BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pengoperasian suatu unit mesin pembangkit listrik, baik itu Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA), Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG), maupun Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU). Masalah keandalan operasi dan efisiensi produksi adalah merupakan hal pokok yang harus mendapatkan perhatian khusus. Karena baik dan tidaknya kinerja (performance) dari mesin pembangkit listrik sangat ditentukan oleh keandalan operasi dan efisiensi produksi dari mesin pembangkit listrik tersebut. Kedua hal tersebut umumnya sangat dipengaruhi oleh beberapa unsur yang diantaranya adalah umur mesin, cara pengoperasian dan pemeliharaannya. Untuk mendapatkan kinerja mesin yang baik, maka antara keandalan dan efisiensi harus benar-benar 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam pengoperasian suatu unit mesin pembangkit
listrik, baik itu Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD),
Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA), Pusat Listrik Tenaga
Gas (PLTG), maupun Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Masalah keandalan operasi dan efisiensi produksi adalah
merupakan hal pokok yang harus mendapatkan perhatian
khusus. Karena baik dan tidaknya kinerja (performance)
dari mesin pembangkit listrik sangat ditentukan oleh
keandalan operasi dan efisiensi produksi dari mesin
pembangkit listrik tersebut. Kedua hal tersebut umumnya
sangat dipengaruhi oleh beberapa unsur yang diantaranya
adalah umur mesin, cara pengoperasian dan
pemeliharaannya.
Untuk mendapatkan kinerja mesin yang baik, maka
antara keandalan dan efisiensi harus benar-benar
1
seimbang. Menjaga keseimbangan antara keandalan operasi
dan efisiensi produksi suatu unit pembangkit diperlukan
monitoring yang meliputi pengamatan, perkembangan, dan
mengevaluasi baik pada sisi keandalan maupun sisi
efisiensinya, yang kemudian dari hasil evaluasinya
dapat memberikan suatu produk yang dapat lebih
meningkatkan kinerja dari mesin tersebut. Tetapi
umumnya untuk kelistrikan di Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Tengah antara kebutuhan listrik masyarakat
dan suplai listriknya masih seimbang, bahkan terkadang
masih kurang. Maka untuk unit-unit pembangkit listrik
di daerah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah
khususnya untuk Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
masalah keandalan operasi cenderung lebih diutamakan
daripada efisiensi, karena sistem kelistrikan yang
masih sangat membutuhkan beroperasinya pembangkit
listrik secara kontinyu.
Untuk itulah dalam pengoperasian suatu Pusat
Listrik Tenaga Diesel (PLTD) masalah keandalan operasi
harus mendapat perhatian yang sangat serius, tanpa
2
harus mengesampingkan segi efisiensi produksinya.
Karena itulah sebisa mungkin keandalan operasi harus
benar-benar dijaga konstan atau bahkan bisa
ditingkatkan.
Langkah-langkah untuk menjaga keandalan operasi
tersebut diantaranya adalah dengan cara melaksanakan
pemeliharaan dan pengoperasian dengan tepat dan benar,
serta tentunya tetap memperhitungkan faktor ekonomis
dari biaya operasi.
Adapun salah satu indikator utama daripada
keandalan dari unit Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
adalah faktor ketersediaan unit pembangkit listrik
untuk menghasilkan listrik yang dalam kinerja di PT PLN
(Persero) disebut Equivalent Availability Factor (EAF). Nilai
EAF suatu pembangkit listrik di PT PLN (Persero) sangat
dipengaruhi oleh keandalan beroperasinya mesin. Semakin
jarang terjadinya gangguan pada mesin PLTD, maka
semakin tinggi nilai kinerja EAF PLTD tersebut. Begitu
juga sebaliknya semakin sering terjadinya gangguan
mesin yang menyebabkan tidak bisa beroperasinya mesin
3
PLTD, maka semakin rendah nilai kinerja EAF pembangkit
listrik tersebut.
Salah satu gangguan yang terjadi pada mesin PLTD
khususnya mesin PLTD Trisakti yang membuat mesin shut
down / tidak bisa beroperasi adalah gangguan pada sisi
cylinder head mesin. Adapun gangguan - gangguan yang
terjadi pada sisi cylinder head yang menyebabkan mesin
PLTD shut down / trip antara lain :
Kebocoran pendingin exhaust housing
Kebocoran pendingin pada rumah cylinder head
Gangguan pada distributor pelumas cylinder head
Gangguan pada distributor pelumas exhaust housing valve
Gangguan pada distributor Pelumas inlet valve
Gangguan pada rocker arm
Untuk gangguan yang disebutkan terakhir, yaitu
gangguan pada rocker arm sering terjadi pada mesin -
mesin di PLTD Trisakti khususnya mesin Stork Wartsila Diesel
(SWD) yang berdampak pada shut down unit / tripnya mesin
4
PLTD. Sehingga akan mengganggu pasokan listrik ke
sistem kelistrikan Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Tengah.
Oleh karena itu, penulis akan mengupas serta
menganalisa penyebab – penyebab yang menjadikan
gangguan rocker arm pada mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) di
PLTD Trisakti, yaitu dengan melakukan “Analisa Penyebab
Gangguan Rocker Arm untuk Mesin Stork Wartsila Diesel (SWD)
di PLTD Trisakti”.
1.2. Identifikasi Masalah
Di PLTD Trisakti khususnya untuk mesin Stork Wartsila
Diesel (SWD) setiap silinder terdiri dari satu set rocker
arm, yaitu rocker arm inlet valve dan rocker arm exhaust valve.
