Analisa HIRA-HAZID-HAZOP MATA KULIAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LINDUNG LINGKUNGAN Kelompok 6 1. Bernadet V.N. (0806332862) 2. Hendro (0706269810) 3. Johannes DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2009
Analisa HIRA-HAZID-HAZOP
MATA KULIAH
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
LINDUNG LINGKUNGAN
Kelompok 6
1. Bernadet V.N. (0806332862)
2. Hendro (0706269810)
3. Johannes
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2009
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah K3LL yang berjudul “Analisa HIRA-HAZID-
HAZOP”.
Di dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai elektrokimia dan
pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis mengucapkan kepada terima kasih kepada:
1. Orang tua penulis yang memberikan dukungan moril dan materil dalam
pembuatan makalah ini.
2. Pak Yuliusman., selaku dosen K3LL semester pendek tahun ajaran 2009/2010.
3. Teman-teman penulis yang ikut memberikan kontribusi dalam pembuatan
makalah ini, baik berupa saran maupun dukungan.
4. Semua pihak yang telah membantu mulai dari proses pembuatan makalah hingga
makalah ini selesai dibuat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca untuk perbaikan
pada pembuatan makalah selanjutnya. Penulis berharap penyusunan makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak.
Depok, 14 Juli 2009
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
Bab I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
I.2 Tujuan Penulisan .................................................................................................... 1
I.3 Perumusan Penulisan .............................................................................................. 2
I.4 Manfaat Penulisan .................................................................................................. 2
Bab II ISI ..................................................................................................................... 3
II.1 Industri LNG ........................................................................................................ 3
II.1.1 Kriteria Floating mini LNG plant ................................................................. 6
II.1.2 Lokasi ……………………………………………………………………… 9
II.1.3 Feed dan Produk ……………………………………………………. 12
II.2 Tata Letak .......................................................................................................... 13
II.2.1 Tata Letak Pabrik …………………………………………………… 13
II.2.2 Tata Letak Peralatan ………………………………………………… 14
II. 3 Deskripsi Proses.................................................................................................. 17
II.3.1 Gas Sweetening ............................................................................................. 17
II.3.2 Gas Dehydration ............................................................................................ 18
II.3.3 Hg Removal .................................................................................................. 19
II.3.4 Liquefaction ……………………………………………………………….. 19
II.4 Aspek Kesehatan, Keselamatan, dan Lindung Lingkungan .................. 20
II.4.1 Identifikasi Bahan Pabrik dan Membran Pabrik …………………… 21
II.4.2 Proses Berbahaya ………………………………………………….. 26
II.4.3 Aspek Kesehatan ………………………………………………….. 29
II.4.4 Aspek Keselamatan Kerja ………………………………………… 42
Bab IV PENUTUP ............................................................................................. 49
IV.1 Kesimpulan ................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ iii
LAMPIRAN ....................................................................................................... iv
iii
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.http://cn1.kaboodle.com/hi/img/2/0/0/15a/5/AAAAAqnBd_gAAAAAAV
pc6w.jpg (diakses tanggal 13 Juli 2009)
Anonim.http://static.howstuffworks.com/gif/productImages/8/1/00000117781First
AlertFE3A40FireExtinguisher-large.jpeg (diakses tanggal 13 Juli 2009)
Anonim.http://www.birns.com/lights/4701-sml.jpg (diakses tanggal 13 Juli 2009)
Anonim.http://www.3sfireprotection.com/heat%20detector.jpg (diakses tanggal 13
Juli 2009)
Anonim.http://www.habitek.co.uk/catalog/usrimage/smoke%20detector.jpg
(diakses tanggal 13 Juli 2009)
Anonim.http://web.mit.edu/environment/images/SafetyShoes_ASTM.jpg (diakses
tanggal 13 Juli 2009)
Anonim.http://mcguireuniforms.com/db/150%20Coverall.jpg (diakses tanggal 13 J
uli 2009)
Anonim.http://www.1000islandsschools.org/Clubs/Gears/GearsImages/Safety%20
Glasses.gif (diakses tanggal 13 Juli 2009)
Anonim.http://images.google.co.id/ear%2Bplug%26gbv%3D2%26hl%3Did%26sa
%3DG (diakses tanggal 13 Juli 2009)
Anonim.http://4.bp.blogspot.com/_Szl75vM1nRc/SA4Jy1_QpKI/AAAAAAAAA
wc/-zwBrRPWUog/s200/Masker+R100.jpg (diakses tanggal 13 Juli 2009)
Anonim.http://www.rosemania.com/images/Respirator.jpg (diakses tanggal 13 Juli
2009)
Anonim.http://shop.pinbax.com/items/gillHelms%20gloves.jpg (diakses tanggal
13 Juli 2009)
Mahasiswa Teknik Kimia. 2008. Plant Design 2008 – Floating LNG Plant.
Depok : Departemen Teknik Kimia
iv
Lampiran
Gambar II. 28 Tampak Atas Masela Floating LNG Plant
v
PROSES FLOW DIAGRAM DAN MATERIAL BALANCE
Gambar II. 29 PFD Gas Sweetening
vi
Gambar II. 30 PFD Gas Dehydration
vii
Gambar II. 11 PFD Hg Removal
viii
Gambar II. 32 PFD Liquifaction N2 Expander
ix
Gambar II. 33 PFD Hot Oil System
x
Gambar II. 34 PFD Storage
1
http://contoh.in
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aspek keselamatan dan kesehatan kerja menjadi hal yang yang paling perlu untuk diperhatikan bagi
suatu instansi atau badan usaha yang menjalankan usaha terutama proses produksi atau jasa. Aspek ini
menjadi amat esensial karena akan menentukan produktivitas dari suatu pabrik.
Aspek keselamatan kerja yang perlu diamati meliputi kesehatan dan keamanan kerja para pekerja dan
dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dengan mengetahui persis bagaimana proses operasi kimia yang
terjadi dalam suatu pabrik, seorang sarjana teknik kimia bertanggung jawab dengan segala risiko bagi
para pekerja, konsumen, dan masyarakat sekitar. Dampak terhadap lingkungan juga patut untuk
diperhatikan karena limbah dan proses dalam pabrik secara langsung maupun tidak langsung sangat
berbahaya bagi kelangsungan lingkungan.
Dalam pembahasan kali ini, PT Masela Inpex Corporation membangun suatu perusahaan yang
kegiatan di dalamnya meliputi proses produksi, penggunaan material yang termasuk dalam katagori B3
(Bahan Beracun Berbahaya), pengeluaran material berbahaya yang juga bagian dari B3, serta kegiatan-
kegiatan lain yang dapat mengancam dan membahayakan keselamatan kerja secara umum baik bagi para
pekerja, masyarakat, pabrik itu sendiri, maupun lingkungan di sekitar pabrik.
Selain itu, untuk mencegah terjadinya kecelakaan, melakukan penanggulangan terhadap kecelakaan
yang terjadi, mencegah terjadinya gangguan kesehatan yang terjadi bagi seluruh masyarakat yang terlibat
pada proses di dalam pabrik, mencegah terjadinya kebakaran, mencegah perluasan terhadap dampak
kecelakaan, maka aspek keselamatan dan kesehatan kerja perlu dibahas.
Analisis aspek keselamatan ini terdiri dari analisis bahan/material yang dapat menimbulkan bahaya
dan analisis bahaya. Analisis bahaya meliputi HIRA (Hazard Identification and Risk Assessment),
HAZOP (Hazard Analysis and Operational Study), dan HAZID (Hazard Identification).
Salah satu kegunaan secara langsung dari penganalisisan ini adalah melakukan evakuasi terjadinya
kecelakaan di tempat yang berpotensi bahaya. Selain itu, lokasi dari PT Masela Inpex Corporation itu
berada di NTT (Nusa Tenggara Timur) yang merupakan daerah yang sangat berpotensi dalam hal
pengolahan gas alam. Oleh karena itu, proses yang dapat menimbulkan bahaya besar dapat diminimalisasi
dengan melakukan pencegahan seperti dengan pengaturan prosedur yang berlaku untuk setiap kegiatan
2
http://contoh.in
yang dilakukan, memasang tanda-tanda tertentu dalam sudut ruangan mengenai tanda bahaya, dan lain
sebagainya.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Melakukan analisis mendasar bahaya seperti HIRA, HAZID, dan HAZOP guna mencegah, meminimalisasi, dan melakukan penanggulangan terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh kecelakaan yang terjadi pada lokasi kecelakaan di pabrik PT Masela Corporation yang berada di NTT
2. Melakukan analisis mendasar mengenai B3 (Bahan-bahan Berbahaya) yang mungkin ditimbulkan pada proses dalam pabrik
1.3 Perumusan Masalah
a. Analisis bahaya seperti HIRA, HAZID, dan HAZOP guna mencegah, meminimalisasi, dan melakukan penanggulangan terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh kecelakaan yang terjadi pada lokasi kecelakaan di pabrik PT Masela Corporation yang berada di NTT
b. Analisis mengenai B3 (Bahan-bahan Berbahaya) yang mungkin ditimbulkan pada proses dalam pabrik
1.4 Manfaat Penulisan
a. Analisis mendasar mengenai bahaya dan material B3 dilakukan guna dapat menjadi suatu gambaran ataupun rekomendasi kepada pihak perusahaan agar dapat melakukan perancangan dan perbaikan bagi kerusakan yang telah terjadi akibat catatan kecelakaan yang pernah terjadi
b. Memenuhi aspek K3 yang telah ditetapkan melalui peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
3
http://contoh.in
Bab II
ISI
II.1 Industri LNG
Sekitar sepertiga atau 60 tcm cadangan gas alam di dunia berada di lepas pantai dan sebagian
cadangan gas tersebut merupakan cadangan gas yang tak terasosiasi dengan produksi minyak (non
associated gas), sedangkan sisanya merupakan gas terasosiasi (associated gas). Diantara cadangan gas
alam yang besar itu ternyata ada juga yang termasuk stranded gas atau cadangan gas alam yang umumnya
berasal dari daerah terisolasi atau lapangan gas yang jauh dari darat dan infrastruktur yang ada. Untuk
memanfaatkan cadangan gas tersebut, dapat dibangun sistem perpipaan bawah laut untuk didistribusikan.
Hal ini dilakukan jika jarak ke konsumen cukup dekat (1000-2000 km).
Akan tetapi jika jarak antara sumber gas dan konsumen jauh maka alternatif lain yaitu dengan
LNG terapung (floating LNG). Beberapa konsep rancangan fasilitas LNG terapung telah dibuat dan
dipresentasikan tetapi belum ada satupun yang dibangun dan beroperasi. Alternatif LNG terapung
(floating LNG) ini dapat digunakan untuk pemanfaatan cadangan menengah yaitu sekitar 8 – 10
MMSCFD dengan jarak ke konsumen sekitar 3000 – 4800 km. Peta konsep pemanfaatan gas alam
ditinjau dari jarak dan kecepatan alirnya dapat dilihat dari gambar 1.3 berikut :
Gambar II. 1 Peta Konsep Transportasi Gas Alam
(Sumber: Hetland)
Adapun beberapa alasan dipilihnya floating LNG yaitu :
1. Sumber gas ditemukan di laut dalam (>1000 m)
4
http://contoh.in
2. Gas yang terisolasi sehingga tidak ekonomis untuk dikembangkan dengan sistem perpipaan.
3. Sumber gas yang ditemukan dengan rate menengah.
Pada prinsipnya floating LNG plant merupakan penggabungan teknologi pencairan, transportasi,
penyimpanan, dan regasifikasi LNG. Gambar 2.2 menunjukkan gambaran umum mengenai floating LNG
plant dapat dilihat digambar dibawah ini :
Gambar II. 2 Gambaran Umum Floating LNG Plant
(Suprapto, Yoga P. LNG&The World of Energy)
Konsep yang diterapkan dalam perancangan offshored LNG ini pada umumnya mirip dengan
infrastruktur pada area onshored LNG, Namun terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan antara onshore
dan offshore LNG plant dapat dilihat dari gambar 1.5 di bawah ini :
Gambar II. 3 Onshore dan Offshore LNG Plant
(Suprapto, Yoga P. LNG & The World of Energy)
5
http://contoh.in
Dapat dilihat bahwa pada floating LNG plant, ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan
onshore LNG plant. Selain itu perbedaan antara onshore dan offshore LNG plant juga dapat dilihat pada
tabel 1.1 berikut ini :
Tabel II. 1 Perbandingan antara LNG onshore dan offshore
Perbandingan konsep On-shore LNG Plant Off-shore LNG Plant
Safety - Tidak ada pembatasan
wilayah
- Kemungkinan harus
menggunakan Propane
Refrigerant
- Wilayah yang terbatas
- Menghindari penggunaan
propane refrigerator
Biaya Biaya ekspansi pabrik yang
rendah
Dibutuhkan biaya ekspansi
pabrik yang cukup tinggi
Pengaruh terhadap komunitas
sekitar
Mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap lingkungan
sekitar
Pengaruh terhadap lingkungan
sekitar cukup kecil
Pengaplikasian Untuk kebutuhan gas skala besar
(> 5 TSCF)
Untuk kebutuhan gas skala kecil-
medium (hingga 3 TSCF)
Safety/ teknis Tidak ada batasan untuk tinggi
bangunan maupun keseluruhan
struktur
Terdapat batasan untuk tinggi
bangunan maupun keseluruhan
struktur.
