-
ANALISIS BEBAN KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN KIMIA
MATERI KESETIMBANGAN DI PONDOK PESANTREN AL-MIZAN
PUTRI PANDEGLANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Yayang Nurwanda
NIM. 11140162000026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
-
i
LEMBAR PENGESAHAN
-
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
-
iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
-
iv
ABSTRAK
Yayang Nurwanda (11140162000026). Analisis Beban Kognitif
pada
Pembelajaran Kimia Materi Kesetimbangan Kimia di Pondok
Pesantren Al-
Mizan Putri Pandeglang. Skripsi. Program Studi Pendidikan Kimia,
Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
Jakarta.
Setiap siswa mempunyai kapasitas memori kerja yang berbeda.
Kegiatan dan mata
pelajaran di pondok pesantren yang lebih banyak menjadi salah
satu penyebab
berlebihnya kapasitas memori kerja siswa. Akibatnya, siswa
merasakan beban pada
proses pembelajaran, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui beban kognitif
siswa di pondok pesantren Al-Mizan khususnya pada pembelajaran
kimia. Penelitian
dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan
yaitu purposive sampling. Dimana sampel pada penelitian ini
sebanyak 35 siswa
kelas XI IPA 1. Beban kognitif siswa dalam penelitian ini adalah
Intrinsic Cognitive
Load (ICL) berkaitan dengan kemampuan Menerima dan Mengolah
Informasi siswa
diukur menggunakan lembar kerja siswa. Extraneous Cognitive Load
(ECL)
berkaitan dengan Usaha Mental siswa diukur menggunakan angket
skala likert.
Germane Cognitive Load (GCL) berkaitan dengan Hasil Belajar
siswa diukur
menggunakan latihan soal pilihan ganda. Hasil penelitian
mendapatkan bahwa
1) kemampuan menerima dan mengolah informasi siswa dengan nilai
rata-rata
sebesar 70 dalam kategori baik, menandakan rendahnya beban
kognitif instrinsik
siswa (ICL). 2) Usaha mental siswa dengan nilai rata-rata
sebesar 71 dalam kategori
baik, menandakan tingginya beban kognitif extraneous siswa
(ECL). 3) Hasil belajar
siswa dengan rata-rata nilai sebesar 48 dalam kategori cukup,
menandakan tingginya
beban kognitif germane siswa (GCL).
Kata kunci: Cognitive Load, Pondok Pesantren, Hasil Belajar
-
v
ABSTRACT
Yayang Nurwanda (11140162000026). Analysis of Cognitive Load in
Chemistry
Learning Chemistry Equilibrium Subject at Islamic Boarding
School Al-Mizan
Putri Pandeglang. Essay. Chemistry Education Study Program,
Faculty of
Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic
University
Jakarta.
Each student has a different working memory capacity. Activities
and subjects in
Islamic boarding schools are more likely to be one of the causes
of excessive student
working memory capacity. As a result, students feel the load on
the learning process,
then this study aims to determine the cognitive load of students
in Al-Mizan Islamic
boarding schools, especially in learning chemistry. This study
was conducted in a
quantitative descriptive manner. The sampling technique used is
purposive sampling.
Where the sample used in this study was 35 students in class of
XI Science 1.
Cognitive load of students in this study is Intrinsic Cognitive
Load (ICL) related to
the ability to receive and process information students are
measured using student
worksheets. Extraneous Cognitive Load (ECL) related to students'
mental effort is
measured using a Likert scale questionnaire. Germane Cognitive
Load (GCL) relating
to Student Learning Outcomes is measured using multiple choice
practice exercises.
The results found that 1) the ability to receive and process
student information with
an average value of 70 in the good category, indicating the low
intrinsic cognitive
load of students (ICL). 2) The mental effort of students with an
average value of 71 in
the good category, indicates the high extraneous cognitive load
of students (ECL). 3)
Student learning outcomes with an average value of 48 in the
sufficient category,
indicating the high cognitive load of German students (GCL).
Keywords: Cognitive Load , Boarding School, Learning
Outcomes
-
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdullilahi rabbil „alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat
Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam
senantiasa tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan syafa‟at beliau di
hari akhir kelak.
Skripsi yang berjudul “Analisis Beban Kognitif pada Pembelajaran
Kimia
Materi Kesetimbangan Kimia di Pondok Pesantren Al Mizan Putri
wilayah
Pandeglang” ini ditunjukkan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana
Strata 1 (S1) pada Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan
Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta.
Dalam kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima
kasih
kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung dan membimbing
penulis
dalam menyelesaikan skrispsi ini, diantaranya kepada:
1. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd., selaku pembimbing I yang
telah
memberikan bimbingan, waktu, saran dan perhatian kepada penulis
selama
penyusunan skripsi ini, dan selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Kimia
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif
Hidayatullah Jakarta. Semoga Allah SWT senantiasa membalas
kebaikan dan
melimpahkan keberkahan kepada Bapak.
2. Ibu Luki Yunita, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah
senantiasa
memberikan waktu, masukan, saran, dukungan dan motivasi kepada
penulis
dengan penuh kesabaran selama proses bimbingan penyusunan
skripsi.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan dan
melimpahkan
keberkahan kepada Ibu.
3. Ibu Nanda Saridewi M.Si., selaku penguji I yang telah
senantiasa memberikan
waktu, masukan, saran kepada penulis selama proses ujian
munaqosah.
-
vii
Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan dan
melimpahkan
keberkahan kepada Ibu.
4. Bapak Buchori Muslim, M.Pd selaku penguji II yang telah
senantiasa
memberikan waktu, masukan, saran kepada penulis selama proses
ujian
munaqosah. Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan dan
melimpahkan keberkahan kepada Bapak.
5. Bapak Tonih Feronika, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang
telah
memberikan bimbingan, waktu, perhatian, motivasi, dan semangat
kepada
penulis selama perkuliahan berlangsung.
6. Ibu Dr. Hj. Siti Suryaningsih, M.Si., selaku Dosen validator
instrument yang
telah memberikan kritik dan saran kepada penulis selama proses
validasi.
7. Ibu Salamah Agung, S.Si., Apt., MA., Ph.D., selaku Dosen
validator
instrument yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis
selama
proses validasi.
8. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam,
khususnya Dosen
Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah
memberikan segala ilmu dalam proses perkuliahan.
9. Ustadz M. Badru Dawam, S.Pd., selaku Kepala MA Al-Mizan
Putri
Pandeglang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan
penelitian.
10. Teristimewa untuk kedua orangtua saya tercinta, Ibu Ida
Nursamsiah dan
Bapak Wawan Ridwan yang selalu memberikan kasih sayang,
motivasi, doa,
dan dukungan baik moril maupun materil yang tak henti-hentinya
dalam
penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa membalas
kebaikan
dan melimpahkan keberkahan kepada kalian.
11. Adik tercinta, Nazwa Ahada dan M. Nurardyanullah yang selalu
memberikan
kasih sayang, dukungan, motivasi, dan doa yang tak henti
hentinya kepada
penulis.
-
viii
12. Sahabat tersayang Andini Novitasari, Arini Nurhidayah,
Mutiah Mujahidah,
Utawati dan Ilham Mahardika yang selalu membantu, memberikan
motivasi
dan doa kepada penulis.
13. Teman-teman seperjuanganku, Syarifah Mutiah, Nita, Ismi,
teman
seperbimbingan Bapak Burhanudin dan Ibu Luki yang telah
berbagi
kesabaran, pengalaman, dan dukungannya.
14. Teman-teman Pendidikan Kimia angkatan 2014 yang saling
memberikan
dukungan dan motivasi.
15. Teman-teman kos Bunda semanggi 2, Andini, Ica, Devita, Isfi,
Silvi yang
selalu memberikan semangat dan keceriaan selama penulis
menjalankan
proses skripsi.
16. Sahabatku tersayang, Maulidah Hasanah, Ratu Assyarifa, Lika
Tistian yang
selalu mendengarkan curhatan dan keluhan penulis dalam proses
penyusunan
skripsi ini.
17. Sepupuku tercinta, Milah Marina Ayu, Elisa Novitasari, Tofan
Nurcahyadi,
Jamaluddin, Isnaeni Octaviani, yang selalu memberikan dukungan,
bantuan
dan motivasi sehingga penulis dapat dengan lancar menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan,
untuk itu sangat diharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
memberikan manfaat
bagi mahasiswa sebagai calon guru dan secara umum Aamiin.
Wassalamu‟ alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Jakarta, 20 Agustus 2019
Penulis
Yayang Nurwanda
-
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
................................................. i
SURAT PERNYATAAN KARYA
SENDIRI..............................................................
ii
ABSTRAK
...................................................................................................................
iv
ABSTRACT
..................................................................................................................
v
KATA PENGANTAR
.................................................................................................
vi
DAFTAR ISI
................................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL
.......................................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR
.................................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
..............................................................................................
xiv
BAB I
............................................................................................................................
1
PENDAHULUAN
........................................................................................................
1
A. Latar Belakang
...............................................................................................
1
B. Identifikasi Masalah
.......................................................................................
5
C. Batasan Masalah
.............................................................................................
5
D. Rumusan Masalah
..........................................................................................
6
E. Tujuan Penelitian
............................................................................................
6
F. Manfaat dan Kegunaan Penelitian
.....................................................................
6
BAB II
...........................................................................................................................
8
KAJIAN TEORITIS, DAN KERANGKA BERFIKIR
................................................ 8
A. Kajian Teoritis
................................................................................................
8
1. Beban Kognitif
............................................................................................
8
2. Pondok Pesantren
......................................................................................
15
4. Pembelajaran Kimia di Pondok Pesantren
................................................ 18
5. Kegiatan di Pondok Pesantren
..................................................................
19
6. Pondok Pesantren Al-Mizan Putri Pandeglang
......................................... 21
7. Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan
.................... 24
8. Materi Kesetimbangan Kimia
...................................................................
25
-
x
B. Kerangka Berfikir
.........................................................................................
32
C. Penelitian yang Relevan
...............................................................................
32
BAB III
.......................................................................................................................
36
METODOLOGI PENELITIAN
..................................................................................
36
A. Tempat dan Waktu Penelitian
......................................................................
36
B. Metode Penelitian
.........................................................................................
36
C. Populasi dan Sampel
....................................................................................
36
D. Teknik Pengumpulan Data
...........................................................................
37
E. Prosedur Penelitian
.......................................................................................
38
1. Tahap Persiapan
........................................................................................
38
2. Tahap Pelaksanaan
....................................................................................
38
3. Tahap
Penyelesaian...................................................................................
38
F. Instrumen
Penelitian.........................................................................................
40
1. Lembar Kerja Siswa (LKS)
......................................................................
40
2. Angket atau kuesioner (Questionnaires)
.................................................. 42
3. Soal Test
...................................................................................................
44
G. Validasi Instrumen Penelitian
......................................................................
46
1. Uji Validitas
..............................................................................................
