7 1. PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, memicu munculnya basis perusahaan baru disamping basis bisnis perusahaan yang berdasarkan tenaga kerja (labour-based business). Basis bisnis perusahaan baru yang kini mulai berkembang yaitu bisnis berdasarkan teknologi (technology-based business). Namun demikian, perusahaan yang berdasarkan tenaga kerja kini juga telah banyak yang memasukkan unsur-unsur teknologi guna mendukung berjalannya kegiatan operasi perusahaan. Hal tersebut berpengaruh terhadap berubahnya penciptaan nilai organisasi. Manajemen harus mampu memanfaatkan nilai-nilai yang tidak tampak dari aset tidak berwujud yang nantinya akan mempengaruhi masa depan dan prospek organisasi. Beberapa peneliti telah menemukan adanya gap yang besar antara nilai pasar dengan nilai buku yang diungkapkan oleh perusahaan karena perusahaan-perusahaan tersebut gagal melaporkan “hidden value” dalam laporan tahunannya (Mouritsen, Bukh, dan Marr, 2004 dalam Wardhani 2009). Menurut Canibano, Garcia-Ayuso, dan Sanches (2000) pendekatan yang pantas untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan adalah dengan mendorong peningkatan informasi pengungkapan Intellectual Capital. Sebagian besar perusahaan hanya menyajikan aset fisik atau finansial dalam neraca perusahaannya. Padahal, bagi perusahaan – perusahaan yang bergerak dibidang industri berbasis teknologi, kekayaan perusahaan tidak hanya diukur dari aset berwujudnya saja namun juga mencakup aset tak berwujud yang mereka sebut Intellectual Capital (IC). Aset tak berwujud ini yang meliputi proses organisasi,
38
Embed
ANALISIS CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY …kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
1. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, memicu
munculnya basis perusahaan baru disamping basis bisnis perusahaan yang
berdasarkan tenaga kerja (labour-based business). Basis bisnis perusahaan baru yang
kini mulai berkembang yaitu bisnis berdasarkan teknologi (technology-based
business). Namun demikian, perusahaan yang berdasarkan tenaga kerja kini juga
telah banyak yang memasukkan unsur-unsur teknologi guna mendukung berjalannya
kegiatan operasi perusahaan. Hal tersebut berpengaruh terhadap berubahnya
penciptaan nilai organisasi. Manajemen harus mampu memanfaatkan nilai-nilai yang
tidak tampak dari aset tidak berwujud yang nantinya akan mempengaruhi masa depan
dan prospek organisasi. Beberapa peneliti telah menemukan adanya gap yang besar
antara nilai pasar dengan nilai buku yang diungkapkan oleh perusahaan karena
perusahaan-perusahaan tersebut gagal melaporkan “hidden value” dalam laporan
tahunannya (Mouritsen, Bukh, dan Marr, 2004 dalam Wardhani 2009). Menurut
Canibano, Garcia-Ayuso, dan Sanches (2000) pendekatan yang pantas untuk
meningkatkan kualitas laporan keuangan adalah dengan mendorong peningkatan
informasi pengungkapan Intellectual Capital.
Sebagian besar perusahaan hanya menyajikan aset fisik atau finansial dalam
neraca perusahaannya. Padahal, bagi perusahaan – perusahaan yang bergerak
dibidang industri berbasis teknologi, kekayaan perusahaan tidak hanya diukur dari
aset berwujudnya saja namun juga mencakup aset tak berwujud yang mereka sebut
Intellectual Capital (IC). Aset tak berwujud ini yang meliputi proses organisasi,
8
pengetahuan dan know-how karyawan, dan hubungan yang mendukung atau
menciptakan kekayaan (keuntungan) bagi perusahaan. IC dianggap memiliki peran
penting dalam meningkatkan nilai bagi perusahaan serta mendukung terciptanya
kenggulan kompetitif yang berkelanjutan. Intellectual capital diakui dapat
meningkatkan keuntungan perusahaan yang labanya dipengaruhi oleh inovasi dan
knowledge-intensive services (Edvinsson dan Sullivan, 1996 dalam Wardhani, 2009).
