Page 1
ANALISA STUDI HARGA AIR PADA PERENCANAAN BENDUNGAN
LEUWIKERIS KABUPATEN TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT Enggar Dwi Hartantyo1, Pitojo Tri Juwono2, Widandi Soetopo2
1Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia
Permata Jingga Anggrek 2 No 30 Malang 65145 Indonesia
[email protected]
ABSTRAK Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sumber daya air yang sangat besar. Namun
karena penanganan dan kemanfaatan belum maksimal menyebabkan Indonesia sering
dihadapkan pada masalah banjir dan kekeringan. Dengan adanya waduk diharapkan dapat
dilakukan mekanisme yang optimal, pengaturan SDA dalam rangka mengupayakan
keseimbangan antara kebutuhan air irigasi dan memenuhi kebutuhan air baku. Pada kajian ini
lebih di titik beratkan pada penetapan penjualan harga jual air baku yang paling ekonomis. Pada
skripsi ini lebih di perhatikan pada faktor Analisa Kelayakan Ekonominya dengan parameter-
parameternya diantaranya yaitu nilai Benefit Cost Ratio (BCR), Net Benefit (B-C), Internal Rate
of Return (IRR), Analisa Sensitivitas dan Payback Period. Dengan proses perhitungan analisa
ekonomi sebagai berikut, yang pertama adalah analisa teknis dengan menghitung debit andalan,
kemudian menghitung kebutuhan air baku. Setelah itu menghitung untuk analisa biaya,
kemudian analisa manfaat serta menghitung analisa ekonominya. Setelah perhitungan diatas
sudah dilakukan kemudian menghitung penetapan harga air. Dari hasil perhitungan penetapan
harga air diatas, didapatkan nilai alokasi biaya untuk air baku sebesar Rp. 21.837.270.309.
Manfaat dengan harga air B=C sebesar Rp. 3.223.213.089/tahun, sedangkan manfaat dengan
harga air B/C > 1 sebesar Rp. 3.509.482.729/tahun. Harga air yang layak pada saat mulai
beroperasi tahun 2022 dengan prosentase penduduk terlayani 40% dengan kondisi cost naik 10%
adalah Rp. 2.020/m3, cost turun 10% adalah Rp. 1.653/m3, cost tetap adalah Rp. 1.836/m3, dan
proyek mundur selama 2 tahun adalah Rp. 2.056/m3.
Kata Kunci : analisa kelayakan ekonomi, harga air, prediksi.
ABSTRACT
Indonesia is a country that has the potential of water resources is very large. However, due to
the handling and maximum benefit has not led to Indonesia are often faced with the problem of
flooding and drought. With the reservoir is expected to be the optimal mechanism, the setting
SDA in order to seek a balance between the needs of irrigation water and raw water needs. In
this study is much more emphasized at fixing the sale price of the raw water is the most
economical. In this thesis more note on factors Feasibility Analysis economy with parameters
such that the value of Benefit Cost Ratio (BCR), Net Benefit (B-C), Internal Rate of Return (IRR),
and Payback Period Sensitivity Analysis. With the process of economic analysis calculation as
follows, the first is a technical analysis by counting debit mainstay, then calculate the raw water
requirements. After that calculates to cost analysis, then analyze the benefits and calculate the
economic analysis. After the above calculations have been done then calculate the pricing of
water. From the calculation above water pricing, cost allocation value obtained for the raw
water at Rp. 21,837,270,309. Benefits with the price of water B = C Rp. 3.223.213.089/tahun,
while the benefits of the price of water B / C> 1 Rp. 3.509.482.729/tahun. Prices decent water at
the time began operations in 2022 with the percentage of population served 40% with the
condition rose 10% cost is Rp. 2.020 / m3, down 10% cost is Rp. 1,653 / m3, fixed cost is Rp.
1,836 / m3, and projects backwards for 2 years is Rp. 2.056 / m3.
Keywords: economic feasibility analysis, the price of water, prediction.
Page 2
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air sebagai sumber kehidupan mahluk
hidup terutama manusia yang berkembang
dengan berbagai macam kebutuhan dasar
manusia (basic human need). Air menjadi
kebutuhan primer yang diperlukan untuk
kebutuhan sehari-hari seperti minum, masak,
mandi sampai kebutuhan pengolahan
industri, sehingga fungsi air tidak hanya
terbatas untuk menjalankan fungsi ekonomi
saja, namun juga sebagai fungsi sosial.
Fungsi sosial ini erat berkaitan dengan
kondisi air yang sehat, jernih dan bersih
sehingga sangat penting dipahami oleh
semua pihak dalam rangka menjaga dan
meningkatkan kesehatan masyarakat.
Indonesia merupakan negara yang memiliki
potensi sumber daya air yang sangat besar.
