Analisa Karbohidrat (Glukosa) Metode Luff Schoorl Diposkan oleh
indah purnama di 23.38
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangKarbohidrat secara sederhana dapat diartikan
suatu senyawa yang terdiri dari molekul-molekul karbon (C),
hidrogen (H) dan oksigen (O) atau karbon dan hidrat (H2O) sehingga
dinamakan karbo-hidrat. Dalam tumbuhan senyawa ini dibentuk melaui
proses fotosintesis antara air (H2O) dengan karbondioksida (CO2)
dengan bantuan sinra matahari (UV) menghasilkan senyawa sakarida
dengan rumus (CH2O)n. Ada banyak fungsi dari karbohidrat dalam
penerapannya di industri pangan, farmasi maupun dalam kehidupan
manusia sehari-hari. Diantara fungsi dan kegunaan itu ialah sebagai
sumber kalori atau energi, sebagai bahan pemanis dan pengawet,
sebagai bahan pengisi dan pembentuk, sebagai bahan penstabil,
sebagai sumber flavor (karamel), dan sebagai sumber serat bagi
makhluk hidup.Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi tubuh
manusia. Manusia memenuhi kebutuhan karbohidrat setiap harinya dari
makanan pokok yang dikonsumsi, seperti dari beras, jagung, sagu,
ubi, dan lain sebagainya. Akan tetapi bukan berarti karbohidrat
hanya terdapat pada golongan bahan makanan yang telah disebutkan di
atas, pada golongan buah dan beberapa jenis sayur dan kacang-
kacangan juga terdapat kandungan karbohidrat meskipun kandungannya
tidak sebanyak golongan serealia dan umbi (Apriyanto,
1999).Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu
karbohidrat sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula
menjadi tiga macam, yaitu monosakarida, disakarida, dan
polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi
sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer. Untuk dapat
mengetahui kandungan karbohidrat dalam suatu bahan makanan dapat
dilakukan berbagai macam uji kuantitatif. Pada praktikum kali ini
metode analisa kuantitatif karbohidrat yang dilakukan adalah metode
Luff Schoorl.Karbohidrat secara sederhana dapat diartikan suatu
senyawa yang terdiri dari molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H)
dan oksigen (O) atau karbon dan hidrat (H2O) sehingga dinamakan
karbo-hidrat. Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu
karbohidrat sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula
menjadi tiga macam, yaitu monosakarida, disakarida, dan
polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi
sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer. Karbohidrat
yang terasuk ke dalam kelompok yang dapat dicerna adalah glukosa,
fruktosa, laktosa, maltosa dan pati. Pati atau amilum adalah
karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk
putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai
produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga
menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting
(Hartati,2002).
1.2 Rumusan MasalahBagaimana metode penganalisaan kandungan
glukosa dari suatu bahan ?1.3 Tujuan PercobaanDari percobaan ini
diharapkan mahasiswa mampu meganalisa kandungan glukosa dari suatu
bahan menggunakan metode luff schoorl.1.4 Manfaat PercobaanDapat
membantu para ahli gizi makanan untu menganalisa kadar karbohidrat
dengan metode kuantitatif Luff Schoorl dengan cara menghitung kadar
gula pereduksi dalam suatu bahan makanan.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk
mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton
bebas. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau bersifat reduktor
adalah logam-logam oksidator seperti Cu (II). Contoh gula yang
termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa,
maltosa, dan lain-lain. monosakarida yang mempunyai kemampuan untuk
mereduksi suatu senyawa. Sifat pereduksi dari suatu gula ditentukan
oleh ada tidaknya gugus hidroksil bebas yang reaktif. Prinsip
analisanya berdasarkan pada monosakarida yang memiliki kemampuan
untuk mereduksi suatu senyawa. Adanya polimerisasi monosakarida
mempengaruhi sifat mereduksinya.Pada praktikum kali ini dilakukan
penetapan karboohidrat melalui penetapan kadar gula reduksi dengan
metode Penentuan gula reduksi dengan metode Luff-Schoorl ditentukan
bukan kuprooksidanya yang mengendap tetapi dengan menentukan
kuprooksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi
sesudah reaksi dengan sample gula reduksi yang dititrasi dengan
Na-Thiosulfat. Selisihnya merupaka kadar gula reduksi. Reaksi yang
terjadi selama penentuan karbohidrat dengan cara Luff-Schoorl
adalah mula-mula kuprooksida yang ada dalam reagen akan membebaskan
Iod dari garam KI. Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi
menggunakan Na-Thiosulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi sudah
cukup maka diperlukan indicator amilum. Apabila larutan berubah
warna dari biru menjadi putih berarti titrasi sudah selesai.
Selisih banyaknya titrasi blanko dan sample dan setelah disesuaikan
dengan tabel yang menggambarkan hubungan banyaknya Na-Thiosulfat
dengan banyaknya gula reduksi (Khopkar, 1999).Karbohidrat dapat
digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat sederhana dengan
karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam, yaitu
monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu
karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan
oligosakarida, polimer. Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam
larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan
KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut
dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode
analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan
menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar.
Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2)
bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal
H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam
penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut
tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan
banyaknya oksidator (Rivai, 2005).Metode Luff Schoorl ini baik
digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang.
Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl
merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan
tingkat kesalahan sebesar 10%. Pada metode Luff Schoorl terdapat
dua cara pengukuran yaitu dengan penentuan Cu tereduksi dengan I2
dan menggunakan prosedur Lae-Eynon.Inversi sukrosa menghasilkan
gula invert atau gula reduksi (glukosa dan fruktosa). Gula invert
akan mengkatalisis proses inversi sehingga kehilangan gula akan
berjalan dengan cepat. Menurut Parker (1987) dkk. Dalam kuswurj
(2008) laju inersi sukrosa akan semakin besar pada kondisi pH
rendah dan temperatur tinggi dan berkurang pada pH tinggi (pH 7)
dan temperatur rendah. Laju inversi yang paling cepat adalah pada
kondisi pH asam (pH 5).Penentuan kadar glukosa dilakukan dengan
cara menganalisis sampel melalui pendekatan proksimat. Terdapat
beberapa jenis metode yang dapat dilakukan untuk menentukan kadar
gula dalam suatu sampel. Salah satu metode yang paling mudah
pelaksanaannya dan tidak memerlukan biaya mahal adalah metode Luff
Schoorl. Metode Luff Schoorl merupakan metode yang digunakan untuk
menentukan kandungan gula dalam sampel.Metode ini didasarkan pada
pengurangan ion tembaga (II) di media alkaline oleh gula dan
kemudian kembali menjadi sisa tembaga. Ion tembaga (II) yang
diperoleh dari tembaga (II) sulfat dengan sodium karbonat di sisa
alkaline pH 9,3-9,4 dapat ditetapkan dengan metode ini. Pembentukan
(II)-hidroksin dalam alkaline dimaksudkan untuk menghindari asam
sitrun dengan penambahan kompleksierungsmittel. Hasilnya, ion
tembaga (II) akan larut menjadi tembaga (I) iodide berkurang dan
juga oksidasi iod menjadi yodium. Hasil akhirnya didapatkan yodium
dari hasil titrasi dengan sodium hidroksida (Rivai, 2005).
Gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa
dapat ditunjukkan dengan pereaksi Fehling atau Benedict
menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). selain pereaksi Benedict
dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif dengan pereaksi
Tollens (Apriyanto et al 1989). Penentuan gula pereduksi selama ini
dilakukan dengan metode pengukuran konvensional seperti metode
osmometri, polarimetri, dan refraktrometri maupun berdasarkan
reaksi gugus fungsional dari senyawa sakarida tersebut (seperti
metode Luff-Schoorl, Seliwanoff, Nelson-Somogyi dan lain-lain).
Hasil analisisnya adalah kadar gula pereduksi total dan tidak dapat
menentukan gula pereduksi secara individual. Untuk menganalisis
kadar masing-masing dari gula pereduksi penyusun madu dapat
dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (KCTK). Metode ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain
dapat digunakan pada senyawa dengan bobot molekul besar dan dapat
dipakai untuk senyawa yang tidak tahan panas.Pengukuran karbohidrat
yang merupakan gula pereduksi dengan metode Luff Schoorl ini
didasarkan pada reaksi antara monosakarida dengan larutan cupper.
Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O.
Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga
dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan
Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah
Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk
dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah
proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila
terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang
bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih
akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2
yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Underwood,
1996).Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi
Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga
dilepaskan I2. I2yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan
Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah
Iodometri karena kita akan menganalisa I2yang bebas untuk dijadikan
dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses
titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan.Apabila terdapat
zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat
netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan
membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2yang
setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator. I2bebas ini
selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3sehinga
I2akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air.
Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator
amilum, maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen.Gugus
hidroksil yang relative pada glukosa terletak pada C-1 sedangkan
fruktosa pada C-2. Sakarosa tidak mempunyai gugus OH bebas yang
relative,karena keduanya saling terikat, sedangkan laktosa
mempunyai OH bebas atom C-1 pada gugus glukosanya, sehingga laktosa
bersifat pereduksi sedangkan sakarosa nonpereduksi. Inversi
sakarosa terjadi dalm suasana asam,gula inverse ini tidak dapat
berbentuk Kristal karena kelarutan fruktosa dan glukosa (Poedjiadi,
2007).BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat PenelitianPraktikum ini dilaksanakan pada
hari Selasa, tanggal 22 Oktober 2012 pada pukul 13.30-17.00 WIB,
yang bertempat di Laboratorium Biokimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan, Jurusan Kimia, Universitas Sriwijaya,
Inderalaya.
3.2 Alat dan BahanAlat yang digunakan dalam percobaan ini adalah
erlenmeyer, gelas ukur, pendingin tegak, buret, labu takar, corong
kaca, dan pipet ukur. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah sampel
yang mengandung karbohidrat, Pb asetat, Na2CO3 anhidrat, reagen
Luff Schoorl, KI 20%, H2SO4 26,5%, Na-thiosulfat 0,1 N, dan
indikator pati 1%3.3 Cara KerjaDilarutkan 2 gr susu ke dalam
aquades, dimasukkan ke dalam labu takar. 25 ml Reagen Luff Schoorl
dicampurkan dengan 25 ml aquades di Erlenmeyer 1. Kemudian
dididihkan, masukkan batu didih, lalu dinginkan. Pada Erlenmeyer 2,
25 ml larutan susu dicampurkan dengan Reagen Luff Schoorl, kemudian
dididihkan dan masukkan batu didih dan dinginkan. Blanko dan sampel
diteteskan dengan KI 20% masing-masing 15 ml dan 25 ml H2SO4
sedikit demi sedikit. Kemudian Blanko dan sampel dititrasi dengan
Na2S2O3 sebanyak 45,6 ml dan 30 ml masing-masing kedalam blanko dan
sampel, kemudian ditambah amilum 3 ml. Diamati perubahan
warnanya.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HasilDiketahui : Vsampel = 30 ml Vblanko = 45,6 ml N.
Na2S2O3 = 0,095 NDitanya: % Karbohidrat ?Dijawab: Sampel (b a)= = =
15 ml = glukosa = 2,8 Mg glukosa= (Vsampel glukosa) + 38,5= (30
2,8) + 38,5= 84 + 38,5 = 122,5 mg = 0,1225 gr % Karbohidrat== =
6,125 %
4.2 PembahasanLuff schrool merupakan salah satu metode yang
dapat digunakan dalam penentuan kadar karbohidrat secara kimiawi.
Sample yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah cracker beras
yang banyak beredar dipasaran. Praktikum kali ini dilakukan untuk
menetapkan kadar glukosa pada berbagai jenis cairan yang mengandung
gula dengan menggunakan metode luff schoorl. Jenis cairan yang
digunakan pada percobaan ini adalah larutan susu.Berbagai senyawa
yang termasuk kelompok karbohidrat dibagi dalam tiga golongan,
yaitu golongan monosakarida, golongan oligosakarida dan golongan
polisakarida. Monosakarida ialah karbohidrat yang sederhana, hanya
terdiri atas beberapa atom karbon saja, tidak dapat diuraikan
dengan cara hidrolisis. Monosakarida yang paling sederhana ialah
gliseraldehida dan dihidroksiaseton. Senyawa yang termasuk
oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa molekul
monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu macam
monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan yang
mengandung senyawa lain disebut heteropolisakarida. Polisakarida
umumnya berupa senyawa berwarna putih, tidak berbentuk kristal,
tidak mempunyai rasa manis dan tidak mempunyai sifat mereduksi.
Polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk larutan
koloid. Contoh polisakarida yang penting amilum, glikogen, dekstrin
dan selulosa.Dalam praktikum ini, analisis karbohidrat dilakukan
dalam 2 cara yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa
kualitatif dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sampel susu
mengandung karbohidrat atau tidak dengan menggunakan pereaksi yaitu
Reagen Luff Schoorl. Penentuan kadar karbohidrat secara kuantitatif
dilakukan melalui metode Luff-Schoorl dengan prinsip dasarnya
adalah hidrolisis karbohidrat dalam sampel susu menjadi
monosakarida yang dapat mereduksi Cumenjadi CuDalam pengujian
karbohidrat dengan metode luff schrool ini pH larutan harus
diperhatikan dengan baik, karena pH yang terlalu rendah (terlalu
asam) akan menyebabkan hasil titrasi menjadi lebih tinggi dari
sebenarnya, karena terjadi reaksi oksidasi ion iodide menjadi I2.
Sedangkan apabila pH terlalu tinggi (terlalu basa), maka hasil
titrasi akan menjadi lebih rendah daripada sebenarnya, karena pada
pH tinggi akan terjadi resiko kesalahan, yaitu terjadinya reaksi
I2yang terbentuk dengan air (hidrolisis).Setelah sampel dimasukan
dalam Erlenmeyer 25 mL, kemudian ditambahkan larutan luff schoorl
sebanyak 25 mL, dan 25 mL aquadest. Kemudian panaskan dengan
pendingin tegak. Larutan luff schoorl akan bereaksi dengan sampel
yang mengandung gula pereduksi.Campuran tersebut ditambahkan batu
didih untuk mencegah terjadinya letupan (bumping). Proses
pemanasan, diusahakan larutan mendidih dalam waktu 3 menit dan
biarkan mendidih selama 10 menit, hal ini dimaksudkan agar proses
reduksi berjalan sempurna, dan Cu dapat tereduksi dalam waktu
kurang lebih 10 menit. Agar tidak terjadi pengendapan seluruh
Cu3+yang tereduksi menjadi Cu+ sehingga tidak ada kelebihan
Cu2+yang dititrasi maka larutan harus mendidih atau diusahakan
mendidih dalam waktu 3 menit.Campuran tersebut kemudian didinginkan
dalam bak yang berisi es. Agar pendinginan berlangsung cepat, maka
pendinginan dengan es perlu dilakukan. Setelah campuran dingin
kemudian ditambahkan KI 20% sebanyak 15 mL dan H2SO425 ml
perlahan-lahan. Penambahan larutan-larutan ini akan menimbulkan
reaksi antara kuprioksida menjadi CuSO4dengan H2SO4, dan
CuSO4tersebut bereaksi dengan KI.Reaksi tersebut ditandai dengan
timbulnya buih dan warna larutan menjadi coklat. Larutan tersebut
kemudian dititrasi cepat dengan menggunakan larutan Natrium thio
sulfat (Na2S2O3) 0,095 N. titrasi cepat dilakukan untuk menghindari
penguapan KI. Indikator yang dipergunakan adalah amilum. Penambahan
indicator amilum dilakukan setelah campuran mendekati titik akhir,
hal ini dilakukan karena apabila dilakukan pada awal titrasi maka
amilum dapat membungkus iod dan mengakibatkan warna titik akhir
menjadi tidak terlihat tajam. Maka berdasarkan praktikum dan
perhitungan, kadar karbohidrat dalam sampel susu adalah 6,125%.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KesimpulanBerdasarkan praktikum yang kami lakukan, dapat
disimpulkan beberapa hal, yaitu :1. Dari berbagai perlakuan
terhadap sampel (larutan susu) yang kami analisa dalam uji analisa
kuantitaif Luff Schoorl, didapat data yang sesuai dengan teori. Hal
ini menandakan proses analisa yang kelompok kami lakukan tidak
menyimpang atau bertentangan dengan teori.2. Pada saat pemanasan,
digunakan batu didih untuk menjaga tekanan didalam Erlenmeyer.3.
Digunakan indikator pati agar warna larutan tidak terlalu pekat.4.
Penentuan kadar karbohidrat dengan metode luff schrool dilakukan
dengan menghidrolisis sample menjadi monosakarida yang dapat
mereduksi oksida pada luff yaitu Cu2+menjadi Cu+.5. Kandungan
glukosa pada 2 gr sampel susu sebanyak 6,125%.5.2 SaranDalam
menentukan penetapan kadar gula ini, sebaiknya praktikan lebih
cermat dalam melakukan langkah-langkah percobaan seperti
penimbangan sampel awal agar tidak terjadi kesalahan yang akan
berpengaruh pada perhitungan kadar gula sampel.DAFTAR PUSTAKA
Apriyanto, A. 1999. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan.
Bogor: Graha UtamaHartati.2002. Analisis Kadar Pati dan Serat.
Yogyakarta: Kanisius Swantara Khopkar, S. 1999. Konsep Dasar Kimia
Analitik. Jakarta: UI PressRivai, H. 2005. Asas Pemeriksaan Kimia.
Jakarta: Penerbit UIUnderwood. 1996. Analisa Kimia Kuantitatif.
Jakarta : ErlanggaPoedjiadi, Anna. 2007. Dasar Biokimia. Jakarta:
UI PressWinarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama
ANALISA KUANTITATIF KARBOHIDRAT METODE LUFFSCHOORL08 Jan 2012
Leave a Commentby foodandsnack in Uncategorized LAPORAN PRAKTIKUM,
Bertha JulistiMata Kuliah : Pengujian KhemisDosen : Teni Rodiani,
S.Si1. ACARAPraktikum pengujian kadar karbohidrat dengan metode
luff schrool.1. PRINSIPHidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida
yang dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ dan kelebihan Cu2+ dapat
dititrasi dengan metode iodometri (tidak langsung).1.
