ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus : UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang Semarang) Oleh WINDA AYUBUDI WULAN KSHESHARIANI H24070035 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
110
Embed
Analisis biaya standar sebagai alat pengendalian biaya ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47731/H11waw.pdf · analisis biaya standar sebagai alat ... departemen manajemen
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT
PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI
(Studi Kasus : UKM Wingko Babat
Cap Kapal Terbang Semarang)
Oleh
WINDA AYUBUDI WULAN KSHESHARIANI
H24070035
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN
WINDA AYUBUDI WULAN KSHESHARIANI. H24070035. Analisis Biaya Standar sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi (Studi Kasus: UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang Semarang). Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI. UKM Wingko Cap Kapal Terbang merupakan salah satu UKM yang memproduksi makanan khas Kota Semarang yaitu wingko. Selama ini UKM Wingko CKT belum mengelola biaya produksinya dengan baik. Biaya produksi yang tidak dikelola dengan baik akan berpotensi menimbulkan kerugian. Pengendalian biaya diperlukan untuk mengetahui apakah proses produksi berjalan efisien. Pengendalian dilakukan dengan membandingkan biaya standar dengan biaya aktual. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui penerapan biaya standar untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik di UKM Wingko CKT. (2) Menganalisis varians yang terjadi antara biaya standar dengan biaya aktual pada UKM Wingko CKT. (3) Mengevaluasi varians yang terjadi apakah masih dalam batas pengendalian manajemen UKM Wingko CKT. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data historis UKM Wingko CKT, studi literatur, karangan ilmiah, dan referensi lain yang relevan dengan penelitian ini. Analisis yang digunakan adalah analisis varians biaya standar. Alat pengolah data yang digunakan yaitu Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 16. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa standar biaya produksi di UKM Wingko CKT terdiri dari standar biaya bahan baku langsung, standar biaya tenaga kerja langsung, dan standar biaya overhead pabrik. Biaya standar yang diterapkan dalam satu kali produksi untuk bahan baku kelapa sebesar Rp. 144.000, gula pasir Rp. 42.000, tepung ketan Rp. 28.500, mentega Rp. 3.500, nangka Rp. 2.500, durian Rp. 3.750, dan gula jawa sebesar Rp. 2.500. Tarif upah standar tenaga kerja langsung per jam sebesar Rp. 8.150 dengan jam TKL standar selama tiga jam. Biaya standar overhead variabel pabrik dalam satu bulan selama bulan Desember 2010 yaitu biaya kemasan berlogo sebesar Rp. 1.312.500, kertas minyak sebesar Rp. 210.000, gas Rp. 405.000, dan air sebesar Rp. 540.000. Biaya overhead tetap berupa tarif penyusutan oven sebesar Rp. 500 per harinya. Analisis varians digunakan untuk menghitung varians yang terjadi antara biaya standar dan biaya aktual dari BBL, TKL, dan OHP. Dari hasil analisis varians diketahui bahwa kelapa memiliki varians unfavorable -1,06 %. Gula pasir memiliki varians unfavorable -0,79 %. Pada tepung ketan terjadi varians unfavorable -12,82 %. Varians unfavorable juga terjadi pada mentega sebesar -14,67 %. Pada nangka terjadi varians unfavorable -28,76 %. Durian memiliki varians unfavorable -54,80 %. Sedangkan pada gula jawa terjadi varians favorable -8,13 %. Hasil analisis varians untuk TKL menunjukkan bahwa tarif TKL memiliki varians favorable 18,3 %. Efisiensi TKL memiliki varians unfavorable -26,7 %. Hasil analisis varians overhead variabel menunjukkan bahwa pada biaya kemasan berlogo terjadi varians favorable 0,6 %. Biaya kertas minyak memiliki varians unfavorable -42,9 %. Biaya gas terjadi varians favorable 13,6 %. Terakhir analisis dilakukan pada air yang memiliki varians favorable 50 %. Pada biaya overhead tetap variabel tidak terjadi varians. Berdasarkan pengujian hipotesis yang dilakukan dengan uji t, disimpulkan bahwa varians untuk BBL yang masih dalam batas pengendalian yaitu kelapa, gula pasir, tepung ketan, mentega, dan gula jawa. Sedangkan varians yang diluar batas pengendalian yaitu nangka dan durian. Uji hipotesis pada varians TKL terhadap tarif masih dalam batas pengendalian, sedangkan untuk efisiensi diluar batas pengendalian. Varians yang terjadi pada OHP tidak dilakukan uji menggunakan uji t karena data dihitung selama satu bulan selama bulan Desember 2010.
ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT
PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI
(Studi Kasus : UKM Wingko Babat
Cap Kapal Terbang Semarang)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian tugas akhir
untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
WINDA AYUBUDI WULAN KSHESHARIANI
H24070035
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi : Analisis Biaya Standar sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi
(Studi Kasus: UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang Semarang)
Nama : Winda Ayubudi Wulan Ksheshariani
NIM : H24070035
Menyetujui,
Pembimbing
(Farida Ratna Dewi, S.E., M.M.)
NIP: 19710307 200501 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen :
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc)
NIP: 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus:
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Februari 1990 di
Semarang Jawa Tengah dan dibesarkan di Semarang Jawa
Tengah. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan
Winarno Hargyantoro, S.H. dan Endang Saptarini. Penulis
menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Negeri
Sompok 1 Unggulan Semarang kemudian melanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 8 Semarang dan Sekolah Menegah Atas
(SMA) Negeri 1 Semarang. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada
tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di
Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB pada tahun
2007.
Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis aktif dalam organisasi dan
kegiatan di kampus IPB diantaranya menjadi Wakil Ketua Organisasi Mahasiswa
Daerah (OMDA) Patra Atlas IPB. Penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitiaan
Fakultas Ekonomi dan Manajemen seperti Pujangga dan Espresso. Penulis pernah
melaksanakan magang di PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran IV Jawa Tengah
dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkah,
rahmat, dan pertolongan-Nya mampu menyelesaikan Skripsi dengan judul
“Analisis Biaya Standar sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi (Studi
Kasus: UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang Semarang)” sebagai salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini membahas tentang analisis penyimpangan yang terjadi antara
biaya standar yang seharusnya terjadi dengan biaya aktual yang sebenarnya terjadi
pada proses produksi wingko di UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang di
Semarang. Analisis varians biaya standar diperhitungkan dengan menggunakan
metode analisis varians biaya standar dan uji t.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat
pada skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Maret 2011
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayahNya yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis, terutama dalam
penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, dan kerjasama dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah mendukung dalam
menyelesaikan skripsi ini, yaitu:
1. Kedua orangtua tercinta, Winarno Hargyantoro, S.H. dan Endang Saptarini
atas semua dukungan, bantuan, dan kasih sayang yang tak terhingga.
2. Ibu Farida Ratna Dewi, S.E., M.M. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu, memberikan dukungan, koreksi, saran, motivasi,
dan memberikan pengarahan hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini.
3. Ibu Yusrina Permanasari, S.Sos, M.E. dan Ibu Ir. Anggraini Sukmawati,
M.M. yang telah memberikan saran dalam skripsi ini.
4. Bapak Edi Sulistyono dan Ibu Djuliana dari UKM Wingko Babat Cap
Kapal Terbang yang telah membantu dalam memperoleh data penelitian
dan memberikan banyak informasi serta pengetahuan mengenai praktik
usaha UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang.
5. Seluruh karyawan di UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang atas segala
bantuan dalam proses penelitian.
6. Seluruh staf pengajar dan staf penunjang Departemen Manajemen yang
telah membantu penulis dalam memberikan fasilitas dan mempermudah
proses dalam penelitian penulis.
7. Andrea Emma Pravitasari, S.P., M.Si yang selalu memberikan motivasi,
dukungan, dan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Teman-teman satu bimbingan (Mevi Flaviana, Indrajit Wicaksana, Dian
Yudo Palupi, Q Ahmada, dan Brilian Agung) yang telah memberikan
banyak masukan, semangat, dan bertukar pikiran mengenai skripsi ini.
vii
9. Rosyidah Rahmawati, Sabila Putri Dian dan Yudia Putri Anne yang telah
banyak memberikan saran dan membantu penulis dalam menyelesaikan
Mba Uci, Mas Ardhinta, dan Mas Rozak Ade) yang telah mengajarkan arti
persaudaraan dan memberikan semangat kepada penulis.
11. Teman-teman satu atap Shambala Girls di Wisma Shambala 1 (Rice
Septiyani, As Syifa Vivekananda, Seny, Dini, Woro, Nidaa, dan Shambala
Girls lainnya).
12. Dani, Liena, Norvi, Leily, dan seluruh teman-teman Manajemen 44 atas
kebersamaan yang mewarnai hari-hari di Manajemen dan memberikan
kenangan yang tidak akan terlupakan.
13. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut
membantu selama penyusunan skripsi ini.
Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, banyak hal yang
telah didapatkan penulis. Tidak hanya terkait dalam bidang penelitian, tetapi juga
berbagai masukan bagi pengembangan diri penulis, terutama pembentukan
attitude dan softskills yang baik.
Akhir kata pada skripsi ini masih terdapat kekurangan, maka kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga dapat memberikan manfaat
bagi berbagai pihak.
