0 PERLUKAH OTONOMI KHUSUS BAGI KALIMANTAN TIMUR? ANALISA DARI SUDUT PANDANG PENDAPATAN DAERAH DAN KONDISI EKONOMI DAERAH Oleh : Laura C. Rawung A. PENDAHULUAN Sistem pemerintahan daerah di Indonesia adalah sistem desentralisasi. Di antara desentralisasi yang diberlakukan di Indonesia, terdapat desentralisasi khusus atau asimetri yang diberikan kepada daerah-daerah tertentu yang memiliki kekhusususan atau keistimewaan tertentu. Desentralisasi asimetri tersebut lebih dikenal dengan nama Otonomi Khusus. Daerah yang memiliki otonomi khusus di Indonesia adalah DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nanggroe Aceh Darussalam, Papua dan Papua Barat. DKI Jakarta diberikan otonomi khusus karena sebagai ibukota negara, DI Yogyakarta karena memiliki keistimewaan sebagai kota budaya dan kesultanan, Nanggroe Aceh Darussalam sebagai daerah yang menjalankan syariat Islam, serta Papua dan Papua Barat yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang besar dan masih merupakan daerah tertinggal. Dengan status otonomi khusus ini, maka dari sisi keuangan, setiap daerah berhak memperoleh tambahan dana transfer dari pusat, dibandingkan daerah-daerah lain yang tidak memperoleh status otonomi khusus. Keberadaan otonomi khusus bagi daerah tertentu ini menjadi pro dan kontra di masyarakat. Beberapa daerah lain di Indonesia juga kemudian menuntut pemberian status otonomi khusus, karena seperti sudah dijelaskan di atas, dengan status otonomi khusus maka daerah berhak mendapatkan tambahan dana transfer
19
Embed
Analisa Kebutuhan Otonomi Khusus bagi Kalimantan Timur
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
0
PERLUKAH OTONOMI KHUSUS BAGI KALIMANTAN TIMUR?
ANALISA DARI SUDUT PANDANG PENDAPATAN DAERAH DAN
KONDISI EKONOMI DAERAH
Oleh : Laura C. Rawung
A. PENDAHULUAN
Sistem pemerintahan daerah di Indonesia adalah sistem desentralisasi. Di
antara desentralisasi yang diberlakukan di Indonesia, terdapat desentralisasi khusus
atau asimetri yang diberikan kepada daerah-daerah tertentu yang memiliki
kekhusususan atau keistimewaan tertentu. Desentralisasi asimetri tersebut lebih
dikenal dengan nama Otonomi Khusus. Daerah yang memiliki otonomi khusus di
Indonesia adalah DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nanggroe Aceh
Darussalam, Papua dan Papua Barat. DKI Jakarta diberikan otonomi khusus karena
sebagai ibukota negara, DI Yogyakarta karena memiliki keistimewaan sebagai kota
budaya dan kesultanan, Nanggroe Aceh Darussalam sebagai daerah yang
menjalankan syariat Islam, serta Papua dan Papua Barat yang memiliki kekayaan
sumber daya alam yang besar dan masih merupakan daerah tertinggal. Dengan
status otonomi khusus ini, maka dari sisi keuangan, setiap daerah berhak
memperoleh tambahan dana transfer dari pusat, dibandingkan daerah-daerah lain
yang tidak memperoleh status otonomi khusus.
