Page 1
ANALISA RISIKO LINGKUNGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN LAGUNA INDAH
ENVIRONMENTAL RISK ANALYSIS LAGUNA INDAH REAL ESTATE DEVELOPMENT
Created by :Mas Suryanto HS ( )
Subject: Perumahan Perencanaan perumahan
Keyword: Environmental Risk
[ Description ]
Pembangunan Kawasan Perumahan Laguna Indah dengan luas lahan 526,80 hektar sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 telah dilengkapi dengan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Pembangunan Kawasan Perumahan Laguna Indah meliputi pembangunan pemukiman, perkantoran, supermal, ruko, dan rumah sakit yang pelaksanaanya terdiri atas 3 tahap (1996 - 2006). Meskipun telah dilengkapi dengan dokumen AMDAL namun karena banyaknya kegiatan yang akan dilaksanakan dan jangka waktu pembangunan yang sangat panjang, tidak tertutup kemungkinan AMDAL yang telah disusun tidak berjalan sesuai dengan rencana. Oleh karena itu maka perlu dilihat bagaimana pelaksanaan AMDAL Pembangunan Kawasan Laguna Indah dalam bentuk analisa risiko lingkimgan. Analisa risiko lingkungan disesuaikan dengan isu pokok AMDAL Kawasan Perumahan Laguna Indah dari segi teknis antara lain masalah banjir dan pola drainase, meningkatnya beban lalu lintas pada jalur transportasi umum, masalah ketersediaan sumber air bersih dan masalah kegiatan pengelolaan limbah padat dan cair. Analisa risiko lingkungan pada penelitian ini dilakukan dengarfmembandingkan rona lingkungan awal terhadap kondisi terkini yang sementara terjadi. Dari hasil identiflkasi risiko lingkungan melalui kuesioner, wawancara dan observasi, diketahui bahwa hingga kini risiko yang ditimbulkan pada radius 2,5 km dari kawasan perumahan adalah banjir dan kerusakan jalan. Dengan adanya risiko ini diperlukan solusi untuk mengatasinya dengan membangun sistem drainase baru dian menambah tebal lapisan perkerasan jalan. Akibat adanya risiko lingkungan yang terjadi menimbulkan biaya ganti lingkungan yang besaraya tergantung dari penilaian masing-masing individu. Biaya pencegahan lingkungan untuk mengatasi banjir dengan membangim sistem drainase baru sebesar Rp. 1.797.000.000,- dan biaya pemeliharaannya Rp. 297.480.000,- per tahun dan untuk mengatasi kerusakan jalan dengan menambah tebal lapis perkerasan diperlukan biaya Rp. 1.107.000.000,- dan biaya pemeliharaan Rp. 55.350.000,- per tahun.
Alt. Description
Page 2
Laguna Indah Real Estate Region development with area 526,80 hectare appropriate Government Regulation Number 51 Year 1993 has been complete with Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) document Laguna Indah Real Estate Region development include housing development, office complex, supermall, house-store and hospital will be implementation in 3 stage (1996 - 2006). Although has been complete with AMDAL document however very much activity will be impelementation in so long time, not closed probability AMDAL has been composed not take a stroll like planning. Because of that, necessary observe how AMDAL Laguna Indah Real Estate Region Development implementation in shape environmental risk analysis. Environmental risk analysis to be appropriate with basic issue AMDAL . Laguna Indah Real Estate Region Development from technical aspect among others flood and drainage system problem, increase traffic load in public transportation lane, availability source of water clean problem and processing solid and liquid waste activity problem. Environmental risk analysis in this research doing with compare environmental baseline and environmental condition now. From environmental risk identification with questionnair, interview and observation, until now environmental risk happened in radius 2,5 km from real estate region is a flood and road damage. The solution for contend this risk is development a new drainage system and road overlay. Consequence environmental risk happened to make environmental cost Environmental cost substitute dependence from appraisal each individual. Environmental cost prevention for fiood with development new drainage system Rp. 1.797.000.000,- and maintenance cost Rp. 297.480.000,- per year. Environmental cost prevention for road damage with road overlay constuction Rp. 1.107.000.000,- and maintenance cost Rp. 55.350.000,- per year.
Contributor : 1. Ir. Retno Indryani, MS
Date Create : 15/01/2007 Type : TextFormat : pdf,Language : IndonesianIdentifier : ITS-Master-31000002016034Collection ID : 31000002016034Call Number : 628 Mas a
Source : Theses Civil Engineering, RT 628 Mas a, 2002
Coverage : ITS Community
Rights : Copyright @2002 by ITS Library. This publication is protected by copyright and
Page 3
permission should be obtained from the ITS Library prior to any prohibited reproduction, storage in a retrievel system, or transmission in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying, recording, or likewise. For information regarding permission(s), write to ITS Library
Share this information to :
Google Bookmarks | Technorati | Del.icio.us | Digg
ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL
PEMRAKARSA
NAMA DOKUMEN
PT.GOA MAKASSAR TOURISM DEVELOPMENT CORPORATION (PT.GMTDC)
“AMDAL Regional Pembangunan Kawasan Tanjung Bunga Kotamadya Ujung Pandang-
Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan”
NO. PERSETUJUAN & TGL
KEP-27/MENLH/9/1998 TGL.3/9/1998
PENYUSUN
PT. PANGRITTA PRATAMA KONSULTAN
Page 4
DESKRIPSI KEGIATAN
PT.GMTDC berencana akan membangun kawasan Tanjung Bunga di Wilayah pesisir pantai
Kotamadya Ujung Pandang dan Kabupaten Goa. Secara geografis lokasi rencana kegiatan terletak
pada 119o3’7”- Bujur Timur dan 5o8’19” Lintang Selatan.
Rencana pembangunan Kawasan Tanjung Bunga meliputi luas 1000 ha yang terdiri tiga kawasan
yaitu:
• Kawasan Utara seluas 390 ha terletak dalam wilayah Kotamadya Ujungpandang, yaitu Kec.Mariso
mencakup Kel. Lette, Bontomaranmu dan Mattoanging, dan Kec.Tamalate mencakup Kel.Maccini
Sombala
• Kawasan Delta seluas 349 ha terlatak dalam wilayah Koatamdya Ujungpandang,yaitu Kec.Tamalate
yang mencakup Kel.Tanjung Bunga
• Kawasan Selatan seluas 261 ha terletak dalam wilayah Kotamadya Ujungpandang yaitu
Kec.Tamalate mencakup Kel.Barombong dan Kab.Gowa yaitu Kec.Palangga yang mencakup Desa
Tamanyeleng dan Desa Somba Opu.
Dalam pelaksanaannya kegiatan pembangunan kawasan akan dilakukan II tahap, yaitu:
• Tahap I (1997-2000) meliputi :
- Hotel dengan alokasi lahan seluas 83 ha (10,78 %), meliputi cottages selus 10 ha dan hotel 73 ha.
Jumlah hotel/cottage 23 unit dan jumlah kamar adalah 5700 kamar
- Perkantoran & komersial dengan alokasi lahan seluas 191 ha (24,81 %)
Page 5
KDL6/DATA/EVALUASI/IRMA/ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL-PT.GMTDC
-1-
- Sekolah dengan alokasi lahan seluas 10 ha (1,30%)
- Rumah sakit dengan alokasi lahan seluas 2 ha (0,26%)
- Perumahan dengan alokasi lahan seluas 340 ha (44,16%); Tahap I rumah mewah 1100 unit;
rumah menengah 3500; rumah sederhana 2400; rumah sangat sederhana 2000 sedangkan
Tahap II rumah sangat sederhana 2700 unit
• Tahap II (2007-2016) meliputi :
- Hotel/cottage dengan alokasi lahan seluas 28 ha (12,17%) sebanyak 7 unit denganjumlah kamar
1848 kamar. Kalsifikasi minimum adalah Bintang I
- Perkantoran dan komersial seluas 57 ha (24,78%)
- Perumahan menengah seluas 102 ha (44,35%)
- Fasilitas Sosial,Fasilitas Umum, Rekreasi dan Ruang Terbuka 21 ha (9,13%)
- Jalan seluas 22 ha (9,57%)
ISU POKOK
• Timbulnya keresahan sosial yang diakibatkan oleh kegiatan survei lokasi/studi dan pembebasan
lahan;
• Terbukanya kesempatan kerja dan kesempatan berusaha karena adanya rencana kegiatan;
• Menunjang rencana pengembangan wilayah kawasan “Minasa Maupata”;
• Meningkatnya aliran permukaan dan erosi karena hilangnya vegetasi penutup lahan;
• Menurunnya kualitas udara karena oleh kegiatan transportasi bahan material dan pematangan
Page 6
lahan untuk pembuatan banguna jalan dan jalan serta kegiatan pengoperasian jalan;
• Menurunnya kualitas air laut karena pembangunan jalan akses laut melaluikegiatan pengerukan
dasar laut dan penimbunanan jalan serta sampah padat dan cair yang ditimbulkan pedagang kaki
lima pada sepanjang jalan, serta bau akibat pembusukan limbah khususnya organik yang masuk ke
perairan sungai akibat adanya jalan akses laut;
• Gangguan terhadap kesehatan disebabkan oleh menurunnya kualitas udara akibat kegiatan
pengangkutan bahan material, penimbunan dan pematangan lahan serta kegiatan pengoperasian
jalan;
• Gangguan biota perairan yang terjadi karena pembuatan jalan akses laut melalui pekerjaan-
pekerjaan konstruksi dan lumpur hasil kerukan serta akibat penurunan kualitas air laut oleh limbah
padat dan cair dari pedagang kaki lima yang akan menempati sepanjang jalan akses laut;
• Terganggunya ekosisitem pesisir Pantai Ujungpandang yang disebabkan oleh kemungkinan
masuknya sedimen serta limbah cair dan padat akibat berbagai jenis kegiatan yang direncanakan.
KDL6/DATA/EVALUASI/IRMA/ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL-PT.GMTDC
-2-
KEWAJIBAN
PEMRAKARSA
1.
