Top Banner
  ------------------------------------------------------------------------------------------ Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi 7 ANALISA BIAYA STANDARD DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENENTU HARGA JUAL PADA PT. LESTARI SANTIKA GARMENT Oleh : NURYATI Nani Hartati, SE., MM ABSTRAK Kita telah ketahui bahwa setiap perusahaan akan selalu berusaha untuk mengefisiensikan biaya produksi agar dapat mencapai salah satu tujuan dari perusahaan. Untuk itulah sangat diperlukan suatu analisa biaya standard guna mengefisiensikan biaya/ pengorbanan yang dilakukan oleh perusahaan. Penetapan biaya standar dalam suatu perusahaan sebenarnya adalah merupakan salah satu cara atau tehnik dari manajemen perusahaan yang pada prinsipnya bertujuan tidak lain untuk mengarahkan perhatian atau attention directing pada perencanaan dan pemberian ump an balik mengenai ma sing – masing dari biaya. Penetapan b iaya standar juga dapat dipergunakan sebagai salah satu cara dari pada manajemen dalam rangka pengendalian biaya – biaya produksi agar dapat diterapkan lebih efisien. Agar pengendalian dan pengawasan terhadap biaya – biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dapat terkendali dan terkontrol dengan baik, maka perlu ditetapkan suatu prinsip yang dapat mewujudkan suatu tujuan di atas. Salah satu prinsip perhitungan biaya adalah perhitungan biaya yang ditentukan sebelumnya yang merupakan biaya yang seharusnya dikeluarkan dalam memproduksi suatu barang. Konsep biaya yang mempunyai klasifikasi sepe rti itu yang merupakan pedoman bagi ma najemen untuk me ngetahui berapa besar biaya yang seharusnya dikeluarkan disebut biaya standar atau standard cost.  Tujuan dan manfaat yang utama dalam perhitungan biaya standar untuk menentukan harga pokok standar dalam suatu perusahaan adalah untuk pengendalian atas biaya – biaya  yang terjadi, khususnya biaya biaya produksi. Adapun prosedur penentuan harga pokok standard dibagi dalam tiga bagian yaitu standard biaya bahan baku, standard biaya tenaga kerja dan standard biaya overhead pabrik. Untuk mengetahui berbagai macam penyebab terjadinya selisih antara biaya yang telah ditetapkan (biaya standard) dengan biaya – biaya yang seharusnya dikeluarkan, maka perlu dilakukan analisa selisih. Analisa selisih penting dilakukan agar manajemen dapat menilai kembali penetapan biaya – biaya standard yang berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan pada saat proses produksi berlangsung. Hal ini memungkinkan manajemen melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan tepat, sehingga selisih yang terjadi tidak terlalu berpengaruh terhadap penentuan harga jual barang yang dihasilkan. Dalam skripsi ini, penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai cara penetapan biaya standard dalam perhitungan harga pokok produksi sebagai alat penentu harga jual pada PT. LESTARI SANTIKA GARMENT. Metode pengumpulan data menggunakan questioner, interview, observasi, studi kepustakaan dan dokumentasi perusahaan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan rumus – rumus untuk menentukan harga pokok produksi dan menentukan harga jual. Disamping dengan metode kuantitatif juga digunakan metode kualitatif yaitu dengan menginterprestasikan hasil dari perhitungan – perhitungan dan memaparkan hasil penelitian secara diskriptif terutama yang tidak dapat dijelaskan dengan angka – angka. I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu tujuan pokok dari perusahaan adalah mendapatkan keuntungan yang optimal dengan pengorbanan tertentu dan dapat berkembang serta mempertahankan kelangsungan hidup dari perusahaan tersebut. Dengan semakin ketatnya persaingan diantara beberapa perusahaan  yang dapat dikategorikan sebagai perusahaan yang sejenis atau sama, maka semakin berat beban perusahaan dalam mencapai tujuan pokoknya. Dapat berkembang dan mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan sangat tergantung kepada keuntungan yang berkelanjutan. Keuntungan itu sendiri didapat dari kelebihan total pendapatan dari total biaya pada suatu periode tertentu. Besarnya penghasilan ini dipengaruhi secara
24

Analisa Biaya Standard Dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi Sebagai Alat Penentu Harga Jual Pada Pt. Lestari Santika Garment

Oct 09, 2015

Download

Documents

ReiGrey

Analisa biaya
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • ------------------------------------------------------------------------------------------

    Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi

    7

    ANALISA BIAYA STANDARD DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENENTU HARGA JUAL PADA PT. LESTARI SANTIKA GARMENT

    Oleh : NURYATI

    Nani Hartati, SE., MM

    ABSTRAK

    Kita telah ketahui bahwa setiap perusahaan akan selalu berusaha untuk mengefisiensikan biaya produksi agar dapat mencapai salah satu tujuan dari perusahaan. Untuk itulah sangat diperlukan suatu analisa biaya standard guna mengefisiensikan biaya/ pengorbanan yang dilakukan oleh perusahaan.

    Penetapan biaya standar dalam suatu perusahaan sebenarnya adalah merupakan salah satu cara atau tehnik dari manajemen perusahaan yang pada prinsipnya bertujuan tidak lain untuk mengarahkan perhatian atau attention directing pada perencanaan dan pemberian umpan balik mengenai masing masing dari biaya. Penetapan biaya standar juga dapat dipergunakan sebagai salah satu cara dari pada manajemen dalam rangka pengendalian biaya biaya produksi agar dapat diterapkan lebih efisien.

    Agar pengendalian dan pengawasan terhadap biaya biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dapat terkendali dan terkontrol dengan baik, maka perlu ditetapkan suatu prinsip yang dapat mewujudkan suatu tujuan di atas. Salah satu prinsip perhitungan biaya adalah perhitungan biaya yang ditentukan sebelumnya yang merupakan biaya yang seharusnya dikeluarkan dalam memproduksi suatu barang. Konsep biaya yang mempunyai klasifikasi seperti itu yang merupakan pedoman bagi manajemen untuk mengetahui berapa besar biaya yang seharusnya dikeluarkan disebut biaya standar atau standard cost.

    Tujuan dan manfaat yang utama dalam perhitungan biaya standar untuk menentukan harga pokok standar dalam suatu perusahaan adalah untuk pengendalian atas biaya biaya yang terjadi, khususnya biaya biaya produksi. Adapun prosedur penentuan harga pokok standard dibagi dalam tiga bagian yaitu standard biaya bahan baku, standard biaya tenaga kerja dan standard biaya overhead pabrik.

    Untuk mengetahui berbagai macam penyebab terjadinya selisih antara biaya yang telah ditetapkan (biaya standard) dengan biaya biaya yang seharusnya dikeluarkan, maka perlu dilakukan analisa selisih.

    Analisa selisih penting dilakukan agar manajemen dapat menilai kembali penetapan biaya biaya standard yang berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan pada saat proses produksi berlangsung. Hal ini memungkinkan manajemen melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan tepat, sehingga selisih yang terjadi tidak terlalu berpengaruh terhadap penentuan harga jual barang yang dihasilkan.

    Dalam skripsi ini, penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai cara penetapan biaya standard dalam perhitungan harga pokok produksi sebagai alat penentu harga jual pada PT. LESTARI SANTIKA GARMENT. Metode pengumpulan data menggunakan questioner, interview, observasi, studi kepustakaan dan dokumentasi perusahaan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan rumus rumus untuk menentukan harga pokok produksi dan menentukan harga jual. Disamping dengan metode kuantitatif juga digunakan metode kualitatif yaitu dengan menginterprestasikan hasil dari perhitungan perhitungan dan memaparkan hasil penelitian secara diskriptif terutama yang tidak dapat dijelaskan dengan angka angka.

    I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

    Salah satu tujuan pokok dari perusahaan adalah mendapatkan keuntungan yang optimal dengan pengorbanan tertentu dan dapat berkembang serta mempertahankan kelangsungan hidup dari perusahaan tersebut. Dengan semakin ketatnya persaingan diantara beberapa perusahaan yang dapat dikategorikan sebagai

    perusahaan yang sejenis atau sama, maka semakin berat beban perusahaan dalam mencapai tujuan pokoknya.

    Dapat berkembang dan mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan sangat tergantung kepada keuntungan yang berkelanjutan. Keuntungan itu sendiri didapat dari kelebihan total pendapatan dari total biaya pada suatu periode tertentu. Besarnya penghasilan ini dipengaruhi secara

  • ------------------------------------------------------------------------------------------

    Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi

    8

    langsung oleh volume penjualan dengan suatu kebijakan tertentu dalam harga jual.

    Pada masa sekarang dimana gejala globalisasi sistem perekonomian dan perdagangan bebas mulai terbuka, maka dapat diperkirakan bahwa persaingan pasar akan semakin ketat. Manajemen dituntut untuk dapat menawarkan harga jual yang menguntungkan bagi perusahaan dan dapat menarik konsumen disamping menjaga kwalitas barang yang diproduksi serta sistem pelayanan distribusi barang tersebut. Untuk itu strategi manajemen dalam menentukan harga jual merupakan suatu keputusan yang strategis yang akan memberikan pengaruh secara langsung terhadap keuntungan yang akan diperoleh, pengembangan pasar dan produk suatu perusahaan.

    Salah satu faktor yang berpengaruh secara dominan terhadap penentuan harga jual adalah informasi harga pokok produksi perunit barang. Oleh karenanya suatu pengendalian biaya terhadap biaya biaya yang dikeluarkan atau dikorbankan sangatlah diperlukan, supaya biaya biaya tersebut dapat disajikan secara layak dan wajar (rasional). Disamping itu dengan adanya pengendalian terhadap biaya biaya tersebut diharapkan penyimpangan yang terjadi dapat ditekan seminimal mungkin sehingga harga pokok akan semakin kecil dan peluang perusahaan didalam memperoleh keuntungan akan lebih besar.

    Semakin berkembang dan bertambah besarnya suatu perusahaan, maka akan semakin kompleks pula permasalahan yang akan dihadapi oleh pimpinan perusahaan/manajemen perusahaan. Kompleksnya permasalahan yang dihadapi antara lain tergantung pada jenis perusahaan tertentu. Masalah yang akan dihadapi oleh perusahaan dagang akan berbeda dengan apa yang akan dihadapi oleh perusahaan industri ataupun jasa. Pada perusahaan industri masalah yang dihadapi lebih besar lingkupnya bila dibandingkan dengan masalah pada perusahaan dagang ataupun jasa.

    Kegiatan perusahaan industri meliputi pembelian bahan baku, proses pengolahannya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya (barang jadi) baru kemudian dilakukan penjualan. Karenanya sangat diperlukan perhatian yang lebih cermat terhadap masalah produksi yang dilakukan, sedang pada perusahaan dagang tidak demikian halnya.

    Sehubungan dengan masalah produksi di atas maka diperlukan suatu informasi yang lengkap dan terperinci mengenai biaya dan harga pokok, yang diharapkan dapat diandalkan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Informasi tersebut dapat diperoleh atau disajikan dalam Akuntansi Biaya.

    Apabila informasi mengenai perhitungan harga pokok tidak tepat dan kurang akurat, maka akan timbul beberapa masalah, diantaranya : penentuan harga pokok produk terlalu kecil dan harga jual yang ditentukan kecil, sehingga perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk menutupi biaya biaya operasionalnya atau sebaliknya apabila harga jual produk atau barang yang ditetapkan terlalu besar akan mengakibatkan harga jual menjadi terlalu mahal sehingga tidak mampu untuk bersaing di luar atau di pasaran.

    Dari hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mempelajari perhitungan harga pokok yang dilakukan oleh PT. LESTARI SANTIKA GARMENT dan bagaimana perusahaan tersebut menentukan harga jual produknya, sehingga menjadikannya sebagai judul skripsi.