TUJUANMenentukan kadar karbohidrat dalam sample1. DASAR
TEORIKarbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hamper seluruh
penduduk di dunia, khususnya bagi penduduk Negara yang berkembang.
Pada tanaman, karbohidrat dibentuk dari reaksi CO2 dan H2O dengan
bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis dalam sel
tanaman yang berklorofil.Sinar MatahariCO2 + H2O (C6H12O6)n + O2
(Karbohidrat)Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati, baik
berupa gula sederhana, heksosa, pentosa, maupun karbohidrat dengan
berat molekul yang tinggi seperti pati, pectin, selulosa, dan
lignin. Karbohidrat yang terdapat dalam hasil ternak terutama
terdiri dari glikogen.Pada umumnya karbohidrat dapat dikelompokan
menjadi monosakarida, oligosakarida, serta polisakarida.1.
MonosakaridaMonosakarida mengandung satu gugus aldehida disebut
aldosa, sedangkan ketosa mempunyai satu gugus keton. Monosakarida
dengan enam atom C disebut heksosa, misalnya glukosa (dekstrosa
atau gula anggur).HC = O H2C OHHC OH C=OHO C H HO C HH C OH H C OHH
C OH H C OHCH2OH CH2OHD-Glukosa D-Frukrosa1.
OligosakaridaOligosakarida adalah polimer derajat polimerisasi 2
sampai 10 dan biasanya bersifat larut dalam air. Oligosakarida yang
terdiri dari 2 molekul disebut disakarida, dan bila terdiri dari 3
molekul disebut triosa. Bila sukrosa (sakarosa atau gula tebu).
Terdiri dari molekul glukosa dan fruktosa, laktosa terdiri dari
molekul glukosa dan galaktosa.1. PolisakaridaPolisakarida merupakan
polimer molekul-molekul monosakarida yang dapat berantai lurus atau
bercabang dan dapat dihidrolisis dengan enzim-enzim yang spesifik
kerjanya.Kerusakan pada karbohidrat :1. Pencoklatan
(Browning)Pencoklatan enzimatis terjadi pada buah-buahan yang
banyak mengandung substrat senyawa fenolik, reaksi pencoklatan non
enzimatis belum diketahui atau dimengerti penuh. Umumnya ada 3
macam reaksi pencoklatan non enzimatik yaitu : karamelisasi, reaksi
maillard dan pencoklatan akibat vitamin C.1. KaramelisasiBila gula
yang telah mencair tersebut dipanaskan terus hingga suhunya melalui
titik leburnya, misalnya pada suhu 170oC maka mulailah terjadi
karamelisasi sukrosa.1. Reaksi MaillardReaksi-reaksi antara
karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer,
disebut reaksi-reaksi maillard. Hasil reaksi tersebut menghasilkan
bahan berwarna coklat, yang sering dikendaki atau kadang-kadang
malah menjadi pertanda penurunan mutu.Banyak cara yang dilakukan
atau dapat dipergunakan untuk menentukan banyaknya karbohidrat
dalam suatu bahan yaitu antara lain dengan cara kimiawi, cara
fisik, cara enzimatik, atau biokimia dan cara kromatografi.1. ALAT
& BAHANAlatBahan
Erlenmeyer 500 mL Gelas ukur 250 mL Corong butchner Buret Statif
& Klem Hot plate Pendingin tegak Beaker glass Batu didih Pipet
volume Pipet ukur Pipet tetes Neraca analitik Spatula Corong gelas
Labu ukur Bulp / pipet filler Sample Cracker Beras Aquadest CH3COOH
3% Luff Schrool KI 20% Na2S2O3 0,1 N Amilum NaOH 30% H2SO4 25% HCl
3% Es batu
1. PROSEDUR 1. Sample ditimbang dengan seksama kurang lebih 5
gram kedalam Erlenmeyer 500 mL2. HCl 3% ditambahkan sebanyak 200 mL
dan didihkan selama 3 jam dengan pendingin tegak3. Larutan
didinginkan dan dinetralkan dengan larutan NaOH 30% (uji kualitatif
dengan kertas lakmus atau Phenolphthalein) dan ditambahkan sedikit
CH3COOH 3% agar suasana larutan agak sedikit asam.4. Pindahkan
isinya kedalam labu ukur 500 mL, dan aquadest ditambahkan sampai
tanda batas, kemudian saring.5. Filtrate dipipet sebanyak 10 mL
kedalam Erlenmeyer 500 mL dan ditambahkan larutan luff school
sebanyak 25 mL, kemudian ditambahkan air suling sebanyak 15 mL dan
beberapa batu didih.6. Campuran tersebut dipanaskan dengan nyala
yang tetap. Diusahakan agar larutan dapat mendidih dalam waktu 3
menit (menggunakan stopwatch) didihkan terus sampai 10 menit.7.
Dinginkan dengan es batu dalam bak8. Setelah dingin ditambahkan KI
20% sebanyak 15 mL dan H2SO4 25% sebanyak 25 mL perlahan-lahan9.
Titrasi secepatnya dengan larutan Na2S2O3 0,1 N (gunakan indicator
amilum 0,5%)10. Kerjakan blankoDATA PENGAMATAN1. 1. Standarisasi
larutan tiosulfat 0,1 NGram KIO3mL Na2S2O3N Na2S2O3
0,100626,70,1056
1. Penentuan kadar karbohidratSampleBerat (g)Na2S2O3 (mL)%
Kaarbohidrat
Cracker beras I5,01324,367,1680
Cracker beras II5,01323,869,8032
Blanko-18,2-
1. Perhitungan 1. Sample I = Blanko 18,2 mLSample 3,2 mLMg gula
= (0,4 x 2,8) + 35,7= 36,82 mg% karbohidrat == 69,8032%1. Sample II
= blanko 18,2 mLSample 4,2 mLMg gula = (0,9 x 2,7) + 33= 35,43 mg%
karbohidrat == 67,1680%1. PEMBAHASANLuff schrool merupakan salah
satu metode yang dapat digunakan dalam penentuan kadar karbohidrat
secara kimiawi. Sample yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah
cracker beras yang banyak beredar dipasaran.Sample yang dipakai
pertama-tama dihaluskan dengan menggunakan blender, sebelum
ditimbang sample dihomogenkan. Sample ditimbang sebanyak 5,0132
g.Sample yang ditimbang dalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan HCl
3% sebanyak 200 mL, penambahan HCl dimaksudkan untuk menghidrolisis
karbohidrat, polimer karbohidrat sulit untuk bereaksi sehingga
dengan penambahan asam, polimer akan terpecah menjadi
monomer-monomer yang akan lebih mudah untuk bereaksi dengan senyawa
lain. Hidrolisis pada sample dapat memisahkan karbohidrat dalam
sample.Setelah ditambahkan HCl, campuran sample dan HCl dipanaskan
dengan menggunakan pendingin tegak, selama 3 jam. Hal ini dilakukan
supaya jumlah komponen tidak berkurang karena air dan asam dalam
sample tidak menguap (di refluks).Setelah dipanaskan, sample dalam
Erlenmeyer dinetralkan dengan larutan NaOH 30%, sampai sample dan
campuran didalamnya netral, untuk mengetahui apakah larutan sudah
mencapai netral maka diperlukan uji kualitatif dengan menggunakan
kertas lakmus biru. Jika larutan tidak berubah warna maka larutan
sudah netral.Setelah larutan netral, kemudian ditambahkan CH3COOH
atau asam lemah, penambahan asam asetat ini dimaksudkan agar
larutan dalam suasana sedikit asam.Dalam pengujian karbohidrat
dengan metode luff schrool ini pH larutan harus diperhatikan dengan
baik, karena pH yang terlalu rendah (terlalu asam) akan menyebabkan
hasil titrasi menjadi lebih tinggi dari sebenarnya, karena terjadi
reaksi oksidasi ion iodide menjadi I2O2 + 4I- + 4H+ 2I2 +
2H2OSedangkan apabila pH terlalu tinggi (terlalu basa), maka hasil
titrasi akan menjadi lebih rendah daripada sebenarnya, karena pada
pH tinggi akan terjadi resiko kesalahan, yaitu terjadinya reaksi I2
yang terbentuk dengan air (hidrolisis).I2 + H2O HOI + I- + H+4HOI +
S2O3= + H2O 2SO4= + 4I- + 6H+Setelah itu larutan dipindahkan dalam
labu ukur 500 mL, dan ditambahkan aquadest sampai tanda batas, dan
saring. Proses penyaringan dilakukan dengan saring butchner vacuum,
sehingga proses penyaringan berlangsung cepat. Lalu kocok sampai
larutan homogen. Setelah itu larutan tersebut dipipet 5 mL dengan
pipet volume dan dimasukan dalam Erlenmeyer 500 mL.Setelah sample
dimasukan dalam Erlenmeyer 500 mL, kemudian ditambahkan larutan
luff schrool sebanyak 25 mL, dan 15 mL aquadest. Kemudian panaskan
dengan pendingin tegak.Larutan luff schrool akan bereaksi dengan
sample yang mengandung gula pereduksi
R COH + CuO Cu2O + R COOHCampuran tersebut ditambahkan batu
didih untuk mencegah terjadinya letupan (bumping). Proses
pemanasan, diusahakan larutan mendidih dalam waktu 3 menit dan
biarkan mendidih selama 10 menit, hal ini dimaksudkan agar proses
reduksi berjalan sempurna, dan Cu dapat tereduksi dalam waktu
kurang lebih 10 menit.Agar tidak terjadi pengendapan seluruh Cu3+
yang tereduksi menjadi Cu+ sehingga tidak ada kelebihan Cu2+ yang
dititrasi maka larutan harus mendidih atau diusahakan mendidih
dalam waktu 3 menit.Campuran tersebut kemudian didinginkan dalam
bak yang berisi es. Agar pendinginan berlangsung cepat, maka
pendinginan dengan es perlu dilakukan. Setelah campuran dingin
kemudian ditambahkan KI 20% sebanyak 15 mL dan H2SO4 25%
perlahan-lahan.Penambahan larutan-larutan ini akan menimbulkan
reaksi antara kuprioksida menjadi CuSO4 dengan H2SO4, dan CuSO4
tersebut bereaksi dengan KI.Reaksi tersebut ditandai dengan
timbulnya buih dan warna larutan menjadi coklat. Larutan tersebut
kemudian dititrasi cepat dengan menggunakan larutan tio sulfat
(Na2S2O3) 0,1 N. titrasi cepat dilakukan untuk menghindari
penguapan KI.Indicator yang dipergunakan adalah amilum. Penambahan
indicator amilum dilakukan setelah campuran mendekati titik akhir,
hal ini dilakukan karena apabila dilakukan pada awal titrasi maka
amilum dapat membungkus iod dan mengakibatkan warna titik akhir
menjadi tidak terlihat tajam.Maka berdasarkan praktikum dan
perhitungan, kadar karbohidrat dalam sample cracker beras adalah :
yang pertama 69,8032% dan sample kedua 67,1680%Tahapan reaksi yang
terjadi adalah :R COH + CuO CuO2 + R COOHH2SO4 + CuO CuSO4 +
H2OCuSO4 + 2KI CuI2 + K2SO42CuI2 Cu2I2 + I2I2 + Na2S2O3 Na2S4O6 +
NaI1. KESIMPULANPenentuan kadar karbohidrat dengan metode luff
schrool dilakukan dengan menghidrolisis sample menjadi monosakarida
yang dapat mereduksi oksida pada luff yaitu Cu2+ menjadi Cu+.