Dari tabel perbedaan onshore dan offshore plant diatas, beberapa keuntungan pembangunan
fasilitas LNG terapung antara lain pengurangan biaya untuk pembebasan dan reklamasi lahan (site
preparation), tidak adanya biaya ganti rugi atas tuntutan warga sekitar area industri, tidak adanya biaya
kompresi gas dan pipa ke darat dan terlebih lagi adanya kemungkinan untuk menjadikan fasilitas LNG
terapung tersebut bersifat mobile sehingga dapat dipindahkan sesuai keberadaan sumber gas.
LNG plant sendiri dapat memiliki beberapa konsep desain yaitu mini, medium dan besar.
Perbedaan dari berbagai konsep desain dalam hal kapasitas dan indeks biaya dapat dilihat pada tabel 1.2
dibawah ini.
Tabel II. 2 konsep desain LNG plant dan kapasitas
6
http://contoh.in
Konsep Desain LNG plant Kapasitas
Juta Ton/ Tahun
Indeks Biaya
(US$/Kapasitas)
On-Shore, skala besar 3,24 100 (100%)
On-Shore, Skala kecil 1,62 160
Floating Ship & Storage 1,28 256
Integrated Barge & Storage 1,28 253
Berthed Barge 1,62 202
Off-Shore Platform 1,28 247
Untuk mencapai proses yang optimal, fasilitas pencairan LNG yang digunakan di lepas pantai
memiliki kriteria pemilihan teknologi yang berbeda dibandingkan jika digunakan di kilang darat.
II.1.1 Kriteria Floating mini LNG plant
Beberapa kriteria proses pencairan LNG Lepas Pantai adalah sebagai berikut:
Fasilitasnya harus kompak dan ringan
Hal ini berkaitan dengan area yang sangat terbatas pada terminal lepas pantai. Berbeda dengan
fasilitas produksi di darat yang berada di atas tanah, fasilitas produksi di lepas pantai diletakkan pada
suatu substruktur yang terpasang di laut, di mana bebannya menjadi faktor yang perlu diperhitungkan.
Memiliki keamanan proses yang tinggi
Kebutuhan akan adanya keamanan proses yang tinggi untuk fasilitas produksi lepas pantai
disebabkan karena area yang terbatas di mana pada satu lokasi tersebut juga terdapat fasilitas akomodasi
bagi orang-orang yang mengoperasikan fasilitas tersebut.
Dapat bertahan pada lingkungan laut
Lingkungan laut merupakan lingkungan yang dinamis di mana terdapat pergerakan laut yang bisa
mempengaruhi terminal. Faktor cuaca juga berpengaruh terhadap operasi di lepas pantai. Untuk itu,
adalah penting untuk memilih proses yang dapat bertahan serta sesuai dengan kondisi lingkungan laut.
Mudah dioperasikan
Pengoperasian yang mudah juga hal yang penting dalam pemilihan proses di lepas pantai,
mengingat lebih banyaknya keterbatasan di laut dibanding dengan pengoperasian di darat.
Jumlah peralatan relatif sedikit
7
http://contoh.in
Jumlah peralatan yang digunakan berkaitan dengan keterbatasan area pada terminal lepas pantai.
Semakin sedikit peralatan yang digunakan, semakin sedikit pula area yang dibutuhkan, yang juga
berpengaruh pada struktur penyangga yang dibutuhkan. Dimensi ruang pada fasilitas LNG terapung
sangat terbatas dan berbeda bila dibandingkan fasilitas serupa di daratan. Dengan demikian, pemilihan
peralatan akan dirancang mengikuti keterbatasan tersebut tanpa mengurangi kaidah keselamatan dan
jaminan keberlangsungan operasi. Mengingat kondisi struktur pendukung yang tidak stabil dan relative
bergerak, maka penggunaan kolom-kolom tinggi pada proses pemurnian gas (absorber, regenerator),
proses pemisahan gas (depropanizer, debutanizer) proses pencairan (main cryogenic heat exchanger)
bahkan bagian dalam (internal part) pada kolom-kolom tersebut tentu akan disesuaikan untuk
mendukung keberhasilan reaksi dan proses didalamnya.
Availabilitas tinggi
Hal ini terkait dengan ketersediaan peralatan dimana diharapkan downtime proses seminimal
mungkin, untuk menjamin kehandalan pasokan produksinya terlebih lagi pengoperasian produksi di lepas
pantai yang cukup mahal dibandingkan dengan di darat.
Modularitas tinggi
Pembangunan terminal LNG terapung membutuhkan lapangan fabrikasi. Keterbatasan lapangan
fabrikasi yang dapat melakukan membangun terminal LNG keseluruhan secara terintegrasi, menuntut
adanya kebutuhan modularitas tinggi pada proses yang digunakan. Selain itu, adanya modularitas yang
tinggi bisa mengurangi ketergantungan antara satu sistem dengan sistem lainnya, khususnya apabila
terjadi permasalahan pada suatu sistem.
Memiliki efisiensi yang memadai
Dibutuhkan efisiensi yang memadai untuk pengoperasian produksi LNG di lepas pantai karena
efisiensi juga berkaitan dengan semakin besarnya kapasitas peralatan yang harus digunakan beserta
utilitas pendukungnya, yang berarti juga berkaitan dengan besarnya area yang akan digunakan serta biaya
kapital yang harus dikeluarkan.
Proses handal serta kokoh
Dengan adanya kondisi lingkungan laut yang menimbulkan banyak keterbatasan, adalah penting
untuk memilih proses yang handal dan kokoh, terlebih lagi produksi LNG membutuhkan spesifikasi gas
hasil pengolahan yang lebih ketat dibandingkan dengan gas pipa. Beberapa perekayasa fasilitas LNG
terapung merencanakan pemakaian struktur pendukung seperti halnya yang dipakai pada fasiltas
eksplorasi dan eksploitasi di tengah laut, baik struktur tetap (fix structure) maupun sistem terapung
8
http://contoh.in
(floating system), misalnya GBS (Gravity base structure), TLP (tension leg platform), ataupun model
FPSOs (floating production storage & offloading Ship). Pilihan atas model-model tersebut pada
aplikasinya bergantung pada kondisi setempat yang aktual, misalnya kedalaman laut, kekuatan arus,
rancangan arsitektur sumur-sumur gas dan pipa produksi dibawahnya serta kemudahan pergerakan kapal
LNG yang mendekati fasilitas LNG terapung. Pembangunan fasiltas LNG mempersyaratkan aturan
(enggineering code) yang sangat ketat. Hal ini antara lain disebabkan karena mempertimbangkan
besarnya energi yang dikandung serta sifat cairan LNG yang bersuhu -160 °C dan mudah menguap (boil
off), sehingga dalam pengoperasiannya harus menjamin keselamatan bagi pekerja maupun lingkungannya.
Arsitektur fasilitas LNG terapung juga harus mendukung kemudahan operasi serta kemudahan akses
masuk pada saat perbaikan (schedule maintenance & repair).
Fasilitas Penyimpanan LNG (LNG Storage Containment)
Teknologi membran dari bahan invar (18% Nikel atau corrugated SS) setebal lebih kurang 1 mm
yang dirancang oleh Gaz Transport/Technigaz banyak dipakai sebagai fasilitas penyimpan LNG
(containment,) baik untuk tanki LNG di daratan maupun pada kapal LNG dibandingkan rancang bangun
self supporting tank (spherical dan prismatic) sebelumnya yang menggunakan logam aluminium alloy
atau logam 9% Nikel setebal 40 s/d 150 mm. Pemakaian teknologi membran yang terdiri dari dua lapisan
(primary & secondary) memberikan keuntungan dari segi berkurangnya beban berat yang harus
ditanggung struktur fasilitas LNG terapung. Beberapa rancangan Floating Production, Storage, and
Offloading FPSO) cenderung mempertimbangkan pemakaian model self suporting tank dengan alasan
keamanan model ini menghadapi kondisi sloshing bila tanki tidak terisi penuh oleh cairan LNG
disamping kekokohan strukturnya. Penempatan tanki LNG ada yang dirancang menyatu atau terpisah dari
struktur utama FPSO.
Mekanisme Off – Loading LNG
Fasilitas dan mekanisme off loading LNG memerlukan inovasi untuk diaplikasikan pada fasilitas
LNG terapung. Selama ini proses off loading LNG, baik pada kilang LNG ke kapal maupun dari kapal ke
terminal penerima pada umumnya dilakukan dengan menggunakan loading arm (chicksan type) yang
menghubungkan pelabuhan (jetty) yang diam dengan kapal LNG yang relatif bergerak. Selama proses
transfer LNG, perubahan posisi keduanya akibat pengaruh lingkungan baik angin dan arus terus dimonitor
dan akan dihentikan bila dianggap pergeseran yang terjadi melebihi batas referensi (18 derajat), bahkan
secara otomatis sistem proteksi (emergency shutdown system) akan aktif untuk mengisolasi kapal dan
daratan. Salah satu pertimbangan penting pada proses transfer LNG adalah antisipasi terhadap terjadinya
kebocoran LNG akibat kerusakan fasilitas transfer yang mengakibatkan dampak negatif pada keselamatan
dan keamanan, cairan bersuhu cryogenic ini mampu merapuhkan (brittle) material logam, menyebabkan
9
http://contoh.in
vapor cloud yang mudah terbakar dan menyebabkan luka parah bila mengenai kulit manusia. Proses
transfer LNG didarat biasanya membutuhkan 3 loading arm untuk off loading LNG dan 1 loading arm
untuk vapor return. Pada aplikasinya di fasilitas LNG terapung, metode yang dipertimbangkan antara lain
adalah modifikasi loading arm seperti yang umumnya dipakai, modifikasi mekanisme transfer ship to
ship dan juga penggunaan Submerged Turret Loading (STL) yang dilengkapi dengan subsea cryogenic
pipe. Mekanisme lain yang sedang dikembangkan oleh Hoegh LNG bersama beberapa perusahaan
minyak dan gas internasional adalah Amplitude LNG Loading System(ALLS) yang merupakan modifikasi
pemakaian loading arm dengan menggunakan fleksible hose untuk menunjang proses off loading LNG
baik dalam posisi tandem maupun bow to stern.
II.1.2 Lokasi
Pada floating mini LNG plant ini akan dibangun di Blok Masela, dengan sumur gas terletak di
laut dengan kedalaman hingga 4.000 meter. Blok Masela, dengan luas area saat ini lebih kurang 4.291,35
km2 , terletak di laut Arafura, sekitar 800 km sebelah timur Kupang (Nusa Tenggara Timur) atau lebih
kurang 400 km di utara kota Darwin (Australia). Blok masela memiliki koordinat
8°12′29″LS,129°49′32″BT.
Gambar II. 4 Gambar Peta Laut timor
10
http://contoh.in
Gambar II. 5 Posisi Sumur Abadi 1-3
Kondisi geografis blok Masela cocok untuk dibangun floating mini LNG plant, dikarenakan
kondisi angin dan gelombang yang rendah. Pada laut Timor, kondisi rata – rata angin dan gelombang
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar II. 1 Kecepatan angin di seluruh Indonesia
Gambar II. 2 Data Ketinggian Gelombang
Dengan kondisi angin dan gelombang yang cukup kecil seperti terlihat pada gambar di atas,
memungkinkan untuk dibangunya floating LNG plant.