    B. IDENTIFIKASI MASALAH

    Masalah yang harus ditanggulangi bersama guna mencapai sasaran yang optimal, yaitu masalah penentuan atau penetapan biaya standar. Karena masalah ini sangat menentukan dalam perhitungan harga pokok produksi guna menentukan harga jual yang bersaing yang harus diamati secara teliti dan cermat serta membutuhkan waktu cukup lama. Diharapkan penilaian pengendalian biaya tidak menyimpang dari apa yang telah ditetapkan atau distandarkan oleh perusahaan. Kita telah ketahui bahwa setiap perusahaan akan selalu berusaha untuk mengefisiensikan biaya produksi agar dapat mencapai salah satu tujuan dari perusahaan. Untuk itulah sangat diperlukan suatu analisa biaya standard guna mengefisiensikan biaya/ pengorbanan yang dilakukan oleh perusahaan.

    C. TUJUAN PENELITIAN

    Perhitungan harga pokok adalah mutlak diperlukan apabila sebuah perusahaan ingin mengetahui tingkat keberhasilan dari usahanya, dan juga

  • ------------------------------------------------------------------------------------------

    Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi

    9

    diharapkan dengan adanya perhitungan harga pokok yang akurat / tepat, perusahaan dalam hal ini manajemen dapat menentukan harga jual yang tentunya dapat bersaing dipasaran. Selain itu harga pokok juga merupakan informasi yang sangat bermanfaat bagi manajemen dimana dalam perhitungan harga pokok tersebut segera dapat diketahui tentang pengendalian biaya yang dilakukan apakah sudah berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan ataukah belum.

    Tujuan dari penelitian dan dibuatnya skripsi ini antara lain adalah : 1. Merupakan pedoman bagi manajemen

    dalam menilai kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga mempermudah proses pengambilan keputusan.

    2. Membantu manajemen dalam menyusun perencanaan (planning) perusahaan, baik dalam bidang struktur organisasi, penetapan dan pengawasan tanggung jawab maupun penetapan kebijakan kebijakan yang akan ditempuh selama kegiatan perusahaan berlangsung.

    3. Memungkinkan manajemen untuk menentukan dan menyusun anggaran serealistis mungkin.

    4. Membantu manajemen dalam pengendalian biaya yang telah ditetapkan serta menilai dan menganalisanya.

    5. Dengan adanya perhitungan harga pokok yang tepat diharapkan akan membantu manajemen dalam menentukan harga jual produk yang ada sehingga dapat bersaing di pasaran.

    6. Membantu manajemen dalam mengantisipasi harga jual yang ditetapkan, sehingga mampu mengatasi persaingan harga jual yang cukup bersaing di pasaran.

    7. Membantu manajemen dalam menganalisa secara konsisten terhadap selisih biaya yang ditetapkan sebelumnya / yang distandarkan dengan biaya yang seharusnya dikeluarkan.

    8. Membantu perusahaan dalam perhitungan harga pokoknya untuk produksi berikutnya.

    II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya

    Setiap perusahaan tanpa memandang jenis kegiatan usahanya pastilah tidak akan dapat menghindari

    berbagai biaya yang harus dikeluarkannya. Biaya itu sendiri merupakan suatu pengorbanan dari perusahaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan utama dari seluruh perusahaan, yakni mendapatkan keuntungan/profit atas pengorbanan yang telah dikeluarkan, karena perusahaan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang memproses masukan untuk menghasilkan keluaran yang dapat dinilai dengan satuan uang. Memang secara ekonomis pengorbanan tersebut tidak dapat dihindarkan, karena hal tersebut berhubungan langsung dengan apa yang disebut dengan pendapatan. Oleh karena itu biaya merupakan hal yang sangat penting dan hal yang harus dipertimbangkan oleh manajemen didalam melaksanakan salah satu fungsinya sebagai penentu keberhasilan dari pada perusahaan. Dalam hal ini Akuntansi Biaya akan menyajikan berbagai macam informasi yang sangat diperlukan oleh manajemen, dan karenanya klasifikasi /penggolongan atas biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan harus senantiasa diperhatikan apa yang sebenarnya menjadi tujuan dari manajemen perusahaan dengan adanya informasi biaya tersebut.

    Dalam rangka memproduksi suatu barang, perusahaan sangatlah membutuhkan suatu pengorbanan yang sering disebut sebagai biaya, baik dalam bentuk pengorbanan atas adanya pembelian bahan baku, bahan penolong ataupun pengorbanan yang dikeluarkan dengan adanya penyerahan jasa dan faktor faktor produksi lainnya. Dengan demikian manajemen dituntut untuk dapat membedakan mana pengorbanan yang dapat dimasukkan ke dalam biaya produksi dan mana yang dapat dimasukkan ke dalam biaya non produksi serta pemborosan.

    Prof. Dr. Van der Schroeff mengemukakan bahwa : pengorbanan merupakan biaya, jika pengorbanan tersebut merupakan suatu sumbangan yang secara ekonomis bertujuan untuk memproduksi barang dan jasa1

    Menurut Drs. Mulyadi, Ak. Biaya

    adalah : pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu2

  • ------------------------------------------------------------------------------------------

    Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi

    10

    Sering pula dikatakan bahwa, biaya adalah suatu kontra prestasi yang diberikan oleh perusahaan atas sesuatu yang diterima dari pihak lain , atau jasa jasa yang diterima dari pihak lain3

    Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan oleh penulis, bahwa yang disebut biaya adalah merupakan pengorbanan pengorbanan dalam rangka menghasilkan sesuatu, yakni pendapatan yang dapat dinilai dengan satuan uang dan secara ekonomis tidak dapat dihindari kejadiannya. Pengorbanan yang dimaksud adalah pengorbanan yang mempunyai tujuan yang sesuai seperti yang telah ditetapkan oleh manajemen perusahaan. Perlu diingat bahwa tidak semua pengeluaran / pengorbanan dapat disebut sebagai biaya, yang dapat diperhitungkan sebagai biaya adalah pengorbanan yang seharusnya dipergunakan untuk memproduksi suatu barang atau jasa yang pada akhirnya dapat menimbulkan pendapatan. B. Klasifikasi Biaya

    Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penggolongan tersebut. Menurut Mulyadi, biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :4 1. Klasifikasi biaya menurut obyek pengeluaran

    Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar. Contoh penggolongan biaya dalam perusahaan kertas adalah sebagai berikut : Biaya merang , biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga dan biaya zat pewarna.

    2. Klasifikasi biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan.

    Biaya dapat diklasifikasikan menurut fungsi pokok dalam perusahaan. Dalam perusahaan manufaktur , klasifikasi biaya seperti ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : a. Biaya Produksi

    Biaya produksi adalah semua biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Biaya produksi mencakup semua biaya baik langsung maupun tidak langsung yang berhubungan dengan proses produksi yang mengolah bahan baku (Raw material) menjadi barang jadi (Finished goods). Biaya produksi terdiri dari beberapa bagian, yaitu : 1). Biaya Bahan Langsung

    Biaya bahan langsung adalah semua biaya bahan yang merupakan bagian yang integral dari produk jadi. Jadi tidak semua biaya biaya bahan dapat dikategorikan sebagai biaya bahan langsung, bahan bahan yang kecil jumlahnya dalam produksi suatu barang, misalnya : biaya lem dalam perusahaan sepatu adalah bukan termasuk dalam biaya bahan langsung, tetapi merupakan biaya bahan baku tidak langsung.

    2). Biaya / Upah Tenaga Kerja Langsung

    Biaya / upah tenaga kerja langsung yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja langsung, yang berhubungan secara langsung dengan kegiatan produksi suatu barang, misalnya: biaya tenaga kerja karyawan yang mengoperasikan mesin produksi dan lainnya. Sedangkan biaya penjaga malam, mandor, bukan termasuk dalam biaya tenaga kerja langsung, karena mereka tidak terlibat langsung dalam kegiatan produksi.

    3). Biaya Umum Pabrik (Factory Over Head)

    Biaya umum pabrik adalah semua biaya yang tidak termasuk ke dalam biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya umum pabrik terdiri dari biaya umum tidak langsung lainnya yang juga berhubungan dengan produk yang dihasilkan. Yang termasuk dalam biaya ini antara lain: biaya benang pada perusahaan garment, dikategorikan sebagai biaya bahan penolong bukan biaya bahan langsung, selain itu jumlahnya juga relatif kecil dibandingkan secara keseluruhan dari produk yang dibuat. Biaya bahan

  • ------------------------------------------------------------------------------------------

    Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi

    11

    baku langsung dan tenaga kerja langsung biasanya disebut sebagai Prime Cost (Biaya Utama), sedangkan biaya Umum Pabrik sering dikatakan sebagai Biaya Konversi (Conversion Cost), yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengkonversikan bahan baku menjadi produk jadi. b. Biaya Pemasaran Biaya pemasaran adalah merupakan seluruh biaya yang terjadi / dikeluarkan untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk dalam rangka penjualan produk. Contoh : biaya iklan, promosi, biaya angkutan dari gudang penjual ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian pemasaran, biaya sample barang yang dibagikan secara cuma -cuma dan biaya lainnya yang berhubungan dengan kegiatan pemasaran barang yang dijual. c. Biaya Administrasi dan Umum Biaya biaya yang tidak termasuk dalam biaya produksi dan pemasaran ditampung kedalam biaya administrasi dan umum. Disini harus dijelaskan dan dibedakan antara biaya umum pabrik dengan biaya umum perusahaan. Yang dimaksud disini adalah biaya umum perusahaan yang tidak mempunyai sangkut paut secara langsung terhadap kegiatan produksi. Biaya administrasi dan umum merupakan biaya biaya yang dipergunakan untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dengan kegiatan pemasaran barang. Contoh dari biaya administrasi dan umum ini antara lain adalah: biaya gaji karyawan bagian keuangan, biaya pemasaran akuntan publik, biaya foto copy dan biaya biaya lainnya yang mendukung kegiatan administrasi dan umum.

    Kedua biaya tersebut ( Biaya Pemasaran dan Biaya Administrasi dan Umum ) dikenal sebagai Biaya Komersial. 3. Klasifikasi Biaya Menurut Hubungan

    Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai Klasifikasi biaya menurut

    hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu : a. Biaya Langsung (Direct Costing) Biaya langsung adalah biaya yang terjadi yang disebabkan oleh adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka dapat disimpulkan bahwa biaya langsung ini juga tidak ada. Dengan demikian biaya langsung mudah dikenali atau diidentifikasikan keberadaannya. Biaya

    produksi langsung misalnya adalah biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung yang berkaitan dengan produksi suatu barang atau jasa. Sedangkan contoh biaya departemen langsung, misalnya adalah biaya tenaga kerja departemen pemeliharaan taman adalah merupakan biaya departemen langsung bagi departemen pemeliharaan taman dan lain sebagainya. b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi secara tidak langsung dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya ini juga dikenal dengan nama biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. Contoh yang sederhana mengenai biaya ini adalah: biaya gaji mandor yang mengawasi pembuatan suatu produk, biaya bahan penolong, biaya asuransi pabrik, biaya depresiasi mesin dan peralatan pabrik. 4. Klasifikasi Biaya Menurut

    Variabelitasnya Biaya yang digolongkan ke dalam bagian ini dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu : a. Biaya Variabel (Variable Cost) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah ubah sebanding (proportional) dengan volume kegiatan yang dilakukan. Contoh : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan lain lain. Contoh dalam bentuk angka adalah sebagai berikut : *Produksi normal 1000 unit *Biaya bahan langsung yang dikeluarkan Rp. 1.000.000,- Maka biaya bahan langsung per unitRp. 1.000,- Produksi mengalami kenaikan sebesar 500 unit, maka total biaya tambahan yang dikeluarkan adalah : Rp. 1000,- x 500 unit = Rp. 500.000,- b. Biaya Semi Variabel Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan volume kegiatan yang dilakukan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel. Contoh : pada produksi 1000 unit biaya semi variabel yang dikeluarkan sebesar Rp. 350.000,-, sedangkan pada produksi 2000 unit biaya semi variabel yang dikeluarkan sebesar Rp. 525.000,- Dari data diatas diketahui bahwa perubahan biaya yang terjadi tidak sebanding dengan perubahan volume produk yang dihasilkan. c. Biaya Tetap (Fixed Cost)

