TUGAS ANALISIS BITE MARKSBAGIAN RADIOLOGI-DENTOMAKSILOFASIAL
Oleh : 1. Meutia An- Najmi (03/168451/KG/7722) 2. Nuning Wahyu
Utami (08/267845/KG/8329) 3. Faiznur Ridho (08/267881/KG/8334)
Angkatan XXXVIDosen Pembimbing : drg. Rurie Ratna Shantiningsih,
M.DSc
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2012I.
PENDAHULUAN
Sejalan dengan kemajuan teknologi, tindak kejahatanpun semakin
kompleks dan bervariasi baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Sehingga proses penyidikan dan pembuktian yang dilakukan oleh
penegak hukum melibatkan berbagai disiplin ilmu. Sebagai orang yang
memiliki keahlian dan pengetahuan di bidang kedokteran gigi, dokter
gigi dapat dilibatkan sebagai saksi ahli untuk dimintai pendapat
dan keterangannya sesuai dengan keahliannya di pengadilan. Aplikasi
ilmu forensik dalam membantu proses penyidikan di bidang hukum
tidak hanya menggunakan ilmu kedokteran namun juga menggunakan ilmu
kedokteran gigi. Pada forensik kedokteran gigi, digunakan rekam
medis dental individu yang diperiksa, baik sebagai korban maupun
tersangka, yang sangat membantu menentukan keputusan akhir dari
kasus yang ada (Bowers, 2004). Berdasarkan pasal 179 KUH Pidana
(Moeljatno, 1996), setiap orang yang dimintai pendapatnya sebagai
ahli kedokteran kehakiman (forensik) atau dokter, berkewajiban
memberikan keterangan ahli demi keadilan. Demikian juga pasal 53
ayat (2) Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan
ditegaskan bahwa tenaga kesehatan dapat dilibatkan dalam upaya
pembuktian dengan melakukan tindakan medis tertentu, baik dalam
perkara pidana maupun perkara lainnya melalui permintaan tertulis
oleh pejabat yang berwenang yang menangani kasus tersebut. Salah
satu analisis yang digunakan dalam kedokteran gigi forensik adalah
analisis bitemarks (Bowers, 2004). Investigasi analisis bitemark
dalam ilmu kedokteran gigi forensik adalah kasus yang merupakan
bagian ilmu forensik. Istilah bite mark atau bekas gigitan
digunakan dalam bidang ini yang artinya adalah tanda/bekas sebagai
hasil dari cetakan gigi pada bahan-bahan yang berbeda (Lessig dkk.,
2006).
II. TINJAUAN PUSTAKABidang ilmu kedokteran gigi forensik yang
paling menantang adalah analisis bite mark manusia atau hewan yang
ditemukan pada kulit atau objek-objek pada tempat kejadian perkara.
Untuk identifikasi TKP, bekas gigitan tujuan utamanya yaitu untuk
merekam bekas gigitan yang ada dan mengambil sampel air liur pelaku
di TKP. Tindakan ini dilakukan setelah TPTKP umum sudah dilakukan
dan jangan menyentuh bekas gigitan. Setelah itu buat foto khusus
close up pada bekas gigitan yang ditemukan tanpa merubah posisi
objek/jenazah, gunakan tolok ukur sedekat mungkin dengan bekas
gigitan (perhatikan teknik pemotretan). Jika bentuk bekas gigitan
diduga distorsi karena posisi objek/jenazah, perbaiki posisi
demikian rupa sehingga bentuk bekas gigitan berada pada posisi
normal, lalu ulangi pemotretan (Lukman, 2006).Bite marks dalam
penyelidikan merupakan contoh bukti fisik, sebaik bukti biologis.