Keberadaan otonomi khusus bagi daerah tertentu ini menjadi pro dan kontra
di masyarakat. Beberapa daerah lain di Indonesia juga kemudian menuntut
pemberian status otonomi khusus, karena seperti sudah dijelaskan di atas, dengan
status otonomi khusus maka daerah berhak mendapatkan tambahan dana transfer
1
dari pusat. Salah satu daerah yang cukup gencar menuntut diberikannya status
otonomi khusus adalah Provinsi Kalimantan Timur. Provinsi ini beralasan bahwa
kontribusi sumber daya alam khususnya pertambangan minyak dan gas bumi yang
dihasilkan dari daerah ini cukup besar yang diserahkan kepada pemerintah pusat,
sehingga sudah selayaknya pemerintah pusat mengembalikan dana tersebut ke
Kalimantan Timur, artinya mengalokasikan dana transfer (dana bagi hasil) yang lebih
besar dibandingkan dengan daerah lain. Namun apakah benar bahwa Provinsi
Kalimantan Timur benar-benar membutuhkan dana transfer yang lebih besar lagi
untuk pembangunan daerahnya, ataukah hanya merupakan sifat ego saja karena
merasa telah berkontribusi lebih besar bagi Indonesia?. Berikut ini disampaikan
beberapa penjelasan dilihat dari sudut pandang APBD dan kondisi ekonomi di
Kalimantan Timur dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
B. PEMBAHASAN
Undang-undang Dasar 1945 khususnya pada pasal 18 menyebutkan bahwa
sistem pemerintahan daerah di Indonesia adalah sistem desentralisasi. Kekuasaan
pemerintahan dipegang oleh Presiden Republik Indonesia yang diuraikan dalam
berbagai urusan pemerintahan. Menurut Undang-undang No. 23 tahun 2014,
penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan berdasarkan asas
Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan.
Desentralisasi adalah penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah
Pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi.
2
Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau
kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung jawab urusan
pemerintahan umum.
Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah
otonom untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada
Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah provinsi.
Sistem desentralisasi memberikan otonomi kepada daerah-daerah, dimana
tiap daerah (yaitu provinsi, kabupaten dan kota) mempunyai pemerintahan daerah
sendiri. Setiap pemerintahan daerah berhak mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemerintahan daerah
dapat menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. Pelaksanaan otonomi
daerah memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan
bertanggung jawab dalam menggali, mengatur, dan memanfaatkan potensi yang
ada pada tiap daerah.
Dengan sistem desentralisasi ini setiap daerah berhak untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan
pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3
Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan
keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan (UUD 1945 pasal 4).
Selanjutnya dalam Undang-undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
kekuasaan pengelolaan keuangan negara oleh Presiden tersebut sebagian
diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah
untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Hal ini sejalan dengan konsep
sistem desentralisasi yang dianut oleh Indonesia, khususnya desentralisasi fiskal.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005, Keuangan Daerah adalah
semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Ruang
lingkup keuangan daerah meliputi:
1. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta
melakukan pinjaman
2. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan
membayar tagihan pihak ketiga
3. Penerimaan daerah
4. Pengeluaran daerah
5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah
6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.
4
Desentralisasi menurut bentuknya terbagi 2 (dua) yaitu desentralisasi simetri
dan desentralisasi asimetri. Desentralisasi simetris adalah desentralisasi yang setara
di setiap Provinsi, Kabupaten dan Kota. Sedangkan desentralisasi asimetri diberikan
bagi daerah-daerah tertentu yang memiliki kekhususan atau keistimewaan tertentu.
Desentralisasi asimetri berarti suatu langkah akomodasi adanya perbedaan-
perbedaan yang ada dalam suatu entitas pemerintahan dengan memformalkan
perbedaan tersebut dalam penanganan tertentu. Desentralisasi asimetri di Indonesia
lebih umum dikenal dengan nama Otonomi Khusus.
Otonomi khusus menyebabkan terjadinya desentralisasi fiskal asimetri yang
memberikan daerah-daerah tersebut tambahan dana transfer dari pusat ke daerah.
Dana transfer dari pusat ke daerah menjadi salah satu pendapatan daerah dalam
sturktur APBD. Dana transfer tersebut dapat berupa dana perimbangan dan juga
dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (termasuk dalam Lain-lain Pendapatan
yang Sah). Berikut ini adalah sumber-sumber pendapatan daerah yang ada dalam
struktur APBD : - Pendapatan Asli Daerah
- Dana Perimbangan
- Lain-lain Pendapatan yang Sah
Secara keseluruhan, alokasi anggaran APBN untuk transfer ke daerah yang
terdiri atas Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian, sesuai
yang tercantum dalam Nota Keuangan dan APBN TA. 2014, diarahkan untuk:
1. Meningkatkan kapasitas fiskal daerah serta mengurangi kesenjangan fiskal
antara pusat dan daerah, serta antar daerah
2. Meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan ketepatan waktu
pengalokasian dan penyaluran anggaran transfer ke daerah
5
3. Meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi
kesenjangan pelayanan publik antardaerah
4. Mendukung kesinambungan fiskal nasional
5. Meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan
pembangunan daerah
6. Meningkatkan perhatian terhadap pembangunan di daerah tertinggal, terluar,
dan terdepan
7. Meningkatkan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap jenis dana
transfer tertentu guna meningkatkan kualitas belanja daerah.
Adapun kebutuhan otonomi khusus bagi Kalimantan Timur dapat dianalisa
dari faktor-faktor berikut ini:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD Provinsi Kalimantan Timur dibandingkan
provinsi lainnya
PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk
mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi Daerah sebagai
perwujudan Desentralisasi. PAD terdiri atas:
- Pajak Daerah
- Retribusi Daerah
- Hasil pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
- Lain-lain PAD yang sah
PAD merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari kegiatan
ekonomi daerah itu sendiri. PAD merupakan gambaran kemandirian suatu
daerah termasuk juga potensi dan aktivitas usaha yang ada di daerah.
Pendapatan asli daerah menunjukkan tingkat kemandirian daerah dalam
6
memperoleh pendapatan sendiri. Berikut ini grafik perbandingan PAD Provinsi,
Kabupaten/Kota pada seluruh Provinsi di Indonesia.
Grafik 1. Pendapatan Asli Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota TA. 2014
Pada grafik 1 di atas dapat terlihat bahwa Pendapatan Asli Daerah Provinsi
dan Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur TA. 2014 sebesar Rp7.236,49 Miliar
masih berada di atas rata-rata nasional sebesar Rp 5.313,03 Miliar, dimana
pendapatan asli daerah Kalimantan Timur juga berada pada urutan nomor 7
(tujuh) nasional. Hal ini berarti PAD di Provinsi Kalimantan Timur masih cukup
besar dibanding sebagian besar daerah-daerah lain di Indonesia.
Grafik 2. Rasio PAD terhadap Jumlah Pendapatan Daerah TA. 2014
Sumber : kemendagri.go.id
7
Jika dilihat dari rasio PAD terhadap jumlah pendapatan daerah pada grafik 2 di
atas, maka provinsi Kalimantan Timur memiliki rasio PAD sebesar 20,95 %
pada TA. 2014. Rasio ini juga berada di atas rata-rata nasional sebesar
17,30 %, dimana Kalimantan Timur berada pada urutan ke 10. Artinya dari
seluruh pendapatan daerah yang diterima di Provinsi Kalimantan Timur 20,95%
di antaranya adalah penerimaan dari daerah sendiri yang berasal dari pajak,
retribusi daerah dan PAD lain-lain.
2. Dana Perimbangan Provinsi Kalimantan Timur dibandingkan provinsi
lainnya
Dana Perimbangan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara
Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan antar-Pemerintahan Daerah. Dana
Perimbangan terdiri atas: Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana
Alokasi Khusus. Tuntutan Provinsi Kalimantan Timur untuk otonomi khusus
yakni peningkatan Dana Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak dan Gas Bumi.
Grafik 3. Dana Perimbangan Provinsi, Kabupaten/Kota TA. 2014
8
Grafik 4. Rasio Dana Perimbangan terhadap Pendapatan
Provinsi, Kabupaten/Kota TA. 2014
Pada grafik 3 di atas dapat terlihat bahwa Dana Perimbangan dari Pusat ke
Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur TA. 2014 sebesar
Rp21.998,23 Miliar masih berada di atas rata-rata nasional sebesar
Rp14.168,57 Miliar. Perhitungan rasio Dana Perimbangan pada Provinsi
Kalimantan Timur seperti terlihat pada grafik 4 di atas adalah 63,69 % dari total
pendapatan daerah provinsi dan kabupaten/kota di Kalimantan Timur. Rasio ini
dapat dikatakan cukup kecil dibandingkan rata-rata nasional sebesar 67,31%,
dimana daerah yang memiliki rasio dana perimbangan paling besar adalah
Maluku Utara sebesar 84,30%. Rasio dana perimbangan yang semakin kecil
berarti menunjukkan pendapatan dari PAD yang semakin besar dan semakin
berkurangnya ketergantungan daerah terhadap dana pusat.