  • ------------------------------------------------------------------------------------------

    Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi

    12

    Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak berubah walaupun volume kegiatan yang dilakukan berubah. Bisa juga dikatakan bahwa biaya tetap totalnya tidak tergantung kepada volume produksi, biaya ini biasanya hanya berhubungan dengan waktu, misalnya: biaya pembelian mesin dan lainnya. Contoh : Biaya tetap yang dikeluarkan dalam satu periode akuntansi yang dilakukan adalah sebesar Rp. 5.000.000,- dengan perincian : *Biaya Penyusutan Mesin Rp. 2.500.000,- *Biaya Penyusutan Gedung Rp. 1.000.000,- *Biaya Asuransi Rp. 1.000.000,- *Biaya Penyusutan Aktiva Tetap lainnya Rp. 500.000,- d. Biaya Semi Tetap (Semi Fixed) Biaya semi tetap adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

    5. Klasifikasi Biaya Menurut Jangka Waktu Manfaatnya. Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu : a. Pengeluaran Modal (Capital

    Expenditure) Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pada waktu perolehan / saat terjadinya dibebankan sebagai harga pokok pada aktiva tersebut dan dibebankan dalam tiap tiap tahun dalam bentuk depresiasi, deplesi atau amortisasi. Contoh : pengeluaran yang digunakan untuk pembelian aktiva tetap, seperti pembelian mesin mesin produksi dan pengeluaran yang digunakan untuk pembelian peralatan pabrik lainnya.

    b. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure) Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya tersebut. Pada waktu perolehan / saat terjadinya ini pengeluaran pendapatan dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. Contoh : biaya iklan, biaya telex dan biaya lainnya yang sejenis dengannya.

    B. Konsep Biaya Standard Penetapan biaya standar dalam

    suatu perusahaan sebenarnya adalah merupakan salah satu cara atau tehnik dari manajemen perusahaan yang pada prinsipnya bertujuan tidak lain untuk

    mengarahkan perhatian atau attention directing pada perencanaan dan pemberian umpan balik mengenai masing masing dari biaya. Penetapan biaya standar juga dapat dipergunakan sebagai salah satu cara dari pada manajemen dalam rangka pengendalian biaya biaya produksi agar dapat diterapkan lebih efisien. 1. Pengertian Biaya Standar dan Harga Pokok Standar

    Agar pengendalian dan pengawasan terhadap biaya biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dapat terkendali dan terkontrol dengan baik, maka perlu ditetapkan suatu prinsip yang dapat mewujudkan suatu tujuan di atas. Salah satu prinsip perhitungan biaya adalah perhitungan biaya yang ditentukan sebelumnya yang merupakan biaya yang seharusnya dikeluarkan dalam memproduksi suatu barang. Konsep biaya yang mempunyai klasifikasi seperti itu yang merupakan pedoman bagi manajemen untuk mengetahui berapa besar biaya yang seharusnya dikeluarkan disebut biaya standar atau standard cost. C.T. Hongren mengemukakan bahwa : biaya standar adalah biaya yang telah ditentukan lebih dahulu secara teliti sekali, dan harus bisa dilaksanakan. Biasanya dinyatakan dalam unit. Kemudian dikatakan pula bahwa biaya standar adalah batu bangunan untuk membuat kontruksi yang disebut sistem anggaran dan sistem umpan balik.5

    Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat suatu satuan produk atau untuk membiayai suatu kegiatan tertentu dibawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor faktor lain tertentu.6

    Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya standar adalah merupakan biaya yang ditentukan sebelum produksi berjalan yang merupakan biaya yang seharusnya dikeluarkan dalam memproduksi suatu barang.

    Dari definisi biaya standar dapat diketahui bahwa harga pokok standar adalah harga pokok yang ditentukan di muka yang merupakan harga pokok seharusnya untuk membuat satu satuan produk atau membiayai proses produksi

  • ------------------------------------------------------------------------------------------

    Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi

    13

    tertentu dibawah kondisi ekonomis dan faktor faktor tertentu lainnya.

    Pada dasarnya, standar dapat digolongkan atas tingkat keketatan atau kelonggaran. Maksud dari pengetatan disini adalah adanya penghematan atau pengefisienan biaya produksi, sedangkan kelonggaran adalah tersedianya dana yang cukup untuk aktifitas atau biaya produksi. Adapun macam macam standar yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Standar Teoritis atau Standar Ideal Yaitu standar yang ideal yang dalam pelaksanaannya sulit untuk dicapai. Asumsi yang mendasari standar teoritis ini adalah bahwa standar merupakan tingkat yang paling efisien yang dapat dicapai oleh para pelaksana. b. Rata rata Biaya Waktu yang Lalu. Jika biaya standar ditentukan dengan menghitung rata rata biaya periode yang telah lampau, standar ini cenderung merupakan standar yang longgar sifatnya. Rata rata biaya waktu yang lalu dapat mengandung unsur biaya biaya yang tidak efisien yang tidak boleh dimasukkan ke dalam unsur dari biaya standar. Contoh : Biaya standar pada waktu yang lalu ditetapkan sebesar Rp. 7.500,- per unit produk jadi, maka untuk periode berikutnya berdasarkan periode yang lalu ditentukan standar per unit produk jadi sebesar Rp. 7.750,-. c. Standar Normal

    Standar normal adalah standar yang didasarkan atas dasar taksiran biaya di masa yang akan datang dengan asumsi keadaan ekonomi dan kegiatan yang normal, yang pada hakekatnya merupakan standar yang didasarkan kepada rata rata biaya di masa lalu yang disesuaikan dengan taksiran keadaan biaya dimasa yang akan datang. Standar ini cocok untuk pengambilan keputusan untuk jangka waktu yang panjang. Contoh : Penetapan Biaya Standar rata rata pada periode 2005 sebesar Rp. 7.500,- per unit, diramalkan pada tahun yang akan datang ( 2006 ) akan mengalami kenaikan sebesar 10% dari biaya pada tahun sebelumnya. Maka biaya standar rata rata pada tahun 2006 adalah sebesar : Rp. 7.500,- + 10%(Rp. 7.500,-) = Rp. 8.250,-

    d. Pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai (Attainable High Performance)

    Standar yang didasarkan pada tingkat pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai dengan memperhitungkan ketidakefisienan kegiatan yang tidak dapat dihindari kejadiannya. Standar ini banyak digunakan dan merupakan kriteria yang paling baik untuk menilai kegiatan. Contoh : Standar jam kerja yang ditetapkan dalam suatu produksi didasarkan dengan pertimbangan rata rata masuk pegawai, jumlah pegawai dan lain sebagainya.

    Secara garis besar, harga pokok dapat diartikan sebagai penjumlahan dari berbagai macam biaya sehubungan dengan adanya proses produksi atau kegiatan memproduksi barang/jasa dan atau membeli barang yang bertujuan untuk dijual kembali. 2. Tujuan dan manfaat harga pokok standar Tujuan dan manfaat yang utama dalam perhitungan biaya standar untuk menentukan harga pokok standar dalam suatu perusahaan adalah untuk pengendalian atas biaya biaya yang terjadi, khususnya biaya biaya produksi. Hal ini biasanya juga ditetapkan untuk mengetahui dan memperhitungkan ketidak efisienan dari operasi perusahaan yang tidak dapat dihindarkan. Menurut Mulyadi, manfaat penentuan biaya standar dalam harga pokok standar adalah sebagai berikut :8 a. Merupakan alat yang penting didalam

    menilai pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila ia ditentukan secara realistis, hal ini akan merangsang pelaksana dalam melaksanakan pekerjaannya dengan efektif, karena pelaksana telah mengetahui bagaimana pekerjaan seharusnya dilaksanakan dan pada tingkat biaya berapa pekerjaan itu dilaksanakan.

    b. Memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu sehingga memungkinkan mereka melakukan pengurangan biaya dengan cara perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja dan kegiatan yang lain.

    Harga pokok standar dapat dipakai sebagai dasar penilaian terhadap harga pokok yang sebenarnya, karena harga

  • ------------------------------------------------------------------------------------------

    Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi

    14

    pokok standar merupakan harga pokok seharusnya pada kondisi kondisi tertentu.9 Sedangkan manfaatnya menurut C.T. Horngren, standar biasanya mempunyai dampak motifasi yang sangat diinginkan, karena disamping sebagai tujuan akuntansi, dapat dipergunakan pula dalam perencanaan biaya atau pengendalian prestasi kerja departemen khususnya dan seluruh pekerja pada umumnya.10 Sedangkan menurut Adolph Matz dan Milton F. Usry, sistem biaya standar mempunyai manfaat adalah sebagai berikut : 11 1. Menetapkan anggaran

    Dengan adanya penetapan biaya standar maka secara otomatis merupakan ketetapan anggaran terhadap suatu produksi yang akan dilakukan.

    2. Mengendalikan biaya, memotifasi dan mengukur efisiensi. Dengan adanya penetapan biaya standar maka secara langsung merupakan alat kendali bagi biaya. Dengan adanya pengendalian biaya tersebut akan mendorong manajemen untuk lebih mengefisiensikan biaya yang akan dikeluarkan.

    3. Menyederhanakan prosedur penetapan biaya dan mempercepat laporan penyajian biaya. Dengan adanya penetapan biaya standar, maka prosedur yang diperlukan akan lebih mudah, dengan demikian akan mempercepat mengetahui laporan tentang biaya biaya.

    4. Membebankan biaya ke persediaan bahan, barang dalam proses dan barang jadi.

    5. Memberikan dasar bagi penentuan tender dan kontrak serta harga jual. Biaya standar dapat menjadi tolok ukur bagi penerimaan kontrak, tender serta penentuan harga jual produk.

    D. Penentuan Biaya Standard Penetapan biaya standard merupakan hasil kerja bersama antara berbagai bagian dalam perusahaan seperti: bagian tehnik, kontrol produksi, akuntansi dan bagian gudang, yang ditetapkan dengan cermat dan teliti.

    Dalam sistem harga pokok standard, biasanya hanya kuantumnya saja yang dicatat dalam kartu persediaan, sehingga untuk menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi dapat dilakukan setiap akhir bulan dengan cara: mengalikan jumlah bahan baku yang dipakai dengan harga standard persatuan, tetapi harus diimbangi dengan biaya tambahan untuk penetapan standard serta perbaikannya. Biaya standard dapat digunakan baik dalam metode harga pokok pesanan maupun metode harga pokok proses. Tetapi perlu diperhatikan apabila suatu perusahaan manufacture melakukan sejumlah besar pekerjaan yang berbeda dalam jangka waktu yang relatif pendek, dalam hal ini penentuan harga pokok standard tidak lagi praktis. Seperti telah disebutkan bahwa, harga pokok standard dapat digunakan dalam perusahaan yang aktivitasnya bersifat rutin dan berulang ulang serta produknya telah distandarisasikan. Dengan kata lain harga pokok standard tidak lagi layak dipakai bagi perusahaan besar yang kegiatannya bervariatif dalam waktu yang relatif pendek. Berikut ini akan dibahas prosedur penentuan harga pokok standard yang dibagi dalam tiga bagian : 1. Standard biaya bahan baku, terdiri atas : a. Input fisik yang diperlukan untuk

    memproduksi sejumlah output fisik tertentu, atau disebut juga kwantitas standard.

    b. Harga pokok persatuan input fisik tersebut, atau disebut juga harga standard.

    Penentuan standard kwantitas

    bahan baku dimulai dari penetapan spesifikasi produk, baik mengenai ukuran, bentuk, warna, karakteristik pengolahan produk maupun kwalitas produk. Kemudian kwantitas standard bahan baku dapat ditentukan melalui penyelidikan tekhnis dan analisa catatan catatan masa lalu dengan cara : 1) Menghitung rata rata pemakaian

    bahan baku untuk produk atau pekerjaan yang sama dalam periode tertentu di masa lalu.