46
2. Uji Reliabilitas
..........................................................................................
47
H. Teknik Analisis Data
....................................................................................
48
1. Data hasil Lembar Kerja Siswa
................................................................
48
2. Data Hasil Angket
.....................................................................................
51
3. Data Hasil Soal
Tes...................................................................................
52
BAB IV
.......................................................................................................................
54
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
.......................................................... 54
A. Hasil Penelitian
.............................................................................................
54
1. Data Hasil Kemampuan Menerima Dan Mengolah Informasi
(MMI)
dalam Instrinsic Cognitive Load (ICL)
...............................................................
55
-
xi
2. Data Hasil Usaha Mental (UM) dalam Extraneous Cognitive Load
(ECL)
57
3. Data Hasil Belajar Siswa (HB) Germane Cognitive Load (GCL)
............ 60
B. Pembahasan
..................................................................................................
61
1. Instrinsic cognitive load (ICL)
..................................................................
61
2. Extraneous cognitive load (ECL)
.............................................................
67
3. Germane cognitive load (GCL)
................................................................
70
BAB V
.........................................................................................................................
74
KESIMPULAN DAN SARAN
...................................................................................
74
A. Kesimpulan
...................................................................................................
74
B. Saran
.............................................................................................................
75
DAFTAR PUSTAKA
.................................................................................................
76
LAMPIRAN- LAMPIRAN
.........................................................................................
82
-
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Faktor-faktor Beban Kognitif dan pengelolaannya
……………….. 13
Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………....... 37
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa (LKS) ……………………………… 40
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket …………………………………………………… 43
Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda ………………………………………. 45
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Soal Pilihan Ganda …………………………….
47
Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas ………………………………………………... 48
Tabel 3.7 Rubrik Penskoran Lembar Kerja Siswa (LKS) ……………………
49
Tabel 3.8 Rubrik Penskoran Lembar Angket dengan Skala Likert
…………. 52
Tabel 3.9 Tingkat Kategorisasi nilai skor rata-rata siswa
……………........... 53
Tabel 4.1 Rata-rata nilai MMI, UM dan HB Siswa Kelas XI di
Pesantren
Al Mizan dan Kategorisasinya …………………………………….. 55
Tabel 4.2 Persentase (%) Jawaban Siswa pada LKS …………………………
56
Tabel 4.3 Persentase (%) Jawaban Siswa pada Angket ……………………...
57
Tabel 4.4 Persentase (%) skor pada Hasil Belajar Siswa …………………….
60
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Reaksi dalam bentuk kesetimbangan atau tidak
…………………... 26
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir………………………………………………...... 32
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian ………………………………………… 39
Gambar 4.1 Faktor Pengetahuan Sebelumnya ………………………………….. 62
Gambar 4.2 Faktor Kesulitan materi: Keterkaitan dengan unsur
lain yang
lebih sulit …………………………………………………………... 65
Gambar 4.3 Faktor Kesulitan materi: Banyaknya hal yang harus
diproses
dalam waktu yang bersamaan ……………………………………... 66
-
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi kisi instrumen beban kognitif intrinsic (ICL)
...................... 83
Lampiran 2 Kisi kisi instrument beban kognitif extraneous (ECL)
............... 89
Lampiran 3 Kisi kisi instrument beban kognitif germane
(GCL)................... 92
Lampiran 4 Lembar Validitas Instrumen Lembar Kerja Siswa
Materi
Kesetimbangan Kimia oleh Validator Ahli
................................. 105
Lampiran 5 Lembar Validitas Instrumen Angket Usaha Mental
Siswa
oleh Validator Ahli
......................................................................
109
Lampiran 6 Lembar Validitas Instrument Soal Pilihan Ganda
Materi
Kesetimbangan Kimia oleh Validator Ahli
................................. 111
Lampiran 7 Lembar Hasil Uji Validitas Soal Tes Pilihan Ganda
Materi
Kesetimbangan Kimia
.................................................................
118
Lampiran 8 Lembar Hasil Uji Reliabilitas Soal Tes Tes Pilihan
Ganda
Materi Kesetimbangan Kimia
..................................................... 126
Lampiran 9 Data Responden dan Nilai Hasil Lembar Kerja Siswa
............ .. 127
Lampiran 10 Data Responden dan Nilai Hasil Angket Usaha Mental
Siswa...
.....................................................................................................
129
Lampiran 11 Data Responden dan Nilai Hasil Soal Tes Pilihan
Ganda........... 131
Lampiran 12 Persentase dan Hasil Perhitungan ICL, ECL dan
GCL............... 133
Lampiran 13 Soal Lembar Kerja Siswa yang Telah Diisi
................................ 135
Lampiran 14 Angket Usaha Mental Siswa yang Telah Diisi
........................... 151
Lampiran 15 Soal Tes Pilihan Ganda Hasil Belajar Siswa yang
Telah Diisi ... 154
Lampiran 16 Kategorisasi Data
........................................................................
160
Lampiran 17 Surat Permohonan Izin
Validasi.................................................. 161
Lampiran 18 Surat Keterangan Sebagai Validator
........................................... 163
Lampiran 19 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
........................... 164
Lampiran 20 Dokumentasi Kegiatan Penelitian
............................................... 165
Lampiran 21 Lembar Uji Referensi
..................................................................
166
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pondok Pesantren merupakan tempat dimana santri, kiyai, ustadz
dapat
belajar secara formal maupun non formal. Dimana dalam
pelaksanaanya
dibimbing oleh ustadz, ustdzah dan kiyai secara langsung. Dan
sistem yang
digunakan misalnya di pondok pesatren Gontor yaitu sistem
Sorogan dan
Bandungan. Tidak hanya sistem intrakulikuler yang digunakan,
tetapi pondok
pesantren juga melibatkan kegiatan ko-kurikuler dan ekstra
kurikuler. Bahasa
komunikasi sehari-harinya pun menggunakan bahasa Arab dan Bahasa
Inggris,
tidak hanya itu di pondok pesantren pula menerapkan hafalan
Al-Quran/ tahfizh
Al-Quran, keterampilan hidup, studi hukum islam, dan
keterampilan lainnya. Di
pondok pesantren diberlakukan pula penambahan jumlah jam
pelajaran
pendidikan agama dari dua jam menjadi 6 jam perminggu. Kemudian
waktu
belajar tambahan dengan membiarkan siswa dapat belajar sendiri
serta untuk
menghafal ayat-ayat suci Al-Quran, begitupula dengan pelatihan
berbahasa Arab
dan Inggris dengan menulis dan berpidato dalam kedua bahasa
tersebut
Muhadhoroh (Abdurrahman, 2016).
Pondok pesantren berdasarkan peraturan pemerintah Republik
Indonesia
Nomor 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan
keagamaan,
bahwa pendidikan keagamaan Islam berbentuk pendidikan diniyah
dan
pesantren. Pesantren dapat menyelenggarakan 1 atau lebih dari
satuan dan/atau
program pendidikan pada jalur formal, nonformal dan informal.
Untuk
pendidikan diniyah menengah menyelenggarakan pendidikan menengah
atas
sederajat dengan MA/SMA yang terdiri atas 3 (tiga) tingkat.
Kurikulum
pendidikan agama yang digunakanpun dilaksanakan sesuai Standar
Nasional
Pendidikan dan dapat menambahkan muatan pendidikan agama sesuai
kebutuhan
-
2
dapat berupa materi, jam pelajaran dan kedalaman materi pada
satuan
pendidikan. Kurikulum pendidikan diniyah menengah formal wajib
memasukan
pendidikan bahasa Indonesia, kewarganegaraan, ilmu pengetahuan
alam,
matematika, serta seni budaya. Dalam penyelanggaraannya
pendidikan
keagamaan bersumber dari ajaran agama yang memadukan ilmu agama
dan ilmu
umum/keterampilan (UU, No 55, 2007)
Siswa pondok pesantren lebih banyak menerima materi pelajaran
bidang
keagamaan daripada mata pelajaran umum. Setiap harinya
materi-materi tersebut
harus dipelajari siswa dan beberapa materi bersifat hafalan.
Pada kondisi seperti
itu siswa merasakan kesulitan ketika mempelajarinya. Hal
tersebut juga
disebabkan oleh strategi pembelajaran yang lebih menekankan
kepada metode
ceramah dibanding metode praktikum. Banyaknya materi yang harus
dipelajari
serta strategi pembelajaran yang monoton (tidak menarik) dapat
menimbulkan
siswa merasakan beban kognitif (Tan, 2015).
Begitupula, berdasarkan penelitian Fauzi, Suyatno dan Raharjo
(2016)
menunjukkan bahwa siswa di sekolah SMA Unggulan Amanatul Ummah
belum
mampu menerapkan pemahaman mereka pada soal yang bersifat
abstrak seperti
halnya materi-materi pada pelajaran kimia kemudian pembelajaran
yang
dilakukan oleh guru menunjukkan bahwa guru belum secara
maksimal
menerapkan pendekatan saintifik, cenderung menggunakan metode
ceramah dan
tidak memberikan nuansa kontekstual pada materi yang dipelajari.
Pembelajaran
dengan metode tersebut dapat membuat siswa bosan, pasif,
tertekan, dan kurang
kreatif. Berdasarkan pengamatan penelitiannya, padatnya
aktivitas santri di
pesantren membuat fisik mereka mudah lelah saat belajar di kelas
sehingga
membuat kebanyakan santri mengantuk saat proses pembelajaran
berlangsung.
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah
faktor sekolah,
yang terdiri dari pembelajaran yang dilakukan guru, sarana, dan
buku ajar. Guru
pada sekolah ini seharusnya melakukan pembelajaran yang menarik
dan
-
3
membuat materi pelajaran dekat dengan kehidupan sehari-hari
siswa, agar
keterbatasan sumber belajar tidak menjadi masalah bagi siswa dan
membuat
mereka mudah memahami konsep-konsep abstrak yang dipelajari.
Pondok pesantren yang dipilih peneliti yaitu pondok pesantren
Al-Mizan
yang kegiatan dan kurikulumnya mengacu pada sistem pondok
pesantren Gontor.
Maka peneliti beranggapan bahwa dengan banyaknya pelajaran,
kegiatan dan
proses pembelajaran yang dialami siswa akan menjadi faktor siswa
merasakan
beban kognitif. Sejalan dengan hasil wawancara peneliti lakukan
dengan ustadz
dan salah satu santri di pondok pesantren Al-Mizan Putri kelas
XI MA pada
tahun 2018 bahwa kegiatan, metode pembelajaran di pondok
pesantren Al-Mizan
Putri sama dengan yang dijelaskan oleh penelitian Fauzi dkk.
