-
1
ANALISA PENGARUH BUDAYA PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN
PADA PT COCA COLA BOTTLING (Studi Kasus Pada Marketing)
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk memperoleh gelar sarjana ilmu komunikasi
Oleh :
Gita Audrey Fredericia
NIM: 602013606
Program Studi Public Relations
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2016
-
2
-
3
-
4
-
5
-
6
-
7
ANALISA PENGARUH BUDAYA PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN
PADA PT COCA COLA BOTTLING
1Gita Audrey,2 George Nicholas Huwae
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl.Diponegoro 52-60,Salatiga 50711,Indonesia
Email:
[email protected],[email protected]
Abstract
Human resources plays a very important role because human
factors determine the viability
of the company, so the company always involve human beings in
acheiving their goals. This research
was taken at PT. Coca Cola Distribution Indonesia in Bawen,
Central Java.
Where the employees' performance was decending, which shows on
high tardiness and
absenteeism rate.The aim of this research are : To determine
what is the PT Coca Cola organitation
cultures and its effect on employees performance.
Qualitative research method were used in this research. The
research showed that organization
cultures and values have not yet been internalized and
implemented. Employees' performance was
decending, so did the productivity. Tardiness and absenteeism
rate were found far above standard and
so does the production rate as well as the productivity.
Keywords: Organitational Culture,Employees Performance
Abstrak
Sumber daya manusia merupakan hal yang sangat penting, karena
sumber daya manusia yang
ada di dalam perusahaan merupakan kunci keberhasilan suatu
perusahaan. Sumber daya manusia
merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan kinerja yang
terbaik, karena SDM merupakan faktor
penentuan dan pencapaian tujuan yang efektif dan efisien.
Penelitian ini dilaksanakan di PT Coca Cola Bottling Indonesia(
Bawen) yang dimana terdapat
penurunan kinerja karyawan,yang ditunjukan dengan adanya tingkat
absensi dan keterlambatan
karyawan yang diatas standart serta penurunan hasil
produksi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.
Penelitian ini menggunakan
metode wawancara dengan narasumber sebagai alat pengumpulan
data.Dari hasil penelitian
menunjukan bahwa budaya perusahaan dan kinerja belum
disosialisasikan dan dilaksanakan dengan
benar.
Kata Kunci : Budaya Organisasi,Kinerja Karyawan
1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Public
Relations,Universitas Kristen Satya Wacana 2 Staff Pengajar
Fakultas Teknologi Informasi,Universitas Kristen Satya Wacana
mailto:[email protected],[email protected]
-
8
1. Pendahuluan
Sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting karena
faktor manusia
(man)menentukan kelangsungan hidup dari suatu perusahaan
sehingga tidak ada satupun
perusahaanyang tidak melibatkan manusia dalam merealisasi
tujuannya. Manusia merupakan salah satu
dari beberapa faktor produksi yang sangat sulit dikendalikan,
hal ini disebabkan oleh adanya ciri dan
sifat khusus dari faktor produksi tersebut sehingga seringkali
menimbulkan kesulitan-kesulitan apabila
tidak dipahami dengan baik.
Perusahaan pada dasarnya telah memiliki budaya masing-masing
yang memberi pengaruh
terhadap elemen-elemen organisasi tersebut, dan hal ini juga
harus dijalankan oleh setiap karyawan
selama karyawan itu menjalankan pekerjaannya. Di samping
karyawan yang bekerja dalam organisasi
perusahaan berperan serta meningkatkan image dan reputasi
pelayanannya, setiap individu (karyawan)
mempunyai tujuan tertentu antara lain memuaskan
kebutuhan-kebutuhannya. Hal ini yang perlu
diperhatikan oleh perusahaan dalam pengelolaan sumber daya
manusia yang lebih lanjut untuk
meningkatkan kinerja karyawan. Banyak perusahaan atau organisasi
yang mencoba berbagai cara untuk
meningkatkan kinerja karyawan menjadi lebih efektif dan efisien,
misalnya melalui pendidikan dan
pelatihan,pemberian kompensasi dan motivasi, serta menciptakan
lingkungan kerja yang baik. Karyawan merupakan kunci penentu
keberhasilan perusahaan. Untuk itu setiap karyawan selain
dituntut
untuk memiliki pengetahuan,keterampilan,dan kemampuan,juga harus
mempunyai pengalaman,
motivasi, disiplin diri, dan semangat kerja tinggi, sehingga
jika kinerja karyawan perusahaan baik maka
kinerja perusahaan juga akan meningkat yang menuju pada
pencapaian tujuan perusahaan.