    2) Menghitung rata rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik dan yang paling buruk di masa lalu.

  • ------------------------------------------------------------------------------------------

    Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi

    15

    3) Menghitung rata rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik.

    Untuk mengubah kwantitas

    standard bahan baku menjadi biaya bahan baku standard, maka perlu ditentukan harga standard bahan baku. Harga standard ini biasanya ditentukan dari daftar harga suplier, katalog atau informasi sejenis dan informasi lainnya yang tersedia, berhubungan dengan kemungkinan perubahan harga harga tersebut di masa depan.

    Apabila ongkos angkut dan biaya pengurusan bahan baku yang lain dibebankan kepada bahan baku, maka harga standard tersebut harus pula memperhitungkannya. Begitu pula terhadap potongan pembelian yang diperkirakan akan diperoleh dari suplier, maka hal ini harus dikurangkan dari harga beli bruto dalam menetapkan harga standard.

    Contoh : Harga beli Rp 1.000,- persatuan Ongkos angkut Rp 150,- Dikurangi : Potongan Pembelian Rp 50,- Harga standard bahan baku Rp 1.100,- persatuan

    Sedangkan harga yang dipakai sebagai harga standard dapat berupa : 1). Harga yang diperkirakan akan berlaku

    di masa yang akan datang, biasanya untuk jangka waktu satu tahun.

    2). Harga yang berlaku pada saat penyusunan standard.

    3). Harga yang diperkirakan merupakan harga normal untuk jangka panjang.

    Harga mana yang akan dipilih, sebagian tergantung dari fluktuasi yang diperkirakan akan terjadi atau disesuaikan dengan tujuan dari penggunaan biaya standard. 2. Standard Biaya Tenaga Kerja, terdiri dari : a. Standard Jam Tenaga Kerja. Yang harus diperhatikan dalam

    menentukan jam tenaga kerja standard adalah :

    1). Tata letak pabrik (plan layout) yang efisien dengan peralatan yang modern sehingga dapat dilakukan produksi yang maksimum dengan biaya yang minimum.

    2). Pengembangan staff perencanaan produksi, routing, scheduling dan dispatching, agar proses produksi berjalan dengan lancar dan tidak simpang siur.

    3). Pembelian bahan baku harus direncanakan dengan baik, sehingga tersedia pada saat dibutuhkan untuk produksi.

    4). Standarisasi kerja karyawan dan metode metode kerja dengan instruksi instruksi dan latihan yang cukup bagi karyawan, sehingga proses produksi berjalan dengan lancar dibawah kondisi yang paling baik.

    Standar jam kerja dapat ditentukan

    dengan cara : 1). Menghitung rata rata jam kerja yang

    dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari kartu harga pokok (Cost Sheet) periode yang lalu.

    2). Membuat test-run operasi produksi di bawah keadaan normal yang diharapkan.

    3). Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan di bawah keadaan nyata yang diharapkan.

    4). Mengadakan taksiran yang reasonable, yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi produksi dan produk.

    Disamping beberapa cara tersebut diatas, penentuan jam kerja standard perlu diperhitungkan kelonggaran waktu istirahat, penundaan kerja yang tidak dapat dihindari (seperti : menunggu bahan baku, perbaikan dan pemeliharaan mesin) dan faktor faktor kelelahan kerja. b. Standard Tarif Upah. Dalam menentukan standard tarif upah, diperlukan suatu pengetahuan diantaranya mengenai : kegiatan yang dijalankan, tingkat kecepatan tenaga kerja yang diperlukan dan rata rata upah pekerja yang diperkirakan. Tarif upah standard dapat ditentukan atas dasar : 1). Penyatuan kontrak atau ikatan kontrak

    antara perusahaan dengan pekerja. 2). Data upah masa lalu yang dapat

    digunakan sebagai tarif upah standard yang dihitung melalui metode : rata rata hitung, rata rata tertimbang atau median daripada upah pekerja masa lalu.

    3). Perhitungan tarif upah dalam keadaan normal.

    4). Standard tarif upah perusahaan sejenis. 5). Standard tarif upah minimum yang

    ditetapkan pemerintah. 3. Standard Biaya Overhead Pabrik Tarif overhead standard dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead

  • ------------------------------------------------------------------------------------------

    Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi

    16

    yang dibudgetkan pada kapasitas normal. Tarif overhead standard ini meliputi unsur biaya overhead pabrik variabel dan tetap. Manfaatnya adalah untuk penentuan harga pokok produk dan perencanaan. Agar supaya tarif overhead standard ini dapat bermanfaat untuk pengendalian biaya biaya, maka tarif ini harus dipisahkan kedalam tetap dan variabel. Dalam sistem harga pokok standard, pengendalian biaya overhead pabrik perlu dibuatkan fleksibel budget, yaitu budget biaya untuk beberapa kisaran (range) dan memperlakukan biaya overhead tetap sebagai biaya yang jumlah totalnya tetap dalam volume tertentu. Sedangkan tarif overhead standard menggabungkan biaya tetap dan variabel dalam suatu tarif yang didasarkan pada tingkat kegiatan tertentu, akibatnya dalam tarif overhead ini semua biaya overhead diperlakukan sebagai biaya variabel. Dilain pihak fleksibel budget memisahkan faktor faktor biaya tetap seperti telah disebutkan diatas. Biaya utama yang temasuk dalam kelompok biaya pabrik standard nantinya akan membentuk biaya produksi atau harga pokok standard barang yang diproduksikan (Standard Cost of Goods Manufactured) serta harga pokok penjualan (Cost of Good Sold). Sedangkan biaya utama yang termasuk dalam kelompok biaya administrasi dan biaya penjualan, secara bersama sama sering disebut biaya komersial (Comercial Expenses). E. Analisis Selisih

    Untuk mengetahui berbagai macam penyebab terjadinya selisih antara biaya yang telah ditetapkan (biaya standard) dengan biaya biaya yang seharusnya dikeluarkan, maka perlu dilakukan analisa selisih.12

    Analisa selisih penting dilakukan agar manajemen dapat menilai kembali penetapan biaya biaya standard yang berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan pada saat proses produksi berlangsung. Hal ini memungkinkan manajemen melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan tepat, sehingga selisih yang terjadi tidak terlalu berpengaruh terhadap penentuan harga jual barang yang dihasilkan. Sehubungan dengan hal ini, berikut akan diuraikan selisih biaya yang terjadi dari masing masing jenis biaya yang telah dibahas sebelumnya. 1. Selisih Biaya Bahan Baku

    Ada dua macam selisih biaya bahan baku, yaitu : selisih harga bahan dan selisih pemakaian bahan. Yang perlu diperhatikan dalam menghitung dua macam selisih ini adalah : * Jumlah fisik bahan baku yang sesungguhnya dipakai *Harga sesungguhnya bahan baku persatuan *Jumlah fisik yang dipakai menurut standard *Harga standard bahan baku persatuan a. Selisih Harga Bahan Baku (Materials Price Variance) Selisih harga bahan baku dapat ditentukan dengan mengambil harga rata rata masing masing jenis bahan selama periode satu bulan atau satu tahun. Biaya rata rata dimasa lalu masih dikoreksi dengan faktor faktor yang menurut taksiran dapat merubah situasi pasar dalam tahun buku yang dihadapi. Karena faktor harga merupakan faktor ekstern yang uncontrolable, maka apabila terjadi harga sesungguhnya lebih tinggi dari harga standard, akan terjadi penyimpangan harga. Oleh karena itu harus diselidiki, apakah hal ini disebabkan oleh kesalahan bagian pembelian atau memang disebabkan oleh faktor ekstern. b. Selisih Pemakaian Bahan Baku (Materials Used Variance) Biasanya terlebih dahulu dianalisa jenis dan kwalitas bahan yang akan dipakai, selanjutnya ditentukan ukuran, bentuk dan kwalitas yang paling ekonomis, dengan tidak melupakan ampas (waste), penguapan (evaporation) yang tidak dapat dihindarkan, sehingga secara wajar memang harus dimasukkan sebagai unsur biaya dalam biaya standard.

    Rumus untuk menghitung kedua selisih tersebut diatas masing masing adalah sebagai berikut : Selisih harga bahan baku : Jumlah

    fisik bahan baku yang sesungguhnya dipakai X (Harga bahan baku persatuan menurut standard Harga sesungguhnya bahan baku persatuan).

    Selisih pemakaian bahan baku : Harga standard bahan baku persatuan X (Kwantitas standard bahan baku yang dipakai Kwantitas sesungguhnya bahan baku yang dipakai).

    2. Selisih Biaya Tenaga Kerja Selisih biaya tenaga kerja terdiri

    dari : selisih tarif upah dan selisih efisiensi. Dan untuk menghitung selisih biaya tenaga kerja dibutuhkan data :

  • ------------------------------------------------------------------------------------------

    Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi

    17

    Jam kerja sesungguhnya Tarif upah sesungguhnya Jam kerja standard Tarif upah standard a. Selisih Tarif Upah Untuk menetapkan standard upah, biasanya diambil upah untuk masing masing pekerjaan di waktu yang lampau setelah disesuaikan dengan indeks biaya hidup. Selisih biaya tenaga kerja langsung sama perhitungannya dengan selisih biaya bahan, bedanya : kwantitas bahan diukur dengan satuan Kg, Liter, Meter dan sebagainya. Sedangkan kwantitas tenaga kerja yang dinyatakan dengan jam kerja atau hari kerja yang pada akhirnya dapat menimbulkan selisih efisiensi. Kalau pada bahan dipergunakan harga bahan, pada tenaga kerja langsung dipergunakan upah langsung, sehingga selisih dapat disebut selisih upah tenaga kerja langsung (Selisih Upah TKL). b. Selisih Efisiensi Upah Mula mula harus dianalisa bagaimana dapat menyelesaikan pekerjaan yang bersangkutan dengan tenaga / pekerja sedikit mungkin. Demikian pula harus diperhitungkan waktu yang dibutuhkan untuk istirahat dan kebutuhan waktu untuk keperluan pribadi. Kemudian ditentukan hasil yang dapat dicapai oleh seorang pekerja dengan ketrampilan dan usaha yang normal. Rumus untuk menghitung selisih tarif upah dan selisih efisiensi adalah: Selisih Tarif Upah : Jam kerja

    sesungguhnya X (Tarif upah standard Tarif upah sesungguhnya).

    Selisih Efisiensi Upah : Tarif upah standard X (Jam kerja standard Jam kerja sesungguhnya).

    3. Selisih Biaya Overhead Pabrik Tarif overhead standard dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead yang dibudgetkan pada kapasitas normal dengan kapasitas normal. Selisih biaya overhead pabrik merupakan selisih antara overhead pabrik sebenarnya dengan biaya overhead pabrik standard yang tejadi pada tingkat produksi yang ingin dicapai. Ada tiga metode perhitungan penyimpangan overhead, yaitu : a. Metode Dua Selisih, dalam metode ini

    biaya overhead pabrik dibagi menjadi : 1). Selisih terkendali (Controllable

    Variance) Selisih terkendali adalah perbedaan biaya overhead sesungguhnya yang

    dikeluarkan dengan biaya overhead yang dibudgetkan pada jam standard.

    2). Selisih volume (Volume Variance) Sedangkan selisih volume merupakan perbedaan antara biaya overhead yang dibudgetkan pada jam standard dengan biaya overhead yang dibebankan ke rekening barang dalam proses (Jam kerja standard x Tarif overhead standard).

    b. Metode Tiga Penyimpangan, terdiri dari :

    1). Selisih pengeluaran (Spending Variance) Selisih ini disebabkan karena pengeluaran biaya overhead pabrik yang lebih besar atau lebih rendah dari biaya overhead pabrik yang dibudgetkan pada kapasitas yang dicapai. Rumus perhitungan selisih pengeluaran adalah : Biaya overhead pabrik yang dibudgetkan Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya dikeluarkan.