(2016). Mata
pelajaran di kelas XI MA IPA di pondok pesantren Al-Mizan ada 24
pelajaran
diantaranya: Tafsir, Balaghah, Nahwu, Hadits, Insya Ta‟bier,
Muthola‟ah,
Mustholah, Ushul Fiqh, Fiqh, Tarbiyah, Nisaiyah, Tafsir,
Tarjamah, Aqidah,
Mahfudzot, Tarikh Islam, Grammar, B.Inggris, B.Indonesia, PKN,
Sejarah,
Biologi, Kimia, dan Fisika. Untuk pelajaran kimia diberikan 2
jam pelajaran saja,
sama dengan pelajaran biologi dan fisika. Tetapi pada pelajaran
Matematika
diberikan 4 jam pelajaran. Menurut peneliti hal ini merupakan
salah satu faktor
siswa di pondok pesantren Al-Mizan memiliki beban kognitif yang
besar karena
banyaknya pelajaran dan sedikitnya jam pelajaran kimia. Hal
tersebut
dikarenakan terbatasnya memori kerja siswa sehingga apa yang
dialami siswa
melebihi kapasitas memori kerja.
Banyaknya materi kimia di kelas XI IPA menjadi salah satu
kesulitan yang
dialami siswa, dalam penelitian ini peneliti memilih materi
kesetimbangan kimia.
Pada materi kesetimbangan kimia memerlukan pengetahuan
sebelumnya dan
keterkaitan dengan materi lain untuk memahami materi ini.
Sehingga siswa
memerlukan memori kerja yang lebih ketika proses pembelajaran.
Hal tersebut
-
4
menyebabkan berlebihnya kapasitas memori kerja sehingga siswa
merasakan
beban kognitif.
Di pondok pesantren pada pelajaran bidang keagaman siswa sudah
cukup
memiliki beban kognitif yang berat yang hampir keseluruhan
metodenya berupa
hafalan. Oleh karena itu, siswa secara tidak langsung diwajibkan
untuk mampu
mengingat semua hal yang dipelajari dengan kemampuan kerja
memori yang
terbatas. Sebagaimana dijelaskan Jong (2010) bahwa kapasitas
kognitif manusia
dalam memori kerja itu terbatas, dikarenakan perbedaan memori
kerja yang
dimiliki setiap orang. Banyak faktor yang mempengaruhi
keterbatasan memori
kerja pada siswa ketika proses belajar salah satunya yaitu
faktor internal dan
eksternal, faktor internal yaitu dari tingkat kesulitan pada
materi pelajaran dan
faktor eksternal yaitu lingkungan belajar seperti waktu, tempat
dan penghambat
karena banyaknya aktifitas selain belajar yang dilakukan oleh
siswa.
Pembelajaran akan terhambat dan siswa pun akan mengalami
kesulitan dalam
belajar jika tugas belajar melebihi kapasitas kognitif
siswa.
Teori beban kognitif berkaitan dengan tugas kognitif yang
kompleks dalam
pembelajaran dimana pelajar sering mengalami kesulitan oleh
banyaknya
informasi interaktif yang perlu diproses dalam waktu bersamaan
sebelum
pembelajaran yang utama akan dimulai. Jadi beban kognitif itu
timbul karena
jumlah total proses berfikir yang diperlukan melebihi kapasitas
memori kerja
yang dimiliki manusia (Paas, Gog dan Sweller, 2010). Pada memori
kerja
terdapat tiga komponen beban kognitif yang terjadi dalam selama
belajar, antara
lain (1) Intrinsic Cognitive Load, (2) Extraneous Cognitive
Load, (3) Germane
Cognitive Load. Komponen yang pertama yaitu, Intrinsic Cognitive
Load
berhubungan dengan sifat yang melekat pada isi atau materi yang
dipelajari dan
kesulitan materi pelajaran. Pada beban ini terkait dengan
bagaimana proses
Menerima dan Mengolah Informasi yang diterimanya pada proses
pembelajaran
yang berhubungan dengan memori kerja pada setiap individu. Kedua
yaitu,
-
5
Extraneous Cognitive Load merupakan beban kognitif yang tidak
langsung
berkontribusi terhadap pembelajaran dan ditimbulkan oleh bahan
instruksional.
Hal ini terkait dengan Usaha Mental yang dilakukan oleh siswa
sendiri dalam
proses pembelajaran. Komponen beban kognitif yang terakhir
yaitu, Germane
Cognitive Load dipengaruhi oleh beban pada Hasil Belajar siswa
yang
bergantung pada hubungan antara hasil dari beban intrinsic dan
extraneous (Jong,
2010).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memutuskan perlu
untuk
melakukan penelitian dengan menganalisis beban kognitif pada
pembelajaran
kimia di pondok pesantren. Oleh karena itu, penulis melakukan
sebuah penelitian
berjudul “Analisis Beban Kognitif pada Pembelajaran Kimia
Materi
Kesetimbangan Di Pondok Pesantren Al-Mizan Putri
Pandeglang”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,
maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah seperti dibawah ini:
1. Banyaknya mata pelajaran di pondok pesantren menjadi tambahan
beban
kognitif siswa terhadap pembelajaran kimia.
2. Metode pembelajaran kimia di pondok pesantren yang masih
menggunakan
metode ceramah yang membuat siswa pasif.
3. Waktu belajar pelajaran kimia yang terbatas karena banyaknya
pelajaran dan
kegiatan keagamaan di pondok pesantren.
4. Memori kerja yang dimiliki siswa berbeda dan terbatas
sehingga ketika
melebihi kapasitas memori kerja siswa merasakan beban kognitif
pada proses
pembelajaran.
C. Batasan Masalah
Berikut batasan masalah pada penelitian ini agar lebih mudah
mengarah
pada tujuan dan rumusan masalah yang ditentukan:
-
6
1. Beban kognitif siswa pada pembelajaran kimia materi
kesetimbangan kimia.
2. Siswa pada kelas XI IPA di Pondok Pesantren Al-Mizan Putri
Pandeglang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah, “Bagaimana Beban kognitif
Siswa pada
Pembelajaran Kimia Materi Kesetimbangan Kimia Di Pondok
Pesantren Al-
Mizan?”.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beban
kognitif
siswa pada pembelajaran kimia materi kesetimbangan kimia di
pondok pesantren
Al Mizan putri Pandeglang.
F. Manfaat dan Kegunaan Penelitian
Harapan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat dan
kegunaan:
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan referensi untuk mengembangkan penelitian mengenai
beban
kognitif siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti-peneliti Lain
Melalui penelitian ini, para peneliti lain mendapatkan
informasi
mengenai beban kognitif siswa pada pembelajaran kimia di pondok
pesantren
untuk menjadi referensi agar dapat melanjutkan atau meneruskan
penelitian
mengenai beban kognitif di pondok pesantren.
-
7
b. Bagi guru
Penelitian ini bermanfaat bagi guru untuk menjadi referensi
memperbaiki strategi pembelajaran khususnya di pondok
pesantren.
c. Bagi pesantren
Bagi pesantren penelitian ini bermanfaat sebagai referensi
dalam
memperbaiki sistem pembelajaran kimia di pesantren dan untuk
pertimbangan
kegiatan-kegiatan pembelajaran dan aktivitas di pesantren yang
dapat
mempengaruhi proses belajar siswa
-
8
BAB II
KAJIAN TEORITIS, DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Kajian Teoritis
1. Beban Kognitif
Kognitif atau disebut juga “kognisi” berasal dari bahasa latin
“cognescere”
yang artinya “mengetahui”, atau “sebagai pemahaman terhadap
pengetahuan”
atau “kemempuan untuk memperoleh suatu pengetahuan tertentu”.
Kognitif
sendiri merupakan istilah yang mengacu pada proses mental yang
terlibat
dalam memperoleh pengetahuan dan pemahaman, termasuk
berfikir,
mengetahui, mengingat, menilai, dan memecahkan masalah.
Sedangkan
kognisi secara umum, terminologi “kognisi” mengacu pada semua
aktivitas
mental yang terlibat dalam menerima informasi, memahami,
menyimpan,
membuka dan menggunakan (Kuswana, 2011, hlm. 79)
Proses kognitif merupakan gabungan antara informasi yang
diterima
melalui indra tubuh manusia dengan informasi yang telah ada
dalam ingatan
jangka panjang. Interaksi kedua informasi terjadi dalam memori
kerja.
Kemampuan pengolahan informasi dibatasi oleh kapasitas memori
dan faktor
waktu. Karena adanya kapasitas memori ketika proses pembelajaran
akan
menjadi beban kognitif bagi para pelajar jika pada proses
pembelajarannya
melebihi memori kerja atau kapasitas memorinya. Begitupula
pengetahuan,
sikap, dan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang dimiliki
sseorang
diperoleh melalui proses belajar. Belajar apapun yang
dipelajarinya,
pendekatan, strategi, dan metodenya keberhasilannya tergantung
kepada
fungsi memori pelajar tersebut. Para peneliti psikologi kognitif
menemukan
salah satu beban kognitif dalam belajar disebabkan oleh masalah
memori.
Bahkan pribadi yang mempunyai kapasitas memori yang normal
sekalipun
-
9
harus mengoptimalkan sumber daya memori secara efisien untuk
mencapai
hasil beljar yang optimal (Kuswana, 2011, hlm. 82).
Beban kognitif merupakan bagian dari teori pembelajaran yang
berupaya
untuk memperbaiki proses pembelajaran yaitu dengan
mempertimbangan 3
komponen beban kognitif. Dalam aplikasi pembelajaran beban
kognitif
intrinsik harus dikelola dengan baik, beban kognitif extraneous
harus ditekan
serendah mungkin, dan beban kognitif germane harus ditingkatkan
(Jong,
2010). Adapun menurut Meissner dan Bogner (2013) pembelajaran
yang baik
adalah pembelajaran yang memberikan materi yang dapat mencapai
beban
kogntif intrinsik yang tidak berlebihan, mampu menurunkan beban
kognitif
extraneous dan mampu meningkatkan beban kognitif germane sesuai
yang
sudah ditentukan.
Beban kognitif merupakan arsitektur kognitif manusia yang
berhubungan
dengan memori kerja untuk memproses informasi yang diterima pada
selang
waktu tertentu (Kalyuga, 2011). Pemrosesan informasi dalam
kognitif
manusia merupakan bagian utama dari sistem memori yang bekerja
dalam
memproses informasi pada memori jangka pendek (short-term
memory) dan
memori jangka panjang (long-term memory). Pada proses memori
kerja
melibatkan proses mental yang bekerja dengan isi pada memori
jangka pendek
dan jangka panjang. Memori jangka panjang adalah bagian sistem
memori
yang menjadi tempat menyimpan informasi dalam kurun waktu yang
lama.
Memori jangka pendek atau yang disebut juga memori kerja
(working
memory) adalah sistem penyimpanan yang dapat memuat informasi
dalam
jumlah tertabas selama beberapa detik (Kuswana, 2011, hlm.
84-85).