Page 7
menyelaraskan kebijaksanaan proyek dengan kebijaksanaan struktur, sistem dan pembangunan
jaringan infrastruktur sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Ujung Pangkah dan Kabupaten Daerah Tingkat II Gowa;
membangun sistem transportasi yang efisien di lokasi proyek yang memberikan akses untuk
kepentingan umum dan Pemerintah Daerah
membangun dengan mengikuti ketentuan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) atau Building
Coverage Ratio (BCR) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
melestarikan fungsi hidrologi wilayah sesuai peruntukan, menjamin kuantitas dan kualitas
pemasokan air untuk kepentingan umum
memperbaiki bagian-bagian pantai yang terkena abrasi dan memelihara alur pelayaran akibat
pembangunan dermaga dan fasilitas penunjangnya;
menghentikan pengambilan material pasir dari dasar laut Teluk Losari;
menjaga sirkulasi air laut dan kelestarian estetika dan sanitasi lingkungan Pantai Losari;
melaksanakan kegiatan pembebasan lahan secara adil dan transparan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
melaksanakan program pembangunan masyarakat di sekitar kawasan Tanjung Bunga serta
mengutamakan penerimaan tenaga kerja dari masyarakat setempat sesuai keahlian yang dimiliki;
mengantisipasi perubahan dan dinamika sosial di lokasi dan mengakomodasikan kebutuhan
masyarakat setempat maupun sekitar lokasi dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah;
menyediakan sarana dan prasarana ekonomi bagi pedagang kecil setempat dan masyarakat di
sekitar lokasi;
membangun fasilitas sosial dan fasilitas umum;
menjamin keterbukaan akses masyarakat terhadap pantai Losari dan fasilitas-fasilitas yang
bersifat umum;
membangun unit pengolahan air limbah, pembuangan limbah padat dan sanitasi lingkungan;
Page 8
mengolah limbah B3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
melakukan reorganisasi dalam struktur manajemen kawasan Tanjung Bunga PT.Gowa Makassar
Tourism Develompent Corporation dengan membentuk Divisi Lingkungan (Environment Division);
menyusun Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan yang lebih
rinci bagi kegiatan-kegiatan: fasilitas berupa jalan akses laut dan darat, hotel, perkantoran/jasa
komersial, sekolah, rumah sakit, perumahan, fasilitas umum dan sosial, tempat rekreasi dan ruang
terbuka, lapangan golf, fasilitas jaringan air bersih, listrik, telepon dan pengolahan limbah atas
dasar Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan Regional
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Page 9
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
KDL6/DATA/EVALUASI/IRMA/ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL-PT.GMTDC
-3-
PENGELOLAAN
mengacu pada pedoman teknis penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana
Pemantauan Lingkungan yang ditetapkan oleh instansi teknis yang membidangi kegiatan yang
bersangkutan bagi setiap jenis kegiatan yang akan dibangun dalam proyek tersebut selambat-
lambatnya 3 (tiga) bulan setelah keputusan ini ditetapkan. Penyusunan Rencana Pengelolaan
Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan ini dikonsultasikan denganBAPEDAL;
18. melaksanakan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan lainnya
baik yang tercantum pada Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan
Page 10
Lingkungan Regional maupun Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan
Lingkungan rinci;
19. melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan dan pemantauan kepada Menteri
Negara Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Menteri Dalam
Negeri, Menteri Pertahanan Keamanan, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan,
Menteri Pertambangan dan Energi, Menteri Perhubungan, Menteri Pariwisata Seni dan Budaya,
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Sulawesi Selatan, Walikotamadya Kepala Daerah
Tingkat II Kotamadya Ujung Pandang, Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Gowa, dan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Wilayah III, setiap 6 (enam) bulan sekali sejak
tanggal ditetapkannya Keputusan ini.
• Memberikan informasi yang benar dan jelas kepada penduduk setempat tentang rencana areal yang
akan dibebaskan dan prosedur pelaksanaan pembebasannya
• Mekanisme pembebasan lahan dilaksanakan atas dasar musyawarah
• Ganti rugi lahan diberkan secara langsung kepada penduduk yang akan dibebaskan lahannya
• Besarnya nilai ganti rugi lahan didasarkan atas kesepakatan bersama antara penduduk yang
dibebaskan lahannya dari pihak PT.GMTDC
• Mengoperasikan kendaraan angkuta bahan material melalui jalan-jalan dalam wilayah kota lama
diluar jam sibuk (jam 20.00-05.00)
• Mencari jalan alternatif yang kondisinya tidak padat seperti jalan di pinggiran kota bagian selatan.
Untuk lokasi sumber bahan materail di Kabupatan Gowa maka pengangkutan ke lokasi proyek
dapat melalui jalur Jalan Pelita (Sungguminasa), sisi jalan tanggul sungai Jeneberang (Tanggul
Page 11
Patompo), Jalan Dangko, jalan Tanjung Merdeka ke lokasi proyek untuk kegiatan dilokasi Tanjung
Bunga, atau dari Jalan Dangkoke Jalan Rajawali, Jalan Penghibur, ke lokasi jalan akses laut.
Pengangkutan sebaiknya diluar jam sibuk (jam 20.00-05.00)
• Menggunakan kendaraan yang layak pakai dan sesuai dengan kemampuan tekanan gandar jalan
KDL6/DATA/EVALUASI/IRMA/ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL-PT.GMTDC
-4-
yang dilalui, sehingga tidak mengalami gangguan dalam perjalanan dan mengurangi kerusakan
badanjalan
Membatasi muatan sesuai batas tonase kendaraan dan dalam pengangkutan material ditutup
dengan plastik/terpal
Memberi prioritas kesempatan yang luas kepada penduduk yang bermukim disekitar kawasan
Tanjung Bunga untuk diterima sebagai tenaga kerja
Memprioritaskan penduduk yang dibebaskan lahannya untuk diterima sebagai tenaga kerja
Memberi kesempatankepada penduduk setempat untuk membuka usaha termasuk usaha sektor
informal di sekitar kawasan
Penerimaan tenaga kerja disesuaikan dengan latar belakang dankemampuan/keterampilan masing-
masing
Sebelum dipekerjakan, calon tenaga kerja tersebut diberi bekal keterampilan dan pengetahuan
sesuai dengan rencana pekerjaan yang akan diberikan. Selain itu, apabila memungkinkan akan
diusakan untuk memberikan promosi ke tingkatan pekerjaan yang lebih tinggi/lebih baik kepada
Page 12
tenaga kerja, dengan terlebih dahulu memberikan pelatihan/pembekalan, baik secara formal
maupun informal, yang akan dilakukan sendiri oleh manajemen perusahaan maupun oleh instansi
lain yang terkait, baik swasta maupun pemerintah
Mengupayakan agar material bahan timbunan dan sampah padat lainnya tidak terbuang ke perairan
Membersihkan sampah padat yang sempat terbuang ke perairan sat kegiatan dilaksanakan
Menggunakan teknik pengambilan pasir yang dapat mengurangi jumlah dan penyebaran lumpur di
permukaan perairan yaitu dengan jalan mengisap pasir dari dasar laut langsung ke atas kapal dan
pengisian karung juga dilakukan diatas kapal
Pembuatan gorong-gorong dilakukan di darat dan kemudian dipindahkan ke laut pada saat gorong-
gorong akan dipasang. Hal ini untuk meminimalkan timbulnya ceceran bahan bangunan berupa
semen dan batu serta tidak menyebabkan teraduknya air laut saat gorong-gorong dipasang
Menupayakan membatasi jumlah dan penyebaran lumpur pada saat pekerjaan dasar jembatan
dilaksanakan
Membersihkan sampah padat yang terbuang ke perairan saat kegiatan pemasangan gorong-gorong
dan konstruksi jembatan dilaksanakan
Membuat jalur khusus yang dilewati perahu nelayan saat kegiatan pembuatan jembatan
dilaksanakan
Meminimalkan kehilangan vegetasi penutup lahan dengan jalan tidak melakukan pengupasan lahan
pada areal yang tidak termasuk lokasi tapak jalan
•
Page 13
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
KDL6/DATA/EVALUASI/IRMA/ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL-PT.GMTDC
Page 14
-5-
• Menanam vegetasi di sepanjang pinggir jalan dan bagian pemisah jalan
• Meminimalkan kehilangan vegetasi penutup lahan dengan jalan tidak melakukan pengupasan
vegetasi pada lahan yang tidak termasuk lokasi tapak proyek
• Menanam vegetasi pada lokasi-lokasi tertentu di tapak bangunan yaitu di sekeliling tapak bangunan
dan pekarangan serta membuat jalur hijau
• Tetap menjaga kebersihan lokasi tapak proyek dari sampah/bahan sisa penyelesaian akhir
bangunan
• Memasang tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) di lokasi tapak proyek
• Menempatkan sampah/bahan sisa bangunan di tempat pengumpulan sementara (TPS) sebelum
dingkut ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA)
• Meminimalkan kehilangan vegetasi penutup lahan dengan jalan tidak melakukan pengupasan lahan
pada lokasi yang tidak termasuk lokasi tapak proyek
• Meminimalkan kehilangan lapisan atas (top soil) pada kegiatan pengurugan
• Menyiapkan bahan tanaman, cara menyiapakan bahan tanaman dapat dilihat pada point 2.2.4.1
bagian d
• Segera melakukan penanaman tanaman setelah pengupasan lahan/pengurugan selesai dikerjakan
• Menyiapkan bahan tanaman cara menyiapkan bahan tanaman dapat dilihat pada point 2.2.4.1
bagian d
• Segera melakukan penanaman setelah pengupasan lahan/pengurugan selesai dikerjakan
Page 15
• Pemeliharaan tanaman muda agar tumbuh cepat menutup permukaan tanah dengan rapat
• Memilih jenis tanaman yang sudah memiliki daya adaptasi baik di lokasi proyek
• Sejumlah jenis tanaman pohon, perdu dan rumput yang dapat ditanam dan umumnya sudah
beradaptasi dengan wilayah Kotamadya Ujungpandang dapat dilihat pada Tabel 2.6
• Bagi tanaman impor maka harus mendapat izin dari karantina tumbuhan
• Menggunakan pupuk dan pestisida dengan dosis yang tepat
• Memberi informasi kepada pekerja tentang cara pemupukan dna penggunaan pestisida yang tepat
• Menerapkan cara pemberantasan hama dengan teknik Pemberantasan Hama Terpadu (PHT) Cara
ini menggunakan konsep pemberantasan secara biologi dan sistem pertanaman untuk
menekan/memberantas hama dan penyakit tanaman
• Melaksanakan sesuai rencana untuk memberikan kesempatan berupa peluang dan lokasi yang
memadai untuk pedagang kaki lima beroperasi dis epanjang jalan akses laut
• Mengusahakan agar peningkatan kesempatan berusaha sektor informal ini tidak mengakibatkan
KDL6/DATA/EVALUASI/IRMA/ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL-PT.GMTDC
-6-
terganggunya keterlibatan lalu lintas pada sepanjang jalan akses laut, dengan mengatur lokasi
usaha serta tempat parkir pengunjung yang tertata baik
Mengusahakan agar usaha sektor yang berkembang ini tidak mengakibatkan menumpuknya
sampah/limbah pada kawasan tersebut termasuk pada kawasan perairan di sekitarnya, dengan
menyiapkan sisitem pengelolaan sampah yang memadai berupa tempat penampungandan
pengangkutan sampah yang cukup
Page 16
Memberikan penyuluhan kepada pedagang kaki lima yang beroperasi di sepanjang jalan akses laut
agar tidak membuang sampah termasuk sisa makanan ke perairan. Sampah yang dihasilkan
dipisahkan menurut jenisnya, yaitu yang organik dan anorganik
Para pedagang kaki lima diwajibkan untuk membersihkan loksi tempat berjualan setiap kali selesai
menjual. Sampah dikumpulkan dalam kantong plastik sehingga mudah di bawa ke TPS
Sampah yang terkumpul dibawa ke TPS selanjutnya ke TPA. Sampaha-sampah yang terkumpul di
TPS diangkut ke TPA secara teratur pada subuh hari, yaitu setelah seluruh aktifitas pedagang kaki
lima selesai
Pengaturan trafik dengan pemasangan marka jalan dan rambu-rambu lalu lintas serta tempat
penyeberangan pada tempat-tempat yang strategis di sepanjang jalan akses darat, khususnya ynag
melewati pusat-pusat kegiatan bisnis, pariwisata pemukiman dalam Kawasan Tanjung Bunga
Penempatan pos-pos pengamanan untuk petugas keamanan kepolisian dan satuan pengamanan
(Satpam) PT.GMTDC di tiap perempatan jalan dan pusat-pusat kegiatan bisnis, pariwisata dan
permukiman dalam Kawasan Tanjung Bunga
Memberi kesempatan yang luas dan prioritas kepada penduduk yang bermukim di sekitar kawasan
untukditerima sebagai tenaga kerja sesuai tingkat pengetahuan keterampilan yang dimiliki para
pencarai kerja
Mencegah persaingan tidak sehat antara pencari kerja lokal dan para pendatang
Memberlakukan tingkat upah yang wajar yakni sesuai dengan tingkat Upah Minimum Regional
(UMR) Ujung Pandang yang berlaku pada periode tertentu
Melakukan kerjasama dengan sekolah pariwisata dan manajemen untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan angkatan kerja lokal agar dapat ditampung/diterima bekerja pada
Page 17
bidang-bidang yang berhubungan dengan pariwisata, khususnya perhotelan, dan jasa komersial
lainnya
Memelihara nilai setetika Kawasan Tanjung Bunga, sehingga masyarakat dan investor tetap tertarik
untuk menanamkan modalnya
Meningkat kegiatan ekonomi di Kawasan Tanjung Bunga, dengan jalan menyiapkan fasilitas bisnis
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Page 18
•
•
KDL6/DATA/EVALUASI/IRMA/ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL-PT.GMTDC
-7-
dari berbagai tingkatan/kelas sehingga terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
• Membangun dan memelihara tempat rekreasi yang memadai atau memenuhi standar mutu
kawasan wisata terutama bagi wisatawan mancanegara di Pantai
• Melakukan sosialisasi dan promosi kawasan wisata ini di dalam dan luar negeri dengan
mengadakan kerja sama dengan kalangan pengelola perjalanan wisata
• Mengusahakan agar wisatawan tinggal lebih lama dan membelanjakan uangnya lebih banyak
dengan menyediakan atraksi-atraksi budaya secara peroidik dan tempat pembelajaan yang
memadai
• Meminimalkan masuknya budaya aing yang dibawa oleh para wisatawan yang tidak sesuai dengan
adat istiadat measyrakat setempat melaluai pemupukan kebanggaan atas budaya infra struktus
seperti jalan akses laut dan darat serta fasilitas pendukung lainnya pada kawasan wisata ini
• Mengingatkan para wisatawan yang berkunjung akan pentingnya mematuhi rambu-rambu susila
pada tempat-tempat terbuka untuk mencegah timbulnya dampak sosial bagi wisatawan yang
berkunjung, agar tidak menimbulkan dampak sosial dan budaya bagi masyarakat lokal di sekitar
kawasan wisata ini.