    2). Selisih kapasitas menganggur (Idle Capacity Variance)

    3). Selisih efisiensi (Efficiency Variance) c. Metode Empat Penyimpangan , terdiri

    dari : 1). Selisih pengeluaran (Spending Variance) 2). Selisih efisiensi variabel (Variable

    Efficiency Variance) 3). Selisih efisiensi tetap (Fixed Efficiency

    Variance) 4). Selisih kapasitas menganggur (Idle

    Capacity Variance) Metode empat selisih merupakan perluasan metode tiga selisih. Jenis dan cara perhitungan selisih sama, kecuali pada perhitungan selisih efisiensi. Dimana dalam metode empat selisih, selisih efisiensi dibagi menjadi dua, yaitu selisih efisiensi tetap dan selisih efisiensi variabel. Sebab sebab terjadinya selisih adalah : 1. Penyimpangan Harga Bahan :

    a. Baik tidaknya syarat syarat dalam kontrak pembelian.

    b. Adanya perubahan harga pasar yang tidak terduga.

    c. Tinggi rendahnya ongkos angkut dengan besarnya pembelian yang diharapkan.

    d. Jujur tidaknya bagian pembelian. 2. Penyimpangan Kwantitas Bahan :

    a. Pemakaian bahan pengganti dengan mutu yang berbeda. b. Baik tidaknya pengawasan proses produksi yang dilakukan. c. Ketrampilan pekerja. d. Sistem kerja.

  • ------------------------------------------------------------------------------------------

    Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi

    18

    3. Penyimpangan Upah Tenaga Kerja Langsung : a. Perubahan tingkat upah pada

    umumnya. b. Sukar tidaknya memperoleh tenaga

    kerja. 4. Penyimpangan Jam Tenaga Kerja Langsung : a. Terampil tidaknya pekerja. b. Lama tidaknya waktu menunggu bahan

    dan peralatan. c. Mutu kesehatan para pekerja. d. Baik tidaknya pengawasan. 5. Penyimpangan Kapasitas Menganggur : a. Penyebab yang terkendali 1) Karyawan menungggu pekerjaan 2) Kekurangan alat, operator, atau

    instruksi kerja. b. Penyebab diluar kendali 1) Permintaan barang naik/turun,

    sehingga produksi ikut naik/turun. 2) Kapasitas produksi berlebihan. 6. Penyimpangan Efisiensi : a. Boros tidaknya pemakaian bahan. b. Boros tidaknya jam kerja. 7. Penyimpangan Pengeluaran : a. Mutu bahan. b. Mutu tenaga kerja. c. Baik tidaknya syarat pembelian bahan. F. Konsep Penentuan Harga Jual Konsep penentuan harga jual adalah pendekatan umum lainnya yang dipakai oleh banyak perusahaan dalam strategi penjualan. Pada jaman dulu orang orang memproduksi barang barang untuk saling ditukarkan (barter). Dalam sistem ini perlu ditetapkan nilai dari barang barang yang ditukarkan, yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Kini setelah orang mengenal uang, maka uang digunakan sebagai alat tukar dan nilai dari barang barang yang ditukarkan dinyatakan dalam nilai uang. Sehubungan dengan hal tersebut maka ditetapkan harga dari barang barang yang ditukarkan. Konsep penentuan harga jual merupakan variabel keputusan manajemen untuk memperoleh sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan untuk memperoleh barang tersebut, dengan maksud perusahaan agar dapat memperoleh nilai pengganti dari segala sesuatu yang telah dikorbankan, termasuk memperoleh kelebihan nilai pengganti yang menjadi tujuan penentuan harga jual. 1. Penentuan Harga Jual Bersaing

    Salah satu dasar perusahaan untuk bersaing adalah harga. Oleh karena itu perlu diperhatikan metode metode penetapan harga jual. Biasanya harga ditetapkan oleh penjual dengan memperhatikan beberapa faktor. Dalam penetapan harga ini para penjual menggunakan dua metode dasar sebagai berikut :13 a. Setelah diketahui harga pokok per unit,

    biaya penjualan dan biaya biaya tak langsungnya, kemudian ditambahkan laba yang dikehendaki. Jumlah harga pokok ditambah biaya biaya dan laba menjadi harga jual dari barang yang bersangkutan. Kemudian harga jual dibandingkan dengan harga persaingan. Apakah penjual akan menetapkan harga jual ini dibawah atau diatas harga persaingan, tergantung dari sifat barangnya dan sifat persaingan itu sendiri.

    b. Dalam situasi dimana persaingan menetapkan harga jual tertinggi dari suatu barang tertentu, sehingga harga ini tidak boleh dilampaui, maka produsen akan mengkalkulasi harga pokok dari barangnya dengan harga jual tertinggi tersebut diatas. Dari kalkulasi ini akan diketahui apakah dengan harga jual yang telah ditetapkan itu masih diperoleh laba (keuntungan). Jika labanya tidak memuaskan, maka ia tidak akan memproduksi barang tersebut. Akan tetapi jika ternyata bahwa labanya masih cukup besar, ia masih bisa menjual barangnya dengan harga yang lebih rendah dari harga jual yang telah ditetapkan oleh saingan, sehingga ia dapat bersaing.

    2. Faktor-faktor yang mempenfaruhi

    Penentuan Harga Jual Bersaing Dalam menetapkan harga jual dari

    suatu barang perlu diperhatikan satu atau beberapa faktor sebagai berikut : a. Markup Percentage (Prosentase Biaya

    dan Laba) Para pedagang besar dan eceran biasanya menggunakan markup procentage dalam menetapkan harga jualnya. Markup ini dinyatakan dalam prosen dari harga pokok atau harga jualnya dengan menggunakan rumus rumus sebagai berikut :14 Harga pokok + Markup = Harga Jual

    Eceran

  • ------------------------------------------------------------------------------------------

    Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi

    19

    Harga Pokok = Harga Jual Eceran Markup

    Markup = Harga Jual Eceran Harga Pokok

    Markup perharga eceran = dinyatakan dalam % dari harga eceran

    Markup perharga pokok = dinyatakan dalam % dari harga pokok

    Markup dalam % dari Eceran 100% - Markup dalam % = Markup dalam % dari harga pokok

    Markup dalam % dari harga pokok 100% + Markup dalam % dari harga = Markup dalam % dari harga eceran

    Markup terdiri dari biaya umum dan laba. Jadi harga pokok + Markup = Harga Pokok + Biaya Penjualan + Biaya Umum + Laba = Harga Jual. Contoh : Misal, harga pokok dari suatu barang besarnya Rp.10.000,- markupnya 50% dari harga pokok. Harga jual dari barang ini = Rp.10.000,- + (50% x Rp.10.000,-)= Rp.10.000,- + Rp.5.000,- = Rp.15.000,- Jadi markupnya 50% dari harga jual, maka harga jual dapat dihitung sebagai berikut : Harga jual = 100z Markup 50% x 100z = 50z Harga pokok 50z = Rp.10.000,- Jadi harga jual = 100/50 X Rp.10.000,- = Rp 20.000,-

    b. Price Lines (Rangkaian Harga harga) Price lines terdiri dari suatu seri harga harga yang ditetapkan lebih dahulu dan hanya dengan harga harga ini barang barang ditawarkan untuk dijual. Misalnya, barang barang dalam suatu bagian hanya ditawarkan dengan harga $1.95, $3.95 dan $5.95. Harga harga lainnya tidak boleh dipasang. Dalam hal ini harga harga hanya berlaku untuk suatu periode tertentu, misalnya 3 bulan, 6 bulan dan kemudian ditinjau kembali. c. Suggested Prices (Harga harga yang

    Disarankan) Kadang kadang para produsen mencantumkan harga jual dari barang barangnya pada pembungkusnya. Para pedagang eceran dalam menetapkan harga jual dapat berpedoman pada harga harga yang telah ditentukan oleh produsen, akan tetapi dapat pula menyimpang. d. Price Leadership (Pimpinan Harga) Dalam tiap cabang perusahaan ada beberapa perusahaan yang memegang pimpinan dalam menetapkan harga jual. Perusahaan perusahaan lainnya yang memproduksi barang barang semacam dan bersaingan, menetapkan harga jual dari barang barangnya dengan berpedoman pada harga harga yang ditetapkan oleh perusahaan perusahaan yang memimpin. Misalnya dalam perdagangan rokok. e. What the Traffic Will Bear (Daya Beli) Disini harga ditetapkan berdasarkan kekuatan daya beli, sedangkan para

    penjual menetapkan harga maksimum dari barang barangnya. f. Demand Elasticity (Elastisitas Permintaan) Elastisitas ini berhubungan dengan pengaruh perubahan harga dari suatu barang terhadap banyaknya barang barang yang diminta. Jika perubahan banyaknya barang barang yang diminta lebih dari perubahan harganya, maka permintaan barnag barang itu elastis. Misalnya harga diturunkan 10%, sedangkan banyaknya barang barang yang diminta naik 15%. Sebaliknya, jika perubahan banyaknya barang barang yang diminta lebih kecil dari perubahan harga, maka permintaan barang barang itu tidak elastis atau in-elastis. Misalnya harga barang diturunkan 10%, sedangkan banyaknya barang barang yang diminta hanya naik 6%. Aspek lainnya mengenai masalah elastisitas permintaan adalah suatu gejala, dimana seorang konsumen pindah dari barang A ke barang B, jika harga dari barang B turun. Dalam hal ini total permintaan dari barang A tetap tidak berubah, akan tetapi penjualan dari barang B telah naik. Gejala ini disebut Cross Elasticity of Demand (Elastisitas Permintaan Silang). g. Monopoly Price (Harga Monopoli) Monopoli berarti menguasai harga dari barang yang diperdagangkan karena tidak ada persaingan. Di Indonesia ada beberapa perusahaan yang memegang monopoli harga, antara lain adalah Pertamina, PLN, TELKOM, PERUMKA dan lain lain. h. Monopolistic Competition (Persaingan Monopolistic) Jika dua perusahaan atau lebih menjual barang barang yang sejenis kepada satu kelompok pembeli yang sama, maka disini terdapat persaingan. Persaingan ini terdapat disemua tingkat aktivitas ekonomi, para produsen, pedagang besar dan pedagang eceran. Yang dimaksud dengan persaingan monopolistis adalah persaingan antara perusahaan perusahaan yang mendiferensiasi barang barang hasil produksinya dan masing masing memiliki monopoli tertentu, akan tetapi tetap harus saling bersaingan untuk merebut pasarannya atau pembelinya. Sifat monopolinya terdapat pada lokasi, merk dan nama dagang. Misalnya perusahaan perusahaan kendaraan bermotor yang menjual bermacam macam merk dan type mobil seperti : sedan, pick-up,

  • ------------------------------------------------------------------------------------------

    Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi

    20

    truck dan sebagainya. Demikian juga pada perusahaan perusahaan rokok, minuman, sabun, pakaian, televisi, radio dan lain lain. Ada beberapa politik harga yang biasanya digunakan oleh perusahaan perusahaan, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Low Prices (Harga harga rendah) Dalam hal ini perusahaan menetapkan harga harga yang rendah terhadap barang yang dijualnya, setelah disesuaikan dengan biaya biaya operasi dan laba yang rendah, misalnya melalui Discount Houses. b. High Prices (Harga harga tinggi) Penetapan harga ini merupakan kebalikan dari penetapan harga diatas. Politik harga ini biasanya digunakan oleh Departement stores, specialty stores dan perusahaan perusahaan industri yang memproduksi barang barang yang berkualitas tinggi. c. Stable Prices (Harga harga stabil) Politik harga ini biasanya dipakai untuk jangka waktu tertentu tanpa memperhatikan naik atau turunnya biaya operasi perusahaan. d. Odd Prices (Harga harga aneh) Sebagai contoh paling dominan yang menggunakan politik harga ini adalah super market (pasar swalayan). Misalnya harga suatu barang ditetapkan Rp 990,- atau Rp 430,- , tetapi bukan Rp 1.000,- atau Rp 450,-. Hal ini dibuat karena perusahaan menyimpulkan bahwa calon pembeli akan menganggap harga itu cukup murah, karena harganya berkisar Rp 90,- dan Rp 30,-. e. Prices Discount (Potongan harga) Bagi perusahaan yang ingin menjalankan politik harga ini dapat menggunakan 2 metode, yaitu : menurunkan harga jual satuan, misalnya harga suatu barang Rp 1.000,- diturunkan menjadi Rp 900,- atau harga jual satuan tidak diturunkan, akan tetapi memberikan potongan penjualan. Misalnya pembeli yang membeli sejumlah barang tertentu atau dalam batas maksimum yang ditentukan perusahaan, maka pembeli tersebut akan memperoleh sejumlah potongan harga (Prices Discount) tertentu pula. Pada dasarnya penentuan harga jual dilandasi atas dasar kepentingan masing masing perusahaan setelah mempertimbangkan baik faktor intern (perusahaan) atau faktor ekstern (situasi pasar, konsumen dan lain sebagainya) seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

    3. Harga Pokok Standard Sebagai Konsep Penentuan Harga Jual Bersaing

    Salah satu aspek penting dalam menentukan harga jual adalah harga pokok atau biaya. Secara umum harga pokok dapat diartikan sebagai penjumlahan dari beberapa macam biaya sehubungan dengan kegiatan memproduksi barang atau jasa atau membeli barang yang kemudian akan dijual kembali. Demikian halnya dengan harga pokok standard, hanya macam macam biaya tersebut, sebelumnya telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kondisi yang dianggap paling tepat menurut perusahaan.