Kemudian tiap sisi rocker arm mempunyai needle bearing,
terdiri dari 2 buah needle bearing inlet valve dan 2 buah
needle bearing exhaust valve yang totalnya menjadi 4 buah
needle bearing tiap silinder.
5
Belakangan ini di PLTD Trisakti, khususnya untuk
mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) baik untuk mesin SWD 16TM
410R maupun SWD 9TM 620C untuk sisi needle bearing rocker
arm sangat sering terjadi gangguan aus (biasa disebut
kocak). Dengan ausnya (kocak) needle bearing rocker arm
tersebut, maka gerak rocker arm untuk menekan inlet valve
dan exhaust valve tidak simetris atau lurus secara
vertikal lagi. Gerak rocker arm yang seharusnya simetris
lurus vertikal tadi berubah menjadi gerak tidak
simetris seperti gelombang.
Hal ini berdampak terhadap pembukaan inlet valve
untuk masuknya bahan bakar ke dalam ruang bakar tidak
berlangsung sempurna, serta untuk pembukaan exhaust valve
untuk keluarnya gas buang dari hasil pembakaran di
ruang bakar juga tidak sempurna. Jika hal ini dibiarkan
secara terus – menerus, maka lama - kelamaan akan
mengganggu performance mesin PLTD itu sendiri. Tindakan
penanggulangan yang dilakukan biasanya yaitu dengan
cara break down maintenance (dilakukan pemeliharaan jika
terjadi gangguan) dengan mengganti needle bearing rocker arm
6
yang tentunya memerlukan shut down mesin beberapa jam
setiap ada gangguan rocker arm tersebut.
Berdasarkan data gangguan mesin Stork Wartsila Diesel
(SWD) PLTD Trisakti selama satu tahun di tahun 2014,
dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 1.1 Data Gangguan Mesin Stork Wartsila Diesel (SWD)PLTD Trisakti Tahun 2014
Sumber : Form Kinerja Pembangkit PLTD Trs 2014
Dari diagram di atas dapat disimpulkan bahwa
gangguan yang paling sering terjadi adalah gangguan
rocker arm. Agar keandalan operasi mesin di PLTD
7
JumlahGangguan
Trisakti dapat terjaga, maka perlu dilaksanakan
penanganan masalah gangguan yang berulang pada rocker
arm, sehingga topik ini kemudian dijadikan penulis
sebagai judul skripsi, kemudian bersama rekan kerja di
kantor akan melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) untuk
membahas dalam mencari akar permasalahan (Root Cause
Problem Solving) penyebab seringnya terjadi gangguan rocker
arm di PLTD Trisakti.
1.3. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang menjadi penyebab sering terjadinya gangguan
rocker arm khususnya untuk mesin Stork Wartsila Diesel (SWD)
di PLTD Trisakti?
2. Tindakan - tindakan apa saja yang harus dilakukan
untuk menanggulangi seringnya terjadi gangguan rocker
arm di PLTD Trisakti?
1.4. Tujuan Penelitian
8
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi penyebab
seringnya terjadi gangguan rocker arm untuk mesin Stork
Wartsila Diesel (SWD) di PLTD Trisakti
2. Dapat melakukan action / tindakan pencegahan
berulangnya terjadi gangguan di mesin PLTD Trisakti
Sektor Pembangkitan Barito
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari analisis ini adalah
1. Sebagai bahan kajian dalam menganalisis penyebab
sering terjadinya gangguan rocker arm pada mesin Stork
Wartsila Diesel (SWD) di PLTD Trisakti Sektor
Pembangkitan Barito.
2. Dapat melakukan tindakan lebih lanjut untuk ide
perbaikan dalam mengurangi terjadinya gangguan rocker
arm pada mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) yang nantinya
bertujuan meningkatkan keandalan operasi mesin di
9
PLTD Trisakti dalam menyuplai listrik ke Kalimantan
Selatandan Kalimantan Tengah secara kontinyu.
3. Pemadaman listrik khususnya di wilayah Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Tengah akan berkurang.
4. Sebagai referensi penelitian lanjutan.
1.6. Parameter dan Variabel
Dalam penelitian ini parameter yang ingin dicapai
oleh penulis yaitu pengaruh gangguan rocker arm terhadap
keandalan operasi mesin PLTD Trisakti khususnya mesin
Stork Wartsila Diesel (SWD) di PLTD Trisakti yang berdampak
keluarnya mesin PLTD Trisakti dalam menyuplai sistem
kelistrikan di sistem Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Tengah.
Oleh karena itu, penulis menetapkan variabel
sebagai fokus dalam penelitian. Variabel yang diambil
adalah sebagai berikut :
- Jam operasi mesin
- Data gangguan rocker arm
- Frekuensi terjadinya gangguan rocker arm
10
- Durasi (lamanya) gangguan rocker arm
Variabel – variabel di atas, akan diambil dalam 2
kali tahapan, yaitu :
1. Tahapan pertama yaitu pengambilan variabel / data
sebelum dilakukannya analisa penyebab masalah.
2. Tahapan kedua pengambilan variabel atau data setelah
dilakukan analisa dan action – action perbaikan dari
hasil analisa masalah tadi.
1.7. Batasan dan Ruang Lingkup
Batasan permasalahan ini dibatasi pada
1. Mengacu pada satu pokok bahasan, yaitu menganalisa
penyebab – penyebab apa saja yang menyebabkan sering
terjadinya gangguan rocker arm untuk mesin Stork Wartsila
Diesel (SWD) di PLTD Trisakti Sektor Pembangkitan
Barito.