Namun karena penanganan dan kemanfaatan
belum maksimal menyebabkan Indonesia
sering dihadapkan pada masalah banjir dan
kekeringan. Kekeringan merupakan bencana
yang patut diwaspadai mengingat Indonesia
juga merupakan negara agraris yang
penduduknya sebagian besar bekerja di setor
pertanian. Untuk menanggulangi masalah
banjir dan kekeringan tersebut, maka
pembangunan bendungan merupakan
alternatif pemanfaatan aliran sungai yang
memungkinkan untuk penampung air yang
di musim hujan untuk dimanfaatkan di
musim kemarau. Rencana Bendungan
Leuwikeris (Ciamis) terletak di dua
kabupaten yaitu Kapupaten Ciamis, Desa
Cigembor dan Desa Panaekan, Kecamatan
Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, dengan
daerah tangkapan Sungai Citanduy hulu
yang mempunyai luas 485.40 km2. Selain
untuk pengendalian banjir bendungan ini
dapat dimanfaatkan untuk pengembangan
areal irigasi seluas 15.000 ha,
pengembangan air baku di Kabupaten
Ciamis. Berdasarkan hasil studi ECI (1983),
Waduk Leuwikeris selain direncanakan
untuk memenuhi kebutuhan sistemnya
sendiri, juga direncanakan untuk mampu
mensuplesi Waduk Cikembang (yang akan
dibangun di Sungai Cikembang), melalui
sebuah terowongan interkoneksi. Melalui
terowongan tersebut, pada waktu musim
hujan akan dialihkan sebagian debit banjir
Sungai Citanduy ke Sungai Cikembang,
sehingga dapat mereduksi debit puncak
banjir Sungai Citanduy. Sebagai salah satu
alternatif penanganan, keberadaan kedua
waduk yang direncanakan tersebut
dipandang sesuai untuk mengatasi fenomena
alam yang terjadi di DAS Segara Anakan,
yaitu kekurangan air di musim kemarau dan
terjadi banjir di musim hujan. Dengan
adanya waduk diharapkan dapat dilakukan
mekanisme yang optimal pengaturan SDA
dalam rangka mengupayakan keseimbangan
antara kebutuhan air irigasi dan memenuhi
kebutuhan air baku. Selain itu, dengan
adanya waduk tersebut maka banjir yang
biasanya terjadi di DAS Segara Anakan
bagian hilir diharapkan dapat dikurangi.
Pembangunan proyek perencanaan
Bendungan Leuwikeris ini membutuhkan
investasi yang cukup besar, maka sebelum
dilaksanakan harus diperhatikan beberapa
faktor yang dapat membatalkan
pelaksanaannya. Salah satu faktor
diantaranya adalah kelayakan ekonomi
proyek. Hal ini disebabkan karena pada
setiap investasi akan ditemui permasalahan
antara biaya yang dikeluarkan dan manfaat
yang dihasilkan. Perbandingan antara
keduanya merupakan salah satu faktor
penting yang sangat mempengaruhi
kelayakan ekonomi proyek tersebut. Untuk
itu pada kajian ini lebih di titik beratkan
pada penetapan harga jual air baku yang
paling ekonomis serta menganalisa dari hasil
optimasi yang masih layak untuk dibangun.
1.2 Identifikasi Masalah
Pembangunan Bendungan Leuwikeris
yang berada pada DAS Segara Anakan
merupakan bagian dari pengembangan
wilayah sungai Citanduy yang diharapkan
dapat dilakukan mekanisme yang optimal
untuk pengaturan SDA meningkatkan hasil
produksi irigasi pertanian dan memenuhi
kebutuhan air baku penduduk setempat.
Bendungan Leuwikeris juga diharapkan
mampu memberikan, potensi pengembangan
Page 3
areal irigasi seluas 15.000 Ha yang
direncanakan agar air bisa terpenuhi setiap
musimnya. Selain itu juga diharapkan
mampu memenuhi kebutuhan air baku
sesuai yang telah direncanakan. Proyek
pembangunan Bendungan Leuwikeris ini
membutuhkan investasi yang cukup besar,
maka harus diperhatikan faktor kelayakan
ekonomi proyek. Pada setiap investasi akan
ditemui permasalahan antara biaya yang
dikeluarkan dan manfaat yang dihasilkan.
Perbandingan biaya dan manfaat merupakan
salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
kelayakan ekonomi proyek. pengembalian
modal yang nantinya akan dibebankan pada
penjualan air baku. Untuk itu tujuan dari
studi ini adalah penetapan harga air yang
paling ekonomis yang nantinya juga akan
digunakan untuk biaya operasi dan
pemeliharaan Bendungan Leuwikeris.
1.3 Manfaat dan Tujuan
Manfaat dari studi ini adalah
memberikan sumbangan pemikiran untuk
penetapan dan analisa harga air yang sesuai
dengan ketentuan dan kebutuhan masyarakat
pengguna setelah berdirinya Bendungan
Leuwikeris tersebut. Adapun tujuan dari
studi ini adalah untuk mengetahui besarnya
manfaat yang didapat dari air baku dan air
irigasi, besarnya alokasi biaya untuk
masing-masing keperluan, besarnya Nilai
Rasio Biaya Manfaat (B/C), Selisih Biaya
Manfaat (B-C), Internal Rate Of Return
(IRR), Analisis Sensitivitas, dan
pengembalian titik impas (payback period)
dari proyek perencannaan Bendungan
Leuwikeris Kabupaten Tasikmalaya
Provinsi Jawa Barat.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Evaporasi
Peristiwa berubahnya air menjadi uap
dan bergerak dari permukaan tanah dan
permukaan air ke udara disebut evaporasi
atau penguapan (Sosrodarsono, 1976). Air
akan menguap dari tanah, baik tanah gundul
atau yang tertutup oleh tanaman dan
pepohonan, permukaan tidak tembus air
seperti atap dan jalan raya, air bebas dan air
mengalir. Evaporasi merupakan faktor
penting dalam studi tentang pengembangan
sumber daya air. Proses evaporasi dapat
berjalan terus selama ada masukan panas.
Oleh karena itu bagian terbesar dari jumlah
evaporasi diperoleh pada siang hari, karena
evaporasi dipengaruhi oleh sinar matahari.