    Atas dasar pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan unsur atau komponen yang membentuk harga pokok. Yang mana harga pokok ini adalah landasan bagi perusahaan dalam mengambil keputusan terhadap penjualan, khususnya dalam menentukan harga jual.

    Pada kondisi pasar monopoli, harga pokok tidak terlalu dipermasalahkan selama harga pokok ini dinilai wajar dan rasional. Hal ini disebabkan karena baik barang atau jasa maupun harga jual dikuasai oleh perusahaan karena tidak terdapat saingan. Penetapan harga pokok standard pada kondisi pasar monopoli akan dirasa penting apabila perusahaan ingin meningkatkan laba maupun kwalitas barang atau jasa yang akan dipasarkan.

    Lain halnya pada kondisi pasar bersaing, dimana banyak perusahaan memproduksi barang atau jasa yang sejenis, harga jualnyapun sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar itu sendiri. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah harga pokok karena akan berpengaruh terhadap penentuan harga jual. Dalam hal ini harga pokok standard merupakan salah satu alternatif perusahaan industri dalam menentukan harga jual bersaing. Oleh karenanya biaya biaya standard sebagai komponen harga pokok standard harus ditetapkan secermat mungkin, sehingga harga jual mampu bersaing dan bila perlu mampu merebut dan menguasai pasar.

    Usaha perusahaan untuk merebut atau menguasai pasar terhadap penentuan harga jual melalui penetapan harga pokok standard, antara lain dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Melakukan pengendalian biaya melalui

    biaya biaya standard yang akan dialokasikan sebagai biaya produksi.

  • ------------------------------------------------------------------------------------------

    Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi

    21

    b. Menganalisa penyimpangan atau selisih biaya biaya standard dengan biaya biaya yang seharusnya dikorbankan sebagai unsur harga pokok standard.

    c. Meningkatkan kapasitas produksi, baik dari segi sarana peralatan dan mesin mesin maupun kemampuan para pekerja.

    d. Menganalisa serta menilai kembali keputusan atau kebijakan manajemen yang telah ditetapkan sebelumnya.

    Sehubungan dengan pemanfaatan

    kapasitas produksi dan pengaruhnya terhadap harga pokok standard dan harga jual, dalam kondisi permintaan pasar lagi sepi, ditandai dengan banyaknya produsen menawarkan produk yang sejenis pada pasar yang sama, sedangkan permintaan akan menurun. Dalam keadaan ini produsen berusaha menurunkan harga jualnya serendah mungkin agar produknya dapat terjual. Dalam kondisi seperti ini manajemen dapat mempertimbangkan harga jual minimal sama dengan Harga Pokok Standard Variabel.

    Harga pokok standard variabel disini dimaksudkan bahwa harga pokok produksi hanya memperhitungkan biaya produksi variabel saja dalam memperhitungkan harga pokok produksi. Bila metode ini dipakai, maka harga pokok produksi perunit menjadi relatif lebih rendah. Maka secara langsung harga jual juga dapat ditentukan lebih rendah, sehingga konsumen akan beralih ke harga jual yang rendah ini. Metode perhitungan Harga Pokok Variabel ini biasanya disebut Metode Harga Pokok Variabel (Variable Costing Method) atau Harga Pokok Standard Langsung (Direct Costing Method). Menurut metode ini, biaya yang termasuk kelompok Sunk Cost tidak dimasukkan dalam perhitungan harga pokok. Sunk Cost diartikan biaya biaya yang sudah terjadi yang tidak dapat dihindarkan walaupun perusahaan membuat atau tidak membuat suatu keputusan, misalnya biaya depresiasi.

    Sebaliknya bila permintaan perusahaan selagi masih ramai, ditandai dengan kapasitas produksi yang tersedia tidak mampu melayani permintaan pasar, maka perusahaan dapat menjual produknya diatas harga pokok produksi penuh (Full Costing) ditambah dengan markup tertentu.

    Dari dua kondisi diatas, apabila perusahaan memilih informasi Standard Harga Pokok Produksi, maka : a. Perusahaan memilih dasar yang kuat

    untuk menentukan harga jual yang bervariasi.

    b. Dalam situasi pasar yang sangat bersaing dan kritis, perusahaan dapat menentukan komponen atau elemen biaya dari suatu harga pokok yang dapat ditekan agar harga pokok menjadi lebih rendah. Kemudian dengan harga pokok yang rendah ini, perusahaan dapat menjual dengan harga yang lebih rendah.

    Disamping penetapan biaya biaya standard sebagai salah satu alternatif perusahaan untuk mampu bersaing, tentunya faktor lain yang menyangkut strategi pemasaran harus tetap diperhatikan. Secara umum untuk memperoleh peluang pasar selain faktor biaya dan pengendaliannya, ada beberapa faktor lainnya yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah : a. Menurunkan harga jual, biasanya hal

    ini dilakukan setelah perusahaan melakukan analisa pasar.

    b. Meningkatkan standard kwalitas terhadap barang atau jasa yang diproduksinya dengan tidak menaikkan harga.

    c. Giat dalam melakukan promosi. d. Mampu menilai kondisi pasar dan

    memilih pasar sasaran. e. Mengembangkan strategi pemasaran

    dan melakukan pengendalian terhadap usaha pemasaran.

    f. Menganalisa kembali peluang pasar itu sendiri.

    III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini bertempat di PT.LESTARI SANTIKA GARMENT, Jl. Kaliabang Tengah No. 28 Bekasi Utara. Sedangkan penelitian skripsi ini adalah memakan waktu kira kira 1 bulan yaitu terhitung dari tanggal 01 Februari 2006 01 Maret 2006.

    B. Teknik Pengumpulan Data

    Untuk memperoleh hasil penelitian yang signifikan dengan permasalahan yang diteliti tentunya harus didukung dengan data yang sesuai. Untuk itu perlu diketahui syarat syarat data yang baik adalah sebagai berikut : 1. Valid artinya memiliki derajat

    ketepatan antara data yang

  • ------------------------------------------------------------------------------------------

    Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi

    22

    sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti.

    2. Reliabilitas artinya data yang dikumpulkan harus sesuai dengan apa yang diteliti.

    3. Objektivitas artinya data yang dicari harus sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya bukan data yang direkayasa. Sehingga hasil yang diperoleh dari analisis yang dilakukan tidak bias dan dapat mencerminkan keadaan yang sesungguhnya dan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan suatu kebijakan.

    Untuk itu penulis perlu melakukan hal hal sebagai berikut : 1. Penentuan variabel variabel yang

    diteliti. Dalam menulis skripsi ini penulis mengidentifikasikan tentang variabel variabel yang diteliti dalam rangka penulisan skripsi ini. Penulis meneliti tentang hal hal yang berhubungan secara langsung dan tidak langsung dengan penggunaan prinsip biaya standard dalam perusahaan, penentuan harga pokok produksi serta penentuan dari harga jual produknya. Dengan demikian penulis dapat lebih memfokuskan pada beberapa variabel di atas dalam penelitian ini. 2. Pengumpulan data. Dalam pengumpulan data data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis mengelompokkan data menjadi 2 bagian, yaitu : a. Data Primer Data primer adalah data yang didapatkan penulis dengan cara penelitian langsung kepada obyek yang diteliti , yaitu dengan tehnik : 1). Questioner Yaitu cara yang digunakan oleh penulis dalam mencari data dengan membuat daftar pertanyaan dan diajukan kepada pihak perusahaan yang berwenang untuk memberikan data yang diperlukan. 2). Interview Yaitu cara yang digunakan penulis untuk memperoleh data dengan jalan mewawancarai secara langsung kepada pihak yang bersangkutan untuk memberikan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini. 3). Observasi Yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung ke lokasi , yakni dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan

    kegiatan perusahaan sehari hari guna mendapatkan data yang diperlukan. b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang didapatkan dari kegiatan membaca literatur literatur atau buku buku yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti oleh penulis. Data didapatkan dari membaca buku buku teori yang dimiliki serta dengan membaca literatur literatur yang ada dalam perpustakaan.

    C. Teknik Analisa Data

    Setelah seluruh data yang diperlukan terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan metode kuantitatif dan metode kualitatif.

    1. Metode Kuantitatif. Yaitu dengan melakukan perhitungan pada komponen komponen yang telah ditentukan berkaitan dengan penentuan harga jual produk. Adapun metode yang digunakan dalam analisis tersebut adalah sebagai berikut : a. Pemakaian bahan baku sebenarnya :

    Kuantitas bahan baku sebenarnya x Harga standard.

    b. Perhitungan upah langsung sebenarnya Jam kerja sebenarnya per produk x Tarif upah sebenarnya

    c. Selisih harga bahan baku : Jumlah fisik bahan baku yang sesungguhnya dipakai x (Harga bahan baku persatuan menurut standard Harga sesungguhnya bahan baku persatuan).

    d. Selisih pemakaian bahan baku : Harga standard bahan baku persatuan x (Kwantitas standard bahan baku yang dipakai Kwantitas sesungguhnya bahan baku yang dipakai).

    e. Selisih tarif upah : Jam kerja sesungguhnya x (Tarif upah standard Tarif upah sesungguhnya).

    f. Selisih efisiensi upah : Tarif upah standard x (Jam kerja standard Jam kerja sesungguhnya).

    g. Harga jual produk : Harga pokok standard + Markup.

    2. Metode kualitatif. Yaitu dengan menginterprestasikan hasil dari perhitungan perhitungan dan memaparkan hasil penelitian secara diskriptif terutama yang tidak dapat dijelaskan dengan angka angka.

  • ------------------------------------------------------------------------------------------

    Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi

    23

    IV. ANALSIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penelitian 1. Penentuan Harga Pokok Standard

    Dengan Sistem Biaya Standadrd. Didalam menentukan harga pokok

    dengan sistem biaya standard seperti yang diuraikan pada pembahasan sebelumnya, maka penentuan harga pokok yang dilakukan oleh PT. LESTARI SANTIKA GARMENT tidak jauh berbeda dengan uraian tersebut. PT. LESTARI SANTIKA GARMENT menggunakan metode perhitungan harga pokok standard dengan didasari pada perhitungan yang dilakukan dalam teori yang ada, walaupun tidak sesuai sekali dengan teori yang ditulis.