Analisis bite marks sering melibatkan pemeriksaan detail dan
pengukuran pola perlukaan dan perbandingan fisik gambaran gigi
tersangka. Tahap perkembangan gigi serta tingkat kerusakan dan/atau
perbaikan gigi akan menciptakan bite mark dengan tingkat
individualitas yang tinggi (Lessig dkk., 2006). Cacat atau
ketidakteraturan yang unik diidentifikasi baik pada perlukaan
maupun gigi tersangka sehingga menjadi indikator yang bernilai dan
kesimpulan dapat ditegakkan dalam hubungan antara karakteristik
tersebut (Brogdon, 1998).Kasus bite marks dapat ditemukan sebagian
besar pada kasus kekerasan seksual. Walaupun mekanismenya tidak
begitu dipahami, tetapi pola luka disebabkan adanya tekanan dan
durasi gigitan, disertai kombinasi dengan faktor-faktor mekanikal
dan fisiologis lainnya.. Karakteristik gigitan pada manusia adalah
abrasi superfisial dan atau hemorargi dibawah permukaan kulit yang
terbentuk seperti busur/lengkung. Hal itu disebabkan karena adanya
pola yang dibentuk oleh gigi-gigi incisivus, kaninus, dan premolar
(Lessig dkk., 2006). Prosedur untuk membandingkan bekas gigitan
meliputi pengukuran dan analisis ukuran, bentuk, dan pola gigi pada
cedera pada kulit atau tanda pada objek. Metode analisis yang
paling umum digunakan untuk menghasilkan perbandingan bekas gigitan
dari gigi tersangka dengan bekas gigitan pada suatu benda adalah
dengan membuat jejak perimeter gigi tersangka dari model studi gigi
atau gigitan malam atau secara tidak langsung dengan gambar
xerographic yang dikalibrasi untuk menghasilkan seukuran gambar
akhir. Metode lain menggunakan film Xray yang memperlihatkan
material radiopak dibuat pada saat gigi tersangka menggigit malam
(Dailey,1991).Menurut Lessig dkk. (2006) untuk merekam sebuah bite
mark dapat digunakan dokumentasi fotografi yang tepat selain itu
juga dapat menyalin bite mark menggunakan kertas transparan (Gambar
1.a.).
Bila memakai fotografi, dapat digunakan skala American Board of
Forensic Odontostomatology (ABFO) No.2 (Gambar 1.b.). yaitu dengan
cara foto di-scan menggunakan scanner datar, lalu dilakukan
pengolahan gambar menggunakan program Adobe Photoshop 7.0.
Dari pelaku yang diduga, model kerja dicetak baik rahang atas
maupun rahang bawah. Artikulasi rahang dapat dilihat dengan bantuan
pemasangan model kerja pada artikulator (Gambar 1.c.)
Heras dkk. (2005) mengembangkan software 3 dimensi untuk
analisis bite mark. Software ini memungkinkan untuk mendapatkan
tepi gigitan dari gambar 3 dimensi yang diperoleh dari model gigi.
Software ini dapat digunakan untuk membuat variasi penapakan dari
bekas gigitan bergantung pada gigi yang terlibat, interaksi antara
korban dan pelaku, serta tekanan pada tiap gigitan.
Tanda gigitan yang ditemukan pada kulit manusia atau suatu benda
merupakan bukti yang penting dalam investigasi kriminal (Vale,
1986).
Dasar ilmiah untuk identifikasi tanda gigitan adalah asumsi
keunikan geligi seseorang, yang digunakan untuk mencocokkan tanda
gigitan ke pelaku yang dicurigai(Pretty dan Sweet,
2001).Klasifikasi Pola GigitanPola gigitan mempunyai derajat
perlakuan permukaan sesuai dengan kerasnya gigitan, pada pola
gigitan manusia terdapat 6 kelas menurut Lukman (2006), yaitu:1.
Kelas I : pola gigitan terdapat jarak dari gigi incisivus dan
kaninus.
2. Kelas II : menyerupai pola gigitan kelas I tetapi terlihat
pola gigitan cusp bukal dan palatal maupun cusp bukal dan cusp
lingual gigi P1, tetapi derajat pola gigitannya masih sedikit.
3. Kelas III : derajat luka lebih parah dari kelas II, yaitu
permukaan gigit incisivus telah menyatu akan tetapi dalamnya luka
gigitan mempunyai derajat lebih parah dari pola gigitan kelas
II.
4. Kelas IV : terdapat luka pada kulit dan otot di bawah kulit
yang sedikit terlepas atau rupture sehingga terlihat pola
gigitannya irreguler.
5. Kelas V : terlihat luka yang menyatu pola gigitan incisivus,
kaninus, dan premolar baik pada rahang atas maupun rahang
bawah.