Seperti yang dikemukakan oleh Mouritsen (1998), bahwa intellectual capital
menyangkut kapasitas luas pengetahuan yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. oleh
karena itu, bagi perusahaan berbasis teknologi, Intellectual Capitaljuga merupakan
aset yang harus diungkapkan dallam neraca perusahaan.
Informasi Intellectual Capital (IC) dapat membantu investor untuk menilai
kapabilitas perusahaan dalam menciptakan kekayaan di masa datang dengan lebih
baik. (Brennan, 2001). Intellectual capital dilaporkan dalam laporan tahunan
perusahaan sebagai disclosure atas laporan keuangan. Dalam perkembangan dunia
usaha diperlukan laporan keuangan tahunan perusahaan yang lebih berkualitas.
Dimana di dalamnya juga mengungkapkan komunikasi eksternal yang berdasar pada
pengetahuan. Permintaan terhadap informasi ini tidak hanya diterapkan pada
pelaporan tahunan tradisional, namun juga pada tipe-tipe laporan yang baru seperti
laporan Intellectual Capital (IC) yang digunakan sebagai tambahan pada laporan
bisnis dan prospektus perusahaan.
Pemanfaatan seluruh kekayaan perusahaan, termasuk modal intelektual
(Intellectual Capital) secara efektif dan efisien akan membantu meningkatkan
9
prospek perusahaan di masa yang akan datang. Semakin tinggi transparansi terhadap
pengungkapan Intellectual Capital(IC) akan membantu investor menilai masa depan
perusahaan. Jika prospek perusahaan di masa yang akan datang menjanjikan, investor
akan tertarik untuk menanamkan modalnya, sehingga akan meningkatkan permintaan
saham perusahaan tersebut. Peningkatan permintaan tersebut juga akan berpengaruh
pada meningkatnya harga saham di pasar. Jadi, prospek yang menjanjikan di masa
yang akan datang akan menyebabkan naiknya harga saham.
Penelitian mengenai pengaruh pengungkapan Intellectual Capital (IC)
terhadap kinerja pasar menarik untuk dilakukan, karena sebagian besar penelitian
mencoba membuktikan pengaruh dari IC itu sendiri, terhadap variabel yang
dipengaruhinya. Salah satu penelitian tersebut adalah penelitian Ulum (2007)
mengenai pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja perusahaan. Penelitiaan ini
mencoba menganalisis apakah terciptanya kinerja pasar yang bagus juga dipengaruhi
oleh kecenderungan perusahaan dalam pengungkapan Intellectual Capital (IC) dalam
laporan tahunan perusahaan.
Penelitian ini menggunakan kategori dan komponen dari kerangka kerja
deskriptif mengenai informasi Intellectual Capital untuk menganalisis kandungan
dari laporan tahunan dengan mengelompokkan antara industri “high tech industries”
dan “traditional industries”. Pengelompokkan ini, mengacu pada penelitian Bozzolan
et al. (2003) dimana perusahaan Internet providers, Biotechnology, Entrainment,
Internet, IT distribution, High-tech manufacturing, Media, Retail, Software, System
Integration and Telekomunication, Web service termasuk ke dalam kelompok high
10
tech industries, sedangkan perusahaan Food, Automobile, Chemical, Building,
Electronics, Manufacturing, Oil, Utilities,Clothing and Textiles, Tourism and Leisure
masuk ke dalam kelompok traditional industries.
Alasan pengelompokan ini, didasari atas perkermbangan perusahaan yang
bergerak dengan basis teknologi. Perusahaan-perusahaan tersebut tentunya akan terus
mengembangkan teknologi yang bertujuan untuk menciptakan produk serta layanan
berteknologi tinggi. Hal ini berpengaruh terhadap pengetahuan serta keahlian yang
dimiliki karyawan. Semakin tinggi pengetahuan dan keahlian yang dimiliki
karyawan, maka akan semakin banyak inovasi-inovasi yang dapat dilakukan. Hal
tersebut akan mempengaruhi kualitas output yang dikeluarkan perusahaan dengan
basis teknologi tinggi.