Page 19
• Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dilakukan secara periodik dan teratur sehingga diketahui
dan dapat diperkirakan oleh penduduk
• Pengumpulan sampah dipisahkan berdasarkan jenisnya yaitu sampah organik dan anorganik,
seperti plastik, kertas dan besi
• Pemisahan sampah-sampah yang dapat di daur ulang
• Memasukkan dalam kantong plastik sampah-sampah agar mudah diangkut oleh kendaraan
pengangkut sampah
• Pengangkutan dari TPS ke TPA dilakukan pada malam hari, sehingga tidak mengganggu
kenyamanan penduduk dan kepadatan arus lalu lintas
• Memberi kesempatan pertama kepada penduduk yang terkena pembebasan lahan dan bermukim di
sekitar Kawasan Tanjung Bunga untuk mendapat fasilitas perumahan layak Tipe RSS di Desa
Tamanyeleng, Kabupaten Gowa dan perumahan menengah Taman Toraja di Kelurahan Tanjung
Merdeka, Kecamatan Tamalate
• Memelihara tingkat kebersihan, keindahan, kenyaman dan keamanan dalam kawasan perumahan
tipe RSS dan tipe menengah
• Memberikan prioritas untuk penyediaan sarana pendidikan kepada penduduk usia sekolah didalam
dan disekitar Kawasan Tanjung Bunga
• Mengusahakan tingkat kualitas layanan pendidikan yang memadai bagi murid sekolah
KDL6/DATA/EVALUASI/IRMA/ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL-PT.GMTDC
-8-
Page 20
• Memberikan pelayanan kesehatan kepada penduduk di dalam dan luar Kawasan Tanjung Bunga
• Memberikan fasilitas pelayanan kesehatan dengan biaya yang dapat dijangkau oleh penduduk dari
luar Kawasan Tanjung Bunga
• Memberi kesempatan kepada penduduk setempat untuk diterima sebagai tenaga kerja dan
ditempatkan sesuai dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
• Memprioritaskan penduduk lokal untukmelakukan usaha produktif yang memungkinkan di
lingkungan fasilitas perumahan, sekolah dan rumah sakit di Kawasan Tanjung Bunga
• Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat dalam Kawasan Tanjung Bunga tentang pengelolaan
limbah padat, cair dan organic
• Menyiapkan tempat-tempat sampah di tiap rumah penduduk, perkantoran, pariwisata
• Memasang papan pengumuman di tempat-tempat strategis di kompleks perumahan, pariwisata dan
perkantoran dalam Kawasan Tanjung Bunga, agar penduduk membuang sampah di tempat-tempat
yang telah ditentukan oleh PT.GMTDC dan Dinas Kebersihan KMUP
• Sampah padat yang mengandung radioaktif perlakuan pengelolaan limbahnya ke Pusat Pengolahan
Limbah Radio Aktif di BATAN Serpong, Jawa Barat
• Limbah padat bahan Beracun dan Berbahaya (B3) di kirim ke Pusat Pengolahan Limbah B3 di
Cileungsi, Jawa Barat
• Membuat rambu-rambu atau pelarangan-pelarangan berbagai kegiatan wisatawan mancanegara
yang dapat menimbulkan keresahan social bagi penduduk lokal
• Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk pengelolaan kawasan pariwisata
• Merancang dan mengolah pembuanganan sampah-sampah organic, padat dan cair
Page 21
• Memprioritaskan pendudk yang bertempat tinggal di sekitar kawasan ini termasuk yang dibebaskan
lahannya untuk diterima sebagai tenaga kerja dan ditempatkan sesuai tingkat pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki
• Memberikan kesempatan kepada penduduk lokal secara terorganisie mempersiapkan perahu
tradisional dan peralatan lainnya (pancing, jarring, dan sebagainya) gai aktifitas wisata bahari untuk
disewakan kepada para wisatawan
• Memberikan kesempatan kepada penduduk lokal baik perorangan maupun secara berkelompok
untuk dapat menjual hasil kerajinan (souvenir) kepada para wisatawan
• Melakukan upaya pemeliharaan tanaman secara kontinyu
• Larangan untuk menebang atau merusak tanaman sidertai papan pengumuman yang berbunyi
“Dilarang Menebang atau Merusak Tanaman” dan dipasang di tempat-tempat tertentu, serta diberi
sanksi bagi yang melanggar
KDL6/DATA/EVALUASI/IRMA/ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL-PT.GMTDC
-9-
• Memasang tempat pembuangan sampah di lokasi tempat rekreasi dan runag terbuka dengan
volume dan jumlah/unit yang cukup selanjutnya akan diangkut ke TPA
• Larangan untuk membuang sampah di sembarang tempat disertai papan pengumuman yang
berbunyi “Dilarang membuang Sampah” yang dipasang di tempat-tempat tertentu dan diberi sanksi
bagai yang melanggar
Page 22
• Mencegah dan menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan social yakni timbulnay
kecemburuan social antara penduduk di sekitar Kawasan Tanjung Bungan dengan penduduk yang
berkerja di lapangan golf
• Pengelolaan lingkungan yang dilakukan adalah memprioritaskan pendudk di luar dan di dalam
Kawasan Tanjung Bunga, khususnya bagi penduduk yang terkena pembebasan lahan direkrut
sebagai tenaga kerja
• Memaksimalkan penggunaan lapangan golf untuk meningkatkan prestasi atlit olah raga golf di
Sulawesi Selatan
• Mengadakan pelatihan dan kursus teknik permainan golf kepada penduduk yang bermukim di dalam
dan di luar Kawasan Tanjung Bunga
• Melakukan pemeliharaan tanaman secara kontinyu
• Mengatur drainase dalam areal lapangan golf
• Memasang tempat pembuangan sampah sementara (TPS) di beberapa tempat dalam areal
lapangan golf
• Larangan untuk membuang sampah di sembarang tempat disertai papan pengumuman berbunyi
“Buanglah Smapah Pada Tempatnya” yang dipasang di dekat tempat pembuanagn sampah
sementara
• Memisahkan sampah organic, dan memanfaatkan sampah organic sebagai bahan kompos untuk
pemeliharaan tanaman di lapangan golf
• Melaksanakan sesuai rencana pengelolaan limbah baik padat maupun cair
• Menempatkan tenaga pengelola yang akan memantau hasil pengelolaan limbah secara intensif
khsususnya limbah cair sebelum di buang ke lingkungan
Page 23
• Pengelolaan limbah cair akan dilakukan dengan cara mengalirkan limbah cair melalui pipa dari
ebrbagai jenis kegiatan dan dikumpul dalam suatu kolam penampungan limbah cair. Dalam kolam
ini akan dilakukan pengolahan melalui system aerobik
• Mengangkut semua limbah yang diproduksi (limbah padat dan cair) ke Tempat Penampungan
Sementara (TPS) kemudian diangkut keTempat Penampungan Akhir (TPA). Pengangkutan
dilakukan oleh suati tim khusus dibawah kendali PT.GMTDC
KDL6/DATA/EVALUASI/IRMA/ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL-PT.GMTDC
- 10 -
• Pengangkutan limbah, baik ke TPS maupun ke TPA akan dilakukan pada malam hari atau di luar
jam sibuk
• Mencari jalan alternatif yang konsidinya tidak padat, misalnya jalan-jalan di pinggir kota
• Pengangkutan limbah dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang tetap, sehingga dapat diketahui
oleh warga
• Limbah yang diangkut dipisahkan berdasarkan jenisnya yaitu limbah organik dan anorganik, limbah
cair dan padat
• Pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan adalah: pemisahan sampah-sampah padat yang
terdiri atas kaleng, plastik, logam dan botol-botol, kemudian dimasukkan dalam wadah atau karung
yang disiapkan pada tempat-tempat tertentu
• Pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya
Page 24
kepada masyarakat setempat untuk memperolah kesempatan kerja dan berusaha sesuai dengan
keterampilan dan kemampuan masing-masing. Selain itu, perlu dilakukan pelatihan/penyuluhan
kepada masyarakat agar dapat bekerja dan berusaha sesuai dengan kesempatan kerja dan
berusaha yang tersedia dalam Kawasan Tanjung Bunga
• Pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan adalah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
bagi masyarakat sekitar Kawasan Taman Bunga untuk bekerja dan berusaha agar dapat
meningkatkan pendapatannya. Selain itu, perlu pula dilakukan penyuluhan/pelatihan agar
keterampilan kerjanya bertambah untuk meningkatkan produktifitas tenaga kerja secara regional di
KMUP dan Kabupaten Gowa
• Pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan adalah: Membuat bangunan pemecah ombak (groins)
disepanjang Pantai Tanjung Merdeka dan Tanjung Bunga. Prinsip pembuatan groin ditunjukkan
pada Gambar 2-8. Panjang groin adalah sekitar 200m dan posisi pemasangannya ditunjukkan pada
Gambar 2-9
• Pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan adalah: membangun jaringan drainase dalam
Kawasan Tanjung Bunga sehingga aliran permukaan tidak masuk ke Waduk Jeneberang
PEMANTAUAN
• Memantau tingkat keresahan social yang timbul dari penduduk yang dibebaskan lahannya;
mengambil langkah-langkah kongkrit jika timbul keresahan sosial.