Bogor, Maret 2011
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah .............................................................................. 3 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 4 1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Biaya ....................................................................................... 5 2.1.1. Pengertian Biaya ........................................................................ 5 2.1.2. Jenis-jenis Biaya ........................................................................ 5 2.2. Konsep Biaya Produksi ........................................................................ 7 2.2.1. Pengertian Biaya Produksi ......................................................... 7 2.2.2. Jenis-jenis Biaya Produksi ......................................................... 7 2.3. Konsep Biaya Standar .......................................................................... 8 2.3.1. Pengertian Biaya Standar ........................................................... 8 2.3.2. Tipe-tipe Standar ........................................................................ 9 2.3.3. Tujuan Penetapan Biaya Standar ............................................... 9 2.3.4. Penentuan Biaya Standar ............................................................ 9 2.4. Konsep Pengendalian ........................................................................... 11
2.5. Analisis Varians .................................................................................... 12 2.6. Usaha Kecil dan Menengah .................................................................. 15 2.7. Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................... 17
III.METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 19 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 21 3.3. Pengumpulan Data ............................................................................... 21 3.4. Pengolahan dan Analisis Data .............................................................. 21 3.4.1. Metode Analisis Data ................................................................. 21 3.4.2. Analisis Varians ......................................................................... 22
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ........................................................... 27 4.1.1. Sejarah UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang ................ 27 4.1.2. Tujuan dan Struktur Organisasi ............................................. 28 4.2. Proses Produksi Wingko .................................................................... 29 4.3. Penentuan Biaya Standar ................................................................... 32 4.4. Biaya Produksi ................................................................................... 34 4.4.1. Bahan Baku Langsung ........................................................... 34 4.4.2. Tenaga Kerja Langsung ......................................................... 35 4.4.3. Overhead Pabrik .................................................................... 36 4.5. Penetapan Standar .............................................................................. 37 4.6. Analisis Varians ................................................................................. 39 4.6.1. Analisis Varians Bahan Baku Langsung ............................... 39 4.6.2. Analisis Varians Tenaga Kerja Langsung ............................. 49 4.6.3. Analisis Varians Overhead .................................................... 50 4.7. Uji Hipotesis ...................................................................................... 54 4.7.1. Uji Hipotesis Bahan Baku Langsung..................................... 54 4.7.2. Uji Hipotesis Tenaga Kerja Langsung................................... 58 4.7.3. Uji Hipotesis Overhead ......................................................... 59 4.8. Implikasi Manajerial .......................................................................... 59
1. Jumlah Perusahaan Industri Kecil dan Menengah per Kabupaten/ Kota Diperinci menurut Lapangan Usaha Industri di Jawa Tengah Tahun 2005-2008............................................................................... 3 2. Komposisi Bahan Baku Wingko per Produksi.................................. 34 3. Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung Produksi Wingko per Produksi 35 4. Overhead Variabel Produksi Wingko Desember 2010...................... 36 5. Standar Harga Beli Bahan Baku Wingko Bulan Desember 2010...... 38 6. Kuantitas Standar Bahan Baku Wingko per Produksi....................... 39 7. Analisis Varians Rata-Rata Harga Bahan Baku Langsung UKM
Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010........................... 40 8. Analisis Varians Rata-Rata Efisiensi Bahan Baku Langsung UKM
Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010........................... 43 9. Analisis Varians Total Rata-Rata Bahan Baku Langsung UKM
Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010........................... 46 10. Analisis Varians Rata-Rata Tarif Tenaga Kerja Langsung UKM
Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010........................... 49 11. Analisis Varians Rata-Rata Efisiensi Tenaga Kerja Langsung UKM
Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010........................... 50 12. Analisis Varians Pengeluaran Overhead Variabel Produksi Wingko
Selama Bulan Desember 2010............................................................ 51 13. Analisis Varians Efisiensi Overhead Variabel Produksi Wingko
Selama Bulan Desember 2010............................................................ 53
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian......................................................... 20 2. Proses Produksi Wingko.................................................................... 31
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Kuesioner Wawancara.......................................................................... 64 2. Struktur Organisasi UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang............ 66 3. Realisasi Harga Beli Bahan Baku Wingko Bulan Desember 2010...... 67 4. Realisasi Kuantitas Bahan Baku Wingko Bulan Desember 2010........ 68 5. Analisis Varians Harga Bahan Baku Kelapa UKM Wingko
Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010.......................................... 69 6. Analisis Varians Efisiensi Bahan Baku Kelapa UKM Wingko
Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010.......................................... 70 7. Analisis Varians Harga Bahan Baku Gula Pasir UKM Wingko
Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010.......................................... 71 8. Analisis Varians Efisiensi Bahan Baku Gula Pasir UKM Wingko
Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010.......................................... 72 9. Analisis Varians Harga Bahan Baku Tepung Ketan UKM Wingko
Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010.......................................... 73 10. Analisis Varians Efisiensi Bahan Baku Tepung Ketan UKM Wingko
Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010.......................................... 74 11. Analisis Varians Harga Bahan Baku Mentega UKM Wingko
Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010.......................................... 75 12. Analisis Varians Efisiensi Bahan Baku Mentega UKM Wingko
Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010.......................................... 76 13. Analisis Varians Harga Bahan Baku Nangka UKM Wingko
Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010.......................................... 77 14. Analisis Varians Efisiensi Bahan Baku Nangka UKM Wingko
Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010.......................................... 78 15. Analisis Varians Harga Bahan Baku Durian UKM Wingko
Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010.......................................... 79 16. Analisis Varians Efisiensi Bahan Baku Durian UKM Wingko
Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010.......................................... 80 17. Analisis Varians Harga Bahan Baku Gula Jawa UKM Wingko
Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010.......................................... 81 18. Analisis Varians Efisiensi Bahan Baku Gula Jawa UKM Wingko
Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010.......................................... 82 19. Standar Jam Kerja Produksi Wingko Bulan Desember 2010.............. 83 20. Realisasi Jam Kerja Produksi Wingko Bulan Desember 2010............ 84 21. Analisis Varians Tarif Tenaga Kerja Langsung UKM Wingko
Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010.......................................... 85 22. Analisis Varians Efisiensi Tenaga Kerja Langsung UKM Wingko
Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010.......................................... 86 23. Uji Hipotesis Penyimpangan Harga Bahan Baku Kelapa.................... 87 24. Uji Hipotesis Penyimpangan Efisiensi Bahan Baku Kelapa................ 87 25. Uji Hipotesis Penyimpangan Harga Bahan Baku Gula Pasir............... 88 26. Uji Hipotesis Penyimpangan Efisiensi Bahan Baku Gula Pasir........... 88
xiii
No. Halaman 27. Uji Hipotesis Penyimpangan Harga Bahan Baku Tepung Ketan......... 89 28. Uji Hipotesis Penyimpangan Efisiensi Bahan Baku Tepung Ketan..... 89 29. Uji Hipotesis Penyimpangan Harga Bahan Baku Mentega.................. 90 30. Uji Hipotesis Penyimpangan Efisiensi Bahan Baku Mentega.............. 90 31. Uji Hipotesis Penyimpangan Harga Bahan Baku Nangka.................... 91 32. Uji Hipotesis Penyimpangan Efisiensi Bahan Baku Nangka............... 91 33. Uji Hipotesis Penyimpangan Harga Bahan Baku Durian..................... 92 34. Uji Hipotesis Penyimpangan Efisiensi Bahan Baku Durian................. 92 35. Uji Hipotesis Penyimpangan Harga Bahan Baku Gula Jawa................ 93 36. Uji Hipotesis Penyimpangan Efisiensi Bahan Baku Gula Jawa............ 93 37. Uji Hipotesis Penyimpangan Tarif Tenaga Kerja Langsung................. 94 38. Uji Hipotesis Penyimpangan Efisiensi Tenaga Kerja Langsung........... 94
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap perusahaan yang berorientasi terhadap laba memiliki tujuan untuk
memaksimalkan keuntungan yang didapat, salah satunya yaitu perusahaan
manufaktur. Menurut Nafarin (2003), perusahaan manufaktur adalah
perusahaan yang mengolah suatu bahan menjadi produk tertentu untuk dijual.
Proses kegiatan perusahaan manufaktur yang mengolah bahan baku menjadi
barang jadi yang siap dijual disebut dengan proses produksi. Proses produksi
merupakan hal yang sangat krusial karena di dalamnya terkandung biaya
produksi. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Dalam dunia usaha yang semakin berkembang ini, untuk mendapatkan
keuntungan yang optimal diperlukan pengendalian terhadap biaya produksi.
Hal tersebut perlu dilakukan agar biaya produksi yang digunakan dapat
seefisien mungkin. Salah satu metode yang dapat digunakan sebagai alat
pengendalian terhadap biaya produksi yaitu dengan menetapkan biaya
standar. Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang
merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membiayai
kegiatan produksi yang paling efisien (Nafarin, 2003). Penetapan biaya
standar dapat memberikan pedoman untuk mengetahui biaya yang seharusnya
terjadi dalam proses produksi. Proses produksi yang dilaksanakan menjadi
faktor penting karena berpengaruh terhadap biaya produksi bagi perusahaan,
baik itu perusahaan yang berskala besar maupun perusahaan berskala kecil
dan menengah.
Usaha kecil dan menengah (UKM) memiliki peranan yang sangat penting
dalam pembangunan ekonomi nasional. UKM tidak hanya berperan dalam
pertumbuhan perekonomian nasional, tetapi juga berperan dalam penyerapan
tenaga kerja dan pendistribusian hasil-hasil pembangunan. UKM di Indonesia
pada tahun 2009 jumlahnya mencapai 51.260.000 unit usaha yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Sumbangan sektor UKM ini terhadap produk
domestik bruto mencapai 53 persen (www.vivanews.com). Hal tersebut
2
mengindikasikan semakin membaiknya perekonomian Indonesia yang
ditunjang dari sektor ini.
Kegiatan perekonomian di Indonesia bertumpu di Pulau Jawa karena
Pulau Jawa memiliki iklim yang kondusif untuk kegiatan usaha. Iklim yang
kondusif disebabkan karena jumlah penduduk di Pulau Jawa paling padat
yang berimbas pada ketersediaan tenaga kerja serta memiliki infrastruktur
yang lengkap. Hal ini yang menarik minat pengusaha untuk menanamkan
investasi di Pulau Jawa.
Salah satu provinsi yang diminati investor untuk membuka usaha yaitu
Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, Provinsi
Jawa Tengah menempati urutan kedua dalam jumlah usaha yang tidak
berbadan hukum menurut Provinsi di Indonesia pada tahun 2004. Menurut
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, pada tahun 2008
terdapat 644.311 perusahaan industri kecil dan menengah dengan jumlah
tenaga kerja yang diserap sebanyak 2,74 juta orang. Jumlah perusahaan
industri kecil dan menengah per Kabupaten/Kota diperinci menurut lapangan
usaha industri di Jawa Tengah tahun 2005-2008 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Perusahaan Industri Kecil dan Menengah per Kabupaten/Kota Diperinci Menurut Lapangan Usaha Industri di Jawa Tengah tahun 2005-2008
Sektor 2005 2006 2007 2008
1. Makanan, minuman, dan tembakau. 227.518 227.525 227.575 227.644
2. Tekstil, barang dari kulit, dan alas
kaki. 83.248 83.252 83.272 83.294
3. Kayu dan produk lainnya. 108.893 108.894 108.923 108.954
4. Produk kertas dan percetakan. 4.512 4.512 4.512 4.515
5. Produk pupuk, kimia, dan karet. 6.541 6.541 6.542 6.545
6. Produk semen dan penggalian
bukan logam. 171.700 171.703 171.763 171.795
7. Logam dasar besi dan baja. 17 17 17 17
8. Peralatan, mesin, dan perlengkapan
transportasi. 33.140 33.140 33.150 33.158
9. Industri pengolahan lainnya. 8.384 8.384 8.384 8.389
Total 643.953 643.968 644.138 644.311
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, 2010.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah mencatat di
Provinsi Jawa Tengah terdapat lebih banyak usaha berskala kecil dan
3
menengah. Unit usaha yang paling banyak yaitu UKM di sektor makanan,
minuman, dan tembakau. Salah satu UKM dari sektor tersebut adalah UKM
Wingko Babat Cap Kapal Terbang.
1.2. Perumusan Masalah
UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang merupakan salah satu unit usaha
kecil dan menengah yang memproduksi makanan khas Kota Semarang yaitu
wingko babat. Lokasi perusahaan berada di Jalan Wolter Monginsidi
(Genuksari) No. 30 Semarang. Wingko babat yang diproduksi ada berbagai
macam rasa, yaitu kelapa, nangka, durian, dan gula jawa. Pembuatan wingko
babat membutuhkan bahan baku yaitu kelapa, tepung ketan, gula pasir,
mentega, dan bahan tambahan yaitu nangka, durian, dan gula jawa.
Biaya produksi UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang terdiri dari biaya
bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik. Selama ini biaya produksi UKM tersebut belum dikelola dengan baik.
Biaya produksi yang tidak dikelola dengan baik akan berpotensi
menimbulkan kerugian. UKM tersebut sebelumnya telah membuat standar
biaya produksi yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi wingko
babat, tetapi terjadi pelanggaran terhadap standar yang telah ditetapkan.
Pengendalian biaya sangat diperlukan untuk mengetahui apakah proses
produksi berjalan secara efisien. Pengendalian dilakukan dengan
membandingkan antara biaya standar dengan realisasinya. Jika terjadi varians
(selisih) antara biaya standar dengan realisasinya perlu penelitian lebih lanjut
mengenai penyebab terjadinya varians tersebut.
Pentingnya analisis varians antara biaya standar dengan realisasinya untuk
pengendalian produksi dalam efisiensi biaya produksi menjadikan peneliti
melakukan kajian dengan judul ”Analisis Biaya Standar sebagai Alat
Pengendalian Biaya Produksi (Studi Kasus: UKM Wingko Babat Cap Kapal
Terbang)”.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana penerapan biaya standar untuk bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung, dan overhead pabrik di UKM Wingko Babat Cap Kapal
Terbang?
4
2. Bagaimana varians yang terjadi antara biaya standar dengan biaya aktual
pada UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang?