Evaporasi sangat mempengaruhi debit
sungai, besarnya kapasitas waduk, besarnya
kapasitas pompa untuk irigasi, penggunaan
konsumtif untuk tanaman dan lain lain
(Soemarto, 1987)
Faktor meteorologi yang
mempengaruhi besarnya evaporasi adalah
sebagai berikut:
1. Radiasi matahari
2. Angin
3. Kelembaban relative
4. Suhu (Temperatur)
2.2 Evapotranspirasi
Evaporasi merupakan gabungan dari
proses penguapan air bebas (evaporasi) dan
penguapan melalui tanaman (transpirasi).
Evaporasi potensial (Eto) adalah air yang
menguap melalui permukaan tanah dimana
besarnya adalah jumlah air yang akan
digunakan tanaman untuk perkembangan
(Suhardjono, 1994).
Data-data yang diperoleh dari stasiun
klimatologi adalah sebagai berikut
(Suhardjono, 1994):
1. Temperatur rata-rata (t).
2. Kelembaban relatif (Rh).
3. Kecepatan angin rata-rata.
4. Kecerahan matahari rata-rata.
Dalam studi ini untuk menghitung
besarnya evapotranspirasi digunakan metode
Penman Modifikasi yang telah disesuaikan
dengan keadaan daerah Indonesia.
Dengan rumus:
Eto = c x Eto*
Eto* = W (0.75.Rs – Rn1) + (1 – W). f(u).
(ea – ed)
2.3 Debit Andalan
Debit andalan adalah debit yang
tersedia untuk keperluan tertentu (air baku)
tahun dengan resiko kegagalan tertentu.
Terdapat beberapa metode untuk
menghitung debit andalan dengan keandalan
tertentu. Masing-masing memiliki kekhasan
sendiri. Pemilihan metode yang akan
digunakan bergantung pada ketersediaan
Page 4
data, jenis kepentingan dan pengalaman.
Metode-metode ini antara lain adalah
sebagai berikut (Montarcih, 1995;15):
1. Metode karakteristik aliran (flow
characteristic)
Data yang diperlukan dalam metode ini
adalah data karakteristik aliran. Metode ini
umumnya dipakai untuk:
Daerah pengaliran sungai dengan
fluktuasi debit maksimum dan
minimumnya relatif besar dari tahun ke
tahun.
Kebutuhan yang relatif berubah-ubah
sepanjang tahun.
2. Metode tahun dasar perencanaan
(basic year)
Dalam memperhitungkan debit andalan
digunakan salah satu tahun tertentu sebagai
dasar perencanaan. Tahun dasar
perencanaan ditentukan berdasarkan debit
harian atau volume total dalam setahun.
3. Metode bulan dasar perencanaan
(basic month)
Dalam memperhitungkan debit andalan
digunakan salah satu bulan tertentu sebagai
dasar perencanaan. Bulan dasar perencanaan
ditentukan berdasarkan debit harian atau
volume total dalam sebulan.
4. Metode Q rata-rata minimum
Debit andalan diperhitungkan dengan
mengambil nilai debit rata-rata bulanan yang
paling kecil dari tiap-tiap tahun yang
tersedia. Metode ini digunakan untuk:
Daerah pengaliran sungai dengan
fluktuasi debit maksimum dan
minimumnya relatif kecil dari tahun ke
tahun.
Kebutuhan yang relatif konstan sepanjang
tahun.
Ketersediaan air yang didefinisikan sebagai
debit andalan adalah debit yang selalu
tersedia dengan andalan sebesar 90 %
dimana probabalitas tersebut dihitung
dengan persamaan Weibull (Soemarto,
1987;239):
Pr = m / (n+1) * 100 %
Dimana:
Pr = probabilitas (%)
m = nomer data
n = jumlah data
2.4 Operasi Waduk Tunggal
Waduk tunggal adalah waduk yang
beroperasi secara terisolasi. Hal ini berarti
bahwa debit masukan (inflow) ke waduk
berasal dari satu atau lebih daerah tangkapan
(catchment area) yang belum diregulasi dan
waduk tersebut melayani tujuan.
Ada beberapa hal yang menjadi patokan-
patokan yang mendasari pengoperasian
waduk tunggal, yaitu (Soetopo, W. 2010;8):
1. Persamaan keseimbangan waduk
2. Sarana operasi waduk
3. Tampungan operasi waduk
Aturan operasi waduk
2.5 Metode Aritmatik
Metode aritmatik atau metode rata-rata
hilang biasanya digunakan apabila laju
pertumbuhan populasi penduduk relatif
konstan setiap tahun. Kondisi ini dapat
terjadi pada kota dengan luas wilayah yang
kecil, tingkat pertumbuhan ekonomi kota
rendah, dan perkembangan kota tidak terlalu
pesat.
Pn = P0 (1 + r n)
2.6 Metode Geometrik
Metode geometrik digunakan apabila
data jumlah penduduk menunjukkan
peningkatan yang pesat dari waktu ke
waktu.
Pn = P0 (1 + r)n
2.7 Metode Eksponensial
Metode eksponensial menggunakan
asumsi pertumbuhan penduduk secara terus-
menerus setiap hari dengan angka
pertumbuhan konstan untuk menghasilkan
perkiraan yang mendekati kenyataan.
Pn = Po x er
2.8 Net Present Value (NPV) NPV adalah selisih antara manfaat
dengan biaya yang telah di present value kan.