2. Bagian mesin yang ditinjau sebagai objek penelitian
adalah bagian utama yang terdapat pada kepala
silinder (cylinder head) yaitu pada kepala pelatuk
(rocker arm) mesin Stork Wartsila Diesel (SWD di PLTD
Trisakti Sektor Pembangkitan Barito.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Prinsip Kerja Mesin Diesel
2.1.1. Proses Kerja Mesin Diesel
12
Proses kerja mesin diesel, khususnya mesin 4
langkah mempunyai proses kerja yang merupakan 1 (satu)
siklus kerja mesin diesel yaitu :
Langkah pengisian.
Langkah kompressi.
Proses pengabutan bahan bakar.
Langkah usaha.
Proses pembilasan.
Langkah pembuangan.
Pada mesin 4 langkah kerja pengisian, kompressi,
usaha dan pembuangan masing-masing mempunyai langkah.
Kemudian proses injeksi bahan bakar terjadi saat piston
sebelum mencapai Titik Mati Atas (TMA) pada langkah
kompresi dan proses pembilasan terjadi saat piston
sebelum mencapai Titik Mati Atas (TMA) pada langkah
pembuangan.
Dari penjelasan di atas untuk menghasilkan usaha
diperlukan bahan bakar yang dikabutkan pada derajat
13
tertentu dalam ruang bakar sebelum torak mencapai Titik
Mati Atas (TMA) agar bahan bakar terbakar seluruhnya
dan mendapatkan tekanan pembakaran tinggi. Proses
pembilasan pada mesin 4 (empat) langkah pembilasan
terjadi beberapa derajat sebelum torak mencapai Titik
Mati Atas (TMA) pada akhir langkah pembuangan dan awal
langkah pengisian.
2.1.2. Proses Kerja Mesin 4 Langkah
Mesin Diesel merupakan mesin yang proses penyalaan
bahan bakarnya terbakar sendiri tanpa bantuan alat
untuk penyalaan. Proses ini terjadi akibat tekanan
kompresi yang tinggi, sehingga temperatur dalam ruang
bakar naik, kemudian bahan bakar dikabutkan, dan bahan
bakar mudah menyala dengan sendirinya. Mesin diesel
disebut compression ignition engine (motor dengan bahan
bakar penyalaan sendiri).
Pada mesin diesel 4 langkah dengan jumlah silinder
lebih dari 1 (satu), proses kerja yang terjadi pada
14
silinder nomor 1 (satu) dengan silinder yang lainnya
mempunyai urutan proses kerja yang sama seperti
silinder nomor 1 (satu) tetapi mempunyai urutan waktu
proses kerja yang terjadi berbeda sesuai dengan urutan
yang telah ditentukan oleh pabrik pembuat mesin
tersebut
Proses kerja mesin diesel 4 langkah adalah proses
kerja mesin untuk menghasilkan 1 (satu) kali pembakaran
(kerja / usaha) torak bergerak 4 (empat) kali. Gerakan
torak dalam mesin dinamakan langkah torak yang
mempunyai titik berhenti torak bawah dan titik berhenti
torak atas gerakan torak tersebut, secara umum disebut
Titik Mati Bawah (TMB) dan Titik Mati Atas (TMA).
15
Gambar 2.1 Gerakan Torak (Piston) Dalam MesinSumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 4
Karena gerakan torak yang menghasilkan kerja atau
usaha berlangsung secara berurutan dan terus menerus
maka kegiatan untuk menghasilkan kerja / usaha disebut
siklus.
Untuk menyalurkan tenaga hasil pembakaran di atas
permukaan torak maka torak yang mempunyai gerakan lurus
dirubah menjadi gerakan putar dengan menggunakan poros
engkol.
Dari penjelasan diatas dapat diuraikan sebagai
berikut :
16
Satu) siklus kerja mesin diesel 4 langkah mempunyai 4
(empat) kali gerakan torak dihubungkan dengan gerakan
poros engkol terdiri dari :
T.M.B. - T.M.A. poros engkol berputar 180 0
T.M.A.- T.M.B. poros engkol berputar 180 0
T.M.B.- T.M.A. poros engkol berputar 180 0
T.M.A.- T.M.B. poros engkol berputar 180 0
Urutan langkah proses kerja torak adalah :
1. Langkah pengisian (langkah isap)
2. Langkah kompresi (langkah pemampatan)
3. Langkah kerja (langkah usaha)
4. Langkah pembuangan (langkah buang)
Gambar 2.2. Proses Kerja Torak (Piston)
Sumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 5
17
Proses kerja mesin 4 langkah untuk tiap silinder
terlihat pada gambar dibawah ini
\
18
Langkah Pengisian
Katup Isap membuka
Katup Buang menutup
Torak bergerak dari TMA – TMB
Langkah Kompresi
Katup Isap menutup
Katup Buang menutup
Torak bergerak dari TMB – TMA
Langkah Usaha
Katup Isap menutup
Katup Buang menutup
Torak bergerak dari TMA – TMB
langkah Pembuangan
Katup Isap menutup
Katup Buang membuka
Gambar 2.3. Proses Kerja Mesin 4 Langkah
Sumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 6
Pengaturan masuk udara dan keluarnya gas bekas
diatur oleh katup (valve), yang disesuaikan dengan
langkah torak. Jumlah katup (valve) pada tiap silinder
ditentukan oleh pabrik pembuat mesin sesuai dengan
kebutuhan daya yang akan digunakan, hal ini dapat
terlihat pada mesin dengan jumlah silinder dan
kapasitas silinder yang sama tetapi ada yang
menggunakan 2 buah katup (valve) dan ada yang
menggunakan 4 buah katup (valve) pada tiap silinder.