3. Apakah varians yang terjadi masih dalam batas pengendalian manajemen
UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui penerapan biaya standar untuk bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung, dan overhead pabrik di UKM Wingko Babat Cap Kapal
Terbang.
2. Menganalisis varians yang terjadi antara biaya standar dengan biaya aktual
pada UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang.
3. Mengevaluasi varians yang terjadi apakah masih dalam batas pengendalian
manajemen UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan alternatif
untuk penerapan strategi perusahaan dalam penentuan biaya standar
sehingga dapat meningkatkan laba dan meningkatkan kinerja perusahaan.
2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas tentang analisis biaya standar sebagai alat
pengendalian biaya produksi untuk meningkatkan efisiensi biaya di UKM
Wingko Babat Cap Kapal Terbang. Analisis penelitian ini berfokus pada
penerapan biaya standar bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik;
analisis varians yang terjadi antara biaya standar dengan biaya yang
sebenarnya terjadi; dan pengelolaan dalam mengendalikan biaya produksi.
Penelitian ini hanya membahas satu produk unggulan dari UKM Wingko
Babat Cap Kapal Terbang yaitu wingko babat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Biaya
2.1.1. Pengertian Biaya
Menurut Bustami dan Nurlela (2006), biaya adalah pengorbanan
sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau
kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya
adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat
ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen,
2006). Kuswadi (2005) mendefinisikan biaya adalah semua pengeluaran
untuk mendapatkan barang atau jasa dari pihak ketiga, baik yang
berkaitan dengan usaha pokok perusahaan maupun tidak.
Menurut Horngren, dkk. (2008), biaya didefinisikan sebagai suatu
sumber daya yang dikorbankan (sacrified) atau dilepaskan (forgone)
untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya biasanya diukur dalam unit
uang yang harus dikeluarkan dalam rangka mendapatkan barang atau
jasa. Biaya yang dibebankan pada produk membantu keputusan
penetapan harga dan untuk menganalisis bagaimana tingkat
profitabilitas produk yang berbeda.
2.1.2. Jenis-jenis Biaya
Kuswadi (2005) mengklasifikasikan pembebanan biaya ke dalam
biaya langsung dan biaya tidak langsung.
1. Biaya Langsung
Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang langsung
dibebankan pada objek atau produk, misalnya bahan baku
langsung, upah tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses
produksi, biaya iklan, ongkos angkut, dan sebagainya.
2. Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang sulit atau
tidak dapat dibebankan secara langsung dengan unit produksi,
misalnya gaji pimpinan, gaji mandor, biaya iklan untuk lebih dari
6
satu macam produk, dan sebagainya. Biaya tidak langsung disebut
juga biaya overhead.
Kuswadi (2005) juga menggolongkan pola perilaku biaya yaitu
1. Biaya Tetap
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlahnya tetap atau
tidak berubah dalam rentang waktu tertentu, berapapun besarnya
penjualan atau produksi perusahaan.
2. Biaya Variabel
Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang dalam rentang
waktu dan sampai batas-batas tertentu jumlahnya berubah-ubah
secara proporsional.
3. Biaya Semi Variabel
Biaya semi variabel adalah biaya yang sulit digolongkan ke dalam
kedua jenis biaya di atas (tidak termasuk ke dalam biaya tetap atau
biaya variabel).
Kedua jenis biaya berikut digolongkan pada saat penetapannya dan
digunakan untuk tujuan perencanaan dan pengendalian yang terdiri atas
(Kuswadi, 2005):
1. Biaya yang Ditetapkan (Predetermined Cost)
Biaya yang ditetapkan adalah biaya yang besarnya telah ditetapkan
terlebih dahulu berdasarkan analisis masa lalu atau prediksi masa
datang. Biaya yang ditetapkan dilakukan untuk penyusunan standar
dan atau anggaran.
2. Biaya Historis (Historical Cost)
Biaya historis adalah biaya yang besarnya dihitung setelah ada
realisasi.
2.2. Konsep Biaya Produksi
2.2.1. Pengertian Biaya Produksi
Wibowo (2008) mendefinisikan produksi sebagai usaha yang
bergerak dalam kegiatan proses pengubahan suatu bahan atau barang
menjadi bahan atau barang lain yang berbeda bentuk atau sifatnya dan
mempunyai nilai tambah. Mulyadi (2000) mendefinisikan biaya
7
produksi sebagai biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk yang siap untuk dijual. Biaya produksi (production
cost) adalah biaya pabrik ditambah dengan harga pokok sediaan produk
dalam proses awal atau harga pokok produk jadi periode ini ditambah
dengan harga pokok sediaan produk dalam proses akhir (Nafarin,
2003). Menurut Hansen dan Mowen (2006), biaya produksi adalah
biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa.
Biaya produksi menurut Bustami dan Nurlela (2006) adalah biaya yang
digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
2.2.2. Jenis-jenis Biaya Produksi
Menurut Nafarin (2003), dalam suatu produksi terdapat unsur
harga pokok produk berupa biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung disebut dengan biaya utama (prime cost). Biaya
utama adalah biaya yang langsung berhubungan dengan produk. Biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik disebut biaya konversi
(conversion cost) . Biaya konversi adalah biaya untuk mengubah bahan
baku menjadi produk.
Biaya produksi dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tiga
jenis biaya, yaitu (Rony, 1990):
1. Biaya Bahan Baku Langsung
Suatu biaya produksi disebut sebagai biaya bahan baku langsung
jika bahan tersebut merupakan bagian yang integral, dapat dilihat
atau diukur secara jelas dan mudah serta dapat ditelusuri baik fisik
maupun nilainya dalam wujud produksi yang dihasilkan.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Suatu biaya produksi disebut sebagai biaya tenaga kerja langsung
jika biaya itu dikeluarkan atau dibebankan karena adanya
pembayaran upah kepada tenaga kerja yang langsung ikut serta
bekerja dalam membentuk produksi akhir. Biaya ini dapat
ditelusuri karena secara jelas dapat diukur dengan waktu yang
8
dipergunakannya dalam keikutsertaannya secara langsung
membentuk produksi akhir.
3. Biaya Overhead
Biaya overhead adalah semua biaya pabrik yang bukan bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung yang timbul dan dibebankan
terhadap pabrik karena sifatnya sebagai bagian yang memiliki
eksistensi dalam produksi akhir maupun hanya memberikan
pelayanan guna menunjang, memperlancar, mempermudah atau
sebagai penggerak kegiatan itu sendiri.
2.3. Konsep Biaya Standar
2.3.1. Pengertian Biaya Standar
Secara umum standar diartikan sebagai suatu kesatuan pengukuran
yang ditetapkan sebagai suatu pedoman dalam melaksanakan pekerjaan.
Standar adalah suatu ukuran kuantitas yang harus dicapai sehubungan
dengan adanya operasi atau kegiatan tertentu. Biaya standar dapat
diartikan biaya yang diperhitungkan secara wajar harus terjadi di dalam
memproduksi suatu barang, jadi biaya standar adalah standar kuantitas
input yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit produksi tertentu
(Rony, 1990).
Nafarin (2003) mendefinisikan sebagai harga pokok yang
ditentukan di muka dan merupakan harga pokok yang seharusnya.
Harga pokok yang seharusnya adalah harga pokok yang digunakan
sebagai pedoman untuk menilai harga pokok yang sesungguhnya yang
paling efisien. Biaya standar adalah biaya yang ditetapkan dengan
seksama untuk satu unit keluaran. Menurut Mulyadi (2000), biaya
standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah
biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk
atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi
ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu.
9
2.3.2. Tipe-tipe Standar
Menurut Hansen dan Mowen (2006), standar umumnya
diklasifikasikan baik sebagai sesuatu yang ideal maupun yang saat ini
dapat tercapai.
1. Standar ideal (ideal standards)
Standar ideal membutuhkan efisiensi maksimum dan hanya dapat
dicapai jika segala sesuatu beroperasi secara sempurna. Tidak ada
mesin yang rusak, menganggur, atau kurangnya keterampilan yang
dapat ditoleransi.
2. Standar yang saat ini dapat tercapai (currently attainable
standards)
Standar ini dapat dicapai dengan beroperasi secara efisien.
Kelonggaran diberikan untuk kerusakan normal, gangguan,
keterampilan yang lebih rendah dari sempurna, dan lainnya.
2.3.3. Tujuan Penetapan Biaya Standar
Menurut Rony (1990), penetapan biaya standar sangat bermanfaat
bagi manajemen aktivitas perusahaan karena standar biaya bermanfaat
untuk:
1. Pembuatan anggaran.
2. Pengendalian biaya dan mengukur efisiensi.
3. Mendorong upaya kemungkinan pengurangan biaya.
4. Memudahkan dalam pencatatan dan penyiapan laporan biaya.
5. Merencanakan biaya bahan baku, pekerjaan dalam proses maupun
persediaan barang jadi.
6. Sebagai pedoman penetapan harga penawaran dalam tender suatu
proyek atau kontrak tertentu.
2.3.4. Penentuan Biaya Standar
Menurut Nafarin (2003), penentuan biaya standar dibagi dalam tiga
bagian, yaitu biaya bahan baku langsung standar, biaya tenaga kerja
langsung standar, dan biaya overhead pabrik standar.
10
1. Biaya Bahan Baku Langsung Standar
Biaya bahan baku langsung standar terdiri atas harga bahan baku
langsung standar dan kuantitas bahan baku langsung standar.
i. Harga Bahan Baku Langsung Standar
Harga bahan baku langsung standar adalah taksiran
harga bahan baku per unit. Harga bahan baku langsung
standar biasanya ditentukan dari daftar harga pemasok
(supplier), katalog, atau informasi lain yang berhubungan
dengan kemungkinan perubahan harga di masa akan
datang.
ii. Kuantitas Bahan Baku Langsung Standar
Kuantitas bahan baku langsung standar adalah
taksiran sejumlah unit bahan baku yang diperlukan untuk
memproduksi satu unit produk tertentu. Kuantitas bahan
baku langsung standar dapat ditentukan dengan
menggunakan penyelidikan teknis dan analisis catatan masa
lalu. Penyelidikan teknis misalnya dengan mengadakan
taksiran yang wajar terhadap bahan baku yang diperlukan
untuk satu unit produk atau membuat percobaan operasi
produksi. Analisis catatan masa lalu misalnya dengan
menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk
(pekerjaan) yang sama dalam periode tertentu pada masa
lalu.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar
Biaya tenaga kerja langsung standar terdiri atas tarif upah tenaga
kerja langsung standar dan jam tenaga kerja langsung standar.
i. Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung Standar
Tarif upah tenaga kerja langsung standar adalah
taksiran tarif upah tenaga kerja langsung per jam. Tarif
upah tenaga kerja langsung standar dapat ditentukan atas
dasar perjanjian dengan karyawan dan data upah masa lalu
yang dihitung secara rata-rata.
11
ii. Jam Tenaga Kerja Langsung Standar
Jam tenaga kerja langsung standar adalah taksiran
sejumlah satuan waktu yang diperlukan untuk membuat
satu unit produk tertentu. Jam tenaga kerja langsung standar
dapat ditentukan dengan cara penyelidikan teknis dan
analisis catatan masa lalu. Penyelidikan teknis misalnya
dengan mengadakan penyelidikan gerak dan waktu,
mengadakan taksiran yang wajar, memperhitungkan
kelonggaran waktu untuk istirahat, memperhitungkan faktor
kelelahan, dan memperhitungkan penundaan kerja yang
tidak bisa dihindari. Analisis catatan masa lalu misalnya
menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam satu
pekerjaan dari kartu harga pokok periode yang lalu.