Hubungan antara memori jangka panjang dengan jangka pendek,
ketika
informasi masuk ke memori jangka pendek, memori jangka pendek
segera
mengodekan informasi untuk penyimpanan jangka panjang
sekaligus
mengaktifkan memori jangka panjang yang terkait selain itu
hubungan
memori jangka panjang dan jangka pendek juga dapat mempercepat
atau
-
10
memudahkan akses untuk pengolahan memori kerja, dan dapat
meningkatkan
rentang memori jangka pendek dan rentang memori kerja. Peran
utama dari
memori kerja jangka pendek maupun jangka panjang dapat memainkan
fungsi
kognitif dan belajar, belajar yang sukses adalah terpakainya
sebagian besar
fungsi dari kapasitas memori kerja pribadi. Tetapi tinjauan
hubungan antara
memori kerja dengan aspek belajar secara akademik sering kali
disebabkan
oleh kapasitas yang terbatas dan sumber daya yang tidak optimal.
Selain
keterbatasan kapasitas memori, penyimpanan memori secara tetap
dalam
interval waktu pendek juga terbatas. Maka dari itu karena adanya
kapasitas
memori yang terbatas menimbulkan beban kognitif yang terjadi
pada proses
belajar (Kuswana, 2011, hlm. 86).
Menurut Sweller, Gog, dan Paas (2010) Teori Beban Kognitif
mempunyai
3 komponen beban kognitif, yaitu Intrinsic Cognitive Load (ICL),
Extraneous
Cognitive Load (ECL), dan Germane Cognitive Load (GCL). ICL
terkait
dengan beban pada saat proses memperoleh informasi yang
berhubungan
dengan karakteristik isi materi informasi yang diterima, hal ini
berkaitan
dengan memori kerja kognitif. ECL terkait dengan beban yang
muncul karena
desain pembelajaran atau metode cara penyampaian informasi yang
diterima,
hal ini tidak mempengaruhi dengan aktivitas memori kerja. GCL
terkait
dengan beban mengkontuksi skema kognitifnya, hal ini dipengaruhi
oleh ICL
dan ECL yang mengacu pada hasil belajar. 3 komponen beban
kognitif antara
lain:
a. Intrinsic Cognitive Load (ICL)
Intrinsic Cognitif Load adalah beban yang ditentukan oleh
interaksi antara sifat bahan yang dipelajari dan kemampuan
pelajar yang
bergantung dengan memori kerja (Merrienboer & Sweller,
2005). Menurut
Jong (2010) ICL berhubungan dengan tingkat kesulitan materi
pelajaran,
lebih spesifiknya yaitu materi yang mengandung sejumlah besar
elemen
-
11
interaktif lebih sulit dari pada materi yang mengandung lebih
sedikit
elemen dengan interaksi yang rendah. Materi dengan
interaktivitas elemen
rendah membuat elemen individu belajar dengan referensi minimal
untuk
unsur-unsur lain serta membebani beban memori kerja yang
rendah.
Sweller (2010) mengatakan bahwa materi dengan interaktivitas
elemen
tinggi mencakup unsur-unsur yang berinteraksi berat dan tidak
dapat
dipelajari secara terpisah. Unsur-unsur tersebut yang kemudian
akan
menyebabkan terjadinya interaksi yang lebih berat dan
menimbulkan
terlalu banyak memori kerja.
Bagaimanapun, beban kognitif intrinsik tidak hanya berfungsi
sebagai kualitas dari materi pelajaran tetapi juga sebagai
pengetahuan
sebelumnya yang dibawa oleh pelajar untuk mengerjakan tugas.
Yang
terpenting bahwa beban kogntif intrinsic tidak dapat diubah
oleh
perlakuan yang intraksional sehingga, Instrinsic Cognitive Load
dalam
proses pembelajaran merupakan kemampuan menerima dan
mengolah
informasi siswa (Jong, 2010).
b. Extraneous Cognitive Load (ECL)
Extraneous Cognitive Load adalah beban kognitif yang
ditimbulkan oleh elemen yang berinteraksi dibawah kendali
intruksional
(Sweller, 2010). Beban kognitif extraneous mengacu pada
desain
instruksional yang membebani siswa dalam belajar yang berkaitan
dengan
desain pembelajaran atau organisasi pembelajaran (Yohanes,
Subanji dan
Sisworo, 2016). Pada proses pembelajaran ECL merupakan usaha
mental
siswa (Jong, 2010). Moreno dan Park (2010); Kamaruddin
(2016)
menyebutkan situasi-situasi berikut yang dapat menyebabkan
beban
kognitif extraneous:
a) Situasi proses pembelajaran (Advanced learners
situations)
-
12
Keadaan ini mengenai strategi guru memberikan pengetahuan
kepada siswa yang dapat memperlancar siswa unutk
mengeksploitasi
pengetahuan yang telah dipelajari dan mengambil keuntungan
dari
pengetahuan tersebut. Sebagai contoh guru menyediakan
langkah-
langkah penyelesaian masalah untuk siswa agar dapat
berinteraksi.
b) Situasi sulit melebihi kapasitas berfikir siswa (Redudancy
situations)
Bentuk umum dari redundansi adalah menyajikan informasi yang
sama di modalitas yang berbeda, misalnya, menyajikan
penjelasan
tekstual baik dalam bentuk lisan dan tulisan. Keadaan dimana
siswa
menerima informasi yang melebihi kapasitas memori siswa.
c) Pemberian contoh dan latihan soal (Worked-example effect)
Memberikan contoh, latihan-latihan soal dan penyampaian
materi
secara mendalam dan jelas dapat mengoptimalkan pemahaman
siswa
dengan.
d) Ingatan siswa tentang materi sebelumnya dan materi
prasyarat
(Inadequate prior knowledge situations)
Keadaan ini terjadi ketika pengetahuan awal siswa tidak
mencukupi dalam proses pembelajaran atau siswa tidak
memiliki
struktur pengetahuan yang memadai dalam memori jangka
panjang
siswa untuk memproses informasi baru tanpa berlebihan
kognitif.
e) Perhatian siswa terbagi saat penyampaian materi berlangsung
(Split
attention situation)
Keadaan ini dapat terjadi ketika konsentrasi belajar siswa
terganggu jika suatu materi yang saling berhubungan dipisahkan
pada
waktu dan tempat yang berbeda. Hal tersebut dapat
menyebabkan
siswa kesulitan dalam mengingat beberapa elemen sehingga
tidak
tuntas. Dimisalkan dalam materi biologi yaitu jika materi
mengenai
struktur dan fungsi diberikan secara terpisah, maka siswa tidak
akan
-
13
menerima materi secara utuh karena terdapat pengaruh
perbedaan
waktu dan tempat.
c. Germane Cognitive Load (GCL)
Germane Cognitive Load terkait dengan pembelajaran tugas
(berbeda
dengan ICL yang terkait dengan kinerja tugas) yang melibatkan
proses
seperti menafsirkan, mencontohkan, membuat klasifikasi,
menyimpulkan,
membedakan, dan mengatur (Leppink, 2017). Beban kognitif
germane
merupakan beban kognitif yang diakibatkan oleh proses kognitif
yang
relevan dengan pemahaman materi yang sedang dipelajari dan
proses
konsturksi pengetahuan (Kamaruddin, 2016).
Beban kognitif germane berperan sebagai pengorganisasian,
pengkontruksi, pengkode, pengelaborasian, atau pengintegrasian
materi
yang sedang dipelajari sebagai pengetahuan yang tersimpan di
memori
jangka panjang. Sebagaimana usaha dan upaya siswa yang relevan
untuk
mengerjakan latihan soal dalam pemecahan masalah dengan
mengingat
kembali ingatan sebelumnya (Tejamukti, 2017). Pada proses
pembelajaran, beban kognitif germane merupakan Hasil Belajar
(HB)
siswa. Dalam teori beban kognitif proses pembelajaran akan
efektif jika
dapat menurunkan beban kognitif extraneous, sehingga dapat
berpengaruh
pada menurunnya beban kognitif intrinsic dan dapat meningkatkan
beban
kognitif germane (Kamaruddin, 2016)
Berikut ini mengenai cara pengelolaan baban kognitif dalam
pembelajaran (Kamaruddin, 2016) antara lain:
Tabel 2.1 Faktor-faktor Beban Kognitif dan pengelolaannya
Beban
Kognitif
Faktor-faktor
Beban Kognitif
Pengelolaan Beban Kognitif
-
14
Faktor
Intrinsic
Cognitive
Load
Kesulitan materi :
keterkaitan nya
dengan unsur lain
yang lebih sulit
Mengelola materi yang sulit menjadi
lebih sederhana, dengan mengurutkan
materi dari yang sederhana hingga sulit
Kesulitan materi:
Banyaknya
jumlah unsur
yang harus
diproses dalam
memori kerja
Mengelola jumlah materi yang harus
diproses secara bersamaan dengan
membagi materi menjadi beberapa sub
bab materi
Pengetahuan
sebelumnya
Mengetahui tingkat pengetahuan awal
siswa dengan memberikan pertanyaan
mengenai materi sebelumnya dan
mengaitkannya dengan pengetahuan
baru
Faktor
Extraneous
Cognitive
Load
Penyampaian
materi
Penyampaian materi disesuaikan dengan
kondisi siswa dan tingkat kebutuhan
siswa
Informasi yang
diberikan
melebihi
kapasitas berfikir
siswa
Kemampuan siswa disesuaikan dengan
tingkat kemampuan siswa
pemberian contoh
dan latihan soal
Mengoptimalkan pemahaman siswa
dengan memberikan contoh, latihan-
latihan soal dan penyampaian materi
secara mendalam dan jelas
Ingatan siswa Mereview pengetahuan prasyarat yang
-
15
tentang materi
sebelumnya dan
materi prasyarat
berhubungan dengan materi sebelumnya
di awal pembelajaran
Perhatian siswa
terbagi saat
penyampaian
materi
berlangsung
Mengkondisikan siswa untuk tidak
mengerjakan kegiatan lain seperti
mencatat atau tidak beraktifitas lainnya
ketika penyampaian materi
Faktor
Germane
Cognitive
Load
Kemampuan
siswa
Berusaha meningkatkan pembelajaran
tidak hanya dengan mempelajari materi
yang diberikan guru
2. Pondok Pesantren
Dalam bukunya Mustari (2010), Pesantren menurut estimologi
berasal
dari kata, “pesantren” dengan kata dasar “santri” yang beraal
dari bahasa
Tamil yang bermakna “guru mengaji”. Sumber lain menyebutkan
bahwa kata
itu berasal dari bahasa India “shastri” dari kata dasar
“shastra‟ yang berarti
“buku-buku suci”, “buku-buku agama”, atau “buku-buku tentang
ilmu
pengetahuan”. Di luar pulau jawa institusi pendidikan ini
disebut dengan
nama lain, seperti surau (di Sumatra Barat), dayah (di Aceh),
dan pondok (di
daerah lain). Dalam penggunaanya di indonesia sekarang ini dua
istilah
“pondok” dan “pesantren” seringkali digabung menjadi “pondok
pesantren”
yang biasa pula disingkat menjadi “ponpes”. Kata pesantren
berasal dari kata
“santri” dan kemudian diberi awalan “pe” dan akhiran “an” , yang
berarti
tempat tinggal para santri (asrama) untuk belajar mengaji dan
kegiatan lainnya
(Mustari, 2010, hlm. 3-4).