6. Kelas VI : memperlihatkan luka dari seluruh gigitan dari gigi
rahang atas dan bawah, serta jaringan kulit dan otot terlepas
sesuai dengan kekerasan oklusi dan pembukaan mulut.
JENIS-JENIS POLA GIGITAN PADA MANUSIAPola gigitan pada jaringan
manusia sangatlah berbeda tergantung organ tubuh mana yang terkena,
apabial pola gigitan pelaku seksual mempunyai lokasi tertentu, pada
penyiksaan anak mempunyai pola gigitan pada bagian tubuh tertentu
pula akan tetapi pada gigitan yang dikenal sebagai child abuse maka
pola gigitannya hampir semua bagian tubuh. Jenis pola gigitan pada
manusia ada 4 macam yaitu: pola gigitan heteroseksual, pola gigitan
pada penyiksaan anak (child abuse), pola gigitan hewan, pola
gigitan homoseksual / lesbian, luka pada tubuh korban yang
menyerupai luka pola gigitan.1. Pola gigitan heteroseksualPola
gigitan pada pelaku-pelaku hubungan intim antar lawan jenis dengan
perkataan lain hubungan seksual antara pria dan wanita terdapat
penyimpangan yang sifatnya sedikit melakukan penyiksaan yang
menyebabkan lawan jenis sedikit kesakitan atau menimbulkan rasa
sakit. Pola gigitan dengan aksi lidah dan bibir: pola gigitan ini
terjadi pada waktu pelaksanaan birahi antara pria dan wanita.Pola
gigitan pada organ genital: pola gigitan ini bila terjadi pada pria
biasanya dilakukan gigitan oleh orang yang dekat dengannya misalnya
istrinya atau teman selingkuhnyanya yang mengalami cemburu
buta.Pola gigitan pada sekitar organ genital: pola gigitan ini
terjadi akibat pelampiasan dari pasangannya atau istrinya akibat
cemburu buta yang dilakukan pada waktu suaminya tertidur pulas
setelah melakukan hubungan seksual.Pola gigitan pada organ genital:
pola gigitan ini modus operandinya yaitu pelampiasan emosional dari
lawan jenis atau istri karena cemburu buta. Biasanya hal itu
terjadi pada waktu korban tertidur lelap stelah melakukan hubungan
intim.Pola gigitan pada mammae: pola gigitan ini terjadi pada waktu
pelaksanaan senggama atau berhubungan intim dengan lawan jenis.
Pola gigitan ini baik disekitar papilla mammae dan lateral dari
mammae. Oleh karena mammae merupakan suatu organ tubuh setengah
bulatan maka luka pola gigitan yang dominan adalah gigitan kaninus
sedangkan pola gigitan gigi seri terlihat sedikit atau hanya memar
saja.2. Pola gigitan pada penyiksaan anak (child abuse)Pola gigitan
ini dapat terjadi pada seluruh lokasi atau di sekeliling tubuh
anak-anak atau balita yang dilakukan oleh ibunya sendiri. Hal ini
disebabkan oleh suatu aplikasi dari pelampiasan gangguan psikis
dari ibunya oleh karena kenakalan anaknya atau kerewelan anaknya
ataupun kebandelan dari anaknya.Pola gigitan ini terjadi akibat
faktor-faktor iri dan dengki dari teman ibunya, atau ibu anak
tetangganya oleh karena anak tersebut lebih pandai, lebih lincah,
lebih komunikatif dari anaknya sendiri maka ia melakukan
pelampiasan dengan menggunakan gigitannya dari anak tersebut. Hal
ini terjadi dengan rencana oleh karena ditunggu pada waktu korban
tersebut melewati pinggir atau depan rumahnya dan kemudian setelah
melakukan gigitan itu, ibu tersebut melarikan diri. Lokasi pola
gigitan pada bagian tubuh tertentu yaitu daerah punggung, bahu
atas, leher.3. Pola gigitan hewanPola gigitan hewan umumnya terjadi
sebagai akibat dari penyerangan hewan peliharaan kepada korban yang
tidak disukai oleh hewan tersebut. Kejadian tersebut dapat terjadi
tanpa instruksi dari pemeliharanya atau dengan instruksi dari
pemeliharanya. Beberapa hewan yang menyerang korban karena
instruksi dari pemeliharanya biasanya berjenis herder atau Doberman
yang memang secara khusus dipelihara pawang anjing di jajaran
kepolisian untuk menangkap pelaku atau tersangka. Pola gigitan
hewan juga disebabkan sebagai mekanisme pertahanan diri maupun
sebagai pola penyerangan terhadap mangsanya. Macam-macam pola
gigitan hewan antara lain:a. Pola gigitan anjing; biasanya terjadi
pada serangan atau atas perintah pawangnya atau induk semangnya.
