PENDAHULUAN I. SISTEMATIS PEMBORAN Sistim pemboran putar (rotary drilling) saat ini sudah maju sedemikian rupa. Diawal sistim rotary drilling Lumpur dimaksudkan untuk mengangkat serbuk bor (cuttings) dari dasar sumur ke permukaan saja. Tetapi dengan majunya teknologi, Lumpur mempunyai banyak fungsi dalam dunia pemboran dalam mengatasi problema-problema pemboran. Lumpur bor merupakan cairan yang berbentuk lumpur, dibuat dari percampuran zat cair, zat padat dan zat kimia. Zat cair disini sebagai bahan dasar agar lumpur yang terjadi dapat dipompakan. Zat padat ada dua macam yaitu untuk memberikan kenaikkan berat jenis dan untuk membuat lumpur mempunyai kekentalan tertentu. Sedangkan zat kimia dapat berupa zat padat maupun zat cair yang bertugas untuk mengontrol sifat-sifat lumpur agar sesuai dengan yang dinginkan. Sifat-sifat lumpur harus disesuaikan dengan kondisi lapisan yang akan ditembus. Karena lapisan-lapisan atau formasi-formasi yang akan ditembus atau dilalui oleh lumpur adalah bermacam-macam atau berubah-ubah, maka kita selalu mengubah-ubah sifat lumpur dengan menambahkan zat kimia yang sesuai. Untuk itu sifat-sifat lumpur harus selalu STT MIGAS BALIKPAPAN 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENDAHULUAN
I. SISTEMATIS PEMBORAN
Sistim pemboran putar (rotary drilling) saat ini sudah maju sedemikian rupa.
Diawal sistim rotary drilling Lumpur dimaksudkan untuk mengangkat serbuk bor
(cuttings) dari dasar sumur ke permukaan saja. Tetapi dengan majunya teknologi,
Lumpur mempunyai banyak fungsi dalam dunia pemboran dalam mengatasi problema-
problema pemboran.
Lumpur bor merupakan cairan yang berbentuk lumpur, dibuat dari percampuran
zat cair, zat padat dan zat kimia. Zat cair disini sebagai bahan dasar agar lumpur yang
terjadi dapat dipompakan. Zat padat ada dua macam yaitu untuk memberikan kenaikkan
berat jenis dan untuk membuat lumpur mempunyai kekentalan tertentu. Sedangkan zat
kimia dapat berupa zat padat maupun zat cair yang bertugas untuk mengontrol sifat-sifat
lumpur agar sesuai dengan yang dinginkan.
Sifat-sifat lumpur harus disesuaikan dengan kondisi lapisan yang akan ditembus.
Karena lapisan-lapisan atau formasi-formasi yang akan ditembus atau dilalui oleh lumpur
adalah bermacam-macam atau berubah-ubah, maka kita selalu mengubah-ubah sifat
lumpur dengan menambahkan zat kimia yang sesuai. Untuk itu sifat-sifat lumpur harus
selalu diukur, baik lumpur yang mau masuk ke dalam lubang maupun lumpur yang baru
keluar dari dalam sumur.
Di tinjau dari zat cair pembentuk lumpur, maka lumpur pemboran dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu air dan minyak. Lumpur berfasa air atau water base mud,
mempunyai fase yang kontinu adalah air. Sedangkan lumpur berfase minyak mempunyai
fasa yang kontinu adalah minyak. Pada lumpur berfasa minyak kalau terdapat air, fasa
airnya merupakan fasa yang teremulsi. Lumpur ini lebih dikenal dengan Emulsion mud
atau Oil in water emulsion mud atau disebut juga dengan Inverts Mud.
STT MIGAS BALIKPAPAN 1
II. FUNGSI LUMPUR BOR
Sekarang lumpur mempunyai fungsi bermacam-macam, yaitu:
1. Mengangkat cuttings dari dasar lubang ke permukaan.
2. Menahan dinding lubang agar jangan runtuh selama pemboran berlangsung.
3. Melumasi dan mendinginkan bit dan rangkaian pemboran.
4. Mengontrol tekanan formasi.
5. Menahan cuttings dan material pemberat selama sirkulasi berhenti agar jangan
turun.
6. Sebagai media logging.
7. Sebagai media informasi.
8. Sebagai tenaga penggerak.
9. Menahan sebagaian berat rangkaian pemboran.
Pemboran menghasilkan lubang dan serpih bor (cuttings). Cuttings harus diangkat ke
permukaan segera mungkin dan sebersih mungkin dari dasar lubang. Dengan jalan
mensirkulasikan lumpur dari permukaan ke dalam lubang sumur dan kembali ke
permukaan, cuttings akan terangkat disaat lumpur berjalan dari dasar lubang ke
permukaan.
Selama pemboran berlansung dihindari agar dinding lubang jangan runtuh. Kalau
runtuh maka rangkaian pemboran akan terjepit. Ini merupakan problema dalam dunia
pemboran. Lumpur membentuk lapisan pada dinding lubang dan lumpur memberikan
tekanan ke dinding lubang. Dengan ini maka dinding lubang dapat terhindar dari
keruntuhan buat sementara. Untuk lubang yang sudah cukup dalam dinding lubang
cenderung untuk runtuh, sehingga harus dipasang casing.
Bit yang selalu bersentuhan dengan formasi disaat sedang membor, akan cepat aus bila
tidak ada yang mendinginkan. Dengan adanya sirkulasi lumpur maka bit akan
didinginkan . Lumpur juga bertindak sebagai pelumas, sehingga putaran dari rangkaian
pemboran akan lebih baik.
STT MIGAS BALIKPAPAN 2
Formasi yang ditembus mempunyai tekanan. Adakalanya tekanan formasi tinggi
dan adakalanya pula tekanan formasi lemah. Bila tekanan formasi tinggi, lumpur harus
dapat melawan tekanan tersebut, sehingga tidak ada aliran fluida dari formasi, kalau tidak
maka akan terjadi blowout. Sebaliknya bila tekanan formasi adalah rendah, maka tekanan
yang diberikan oleh lumpur harus dikurangi pula agar formasi tidak pecah.
Disaat menambah drill pipe atau saat mencabut rangkaian sirkulasi dari lumpur
dihentikan, cutting yang berada dalam perjalanan di annulus menuju permukaan juga
akan berhenti. Disaat ini lumpur harus dapat menahan cutting tersebut agar jangan turun
ke dasar lubang, sebab kalau turun, cutting akan menjepit rangkaian pemboran.
Dalam memperkirakan karakteristik formasi sering menggunakan logging listrik.
Lumpur disini bertindak sebagai pengantar aliran listrik dari peralatan logging yang
diturunkan kedalam lubang sumur ke formasi yang diselidiki. Dengan demikian dapat
dikatakan lumpur sebagai media logging.
Lumpur yang menghantarkan suatu informasi dari lapisan yang tembus,
yaitukarena cutting merupakan lapisan yang ditembus. Selain dari itu lumpur dapat
memberikan informasi bahwa telah terjadi kick (gejala sebelum blowout) pada sumur
tersebut. Oleh sebab itu maka lumpur dapat disebut sebagai media informasi.
Diwaktu pembelokan lubang pada pemboran berarah, digunakan suatu alat yang
disebut dengan dyna drill. Rangkaian pemboran disini tidak berputar, hanya bitlah yang
berputar . Tenaga untuk memutar berasal dari lumpur. Untuk lebih memberikan
gambaran tentang fungsi lumpur. liat gambar berikut.
Lumpur memberikan gaya yang apung, menurut hukum Archimedes benda yang
berada dalam cairan akan berkurang beratnya sebesar zat cair yang dipisahkan benda
tersebut. Jadi rangkaian pemboran dalam lumpur akan berkurang beratnya.
STT MIGAS BALIKPAPAN 3
III KOMPONEN LUMPUR BOR.
Lumpur terdiri dari tiga kelompok komponen, antara lain :
Zat Cair.
Zat Padat.
Zat Kimia.
Ketiga kelompok komponen ini dicampur sedemikian rupa sehingga didapatkan lumpur
pemboran yang sesuai dengan keadaan formasi yang akan ditembus.