-
16
Dalam penelitian Latif (2016), pesantren adalah tempat dimana
santri
tinggal dan belajar ilmu islam yang didirikan dan dipimpin oleh
kiyai. Pondok
pesantren merupakan lembaga pendidikan agama untuk umat islam
yang ingin
memperdalam dan mengeksplor ilmu-ilmu agama. Pesantren
merupakan
lembaga pendidikan yang terkenal baik dengan kualitas
pendidikannya dan
pendidikan bahasa asingnya bagi para santri khususnya pada
bahasa Arab dan
Inggris (Nurjaman, 2013). Lembaga dapat dikatakan pesantren
apabila telah
memiliki lima komponen utama yaitu, kiai, santri,
mushalla/langgar/masjid,
pengajian kitab-kitab islam klasik, dan pondok/asrama dengan
sistem
pengajaran sorogan, bandongan dan weton dengan pembelajaran
agama.
(Soebahar, 2013, hlm. 47)
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia dengan
tujuan
yaitu membina individu-individu muslim agar memiliki ciri-ciri
atau
karakteristik sifat islami dalam pola fikir, pola sikap dan pola
tindakannya.
Pada pondok pesantren modern telah merancang konsep pendidikan
dengan
manajemen modern dengan tujuan tertulis dalam dokumen biasanya
termuat
dalam visi dan misi pondok pesantren agar menegaskan
profesionalisme dan
sebagai data (Rizal, 2011). Dalam sejarahnya, pesantren di
Indonesia berdiri
bersamaan dengan datangnya islam di kepulauan Indonesia yaitu di
pulau
Sumatra bagian barat, yang dipelopori oleh Buya Hamka pada abad
ke7
Hijriyah yang dibawa oleh pedagang arab dari Gujarat, India
(Athoillah,
2015).
3. Pendidikan di Pondok Pesantren
Salah satu ciri khusus pesantren adalah adanya pengajaran kitab
kuning,
menurut Dhofier jika tidak adanya pengajaran kitab kuning maka
pondok
pesantren tersebut tidak dianggap asli. Kitab kuning di
pesantren
dikategorikan kedalam 8 group, yaitu Nahwu dan Sharaf, Fiqh,
Ushul Fiqh,
Hadits, Tafsir, Tauhid, Tasawuf, Balaghah. Dalam pembelajarannya
kiyai
turun langsung mengajarkan kitab-kitab tersebut, tidak hanya
membaca dan
-
17
menerjemahkan bukunya, tetapi kiyai juga memberikan kesempatan
untuk
santrinya menjelaskan kembali apa yang sudah dijelaskan oleh
kiyai,
kemudian kiyai dapat langsung mengoreksi kesalahan selama proses
belajar
(Athoillah, 2015).
a. Kurikulum di pondok pesantren
Kurikulum yang digunakan pesantren modern saat ini yaitu
berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun
2007
tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, pesantren
mulai
konsisten berupaya untuk menstandarisasi sistem pendidikanya
dengan
memperkenalkan pengetahuan-pengetahuan umum kepada para
santri
meliputi pendidikan keterampilan, matematika, fisika, kimia, dan
bahasa.
(Soebahar, 2013, hlm. 43-44)
Pada pesantren yang memisahkan pengajaran kitab Islam dengan
pengajaran umum (sistem dualism kurikulum) bentuk
kurikulumnya
menjadi 2 jenis yaitu: pertama, kurikulum berdasarkan pada
target
pembelajaran untuk pelajaran umum dan agama dengan bersumber
dari
buku-buku agama yang bergradasi berdasarkan waktu, kedua,
kurikulum
berdasarkan tingkat gradasi kesulitan kitab. Kemudian bagi
pondok
pesantren yang mengintegrasikan mata pelajaran agama dengan
pendidikan umum dalam struktur kurikulumnya, pembelajaran
kitab-kitab
islamnya dimasukan bersama dengan mata pelajaran umum
lainnya
dengan batas waktu yang ditetapkan (Rizal, 2011).
Kurikulum pendidikan di pesantren mengintegrasikan kurikulum
intra dan esktra, mencakup semua kegiatan yang mengatur
seluruh
kehidupan santri guna mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran
yang
dikehendaki. Kurikulum di pondok pesantren dalam hal ini
pondok
pesantren Gontor dibagi menjadi beberapa bidang studi sebagai
berikut:
-
18
a) Bahasa Arab (semua disampaikan dalam bahasa Arab): al-Imla’,
al-
Insya’, Tamrin al-Lugah, al-Muthala’ah, al-Nahwu, al-Sarf,
al-
Balagah, al-Adab, al-Khat al A’rabi
b) Dirasah Ismaliyah (untuk kelas II keatas dan seluruh materi
dalam
bahasa Arab): al-Quran, Tarjamah al-Quran, Tarikh al-Islam,
al-
Tawhid, al-Tafsir, al-Hadist, Mustalah al-Hadits, al-Tajwid,
al-Fiqh,
Usul al-Fiqh, al-Fara’id, al-Din al-Islami, Muqaranat al-Adyan,
al-
Mantiq.
c) Keguruan: al-Tarbiyah wa al-Ta’lim (bahasa Arab) dan
Psikologi
Pendidikan (bahasa Indonesia)
d) Bahasa Inggris (bahasa Inggris): Grammar, Reading and
Comprehension, Dictation dan Composition.
e) Ilmu Pasti: Ilmu Pengetahuan Alam, Biologi, Kimia, Fisika,
dan
Matematika.
f) Ilmu Pengetahuan Sosial: Geografi, Sejarah Nasional dan
Dunia,
Psikologi Umum dan Sosiologi.
g) Keindonesiaan atau Kewarganegaraan: Bahasa Indonesia dan
Tata
Negara.
Pembaruan materi pelajaran dilakukan secara berkelanjutan
dengan merevisi atau mengganti yang tidak lagi relevan
dengan
kebutuhan, khususnya dalam mata pelajaran umum yang
cenderung
berkembang lebih cepat (Zarkasyi, 2005, hlm. 126 & 130)
4. Pembelajaran Kimia di Pondok Pesantren
Pelajaran kimia di SMA terdiri dari 38 kompetensi dasar
untuk
kompetensi inti selama 6 semester, berdasarkan penelitian Fauzi
(2010),
terdapat beberapa materi pelajaran kimia yang dianggap sulit
untuk dipelajari
dikarenakan menurut santri-santri di pondok pesantren Amanatul
Ummah
materi tersebut banyak mengandung konsep yang abstrak dan sulit
untuk
-
19
dimengerti dan dipahami. Hal ini dibuktikan dari hasil ulangan
santri-santri
yang mengalami keturunan 40% dibandingkan materi lainnya,yaitu
pada
materi Larutan Penyangga. Selain dari materi kimia yang terlalu
abstrak, pada
proses pembelajarannya pun menurut penelitian Fauzi (2010) bahwa
guru
belum secara maksimal menerapkan pendekatan saintifik pada
proses
pembelajaran kimianya, namun cenderung menggunakan metode
ceramah dan
tidak memberikan nuansa konstekstual pada materi yang
dipelajari.
Pada penelitiannya Gloria (2014) pada pembelajaran IPA di
Pesantren As-
Sunnah di Cirebon dari hasil wawancara bahwa kegiatan praktikum
IPA
sangat jarang dilakukan padahal minat siswa terhadap praktikum
IPA cukup
baik. Hal ini menandakan bahwa siswa di pesantren ini memiliki
keinginan
untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
pembelajaran
IPA, dimana pembelajaran IPA tidak hanya dengan teoritik
tetapi
pembelajaran IPA perlu adanya pekerjaan ilmiyah seperti
praktikum. Hal ini
dikarenakan kendala yang dialami oleh pesantren As-Sunnah yaitu
tidak ada
laboratorium yang memadai, baik Biologi, Fisika dan Kimia.
5. Kegiatan di Pondok Pesantren
Dalam bukunya Zarkasyi (2005) tentang pondok pesantren
Gontor,
dengan kegiatan intrakurikuler berlangsung dari jam 07.00 WIB-
12.30 WIB,
dengan istirahat 2 kali: pertama pada jam 08.30-09.00 dan
istirahat yang
kedua pada jam 10.30-11.00 dengan waktu satu jam pelajaran yaitu
45 menit
sebanyak 6 jam pelajaran setiap harinya. Adapun kegiatan KMI
yaitu yang
dikelola oleh santri dan ustad-ustadnya antara lain: kegiatan
ibadah amaliyah
baik solat wajib,sunnah dan nawafil, kemudian adanya kegiatan
ekstensif
learning seperti pembinaan dan pengembangan tiga bahasa dengan
latihan
berpidato dalam 3 bahasa, kemudian adanya praktik-praktif ibadah
seperti
dakwah kemasyarakat, mengurus jenazah, dan lain-lain.
-
20
Seluruh kegiatan ini dalam pondok pesantren Gontor diatur oleh
mereka
sendiri (self government) dengan dibawah bimbingan ustad-ustad
dan kiyai.
Selain banyaknya kegiatan-kegiatan pembelajaran, santri juga
dilatih untuk
berorganisasi yang diberi nama Organisasi Pelajar Pondok Modern
(OPPM)
dengan tugas mengurus semua kegiatan santri yang dibagi menjadi
20 bagian
antara lain pengurus harian yaitu ketua, sekretaris, keamanan,
bendahara dan
kemudian 16 bagian lain yaitu bagian Kesehatan, bagian
Pengajaran, bagian
Kesenian, bagian Penerangan, bagian Bahasa, bagian Perpustakaan,
bagian
Olahraga, bagian Koperasi Pelajar, bagian Penerimaan Tamu,
bagian
Fotografi, bagian Penatu, bagian Bersih Lingkungan, bagian
Koperasi Dapur.
Selain adanya pengurus-pengurus Organisasi, adapula kegiatan
Kepramukaan
yang mewajibkan santri-santrinya mengikuti aktif di kegiatan
kepramukaan.
Sama halnya dalam Mustari (2010) membahas tentang kegiatan
pesantren
di pondok pesantren Miftahul Huda, tidak hanya pembelajaran
agamanya saja
tetapi kegiatan atau pengamalan kehidupan beribadah pun menjadi
rutinitas
santrinya. Dimulai dari pukul 03.00-03.30 bangun malam untuk
persiapan
sholat tahajud kemudian dilanjutkan dengan dengan solat subuh
berjamaah
pada pukul 04.30-05.00, kemudian pada jam 05.00 sampai 06.00
yaitu
kegiatan sorogan dilanjutkan dengan solat duha berama-sama dan
kegiatan
bersih-bersih, sampai jam 06.45. Pembelajaran di kelas dimulai
dari jam 07.45
sampai 05.00 petang dipotong dengan solat duhur dan asar
berjamaah dengan
istirahat siang. Kemudian dilanjutkan dengan makan sore dan
persiapan solat
magrib berjamaah dan kuliah tafsir jalalain langsung menyambung
ke solat
isya berjamaah. Pada jam 08.00-10.00 malam dilakukan Balagam
(ibtida
Tsanawi) dan diskusi hukum („Aly & pengabdian) dengan
mengulang
kembali kajian bersama-sama dan dilanjutkan dengan istirahat
tidur.