Berdasarkan praktikum dan perhitungan maka karbohidrat total yang
terkandung dalam sample, yang pertama adalah 69,8032% dan
69,1680%.1. DAFTAR PUSTAKA Harjadi, W. 1994. Ilmu Kimia Analitik
Dasar. Jakarta : Gramedia. Sudarmadji, Slamet. 1996. Analisa Bahan
Makanan & Pertanian. Yogyakarta : Liberty Winarno, FG. 1997.
Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : GramediaPenetapan Kadar
Karbohidrat Metode Luff Schoorl Kamis, 13 Juni 2013 yang ingin
mengunduh file Laporan Praktikum disini
1. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan adalah :- Mahasiswa dapat melakukan analisa
kadar karbohidrat dalam suatu bagan pangan- Mahaaiswa dapat
mengetahui kadar karbohidrat dalam bahan pangan
2. Dasar teoriKarbohidrat adalah golongan senyawa-senyawa yang
terdiri dari unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O).
Senyawa-senyawa ini dapat didefinisikan sebagai senyawa-senyawa
polihidroksialdehid atau polihidroksiketon.
Ditinjau dari segi gizi, karbohidrat merupakan segolongan
senyawa-senyawa penting karena merupakan sumber energi yang palin
ekonomis da paln tersebar luas. Bahan pangan yang dihasilkan di
dunia sebagian terbesar terdiri dari bahan pangan yang kaya akan
karbohidrat.Metode Luff Schoorl adalah berdasarkan proses reduksi
dari larutan Luff Schoorl oleh gula-gula pereduksi (semua
monosakarida, laktosa dan maltosa). Hidrolisis karbohidrat menjadi
monosakarida yang dapat mereduksikan Cu2+ menjadi Cu1+.Reaksi yang
terjadi dalam metode Luff Schoorl :
O OR C + 2 Cu2+ + 4 OH- R C H HGula reduksi Luff Schoorl Cu2+ +
4 I- CH2I2 I2
I2 + 2 NaS2 2 NaI + Na2S4O2
Sukrosa tidak memiliki sifat-sifat mereduksi, karena itu untuk
menentukan kadar sukrosa harus dilakukan inversi terlebih dahulu
menjadi glukosa dan fruktosa.Dalam hal ini kadar sukrosa harus
diperhitungkan dengan faktor 0,95 karena pada hidrolisis sukrosa
berubah menjadi gula invert.C12H22O11+H2O2C6H12O6Sukrosagula
reduksiKarohidrat terdiri dari bermacam-macam dan menurut ukuran
molekul dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu:a. Monosakarida,
karbohidrat yang paling sederhana susunan molekulnya dan tidak
diuraikan lagi. Golongan ini yaitu glukosa dan fruktosab.
Disakarida, karbohidrat yang terdiri dari 2 molekul monosakarida.
Golongan ini yaitu sukrosa, maltosa dan laktosac. Polisakarida,
karbohidrat yang terdiri dari banyak molekul monosakarida. Golongan
ini yaitu patim glikogen dan selulosa
Penentuan Karbohidrat dengan Metode Luff SchoorlPengukuran
karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan metode Luff
Schoorl ini didasarkan pada reaksi sebagai berikut :R-CHO + 2 Cu2+
R-COOH + Cu2O2 Cu2+ + 4 I- Cu2I2 + I22 S2O32- + I2 S4O62- + 2
I-
Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi
Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga
dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan
Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah
Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk
dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah
proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila
terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang
bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih
akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2
yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Winarno
2007). I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan
standar Na2S2O3 sehinga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum yang
tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi
membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik
ekivalen.
Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar
karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart
dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk
mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%.
Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran yaitu dengan
penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan menggunakan prosedur Lae-Eynon
(Anonim 2009).Metode Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama
disebabkan oleh komposisi yang konstan. Hal ini diketahui dari
penelitian A.M Maiden yang menjelaskan bahwa hasil pengukuran yang
diperoleh dibedakan oleh pebuatan reagen yang berbeda.Peran
biologis Karbohidrat Peran dalam biosferFotosintesis menyediakan
makanan bagi hampir seluruh kehidupan di bumi, baik secara langsung
atau tidak langsung. Organisme autotrof seperti tumbuhan hijau,
bakteri, dan alga fotosintetik memanfaatkan hasil fotosintesis
secara langsung. Sementara itu, hampir semua organisme heterotrof,
termasuk manusia, benar-benar bergantung pada organisme autotrof
untuk mendapatkan makanan. Pada proses fotosintesis, karbon
dioksida diubah menjadi karbohidrat yang kemudian dapat digunakan
untuk mensintesis materi organik lainnya. Karbohidrat yang
dihasilkan oleh fotosintesis ialah gula berkarbon tiga yang dinamai
gliseraldehida 3-fosfat.menurut rozison (2009) Senyawa ini
merupakan bahan dasar senyawa-senyawa lain yang digunakan langsung
oleh organisme autotrof, misalnya glukosa, selulosa, dan amilum.
Peran sebagai bahan bakar dan nutrisiKentang merupakan salah satu
bahan makanan yang mengandung banyak karbohidrat.Karbohidrat
menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh makhluk hidup.
Monosakarida, khususnya glukosa, merupakan nutrien utama sel.
Misalnya, pada vertebrata, glukosa mengalir dalam aliran darah
sehingga tersedia bagi seluruh sel tubuh. Sel-sel tubuh tersebut
menyerap glukosa dan mengambil tenaga yang tersimpan di dalam
molekul tersebut pada proses respirasi seluler untuk menjalankan
sel-sel tubuh. Selain itu, kerangka karbon monosakarida juga
berfungsi sebagai bahan baku untuk sintesis jenis molekul organik
kecil lainnya, termasuk asam amino dan asam lemak. Sebagai nutrisi
untuk manusia, 1 gram karbohidrat memiliki nilai energi 4 Kalori.
Dalam menu makanan orang Asia Tenggara termasuk Indonesia, umumnya
kandungan karbohidrat cukup tinggi, yaitu antara 7080%. Bahan
makanan sumber karbohidrat ini misalnya padi-padian atau serealia
(gandum dan beras), umbi-umbian (kentang, singkong, ubi jalar), dan
gula. Namun demikian, daya cerna tubuh manusia terhadap karbohidrat
bermacam-macam bergantung pada sumbernya, yaitu bervariasi antara
90%98%. Serat menurunkan daya cerna karbohidrat menjadi 85%.]
