ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BAGI PEKERJA KONSTRUKSI DI PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMRANG Dinda Ramawati 1 dan Sugiarto 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Semarang, Email: [email protected]dan [email protected]ABSTRAK Pembangunan konstruksi dermaga merupakan salah satu kegiatan atau pekerjaan yang memiliki potensi kecelakaan kerja yang tinggi sehingga penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus benar-benar diterapkan karena salah satu aspek yang menjadi tolok ukur keberhasilan suatu proyek adalah nihilnya angka kecelakaan kerja selama proses konstruksi tersebut berlangsung. Dari hasil pengolahan data kuisioner yang bersumber dari para pekerja konstruksi pada proyek Design and Build Perkuatan dan Peninggian Dermaga Samudera Pelabuhan Tanjung Emas Semarang maka dapat diketahui bahwa factor pemakaian alat pelindung diri (APD) merupakan factor yang sangat berpengaruh pada penerapan K3 pada proyek tersebut. Hal yang harus diperhatikan adalah kelengkapan APD, kenyamanan pemakaian APD saat bekerja serta kesadaran pekerja itu sendiri untuk memakai APD lengkap. Sedangkan tindakan yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan penerapan K3 pada proyek tersebut adalah pemberian pengarahan pada pekerja tentang bagaimana resiko jika tidak menggunakan APD lengkap dan benar di lokasi proyek selain itu kebiasaan mengonsumsi air putih 8 (delapan) gelas per hari untuk menghindari dehidrasi sangat penting untuk dilakukan serta pengecekan kelayakan operasional alat berat juga merupakan hal yang penting untuk meminimalisir potensi kecelakaan kerja. Kata kunci: dermaga, K3, kecelakaan kerja, APD, alat berat ABSTRACT Construction of jetty is one of the activities or jobs that have a high potential for work accidents so that the application of Health and Safety Environment (HSE) must really be applied because one aspect that is a benchmark for the success of a project is the zero number of work accidents during the construction process take place. From the results of questionnaire data processing sourced from construction workers in the Design and Build Perkuatan dan Peninggian Dermaga Samudera Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, it can be seen that the factor of the use of personal protective equipment (PPE) is a very influential factor in the application of HSE to the project. Things that must be considered are the completeness of PPE, the comfort of using PPE when working and the awareness of the workers themselves to use the complete PPE. While the action that is very influential in improving the application of HSE in the project is giving guidance to workers about how the risk if not using PPE is complete and correct at the project site besides the habit of consuming 8 (eight) glasses of water per day to avoid dehydration is very important to do and checking the operational feasibility of heavy equipment is also important to minimize the potential for work accidents. Key words : jetty, HSE, work accident, PPE, heavy equipment 1. PENDAHULUAN Pembangunan sarana dan prasarana di Indonesia sedang berkembang pesat, hal ini dapat dilihat dari banyaknya pembangunan konstruksi gedung, konstruksi jembatan, konstruksi air maupun konstruksi jalan. Selain aspek efisiensi biaya dan efektivitas waktu, salah satu aspek yang menjadi tolok ukur keberhasilan
13
Embed
ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
BAGI PEKERJA KONSTRUKSI DI PELABUHAN
TANJUNG EMAS SEMRANG Dinda Ramawati1 dan Sugiarto2 1Mahasiswa Program Studi Sarjana Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Semarang, Email:
suatu pembangunan konstruksi adalah nihilnya kecelakaan kerja yang terjadi selama pembangunan
konstruksi tersebut. Nihilnya angka kecelakaan kerja ini tidak lepas dari penerapan K3 di lapangan.
Proses pembangunan suatu konstruksi merupakan pekerjaan yang memiliki potensi bahaya yang cukup
tinggi. Hal tersebut yang menyebabkan industri konstruksi mempunyai catatan buruk dalam hal keselamatan
dan kesehatan kerja (K3). Situasi ini mencerminkan karakter lokasi proyek sangat keras dan suatu
kegiatannya terlihat kompleks dan sangat sulit dilaksanakan sehingga membutuhkan stamina yang prima bagi
pekerjanya. Oleh sebab itu, keselamatan kerja ialah aspek yang harus diperbaiki setiap saat karena sesuai
yang kita ketahui, permasalahan keselamatan kerja ialah masalah yang amat kompleks karena mencakup
permasalahan dari segi perikemanusiaan, aspek hukum, aspek biaya, manfaat ekonomi, serta
pertanggungjawaban citra atas organisasi itu sendiri (Ervianto, 2005).
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) di proyek konstruksi ialah dapat menciptakan
lingkungan pekerjaan yang aman, sehat, sejahtera, dapat bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja serta bebas dari pencemaran lingkungan supaya dapat meningkatkan produktivitas seperti yang terdapat
dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Semua ini dapat berjalan baik jika
pihak yang terkait dalam proyek konstruksi ini dapat saling berkomunikasi dan bekerjasama untuk
pencegahan kecelakaan kerja.Banyak faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dalam suatu proyek
konstruksi antara lain faktor perilaku pekerja konstruksi yang cenderung kurang memperhatikan ketentuan
standar keselamatan kerja, pemilihan metode kerja yang kurang tepat, faktor peralatan yang digunakan
kurang dirawat dan faktor kurang disiplinnya para pekerja konstruksi dalam mengaplikasikan peraturan
mengenai K3 yang mengatur tentang pemakaian alat pelindung diri (Wulfram I. Ervianto, 2005)
Proyek pembangunan dermaga yang menjadi fokus dalam Penelitian ini memiliki potensi kecelakaan kerja
yang cukup besar bagi para pekerjanya. Mengapa demikian ? Operasional pelabuhan seperti proses bongkar
muat muatan kapal tidak boleh terganggu atau terhambat walaupun ada pembangunan proyek. Lokasi proyek
yang berada di tepi laut juga dapat menambah potensi kecelakaan kerja. Masih ada faktor-faktor lainnya yang
berpengaruh terhadap keselamatan, kesehatan dan konsentrasi para pekerja konstruksi dalam bekerja.