Nama katup (valve) tidak tergantung dari jumlah katup
19
langkah Pembuangan
Katup Isap menutup
Katup Buang membuka
(valve) yang terdapat pada tiap silinder berapapun
jumlahnya katup (valve) tetap terdiri dari :
a. Katup isap (intake valve)
b. Katup buang (exhaust valve)
Jumlah masing-masing katup pada tiap silinder
dapat lebih dari 1 (satu) dengan maksud agar aliran
udara masuk dan gas buang lebih lancar. Yang dimaksud
aliran udara masuk dan gas buang lebih lancar adalah
volume udara masuk yang dibutuhkan lebih besar jika
dibandingkan dengan yang menggunakan 1 (satu) katup
(valve), kemudian untuk gas buang volume yang
dikeluarkan lebih besar sehingga kondisi dalam ruang
bakar lebih bersih dari sisa-sisa pembakaran.
Dari penjelasan diatas disimpulkan bahwa kebutuhan
udara bersih (oksigen) untuk proses pembakaran harus
sesuai dengan jumlah bahan bakar yang dipakai dan ruang
bakar harus bersih dari sisa-sisa pembakaran untuk
dapat menghasilkan daya mesin yang ideal waktu proses
pembakaran.
20
Blok diagram proses kerja mesin 4 langkah yang
dilengkapi dengan arah gerakan torak, putaran poros
engkol dan posisi katup (valve) :
Tabel 2.1. Proses Kerja Mesin Diesel 4 Langkah
No.
Proses
yang
terjadi
Arah
gerakan
torak
Derajat
putaran
poros
engkol
Posisi (Valve)
Katup
Isap Buang
1 Pengisian TMA – TMB 180 0 Buka Tutup
2 Kompresi TMB – TMA 180 0 Tutup Tutup
-
Pengabuta
n bahan
bakar
Derajat
sebelum
TMA
Sesuai
dengan
spesifikasi
mesin
Tutup Tutup
3 Usaha TMA – TMB 180 0 Tutup Tutup
4Pembuanga
nTMB – TMA 180 0 Tutup Buka
- Pembilasa Derajat Sesuai Buka Buka
21
n ruang
bakar
sebelum
TMA
dengan
spesifikasi
mesin
Sumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 9
2.1.3. Diagram P-V Mesin 4 Langkah
Perubahan tekanan dan volume dalam silinder pada
mesin diesel 4 langkah, dijelaskan pada 2 (dua)
diagram P-V dibawah ini.
a. Diagram P-V - Ideal (Teoritis)
Diagram P-V Ideal (teoritis) menjelaskan proses
kerja mesin diesel 4 langkah secara ideal dan digunakan
oleh perencana mesin pada perhitungan thermodinamika
untuk menentukan besarnya daya mesin.
22
Gambar 2.4. Diagram P-V Ideal (Teoritis)
Sumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 15
Uraian proses kerja mesin diesel 4 langkah tersebut
dapat kita jelaskan pada penjelasan dibawah ini :
Langkah 1 - 2 : Pengisian.
Yaitu udara luar masuk ke dalam silinder akibat
pergerakan torak dari TMA ke TMB sehingga ruang di
dalam silinder menjadi vakum.
Langkah 2 - 3 : Kompresi.
Udara di dalam silinder dimampatkan sehingga tekanan
udara dan temperatur naik.
23
Proses 3 - 4 : Penyalaan Bahan Bakar.
Pada akhir langkah kompressi, bahan bakar disemprotkan
ke dalam silinder melalui injektor dalam bentuk kabut
agar mudah terbakar, maka di dalam silinder terjadi
pembakaran dengan tekanan dan temperatur tinggi
Langkah 4 - 5 : Usaha.
Gas pembakaran dengan tekanan dan temperatur yang
tinggi, akan mendorong torak ke bawah dan menghasilkan
tenaga putar pada poros engkol.
Langkah 5 - 6 : Pembuangan.
Gas sisa pembakaran atau disebut gas buang di dorong
oleh torak keluar silinder.
Proses 6 – 1 : Pembilasan.
Terjadi saat katup isap (inlet valve) mulai terbuka dan
katup buang (exhaust valve) masih terbuka, udara masuk
terhisap ke dalam silinder akibat kecepatan.
24
b. Diagram P-V - Indikator ( Aktual ).
Diagram P-V Indikator (aktual) merupakan diagram
yang didapat dari pengukuran dengan alat pengukur
kondisi kerja dalam ruang bakar dan pengukurannya
dilakukan pada saat mesin diesel beroperasi. Alat ini
dapat mengetahui besamya tekanan udara masuk, tekanan
kompresi, tekanan pembakaran di dalam ruang bakar, dan
besanya daya indikator dapat dihitung melalui besaran
yang ada pada diagram tersebut.