-
21
6. Pondok Pesantren Al-Mizan Putri Pandeglang
Pondok Pesantren Modern Al-Mizan pada tanggal 1 Mei 1993
berdiri
berdasarkan Akta Notaris Nuzwar, SH Rangkasbitung Nomor 16
tanggal 15
maret 1993. Pertama membuka penerimaan siswa/i tanggal 10 juni
1993,
menerima 67 santri putra dan putri dari berbagai daerah. Drs KH
Anang
Azhari Alie, M.Pd.I adalah pendiri Pondok Pesantren Modern
AL-Mizan.
Awalnya pondok dibangun di jalan kapugeran dekat alun-alun
Rangkasbitung
diatas tanah milik Bapak H. Kustani seluas 316 m2 yang merupakan
sebuah
gudang balok yang diubah menjadi asrama putri yang serba
darurat. Asrama
putra yang berjarak 100 m dari asrama putri berlokasi di kantor
PT. Andi Jaya
milik Bpk H. Kustani.
Pondok Pesantren Modern AL-Mizan mengembangankan areanya
sampai
+14 ha pada tahun 2009 ats dasar cita-cita teguh dan ridho Allah
SWT.
Pondok Pesantren Modern AL-Mizan memiliki lokasi di jalan AMD
Cikole
Pandeglang sebagai Pesantren Putri pada tahun 2010. santri putra
dan santri
putri program pembelajarannya terpisah, hal tersebut
dilaksanakan untuk
kenyamanan, keleluasaan beraktifitas antara mereka masing-masing
mencari
rasa aman, dan ini merupakan fenomena positif dalam pandangn
Syaria‟at.
Pondok Pesantren Modern Al-Mizan dalam memasuki usianya yang
ke-19
selalu mengedepankan kualitas, baik pendidikan maupun pengajaran
dan terus
mengembangkan sarana dan prasarana, kurikulum dan proses
pembelajaran
untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, sentuhan
pengembangan
spiritual Quation (SQ), Emotional Quotion (EQ) dan Intelektual
Quotion (IQ).
Adapun visi pondok pesantren Al-Mizan sebagai pesantren
prospektif yang
mencetak santri ber-akhlaqul karimah, berbadan sehat,
kreatif,
berpengetahuan luas, dan berfikiran terbuka, berjiwa ikhlas,
kebersahajaan,
ber-ukhuwah islamiyyah, dan berdikari.
-
22
Pondok Pesantren Al-Mizan yaitu sebagai lembaga pendidikan islam
yang
berorientasikan masyarakat (aproach social oriented) maka pondok
pesantren
modern Al-Mizan menetapkan arah dan tujuan pendidikan
kepada pembentukan pribadi-pribadi yang cinta kepada islam, nusa
dan
bangsa, berakhlaq mulia, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan
berpikiran
bebas, berjiwa keikhlasan, kesederhanaan, ukhuwah islamiyyah,
kebebasan
dan menolong diri sendiri, mengutamakan keseimbangan antara ilmu
dan
amal, Siap terjun di masyarakat meneruskan estafet perjuangan
ulama
sebagai syuhada 'alannas dalam rangka menegakkan kalimat
Allah.
a. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dibawah naungan pondok pesantren Al-
Mizan antara lain: Program Diniyah Awaliyah (Bagi Putra/I
warga
masyarakat sekitar pesantren ), Program TMI Reguler/MTs dan
Aliyah
(masa tempuh 6 tahun bagi lulusan SD/MI), Program TMI
Intensif/Aliyah,
program IPA & IPS (masa tempuh 3 tahun bagi lulusan SMP/MTs)
dan
Pengembangan Tahfidzul Qur‟an (masa tempuh 6 tahun bagi
lulusan
SD/MI).
b. Tenaga Pengajar
Pondok Pesantren Modern Al-Mizan tenaga pengajar yang
diperbantukan adalah para sarjana S1 dan S2 yang memilki latar
belakang
pendidikan yang cukup professional dari berbagai perguruan
tinggi dan
para alumni dari berbagai pesantren.
c. Fasilitas
Fasilitas yang disediakan oleh pondok pesantren Al-Mizan antara
lain
asrama putra-putri, masjid, ruang belajar, lab.komputer,
lab.bahasa,
lab.IPA, kantor sekolah, ruang perpustakaan, kantor organisasi
siswa/I,
kantor administrasi keuangan, pendopo, gedung olahraga
-
23
(GOR), lapangan sepak bola, penginapan, lapangan badminton,
lapangan
basket, tenis meja, lapangan volley, taman bermain anak,
minimart, book
shop, fashion shop, kantin, warles, lapangan parkir dapur umum
dan
MCK.
d. Program Pendidikan
Program pendidikan dibagi menjadi 2 yaitu pertama program.
Intrakurikuler dengan alokasi waktu belajar dimulai pkl. 07.00 –
12.15
WIB dan pkl. 14.15 – 15.00 WIB. Kedua yaitu, program
ekstrakurikuler
untuk memberikan pengetahuan praktis,sehingga dapat
mempraktekanya
di masyarakat dengan bantuan bimbingan guru. Aktivitas kegiatan
antara
lain pengajian intensif al-Qur'an dan tajwid setelah maghrib,
belajar
terpimpin dengan bimbingan wali kelas, fathul munjid, pengajian
kitab-
kitab salaf dan khalaf, pendidikan bahasa melalui kursus bahasa
arab dan
inggris, latihan mengajar (Teaching practice), pendidikan dan
latihan
computer, studi kajian ilmiah dan diskusi-diskusi, bahtsul
kutub,
pembuatan paper dan bulletin.
Selain bimbingan dari para guru atau asatidz, bimbingan
organisai
siswa pun membantu terlaksananya kegiatan antara lain:
disiplin
berkomunikasi bahasa arab dan inggris dalam pergaulan
sehari-hari,
latihan pidato dalam 3 bahasa (Indonesia, Arab, Inggris),
pendidikan seni
baca al-Qur'an melalui wadah jam'iyatul qurra, pendidikan
kepramukaan,
koperasi, pembinaan olah raga: seni bela diri, sepak bola, voli,
basket,
badminton, tennis meja, takraw, senam irama, pendidikan seni
kaligrafi,
letter, majalah dinding, melukis, teater, pendidikan
keterampilan: sablon,
janur, merangkai bunga, dll. Pendidikan seni musik seperti
marching
band, kursus gitar, band, marawis, kasidah. Hari senin dan
jum‟at pagi
(setelah subuh) dan untuk libur sekolah pada hari ahad/minggu
merupakan
-
24
jadwal kegiatan santri seperti muhadatsah / convertation bahasa
arab dan
inggris (http://www.al-mizan.sch.id)
7. Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Mentri Agama Republik Indonesia nomor 18 tahun
2014
tentang satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren pasal
1
menyebutkan bahwa satuan pendidikan muadalah pada pondok
pesantren
yang selanjutnya disebut satuan pendidikan muadalah adalah
satuan
pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh dan berada
di
lingkungan pesantren dengan mengembangkan kurikulum sesuai
kekhasan
pesantren dengan basis kitab kuning atau dirasah islamiyah
dengan pola
pendidikan muallimin secara berjenjang dan terstruktur yang
dapat
disetarakan dengan jenjang pendidikan dasar dan menengah di
lingkungan
Kementerian Agama.
Pondok pesantren yang selanjutnya disebut pesantren adalah
lembaga
pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh masyarakat
yang
menyelenggarakan satuan pendidikan pesantren dan/ atau secara
terpadu
menyelenggarakan jenis pendidikan lainnya. Pola pendidikan
mu'allimin
adalah sistem pendidikan pesantren yang bersifat integratif
dengan
memadukan ilmu agama Islam dan ilmu umum dan bersifat
komprehensif
dengan memadukan intra, ekstra dan kokurikuler.
Satuan pendidikan muadalah setingkat MA diselengarakan
dengan
ketentuan yaitu diselengarakan selama 3 (tiga) tahun dan bukan
satuan
MA/Sekolah Menengah Atas (SMA)/Paket C sederajat. Kurikulum
satuan
pendidikan muadalah terdiri dari dua antara lain kurikulum
keagamaan Islam
dan kurikulum pendidikan umum. Kurikulum keagamaan Islam
dikembangkan berdasarkan kekhasan masing-masing sekolah dengan
berbasis
pada kitab kuning atau dirasah islamiyah dengan pola pendidikan
mu 'allimin.
http://www.al-mizan.sch.id/
-
25
Kurikulum pendidikan umum memuat yaitu, bahasa Indonesia
(al-lughah al-
indunisiyah), pendidikan kewarganegaraan (al-tarbiyah
al-wathaniyah), dan
ilmu pengetahuan alam (al-ulum al-thabi'iyah) dan matematika
(al-
riyadhiyat)
Peserta didik setingkat MA pada satuan pendidikan muadalah
harus
memenuhi persyaratan yaitu memiliki ijazah MTs/SMP/Paket B
satuan
pendidikan muadalah setingkat MTs, aktif mengikuti kegiatan
pembelajaran
di pesantren dan bertempat tinggal mukim di pondok pesantren,
tidak sedang
mengikuti satuan pendidikan MA/ SMA/ Paket C sederajat.
Satuan
pendidikan muadalah wajib memiliki memiliki masjid, kitab
keislaman
sebagai sumber belajar dan prasarana pendidikan paling sedikit
meliputi ruang
kelas, ruang pendidik, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang
laboratorium,
ruang perpustakaan,ruang tata usaha, prasarana lainnya yang
diperlukan
dalam rangka proses pembelajaran dan wajib (PP Kemenag,
No.18,
Thn.2014)
8. Materi Kesetimbangan Kimia
a. Konsep Kesetimbangan Kimia
Hanya sedikit reaksi kimia yang berlangsung satu arah.
Kebanyakan
merupakan reaksi reversibel. Pada awal reversibel, reaksi
berlangsung
maju ke arah pembentukan produk. Segera setelah beberapa
molekul
produk terbentuk, proses balik mulai berlangsung yaitu
pembentukan
molekul reaktan dari molekul produk. Bila laju reaksi maju dan
reaksi
balik sama besar dan konsentrasi reaktan dan produk tidak lagi
berubah
seiring berjalannya waktu, maka tercapailah kesetimangan kimia
(Chang,
2005, hlm.66)
Kesetimbangan kimia merupakan proses dinamika dimana
kecepatan
pembentukan produk sama dengan kecepatan pembentukan
reaktan.