Kriteria ini mengatakan bahwa proyek akan
dipilih jika NPV > 0. Dengan demikian, jika
suatu proyek mempunyai nilai NPV < 0, maka
tidak akan dipilih atau tidak layak untuk
dijalankan. Nilai NPV dapat dicari dengan
menggunakan persamaan.
Selisih Biaya dan Manfaat = Nilai Sekarang
dari Manfaat – Nilai Sekarang dari Biaya.
2.9 Benefit Cost Ratio (BCR)
Page 5
Benefit cost ratio adalah salah satu
metode yang sering digunakan dalam tahap-
tahap evaluasi awal perencanaan investasi atau
sebagai analisis tambahan dalam rangka
mengvalidasi hasil evaluasi yang telah
dilakukan dengan metode lainnya. Metode
BCR memberikan penekanan terhadap nilai
perbandingan antara aspek manfaat (benefit)
yang akan diperoleh dengan aspek biaya dan
kerugian yang akan ditanggung (cost) dengan
adanya investasi tersebut (Giatman, 2007).
Perbandingan manfaat dan biaya merupakan
parameter untuk analisis ekonomi, guna
mengetahui apakah proyek itu menguntungkan
atau tidak. Secara umum rumus perbandingan
antara manfaat dengan biaya adalah (Giatman,
2007):
𝑩𝑪𝑹 =𝑷𝑽 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕
𝑷𝑽 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂
Apabila harga B/C lebih dari 1, maka
proyek layak dikerjakan. Sebaliknya proyek
tidak layak apabila B/C kurang dari 1.
2.10 Internal Rate Of Return (IRR) Tingkat Pengembalian Bunga (internal
rate of return) merupakan tingkat suku bunga
yang membuat manfaat dan biaya mempunyai
nilai yang sama B-C= 0 atau tingkat suku
bunga yang membuat B/C= 1.
Apabila biaya dan manfaat tahunan
konstan perhitungan IRR dapat dilakukan
dengan dasar tahunan, tapi apabila tidak
konstan dapat dilakukan dengan dasar nilai
coba-coba (trial and error). Perhitungan IRR
ini dilakukan dengan mencari nilai discount
rate sehingga nilai present value manfaat
sama dengan nilai present value biaya, atau
nilai NPV = 0. Apabila discount rate yang
berlaku lebih besar dari nilai IRR, maka
proyek tersebut menguntungkan, namun
apabila discount rate sama dengan nilai IRR
maka proyek tersebut dikatakan impas.
2.11 Analisa Sensitivitas
Analisis sensitivitas bertujuan untuk
melihat dan memperkirakan kondisi proyek
jika ada sesuatu kesalahan atau perubahan
dalam dasar-dasar perhitungan biaya maupun
manfaat sehingga dapat mengurangi resiko
kerugian dengan menunjukkan beberapa
tindakan pencegahan yang harus dilakukan,
memperbaiki desain dari proyek yang akan
dapat meningkatkan NPV, dan memperbaiki
cara pelaksanaan proyek yang sedang berjalan.
Dalam analisis ini setiap kemungkinan harus
dicoba kembali, karena dalam analisis proyek
didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang
mengandung banyak ketidakpastian tentang
apa yang akan terjadi diwaktu yang akan
datang.
2.12 Payback Period ( PBP)
Payback period merupakan jangka
waktu periode yang diperlukan untuk
membayar kembali (mengembalikan) semua
biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam
investasi suatu proyek. Payback period ini
akan dipilih yang paling cepat dapat
mengembalikan biaya investasi, makin cepat
pengembaliannya makin baik dan
kemungkinan besar akan terpilih.
2.13 Break Even Point (BEP)
BEP adalah titik pulang pokok dimana
total benefit = total cost, dilihat dari jangka
waktu pelaksanaan sebuah proyek, terjadinya
titik pulang pokok atau TR = TC tergantung
pada lama arus penerimaan sebuah proyek
dapat menutupi segala biaya operasi dan
pemeliharaan beserta biaya modal lainnya.
Dalam hal ini, semakin lama sebuah
perusahaan mencapai titik pulang pokok,
maka semakin besar saldo rugi karena
keuntungan yang diterima masih menutupi
segala biaya yang telah dikeluarkan.
Rumus yang digunakan untuk
mengetahui kapan BEP terjadi yaitu:
BEP = Tahun sebelum BEP + (biaya usaha
pada saat BEP – pendapatan sebelum BEP)
dibagi (selisih pendapatan pada saat BEP
berada).
2.14 Harga Air
Harga air adalah keuntungan yang
dihasilkan dari perhitungan nilai air
(Kuiper,1971 : 184). nilai air yang
diperhitungkan adalah berbeda dengan biaya
air. Nilai air akan lebih tinggi penilaiannya
dibanding biaya air Perhitungan harga air
berdasarkan pada bunga yaitu perhitungan
akan besarnya harga air dilihat dari faktor
bunga komponen untuk mengetahui sejauh
mana harga air minimum yang dapat
diketahui. Perhitungan ini memasukkan
beberapa parameter yaitu biaya konstruksi,
biaya O&P, kebutuhan air, faktor konversi,
dan manfaat.
Page 6
3. METODOLOGI PENELITIAN
Tahapan pengerjaan studi ini dapat
dilihat pada diagram alir berikut:
Gambar 3.1 Diagram Alir Penyelesaian
Skripsi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis kebutuhan air
Pada dasarnya kebutuhan air per orang
per hari berbeda-beda disesuaikan dengan
standart yang biasa digunakan serta kriteria
pelayanan yang didasarkan pada kategori
kotanya. Sedangkan 3 Kecamatan di
Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar
termasuk dalam kategori kota sedang yang
rerata kebutuhan airnya sebesar 150
l/org/hari dengan tingkat pelayanan 40%
sampai dengan tahun 2046.