Manusia tidak dapat mencerna selulosa sehingga serat selulosa yang
dikonsumsi manusia hanya lewat melalui saluran pencernaan dan
keluar bersama feses. Serat-serat selulosa mengikis dinding saluran
pencernaan dan merangsangnya mengeluarkan lendir yang membantu
makanan melewati saluran pencernaan dengan lancar sehingga selulosa
disebut sebagai bagian penting dalam menu makanan yang sehat.
Contoh makanan yang sangat kaya akan serat selulosa ialah
buah-buahan segar, sayur-sayuran, dan biji-bijian. Selain sebagai
sumber energi, karbohidrat juga berfungsi untuk menjaga
keseimbangan asam basa di dalam tubuh, berperan penting dalam
proses metabolisme dalam tubuh, dan pembentuk struktur sel dengan
mengikat protein dan lemak. Peran sebagai cadangan energiBeberapa
jenis polisakarida berfungsi sebagai materi simpanan atau cadangan,
yang nantinya akan dihidrolisis untuk menyediakan gula bagi sel
ketika diperlukan. Pati merupakan suatu polisakarida simpanan pada
tumbuhan. Tumbuhan menumpuk pati sebagai granul atau butiran di
dalam organel plastid, termasuk kloroplas. Dengan mensintesis pati,
tumbuhan dapat menimbun kelebihan glukosa. Glukosa merupakan bahan
bakar sel yang utama, sehingga pati merupakan energi cadangan.
Sementara itu, hewan menyimpan polisakarida yang disebut glikogen.
Manusia dan vertebrata lainnya menyimpan glikogen terutama dalam
sel hati dan otot. Penguraian glikogen pada sel-sel ini akan
melepaskan glukosa ketika kebutuhan gula meningkat. Namun demikian,
glikogen tidak dapat diandalkan sebagai sumber energi hewan untuk
jangka waktu lama. Glikogen simpanan akan terkuras habis hanya
dalam waktu sehari kecuali kalau dipulihkan kembali dengan
mengonsumsi makanan. Peran sebagai materi pembangunOrganisme
membangun materi-materi kuat dari polisakarida struktural.
Misalnya, selulosa ialah komponen utama dinding sel tumbuhan.
Selulosa bersifat seperti serabut, liat, tidak larut di dalam air,
dan ditemukan terutama pada tangkai, batang, dahan, dan semua
bagian berkayu dari jaringan tumbuhan.[10] Kayu terutama terbuat
dari selulosa dan polisakarida lain, misalnya hemiselulosa dan
pektin. Sementara itu, kapas terbuat hampir seluruhnya dari
selulosa.Polisakarida struktural penting lainnya ialah kitin,
karbohidrat yang menyusun kerangka luar (eksoskeleton) arthropoda
(serangga, laba-laba, crustacea, dan hewan-hewan lain sejenis).
Kitin murni mirip seperti kulit, tetapi akan mengeras ketika
dilapisi kalsium karbonat. Kitin juga ditemukan pada dinding sel
berbagai jenis fungi.]Sementara itu, dinding sel bakteri terbuat
dari struktur gabungan karbohidrat polisakarida dengan peptida,
disebut peptidoglikan. Dinding sel ini membentuk suatu kulit kaku
dan berpori membungkus sel yang memberi perlindungan fisik bagi
membran sel yang lunak dan sitoplasma di dalam sel. Karbohidrat
struktural lainnya yang juga merupakan molekul gabungan karbohidrat
dengan molekul lain ialah proteoglikan, glikoprotein, dan
glikolipid. Proteoglikan maupun glikoprotein terdiri atas
karbohidrat dan protein, namun proteoglikan terdiri terutama atas
karbohidrat, sedangkan glikoprotein terdiri terutama atas protein.
Proteoglikan ditemukan misalnya pada perekat antarsel pada
jaringan, tulang rawan, dan cairan sinovial yang melicinkan sendi
otot. Sementara itu, glikoprotein dan glikolipid (gabungan
karbohidrat dan lipid) banyak ditemukan pada permukaan sel hewan.
Karbohidrat pada glikoprotein umumnya berupa oligosakarida dan
dapat berfungsi sebagai penanda sel. Misalnya, empat golongan darah
manusia pada sistem ABO (A, B, AB, dan O) mencerminkan keragaman
oligosakarida pada permukaan sel darah merah.
3. Peralatan dan bahan 3.1. Alat-alat yag digunakan- Gelas ukur
1oo ml, erlenmeyer1,1 buah- Neraca analitik1 buah- Pipet ukur 10
ml1 buah- Biuret1 buah- Hot plate1 buah- Corong1 buah- Bola karet1
buah
3.2. Bahan-bahan yang digunakan- Larutan Luff Schoorl- Larutan
KI 20%- Asam sulfat 25%- Na tiosulfat 0,1 N- Indikator amilum 1%-
Larutan HCl 3%- Natrium hidroksida 30%
4. Prosedur percobaan4.1. Pembuatan Larutan Luff SchoorlLarutan
143,8 gr Na2CO3anhidrat dalam 300 ml air suling sambil diaduk
tambahkan 50 gr asam sitrat monohidrat yang telah diaduk dengan 50
ml air suling. Tambahkan 25 gr CuSO4 . 5H2O yang dilarutkan dengan
100 ml air suling. Pindahkan larutan tersebut ke dalam labu ukur 1
liter, tepatkan sampai tanda garis dengan air suling dan
dikocok.4.2. Penentuan kadar gulan dengan Metode Luff Schoorl-
Timbang 5 gr sampel ke dalam erlenmeyer 500 ml- Menambahkan 200 ml
larutan HCl 3%, didihkan selama 1 jam dengan pendingin tegak-
Mendiginkan dan menetralkan dengan larutan NaOH 30% dan menambahkan
sedikit larutan CH3COOH 3% suasana larutan sedikit asam-
Memindahkan larutan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 500 ml,
encerkan dengan air suling dan tepatkan volumenya sampai tanda
garis lurus. Kocok dan saring melalui kertas saring- Memipet 10 ml
filtrat ke dalam erlenmeyer 500 ml, tambahkan 25 ml Larutan Luff
Schoorl dan beberapa batu didih dan 15 ml air suling- Panaskan
campuran tersebut dengan panas yang konstan sampai mendidih selama
10 menit kemudian dengan cepat didinginkan di dalam wadah es-
Setelah dingin tambahkan perlahan-lahan 15 ml larutan KI 20% dan 25
ml H2SO4 25%- Titrasi secepatnya dengan larutan Na tiosulfat 0,1 N
sampai warna kuning sampai hilang, tambahkan sedikit indikator
larutan kanji 1%. Lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang- Buat
juga percobaan blanko dengan menggunakan 25 ml air sebagai penganti
sampel
5. Data pengamatanPerlakuanpengamatan
Menambahkan HCl pada masing-masing blanko dan sampel serta
mendinginkan filtrat
Melakukan penambahan aquadest dan Larutan Luff Schoorl
Pemanasan blanko dan sampel sampai mendidih dan di dingikan
Penambahan larutan KI dan larutan H2SO4
Menitrasi Na2S2O3 sampai warna kuning mnghilang
Penambahan indikator kanji
Menitrasi kembali dengan Na2S2O3 sampai warna biru
menghilangBlanko tidak mengalami perubahan warna tetatp bening,
sampel tidak larut dan mempunyai warna putih keruh
Blanko dans sampel mengalamai perubahan warna menjadi biru
Blanko berwarna biru dan sampel berubah menjadi warna merah
bata
Pada saat penambahan larutan KI, blanko menjadi warna keruh dan
sampel juga berwarna keruh, pada saat saat penambahan H2SO4 blanko
dan sampel tetap sama tetapi terjadi bergejolak
Pada blanko warna kuning menghilang saat volume 10 ml, pada
sampel saat volume 2,5 ml dan warna keduanya putih susu
Blanko dan sampel mengalami perubahan warna menjadi biru
gelap
Pada blanko, warna biru menghilang saat volume titran mencapai
10 ml dan pada sampel saat volume warna kedua larutan menjadi putih
susu
6. Perhitungana. Pembuatan larutan- Larutan KI 20% sebanyak 100
mlgr=mxBMxgr=1 mol/lx166 gr/molx0,10 l=16,6 grLarutan KI 20%= X 100
ml=20 ml ( lalu diencerkan sampai 100 ml )
- Larutan H2SO4 25% sebanyak 100 mlV1. %=V2 . %100 ml . 25 %=V2
. 98%V2= = 25,51 ml ( lalu diencerkan sampai 100 ml )
- Larutan Na2SO3 0,1 N dalam 100 mlgr=N . BE . V=0,1 N . 248,21
gr/mol . 0,1 l=2,4821 gr
- Larutan HCl 3% dalam 500 mlV1. %=V2 . %500 ml . 3 %=V2 .
