembangunan perumahan atau properti menjadi ancaman yang besar bagi warga
Jakarta. Wilayah sekitar Jakarta yang meliputi Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi
yang awalnya menjadi daerah serapan air kini di daerah tersebut banyak sekali
dibangun perumahan-perumahan sehingga tidak ada lagi daerah serapan air
Kerusakan infrastruktur. Terjadinya banjir mengakibatkan kerusakan infrastruktur
seperti jalan, sekolah-sekolah, kantor-kantor , dan lain-lain.
Page 25
BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jakarta sebagai ibukota negara yang merupakan citra negara dan barometer ekonomi,
setiap waktu harus ada peningkatan pembangunan. Akibat dari pembangunan tata ruang yang
salah banyak masyrakat yang tidak lagi memperdulikan lingkungan disekitarnya. Sehingga
banyak masyarakat yang membangun rumah di bantaran sungai dan banyak juga yang
membuang sampah sembarangan. Tidak hanya itu saja penebangan hutan yang tidak
terkontrol juga merupkan penyebab banjir di Jakarta, selain itu semakin berkurangnya daerah
resapan air di Jakarta. Banyak pembangunan gedung-guedung dan mall-mall tanpa
memperhatikan dampaknya terahadap lingkungan. Jakarta merupakan daerah yang termasuk
dataran rendah yang dikelilingi daerah dataran tinggi disekitarnya seperti Bogor. Dalam
upaya pencegahan Banjir Jakarta hal yang sederhana yang dapat dilkaukan adalah dengan
membuat lubang biopori disetiap lahan. Teknologi ini pada prinsipnya menahan air hujan
untuk tidak langsung mengalir ke daerah yang lebih rendah, tetapi membiarkannya terserap
ke dalam tanah melalui lubang resapan tersebut.
Dinamakan teknologi biopori, karena mengandalkan jasa hewan-hewan tanah seperti
cacing dan rayap untuk membentuk pori-pori alami dalam tanah, dengan bantuan sampah
organik, sehingga air bisa terserap serta memperbaiki struktur tanah. Ini bisa mengantisipasi
banjir dan berperan dalam siklus air tanah di lingkungan. Hal ini dirasa sangat sederhana dan
dapat dilakukan oleh semua masyrakat Jakarta dalam rangka upaya pencegahan banjir sampai
hari ini belum ada solusi yang jelas yang diupayakan oleh pemerintah setempat.
3.2 Implementasi
Persoalan banjir merupakan satu masalah yang serius yang dihadapi oleh masyarakt
Indonesia khususnya masyarakat yang tinggal di ibukota. Banjir jika tidak ditangani dan
diatasi dengan benar akan menimbulkan dampak yang lebih serius dan kerugian yang akan
dialami akan lebih besar. Oleh karena itu harus ada tindakan yang nyata untuk upaya
pencegahan banjir rutin tahunan yang selalu menimpa ibukota dan kota-kota besar lainnya di
Indonesia. Tindakan kecil tersebut adalah melakukan hal yang sangat sederhana seperti
membuang sampah pada tempatnya dan tidak mendirikan bangunan-bangunan liar di
Page 26
kawasan bantaran sungai serta membuat sumur-sumur resapan. secara swadaya maupun
dengan bantuan pemerintah
3.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan saran yang mungkin
dapat berguna untuh mencegah banjir di Jakarta, diantaranya:
a. Dalam Upaya mencegah ancaman banjir, warga masyarakat harus sudah mulai membuat
sumur-sumur resapan, secara swadaya maupun dengan bantuan pemerintah.
b. Pemerinta harus memindahkan warga yang tinggal di daerah dekat pinggiran sungai ke
tempat yang lebih aman dari ancaman banjir.
c. Pemerintah agar tidak berhenti memberikan peringatan keras kepada seluruh masyarakat
untuk tidak membuang sampah sembarangan dan tidak menebang hutan secara liar.