• Memantau tingkat kecelakaan badan jalan, kandungan gas-gas dan debu serta gangguan
kesehatan masyarakat
• Memantau jumlah kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang terbuka
Page 25
KDL6/DATA/EVALUASI/IRMA/ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL-PT.GMTDC
- 11 -
•
•
•
•
Memantau tingkat perubahan dan penurunan nilai estetika Teluk Losari
Memantau keutuhan, keberimbangan, irama, skala dan kekhasan Teluk Losari
Memantau nilai vegetasi
Memantau dampak hilangnya vegetasi penutup lahan, meningkatnya aliran permukaan dan erosi,
menurunnya kualitas air, kualitas udara serta gangguan kesehatan masyarakat
Memantau dampak konstruksi dan penyelesaian akhir
Memantau intensitas kehilangan vegetasi penutup lahan, laju aliran permukaan, laju kehilangan
tanah dan perubahan parameter kualitas air
Memantau laju penurunan koefisien aliran permukaan dan laju penurunan kehilangan tanah
Memantau tingkat penurunan kualitas air di Pantai Barombong
Memantau jumlah lapangan usaha yang terbuka dan jumlah tenaga kerja yang terserap
Memantau perkembangan jumlah pengunjung Panai Losari
Memantau terbukanya isolasi daerah, berkurangnya beban jalan Nuri, Dahlia dan Sultan
Hasanuddin, peningkatan arus lalu lintas di jalan akses darat dan menunjang pengembangan tata
Page 26
ruang kota dan kawasan
Memantau terbukanya kesempatan kerja dan lapangan kerja, tingkat persaingan pencari kerja lokal
dan pendatang tingkat upah
Memantau perkembangan kepadatan bangunan di Wilayah kota lama dan Kawasan Tanjung
Bunga
Memantau jumlah peningkatan wisatawan
Memantau peningkatan produksi sampah akibat pengoperasian hotel, perkantoran danjasa
komersial
Memantau jumlah penduduk yang mendapat perumahan yang layak
Memantau banyaknya murid yang memanfaatkan fasilitas pendidikan
Memantau banyaknya penduduk (khususnya penduduk lokal) yang bekerja di sekolah
Memantau jumlah dan jenis sampah serta penanganannya
Memantau jumlah penduduk yang memanfaatkan fasilitas rumah sakit dan peningkatan derajat
kesehatan masyarakat
Memantau banyaknya penduduk (khususnya penduduk lokal) yang bekerja di rumah sakit
Memantau jumlah dan jenis sampah serta penanganannya
Memantau peningkatan kepariwisataan di Kotamadya Ujung Pandang
Memantau jumlah kesempatan kerja dan jumlah tenaga kerja yang terserap
•
•
•
•
•
Page 27
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
KDL6/DATA/EVALUASI/IRMA/ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL-PT.GMTDC
- 12 -
Page 28
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Memantau nilai keanekaragaman jenis dan koefisien aliran permukaan
Memantau jumlah jenis produksi dampah di tempat rekreasi dan ruang terbuka
Memantau jumlah kesempatan kerja yang terbuka, khususnya penduduk lokal
Memantau jumlah penduduk atau wisatawan yang memanfaatkan lapangan golf
Menantau laju aliran permukaan dan laju kehilangan tanah
Menantau jumlah produksi sampah dan tingkat penurunan kualits air
Memantau efektifitas pengelolaan limbah padat dan cair
Memantau dampak pengoperasian pengolahan limbah terhadap lalulintas
Memantau dampak pengoperasian sisitem pengolahan limbah terhadap pendapatan pemulung dan
pedagang pengumpul
• Memantau jumlah lapangan usaha yang terbuka sehubungan dengan pembangunan dan
pengoperasian Kawasan Tanjung Bunga
• Memantau jumlah lapangan usaha yang terbuka sehubungan dengan pembangunan dan
pengoperasian Kawasan Tanjung Bunga
• Memantau laju pengikisan Pantai Tanjung Bunga dan Tanjung Merdeka
Page 29
KDL6/DATA/EVALUASI/IRMA/ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL-PT.GMTDC
- 13 -
PETA BATAS WILAYAH STUDI
KDL6/DATA/EVALUASI/IRMA/ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL-PT.GMTDC
- 14 –
Page 30
MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT
NOMOR : 34 /PERMEN/M/2006
TENTANG
PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN
KETERPADUAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS (PSU) KAWASAN PERUMAHAN
Menimbang
Mengingat
MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,
:
a. bahwa penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (PSU) perumahan
dan permukiman merupakan kelengkapan dasar fisik lingkungan, fasilitas
penunjang dan sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan dan atau
kawasan perumahan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam
pembangunan perumahan secara keseluruhan;
Page 31
b. bahwa untuk penyediaan rumah layak huni yang sehat, aman, serasi,
teratur dan berkelanjutan perlu didukung dengan penyediaan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Perumahan dan Permukiman;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Perumahan
Rakyat tentang Penetapan Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan
Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU) Kawasan Perumahan ;
:
1. Undang-undang
Permukiman;
2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang;
3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
4. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
5. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
6. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
Page 32
7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuanganan
Daerah dan Pusat;
8. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup;
10. Peraturan Pemerintah 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan
Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri;
11. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M tahun 2004 tentang
Susunan Kabinet Indonesia Bersatu
Nomor
4
Tahun
1992
tentang
Page 33
Perumahan
dan
12. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas , Fungsi,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia.
13. Peraturan Presiden RI Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan
Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia;
14. Peraturan Presiden RI Nomor 62 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik
Indonesia;
15. Peraturan Menteri Dalam Negari Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyerahan
Prasarana Lingkungan, Utilitas umum dan Fasilitas Sosial Perumahan kepada
Pemerintah Daerah;
16. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 02/PERMEN/M/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja kementerian Negara Perumahan Rakyat;
17. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 03/Permen/M/2006
tentang perubahan atas Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor
02/Permen/M/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja kementerian Negara
Page 34
Perumahan Rakyat;
18. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 08/Permen/M/2006
tentang Pedoman pelaksanaan pemberian stimulan umum perumahan
swadaya bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui lembaga keuangan
Mikro/ lembaga keuangan non bank.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT TENTANG
PEDOMAN
UMUM
PENYELENGGARAAN
KETERPADUAN
PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS (PSU) KAWASAN PERUMAHAN
Pasal 1
Menetapkan Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan Prasarana, Sarana dan Utilitas
Kawasan Perumahan sebagaimana diatur dan dimuat dalam Lampiran Peraturan Menteri ini dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini
Pasal 2
Page 35
Pedoman Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 merupakan pedoman yang melengkapi
pedoman penyelenggaraan keterpaduan
prasarana, sarana dan utilitas (PSU) kawasan
perumahan yang ada dan digunakan sebagai acuan bagi para pemangku kepentingan,
masyarakat, pembangunan perumahan di Provinsi, Kabupaten, dan Kota.
Pasal 3
Semua ketentuan tentang Pedoman penyelenggaraan keterpaduan prasarana, sarana dan utilitas (
PSU ) Kawasan perumahan dan permukiman yang sudah ada, sepanjang tidak bertentangan
dengan Peraturan Menteri ini tetap berlaku sampai dengan ditetapkannya ketentuan yang baru.
Pasal 4
Pembinaan atas pelaksanaan Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan PSU ini dilakukan
oleh Kementerian Negara Perumahan Rakyat bersama dinas terkait Pemerintah Provinsi,
Kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 5
Pengendalian dan hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Menteri ini akan diatur lebih
lanjut oleh Pemerintah Kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Pasal 6
Page 36
(1) Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
(2) Peraturan Menteri ini di sebarluaskan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk
diketahui dan dilaksanakan.
Ditetapkan di Jakarta
pada Tanggal 30 November 2006
MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT
TTD
MOHAMMAD YUSUF ASY’ARI
Lampiran I
Nomor
Tanggal
Tentang
:
:
:
:
Page 37
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat
34/PERMEN/M?2006
30 November 2006
Pedoman Umum Penyelenggaraan Keterpaduan Prasarana, Sarana dan
Utilitas (PSU) Kawasan Perumahan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gerakan Nasional Pengembangan Sejuta Rumah (GNPSR) yang dicanangkan oleh
Pemerintah pada Bulan Oktober 2003 sampai saat ini masih diteruskan kebijakannya tapi
permasalahan yang dapat menghambat program ini antara lain : (i) terbatasnya pembiayaan
perumahan untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), (ii) Belum ada
mekanisme dengan hasil yang menggembirakan dalam upaya membantu masyarakat
berpenghasilan rendah, (iii) bunga KPR perumahan yang diterbitkan oleh Bank masih
terlampau tinggi untuk ukuran MBR, (iv) daya beli masyarakat pada saat ini masih rendah,
dan (v) birokrasi perijinan masih cukup menyulitkan bagi para pengembang.
Berdasarkan Undang Undang Nomor 4 Tahun 1992, pasal 2 ayat 1, bahwa untuk
melaksanakan penataan dan pengelolaan perumahan dan permukiman dilaksanakan secara
terpadu dan terkoordinasi. Demikian pula pada pasal 18 ayat 1, bahwa pembangunan
pemukiman skala besar, diselenggarakan melalui perencanaan secara menyeluruh dan
Page 38
terpadu dengan pelaksanaan yang bertahap.
Dan dalam penjelasan pasal 30 ayat 1, bahwa wujud pembinaan dibidang perumahan dan
permukiman tersebut berupa kebijaksanaan, strategi, rencana dan program yang meliputi
berbagai aspek diantaranya rumah, prasarana, dan sarana lingkungan.
Berdasarkan penjelasan UU Nomor 4 Tahun 1992 pasal 1 ayat 5, 6 dan 7 bahwa yang
dimaksud dengan prasarana meliputi jalan, saluran drainase, air hujan, dan jaringan air
minum, sedangkan sarana adalah bangunan perniaagaan atau perbelanjaan, bangunan
pelayanan umum/pemerintahan, pendidikan dan kesehatan, peribadatan, rekreasi, olah
raga, pemakaman dan pertamanan, sedangkan utilitas umum terdiri jaringan listrik,
jaringan transportasi, jaringan telephone dan pemadam kebakaran.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas , Fungsi,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia dan Peraturan
Presiden RI Nomor 62 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden RI Nomor 9
Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Negara Republik Indonesia, bahwa Kantor Kementerian Negara Perumahan
Rakyat mempunyai tugas (i) Perumusan kebijakan (ii) Koordinasi pelaksanaan kebijakan (iii)
Pemantauan Kebijakan (iv) dan Operasionalisasi kebijakan.
(Alur pikir pelaksanaan tugas dan fungsi kedeputian pengembangan kawasan dapat dilihat pada
lampiran 2).
Penyelenggaraan keterpaduan Prasarana Sarana dan Utilitas (PSU) selanjutnya dalam
Page 39
Pedoman Umum ini ditulis PSU, yang pengertiannya adalah upaya untuk melakukan
koordinasi dalam keterpaduan PSU guna mendukung penyelenggaraan pengembangan
kawasan skala besar dan kawasan khusus serta peningkatan kualitas perumahan dan
permukiman, dalam rangka mewujudkan pembentukan manusia seutuhnya.