25
Gambar 2.5. Diagram P-V Indikator (Aktual)
Sumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 17
2.2. Bagian – Bagian Utama Mesin Diesel
26
6 7
Gambar 2.6. Bagian – Bagian Utama Mesin DieselSumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal
44
Keterangan Gambar :
1. Piston & connecting rod assy.
2. Cylinder liner & engine block.
3. Crank shaft.
4. Cam shaft.
5. Transmission gear.
6. Cylinder head (Kepala Silinder)
2.2.1. Cylinder Head (Kepala Silinder)
Jenis - jenis kepala silinder (cylinder head) :
a. Kepala silinder (cylinder head) tunggal
27
Gambar 2.7. Kepala Silinder (Cylinder Head) TunggalSumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 45
b. Kepala silinder (cylinder head) majemuk
28
Gambar 2.8. Kepala Silinder (Cylinder Head) MajemukSumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 46
Fungsi kepala silinder :
1. Penutup silinder.
2. Menempatkan katup.
3. Menempatkan rocker arm.
4. Menempatkan injector.
5. Menempatkan valve starting (katup start).
6. Tempat saluran udara masuk & gas buang.
29
2.2.2. Komponen Yang Terdapat Pada Kepala Silinder
(Cylinder Head)
a) Injector (pengabut)
Gambar 2.9. Injector (Pengabut)Sumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 47
30
Kondisi kerja yang dibatasi pada injektor :
1. Tekanan pengabutan.
2. Besar butir bahan bakar yang dikabutkan.
3. Arah pengabutan
b) Rocker arm (pelatuk)
Gambar 2.10. Rocker Arm (Pelatuk)Sumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 48
31
Kondisi kerja yang dibatasi pada rocker arm :
1. Kerapatan dengan katup.
2. Keausan lubang dengan poros.
3. Kelonggaran arah aksial.
c) Intake valve & exhaust valve ( katup masuk & katup buang )
32
Gambar 2.11. Intake Valve & Exhaust Valve (katup masuk &katup buang)
Sumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 49
Kondisi kerja yang dibatasi pada exhaust dan inlet valve :
1. Kerapatan rocker arm dengan katup.
2. Keausan lubang dengan poros.
3. Kelonggaran arah aksial.
4. Bidang kontak katup.
5. Kelonggaran bushing.
d) Starting valve & motor stater
33
Gambar 2.12. Starting Valve & Motor StaterSumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 50
Kondisi kerja yang dibatasi pada starting valve :
1. Kerapatan dudukan katup dengan katup.
2. Kekerasan pegas penekan katup.
3. Keausan bidang kontak
2.3. Rocker Arm
Rocker arm adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan
dari mekanisme valve. Dengan tidak adanya rocker arm sudah
bisa dipastikan bahwa mekanisme valve tidak akan
bekerja, dan pembakaranpun tak akan bisa terjadi.
34
Ada beberapa hal yang harus kita ketahui tentang
rocker arm, beberapa orang bengkel menyebutnya ini
adalah komponen yang bernama pelatuk klep dan klepnya
tersebut tak lain adalah valve yang dikenal oleh dunia
ilmu teknik. Untuk penjelasan yang lebih mendalamnya,
silakan simak uraian berikut di bawah ini.
Gambar 2.13. Rocker Arm dan Rocker Arm ShaftSumber : http://www.gz-a.biz/2014/11/rocker-arm-dan-
rocker-arm-shaft.html
35
Rocker Arm
Struktur Fungsi Rocker Arm dan Rocker Arm shaft
Rocker arm terpasang pada rocker arm shaft dan
dihubungkan dengan push rod yang menggerakan intake valve
dan exhaust valve. Pergerakan vertikal dari push rod
mengikuti gerak putar cam shaft dan ditransfer melalui
rocker arm ke valve stem dengan arah yang berlawanan.
Kerenggangan antara rocker arm dan valve stem dirancang
untuk mengatasi pemuaian dari mekanisme penggerak.
Penyetelan valve clearance antara lain dilakukan dengan :
1. mengendorkan lock nut dan memasukkan feeler gauge antara
rocker arm dan valve stem dengan ketebalan sesuai ukuran
standar.
2. Menggunakan derajat lock nut sesuai ukuran standar
spesifikasi mesin
kemudian putar screw bolt untuk menyesuaikan
kerenggangan. Untuk penyetelan model empat valve, yang
distel kerenggangan antara rocker arm dengan cross head.
2.4. Bearings
36
Bearing adalah suatu komponen yang berfungsi untuk
mengurangi gesekan pada machine atau komponen-komponen
yang bergerak dan saling menekan antara satu dengan
yang lainnya.
Bila gerakan dua permukaan yang saling berhubungan
terhambat, maka akan menimbulkan panas. Hambatan ini
dikenal sebagai gesekan (friction). Gesekan yang terus
menerus akan menyebabkan panas yang makin lama semakin
meningkat dan menyebabkan keausan pada komponen
tersebut. Gesekan yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan kerusakan pada komponen dan alat tidak bisa
bekerja.
Bearing digunakan untuk menahan / menyangga
komponen-komponen yang bergerak. Bearing biasanya
dipakai untuk menyangga perputaran pada shaft, dimana
terjadi sangat banyak gesekan.
Fungsi bearing:
Mengurangi gesekan, panas dan aus.
Menahan beban shaft dan machine.
37
Menahan radial load dan thrust load.
Menjaga toleransi kekencangan.
Mempermudah pergantian dan mengurangi biaya
operasional.
Pada gear shaft yang beroperasi pada machine, shaft
tersebut menahan beban machine yang bervariasi dan
beban tersebut harus ditanggung oleh bearing. Beban dari
berat shaft dan gear 90 derajat dari center line shaft
disebut radial load. Sedangkan arah dari gerakan shaft ke
kiri dan ke kanan karena putaran disebut thrust load.