Sumber : kemendagri.go.id
9
3. Lain-lain Pendapatan yang Sah Provinsi Kalimantan Timur dibandingkan
provinsi lainnya
Lain-lain Pendapatan bertujuan memberi peluang kepada Daerah untuk
memperoleh pendapatan selain PAD, Dana Perimbangan dan Pinjaman
Daerah. Lain-lain Pendapatan yang sah terdiri atas:
- Pendapatan Hibah
- Pendapatan Dana Darurat
- Pendapatan Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan
Pemerintah Daerah Lainnya
- Pendapatan Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
- Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Pemerintah Daerah
Lainnya.
Transfer dana otonomi khusus termasuk dalam Lain-lain Pendapatan yang
Sah, khususnya pada rekening Pendapatan Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus. Berikut ini alokasi dana otonomi khusus pada APBN TA. 2014:
No Provinsi Dana Otonomi Khusus
1 Provinsi Papua Rp 6,8 triliun
2 Provinsi Papua Barat Rp 2,5 triliun
3 Provinsi Aceh Rp 6,8 triliun
4 DI Yogyakarta Rp 523,9 miliar
Sumber : Nota Keuangan dan APBN TA. 2014
10
Grafik 5. Lain-lain Pendapatan yang Sah
Provinsi, Kabupaten/Kota TA. 2014
Pada grafik 5 di atas dapat terlihat bahwa Lain-lain Pendapatan Daerah
Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur TA. 2014 sebesar
Rp5.306,40 Miliar masih berada di atas rata-rata nasional sebesar Rp 3.955,62
Miliar. Walaupun Kalimantan Timur tidak memperoleh dana otonomi khusus
seperti Papua, Papua Barat, Aceh dan DI Yogyakarta, namun Lain-lain
Pendapatan yang Sah di Kalimantan Timur masih tergolong cukup besar.
4. Total Pendapatan Provinsi Kalimantan Timur dibandingkan provinsi
lainnya
Berikut ini disajikan grafik keseluruhan total Pendapatan Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota pada seluruh provinsi di Indonesia.
11
Grafik 6. Pendapatan Provinsi, Kabupaten/Kota TA. 2014
Pada grafik 6 di atas dapat terlihat bahwa keseluruhan Pendapatan Daerah
Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur TA. 2014 sebesar
Rp34.541,13 Miliar masih berada di atas rata-rata nasional yang hanya
sebesar Rp 23.437,20 Miliar, dimana pendapatan Kalimantan Timur berada
pada urutan nomor 7 nasional. Bahkan pendapatan daerah Kalimantan Timur
tersebut masih berada di atas beberapa daerah yang mendapatkan tambahan
transfer dana perimbangan dari pusat karena otonomi khusus, yaitu provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam (Rp31.299,30 Milyar) dan DI Yogyakarta
(Rp10.194,41 Milyar).
Dari analisa perbandingan data-data pendapatan daerah di atas, baik dari
aspek pendapatan asli daerah, dana perimbangan, lain-lain pendapatan yang sah,
maupun total pendapatan secara keseluruhan di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa Provinsi Kalimantan Timur masih memiliki pendapatan daerah yang cukup
besar dibandingkan provinsi-provinsi lain di Indonesia. Tingkat kemandirian Provinsi
Kalimantan Timur juga dapat dikatakan cukup lebih mandiri dibandingkan daerah –
12
daerah lain, terbukti dengan rasio PAD terhadap Pendapatan yang cukup besar, dan
rasio Dana Perimbangan terhadap Pendapatan yang cukup kecil dibandingkan
provinsi lain.