3. Biaya Overhead Pabrik Standar
Biaya overhead pabrik standar dapat ditaksir atas dasar kapasitas
normal. Misalnya dengan menghitung kapasitas normal dalam satu
tahun x unit atau y jam kerja langsung dan biaya overhead pabrik
satu tahun yang terdiri atas biaya overhead pabrik variabel dan
biaya overhead pabrik tetap.
Jam kerja normal atau kapasitas normal adalah jam kerja yang
digunakan untuk menentukan standar tarif pembebanan biaya
overhead pabrik. Kapasitas normal merupakan suatu tingkat
kapasitas operasi yang dapat dicapai dengan pemanfaatan secara
maksimal semua input atas fasilitas sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh perusahaan. Sehingga pada akhirnya tercapai biaya
per unit produk yang serendah mungkin.
12
2.4. Konsep Pengendalian
Pengendalian dibutuhkan dalam setiap pekerjaan untuk mengevaluasi
kegiatan yang telah dilakukan agar sesuai dengan yang direncanakan semula.
Pengendalian adalah melihat ke belakang, memutuskan apakah yang
sebenarnya telah terjadi dan membandingkannya dengan hasil yang
direncanakan sebelumnya (Hansen dan Mowen, 2006). Menurut Rony (1990),
pengendalian berkaitan dengan usaha, prosedur, metode, dan langkah yang
harus ditempuh agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan
baik untuk mencapai sasaran yang ditetapkan.
Biaya produksi harus dapat dikendalikan agar tidak terjadi pemborosan.
Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang dapat mengendalikan biaya
produksi agar berjalan secara efisien. Menurut Kuswadi (2005), penentuan
biaya standar dilakukan untuk mencapai produktivitas yang maksimum
dengan biaya serendah-rendahnya.
2.5. Analisis Varians
Varians atau selisih menurut Horngren (2008) adalah perbedaan antara
jumlah berdasarkan hasil aktual dan jumlah yang dianggarkan, yakni jumlah
aktual dan jumlah yang diperkirakan berdasarkan anggaran. Varians adalah
perbedaan yang terjadi antara biaya standar dengan biaya sebenarnya yang
mungkin menguntungkan atau sebaliknya.
Kuswadi (2005) mendefinisikan varians adalah selisih antara biaya standar
dan biaya aktual. Varians dianggap baik jika biaya aktualnya lebih kecil
daripada biaya standar dan sebaliknya. Jumlah varians untuk suatu periode
biasanya terdiri atas varians yang baik (favorable) dan varians yang tidak baik
(unfavorable). Varians ini berasal dari biaya standar bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Dengan membandingkan biaya
standar dan biaya aktual, manajemen diharapkan dapat memperhatikan
varians-varians yang terjadi dan dapat mengambil tindakan perbaikan yang
diperlukan. Horngren (2008) membagi varians ke dalam dua bagian yaitu:
13
1. Varians Harga
Varians harga adalah perbedaan antara harga aktual dan harga yang
dianggarkan dikali dengan kuantitas masukan aktual, seperti bahan baku
yang digunakan atau dibeli.
2. Varians Efisiensi
Varians efisiensi adalah perbedaan antara kuantitas masukan aktual dan
anggaran kuantitas masukan yang seharusnya digunakan untuk
memproduksi keluaran aktual dikali dengan harga yang dianggarkan.
Analisis varians digunakan untuk evaluasi kinerja. Ada dua hal yang
menjadi penilaian menurut Horngren (2008), yaitu:
1. Efektifitas, yaitu tingkat pencapaian tujuan atau sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2. Efisiensi, yaitu jumlah relatif masukan yang digunakan untuk mencapai
tingkat keluaran tertentu. Makin sedikit masukan yang digunakan untuk
mencapai tingkat keluaran tertentu atau semakin banyak keluaran untuk
tingkat masukan tertentu maka semakin tinggi efisiensinya.
Penentuan biaya standar dibagi menjadi tiga bagian yaitu biaya bahan
baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Maka analisis
varians juga terbagi atas varians bahan baku langsung, varians tenaga kerja
langsung, dan varians overhead pabrik (Hansen dan Mowen, 2006).
1. Varians Bahan Baku Langsung
Aspek yang menyebabkan varians bahan baku langsung yaitu:
a. Varians Harga Bahan Baku Langsung
Varians harga bahan baku (material price variance-MPV) mengukur
perbedaan antara berapa yang harus dibayar untuk bahan baku dan
berapa yang secara aktual dibayar.
b. Varians Efisiensi Bahan Baku Langsung
Varians penggunaan bahan baku langsung (material usage variance-
MUV) mengukur perbedaan antara bahan baku langsung yang secara
aktual digunakan dan bahan baku langsung yang seharusnya
digunakan untuk output aktual.
14
2. Varians Tenaga Kerja Langsung
Aspek yang menyebabkan varians tenaga kerja langsung yaitu:
a. Varians Tarif Tenaga Kerja Langsung
Varians tarif tenaga kerja langsung (labor rate variance- LRV)
menghitung perbedaan antara apa yang sudah dibayar untuk tenaga
kerja langsung dan apa yang seharusnya dibayar.
b. Varians Efisiensi Tenaga Kerja Langsung
Varians efisiensi tenaga kerja langsung (labor efficiency variance-
LEV) mengukur perbedaan antara jam tenaga kerja yang secara aktual
digunakan dan jam tenaga kerja yang seharusnya digunakan.
3. Varians Overhead Pabrik
Varians overhead total yaitu perbedaan antara overhead yang dibebankan
dan yang aktual, juga dibagi menjadi beberapa variansi komponen.
a. Varians Overhead Variabel
Overhead variabel diasumsikan bervariasi sejalan dengan perubahan
volume produksi.
i. Varians Pengeluaran Overhead Variabel
Varians pengeluaran overhead variabel mengukur pengaruh
agregat dari perbedaan antara tarif aktual overhead variabel
(actual variable overhead rate-AVOR) dan tarif standar
overhead variabel (standard variable overhead rate-SVOR).
Tarif aktual overhead variabel adalah overhead variabel aktual
dibagi dengan jam aktual.
ii.Varians Efisiensi Overhead Variabel
Varians efisiensi overhead variabel mengukur perubahan dalam
konsumsi overhead variabel yang muncul karena penggunaan
efisien tenaga kerja langsung.
b. Varians Overhead Tetap
Varians total overhead tetap adalah perbedaan antara overhead tetap
aktual dan overhead tetap yang dibebankan, dimana overhead tetap
yang dibebankan diperoleh dengan mengkalikan tarif standar
overhead tetap dengan jam standar yang diizinkan untuk output aktual.
15
i. Varians Pengeluaran Overhead Tetap
Varians pengeluaran overhead tetap didefinisikan sebagai
perbedaan antara overhead tetap aktual dan overhead tetap yang
dianggarkan. Varansi pengeluaran dapat ditoleransi karena lebih
sedikit overhead tetap dikeluarkan daripada yang dianggarkan.
ii.Varians Volume Overhead Tetap
Varians volume overhead tetap adalah perbedaan antara
overhead tetap yang dianggarkan dan overhead tetap yang
dibebankan. Varians volume mengukur pengaruh perbedaan
output aktual dari output yang digunakan di awal tahun dan
untuk menghitung tarif perkiraan standar overhead tetap.
2.6. Usaha Kecil dan Menengah
Jumlah usaha kecil di Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik dan
Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yaitu lebih dari 99,8 persen
dari jenis usaha yang ada. Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun
1998, pengertian usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil
dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil
dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.
Menurut Undang Undang No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil, usaha kecil
adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,00, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00.
3. Milik warga negara Indonesia
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan usaha menengah atau usaha besar; dan
5. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
16
Menurut Wibowo (2008), ciri-ciri lain yang sering digunakan
sebagai ukuran suatu usaha tergolong kecil adalah
1. Usaha dimiliki secara bebas, terkadang tidak berbadan hukum.
2. Operasinya tidak memperlihatkan keunggulan yang mencolok.
3. Usaha dimiliki dan dikelola oleh satu orang.
4. Usaha tidak memiliki banyak karyawan.
5. Modalnya dikumpulkan dari tabungan pemilik pribadi.
6. Wilayah pasarnya bersifat lokal dan tidak terlalu jauh dari pusat usahanya.
Indonesia dan negara berkembang lain memandang penting
keberadaan usaha kecil. Hal ini disebabkan tiga alasan utama (Wibowo,
2008), yaitu:
1. Kinerja usaha kecil cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga
kerja yang produktif
2. Usaha kecil sangat dinamis, dengan investasi dan inovasi teknologinya
usaha kecil mampu mencapai peningkatan produktivitas yang tinggi.
3. Usaha kecil memiliki fleksibilitas yang tinggi sehingga mampu hidup di
sela-sela kehidupan usaha besar.
4. Kemampuan usaha kecil dalam menyerap tenaga kerja dan mendukung
pendapatan rumah tangga.
Menurut Primiana (2009), terdapat berbagai masalah yang dialami
oleh UKM seperti:
1. Permodalan
a. Modal kecil, sulit untuk memenuhi pesanan
b. Sulit mendapatkan kredit dari bank
c. Kurang mampu mengadakan perencanaan, pencatatan, dan pelaporan
d. Tercampurnya antara keuangan perusahaan dengan keuangan keluarga
2. Pemasaran
a. Kurang dapat melihat peluang pasar/ selera pasar
b. Akses terhadap informasi pasar kurang
c. Terbatasnya tempat pemasaran
d. Kemampuan negosiasi yang lemah sehingga berakibat kerugian pada
sistem pembayaran
17
e. Kurang kerjasamanya dengan perusahaan besar atau sesama UKM
f. Kurang mampu merancang strategi bisnis
3. Produksi/ Teknologi
a. Kurangnya pengetahuan tentang bagaimana memproduksi barang
yang berkualitas, efisien, dan tepat waktu
b. Tidak adanya transfer teknologi dari usaha besar
c. Tidak melakukan riset dan pengembangan
d. Tidak mengerti pentingnya kerjasama dengan pihak supplier
e. Tidak adanya proses perbaikan yang berkesinambungan
4. Sumber Daya Manusia
a. Pendidikan rendah
b. Rendahnya jiwa wirausaha
c. Keahlian terbatas
d. Rendahnya produktivitas pekerja
e. Tidak ada pembagian kerja
5. Pemerintah
a. Kurangnya dukungan dengan berbagai kebijakan yang berpihak pada
UKM
b. Kurangnya menciptakan lingkungan usaha yang kondusif
2.7. Hasil Penelitian Terdahulu
Vitasari (2007) meneliti tentang penerapan analisis varians sebagai
kontrol efisiensi biaya produksi pada PT. Mubarokfood Cipta Delicia Kudus.
Peneliti menggunakan perhitungan analisis Statistical Quality Control,
Kruskal Wallis test, dan analisis varians (selisih). Berdasarkan analisis
deskriptif presentase, tingkat efisiensi biaya produksi untuk jenang halus dan
jenang merah maupun tingkat efisiensi total biaya produksi jenang
menunjukkan adanya perbedaan. Namun setelah dianalisis dengan SQC,
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
masih berada pada daerah in control. Dari analisis Kruskal Wallis test
diperoleh hasil bahwa H hitung < H tabel yaitu 0,600 < 5,991. Oleh karena itu
tidak ada perbedaan yang signifikan antara varians biaya produksi jenang
18
tahun 2003-2005 sehingga dapat disimpulkan bahwa biaya produksinya
efisien.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Kinerja perusahaan ditentukan oleh bagaimana perusahaan mampu
menerapkan fungsi pengendalian yang baik atas aktivitas perusahaan. Biaya
produksi yang timbul dari proses produksi juga harus dilakukan
pengendalian yang baik agar tidak terdapat varians dan dapat berjalan secara
efisien.
UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang merupakan salah satu unit
usaha kecil dan menengah yang memproduksi makanan khas Kota
Semarang yaitu wingko babat. Biaya produksi UKM Wingko Babat Cap
Kapal Terbang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik. UKM Wingko Babat Cap Kapal
Terbang ini dalam aktivitasnya dihadapkan pada kemungkinan terjadinya
perbedaan antara biaya produksi yang telah ditetapkan dengan biaya
produksi yang sebenarnya terjadi.
Biaya yang telah ditetapkan terlebih dahulu dengan menggunakan
standar tertentu yang seharusnya terjadi dimaksud dengan biaya standar.
Analisis biaya standar menjadi metode yang akan digunakan untuk
mempermudah menetapkan harga pokok yang sebenarnya terjadi. Hal ini
dapat mempermudah dalam mengendalikan biaya dan dapat
mengoptimalkan laba yang ingin didapat.
Penelitian ini mengkaji tentang varians yang terjadi antara biaya
standar yang telah ditetapkan dengan realisasi biaya yang sebenarnya
terjadi. Analisis varians dilakukan dengan membandingkan standar biaya
produksi dengan realisasinya. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis
varians dan uji t (t-test). Analisis varians dilakukan untuk mengetahui
deskripsi persentase varians yang terjadi apakah dapat ditoleransi atau tidak
dapat ditoleransi dan ataukah varians tersebut menguntungkan atau tidak
menguntungkan. Uji t (t-test) dilakukan untuk mengetahui apakah varians
yang terjadi masih dalam batas pengendalian. Setelah dilakukan analisis,
dari hasil analisis tersebut dapat memberikan saran dan rekomendasi
20
kepada perusahaan untuk perbaikan manajemen perusahaan. Penjelasan
selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang
Biaya Produksi
Biaya Bahan Baku Langsung
Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Biaya Overhead
Pabrik
Standar Biaya Produksi
Realisasi Biaya Produksi
Varians Biaya Produksi
Saran/ Rekomendasi
Alat Analisis: - Analisis Varians - Uji t
21
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di pabrik UKM Wingko Babat Cap Kapal
Terbang yang berlokasi di Jalan Kinibalu Barat No. 51 RT 03 RW 04
Semarang. Waktu penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan
Desember 2010. Waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data-data yang
relevan dari perusahaan yang kemudian diolah dan dievaluasi hasilnya.
3.3. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara
langsung dengan pihak manajemen. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
data perusahaan berupa data historis UKM Wingko Babat Cap Kapal
Terbang, studi literatur, karangan ilmiah, serta referensi lain yang relevan
dengan penelitian ini. Data historis perusahaan berupa laporan keuangan, data
produksi, data pembelian, data penjualan, dan data tentang perusahaan. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data harian selama 30 hari pada
bulan Desember 2010.
3.4. Pengolahan dan Analisis Data
3.4.1. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis varians biaya standar. Analisis varians digunakan untuk
mengetahui biaya produksi yang sebenarnya terjadi (realisasi) dengan
biaya yang telah ditetapkan sebelumnya (standar). Analisis varians
memperlihatkan varians yang terjadi antara standar biaya produksi
dengan realisasi biaya produksi. Sehingga dapat dicari penyebab dari
varians yang telah terjadi dan memberi rekomendasi perbaikan kepada
pihak manajemen.
Varians yang terjadi dapat menguntungkan (favorable) atau tidak
menguntungkan (unfavorable). Varians dikatakan menguntungkan
(favorable) jika biaya aktualnya lebih kecil dari biaya standar.
Sedangkan varians dikatakan tidak menguntungkan (unfavorable) jika
biaya aktualnya lebih besar dari biaya standar.
22
Pengolahan data yang digunakan untuk menganalisis varians
menggunakan alat bantu piranti lunak dari komputer yaitu Microsoft
Excel 2007. Data yang telah diolah selanjutkan akan dilakukan
pengujian dengan uji t atau disebut sebagai t-test menggunakan SPSS
versi 16.
3.4.2. Analisis Varians
Analisis varians digunakan untuk mengukur varians yang
terjadi antara biaya standar yang seharusnya terjadi dengan biaya
yang sebenarnya terjadi atau realisasi (Hansen dan Mowen, 2006).
1. Penghitungan Varians Bahan Baku Langsung
a. Penghitungan Varians Harga Bahan Baku Langsung
Varians harga bahan baku langsung (material price variance-
MPV) dihitung menggunakan rumus:
MPV = (AP – SP) AQ ................................... (1)
Keterangan:
AP = Harga aktual per unit
SP = Harga standar per unit
AQ = Kuantitas aktual bahan baku yang digunakan
b. Penghitungan Varians Efisiensi Bahan Baku Langsung
Varians efisiensi bahan baku langsung (material usage
Gula Pasir 4 4,15 10.500 1.575 U -3,75 % Tepung Ketan 3 2,95 9.500 -475 F 1,67 %
Mentega 0,25 0,23 14.000 -280 F 8 % Nangka 0,25 0,29 10.000 400 U -16 % Durian 0,25 0,27 15.000 300 U -8 %
Gula Jawa 0,25 0,26 10.000 100 U -4 %
i. Kelapa
Standar efisiensi bahan baku langsung kelapa
selama 30 hari pada bulan Desember 2010 memiliki rataan
sebesar 36 butir dengan rataan realisasi sebesar 37 butir
kelapa. Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang
terjadi sebesar Rp. 4.000 dengan rataan persentase varians
sebesar 2,7 % yang dapat dikategorikan Unfavorable (U).
Varians ini disebabkan oleh realisasi penggunaan
kelapa yang melebihi standar. Hal ini dapat terjadi karena
adanya bonus yang diberikan setiap pembelian yang
dilakukan oleh pemilik UKM sendiri. Hal ini akan
berpengaruh terhadap kualitas wingko yang diproduksi.
44
ii. Gula Pasir
Standar efisiensi bahan baku langsung gula pasir
selama 30 hari pada bulan Desember 2010 memiliki rataan
sebesar 4 kg dengan rataan realisasi sebesar 4,15 kg.
Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi
sebesar Rp. 1.575 dengan rataan persentase varians sebesar
3,75 % yang dapat dikategorikan Unfavorable (U). Varians
ini dapat terjadi karena sering terjadi penambahan gula
pasir melebihi takaran yang telah distandarkan.
Penambahan ini dilakukan untuk mendapatkan rasa manis
yang tepat.
iii. Tepung Ketan
Standar efisiensi bahan baku langsung tepung ketan
selama 30 hari pada bulan Desember 2010 memiliki rataan
sebesar 3 kg dengan rataan realisasi sebesar 2,95 kg.
Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi
sebesar Rp. 475 dengan rataan persentase varians sebesar
1,67 % yang dapat dikategorikan Favorable (F). Varians
ini dapat terjadi karena sering dilakukan pengurangan
takaran komposisi tepung ketan ke dalam adonan.
Pengurangan komposisi ini bertujuan untuk mendapatkan
tekstur adonan yang tepat.
iv. Mentega
Standar efisiensi bahan baku langsung mentega
selama 30 hari pada bulan Desember 2010 memiliki rataan
sebesar 0,25 kg dengan rataan realisasi sebesar 0,23 kg.
Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi
sebesar Rp. 280 dengan rataan persentase varians sebesar 8
% yang dapat dikategorikan Favorable (F). Varians ini
disebabkan karena dilakukan pengurangan pada takaran
komposisi mentega. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan
45
tekstur adonan yang tepat karena mentega berfungsi
sebagai bahan pengemulsi adonan.
v. Nangka
Standar efisiensi bahan baku langsung nangka
selama 30 hari pada bulan Desember 2010 memiliki rataan
sebesar 0,25 kg dengan rataan realisasi sebesar 0,29 kg.
Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi
sebesar Rp. 400 dengan rataan persentase varians sebesar
16 % yang dapat dikategorikan Unfavorable (U). Varians
ini dipengaruhi oleh kualitas nangka dan adanya
persediaan nangka di pasaran.
vi. Durian
Standar efisiensi bahan baku langsung durian
selama 30 hari pada bulan Desember 2010 memiliki rataan
sebesar 0,25 kg dengan rataan realisasi sebesar 0,27 kg.
Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi
sebesar Rp. 300 dengan rataan persentase varians sebesar 8
% yang dapat dikategorikan Unfavorable (U). Varians ini
dipengaruhi oleh kualitas durian yang dibeli dan adanya
persediaan durian di pasaran.
vii. Gula Jawa
Standar efisiensi bahan baku langsung gula jawa
selama 30 hari pada bulan Desember 2010 memiliki rataan
sebesar 0,25 kg dengan rataan realisasi sebesar 0,26 kg.
Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi
sebesar Rp. 100 dengan rataan persentase varians sebesar 4
% yang dapat dikategorikan Unfavorable (U). Varians ini
diakibatkan penggunaan gula jawa yang melebihi takaran
standar. Hal ini dapat terjadi karena dilakukan penambahan
gula jawa untuk mendapatkan rasa manis khas gula jawa
yang tepat.
46
c. Analisis Varians Total Bahan Baku Langsung
Analisis varians total bahan baku langsung menggabungkan antara
varians harga dan varians efisiensi dari bahan baku langsung.
Analisis varians total bahan baku langsung dalam satu kali
produksi rata-rata selama bulan Desember 2010 disajikan dalam
Tabel 9.
Tabel 9. Analisis Varians Total Rata-Rata Bahan Baku Langsung UKM Wingko Cap Kapal Terbang per Produksi Bulan Desember 2010
Nama Bahan Baku
Biaya Standar
Biaya Aktual Analisis
Varians U/F Varians (SP x SQ) (AP x AQ)
Kelapa 144.000 145.533,21 1.533,21 U -1,06% Gula Pasir 42.000 42.330 330 U -0,79%
Tepung Ketan 28.500 32.155 3.655 U -12,82% Mentega 3.500 4.013,5 513,5 U -14,67% Nangka 2.500 3.219 719 U -28,76% Durian 3.750 5.805 2.055 U -54,80%
Gula Jawa 2.500 2.296,66 -203,33 F 8,13%
i. Kelapa
Biaya standar rata-rata bahan baku langsung kelapa
untuk satu kali produksi selama 30 hari pada bulan
Desember 2010 sebesar Rp. 144.000 dengan realisasi
sebesar Rp. 145.533,21. Berdasarkan hasil analisis varians
total yang menggabungkan antara varians harga dan varians
efisiensi, varians yang terjadi sebesar Rp. 1.533,21 dengan
persentase varians sebesar 1,06 %. Varians total ini dapat
dikategorikan Unfavorable (U).
Varians ini disebabkan oleh realisasi efisiensi
penggunaan kelapa yang melebihi standar. Meskipun UKM
mendapatkan bahan baku kelapa dengan harga yang sama,
tetapi secara penggunaan dinilai tidak efisien.