Penelitian Boedi (2008) yang menguji perbedaan pengungkapan Intellectual
Capital antara sektor industri lama dengan sektor industri baru membuktikan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara sektor industri baru dan lama berkaitan
dengan pengungkapan Intellectual Capital dalam laporan tahunan perusahaan. Selain
itu, terbukti bahwa variabel pengungkapan Intellectual Capital berpengaruh positif
namun hasilnya tidak signifikan terhadap nilai kapitalisasi pasar.
Ulum (2007) meneliti pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja
keuangan perusahaan dan menemukan bahwa IC berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan perusahaan perbankan yang go public maupun tidak di Indonesia. Berbeda
dengan penelitian Wahdikorin (2010) yang menyatakan bahwa Human Capital
Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Value Added of Intellectual
11
Capital (VAIC) dan Jenis Bank (GROUP) tidak berpengaruh terhadap Return on
Asset (ROA).
Penelitian ini hendak menguji persoalan penelitian :
1. Apakah pengungkapan komponen Intellectual Capital dalam laporan tahunan
perusahaan “high tech industries” lebih banyak dibandingkan “traditional
industries”
2. Apakah jumlah pengungkapan IC dalam laporan tahunan berpengaruh terhadap
kinerja pasar perusahaan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi perusahaan maupun
investor. Bagi Perusahaan, memberikan bukti empiris mengenai pentingnya
pengungkapan Intellectual Capital dalam laporan keuangan untuk meningkatkan
kualitas dari laporan keuangan perusahaan, serta dapat dijadikan bahan pertimbangan
perusahaan dalam memaksimalkan pengelolaan modal intelektual agar dapat
menciptakan nilai bagi perusahaan. Bagi Investor, penelitian ini dapat dijadikan
dasar pertimbangan dalam menginvestasikan modalnya.
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 KONSEP
Penelitian mengenai pengungkapan Intellectual Capital dan pengaruhnya
terhadap kinerja pasar perusahaan ini menggunakan dua konsep yang mendasari yaitu
12
Intellectual Capital Disclosure dan kinerja pasar. Penjelasan dari masing-masing
konsep tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
2.1.1 Intellectual Capital Disclosure
Definisi Intellectual Capital Disclosure sendiri telah banyak diperdebatkan
oleh para ahli di berbagai literature. Intellectual Capital Disclosure dapat dipandang
sebagai suatu laporan yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi
pengguna, hal itu dipersiapkan untuk laporan sehingga dapat memenuhi seluruh
kebutuhan mereka(Abeysekera, 2006).
Mouritsen et al (2001) menyatakan bahwa IC disclosure dalam suatu laporan
keuangan sebagai suatu cara untuk mengungkapkan bahwa laporan tersebut
menggambarkan aktifitas perusahaan yang kredibel, terpadu (kohesif) serta ”true and
fair”. Saat ini masih sedikit perusahaan yang menyampaikan pelaporan Intellectual
Capital secara terpisah. Hal ini dikarenakan ketika IC disclosure dilaksanakan dengan
cara yang berbeda, kemungkinan akan menyebabkan laporan-laporan yang kohesif,
sehingga tidak perlu untuk menyediakan disclosure yang kredibel mengenai kegiatan
perusahaan. IC disclosure dikomunikasikan untuk stakeholder intern dan ekstern
yaitu dengan mengkombinasikan laporan berbentuk angka, visualisasi dan naratif
yang bertujuan sebagai penciptaan nilai. Bentuk laporan yang lebih sempurna
tersebut, telah menjadi suatu cara untuk memberikan arahan mengenai aturan-aturan
dan kewajiban-kewajiban baru bagi karyawan dan bagaimana seharusnya para
karyawan tersebut memberikan kontribusi mereka terhadap penciptaan nilai bagi
13
perusahaan. Disclosure IC telah menjadi suatu bentuk komunikasi yang baru yang
mengendalikan ”kontrak” antara manajemen dan pekerja. Bagi seorang manajer
memungkinkan dapat membuat strategi-strategi untuk mencapai permintaan
stakeholder seperti investor dan untuk meyakinkan stakeholder atas keunggulan atau
manfaat kebijakan perusahaan.