Laut Timor
Laut Timor
11
http://contoh.in
Sebelumnya dengan cadangan gas di Masela yang cukup besar terdapat 3 skenario untuk
pengembangannya, yaitu:
1. Dibawa menggunakan pipa ke pulau terdekat, namun dengan tantangan harus melewati palung
yang dalam sekali.
2. Dibawa menggunakan pipa ke Darwin, Australia.
3. Dikembangkan di tengah laut dengan floating LNG plant.
Untuk opsi 1, dimana LNG akan dibawa menggunakan pipa ke pulau terdekat, kemungkinan
besar tidak dapat dilakukan, sebab adanya pertimbangan safety karena harus melewati palung yang dalam
sekali. Sedangkan untuk opsi ke-2, apabila LNG dibawa menggunakan pipa ke Darwin, Australia, hal itu
akan menimbulkan kerancuan, sebab wilayah Masela sendiri yang menjadi sumber gas merupakan milik
dan sumber energi Indonesia. Akhirnya yang memungkinkan adalah membawanya dengan floating
storage (penampungan tertimbun).
Blok Masela memiliki cadangan gas alam sebanyak 10 triliun kaki kubik. Jumlah ini cukup besar
untuk diolah. Sebelum dilakukan pembangunan floating mini LNG plant, diasumsikan telah dilakukan
tander dan ditandatangani kontrak antara Jepang sebagai pembeli dengan BP migas sehingga pasar LNG
ini adalah Jepang. Jarak antara jepang dan blok Masela yang jauh, cukup ekonomis bila gas tersebut
dalam bentuk LNG. Jika ditrasnportasikan dengan dengan sistem perpipaan maka hal ini sangat tidak
ekonomis dikarenakan membutuhkan jaringan pipa yang sangat panjang dan akan terjadi pressure drop
yang sangat besar salama proses perpipaan. Pada blok Masela sampai saat ini terdapat 3 sumur yaitu
Sumur Abadi-3 terletak lebih kurang 16,5 km sebelah barat daya dari sumur Abadi-1. Sumur Abadi-1
mempunyai kedalaman 423 meter di bawah laut, dan total kedalaman reservoir 4.032 meter. Sumur
Abadi-2 terletak lebih kurang 13,5 km sebelah timur laut sumur Abadi-1, di bor pada kedalaman laut 580
meter dan total kedalaman 3.986 meter. Dikarenakan pada Blok Masela masih tahap eksplorasi sehingga
kami belum mendapatkan data tentang komposisi gas yang ada dan dikarenakan keterbatasan data juga,
maka kami mengasumsikan bahwa kondisi dan komposisi gas dari ketiga sumur di atas sama dengan
komposisi gas di Bontang LNG plant. Pemilihan asumsi ini dikarenakan komposisi gas di Bontang LNG
plant cukup banyak pengotornya sehingga membutuhkan gas treatment yang lebih kompleks. Dengan gas
treatment yang lengkap akan membuat floating mini LNG plant ini bisa dipakai di daerah lain jika
dipindahkan ke daerah lain.
12
http://contoh.in
II.1.3 Feed dan Produk
Bahan baku untuk pabrik LNG adalah gas alam yang merupakan salah satu sumber energy yang
paling bersih, aman dan bermanfaat. Gas alam dalam bentuk aslinya tidak berwarna, tidak berbentuk dan
tidak berbau. Gas alam mudah terbakar dan menghasilkan sejumlah besar energi. Tidak seperti bahan
bakar fosil lainnya, gas alam relatif bersih karena hasil pembakarannya menghasilkan produk samping
yang rendah potensi bahayanya.
Pada floating LNG plant ini feed gas yang sebelum diolah memiliki kondisi seperti berikut :
Gambar II. 8 Kondisi Feed Gas
Tabel II. 3 Komposisi Feed Gas
Komponen Mole Fractions Nitrogen 0.00163 CO2 0.02426 H2S 0.01751 Metana 0.88465 Etana 0.04000 Propana 0.00947 i-Butana 0.00265 n-Butana 0.00295 i-Pentana 0.00142 n-Pentana 0.00122 n-Heksana 0.00183
13
http://contoh.in
n-Heptana 0.00733 H2O 0.00509 Hg 0.0001
Komposisi utama dari gas alam adalah metana dengan sejumlah kecil etana, propana, butana dan
pentana juga terdapat didalamnya. Setelah diangkat dari dalam bumi, gas alam dimurnikan untuk
menghilangkan pengotor seperti air, gas-gas lain, pasir maupun komponen lainnya. Beberapa hidrokarbon
dipisahkan dan dijual seperti propana dan butana. Pengotor lainnya juga dihilangkan, seperti hidrogen
sulfida yang dapat dimanfaatkan unutk produksi sulfur dan kemudian dijual secara terpisah. Setelah
pemurnian, gas alam yang telah bersih dari pengotor didistribusikan melalui berbagai metode. Salah
satunya yaitu dengan dicairkan sehingga dihasilkan LNG.
Salah satu produk dari gas alam yaitu LNG yang merupakan gas alam yang dicairkan pada tekanan
ambient dengan suhu sekitar -160oC (-260oF) dalam kondisi cair jenuh. LNG sendiri memiliki spesifikasi
sebagai berikut :
Tabel II. 4 Spesifikasi LNG
Komponen Nilai Temperatur -160oC Tekanan 1 atm HHV 1105 – 1165 Btu/scf Densitas 435 kg/lt C1 > 90% C2 8% C3 1.50% iC4 & nC4 0.50% CO2 20 ppm H2S nil H2O 0.5 ppm Hg 0.5 ppb
II.2 Tata Letak
II.2.1 Tata Letak Pabrik
Pada floating LNG plant ini akan dibangun di Blok Masela, Laut Timor dengan sumur gas
terletak di laut dengan kedalaman hingga 4.000 meter, sekitar 800km sebelah timur Kupang (Nusa
14
http://contoh.in
Tenggara Timur) atau lebih kurang 400 km di utara kota Darwin (Australia). Blok Masela memeiliki
koordinat 8o12’29”LS, 129o49’32”BT.
Pada plant ini faktor penting yang harus diperhitungkan juga adalah faktor arah angin, kecepatan
gelombang, kecepatan arus laut, didapatkan bahwa statistic arah angin dan arus lautke arah barat.
Sehingga peletakan arah barge dan flare dapat ditentukan yaitu kea rah barat. Dimana ukuran dari plant
ini yaitu dengan panjang: 293 m dan lebar: 50 m
Tata letak pabrik terbagi atas dua bagian:
a. Inside Battery Limit (IBL)
Merupakan batasan atas fasilitas proses utama dan peralatan yang termasuk di dalamnya.
b. Outside Battery Limit (OBL)
Meliputi pokok bahasan diluar IBL. OBL meliputi bagian-bagian yang penting dan dibutuhkan untuk
kelancaran suatu unit proses seperti storage tank, pengolahan limbah, gas turbin, flare, pipe rack,
pengolahan air laut, pendingin air laut, dan sistem udara bertekanan.
II.2.2 Tata Letak Peralatan
Pengaturan tata letak peralatan dalam suatu pabrik ditujukan untuk mengoptimasi penggunaan
lahan, penggunaan peralatan seperti pipa, serta pertimbangan sistem keselamatan. Jika jarak antar alat
dibuat optimal maka penggunaan lahan dan pipa pun akan efisien dan ekonomis. Optimasi tata letak
peralatan pun harus berdasarkan factor-faktor seperti:
1. Jarak minimum antar peralatan yang mengikuti pertimbangan keselamatan.
2. Urutan keseluruhan proses dari pabrik tersebut.
3. Jarak suatu alat yang menggunakan utilitas terhadap penyedia utilitasnya.
4. Kemudahan dalam pengoperasian dan pemeliharaan.
Berikut adalah penjelasan singkat mengenai pertimbangan tata letak peralatan.
a. Barge
15
http://contoh.in
Merupakan tempat storage dan peralatan proses diatasnya. Bentuk barge ini seperti tongkang,
untuk memperkecil pengaruh arus laut dan angin digunakan mooring yang mengikat sampai ke dasar laut.
Berdasarkan analisa kecepatan arus dan angin, maka peletakan barge menghadap ke arah barat.
b. Storage LNG dan Kondensat
Storage ini digunakan untuk menampung LNG dan kondensat sebelum loading. Dikarenakan
keterbatasan lahan maka storage LNG dan kondensat diletakkan di lambung barge. Selain itu peletakan
ini dimaksudkan untuk meletakkan jauh dari proses utama, dikarenakan LNG dan kondensat yang
sifatnya mudah terbakar.
c. Kolom Regenerator
Merupakan unit operasi yang terdiri dari beberapa alat seperti pompa condenser, reboiler, dan
drum. Karena kolom regenerator ini menggunakan utilitas cooling water dan hot oil, sebisa mungkin
jarak kolom regenerator tidak terlalu jauh dengan utilitas penyedianya. Selain itu tentu saja kolom
regenerator harus diletakkan berdekatan dengan alat yang memproses input-an dan output-an dari kolom
regenerator dan juga harus dekat dengan pipe rack. Pada plot plant ini, kolom regenerator diletakkan
sebelum peralatan liquefaction, dengan pertimbangan urutan proses.
d. Heat Exchanger
Adalah alat penukar kalor dari dua aliran yang masing-masing dapat dipertukarkan kalornya. Oleh
karena itu, Heat Exchanger harus berada dekat dengan kedua aliran tersebut sehingga dapat mendukung
keekonomisan dari pipa.
e. Pompa
Lokasi pompa dapat bervariasi karena banyak alasan tetapi tujuan utama untuk mengatur lokasi
pompa adalah untuk meminimalkan panjang pipa suction tetapi tetap menjaga fleksibilitas kebutuhan pipa
tergantung dari banyaknya yang masuk ke dalam nozzle. Karena itu, pompa sebaiknya diletakkan sedekat
mungkin dengan letak suction dan berdekatan dengan pipe racks.
16
http://contoh.in
f. Filtrasi
Peralatan filtrasi merupakan salah satu alat yang memiliki tingkat kompleksitas yang cukup tinggi
sehingga membutuhkan perhatian lebih dalam hal pemeliharaan. Oleh karena itu alat filtrasi sebaiknya
diletakkan dekat dengan jalan dan mudah untuk dijangkau sehingga mudah untuk dimonitor.
g. Flare
Jarak minimum flare adalah 400 meter dari suatu plant. Jarak tersebut bias dikurangi hingga
sekitar 340 meter dengan cara meningkatkan tinggi flare. Pertimbangan jarak flare juga dipengaruhi oleh
factor keselamatan pekerja dan peralatan. Dari hasil analisa kecepatan angin maka flare diletakkan di
bagian depan barge (deck).
h. Combustion Chamber atau Reaktor Pembakaran
Reaktor yang digunakan beroperasi pada suhu dan tekanan yang tinggi sehingga dibutuhkan
ruang yang cukup besar untuk factor keamanan. Reaktor harus cukup dekat dengan peralatan penunjang
dan mempunyai posisi yang cocok untuk beroperasi (relatif terhadap proses selanjutnya) dan mudah
untuk melakukan maintenance. Beberapa keselamatan seperti pemadam api individual ataupun shower di
dekat alat ini sangat penting karena daerah ini memiliki resiko kecelakaan yang relatif tinggi.
i. Kompresor
Peletakan kompresor dibutuhkan suatu bangunan tersendiri karena membutuhkanbeberapa
peralatan tambahan seperticondensate pump, air blower, inlet air filter, waste heat system, compressor
suction pipe yang digunakan agar udara yang masuk ke kompresor bebas dari partikel asin seperti
kelembaban dan partikel-partikel, pulsation dampener untuk mengurangi efek getar reciprocating
kompresor. Selain itu, letak kompresor harus agak terpisah dari alat-alat ini berkaitan dengan kondisi
operasi tekanan yang tinggi.
j. Pipe Rack
Adalah peralatan utama dari sebuah unit proses. Karena kebanyakan pipe rack diletakkan di
tengah pada kebanyakan pabrik, pipe rack harus dimasukkan terlebih dahulu sebelum peralatan-peralatan
lain untuk menghindari kompleksitas pemasangan alat-alat lain.