Zat Cair Lumpur Bor
Zat cair dari lumpur bor merupakan fasa dasar dari lumpur, yang mana dapat berupa
air atau minyak.
Dapat berupa air tawar maupun air asin, hal ini tentu disesuaikan dengan lokasi
setempat, manakah yang mudah didapat, dan juga disesuaikan dengan formasi yang
akan ditembus.
Kalau fasa cair itu berupa minyak yang sudah diolah (refined oil). Minyak ini harus
mempunyai sifat:
o Anniline Number yang tinggi.
Anniline number merupakan suatu angka yang menunjukkan kemempuan
untuk melarutkan karet. Makin tinggi aniline number suatu minyak maka
kemampuan melarutkan karet makin kecil. Dalam operasi pemboran minyak
peralatan yang dilewati lumpur berupa karet , seperti pada pompa lumpur,
packer, plug untuk penyemenan dan lain-lain.
o Flash Point yang tinggi.
Flash point adalah suatu angka yang menunjukkan dimana minyak akan
menyala. Makin rendah flash point suatu minyak, maka penyalaan akan
cepat terjadi, atau minyak akan cepat terbakar.
Pour Point yang rendah.
o Pour point adalah suatu angka yang menunjukkan pada temperature berapa
minyak akan membeku. Jadi kita tidak menginginkan Lumpur cepat
mambeku.
STT MIGAS BALIKPAPAN 4
o Molekul minyak yang stabil, dengan kata lain tidak mudah terpecah-pecah.
o Mempunyai bau serta flourescensi yang berbeda dengan minyak mentah
(crude oil). Kalau tidak demikian maka akan sulit nanti untuk menyelidiki
apakah minyak berasal dari bahan dasar lumpur.
Zat Padat Lumpur Bor.
Zat padat lumpur bor ada dua macam, yaitu:
i. Reactive Solid.
ii. Inert Solid.
Reactive Solid.
Padatan yang bereaksi dengan zat cair lumpur bor disebut dengan reactive solid.
Padatan ini membuat Lumpur menjadi kental atau berbentuk koloid.
Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari sebagai reactive solid adalah susu.
Susu bila dicampurkan dengan air akan membuat air susu yang berbentuk koloid.
Dalam Lumpur bor yang bertindak sebagai reactive solid adalah botonite. Yang
mana bila bontonite bercampur dengan air maka terbentuk Lumpur bor yang
berbentuk koloid.
Air yang bercampur dengan bontonite ini adalah air tawar. Bila sebagai bahan dasar
air laut maka sebagai reactive solid adlah attapulgite, dalam attapulgite dapat
bereaksi dengan air asin maupun dengan air tawar.
Inert Solid.
Inert solid merupakan padatan yang tidak bereaksi dengan zat cair Lumpur bor.
Dalam kehidupan sehari-hari pasir yang diaduk dengan air kalau kita diamankan
beberapa saat, akan turun ke dasar bejana dimana kita mengaduknya. Disini pasir
disebut dengan inert solid. Di dalam Lumpur bor inert solid berguna untuk
menambah berat atau berat jenis dari Lumpur, yang tujuannya untuk menahan
takanan dari formasi.
Sebagai contoh yang umum digunakan sebagai inert solid dalam Lumpur bor adalah
barite.
STT MIGAS BALIKPAPAN 5
IV. SIFAT LUMPUR.
Sifat-sifat dari Lumpur bor diatur sedemikian rupa sehingga tidak minimbulkan
problema diwaktu pemboran berlansung. Kalau selama pemboran berlangsung terjadi
perubahan sifat-sifat dari Lumpur maka dilakukan perbaikan-perbaikan dengan segera
dengan menambahkan zat-zat kimia.
Sifat-sifat Lumpur bor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Berat jenis (Mud Weight).
2. Viskositas (Viscosity).
3. Gelstrength.
4. Water Loss.
5. Sand Content.
6. CL Content.
7. Resistivity.
4.1. Berat Jenis.
Berat jenis Lumpur bor (mud weight) sangat besar pengaruhnya dalam
mengontrol tekanan formasi. Sebab dengan menaikkan berat jenis Lumpur bor maka
tekanan Lumpur akan naik pula. Hal ini diperlukan dalm hal formasi bertekanan tinggi.
Seperti disebutkan dalam halaman sebelumnya barite merupakan padatan yang umum
digunakan untuk menaikkan berat jenis Lumpur bor. Selain dari barite adalah sebagai
berikut:
a. Galena.
b. Ilmenite.
c. Ottawa Sand.
Umumnya juga dalam dunia pemboran berat jenis Lumpur dinyatakan dalam bentuk
Specific Gravity (SG).
Specific Gravity adalah perbandingan berat jenis Lumpur bor dengan berat jenis air
tawar.
STT MIGAS BALIKPAPAN 6
Secara matematis dinyatakan sebagai berikut:
SG = ……………………………………………………………………….(1)
Dimana :
= Specific Gravity, tanpa satuan.
= Berat jenis Lumpur bor, berat per vol.
= Berat jenis air tawar, yang biasanya adalah 8.33 pound per gallon, atau
1.0 gr/cc, atau 1.0 kg/1 ltr.
Dalam merencanakan selalu harus dibuat berat jenis dari Lumpur memberikan tekanan
hidrostatis Lumpur yang lebih besar dari tekanan formasi yang akan ditembus.
Hubungan berat jenis Lumpur dengan tekanan hidrostatis adalah sebagai berikut:
………………………………………………………………….(2)
Dimana:
= tekanan hidrostatis Lumpur bor untuk kedalam h.
Ini merupakan persamaan yang umum. Dilapangan sering di pakai persamaan:
…………………………………………………………(3)
Dimana:
= dalam satuan psi, dan h dalam satuan ft, serta berat jenis Lumpur dalam
satuan ppg.
0.052 merupakan factor konversi yang dapat dicari sebagai berikut:
STT MIGAS BALIKPAPAN 7
0.0519 psi, dibulatkan menjadi 0.052 psi.
Catatan :
1 ft3 = 7.48 gal
1 ft2 = 144 in2
Rumus lapangan untuk mencari tekanan hidrostatis yang lain adalah :
…………………………………………………………………(4)
Dimana Ph dalam suatu ksc, berat jenis dalam satuan gr/cc dan h dalam meter.
Faktor konversi 10 dapat dicari seperti cara di atas.
Tekanan
Pfr
Ph
Kedalaman
Gb- 5. Gambaran tekanan hidrostatis vs kedalaman
Contoh soal :
Gradient tekanan formasi adalah 0.55psi/ft. safety untuk kelebihan adalah
STT MIGAS BALIKPAPAN 8
Berapakah berat jenis Lumpur yang diberikan.
Penyelesaian :
Tekanan formasi adalah 0.55 psi/ft x D ft = 0.55 D psi
Tekanan hidrostatis 1.08 x 0.05 D psi = 0.594 psi
0.594 D psi = 0.052 x x D ft
= 11.42 ppg
Tekanan formasi dapat dinyatakan dalam bentuk gradient tekanan.
Pf = Gf x D …………………………………………………....(5)
Dimana :
Pf = tekanan formasi, psi.
Gf = gradient tekanan formasi, psi/ft.
D = kedalaman, ft.
Untuk gradient tekanan formasi antara 0.433 psi/ft sampai dengan 0.465
psi/ft, formasi dikatakan bertekanan normal. Bila gradient tekanan lebih besar dari 0.465
psi/ft, formasi bertekanan abnormal, dan lebih kecil dari 0.433 psi/ft bertekanan sub
normal.
Tekanan hidrostatis Lumpur yang diberikan oleh Lumpur harus melebihi
tekanan formasi. Kelebihan ini berkisar antara 2% sampai dengan 10% dari tekanan
formasi.
Kalau lebih besar lagi, harus jangan lebih besar dari tekanan rekah formasi. Karena bila
tekanan Lumpur lebih besar dari tekanan rekah formasi, formasi akan rekah. Jadi tekanan
hidrostatis Lumpur harus berada diantara tekanan rekah formasi dan tekanan formasi.
Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut, yang mana dapat dilihat
tekanan hidrostatis Lumpur berada diantara tekanan rekah dan tekanan formasi untuk
setiap kedalaman sumur.
STT MIGAS BALIKPAPAN 9
4.1.1. Pengukuran Berat Jenis Lumpur Bor.
Di lapangan berat jenis Lumpur bor diukur dengan menggunakan suatu alat yang
disebut dengan Mud Balance.
Bagian-bagian dari Mud Balance adalah sebagai berikut :
i. Mangkok beserta tutupnya (cup).
ii. Lengan bersekala (balance arm).
iii. Anak timbangan (rider).
iv. Gelas pengatur level (level glass).
v. Penyangga (base and fulcrum).
Prosedur pengukuran berat jenis adalah sebagai berikut :
Isi mangkok sampai penuh dan tutup.
Pastikan bahwa ada Lumpur yang keluar dari lubang penutup, supaya
pasti dalam mangkok betul-betul penuh berisi Lumpur.
Tutup lubang mangkok dengan jari, cuci Lumpur yang ada pada
penutup dan lengan mud balance.
Ini agar Lumpur yang ditimbang betul-betul yang berada dalam
mangkok.
Letakkan diatas penyangga. Atur rider sampai posisi lengan betul-
betul horizontal.
Baca berat jenis Lumpur yang ditunjukkan oleh rider.
Pada lengan bersekala dapat terbaca berat jenis dalam satuan ppg, ataupun dengan satuan
gr/cc. Juga ada yang menyatakan SG dari Lumpur.
Peralatan ini harus dikalibrasi secara periodik, cara melakukan kalibrasi adalah sebagai
berikut :
1. Isi mangkok dengan air tawar.
2. Tutup dan bersihkan.
3. Tepatkan rider pada angka 8.33 ppg atau
1.0 gr/cc.
STT MIGAS BALIKPAPAN 10
4. Atur anak timah yang terdapat pada
ujung lengan sampai posisi lengan betul-betul level (mendatar).
Gambar-6. Mud Balance
Cup (Cangkir).
Balance Arm (lengan bersekala)
Rider (Anak timbangan)
Level Glass (Gelas pengatur level)
Tutup cangkir
Pengatur kalibrasi.
4.1.2. Perhitungan Berat Jenis Lumpur.
Sebagaimana dijelaskan pada halaman-halaman sebelumnya, Lumpur dibuat dari zat
cair ditambah dengan zat padat serta dikontrol oleh penambahan zat kimia.
Kalau Lumpur yang dibuat dari air tawar ditambah dengan bentonite, berlaku suatu
volume sebagai berikut :
Vw + Vbt = Vm …………………………………………..…….(7)
Dimana :
STT MIGAS BALIKPAPAN 11
Vw = volume air
Vbt = volume bentonite
Vm = volume Lumpur yang terjadi.
Untuk jelasnya liat pada gambar berikut. Disitu terlihat dua kondisi. Kondisi komponen
lumpur yang diperlihatkan terpisah antara air dan bentonite, dengan arti kata lumpur
belum diaduk, dan yang kedua yang sudah menjadi lumpur.
(1) (2)
Gb-7. Gambaran lumpur air dengan bentonite.
Persamaan berat, juga berlaku disini.
Gw + Gbt = Gm ………………………………………….….(8)
Dimana :
Gw = berat air
Gbt = berat bentonite
Gm = berat Lumpur yang terjadi.
Persamaan berat dapat diubah bentuknya menjadi :
……………………………(9)
STT MIGAS BALIKPAPAN 12
Dimana :
= berat jenis air tawar, biasanya 8.33 ppg atau 1.0 gr/cc
= berat jenis bentonite
m = berat jenis Lumpur yang terjadi.
Contoh soal :
Buatlah suatu Lumpur bentonite dari air tawar. Bila berat jenis bentonite adalah 21.6ppg.
Berapa volume bentonite dan air yang harus disediakan agar didapat 2000 bbl Lumpur
yang mempunyai berat jenis 10 ppg.
Penyelesaian :
Dari persamaan 7, maka :
Vw + Vbt = 2000 Vw = 2000 – Vbt
Dari persamaan (9),
(2000 – Vbt) 8.33 + Vbt (21.6) = 2000 (10)
Vbt = 251.7 bbl
Vbt = 2000 – 251.7
= 1748.3 bbl.
Jadi untuk soal diatas diperlukan bentonite 251.7 bbl, dan air sebanyak 1748.3 bbl.
Umumnya bentonite dinyatakan dalam jumlah sack, satu sack bentonite adalah 94 lb.
Sehingga untuk contoh soal diatas jumlah bentonite yang diperlukan adalah :
=
=
= 2429.17 sack
= 2430 sack
STT MIGAS BALIKPAPAN 13
Apabila berat jenis Lumpur perlu dinaikan maka ditambahkan barite kedalamnya.
Lihat gambar berikut :
Gb-8. Gambaran menaikkan berat jenis Lumpur.
Lumpur lama dan barite yang ditambahkan tampak pada kondisi pertama,
dan Lumpur baru yang terjadi dilihat/tampak pada kondisi yang kedua.
Bila volume Lumpur lama adalah Vm1, dengan berat jenis m1. Volume barite yang
ditambahkan adalah Vbr, dengan berat jenis br. Lumpur yang terjadi dengan volume
Vm2 dan berat jenisnya m2. Analog dengan persamaan sebelumnya berlaku persamaan:
Vm1 + Vbr = Vm2 ……………………………………(10)
Dan
Contoh soal :
Bila Lumpur pada soal sebelumnya dinaikkan berat jenisnya menjadi 12 ppg, berapa sack
barite yang harus ditambahkan? (1 sack barite 100 lb, SG 4.3 )
Berapa volume Lumpur yang terjadi ?
Penyelesaian :
Menurut persamaan 10.
2000 + Vbr = Vm2
STT MIGAS BALIKPAPAN 14
Sesuai dengan persamaan 11.
2000 (10) + Vbr (4.3 x 8.33) = (2000 + Vbr) 12
Vbr =
Vbr = 167.93 bbl
Barite yang ditambahkan,
= 167.93 bbl x 4.3 x
= 252639.31 lb x
= 2526.38 sack
= 2527 sack.
Volume Lumpur yang terjadi adalah = 2000 + 167.9
= 2167.9 bbl
Dalam perhitungan Lumpur sering juga dilakukan perhitungan tentang prosentase
padatan dalam bentuk volume atau dalam prosentase berat padatan dalam Lumpur.
Prosentase volume padatan dalam Lumpur adalah :
% Vol solid = % ………………………………………….(12)
Dimana Vs adalah volume padatan yang ada dalam lumpur. Sedangkan prosentase berat
padatan dalam lumpur :
% Brt solid = x 100% …………………………………….(13)
STT MIGAS BALIKPAPAN 15
Kalau digabung persamaan (12) dengan (13) maka,
% Brt Solid = % vol solid x …………………………………(14)
4.2. Viskositas Lumpur Bor.
Secara fisika viskositas dikatakan merupakan tahanan terhadap aliran yang
disebabkan adany gesekan antar partikel dari fluida yang mengalir.
Pada Lumpur bor seiring dengan yang disebutkan diatas dikatakan bahwa viskositas
Lumpur merupakan tahanan terhadap aliran Lumpur disaat bersirkulasi, yang mana
disebabkan oleh pergerakan antar partikel-partikel dari Lumpur bor.
Viskositas menyatakan kekentalan dari Lumpur bor, dimana viskositas Lumpur
memegang peranan dalam pengangkatan serbuk bor ke permukaan. Makinkental Lumpur,
maka pengangkatan cuttings makin baik. Kalau Lumpur tidak cukup kental maka
pengangkatan cuttings kurang sempurna, dan akan mengakibatkan cuttings tertinggal di
dalam ludang dan dapat menyebabkan rangkaian pemboran akan terjepit.
Akan tetapi bila Lumpur bor mempunyai viskositas yang besar sekali maka dapat
mengakibatkan problema pula dalam operasi pemboran.