Masalah meningkatkan kinerja karyawan bukanlah monopoli
perusahaan yang mencari
keuntungan saja, melainkan juga merupakan kepentingan
organisasi-organisasi lainnya yang menjual
produk atau jasanya kepada masyarakat. Di dalam melakukan
penilaian kinerja karyawan, maka
instrument yang dipergunakan oleh perusahaan yang berkaitan
langsung terhadap kinerja karyawan
antara lain adalah penilaian atas kebersamaan antar karyawan,
kedisiplinan, kerapian, kualitas kerja,
dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan.
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor kunci untuk
mendapatkan kinerja terbaik,
karena SDM merupakan faktor penentuan dan pencapaian tujuan yang
efektif dan efisien. Kinerja
karyawan adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan
dalam melakukan tugas sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.Mathis dan Jackson[1]
menyebutkan faktor yang
mempengaruhi kinerja adalah kemampuan (ability), tingkat usaha
yang dicurahkan dan motivasi
(motivation).
Pada dasarnya manusia atau seseorang yang berada pada kehidupan
organisasi berusaha untuk
menentukan dan membentuk suatu rancangan aktivitas semua pihak,
agar dalam menjalankan aktivitas
tidak berbenturan dengan berbagai sikap dan perilaku
masing-masing individu. Rancangan aktivitas
yang dimaksud itu adalah budaya dimana individu berada, seperti
kepercayaan, nilai, anggapan, harapan
dan sebagainya [2].
Budaya Organisasi seringkali di gambarkan dalam arti yang
dimiliki bersama. Pola-pola dari
kepercayaan, simbol-simbol, ritual-ritual dan mitos-mitos yang
berkembang dari waktu ke waktu dan
berfungsi sebagai perekat yang menyatukan maka budaya organisasi
tersebut sangat penting, karena
merupakan penerapan yang terjadi dalam organisasi. Dengan adanya
hubungan yang sangat erat antara
sumber daya manusia dengan budaya organisasi, sebagai makhluk,
manusia memiliki bekal hidup yaitu
budi atau akal, dan budaya (culture) yang merupakan manifestasi
dari cipta, rasa dan karsa manusia[3].
Selain adanya pengaruh budaya, di dalam lingkungan organisasi
mempunyai berbagai macam
pembentukan motivasi kepada karyawan. Maka tidak lepas dari
adanya kemampuan, dan motivasi kerja
dari orang yang bersangkutan.
Dengan kata lain, seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi
dan di dukung oleh kemampuan
bekerja yang baik maka akan tercipta kinerja yang tinggi.
Motivasi merupakan faktor psikologis yang
menunjukkan minat individu terhadap pekerjaan, rasa puas dan
ikut bertanggung jawab terhadap
aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan. Motivasi seseorang
biasanya ditunjukkan oleh aktivitas yang
terus menurus meningkat dan selalu kepada tujuan. Tujuan
tersebut akan timbul bila seseorang merasa
nyaman dan tinggi kesetiaannya pada perusahaan. Budaya kerja
yang lemah dapat dilihat dari rawannya
terhadap perpecahan,timbulnya kecurigaan dan saling tidak
percaya antara anggota satu dengan yang
-
9
lainnya,lemahnya inisiatif dan disiplin pribadi,menurunnya
semangat dan motivasi kerja yang pada
akhirnya akan berakibat pada menurunnya kinerja pegawai sehingga
mempengaruhi instansi secara
keseluruhan. Di PT Coca Cola ditemukan pola budaya kerja yang
dinilai kurang sehat dapat dilihat dari
aktivitas kegiatan sehari-hari seperti tidak kreatif, tidak
inovatif, kurang analisis selain itu juga
menemukan masih banyak karyawan yang sering datang terlambat,
main game dan internet saat jam
kerja,saat rapat digunakan untuk tidur,laporan penyelesaian
pekerjaan tidak tepat waktu. Hal-hal
tersebut yang mempengaruhi kinerja,sehingga membuat kinerja
menurun.” .Penurunan kinerja
perusahaan salah satunya disebabkan oleh kinerja karyawan yang
kurang baik. Penurunan kinerja ini
kemungkinan disebabkan karena karyawan merasa tidak puas dengan
gaji yang mereka peroleh,
kurangnya pengawasan yang dilakukan manajer terhadap karyawannya
dan kurangnya kesempatan
promosi dan kenaikan jabatan yang diberikan perusahaan kepada
karyawannya.