Permasalahan PSU di lapangan yang sering terjadi pada kawasan perumahan antara lain : (i)
genangan air atau banjir disebabkan penanganan sistem drainase yang tidak terpadu dalam
satu daerah tangkapan air, bangunan yang tidak memadai dan tidak terpelihara, (ii)
kemacetan lalulintas disebabkan penanganan jaringan jalan tidak terpadu dengan kawasan
sekitarnya, (iii) kekurangan air minum disebabkan oleh penanganannya belum terpadu,
sehingga distribusi air minum tidak merata, (iv) rumah sudah terbangun tetapi prasarananya
belum terselesaikan, (v) pelaksanaan pembangunan atau pengembang lebih mementingkan
persil (cluster) sendiri sehingga PSU tidak terpadu antar sistem.
Untuk menghadapi permasalahan di atas diperlukan upaya keterpaduan PSU dalam
penyelenggaraan pembangunan kawasan perumahan dan permukiman.
Pedoman ini dimaksudkan untuk menyiapkan lebih awal agar penyelenggaraan prasarana
sarana dan utilitas dapat terpadu dengan langkah-langkah penanganan secara preventif dan
kuratif.
1.2. Tujuan
Membantu Pemerintah Kabupaten/Kota, serta para pemangku kepentingan terkait di dalam
membangun kawasan perumahan dan permukiman dengan dukungan penyediaan PSU
Page 40
yang terpadu dan memadai antar sistem atau antar kawasan, sehingga terwujud kawasan
perumahan dan permukiman yang layak huni.
1.3. Ruang Lingkup
Pedoman umum ini meliputi :
a) Pola penanganan keterpaduan PSU kawasan perumahan.
b) Tahapan penyelenggaraan keterpaduan PSU kawasan.
c) Produk peraturan perundang-undangan, rencana induk kawasan, studi kelayaan, dan
standar teknis untuk penyelenggaraan keterpaduan PSU kawasan perumahan.
1.4. Acuan Normatif
1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992, tentang Perumahan dan Permukiman.
2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992, tentang Penataan Ruang.
3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
5) Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Page 41
6) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
7) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Daerah dan
Pusat.
8) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
9) Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan
Lingkungan Siap Bangun yang berdiri sendiri .
10) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
11) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum.
12) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas , Fungsi, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia.
13) Peraturan Presiden RI Nomor 62 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia.
14) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 08 Tahun 1996 tentang Rencana
Page 42
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukikan di daerah.
15) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 02/ Permen/ M/ 2005 Tahun 2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Perumahan Rakyat.
16) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987, dan Instruksi Menteri Dalam
Negeri No. 30 Tahun 1990 tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum
dan Fasilitas Sosial Perumahan Kepada Pemerintah Daerah.
1.5. Istilah dan Definisi
1)
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga;
2)
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan;
3)
Kawasan, adalah kawasan budidaya yang ditetapkan dalam rencana tata ruang dengan
fungsi utama untuk permukiman
Page 43
4)
Kawasan Perumahan adalah wilayah dengan fungsi utama sebagai permukiman yang
meliputi bangunan, halaman, dan jalan ke luar masuk yang diperlukan untuk tempat
tinggal;
5)
Prasarana kawasan adalah kelengkapan dasar fisik kawasan yang memungkinkan
lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya;
6)
Sarana kawasan adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk penyelenggaraan
dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya;
7)
Utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan kawasan, yang membutuhkan
pengelolaan berkelanjutan dan professional agar dapat memberikan pelayanan
memadai kepada masyarakat.
8)
Page 44
Kawasan khusus adalah bagian wilayah dalam propinsi dan/ atau Kabupaten/Kota
untuk menyelenggarakan kegiatan dengan fungsi khusus seperti industri, perbatasan,
nelayan, pertambangan, pertanian, pariwisata, pelabuhan, cagar budaya, dan rawan
bencana.
9)
Kawasan Siap Bangun (KASIBA) adalah sebidang tanah yang fisiknya telah
dipersiapkan untuk pembangunan perumahan skala besar, yang terbagi dalam satu
lingkungan siap bangun atau lebih yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap
dengan lebih dahulu dilengkapi dengan jaringan utama (lokal sekunder) dan jalan
lingkungan prasarana dalam lingkungan sesuai dengan rencana tata ruang.
10) Lingkungan Siap Bangun (LISIBA) adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari
kawasan siap bangun ataupun berdiri sendiri yang telah dipersiapkan dan dilengkapi
dengan prasarana kawasan.
11) Keterpaduan adalah menyatupadukan dan mensinerjikan fungsi fungsi dan sumber
daya yang ada dalam sistem sehingga dapat dicapai hasil yang optimal dalam upaya
pencapaian sasaran dan tujuan yang lebih efisien.
12) Keterpaduan prasarana sarana dan utilitas adalah upaya untuk menyatupadukan dan
mensinerjikan perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, dan pengendalian prasarana,
sarana dan utilitas pada kawasan perumahan dan antar kawasan agar dapat berfungsi
Page 45
optimal dan efisien.
13) Penyelenggaraan keterpaduan PSU adalah tata cara untuk melakukan koordinasi dan
keterpaduan dalam rangka pengembangan kawasan perumahan. Penyelenggaraan ini
dimulai dari keterpaduan PSU dalam pra perencanaan, keterpaduan PSU dalam
perencanaan, keterpaduan PSU dalam pelaksanaan, keterpaduan PSU dalam
pengelolaan, dan keterpaduan PSU dalam pengendalian.
14) Ruang Terbuka Hijau adalah sebidang tanah yang hanya diperuntukan sebagai ruang
terbatas untuk fisik bangunan, menunjang bangunan lainnya, juga dapat berfungsi
sebagai penyeimbang sirkulasi udara, penetrasi udara, dan pembatas antar kawasan
fungsional atau wilayah administrasi tertentu.
15) Mitigasi adalah upaya yang dilakukan untuk menekan timbulnya dampak bencana,
baik secara fisik struktural melalui pembuatan bangunan-bangunan fisik, maupun non
fisik-struktural melalui perundang-undangan dan pelatihan.
16) Perencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk menentukan tindakan yang akan
dilakukan secara terkoordinasi dan terarah dalam rangka mencapai tujuan
penyelenggaraan keterpaduan PSU.
17) Investasi adalah suatu bentuk proses dalam rangka terselenggaranya usaha yang
dapat memberikan manfaat dan keuntungan.
18) Pembiayaan adalah penggunaan uang (dana) untuk sesuatu yang berguna bagi
Page 46
kepentingan umum.
19) Penganggaran adalah perhitungan banyaknya uang atau dana yang akan dikeluarkan.
20) Studi kelayakan adalah studi yang melakukan penilaian atau evaluasi dari aspek teknis,
keuangan dan ekonomi, serta sosial dan budaya.
21) Pelaksanaan adalah kegiatan pelaksanaan pembangunan PSU yang dilaksanakan dalam
bentuk pengadaan dan kegiatan konstruksi dalam rangka pengadaan keterpaduan PSU
kawasan.
22) Operasi adalah pemanfaatan atau mendayagunakan prasarana, dan sarana yang
dibangun untuk menghasilkan pelayanan yang berupa jasa atau barang.
23) Pemeliharaan adalah usaha mempertahankan prasarana, dan sarana yang dibangun
agar dapat tetap berfungsi pada tingkatan pelayanan sesuai tujuan rencana
pembangunan prasarana dan sarana tersebut.
24) Pengelolaan adalah meliputi kegiatan operasi dan pemeliharaan.
25) Pengendalian adalah pengawasan dan tindak turun tangan yang dilakukan untuk
seluruh tahapan pelaksanaan pembangunan PSU;
26) Kelembagaan adalah badan atau organisasi yang bermaksud melakukan sesuatu usaha.
Page 47
27) Pemangku kepentingan adalah semua instansi atau pihak-pihak yang terkait dalam
penyelenggaraan Keterpaduan PSU;
28) Peran serta masyarakat adalah keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif
dalam proses pembangunan PSU secara terpadu;
1.6. Indikator Keberhasilan
Tingkat keberhasilan pelaksanaan keterpaduan prasarana kawasan perumahan ditentukan
dengan indikator sebagai berikut:
1)
Terwujudnya koordinasi/ kerjasama antar pemangku kepentingan dalam setiap
tahapan penyelenggaraan keterpaduan prasarana kawasan perumahan.
2)
Terwujudnya kawasan yang layak huni, dengan dukungan layanan PSU terpadu secara
berkelanjutan.
3)
Berlangsungnya proses investasi dan pembiayaan PSU secara terpadu dan berkelanjutan
sesuai dengan rencana pengembangan kawasan perumahan.
Page 48
BAB II
POLA PENANGANAN KETERPADUAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS
KAWASAN
Pola penanganan Keterpaduan PSU merupakan acuan didalam penyelenggaraan Keterpaduan
PSU yang termuat dalam Pasal 2 (1), Pasal 18 (1), Pasal 30 (1) dari Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.
2.1. Umum
Keterpaduan PSU kawasan mengidentifikasikan kebutuhan layanan yang optimal secara
menyeluruh dan menyatukan secara utuh proses pembangunan kawasan perumahan.
Penanganan keterpaduan PSU kawasan melalui:
a) Pembangunan kawasan perumahan dan permukiman skala besar yang terencana secara
menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang dapat dilaksanakan secara bertahap.
b) Pembangunan kawasan khusus, yaitu pada bagian wilayah dalam propinsi dan/ atau
Kabupaten/ Kota untuk menyelenggarakan kegiatan dengan fungsi khusus seperti
industri, perbatasan, nelayan, pertambangan, pertanian, pariwisata, pelabuhan, cagar
budaya, dan rawan bencana.
Page 49
c) Peningkatan kualitas permukiman berupa kegiatan pemugaran, perbaikan dan
peremajaan dan mitigasi bencana.
Skema pola penanganan keterpaduan PSU kawasan perumahan dapat dilihat pada lampiran 3.
2.2. Komponen PSU Kawasan
Komponen PSU kawasan yang diatur untuk keterpaduannya, dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel komponen PSU kawasan
Kws skala besar
Komponen
PSU
No.
I
Prasarana
1.
Page 50
Jalan
Kawasan Khusus
2.
Drainase
3.
Air limbah
4.
Persampahan
Jalan lokal
sekunder
Primer dan
sekunder
Terpusat, setempat
Tempat
Page 51
pengolahan
Jalan lokal
sekunder, jalan di
atas air
Primer dan
sekunder
Terpusat, setempat
Komposter, tempat
pengolahan
Komponen
PSU
No.
Kws skala besar
sementara/ akhir, sementara.
Komposter.
Distribusi
Page 52
Kawasan Khusus
5.
Jaringan air
minum
II
Sarana
1.
Tempat
pendidikan,
2.
Layanan
kesehatan
TK, SD, SLTP, dan
SMU
Page 53
Klinik, puskesmas,
RS C, B, dan A
3.
Layanan
perdagangan
4.
Fasos dan
fasum
5.
Tempat olah
raga
6.
Pemakaman
7.
Ruang
Page 54
Terbuka Hijau
8.
Terminal
III
Utilitas
umum
1.
Jaringan listrik
Warung, restoran,
pujasera, Pasar
tradisional,
minimarket,
pertokoan.
Rumah ibadah,
balai pertemuan,
kantor.
Page 55
Gedung, Lapangan
olahraga
Pemakaman
Taman
Halte
Distribusi, terminal
air, HU
SD, SLTP
Klinik, posyandu,
puskesmas
pembantu,
puskesmas.
Warung
pujasera,Pasar,
Tempat pelelangan
ikan
Rumah ibadah,
Page 56
balai pertemuan.
Lapangan olahraga
---
Taman, tempat
penjemuran ikan
Dermaga
2.
Jaringan
telepon
3.