Misalnya dijajaran kepolisian untuk mengejar tersangka atau pelaku
dan selalu pola gigitan terjadi pada muka sama seperti hewan buas
lainnya antara lain harimau, singa, kucing, serigala.b. Pola
gigitan hewan pesisir pantai; pola gigitan ini terjadi apabila
korban meninggal di tepi pantai atau korban meninggal dibuang di
pesisir pantai sehingga dalam beberapa hari atau beberapa minggu
korban tersebut digerogoti oleh hewan-hewan laut antara lain
kerang, tiram.c. Pola gigitan hewan peliharaan; pola gigitan ini
terjadi karena hewan peliharaan tersebut tidak diberi makan dalam
beberapa waktu yang agak lama sehingga ia sangat lapar sehingga
pemeliharanya dijadikan santapan bagi hewan tersebut.4. Pola
gigitan homoseksual / lesbianPola gigitan ini terjadi sesama jenis
pada waktu pelampiasan birahinya. Biasanya pola gigitan ini di
sekitar organ genital yaitu paha, leher dan lain-lain.5. Luka pada
tubuh korban yang menyerupai lluka pola gigitan.Luka-luka ini
terjadi pada mereka yang menderita depresi berat sehingga ia secara
nekat melakukan bunuh diri. Yang sebelumnya ia mengkonsumsi alcohol
dalam jumlah overdosis.
III. PENATALAKSANAAN PRATIKUM BITE MARKStudi analisis bitemark
dilakukan oleh kelompok yang terdiri dari tiga orang. Tahapan
kegiatan analisis bitemark antara lain:1. Mengumpulkan model gigi
rahang atas dan bawah milik semua anggota kelompok pada
pembimbing.2. Salah satu anggota kelompok melakukan gigitan pada
apel yang telah disediakan3. Melakukan pencetakan hasil gigitan
tersebut dengan alginate dengan perluasan tepi area gigitan4.
Mengidentifikasi pola gigitan dan ciri-ciri gigi-geligi yang
terlihat dengan lengkap5. Melakukan penapakan (tracing) pada
cetakan gigitan menggunakan plastik transparan6. Membandingkan
ciri-ciri yang telah diidentifikasi pada cetakan gigitan tadi
dengan model gigi rahang atas dan rahang bawah milik semua anggota
kelompok7. Menentukan satu anggota kelompok sebagai pelaku gigitan
yang sesuai dengan identifikasi yang dilakukan8. Melakukan
penapakan (tracing) pada model studi yang dianggap sebagai pelaku
gigitan tersebut9. Membandingkan hasil kedua penapakan yang sudah
ada, kemudian distorsi yang diperoleh dicatat ke dalam tabel.
Alat dan Bahan yang digunakan adalah:1. 1 buah apel untuk satu
kelompok2. Model gigi rahang atas dan bawah milik masing-masing
anggota kelompok3. Alginat dan gips stone4. Tempat atau wadah untuk
mencetak apel5. Plastik transparan dan spidol markerSetelah
diperoleh cetakan gips gigitan dangkal dan gigitan dalam, kemudian
dilakukan tracing (penapakan) pada plastik transparan. Hasil
penapakan kemudian dianalisis dan dicocokkan dengan model rahang
semua anggota kelompok. Setiap model rahang dianalisis dan
dicocokkan dengan cetakan bitemark serta hasil penapakan. Hal ini
dilakukan pada tiap model rahang sampai ditemukan model rahang yang
memiliki kesamaan susunan gigi dengan pola bitemark. Jika tidak
terdapat kesamaan model rahang dengan bite mark makan model rahang
tersebut dieliminasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. HASIL
Hasil pencetakan gigitan dangkal Hasil pencetakan gigitan
dalam
Menurut Stimson dan Mertz (1997), hasil pencetakan catatan
gigitan digunakan untuk mengidentifikasi:1. Hubungan antar rahang2.