4.2 Analisis Biaya
Biaya keseluruhan pada proyek
Bendungan Leuwikeris meliputi:
1. Biaya konstruksi dan sarana
penunjangnya
2. Biaya operasional dan pemeliharaan
Metode alokasi biaya yang umum
dipergunakan dalam pengelolaan sumber
daya air yang bersifat multi guna antara lain
adalah ”separable cost – remaining benefit
method” yang memisahkan biaya kedalam
biaya gabungan dan biaya spesifik. Biaya
gabungan dialokasikan kepada masing-
masing kelompok pemanfaat berdasar nilai
manfaat yang diperolehnya.. Penentuan
alokasi biaya pada studi ini berdasarkan
penjatahan debit pada masing-masing
kelompok pemanfaat.
Debit outflow total yang harus
dikeluarkan oleh Bendungan Leuwikeris
dari Januari hingga Desember diantaranya
adalah (Januari 20,458 juta m3 , Februari
23,038 juta m3, Maret 18,483 juta m3, April
23,923 juta m3, Mei 23,639 juta m3, Juni
25,004 juta m3, Juli 23,182 juta m3, Agustus
20,519 juta m3, September 14,078 juta m3,
Oktober 24,248 juta m3, November 30,172
juta m3, Desember 24,098 juta m3). Total
rata-rata debit outflow yang harus
dikeluarkan oleh Bendungan Leuwikeris
yaitu sebesar 22,570 juta m3, suplai rata-rata
debit outflow untuk air baku sebesar 2,221
juta m3. Sehingga suplai debit air baku
sebesar 9,839% dari total outflow yang
dikeluarkan Bendungan Leuwikeris. Total
biaya pembangunan Bendungan Leuwikeris
sebesar Rp. 919.233.692.098,7.
Pengalokasian biaya untuk air baku ini
didapat dari besar persentase suplai debit air
baku dikalikan dengan total biaya
Bendungan Leuwikeris (9,839% x Rp.
919.233.692.098,7 = 90.442.641.423,23).
Alokasi biaya untuk air baku didapat sebesar
Rp 90.442.641.423,23 yang akan digunakan
untuk perhitungan biaya modal.
Page 7
4.2.1 Manfaat Langsung
Manfaat langsung dari proyek ini
dapat diperoleh dari perhitungan total
kebutuhan air baku dikali dengan harga air
ketika B=C. Berikut contoh perhitungan
manfaat dari hasil penjualan air baku pada
tahun 2022 dengan pelayanan penduduk
sebesar 40%:
1. Total keb. air baku rata-rata =
9.203.769,04 m3/tahun
2. Kehilangan air =
1.840.753,81 m3/tahun
3. Parameter B/C =
1 sehingga B = C
4. Biaya konstruksi =
Rp. 11.007.637.884,50
5. Biaya O&P =
Rp. 2.280.566.035,58
6. Biaya total tahunan =
Biaya konstruksi+Biaya OP =
Rp. 13.288.203.920,08
7. Harga air =
Biaya total tahunan / (Total kebutuhan air
– Kehilangan air) =
Rp. 1.804,72/m3
8. Manfaat total tahunan =
(Total kebutuhan air – Kehilangan air) x
Harga air =
Rp. 13.288.203.920,08
Tabel 1 Analisis Harga Air B=C
No
Penduduk
Terlayani
(%)
Biaya Konstruksi
(Rp) Biaya O&P (Rp) Biaya Total (Rp)
Kebutuhan
Air
(m3/tahun)
Kehilangan
Air
(m3/tahun)
Harga
Air (Rp) Manfaat (Rp) B/C
1 40 11.007.637.884,50 2.280.566.035,58 13.288.203.920,08 9.203.769,04 1.840.753,81 1.804,72 13.288.203.920,08 1,00
2 50 11.007.637.884,50 2.280.566.035,58 13.288.203.920,08 11.506.867,08 2.301.373,42 1.443,51 13.288.203.920,08 1,00
3 60 11.007.637.884,50 2.280.566.035,58 13.288.203.920,08 13.809.965,12 2.761.993,02 1.202,77 13.288.203.920,08 1,00
4 70 11.007.637.884,50 2.280.566.035,58 13.288.203.920,08 16.113.063,16 3.222.612,63 1.030,86 13.288.203.920,08 1,00
5 80 11.007.637.884,50 2.280.566.035,58 13.288.203.920,08 18.416.161,20 3.683.232,24 901,94 13.288.203.920,08 1,00
6 90 11.007.637.884,50 2.280.566.035,58 13.288.203.920,08 20.719.259,24 4.143.851,85 801,68 13.288.203.920,08 1,00
7 100 11.007.637.884,50 2.280.566.035,58 13.288.203.920,08 23.022.357,29 4.604.471,46 721,48 13.288.203.920,08 1,00
Sumber : Hasil Perhitungan
4.3 Benefit Cost Ratio (BCR)
Total Manfaat =
(9.203.769,04-1.840.753,81)
x 2.000 =
Rp. 14.726.030.462,66/tahun
B/C = 𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡
𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝐶𝑜𝑠𝑡
= Rp.14.726.030.463
Rp.13.288.203.920 = 1,108
4.4 Net Present Value (NPV)
Annual Benefit = Rp. 14.726.030.463
Annual Cost = Rp. 13.288.203.920 -
B-C = Rp. 1.437.826.543
Tabel 2 Nilai B-C Pada Berbagai Tingkat