Berkembangnya wacana mengenai intellectual capital tidak lepas dari teori-
teori riset sebagai landasan pengembangan penelitian. Beberapa teori yang mendasari
kecenderungan pengungkapan sukarela intellectual capital, yaitu teori stakeholder
dan teori legitimasi.
Berdasarkan teori stakeholder, manajemen organisasi diharapkan untuk
melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder mereka dan melaporkan
kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa
seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang bagaimana
aktivitas organisasi mempengaruhi mereka (sebagai contoh, melalui polusi,
sponsorship, inisiatif pengamanan, dll), bahkan ketika mereka memilih untuk tidak
menggunakan informasi tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat secara
langsung memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi.
(Deegan, 2004). Teori stakeholder menekankan akuntabilitas organisasi jauh
melebihi kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini menyatakan bahwa
organisasi akan memilih secara sukarela mengungkapkan informasi tentang kinerja
lingkungan, sosial dan intelektual mereka, melebihi dan di atas permintaan wajibnya,
14
untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui oleh
stakeholder.(Deegan, 2004)
Tujuan utama teori stakeholder adalah untuk membantu manajer korporasi
mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih
efektif diantara keberadaan hubungan-hubungan dilingkungan perusahaan
mereka.(Ulum, 2007).
Teori stakeholder juga diperkuat oleh adanya teori legitimasi yang
menyatakan bahwa organisasi secara terus-menerus memastikan bahwa operasi
mereka berada dalam batas dan norma masyarakat. Hal ini didasarkan pada pikiran
bahwa terdapat kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat, yang
mengharuskan perusahaan untuk melaporkan secara sukarela, aktivitas tertentu yang
diharapkan oleh masyarakat (Purnomosidhi, 2006 dalam Wardhani, 2009).
Teori legitimasi bergantung pada premis bahwa terdapat ’kontrak sosial’
antara perusahaan dengan masyarakat di mana perusahaan tersebut beroperasi.
Kontrak sosial adalah suatu cara untuk menjelaskan sejumlah besar harapan
masyarakat tentang bagaimana seharusnya organisasi melaksanakan operasinya.
Harapan sosial ini tidak tetap, namun berubah seiring berjalannya waktu. Hal ini
menuntut perusahaan untuk responsif terhadap lingkungan di mana mereka beroperasi
(Deegan, 2004). Berdasarkan teori legitimasi, organisasi harus secara berkelanjutan
menunjukkan telah beroperasi dalam perilaku yang konsisten dengan nilai sosial
(Guthrie dan Parker, 1989 dalam Ulum, 2007). Hal ini seringkali dapat dicapai
melalui pengungkapan (disclosure) dalam laporan perusahaan.
15
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan teori stakeholder. Teori
stakeholder lebih mempertimbangkan posisi stakeholder yang dianggap powerfull.
Hal tersebut karena stakeholder berkepentingan untuk mempengaruhi manajemen
dalam proses pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki oleh organisasi, karena
hanya dengan pengelolaan yang baik dan maksimal atas seluruh potensi inilah
organisasi akan dapat menciptakan value added untuk kemudian mendorong kinerja
keuangan perusahaan yang merupakan orientasi para stakeholder dalam
mengintervensi manajemen. Kelompok inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi
perusahaan dalam mengungkapkan suatu informasi didalam laporan tahunan
perusahaan. Pengungkapan Intellectual Capital diperlukan bagi para stakeholder. Hal
tersebut dikarenakan dengan adanya pengungkapan Intellectual Capital stakeholder
dapat menganalisis sejauh mana kemampuan perusahaan dalam mengolah dan
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki yang nantinya akan mendatangkan nilai
tambah serta kekayaan di masa yang akan datang.