Bentuk dan ukuran lengkung gigiSecara garis besar terdapat 5 macam
jenis lengkung gigi:a) Bentuk Ellipsb) Bentuk Uc) Bentuk Parabolad)
Bentuk setengah lingkarane) Bentuk trapezoid3. Gigi yang hilang4.
Spacing antar gigi5. Ada tidaknya gigi supernumerary6. Malposisi
gigi7. Lebar gigi8. Adanya ciri spesifik seperti fraktur gigi,
mahkota jaket, gigi palsu, dan alat ortodontik
Hasil identifikasi pada praktikum yaitu1. Pada bite mark gigitan
dangkal RA terdapat 4 catatan gigitan sempurna, yaitu gigi 12 11 21
22 sedangkan pada gigitan dalam RB terdapat 6 catatan gigitan
sempurna, yaitu gigi 31 32 33,41,42,43.2. Pada bite mark gigitan
dangkal RA terdapat 4 catatan gigitan sempurna, yaitu gigi 42 41 31
32 sedangkan pada gigitan dalam RB terdapat 6 catatan gigitan
sempurna, yaitu gigi 43 42 41 31 32 333. Pada gigitan dalam cukup
sulit membedakan antara gigi yang satu dengan yang lainnya karena
bitemark yang terbentuk tidak terlihat dengan jelas.4. Pola
lengkung gigi pada bite mark berbentuk parabola5. Gigitan dangkal
lebih mudah diidentifikasi karena batasnya masih cukup terlihat.6.
Pada bite mark RA maupun RB tidak tampak adanya malposisi gigi,
tidak terdapat gigi palsu, tidak terdapat bracket, tidak ada gigi
yang hilang, tidak ada mahkota jaket, tidak ada spacing atau
crowding
B. PEMBAHASAN
Perbandingan Bite Mark dengan Beberapa Model Gigi1. Cetakan
model gigi Yustika Chrysrandra7. Berdasarkan perbandingan antara
bite mark dengan model gigi, Yustika memiliki ukuran mesiodistal
yang hampir sama dengan bitemark. Yustika tidak memiliki malposisi
pada gigi geliginya, tidak terdapat gigi palsu, tidak terdapat
bracket, tidak ada gigi yang hilang, tidak ada mahkota jaket, tidak
ada spacing atau crowding, serta lengkung gigi berbentuk parabola
pada rahang atas dan rahang bawah.Oleh karena itu, Yustika
Chrysandra dianggap paling sesuai dengan bitemark.2. Cetakan model
gigi Dian Ayu JanuaricaBerdasarkan perbandingan antara bite mark
dengan model gigi, terdapat perbedaan yaitu Dian memiliki malposisi
pada gigi 12, 11, 21, dan 22, tidak terdapat gigi palsu, tidak
terdapat bracket, tidak ada gigi yang hilang, tidak ada mahkota
jaket, tidak ada spacing namun terdapat crowding ringan pada rahang
atas dan rahang bawah, serta lengkung gigi berbentuk parabola.
Dengan pertimbangan tersebut, Dian dieliminasi dari daftar
tersangka.3. Cetakan model gigi Nadya SebrinaBerdasarkan
perbandingan antara bite mark dengan model gigi, terdapat perbedaan
yaitu Nadya memiliki malposisi pada gigi 11 dan 21, tidak terdapat
gigi palsu, tidak terdapat bracket, tidak ada gigi yang hilang,
tidak ada mahkota jaket, tidak ada spacing namun terdapat crowding
ringan pada rahang atas, serta lengkung gigi berbentuk trapezoid
pada rahang atas dan berbentuk parabola pada rahang bawah. Dengan
pertimbangan tersebut, Nadya dieliminasi dari daftar tersangka.4.
Cetakan model gigi M.Elfa ZulfianBerdasarkan perbandingan antara
bite mark dengan model gigi, terdapat perbedaan yaitu Elfa memiliki
malposisi pada gigi 13 dan 23. Selain itu, insisivus sentralis
rahang atas elfa berukuran jauh lebih besar dibandingkan insisivus
lateralis rahang atasnya, tidak terdapat gigi palsu, tidak terdapat
bracket, tidak ada gigi yang hilang, tidak ada mahkota jaket,
terdapat spacing pada rahang bawah, tidak terdapat crowding, serta
lengkung gigi berbentuk parabola pada rahang atas dan rahang bawah.