Karyawan yang puas akan memiliki kinerja yang lebih baik
daripada karyawan yang kurang
puas. Hal-hal tersebut yang mempengaruhi kinerja,sehingga
membuat kinerja menurun. Melalui latar
belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti “Analisa
Pengaruh Budaya Perusahaan Terhadap Kinerja
Karyawan Di PT Coca Cola” .
2.Tinjauan Pustaka
Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai budaya
kerja terhadap kinerja
karyawan.Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh
Sinaga melakukan penelitian dengan
judul “Analisa Pengaruh Budaya Organisasi dan Reward Terhadap
Kinerja Karyawan Pada PT
Unilever. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa budaya
organisasi belum sepenuhnya mempengaruhi
kinerja karyawan,kinerja karyawan masih juga dipengaruhi oleh
reward yang diberikan oleh
perusahaan.
Yang Kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh RM Mahardika
dengan judul Pengaruh
Budaya Organisasi, Motivasi, Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan pada PT Mandalatama
Armada Motor Semarang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
motivasi dan kepuasan kerja belum
sepenuhnya mempengaruhi kinerja karyawan.
Dari hasil kedua penelitian dapat disimpulkan bahwa budaya
organisasi tidak terlalu
berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.Setiap individu
karyawan mempunyai pengaruh
yang besar di setiap kinerja di setiap individu karyawan yang
akan menghasilkan hasil kerja yang
maksimal.Semakin tinggi kepuasan kerja ditiap individu karyawan
maka pengaruh kinerja yang
dilakukan karyawan semakin besar dan baik yang akan diterima
perusahaan.Kesimpulannya adalah
secara mutlak budaya organisasi tidak berpengaruh terhadap
kinerja,namun dipengaruhi oleh adanya
pemberian reward.
Dari penelitian terdahulu diatas, maka penulis melakukan
penelitian dengan topik yang sama
seperti sebelumnya dan masih membahas mengenai budaya
organisasi.Yang menjadi pembeda antara
penelitian terdahulu dengan yang sekarang terletak pada variabel
yang diteliti. Perbedaan nya adalah
variabel bebas yang diteliti pada penelitian yang sebelumnya
yaitu budaya organisasi dan reward
sedangkan dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah budaya
perusahaan dan kinerja.
LANDASAN TEORI
A. Budaya Kerja
Budaya kerja mempengaruhi cara karyawan dalam keterkaitan
bekerja antara pegawai, bertingkah laku, dan berkomunikasi. Menurut
Hadari Nawawi,Budaya Kerja adalah kebiasaan yang
dilakukan berulang-ulang oleh pegawai dalam suatu organisasi,
pelanggaraan terhadap kebiasaan ini
memang tidak ada sangsi tegas, namun dari pelaku organisasi
secara moral telah menyepakati bahwa
kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam
rangka pelaksanaan pekerjaan untuk
mencapai tujuan[2]. Menurut Edy Sutrisno,budaya kerja adalah
suatu falsafah dengan didasari
pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat,
kebiasaan dan juga pendorong yang
-
10
dibudayakan. dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap
menjadi perilaku, cita-cita,
pendapat,pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai tenaga
kerja[3].