47
ii. Gula Pasir
Biaya standar rata-rata bahan baku langsung gula
pasir untuk satu kali produksi selama 30 hari pada bulan
Desember 2010 sebesar Rp. 42.000 dengan realisasi
sebesar Rp. 42.330. Berdasarkan hasil analisis varians total
yang menggabungkan antara varians harga dan varians
efisiensi, varians yang terjadi sebesar Rp. 330 dengan
persentase varians sebesar 0,79 %. Varians total ini dapat
dikategorikan Unfavorable (U). Varians ini disebabkan
oleh penggunaan gula pasir yang tidak efisien meskipun
UKM membelinya dengan harga yang lebih murah dari
standar.
iii. Tepung Ketan
Biaya standar rata-rata bahan baku langsung tepung
ketan untuk satu kali produksi selama 30 hari pada bulan
Desember 2010 sebesar Rp. 28.500 dengan realisasi
sebesar Rp. 32.155. Berdasarkan hasil analisis varians total
yang menggabungkan antara varians harga dan varians
efisiensi, varians yang terjadi sebesar Rp. 3.655 dengan
persentase varians sebesar 12,82 %. Varians total ini dapat
dikategorikan Unfavorable (U). Varians yang terjadi
disebabkan oleh harga beli rata-rata tepung ketan lebih
tinggi dari standar meskipun penggunaan tepung ketan
sudah efisien.
iv. Mentega
Biaya standar rata-rata bahan baku langsung
mentega untuk satu kali produksi selama 30 hari pada
bulan Desember 2010 sebesar Rp. 3.500 dengan realisasi
sebesar Rp. 4.013,5. Berdasarkan hasil analisis varians
total yang menggabungkan antara varians harga dan
varians efisiensi, varians yang terjadi sebesar Rp. 513,5
dengan persentase varians sebesar 14,67 %. Varians total
48
ini dapat dikategorikan Unfavorable (U). Varians ini
disebabkan oleh harga beli mentega yang lebih tinggi dari
standar.
v. Nangka
Biaya standar rata-rata bahan baku langsung nangka
untuk satu kali produksi selama 30 hari pada bulan
Desember 2010 sebesar Rp. 2.500 dengan realisasi sebesar
Rp. 3.219. Berdasarkan hasil analisis varians total yang
menggabungkan antara varians harga dan varians efisiensi,
varians yang terjadi sebesar Rp. 719 dengan persentase
varians sebesar 28,76 %. Varians total ini dapat
dikategorikan Unfavorable (U). Varians ini disebabkan
oleh harga bahan baku yang melebihi standar dan
penggunaan nangka yang tidak efisien karena lebih banyak
dari standar.
vi. Durian
Biaya standar rata-rata bahan baku langsung durian
untuk satu kali produksi selama 30 hari pada bulan
Desember 2010 sebesar Rp. 3.750 dengan realisasi sebesar
Rp. 5.805. Berdasarkan hasil analisis varians total yang
menggabungkan antara varians harga dan varians efisiensi,
varians yang terjadi sebesar Rp. 2.055 dengan persentase
varians sebesar 54,8 %. Varians total ini dapat
dikategorikan Unfavorable (U). Hal ini disebabkan oleh
harga durian yang sangat tinggi melebihi harga standar
yang ditetapkan oleh UKM. Selain itu, penggunaan bahan
baku yang tidak efisien juga menjadi penyebab pada
varians total bahan baku durian.
vii. Gula Jawa
Biaya standar rata-rata bahan baku langsung gula
jawa untuk satu kali produksi selama 30 hari pada bulan
Desember 2010 sebesar Rp. 2.500 dengan realisasi sebesar
49
Rp. 2.296,66. Berdasarkan hasil analisis varians total yang
menggabungkan antara varians harga dan varians efisiensi,
varians yang terjadi sebesar Rp. 203,33 dengan persentase
varians sebesar 8,13 %. Varians total ini dapat
dikategorikan Favorable (F). Varians yang terjadi pada
gula jawa ini disebabkan oleh harga beli gula jawa yang
lebih rendah dari standar. Hal ini dapat terjadi karena gula
jawa dibeli di dekat lokasi produksi yang merupakan sentra
produsen gula jawa.
4.6.2. Analisis Varians Tenaga Kerja Langsung
Analisis varians tenaga kerja langsung terdiri dari varians tarif
tenaga kerja langsung dan varians efisiensi tenaga kerja langsung.
a. Analisis Varians Tarif Tenaga Kerja Langsung
Analisis varians tarif tenaga kerja langsung rata-rata disajikan
dalam Tabel 10.
Tabel 10. Analisis Varians Rata-Rata Tarif Tenaga Kerja Langsung UKM Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010
Jenis Varians
Analisis Varians Rata-Rata Tarif TKL Tarif Upah
Standar Tarif Upah
Aktual Jam TKL Analisis Varians U/F Varians per Jam per Jam Aktual
(SR) (AR) (AH) (LRV)
Tarif TKL
8.150
6.660
3,8
-5.662
F
18,3 %
Tenaga kerja langsung memiliki tarif upah standar sebesar
Rp. 8.150 per jam dengan rataan realisasi sebesar Rp. 6.660 per
jam. Proses produksi yang dilaksanakan memiliki standar waktu
selama 3 jam dan jam tenaga kerja langsung aktual sebesar 3,8
jam. Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi
sebesar Rp. 5.662 dengan persentase varians sebesar 18,3 % dan
dikategorikan Favorable (F). Hal ini disebabkan karena tarif
upah aktual per jam kurang dari tarif upah standar per jam. Pada
50
setiap hari Sabtu, tenaga kerja dibayar dengan upah yang lebih
tinggi Rp. 5.000 dari hari biasa.
b. Analisis Varians Efisiensi Tenaga Kerja Langsung
Analisis varians efisiensi tenaga kerja langsung rata-rata disajikan
dalam Tabel 11.
Tabel 11. Analisis Varians Rata-Rata Efisiensi Tenaga Kerja Langsung UKM Wingko Cap Kapal Terbang Bulan Desember 2010
Jenis Varians
Analisis Varians Rata-Rata Efisiensi TKL
Jam TKL Jam TKL Tarif Upah
Standar Analisis Varians U/F Varians Standar Aktual per Jam
(SH) (AH) (SR) (LEV)
Efisiensi TKL
3
3,8
8.150
6.520
U
-26,7%
Tenaga kerja langsung memiliki jam kerja standar selama 3
jam dengan rataan realisasi selama 3,8 jam. Berdasarkan hasil
analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp. 6.520 dengan
persentase varians sebesar 26,7 % dan dikategorikan Unfavorable
(U). Hal ini disebabkan oleh jam kerja aktual lebih lama daripada
jam kerja standar yang seharusnya terjadi. Gangguan terhadap hal
teknis seperti penundaan kerja yang tidak dapat dihindari sangat
mempengaruhi jam tenaga kerja langsung aktual.
4.6.3. Analisis Varians Overhead
Overhead pabrik UKM Wingko Cap Kapal Terbang dihitung
selama satu bulan atau 30 hari selama bulan Desember 2010. Analisis
varians overhead terbagi menjadi varians overhead variabel dan
varians overhead tetap.
a. Varians Overhead Variabel
Overhead variabel yang digunakan yaitu kemasan berlogo, kertas
minya, gas LPG dengan ukuran tabung 3 kg dan air galon.
Analisis varians overhead variabel terdiri dari varians pengeluaran
overhead variabel dan varians efisiensi overhead variabel.
51
1. Varians Pengeluaran Overhead Variabel
Analisis varians pengeluaran overhead variabel selama
bulan Desember 2010 disajikan dalam Tabel 12.
Tabel 12. Analisis Variansi Pengeluaran Overhead Variabel Produksi Wingko Selama Bulan Desember 2010
Jenis
Tarif Standar
Tarif Aktual Jam
TKL Aktual
Analisis Varians U/F Varians Overhead
Variabel Overhead Variabel
(SVOR) (AVOR) (AH) (VPOV)
Kemasan Berlogo
1.312.500
1.305.000 3,8 -28.500 F 0,6 %
Kertas Minyak
210.000
300.000 3,8 342.000 U -42,9 %
Gas LPG 3 kg
405.000
350.000 3,8 -209.000 F 13,6 %
Air
540.000
270.000 3,8 -1.026.000 F 50 %
i. Kemasan Berlogo
Tarif standar pengeluaran kemasan berlogo selama
30 hari pada bulan Desember 2010 yaitu sebesar Rp.
1.312.500 dengan realisasi sebesar Rp. 1.305.000.
Berdasarkan analisis varians, varians yang terjadi sebesar
Rp. 28.500 dengan persentase varians sebesar 0,6 % yang
dapat dikategorikan Favorable (F). Varians ini disebabkan
oleh adanya diskon yang diberikan dari percetakan
terhadap kemasan berlogo untuk UKM Wingko Cap
Kapal Terbang karena memesan dalam jumlah yang besar.
ii. Kertas Minyak
Tarif standar pengeluaran kertas minyak selama 30
hari pada bulan Desember 2010 yaitu sebesar Rp. 210.000
dengan realisasi sebesar Rp. 300.000. Berdasarkan hasil
analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp. 342.000
52
dengan persentase varians sebesar 42,9 % yang dapat
dikategorikan Unfavorable (U). Varians ini disebabkan
oleh penggunaan kertas minyak yang tidak sesuai dengan
ukuran standar yang seharusnya. Kertas minyak seringkali
sobek dan adanya sisa dari kertas minyak yang dibuang.
iii. Gas LPG 3 kg
Tarif standar pengeluaran gas LPG selama 30 hari
pada bulan Desember 2010 yaitu sebesar Rp. 405.000
dengan realisasi sebesar Rp. 350.000. Berdasarkan hasil
analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp. 209.000
dengan rataan persentase varians sebesar 13,6 % yang
dapat dikategorikan Favorable (F). Hal ini dapat terjadi
karena pada setiap kali produksi, standar gas LPG yang
dipakai sebanyak satu tabung. Tetapi pada realisasinya,
setiap kali produksi satu tabung gas LPG tidak semuanya
habis terpakai. Sisa gas LPG dapat digunakan untuk
kegiatan produksi selanjutnya.
iv. Air
Tarif standar pengeluaran air selama 30 hari pada
bulan Desember 2010 yaitu sebesar Rp. 540.000 dengan
realisasi sebesar Rp. 270.000. Berdasarkan hasil analisis
varians, varians yang terjadi sebesar Rp. 1.026.000 dengan
rataan persentase varians sebesar 50 % yang dapat
dikategorikan Favorable (F). Hal ini dapat terjadi karena
penggunaan air UKM Wingko Cap Kapal Terbang
menghemat 50 % dari standar karena pada proses produksi
sebagian menggunakan sumber mata air di lokasi produksi.
53
2. Varians Efisiensi Overhead Variabel
Analisis varians efisiensi overhead variabel selama satu
bulan Desember 2010 disajikan dalam Tabel 13.
Tabel 13. Analisis Variansi Efisiensi Overhead Variabel Produksi Wingko Selama Bulan Desember 2010
Jenis
Jam TKL
Jam TKL
Tarif Standar Analisis
Varians U/F Varians Standar Aktual Overhead Variabel
(SH) (AH) (SVOR) (VEOV) Kemasan Berlogo 3 3,8 1.312.500 1.050.000 U -26,7% Kertas Minyak 3 3,8 210.000 168.000 U -26,7%
Gas LPG 3 kg 3 3,8 405.000 324.000 U -26,7% Air 3 3,8 540.000 432.000 U -26,7%
Perhitungan varians efisiensi overhead variabel
produksi wingko selama bulan Desember 2010 memiliki
varians sebesar 26,7 % yang dapat dikategorikan
Unfavorable (U). Varians ini dapat terjadi karena
dipengaruhi oleh penggunaan tenaga kerja langsung yang
tidak efisien. Jam kerja aktual melebihi standarnya karena
kurangnya keterampilan tenaga kerja dan hal teknis lain
yang mempengaruhi proses produksi wingko.
b. Varians Overhead Tetap
Overhead tetap yang digunakan yaitu berupa biaya
penyusutan oven. Pada perhitungan overhead tetap
menggunakan metode perhitungan garis lurus dengan cara
mengurangi antara nilai perolehan oven dengan nilai sisa
kemudian dibagi dengan umur ekonomis dari penggunaan
oven dalam produksi wingko. Dari hasil perhitungan
didapatkan tarif penyusutan oven sebesar Rp. 500 per hari.
Hasil analisis varians dari overhead tetap yaitu sebesar 0 atau
tidak ada varians yang terjadi.