Dengan pertimbangan tersebut, Elfa dieliminasi dari daftar
tersangka
Determinasi Lengkung Bite markHasil penapakan cetakan catatan
gigitan
Hasil penapakan model rahang pelaku penggigitan
Berdasarkan hasil penapakan yang telah dilakukan pada model gigi
tersangka dan pada cetakan catatan gigitan, terdarapat persamaan
posisi dan ukuran gigi. Hal ini semakin memperkuat dugaan bahwa
yang menggigit apel adalah Yustika Chrysandra.
Perbandingan ukuran mesiodistal gigi pelaku dengan bite mark
ElemenLebar Mesiodistal Gigi pada ModelGigitan
DangkalDistorsiGigitan DalamDistorsi
1198,6-0,48,4-0,6
127,37,1-0,26,6-0,7
138,2----
218,48,7+0,38,40,0
227,16,9-0,27,10,0
238,3--
316,15,6-0,55,9-0,2
326,26,1-0,16,7+0,5
337,67,3-0,37,9+0,3
416,15,5-0,66,10,0
426,15,1-15,6-0,5
437,36,4-0,99,4+2,1
Rata-rata-0,3250,075
Pengukuran dari hasil penapakan bite mark pada gigitan dangkal
maupun gigitan dalam menunjukkan adanya distorsi ukuran mesiodistal
dibandingkan dengan ukuran pada cetakan model gigi. Meskipun
demikian masih terdapat kemiripan pola lengkung gigi antara model
gigi dengan bite mark pada apel.Perbedaan yang terjadi pada model
dan gigitan apel dikarenakan adanya pergerakan, distorsi dari bekas
gigitan dan adanya sobekan pada benda yang digigit. Selain itu,
posisi tubuh saat melakukan gigitan mungkin juga dapat mempengaruhi
bitemark. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi identifikasi
bitemark yang akurat adalah perubahan bitemark seiring berjalannya
waktu, lokasi, tingkat kerusakan pada jaringan lunak, kesamaan
susunan gigi individu, hasil cetakan dan ukuran gigi. Adapun pada
kasus ini terjadi distorsi, sebagai berikut:a. Ada beberapa bekas
gigitan yang berukuran lebih besar daripada ukuran gigi pada model,
hal tersebut kemungkinan disebabkan pergeseran saat menggigit.b.
Distorsi pada gigitan dalam secara garis besar lebih besar
dibandingkan gigitan dangkal, mungkin karena kekuatan gigitan dalam
lebih besar sehingga merusak batas mesiodistal gigi, selain itu
distorsi dapat juga disebabkan karena tekanan dari sudut maksila
dan mandibula dapat mengubah pola pada bitemark.c. Ada beberapa
bekas gigitan yang memiliki distorsi sangat besar kemungkinan
disebabkan malposisi gigi tersebut atau malposisi gigi tetangganya
yang torsi ke lingual atau palatal atau palatoversid. Terdapat
kemungkinan terjadi kesalahan dalam menentukan lebar mesiodistal
gigi pada pola gigitan karena batas titik-titik mesial dan distal
yang kurang jelas.
Distorsi lebar mesiodistal tersebut disebabkan oleh beberapa hal
seperti yang dikemukakan oleh Van der Velven dkk. (2006), bahwa
distorsi pada bite mark antara lain disebabkan karena adanya
perbedaan tekanan dengan sudut maksila dan mandibula, serta posisi
tubuh saat melakukan bite mark dapat mengubah bentuk bite mark.
Faktor lain yang mempengaruhi distorsi tersebut pada kasus ini
kemungkinan karena proses pencetakan yang kurang baik, seperti
adanya porus dan undercut yang dapat mengurangi akurasi.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis bite mark yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:1. Pelaku yang menggigit apel pada kasus bitemark ini adalah
Yustika Chrysandra.2. Terdapat distorsi lebar mesiodistal gigi pada
bekas gigitan dengan lebar mesiodistal gigi pelaku. Distorsi gigi
yang terjadi disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan dengan sudut
rahang, posisi badan saat menggigit, serta faktor lain seperti
pencetakan yang kurang baik.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Bowers M., 2004, Forensic Dentistry: A Field Investigators
Handbook, Academic Press (Elsevier Publishing).Brogdon, B. G.,
1998, Forensic Radiology, CRC Press, New York.Lessig R., Wenzel V.,
Weber M., 2006, Bite Mark Analysis in Forensic Routine Case Work.