d. Mengeruk sungai/kali dan saluran air yang ada di sekitar kita, sebaiknya jangan nungguin
pemerintah yang melakukan, percuma kalau ditungguin kelamaan.
e. Membuat lubang-lubang biopori
f. Memperlebar dan merehabilitasi kali/sungai, untuk menambah kapasitas sungai dalam
menampung debit air
g. Jangan membuang sampah di sungai atau saluran air
Selain itu juga mendukung penuh usaha penanggulangan banjir yang dilakukan
pemerintah sebab usaha pemerintah tidak akan efektif tanpa kerjasama dari masyarakat. Jadi
diperlukan kerjasama yang baik antara masyarat dengan pemerintah sehingga akan
terciptanya Jakarta yang lebih baik.
Page 27
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Cetakan Ke-dua. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Irianto, Gatot., Le Istiqlal Amin, Elza Surmaini. 2000. Keragaman Iklim Sebagai Peluang
Diversifikasi. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Jakarta
http://www.aktual.co/sosial/091250pemukiman-warga-kampung-pulo-terendam-banjir, tanggal akses 25 November 2012
http://nasional.kompas.com/read/2012/10/09/13413770/Musuh.Mereka.Bernama.Genangan, tanggal akses 28 November 2012
http://nasional.kompas.com/read/2012/10/08/13231448/Kali.Baru.Meluap.Dua.RT.di.Cililitan.Banjir, tanggal akses 28 November 2012
http://www.pantonanews.com/2347-beragam-dampak-musim-kemarau, tanggal akses 6
Desember 2012
http://sayudjberbagi.wordpress.com/2010/04/29/study-literature/, tanggal akses 8 Desember
2012
http://ertizaaulialghani.blogspot.com/2011/10/pengertian-penyebab-dampak-dan-cara.html,
tanggal akses 8 Desember 2012
http://mbojo.wordpress.com/2007/04/15/cuaca-dan-iklim/, tanggal akses 10 Desember 2012
http://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/tata-laksana/pergantian-musim, tanggal akses
15 Desember 2012
Mdn. 17 Oktober 2012. Samapah Masih Menjadi Ancaman Terbesar. Kompas. hal 27
Gal. 23 Oktober 2012. Cuaca Buruk di Jabodetabek. Kompas. hal 26
Psy. 14 November 2012. Tanggul Kali Laya Cimanggis Jebol. Kompas. hal 1
Aik. 14 November 2012. Siaga Banjir dan Tanah Longsor. Kompas. hal 14
Nel. 19 November 2012. Hanyut, 2 Orang Hilang. Kompas. hal 27
NDY. 20 November 2012. Perjalanan KRL Kacau. Kompas. hal 25
NDY. 23 November 2012. Banjir Jakarta Belum Teratasi. Kompas. hal 26
Gun. 24 November 2012. Korban Banjir 11.354 Warga. Kompas. hal 1
Mdn. 25 November 2012. Akhir Tahun, Ibukota Semakin Rentan Banjir. Kompas. hal 1
Mkn. 26 November 2012. Derita Warga Tepian Kali Cipinang. Kompas. hal 23
Page 28
Win. 26 November 2012. Banjir Masih Menghantui Warga. 26 November. Kompas. hal 25
Lst. 27 November 2012. DKI Bersiaplah Hadapi Banjir. Kompas. hal 1
Gal. 27 November 2012. Fokus Pekerjaan di Tiga Kali. Kompas. hal 25
Wsn. 27 November 2012. Banjir Mengintai. Kompas. hal 27
Ttk. 2 Desember 2012. Bersiasat Hidup Merangkul Banjir. Kompas. hal 1
Wwn. 6 Desember 2012. Makam yang Tergenang. Kompas. hal 25
Page 29
LAMPIRAN
ARTIKEL 1
Musuh Mereka Bernama Genangan
Selasa, 9 Oktober 2012 JAKARTA, KOMPAS.com - Permukiman padat penduduk di RW 03 Gang Kubis II Ujung, Gandaria Utara, Kebayoran Baru, termasuk wilayah rawan banjir di Jakarta Selatan. Namun, banjir yang dimaksud bukanlah luapan kali atau banjir kiriman.
"Kalau di sini yang parah itu genangannya. Hujan satu-dua jam airnya sudah sebetis," kata Ilham, warga setempat saat ditemui Kompas.com, Selasa (9/10/2012).
Situasi tersebut seakan tak terelakkan. Letak lokasi di ledok Gandaria menjadikan wilayah di belakang Pasar Blok A itu seakan menjadi muara aliran air dari berbagai arah.
Parahnya, derasnya air yang mengaliri wilayah tersebut tidak terhubungkan dengan saluran-saluran yang mengalirkan air keluar dari wilayah padat penduduk itu. Alhasil, terjadi genangan air yang akan meninggi seiring curah hujan yang terjadi.
"Genangan sudah jadi musuh kami. Kalau sudah terjadi, kami hanya bisa menunggu kapan surutnya," ujar Ilham dengan nada pasrah.
Jejeran rumah-rumah yang rapat di ledok itu hanya terpisahkan gang-gang kecil berukuran sekitar satu meter. Bagian belakang rumah disisihkan buat got-got kecil yang mengarah ke selokan air utama yang cukup lebar.
Selokan tersebut sebenarnya cukup bersih dan terawat untuk mengalirkan air. Sayangnya, ukuran selokan-selokan utama terlalu kecil untuk mengalirkan limpahan air yang mengalir deras dari wilayah sekitar ke dataran rendah tersebut.
Masalah tersebut masih diperparah dengan mampetnya got-got di belakang pemukiman warga akibat tumpukan sampah. Jarak yang hampir tak bercelah antara bagian belakang rumah-rumah petak warga mengakibatkan perawatan got-got sempit itu sulit diharapkan.
Masalah di pemukiman tersebut belum selesai. Bagian depan rumah-rumah penduduk juga dijadikan lokasi usaha. Warung makan, dagangan sayur, kios sembako berjejer dalam jarak yang cukup berdekatan.
Perawatan kebersihan lahan sekitar lokasi usaha pun kurang menjadi perhatian warga. Akibatnya, genangan air yang terjadi di saat hujan semakin kekurangan saluran pembuangannya.
Page 30
"Biasanya kami tunggu sampai meresap ke tanah. Biasanya emang nggak lama. Tapi kalau hujannya berjam-jam seperti hari Kamis (4/10/2012) kemarin, kami tetap kesulitan juga," kata Rika, ibu rumah tangga di RT 16 RW 03 Gandaria Utara.
Kesulitan warga lainnya adalah membuat saluran WC. Lantaran menjadi wilayah resapan air, galian sedalam beberapa meter sudah mencapai titik timbul air. "Kalau dipaksakan, ya takutnya mencemari air. Kami bingung sendiri, gali di sini ada airnya, gali di sana ada airnya," lanjut Rika.
Ia menuturkan, karena kesulitan-kesulitan itulah warga terkesan apatis terhadap program-program penanganan banjir yang dikemukakan beberapa calon gubernur DKI di masa kampanye lalu. Menurut mereka, program-program yang disampaikan belum tepat sasaran atau belum sesuai dengan kondisi genangan yang dialami warga ledok Gandaria itu.
"Mereka ngomong soal penanganan banjir kiriman, penataan pinggiran kali, kebersihan kali, pembangunan waduk. Kalau di sini kan masalahnya beda. Nggak ada satu calon pun yang menyebut penanganan genangan seperti yang kami alami, termasuk Jokowi-Ahok," kata Ilham.
Ia berharap pemerintah DKI Jakarta akan memikirkan cara-cara untuk menangani genangan di wilayah pemukiman yang berada di dataran rendah atau ledok. Ilham meyakini persoalan yang sama terdapat juga di wilayah lain di Jakarta.