Sehingga, Penelitian ini bertujuan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja bagi para pekerja konstruksi pada Proyek Design and Build Perkuatan dan Peninggian
Dermaga Samudera Pelabuhan Tanjung Emas di Semarang. Setelah mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi penerapan K3 di lapangan maka dapat direncanakan tindakan pencegahan maupun
penanggulangan kecelakaan kerja.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ialah aspek perlindungan bagi tenaga kerja melalui penerapan
teknologi pengendalian seluruh aspek yang dapat berpotensi membahayakan bagi para pekerja. Penerapan
teknologi ini, dapat diharapkan seluruh tenaga kerja supaya dapat mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan
tingkat kesehatan yang tinggi. Selain itu, diharapkan keselamatan dan kesehatan kerja dapat menciptakan
kenyamanan pada saat bekerja dan keselamatan kerja yang tinggi. (Sholihah dan Kuncono, 2014)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Bagi Pekerja
Konstruksi di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Beberapa faktor yang mempengaruhi penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi pekerja
konstruksi di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang antara lain adalah sebagai berikut : 1. Faktor Dehidrasi
Merupakan faktor fisik yang dapat berpotensi menimbulkan suatu bahaya atau gangguan kesehatan
maupun konsentrasi terhadap tenaga kerja apabila berada di kondisi panas ekstrim dengan kadar melebihi
nilai ambang batas (NAB), (Tarwaka dkk,2004).
2. Faktor Kebisingan
Bising merupakan sumber bunyi yang tidak dikehendaki yang berasal dari aktivitas alam seperti bicara
dan aktivitas bikinan manusia seperti pada saat pemakaian mesin (Marisdayana et.al, 2016)
3. Faktor Pemakaian Alat Pelindung Diri Yang Tidak Lengkap
Perusahaan perlu menyediakan alat pelindung diri yang sesuai bagi karyawan yang bekerja dengan
potensi bahaya, sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Bab IX pasal 13 yang
menyatakan barang siapa yang memasuki suatu tempat kerja harus mentaati semua petunjuk Keselamatan
Kerja serta memakai Alat Pelindung Diri yang diwajibkan (Suma’mur, 1996).
3
4. Faktor Kepadatan Lalu Lintas Di Lokasi Proyek
Kondisi keluar masuknya kendaraan besar akibat bongkar muat barang di pinggir dermaga juga sangat
mengganggu keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi para pekerja konstruksi. Karena pada saat
bersamaan proyek sedang berjalan, oleh karena itu para pekerja harus sangat berhati-hati supaya tidak
menggangu jalannya aktivitas pekerjaan yang sedang berlangsung.
5. Faktor Cuaca
Faktor cuaca dapat memberikan pengaruh kepada pekerja konstruksi dalam melakukan suatu pekerjaan di
lapangan. Contohnya jika cuaca sangat panas maka konsentrasi pekerja dapat terganggu dan sering
mengambil waktu beberapa menit untuk berteduh sehingga efektivitas waktu bekerja terhambat. Hal ini
diyakini mempengaruhi hasil pekerjaan di lapangan yang cenderung sering ditemukan cacat kualitas di
saat kondisi cuaca buruk.
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada dasarnya aspek keselamatan kerja harus sudah dipertimbangkan pada saat mulai kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan pasca konstruksi. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang efektif merupakan hasil
suatu perusahaan, koordinasi dan komitmen semua karyawan di suatu perusahaan dari tenaga kerja terbawah
sampai dengan pimpinan teratas, unsur-unsur Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah (Tim Pengelola
DPPK, 1997,P.67) :
1. Pengarahan dari manajemen perusahaan; 2. Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
3. Latihan tenaga kerja;
4. Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dasar Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dasar hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari banyaknya peraturan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dari undang-undang hingga peraturan daerah, antara lain:
1. PP 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
2. Undang-undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. Undang-undang RI No 1. Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan bagian dari sistem manajemen yang secara
menyeluruh mencakup struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, proses, prosedur dan
sumber daya lain yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan
suatu kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja supaya dapat tercipta tempat kerja yang aman, selamat,
efisien dan produktif (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2008).
Gambar 1. Bagan Project Safety Management
Sumber: PMBOK,2000
Fasilitas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Suatu Proyek Untuk dapat menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) supaya berlangsung sangat baik perlu
memperhatikan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung jalannya kegiatan di dalam dunia konstruksi dengan
aman. Alat Perlindungan Diri (APD) standar seperti helm proyek, sepatu safety, kaca mata untuk melindungi
mata, earmuff atau earplug untuk melindungi telinga serta masker penutup mulut dan hidung. Selain APD,
pemasangan papan peringatan, rambu-rambu lalu lintas, peraturan pengoperasian peralatan yang tepat fungsi
dan ketentuan-ketentuan lainnya yang dapat membuat lingkungan kegiatan menjadi aman serta dapat