Suku Bunga
Suku bunga AV Benefit AV Cost B-C
% Rp Rp Rp
6 14.726.030.463 11.295.676.445 3.430.354.018
7 14.726.030.463 13.288.203.920 1.437.826.543
7,5 14.726.030.463 14.300.685.267 425.345.196
8 14.726.030.463 15.433.729.820 -707.699.358
9 14.726.030.463 17.782.988.737 -3.056.958.274
10 14.726.030.463 20.311.324.083 -5.585.293.620
Sumber : Hasil Perhitungan
Page 8
4.5 Internal Rate of Return (IRR)
IRR= I’+ (𝐵−𝐶)′
(𝐵−𝐶)′−(𝐵−𝐶)"(I”- I’)
dimana:
I’ = suku bunga NPV positif = 7,5 %
I” = suku bunga NPV negativ = 8 %
(B-C)’ = (B-C) positif
(B-C)” = (B-C) negativ
IRR =7,5%+425.345.196
(425.345.196−707.699.358) x
(8% - 7,5%)
=6,75%
Tabel 3 Rekapitulasi Analisis Ekonomi
I C B B/C B-C IRR
6% 11.295.676.445 14.726.030.463 1,304 3.430.354.018
6,75%
7% 13.288.203.920 14.726.030.463 1,108 1.437.826.543
7,5% 14.300.685.267 14.726.030.463 1,030 425.345.196
8% 15.433.729.820 14.726.030.463 0,954 -707.699.358
9% 17.782.988.737 14.726.030.463 0,828 -3.056.958.274
10% 20.311.324.083 14.726.030.463 0,725 -5.585.293.620
Sumber : Hasil Perhitungan
4.6 Analisa Sensitivitas
Analisa sensitivitas biasanya
dilakukan dengan mengubah salah satu
elemen proyek (misalnya harga, biaya) dan
menghitung nilai IRR nya dengan harga
tersebut. Analisa sensitivitas yang dihitung
pada studi ini adalah sebagai berikut:
1. Terjadi 10% kenaikan pada nilai cost
yang diperkirakan dan nilai benefit tetap.
2. Terjadi 10% penurunan pada nilai
cost yang diperkirakan dan nilai benefit
tetap.
3. Terjadi 10% kenaikan pada nilai
benefit yang diperkirakan dan nilai cost
tetap.
4. Terjadi 10% penurunan pada nilai
benefit yang diperkirakan dan nilai cost
tetap.
5. Terjadi 10% kenaikan pada nilai cost
yang diperkirakan dan 10% penurunan pada
nilai benefit.
6. Terjadi 10% penurunan pada nilai
cost yang diperkirakan dan 10% kenaikan
pada nilai benefit.
7. Tertundanya penyelesaian proyek
selama dua tahun.
Berikut contoh perhitungan analisa
sensitivitas pada saat terjadi kenaikan 10%
pada nilai cost dan nilai benefit tetap pada
suku bunga 7%.
diketahui:
- Cost = Rp. 13.288.203.920
- Benefit air baku = Rp. 14.726.030.463
- Cost naik 10% = Rp. 13.288.203.920 +
(10% x Rp. 13.288.203.920)
= Rp. 13.288.203.920 +
1.328.820.392
= Rp. 14.617.024.312
- B/C = 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡
𝐶𝑜𝑠𝑡 naik 10%
= Rp.14.726.030.463
Rp.14.617.024.312
= 1,007
- B-C = Benefit – Cost naik
10%
= Rp. 14.726.030.463 -
Rp. 14.617.024.312
= Rp. 109.006.151
- IRR
=I’+(𝐵−𝐶)′
(𝐵−𝐶)′−(𝐵−𝐶)"(I”- I’)
=7%+(𝑅𝑝.109.006.151)
(𝑅𝑝.109.006.151 −𝑅𝑝.1.004.723.331 )(7,5% -
7%)
= 7,049%
Untuk analisis sensitivitas jika
penyelesaian proyek tertunda hingga 2 tahun
contoh perhitungannya adalah sebagai
berikut:
Page 9
Total biaya konstruksi
= Rp. 111.922.768.761,25
Faktor konversi (F/P, 7%, 7)
= 1,606
Faktor konversi (A/P, 7%, 100)
= 0,070
Nilai tahunan biaya konstruksi
= Rp. 111.922.768.761,25 x 1,606 x 0,070
= Rp. 12.600.332.461
Total biaya O&P tahunan
= Rp. 2.280.566.035,58
Total biaya tahunan
= 14.880.898.496
Total manfaat
= 14.726.030.463/tahun
Sehingga :
BCR = 𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡
𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝐶𝑜𝑠𝑡
= 𝑅𝑝.14.726.030.463
𝑅𝑝.14.880.898.496
= 0,990
Tabel 4 Rekapitulasi Analisis Sensitivitas
Pada Suku Bunga 7%
No Kondisi B/C B-C IRR
1 cost naik 10% benefit tetap 1,007 109.006.151 7,049
2 cost turun 10% benefit tetap 1,231 2.766.646.935 8,395
3 benefit naik 10% cost tetap 1,219 2.910.429.589 8,326
4 benefit turun 10% cost tetap 0,997 -34.776.504 6,983
5 cost naik 10% benefit turun 10% 0,796 -2.983.460.247 5,639
6 cost turun 10% benefit naik 10% 1,354 4.239.249.981 9,085
7 Proyek mundur 2 tahun 0,990 -154.868.034 6,937
Sumber : Hasil Perhitungan
4.7 Penetapan Harga Air
Penetapan harga air pada studi ini
ditinjau dari berbagai kondisi sensitivitas
pada analisis ekonomi ketika B=C yaitu
pada saat cost naik 10%, cost turun 10%,
cost tetap, dan proyek mundur 2 tahun.