54
4.7. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang dilakukan yaitu menggunakan uji t (t-test) dengan
bantuan SPSS 16 for Windows. Uji t ini dilakukan untuk menganalisis apakah
varians yang terjadi antara biaya standar dengan biaya aktual masih dalam
batas pengendalian. Pengujian ini dilakukan untuk menindaklanjuti fungsi
manajemen di UKM Wingko Cap Kapal Terbang sebagai pengendalian dan
pengawasan terhadap komponen-komponen biaya produksi. Hasil dari uji t
terhadap komponen-komponen biaya produksi dijelaskan sebagai berikut.
4.7.1. Uji Hipotesis Bahan Baku Langsung
i. Hasil dari uji t pada varians harga kelapa untuk produksi wingko di
UKM Wingko Cap Kapal Terbang diperoleh t hitung sebesar -1,495
dan t tabel sebesar 0,042 dengan taraf signifikan (α) yang digunakan
adalah 0,05 dan derajat kebebasan (df) 29. Hasil dari uji t
menunjukkan t hitung lebih kecil dari t tabel, maka H0 diterima,
sehingga varians yang terjadi antara biaya standar dan realisasinya
masih dalam batas pengendalian. Hasil pengujian dapat dilihat pada
Lampiran 23.
Hasil dari uji t pada varians efisiensi kelapa untuk produksi
wingko di UKM Wingko Cap Kapal Terbang diperoleh t hitung
sebesar 7,077 dan t tabel sebesar 0,042 dengan taraf signifikan (α)
yang digunakan adalah 0,05 dan derajat kebebasan (df) 29. Hasil
dari uji t menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel, maka H0
ditolak, sehingga varians yang terjadi antara biaya standar dan
realisasinya diluar batas pengendalian. Hasil pengujian dapat
dilihat pada Lampiran 24.
ii. Hasil dari uji t pada varians harga gula pasir untuk produksi
wingko di UKM Wingko Cap Kapal Terbang diperoleh t hitung
sebesar -4,039 dan t tabel sebesar 0,042 dengan taraf signifikan (α)
yang digunakan adalah 0,05 dan derajat kebebasan (df) 29. Hasil
dari uji t menunjukkan t hitung lebih kecil dari t tabel, maka H0
diterima, sehingga varians yang terjadi antara biaya standar dan
55
realisasinya masih dalam batas pengendalian. Hasil pengujian dapat
dilihat pada Lampiran 25.
Hasil dari uji t pada varians efisiensi gula pasir untuk
produksi wingko di UKM Wingko Cap Kapal Terbang diperoleh t
hitung sebesar 16,155 dan t tabel sebesar 0,042 dengan taraf signifikan
(α) yang digunakan adalah 0,05 dan derajat kebebasan (df) 29.
Hasil dari uji t menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel, maka H0
ditolak, sehingga varians yang terjadi antara biaya standar dan
realisasinya diluar batas pengendalian. Hasil pengujian dapat
dilihat pada Lampiran 26.
iii. Hasil dari uji t pada varians harga tepung ketan untuk produksi
wingko di UKM Wingko Cap Kapal Terbang diperoleh t hitung
sebesar 11,366 dan t tabel sebesar 0,042 dengan taraf signifikan (α)
yang digunakan adalah 0,05 dan derajat kebebasan (df) 29. Hasil
dari uji t menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel, maka H0
ditolak, sehingga varians yang terjadi antara biaya standar dan
realisasinya diluar batas pengendalian. Hasil pengujian dapat
dilihat pada Lampiran 27.
Hasil dari uji t pada varians efisiensi tepung ketan untuk
produksi wingko di UKM Wingko Cap Kapal Terbang diperoleh t
hitung sebesar -1,898 dan t tabel sebesar 0,042 dengan taraf signifikan
(α) yang digunakan adalah 0,05 dan derajat kebebasan (df) 29.
Hasil dari uji t menunjukkan t hitung lebih kecil dari t tabel, maka H0
diterima, sehingga varians yang terjadi antara biaya standar dan
realisasinya masih dalam batas pengendalian. Hasil pengujian dapat
dilihat pada Lampiran 28.
iv. Hasil dari uji t pada varians harga mentega untuk produksi wingko
di UKM Wingko Cap Kapal Terbang diperoleh t hitung sebesar
35,591 dan t tabel sebesar 0,042 dengan taraf signifikan (α) yang
digunakan adalah 0,05 dan derajat kebebasan (df) 29. Hasil dari uji
t menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel, maka H0 ditolak,
sehingga varians yang terjadi antara biaya standar dan realisasinya
56
diluar batas pengendalian. Hasil pengujian dapat dilihat pada
Lampiran 29.
Hasil dari uji t pada varians efisiensi mentega untuk
produksi wingko di UKM Wingko Cap Kapal Terbang diperoleh t
hitung sebesar -2,841 dan t tabel sebesar 0,042 dengan taraf signifikan
(α) yang digunakan adalah 0,05 dan derajat kebebasan (df) 29.
Hasil dari uji t menunjukkan t hitung lebih kecil dari t tabel, maka H0
diterima, sehingga varians yang terjadi antara biaya standar dan
realisasinya masih dalam batas pengendalian. Hasil pengujian dapat
dilihat pada Lampiran 30.
v. Hasil dari uji t pada varians harga nangka untuk produksi wingko
di UKM Wingko Cap Kapal Terbang diperoleh t hitung sebesar 4,039
dan t tabel sebesar 0,042 dengan taraf signifikan (α) yang digunakan
adalah 0,05 dan derajat kebebasan (df) 29. Hasil dari uji t
menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel, maka H0 ditolak,
sehingga varians yang terjadi antara biaya standar dan realisasinya
diluar batas pengendalian. Hal ini dapat disebabkan karena nangka
sangat tergantung dengan musim. Hasil pengujian dapat dilihat
pada Lampiran 31.
Hasil dari uji t pada varians efisiensi nangka untuk produksi
wingko di UKM Wingko Cap Kapal Terbang diperoleh t hitung
sebesar 1,928 dan t tabel sebesar 0,042 dengan taraf signifikan (α)
yang digunakan adalah 0,05 dan derajat kebebasan (df) 29. Hasil
dari uji t menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel, maka H0
ditolak, sehingga varians yang terjadi antara biaya standar dan
realisasinya diluar batas pengendalian. Hasil pengujian dapat
dilihat pada Lampiran 32.
vi. Hasil dari uji t pada varians harga durian untuk produksi wingko di
UKM Wingko Cap Kapal Terbang diperoleh t hitung sebesar 6,854
dan t tabel sebesar 0,042 dengan taraf signifikan (α) yang digunakan
adalah 0,05 dan derajat kebebasan (df) 29. Hasil dari uji t
menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel, maka H0 ditolak,
sehingga varians yang terjadi antara biaya standar dan realisasinya
57
diluar batas pengendalian. Hal ini dapat disebabkan karena durian
sangat tergantung dengan musim. Hasil pengujian dapat dilihat
pada Lampiran 33.
Hasil dari uji t pada varians efisiensi durian untuk produksi
wingko di UKM Wingko Cap Kapal Terbang diperoleh t hitung
sebesar 0,760 dan t tabel sebesar 0,042 dengan taraf signifikan (α)
yang digunakan adalah 0,05 dan derajat kebebasan (df) 29. Hasil
dari uji t menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel, maka H0
ditolak, sehingga varians yang terjadi antara biaya standar dan
realisasinya diluar batas pengendalian. Hasil pengujian dapat
dilihat pada Lampiran 34.
vii. Hasil dari uji t pada varians harga gula jawa untuk produksi wingko
di UKM Wingko Cap Kapal Terbang diperoleh t hitung sebesar -
26,655 dan t tabel sebesar 0,042 dengan taraf signifikan (α) yang
digunakan adalah 0,05 dan derajat kebebasan (df) 29. Hasil dari uji
t menunjukkan t hitung lebih kecil dari t tabel, maka H0 diterima,
sehingga varians yang terjadi antara biaya standar dan realisasinya
masih dalam batas pengendalian. Hasil pengujian dapat dilihat pada
Lampiran 35.
Hasil dari uji t pada varians efisiensi gula jawa untuk
produksi wingko di UKM Wingko Cap Kapal Terbang diperoleh t
hitung sebesar 1,099 dan t tabel sebesar 0,042 dengan taraf signifikan
(α) yang digunakan adalah 0,05 dan derajat kebebasan (df) 29.
Hasil dari uji t menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel, maka H0
ditolak, sehingga varians yang terjadi antara biaya standar dan
realisasinya diluar batas pengendalian. Hasil pengujian dapat
dilihat pada Lampiran 36.
Hasil uji hipotesis menunjukkan varians harga dan efisiensi
yang terjadi pada proses produksi wingko di UKM Wingko Cap
Kapal Terbang. Uji hipotesis tersebut menunjukkan apakah varians
masih dalam batas pengendalian atau diluar batas pengendalian.
UKM harus mengambil tindakan jika varians yang terjadi diluar
batas pengendalian.
58
Dari hasil uji hipotesis tersebut diketahui bahwa varians
bahan baku yang masih dalam batas pengendalian yaitu kelapa,
gula pasir, tepung ketan, mentega, dan gula jawa. Sedangkan
varians bahan baku yang diluar batas pengendalian yaitu nangka
dan durian.
Tindakan yang perlu diambil jika varians diluar batas
pengendalian yaitu dengan mencari bahan baku yang memiliki
harga beli yang lebih murah dari standar yang telah ditetapkan.
UKM juga harus menggunakan bahan baku yang sesuai takaran.
Tindakan yang perlu diambil jika varians masih dalam batas
pengendalian yaitu dengan melakukan pengawasan yang efektif
terhadap pelaksanaan produksi wingko dari awal sampai akhir.
4.7.2. Uji Hipotesis Tenaga Kerja Langsung
Hasil dari uji t pada varians tarif tenaga kerja langsung untuk
produksi wingko di UKM Wingko Cap Kapal Terbang diperoleh t
hitung sebesar -11,512 dan t tabel sebesar 0,042 dengan taraf signifikan
(α) yang digunakan adalah 0,05 dan derajat kebebasan (df) 29. Hasil
dari uji t menunjukkan t hitung lebih kecil dari t tabel, maka H0 diterima,
sehingga varians yang terjadi antara biaya standar dan realisasinya
masih dalam batas pengendalian. Hasil pengujian dapat dilihat pada
Lampiran 37.
Hasil dari uji t pada varians efisiensi tenaga kerja langsung
untuk produksi wingko di UKM Wingko Cap Kapal Terbang
diperoleh t hitung sebesar 17,588 dan t tabel sebesar 0,042 dengan taraf
signifikan (α) yang digunakan adalah 0,05 dan derajat kebebasan (df)
29. Hasil dari uji t menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel, maka H0
ditolak, sehingga varians yang terjadi antara biaya standar dan
realisasinya diluar batas pengendalian. Hasil pengujian dapat dilihat
pada Lampiran 38.
59
4.7.3. Uji Hipotesis Overhead Pabrik
Varians yang terjadi pada overhead tetap dan overhead variabel
tidak dilakukan uji menggunakan t test. Biaya standar digunakan
untuk bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Sedangkan
untuk biaya overhead pabrik, standar tidak disiapkan untuk satu satuan
hasil produksi tetapi untuk seluruh jumlah produksi yang meliputi
jangka waktu tertentu. Jangka waktu tertentu yang dimaksud yaitu
selama bulan Desember 2010. Jadi varians dihitung menggunakan
analisis varians dengan hasil pada Lampiran 33, 34, dan 35.