Bearing menahan radial load dan thrust load untuk menjaga
supaya shaft tetap berputar.
Jenis-jenis bearing dibagi menjadi dua bagian yaitu:
Solid bearing
Anti-friction bearing
2.4.1. Solid Bearing
38
Pada solid bearing, shaft berputar pada permukaan
bearing. Antara shaft dan bearing dipisahkan oleh lapisan
tipis oli pelumas. Ketika berputar pada kecepatan
operasional shaft ditahan oleh lapisan tipis oli bukan
oleh bearing.
Yang termasuk solid bearing:
Sleeve / bushing bearing
Spit-half bearing.
a. Sleeve Bearing
Bentuk yang sangat sederhana dari solid bearing
adalah sleeve bearing atau juga disebut bushings. Sleeve
bearing umumnya dipakai pada shaft nya roda yang bergerak
dari awal.
Camshaft ditahan pada posisinya oleh sleeve bearing
pada engine block. shaft yang ditahan oleh bearing disebut
journal, dan penahanan ke bagian luarnya oleh sleeve. Bila
journal dan sleeve terbuat dari logam (steel), dengan
pelumasan yang bagus memungkinkan sangat sedikit kontak
39
yang terjadi antara dua permukaan. Sleeve dari bearing
kebanyakan dilapisi dengan bronze, atau babbitt metal.
Bronze sleeve bearing umumnya digunakan pada pompa dan
motor elektrik. Solid bearing dilapisi dengan metal yang
lebih lunak dari shaft sehingga apabila terjadi
perputaran antara keduanya, maka yang mengalami keausan
adalah bearing, dan bukan shaft. sleeve bearing umumnya
menggunakan pelumasan bertekanan yang melewati lubang
pada journal.
b. Split-half Bearing
Tipe lain dari solid bearing adalah split half bearing.
Split half bearing lebih banyak dipakai pada outomotive engine
yaitu pada crankshaft dan connecting rod. Crankshaft rod
bearing caps menggunakan split half bearing yang menempel pada
rod piston.
Bearing ini dapat diganti bila sudah aus. Split-half
bearing umumnya diberi tambahan lubang oli, sering
berupa alur yang berfungsi untuk mengalirnya oli yang
akan melumasi seluruh permukaan bearing. Split half bearing
40
juga mempunyai locking tabs (bagian yang menonjol) yang
akan ditempatkan pada notches (coakan) pada bearing caps.
Tabs ini berfungsi untuk mencegah bearing bergerak
horisontal pada shaft.
Split half bearing biasanya terbuat dari dua tipe
metal, permukaan bearing menggunakan aluminum yang lebih
lunak dari logam dan menghantarkan panas yang baik.
Manfaat dari solid bearing adalah:
Biaya penggantian lebih murah.
Menahan berat radial load.
2.4.2. Anti Friction Bearings
Anti friction bearing digunakan pada benda-benda yang
berputar, untuk mengurangi gesekan dan memperkecil
gesekan awal pada permukaan bearing yang rata / datar.
Anti friction bearing terdiri dari:
Ball bearing
Roller bearing,
41
Needle bearing
Anti friction bearing tersusun dari beberapa komponen yaitu:
inner race, outer race, balls atau roller, dan cage.
Inner race atau cone: cincin baja yang dikeraskan
dengan diberi alur untuk pergerakan roller atau ball di
bagian luarnya, sering dipasang pada shaft yang
berputar sebagai penyangga bearing.
Outer race: outer race hampir sama dengan inner race,
outer race adalah cincin baja yang dikeraskan dengan
alur untuk pergerakan ball atau roller di bagian dalam.
Balls atau rollers: di antara inner race dan outer race ada
komponen yang berfungsi mengurangi gesekan yang
dilakukan oleh balls, rollers atau tapered rollers. Balls dan
rollers ini terbuat baja yang dikeraskan. Balls atau
rollers bergerak bebas di antara inner dan outer race.
Cage: letak cage antara inner race dan outer race yang
digunakan untuk menjaga jarak ball atau roller yang
satu dengan yang lainnya.
42
Anti friction bearing mengurangi panas dengan cara
mengurangi kontak area yang saling bergesekan. Balls
mempunyai contact point antara inner dan outer race untuk
menahan beban sehingga memungkinkan berputar dengan
kecepatan tinggi. Lapisan oli lubrikasi berfungsi
memisahkan komponen yang saling berhubungan.
Yang termasuk anti friction bearing:
Straight roller, mempunyai line contact, yang memungkinkan
bisa menahan beban radial load yang lebih besar.
Tapered roller, cara kerjanya sama dengan straight roller.
Tapered bearing sering digunakan di bagian ujung shaft
yang berputar bersama untuk menahan radial load dan
menahan gerak ke arah kiri, kanan shaft (thrust load).
Needle bearing cara kerjanya sama dengan straight
bearing dan tapered bearing dengan line contact. Sebab
dengan diameter yang lebih kecil, needle bearing bisa
digunakan pada pengaplikasian di tempat-tempat
sempit.
43
Caged needle bearing mempunyai kemampuan beban yang
lehih tinggi dibandingkan dengan needle bearing dan
aplikasinya terbatas pada celah yang lebih kecil
dari 10 inch (245 mm).
Keuntungan anti friction bearing:
Tidak ada keausan pada shaft
Memperkecil tenaga yang terbuang.
Memungkinkan kecepatan yang lebih tinggi.