A.1 Budaya Organisasi Kuat dan Budaya Organisasi Lemah
Dalam berorganisasi kita tidak lepas dari budaya organisasi.
Adapun budaya organisasi terdiri dari
budaya organisasi kuat dan budaya organisasi lemah.Budaya yang
kuat memiliki dampak yang lebih
besar terhadap perilaku karyawan dan lebih terkait langsung
dengan menurunnya perputaran karyawan.
Dalam budaya yang kuat (strong culture), nilai-nilai inti
organisasi dipegang teguh dan dijunjung
bersama. Semakin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti
dan semakin besar komitmen mereka
terhadap berbagai nilai itu, semakin kuat budaya tersebut.
Menurut Robbins dan Timothy [4] budaya organisasi yang kuat adalah
budaya di mana nilai-nilai inti organisasi dipegang secara intensif
dan
dianut bersama secara meluas anggota organisasi. Semakin banyak
anggota yang menerima nilai-nilai
inti semakin besar juga komitmen mereka, selain itu semakin kuat
budayanya semakin besar juga
pengaruhnya terhadap perilaku anggota, karena hal ini disebabkan
oleh tingginya tingkat kebersamaan.
Menurut Vijay Sathe dalam Tika [5], budaya organisasi yang kuat
adalah budaya organisasi yang ideal
dimana kekuatan budaya mempengaruhi intensitas pelaku.
Menurut Pabundu[6]Budaya organisasi yang lemah adalah budaya
organisasi yang kurang
didukung secara luas oleh para anggotanya dan sangat dipaksakan,
serta memberi pengaruh negatif pada
organisasi karena akan memberi arah yang salah kepada para
pegawainya.Untuk memperkuat budaya
organisasi, ada beberapa langkah kegiatan yang dapat dilakukan
oleh pemimpin organisasi disini
disebut pendiri, pemimpin puncak, dan para manajer, yaitu ; 1)
Memantapkan nilai-nilai dasar budaya
organisasi, 2) Melakukan pembinaan terhadap anggota organisasi,
3) Memberikan contoh teladan, 4)
Membuat acara-acara rutinitas, 5) Memberikan penilaian dan
penghargaan, 6) Tanggap terhadap
masalah eksternal dan internal, 7) Koordinasi dan kontrol.Untuk
memperkuat budaya organisasi, ada
beberapa langkah kegiatan yang dapat dilakukan oleh pemimpin
organisasi disini disebut pendiri,
pemimpin puncak, dan para manajer, yaitu ; 1) Memantapkan
nilai-nilai dasar budaya organisasi, 2)
Melakukan pembinaan terhadap anggota organisasi, 3) Memberikan
contoh teladan, 4)Membuat acara-
acara rutinitas, 5) Memberikan penilaian dan penghargaan, 6)
Tanggap terhadap masalah eksternal dan
internal, 7) Koordinasi dan kontrol.
A.2 Fungsi Budaya Organisasi
Budaya organisasi memiliki fungsi yang cukup penting dalam
meningkatkan kinerja dari
organisasi tersebut. Menurut Robbins [7] mencatat lima fungsi
budaya organisasi, yaitu: 1)
Membedakan satu organisasi dengan organisasi lainnya, 2)
Meningkatkan “sense of identity” anggota,
3) Meningkatkan komitmen bersama, 4) Menciptakan stabilitas
sistem social, 5) Mekanisme
pengendalian yang memadu dan membentuk sikap dan perilaku
karyawan.
Dengan adanya budaya organisasi kuat dan sehat dapat difungsikan
sebagi tuntutan yang
mengikat para karyawan karena diformulasikan secara formal ke
dalam berbagai peraturan dan
ketentuan perusahaan.Dengan demikian budaya organisasi akan
menciptakan peningkatan produktifitas,
dan kinerja. Budaya organisasi yang kuat dapat mempengaruhi
efektivitas organisasi, karena untuk
mencapai efektivitas maka dibutuhkan budaya organisasi,
strategi, lingkungan, dan teknologi yang
sesuai. Budaya organisasi lebih kuat apabila terdapat kecocokan
budaya (culture fit) dengan variabel-
variabel penting lainnya.