Berikut contoh perhitungan analisis harga
air pada bunga 7% dengan jumlah penduduk
terlayani sebesar 40%.
diketahui:
Cost = Rp.13.288.203.920
Kebutuhan air = 9.203.769,04 m3/tahun
Kehilangan air = 1.840.753,81 m3/tahun
Harga air pada saat:
Cost naik 10% = Rp. 13.288.203.920 + (10%
x Rp. 13.288.203.920)
= Rp. 14.617.024.312
Harga Air = 𝐶𝑜𝑠𝑡
(Kebutuhan Air−Kehilangan Air)
= Rp.14.617.024.312
(9.203.769,04−1.840.753,81)
= Rp. 1.985,20/m3
= Rp. 1.985/m3
Manfaat = (Kebutuhan air – Kehilangan air)
x Harga air
= (9.203.769,04 – 1.840.753,81) x
Rp. 1.985
= Rp. 14.617.024.312/tahun
Cost turun 10% = Rp. 13.288.203.920 -
(10% x Rp. 13.288.203.920)
= Rp. 11.959.383.528,07
Harga Air = 𝐶𝑜𝑠𝑡
(Kebutuhan Air−Kehilangan Air)
= Rp.11.959.383.528,07
(9.203.769,04−1.840.753,81)
= Rp. 1.624,25/m3
= Rp. 1.624/m3
Manfaat = (Kebutuhan air – Kehilangan
air) x Harga air
= (9.203.769,04 – 1.840.753,81)
x Rp. 1.624
= Rp. 11.959.383.528,07/tahun
Cost tetap = Rp. 13.288.203.920
Harga Air = 𝐶𝑜𝑠𝑡
(Kebutuhan Air−Kehilangan Air)
= Rp.13.288.203.920
(9.203.769,04−1.840.753,81)
Page 10
= Rp. 1.804,72/m3
= Rp. 1.805/m3
Manfaat = (Kebutuhan air –
Kehilangan air) x Harga air
= (9.203.769,04 –
1.840.753,81) x Rp. 1.805
= Rp. 13.288.203.920/tahun
Proyek mundur 2 tahun
= Rp. 14.880.898.496,38
Harga Air = 𝐶𝑜𝑠𝑡
(Kebutuhan Air−Kehilangan Air)
= Rp.14.880.898.496,38
(9.203.769,04−1.840.753,81)
= Rp. 2.021,03/m3
= Rp. 2.021/m3
Manfaat = (Kebutuhan air – Kehilangan air)
x Harga air
= (9.203.769,04 – 1.840.753,81) x
Rp. 2.021
= Rp. 14.880.898.496,38/tahun
4.8 Payback Period
Analisa payback period pada dasarnya
bertujuan untuk mengetahui seberapa lama
(periode) investasi akan dapat dikembalikan
saat terjadinya kondisi pulang pokok
(Giatman, 2007). Berikut contoh
perhitungan payback period pada saat
B/C>1.
diketahui:
Biaya Konstruksi=Rp. 111.922.768.761,25
Biaya OP = Rp. 2.280.566.035,58
Total Manfaat = Rp. 14.726.030.463
Pada proyek Bendungan Leuwikeris ini
komponen cash flow benefit dan costnya
bersifat annual, maka rumus yang
digunakan adalah:
K(PBP) = 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡
Untuk mengetahui apakah rencana
suatu investasi tersebut layak ekonomis atau
tidak, diperlukan suatu ukuran/kriteria
tertentu. Dalam metode ini rencana investasi
dikatakan layak jika K ≤ usia guna proyek.
K(PBP) = 𝑅𝑝.111.922.768.761,25
𝑅𝑝.14.726.030.463 −𝑅𝑝.2.280.566.035,58
= 8,993≈9 Tahun
Berikut contoh perhitungan payback period
pada saat B/C=1 atau B=C.
diketahui:
Biaya Konstruksi= Rp. 111.922.768.761,25
Biaya OP = Rp. 2.280.566.035,58
Total Manfaat = Rp. 13.288.203.920
Pada proyek Bendungan Leuwikeris ini
komponen cash flow benefit dan costnya
bersifat annual, maka rumus yang
digunakan adalah:
K(PBP) = 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡
Untuk mengetahui apakah rencana suatu
investasi tersebut layak ekonomis atau tidak,
diperlukan suatu ukuran/kriteria tertentu.
Dalam metode ini rencana investasi
dikatakan layak jika K ≤ usia guna proyek.
K(PBP) = 𝑅𝑝.111.922.768.761,25
𝑅𝑝.13.288.203.920 −𝑅𝑝.2.280.566.035,58
= 10,17≈10 Tahun
Dalam perhitungan didapat hasil K ≤ usia
guna proyek pada saat B/C>1 yaitu K = 9
tahun dan pada saat B=C yaitu K = 10
tahun. Dengan usia guna proyek 100 tahun,
maka proyek Bendungan Leuwikeris layak
secara ekonomis.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Besar alokasi biaya untuk air baku Rp.
90.442.641.423,23 dan Rp.
828.791.050.675,48 digunakan untuk
keperluan air irigasi, PLTA, dll.
2. Analisis manfaat air baku yang
diperoleh dari proyek Perencanaan
Bendungan Leuwikeris ini terdiri dari
manfaat nyata dan manfaat tidak nyata.
Manfaat nyata yang diperoleh dari
proyek perencanaan Bendungan
Leuwikeris di Kabupaten Tasikmalaya
pada bunga 7% adalah:
- Manfaat dengan harga air B=C
= Rp. 13.288.203.920/tahun
- Manfaat dengan harga air B/C > 1
= Rp. 14.726.030.463/tahun
Manfaat tersebut diperoleh dari hasil
penjualan air. Sedangkan manfaat tidak
nyata yang diperoleh dapat terpenuhinya
Page 11
kebutuhan air baku yang bersih dan layak,
dan meningkatkan kualitas hidup warga di 3
Kecamatan di Kabupaten Ciamis yaitu
(Kecamatan Cimaragas, Kecamatan
Cijeunjing, Kecamatan Cisaga) dan di Kota
Banjar yaitu (Kecamatan Banjar, Kecamatan
Purwaharja, Kecamatan Pataruman,
Kecamatan Langensari).
Analisis ekonomi proyek
Perencanaan Bendungan Leuwikeris di
Kabupaten Tasikmalaya ditinjau terhadap
Nilai Rasio Biaya Manfaat (B/C), Selisih
Biaya Manfaat (B-C), IRR, Analisis
Sensitivitas, dan Payback Periode. Analisis
sensivitas pada saat Cost naik 10%, Benefit
tetap nilai B/C adalah 1,007 dan nilai B-C
adalah Rp. 109.006.151. Pada saat Cost
turun 10%, Benefit tetap nilai B/C adalah
1,231 dan nilai B-C adalah Rp.
2.766.646.935. Pada saat Cost tetap, Benefit
naik 10% nilai B/C adalah 1,219 dan nilai
B-C adalah Rp. 2.910.429.589. Pada saat
Cost tetap, Benefit turun 10% nilai B/C
adalah 0,997 dan nilai B-C adalah Rp. -
34.776.504. Pada saat Cost naik 10%,
Benefit turun 10% nilai B/C adalah 0,796
dan nilai B-C adalah Rp. -2.983.460.247.
Pada saat Cost turun 10%, Benefit naik 10%
nilai B/C adalah 1,354 dan nilai B-C adalah
Rp. 4.239.249.981. Pada saat proyek
mundur 2 tahun nilai B/C adalah 0,990 dan
nilai B-C adalah Rp. -154.868.034.
Tabel 5.1. Rekapitulasi Analisis Ekonomi
Pada Saat B=C dan B/C>1.
Uraian B/C B-C IRR Payback Period
Harga Air B=C
Rp. 1.804 1,000 0 7,00% 10 tahun
Harga Air B/C > 1
Rp. 2.000 1,108 Rp. 1.437.826.543 6,75% 9 tahun
Sumber : Hasil Perhitungan
5.2 Saran
1. Untuk memenuhi kebutuhan air baku
yang selalu meningkat sebanding dengan
laju pertumbuhan penduduk setiap tahunnya,
perlu adanya peningkatan efisiensi dan
efektivitas penggunaan air baku dengan cara
penambahan supply air baku untuk
kebutuhan pokok serta perlu peninjauan
kembali pola operasional distribusi air baku
dari PDAM yang bertujuan penghematan
penggunaan air.
2. Karena proyek perencanaan
Bendungan Leuwikeris ini ditujukan untuk
kesejahteraan di 3 Kecamatan di Kabupaten
Ciamis yaitu (Kecamatan Cimaragas,
Kecamatan Cijeunjing, Kecamatan Cisaga)
dan di Kota Banjar yaitu (Kecamatan
Banjar, Kecamatan Purwaharja, Kecamatan
Pataruman, Kecamatan Langensari), maka
untuk penetapan harga air hendaknya tidak
melihat dari sisi keuntungan saja namun
juga harus dilihat dari segi kemampuan
ekonomi konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Panduan Penulisan Skripsi,
Malang: Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya.
Giatman, M. 2007. Ekonomi Teknik. Jakarta:
PT.Raja Grafindo Persada.
Kodoatie, Robert J. 2002. Analisa Ekonomi
Teknik. Yogyakarta: Andi
Kuiper, Edward. 1973. Water Resources
Project Economic. Canada.
Limantara, Lily Montarcih, 2010. Hidrologi
Praktis. Bandung: Lubuk Agung
Linsley, R. K, Joseph, B.F. 1986. Teknik
Sumber Daya Air. Terjemahan Djoko
Sasongko, Bandung: Erlangga.
Sastraatmadja, Soedrajat. 1984. Analisa
Anggaran Biaya Pelaksanaan.
Bandung: Nova.
Suhardjono. 1994. Kebutuhan Air Tanaman.
Malang: ITN.
Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi Teknik.
Surabaya: Usaha Nasional.
Soetopo, Widandi. 2010. Operasi Waduk
Tunggal. Malang: CV. Asrori
Page 12
Sosrodarsono, Suyono. 1976. Hidrologi
Untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Suyanto, Adhi, Sunaryo, Trie M. dan
Sjarief, Roestam. 2001. Ekonomi
Teknik Proyek Sumberdaya Air.
Jakarta: HMI.
Triatmodjo, Bambang. Hidrologi Terapan.
Yogyakarta: Beta Offset