37%V2= =40,54 ml
- Larutan NaOH 30% dalam 100 mlgr=m . V . BM=1 mol/l . 0,10 l
.40 gr/mol=4 grNaOH 30% = x 100 = 30 ml ( diencerkan sampai 100 ml
)Jumlah titrasi sampel dengan Na2S2O3 : 9 mlJumlah titrasi blanko
dengan Na2S2O3 : 20 mlSelisih titrasi : jumlah ml Na2S2O3 yang
setara dengan gula reduksi 20 ml 9 ml : 11 ml
- Menghitung mg gula dari tabel :Mg : (ml blanko ml sampel) x :
(20 ml 9 ml) x : 11 ml = 11 mg
ml Na2S2O3 dipakai untuk menentukan mg gula dalam tabel Luff
Schoorlkadar karbohidrat: : : 0,208 %
7. Analisa pengamatanMelakukan analisa kadar karbohidrat pada
sampel yang berupa tepung terigu. Seperti yang telah diketahui,
karbohidrat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari bagi
manusia. Karhodidrat merupakan segolongan senyawa-senyawa pwnting
yang merupakan sumber energi yang paling tersebar luas. Pealtikum
ini menggunakan metode Luff Schoorl sebagai uji kimia kualitatif
yang bertujuan menguji adanya gugus Aldehid. Komponen utama reagen
Luff Schoorl adalah CuO. Hidrolisis karbohidrat menjadi
monosakarida yang dapat mereaksikan atau merduksikan Cu2+ menjadi
Cu+.Blanko dan sampel dipanaskan menggunakan kondensor selama 1
jam, blanko dan sampel ditambahkan HCl. Blanko berfungsi untuk
melihat perbedaan wujud pada blanko dans sampel. Proses titrasi
titran Na2S2O3 dan indikator kanji. Larutan standar Na2S2O3
digunakan untuk membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut di
dalam air karena pada prinsipnya metode Luff Schorl ini adalah
analisa iodimetri yang I2 yang akan bebas akan dijadikan sebagai
dasar penetapan kadar. Digunakan indikator amilum pada saat titrasi
sebelum titik ekivalen.Didapatkan hasil kadar karbohidrat dari
perhitungan, dimana kadar karbohidrat yang didapat sebesar
0,3068%.
8. KesimpulanDidapatkan beberapa kesimpulan, yaitu :- Metode
Luff Schoorl adalah analisa kualitatif karhohidrat dalam suatu
bahan pangan.- Kadar karhohidrat yang didapatkan sebesar
0,3068%.
Daftar pustakaJobheet.penuntun praktikum teknologi pengolahan
pangan.2013.POLSRIhttp://id.wikipedia.org/wiki/Karbohidrathttp://asagisora.blogspot.com/2010/07/penetapan-karbohidrat-metode-luff.html
- See more at:
http://namikazewand.blogspot.com/2013/06/penetapan-kadar-karbohidrat-metode-luff.html#sthash.OWkbie7g.dpufAnalisis
Total Karbohidrat dengan MetodeLuff-SchoorlMetode Luff SchoorlUji
karbohidrat yang resmi ditetapkan oleh BSN dalam SNI 01-2891-1992
yaitu analisis total karbohidrat dengan menggunakan metode Luff
Schoorl. Pada tahun 1936, International Commission for Uniform
Methods of Sugar Analysis mempertimbangkan metode Luff-Schoorl
sebagai salah satu metode yang digunakan untuk menstandarkan
analisis gula pereduksi karena metode Luff Schoorl saat itu menjadi
metode yang resmi dipakai di pulau Jawa.Seluruh senyawa karbohidrat
yang ada dipecah menjadi gula-gula sederhana (monosakarida) dengan
bantuan asam, yaitu HCl, dan panas. Monosakarida yang terbentuk
kemudian dianalisis dengan metode Luff-Schoorl. Prinsip analisis
dengan Metode Luff-Schoorl yaitu reduksi Cu2+ menjadi Cu1+ oleh
monosakarida. Monosakarida bebas akan mereduksi larutan basa dari
garam logam menjadi bentuk oksida atau bentuk bebasnya. Kelebihan
Cu2+ yang tidak tereduksi kemudian dikuantifikasi dengan titrasi
iodometri (SNI 01-2891-1992). Reaksi yang terjadi :Karbohidrat
kompleks gula sederhana (gula pereduksi)Gula pereduksi + 2 Cu2+
Cu2O(s)2 Cu2+ (kelebihan) + 4 I- 2 CuI2 2 CuI- + I2I2 + 2S2O32- 2
I- + S4O62-Osborne dan Voogt (1978) mengatakan bahwa Metode
Luff-Schoorl dapat diaplikasikan untuk produk pangan yang
mengandung gula dengan bobot molekuler yang rendah dan pati alami
atau modifikasi. Kemampuan mereduksi dari gugus aldehid dan keton
digunakan sebagai landasan dalam mengkuantitasi gula sederhana yang
terbentuk. Tetapi reaksi reduksi antara gula dan tembaga sulfat
sepertinya tidak stoikiometris dan sangat tergantung pada kondisi
reaksi. Faktor utama yang mempengaruhi reaksi adalah waktu
pemanasan dan kekuatan reagen. Penggunaan luas dari metode ini
dalam analisis gula adalah berkat kesabaran para ahli kimia yang
memeriksa sifat empiris dari reaksi dan oleh karena itu dapat
menghasilkan reaksi yang reprodusibel dan akurat (Southgate
1976).Fungsi Pereaksi dalam Metode Luff-Schoorl Pereaksi yang
digunakan dalam metode Luff-Schoorl adalah CH3COOH 3%, Luff
Schrool, KI 20%, Na2S2O3 0,1 N, NaOH 30%, H2SO4 25%, dan HCl 3%.
HCl digunakan untuk menghidrolisis pati menjadi monosakarida, yang
akan bereaksi dengan larutan uji Luff Schoorl dengan mereduksi ion
Cu2+ menjadi ion Cu+. Setelah proses hidrolisis selesai dilakukan,
maka akan ditambahkan NaOH, yang berfungsi untuk menetralkan
larutan sampel ditambahkan HCl. Asam asetat digunakan setelah
proses penetralan dengan NaOH dengan maksud untuk menciptakan
suasana yang sedikit asam. Dalam metode Luff-Schoorl, pH harus
diperhatikan dengan cermat. Suasana yang terlalu asam akan
menimbulkan overestimated pada tahap titrasi sebab akan terjadi
reaksi oksidasi ion iodide menjadi I2 (Harjadi 1994).O2 + 4I- + 4H+
2I2 + 2H2OApabila pH terlalu tinggi (terlalu basa), maka hasil
titrasi akan menjadi lebih rendah daripada sebenarnya, karena pada
pH tinggi akan terjadi resiko kesalahan, yaitu terjadinya reaksi I2
yang terbentuk dengan air (hidrolisis). H2SO4 ditambahkan untuk
mengikat ion tembaga yang terbentuk dari hasil reduksi monosakarida
dengan pereaksi Luff-Schoorl, kemudian membentuk CuSO4. KI akan
bereaksi dengan tembaga sulfat membentuk buih coklat kehitaman.
Langkah terakhir yang dilakukan dalam metode Luff Schoorl adalah
titrasi dengan natrium tiosulfat (Harjadi 1994).Tahapan reaksi
setelah penambahan asam sulfat, KI, dan titrasi dengan natrium
tiosulfat :R COH + CuO CuO2 + R COOHH2SO4 + CuO CuSO4 + H2OCuSO4 +
2KI CuI2 + K2SO42CuI2 Cu2I2 + I2I2 + Na2S2O3 Na2S4O6 + NaIReference
:Badan Standardisasi Nasional. 1992. Uji Makanan dan Minuman. SNI
01-2891-1992Southgate DAT. 1976. Determination of Food
Carbohydrates. London: Applied Science Publisher Ltd.Harjadi, W.
1994. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : GramediaPENETAPAN
KARBOHIDRAT METODE LUFF SCHOORL Laporan Praktikum Tanggal Mulai : 1
April 2010 M.K. Analisis Zat Gizi Makro Tanggal Selesai : 1 April
2010 PENETAPAN KARBOHIDRAT METODE LUFF SCHOORL
Oleh :
Kelompok 5A
Ade Yuliany Pratiwi I14080012Ramadhani Safitri S.
I14080053Yasmin Ramadhini I14080055Nehemia Agus Wijaya
I14080084Mirawati I14080122
Asisten Praktikum :Fitria DwinandaJoffa Ghustiana
Penanggung Jawab Praktikum :Ir. Eddy Setyo Mudjajanto
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT
PERTANIAN BOGOR2010
PENDAHULUAN
Latar BelakangKarbohidrat secara sederhana dapat diartikan suatu
senyawa yang terdiri dari molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H)
dan oksigen (O) atau karbon dan hidrat (H2O) sehingga dinamakan
karbo-hidrat. Dalam tumbuhan senyawa ini dibentuk melaui proses
fotosintesis antara air (H2O) dengan karbondioksida (CO2) dengan
bantuan sinra matahari (UV) menghasilkan senyawa sakarida dengan
rumus (CH2O)n.