4.8. Implikasi Manajerial
Hasil penelitian tentang biaya produksi UKM Wingko Babat Cap Kapal
Terbang menunjukkan bahwa banyak terjadi varians antara biaya standar
dengan biaya aktualnya. Berdasarkan analisis varians, harga beli dan efisiensi
penggunaan bahan baku mengalami varians yang cukup signifikan. Varians
yang terjadi pada harga disebabkan karena bahan baku dibeli dengan harga
yang lebih tinggi dari harga yang telah ditetapkan. Sedangkan varians pada
efisiensi disebabkan karena sering terjadi penambahan bahan baku yang
melebihi takaran yang telah distandarkan. Sebaiknya pada proses produksi,
penggunaan bahan baku harus sesuai dengan yang telah distandarkan karena
akan mempengaruhi hasil jadi wingko yang diproduksi. Varians yang terjadi
pada tarif tenaga kerja langsung disebabkan karena adanya penundaan kerja
yang tidak dapat dihindari. UKM Wingko Cap Kapal Terbang sebaiknya
harus mempersiapkan semua bahan baku dan overhead pabrik sebelum proses
produksi dimulai. Sehingga proses produksi dapat berjalan secara efisien.
Adanya spesialisasi pekerjaan dalam produksi wingko dapat membantu agar
jam tenaga kerja sesuai standar. Varians pada overhead variabel disebabkan
oleh adanya pemborosan dalam penggunaan kertas minyak.
Berdasarkan analisis t test diperoleh bahwa varians yang terjadi
dikategorikan masih dalam batas pengendalian dan diluar batas pengendalian.
Jika varians yang terjadi masih dalam batas pengendalian, UKM harus tetap
melakukan pengawasan dalam proses produksi mulai dari awal hingga akhir
produksi. Hal ini perlu dilakukan agar varians yang terjadi tidak terlalu besar
60
dan tidak merugikan UKM Wingko Cap Kapal Terbang. UKM juga harus
melakukan tindakan jika varians yang terjadi diluar batas pengendalian. UKM
harus mendapatkan harga beli bahan baku yang lebih rendah dari yang telah
distandarkan dengan kualitas yang sesuai. Hal tersebut perlu dilakukan
sebagai solusi varians yang terjadi pada harga. Tindakan lainnya yaitu UKM
harus menggunakan komposisi sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. Hal
tersebut perlu dilakukan untuk menanggulangi varians yang terjadi pada
efisiensi bahan baku.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di UKM Wingko
Cap Kapal Terbang terhadap standar yang seharusnya terjadi dengan realisasi
yang sebenarnya terjadi, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai
berikut:
a. Standar biaya produksi di UKM Wingko Cap Kapal Terbang terdiri dari
standar biaya bahan baku langsung, standar biaya tenaga kerja langsung,
dan standar biaya overhead pabrik. Standar biaya bahan baku langsung
terdiri dari standar harga dan standar efisiensi penggunaan bahan baku
langsung. Standar harga bahan baku langsung ditetapkan oleh UKM,
Disperindag Kota Semarang, dan beberapa toko bahan baku. Sedangkan
untuk penerapan standar efisiensi bahan baku langsung ditetapkan oleh
UKM Wingko Cap Kapal Terbang sendiri berdasarkan komposisi produk
wingko. Biaya standar yang diterapkan oleh UKM Wingko dalam satu
kali produksi untuk bahan baku kelapa sebesar Rp. 144.000, bahan baku
gula pasir sebesar Rp. 42.000, tepung ketan sebesar Rp. 28.500, mentega
Rp. 3.500, nangka sebesar Rp. 2.500, durian sebesar Rp. 3.750, dan gula
jawa sebesar Rp. 2.500. Standar biaya tenaga kerja langsung terdiri dari
standar tarif dan standar efisiensi tenaga kerja langsung. Standar ini
ditetapkan UKM. Tarif upah standar tenaga kerja langsung per jam
sebesar Rp. 8.150 dengan jam tenaga kerja langsung standar selama tiga
jam. Sedangkan untuk standar overhead pabrik terbagi lagi menjadi
standar overhead tetap berupa tarif penyusutan alat produksi dan standar
overhead variabel berupa standar pengeluaran dan standar efisiensi. Biaya
standar overhead variabel dalam satu bulan selama bulan Desember 2010
yaitu biaya kemasan berlogo sebesar Rp. 1.312.500, kertas minyak
sebesar Rp. 210.000, gas sebesar Rp. 405.000, dan air sebesar Rp.
540.000. Biaya overhead tetap berupa tarif penyusutan oven sebesar Rp.
500 per harinya.
62
b. Analisis varians digunakan untuk menghitung varians yang terjadi antara
biaya standar dan biaya aktual dari bahan baku langsung, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead. Dari hasil analisis varians diketahui
bahwa kelapa memiliki varians unfavorable sebesar Rp. 1.533,21 dengan
persentase 1,06 %. Gula pasir memiliki varians unfavorable sebesar
Rp. 330 dengan persentase 0,79 %. Tepung ketan memiliki varians
unfavorable sebesar Rp. 3.655 dengan persentase 12,82 %. Mentega
memiliki varians unfavorable sebesar Rp. 513,5 dengan persentase 14,67
%. Pada nangka varians unfavorable sebesar Rp. 719 dengan persentase
28,76 %. Durian memiliki varians unfavorable sebesar Rp. 2.055 dengan
persentase 54,80 %. Bahan baku gula jawa yang memiliki varians
favorable sebesar Rp. 203,33 dengan persentase 8,13 %. Hasil analisis
varians untuk tenaga kerja langsung menunjukkan bahwa tarif memiliki
varians favorable sebesar Rp. 5.662 dengan persentase 18,3 %. Efisiensi
memiliki varians unfavorable sebesar Rp. 6.520 dengan persentase 26,7
%. Analisis varians untuk overhead variabel dihitung berdasarkan biaya
overhead variabel selama satu bulan pada bulan Desember 2010. Hasil
analisis varians overhead variabel menunjukkan bahwa biaya kemasan
berlogo memiliki varians favorable sebesar Rp. 28.500 dengan
persentase 0,6 %. Biaya kertas minyak memiliki varians unfavorable
sebesar Rp. 342.000 dengan persentase 42,9 %. Gas memiliki varians
favorable sebesar Rp. 209.000 dengan persentase 13,6 %. Air memiliki
varians favorable sebesar Rp. 1.026.000 dengan persentase 50 %.
c. Berdasarkan pengujian hipotesis yang dilakukan dengan uji t, disimpulkan
bahwa varians untuk bahan baku langsung yang masih dalam batas
pengendalian yaitu kelapa, gula pasir, tepung ketan, mentega, dan gula
jawa. Sedangkan varians bahan baku yang diluar batas pengendalian yaitu
nangka dan durian. Uji hipotesis pada varians tenaga kerja langsung
terhadap tarif tenaga kerja langsung masih dalam batas pengendalian
manajemen, sedangkan varians terhadap efisiensi tenaga kerja langsung
diluar batas pengendalian manajemen. Varians yang terjadi pada overhead
63
tetap dan overhead variabel tidak dilakukan uji menggunakan t test karena
data dihitung selama satu bulan selama bulan Desember 2010.
2. Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah:
a. Apabila varians yang terjadi masih dalam batas pengendalian manajemen,
hal ini harus tetap mendapat perhatian dari manajemen pihak UKM
Wingko Cap Kapal Terbang terutama komponen harga beli dan efisiensi.
Tindakan yang harus diambil jika varians masih batas pengendalian yaitu
dengan melakukan kontrol atau pengawasan terhadap proses produksi
mulai dari awal hingga akhir produksi. Hal ini bertujuan agar varians
yang terjadi antara standar yang seharusnya dengan realisasi yang terjadi
tidak terlalu besar dan manajemen dapat mengantisipasi kemungkinan
yang terjadi karena akan mempengaruhi harga jual wingko dan laba yang
akan didapatkan UKM Wingko Cap Kapal Terbang. Tindakan yang perlu
diambil jika varians diluar batas pengendalian yaitu dengan mencari
bahan baku yang memiliki harga beli yang lebih murah dari standar yang
telah ditetapkan.
b. UKM harus menggunakan komposisi bahan baku langsung yang sesuai
dengan takaran yang telah distandarkan karena akan mempengaruhi hasil
jadi wingko yang diproduksi.
c. Standar yang ditetapkan oleh UKM yang berkaitan dengan harga
sebaiknya dilakukan penyesuaian karena adanya faktor musim,
ketersediaan bahan baku, dan inflasi.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, M. K. 2007. Analisis Usaha Kecil dan Menengah. Andi Ofset, Yogyakarta.
Bustami dan Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Hansen, D. R. and Maryanne M. Mowen. 2006. Akuntansi Manajemen Edisi Tujuh. Dewi Fitriasari dan Deny A. Kwary, penerjemah. Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Management Accounting Seventh Edition.
Horngren, C. T., Srikant M. Datar, George Foster. 2008. Akuntansi Biaya; Penekanan Manajerial Edisi Sebelas. Desi Adhariani, penerjemah. Jakarta: Indeks. Terjemahan dari: Cost Accounting; A Managerial Emphasis Eleventh Edition.
Kuswadi. 2005. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Nafarin. 2003. Akuntansi; Pendekatan Siklus dan Pajak untuk Perusahaan Industri dan Dagang. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Primiana, I. 2009. Menggerakkan Sektor Riil UKM dan Industri. Penerbit Alfabeta, Bandung.
Rony, H. 1990. Akuntansi Biaya; Pengantar untuk Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Santosa, P. B. dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. Andi Offset, Yogyakarta.
Sembiring, Y. dan Rivai Wirasasmita. 1991. Pengendalian Biaya. CV. Pionir Jaya, Bandung.
Vitasari, P. 2007. Penerapan Analisis Varians sebagai Kontrol Efisiensi Biaya Produksi pada PT. Mubarokfood Cipta Delicia Kudus. Skripsi pada Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Wibowo, S. 2008. Petunjuk Mendirikan Perusahaan Kecil. Penebar Swadaya, Depok.
http://www.vivanews.com. [3 September 2010]
Lampiran 1. Kuesioner Wawancara
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN
BIAYA PRODUKSI
(Studi Kasus: UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang Semarang)
Dalam rangka memenuhi tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjana,
saya Winda Ayubudi Wulan Ksheshariani (H24070035) mahasiswa Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,
memohon kesediaan Ibu untuk melakukan wawancara guna penelitian saya. Saya
melakukan wawancara ini sebagai data primer dalam penelitian saya yang
berjudul Analisis Biaya Standar sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi (Studi
Kasus: UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang Semarang).
A. Sumber Informasi
1. Pemilik UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang Semarang.
2. Bagian Produksi UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang Semarang.
B. Daftar Pertanyaan
1. Gambaran Umum Perusahaan
a. Bagaimana sejarah dan perkembangan UKM Wingko Babat Cap
Kapal Terbang Semarang?
b. Apa visi dan misi UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang
Semarang?
c. Bagaimana struktur organisasi UKM Wingko Babat Cap Kapal
Terbang Semarang?
2. Konsep Biaya Standar
a. Apa saja komposisi dalam pembuatan wingko babat?
b. Apakah bahan baku yang digunakan diperoleh dengan cara membeli
semua dari pemasok atau ada yang diproduksi sendiri?
c. Bagaimana caranya agar memperoleh (membeli) bahan baku dengan
harga yang wajar?
66
Lanjutan Lampiran 1.
d. Apakah dasar dalam menentukan tarif upah yang akan dibayarkan
kepada tenaga kerja?
e. Bagaimana sistem pembayaran upah tenaga kerja?
f. Berapa lama waktu standar yang diperlukan untuk memproduksi
wingko babat?
g. Apakah dasar dalam menentukan tarif biaya overhead pabrik?
67
Lampiran 2. Struktur Organisasi UKM Wingko Babat Cap Kapal Terbang
Pemilik
Edi Sulistyono
Penanggung Jawab
Djuliana
Karyawan Karyawan Karyawan
68
Lampiran 3. Realisasi Harga Beli Bahan Baku Wingko Bulan Desember 2010