2.5. Trouble Shooting Mesin Diesel
Trouble shooting mesin diesel merupakan pengetahuan
yang mempelajari gejala -gejala penyimpangan kerja
komponen mesin selama mesin beroperasi dengan tujuan
agar para operator dapat mengetahui adanya penyimpangan
operasi saat sebelum mesin hidup maupun saat mesin
bekerja memikul beban.
Untuk lebih memahami kemungkinan gangguan suatu
unit Pusat Listrik Tenaga Diesel, para operator harus
44
memahami prinsip kerja pada sistem yang ada pada mesin
diesel tersebut dengan batasan-batasan operasi yang di
ijinkan oleh pabrik pembuat mesin diesel tersebut.
Pengoperasian sistem-sistem mempunyai batasan yang
terdiri dari temperatur, tekanan, yang terbaca pada
parameter yang terpasang pada setiap mesin untuk
memonitor kerja sistem-sistem tersebut
Pembahasan mengenai trouble shooting dipengaruhi oleh
sistem-sistem pada mesin diesel belum seluruhnya bisa
dilengkapi sesuai dengan banyaknya perubahan komponen
pada sistem-sistem yang selalu diperbaharui untuk
meningkatkan keandalan sistem-sistem tersebut
Secara keseluruhan prinsip kerja sistem-sistem
tidak banyak mengalami perubahan, untuk memperkuat
pengetahuan mengenai trouble shooting mesin diesel, kita
harus mempunyai dasar – dasar mengenai standar operasi
yang benar, agar setiap terjadi perubahan pada sistem-
sistem tersebut dapat diikuti dengan mudah.
45
2.5.1. Pengertian Trouble Shooting
Suatu proses pemikiran yang sistematis
dalam mengatasi gangguan mesin sehingga
diketahui sebab gangguan dan tindakan perbaikan
secara cepat dan tepat.
Untuk Pelaksanaan trouble shooting Perlu Memahami :
Sistem - sistem yang terdapat pada SPD.
Instalasi pemipaan dan instalasi kelistrikan.
Konstruksi dan bagian-bagian mesin.
Setting limit alat kontrol ( setting alarm dan
setting trip )
Pengertian dan pembacaan terhadap indikasi yang
timbul
2.5.2. Obyek Trouble Shooting
Obyek sistem – sistem yang terganggu :
1. Sistem udara masuk
2. Sistem gas buang
46
3. Sistem bahan bakar
4. Sistem pelumas
5. Sistem start
6. Sistem pendingin
7. Sistem kontrol
8. Sistem proteksi
Obyek mempunyai struktur yang bertingkat, misalnya
sistem bahan bakar mempunyai sub – sub sistem atau
komponen atau bagian – bagian sistem yang banyak dan
bertingkat pula. Untuk menentukan obyek yang terganggu
dipilih obyek yang paling luas ruang lingkupnya,
selanjutnya melakukan “lokalisir” untuk menuju ke obyek
yang terganggu.
Panduan yang dipakai untuk nilai dari
Indikator mesin yang sesuai dengan operation manual
book diantaranya :
1. Tekanan pelumas
2. Tekanan bahan bakar
3. Frekuensi
47
4. Putaran mesin
5. Tekanan udara start
6. Suhu bantalan
7. Suhu air pendingin
8. Tekana udara masuk
9. Timing injection
10. Kebisingan
Kemungkinan Sebab Adanya Trouble Pada Mesin
1. Pembakaran tidak sempurna Daya mesin turun
2. Heat transfer terganggu Suhu kerja mesin sangat
tinggi
3. Unbalance Kesin bergetar
9. Seal rusak Terjadi kebocoran
10. Eksitasi gagal Tegangan generator
tidak keluar
11. Saluran tersumbat Tekanan turun / tidak
mengalir
48
Harga – harga indikator mesin sesaat sebelum
terjadi gangguan / kejadian–kejadian pada mesin yang
tidak bisa terlihat pada indikator, tetapi dapat
didengar dan dirasakan oleh operator sebelum terjadi
gangguan.
Contoh :
Log sheet / catatan mesin setiap jam atau Suara, Asap,
Api, Cetuaka.
Pengambilan keputusan pada trouble shooting
Standar
Obyek penyimpangan
Kesimpulan / sebab gangguan
Kemungkinan
Sebab data
Kesimpulan merupakan hubungan yang logis antara
penyimpangan, standar, obyek, sebab, dan data. Seorang
trouble shooter harus mempunyai kemampuan untuk merangkai
49
suatu kejadian menjadi suatu kesimpulan yang tepat atas
suatu gangguan yang didukung oleh kemampuan menguasai
seluruh prosesnya maupun bagian – bagian unit
pembangkit diesel.
2.5.3. Sebab Kegagalan dalam Trouble Shoting
Kurang memahami dalam menyusun kemungkinan
penyebab gangguan sehingga penyebab gangguan
tidak termasuk dalam daftar kemungkinan gangguan.
Kurang mengenal sistem yang terganggu
Kekurangan data pada saat sebelum gangguan
terjadi.
Pencatatan data yang tidak sesuai dengan kondisi
operasi.
Kurang memahami prinsip kerja sistem-sistem yang
terdapat pada mesin yang dioperasikan.
Tidak ada perhatian terhadap perubahan nilai-
nilai yang terukur pada saat melakukan pencatatan
data operasi.
50
Belum memahami kondisi operasi secara
keseluruhan.
Kelengkapan peralatan ukur yang sudah rusak tidak
diperbaiki atau diganti.