2.1.1 Kinerja Pasar
Nugrahanti dan Supatmi (2010) menyatakan bahwa kinerja pasar diproksi
dengan Tobin’s Q. Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah
satu rasio yang dinilai bisa memberikan informasi yang paling baik adalah Tobin’s Q.
Tobin’s Q merupakan ukuran penilaian yang paling banyak digunakan dalam data
keuangan perusahaan. Tobin’s Q menggunakan (estimated) replacement cost
16
sebagai denominator. Penggunaan replacement cost membuat nilai yang digunakan
untuk menentukan Tobin’s Q memasukkan berbagai faktor, sehingga nilai yang
digunakan mencerminkan nilai pasar dari aset yang sebenarnya dimasa kini,
salah satu faktor tersebut adalah inflasi. Selain itu, Tobins’ Q memberikan
wawasan yang lebih luas bahwa perusahaan sebagai entitas ekonomi, tidak hanya
menggunakan ekuitas dalam mendanai kegiatan operasionalnya, namun juga dari
sumber lain seperti hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh
karena itu, penilaian yang dibutuhkan perusahaan tidak hanya dari investor
ekuitas saja, tetapi juga dari kreditor. Semakin besar pinjaman yang diberikan
oleh kreditur, menunjukkan bahwa semakin tinggi kepercayaan yang diberikan.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki nilai pasar yang lebih besar
lagi. Proses perhitungan Rasio Tobin’s Q merupakan ukuran yang menggambarkan
prediksi pasar terhadap return yang dihasilkan dari setiap dolar yang diinvestasikan
dalam aktiva perusahaan. Dengan kata lain Tobin’s Q merefleksikan ekspektasi
investor tentang tingkat kembalian ekonomi (economic return)perusahaan masa
depan.
2.2 PERUMUSAN HIPOTESIS
Perusahaan yang termasuk dalam kelompok “high tech industries” selain
pengungkapan terhadap aset fisik dan finansial, mereka juga diperkirakan lebih
banyak mengungkapkan aset tak berwujud mereka dalam laporan tahunan
perusahaan. Hal tersebut karena perusahaan yang masuk dalam kelompok ini
17
merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang teknologi. Perusahaan yang
memiliki fokus akan pengembangan teknologi tinggi tentunya akan memberikan
perhatian lebih terhadap terhadap perkembangan pengetahuan, dan keahlian
karyawan dalam operasional teknologi tersebut. Hal ini penting untuk melakukan
inovasi atau pengembangan produk baik dari segi kualitas maupun kuantitas output
yang dihasilkan. Selain itu, perusahaan juga akan memberikan perhatian lebih
terhadap tersedianya sistem informasi yang terstruktur dan canggih untuk
mempermudah stakeholder dalam memperoleh informasi mengenai kinerja
perusahaan tersebut. Tersedianya system informasi yang lebih canggih dan terstruktur
serta sumber daya manusia yang berkualitas merupakan informasi yang penting untuk
diungkapkan. Hal tersebut karena dengan adanya pengungkapan tersebut, dapat
membantu investor menilai kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan
sumberdaya yang dimiliki yang akan mendatangkan kekayaan di masa yang akan
datang. Sementara itu, untuk perusahaan pada yang termasuk dalam kelompok
“traditional industries”, diperkirakan lebih mendominasi pengungkapan aset fisik
dan finansial dibanding aset tak berwujud dalam laporan tahunan perusahaannya. Hal
tersebut dikarenakan perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah
perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur dimana roda penggerak
utama dalam menjalankan operasi perusahaan adalah tersedianya modal yang cukup
serta dimilikinya peralatan serta mesin yang akan digunakan untuk menghasilkan
barang hasil produksi.