Akibat viskositas Lumpur yang tinggi adalah sebagai berikut :
a. Cuttings terutama pasir sukar dilepaskan dipermukaan. Sehingga pasir akan ikut
lagi bersirkulasi ke dalam lubang. Hal ini akan mengakibatkan berat jenis Lumpur
naik, tekanan sirkulasi Lumpur naik, dan mengakibatkan formasi pecah. Selain
dari itu kita kenal bahwa pasir mempunyai sifat yang mengikis (abrasive). Kalau
pasir terikut lagi bersirkulasi maka peralatan-peralatan yang dilaluinya akan cepat
rusak karena terkikis oleh pasir.
b. Dengan naiknya viskositas Lumpur maka pressure loss akan naik pula, hal ini
akan menyebabkan bertambah besar daya pemompaan karena pemompaan yang
naik.
c. Viskositas Lumpur yang besar akan mengundang blowout dikarenakan oleh
terjadinya swab effect dan squeeze effect disaat mencabut dan menurunkan
rangkaian pemboran.
STT MIGAS BALIKPAPAN 16
d. Viskositas yang besar akan memperbesar torsi disaat melakukan pemboran, dan
akan memperlambat laju pemboran.
Melihat kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh viskositas yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah, maka melakukan pengukuran-pengukuran viskositas secara periodik,
diwaktu Lumpur mau masuk ke dalam sumur maupun Lumpur yang kembali dari dalam
lubang.
Peralatan-peralatan untuk mengukur viskositas adalah sebagai berikut :
i. Marsh Funnel.
ii. Fann VG Meter.
iii. Stormer Viskositas.
4.2.1. Marsh Funnel
Viskositas yang diukur menggunakan marsh funnel adalah viskositas
relatif .dimana dibandingkan viskositas Lumpur dengan viskositas air tawar.
Peralatan-peralatan yang dipakai untuk menentukan atau mengukur viskositas dengan
cara marsh funnel adalah sebagai berikut:
Corong (Funnel)
Cangkir (cup)
Stopwatch
Mud dimasukkan ke dalam corong sebanyak 1500 cc, dan tutup ujung
corong dengan jari. Masukkan ke dalam cangkir sambil menghidupkan stopwatch.
Setelah volume Lumpur didalam cangkir mencapai 946 cc, matikan stopwatch. Waktu
mulai stopwatch dihidupkan sampai volume Lumpur mencapai 946cc didalam cangkir
dicatat sebagai viskositas dari Lumpur. Satuan yang digunakan adalah detik.
Peralatan yang digunakan diatas perlu dikalbrasi dengan mengunakan air
tawar. Bila dengan cara yang sama dengan menggunakan viskoitas Lumpur didapatkan
viskositasnya 26detik= 0.5 detik, dinyatakan bahwa peralatan adalah pada corong ada
STT MIGAS BALIKPAPAN 17
yang tersumbat. Dalam operasi pemboran viskositas Lumpur yang baik berkisar antara 36
sampai dengan 45 detik marsh funnel.
4.2.2. Fan VG Meter
Fan VG Meter maupun Storner viscometer merupakan alat yang digunakan
uantuk mengukur viskositas plastic dari limpur bor. Prinsipnya adalah berapa torsi yang
dihasilkan bila Lumpur diaduk dengan kecepatan tertentu.
Masukan Lumpur kedalam tabung, rotor sleeve ditenggelamkan ke dalam Lumpur. Putar
sleeve ebesar 600 RPM sampai jarum pembacaan menunjukan angka yang konstan, dan
dicatat angkanya. Kemudian lakukan pula untuk putaran 300 RPM. Selisih pembacaan
dengan putaran 600 RPM dan 300 RPM merupakan viskositas plastic dari Lumpur.
Dalam operasi pemboran sering kali viskositas dari Lumpur naik, hal ini dikarenakan
oleh :
Flukulasi
Padat tertentu banyak di dalam Lumpur
Diwaktu menembus formasi clay ataupun formasi yang batuannya berupa padatan
yang relative, viskositas akan naik. Ini disebabkan oleh bertambah besarnya daya tarik
menarik atau gaya tarik menarik antar partikel didalam lumpur, sehingga air semakin
terjebak, inilah yang disebut Flokulasi.
Selain dari itu Flokulasi terjadi juga akubat lumpur terkontaminasi oleh gypsum,
anhydrite atau semen.
Bila menenbus lapisan formasi begini, kita harus tambahkan bahan-bahan kimia
untuk menurunkan viskositas yang disebut dengan Thinner.
Banyaknya padatan yang terdapat tidak relative dapat meneikan viskositas lumpur,
karena padatan yang relative terikat oleh padatan yang relative.
Kalau kenaikan viskositas karena hal ini maka penggulanganya adalah dengan
penambahan air ke dalam lumpur.
STT MIGAS BALIKPAPAN 18
Jadi kalau kita memperkirakan formasi yang akan ditembuss akan menaikan maka harus
menambahkan bahan secara periodik (bahan untuk menurunkan viskositas), diwaktu
menembus formasi tersebut.
Bahan-bahan yang dikelompokkan kedalam thinner adalah sebagai berikut :
1. Solid Acid Pyro Phosphate
2. Sodium Tetra Phosphate
3. Sodium Hexa Metha Phosphate
4. Quebracho
5. Myrthan
6. Spersene (chrome ligni sulfonate)
7. Processed Lignite
8. Calcium Ligno Sulfonate
9. Chrome Lignite
10. Alkaline Tannnate
Kalau viskositas limpur bor terlalu kecil maka dapat ditambahkan :
1. Bentonite
2. Sodium Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
3. Attapulgite
4. Kapur
5. Semen
6. Minyak
4.3. Gelstrenght
Diwaktu Lumpur bersirkulasi besaran yang berperan adalah viskositas. Sedangkan
diwaktu sirkulasi berhenti yang memegang peran adalah Gelstrength.
Lumpur akan mengagar atau menjadi gel saat tidak ada sirkulasi. Hal ini disebabkan oleh
gaya tarik menarik antara partikel-partikel padatan Lumpur.
Gaya mengagar inilah yang disebut dengan Gelstrength. Diwaktu Lumpur berhenti
melakukan sirkulasi, Lumpur harus memiliki Gelstrength yang dapat menahan cuttings
STT MIGAS BALIKPAPAN 19
dan material pemberat Lumpur agar jangan turun. Akan tetapi kalau gelstrength terlalu
tinggi akan menyebabkan terlalu berat kerja Lumpur untuk memulai sirkulasi kembali.
Walaupun pompa mempunyai daya yang kuat pompa tdak boleh memompakan Lumpur
debgan daya yang besar. Karena Formasi bisa Pecah.
Misalnya sirkulasi berhenti disaat penggantian bit. Agar formasi idak pecah di dasar
lubang, maka sirkulasi dilakukan secara bertahap. Dan sebelum melakukan Sirkulation
Rotary table diputar terlebih dahulu untuk memecah gel. Tahap-tahap yang bisa
dilakukan adalah sebagai berikut :
Turunkan rangkaian sepertiga kedalaman, lakukan sirkulasi dengan
memutar rotary terlebih dahulu.
Kemudian lakukan hal yang sama untuk dua per tiga kedalaman.
Yang terakhir lakukan hal yang sama bila bit sudah mencapai hamper
kedasar lubang.
Mudah –mudahan dengan cara begitu gel sudah pecah dan tenaga yang diperlukan untuk
sirkulasi kembali dari Lumpur tidak begitu besar. Dan Formasi tidak Pecah.
Gelstrength dapat diukur dengan menggunakan Stormer Viscosimeter, dengan
cara sebagai berikut :
Masukkan Lumpur kedalam lubang, aduk dengan kecepatan tinggi
selama 10 detik.
Diamkanselama 10 detik, adula lagi dengan kecepatan 3 rpm, awasi
kenaikan pembacaab sampai jarum bergetar.
Pembacaan merupakan gelstrength Lumpur untuk 0menit dengan
satuan lb/100 ft2.
Aduk lagi Lumpur dan diamkan selama 10 menit.
Putar lagi sleeve 3 rpm, dan lakukan pembacaan seperti diatas, dan
laporkan sebagai gelstrength sepuluh menit.