    PT. LESTARI SANTIKA GARMENT didalam melakukan proses produksinya menggunakan sistem job order (proses produksi berdasarkan pesanan). Begitu pula dengan perhitungan harga pokok dengan sistem biaya standard juga didasarkan berdasarkan pesanan.

    Seperti yang telah diuraikan di halaman sebelumnya bahwa perusahaan ini memproduksi pakaian jadi baik untuk anak anak maupun dewasa dengan berbagai model yang telah ada di dalam perusahaan. Dan pembuatannya didasarkan pada pesanan yang ada. Walaupun demikian kegiatan pesanan yang diterima hampir menyerupai kegiatan rutin dengan adanya pesanan yang sama dalam beberapa selang waktu yang tidak jauh bedanya.

    Dalam perhitungan harga pokoknya perusahaan tidaklah menyimpang jauh daripada teori yang telah ada yang ditulis dalam buku buku teori, hanya ada beberapa bagian yang mungkin suatu kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan dalam menentukan harga pokoknya baik standard maupun aktualnya dan harga jual yang ditentukan. a. Pembebanan Bahan Langsung

    Standard Biaya bahan langsung adalah

    semua bahan langsung/dasar yang digunakan dalam proses pembuatan barang (pakaian) jadi, seperti : bahan polos, bahan bermotif, bahan furing dan kain keras. Pada sistem ini persediaan bahan baku dinilai berdasarkan standard harga pembelian / perolehan sebelumnya. Pemakaian bahan baku dibebankan atas dasar standard kuantitas dan standard harga bahan baku untuk tiap unit produk yang dihasilkan (barang jadi). Penyimpangan antara pemakaian kuantitas bahan sebenarnya dan standard

    kuantitas bahan disebut dengan Penyimpangan Produk Jadi.

    Salah satu pesanan yang penulis ambil sebagai bahan analisa adalah pesanan atas produk yang bernomor : 06 178 dan 06 115. Pesanan atas produk ini masing masing adalah sebanyak 12.000 pcs (potong pakaian).

    Untuk lebih jelasnya disajikan tabel pengunaan bahan langsung standard yang ditetapkan untuk pembuatan pakaian ini adalah sebagai berikut : Tabel 1 Biaya Bahan Langsung Standard

    Quantity : 12.000 Unit/Style JENIS BAHAN QUANTIT

    Y STANDARD(Yard)

    CONSMPT/UNIT (Yard)

    HARGA/YARD (Rp)

    BIAYA BAHAN STANDARD (Rp)

    Style 06 178 Bahan bermotif Bahan polos Bahan furing Kain keras Total Biaya Style 06 115 Bahan bermotif Bahan polos Bahan furing Kain keras Total Biaya

    11.640 4.800 4.800 600 10.260 6.300 3.600 0

    0.97 0.4 0.4 0.05 0.855 0.525 0.30 0

    5.000 9.200 2.000 1.000 5.000 9.200 2.000 1.000

    4.850 3.680 800 50 9.380 4.275 4.830 600 0

    9.705

    SUMBER : PT. LESTARI SANTIKA GARMENT

    b. Pembebanan Upah Tenaga Kerja Langsung Standard

    Upah langsung adalah semua biaya yang berhubungan dengan upah tenaga kerja langsung seperti gaji dan upah lainnya untuk pegawai pabrik yang berhubungan langsung dengan proses produksi dari sebuah produk yang dihasilkan dalam suatu produksi. Upah tenaga kerja langsung di sini terdiri dari : 1) Upah tenaga kerja bagian cutting /

    pemotongan 2) Upah tenaga kerja bagian pencocokan

    dan jahit / sewing 3) Upah tenaga kerja bagian finishing

    Pada sistem ini upah langsung pembebanan standarnya dibebankan atas dasar taksiran jam kerja langsung yang dipakai per pesanan selesai. Jam Kerja Standard Per Unit Produk adalah :

    Bagian I (Gunting dan Pencocokan) : 0.5 Jam/Unit produk Jadi Bagian II (Jahit) : 1,5 Jam/Unit produk Jadi Bagian III (Finishing) : 0,25 Jam/Unit produk Jadi

    Untuk tarif upah standard dari

    masing masing bagian telah mempunyai patokan sendiri sendiri yakni : Untuk Bagian Gunting dan Pencocokan mempunyai standard upah sebesar Rp.

    1.400,- / unit Untuk Upah Jahit Rp. 1.842,66,- / unit Untuk Upah bagian Finishing Rp. 800,- / unit

    Untuk masing masing produksi mempunyai biaya Tenaga Kerja Langsung yang sama, antara style 06 - 178 dan style 06 - 115 baik standard tarif upah maupun standard jam kerjanya.

    Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel di bawah ini yang menggambarkan tarif upah per bagian dalam setiap unit :

  • ------------------------------------------------------------------------------------------

    Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi

    24

    Tabel 2 Biaya Tenaga Kerja Langsung Standard

    KETERANGAN

    JAM KERJA

    STANDARD(UNIT)/Jam

    TARIF UPAH

    STANDARD/JAM (Rp)

    BIAYA TENAGA KERJA

    STANDARD (Rp)

    Bagian I Bagian II Bagian III Total Biaya

    0.5 1.5 0.25

    1.400 1.842,66 800

    700 2.764 200

    3.664

    SUMBER : PT. LESTARI SANTIKA GARMENT

    c. Pembebanan Biaya Factory Over

    Head (FOH/BOP) 1) Alokasi FOH Standard Tetap Alokasi Overhead Pabrik adalah seluruh biaya yang dikeluarkan yang berhubungan dengan kegiatan produksi di pabrik, misalnya biaya penyusutan mesin, penyusutan gedung, biaya bahan pembantu, biaya upah/tenaga kerja tak langsung, biaya packing dan biaya biaya lainnya yang tidak termasuk dalam biaya bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Adapun jenis dari biaya FOH dalam perusahaan ini ada dua, sebagaimana yang ada dalam teori, yaitu : Biaya FOH Tetap Meliputi : Biaya penyusutan mesin, Biaya gaji pengawas/mandor dan biaya pemeliharaan mesin mesin yang digunakan dalam produksi. 2). Biaya FOH Variabel Biaya FOH Variabel dalam perusahaan ini meliputi : Biaya bahan penolong, biaya upah tenaga kerja tak langsung dan biaya reparasi mesin yang mengalami kerusakan. Biaya Over Head di standarkan berdasarkan biaya FOH pengalaman tahun tahun yang lalu setelah diadakan penyesuaian penyesuaian akibat terjadinya perubahan. Setelah diadakan penghitungan biaya over head maka didapatkan/diputuskan biaya FOH yang distandarkan dari masing masing jenis produksi diperoleh Tarif Over Head yang dibebankan untuk semua produk yang besarnya masing masing adalah seperti tabel di bawah ini : Tabel 3 Tarif Biaya Overhead Pabrik Standard

    SUMBER : PT. LESTARI SANTIKA GARMENT

    Dan untuk tiap tiap pesanan yang diterima kemudian dikerjakan, dibuatkan lembaran biaya produksi standar untuk tiap tiap style / model yang dipesan. Dari perhitungan diatas kita dapat simpulkan bahwa Harga Pokok Produksi Standard untuk masing masing style adalah sebagai berikut:

    Style 06 178 Harga Pokok Produksi Standard = Biaya bahan baku standard + Biaya tenaga kerja langsung standard + Biaya over head pabrik standard Harga Pokok Produksi Standard = Rp. 9.380,- + Rp. 3.664,- + Rp. 2.850,- = Rp 15.894,-

    Style 06 115 Harga Pokok Produksi Standard = Biaya bahan baku standard + Biaya tenaga kerja langsung standard + Biaya over head pabrik standard Harga Pokok Produksi Standard = Rp. 9.705,- + Rp. 3.664,- + Rp. 2.850,- = Rp 16.219,-

    2. Perhitungan Harga Pokok Sebenarnya Perhitungan harga pokok sebenarnya diperoleh dari laporan produksi yang dapat diketahui per jenis produk. Laporan produksinya biasanya berbentuk Job Order Sheets yang dikeluarkan setelah produksi berakhir. Proses produksinya dimulai dari permintaan bahan baku, bahan pembantu dan lainnya oleh bagian produksi melalui formulir permintaan bahan baku yang diperlukan. a. Pemakaian Bahan Baku/Dasar

    Sebenarnya Atas dasar laporan produksi yang didapat melalui sheets yang ada, yaitu laporan pemakaian bahan baku, diperoleh angka kwantitas bahan baku yang dipakai (net consumption). Untuk lebih jelasnya penulis akan sajikan data perhitungan pemakaian bahan langsung/baku sebenarnya pada produksi pakaian dengan nomor style 06 178 dan nomor style 06 115 di bawah ini: Tabel 4 Biaya Bahan Langsung Sebenarnya

    Quantity : 12.000 Unit/Style

    JENIS BAHAN QUANTITY

    SEBENARNYA (Yard)

    CONSMPT/UNIT (Yard)

    HARGA/YARD (Rp)

    BIAYA BAHAN

    SEBENARNYA (Rp)

    Style 06 178 Bahan bermotif Bahan polos Bahan furing Kain keras Total Biaya Style 06 115 Bahan bermotif Bahan polos Bahan furing Kain keras Total Biaya

    11.400 4.500 4.675 585 10.244 6.312 3.528 0

    0.950 0.375 0.390 0.049 0.852 0.526 0.294 0

    4.950 9.248 1.970 1.050 4.950 9.248 1.970 1.050

    4.607,50 3.468 768,30 51,45

    8.895,25 4.217,40 4.864,45 579,18 0

    9.661,03

    SUMBER : PT. LESTARI SANTIKA GARMENT

    b. Alokasi Upah Langsung Sebenarnya Total upah langsung yang sebenarnya adalah seluruh upah langsung yang real dalam proses produksi yang dilakukan. Upah langsung yang ditetapkan sebelumnya (standard) tidaklah berbeda jauh dengan yang terjadi sebenarnya. Adapun total upah langsung per unit produk jadi setelah diadakan perhitungan sebesar Rp. 3.650,- per unit produk jadi.

    KETERANGAN BOP/UNIT (Rp) Style 06 178 Style 06 - 115

    2.850 2.850

  • ------------------------------------------------------------------------------------------

    Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi

    25

    Apabila terdapat selisih dalam perhitungan standard dengan perhitungan yang sesungguhnya, maka dimasukkan dalam selisih upah langsung. Pembebanan atas selisih kapasitas atas upah langsung yang menganggur disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : 1)Adanya keterlambatan dalam salah satu proses produksi yang dijadwalkan sebelumnya.

    2)Keterlambatan yang didasari oleh jam kerja mesin yang dipakai dalam produksi tidak mencapai kapasitas penuh/maksimal sebagaimana yang telah ditargetkan.

    Upah langsung yang terjadi sesungguhnya di alokasikan kepada masing masing produk ( unit pesanan ) atas dasar jam normal, sehingga diperoleh upah langsung normal per produk yang dihasilkan.

    Perhitungan upah langsung yang benar benar dibebankan kepada tiap tiap unit produk sebagai bagian dari komponen harga pokok yang sebenarnya adalah : Jam Kerja Sebenarnya per Produk X Tarif Upah Sesungguhnya Selisih antara upah langsung normal / standard dengan upah langsung yang sebenarnya di alokasikan kepada penyimpangan kapasitas upah langsung dalam analisa selisih upah langsung sebagai koreksi Harga Pokok Penjualan. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel di bawah ini yang menggambarkan perhitungan upah langsung yang sebenarnya dalam produksi adalah sebagai berikut : Tabel 5 Biaya Tenaga Kerja Langsung Sebenarnya

    KETERANGAN

    JAM KERJA SEBENARNYA(UNIT)/Jam

    TARIF UPAH SEBENARNYA/JAM (Rp)

    BIAYA TENAGA KERJA

    SEBENARNYA (Rp)

    Bagian I Bagian II Bagian III Total Biaya

    0.6 1.4 0.27

    1.430 1.840 800

    858 2.576 216

    3.650

    SUMBER : PT. LESTARI SANTIKA GARMENT

    c. Alokasi Biaya Umum ( Overhead ) Pabrik Sebenarnya.