A.3 Karakteristik Budaya Organisasi
Budaya organisasi yang baik akan mempunyai pengaruh yang besar
terhadap perilaku para
anggotanya.Menurut Robbins [7] ada tujuh karakteristik utama
yang secara keseluruhan, mencakup isi dari budaya organisasi.
Ketujuh karakteristik tersebut adalah : Inovasi dan
pengembalian
risiko,Perhatian ke rincian,Orientasi hasil, Orientasi
orang,Orientasi tim,Keagresifan dan
Kemantapan,dan stabilitas. Adapun karakteristik budaya
organisasi menurut Fuad Mas’ud[8]
meliputi:Profesionalisme,Jarak dari manajemen,Percaya pada rekan
sekerja,Keteraturan,Permusuhan
-
11
dan Integrasi, pendapat pihak lainnya. Budaya organisasi juga
menciptakan,meningkatkan, dan mempertahankan kinerja tinggi. Dimana
budaya organisasi yang kondusif menciptakan kepuasan kerja,
etos kerja, dan motivasi kerja karyawan. Semua faktor tersebut
merupakan indikator terciptanya kinerja
tinggi dari karyawan yang akan menghasilkan kinerja organisasi
juga tinggi.
B. Kinerja
Kinerja adalah tingkat pencapaian atau hasil kerja seseorang
dari sasaran yang harus dicapai atau
tugas yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu
tertentu.Kemampuan bertindak dapat diperoleh
manusia baik secara alami (ada sejak lahir) atau
dipelajari.Walau pun manusia mempunyai potensi
untuk berperilaku tertentu tetapi perilaku itu hanya
diaktualisasi pada saat-saat tertentu saja. Menurut
bambang kusriyanto dalam Mangkunegara[9], Kinerja pegawai
adalah, Perbandingan hasil yang dicapai
dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu(lazimnya
perjam). A.A. Anwar Prabu Mangkunegara
[10] mengungkapkan bahwa Kinerja karyawan adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
Untuk menilai kinerja individu dalam organisasi, Rivianto[11]
menetapkan beberapa kriteria
yaitu: kompetensi individu tentang pekerjaan, kemampuan individu
dalam membuat perencanaan dan
jadwal pekerjaannya, pengetahuan individu tentang standar mutu
pekerjaan, produktivitas individu
(kualitas dan kuantitas kinerja), kompetensi teknis atas
pekerjaannya, ketergantungan kepada orang
lain, kemampuan berkomunikasi, kemampuan kerjasama, kedisplinan
dan kemampuan menyampaikan
gagasannya dalam rapat, kemampuan mengelola pekerjaan serta
kepimpinan. Oleh karena itu, kinerja
bukan menyangkut karakteristik pribadi yang ditunjukkan oleh
seseorang. Miner [12] mengatakan
bahwa kinerja sebagai perluasan dari bertemunya individu dan
harapan tentang apa yang seharusnya
dilakukan individu terkait dengan suatu peran, dan kinerja
tersebut merupakan evaluasi terhadap
berbagai kebiasaan dalam organisasi, yang membutuhkan
standardisasi yang jelas.
Kinerja merupakan suatu yang lazim digunakan untuk memantau
produktivitas kerja sumber
daya manusia, baik yang berorientasi pada produksi barang, jasa,
maupun pelayanan. Demikian pula,
perwujudan kinerja yang mengembanggakan juga sebagai imbalan
intrinsik. Hal ini akan terus berlanjut
dalam bentuk kinerja berikutnya, dan seterusnya. Agar dicapai
kinerja profesional, hal-hal seperti
kesukarelaan, pengembangan diri pribadi, pengembangan kerja sama
yang saling menguntungkan, serta
partisipasi seutuhnya perlu dikembangkan[12]
Sejalan dengan hal tersebut, Vroom[13] mengatakan bahwa tingkat
keberhasilan seseorang
dalam melakukan tugas pekerjaannya dinamakan tingkat kinerja (
level of performance). Seseorang
yang level of performance-nya tinggi disebut sebagai orang yang
produktif, sebaliknya yang levelnya
tidak mencapai standar dikatakan sebagai orang yang tidak
produktif atau kinerjanya rendah.