STT MIGAS BALIKPAPAN 20
Dengan menggunakan shearometer, gelstrength Lumpur dapat juga ditentukan.
Masukkan shearometer kedalam Lumpur dengan posisi tegak secara bebas sampai sekala
berapa shearometer bisa masuk, ini menunjukan gelstrength Lumpur boryang dinyatakan
dalam satuan lb/100ft.
Ini merupakan gelstrength Lumpur untuk nol menit. Untuk gelstrength 10 menit adalah
sebagai berikut :
Setelah Lumpur diaduk didiamkan selama 10 menit, kemudian lakukan
pengukuran seperti diatas. Hasilnya merupakan gelstength 10 menit, dalam
satuan lb/100ft2.
4.4. Yield Point
Yield point merupakan angka yang menunjukan shearing stress yang diperlukan
untuk mensirkulasikan Lumpur kembali. Dengan kata lain Lumpur tidak akan dapat
bersirkulasi sebelum diberikan shearing stress sebesar Yield Point.
Yield point sangat penting diketahui untuk perhitungan hidrolika Lumpur.
Dimana yield point mempangaruhi kehilangan tekanan diwaktu Lumpur bersirkulasi.
Untuk menentukan yield point Lumpur bor dapat digunakan stomer viscometer ataupun
Fann VG Meter.
Caranya adalah sebagai berikut:
Sama seperti pengukuran viskositas plastic dari Lumpur dimana dicatat hasil pembacaan
setelah diputar dengan 600 rpm dan 300 rpm.
Selisih dari pembacaan 300 rpm dengan viskositas plastic adalah point dari Lumpur.
Viskositas plastik, gelstrength dan yield point dari lumpur dikelompokan sebagai sifat
rheologi ari lumpur.
4.5. Filtration Loss
Sebagai mana disebutkan pada halaman-halaman sebelumnya, bahwa Lumpur
terdiri dari komponen padat dan komponen cair. Karena pada umumnya dinding lubang
sumur mempunyai pori-pori, komponen cair dari lumpurakan masuk ke dalam dinding
lubang bor. Zat cair yang masuk ini disebut dengan filtrat. Padatan dari lumpur akan
menempel pada permukaan dari dinding lubang. Bila padatan yang menempel ini sudah
STT MIGAS BALIKPAPAN 21
cukup menutuppori-pori dinding lubang maka cairan yang masuk ke dalam formasi
dinding lubang juga berhenti.
Bila cairan lumpur yang masuk kedalam formasi dinding lubang sumur akan
menyebabkan akibat-akibat negatif.
Diwaktu penyemenan mud cake yang tebal kalau tidak terkikis akan
menyebabkan ikatan semen dengan dinding lubang tidak baik. Hal ini akan menyebabkan
adanya channling semen. Oleh sebab itu filtration loss perlu dibatasi. Dimana selalu
dilakukan pengukuran-prngukuran tentang filtration loss dan mud cake Lumpur bor.
4.5.1. Pengukiran filtration Loss dan Mud Cake
Alat yang mengukur filtration loss dan mud cake yang umum adalah standart
filter press. Pralatan-pralatannya adalah sebagai berikut :
Mud cup
Gelas ukur
Tabung sumber tekanan
Kertas saringan
Mud cup mempunyai komponen-komponen sebagai berikut :
Tutup atas yang mempunyai pressure inlet tempat masukannya tekanan
Cell, yang merupakan tempat Lumpur yang diukur
Penutup bawah
Cara pengukuran filtration loss adalah sebagai berikut:
Isi mud cup dengan Lumpur, tututp
Hubungkan dengan summer tekanan. Umumnya tekanan yang diberikan adalah
100 psi
Biarkan 30 menit
Baca filtrate yang terpampang pada gelas ukur
Buka mud cup dan ukur cake yang terbentuk diatas kertas saringan
STT MIGAS BALIKPAPAN 22
Agar filtration loss dan mud cake tidak membuat problema maka dibatasi filtration loss
maksimum 6.5 cc., dan tebal mud cake maksimal 2mm.
Pregelatinized starch
Sodium corboxy methyl cellulose
Sodium poly crylate
Non fermenting starch
Minyak
V. JENIS LUMPUR BOR
Penamaan Lumpur bor berdasarkan bahan dasar pembutannya. Sehingga jenis Lumpur
bor dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Water Base Mud
Oil Base Mud
Emulsion Mud
5.1. Water Base Mud
Bila bahan dasar atau komponen cair dari Lumpur adalah air, maka Lumpur
disebut dengan Water base Mud. Air yang digunakan dapat berupa air tawar maupun air
asin. Lumpur yang mempunyai bahan dasarnya air tawar disebut dengan Fresh Water
Mud. Dan bila air asin Lumpurnya disebut dengan Salt Water Mud.
Fresh waterMud dapat dibedakan sebagai berikut :
Natural Mud
Spuld Mud
Bentonite Treated Mud
Phosphate Treated Mud
Organic Colloid Treated Mud
Red Mud
5.2. Oil Base Mud
STT MIGAS BALIKPAPAN 23
Sebagai fasa yang continue atau sebagai bahan cair dari 5%. Kalau air yang ada
dalam oil base lebih besar dari 5%, maka sifat dari Lumpur tidak stabil. Oleh sebab itu
bila menggunakan oil base mud, diperlikan tangki yang tertututp, agar kalau hujan
ataupun embun malam hari tidak akan berubahkesetabilan sifat dari Lumpur. Penggunaan
oil base mud ini baru dilaksanakan apabila water base mudtidak sanggup menghadapi
problema yang ada. Sebagai contoh diwaktu menembus formasi yang sangat sensitive
terhadap air, misalnya formasi shale. Formasi shale runtuh terus walaupun sudah dirawat
dengan penambahan zat-zat kimia.
Lumpur diganti dengan oil base mud, karena minyak tidak merupakan cairan yang
diisap oleh formasi shale. Lumpur ini mahal harganya, oleh sebab itu seperti dikatakan
diatas Lumpur ini digunakan kalau keadaan memaksa.
Kerugian lain yang mungkin timbul, adalah dari api. Karena Lumpur ini agak mudah
terbakar. Kebaikan lain dari Lumpur ini adalah sebagai berikut :
Water loss atau filtration loss kecil
Mud cake tipis
Torsi serta pelumasan baik
5.3. Water In Oil Emulsion Mud
Fasa yang continue pada Lumpur ini adalah minyak, dan air merupakan fasa yag
teremulsi. Air bisa mencapai 30% volume. Adanya air cukup besar dalam Lumpur ini
akan mengurangi bahaya api.
Agar emulsi yang terbentuk akan baik, maka ditambahkan juga zat-zat kimia yang
disebut dengan emulsifier
BAB II
DENSITAS, SAND CONTENT
DAN PENGUKURAN KADAR MINYAK PADA LUMPUR BOR
2.1. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengenal material pembentuk lumpur pemboran serta fungsi-fungsi utamanya.
2. Menentukan densitas lumpur pemboran dengan menggunakan alat mud balance.
3. Menentukan kandungan pasir dalam lumpur pemboran.
4. Mengetahui besarnya kadar pasir (%) yang terkandung dalam lumpur pemboran.
STT MIGAS BALIKPAPAN 24
5. Menentukan kadar minyak dan padatan yang terdapat dalam lumpur pemboran
(emulsi).
6.
2. 2. DASAR TEORI
2.2.1. Densitas Lumpur
Lumpur sangat besar peranannya dalam menentukan berhasil tidaknya suatu
pemboran, sehingga perlu diperhatikan sifat-sifat dari lumpur tersebut, seperti densitas,
viskositas, gel strength, atau filtration loss.
Komposisi dan sifat-sifat lumpur sangat berpengaruh pada pemboran. Perencanaan
casing, drilling rate dan completion dipengaruhi oleh lumpur yang digunakan saat itu.
Densitas lumpur bor merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat penting, karena
peranannya berhubungan langsung dengan fungsi lumpur bor sebagai penahan tekanan
formasi. Adanya densitas lumpur bor yang terlalu besar akan menyebabkan lumpur
hilang ke formasi (lost circulation), apabila densitasnya terlalu kecil akan menyebabkan
kick (masuknya fluida formasi ke lubang sumur). Maka densitas lumpur harus
disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan dibor.
Densitas lumpur dapat menggambarkan gradien hidrostatis dari lumpur bor dalam
psi/ft. Tetapi dilapangan biasanya dipakai satuan ppg (pound per gallon).
Asumsi-asumsi :
1. Volume setiap material adalah additive :
Vs + Vml = Vmb ……………………………………(2 – 1)
2. Jumlah berat adalah additive, maka :
ds x Vs + dml x Vml = dmb x Vmb …………(2 – 2)
Keterangan :
Vs = volume solid, bbl.
Vml = volume lumpur lama, bbl
Vmb = volume lumpur baru, bbl
ds = berat jenis solid, ppg
dml = berat jenis lumpur lama, ppg
dmb = berat jenis lumpur baru, ppg
STT MIGAS BALIKPAPAN 25
Dari persamaan (1) dan (2) didapat :
…………………………(2 – 3)
Karena zat pemberat (solid) beratnya adalah :
Ws = Vs x ds
Bila dimasukkan kedalam persamaan (2 – 3)
Ws = ………………(2 – 4)
% volume solid :
…………….(2 – 5)
% berat solid :
……… (2 – 6)
Maka bila yang digunakan sebagai solid adalah barite dengan SG=4,3, untuk
menaikkan densitas dari lumpur lama seberat dml ke lumpur baru sebesar dmb setiap bbl
lumpur lama memerlukan berat solid, Ws sebanyak :
………………………….(2 – 7)
Keterangan :
Ws = berat solid / zat pemberat, kg barite/bbl lumpur. Sedangkan jika yang
digunakan sebagai zat pemberat adalah bentonit dengan SG =2,5 maka untuk tiap
barrel lumpur diperlukan :
……………………..…...(2 – 8)
Dimana Ws = kg bentonite / bbl lumpur lama.
2.2.2. Sand Content
Tercampurnya serpihan-serpihan formasi (cutting) ke dalam pemboran akan
membawa pengaruh pada operasi pemboran. Serpihan-serpihan pemboran yang biasanya
berupa pasir akan dapat mempengaruhi karakteristik lumpur yang disirkulasikan, dalam
hal ini akan menambah densitas lumpur yang telah mengalami sirkulasi. Bertambahnya
STT MIGAS BALIKPAPAN 26
densitas lumpur yang tersirkulasi ke permukaan akan menambah beban pompa sirkulasi
lumpur. Oleh karena itu setelah lumpur disirkulasikan harus mengalami proses
pembersihan terutama menghilangkan partikel-partikel yang, masuk ke dalam lumpur
selama sirkulasi. Alat-alat ini, yang biasanya disebut “Conditioning Equipment”, adalah:
Shale Shaker
Fungsinya membersihkan lumpur dari serpihan-serpihan atau cutting yang berukuran
besar.
Degasser
Fungsinya untuk membersihkan lumpur dari gas yang mungkin masuk ke lumpur
pemboran.
Desander
Fungsinya untuk membersihkan lumpur dari partikel-partikel padatan yang berukuran
kecil yang bisa lolos dari shale shaker.
Desilter
Fungsinya sama dengan desander, tetapi desilter dapat membersihkan lumpur dari
partikel-partikel yang berukuran lebih kecil.
Penggambaran sand content dari lumpur pemboran adalah merupakan prosen volume
dari partikel-partikel yang diameternya lebih besar dari 74 mikron. Hal ini dilakukan
melalui pengukuran dengan saringan tertentu. Jadi rumus untuk menentukan kandungan
pasir (sand content) pada lumpur pemboran adalah :
…………………………..…………(2 – 9)
Dimana :
n = kandungan pasir
Vs = volume pasir dalam lumpur
Vm = volume lumpur
2.3. ALAT DAN BAHAN
2.3.1 Alat
1. Mud Balance.
STT MIGAS BALIKPAPAN 27
2. Retort kit.
3. Multi Mixer.
4. Wetting agent.
5. Sand Content set.
6. Gelas Ukur 500 cc
2.3.2 Bahan
1. Barite.
2. Bentonite
3. Air Tawar (Aquadest)
Gb. 2.1
Mud Balance
Gb. 2.2
STT MIGAS BALIKPAPAN 28
Retort kit
Gb. 2.3
Sand Content set.
2.4. PROSEDUR PERCOBAAN
2. 4. 1. Densitas Lumpur
1. Mengkalibrasi peralatan mud balance sebagai berikut :
o Membersihkan peralatan mud balance.
o Mengisi cup dengan air sampai penuh, lalu ditutup dan dibersihkan bagian
luarnya. Mengeringkan dengan kertas tissue.
o Meletakkan kembali mud balance pada kedudukan semula.
o Rider ditempatkan pada skala 8,33 ppg.
o Mencek pada level glass, bila tidak seimbang, mengatur calibration screw sampai
seimbang.
2. Menimbang beberapa zat yang digunakan, sesuai petunjuk asisten.
STT MIGAS BALIKPAPAN 29
3. Menakar air 350 cc dan dicampur dengan 22.5 gr bentonite. Caranya air dimasukkan
ke dalam bejana, lalu dipasang pada multi mixer dijalankan, selang beberapa menit
setelah dicampur, bejana diambil dan mengisi cup mud balance dengan lumpur yang
telah dibuat.
4. Cup ditutup dan lumpur yang melekat pada dinding bagian luar dan tutup cup
dibersihkan sampai bersih.
5. Meletakkan balance arm pada kedudukannya semula, lalu mengatur rider hingga
seimbang. Membaca densitas yang ditunjukkan oleh skala.
6. Langkah 5 diulang untuk komposisi campuran yang diberikan oleh asisten.
2.4.2 Sand Content
1. Mengisi tabung gelas ukur dengan lumpur pemboran dan tandai. Menambahkan air
pada batas berikutnya. Menutup mulut tabung dan kocok dengan kuat.
2. Menuangkan campuran tersebut ke saringan. Biarkan cairan mengalir keluar melalui
saringan. Menambahkan air kedalam tabung, kocok dan tuangkan kembali ke
saringan. Mencuci pasir yang tersaring pada saringan untuk melepaskan dari sisa-sisa
lumpur yang melekat.
3. Memasang funnel tersebut pada sisi atas dari sieve. Dengan perlahan-lahan balik
rangkaian peralatan tersebut dan masukkan ujung funnel kedalam gelas ukur.
Hanyutkan pasir kedalam tabung dengan menyemprotkan air melalui saringan hingga
semua pasir tertampung ke dalam gelas ukur.Biarkan pasir mengendap. Dari skala
yang ada pada tabung, baca prosen volume dari pasir yang mengendap.
4. Mencatat sand content dari lumpur dalam prosen volume.
2.4.3 Penentuan Kadar Cairan Tapisan
1. Mengambil himpunan retort keluar dari insulator block, keluarkan mud chamber dari
retort.
2. Mengisi upper chamber dengan steel wall.
3. Mengisi mud chamber dengan lumpur dan menempatkan kembali tutupnya,
membersihkan lelehan lumpurnya.
STT MIGAS BALIKPAPAN 30
4. Menghubungkan mud chamber dengan upper chamber, kemudian menempatkan
kembali ke dalam insulator.
5. Menambahkan setetes wetting agent pada gelas ukur dan menempatkan di bawah
kondensator.
6. Memanaskan lumpur sampai tak terjadi kondensasi lagi yang ditandai dengan
matinya lampu indikator.
7. Mencatat dan menghitung :
- % volume minyak = ml minyak x 10
- % volume air = ml air x 10
- % volume padatan = 100 – (ml minyak + ml air) x 10
- Gram minyak = ml minyak x 0,8
- Gram lumpur = lb/gall x 1,2
- Gram padatan = gram lumpur – (gram minyak + gram air)
- Ml padatan = 10 – (ml minyak + ml air)
- Specific gravity padatan rata-rata = gram padatan / ml padatan
- % berat padatan = Gram padatan / gram lumpur) x 100
2. 5. PERHITUNGAN
1. Densitas :
Lumpur dasar : 350 ml air + 22,5 Bentonite
Densitas lumpur dasar + 1 gr barite : 8,65 ppg
2. Sand Content :
Penambahan pasir sebesar 8.5 gr menghasilkan sand content 0.25 %
3. Kadar cairan lapisan :
Volume minyak : 0,3 ml
Volume air : 9 ml
% volume minyak : 0,3 ml x 10 = 3%
STT MIGAS BALIKPAPAN 31
% volume air : 9 ml x 10 = 90%
% volume padatan : 100- (90+3)= 7%
gr minyak : ml minyak x 0.8 = 0.3ml x 0.8 = 0.24 gram
gr lumpur : lb/gallon lumpur x 1.2 = 8.6 lb/gall x 1.2 = 10.32 gram
gr padatan : gr lumpur – (gr minyak + gr air) = 10.32 – (0.24 + 9) = 1.08 gr
ml padatan : 10 – (ml minyak + ml air) =10 – (0,3ml +9 ml) = 0.7 gram
SGpadatan rata-rata : gr padatan / ml padatan =
% berat padatan =
2.6. HASIL PERCOBAAN
2.6.1 Data dan Gambar Grafik
Tabel 2.1. Data Densitas, Sand Content,
Dan Pengukuran Kadar Minyak Lumpur Bor (Additive Barite)
STT MIGAS BALIKPAPAN 32
Plug
L D Add
Bari
te
gr
ppg
Berat
Pasir
(gr)
Sand
Content
(%)
Kdr
Solar
(ml)
Kdr
Oil
(%)
Kdr
Pdtn,
(%)
Kdr
air,
(ml)Air,cc
Bento
nite gr
A 350 22.5 0 8.5 1 0.25 1 1 6.2 9.6
B 350 22.5 1 8.6 1.5 0.25 1.5 1 14 8.5
C 350 22.5 2 8.7 2 0.25 2 1 29.31 7.3
D 350 22.5 3 8.7 2.5 0.25 2.5 1 25.34 7.7
F 350 22.5 4 8.7 3 0.25 3 1.5 17.44 8.4
G 350 22.5 5 8.7 3.5 0.25 3.5 2 34.95 7.4
H 350 22.5 6 8.7 4 0.25 4 2 22.86 7.6
I 350 22.5 7 8.73 4.5 0.2 4.5 2 11.03 9
J 350 22.5 8 8.79 5 0.25 5 2.3 15.02 8.57
Tabel 2.2. Data Densitas, Sand Content, & Pengukuran Kadar Minyak Lumpur Bor
(Additive Air)
STT MIGAS BALIKPAPAN 33
Plug
L DAd
d
Air
cc
ppg
Berat
pasir
(gr)
Sand
Cont
(%)
Kdr
Solar
(ml)
Kdr
Oil
(%)
Kdr
Pdtn,
(%)
Kdr
air,
(ml)
Air,c
c
Bent
onite
,
gr
K 350 22.5 2 8.65 5.5 0.25 5.5 2 25 7.3
L 350 22.5 3 8.7 6 0.2 6 1 23 7.6
M 350 22.5 4 8.7 6.5 0.25 6.5 2 12.26 9
N 350 22.5 5 8.6 7 0.22 7 2 13 8.6
O 350 22.5 6 8.83 7.5 0.27 7.5 1 25 6.5
P 350 22.5 7 8.5 8 0.3 8 2.5 20 7.75
R 350 22.5 8 8.65 8.5 0.25 8.5 3 10.47 9
S 350 22.5 9 8.65 9 1 9 2 20.54 6.6
T 350 22.5 10 8.65 9.5 0.5 9.5 2 25.5 7.2
2.7. PEMBAHASAN
Dalam operasi pemboran, densitas lumpur sangat penting karena salah satu
fungsinya sebagai penahan tekanan formasi. Densitas merupakan berat per satuan
STT MIGAS BALIKPAPAN 34
volume. Besarnya densitas lumpur harus disesuaikan dengan keadaan formasi untuk
mencegah serendah mungkin terjadinya lost circulation dan kick, serta mengoptimalkan
laju penembusan.
Pengukuran densitas dilakukan dengan alat Mud Balance, yang awalnya telah
dikalibrasi dengan aquadest (8.33 ppg). Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan
densitas lumpur 8.6 ppg. Faktor yang mempengaruhi pengukuran densitas dengan
menggunakan peralatan Mud Balance antara lain :
1. Pengadukan yang merata
2. Kebersihan dari peralatan Mud Balance
3. Berat per volume komponen penyusun lumpur
4. Isi lumpur dalam mud balance harus mewakili lumpur yang dibuat
Salah satu fungsi dari lumpur pemboran adalah menahan tekanan formasi. Karena
lumpur memiliki densitas juga memiliki tekanan hidrostatik sehingga diharapkan tekanan
hidrostatik lumpur (Ph) sama dengan tekanan formasi (Pf).
Grafik Penambahan Barite vs Densitas, terlihat adanya kecenderungan untuk
meningkat. Hal itu menunjukkan bahwa penambahan Barite akan menambah densitas
dari lumpur. Sehingga Barite dapat dikatakan sebagai additive yang berfungsi menambah
densitas dari lumpur dan secara langsung mempengaruhi tekanan hidrostatik dari lumpur
yang dinyatakan dengan persamaan :
Ph = 0.052 x x h
Dimana : Ph = Tekanan Hidrostatik, psi/ft
= densitas lumpur, ppg
h = kedalaman, ft
Sedangkan pada grafik Penambahan air Vs Densitas ada kecenderungan stabil
menurun, hal itu menunjukkan bahwa penambahan air dapat menurunkan densitas
lumpur.
Dalam percobaan Sand Content, penambahan 3,5 gr pasir didapatkan % sand
content sebesar 0.25. Semakin tinggi nilai sand content dari lumpur pemboran, artinya
semakin besar pula akumulasi pasir yang terdapat dalam lumpur tersebut. Berarti,
semakin banyak pasir yang ditambahkan, maka akan menaikkan sand content dan
STT MIGAS BALIKPAPAN 35
densitas dari lumpur pemboran. Hanya saja, bila pasir yang bersifat korosif terakumulasi
dalam jumlah banyak akan menimbulkan masalah pada peralatan produksi, pompa,
maupun bit, berupa korosi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, biasanya digunakan sand
control yang berfungsi untuk menghalangi pasir masuk ke dalam sumur pemboran.
Percobaan penentuan kadar tapisan dengan menggunakan retort kit, dilakukan
dengan cara menganalisa lumpur pemboran, dengan memasukkan lumpur tersebut ke
dalam mud chamber, dan diletakkan ke insulator. Kemudian memanaskan lumpur
tersebut sampai gelas ukur terisi filtrat. Dari percobaan diperoleh kadar minyak 3 % dan
kadar air 9 ml dengan penambahan solar pada lumpur sebanyak 8.5 ml dan satu tetes
emulsifying agent, berat padatan yang diperoleh dalam prosen sebesar 10.47 %. Dalam
retort kit ada steel wall yang berfungsi sebagai pemanjang jalannya uap sehingga terjadi
kondensasi yang sempurna.
2.8. KESIMPULAN
1. Dari percobaan didapat :
o Densitas lumpur = 8.65 ppg
o Volume minyak = 0.3 ml
STT MIGAS BALIKPAPAN 36
o Volume air = 9 ml
o % volume air = 90 %
o % volume padatan = 22 %
o % volume oil = 3 %
o % berat padatan = 10.47 %
o gram minyak = 0,24 gr
o gram lumpur = 10,32 ppg
o gram padatan = 1.08 gr
o ml padatan = 0.25 ml
o Sand Content = 0.25
2. Lumpur pemboran berfungsi sebagai penahan tekanan formasi. Densitas yang besar
menghasilkan tekanan hidrostatik yang besar. Begitu pula sebaliknya, jika tekanan
hidrostatik lebih besar dari pada tekanan formasi, maka akan terjadi lost circulation.
Sedangkan apabila tekanan hidrostatik lebih kecil dari tekanan formasi, maka akan
terjadi “kick” (masuknya fluida formasi ke dalam lubang bor).
3. Pada umumnya bahan dasar lumpur, antara lain :
a) Air : Merupakan bahan dasar.
b) Bentonite : Bahan dasar lumpur yang berasal dari clay.
c) Barite : Bahan pemberat.
4. Densitas lumpur harus disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan dibor agar
dapat melakukan fungsinya secara optimal.
5. Densitas lumpur yang terlalu besar akan menyebabkan lumpur pemboran hilang ke
formasi (lost circulation), dan apabila terlalu kecil akan menyebabkan masuknya
fluida formasi ke lubang bor (kick).
6. Penambahan additive dapat menambah/ mengurangi densitas lumpur. Penambahan
Barite dapat menaikkan densitas, sedangkan penambahan air menurunkan densitas
lumpur.
7. Semakin tinggi prosentase sand content, semakin besar pula akumulasi pasir yang
terdapat dalam lumpur tersebut.
STT MIGAS BALIKPAPAN 37
Jawaban Soal Modul
1. Diketahui hasil percobaan sebagai berikut:
Komposisi LumpurDensitas
(ppg)Sand content (%)
Lumpur dasar 8,65 0,5
LD+2 gr Barite 8,70 0,5
LD+5 gr Barite 8,75 0,5
LD+10 gr CaCO3 8,75 0,75
LD+15 gr Barite 8,80 0,75
Dilihat dari hasil percobaan diatas, Barite dan CaCO3 mempunyai fungsi yang sama,
yaitu sebagai additive (material pemberat) yang digunakan untuk meningkatkan
densitas lumpur. CaCO3 biasanya digunakan pada lumpur dasar minyak (oil base
mud), sedangkan Barite untuk water base mud.
2. Jika saya bekerja sebagai mud engineer pada suatu operasi pemboran, maka material
yang akan saya pilih adalah barite, karena kandungan pasirnya kecil, inert solid, dan
ekonomis untuk meningkatkan densitas lumpur.
3. Diketahui : = 8,33 ppg
SG Bentonite = 2,6
Ditanya : SG Barite = ?
Solusi : = air x SG Bentonite
= 8,33 x 2,6 = 21,658 ppg
=
0,5 =
4,165 x SGBarite = 13,328 + 4,165
SGBarite = 4,2
4. Ya, termasuk API Barite
STT MIGAS BALIKPAPAN 38
Sebab, API Barite, SG = 4,2 (min)
5. Pengukuran kadar pasir dilakukan karena kandungan pasir membawa pengaruh pada
operasi pemboran. Serpih-serpih pemboran yang biasanya berupa pasir akan dapat
mempengaruhi karakteristik Lumpur yang disirkulasikan, Dalam hal ini akan
menambah densitas Lumpur yang telah mengalami sirkulasi. Jika densitas lumpur
bertambah, maka beban sirkulasi lumpur akan bertambah juga.
Cara untuk mengatasi masalah dalam operasi pemboran dengan membersihkan
lumpur yang telah disirkulasikan dengan conditioning equipment yang terdiri dari
shale shaker, degasser, desander, dan desilter.
6. Hematite mempunyai harga SG antara 4,9–5,3 sedangkan Ilminite dari 4,5–5,11
dengan kekerasan masing-masing 2 kali lebih besar dari Barite. Kelebihan kedua
additive tersebut yaitu akan cenderung meningkatkan filtrat loss dan mud cake, selain
itu dengan SG yang lebih besar dibanding Barite, maka additive ini dapat menaikkan
densitas lebih besar. Kekurangan kedua additive tersebut yaitu komplain pengotoran/
perubahan warna yang serius pada kulit dan pakaian yang disebabkan penurunan
dalam penggunaan Hematite sebagai material pemberat.
7. Galena mempunyai SG sekitar 7,5 dan dapat digunakan untuk membuat Lumpur
dengan densitas yang lebih dari 19 ppg. Material ini jarang digunakan sebagai density
control additive dan hanya digunakan untuk masalah pemboran khusus karena SG
Galena tinggi sehingga meningkatkan densitas mencapai >19 ppg. Apabila Galena
digunakan pada kondisi standard, maka akan mengakibatkan terjadinya Loss
Circulation. Oleh karena itu, Galena hanya digunakan dalam situasi darurat misalnya
saat terjadi kick, dimana untuk mengatasinya perlu menaikkan densitas Lumpur.
Dalam hal ini Galena digunakan sebagai material pemberat.
8. Diketahui : Vml = 200 bbl
dml = 11 ppg
dmb = 11,5 ppg
1 ppg = 0,12 gr/cc
STT MIGAS BALIKPAPAN 39
dbarite = 4,2 gr/cc
= 4,2 gr/cc x 1 ppg/0,12 gr/cc
= 35 ppg.
Ditanya : Ws (jumlah Barite) dlm lb = ?
Solusi :
BAB III
PENGUKURAN VISKOSITAS DAN GEL STRENGTH
3.1. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan viskositas relatif lumpur pemboran dengan menggunakan Marsh Funnel.
STT MIGAS BALIKPAPAN 40
2. Menentukan viskositas nyata (apparent viscosity), plastic viscosity, yield point, dan
gel strength lumpur pemboran dengan menggunakan Fann VG Meter.
3. Memahami rheology lumpur pemboran.
4. Memahami efek penambahan thinner dan thickener pada lumpur pemboran.
3.2. DASAR TEORI
Viskositas dan gel strength merupakan bagian yang pokok dalam sifat rheology
fluida pemboran. Pengukuran sifat-sifat rheology fluida pemboran sangat penting
mengingat efektifitas pengangkatan cutting merupakan fungsi langsung dari viskositas.
Sifat gel pada lumpur juga penting pada waktu round trip yaitu saat operasi pemboran
dihentikan sementara untuk mengganti bit misalnya. Gel strength menunjukkan
kemampuan fluida untuk menahan cutting dalam waktu tertentu agar tidak mengendap.
Viskositas dan gel strength merupakan sebagian dari indikator baik tidaknya suatu
lumpur.
Rheology dari lumpur pemboran ini mengikuti model rheology Bingham Plastic,
untuk fluida non-newtonian ini merupakan model yang paling sederhana. Fluida non-
newtonian adalah fluida yang mempunyai viskositas yang tidak konstan, bergantung
besarnya shear rate yang terjadi. Fluida non-newtonian memperlihatkan yield stress suatu
jumlah tertentu dari tahanan dalam yang dibutuhkan agar fluida mengalir seluruhnya.
Viskositas yang diukur dengan marsh funnel adalah waktu dalam detik yang
dibutuhkan oleh 0,9463 liter fluida untuk mengalir keluar dari corong marsh funnel.
Untuk fluida non-newtonian data yang didapat dari marsh funnel tidak dapat memberikan
gambaran lengkap dari rheology suatu fluida, maka biasa digunakan untuk
membandingkan fluida yang baru dengan kondisi sekarang.
Viskositas plastik (plastic viscosity) sering kali digambarkan sebagai bagian dari
resistensi untuk mengalir yang disebabkan oleh friksi mekanik. Yield point adalah bagian
resistensi untuk mengalir yang merupakan akibat dari gaya tarik-menarik antar partikel,
STT MIGAS BALIKPAPAN 41
gaya ini disebabkan oleh muatan-muatan pada permukaan partikel terdispersi dalam fasa
fluida.
Gel strength dan yield point adalah gaya tarik-menarik dalam suatu sistem lumpur
jika gel strength adalah gaya tarik-menarik yang statik, maka yield point merupakan gaya
tarik-menarik pada suatu keadan dinamik.
3.2.1. Penentuan Harga Shear Stress Dan Shear Rate
Harga shear stress dan shear rate yang masing-masing dinyatakan dalam bentuk
penyimpangan skala penunjuk (dial reading) dan RPM motor, harus diubah menjadi
harga shear stress dan shear rate dalam satuan dyne/cm2 dan detik1 agar diperoleh harga
viskositas dalam satuan cp (centipoise). Adapun persamaan tersebut sebagai berikut :