    Biaya Umum ( Overhead ) Pabrik

    yang sebenarnya adalah total biaya Factory Over Head yang benar benar terjadi / real dalam suatu proses produksi yang berlangsung.

    Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya Biaya FOH ini terdiri dari biaya biaya pabrik yang tidak termasuk dalam Biaya Bahan Langsung dan Biaya Tenaga Kerja Langsung.

    Untuk lebih jelasnya dijelaskan secara garis besar tentang perhitungan Biaya Umum / Over Head Pabrik sesungguhnya adalah sebagai berikut : Tabel 6 Tarif Biaya Overhead Pabrik Sebenarnya

    KETERANGAN BOP/UNIT (Rp) Style 06 178 Style 06 - 115

    2.793,50 3.007,50

    SUMBER : PT. LESTARI SANTIKA GARMENT

    Dari data diatas dapat diketahui bahwa Biaya Factory Over Head/FOH/BOP per unit produksi masing masing pesanan adalah Rp. 2.793,5,- dan Rp. 3.007,5,-. Dari sini sudah dapat diketahui bahwa antara biaya yang sesungguhnya dan standard yang ditetapkan terdapat selisih yang nantinya akan masuk ke dalam Analisa Selisih atas penyimpangan tersebut.

    3. Analisa Penyimpangan Analisa penyimpangan merupakan suatu analisa yang dipakai untuk membandingkan antara standard yang ditetapkan dengan keadaan yang sebenarnya terjadi. Analisa penyimpangan sering disebut juga sebagai analisa selisih. Selisih disini terjadi karena banyak hal. Begitu pula dengan keadaan yang dialami oleh PT. LESTARI SANTIKA GARMENT, setelah produksi pesanan selesai, baru diketahui adanya perbedaan penghitungan yang distandarkan dengan keadaan yang benar benar terjadi / realnya. Sebagaimana umumnya banyak perusahaan, PT. LESTARI SANTIKA GARMENT juga menghitung analisa selisih yang terjadi setelah produksi yang dilakukan selesai. Dan juga analisa selisih yang dilakukan PT. LESTARI SANTIKA GARMENT dibagi menjadi tiga bagian pokok, yaitu : a. Analisa Selisih Biaya Bahan Baku

    Langsung. Seperti telah diketahui bahwa ada perbedaan dalam penghitungan biaya bahan langsung yang distandarkan dengan biaya yang sebenarnya dimasukkan dalam analisa selisih. Analisa selisih bahan baku langsung dalam PT. LESTARI SANTIKA GARMENT terbagi menjadi 2 bagian, yakni selisih atas pemakaian bahan baku langsung dan selisih harga dari bahan baku langsung tersebut. Untuk lebih jelasnya perhatikan perhitungan analisa selisih bahan baku langsung untuk pesanan dengan nomor style 06 - 178 dan 06 - 115 di bawah ini :

  • ------------------------------------------------------------------------------------------

    Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi

    26

    1) Selisih Kuantitas Pemakaian Bahan Langsung

    Kuantitas Pemakaian Bahan Per Unit Produk (Produk No. Style : 06-178) Selisih Kuantitas Pemakaian Bahan = Kuantitas standard - Kuantitas sebenarnya B.Bermotif = 0,97 Yard 0,95 Yard = 0,02 Yard (Favorable) B.Polos = 0,4 Yard - 0,375 Yard = 0,025 Yard (Favorable) B.Furing = 0,4 Yard 0,389 Yard = 0,011 Yard (Favorable) B.Keras = 0,05 Yard 0,049 Yard = 0,001 Yard (Favorable)

    (Produk No. Style : 06-115) B.Bermotif = 0,855 Yard 0,854 Yard = 0,001 Yard (Favorable) B.Polos = 0,525 Yard - 0,526 Yard = - 0,001 Yard (UnFavorable) B.Furing = 0,30 Yard 0,294 Yard = 0,006 Yard (Favorable)

    2) Selisih Harga Bahan Baku Langsung Nomor Style 06-178 dan Style 06-115 Selisih Harga Bahan = Harga Bahan Standard Harga Bahan Sebenarnya B.Bermotif = Rp. 5.000,- Rp. 4.950,- = Rp. 50,- (Favorable) B.Polos = Rp. 9.200,- Rp. 9.250,- = - Rp. 50,- (UnFavorable) B.Furing = Rp. 2.000,- Rp. 1.970,- = Rp. 30,- (Favorable) B.Keras = Rp. 1.000,- Rp. 1.050,- = - Rp. 50,- (UnFavorable)

    Untuk mencari selisih laba atau rugi dapat dicari dengan menghitung : Biaya Bahan Real = Quantity Pemakaian x Harga Real Biaya Bahan Standard = Quantity Standard x Harga Standard - (Laba / Rugi) 1) Analisa Selisih Tenaga Kerja

    Langsung Dalam perhitungan selisih Tenaga Kerja Langsung juga dibagi menjadi 2 bagian, yakni selisih efisiensi dan selisih tarif upah. a) Selisih Efisiensi Selisih efisiensi dapat di hitung dengan

    rumus : Selisih Efisiensi = (J.K Standard J.K Real) x Tarif Upah Standard Untuk Nomor Pesanan 06 - 178

    Selisih Efisiensi Usaha adalah sebagai berikut :

    Bagian I SEU = (J.K Standard J.K Real) x Tarif Upah Standard = (0,5 Jam 0,6 Jam) x Rp. 1.400,- = - Rp. 140,- (UnFavorable) Bagian II SEU = (J.K Standard J.K Real) x Tarif Upah Standard = (1,5 Jam 1,4 Jam) x Rp. 1.842,66,- = Rp. 184,27,- (Favorable) Bagian III SEU = (J.K Standard J.K Real) x Tarif Upah Standard = (0,25 Jam 0,27 Jam) x Rp. 800,- = - Rp. 16,- (UnFavorable) Untuk Nomor Pesanan 06 - 115 Selisih Efisiensi Usaha adalah sebagai

    berikut : Bagian I SEU = (J.K Standard J.K Real) x Tarif Upah Standard = (0,5 Jam 0,38 Jam) x Rp. 1.400,- = Rp. 168,- (Favorable) Bagian II SEU = (J.K Standard J.K Real) x Tarif Upah Standard = (1,5 Jam 1,42 Jam) x Rp. 1.842,66,- = Rp. 147,41,- (Favorable) Bagian III SEU = (J.K Standard J.K Real) x Tarif Upah Standard = (0,25 Jam 0,25 Jam) x Rp. 800,- = Rp. 0,- (UnFavorable) b) Selisih Tarif Upah

    Selisih tarif upah timbul karena tarif upah sebenarnya tidak sesuai dengan tarif upah

    yang distandarkan. Selisih tarif upah dapat dicari dengan formula sebagai berikut : Selisih Tarif Upah = (T.Upah Std. T.Upah Real) x Jam Kerja Sebenarnya Pesanan Nomor Style 06 - 178 Bagian I STU = (0,5 x 1.400) (0,6 x 1.430) x 0,6 = - Rp. 94,8,- (UnFavorable) Bagian II STU = (1,5 x 1.842,66) (1,4 x 1.840) x 1,4 = Rp. 263,186,- (Favorable) Bagian III STU = (0,25 x 800) (0,27 x 800) x 0,27 = - Rp. 4,32,- (UnFavorable) Pesanan Nomor Style 06 - 115 Bagian I STU = (0,5 x 1.400) (0,38 x 1.430) x 0,6 = Rp. 93,96,- (Favorable) Bagian II STU = (1,5 x 1.842,66) (1,42 x 1.840) x 1,4 = Rp. 211,67,- (Favorable) Bagian III STU = (0,25 x 800) (0,27 x 800) x 0,27 = - Rp. 4,32,- (UnFavorable)

    Itulah perhitungan untuk menghitung selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung per unit produk jadi. b. Analisa Selisih Biaya Over Head Pabrik / BOP Analisa selisih untuk Biaya Over Head Pabrik disajikan dalam perhitungan di bawah ini dengan metode satu selisih : Pesanan Nomor Style 06 - 178 Biaya Over Head Pabrik sesungguhnya / unit : Rp 2.793,50,- Biaya Over Head Pabrik yang distandarkan / unit : Rp 2.850,00,- Selisih Lebih ( Favorable ) : Rp 56,50,- Pesanan Nomor Style 06 - 178 Biaya Over Head Pabrik sesungguhnya / unit : Rp 3.007,50,- Biaya Over Head Pabrik yang distandarkan / unit : Rp 2.850,00,- Selisih Kurang ( UnFavorable ) : Rp 157,50,-

    4. Analisis Penentuan Harga Jual Penentuan harga jual pada PT. LESTARI SANTIKA GARMENT sebenarnya hampir sama dengan penentuan harga jual di perusahaan perusahaan lain pada umumnya. Hanya saja mungkin situasi yang dihadapi serta metode yang dipakai perusahaan ini dalam perhitungan harga pokok produksinya berbeda. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa aktivitas usaha perusahaan adalah memproduksi barang yang siap pakai, atau merubah bentuk suatu barang menjadi barang barang yang lebih berharga dan bermanfaat baik bagi perusahaan itu sendiri maupun bagi mereka yang membutuhkan ( konsumen ). Proses produksi dari suatu perusahaan merupakan salah satu tujuan perusahaan yang telah direncanakan sebelumnya. Tetapi tidak hanya sampai di situ saja, perusahaan masih mempunyai tugas pokok yang terakhir yang merupakan tujuan akhir dari setiap perusahaan, yakni memperoleh pendapatan sekaligus keuntungan / laba dari usaha atau produk yang dihasilkannya. Dengan kata lain seluruh barang yang telah dihasilkannya harus sampai kepada mereka yang

  • ------------------------------------------------------------------------------------------

    Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati., SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi

    27

    membutuhkannya. Sehingga dapat diharapkan adanya nilai pengganti dari pada produk yang dihasilkannya, dalam hal ini uang. Secara garis besar perhitungan untuk memperoleh harga jual adalah : Jumlah dari Harga Pokok Standard ditambah biaya biaya lainnya yang dikeluarkan dalam rangka menyampaikan barang yang diproduksi kepada konsumen yang memesan / membutuhkannya. PT. LESTARI SANTIKA GARMENT mempunyai cara sendiri untuk menentukan harga jual produknya, yakni dengan menghitung Harga Pokok Standard ditambah Biaya Pengangkutan ke gudang pembeli ditambah dengan Mark Up / Laba yang diinginkan oleh perusahaan tersebut. Penghitungan harga jual PT. LESTARI SANTIKA GARMENT ditulis dalam formula sebagai berikut :

    HARGA JUAL PRODUK = HARGA POKOK STANDARD + MARKUP Total aktiva yang diperkirakan pada awal tahun anggaran adalah sebesar Rp. 500.000.000,- dan laba yang diharapkan adalah sebesar 20%. Adapun cara perhitungan markup yang dilakukan pada PT. LESTARI SANTIKA GARMENT adalah sebagai berikut : Pesanan Nomor Style 06 - 178 Perhitungan markup : Biaya administrasi dan umum Rp 375.000,- Biaya pemasaran Rp 465.000,- Laba yang diharapkan: 20% x Rp 500.000.000,- Rp 100.000.000, + Jumlah Rp 100.840.000,- Biaya produksi Rp 190.728.000,- : Persentase markup 53% Perhitungan harga jual : Biaya produksi Rp 190.728.000,- Markup 53% x Rp 190.728.000,- Rp 101.085.840,- + Jumlah harga jual Rp 291.813.840,- Volume produk 12.000,- : Harga jual per unit Rp 24.317,82,- Pesanan Nomor Style 06 - 115 Perhitungan markup : Biaya administrasi dan umum Rp 375.000,- Biaya pemasaran Rp 465.000,- Laba yang