17
http://contoh.in
k. Ruang Kontrol
Ruang kontrol memegang peranan penting dalam operasional pabrik sehari-hari yang berisi para
pekerja, sehingga harus diletakkan cukup jauh dari peralatan yang berbahaya, mudah meledak ataupun
terbakar. Peletakkan ruang kontrol berpengaruh pada keefisienan pengendalian proses. Letak ruang
kontrol diharapkan sebaiknya dapat dijangkau dari unit manapun dalam waktu cepat agar distribusi sistem
kontrol lebih optimal.
l. Ruang Akomodasi
Ruang ini berfungsi untuk tempat penginapan para pekerja, sebagai kantin, muster station, tempat
ibadah, saran olah raga. Ruang akomodasi pada plant ini terdiri dari 3 lantai, dimana letak dari ruang
akomodasi ini berada di bagian belakang barge, dengan tujuan agar jauh dari peralatan panas (flare) dan
proses yang mudah meledak dikarenakan berhubungan dengan keselamatan pekerja.
m. Loading Arm Pump
Digunakan untuk transfer LNG dari storage ke LNG carrier, pada plant ini peletakan di bagian
samping.
n. Helideck
Digunakan untuk penfaratan helikopter saat transfer penumpang, penempatan helideck ini di atas
ruang akomodasi.
o. Crane
Peletakan crane pada bagian samping barge sejajar dengan loading arm pump.
18
http://contoh.in
II. 3 Deskripsi Proses
II.3.1 Gas Sweetening
Gas alam yang berasal dari sumur dimasukkan ke dalam proses gas sweetening untuk
menghilangkan kandungan H2S dan CO2. Proses gas sweetening yang digunakan yaitu proses
amina yang menggunakan DEA sebagai adsorbennya. Gas alam yang masih mengandung H2S
dan CO2 akan mengalami kontak dengan DEA pada kolom V-100. Gas alam yang keluar dari
kolom DEA (aliran 8) yang memiliki kandungan H2S dan CO2 yang rendah kemudian dikirim ke
unit Dehydration.
Kemudian bottom produk dari kolom DEA akan dimasukkan ke dalam flash drum untuk
memisahkan gas alam yang terikut ke dalam larutan DEA. Larutan DEA yang jenuh dengan H2S
dan CO2 dipanaskan pada E-100 sebelum mengalami proses regenerasi pada kolom Regenerator
V-104. Produk DEA yang telah diregenerasi diberikan make up water dan dikirim kembali ke
kolom DEA untuk melakukan proses sweetening kembali.
II.3.2 Gas Dehydration
Gas alam yang telah mengalami proses sweetening akan dimasukan ke dalam kolom
absorber V-105, untuk dikontakkan dengan TEG,dimana gas akan dimasukkan dari aliran bawah
kolom sedangkan TEG dari bagian atas kolom. Pada proses ini TEG yang dimasukkan dengan
konsentarsi 98.5%wt. Setelah terjadi proses absorbsi aliran gas yang dikeluarkan dengan
kandungan air 0.00011, selanjutnya aliran gas ini akan diproses untuk menghilangkan kandungan
Hg. Sedangkan aliran bawah dari kolom absorber merupakan aliran Rich TEG, setelah itu aliran
Rich TEG ini akan dilakukan proses regenerasi untuk menghasilkan lean TEG untuk digunakan
mengabsorbsi lagi.
Rich TEG setelah dari kolom absorber akan memasuki TEG filter F-100A/B dengan
tujuan untuk memisahkan partikel padatan yang terbawa oleh rich TEG. Jumlah glycol filter ada
dua dengan tujuan salah satu jadi backup jika salah satu filter jenuh, setelah itu dilewatkan ke
carbon filter F-101 dengan tujuan menghilangkan kandungan karbon berat yang terbawa oleh
rich TEG, dikarenakan jika TEG bereaksi dengan hidrokarbon berat maka akan terjadi foaming
19
http://contoh.in
yang akan berakibat glycol loss yang besar. Setelah itu aliran rich TEG akan di preheater dengan
memanfaatkan panas dari keluaran still kolom E-103, aliran yang telah di preheat akan
memasuki Glycol/Glycol Exchanger E-102 untuk penukaran kalor dan pemanasan selanjutnya.
Setelah keluar dari Glycol/Glycol Exchanger E-102 aliran akan memasuki still kolom yang berisi
packing dengan jenis pall ring. Aliran ini akan dipanaskan di dalam reboiler mencapai suhu 380F
dengan media pemanas hot oil, untuk menghasilkan lean TEG, selanjutnya aliran ini memasuki
Glycol/Glycol Exchanger E-102 kembali untuk diturunkan temperaturnya. Selanjutnya akan
menuju ke glycol surge drum untuk ditampung sementara sebelum disirkulasikan kembali ke
kolom absorber menggunakan glycol pump. Aliran uap air dan sedikit TEG akan keluar dari still
kolom menuju ke Flare dimana temperature pada keluaran yaitu 212 F yaitu temperatur saat air
mendidih dan dengan tekanan atmosferik.
II.3.3 Hg Removal
Penghilangan merkuri dapat dilakukan dengan cara adsorbsi oleh berbagai adsorben
seperti sulfur (S), sulfida, iodida, Ag, dan oksida logam. Akan tetapi yang paling banyak
digunakan adalah penghilangan merkuri dengan cara adsorbsi oleh sulfur (S) yang diimpregnasi
dalam pori-pori karbon aktif. Hg akan bereaksi dengan S membentuk HgS (amalgam). Amalgam
ini merupakan senyawa yang tidak dapat dihilangkan melalui regenerasi, sehingga jika adsorben
karbon aktif sudah terjenuhkan harus segera diganti dengan adsorben yang baru (adsorben non-
regeneratif). Dimana setelah proses ini kandungan Hg dibawah 0.03ppb. sehingga tidak merusak
peralatan karena bersifat korosif. Pada prosespengolahan sampai pada proses Hg removal ini
kandungan metana pada gas ini sudah melebihi 90% sedangkan kandungan hidrokarbon berat
lainya sangat kecil oleh karena itu tidak perlu dilakukan NGL recovery. Sehingga gas langsung
memasuki proses liquefaction.
II.3.4 Liquefaction
Sistem refrigrasi menggunakan dual expander dimana dilakukan dua tahap pendinginan.
Pendinginan tahap awal menggunakan refrigerant metana sedangkan pendinginan kedua
menggunakan refrigerant nitrogen. Proses pendinginan yang terjadi yaitu gas alam dimasukkan
ke dalam LNG exchanger E-112 sehingga keluarannya diperoleh suhu yang kriogenik yaitu -
1600C. Selanjutnya gas alam yang telah dingin di ekspansi menggunakan ekspander K-107 agar
tekanannya turun sampai 1 atm.
20
http://contoh.in
Tahap pendinginan awal yaitu pendinginan menggunakan refrigerant metana dimana
metana yang telah dieksapansi menggunakan ekspander K-106 dilewatkan melalui LNG
exchanger E-112 dimana akan terjadi pertukaran kalor antara metana dan gas alam sehingga
terjadi pendinginan gas alam tahap pertama. Kemudian warm metana yang keluar dari LNG
exchanger dilakukan kompresi kembali untuk menaikkan tekanannya mencapai 1400 psi malalui
2 tahap kompresi pada kompresor K-104 dan K-105. Selanjutnya metana yang telah dikompresi
dilakukan pendinginan pada LNG exchanger yang selanjutnya dilakukan ekspansi mencapai 200
psi untuk menghasilkan cold metana yang akan digunakan lagi untuk mendinginkan pada LNG
exchanger.
Tahap kedua pendinginan dilakukan oleh nitrogen dimana nitrogen yang telah di ekspansi
dilewatkan melalui LNG expander E-112 dimana akan terjadi pendinginan gas alam tahap kedua
yang mencapai suhu -1600C. Selanjutnya warm nitrogen yang keluar dari LNG exchanger akan
dikompres melalui 2 tahap kompresi oleh kompresor K-108 dan K-109 sampai ke tekanan 1200
psi. Setelah itu nitrogen tersebut dilakukan pendinginan di LNG exchanger untuk menurunkan
suhunya dan selanjutnya diekspansi mencapai tekanan 200 psi oleh ekspander K-110 sehingga
dihasilkan cold nitrogen yang akan melakukan pendinginan kembali di LNG exchanger.
II.4 Aspek Kesehatan, Keselamatan, dan Lindung Lingkungan
Keselamatan kerja merupakan faktor penting dalam perancangan suatu pabrik karena keselamatan
kerja ini akan menentukan produktivitas dari suatu pabrik. Keselamtan kerja meliputi kesehatan dan
keamanan kerja para pekerja dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dengan mengetahui persis
bagaimana proses operasi kimia yang terjadi dalam suatu pabrik, seorang sarjana teknik kimia
bertanggung jawab dengan segala risiko bagi para pekerja, konsumen, dan masyarakat sekitar.
Tujuan dari diterapkannya kebijakan K3 ini antara lain sebagai berikut.
1. Menetapkan target peningkatan keselamatan kerja dan kesehatan tahunan sera memastikan semuanya terpenuhi dengan melakukan audi t secara teratur;
2. Mencegah terjadinya cedera perorangan maupun gangguan kesehatan bagi semua orang yang berada di lingkungan pabrik;
3. Mengembangkan, merancang, membangun, menyiapkan, mengoperasikan, dan memelihara proses, pabrik, peralatan termasuk pembuangan sesuai dengan pedoaman perusahaan dan
21
http://contoh.in
peraturan pemerintah tentanga keselamatan kerja dan kesehatan, serta mendokumentasikan metode-metode pengendalian proses yang tergolong berbahaya;
4. Menyediakan dan memelihara sistem bekerja yang aman dan menyiapkan segala rencana yang diperlukan untuk mengatasi segala jenis gangguan dan kerusakan;
5. Memastikan bahwa semua karyawan di lokasi perusahaan menyadari tanggung jawab terhadap keselamatan kerja dan kesehatan;
6. Memastikan staf yang memberikan pengarahan tentang keselamatan kerja dan kesehatan serta masalah lingkungan mendapatkan pelatihan yang memadai;
7. Melibatkan semua keryawan dalam pelaksanaan kebijakan dan timbulnya rasa tanggung jawab;
8. Memastikan dan merangkum semua bahaya tentang keselamatan kerja dan kesehatan yang relevan dan menyebarkan kesimpulan untuk kepentingan bisnis secara utuh;
9. Meninjau secara berkala kebijakan dan kesehatan kerja sejalan dengan kebijakan pusat.
Faktor keselamatan dan lingkungan adalah faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam
perancangan suatu pabrik karena keduanya memiliki dampak pada kehidupan pekerja dengan masyarakan
di sekitar pabrik. Faktor keselamatan merupakan hal yang utama sebelum melaksanakan pekerjaan. Ada
dua sumber utama yang berpengaruh terjadap keselamatan, yaitu proses dan bahan serta produk
berbahaya.
Perhatian terhadap lingkungan menunjukkan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap
lingkungan. Aspek lingkungan menunjukkan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan.
Aspek lingkungan meliputi pencemaran air, udara, tanah, suara, maka perlu dilakukan analisa proses yang
berisiko terhadap seluruh kegiatan proses di dalam suatu perusahaan. Hal ini dilakukan dengan
melakukan analisis terhadap material, proses, dan operasi untuk mengetahui potensial bahaya.
II.4.1 Identifikasi Bahan Pabrik dan Membran Pabrik
Bahan-bahan berbahaya yang terdapat pada proses produksi LNG ini antara lian adalah DEA,
TEG, H2S, dan N2. Bahan-bahan ini harus diperhatikan pengananannya mulai dan memasuki pabrik,
penyimpanan, dan penggunaannya. Berdasarkan karakteristik dan sifatnya masing-masing, perlu diadakan
pencegahan terhadap pencemaran, identifikasi, bila terjadi pencemaran dan penanggulangan bahaya jika
pencemaran tersebut benar-benar terjadi.