Penulis : Imanuel More Editor : Kistyarini
ARTIKEL 2
Pemukiman Warga Kampung Pulo Terendam BanjirSenin, 19 Nov 2012 Jakarta, Aktual.co — Hujan yang mengguyur kota Bogor dan Ibukota Jakarta sejak Minggu (18/11) kemarin, membuat debit air kian bertambah di bendungan Katulampa Kota Bogor. Hasilnya warga Kali Ciliwung khususnya Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur Senin (19/11) pun terendam air hingga 2 meter.
Banjir kiriman kali ini mengakibatkan ratusan rumah di RW 03 terendam banjir. Air yang menggenangi pemukiman tersebut, terjadi sejak pukul 10 malam. Debit air pun kian bertambah ketinggiannya apabila curah hujan di kota Bogor kian deras.
"Kalau di Bogor terus-terusan hujan ya kita bakalan kerendam," ujar Ujang salah satu warga yang ditemui di lokasi banjir.
Karena menurut Ujang, banjir di Kampung Pulo diakibatkan kiriman air dari Bogor. Selain itu kata Ujang, walau terus menjadi langganan banjir, warga Kampung Pulo akan tetap bertahan di rumahnya. "Banyak yang bertahan di rumah. Kecuali kalau banjirnya udah 10
Page 31
meter lebih baru kita ngungsi," imbuhnya. Lebih lanjut Ujang juga mengatakan, kalau warga berharap ada perhatian khusus bagi warga bantaran kali Ciliwung, yang tiap kali musim penghujan dirundung banjir.
Penulis : RafkhaEditor : Febrianto
ARTIKEL 3
Kali Baru Meluap, Dua RT di Cililitan BanjirSenin, 8 Oktober 2012
JAKARTA, KOMPAS.com - Musim penghujan di wilayah Jabodetabek mulai tiba. Hujan di wilayah Bogor membuat sungai yang mengalir di Jakarta mengalami peningkatan volume air. Salah satunya adalah Kali Baru yang melintas di permukiman kawasan Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Iwan (30), salah seorang warga mengatakan, kali yang memiliki hulu dari Sungai Cisadane, Bogor, Jawa Barat tersebut, mulai meluap pukul 05.30 WIB subuh. Air meluap di titik-titik tertentu di pintu air Cililitan yang bersebelahan dengan Jalan Raya Bogor dan Jalan Raya Condet.
"Iya, biasanya kalau di Bogor hujan deras, airnya meluap di sini. Kalau hujan justru nggak banjir," ujarnya saat ditemui Kompas.com di lokasi banjir, Senin (8/10/2012) pagi.
Akibat dari luapan volume air kali, dua RT yaitu RT 01 dan RT 02, RW 15, Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur, ikut terendam. Pasalnya dua RT tersebut berada tepat di pinggir kali yang bermuara di Kanal Banjir Timur (KBT) tersebut. Banjir juga sempat menutup jembatan yang menghubungkan permukiman dengan Jalan Raya Bogor.
"Ketinggian waktu pertama banjir sampai 30 sentimeter. Sekarang sih sudah mulai berkurang, sekitar 20 sentimeter-an, tapi nggak tahu di Bogor hujan lagi atau nggak," lanjutnya.
Berdasarkan pantauan pukul 12.30 WIB, warga di dua RT itu tengah membersihkan rumahnya paska banjir. Dengan menggunakan peralatan kebersihan seadanya, warga mengeluarkan lumpur dan sampah yang turut serta dalam air luapan kali tersebut. Sementara, selain menyebabkan banjir di permukiman, luapan air tersebut juga menggenangi dua jalan, yaitu Jalan Raya Bogor yang mengarah ke Cililitan dan Jalan Raya Condet di kedua arah. Genangan tersebut sempat membuat lalu lintas macet sepanjang dua kilometer.
Penulis : Fabian Januarius Kuwado
Editor : Hertanto Soebijoto