-
26
V1 V2
H2 + I2 2HI V1 = V2
Untuk menggambarkan reaksi dalam bentuk kesetimbangan atau
tidak dapat dilakukan sebagai berikut.
Gambar 2.1 Reaksi dalam bentuk kesetimbangan atau tidak
Reaksi bolak-balik merupakan reaksi dimana reaksi ke kanan dan
ke
kiri dapat diukur. Bila suatu reaksi A+B C+D dimulai dengan
mereaksikan A+B, maka mula-mula hanya ada pembentukan C+D,
setelah itu menyusul C+D membentuk A+B. Kecepatan
pembentukan
C+D mula-mula lebih besar daripada kecepatan pembentukan A+B,
dan
dikatakan setimbang bila kecepatan kedua pembentukan itu sama.
Dalam
keadaan setimbang, konsentrasi A,B,C dan D tidak berubah lagi
(Franisal
dan Wardani, 2014, hlm. 65-66)
-
27
b. Tetapan Kesetimbangan
Besarnya tetapan kesetimbangan tergantung pada jenis reaksi.
Jika
tetapan kesetimbangan kecil (k1), berarti pembilang lebih besar
dari penyebut
dalam aksi massa. Ini berarti, bahwa pada keadaan kesetimbangan,
paling
tidak salah satu zat disebelah kiri dari persamaan kimia
kecil
(Sastrohamidjojo, 2010, hlm. 181-182)
Dari studi eksperimen sistem kesetimbangan diperoleh
ungkapan
matematis yang serupa, yang dapat untuk menghubngkan
konsentrasi-
konsentrasi pada kesetimbangan. Bentuk umum persamaan
bergantung
hanya pada persamaan berimbang untuk kesetimbangan. Jika
kesetimbangan itu dinyatakan oleh :
mA + nB yC + zD
maka tetapan kesetimbangan umum dinyatakan sebagai :
[ ] [ ]
[ ] [ ]
Dengan m, n, y, dan z adalah koefisien dalam persamaan
berimbang
itu, dan kuantitas dalam tanda kurung siku menyatakan mol per
liter A, B,
C, dan D. Produk pada ruas kanan persamaan muncul sebagai
pembilang
dan konsentrasi tiap zat dipangkatkan dengan koefisien dalam
persamaan
itu (Keenan, 1984, hlm.560)
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesetimbangan Kimia
Aturan umum yang membantu kita mempresidiksi ke arah mana
reaksi
kesetimbangan akan bergeser bila terjadi perubahan tekanan,
konsetrasi,
suhu atau volume. Aturan ini dikenal sebagai asa Le Chatelier
diambil dari
nama kimiawan Prancis Henri Le Chatelier, menyatakan bahwa jika
suatu
tekanan eksternal diberikan kepada suatu sistem yang setimbang,
sistem
-
28
ini akan menyesuaikan diri sedemikian rupa untuk
mengimbangin
sebagian tekanan ini pada saat sistem mencoba setimbang
kembali.
(Chang, 2005, hlm.79-80)
Bila suatu kesetimbangan terganggu, maka sistem akan berubah
untuk
menghilangkan gangguan tersebut. Gangguan tersebut dapat berupa
yaitu
perubahan tekanan/volume, perubahan konsentrasi dan perubahan
suhu.
Perubahan ini akan mengubah keadaan kesetimbangan, tetapi
tidak
mengubah harga konstanta kesetimbangan, selain perubahan suhu,
harga
Kc berubah (Franisal dan Wardani, 2014, hlm. 68). Berikut
faktor-faktor
yang mempengaruhi kesetimbangan kimia:
a) Perubahan Tekanan/Volume
Perubahan tekanan/volume akan berpengaruh pada kesetimbangan
dimana n produk tidak sama dengan n reaktan.
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
Bila tekanan diperbesar kesetimbanganakan bergeser ke arah
NH3,
pembentukan NH3 diperbesar, sampai tercapai kembali
kesetimbangan.
Unutk reaksi dimana n produk sama dengan n reaktan
perubahan,
tekanan atau volume tidak mempengaruhi keadaan
kesetimbangan,
tetap sama seperti semula H2(g) + I2(g) 2HI(g) (Franisal dan
Wardani,
2014, hlm. 68).
Misalkan sistem kesetimbangan
N2O4(g) 2 NO2 (g)
Volume diturunkan maka konsentrasi (n/V) NO2 dan N2O naik.
Karena konsentrasi NO2 dikuadratkan, naiknya tekanan membuat
pembilangnya lebih besar daripada penyebut, maka:
[ ]
[ ]
-
29
Jadi, Qc > Kc dan reaksi bersihnya akan bergeser kekiri
sampai
Qc = Kc. Sebaliknya, penurunan tekanan (peningkatan volume)
akan
menghasilkan Qc < Kc reaksi bersihnya akan bergeser ke
kanan
sampai Qc = Kc. Pada umumnya peningkatan tekanan (penurunan
volume) menghasilkan reaksi bersih yang menurunkan jumlah
total
mol gas (reaksi balik), dan penurunan tekanan (peningkatan
volume)
menghasilkan reaksi bersih yang meningkatkan jumlah total mol
gas
(reaksi maju). Untuk reaksi yang tidak menhasilkan perubahan
jumlah
mol gas, perubahan tekanan atau volume tidak mepengaruhi
posisi
kesetimbangan (Chang, 2005, hlm.82).
b) Perubahan Konsentrasi
Penambahan atau pengurangan konsentrasi reaktan akan
menggeser kesetimbangan dan akan mengubah keadaan setimbang.
H2(g) + I2(g) 2HI(g)
Penambahan H2 atau I2 akan menggeser kesetimbangan ke arah
produk (HI) dan kesetimbangan bergeser ke arah H2 dan I2 bila
HI
ditambah. Perubahan tekanan ataupun konsentrasi hanya kan
mengubah keadaan setimbang, bukan konstanta kesetimbangan
bila
dilakukan pada suhu tetap
c) Perubahan Suhu
Tidak seperti pada perubahan tekanan dan konsentrasi yang
hanya
mengubah keadaan setimbang dan bukan konstanta
kesetimbangan,
perubahan suhu akanmengubah kedua-duanya. Pergeseran arah
kesetimbangan bergantung pada apakah reaksi tersebut endoterm
atau
eksoterm. Pada kenaikan suhu, kesetimbangan akan bergeser ke
arah
endoterm dan bila terjadi penurunan suhu kesetimbangan bergeser
kea
rah eksoterm. Misalkan pada reaksi :
N2O4(g) 2 NO2 (g) ∆H = positif maka, Kc >
2SO2(g) + O2 2SO3(g) ∆H = negatif maka, Kc <
-
30
(Franisal dan Wardani, 2014, hlm. 68-69).
Pada kesetimbangan, pengaruh kalor adalah nol karna tidak
ada
reaksi bersih, kemudian apa yang akan terjadi jika sistem
kesetimbangannya dipanaskan dengan volume tetap?. Proses
endoterm
menyerap kalor dari lingkungan maka proses pemanasan akan
menyebbkan terurainya molekul N2O4 mnjadi NO2 akibatnya
konstanta
kesetimbangan, yaitu meningkat dengan meningkatnya suhu.
d) Pengaruh Katalis
Laju reaksi dapat meningkat salah satunya karena adanya
Katalis.
katalis mempengaruhi laju reaksi maju sama besar dengan reaksi
balik
ketka reaksi tersebut reversibel,. Jadi, katalis tidak
mengubah
konstanta kesetimbanagan dan tidak mengeser posisi sistem
kesetimbangan. Penambahan katalis pada campuran reaksi yang
tidak
berada pada kesetimbangan akan mepercepat laju reaksi maju
dan
reaksi balik sehingga campuran kesetimbangan tercapai lebih
cepat.
Campuran kesetimbangan yang sama dapat diperoleh tanpa
katalis,
tetapi kita mungkin harus menunggu lebih lama agar
kesetimbangan
terjadi (Chang, 2005, hlm.83-84).
Pengaruh katalis pada kesetimbangan kimia hanya dapat
mempercepat reaksi ke arah reaktan maupun produk sehingga
keadaan
seimbang dapat cepat tercapai tetapi tidak dapat mempengaruhi
sistem
kesetimbangan (Franisal dan Wardani, 2014, hlm. 70).
d. Penerapan Prinsip Kesetimbangan Kimia dalam Industri
a) Pembuatan Amonia (NH3) dengan Proses Haber-Bosh
Amonia (NH3) merupakan senyawa nitrogen yang sangat penting
bagi kehidupan terutama sebagai bahan pembuatan pupuk
nitrogen,
obat-obatan, desinfektan, bahan peledak dan sebagainya.
Amoniak
diperoleh dari reaksi antara gas nitrogen dengan gas hidrogen.
Frotz
-
31
Haber pada tahun 1908 mengenalkan bagaimana mensintesis
amoniak
dengan berpedoman pada prinsip Le Chatelier. Oleh karena itu,
reaksi
pebentukan amoniak merupakan reaksi eksoterm. Jika suhu
semakin
rendah, maka kesetimbangan akan bergeser kearah produk.
Persamaan
reaksi kesetimbangan dapat dituliskan sebagai berikut.
N2(g) + 3H2 2NH3(g) ∆H = -92.22 kj
Pada tahun 1913 Carl Bosh menambahkan katalis dari serbuk
besi
dengan adanya campuran kalium hidroksida, alumunium oksida,
dan
garam lain agar reaksi semakin efektif. Karena proses
pembuatan
amoniak dikenalkan oleh Frizt haber dan disempurnakan oleh
Carl
Bosh, maka proses ini dinamakan proses Haber-Bosh
b) Pembuatan Asam Sulfat (H2SO4) dengan proses kontak
Asam sulfat dalam bentuk cair digunakan sebagai pengisi aki
untuk sumber energi, agar permukaan logam sebelum dilapisi
menjadi
bersih dari kotoran karat keadaan pekatnya digunakan untuk
pelapis
logam pada industri sebagai oksidator. Pembentukan asam
sulfat
melalui beberapa tahap yaitu, pembentukan SO2 dengan
mereaksikan
lelehan belerang dengan gas oksigen, pembentukan SO3 dengan
bantuan katalis V2O5, pembentukan H2SO4
c) Pembentukan asam nitrat (HNO3) dengan proses Otswald
Dalam kehidupan sehari-hari asam nitrat sering digunakan
sebagai
dasar pembuatan pupuk seperti halnya amoniak,dan digunakan
pula
untuk bahan peledak. Pembuatan asam nitrat dikenal dengan
proses
Otswald. Proses ini berlangsung dalam 3 tahap, yaitu
pertama,
pembentukan NO dengan mereaksikan amoniak dengan oksigen
pada
suhu 900oC tekanan 4-10 atm dengan adanya katalis Pt-Rh,
kedua
pembentukan NO2 dengan mereaksikan gas NO dengan gas oksigen
pada tekanan 7-12, ketiga pembentukan HNO3 dengan
mereaksikan
-
32
nya dengan air membentuk HNO3 dan NO (Partana dan Wiyarsi,
2009,
hlm. 125-128)
B. Kerangka Berfikir
2
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai Beban Kognitif ada beberapa peneliti yang
telah
membahas tentang analisis beban kogntif pada siswa sehingga
peneliti
mendapatkan beberapa penelitian yang relevan, diantaranya:
Intrinsic Cognitive
Load (ICL)
Menerima dan
Mengolah Informasi Usaha Mental
Sumber Belajar, Materi Pelajaran, Metode Pembelajaran,
Kegiatan Pondok Pesantren dan Lingkungan Pondok Pesantren
Hasil Belajar
Beban Kognitif
Germane
Cognitive Load
(GCL)
Extraneous
Cognitive Load
(ECL)
Pembelajaran kimia di pondok pesantren menjadi
beban kognitif bagi para siswanya
-
33
Hasil penelitian Dita Alawiyah Marcharis (2015) yang berjudul
“Beban
Kognitif pada Pembelajaran Biologi di SMA Berbasis Pesantren”
yang
menunjukan gambaran beban kognitif siswa di SMA berbasis
pesantren dengan
faktor banyaknya pelajaran agama dan banyaknya kegiatan siswa di
pesantren
yang menambah beban kognitif siswa pada pembelajaran
biologi.