Sebagian besar komposisi gas alam merupakan bahan yang berbahaya, termasuk metana (CH4)
yang terdapat dalam bahan berbahaya OSHA (Ocupational Safety and Health Administration). Secara
22
http://contoh.in
umum, gas alam merupakan senyawa volatile (mudah menguap) dan mudah terbakar dan memiliki
temperatur nyala yang lebih besar dibandingkan dengan bensin dan solar.
a. Gas Alam
Gas alam yang sebagian besar komponen metana (CH4) serta senyawa dengan deret homolog
yang sama, yaitu etana, propana, butana, pentana, heksana, pentana, oktana, serta impurities yang berupa
nitrogen (inert) dan pengotor seperti H2S, CO2,dan Hg. Gas alam merupakan suatu senyawa ringan yang
terdiri dari beberapa senyawa gas yang memiliki karakteristik tersendiri tergantung reservoirnya.
b. DEA
Pada umumnya, pelarut yang banyak digunakan adalah DEA. Hal ini dikarenakan proses absorbsi
kimia dengan pelarut DEA sangat fleksibel dan cocok untuk menghilangkan senyawa CO2, H2S, dan
sulfur hingga mencapai level yang diinginkan. Sebagai amin sekunder, sifat basa DEA lebih lemah
dibandingkan dengan MEA. Oleh karena itu, sistem DEA tidak menimbulkan problem korosifitas yang
sama seperti MEA. Selain itu, kehilangan DEA lebih kecil, panas yang diperlukan untuk regenrasi per
mol gas asam yang diserap lebih rendah dan memerlukan reclaimer. Pelarut DEA juga lebih stabil dari
degaradasi dan lebih mudah didegradasi sehingga proses pemisahan gas dari kandungan asmanya dari
pabrik floating LNG ini menggunakan pelarut DEA.
Tabel II. 5 Karakteristik DEA
Karakterisitik Keterangan Formula Berat Molekul Tekanan uap per 38oC Titik didih pada 760 mmHg (F) SG
(C2H5)2NH 73,14 400mmHg 131 0,707 per 20oC
DEA telah terbukti tidak bersifat korosif. Keadaan komponen ini membuat DEA menjadi pelarut yang
stabil secara kimia dan termal. Dengan menggunakan pelarut DEA, material tidak terdapat degradasi
solven sehingga tidak membutuhkan reclaimer dan tidak terdapat masalah dalam pembuangan limbah.
Selain itu, DEA juga tidak beracun maka jika terjadi kecelakaan tumpahan maka akan lebih mudah
ditangani di pengolahan air pembuangan. DEA bereaksi dengan H2S dan CO2 sebagai berikut.
23
http://contoh.in
2R2NH + H2S (R2NH2)2.S
(R2NH2)2S + H2S 2R2NH2SH
2R2NH2SH + CO2 R2NCOONH2R2
Reaksi ini bersifat reversibel (berjalan bolak balik), DEA bereaksi dengan COS dan CS2 untuk
membentuk senyawa yang dapat diregenarasi di kolom stripping sehingga COS dan CS2 dihilangkan
tanpa menyebabkan kehilangan DEA. Biasanya sistem DEA memiliki yang sebuah filter karbon tidak
memiliki reklaimer.
c. TEG
TEG merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai larutan penyerap air dari gas alam yang
digunakan pada proses permunian gas. TEG memiliki sifat higroskopis dan reaktif terhadap campuran
organik yang tinggi teruatama rantai karbon linier dan alifatik. TEG adalah cairan tidak berwarna, tidak
berbau, berviskositas rendah, mudah menguap, dan titik didih tinggi. TEG tidak dapat memasuki dan
menimbulkan efek bagi kesehatan lewat mata, kulit, dan sistem pernapasan. Korban yang terkena TEG
dalam konsentrasi yang rendah dalam waktu yang cukup lama dapat mengalami kerusakan hati, ginjal,
saluran pernapasan, dan dermatitis pada kulit dan untuk kondisi yang lebih parah bisa mengakibatkan
kerusakan hati dan ginjal. Berikut tabel tentang karakterisitik TEG secara umum.
24
http://contoh.in
Tabel II. 6 Karakteristik TEG
Karakterisitik Keterangan Formula Berat Molekul Wujud pada suhu kamar Titik didih pada 760 mmHg (F) SG Temperatur nyala (F)
HO-CH2-CH2-O-CH2-CH2-O-CH2-CH2-OH 150, 17 Cairan bening 532 1,124 – 1, 126 per 20oC 1292
Bila terjadi kebocoran TEG, harus dilakukan langkah-langkah berikut.
1. Mamatikan dan menghindarkan segala sumber api atau yang dapat memicu kebakaran
2. Memfasilitasi aliran udara yang baik di sekitar lokasi pencemaran
3. Jika TEG dalam bentuk cair dan jumlah terbatas (sedikit), cairan TEG dapat diserap oleh handuk atau kain kemudian dibakar untuk memenuhi standar keamanan
4. TEG yang telah habis terpakai dari proses pemurnian gas harus dicampurkan ke dalam pasir sebelum dibuang ke dalam suatu tempat pembuangan khusus (sanitary landfill) atau dibakar dalam saluran.
d. H2S
Gas H2S atau Hidrogen disulfida adalah gas yang sifatnya sangat beracun, tidak terlihat, mudah
meledak, dan lebih berat dari udara. Gas ini memiliki bau menyengat seoerti telur bususuk dan pada
konsentrasi tinggi akan dengan cepat membunuh saraf penciumahm sehingga kita tidak dapat bergantung
pada indera penciuman untuk mendeteksi adanya gas ini.
Karakterisitik gas H2S dapat diperhatikan sebagai berikut.
1. Sangat beracun dan mematikan
2. Tidak berwarna
3. Lebih rendah dari udara sehingga cenderung untuk berkumpul dan berdiam pada daerah yang rendah
4. Mudah tertiup dan dihamburkan oleh udara dan angin
5. Sangat mudah terbakar dan membentuk gas yang dapat meledak apabila bercampur dengan udara atau oksigen
25
http://contoh.in
6. Bila terbakar akan menyala dengan warna biru, maka hasil pembakarannya akan berupa gasi sulfur dioksida yang juga merupakan gas beracun
7. Pada konsentrasi rendah, gas ini berbau seperti telur busuk dan sering melumpuhkan indera penciuman manusia
8. Sangat korosif sehingga mengakibatkan karat pada logam
9. Gas H2S lebih mematikan daripada gas CO dan sama beracunnya dengan gas hidrogen sianida (HCN)
Tabel II. 7 Properti H2S
Karakterisitik Keterangan Formula
Berat Molekul
Tekanan kritis
Temperatur kritis
Titik didih pada 760 mmHg (F)
Titik lebur
Densitas uap
Tekanan uap
Viskositas gas
H2S
34
89,05 atm
100,4oC
-6000C
-83oC
1,2
16 atm
0,0116 centipoise Kegunaan Reagen pada kimia analitik dan industri
metalurgi Paparan 30ppm dapat menimbulkan kematian
Standar OSHA: batas maks. 20 ppm
NIOSH: 10 menit kadar 10 ppm Kelarutan oleh air Pada 20oC, 1 gram H2S terlarut dalam 242 ml
air Penampilan dan bau Tidak berwarna dan bau telur busuk Temperatur nyala 260oC
H2S merupakan pemicu kanker (karinogen). Konsentrasi yang tinggi (500-1000 ppm) dari H2S dapat
menyebabkan keracunan yang didahului gejala kelumpuhan, pernapasan, tidak sadar, dan diikuti
kematian. Paparan pada konsentrasi 50-500 ppm mengakibatkan iritasi pernapasan (batuk-batuk dan
kesulitan bernapas). Iritasi pada mata dan sistem pernapasan atas dimulai pada konsentrasi 20 ppm,
tingkat keparahannya akan bertambah sering durasi dan intesitas paparan H2S. Indera penciuman akan
26
http://contoh.in
lumpuh dengan segera pada konsentrasi H2S 200 ppm. Hilangnya kesadaran dan koma yang menuju pada
kematian segera terjadi jika gas H2S pada konsentrasi lebih besar daripada 1000ppm terhirup dalam
jumlah yang kecil. Gas H2S dapat memasuki tubuh melalui kulit dan pernapasan.
e. N2
Berikut paparan sifat fisik dari nitrogen.
1. Gas inert
2. Tidak dapat terbakar
3. Oksidator
4. Mendukung pembakaran
5. Tidak berwarna
6. Tidak berbau
7. Tidak berasa
Berikut paparan sifat kimia dari nitrogen.
1. Massa molekul : 28,0314 gram /molekul
2. Formula : N2
3. Titik didih : -321oF (-1960C)
4. Titik beku : -346oC (-210OC)
5. Tekanan uap : 760 mmHg
6. Kerapatan udara : 0,967
7. Densitas : 1,309 gram/L (25OC)
8. Kelarutan dalam air : 1,6 % (20OC)
9. Volatilitas : 100%
10. Pelarut : Alkohol
Dalam bentuk nitrogen cair, nitrogen dapat berfungsi untuk:
1. Makanan, untuk pengemas, sterilisasi dan pengolah bahan makanan, pengawetan, dan pembekuan
2. Medis, pengobatan masalah kulit, pembekuan, dan pengawetan darah
27
http://contoh.in
3. Kimia, pembuatan pupuk nitrogen (urea, ZA, NPK)
4. Kaca, membantu proses annealing
Dalam bentuk nitrogen gas, nitrogen dapat berfungsi untuk:
1. Metalurgi, menghilangkan gas di dalam logam agar tidak berpori
2. Minyak dan gas, menunjang pengeboran minyak lepas pantai
3. Kimia, bahan baku pembuatan ammonia, asam nitrat
Bahaya yang ditimbulkan oleh nitrogen sebagai berikut.
1. Rasa tercekik
2. Jika dalam bentuk cair terkena kulit, akan menyebabkan kerusakan jaringan tubuh
3. Dalam botol baja bertekanan tinggi dapat meledak. Oleh karena itu, untuk menjaga keselamatan kita perlu menjauhkan kemasan botol baja dari sumber atau bunga api.
f. Karbon Dioksida (CO2)
Karbon dioksida adalah gas tidak berwarna. Bila berada dalam konsentrasi yang rendah, gas ini
tidak akan menimbulkan bau. Pada konsentrasi tinggi, gas ini memiliki bau yang sangat tajam seperti bau
asam. Gas ini dapat menimbulkan asfiksi dan iritasi.
Gas CO2 adalah gas yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang sangat kuat. Pada konsemtrasi
di antara 2 -10%, gas ini dapat menimbulkan nausea, pusing, sakit kepala, halusinasi, peningkatan
tekanan darah dan laju pernapasan. Di atas 8%, gas ini dapat menyebabkan nausea dan muntah-muntah.
Di atas 10%, gas ini dapat mneimbulkan lemas dan kematian seketika. Kontak langsung dengan gas
dingin dapat menimbulkan cold burn. Jika kandungan CO2 di dalam udara sangat tinggi, asam karbonat
dapat terbentuk sehingga dapat menimbulkan iritasi mata. Semua bentuk CO2 bersifat mudah terbakar.
Tabel II. 8 Properti CO2
Properti Keterangan Berat molekul
Wujud pada suhu kamar
Titik didih (F)
44
Gas
-109,3
28
http://contoh.in
SG
Titik beku (F)
1,52 pada 70oF
-69,8
II.4.2 Proses Berbahaya
Proses berbahaya yang terlibat dalam pabrik ini adalah proses yang melibatkan temperatur dan
tekanan yang tinggi. Kedua hal ini merupakan faktor yang mempunyai risiko untuk menyebabkan ledakan
dan kebakaran. Selain itu, pabrik ini juga merupakan industri gas yang mempunya fungsi sebagai bahan
bakar. Risiko atau keadaan berbahaya yang dapat terjadi dalam suatu pabrik terutama yang mengolah
bahan mudah terbakar seperti bahan bakar gas ialah kebakaran, ledakan, pelepasan gas beracun, dan
penumpukan gas yang mudah terbakar (flammable vapour).
a. Kebakaran
Api penyebab kebakaran dapat muncul dalam beberapa kondisi, antara lain:
1. Pembakaran material secara langsung
2. Konveksi (aliran)
3. Radiasi (pancaran)
4. Konduksi (sentuhan)
Peristiwa meluasnya kebakaran dari sumber api ke bagian lainnya sebagai akibat pembakaran
yang dilakukan oleh suatu pabrik, dari lokasi tersebut dapat dihalangi secara vertikal dan horizontal
menggunakan tembok dan lantai tahan api. Perhatian lebih harus diberikan pada penyebaran ap melalui
saluran pembuangan air, udara, dan ventilasi. Perlindungan terhadap efek lanjutannya yang berupa
koveksi, radiasi, dan konduksi dapat dicapai dengan beberapa prinsip pengamanan di antaranya, yaitu.
a. Memastikan jarak yang aman antara bangunan atau alat proses dalam pabrik untuk mencegah panas yang berlebih
b. Membangun tembok tahan api dan perlindungan api secara aktif dan pasir pada bangunan atau alat yang menimbulkan kebakaran.