Selain dari aspek Pendapatan pada APBD, dapat juga dianalisa kebutuhan
otonomi khusus di Kalimantan Timur dilihat dari perbandingan kondisi ekonomi di
antara provinsi-provinsi di Indonesia.
5. PDRB Provinsi Kalimantan Timur dibandingkan provinsi lainnya
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan produksi yang dihasilkan
oleh suatu masyarakat dalam kurun waktu tertentu yang berada di daerah atau
regional tertentu. PDRB sebagai salah satu indikator ekonomi memuat
berbagai instrument ekonomi yang didalamnya terlihat dengan jelas keadaan
makro ekonomi suatu daerah dengan pertumbuhan ekonominya, pendapatan
per kapita dan berbagai instrumen lainnya. Grafik 7 berikut ini menggambarkan
PDRB pada masing-masing provinsi di Indonesia.
Grafik 7.
Sumber : bps.go.id
13
Pada grafik di atas dapat terlihat bahwa rata-rata PDRB atas dasar harga
konstan Kalimantan Timur tahun 2013 sebesar Rp 121.990,49 Miliar, masih
berada pada urutan ke-6 terbesar secara nasional. Hal ini berarti produksi
barang dan jasa yang dihasilkan di Kalimantan Timur masih tergolong lebih
besar dibandingkan daerah lain.
6. PRDB per kapita Provinsi Kalimantan Timur dibandingkan provinsi lainnya
PDRB per kapita menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per masing-masing
penduduk. PDRB per kapita merupakan salah satu indicator yang digunakan
untuk menggambarkan tingkat kemakmuran rata-rata masyarakat secara
makro. PDRB per kapita atas dasar harga konstan menggambarkan
pendapatan riil penduduk pada suatu daerah tertentu. PDRB per kapita
merupakan pembagian antara PDRB dengan jumlah penduduk yang ada pada
daerah tersebut.
Grafik 8.
Pada grafik 8 di atas dapat terlihat bahwa rata-rata PDRB per kapita atas dasar
harga konstan Kalimantan Timur tahun 2013 sebesar Rp 22.698,16 Miliar,
Sumber : bps.go.id
14
masih berada pada urutan ke-3 terbesar secara nasional. Hal ini berarti rata-
rata pendapatan riil penduduk di Kalimantan Timur masih tergolong lebih besar
dibandingkan pendapatan di daerah lain.
7. Upah Minimum Propinsi pada Provinsi Kalimantan Timur dibandingkan
provinsi lainnya
Grafik 9.
Pada grafik 9 di atas dapat terlihat bahwa upah minimum propinsi tahun 2014
sebesar Rp1.886.300,-, berada pada urutan ke-4 tertinggi secara nasional
setelah DKI Jakarta, Papua dan Sulawesi Utara.
8. Persentase Kemiskinan pada Provinsi Kalimantan Timur dibandingkan
provinsi lainnya
Pada grafik 10 dapat terlihat bahwa persentase penduduk miskin per
September 2014 di Kalimantan Timur sebesar 6,38%, tergolong cukup
rendah jika dibandingkan dengan provinsi Papua dan Papua Barat yang
lebih dari 25 % penduduknya masih tergolong penduduk miskin.
Sumber : bps.go.id
15
Grafik 10.
9. Investasi luar negeri dan dalam negeri pada Provinsi Kalimantan Timur
dibandingkan provinsi lainnya
Grafik 11.
Sumber : bps.go.id
Sumber : bps.go.id
16
Grafik 12.
Pada grafik 11 dan 12 di atas dapat terlihat bahwa investasi dalam negeri dan
luar negeri tahun 2013 di Kalimantan Timur masih tergolong cukup besar
dibandingkan daerah lainnya. Investasi dalam negeri dan luar negeri ini dapat
membantu dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur
sehingga tidak semata-mata hanya menggantungkan dari dana pemerintah saja.
Dari analisa perbandingan kondisi ekonomi, yaitu dari perbandingan Produk