EXCLI Journal 5:93-102.Lukman D., 2006, Buku Ajar Ilmu Kedokteran
Gigi Forensik, jilid 1, Sagung Seto, Jakarta.Van der Velden A.,
Spiessens M., and Willems G., 2006, Bite Mark Analysis and
Comparison Using Image Perception Technology, The Journal of
Forensic Odonto-Stomatology, 24 (1):14-17.
Hasil Pengukuran BitemarkLebar mesiodistal gigi-geligi (mm)
1. Yustika ChrysandraLebar mesio distal gigiRahang AtasRahang
Bawah
GigiKananKiriKananKiri
198,46,16,1
27,37,16,16,2
38,28,37,37,6
4-7,3--
56,66,58,38,2
610,711,111,511,5
Perbandingan dengan bite markElemenLebar Mesiodistal Gigi pada
ModelGigitan DangkalDistorsiGigitan DalamDistorsi
1198,6-0,48,4-0,6
127,37,1-0,26,6-0,7
138,2----
218,48,7+0,38,40,0
227,16,9-0,27,10,0
238,3--
316,15,6-0,55,9-0,2
326,26,1-0,16,7+0,5
337,67,3-0,37,9+0,3
416,15,5-0,66,10,0
426,15,1-15,6-0,5
437,36,4-0,99,4+2,1
Rata-rata-0,3250,075
2. Dian Ayu Januarica
Rahang AtasRahang Bawah
GigiKananKiriKananKiri
18,37,955,4
27,16,85,55,4
37,77,46,56,6
47,46,96,96,8
576,67,16,9
610,410,912,112
Perbandingan dengan bite markElemenLebar Mesiodistal Gigi pada
ModelGigitan DangkalDistorsiGigitan DalamDistorsi
118,38,60,38,40,1
127,17,106,6-0,5
137,7-0-0
217,98,70,88,40,5
226,86,90,17,10,3
237,4-000
315,45,60,25,90,5
325,46,10,76,71,3
336,67,30,77,91,3
4155,50,56,11,1
425,55,1-0,45,60,1
436,56,4-0,19,42,9
Rata-rata0,2333333330,63333333
3. Nadya Sebrina
Rahang AtasRahang Bawah
GigiKananKiriKananKiri
18,58,65,85,7
26,86,76,56,5
37,57,76,86,6
46,96,86,97,2
56,96,87,47,4
610,910,611,710,6
Perbandingan dengan bite markElemenLebar Mesiodistal Gigi pada
ModelGigitan DangkalDistorsiGigitan DalamDistorsi
118,58,60,18,4-0,1
126,87,10,36,6-0,2
137,5-0--
218,68,70,18,4-0,2
226,76,90,27,10,4
237,7-0--
315,75,6-0,15,90,2
326,56,1-0,46,70,2
336,67,30,77,91,3
415,85,5-0,36,10,3
426,55,1-1,45,6-0,9
436,86,4-0,49,42,6
Rata-rata-0,10,3
4. M.Elfa Zulfian
Rahang AtasRahang Bawah
GigiKananKiriKananKiri
110,28,85,45,4
26,56,765,6
387,87,37,4
47,47,5--
56,56,67,67,6
610,711,312,112,2
Perbandingan dengan bite markElemenLebar Mesiodistal Gigi pada
ModelGigitan DangkalDistorsiGigitan DalamDistorsi
1110,28,6-1,68,4-1,8
126,57,10,66,60,1
138-0-0
218,88,7-0,18,4-0,4
226,76,90,27,10,4
237,8-00
315,45,60,25,90,5
325,66,10,56,71,1
337,47,3-0,17,90,5
415,45,50,16,10,7
4265,1-0,95,6-0,4
437,36,4-0,99,42,1
Rata-rata-0,166666670,23333333