Bila terjadi kebakaran, gas menimbulkan kebocoran, api yang berasal dari sumber gas harus segera
dimatikan atau menutup saluran yang bocor untuk mencegah penyebaran api terus belanjut. Evakuasi
29
http://contoh.in
pekerja yang berada di daerah sekitarnya, kecuali meraka yang bertanggung jawab dalam usaha
pemadaman api.
Bila kebakaran terjadi di ruangan tertutup, saluran udara harus segera dibuka agar gas terbebas ke
udara bebas. Selain itu, para petugas pemadam kebakaran diwajibkan memakai alat bantu pernapasan
untuk mencegah terjadinya dampak asap kebakaran yang terhirup oleh petugas.
Untuk pemadaman api berskala kecil, alat pemadam ringan perlu digunakan. Alat pemadam
ringan meliputi semprotan air dalam jumlah besar selain untuk memadamkan api juga menjaga agar
lingkungan di sekitar lokasi kebakaran tetap dingin sehingga tidak merambat menuju alat proses.
Alat pemadam ringan berbentuk tabung atau tabung dengan roda dipersiapkan dengan baik dari
segi jumlah dan volume tabung dan harus ditempatkan pada tempat-tempat yang strategis dan mudah
dijangkau para pekerja. Perlu dipertimbangkan, sistem keamanan dari api menggungakan peralatan
penyemprot otomatis yang diaktifkan melalui alarm berdasarkan tekanan, suhu, dan komposisi udara di
sekitar alat proses tempat sensor dipasang.
Pelatihan kepada para karyawan baik operator ataupun pegawai yang bertempat di kantor
mengenai kebakaran (fire drill) baru dilakukan secara berkala termasuk inspeksi dari kesiapan alat-alat
evakuasi manusia dan pemadaman api. Para personel yang bekerja di lapangan seperti operator, bengkel,
dan penjaga keamanan diberikan pengetahuan dan latihan mengenai cara pengoperasian alat pemadaman
yang tersedia di pabrik.
b. Ledakan
Ledakan terjadi akibat gelombang tekanan dalam alat proses ataupun perangkat, atau material
yang terbakar sehingga melesat menuju alat atau material berbahaya. Hampir sama dengan pengendalian
terhadap kebakaran, jarak yang amat antara akat dan bangunan dapat mengendalaikan dan mengurangi
risiko terjadinya ledakan.
Pada kondisi terburuk dimana diperkirakan ledakan akan terjadi, tembok penghalang untuk
memperbaiki struktur bangunan sehingga lebih kuat harus dibangun. Tujuan lain dari pembangunan
tembok penghalang, yaitu untuk menambah tebal kolom proses dan membuat saluran udara yang dapat
mengarahkan ledakan ke daerah yang tidak berbahaya.
30
http://contoh.in
Gas alam dan produk elpiji sangat berbahaya bila terpapat bahan-bahan pengoksidasi kuat. Oleh
karena itu, tempat penyimpanan bahan-bahan pengoksidasi kuat seperti klor, flourin, perlu diperhatikan.
c. Jaringan Perpipaan
Jaringan pipa proses pabrik LNG, pencairan gas, dan pemurinan gas juga merupakan potensi
bahaya yang disebabkan karena pipa-pipa tersebut mengalirkan gas-gas yang mudah terbakar dan beracun
sehingga harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Sumber api seperti rokok, las pemantik api, dan pekerjaan yang dapat membangkitkan panas atau bunga apu harus dilalarang di sekeliling jaringan perpipaan
2. Secara berkala, pemeriksanaan jaringan dan sambungan dengan sabun, deterjen harus dilakukan sehingga letak kebocoran sejak dini dapat dilakukan dan dapat dilakukan upaya perbaikan
3. Jika perbaikan harus dilakukan, isolasi jaringan pipa yang bersangkutan harus ditutup. Hal ini diupayakan agar proses produksi tetap berjalan dengan baik
4. Identifikasi jaringan pipa mutlak dibutuhkan dengan menggunakan kode huruf dan warna sehingga dapat diketahui jenis aliran dan kondisinya. Sedangkan, tanda pandah dapat digunakan untuk menunjukkan arah aliran.
5. Perusahaan harus menyediakan jadwal inspeksi secara berkala mingguan atau bulanan sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh pihak konstruktor atau manufaktur peralatan.
d. Kebisingan
Kebisingan dapat muncul dari suara beroperasinya peralatan pabrik pemurnian gas, pencairan
gas, dan kegiatan lainnya. Kebisingan ialah suara yang tidak diinginkan dengan intensitas tinggi dan
berulang kali. Efek yang mungkin didapatkan dari tingkat kebisingan yang tinggi ialah berkurangnya atau
hilangnya kemampuan pendengaran, menghambat komunikasi verbal antar pekerjam menutupi suara
peringatan atau alarm, dan efek psikologius seperti jengkel, tegang, dan gelisah. Apabila intensitas suara
meningkat dan terpapar dalam waktu yang cukup lama, organ telinga manusia dapat menimbulkan
kerusakan. Akibat lanjut yang ditimbulkan adalah kehilangan pendengaran permanen.
Tingkat suara yang diperkenankan dibagi 3, yaitu tindakan (action), batas kelayakan (PEL), dan
pemakaian alat perlindungan ganda (DHPL). Standar kebisingan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
adalah 60 sampai 70 desibel. Sedangkan, Menteri Tenaga Kerja (Kepmenaker No. 51 Tahun 1991) adalah
sebesar 85 desibel dengan waktu durasi pendengaran maksimal selama 8 jam. Suara yang tingkat
31
http://contoh.in
pencemarannya melebihi batas tersebut perlu dilakukan pengujian terhadap sumber dan diperbaiki
sedemikian rupa untuk diuji tes kelayakannya. Setiap pekerja yang mendapatkan polusi suara akibat
pekerjaan maka diwajibkan untuk memakai pelindung pendengaran berupa penyumbat telinga (ear plug)
atau penutup telinga (ear muffs).
Bial tingkat suara mencapai DHPL (Dual Hearing Protection Level), yaitu 105 dBa selama 8 jam
yang setara dengan suara delapan kali lebih kuat dari tingkat PEL maka kedua alat perlindungan, yaitu
penyumbat dan penutup telinga harus dipakai bersamaan untuk melindungi pekerja. Intensitas suara yang
timbul dapat dikurangi dengan memasang insulasi pada peralatan dengan baik, penghalang suara,
pengubahan desain struktur, dan pemasangan alat peredam suara.
Tabel II. 9 Tingkat Kebisingan Alat
Peralatan Tingkat Kebisingan dalam Jarak 15 meter Pompa 69 – 72 dBa Generator 72 – 82 dBa Kompresor 74– 88 dBa
II.4.3 Aspek Kesehatan
Faktor kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung utama kegiatan pabrik. Dengan
kesehatan yang baik dalam pabrik, seluruh faktor pendukung kinerja pabrik, terutama para karyawan akan
menjadi lebih produktif dalam bekerja. Untuk mencegah terganggunya aspek kesehatan dalam lingkungan
pabrik maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat berpotensi membahayakan aspek kesehatan di
lingkungan pabrik. Bahaya terhadap aspek kesehatan tersebut dapt dihindari dengan melakukan analisis
bahaya potensial yang dapat memengaruhi aspek kesehatan pada lingkungan pabrik.
a. Sistem Keamanan dan Peralatan Pelindung
Pelindung Api dan Ledakan
Berikut adalah perlengkapan baju tahan apu yang digunakan ketika keluar dari tempat tinggal.
32
http://contoh.in
Gambar II. 9 Fire Fighting Suits
Sumber: http://cn1.kaboodle.com/hi/img/2/0/0/15a/5/AAAAAqnBd_gAAAAAAVpc6w.jpg
(diakses tanggal 13 Juli 2009)
Berikut adalah salah satu dari perlengkapan pemadam kebakaran yang berfungsi untuk memadamka api
yang kecil agar tidak membesar.
Gambar II. 10 Fire Extinguisher
Sumber:http://static.howstuffworks.com/gif/productImages/8/1/00000117781FirstAlertFE3A40Fi
reExtinguisher-large.jpeg (diakses tanggal 13 Juli 2009)
b. Emergency Power, Communication, and Lighting
Untuk area luar living quarter area pada umumnya diterangi dengan lampu sodium bertekanan
tinggi. Sedangkan, untuk tangga dan jalur evakuasi menggunakan lampu halogen 2 x 8 watt. Lampu ini
digunakan untuk penerangan saat terjadi kecelakaan. Flood lighting digunakan untuk area terbuka.
Sedangkan untuk area indoor, digunakan lampu standar industrial fluorescent luminaries untuk
penerangan secara umum dan lighting fixtures untuk keperluaan saat ada kecelakaan. Lighting panel, LP-
1, pada umumnya digunakan untuk menerangi bagian outdoor dan LP-2 yang digunakan untuk menerangi
bagian indoor. Lighting fixtures digunakan setiap saat untuk mecegah kondensasi/deposisi garam d dalam
fixture glass dome.
33
http://contoh.in
Gambar II. 11 Emergency Lighting
Sumber: http://www.birns.com/lights/4701-sml.jpg (diakses tanggal 13 Juli 2009)
c. Detection System
Diperlukannya sistem deteksi ini adalah sebagai salah satu bagian dari sistem keselamatan yang
bertindak sebagai sensor yang akan memberikan umpan balik jika terjadi sesuai dikarenakan lingkup
kerja kita pada offshore ini adalah berhubungan dengan minyak dan ataupun gas yang rawan akan
terjadinya ledakan dan kebakaran. Sistem deteksi ini terdiri dari beberapa macam, yaitu.
1) Gas Detector/ Detektor Gas
Cara kerja dari detektor gas ini adalah dengan mengaktifkan alarm jika terdeteksi pada konsentrasi kecil sekalipun tindakan selanjutnya adalah mematikan atau menutup sumber gas. Detektor gas ini dipasang pada living quarter area, warehouse (gudang), dan ruang kendali.
2) Heat Detector/ Detektor Panas
Prinsip kerja dari detektor panas ini hampir sama dengan detektor gas hanya saja detektor ini
merespon panas yang melebihi set point-nya. Detektor ini dibutuhkan saat terjadi kebakaran agar
ketika suhu ruangan meningkat maka detektor panas akan akif dan respon yang diberikan adalah
dengan mengeluarkan bunyi alarm dan semburan air di sekitar detektor.
Gambar II. 12 Detektor Panas
34
http://contoh.in
Sumber: http://www.3sfireprotection.com/heat%20detector.jpg (diakses tanggal 13 Juli 2009)
3) Smoke Detector / Detektor Asap
Detektor asap dibutuhkan untuk mencegah terjadinya bahaya kebakaran pada proses pabrik,
penempatan detektor ini terdapat di seluruh ruangan terutama tempat terjadinya seluruh proses
pada pabrik. Untuk detektor asap ini buasanya dihubungkan secara elektrikal untuk memberikan
tanda jika adanya asap yang berlebihan. Berikut contoh gambar detektor asap.
Gambar II. 13 Detektor Asap
Sumber: http://www.habitek.co.uk/catalog/usrimage/smoke%20detector.jpg (diakses tanggal 13
Juli 2009)
4) Manual Fire Alarm Station
Detektor ini merpakan detektor level kedua setelah detektor digital di atas. Jika terjadi kebakaran
maka harus ada petugas untuk menyalakan tombol alarm ini. Fungsi dari kegiatan ini adalah untuk
memberikan tanda terjadinya kebakaran. Alarm ini dibutuhkan jika suatu saat semua detektor
digital/elektrikal tidak berfungsi maka hal ini masih bisa memberikan tanda untuk yang lain.
Penempatan Ruang Radio
Setelah detektor mendeteksi terjadinya suatu bahaya maka ada satu langkah yang dilakukan untuk
melakukan shut down pada sistem yang disebut dengan Instalation Shutdown System. Sistem ini berfungsi
sebagai berikut.