Dari beberapa pengertian dan kinerja yang disampaikan oleh para
ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pengertian kinerja adalah hasil kerja yang
dicapai oleh individu sesuai dengan peran
atau tugasnya dalam periode tertentu, yang dihubungkan dengan
ukuran nilai atau standar tertentu dari
organisasi tempat individu tersebut bekerja.
B.1 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson dalam Muthia[14],
yaitu: “Faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja individu adalah: Kemampuan mereka,Motivasi,
Dukungan yang diterima,
Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan hubungan mereka
dengan organisasi.
Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa kinerja
tidaklah terbentuk dengan sendirinya
namun banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor baik yang bersumber
dari dalam diri individu seperi
semangat, motivasi, dukungan yang diterima, hubungan mereka
dengan organisasi dan juga
kemampuan yang dimiliki. Namun kinerja juga dipengaruhi oleh
faktor dari luar diri antara lain seperti
pemberian insentif, suasana kerja, dan sarana prasarana yang
tersedia.
B.2 Pengukuran Kinerja
-
12
Pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan
terhadap berbagai aktivitas dalam
rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil prestasi kerja
pegawai,baik kualitas maupun kuantitas
dapat menjadi tolak ukur kinerja.Pada umumnya prestasi kerja
seorang dipengaruhi oleh
kecakapan,ketrampilan,pengalaman dan kesanggupan pegawai dalam
melaksanakan tugas dan
fungsinya.Menurut Mangkunegara [15], “Prestasi kerja terlihat
dari empat macam aspek, yaitu: 1)
Kualitas kerja yang terdiri dari ketepatan, ketelitian,
keterampilan, dan kebersihan. 2) Kuantitas, yang
diperhatikan apabila mengikuti instruksi, inisiatif, hati - hati
dan kerajinan. 3) Dapat tidaknya
diandalkan, penguasaan terhadap pekerjaan, tanggung jawab
terhadap pekerjaan dan penyelesaian tugas
berdasarkan target yang dicapai. 4) Sikap, yang diperhatikan
adalah sikap terhadap perusahaan,
karyawan dan pekerjaan.
Robbins menyatakan ada tiga kriteria dalam mengevaluasi kinerja:
Hasil kerja perorangan, Prilaku,dan
Sifat[16]
3. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan adalah menggunakan
penelitian kualitatif. Pendekatan
yang peneliti lakukan adalah pendekatan penelitian deskriptif.
Penelitian desktriptif bertujuan untuk
memperoleh informasi-informasi yang ada.
Unit analisa yang peneliti lakukan adalah Pengaruh budaya
perusahaan terhadap kinerja
karyawan di PT Coca Cola.Pada penelitian ini yang dijadikan unit
amatan adalah dari HRD dengan
menggunakan teknik wawancara mendalam dan juga pengamatan
lapangan. Narasumber pada
penelitian kali ini adalah dari divisi HRD sebanyak 5 orang.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara
semi-terstruktur, yaitu
wawancara yang dilakukan secara lebih bebas bila dibandingkan
dengan wawancara terstruktur. Tujuan
dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan
yang lebih terbuka dimana pihak yang
diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Wawancara
dilakukan secara terbuka di mana para
subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui
apa maksud wawancara.
4.Hasil dan Pembahasan
Budaya Organisasi di PT Coca-Cola terdiri dari
:Integritas,Fokus,Kedisiplinan,Kerja Kelompok,Keunggulan dalam
tindakan,dan belajar setiap hari.
Budaya Integritas: Konsisten dan patuh pada aturan dalam waktu
bekerja belum terlaksana
dengan baik yang artinya karyawan di PT Coca cola masih malas
dalam bekerja,tidak semangat bekerja,
tidak memanfaatkan jam istirahat sebaik mungkin sehingga sering
terlambat kembali bekerja sehingga
membuat pekerjaan terbengkalai dan tidak selesai, selain itu
juga ada karyawan yang tidak lapor
keatasan jika ijin atau sakit .