Dan begitu juga pada penelitian Akhmad Fauzi dkk (2016) yang
berjudul
“Implementasi Strategi Relating, Experiencing, Applying,
Cooperating,
Transferring (React) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa
Pada
Materi Pokok Larutan Penyangga di Sekolah Berbasis Pesantren”
menunjukan
bahwa padatnya aktivitas santri di pesantren membuat fisik
mereka mudah lelah
saat belajar di kelas sehingga pada pembelajaran kimia siswa
belajar kurang
maksimal dan mempengaruhi proses pembelajaran kimia.
Pada penelitian Adi Rahmat dan Eni Nuraeni (2015) yang berjudul
“Beban
Kognitif dan Kemampuan Penalaran Siswa SMA,MA, dan SMA
berbasis
Pesantren pada Pembelajaran Biologi” menunjukan bahwa siswa SMA,
MA,
maupun SMA berbasis Pesantren masih memiliki beban kognitif
dalam
pembelajaran biologi. Beban kognitif paling besar dimiliki siswa
SMA. Dan
besarnya beban kognitif ini tidak ada hubungan nya dengan
kemampuan
penalaran siswa.
Selanjutnya, pada penelitian Novi Mayasari (2017) yang berjudul
“Beban
Kogntif dalam Pembelajaran Persamaan Diferensial dengan
Koefisien Linier di
IKIP PGRI Bojonegoro Tahun Ajaran 2016/2017” menunjukan bahwa
3
komponen dari beban kognitif diantaranya: Pertama, Intrinsic
Cognitive Load
(ICL) pada materi persamaan differensial terlihat dari kesalahan
mahasiswa
dalam mengenali bentuk umum dan menentukan nilai integral.
Kedua,
Extraneous Cognitive Load (ECL) disebabkan oleh terlalu cepatnya
cara
berbicara dan pengucapan dosen. Ketiga, Germane Cognitive Load
(GCL)
tercemin dari ketertarikan mahasiswa saat dosen menjelaskan dan
juga usaha
yang dicurahkan dalam mengerjakan latihan soal.
-
34
Selanjutnya pada penelitian Novy Indriya Suryani (2016) yang
berjudul
“Analisis Beban Kognitif Siswa SMA dan MA pada Pembelajaran
Materi Sistem
Reproduksi serta Keterkaitannya dengan Strategi Metagognitif
Guru” yang
menerangkan bahwa sampel siswa pada empat sekolah masih memiliki
beban
kognitif yang cukup besar selama proses pembelajaran. Besarnya
beban kognitif
terantung guru dalam melaksanakan pemebelajaran dan hasil dari
keterkaitan
strategi metakognitif dengan beban kognitif siswa. Hal tersebut
menunjukan
bahwa adanya hubungan antara strategi pembelajaran dan beban
kognitif siswa.
Pada penelitiannya Ton de Jong (2010) yang berjudul “Cognitive
Load
Theory, Educational Research, and Intructional Design: some food
for thought”
yang artinya “Teori Beban Kognitif, Penelitian Pendidikan dan
Desain
Intruksional” yang menunjukan bahwa beban kognitif terdiri dari
3 elemen yaitu
“baik”(germane), “buruk”(extraneous) dan “sedang”(intrinsic)
dari ketiga elemen
tersebut berhubungan yaitu jika hasil belajarnya lebih baik maka
beban kognitif
yang tinggi berasal dari proses germane cognitive load, tetapi
ketika hasil belajar
siswa buruk maka beban kognitif yang tinggi berasal dari
extraneous cognitive
load. Kemudian beban kognitif yang berhubungan dengan desain
pendidikan
yaitu ada 3 rekomendasi utama antara lain pertama, materi yang
sejalan dengan
pengetahuan siswa sebelumnya (beban instrinsik) kedua,
menghindari informasi
yang asing dan membingungkan (beban ektranius) ketiga,
merangsang proses
yang mengarah pada pengetahuan konseptual dan mendalam (beban
germanius)
Begitu pula pada penelitiannya Fred Paas dkk (2003) yang
berjudul
“Cognitive Load Measurement as a Means to Advance Cognitive Load
Theory”
yang berarti “Pengukuran Beban Kognitif sebagai Cara
Meningkatkan Teori
Beban Kognitif” yang menunjukan bahwa keuntungan dari pengukuran
beban
kognitif salah satunya memungkinkan kita untuk mengukur
efisiensi mental pada
saat proses pembelajaran. Pengetahuan siswa secara individu yang
dihasilkan
dari interaksi antara tugas dan karakteristik peserta didik
merupakan penentu
yang penting untuk mengetahui tingkat beban kognitif, agar
mencapai efisiensi
-
35
yang optimal maka tugas-tugas belajar siswa harus sesuai dengan
kebutuhan
kemampuan belajar siswa. Beban kognitif juga dapat digunakan
untuk model dan
metode pembelajaran yang tepat.
Selanjutnya pada penelitian Slava Kalyuga (2011) yang berjudul
“Informing:
A Cognitive Load Perspective” yang artinya “Informasi mengenai
sebuah
Perspektif Beban Kognitif” yang menunjukan bahwa teori beban
kognitif
biasanya diterapkan pada situasi intruksional yang lebih luas
dan kerangka kerja
yang lebih umum. Beban kogitif juga direkomendasikan untuk
meningkatkan
proses pemberian informasi dengan bimbingan yang relevan dengan
memori
jangka panjang, mengurangi perhatian terpecah, menggunakan
modalitas,
menghilangkan redunansi, mempertimbangkan perubahan informasi
komunikasi
dan untuk proses kognitif.
Kemudian pada penelitiannya Barbara Meissner dan Franz X. Bogner
(2013)
yang berjudul “Toward Cognitive Load Theory as Guideline for
Intructional
Design in Science Education” yang berarti “Tentang Teori Beban
Kognitif
sebagai Desain Intruksional dalam Pendidikan Sains” yang
menunjukan bahwa
peningkatan desain intruksional diperlukan dalam hal bimbingan
untuk beberapa
siswa dengan mempertimbangkan beban kognitif yang memadai atau
setidaknya
memiliki tingkat beban kognitif yang wajar untuk siswa dalam
pembelajaran
sains.
-
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2018 tahun
ajaran
2018/2019. Tempat penelitian ini adalah di kelas XI MA Pondok
Pesantren Al
Mizan Putri Pandeglang, Banten beralamat di jalan raya AMD,
Cikole, desa
Sukaratu, Majasari, Pandeglang Banten.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif
kuantitatif, yaitu mendeskripsikan atau menggambarkan
fenomena-fenomena
yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiyah ataupun rekayasa
manusia
gambarannya menggunakan ukuran, jumlah atau frekuensi
(Sukmadinata, 2011,
hlm. 72-73). Oleh karena itu peneliti mendeskripsikan hasil
pengukuran beban
kognitif pada siswa kelas XI IPA dalam pembelajaran kimia yang
diperoleh dari
pondok pesantren Al Mizan Putri.
C. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari
objek
penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,
udara, gejala,
nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga
objek-objek ini dapat
menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2005, hlm. 99).
Sedangkan sampel
merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2011 hlm. 74).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA
yang yang
terdiri dari 2 kelas yaitu XI IPA 1 dan 2 (5A dan 5C) Pondok
Pesantren Al Mizan
Putri Pandeglang semester 1 tahun ajaran 2018/2019. Sampel yang
diambil
adalah siswa kelas 5A (kelas XI IPA 1) Pondok Pesantren Al-Mizan
Putri yang
berjumlah 35 siswa. Adapun teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah
-
37
purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel atas suatu
pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2014, hlm. 53-54). Pertimbangan pada
penelitian ini dilihat
dari jumlah siswa pada kelas XI IPA 1 lebih banyak dari kelas XI
IPA 2.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
terdiri dari
pemberian Lembar Kerja Siswa mengenai materi kesetimbangan
kimia
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam Menerima dan
Mengolah
Informasi, pemberian angket untuk mengukur Usaha Mental siswa
terhadap
pembelajaran kimia di Pondok Pesantren Al Mizan Putri, kemudian
soal test
harian bentuk soal pilihan ganda materi kesetimbangan kimia
untuk mengukur
tingkat penalaran dan pemahaman siswa atau Hasil Belajar pada
pembelajaran
kimia. Adapun rincian teknik pengumpulan data dapat dilihat pada
tabel 3.1
Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data
No. Data Waktu Pengambilan Data Instrumen
1. Intrinsic Cognitive
Load mengenai
Kemampuan Menerima
dan Mengolah
Informasi
Di setiap akhir
pertemuan
Lembar Kerja
Siswa
2. Extraneous Cognitive
Load mengenai Usaha
Mental
Di akhir pembelajaran
materi kesetimbangan
kimia
Angket
3. Germane Cognitive
Load mengenai Hasil
Belajar
Di akhir pembelajaran
materi kesetimbangan
kimia
Soal Test pilihan
ganda
-
38
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdapat tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan
dan
penyelesaian.
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan analisis Kompetensi Dasar (KD) dan menentukan
indikator
pembelajaran pada materi kesetimbangan kimia.
b. Membuat kisi-kisi Lembar Kerja Siswa, dan soal Pilihan Ganda
materi
kesetimbangan kimia sesuai indikator yang telah ditentukan.
c. Membuat kisi-kisi Angket sesuai indikator dari Extraneous
Cognitive
Load.
d. Menguji validitas konstruksi (judgment expert) dan
memperbaiki
instrument sesuai saran para ahli.
e. Menguji coba instrument soal tes pilihan ganda yang telah
dibuat kepada
mahasiswa semester 1, dan hasil uji coba dikonsul