Jaringan gas
4.
Transportasi
5.
Page 57
Pemadam
kebakaran
Gardu dan
jaringan (PLN),
genset
Jaringan (telkom)
Jaringan (migas)
Angkutan umum
Perlengkapan
pemadam
kebakaran
Gardu dan jaringan
(PLN), genset
Jaringan (telkom)
Jaringan (migas)
Page 58
Angkutan umum
Perlengkapan
pemadam
kebakaran
2.3. Penanganan Keterpaduan PSU kawasan secara preventif
Penanganan Keterpaduan PSU secara preventif dimaksudkan sebagai upaya untuk
menyiapkan perumahan melalui penyediaan layanan PSU yang memadai sehingga dapat
mencegah timbulnya permasalahan prasarana sarana dan utilitas di kawasan perumahan
yang akan dibangun pada kawasan skala besar dan kawasan khusus,
tercipta lingkungan kawasan perumahan yang layak huni.
Penanganan Keterpaduan PSU kawasan secara preventif diselenggarakan, dengan ketentuan
sebagai berikut :
1)
Penanganan PSU di kawasan perumahan yang baru.
2)
Upaya keterpaduan preventif dilaksanakan seluruh pemangku kepentingan yang akan
Page 59
membuka kawasan perumahan baru, baik berskala besar (Kasiba, Lisiba dan Lisiba BS)
maupun kawasan khusus, dengan fasilitasi pemerintah kabupaten/kota untuk
menghindari permasalahan ketidakterpaduan PSU pada saat penghunian dan
perkembangannya di masa yang akan datang.
3)
Keterpaduan secara preventif ini dilakukan secara berkelanjutan mulai sejak saat
penentuan lokasi, perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, pengelolaan, dan
pengendalian.
4)
Penanganan keterpaduan PSU kawasan ini juga dilaksanakan dengan memperhatikan
kawasan disekitarnya.
5)
Penanganan keterpaduan PSU kawasan mengacu pada RTRWK, RP4D, Rencana Rinci
Tata Ruang, Rencana Induk Sistem (masterplan) Keterpaduan kawasan dan kebijakan
strategi pemerintah, serta koordinasi antar instansi terkait. (tahapannya dapat dilihat pada
Bab III.)
2.4. Penanganan Keterpaduan PSU kawasan secara kuratif
Page 60
Penanganan keterpaduan PSU kawasan perumahan secara kuratif, dimaksudkan sebagai
upaya untuk membantu memecahkan permasalahan prasarana sarana dan utilitas, pada
kawasan perumahan yang sudah terbangun, sehingga akan terwujud lingkungan kawasan
perumahan yang sehat, dan berwawasan lingkungan.
Penanganan Keterpaduan PSU kawasan secara kuratif pada kawasan yang telah terbangun,
dengan ketentuan antara lain :
1)
Keterpaduan PSU secara kuratif ini adalah upaya peningkatan kawasan perumahan dan
permukiman yang meliputi pemugaran, perbaikan dan peremajaan serta mitigasi
bencana.
2)
Kriteria penanganan kuratif adalah penanganan permasalahan di kawasan perumahan
yang sudah terbangun.
3)
Keterpaduan PSU secara kuratif dilaksanakan oleh:
a) Pemerintah Kabupaten/Kota, yang mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan
PSU.
Page 61
b) Pihak lain yang terlibat dalam keterpaduan PSU untuk bersama memecahkan
permasalahan adalah instansi Pemerintah Kabupaten/ Kota, pihak swasta
(pengembang), pihak masyarakat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat.
c) Jika permasalahan ketidakterpaduan PSU, tidak mampu diselesaikan ditingkat
pemerintah kabupaten/ kota, maka dapat diselesaikan ditingkat propinsi atau tingkat
pusat.
d) Bantuan pemecahan permasalahan PSU yang terjadi di kawasan perumahan, oleh
pemerintah propinsi maupun pemerintah pusat dapat berupa fasilitasi ataupun
pemberian bantuan stimulan PSU.
Pada penanganan keterpaduan PSU secara kuratif, dengan langkah-langkah kegiatan sebagai
berikut :
sehingga akan
1)
Dalam rangka
permasalahan.
2)
Page 62
Identifikasi permasalahan atau peta masalah, dilakukan melalui diskusi keterpaduan
PSU dengan pemangku kepentingan di pemerintah kabupaten/ kota. Diskusi bisa
difasilitasi oleh pemerintah pusat maupun pemerintah propinsi.
3)
Dari peta masalah, selanjutnya disusun rencana tindak (action plan), berisi :
permasalahan, peta pelaku dan pembagian tanggung jawab, skenario penataan kawasan
dan jadwal kegiatan, skema pembiayaan, perencanaan teknis, penganggaran, dan
peningkatan kapasitas kelembagaan, rencana pelaksanaan dan pengelolaan yang
diproses dan disepakati oleh pelaku.
4)
Dari identifikasi permasalahan, dapat dikeluarkan konsep penyelesaiannya, konsep ini
dilaksanakan mengikuti seperti pada penanganan secara preventif
(butir 2.3),
tergantung dari kondisi permasalahan.
(Pada Lampiran 4 dapat dilihat Penanganan keterpaduan PSU kawasan secara preventif dan
kuratif).
penanganan
kuratif,
Page 63
yang
paling
penting
adalah
identifikasi
BAB III
TAHAPAN PENYELENGGARAAN KETERPADUAN PRASARANA, SARANA, DAN
UTILITAS KAWASAN
Penyelenggaraan keterpaduan PSU dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi layanan melalui
keterpaduan layanan dan penyediaan PSU dalam rangka pengembangan kawasan perumahan.
Penyelenggaraan ini dimulai dari keterpaduan PSU dalam pra perencanaan, perencanaan,
pelaksanaan, pengelolaan, dan pengendalian. (Rincian penyelenggaraan keterpaduan PSU kawasan
perumahan dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6).
3.1. Tahapan Pra Perencanaan
Tahapan pra perencanaan adalah kegiatan yang harus dilaksanakan guna mengantisipasi
Page 64
kondisi di lapangan saat ini dan yang akan datang dengan memperhatikan tahapan sebagai
berikut :
1) Pembangunan perumahan dan permukiman
ruang wilayah yang ada.
2) Lokasi kawasan perumahan harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
yaitu berada pada kawasan permukiman dan termasuk dalam Rencana Pengembangan
dan Pembangunan Perumahan Permukiman Daerah (RP4D). Paling tidak kawasan ini
dicadangkan untuk areal pengembangan kabupaten/ kota (untuk kawasan baru).
3) Dibuatkan Rencana Tata Ruang Rinci kawasan, yang mengatur dan penataan blok
pemanfaatan ruang dengan skala 1:1.000 sampai dengan skala 1: 5.000.
4) Penyiapan lahan, untuk perencanaan PSU dan keperluan lainnya termasuk dalam
tahapan ini adalah mengupayakan penataan ulang lahan terbangun, sehingga cukup
dikembangkannya sistem PSU yang diperlukan.
5) Menyusun rencana induk sistem keterpaduan PSU, berdasarkan rencana induk sektoral
yang ada.
6) Apabila diperlukan, menyusun studi kelayakan untuk mendukung rencana induk sistem
yang ada.
7) Pada tahapan pra perencanaan ini harus dilakukan koordinasi antar pemangku
Page 65
kepentingan
terkait
untuk
mengintegrasikan/keterpaduan
penyelenggaraan
mengacu pada ketentuan rencana tata
keterpaduan PSU kawasan perumahan. Hasil dari koordinasi ini adalah rencana tindak
(action plan), pembagian tanggung jawab, pendanaan (pembiayaan), rencana kerja dan
peningkatan kelembagaan.
8) Pada tahapan ini produk pengaturan yang dipakai sebagai referensi adalah Undang
undang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Rinci, Permen/Kepmen, dan standar
teknis yang berlaku.
3.2. Tahapan Perencanaan
Tahapan perencanaan adalah kegiatan yang harus dilaksanakan sebelum pelaksanaan
pekerjaan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Berdasarkan rencana induk yang ada, segera disusun perencanaan teknis Detail
Engineering Design (DED) pembangunan kawasan, terdiri dari DED pembangunan
rumah (site plan), pembangunan PSU.
Page 66
2) Penyusunan paket-paket pekerjaan, berdasarkan kriteria pendanaan, atau berdasarkan
kriteria prioritas pembangunan.
3) Dalam penyusunan Perencanaan Teknis atau Detail Engineering Design (DED) perlu
dilengkapi dokumen tender, yang terdiri dari syarat administrasi, syarat teknis,
spesifikasi teknis, spesifikasi khusus, perhitungan volume masing-masing paket,
perkiraan biaya (engineering estimate), dan gambar detail teknis bangunan, dan lain-lain.
4) Pada tahap perencanaan ini diperlukan juga koordinasi keterpaduan PSU antar
pemangku kepentingan dan kesepakatan yang diketahui bersama. Disamping itu
diperlukan keterpaduan perencanaan di lapangan, artinya pembangunan PSU di dalam
kawasan harus terintegrasi/ terpadu dengan PSU di luar kawasan.
5) Tahapan perencanaan ini dapat diikuti oleh mobilisasi investasi termasuk memasarkan
bagian pembangunan kawasan, sesuai dengan karakteristik paket pembangunan
perumahan dan komponen PSU yang diperlukan. Pengembangan skema investasi,
kompensasi pembiayaan kepada pemilik lahan.
6) Pembangunan layanan publik diarahkan pada pembiayaan pemerintah sesuai penetapan
status komponen PSU, sedangkan investasi swasta diarahkan sesuai dengan permintaan
pasar, dengan memperhatikan keadilan dan keberlanjutan.
7) Rujukan yang dipakai dalam tahapan ini mencakup kebijakan umum pembangunan
daerah, kebijakan pembangunan kawasan sebagai bagian dari pembangunan
Kabupaten/Kota, rencana induk sistem, dan standar teknis yang berlaku.
Page 67
3.3. Tahapan Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan adalah tahapan yang menyangkut pelaksanaan fisik, dan proses
pengaturan serta pelibatan seluruh pemangku kepentingan yang terkait dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Koordinasi keterpaduan PSU sebelum pelaksanaan fisik dilapangan.
2) Pelaksanaan pekerjaan PSU, mengacu pada rencana induk sistem sektoral serta agar
berfungsi PSU kawasan secara terpadu sesuai dengan karakteristik kawasan.
Pembangunan PSU terpadu memperhatikan tata air, termasuk ketersediaan air baku,
pengendalian banjir, managemen transportasi dalam skala kabupaten/ kota.
3) Koordinasi dengan pemangku kepentingan seawal mungkin jika ada permasalahan dan
dilakukan tindak turun tangan.
4) Menyusun jadwal yang mengakomodasikan kebutuhan pembangunan PSU terpadu
dilapangan, permintaan pembangunan perumahan, ketersediaan dana investasi dari
seluruh pemangku kepentingan.
5) Membuat laporan rencana dan kinerja pembangunan yang transparan untuk seluruh
pemangku kepentingan, untuk menunjang upaya pengembangan pasar permintaan
supply perumahan.
Page 68
6) Setelah pelaksanaan fisik PSU selesai dibangun dan dimanfaatkan, harus
diserahterimakan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan peraturan
pemerintah yang berlaku.
3.4. Tahapan Pengelolaan
Tahapan Pengelolaan adalah tahapan pekerjaan yang dilakukan untuk mengoperasikan
prasarana dan sarana yang telah berfungsi agar berkelanjutan dengan memperhatikan
ketentuan sebagai berikut :
1) Hasil pembangunan PSU perlu dilakukan pemeliharaan rutin dan pemeliharaan besar,
agar didapatkan manfaat yang optimal.
2) Untuk melakukan pemeliharaan ini diperlukan koordinasi keterpaduan pemeliharaan
PSU, antar instansi terkait.
3) Perlu dibentuk badan atau lembaga pengelola PSU.
4) Lembaga pengelola, mengkoordinasikan/ mempadukan kegiatan pengelolaan PSU
kawasan, agar berfungsi sebagai mana yang diharapkan dalam perencanaan.
3.5. Tahapan Pengendalian
Tahapan Pengendalian adalah kegiatan pengawasan dan tindak turun tangan yang
dilakukan sejak dari perencanaan sampai dengan pengelolaan dengan ketentuan sebagai
Page 69
berikut:
1) Pengendalian pelaksanaan keterpaduan PSU kawasan perumahan dan permukiman
harus didasarkan kepada tertib administrasi dan tertib pembangunan yang ditetapkan
oleh instansi yang berwewenang.
2) Pengendalian pelaksanaan keterpaduan PSU kawasan perumahan dan permukiman
dilakukan oleh instansi yang berwewenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3) Pengendalian dimaksudkan untuk memperoleh hasil tepat biaya , mutu, dan waktu.
3.6. Peran Pemangku Kepentingan
Pembangunan serta pengelolaan kawasan perumahan akan melibatkan berbagai pemangku
kepentingan, sesuai dengan kepentingan dan kompetensinya.
Masyarakat selaku pemilik lahan perlu diperankan sebagai pelaku aktif pengembangan
kawasan termasuk penyediaan dan pengelolaan PSU sehingga dapat memperoleh manfaat
dari pengembangan dan penyelenggaraan keterpaduan PSU Kawasan perumahan dan
permukiman.
Peluang investasi penyelenggaraan PSU secara terpadu dimaksudkan untuk memberi
kesempatan kepada swasta, untuk berinvestasi dalam pembangunan keterpaduan PSU
dengan ketentuan sebagai berikut :
Page 70
1) Fasilitator penyelenggara kawasan perumahan skala besar maupun kawasan khusus,
adalah Pemerintah Kabupaten/ kota, yang memberikan partisipasi serta peluang
investasi kepada swasta, masyarakat, dan pemangku kepentingan, dengan menerapkan
prinsip good governance.
2) Peran aktif seluruh pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan pembangunan
keterpaduan PSU diberikan seluas-luasnya sejak dari tahap perencanaan sampai dengan
tahap pengelolaan.
3) Peran pemangku kepentingan dapat dilaksanakan baik melalui perseorangan, kelompok
masyarakat, lembaga koperasi ataupun usaha swasta sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
3.7
Produk Pengaturan.
Bagi penyelenggara keterpaduan PSU dan pemangku kepentingan, perlu mengacu pada
produk-produk pengaturan sebagai berikut :
a. Rencana Induk Kawasan
1) Rencana induk sistem terpadu atau Master plan PSU kawasan, adalah rencana
menyeluruh penanganan sistem prasarana sarana dan utilitas pada suatu kawasan,
dalam jangka waktu tertentu.
Page 71
2) Rencana induk sistem kawasan biasanya disusun untuk kawasan yang
pertumbuhannya sangat cepat dan dalam satuan luas daerah yang cukup besar.
Sedangkan outline plan kawasan untuk kawasan yang pertumbuhannya normal dan
satuan luas daerah tidak terlampau luas (<200 ha).
3) Kegiatan rencana induk ini, mengawali penyusunan studi kelayakan dan
perencanaan teknis, untuk mendapatkan data dan informasi mengenai sistem ke-
PSU-an di seluruh kawasan perumahan. Manfaat rencana induk antara lain :
a) Untuk menentukan pendekatan dan prioritas penanganan pembangunan.
b) Untuk pedoman penyelenggaraan keterpaduan PSU kawasan
c) Untuk menentukan arah dan prioritas pengembangan.
d) Untuk menentukan perkiraan dimensi saluran, sehingga dapat dilakukan
estimasi, jika memotong jalan yang dibangun.
e) Untuk memperkirakan volume pekerjaan dalam pengembangan suatu areal
kawasan.
f) Untuk acuan teknis dalam rangka pembangunan sistem PSU kawasan.
g) Dalam rencana induk ditentukan daerah mana yang perlu direklamasi atau tidak
Page 72
perlu dilakukan pengurugan, misalnya lokasi kolam retensi, tinggi muka air
banjir (peil banjir)
4) Pemerintah kabupaten kota, adalah merupakan instansi yang paling bertanggung
jawab dalam penyusunan rencana induk PSU ini.
5) Untuk menyusun rencana induk ini diperlukan data hujan, data hidrologi, data land
use, data hidraulika, data geologi, data topografi, data demografi, jumlah dan
karakteristik penduduk, data sosial ekonomi kawasan terhadap kota – wilayahnya.
6) Standar teknis bidang ini antara lain : sesuai SNI 02-2406-1991 dan Pt T-15-2002-C
b. Studi Kelayakan
1) Studi kelayakan investasi kawasan adalah studi untuk melengkapi penyusunan
rencana induk, dimana studi kelayakan ini bertujuan untuk mendeskripsikan,
menghitung dan menganalisis serta menentukan kelayakan dari perencanaan
investasi pembangunan kawasan. Studi kelayakan investasi kawasan minimal perlu
berisi analisis dari 4 (empat) aspek antara lain aspek pasar, aspek teknis, aspek
finansial dan aspek ekonomis.
a) Kelayakan aspek pasar bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, pada
permintaan dan kapasaitas penduduk di rencana pembangunan kawasan pada
kepemilikan unit rumah, serta melakukan analisis perbandingan dengan
Page 73
kemampuan penyediaan kawasan.
b) Kelayakan aspek teknis bertujuan untuk mendeskripsikan, menghitung dan
menentukan keseluruhan kebutuhan teknis dari tahap perencanaan,
pembangunan, dan pengelolaan investasi kawasan.
c) Kelayakan aspek finansial bertujuan untuk menilai kelayakan finansial
perencanaan investasi kawasan menggunakan instrumen-instrumen kelayakan
investasi, dengan menggunakan penetapan-penetapan harga jual pasar.
Instrumen-instrumen kelayakan finansial yang digunakan setidaknya harus
mencakup : Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Pay Back
Period (PP).
d) Kelayakan aspek ekonomi bertujuan untuk menilai kelayakan ekonomi
perencanaan investasi kawasan menggunakan instrumen-instrumen kelayakan
investasi, dengan menggunakan penetapan-penetapan harga nilai ekonomis.
Kajian ini setidaknya mampu menjelaskan dan menghitung faktor-faktor berikut :
(i) kontribusi dari dampak pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas terhadap
pemasukan daerah; (ii) menganalisa manfaat pembangunan prasarana, sarana,
dan utilitas yang akan diterima oleh masyarakat sekitar; (iii) menganalisa daya
serap pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas terhadap pemanfaatan bahan
baku lokal; (iv) kontribusi dampak pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas
terhadap perluasan kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi lokal.
e) Baik kelayakan aspek ekonomi dan kelayakan aspek finansial keduanya diikuti
Page 74
dengan analisa sensitifitas sehingga dapat diprediksi kemungkinan perubahan
iklim dan kondisi serta dapat meminimalisasi resiko dalam pembangunan
kawasan.
2) Studi kelayakan lingkungan, sudah tertuang dalam aturan untuk melakukan studi
amdal oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Apakah kawasan itu perlu di
lakukan analisa lingkungan, atau cukup dilakukan upaya perbaikan lingkungan
untuk menghadapi dampak yang terjadi, berdasarkan laporan monitoring kajian
lingkungan. Dengan pembangunan kawasan ini, lingkungan yang baru harus lebih
baik lingkungannya dari sebelumnya, tanpa merusak rona lingkungan awal.
3) Studi kelayakan sosial, dinilai berdasarkan potensi penerimaan masyarakat terhadap
pembangunan kawasan, apakah bermanfaat untuk lingkungan disekitar kawasan
atau tidak, apabila tidak, maka diperlukan upaya agar masyarakat dapat dengan
senang hati menerimanya. Pada saat ini, sebagian besar lingkungan atau kawasan
perumahan, dibangun terisolir dengan kawasan lain, sehingga menyebabkan
kecemburuan sosial yang kurang baik.
4) Standar teknis bidang ini antara lain : sesuai AB-K/RE-SK/TC/001/98
c. Standar Teknis
Dalam penyelenggaraan keterpaduan PSU kawasan perumahan standar teknis yang
digunakan yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) dan pedoman teknis meliputi :
Page 75
1) Prasarana Jalan.
a) Salah satu prasarana penting yang harus disediakan secara baik dan terpadu
adalah prasarana jalan, khususnya jalan di kawasan perumahan yang juga
merupakan bagian penting dari suatu kota dalam Sistem Jaringan Jalan
Sekunder.
b) Jaringan jalan di kawasan perumahan menurut fungsinya adalah jalan lokal dan
jalan lingkungan dalam system jaringan jalan sekunder.
c) Jaringan jalan pada kawasan perumahan dibagi ke dalam 5 bagian yaitu, jalan
lokal sekunder I, Jalan lokal sekunder II, Jalan lokal sekunder III, Jalan
Lingkungan I, dan jalan lingkungan II.
d) Wewenang penyelenggaraan jalan pada kawasan perumahan ini adalah
Pemerintah Kabupaten Kota yang dilaksanakan oleh Bupati/ Walikota, karena
system jaringan jalan tersebut merupakan bagian dalam system jaringan jalan
sekunder. Dalam hal pemerintah kabupaten/ kota belum mampu membiayai
pembangunan jalan yang menjadi tanggung jawabnya secara keseluruhan, maka
pemerintah kabupaten/ kota dapat minta bantuan Kantor Menpera, berupa
stimulan melalui program pengembangan kawasan siap bangun dan lingkungan
siap bangun serta kawasan khusus.
e) Didalam standar teknis penanganan jalan kawasan perumahan dijelaskan
bagaimana cara membangun jalan-jalan tersebut, prototipe konstruksi jalan,
Page 76
parameter perencanaan, perencanaan dimensi minimal ideal jalan kawasan,
termasuk saluran drainase yang berfungsi untuk mengeringkan jalan.
f) Standar teknis bidang ini antara lain : sesuai SNI 03-2853-1995, SNI 03-2446-1991,
SNI 03.6967-2003
2) Prasarana Drainase.
a) Dalam pembangunan kawasan perumahan aspek yang paling penting adalah
tersedianya prasarana drainase kawasan yang mampu menjamin kawasan
tersebut tidak tergenang air pada waktu musim hujan.
b) Saluran drainase kawasan perumahan harus terintegrasi dengan system drainase
di luar kawasan atau system drainase perkotaan perdesaan. Maksudnya adalah
bahwa saluran drainase kawasan perumahan dialirkan ke luar kawasan pada
saluran induk yang akan mengalirkan air ke laut/ sungai/ danau.
c) Disamping itu untuk kepentingan kawasan perumahan yang lebih luas dalam
upaya mengurangi genangan air, khususnya di daerah bekas rawa-rawa perlu
disediakan kolam retensi yang berfungsi menyimpan dan meresapkan air ke
dalam tanah. Pembuatan kolam retensi dan sumur resapan dapat dilihat pada
standar teknis yang ada.
d) Di dalam standar teknis penyediaan prasarana drainase, disamping dijelaskan
persyaratan umum dan teknis, secara rinci dijelaskan cara pengumpulan data,
Page 77
analisis kerusakan dan kerugian akibat banjir, analisis konservasi, pengembangan
sistem drainase, dan pengembangan kelembagaan.
e) Standar teknis bidang ini antara lain : sesuai SNI 06-2409-2002 dan SNI 03-2453-
2002.