Kedisiplinan : Disiplin dalam waktu bekerja belum terlaksana
dengan baik,ditunjukan dengan
adanya karyawan di PT Coca Cola yang datang tidak tepat waktu
walaupun sudah ada alat absensi tapi
tetap tidak menghiraukan.
Kejujuran: Selalu bertanggung jawab disetiap pekerjaan masih
belum sepenuhnya dilaksanakan
dengan baik oleh karyawan PT Coca Cola. Misalkan diberi tugas
oleh atasan harus diselesaikan segera
tapi kita sebagai karyawan malah sibuk dengan telepon genggam
pribadi sehingga membuat pekerjaan
terbengkalai. Ketika ditegur oleh atasan,seringkali kita tidak
jujur dan berkata ada urusan dari keluarga”
atau contoh lain misalnya tidak absen terlalu lama,biasanya
absen terjadi ketika karyawan mulai jenuh
dengan pekerjaan,terasa tidak mampu untuk mengerjakan sehingga
memanfaatkan waktu kerja untuk
absen lama.
Fokus: Cepat tanggap dan memberikan pelayanan yang baik terhadap
pelanggan masih belum
maksimal dilaksanakan dengan baik oleh karyawan di PT Coca-Cola,
karena mereka masih menunjukan
respon yang lambat apabila ada konsumen yang datang dan
memberikan keluhan maupun komentar.
Contohnya misalnya ketika ada salah satu pelanggan yang datang
ke perusahaan ini,kita harus cepat
tanggap misalkan menanyakan ada keluhan apa atau bagaimana
penjualan produk kita?” Senantiasa
-
13
menjadikan pelanggan sebagai mitra utama yang saling
menguntungkan untuk tumbuh secara
berkesinambungan,serta inovativ dan proaktif.
Belajar setiap hari: Setiap melakukan pekerjaan karyawan harus
terbuka dengan rekan kerja
yang lainnya artinya mau belajar dan menerima serta menanggapi
akan hal-hal yang baru,hal ini masih
belum terlaksana secara maksimal oleh karyawan PT Coca Cola,
terutama ditunjukan ketika karyawan
di PT Coca cola tidak menunjukan sikap terbuka dan tidak simpati
terhadap hal-hal baru yang didapat
dari divisi lain cenderung memberikan sikap acuh,merasa sudah
memiliki banyak pengetahuan
daripada karyawan yang lain. Keunggulan dalam tindakan : Ini
adalah kondisi ketika karyawan memiliki disiplin yang
tinggi,tekad penuh dan hasrat yang tinggi terhadap
pekerjaan,serta menerapkan pengetahuan yang
dimiliki untuk mencapai prestasi kerja.Hal ini belum secara
maksimal dilaksanakan oleh karyawan PT
Coca Cola,karena masih ada karyawan PT Coca Cola yang tidak
semangat pada saat bekerja, sering
mengeluh pada saat diberikan tugas oleh atasan, karyawan juga
ketahuan main game pada saat jam
kerja karena tidak ada pengawasan dari atasan, karyawan kurang
mematuhi disiplin dalam penggunaan
pakaian seragam.
Dari penjelasan mengenai budaya organisasi di PT Coca Cola dapat
disimpulkan bahwa
penerapan budaya organisasi di PT Coca Cola belum dijalankan
sepenuhnya dengan baik oleh karyawan.Budaya organisasi dapat
dikatakan baik apabila nilai-nilai inti organisasi dipegang
secara
intensif dan dianut bersama secara meluas anggota
organisasi.Semakin banyak anggota yang menerima
nilai-nilai inti organisasi semakin besar juga komitmen mereka
dan semakin besar juga pengaruhnya
terhadap perilaku anggota, karena hal ini disebabkan oleh
tingginya tingkat kebersamaan[7].
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
dalam bab sebelumnya,
dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya organisasi yang ada di PT
Coca Cola belum dilaksanakan
sepenuhnya dengan maksimal dan belum memberikan pengaruh..
