BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang telah dilaksanakan akan berpengaruh cukup besar terhadap perubahan tatanan lingkungan berupa menurunnya kualitas lingkungan, degradasi lingkungan/kerusakan lingkungan serta berkurangnya sumberdaya alam maupun perubahan tata guna lahan. Praktikum ini berjudul “Analisa Perubahan Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat (Studi Kasus : Sulawesi Selatan tahun 1999 – 2013). Praktikum analisis perubahan penggunaan lahan telah dilakukan menggunakan metode penginderaan jauh (inderaja). Identifikasi peta perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan menggunakan citra landsat 7 tahun 1999 dan citra landsat 8 tahun 2013. Perbaikan kontras citra melalui perataan histogram dilakukan dengan teknik klasifikasi terawasi (supervised classification) dan klasifikasi tak terbimbing (unsupervised classification). 1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan dari praktikum ini adalah 1. Memahami konsep Land Cover 2. Mengerti dan memahami langkah-langkah dalam proses menganalisis perubahan Land Use/ Land Cover menggunakan citra satelit Manfaat praktikum ini adalah 1. Mengetahui perubahan tutupan lahan daerah Sulawesi Selatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2013 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang telah dilaksanakan akan
berpengaruh cukup besar terhadap perubahan tatanan lingkungan berupa menurunnya kualitas
lingkungan, degradasi lingkungan/kerusakan lingkungan serta berkurangnya sumberdaya alam
maupun perubahan tata guna lahan.
Praktikum ini berjudul “Analisa Perubahan Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat (Studi
Kasus : Sulawesi Selatan tahun 1999 – 2013). Praktikum analisis perubahan penggunaan lahan telah
dilakukan menggunakan metode penginderaan jauh (inderaja). Identifikasi peta perubahan
penggunaan lahan dilakukan dengan menggunakan citra landsat 7 tahun 1999 dan citra landsat 8
tahun 2013. Perbaikan kontras citra melalui perataan histogram dilakukan dengan teknik klasifikasi
terawasi (supervised classification) dan klasifikasi tak terbimbing (unsupervised classification).
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini adalah
1. Memahami konsep Land Cover
2. Mengerti dan memahami langkah-langkah dalam proses menganalisis perubahan Land Use/
Land Cover menggunakan citra satelit
Manfaat praktikum ini adalah
1. Mengetahui perubahan tutupan lahan daerah Sulawesi Selatan dari tahun 2000 sampai dengan
tahun 2013
2. Mengerti dan memahami langkah dalam melakukan proses klasifikasi terbimbing dan
klasifikasi tak terbimbing pada suatu citra
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tutupan Lahan
Penggunaan lahan berhubungan dengan kegiatan manusia pada sebidang lahan, sedangkan
penutup lahan adalah perwujudan fisik obyek-obyek yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan
kegiatan manusia terhadap obyek-obyek tersebut. Satuan-satuan penutup lahan kadang-kadang juga
memiliki sifat penutup lahan alami (Lillesand/Kiefer, 1994).