Ada banyak fungsi dari karbohidrat dalam penerapannya di
industri pangan, farmasi maupun dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Diantara fungsi dan kegunaan itu ialah: Sebagai sumber
kalori atau energy, sebagai bahan pemanis dan pengawet, Sebagai
bahan pengisi dan pembentuk, sebagai bahan penstabil, sebagai
sumber flavor (karamel), dan sebagai sumber serat (Winarno
2007).
Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat
sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga
macam, yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula
adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan
merupakan oligosakarida, polimer.
Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan
metode Luff Schoorl ini didasarkan pada reaksi sebagai berikut
:R-CHO + 2 Cu2+ R-COOH + Cu2O2 Cu2+ + 4 I- Cu2I2 + I22 S2O32- + I2
S4O62- + 2 I-
Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi
Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga
dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan
Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah
Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk
dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah
proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila
terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang
bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih
akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2
yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Winarno
2007).
I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar
Na2S2O3 sehinga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak
larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi
membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik
ekivalen.
Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar
karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart
dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk
mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%.
Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran yaitu dengan
penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan menggunakan prosedur Lae-Eynon
(Anonim 2009).
Metode Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama disebabkan
oleh komposisi yang konstan. Hal ini diketahui dari penelitian A.M
Maiden yang menjelaskan bahwa hasil pengukuran yang diperoleh
dibedakan oleh pebuatan reagen yang berbeda.TujuanPraktikum
penetapan kadar karbohidrat bertujuan mengukur kadar gula dengan
metode Luff Schoorl
METODOLOGIWaktu dan TempatPraktikum penetapan kadar protein
dilaksanakan hari Kamis tanggal 1 April 2010, jam 13.00 hingga
16.00 WIB. Pelaksanaan praktikum di Laboratorium Analisis Zat gizi
makro, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.Alat dan BahanAlat-alat yang digunakan
adalah labu takar, pipet tetes, erlenmeyer, buret, gelas ukur,
kertas saring. Selanjutnya, bahan-bahan yang digunakan adalah Pb
Asetat setengah basa, Na2HPO4 10 %, KI 30 %, H2SO4 25 %, Na2S2O3
0,1 N, larutan Luff, aquades, indikator PP.
Prosedur KerjaContoh sebanyak 5-10 gram ditimbang dan dimasukkan
ke dalam labu takar 250 ml serta ditambah air aquades hingga tanda
tera.Disaring dan dipipet 50 ml filtratnya, dimasukkan ke dalam
labu takar 250 ml. Ditambahkan 10 ml Pb asetat setengah basa
kemudian dikocok. Dites dengan tetesan larutan Na2HPO4 10 %. Bila
timbul endapan putih berarti sudah cukup.Ditambahkan air hingga
tanda tera, dikocok dan dibiarkan sekitar 30 menit dan kemudian
disaring.
Sebelum terjadi InversiFiltrat sebanyak 10 ml dipipet ke dalam
labu erlenmeyer 500 ml bertutup asah. Ditambahkan 15 ml air , dan
25 ml larutan luff.Dipanaskan selama 2 menit sampai mendidih dan
didihkan terus selama 10 menit dengan nyala kecil. Diankat dan
didinginkan cepat.Setelah dingin ditambahkan 10-15 ml KI 30 % dan
25 ml H2SO4 25 % dengan pelan-pelan.Dititrasi dengan larutan tio
0,1 N dan larutan kanji 0,5 % sebagai indikator setelah larutan
menjadi berwarna putih kekuningan.
Setelah terjadi inversiFiltrat sebanyak 50 ml dipipet dan
dimasukkan dalam labu takar 100 ml. Ditambahkan 5 ml HCL 25 %
kemudian labu dimasukkan ke dalam penangas air dengan suhu 60-70
0C.Dibiarkan selama 10 menit agar menginversi gula-gula.Diangkat
dan didinginkan, ditambahkan NaOH 30 % hingga merah jambuTepatkan
hingga tanda tera dan kocok secukupnya.Dipipetkan 10 ml larutan ini
dan tetapkan gula sesudah inversi dengan cara di atas. Dari selisih
kedua penitaran dapat diahitung jumlah glukosa fruktosa atau gula
invert dengan menggunakan daftar.
TINJAUAN PUSTAKA
GulaGula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber
energi dan merupakan oligosakarida, polimer dengan derajat
polimerisasi 2-10 dan biasanya bersifat larut dalam air yang
terdiri dari dua molekul yaitu glukosa dan fruktosa. Gula
memberikan flavor dan warna melalui reaksi browning secara non
enzimatis pada berbagai jenis makanan. Gula paling banyak
diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan
untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman.
Dalam industri pangan, sukrosa diperoleh dari bit atau tebu
(Winarno 1997).Inversi SukrosaInversi sukrosa menghasilkan gula
invert atau gula reduksi (glukosa dan fruktosa). Gula invert akan
mengkatalisis proses inversi sehingga kehilangan gula akan berjalan
dengan cepat. Menurut Parker (1987) dkk. Dalam kuswurj (2008) laju
inersi sukrosa akan semakin besar pada kondisi pH rendah dan
temperatur tinggi dan berkurang pada pH tinggi (pH 7) dan
temperatur rendah. Laju inversi yang paling cepat adalah pada
kondisi pH asam (pH 5) (Winarno 2007).
Luff SchoorlPenentuan kadar glukosa dilakukan dengan cara
menganalisis sampel melalui pendekatan proksimat. Terdapat beberapa
jenis metode yang dapat dilakukan untuk menentukan kadar gula dalam
suatu sampel. Salah satu metode yang paling mudah pelaksanaannya
dan tidak memerlukan biaya mahal adalah metode Luff Schoorl. Metode
Luff Schoorl merupakan metode yang digunakan untuk menentukan
kandungan gula dalam sampel. Metode ini didasarkan pada pengurangan
ion tembaga (II) di media alkaline oleh gula dan kemudian kembali
menjadi sisa tembaga. Ion tembaga (II) yang diperoleh dari tembaga
(II) sulfat dengan sodium karbonat di sisa alkaline pH 9,3-9,4
dapat ditetapkan dengan metode ini. Pembentukan (II)-hidroksin
dalam alkaline dimaksudkan untuk menghindari asam sitrun dengan
penambahan kompleksierungsmittel. Hasilnya, ion tembaga (II) akan
larut menjadi tembaga (I) iodide berkurang dan juga oksidasi iod
menjadi yodium. Hasil akhirnya didapatkan yodium dari hasil titrasi
dengan sodium hidroksida (Anonim 2010).
Gula PereduksiGula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida
kecuali sukrosa dapat ditunjukkan dengan pereaksi Fehling atau
Benedict menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). selain pereaksi
Benedict dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif dengan
pereaksi Tollens (Apriyanto et al 1989). Penentuan gula pereduksi
selama ini dilakukan dengan metode pengukuran konvensional seperti
metode osmometri, polarimetri, dan refraktrometri maupun
berdasarkan reaksi gugus fungsional dari senyawa sakarida tersebut
(seperti metode Luff-Schoorl, Seliwanoff, Nelson-Somogyi dan
lain-lain). Hasil analisisnya adalah kadar gula pereduksi total dan
tidak dapat menentukan gula pereduksi secara individual. Untuk
menganalisis kadar masing-masing dari gula pereduksi penyusun madu
dapat dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (KCTK). Metode ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain
dapat digunakan pada senyawa dengan bobot molekul besar dan dapat
dipakai untuk senyawa yang tidak tahan panas (Gritter et al 1991
dalam Swantara 1995).
HASIL DAN PEMBAHASANPraktikum kali ini dilakukan untuk
menetapkan kadar sukrosa pada berbagai jenis cairan yang mengandung
gula dengan menggunakan metode luff schoorl. Jenis cairan yang
digunakan pada percobaan ini adalah Buavita rasa apel.
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber
energi dan merupakan oligosakarida, polimer dengan derajat
polimerisasi 2-10 dan biasanya bersifat larut dalam air yang
terdiri dari dua molekul yaitu glukosa dan fruktosa. Gula
memberikan flavor dan warna melalui reaksi browning secara non
enzimatis pada berbagai jenis makanan. Gula paling banyak
diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan
untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman.