3) Prasarana Air Minum
a) Setiap kawasan perumahan harus dilengkapi dengan sarana air minum yang
memenuhi kebutuhan minimal bagi penghuni sesuai dengan kebijakan yang
diterapkan oleh pemerintah daerah.
b) Layanan air minum dalam kawasan dapat diberikan oleh PDAM atau Badan
pengelola air minum kawasan/ swasta, atau dapat pula menyediakan
sendiri/komunal melalui sumur gali, pantek sesuai persyaratan teknis yang
berlaku.
c) Penanganan air minum dikawasan perumahan meliputi :
1) Pengendalian kualitas air melalui proses pemeriksaan periodik sesuai
ketentuan teknis yang berlaku.
2) Pembuatan sumur dalam, untuk keperluan persil (cluster). Diperlukan
pengelolaan, pembagian tugas dan kuwajiban oleh unit pengelola. Lokasi bisa
saja di dekat komplek perumahan atau diluar komplek perumahan.
Page 78
Pengembangan dari system ini terjadi dengan cara pengelola kawasan
menyediakan instalasi pengolahan air minum dengan dilengkapi boster pump,
sehingga warga tinggal memanfaatkannya.
3) Penyambungan pipa air minum ke jaringan pipa air minum skala perkotaan
yang ada.
d) Perhitungan volume air minum minimal untuk kebutuhan rumah tangga adalah
60 liter/ orang/ hari.
e) Standar teknis bidang ini antara lain : sesuai AB-K/RE-RT/TC/026/98 dan AB-
K/OP/ST/004/98
4) Prasarana Pengelolaan Air Limbah
Pada standar teknis penyediaan sistem penanganan air limbah untuk kawasan berisi
antara lain :
a) Penjelasan umum, meliputi pengertian penanganan air limbah, hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pemilihan sistem pengolahan air limbah, dan
bagaimana penanganan air limbah dengan menggunakan sisten jaringan
(perpipaan).
b) Persyaratan teknis meliputi langkah pengembangan, sistem setempat, sistem
terpusat, dan pembagian tugas dan wewenang dan keterkaitannya dengan sistem
Page 79
perkotaan.
c) Pemilihan sistem penanganan air limbah, perencanaan sistem air limbah
setempat, dan perencanaan sistem pengolahan air limbah terpusat.
d) Keterpaduan dalam pengembangan dan pengelolaan.
e) Standar teknis bidang ini antara lain : sesuai SNI 03-2398-2002, PTT-19-2000-C
dan PTS -09-2000-C
5) Prasarana Pengelolaan Persampahan
a) Kawasan perumahan yang sehat dan bersih adalah kawasan perumahan yang
dilengkapi dengan system pengelolaan sampah yang memadai, yaitu system
pengelolaan yang aman, nyaman dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b) Standar teknis pengelolaan persampahan berisi tentang :
1) Ketentuan umum yang terdiri dari persyaratan umum, persyaratan teknis dan
pembagian tugas dan wewenang pembangunan dan pengelolaan sistem
persampahan.
2) Pengelolaan sampah pada kawasan perumahan, meliputi penentuan timbulan
dan densitas dan komposisi sampah, prediksi beban timbulan sampah,
pengelolaan sampah tingkat kawasan, dan teknik operasional pengelolaan
Page 80
sampah pada kawasan perumahan. Standar teknis bidang ini antara lain :
sesuai SNI 19-3964-1994 dan SNI 03-3242-1994 dan SNI 19-3983-1995
3) Pengelolaan persampahan mandiri termasuk pembuatan komposter komunal
untuk kebutuhan kawasan perumahan.
4) Pembuangan sisa pengolahan sampah pada tempat pemrosesan akhir (TPA).
Standar teknis bidang ini antara lain : sesuai PTS 06-2000-C dan PTS 07-2000-C
6) Prasarana Jaringan Listrik
a) Sebelum membuka lahan baru untuk perumahan, pihak Pemerintah kabupaten/
kota atau badan pengelola kawasan perumahan perlu berkoordinasi dengan pihak
PLN cabang yang menangani PLN di kawasan yang bersangkutan.
b) Berbagai permasalahan yang sering timbul dalam pengalokasian daya ini adalah
karena terlambatnya informasi yang disampaikan oleh Pemerintah daerah atau
badan pengelola ke pihak PLN.
c) Selanjutnya koordinasi yang perlu dilakukan adalah pembangunan gardu induk.
Apabila sudah diprogramkan oleh PLN, pihak Pemda atau badan pengelola
tinggal menyambung ke para konsumen.
d) Untuk kawasan perumahan dan permukiman yang kekurang pasokan daya
listrik dari PLN atau belum ada jaringan listrik dari PLN perlu dicarikan alternatif
Page 81
lainnya.
e) Standar teknis bidang kelistrikan antara lain : sesuai SNI 04-0225-2000
7) Ruang Terbuka Hijau (RTH)
a) Kawasan Perumahan perlu menyediakan ruang terbuka hijau yang bermanfaat
untuk menjaga kualitas dan keseimbangan lingkungan di sekitar kawasan.
b) Ruang terbuka hijau, bermanfaat tidak langsung seperti perlindungan tata air,
dan konservasi hayati atau keaneka-ragaman hayati, dan bermanfaat langsung
seperti kenyamanan fisik (teduh, segar) dan mendapatkan bahan untuk dijual
(kayu, daun, bunga), tempat wisata (bermain) serta bangunan umum yang bersifat
terbatas (WC umum, pos polisi, lampu taman, gardu listrik, dan lain-lain).
c) Persyaratan ruang terbuka hijau didasarkan luas wilayah dan berdasarkan jumlah
penduduk.
d) Untuk persyaratan luas wilayah, ditentukan bahwa ruang terbuka hijau publik
(milik pemerintah dan terbuka untuk umum) dan privat (perorangan) paling
sedikit 10 (sepuluh) persen dari seluruh luas wilayah kawasan perumahan, atau
mengacu pada peraturan perundang-undandangan yang berlaku.
e) Untuk persyaratan jumlah penduduk, ditentukan luas per kapita dalam m2.
Misalnya jumlah penduduk 250 jiwa sampai dengan 480.000 jiwa, diperlukan RTH
Page 82
sebesar 1 m2 sampai dengan 0,3 m2 per kapita.
f) Bentuk tipologi ruang terbuka hijau berupa ruang terbuka hijau taman lingkungan
dan taman kota, jalur hijau, jalur hijau sempadan sungai, jalur hijau sempadan rel
kereta api, jalur hijau tegangan tinggi, RTH pemakaman, dan RTH pekarangan.
g) Kriteria penyediaan ruang terbuka hijau adalah pemilihan vegetasi, ketentuan
penanaman, dan pemeliharaan ruang terbuka hijau.
h) Ruang terbuka hijau perlu dilakukan pengelolaan secara rutin oleh Pemerintah
daerah, dalam pengelolaan RTH ini diperlukan peran serta masyarakat, swasta,
dan organisasi non pemerintah.
i) Standar teknis bidang RTH antara lain : sesuai 009/T/BT/1995
3.8. Pembiayaan dan peluang investasi
1) Dalam penyelenggaraan kegiatan investasi pembangunan PSU kawasan perumahan,
maka partisipasi modal masyarakat dan swasta sangat dibutuhkan.
2) Partisipasi perlu dipertimbangkan dengan alasan sebagai berikut : (i) terbatasnya dana
dan teknologi (ii) pergeseran tanggung jawab dari pemerintah kepada swasta dan
masyarakat (iii) Motivasi swasta dan masyarakat mendorong lembaga menjadi lebih
efisien, transparan dan kompetitif (iv) kondisi capacity building swasta dan masyarakat.
Page 83
3) Kriteria yang digunakan dalam rangka menunjang keberhasilan partisipasi swasta dan
masyarakat : (i) untuk kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah (ii) masalah
lingkungan sesuai standar global (iii) iklim investasi yang kondusif ( kredibilitas
pemerintah, komitmen, stabilitas politik dan kesiapan lembaga pengelola (iv) kelayaan
investasi yang memadai dan terjamin.
4) Tingkat keterlibatan swasta dalam pembangunan PSU bervariasi, yaitu (i) untuk
penyediaan pembiayaan (ii) dan kombinasi pembiayaan serta operasionalisasi.
5) Pihak –pihak yang dapat ikut berpartisipasi dalam pembangunan PSU diantaranya,
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel Partisipasi Swasta Dan Masyarakat Dalam Investasi
Swasta/
masyarakat
PLN/swasta
Peranan investasi
Pembiayaan
pembangunan jar.
listrik
Page 84
PDAM/swasta Pembiayaan
pembangunan air
minum
PT Telkom
/ swasta
Pengembang
Badan
Pengelola
sampah/air
Pembiayaan
pembangunan jar.
telkom
Harga
material/upah
yang murah
Harga/biaya yang
murah
Page 85
Imbal hasil
(reward)
Hak rekening
listrik
Hak rekening air
minum
Hak rekening
telkom
Hak sebagai
pengembang
pembangunan
kawasan.
Hak lembaga
pengelola
satu2nya
limbah.
Bank
Page 86
Masyarakat
Penjamin
pembayaran kredit
Membeli unit
rumah
Hak eksklusif
sebagai bank
satu2nya
Hak untuk
memperoleh skim
pembayaran
3.9. Pembinaan Penyelenggaraan
Dalam penyelenggaraan keterpaduan PSU perlu dilakukan pembinaan Sumber Daya
Manusia (SDM) aparat, pemangku kepentingan, serta masyarakat untuk peningkatan
penyelenggaraan dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Pemerintah memfasilitasi penyelenggarakan pembinaan dalam bidang keterpaduan PSU
kawasan perumahan dan permukiman yang dilaksanakan oleh pemangku kepentingan
Page 87
sesuai dengan kepentingan dan kompetensinya.
2) Dalam fungsinya sebagai fasilitator, pemerintah dapat melakukan :
a) fasilitasi penyelesaian masalah yang timbul baik dalam kawasan maupun antar
kawasan perumahan dan permukiman.
b) Memberikan bantuan teknis, pembinaan teknis dan pendampingan teknis.
c) sosialisasi produk pengaturan bidang keterpaduan PSU kawasan.
d) Memberikan bantuan stimulan PSU dalam mendorong percepatan pembangunan
kawasan perumahan dan permukiman.
BAB IV
PENUTUP
Dengan adanya Pedoman umum penyelenggaraan keterpaduan PSU ini dapat membantu
Pemerintah Daerah, masyarakat, serta pemangku kepentingan dalam pembangunan PSU
kawasan perumahan dan permukiman.
Di dalam penyelenggaraan keterpaduan PSU kawasan perumahan di samping mengacu pada
pedoman ini juga memperhatikan peraturan perundangan, standar teknis yang berlaku.
Page 88
Apabila hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan keterpaduan PSU kawasan perumahan
dan permukiman yang belum diatur dalam pedoman ini dapat mengacu pada ketentuan lainnya
yang berlaku.