1. Memonitoring sistem proses dan utilitas
2. Memastikan adanya api atau bahaya yang lainnya
35
http://contoh.in
3. Sebagai tindakan akhir untuk mencegah terjadinya catasthrope dengan melakukan:
i. Penutupan Sub Surface Safety Calve (SCSSV)
ii. Penutupan pipeline shutdown valves
iii. Menutup semua Surface Safety Valve (SSV)
iv. Shutdown semua perlatan dan utilitas
v. Shutdown generator diesel dan gas
5) Well Control Equipment and Well Shut in System
Sistem ini terdiri dari:
a. Sub Surface Safety Calve (SCSSV)
b. Pneumatic Surface Safety Valve (SSV)
c. Manual Master Valve
d. Manual Choke Valve
d. Personal Protective Equipment
Di dalam proses pabrik, banyak sekali jenis bahan kimia yang dipergunakan. Bahan-bahan kimia
yang dipergunakan dapat menimbulkan efek terhadap manusia seperti gangguan pernapasan, iritasi kulit,
kebakaran, bahkan hingga kematian. Dengan adanya potensi bahaya dari bahan-bahan kimia tersebut, alat
perlindungan diri (Personal Protective Equipment/PPE atau Alat Perlindungan Diri/APD) diperlukan
untuk melindungi para pekerja yang beraktivitas di daerah pabrik ini agar terhindar dari bahaya.
PPE atau APD adalah peralatan keselamatan yang digunakan untuk melindungi pekerja dari
kecelakaan kerja atau penyakit yang ditimbulkan karena proses kerja. PPE atan APD merupakan salah
satu faktor yang penting untuk ditambahkan dalam investasi sistem keselamatan dan kesehatan kerja.
APD atau PPE ini tidak hanya melindungai pekerja dari bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia tetapi
juga digunakan untuk alat pelindung pekerja dari bahaya yang timbul akibat pekerjaan.
36
http://contoh.in
Berdasarkan kebutuhan utama di lapangan, APD yang digunakan dapt dibagi menjadi dua
katagori sebagai berikut.
1. Alat Perlindungan Diri (APD) Standard
Alat perlindungan standar merupakan alat pelindung bagi pekerja sebagai syarat minimal untuk
masuk ke dalam lingkungan kerja offshore. Yang termasuk dalam APD standar, yaitu safety
helmet, safety shoes, dan coverall.
2. Alat Perlindungan Diri Berdasarkan Kebutuhan Pekerjaan
Alat perlindungan ini digunakan pada saat pekerja berada di dalam suatu unit tertentu yang
menggunakan alat perlindungan khusus. Contoh dari APD ini adalah safety glasses, respirator,
pelindung telinga, sarung tangan, earplug, dan lain-lain.
Berikut adalah contoh-contoh alat perlindungan diri yang digunakan pada saat offshore.
A. Safety Helmet (Pelindung Kepala)
APD ini merupakan APD standard yang harus digunakan selama para pekerja berada di dalam
lingkungan kerja. Alat ini melindungi para pekerja dari benturan benda keras di kepala.
Gambar II. 14 Pelindung Kepala
Sumber: http://www.germes-online.com/direct/dbimage/50093459/Safety_Helmet.jpg (diakses
tanggal 13 Juli 2009)
B. Safety Shoes (Pelindung Kaki)
37
http://contoh.in
APD ini merupakan APD standar yang harus digunakan selama para pekerja berada di dalam
lingkungan kerja. Pelindung kaki ini bersifat untuk melindungi kaku dan tubuh daru bahaya
kontaminasi material berbahaya dan memungkinkan tersengat oleh listrik.
Gambar II. 15 Safety Shoes
Sumber: http://web.mit.edu/environment/images/SafetyShoes_ASTM.jpg (diakses tanggal 13 Juli
2009)
C. Coverall (Alat Pelindung Tubuh)
Coverall berfungsi untuk menghindari kemungkinan adanya kebocoran atau tumpahnya cairan
produk dalam jumlah besar sehingga dapat melindungi tubuh dan menghindari kontak langsung
dengan kulit pekerja. Untuk membersihkan tumpahan harus menggunakan bahan penyerap
inorganic yang tidak mudah terbakar. Selain itu, baju pelindung atau pakaian pekerja yang
digunakan tidak boleh melebihi lipatan di bagian bawah celananya. Untuk kegiatan offshore,
coverall dilengkapi dengan fluorossence agar pekerja dapat tetap terlihat walaupun dalam
keadaan gelap karena fluorossence dapat memantulkan sinar apabila dikenai cahaya.
38
http://contoh.in
Gambar II. 16 Coverall
Sumber: http://mcguireuniforms.com/db/150%20Coverall.jpg (diakses tanggal 13 Juli 2009)
D. Safety Glasses (Alat Pelindung Mata)
Safety glasses digunakan terutama pada saat memasuki wilayah tertentu yang berpotensi untuk
membahayakan mata. Wilayah yang berpotensi antara lain adalah tempat yang memungkinkan
mata terkena debu akibat pekerjaan, bahan-bahan kimia maupun terkena pecahan dari alat-alat
yang dioperasikan. Alat pelindung mata ini digunakan terutama pada gudang dan workshop.
Gambar II. 17 Safety Glasses
Sumber: http://www.1000islandsschools.org/Clubs/Gears/GearsImages/Safety%20Glasses.gif
(diakses tanggal 13 Juli 2009)
E. Ear Plug (Alat Pelindung Telinga)
Ear Plug atau alat pelindung telinga digunakan pada saat memasuki wilayah-wilayah yang
memiliki kebisingan yang tinggi, seperti daerah kerja yang terdapat alat-alat penggerak seperti
turbin, kompresor, dan pompa.
39
http://contoh.in
Gambar II. 18 Ear Plug
Sumber: http://images.google.co.id/ear%2Bplug%26gbv%3D2%26hl%3Did%26sa%3DG
(diakses tanggal 13 Juli 2009)
F. Masker dan Respirator (Alat Pelindung Pernapasan)
Masker digunakan sebagai alat pelindung pernapasan dan digunakan pada bagian yang terdapat
debu bebas dan limbah yang berbahaya.
Gambar II. 19 Masker
Sumber: http://4.bp.blogspot.com/_Szl75vM1nRc/SA4Jy1_QpKI/AAAAAAAAAwc/-
zwBrRPWUog/s200/Masker+R100.jpg (diakses tanggal 13 Juli 2009)
40
http://contoh.in
Selain masker, terdapat beberapa alat lain yang digunakan sebagai alat pelindung pernapasan.
Alat tersebut adalah respirator. Respirator merupakan alat bantu pernapasan pada saat kondisi
udara sekitar tidak baik untuk pernapasan. Di dalam respirator terdapat sebuah membran yang
berfungsi untuk menyaring gas yang berbahaya untuk pernapasan.
Gambar II. 20 Respirator
Sumber: http://www.rosemania.com/images/Respirator.jpg (diakses tanggal 13 Juli 2009)
G. Gloves (Alat Perlindungan Tangan)
Gloves dipergunakan untuk melindungi tangan dari kemungkinan bahaya yang terjadi. Pekerja
diharapkan selalu mengenakan sarung tangan ini pada saat melakukan aktivitas kerja. Selain itu,
sarung tangan yang dipergunakan harus disesuaikan dengan kondisi kerja dan dalam keadaan
tidak melukai dan kontaminasi terhadap tangan.
Gambar II. 21 Sarung Tangan/Gloves
41
http://contoh.in
Sumber: http://shop.pinbax.com/items/gillHelms%20gloves.jpg (diakses tanggal 13 Juli 2009)
e. Alat Penunjang Keselamatan dan Evakuasi saat Terjadinya Kecelakaan
Untuk menunjang keterjaminan sistem evakuasi yang memadai, perusahaan menyediakan
beberapa alat ke dalam proses produksi yang terdapat di lapangan (offshore). Berikut alat-alat yang perlu
ditambahkan ke dalam proses produksi tersebut guna menunjang jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja.
A. Life Raft
Merupakan sekoci darurat yang biasa digunakan para pekerja di lapangan jika terjadi kecelakaan
yang mengharuskan pekerja melakukan evakuasi dari tempat kejadian ke tempat yang lebih aman. Berikut
gambar tentang alat life raft.
Gambar II. 22 Life Raft
Sumber: http://www.global-b2b-network.com/direct/dbimage/50329348/Inflatable_Life_Raft.jpg
(diakses tanggal 13 Juli 2009)
B. Life Vest
Life vest digunakan sebagai pelampung pada saat evakuasi berlangsung.
42
http://contoh.in
Gambar II. 22 Life Vest
Sumber: http://aeroparts.com.au/shop/images/xf35_r4_c4.gif (diakses tanggal 13 Juli 2009)
C. Life Ring
Merupakan alat penyelamat darutat jika pekerja terjatuh ke laut atau jika saat kecelakaan para
pekerja harus melakukan evakuasi ke laut. Alat ini digunakan untuk menjaga agar pekerja tersebut tetap
berada di atas permukaan laut sehingga dapat dievakuasi ke darat.
Gambar II. 23 Life Ring
Sumber: http://tonygallegos.files.wordpress.com/2007/08/life_ring.jpg (diakses tanggal 13 Juli 2009)
D. Emergency Ladder
43
http://contoh.in
Merupakan alat evakuasi darat berupa tangga tali yang digunakan untuk turun dari platform
menuju kapal penyelamat. Berikut gambar dari alat keselamatan ini adalah sebagai berikut.
Gambar II. 24 Emergency Ladder
Sumber: http://www.myboatsgear.com/newsletter/images/mystic%20foldaway%20ladder.gif (diakses
tanggal 13 Juli 2009)
E. Alat Transportasi
Helikopter atau kapal biasanya digunakan untuk alat transportasi dari plant ke darat maupun
sebaliknya. Alat bantu juga digunakan untuk perpindahan pekerja dari plant menuju kapal atau
sebaliknya. Alat bantu tersebut biasanya berupa basket. Basket di angkat dengan menggunakan crane
yang ada pada tingkat paling atas dari plant. Sedangkan, bila menggunakan helikopter, pekerja didaratkan
pada helideck yang ersedia. Berikut gambar dari basket adalah sebagai berikut.
44
http://contoh.in
Gambar II. 25 Basket Transferring
Sumber: http://kyspeaks.com/photos/yetagun_fso_2.jpg (diakses tanggal 13 Juli 2009)
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, untuk transportasi para pekerja menuju daratan biasanya
digunakan kapal atau helikopter. Biasanya di sekitar platform, kapal sudah siap untuk mengangkut para
pekerja menuju daratan.
F. Helideck
Helideck ini didesain untuk dapat menampung helikopter jenis Sirkosky S-76, Bell 212, dan
Super Puma A332-L. Dimensinya adalah 50 x 52 feet.
Gambar II. 26 Helideck
Sumber: http://images.google.co.id/imgres?imgur/helideck (diakses tanggal 13 Juli 2009)
45
http://contoh.in
G. Eye Wash
Merupakan alat penyelamat darurat jika pekerja yang tidak sengaja terkena tumpahan bahan
kimianya. Alat bantu ini berfungsi untuk membersihkan cairan kimia agar mata terhindar dari kerusakan.
Cairan yang digunakan untuk alat eye wash ini merupakan cairan khusus bukan air biasa.
Gambar II. 27 Eye Wash
Sumber: http://www.newton.dep.anl.gov/york/labshots/other/eyewash2.jpg (diakses tanggal 13 Juli
2009).
II.4.4 Aspek Keselamatan Kerja
Aspek keselamatan kerja merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu pabrik. Analisis
terhadap faktor bahaya yang potensial terjadi pada pabrik ini perlu dilakukan sehingga kita mendapatkan
data dan pertimbangan yang diperlukan untuk penanganannya. Hazard Analysis merupakan susunan
analisa bhaya dari suatu tempat yang memiliki potensi bahaya.
• Identifikasi kejadian yang tidak diinginkan yang mengarahkan pada bahaya material.
• Mekanisme analisis terhadap peluang kemungkinan terjadinya kejadian yang tidak diharapkan.
• Estimasi besarnya bahaya yang mungkin timbul.