Klasifikasi tutupan lahan dan klasifikasi penggunaan lahan adalah upaya pengelompokkan
berbagai jenis tutupan lahan atau penggunaan lahan kedalam suatu kesamaan sesuai dengan sistem
tertentu. Klasifikasi tutupan lahan dan klasifikasi penggunaan lahan digunakan sebagai pedoman atau
acuan dalam proses interpretasi citra penginderaan jauh untuk tujuan pembuatan peta tutupan lahan
maupun peta penggunaan lahan. Menurut USGS (United States Geological Survey) sistem klasifikasi
tutupan lahan dan penggunaan lahan adalah seperti berikut:
Level I Level II
1 Urban or built-up land 1
1
Residential
1
2
Commercial and Service
1
3
Transportation, Communications
and utilities
1
4
Industrials and Commercial complexs
1
5
Mixed and commercial complexs
1
6
Mixed urban or built-up land
1
7
Other urban or built-up land
2 Agricultural Land 2
1
Cropsland and pasture
2
2
Orchads, groves, vineyards,
nurseries and ornamental
horticultural areas
2 Confined feedings operations
2
Level I Level II
3
2
4
Other agricultural land
3 Rangeland 3
1
Herbaceous rangeland
3
2
Shrub-brushland rangeland
3
3
Mixed rangeland
4 Forest land 4
1
Deciduous forest land
4
2
Evergreen forest land
4
3
Mixed forest land
5 Water 5
1
Streams and canal
5
2
Lakes
5
3
Reservoirs
5
4
Bays and estuaries
6 Wetland 6
1
Forested wetland
6
2
Nonforested wetland
7 Barren Land 7
1
Dry salt flats
7
2
Beaches
7
2
Sandy areas other than beaches
7 Bare exposed rock
3
Level I Level II
3
7
4
Strip mines, quarries and gravel pits
7
5
Transitional areas
7
6
Mixed barren land
8 Tundra 8
1
Shrub and brush tundra
8
2
Herbaceous tundra
8
3
Bare ground tundra
8
4
Wet tundra
8
5
Mixed tundra
9 Perennial snow or ice 9
1
Perennial snowfields
9
2
Glaciers
Tabel klasifikasi tutupan lahan dan penggunaan lahan diatas mencakup seluruh wilayah yang
ada di bumi ini. Namun untuk penggunaan disuatu wilayah tertentu hanya menggunakan sebagian saja
dari tabel diatas. Misalnya untuk wilayah Indonesia, tutupan dan penggunaan lahan yang umumnya
digunakan adalah sebagai berikut:
No Tutupan/Penggunaan Lahan
1 Semak / Belukar
2 Danau / Waduk / Sungai
3 Hutan
4 Kebun
5 Permukiman
6 Rawa
7 Sawah
4
8 Tegalan / Ladang
2.2 Citra Satelit Landsat
Citra Landsat merupakan gambaran permukaan bumi yang diambil dari luar angkasadengan
ketinggian kurang lebih 818 km dari permukaan bumi, dengan skala 1 : 250.000.Dalam setiap
perekaman citra landsat mempunyai cakupan area 185 km x 185 km sehinggaaspek dari objek tertentu
yang cukup luas dapat diidentifikasi tanpa menjelajah seluruh daerahyang disurvei atau yang
diteliti.Citra landsat merupakan citra yang dihasilkan dari beberapa spectrum dengan
panjanggelombang yang berbeda, yaitu:
- Saluran 4 dengan panjang gelombang 0,5 – 0,6 m pada daerah spektrum biru, baik untuk
mendeteksi muatan sedimen ditubuh perairan, gosong, endapan suspensi dan terumbu.
- Saluran 5 dengan panjang gelombang 0,6 – 0,7 m pada daerah spektrumhijau, baik
untukmendeteksi vegetasi, budaya, dll.
- Saluran 6 dengan panjang gelombang 0,7 – 0,8 m pada daerah spektrummerah, baik untuk
mendeteksi relief permukaan bumi, batas air dan daratan.
- Saluran 7 dengan panjang gelombang 0,8 – 1,1, m pada daerah dengan infra merah, yang
lebih kecil untuk mendeteksi relief permukaan bumi bila dibandingkan dengan saluran 6.
Setiap warna dalam citra satelit memberikan makna tertentu ,Warna pada citramerupakan
nilai refleksi dari vegetasi, tubuh perairan dan atau tubuh batuan permukaan bumi.Oleh karena itu,
interpretasi geologi melalui citra landsat lebih didasarkan pada perbedaan nilai refleksi tersebut.
2.2.1 Citra Landsat 7
Landsat 7 merupakan satelit dengan orbit yang selaras dengan matahari dan melintas di
ekuator pada waktu lokal pukul 10:00. Satelit ini memiliki kemampuan meliput wilayah yang
sama setiap 16 hari. Citra landsat ETM (Enhanced Thematic Mapper) merupakan salah satu jenis
citra multispektral. Citra Landsat ETM merupakan citra penginderaan jauh yang sering
digunakan pada saat ini, citra ini mempunyai 7 Saluran yang terdiri dari spektrum tampak pada
saluran 1, 2, dan 3 spektrum infra merah dekat pada saluran 4, 5 dan 7 dan spektrum infra merah
termal pada saluran 6
Tabel Karakteristik Spektral
No. Saluran Nama Gelombang Range Panjang Gelombang (um)
1 Biru 0 ,45 - 0, 52
2 Hijau 0 ,53 - 0, 61
5
3 Merah 0 ,63 - 0, 69
4 Inframerah dekat 0 ,78 - 0, 90
5 Inframerah gelombang pendek 1 ,55 - 1, 75
6 Inframerah tengah 10 ,4 - 12, 5
7 Inframerah gelombang pendek 2 ,09 - 2, 35
8 Pankromatik 0 ,52 - 0, 9
Citra landsat ETM ini juga memiliki karakteristik spasial yang ditandai dengan resolusi
spasial yang digunakan sensor untuk mendeteksi obyek. Resolusi spasial sendiri adalah daya
pilah sensor yang diperlukan untuk bisa membedakan obyek-obyek yang ada dipermukaan bumi.
(Lillesand/Kiefer, 1996)
Tabel Resolusi Spasial
No Saluran IFOV
1 - 5, 7 30 m x 30 m
6 60 m x 60 m
8 15 x 15 m
2.2.2 Citra Landsat 8
Landsat 8 merupakan kelanjutan dari misi Landsat yang untuk pertama kali menjadi
satelit pengamat bumi sejak 1972 (Landsat 1). Landsat 1 yang awalnya bernama Earth Resources
Technology Satellite 1 diluncurkan 23 Juli 1972 dan mulai beroperasi sampai 6 Januari 1978.
Generasi penerusnya, Landsat 2 diluncurkan 22 Januari 1975 yang beroperasi sampai 22 Januari
1981. Landsat 3 diluncurkan 5 Maret 1978 berakhir 31 Maret 1983; Landsat 4 diluncurkan 16
Juli 1982, dihentikan 1993. Landsat 5 diluncurkan 1 Maret 1984 masih berfungsi sampai dengan
saat ini namun mengalami gangguan berat sejak November 2011, akibat gangguan ini, pada
tanggal 26 Desember 2012, USGS mengumumkan bahwa Landsat 5 akan dinonaktifkan. Berbeda
dengan 5 generasi pendahulunya, Landsat 6 yang telah diluncurkan 5 Oktober 1993 gagal
mencapai orbit. Sementara Landsat 7 yang diluncurkan April 15 Desember 1999, masih
berfungsi walau mengalami kerusakan sejak Mei 2003. (http://geomatika.its.ac.id, 2013)
Sebenarnya landsat 8 lebih cocok disebut sebagai satelit dengan misi melanjutkan landsat
7 dari pada disebut sebagai satelit baru dengan spesifikasi yang baru pula. Ini terlihat dari
karakteristiknya yang mirip dengan landsat 7, baik resolusinya (spasial, temporal, spektral),
metode koreksi, ketinggian terbang maupun karakteristik sensor yang dibawa. Hanya saja ada
beberapa tambahan yang menjadi titik penyempurnaan dari landsat 7 seperti jumlah band,
rentang spektrum gelombang elektromagnetik terendah yang dapat ditangkap sensor serta nilai
bit (rentang nilai Digital Number) dari tiap piksel citra. Seperti dipublikasikan oleh USGS, satelit
landsat 8 terbang dengan ketinggian 705 km dari permukaan bumi dan memiliki area scan seluas
Perairan = 1792633,590 haLahan Terbuka/kosong =362762,370 haPemukiman = 1869919,740 haHutan = 747011,390 haJalan = 158903,550 haTotal Luas = 4931230,64 ha
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk klasifikasi unsupervised, luas tutupan lahan
dari landsat 7 (tahun 1999) ke landsat 8 (tahun 2013) mengalami perubahan. Perubahan
luas secara keseluruhan yaitu sebesar 11091, 65 ha. Perubahan yang terjadi antara lain :
- Tidak ada lagi tutupan lahan vegetasi
34
- Bertambahnya luas tutupan lahan perairan, lahan terbuka, dan pemukiman
- Berkurangnya luas tutupan lahan hutan
- Adanya tutupan lahan mangrove
Dari perubahan yang terjadi dapat dianalisis bahwa dari tahun 1999 sampai 2013
daerah Sulawesi Selatan mengalami pengurangan hutan yang cukup banyak yaitu seluas
206795,981 ha. Berkurangnya luas hutan ini dikarenakan perubahan lahan dari hutan
menjadi pemukiman dan lahan terbuka (lahan habis pakai panen). Seiring perubahan
jaman tentu rencana tata ruang dan wilayah akan beradaptasi dengan keadaan yang terjadi.
Untuk luas perairan yang bertambah disinyalir akibat dari naiknya permukaan air laut, hal
itu sejalan dengan munculnya area mangrove yang dibuat di sekitar pesisir atau pantai
Sulawesi Selatan.
Sedangkan untuk klasifikasi supervised, luas tutupan lahan dari landsat 7 (tahun
1999) ke landsat 8 (tahun 2013) juga mengalami perubahan. Besar perubahan luas sama
dengan klasisfikasi unsupervised yaitu secara keseluruhan sebesar 11091, 65 ha.
Perubahan yang terjadi antara lain :
- Tidak ada lagi mangrove dan tambak
- Bertambahnya luas tutupan lahan pemukiman
- Berkurangnya luas tutupan lahan hutan, perairan, dan lahan terbuka
- Adanya tutupan lahan jalan
Dari perubahan yang terjadi dapat dianalisis bahwa dari tahun 1999 sampai 2013
daerah Sulawesi Selatan mengalami penambahan lahan pemukiman yang cukup banyak
yaitu seluas 1392290,910 ha. Berkurangnya luas hutan ini dikarenakan perubahan lahan
dari hutan dan lahan terbuka menjadi pemukiman. Seiring perubahan jaman tentu rencana
tata ruang dan wilayah akan beradaptasi dengan keadaan yang terjadi. Untuk luas perairan
berbeda dengan klasifikasi unsupervised, luas perairan mengalami pengurangan. Perairan
di sini mencakup laut, danau, dan sungai.
Perbedaan hasil klasifikasi dapat disebabkan beberapa hal diantaranya perbedaan
interpretasi dalam mengklasifikasikan objek tutupan lahan, cukup banyaknya awan, dan
kurangnya informasi yang tepat tentang tutupan lahan daerah Sulawesi Selatan.
35
BAB V
PENUTUP
5.1 KesimpulanDari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan :1. Proses klasifikasi unsupervised dan supervised dapat digunakan untuk mengetahui
jenis tutupan lahan. Perbedaannya terletak pada proses mendapatkan kelas tutupan lahan. Yaitu klasifikasi supervised harus membuat batasan area tutupan lahan sedangkan klasifikasi unsupervised dipilihkan oleh program.
2. Perubahan luas tutupan lahan daerah Sulawesi Selatan dari tahun 1999 – 2013 dengan menggunakan klasifikasi unsupervised sebesar 6393003 ha. Dengan perubahan yang terjadi :- Tidak ada lagi tutupan lahan vegetasi
- Bertambahnya luas tutupan lahan perairan, lahan terbuka, dan pemukiman
- Berkurangnya luas tutupan lahan hutan
- Adanya tutupan lahan mangrove
3. Perubahan luas tutupan lahan daerah Sulawesi Selatan dari tahun 1999 – 2013 dengan menggunakan klasifikasi supervised sebesar 6393003 ha. Dengan perubahan yang terjadi :- Tidak ada lagi mangrove dan tambak
- Bertambahnya luas tutupan lahan pemukiman
- Berkurangnya luas tutupan lahan hutan, peraiaran, dan lahan terbuka
- Adanya tutupan lahan jalan
5.2 SaranDari praktikum yang telah dilakukan saran yang diberikan antara lain :1. Dalam proses mendownload citra harap lebih diperhatikan tentang informasi –
informasi citra tersebut2. Dalam proses klasifikasi diharapkan mempunyai referensi lain tentang tutupan lahan
daerah tersebut3. Lebih teliti saat melakukan proses klasifikasi supervised