Budaya organisasi tidak akan menjadi
efektif tanpa adanya hubungan yang baik antar karyawan. Hal yang
paling dominan ditunjukkan
karyawan dari tingkat kedisiplinan yang diperlihatkan karyawan
dengan masih ada karyawan yang
datang dan pulang kerja tidak tepat waktu dan mampu
menyelesaikan semua pekerjaan tepat waktu
dengan memberikan hasil kerja yang terbaik bagi perusahaan.
Selain dapat di tunjukkan dengan rasa percaya diri yang kurang
pada saat bekerja dan kurang
bersikap tegas dalam bekerja serta dalam mengambil keputusan di
perusahaan. Untuk membangun
budaya organisasi, semua pelaku organisasi harusnya memiliki
perasaan membutuhkan dan
melaksanakan pekerjaan dengan hati yang ikhlas. Dengan memiliki
perasaan tersebut setiap karyawan
akan bekerja dengan penuh tanggung jawab untuk mengerjakan apa
yang sudah menjadi beban
kerjanya, sehingga semua karyawan bisa terlibat aktif dalam
mencapai tujuan dari organisasi dan
semakin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti organisasi
semakin besar juga komitmen mereka
dan semakin besar juga pengaruhnya terhadap perilaku anggota,
karena hal ini disebabkan oleh
tingginya tingkat kebersamaan.
Saran-Saran
Dari hasil penilitian dan kesimpulan yang ada, maka penulis
dapat mengemukakan bahwa : penerapan budaya organisasi itu sendiri
harus lebih ditingkatkan lagi,dengan cara pimpinan atau
manager mensosialisasikan budaya tersebut baik pada waktu
seleksi maupun pelatihan dengan maksud
agar karyawan tidak bingung pada saat melaksanakan budaya
tersebut.,
Untuk meningkatkan kinerja karyawan hendaknya perusahaan lebih
perlu terjalinnya human
relation yang baik antara atasan dan karyawan dalam
berkomunikasi. Karena apabila human relation
telah terjalin dengan baik antara pimpinan dengan karyawan maka
dalam kegiatan operasional
perusahaan dapat berjalan lebih efektif serta kendala-kendala
yang dihadapi perusahaan lebih mudah
untuk diselesaikan. Dengan seluruh kegiatan operasional
perusahaan berjalan baik maka kinerja
karyawan dalam bekerja akan meningkat dengan diiringi
peningkatan produktivitas kerja yang akan
mendorong untuk tercapainya tujuan perusahaan.
-
14
6. Daftar Pustaka
[1] Mathis dan Jackson 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia
Alfabeta. [2] Nawawi,Hadari 2005. Perilaku dan Budaya Organisasi.
Refika Aditama. Bandung
[3] Sutrisno, Edy. 2011. Budaya Organisasi. Kencana. Jakarta
[4] Robbins dan Timothy, 2011. Perilaku Organisasi.Graha Ilmu.
Yogyakarta
[5] Tika. Kekuatan Budaya Organisasi . Golden Terayon Press.
Jakarta
[6] Pabundu. 2010. Budaya Organisasi dan Karakteristik.Jakarta:
Bumi Aksara.
[7] Robins. Budaya Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
[8] Fuad,Mas’ud 2009 Karakteristik Budaya OrganisasiJakarta :PT
Gramedia Pustaka Utama
[9] Mangkunegara, 2000. Manajemen Sumberdaya Manusia
Perusahaan.Bandung.
[10] Mangkunegara A.Anwar Prabu. 2006 Manajemen dan Kinerja
,Rineksa Jakarta
[11] Rivianto,2001 Kebijakan Kinerja Karyawan, Golden Terayon
Press. Jakarta
[12] Miner,2000 Efektifitas Kinerja Karyawan, Salemba Empat
Jakarta
[13] Vroom ,2000, Efektifitas dan Penilaian Kinerja Graha Ilmu.
Yogyakarta
[14] Muthia,1999,Peningkatan Kinerja . Jakarta : Bumi Aksara
[15] Mangkunegara,1999 Kebijakan Kinerja
Karyawan,Yogyakarta:BPPFE
[16] Robins,1998,Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Karyawan
Jakarta : Bumi Aksara