Belum mampu membaca perubahan kondisi operasi
unit.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
Tempat dan waktu penelitian dilakukan di PLTD
Trisakti Sektor Pembangkitan Barito, Banjarmasin.
51
Jadwal penelitiannya direncanakan sebagai berikut:
Tabel 3.1. Rencana Kegiatan
Rencana
Kegiatan
Bulan
Des
201
4
Jan
201
5
Feb
201
5
Mar
201
5
Apr
201
5
Mei
201
5
Jun
201
5
Jul
201
5
Pengumpulan
Data Sebelum
Dilakukannya
Penelitian
Melakukan Studi
Literatur &
Focus Group
Discussion
Merumuskan Ide
Perbaikan
Melaksanakan
Perbaikan
52
(Action)
Seminar
Proposal
Pengumpulan
Data Setelah
dilakukannya
Tindakan
Perbaikan.
Pengolahan Data
dan Analisa
Hasil
Pengambilan
Kesimpulan
Sidang Akhir
3.2 Metode Penelitian
Adapun metodologi penelitian yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Pengumpulan data sebelum dilakukannya penelitian
53
Pengumpulan data sebelum dilakukannya penelitian
ini bertujuan untuk pengumpulan data histori gangguan
apa saja yang menjadi penyebabnya tripnya mesin PLTD
Trisakti selama periode tahun 2014. Dari data tersebut
dikerucutkan gangguan yang paling sering adalah
ganggguan “Rocker Arm” , yang nantinya pembahasan
tersebut menjadi topik utama penulis dalam penyusunan
skripsi tugas akhir ini.
2. Melakukan studi literatur & focus group discussion
sehingga topik ini kemudian dijadikan penulis
sebagai judul skripsi, kemudian bersama rekan kerja di
kantor akan melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) untuk
membahas dalam mencari akar permasalahan (Root Cause
Problem Solving) penyebab seringnya terjadi gangguan rocker
arm di PLTD Trisakti.
Kegiatan studi literatur ini bertujuan untuk
mengetahui secara teoritis permasalahan dari penelitian
ini. Didalam studi literatur untuk mengetahui dan
memperoleh beberapa konsep tersebut diperoleh dari
54
buku-buku referensi, jurnal, dan artikel. Kemudian
bersama rekan kerja di kantor akan melakukan Focus Group
Discussion untuk membahas dalam mencari akar permasalahan
(Root Cause Problem Solving) penyebab seringnya terjadi
gangguan rocker arm di PLTD Trisakti.
Sasaran utama studi literatur dan Focus Group
Discussion
adalah mengetahui gambaran secara spessifik dan
terperinci tentang penyebab apa saja yang menimbulkan
gangguan rocker arm pada mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) di
PLTD Trisakti.
3. Merumuskan ide perbaikan
Setelah dilakukannya analisa penyebab – penyebab
gangguan rocker arm, maka akan ditemukan ide – ide
perbaikan untuk mencegah atau mengurangi frekuensi
gangguan rocker arm untuk tindakan kedepannya.
4. Melaksanakan perbaikan (action)
55
Melakukan action / tindakan dari hasil perumusan
ide – ide perbaikan yang sudah disepakati bersama.
5. Pengumpulan data setelah dilakukannya tindakan
perbaikan
Pengumpulan data ini dilakukan untuk melihat
hasil progress dari ide – ide perbaikan yang telah
dilakukan.
6. Pengolahan data dan analisa hasil
Penyusunan laporan disertai data berupa data
gangguan baik sebelum maupun setelah dilakukannya
tindakan perbaikan masalah, gambar, perhitungan, tabel,
dan grafik yang dapat membantu dalam penyampaian
informasi hasil analisis dari data-data yang didapat.
Sehingga akan terlihat manfaat dari dilakukannya
analisa penyebab masalah gangguan rocker arm tersebut.
6. Pengambilan kesimpulan
Akan disimpulkan dengan melihat hasil dari
progress dari data gangguan mesin PLTD khususnya
gangguan rocker arm, apakah mengalami penurunan gangguan
atau tidak setelah dirumuskannya analisa penyebab
56
START
Pengumpulan Data Sebelum Dilakukannya Penelitian
Merumuskan Ide Perbaikan
Melakukan Studi Literatur & Focus Group Discussion
Pengolahan Data dan Analisa Hasil
SELESAI
Melaksanakan Perbaikan (Action)
Pengumpulan Data Setelahdilakukannya Tindakan Perbaikan
Pengambilan Kesimpulan
gangguan serta dilakukannya tindakan – tindakan
perbaikan pada rocker arm untuk mesin Stork Wartsila Diesel
(SWD) PLTD Trisakti.
57
SELESAI
Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) 16 TM 410R di PLTD
Trisakti Sektor Pembangkitan Barito.
58
Gambar 3.2. Mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) 16 TM 410C
2. Mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) 9 TM 620C di PLTD
Trisakti Sektor Pembangkitan Barito.
Gambar 3.3. Mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) 9 TM 620C
3. Rocker Arm Stork Wartsila Diesel (SWD) 16 TM 410R di PLTD
Trisakti Sektor Pembangkitan Barito.
59
Gambar 3.4. Rocker Arm Mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) 16
TM 410R
4. Rocker Arm Stork Wartsila Diesel (SWD) 9 TM 620C di PLTD
Trisakti Sektor Pembangkitan Barito.
Gambar 3.5. Rocker Arm Mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) 9
TM 620C
60
5. Data gangguan rocker arm mesin Stork Wartsila Diesel (SWD)