Dari uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
18
H1: Pengungkapan komponen Intellectual Capital dalam laporan tahunan
kelompok high tech industries lebih banyak dibandingkan kelompok traditional
industries
Laporan tahunan merupakan salah satu bahan pertimbangan investor dalam
menanamkan modalnya. Investor akan memberikan perhatian lebih pada perusahaan
yang tidak hanya melaporkan pengungkapan wajibnya, namun juga melaporkan
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunannya. Salah satu aset yang merupakan
pengungkapan sukarela perusahaan adalah Intellectual Capital Disclosure. Investor
dapat menganalisis value added dan return yang diperoleh perusahaan atas
dimanfaatkannya Intellectual Capital (IC) dalam kegiatan operasi perusahaan dari
adanya pengungkapan Intellectual Capital dalam laporan tahuna perusahaan. Dengan
adanya pengungkapan tersebut, dapat diketahui sejauh mana kemampuan perusahaan
dalam mengolah sumber daya secara efektif dan efisien sehingga akan mendapat
value added dan return yang tinggi. Pengungkapan IC secara lengkap dan baik akan
membantu investor menilai kinerja perusahaan. Jika IC dapat memberi gambaran
kepada investor mengenai prospek kinerja yang baik di masa yang akan datang, hal
tersebut akan meningkatkan permintaan saham perusahaan sehingga harga saham dan
kinerja pasar juga akan ikut meningkat.
Healy et al (1999) dalam Boedi (2008) menyatakan bahwa tingkat
pengungkapan informasi yang tinggi akan mengarahkan investor untuk merevisi
penilaian mereka terhadap harga saham perusahaan, hal tersebut dapat meningkatkan
19
likuiditas saham perusahaan, yang pada akhirnya akan menciptakan nilai institusional
tambahan dan meningkatkan ketertarikan para analis akan surat berharga, hasil akhir
dari Healy dan hasil akhir yang dilaporkan oleh Healy dan Palepu (1993; Skinner,
1994; Walker, 1995; Botosan, 1997) mengindikasikan bahwa pengungkapan IC yang
makin tinggi akan memberikan informasi yang kredibel atau dapat dipercaya, dan
akan mengurangi kesalahan evaluasi dalam harga saham perusahaan, sekaligus
meningkatkan kinerja pasar. Dari uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
H2: Terdapat pengaruh positif jumlah pengungkapan komponen Intellectual
Capital dalam laporan tahunan terhadap kinerja pasar perusahaan.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI), sedangkan sampelnya adalah perusahaan non-financial yang
termasuk dalam indeks kompas 100 periode Januari – Juli 2010.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder berupa laporan keuangan
tahunan dan harga saham perusahaan publik yang terdaftar di BEI pada tahun 2010.
20
Data-data tersebut diperoleh dari situs www.idx.co.id maupun melalui pusat data
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Univesritas Kristen Satya Wacana (FEB UKSW).
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Intellectual
Capital Disclosure dan kinerja pasar. Definisi dari masing-masing variable akan
dijelaskan sebagai berikut :
3.3.1 Intellectual Capital Disclosure (ICD)
ICD adalah jumlah pengungkapan komponen IC pada masing-masing
kategori. Skema pengungkapan Intellectual Capital yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan metode indeks disclosure yang digunakan untuk menghitung
jumlah informasi pada pengungkapan item-item Intellectual Capital pada laporan
tahunan perusahaan. Komponen pengungkapan Intellectual capital terdiri dari 27
item yang terbagi ke dalam 3 kategori umum. Skema pengungkapan Intellectual
Capital yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada klasifikasi yang digunakan
dalam penelitian Wardhani (2009). Ketiga kategori tersebut meliputi: Employee
Competence (Human Capital), Internal Capital (Structural Capital), External Capital
(Relational Capital). Selengkapnya mengenai komponen IC dapat dilihat dalam tabel