Analisis bahaya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. HIRA (Hazard Identification and Risk Assesment)
46
http://contoh.in
2. HAZID (Hazard Identification)
3. HAZOP (Hazard and Operability Study)
47
http://contoh.in
43
http://contoh.in
Tabel II.10 HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESMENT (HIRA)
No Jenis Kegiatan Potensi Bahaya Efek Bahaya Tingkat Efek
Bahaya
Frekuensi Bahaya
Resiko Pencegahan Resiko Akhir
Kebocoran gas • Keracunan • Iritasi kulit dan
mata • Lemas, pingsan • Kematian
H M M • Pemakaian masker, respiratory mask, safety glass
• Pemakaina baju pelindung
L
Kepala terantuk pipa/alat yang posisinya rendah
• Luka memar • Pendarahan • Pingsan • Kematian
M L M Pemakaian safety helm L
1 Pengecekan kondisi operasi di lapangan
Kaki tertimpa alat yang jatuh/terantuk bagian alat
• Luka memar • Pendarahan
M M M Pemakaian safety shoes M
2 Pemasangan/instalasi alat berat
Terjepit alat, tertimpa alat
• Luka permanen • Disfungsi alat tubuh• Kematian
H L H • Pemakaian safety helmet • Memasang tanda
peringatan ada pekerjaan
M
3 Pemasangan/instalasi listrik
Terkena aliran listrik • Tersetrum • Kematian
H M H • Pemakaian safety shoes • Pemakaian sarung tangan
L
4 Memperbaiki pompa, kompresor, turbin
Terkena aliran listrik • Tersetrum • Kematian
H M H • Memakai sarung tangan • Memakai safety shoes • Memasan tanda
peringatan ada pekerjaan
L
5 Perawatan kolom absorber, scrubber, dan regenerator
Jatuh dari atas kolom
• Luka memar • Pendarahan • Patah tulang • Kematian
H M H • Memakai tali pengaman • Memakai semua
peralatan safety
H
44
http://contoh.in
Tabel II.11 HAZARD IDENTIFICATION (HAZID)
No Lokasi Deskripsi Sebab Potensi Bahaya Efek Bahaya
Frekuensi Bahaya
Pencegahan
Knock out drum, tempat memisahkan kondesat dan liquid dari feed gas
KOD (Knock out drum) mengalami fracture atau fatigue karena pemakaian yang terus menerus dengan perawatan yang minim
• Kualitas produk LNG turun
• Kemungkinan terjadi kerusakan alat lain karena masih adanya kondesat liquid
Major Unlikely Peremajaan alat KOD dan pemeriksaan secara rutin sesuai dengan SOP
CO2 absorber untuk menghilangkan CO2 dari feed gas
• Tekanan dan temperatur terlalu tinggi pada CO2 absorber
• Amine yang mengabsorb CO2 terkontaminasi, sehingga kadar CO2 yang dapat diserap kecil
• Absorber dapat meledak • Kualitas LNG turun • Adanya kontaminan
dapat menyebabkan kerusakan alat lain
Major Unlikely • Sebelum masuk LNG plant, amine mengalami proses pemurnian terlebih dahulu
• Pemeriksaan rutin temperatur dan tekanan indikator dan kontroler
Unit Gas Turbin Ledakan besar, kebakaran di Storage Tank
• Tekanan dan temperatur yang terlalu tinggi pada proses
• Kegagalan blade turbin dan rotor
Severe Likely • Penempatan Unit Gas Turbin yang sejauh mungkin dari area Storage Tank
• Pengecekan secara berkala
• Pemasangan indikator tekanan dan temperatur
1 Plant Utama
Generator Listrik Hubungan singkat • Kebakaran • Ledakan
Severe Unlikely Isolasi, proteksi, dan pemeriksaan secara rutin
45
http://contoh.in
Lingkungan sekitar Zat‐zat yang terkandung pada gas yang keluar dari stack, terdapat sisa pembakaran yang tidak sempurna
Pencemaran air laut dan udara
Major Likely Melakukan inspeksi secara berkala terhadap komposisi gas buangan tersebut
Area penerbangan helikopter
• Penerbangan terlalu dekat dengan plant proses
• Baling‐baling helikopter mengenai peralatan
• Ledakan • Kerusakan plant
Severe Likely Peletakan helideck jauh dari peralatan utama yang tinggi
Unit penyedia air untuk alat pendingin untuk menurunkan suhu
Tekanan, suhu, dan level terlalu tinggipada alat proses
• Ledakan • Air meluap
Severe Likely Pengecekan alat secara rutin, memasang valve, instalasi pengontrol temperatur, tekanan, dan level
2 LNG Storage Tempat penyimpanan produk LNG dan LPG setelah diproses
Pressure Regulator tangki tidak berfungsi secara baik, tekanan tidak terkontrol
Ledakan dan kebakaran akibat tekanan terlalu tinggi
Severe Unlikely • Peremajaan fasilitas secara rutin
• Pemeriksaan tekanan pada tangki
3 Flare Location
Tempat pembakaran gas sisa proses
• Lokasi flare terlalu dekat dengan peralatan proses
• Lokasi pabrik terlalu dekat dengan akomodasi
Kebakaran, kerusakan peralatan
Severe Unlikely • Penempatan flare jauh dari proses dan akomodasi
• Penempatan flare memperhatikan arah mata angin
4 Plant Keseluruhan
Seluruh fasilitas operasi dan pendukung plant
• Tekanan, suhu, dan level terlalu tinggi pada alat proses
• Ledakan • Kebanjiran (Alat‐alat
rusak)
Major Most • Pemeliharaan kondisi tangki penyimpanan air
46
http://contoh.in
• Tempat penampungan air untuk fasilitas pabrik rusak
• Curah hujan dengan intensitas yang besar
• Gelombang air laut yang sangat tinggi
• Badai
• Menimbulkan penyakit • Plant Shutdown
pabrik secara berkala
• Menjaga lingkungan (membuang sampah pada tempatnya)
5 Loading Ship
Kapal pengangkut tangki LNG tumpah ke lautan
• Kecerobohan armada kapal dalam pengoperasian kapal pengangkut
• Iklim (badai, hujan deras)
• Pencemaran lingkungan (banyak ikan, hewan, tumbuhan laut mati)
• Kerugian produksi
Severe Likely • Memenuhi SOP pengoperasian kapal
• Armada kapal yang terlatih
Tabel II.12 HAZARD OPERATION AND OPERABILITY STUDY (HAZOP)
Deviasi
Parameter Parameter
Kata panduan
Penyebab Akibat Implikasi Indikator Pencegahan
Less Laju alir steam terlalu rendahDaya adsorb adsorben rendah
Masih terdapat pengotor dalam gas
Kolom Adsorpsi
Temperatur More Laju alir steam terlalu tinggi
Rusaknya adsorben
Proses adsorpsi menjadi tidak sempurna
TC Mengontrol laju alir steam
47
http://contoh.in
Less
Rusaknya seal pelindung di sekeliling piston, sehingga gas dapat lewat ke bagian belakang piston
Tidak dicapainya spesifikasi tekanan produk
Kualitas akhir LNG turun
Melakukan penggantian seal piston untuk jangka waktu tertentu
Tekanan
More Tersumbatnya valve keluaran kompresor
Meledaknya kompresor
Shut down
PC Membersihkan saluran dan valve keluaran kompresor
Less Penyumbatan dalam pompa Ketersediaan fluida untuk proses terhambat
Proses selanjutnya berjalan tidak sempurna
Membersihkan pompa dan kontrol secara berkala
Kompresor
Flow
More Kinerja impeller berlebihan Pompa cepat rusak
Menambah biaya pengeluaran pabrik
AC
Kontrol secara berkala
Less Valve pengontrol laju alir terganggu sehingga aliran terlalu kecil
Masuknya cairan ke saluran gas yang ada dibagian bawah kolom
Flow
More Valve pengontrol laju alir terganggu sehingga aliran terlalu besar
Gas yang keluar dari kolom absorber masih mengandung banyak cairan
Penyerapan CO2 tidak optimal; absorber rusak
FC Melakukan pengecekan valve pengontrol laju alir secra berkala
Less
Rusaknya seal pelindung di sekeliling piston, sehingga gas dapat lewat ke bagian belakang piston
Kerja absorber tidak optimal
Tidak dicapainya spesifikasi tekanan produk
Melakukan penggantian seal piston unutk jangka waktu tertenu
Tekanan
More Tersumbatnya valve keluaran absorber
Beban absorber berlebih
Absorber meledak
FC Melakukan pembersihan saluran dan valve keluaran absorber
CO2 A
bsorber
Temperatur Less • Kontrol temperatur
mengalami gangguan; • Terjadi scaling pada
dinding absorber sebelah luar
Terjadi kondensasi hidrokarbon berat pada kolom
Terjadi foaming, sehingga pengikatan CO2 oleh DEA tidak berlangsung dengan baik
FC & TC • Melakukan
pengecekan pada unit furnace dan pengontrol suhu secara berkala;
48
http://contoh.in
• Memonitor bila terjadi kerusakan pada badan absorber
More Kontrol temperatur mengalami gangguan
DEA akan terdekomposisi
Pengikatan CO2 oleh DEA tidak berlangsung dengan baik
Melakukan pengecekan pada unit furnace dan pengontrol suhu secara berkala
Less
• Kurangnya supply aliran cooling water
• Penyumbatan pada pipa aliran masuk cooling water
• Adanya scale pada tube HE
• Pendinginan tidak sempurna
• LNG tidak berubah menjadi cairan semua
Bukaan valve cooling water diperbesar Temperatur
Tube
More Aliran cooling water overflow
Boros cooling water
Bukaan valve cooling water diperkecil
AC
Perlu dilakukan pengecekan secara berkala pada dinding tube HE dan pipa
Less Adanya deviasi pada HE, pompa tidak bekerja maksimal
Pertukaran panas tidak efektif
Temperatur fluida yang ingin dipanaskan lebih tinggi
Heat Exchanger
Aliran hot oil/cooling water
More Pompa overflow Pertukaran panas tidak efektif
Temperatur keluaran tidak sesuai dengan yang dinginkan
FI Pemeliharaan HE dan pompa
Less Proses regenerasi tidak optimal
Tidak dicapainya spesifikasi temperatur produk
Amine Regenerator
Temperatur
More
Kontrol temperatur mengalami gangguan
Amine akan terdegradasi
Pengikatan CO2 oleh DEA tidak berlangsung dengan baik
FC & TC
Melakukan pengecekan pada unit furnace dan pengontrol suhu secara berkala
49
http://contoh.in
49
http://contoh.in
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
• Aspek keselamatan dan kesehatan kerja menjadi hal yang yang paling perlu untuk diperhatikan
bagi suatu instansi atau badan usaha yang menjalankan usaha terutama proses produksi atau jasa.
Aspek ini menjadi amat esensial karena akan menentukan produktivitas dari suatu pabrik.
• Analisis aspek keselamatan ini terdiri dari analisis bahan/material yang dapat menimbulkan
bahaya dan analisis bahaya. Analisis bahaya meliputi HIRA (Hazard Identification and Risk
Assessment), HAZOP (Hazard Analysis and Operational Study), dan HAZID (Hazard
Identification).
• Pada prinsipnya floating LNG plant merupakan penggabungan teknologi pencairan, transportasi,
penyimpanan, dan regasifikasi LNG.
• Bahan baku untuk pabrik LNG adalah gas alam yang merupakan salah satu sumber energy yang
paling bersih, aman dan bermanfaat.
• Pada plant ini faktor penting yang harus diperhitungkan juga adalah faktor arah angin, kecepatan
gelombang, kecepatan arus laut, didapatkan bahwa statistic arah angin dan arus lautke arah barat.
• Pengaturan tata letak peralatan dalam suatu pabrik ditujukan untuk mengoptimasi penggunaan
lahan, penggunaan peralatan seperti pipa, serta pertimbangan sistem keselamatan.
• Keselamatan kerja merupakan faktor penting dalam perancangan suatu pabrik karena keselamatan
kerja ini akan menentukan produktivitas dari suatu pabrik. Keselamtan kerja meliputi kesehatan
dan keamanan kerja para pekerja dan dampak lingkungan yang ditimbulkan.
• Bahan-bahan berbahaya yang terdapat pada proses produksi LNG ini antara lian adalah DEA,
TEG, H2S, dan N2.
• Proses berbahaya yang terlibat dalam pabrik ini adalah proses yang melibatkan temperatur dan
tekanan yang tinggi. Kedua hal ini merupakan faktor yang mempunyai risiko untuk menyebabkan
ledakan dan kebakaran.
• Faktor kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung utama kegiatan pabrik. Dengan
kesehatan yang baik dalam pabrik, seluruh faktor pendukung kinerja pabrik, terutama para
50
http://contoh.in
karyawan akan menjadi lebih produktif dalam bekerja. Aspek keselamatan kerja merupakan
faktor yang sangat penting dalam suatu pabrik.