Dalam industri pangan, sukrosa diperoleh dari bit atau tebu
(Winarno 1997).Penentuan kadar glukosa dilakukan dengan cara
menganalisis sampel melalui pendekatan proksimat. Terdapat beberapa
jenis metode yang dapat dilakukan untuk menentukan kadar gula dalam
suatu sampel. Salah satu metode yang paling mudah pelaksanaannya
dan tidak memerlukan biaya mahal adalah metode Luff Schoorl. Metode
Luff Schoorl merupakan metode yang digunakan untuk menentukan
kandungan gula dalam sampel. Metode ini didasarkan pada pengurangan
ion tembaga (II) di media alkaline oleh gula dan kemudian kembali
menjadi sisa tembaga. Ion tembaga (II) yang diperoleh dari tembaga
(II) sulfat dengan sodium karbonat di sisa alkaline pH 9,3-9,4
dapat ditetapkan dengan metode ini. Pembentukan (II)-hidroksin
dalam alkaline dimaksudkan untuk menghindari asam sitrun dengan
penambahan kompleksierungsmittel. Hasilnya, ion tembaga (II) akan
larut menjadi tembaga (I) iodide berkurang dan juga oksidasi iod
menjadi yodium. Hasil akhirnya didapatkan yodium dari hasil titrasi
dengan sodium hidroksida (Anonim 2010).Penetapan kadar sukrosa pada
Buavita dengan metode ini dilakukan dengan dua tahap yaitu
pengukuran kadar gula sebelum inversi dan sebelum inversi. Pada
percobaan ini diambil sampel sebanyak 5 gram. Adapun hasil
percobaan penetapan kadar sukrosa pada Buavita dapat dilihat dalam
tabel 2.Tabel 1 Hasil Percobaan Penetapan kadar sukrosa pada
buavitaKelompok 5 (lima)Sampel BuavitaBerat sampel 5059,3 mgVolume
blanko 41,3 mlVolume larutan tiosulfat sebelum inversi 40,8
mlVolume larutan tiosulfat setelah inversi 40,5 mlBobot gula
sebelum inverse 0,641 mgBobot gula setelah inverse 1,002 mgKadar
gula sebelum inverse 3,17 mg/mlKadar gula setelah inverse 101,04
mg/ml% sukrosa 0,092 %Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
bahwa sampel yang digunakan yaitu buavita rasa apel. Sebanyak
5059,3 mg sampel digunakan untuk penetapan kadar gula asli dengan
menggunakan metode ini. Volume blanko yang digunakan adalah 41,3
ml. Dalam metode ini dilakukan dua tahap percobaan yaitu tahap
sebelum terjadi inversi dan tahap setelah terjadi inversi. Pada
tahap sebelum inversi, larutan tio yang digunakan sebanyak 40,8 ml
sehingga menghasilkan kandungan glukosa sebanyak 0,641 mg dan kadar
gulanya sebesar 3,17 mg/ml. Sedangkan pada tahap setelah inversi,
larutan tio yang digunakan sebanyak 40,5 ml sehingga menghasilkan
kandungan glukosa sebanyak 1,022 mg dan kadar gulanya sebesar
101,04 mg/ml. Persentase kadar sukrosa diperoleh dengan cara persen
gula sesudah inversi dikurangi persen gula sebelum inversi kemudian
dikalikan dengan 0,95. Setelah dilakukan perhitungan, persentase
kadar sukrosa yang terdapat pada buavita rasa apel yaitu sebesar
92,97% atau 0,092 gram/100 gram bahan. Berdasarkan tabel nutrition
fact yang terdapat pada kemasan buavita rasa apel disebutkan bahwa
kadar gula total dalam 100 gram bahan adalah 10,4 gram. Dengan
demikian, kadar gula yang terdapat pada Buavita yang diperoleh dari
percobaan ini tidak sesuai dengan kadar gula yang terdapat pada
tabel nutrition fact karena persentase kadar gula hasil percobaan
ini jauh lebih rendah dari kadar gula pada nutrition fact yang
terdapat pada kemasan buavita tersebut. Hal ini dapat disebabkan,
produsen buavita menggunakan gula atau pemanis buatan yang terlalu
untuk meminimalkan biaya produksinya.Tabel 1 Penelitian kadar
sukrosa pada buavitaKel. Sampel Sampel (mg) Blanko(ml) Tio sblm
(ml) Gula sblm inversi (mg) Gula stlh inversi (mg) Kadar gula sblm
inversi(mg) Kadar gula stlh inversi (mg) Tio stlh (ml) % sukrosa2
Kecap 2042 41,3 40 1,68 0,2 0,2 7,05 39 6,53 Sirup 2035,5 41,3 37,9
4,32 0,53 0,53 4 40 3,294 Teh Sosro 5034,1 41,3 41 0,384 1,91 1,91
26,5 40,8 24,65 Buavita 5059.3 41,3 40.8 0.641 1.022 3.17 101.04
40.5 0.0926 Freshtea 5060 41,3 40,2 1,416 0,38 6,9960 37,55 41
29.03Berdasarkan hasil praktikum, maka diperoleh hasil kadar
sukrosa terendah ada pada Buafita sebesar 0,092%, kemudian sirup
dengan kandungan sukrosanya sebesar 3,29%, kecap dengan kandungan
sukrosanya sebesar 6,5%, kemudian Teh Botol Sosro memiliki
kandungan sukrosa sebesar 24,6%. Kandungan sukrosa tertinggi berada
pada Fresh Tea yaitu sebesar 29,3%. kandungan sukrosa pada buafita
karena gula yang digunakan telah direduksi berulang kali, sehingga
kadar sukrosa yang berada di dalam Buafita hanya sebesar 0,092%.
sedangkaan pada Fresh tea kandungan sukrosanya tinggi karena pada
tidak mengalami pereduksian yang berulang-ulang.
KESIMPULAN DAN SARAN
KesimpulanMenentukan persen kadar gula yang terkandung dalam
suatu bahan dapat dilakukan dengan cara persen gula sesudah inversi
dikurangi persen gula sebelum inversi kemudian dikalikan dengan
0,95. Kadar gula yang terdapat pada Buavita yang diperoleh dari
percobaan ini tidak sesuai dengan kadar gula yang terdapat pada
tabel nutrition fact karena persentase kadar gula hasil percobaan
ini jauh lebih rendah dari kadar gula pada nutrition fact yang
terdapat pada kemasan buavita tersebut. Hal ini dapat disebabkan,
produsen buavita menggunakan gula atau pemanis buatan yang terlalu
untuk meminimalkan biaya produksinya.SaranSetelah melakukan
praktikum penetapan kadar gula dengan metode Luff Schoorl,
praktikan diharapkan mampu menentukan kadar kgula suatu bahan
makanan. Dalam menentukan penetapan kadar gula ini, sebaiknya
praktikan lebih cermat dalam melakukan langkah-langkah percobaan
seperti penimbangan sampel awal agar tidak terjadi kesalahan yang
akan berpengaruh pada perhitungan kadar gula sampel.
LAMPIRANTabel 1 Hasil Percobaan Penetapan kadar sukrosa pada
buavitaKelompok 5 (lima)Sampel BuavitaBerat sampel 5059,3 mgVolume
blanko 41,3 mlVolume larutan tiosulfat sebelum inversi 40,8
mlVolume larutan tiosulfat setelah inversi 40,5 mlBobot gula
sebelum inverse 0,641 mgBobot gula setelah inverse 1,002 mgKadar
gula sebelum inverse 3,17 mg/mlKadar gula setelah inverse 101,04
mg/ml% sukrosa 0,092 %
Tabel 1 Penelitian kadar sukrosa pada buavitaKel. Sampel Sampel
(mg) Blanko(ml) Tio sblm (ml) Gula sblm inversi (mg) Gula stlh
inversi (mg) Kadar gula sblm inversi(mg) Kadar gula stlh inversi
(mg) Tio stlh (ml) % sukrosa2 Kecap 2042 41,3 40 1,68 0,2 0,2 7,05
39 6,53 Sirup 2035,5 41,3 37,9 4,32 0,53 0,53 4 40 3,294 Teh Sosro
5034,1 41,3 41 0,384 1,91 1,91 26,5 40,8 24,65 Buavita 5059.3 41,3
40.8 0.641 1.022 3.17 101.04 40.5 0.0926 Freshtea 5060 41,3 40,2
1,416 0,38 6,9960 37,55 41 29.03
Contoh perhitungan (Buavita)Sebelum inversi = ml blanko ml
contoh= 41,3 40,8 = 0,5 ml tio= (0,5 0,0533 )/0,1 = 0,267 x
2,4Kandungan glukosa = 0,6408 mgfp sebelum = (250 250 )/(50 5) =
250Kadar gula = (0,6408 250 100 )/5059,3 100 = 3,17 mg/mlSesudah
inversi = ml blanko ml contoh= 41,3 40,5 = 0,8 ml tio= (0,8 0,0533
)/0,1 = 0,426 x 2,4Kandungan glukosa = 1,0224 mgfp sebelum = (250
250 100 )/(50 5 5) = 5000Kadar gula = (1,0224 5000 )/5059,3 100 =
101,04 mg/mlKadar glukosa = (% gula sesudah inverse gula sebelum
inverse) x 0,95= (101,04 3,17) x 0,95= 92,97%= 0,092 gram/100 gram
bahan
DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2001. Luff Schoorl. www.wikipedia.org/Luff
Schoorl (16 April 2010)Apriyanto A. 1989. Petunjuk Laboratorium
Analisis Pangan. Bogor. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor.Aulana L. 2005.
Pemanfaatan hidrolisis pati sagu untuk produksi asam laktat oleh
Lactobassilus casei FNCC 266. [skripsi]. Bogor : Departemen
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.Hartati NS dan Titik KP. 2003. Analisis
Kadar Pati dan Serat. Yogyakarta. KanisiusSwantara DIM. 1995.
Kromatografi Cair Kerja Tinggi Beberapa Senyawa Monosakarida dan
Dosakarida serta Penerapannya Untuk Analisis Madu dan bahan Jenis
lainnya. [Tesis]. Bandung : Universitas Padjadjaran.Winarno. 1997.
Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama