-
------------------------------------------------------------------------------------------
Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati.,
SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi
7
ANALISA BIAYA STANDARD DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI
SEBAGAI ALAT PENENTU HARGA JUAL PADA PT. LESTARI SANTIKA
GARMENT
Oleh : NURYATI
Nani Hartati, SE., MM
ABSTRAK
Kita telah ketahui bahwa setiap perusahaan akan selalu berusaha
untuk mengefisiensikan biaya produksi agar dapat mencapai salah
satu tujuan dari perusahaan. Untuk itulah sangat diperlukan suatu
analisa biaya standard guna mengefisiensikan biaya/ pengorbanan
yang dilakukan oleh perusahaan.
Penetapan biaya standar dalam suatu perusahaan sebenarnya adalah
merupakan salah satu cara atau tehnik dari manajemen perusahaan
yang pada prinsipnya bertujuan tidak lain untuk mengarahkan
perhatian atau attention directing pada perencanaan dan pemberian
umpan balik mengenai masing masing dari biaya. Penetapan biaya
standar juga dapat dipergunakan sebagai salah satu cara dari pada
manajemen dalam rangka pengendalian biaya biaya produksi agar dapat
diterapkan lebih efisien.
Agar pengendalian dan pengawasan terhadap biaya biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi dapat terkendali dan terkontrol
dengan baik, maka perlu ditetapkan suatu prinsip yang dapat
mewujudkan suatu tujuan di atas. Salah satu prinsip perhitungan
biaya adalah perhitungan biaya yang ditentukan sebelumnya yang
merupakan biaya yang seharusnya dikeluarkan dalam memproduksi suatu
barang. Konsep biaya yang mempunyai klasifikasi seperti itu yang
merupakan pedoman bagi manajemen untuk mengetahui berapa besar
biaya yang seharusnya dikeluarkan disebut biaya standar atau
standard cost.
Tujuan dan manfaat yang utama dalam perhitungan biaya standar
untuk menentukan harga pokok standar dalam suatu perusahaan adalah
untuk pengendalian atas biaya biaya yang terjadi, khususnya biaya
biaya produksi. Adapun prosedur penentuan harga pokok standard
dibagi dalam tiga bagian yaitu standard biaya bahan baku, standard
biaya tenaga kerja dan standard biaya overhead pabrik.
Untuk mengetahui berbagai macam penyebab terjadinya selisih
antara biaya yang telah ditetapkan (biaya standard) dengan biaya
biaya yang seharusnya dikeluarkan, maka perlu dilakukan analisa
selisih.
Analisa selisih penting dilakukan agar manajemen dapat menilai
kembali penetapan biaya biaya standard yang berkaitan dengan biaya
yang dikeluarkan pada saat proses produksi berlangsung. Hal ini
memungkinkan manajemen melakukan perhitungan harga pokok produksi
dengan tepat, sehingga selisih yang terjadi tidak terlalu
berpengaruh terhadap penentuan harga jual barang yang
dihasilkan.
Dalam skripsi ini, penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai
cara penetapan biaya standard dalam perhitungan harga pokok
produksi sebagai alat penentu harga jual pada PT. LESTARI SANTIKA
GARMENT. Metode pengumpulan data menggunakan questioner, interview,
observasi, studi kepustakaan dan dokumentasi perusahaan. Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif dengan menggunakan rumus rumus untuk menentukan harga
pokok produksi dan menentukan harga jual. Disamping dengan metode
kuantitatif juga digunakan metode kualitatif yaitu dengan
menginterprestasikan hasil dari perhitungan perhitungan dan
memaparkan hasil penelitian secara diskriptif terutama yang tidak
dapat dijelaskan dengan angka angka.
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu tujuan pokok dari perusahaan adalah mendapatkan
keuntungan yang optimal dengan pengorbanan tertentu dan dapat
berkembang serta mempertahankan kelangsungan hidup dari perusahaan
tersebut. Dengan semakin ketatnya persaingan diantara beberapa
perusahaan yang dapat dikategorikan sebagai
perusahaan yang sejenis atau sama, maka semakin berat beban
perusahaan dalam mencapai tujuan pokoknya.
Dapat berkembang dan mempertahankan kelangsungan hidup suatu
perusahaan sangat tergantung kepada keuntungan yang berkelanjutan.
Keuntungan itu sendiri didapat dari kelebihan total pendapatan dari
total biaya pada suatu periode tertentu. Besarnya penghasilan ini
dipengaruhi secara
-
------------------------------------------------------------------------------------------
Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati.,
SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi
8
langsung oleh volume penjualan dengan suatu kebijakan tertentu
dalam harga jual.
Pada masa sekarang dimana gejala globalisasi sistem perekonomian
dan perdagangan bebas mulai terbuka, maka dapat diperkirakan bahwa
persaingan pasar akan semakin ketat. Manajemen dituntut untuk dapat
menawarkan harga jual yang menguntungkan bagi perusahaan dan dapat
menarik konsumen disamping menjaga kwalitas barang yang diproduksi
serta sistem pelayanan distribusi barang tersebut. Untuk itu
strategi manajemen dalam menentukan harga jual merupakan suatu
keputusan yang strategis yang akan memberikan pengaruh secara
langsung terhadap keuntungan yang akan diperoleh, pengembangan
pasar dan produk suatu perusahaan.
Salah satu faktor yang berpengaruh secara dominan terhadap
penentuan harga jual adalah informasi harga pokok produksi perunit
barang. Oleh karenanya suatu pengendalian biaya terhadap biaya
biaya yang dikeluarkan atau dikorbankan sangatlah diperlukan,
supaya biaya biaya tersebut dapat disajikan secara layak dan wajar
(rasional). Disamping itu dengan adanya pengendalian terhadap biaya
biaya tersebut diharapkan penyimpangan yang terjadi dapat ditekan
seminimal mungkin sehingga harga pokok akan semakin kecil dan
peluang perusahaan didalam memperoleh keuntungan akan lebih
besar.
Semakin berkembang dan bertambah besarnya suatu perusahaan, maka
akan semakin kompleks pula permasalahan yang akan dihadapi oleh
pimpinan perusahaan/manajemen perusahaan. Kompleksnya permasalahan
yang dihadapi antara lain tergantung pada jenis perusahaan
tertentu. Masalah yang akan dihadapi oleh perusahaan dagang akan
berbeda dengan apa yang akan dihadapi oleh perusahaan industri
ataupun jasa. Pada perusahaan industri masalah yang dihadapi lebih
besar lingkupnya bila dibandingkan dengan masalah pada perusahaan
dagang ataupun jasa.
Kegiatan perusahaan industri meliputi pembelian bahan baku,
proses pengolahannya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya
(barang jadi) baru kemudian dilakukan penjualan. Karenanya sangat
diperlukan perhatian yang lebih cermat terhadap masalah produksi
yang dilakukan, sedang pada perusahaan dagang tidak demikian
halnya.
Sehubungan dengan masalah produksi di atas maka diperlukan suatu
informasi yang lengkap dan terperinci mengenai biaya dan harga
pokok, yang diharapkan dapat diandalkan sebagai bahan pertimbangan
dalam mengambil keputusan. Informasi tersebut dapat diperoleh atau
disajikan dalam Akuntansi Biaya.
Apabila informasi mengenai perhitungan harga pokok tidak tepat
dan kurang akurat, maka akan timbul beberapa masalah, diantaranya :
penentuan harga pokok produk terlalu kecil dan harga jual yang
ditentukan kecil, sehingga perusahaan tidak dapat memperoleh dana
untuk menutupi biaya biaya operasionalnya atau sebaliknya apabila
harga jual produk atau barang yang ditetapkan terlalu besar akan
mengakibatkan harga jual menjadi terlalu mahal sehingga tidak mampu
untuk bersaing di luar atau di pasaran.
Dari hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mempelajari
perhitungan harga pokok yang dilakukan oleh PT. LESTARI SANTIKA
GARMENT dan bagaimana perusahaan tersebut menentukan harga jual
produknya, sehingga menjadikannya sebagai judul skripsi.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Masalah yang harus ditanggulangi bersama guna mencapai sasaran
yang optimal, yaitu masalah penentuan atau penetapan biaya standar.
Karena masalah ini sangat menentukan dalam perhitungan harga pokok
produksi guna menentukan harga jual yang bersaing yang harus
diamati secara teliti dan cermat serta membutuhkan waktu cukup
lama. Diharapkan penilaian pengendalian biaya tidak menyimpang dari
apa yang telah ditetapkan atau distandarkan oleh perusahaan. Kita
telah ketahui bahwa setiap perusahaan akan selalu berusaha untuk
mengefisiensikan biaya produksi agar dapat mencapai salah satu
tujuan dari perusahaan. Untuk itulah sangat diperlukan suatu
analisa biaya standard guna mengefisiensikan biaya/ pengorbanan
yang dilakukan oleh perusahaan.
C. TUJUAN PENELITIAN
Perhitungan harga pokok adalah mutlak diperlukan apabila sebuah
perusahaan ingin mengetahui tingkat keberhasilan dari usahanya, dan
juga
-
------------------------------------------------------------------------------------------
Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati.,
SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi
9
diharapkan dengan adanya perhitungan harga pokok yang akurat /
tepat, perusahaan dalam hal ini manajemen dapat menentukan harga
jual yang tentunya dapat bersaing dipasaran. Selain itu harga pokok
juga merupakan informasi yang sangat bermanfaat bagi manajemen
dimana dalam perhitungan harga pokok tersebut segera dapat
diketahui tentang pengendalian biaya yang dilakukan apakah sudah
berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan ataukah
belum.
Tujuan dari penelitian dan dibuatnya skripsi ini antara lain
adalah : 1. Merupakan pedoman bagi manajemen
dalam menilai kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya,
sehingga mempermudah proses pengambilan keputusan.
2. Membantu manajemen dalam menyusun perencanaan (planning)
perusahaan, baik dalam bidang struktur organisasi, penetapan dan
pengawasan tanggung jawab maupun penetapan kebijakan kebijakan yang
akan ditempuh selama kegiatan perusahaan berlangsung.
3. Memungkinkan manajemen untuk menentukan dan menyusun anggaran
serealistis mungkin.
4. Membantu manajemen dalam pengendalian biaya yang telah
ditetapkan serta menilai dan menganalisanya.
5. Dengan adanya perhitungan harga pokok yang tepat diharapkan
akan membantu manajemen dalam menentukan harga jual produk yang ada
sehingga dapat bersaing di pasaran.
6. Membantu manajemen dalam mengantisipasi harga jual yang
ditetapkan, sehingga mampu mengatasi persaingan harga jual yang
cukup bersaing di pasaran.
7. Membantu manajemen dalam menganalisa secara konsisten
terhadap selisih biaya yang ditetapkan sebelumnya / yang
distandarkan dengan biaya yang seharusnya dikeluarkan.
8. Membantu perusahaan dalam perhitungan harga pokoknya untuk
produksi berikutnya.
II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya
Setiap perusahaan tanpa memandang jenis kegiatan usahanya
pastilah tidak akan dapat menghindari
berbagai biaya yang harus dikeluarkannya. Biaya itu sendiri
merupakan suatu pengorbanan dari perusahaan tersebut dalam rangka
mencapai tujuan utama dari seluruh perusahaan, yakni mendapatkan
keuntungan/profit atas pengorbanan yang telah dikeluarkan, karena
perusahaan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang memproses
masukan untuk menghasilkan keluaran yang dapat dinilai dengan
satuan uang. Memang secara ekonomis pengorbanan tersebut tidak
dapat dihindarkan, karena hal tersebut berhubungan langsung dengan
apa yang disebut dengan pendapatan. Oleh karena itu biaya merupakan
hal yang sangat penting dan hal yang harus dipertimbangkan oleh
manajemen didalam melaksanakan salah satu fungsinya sebagai penentu
keberhasilan dari pada perusahaan. Dalam hal ini Akuntansi Biaya
akan menyajikan berbagai macam informasi yang sangat diperlukan
oleh manajemen, dan karenanya klasifikasi /penggolongan atas
biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan harus senantiasa
diperhatikan apa yang sebenarnya menjadi tujuan dari manajemen
perusahaan dengan adanya informasi biaya tersebut.
Dalam rangka memproduksi suatu barang, perusahaan sangatlah
membutuhkan suatu pengorbanan yang sering disebut sebagai biaya,
baik dalam bentuk pengorbanan atas adanya pembelian bahan baku,
bahan penolong ataupun pengorbanan yang dikeluarkan dengan adanya
penyerahan jasa dan faktor faktor produksi lainnya. Dengan demikian
manajemen dituntut untuk dapat membedakan mana pengorbanan yang
dapat dimasukkan ke dalam biaya produksi dan mana yang dapat
dimasukkan ke dalam biaya non produksi serta pemborosan.
Prof. Dr. Van der Schroeff mengemukakan bahwa : pengorbanan
merupakan biaya, jika pengorbanan tersebut merupakan suatu
sumbangan yang secara ekonomis bertujuan untuk memproduksi barang
dan jasa1
Menurut Drs. Mulyadi, Ak. Biaya
adalah : pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan
uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk
tujuan tertentu2
-
------------------------------------------------------------------------------------------
Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati.,
SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi
10
Sering pula dikatakan bahwa, biaya adalah suatu kontra prestasi
yang diberikan oleh perusahaan atas sesuatu yang diterima dari
pihak lain , atau jasa jasa yang diterima dari pihak lain3
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan oleh
penulis, bahwa yang disebut biaya adalah merupakan pengorbanan
pengorbanan dalam rangka menghasilkan sesuatu, yakni pendapatan
yang dapat dinilai dengan satuan uang dan secara ekonomis tidak
dapat dihindari kejadiannya. Pengorbanan yang dimaksud adalah
pengorbanan yang mempunyai tujuan yang sesuai seperti yang telah
ditetapkan oleh manajemen perusahaan. Perlu diingat bahwa tidak
semua pengeluaran / pengorbanan dapat disebut sebagai biaya, yang
dapat diperhitungkan sebagai biaya adalah pengorbanan yang
seharusnya dipergunakan untuk memproduksi suatu barang atau jasa
yang pada akhirnya dapat menimbulkan pendapatan. B. Klasifikasi
Biaya
Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam
cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan
yang hendak dicapai dengan adanya penggolongan tersebut. Menurut
Mulyadi, biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :4 1.
Klasifikasi biaya menurut obyek pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan
dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah
bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan
bakar disebut biaya bahan bakar. Contoh penggolongan biaya dalam
perusahaan kertas adalah sebagai berikut : Biaya merang , biaya
jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin,
biaya asuransi, biaya bunga dan biaya zat pewarna.
2. Klasifikasi biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan.
Biaya dapat diklasifikasikan menurut fungsi pokok dalam
perusahaan. Dalam perusahaan manufaktur , klasifikasi biaya seperti
ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : a. Biaya Produksi
Biaya produksi adalah semua biaya yang terjadi untuk mengolah
bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Biaya
produksi mencakup semua biaya baik langsung maupun tidak langsung
yang berhubungan dengan proses produksi yang mengolah bahan baku
(Raw material) menjadi barang jadi (Finished goods). Biaya produksi
terdiri dari beberapa bagian, yaitu : 1). Biaya Bahan Langsung
Biaya bahan langsung adalah semua biaya bahan yang merupakan
bagian yang integral dari produk jadi. Jadi tidak semua biaya biaya
bahan dapat dikategorikan sebagai biaya bahan langsung, bahan bahan
yang kecil jumlahnya dalam produksi suatu barang, misalnya : biaya
lem dalam perusahaan sepatu adalah bukan termasuk dalam biaya bahan
langsung, tetapi merupakan biaya bahan baku tidak langsung.
2). Biaya / Upah Tenaga Kerja Langsung
Biaya / upah tenaga kerja langsung yaitu semua biaya yang
dikeluarkan untuk upah tenaga kerja langsung, yang berhubungan
secara langsung dengan kegiatan produksi suatu barang, misalnya:
biaya tenaga kerja karyawan yang mengoperasikan mesin produksi dan
lainnya. Sedangkan biaya penjaga malam, mandor, bukan termasuk
dalam biaya tenaga kerja langsung, karena mereka tidak terlibat
langsung dalam kegiatan produksi.
3). Biaya Umum Pabrik (Factory Over Head)
Biaya umum pabrik adalah semua biaya yang tidak termasuk ke
dalam biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya
umum pabrik terdiri dari biaya umum tidak langsung lainnya yang
juga berhubungan dengan produk yang dihasilkan. Yang termasuk dalam
biaya ini antara lain: biaya benang pada perusahaan garment,
dikategorikan sebagai biaya bahan penolong bukan biaya bahan
langsung, selain itu jumlahnya juga relatif kecil dibandingkan
secara keseluruhan dari produk yang dibuat. Biaya bahan
-
------------------------------------------------------------------------------------------
Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati.,
SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi
11
baku langsung dan tenaga kerja langsung biasanya disebut sebagai
Prime Cost (Biaya Utama), sedangkan biaya Umum Pabrik sering
dikatakan sebagai Biaya Konversi (Conversion Cost), yaitu biaya
yang dikeluarkan untuk mengkonversikan bahan baku menjadi produk
jadi. b. Biaya Pemasaran Biaya pemasaran adalah merupakan seluruh
biaya yang terjadi / dikeluarkan untuk melaksanakan kegiatan
pemasaran produk dalam rangka penjualan produk. Contoh : biaya
iklan, promosi, biaya angkutan dari gudang penjual ke gudang
pembeli, gaji karyawan bagian pemasaran, biaya sample barang yang
dibagikan secara cuma -cuma dan biaya lainnya yang berhubungan
dengan kegiatan pemasaran barang yang dijual. c. Biaya Administrasi
dan Umum Biaya biaya yang tidak termasuk dalam biaya produksi dan
pemasaran ditampung kedalam biaya administrasi dan umum. Disini
harus dijelaskan dan dibedakan antara biaya umum pabrik dengan
biaya umum perusahaan. Yang dimaksud disini adalah biaya umum
perusahaan yang tidak mempunyai sangkut paut secara langsung
terhadap kegiatan produksi. Biaya administrasi dan umum merupakan
biaya biaya yang dipergunakan untuk mengkoordinasikan kegiatan
produksi dengan kegiatan pemasaran barang. Contoh dari biaya
administrasi dan umum ini antara lain adalah: biaya gaji karyawan
bagian keuangan, biaya pemasaran akuntan publik, biaya foto copy
dan biaya biaya lainnya yang mendukung kegiatan administrasi dan
umum.
Kedua biaya tersebut ( Biaya Pemasaran dan Biaya Administrasi
dan Umum ) dikenal sebagai Biaya Komersial. 3. Klasifikasi Biaya
Menurut Hubungan
Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai Klasifikasi biaya menurut
hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk
atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai,
biaya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu : a. Biaya
Langsung (Direct Costing) Biaya langsung adalah biaya yang terjadi
yang disebabkan oleh adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu
yang dibiayai tersebut tidak ada, maka dapat disimpulkan bahwa
biaya langsung ini juga tidak ada. Dengan demikian biaya langsung
mudah dikenali atau diidentifikasikan keberadaannya. Biaya
produksi langsung misalnya adalah biaya bahan baku dan tenaga
kerja langsung yang berkaitan dengan produksi suatu barang atau
jasa. Sedangkan contoh biaya departemen langsung, misalnya adalah
biaya tenaga kerja departemen pemeliharaan taman adalah merupakan
biaya departemen langsung bagi departemen pemeliharaan taman dan
lain sebagainya. b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) Biaya
tidak langsung adalah biaya yang terjadi secara tidak langsung
dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya ini juga dikenal dengan nama
biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. Contoh
yang sederhana mengenai biaya ini adalah: biaya gaji mandor yang
mengawasi pembuatan suatu produk, biaya bahan penolong, biaya
asuransi pabrik, biaya depresiasi mesin dan peralatan pabrik. 4.
Klasifikasi Biaya Menurut
Variabelitasnya Biaya yang digolongkan ke dalam bagian ini dapat
dibagi menjadi 4 bagian yaitu : a. Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah ubah
sebanding (proportional) dengan volume kegiatan yang dilakukan.
Contoh : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan lain
lain. Contoh dalam bentuk angka adalah sebagai berikut : *Produksi
normal 1000 unit *Biaya bahan langsung yang dikeluarkan Rp.
1.000.000,- Maka biaya bahan langsung per unitRp. 1.000,- Produksi
mengalami kenaikan sebesar 500 unit, maka total biaya tambahan yang
dikeluarkan adalah : Rp. 1000,- x 500 unit = Rp. 500.000,- b. Biaya
Semi Variabel Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak
sebanding dengan volume kegiatan yang dilakukan. Biaya semi
variabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel. Contoh :
pada produksi 1000 unit biaya semi variabel yang dikeluarkan
sebesar Rp. 350.000,-, sedangkan pada produksi 2000 unit biaya semi
variabel yang dikeluarkan sebesar Rp. 525.000,- Dari data diatas
diketahui bahwa perubahan biaya yang terjadi tidak sebanding dengan
perubahan volume produk yang dihasilkan. c. Biaya Tetap (Fixed
Cost)
-
------------------------------------------------------------------------------------------
Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati.,
SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi
12
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak berubah
walaupun volume kegiatan yang dilakukan berubah. Bisa juga
dikatakan bahwa biaya tetap totalnya tidak tergantung kepada volume
produksi, biaya ini biasanya hanya berhubungan dengan waktu,
misalnya: biaya pembelian mesin dan lainnya. Contoh : Biaya tetap
yang dikeluarkan dalam satu periode akuntansi yang dilakukan adalah
sebesar Rp. 5.000.000,- dengan perincian : *Biaya Penyusutan Mesin
Rp. 2.500.000,- *Biaya Penyusutan Gedung Rp. 1.000.000,- *Biaya
Asuransi Rp. 1.000.000,- *Biaya Penyusutan Aktiva Tetap lainnya Rp.
500.000,- d. Biaya Semi Tetap (Semi Fixed) Biaya semi tetap adalah
biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah
dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
5. Klasifikasi Biaya Menurut Jangka Waktu Manfaatnya. Atas dasar
jangka waktu manfaatnya, biaya dapat digolongkan menjadi dua
bagian, yaitu : a. Pengeluaran Modal (Capital
Expenditure) Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai masa
manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pada waktu perolehan /
saat terjadinya dibebankan sebagai harga pokok pada aktiva tersebut
dan dibebankan dalam tiap tiap tahun dalam bentuk depresiasi,
deplesi atau amortisasi. Contoh : pengeluaran yang digunakan untuk
pembelian aktiva tetap, seperti pembelian mesin mesin produksi dan
pengeluaran yang digunakan untuk pembelian peralatan pabrik
lainnya.
b. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure) Pengeluaran
pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode
akuntansi terjadinya tersebut. Pada waktu perolehan / saat
terjadinya ini pengeluaran pendapatan dibebankan sebagai biaya dan
dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran
biaya tersebut. Contoh : biaya iklan, biaya telex dan biaya lainnya
yang sejenis dengannya.
B. Konsep Biaya Standard Penetapan biaya standar dalam
suatu perusahaan sebenarnya adalah merupakan salah satu cara
atau tehnik dari manajemen perusahaan yang pada prinsipnya
bertujuan tidak lain untuk
mengarahkan perhatian atau attention directing pada perencanaan
dan pemberian umpan balik mengenai masing masing dari biaya.
Penetapan biaya standar juga dapat dipergunakan sebagai salah satu
cara dari pada manajemen dalam rangka pengendalian biaya biaya
produksi agar dapat diterapkan lebih efisien. 1. Pengertian Biaya
Standar dan Harga Pokok Standar
Agar pengendalian dan pengawasan terhadap biaya biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi dapat terkendali dan terkontrol
dengan baik, maka perlu ditetapkan suatu prinsip yang dapat
mewujudkan suatu tujuan di atas. Salah satu prinsip perhitungan
biaya adalah perhitungan biaya yang ditentukan sebelumnya yang
merupakan biaya yang seharusnya dikeluarkan dalam memproduksi suatu
barang. Konsep biaya yang mempunyai klasifikasi seperti itu yang
merupakan pedoman bagi manajemen untuk mengetahui berapa besar
biaya yang seharusnya dikeluarkan disebut biaya standar atau
standard cost. C.T. Hongren mengemukakan bahwa : biaya standar
adalah biaya yang telah ditentukan lebih dahulu secara teliti
sekali, dan harus bisa dilaksanakan. Biasanya dinyatakan dalam
unit. Kemudian dikatakan pula bahwa biaya standar adalah batu
bangunan untuk membuat kontruksi yang disebut sistem anggaran dan
sistem umpan balik.5
Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang
merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat
suatu satuan produk atau untuk membiayai suatu kegiatan tertentu
dibawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor faktor lain
tertentu.6
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya standar
adalah merupakan biaya yang ditentukan sebelum produksi berjalan
yang merupakan biaya yang seharusnya dikeluarkan dalam memproduksi
suatu barang.
Dari definisi biaya standar dapat diketahui bahwa harga pokok
standar adalah harga pokok yang ditentukan di muka yang merupakan
harga pokok seharusnya untuk membuat satu satuan produk atau
membiayai proses produksi
-
------------------------------------------------------------------------------------------
Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati.,
SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi
13
tertentu dibawah kondisi ekonomis dan faktor faktor tertentu
lainnya.
Pada dasarnya, standar dapat digolongkan atas tingkat keketatan
atau kelonggaran. Maksud dari pengetatan disini adalah adanya
penghematan atau pengefisienan biaya produksi, sedangkan
kelonggaran adalah tersedianya dana yang cukup untuk aktifitas atau
biaya produksi. Adapun macam macam standar yang dimaksud adalah
sebagai berikut : a. Standar Teoritis atau Standar Ideal Yaitu
standar yang ideal yang dalam pelaksanaannya sulit untuk dicapai.
Asumsi yang mendasari standar teoritis ini adalah bahwa standar
merupakan tingkat yang paling efisien yang dapat dicapai oleh para
pelaksana. b. Rata rata Biaya Waktu yang Lalu. Jika biaya standar
ditentukan dengan menghitung rata rata biaya periode yang telah
lampau, standar ini cenderung merupakan standar yang longgar
sifatnya. Rata rata biaya waktu yang lalu dapat mengandung unsur
biaya biaya yang tidak efisien yang tidak boleh dimasukkan ke dalam
unsur dari biaya standar. Contoh : Biaya standar pada waktu yang
lalu ditetapkan sebesar Rp. 7.500,- per unit produk jadi, maka
untuk periode berikutnya berdasarkan periode yang lalu ditentukan
standar per unit produk jadi sebesar Rp. 7.750,-. c. Standar
Normal
Standar normal adalah standar yang didasarkan atas dasar
taksiran biaya di masa yang akan datang dengan asumsi keadaan
ekonomi dan kegiatan yang normal, yang pada hakekatnya merupakan
standar yang didasarkan kepada rata rata biaya di masa lalu yang
disesuaikan dengan taksiran keadaan biaya dimasa yang akan datang.
Standar ini cocok untuk pengambilan keputusan untuk jangka waktu
yang panjang. Contoh : Penetapan Biaya Standar rata rata pada
periode 2005 sebesar Rp. 7.500,- per unit, diramalkan pada tahun
yang akan datang ( 2006 ) akan mengalami kenaikan sebesar 10% dari
biaya pada tahun sebelumnya. Maka biaya standar rata rata pada
tahun 2006 adalah sebesar : Rp. 7.500,- + 10%(Rp. 7.500,-) = Rp.
8.250,-
d. Pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai (Attainable High
Performance)
Standar yang didasarkan pada tingkat pelaksanaan terbaik yang
dapat dicapai dengan memperhitungkan ketidakefisienan kegiatan yang
tidak dapat dihindari kejadiannya. Standar ini banyak digunakan dan
merupakan kriteria yang paling baik untuk menilai kegiatan. Contoh
: Standar jam kerja yang ditetapkan dalam suatu produksi didasarkan
dengan pertimbangan rata rata masuk pegawai, jumlah pegawai dan
lain sebagainya.
Secara garis besar, harga pokok dapat diartikan sebagai
penjumlahan dari berbagai macam biaya sehubungan dengan adanya
proses produksi atau kegiatan memproduksi barang/jasa dan atau
membeli barang yang bertujuan untuk dijual kembali. 2. Tujuan dan
manfaat harga pokok standar Tujuan dan manfaat yang utama dalam
perhitungan biaya standar untuk menentukan harga pokok standar
dalam suatu perusahaan adalah untuk pengendalian atas biaya biaya
yang terjadi, khususnya biaya biaya produksi. Hal ini biasanya juga
ditetapkan untuk mengetahui dan memperhitungkan ketidak efisienan
dari operasi perusahaan yang tidak dapat dihindarkan. Menurut
Mulyadi, manfaat penentuan biaya standar dalam harga pokok standar
adalah sebagai berikut :8 a. Merupakan alat yang penting
didalam
menilai pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Apabila ia ditentukan secara realistis, hal ini akan merangsang
pelaksana dalam melaksanakan pekerjaannya dengan efektif, karena
pelaksana telah mengetahui bagaimana pekerjaan seharusnya
dilaksanakan dan pada tingkat biaya berapa pekerjaan itu
dilaksanakan.
b. Memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang
seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu sehingga
memungkinkan mereka melakukan pengurangan biaya dengan cara
perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja dan kegiatan yang
lain.
Harga pokok standar dapat dipakai sebagai dasar penilaian
terhadap harga pokok yang sebenarnya, karena harga
-
------------------------------------------------------------------------------------------
Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati.,
SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi
14
pokok standar merupakan harga pokok seharusnya pada kondisi
kondisi tertentu.9 Sedangkan manfaatnya menurut C.T. Horngren,
standar biasanya mempunyai dampak motifasi yang sangat diinginkan,
karena disamping sebagai tujuan akuntansi, dapat dipergunakan pula
dalam perencanaan biaya atau pengendalian prestasi kerja departemen
khususnya dan seluruh pekerja pada umumnya.10 Sedangkan menurut
Adolph Matz dan Milton F. Usry, sistem biaya standar mempunyai
manfaat adalah sebagai berikut : 11 1. Menetapkan anggaran
Dengan adanya penetapan biaya standar maka secara otomatis
merupakan ketetapan anggaran terhadap suatu produksi yang akan
dilakukan.
2. Mengendalikan biaya, memotifasi dan mengukur efisiensi.
Dengan adanya penetapan biaya standar maka secara langsung
merupakan alat kendali bagi biaya. Dengan adanya pengendalian biaya
tersebut akan mendorong manajemen untuk lebih mengefisiensikan
biaya yang akan dikeluarkan.
3. Menyederhanakan prosedur penetapan biaya dan mempercepat
laporan penyajian biaya. Dengan adanya penetapan biaya standar,
maka prosedur yang diperlukan akan lebih mudah, dengan demikian
akan mempercepat mengetahui laporan tentang biaya biaya.
4. Membebankan biaya ke persediaan bahan, barang dalam proses
dan barang jadi.
5. Memberikan dasar bagi penentuan tender dan kontrak serta
harga jual. Biaya standar dapat menjadi tolok ukur bagi penerimaan
kontrak, tender serta penentuan harga jual produk.
D. Penentuan Biaya Standard Penetapan biaya standard merupakan
hasil kerja bersama antara berbagai bagian dalam perusahaan
seperti: bagian tehnik, kontrol produksi, akuntansi dan bagian
gudang, yang ditetapkan dengan cermat dan teliti.
Dalam sistem harga pokok standard, biasanya hanya kuantumnya
saja yang dicatat dalam kartu persediaan, sehingga untuk menentukan
harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi dapat
dilakukan setiap akhir bulan dengan cara: mengalikan jumlah bahan
baku yang dipakai dengan harga standard persatuan, tetapi harus
diimbangi dengan biaya tambahan untuk penetapan standard serta
perbaikannya. Biaya standard dapat digunakan baik dalam metode
harga pokok pesanan maupun metode harga pokok proses. Tetapi perlu
diperhatikan apabila suatu perusahaan manufacture melakukan
sejumlah besar pekerjaan yang berbeda dalam jangka waktu yang
relatif pendek, dalam hal ini penentuan harga pokok standard tidak
lagi praktis. Seperti telah disebutkan bahwa, harga pokok standard
dapat digunakan dalam perusahaan yang aktivitasnya bersifat rutin
dan berulang ulang serta produknya telah distandarisasikan. Dengan
kata lain harga pokok standard tidak lagi layak dipakai bagi
perusahaan besar yang kegiatannya bervariatif dalam waktu yang
relatif pendek. Berikut ini akan dibahas prosedur penentuan harga
pokok standard yang dibagi dalam tiga bagian : 1. Standard biaya
bahan baku, terdiri atas : a. Input fisik yang diperlukan untuk
memproduksi sejumlah output fisik tertentu, atau disebut juga
kwantitas standard.
b. Harga pokok persatuan input fisik tersebut, atau disebut juga
harga standard.
Penentuan standard kwantitas
bahan baku dimulai dari penetapan spesifikasi produk, baik
mengenai ukuran, bentuk, warna, karakteristik pengolahan produk
maupun kwalitas produk. Kemudian kwantitas standard bahan baku
dapat ditentukan melalui penyelidikan tekhnis dan analisa catatan
catatan masa lalu dengan cara : 1) Menghitung rata rata
pemakaian
bahan baku untuk produk atau pekerjaan yang sama dalam periode
tertentu di masa lalu.
2) Menghitung rata rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan
pekerjaan yang paling baik dan yang paling buruk di masa lalu.
-
------------------------------------------------------------------------------------------
Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati.,
SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi
15
3) Menghitung rata rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan
pekerjaan yang paling baik.
Untuk mengubah kwantitas
standard bahan baku menjadi biaya bahan baku standard, maka
perlu ditentukan harga standard bahan baku. Harga standard ini
biasanya ditentukan dari daftar harga suplier, katalog atau
informasi sejenis dan informasi lainnya yang tersedia, berhubungan
dengan kemungkinan perubahan harga harga tersebut di masa
depan.
Apabila ongkos angkut dan biaya pengurusan bahan baku yang lain
dibebankan kepada bahan baku, maka harga standard tersebut harus
pula memperhitungkannya. Begitu pula terhadap potongan pembelian
yang diperkirakan akan diperoleh dari suplier, maka hal ini harus
dikurangkan dari harga beli bruto dalam menetapkan harga
standard.
Contoh : Harga beli Rp 1.000,- persatuan Ongkos angkut Rp 150,-
Dikurangi : Potongan Pembelian Rp 50,- Harga standard bahan baku Rp
1.100,- persatuan
Sedangkan harga yang dipakai sebagai harga standard dapat berupa
: 1). Harga yang diperkirakan akan berlaku
di masa yang akan datang, biasanya untuk jangka waktu satu
tahun.
2). Harga yang berlaku pada saat penyusunan standard.
3). Harga yang diperkirakan merupakan harga normal untuk jangka
panjang.
Harga mana yang akan dipilih, sebagian tergantung dari fluktuasi
yang diperkirakan akan terjadi atau disesuaikan dengan tujuan dari
penggunaan biaya standard. 2. Standard Biaya Tenaga Kerja, terdiri
dari : a. Standard Jam Tenaga Kerja. Yang harus diperhatikan
dalam
menentukan jam tenaga kerja standard adalah :
1). Tata letak pabrik (plan layout) yang efisien dengan
peralatan yang modern sehingga dapat dilakukan produksi yang
maksimum dengan biaya yang minimum.
2). Pengembangan staff perencanaan produksi, routing, scheduling
dan dispatching, agar proses produksi berjalan dengan lancar dan
tidak simpang siur.
3). Pembelian bahan baku harus direncanakan dengan baik,
sehingga tersedia pada saat dibutuhkan untuk produksi.
4). Standarisasi kerja karyawan dan metode metode kerja dengan
instruksi instruksi dan latihan yang cukup bagi karyawan, sehingga
proses produksi berjalan dengan lancar dibawah kondisi yang paling
baik.
Standar jam kerja dapat ditentukan
dengan cara : 1). Menghitung rata rata jam kerja yang
dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari kartu harga pokok (Cost
Sheet) periode yang lalu.
2). Membuat test-run operasi produksi di bawah keadaan normal
yang diharapkan.
3). Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja
karyawan di bawah keadaan nyata yang diharapkan.
4). Mengadakan taksiran yang reasonable, yang didasarkan pada
pengalaman dan pengetahuan operasi produksi dan produk.
Disamping beberapa cara tersebut diatas, penentuan jam kerja
standard perlu diperhitungkan kelonggaran waktu istirahat,
penundaan kerja yang tidak dapat dihindari (seperti : menunggu
bahan baku, perbaikan dan pemeliharaan mesin) dan faktor faktor
kelelahan kerja. b. Standard Tarif Upah. Dalam menentukan standard
tarif upah, diperlukan suatu pengetahuan diantaranya mengenai :
kegiatan yang dijalankan, tingkat kecepatan tenaga kerja yang
diperlukan dan rata rata upah pekerja yang diperkirakan. Tarif upah
standard dapat ditentukan atas dasar : 1). Penyatuan kontrak atau
ikatan kontrak
antara perusahaan dengan pekerja. 2). Data upah masa lalu yang
dapat
digunakan sebagai tarif upah standard yang dihitung melalui
metode : rata rata hitung, rata rata tertimbang atau median
daripada upah pekerja masa lalu.
3). Perhitungan tarif upah dalam keadaan normal.
4). Standard tarif upah perusahaan sejenis. 5). Standard tarif
upah minimum yang
ditetapkan pemerintah. 3. Standard Biaya Overhead Pabrik Tarif
overhead standard dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead
-
------------------------------------------------------------------------------------------
Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati.,
SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi
16
yang dibudgetkan pada kapasitas normal. Tarif overhead standard
ini meliputi unsur biaya overhead pabrik variabel dan tetap.
Manfaatnya adalah untuk penentuan harga pokok produk dan
perencanaan. Agar supaya tarif overhead standard ini dapat
bermanfaat untuk pengendalian biaya biaya, maka tarif ini harus
dipisahkan kedalam tetap dan variabel. Dalam sistem harga pokok
standard, pengendalian biaya overhead pabrik perlu dibuatkan
fleksibel budget, yaitu budget biaya untuk beberapa kisaran (range)
dan memperlakukan biaya overhead tetap sebagai biaya yang jumlah
totalnya tetap dalam volume tertentu. Sedangkan tarif overhead
standard menggabungkan biaya tetap dan variabel dalam suatu tarif
yang didasarkan pada tingkat kegiatan tertentu, akibatnya dalam
tarif overhead ini semua biaya overhead diperlakukan sebagai biaya
variabel. Dilain pihak fleksibel budget memisahkan faktor faktor
biaya tetap seperti telah disebutkan diatas. Biaya utama yang
temasuk dalam kelompok biaya pabrik standard nantinya akan
membentuk biaya produksi atau harga pokok standard barang yang
diproduksikan (Standard Cost of Goods Manufactured) serta harga
pokok penjualan (Cost of Good Sold). Sedangkan biaya utama yang
termasuk dalam kelompok biaya administrasi dan biaya penjualan,
secara bersama sama sering disebut biaya komersial (Comercial
Expenses). E. Analisis Selisih
Untuk mengetahui berbagai macam penyebab terjadinya selisih
antara biaya yang telah ditetapkan (biaya standard) dengan biaya
biaya yang seharusnya dikeluarkan, maka perlu dilakukan analisa
selisih.12
Analisa selisih penting dilakukan agar manajemen dapat menilai
kembali penetapan biaya biaya standard yang berkaitan dengan biaya
yang dikeluarkan pada saat proses produksi berlangsung. Hal ini
memungkinkan manajemen melakukan perhitungan harga pokok produksi
dengan tepat, sehingga selisih yang terjadi tidak terlalu
berpengaruh terhadap penentuan harga jual barang yang dihasilkan.
Sehubungan dengan hal ini, berikut akan diuraikan selisih biaya
yang terjadi dari masing masing jenis biaya yang telah dibahas
sebelumnya. 1. Selisih Biaya Bahan Baku
Ada dua macam selisih biaya bahan baku, yaitu : selisih harga
bahan dan selisih pemakaian bahan. Yang perlu diperhatikan dalam
menghitung dua macam selisih ini adalah : * Jumlah fisik bahan baku
yang sesungguhnya dipakai *Harga sesungguhnya bahan baku persatuan
*Jumlah fisik yang dipakai menurut standard *Harga standard bahan
baku persatuan a. Selisih Harga Bahan Baku (Materials Price
Variance) Selisih harga bahan baku dapat ditentukan dengan
mengambil harga rata rata masing masing jenis bahan selama periode
satu bulan atau satu tahun. Biaya rata rata dimasa lalu masih
dikoreksi dengan faktor faktor yang menurut taksiran dapat merubah
situasi pasar dalam tahun buku yang dihadapi. Karena faktor harga
merupakan faktor ekstern yang uncontrolable, maka apabila terjadi
harga sesungguhnya lebih tinggi dari harga standard, akan terjadi
penyimpangan harga. Oleh karena itu harus diselidiki, apakah hal
ini disebabkan oleh kesalahan bagian pembelian atau memang
disebabkan oleh faktor ekstern. b. Selisih Pemakaian Bahan Baku
(Materials Used Variance) Biasanya terlebih dahulu dianalisa jenis
dan kwalitas bahan yang akan dipakai, selanjutnya ditentukan
ukuran, bentuk dan kwalitas yang paling ekonomis, dengan tidak
melupakan ampas (waste), penguapan (evaporation) yang tidak dapat
dihindarkan, sehingga secara wajar memang harus dimasukkan sebagai
unsur biaya dalam biaya standard.
Rumus untuk menghitung kedua selisih tersebut diatas masing
masing adalah sebagai berikut : Selisih harga bahan baku :
Jumlah
fisik bahan baku yang sesungguhnya dipakai X (Harga bahan baku
persatuan menurut standard Harga sesungguhnya bahan baku
persatuan).
Selisih pemakaian bahan baku : Harga standard bahan baku
persatuan X (Kwantitas standard bahan baku yang dipakai Kwantitas
sesungguhnya bahan baku yang dipakai).
2. Selisih Biaya Tenaga Kerja Selisih biaya tenaga kerja
terdiri
dari : selisih tarif upah dan selisih efisiensi. Dan untuk
menghitung selisih biaya tenaga kerja dibutuhkan data :
-
------------------------------------------------------------------------------------------
Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati.,
SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi
17
Jam kerja sesungguhnya Tarif upah sesungguhnya Jam kerja
standard Tarif upah standard a. Selisih Tarif Upah Untuk menetapkan
standard upah, biasanya diambil upah untuk masing masing pekerjaan
di waktu yang lampau setelah disesuaikan dengan indeks biaya hidup.
Selisih biaya tenaga kerja langsung sama perhitungannya dengan
selisih biaya bahan, bedanya : kwantitas bahan diukur dengan satuan
Kg, Liter, Meter dan sebagainya. Sedangkan kwantitas tenaga kerja
yang dinyatakan dengan jam kerja atau hari kerja yang pada akhirnya
dapat menimbulkan selisih efisiensi. Kalau pada bahan dipergunakan
harga bahan, pada tenaga kerja langsung dipergunakan upah langsung,
sehingga selisih dapat disebut selisih upah tenaga kerja langsung
(Selisih Upah TKL). b. Selisih Efisiensi Upah Mula mula harus
dianalisa bagaimana dapat menyelesaikan pekerjaan yang bersangkutan
dengan tenaga / pekerja sedikit mungkin. Demikian pula harus
diperhitungkan waktu yang dibutuhkan untuk istirahat dan kebutuhan
waktu untuk keperluan pribadi. Kemudian ditentukan hasil yang dapat
dicapai oleh seorang pekerja dengan ketrampilan dan usaha yang
normal. Rumus untuk menghitung selisih tarif upah dan selisih
efisiensi adalah: Selisih Tarif Upah : Jam kerja
sesungguhnya X (Tarif upah standard Tarif upah
sesungguhnya).
Selisih Efisiensi Upah : Tarif upah standard X (Jam kerja
standard Jam kerja sesungguhnya).
3. Selisih Biaya Overhead Pabrik Tarif overhead standard
dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead yang dibudgetkan pada
kapasitas normal dengan kapasitas normal. Selisih biaya overhead
pabrik merupakan selisih antara overhead pabrik sebenarnya dengan
biaya overhead pabrik standard yang tejadi pada tingkat produksi
yang ingin dicapai. Ada tiga metode perhitungan penyimpangan
overhead, yaitu : a. Metode Dua Selisih, dalam metode ini
biaya overhead pabrik dibagi menjadi : 1). Selisih terkendali
(Controllable
Variance) Selisih terkendali adalah perbedaan biaya overhead
sesungguhnya yang
dikeluarkan dengan biaya overhead yang dibudgetkan pada jam
standard.
2). Selisih volume (Volume Variance) Sedangkan selisih volume
merupakan perbedaan antara biaya overhead yang dibudgetkan pada jam
standard dengan biaya overhead yang dibebankan ke rekening barang
dalam proses (Jam kerja standard x Tarif overhead standard).
b. Metode Tiga Penyimpangan, terdiri dari :
1). Selisih pengeluaran (Spending Variance) Selisih ini
disebabkan karena pengeluaran biaya overhead pabrik yang lebih
besar atau lebih rendah dari biaya overhead pabrik yang dibudgetkan
pada kapasitas yang dicapai. Rumus perhitungan selisih pengeluaran
adalah : Biaya overhead pabrik yang dibudgetkan Biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya dikeluarkan.
2). Selisih kapasitas menganggur (Idle Capacity Variance)
3). Selisih efisiensi (Efficiency Variance) c. Metode Empat
Penyimpangan , terdiri
dari : 1). Selisih pengeluaran (Spending Variance) 2). Selisih
efisiensi variabel (Variable
Efficiency Variance) 3). Selisih efisiensi tetap (Fixed
Efficiency
Variance) 4). Selisih kapasitas menganggur (Idle
Capacity Variance) Metode empat selisih merupakan perluasan
metode tiga selisih. Jenis dan cara perhitungan selisih sama,
kecuali pada perhitungan selisih efisiensi. Dimana dalam metode
empat selisih, selisih efisiensi dibagi menjadi dua, yaitu selisih
efisiensi tetap dan selisih efisiensi variabel. Sebab sebab
terjadinya selisih adalah : 1. Penyimpangan Harga Bahan :
a. Baik tidaknya syarat syarat dalam kontrak pembelian.
b. Adanya perubahan harga pasar yang tidak terduga.
c. Tinggi rendahnya ongkos angkut dengan besarnya pembelian yang
diharapkan.
d. Jujur tidaknya bagian pembelian. 2. Penyimpangan Kwantitas
Bahan :
a. Pemakaian bahan pengganti dengan mutu yang berbeda. b. Baik
tidaknya pengawasan proses produksi yang dilakukan. c. Ketrampilan
pekerja. d. Sistem kerja.
-
------------------------------------------------------------------------------------------
Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati.,
SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi
18
3. Penyimpangan Upah Tenaga Kerja Langsung : a. Perubahan
tingkat upah pada
umumnya. b. Sukar tidaknya memperoleh tenaga
kerja. 4. Penyimpangan Jam Tenaga Kerja Langsung : a. Terampil
tidaknya pekerja. b. Lama tidaknya waktu menunggu bahan
dan peralatan. c. Mutu kesehatan para pekerja. d. Baik tidaknya
pengawasan. 5. Penyimpangan Kapasitas Menganggur : a. Penyebab yang
terkendali 1) Karyawan menungggu pekerjaan 2) Kekurangan alat,
operator, atau
instruksi kerja. b. Penyebab diluar kendali 1) Permintaan barang
naik/turun,
sehingga produksi ikut naik/turun. 2) Kapasitas produksi
berlebihan. 6. Penyimpangan Efisiensi : a. Boros tidaknya pemakaian
bahan. b. Boros tidaknya jam kerja. 7. Penyimpangan Pengeluaran :
a. Mutu bahan. b. Mutu tenaga kerja. c. Baik tidaknya syarat
pembelian bahan. F. Konsep Penentuan Harga Jual Konsep penentuan
harga jual adalah pendekatan umum lainnya yang dipakai oleh banyak
perusahaan dalam strategi penjualan. Pada jaman dulu orang orang
memproduksi barang barang untuk saling ditukarkan (barter). Dalam
sistem ini perlu ditetapkan nilai dari barang barang yang
ditukarkan, yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Kini
setelah orang mengenal uang, maka uang digunakan sebagai alat tukar
dan nilai dari barang barang yang ditukarkan dinyatakan dalam nilai
uang. Sehubungan dengan hal tersebut maka ditetapkan harga dari
barang barang yang ditukarkan. Konsep penentuan harga jual
merupakan variabel keputusan manajemen untuk memperoleh sejumlah
uang yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan untuk
memperoleh barang tersebut, dengan maksud perusahaan agar dapat
memperoleh nilai pengganti dari segala sesuatu yang telah
dikorbankan, termasuk memperoleh kelebihan nilai pengganti yang
menjadi tujuan penentuan harga jual. 1. Penentuan Harga Jual
Bersaing
Salah satu dasar perusahaan untuk bersaing adalah harga. Oleh
karena itu perlu diperhatikan metode metode penetapan harga jual.
Biasanya harga ditetapkan oleh penjual dengan memperhatikan
beberapa faktor. Dalam penetapan harga ini para penjual menggunakan
dua metode dasar sebagai berikut :13 a. Setelah diketahui harga
pokok per unit,
biaya penjualan dan biaya biaya tak langsungnya, kemudian
ditambahkan laba yang dikehendaki. Jumlah harga pokok ditambah
biaya biaya dan laba menjadi harga jual dari barang yang
bersangkutan. Kemudian harga jual dibandingkan dengan harga
persaingan. Apakah penjual akan menetapkan harga jual ini dibawah
atau diatas harga persaingan, tergantung dari sifat barangnya dan
sifat persaingan itu sendiri.
b. Dalam situasi dimana persaingan menetapkan harga jual
tertinggi dari suatu barang tertentu, sehingga harga ini tidak
boleh dilampaui, maka produsen akan mengkalkulasi harga pokok dari
barangnya dengan harga jual tertinggi tersebut diatas. Dari
kalkulasi ini akan diketahui apakah dengan harga jual yang telah
ditetapkan itu masih diperoleh laba (keuntungan). Jika labanya
tidak memuaskan, maka ia tidak akan memproduksi barang tersebut.
Akan tetapi jika ternyata bahwa labanya masih cukup besar, ia masih
bisa menjual barangnya dengan harga yang lebih rendah dari harga
jual yang telah ditetapkan oleh saingan, sehingga ia dapat
bersaing.
2. Faktor-faktor yang mempenfaruhi
Penentuan Harga Jual Bersaing Dalam menetapkan harga jual
dari
suatu barang perlu diperhatikan satu atau beberapa faktor
sebagai berikut : a. Markup Percentage (Prosentase Biaya
dan Laba) Para pedagang besar dan eceran biasanya menggunakan
markup procentage dalam menetapkan harga jualnya. Markup ini
dinyatakan dalam prosen dari harga pokok atau harga jualnya dengan
menggunakan rumus rumus sebagai berikut :14 Harga pokok + Markup =
Harga Jual
Eceran
-
------------------------------------------------------------------------------------------
Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati.,
SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi
19
Harga Pokok = Harga Jual Eceran Markup
Markup = Harga Jual Eceran Harga Pokok
Markup perharga eceran = dinyatakan dalam % dari harga
eceran
Markup perharga pokok = dinyatakan dalam % dari harga pokok
Markup dalam % dari Eceran 100% - Markup dalam % = Markup dalam
% dari harga pokok
Markup dalam % dari harga pokok 100% + Markup dalam % dari harga
= Markup dalam % dari harga eceran
Markup terdiri dari biaya umum dan laba. Jadi harga pokok +
Markup = Harga Pokok + Biaya Penjualan + Biaya Umum + Laba = Harga
Jual. Contoh : Misal, harga pokok dari suatu barang besarnya
Rp.10.000,- markupnya 50% dari harga pokok. Harga jual dari barang
ini = Rp.10.000,- + (50% x Rp.10.000,-)= Rp.10.000,- + Rp.5.000,- =
Rp.15.000,- Jadi markupnya 50% dari harga jual, maka harga jual
dapat dihitung sebagai berikut : Harga jual = 100z Markup 50% x
100z = 50z Harga pokok 50z = Rp.10.000,- Jadi harga jual = 100/50 X
Rp.10.000,- = Rp 20.000,-
b. Price Lines (Rangkaian Harga harga) Price lines terdiri dari
suatu seri harga harga yang ditetapkan lebih dahulu dan hanya
dengan harga harga ini barang barang ditawarkan untuk dijual.
Misalnya, barang barang dalam suatu bagian hanya ditawarkan dengan
harga $1.95, $3.95 dan $5.95. Harga harga lainnya tidak boleh
dipasang. Dalam hal ini harga harga hanya berlaku untuk suatu
periode tertentu, misalnya 3 bulan, 6 bulan dan kemudian ditinjau
kembali. c. Suggested Prices (Harga harga yang
Disarankan) Kadang kadang para produsen mencantumkan harga jual
dari barang barangnya pada pembungkusnya. Para pedagang eceran
dalam menetapkan harga jual dapat berpedoman pada harga harga yang
telah ditentukan oleh produsen, akan tetapi dapat pula menyimpang.
d. Price Leadership (Pimpinan Harga) Dalam tiap cabang perusahaan
ada beberapa perusahaan yang memegang pimpinan dalam menetapkan
harga jual. Perusahaan perusahaan lainnya yang memproduksi barang
barang semacam dan bersaingan, menetapkan harga jual dari barang
barangnya dengan berpedoman pada harga harga yang ditetapkan oleh
perusahaan perusahaan yang memimpin. Misalnya dalam perdagangan
rokok. e. What the Traffic Will Bear (Daya Beli) Disini harga
ditetapkan berdasarkan kekuatan daya beli, sedangkan para
penjual menetapkan harga maksimum dari barang barangnya. f.
Demand Elasticity (Elastisitas Permintaan) Elastisitas ini
berhubungan dengan pengaruh perubahan harga dari suatu barang
terhadap banyaknya barang barang yang diminta. Jika perubahan
banyaknya barang barang yang diminta lebih dari perubahan harganya,
maka permintaan barnag barang itu elastis. Misalnya harga
diturunkan 10%, sedangkan banyaknya barang barang yang diminta naik
15%. Sebaliknya, jika perubahan banyaknya barang barang yang
diminta lebih kecil dari perubahan harga, maka permintaan barang
barang itu tidak elastis atau in-elastis. Misalnya harga barang
diturunkan 10%, sedangkan banyaknya barang barang yang diminta
hanya naik 6%. Aspek lainnya mengenai masalah elastisitas
permintaan adalah suatu gejala, dimana seorang konsumen pindah dari
barang A ke barang B, jika harga dari barang B turun. Dalam hal ini
total permintaan dari barang A tetap tidak berubah, akan tetapi
penjualan dari barang B telah naik. Gejala ini disebut Cross
Elasticity of Demand (Elastisitas Permintaan Silang). g. Monopoly
Price (Harga Monopoli) Monopoli berarti menguasai harga dari barang
yang diperdagangkan karena tidak ada persaingan. Di Indonesia ada
beberapa perusahaan yang memegang monopoli harga, antara lain
adalah Pertamina, PLN, TELKOM, PERUMKA dan lain lain. h.
Monopolistic Competition (Persaingan Monopolistic) Jika dua
perusahaan atau lebih menjual barang barang yang sejenis kepada
satu kelompok pembeli yang sama, maka disini terdapat persaingan.
Persaingan ini terdapat disemua tingkat aktivitas ekonomi, para
produsen, pedagang besar dan pedagang eceran. Yang dimaksud dengan
persaingan monopolistis adalah persaingan antara perusahaan
perusahaan yang mendiferensiasi barang barang hasil produksinya dan
masing masing memiliki monopoli tertentu, akan tetapi tetap harus
saling bersaingan untuk merebut pasarannya atau pembelinya. Sifat
monopolinya terdapat pada lokasi, merk dan nama dagang. Misalnya
perusahaan perusahaan kendaraan bermotor yang menjual bermacam
macam merk dan type mobil seperti : sedan, pick-up,
-
------------------------------------------------------------------------------------------
Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati.,
SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi
20
truck dan sebagainya. Demikian juga pada perusahaan perusahaan
rokok, minuman, sabun, pakaian, televisi, radio dan lain lain. Ada
beberapa politik harga yang biasanya digunakan oleh perusahaan
perusahaan, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Low Prices
(Harga harga rendah) Dalam hal ini perusahaan menetapkan harga
harga yang rendah terhadap barang yang dijualnya, setelah
disesuaikan dengan biaya biaya operasi dan laba yang rendah,
misalnya melalui Discount Houses. b. High Prices (Harga harga
tinggi) Penetapan harga ini merupakan kebalikan dari penetapan
harga diatas. Politik harga ini biasanya digunakan oleh Departement
stores, specialty stores dan perusahaan perusahaan industri yang
memproduksi barang barang yang berkualitas tinggi. c. Stable Prices
(Harga harga stabil) Politik harga ini biasanya dipakai untuk
jangka waktu tertentu tanpa memperhatikan naik atau turunnya biaya
operasi perusahaan. d. Odd Prices (Harga harga aneh) Sebagai contoh
paling dominan yang menggunakan politik harga ini adalah super
market (pasar swalayan). Misalnya harga suatu barang ditetapkan Rp
990,- atau Rp 430,- , tetapi bukan Rp 1.000,- atau Rp 450,-. Hal
ini dibuat karena perusahaan menyimpulkan bahwa calon pembeli akan
menganggap harga itu cukup murah, karena harganya berkisar Rp 90,-
dan Rp 30,-. e. Prices Discount (Potongan harga) Bagi perusahaan
yang ingin menjalankan politik harga ini dapat menggunakan 2
metode, yaitu : menurunkan harga jual satuan, misalnya harga suatu
barang Rp 1.000,- diturunkan menjadi Rp 900,- atau harga jual
satuan tidak diturunkan, akan tetapi memberikan potongan penjualan.
Misalnya pembeli yang membeli sejumlah barang tertentu atau dalam
batas maksimum yang ditentukan perusahaan, maka pembeli tersebut
akan memperoleh sejumlah potongan harga (Prices Discount) tertentu
pula. Pada dasarnya penentuan harga jual dilandasi atas dasar
kepentingan masing masing perusahaan setelah mempertimbangkan baik
faktor intern (perusahaan) atau faktor ekstern (situasi pasar,
konsumen dan lain sebagainya) seperti yang telah diuraikan
sebelumnya.
3. Harga Pokok Standard Sebagai Konsep Penentuan Harga Jual
Bersaing
Salah satu aspek penting dalam menentukan harga jual adalah
harga pokok atau biaya. Secara umum harga pokok dapat diartikan
sebagai penjumlahan dari beberapa macam biaya sehubungan dengan
kegiatan memproduksi barang atau jasa atau membeli barang yang
kemudian akan dijual kembali. Demikian halnya dengan harga pokok
standard, hanya macam macam biaya tersebut, sebelumnya telah
ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kondisi yang dianggap paling
tepat menurut perusahaan.
Atas dasar pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya
merupakan unsur atau komponen yang membentuk harga pokok. Yang mana
harga pokok ini adalah landasan bagi perusahaan dalam mengambil
keputusan terhadap penjualan, khususnya dalam menentukan harga
jual.
Pada kondisi pasar monopoli, harga pokok tidak terlalu
dipermasalahkan selama harga pokok ini dinilai wajar dan rasional.
Hal ini disebabkan karena baik barang atau jasa maupun harga jual
dikuasai oleh perusahaan karena tidak terdapat saingan. Penetapan
harga pokok standard pada kondisi pasar monopoli akan dirasa
penting apabila perusahaan ingin meningkatkan laba maupun kwalitas
barang atau jasa yang akan dipasarkan.
Lain halnya pada kondisi pasar bersaing, dimana banyak
perusahaan memproduksi barang atau jasa yang sejenis, harga
jualnyapun sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar itu sendiri. Salah
satu aspek yang perlu diperhatikan adalah harga pokok karena akan
berpengaruh terhadap penentuan harga jual. Dalam hal ini harga
pokok standard merupakan salah satu alternatif perusahaan industri
dalam menentukan harga jual bersaing. Oleh karenanya biaya biaya
standard sebagai komponen harga pokok standard harus ditetapkan
secermat mungkin, sehingga harga jual mampu bersaing dan bila perlu
mampu merebut dan menguasai pasar.
Usaha perusahaan untuk merebut atau menguasai pasar terhadap
penentuan harga jual melalui penetapan harga pokok standard, antara
lain dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Melakukan
pengendalian biaya melalui
biaya biaya standard yang akan dialokasikan sebagai biaya
produksi.
-
------------------------------------------------------------------------------------------
Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati.,
SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi
21
b. Menganalisa penyimpangan atau selisih biaya biaya standard
dengan biaya biaya yang seharusnya dikorbankan sebagai unsur harga
pokok standard.
c. Meningkatkan kapasitas produksi, baik dari segi sarana
peralatan dan mesin mesin maupun kemampuan para pekerja.
d. Menganalisa serta menilai kembali keputusan atau kebijakan
manajemen yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sehubungan dengan pemanfaatan
kapasitas produksi dan pengaruhnya terhadap harga pokok standard
dan harga jual, dalam kondisi permintaan pasar lagi sepi, ditandai
dengan banyaknya produsen menawarkan produk yang sejenis pada pasar
yang sama, sedangkan permintaan akan menurun. Dalam keadaan ini
produsen berusaha menurunkan harga jualnya serendah mungkin agar
produknya dapat terjual. Dalam kondisi seperti ini manajemen dapat
mempertimbangkan harga jual minimal sama dengan Harga Pokok
Standard Variabel.
Harga pokok standard variabel disini dimaksudkan bahwa harga
pokok produksi hanya memperhitungkan biaya produksi variabel saja
dalam memperhitungkan harga pokok produksi. Bila metode ini
dipakai, maka harga pokok produksi perunit menjadi relatif lebih
rendah. Maka secara langsung harga jual juga dapat ditentukan lebih
rendah, sehingga konsumen akan beralih ke harga jual yang rendah
ini. Metode perhitungan Harga Pokok Variabel ini biasanya disebut
Metode Harga Pokok Variabel (Variable Costing Method) atau Harga
Pokok Standard Langsung (Direct Costing Method). Menurut metode
ini, biaya yang termasuk kelompok Sunk Cost tidak dimasukkan dalam
perhitungan harga pokok. Sunk Cost diartikan biaya biaya yang sudah
terjadi yang tidak dapat dihindarkan walaupun perusahaan membuat
atau tidak membuat suatu keputusan, misalnya biaya depresiasi.
Sebaliknya bila permintaan perusahaan selagi masih ramai,
ditandai dengan kapasitas produksi yang tersedia tidak mampu
melayani permintaan pasar, maka perusahaan dapat menjual produknya
diatas harga pokok produksi penuh (Full Costing) ditambah dengan
markup tertentu.
Dari dua kondisi diatas, apabila perusahaan memilih informasi
Standard Harga Pokok Produksi, maka : a. Perusahaan memilih dasar
yang kuat
untuk menentukan harga jual yang bervariasi.
b. Dalam situasi pasar yang sangat bersaing dan kritis,
perusahaan dapat menentukan komponen atau elemen biaya dari suatu
harga pokok yang dapat ditekan agar harga pokok menjadi lebih
rendah. Kemudian dengan harga pokok yang rendah ini, perusahaan
dapat menjual dengan harga yang lebih rendah.
Disamping penetapan biaya biaya standard sebagai salah satu
alternatif perusahaan untuk mampu bersaing, tentunya faktor lain
yang menyangkut strategi pemasaran harus tetap diperhatikan. Secara
umum untuk memperoleh peluang pasar selain faktor biaya dan
pengendaliannya, ada beberapa faktor lainnya yang perlu
diperhatikan, diantaranya adalah : a. Menurunkan harga jual,
biasanya hal
ini dilakukan setelah perusahaan melakukan analisa pasar.
b. Meningkatkan standard kwalitas terhadap barang atau jasa yang
diproduksinya dengan tidak menaikkan harga.
c. Giat dalam melakukan promosi. d. Mampu menilai kondisi pasar
dan
memilih pasar sasaran. e. Mengembangkan strategi pemasaran
dan melakukan pengendalian terhadap usaha pemasaran.
f. Menganalisa kembali peluang pasar itu sendiri.
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di PT.LESTARI SANTIKA GARMENT, Jl.
Kaliabang Tengah No. 28 Bekasi Utara. Sedangkan penelitian skripsi
ini adalah memakan waktu kira kira 1 bulan yaitu terhitung dari
tanggal 01 Februari 2006 01 Maret 2006.
B. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh hasil penelitian yang signifikan dengan
permasalahan yang diteliti tentunya harus didukung dengan data yang
sesuai. Untuk itu perlu diketahui syarat syarat data yang baik
adalah sebagai berikut : 1. Valid artinya memiliki derajat
ketepatan antara data yang
-
------------------------------------------------------------------------------------------
Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati.,
SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi
22
sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan
oleh peneliti.
2. Reliabilitas artinya data yang dikumpulkan harus sesuai
dengan apa yang diteliti.
3. Objektivitas artinya data yang dicari harus sesuai dengan
keadaan yang sesungguhnya bukan data yang direkayasa. Sehingga
hasil yang diperoleh dari analisis yang dilakukan tidak bias dan
dapat mencerminkan keadaan yang sesungguhnya dan dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan suatu kebijakan.
Untuk itu penulis perlu melakukan hal hal sebagai berikut : 1.
Penentuan variabel variabel yang
diteliti. Dalam menulis skripsi ini penulis mengidentifikasikan
tentang variabel variabel yang diteliti dalam rangka penulisan
skripsi ini. Penulis meneliti tentang hal hal yang berhubungan
secara langsung dan tidak langsung dengan penggunaan prinsip biaya
standard dalam perusahaan, penentuan harga pokok produksi serta
penentuan dari harga jual produknya. Dengan demikian penulis dapat
lebih memfokuskan pada beberapa variabel di atas dalam penelitian
ini. 2. Pengumpulan data. Dalam pengumpulan data data yang
diperlukan dalam penelitian ini penulis mengelompokkan data menjadi
2 bagian, yaitu : a. Data Primer Data primer adalah data yang
didapatkan penulis dengan cara penelitian langsung kepada obyek
yang diteliti , yaitu dengan tehnik : 1). Questioner Yaitu cara
yang digunakan oleh penulis dalam mencari data dengan membuat
daftar pertanyaan dan diajukan kepada pihak perusahaan yang
berwenang untuk memberikan data yang diperlukan. 2). Interview
Yaitu cara yang digunakan penulis untuk memperoleh data dengan
jalan mewawancarai secara langsung kepada pihak yang bersangkutan
untuk memberikan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
3). Observasi Yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara pengamatan langsung ke lokasi , yakni dengan cara
melakukan pengamatan dan pencatatan
kegiatan perusahaan sehari hari guna mendapatkan data yang
diperlukan. b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang
didapatkan dari kegiatan membaca literatur literatur atau buku buku
yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti oleh
penulis. Data didapatkan dari membaca buku buku teori yang dimiliki
serta dengan membaca literatur literatur yang ada dalam
perpustakaan.
C. Teknik Analisa Data
Setelah seluruh data yang diperlukan terkumpul, selanjutnya
dilakukan analisis data dengan menggunakan metode kuantitatif dan
metode kualitatif.
1. Metode Kuantitatif. Yaitu dengan melakukan perhitungan pada
komponen komponen yang telah ditentukan berkaitan dengan penentuan
harga jual produk. Adapun metode yang digunakan dalam analisis
tersebut adalah sebagai berikut : a. Pemakaian bahan baku
sebenarnya :
Kuantitas bahan baku sebenarnya x Harga standard.
b. Perhitungan upah langsung sebenarnya Jam kerja sebenarnya per
produk x Tarif upah sebenarnya
c. Selisih harga bahan baku : Jumlah fisik bahan baku yang
sesungguhnya dipakai x (Harga bahan baku persatuan menurut standard
Harga sesungguhnya bahan baku persatuan).
d. Selisih pemakaian bahan baku : Harga standard bahan baku
persatuan x (Kwantitas standard bahan baku yang dipakai Kwantitas
sesungguhnya bahan baku yang dipakai).
e. Selisih tarif upah : Jam kerja sesungguhnya x (Tarif upah
standard Tarif upah sesungguhnya).
f. Selisih efisiensi upah : Tarif upah standard x (Jam kerja
standard Jam kerja sesungguhnya).
g. Harga jual produk : Harga pokok standard + Markup.
2. Metode kualitatif. Yaitu dengan menginterprestasikan hasil
dari perhitungan perhitungan dan memaparkan hasil penelitian secara
diskriptif terutama yang tidak dapat dijelaskan dengan angka
angka.
-
------------------------------------------------------------------------------------------
Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati.,
SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi
23
IV. ANALSIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penelitian 1. Penentuan
Harga Pokok Standard
Dengan Sistem Biaya Standadrd. Didalam menentukan harga
pokok
dengan sistem biaya standard seperti yang diuraikan pada
pembahasan sebelumnya, maka penentuan harga pokok yang dilakukan
oleh PT. LESTARI SANTIKA GARMENT tidak jauh berbeda dengan uraian
tersebut. PT. LESTARI SANTIKA GARMENT menggunakan metode
perhitungan harga pokok standard dengan didasari pada perhitungan
yang dilakukan dalam teori yang ada, walaupun tidak sesuai sekali
dengan teori yang ditulis.
PT. LESTARI SANTIKA GARMENT didalam melakukan proses produksinya
menggunakan sistem job order (proses produksi berdasarkan pesanan).
Begitu pula dengan perhitungan harga pokok dengan sistem biaya
standard juga didasarkan berdasarkan pesanan.
Seperti yang telah diuraikan di halaman sebelumnya bahwa
perusahaan ini memproduksi pakaian jadi baik untuk anak anak maupun
dewasa dengan berbagai model yang telah ada di dalam perusahaan.
Dan pembuatannya didasarkan pada pesanan yang ada. Walaupun
demikian kegiatan pesanan yang diterima hampir menyerupai kegiatan
rutin dengan adanya pesanan yang sama dalam beberapa selang waktu
yang tidak jauh bedanya.
Dalam perhitungan harga pokoknya perusahaan tidaklah menyimpang
jauh daripada teori yang telah ada yang ditulis dalam buku buku
teori, hanya ada beberapa bagian yang mungkin suatu kebijakan yang
diambil oleh manajemen perusahaan dalam menentukan harga pokoknya
baik standard maupun aktualnya dan harga jual yang ditentukan. a.
Pembebanan Bahan Langsung
Standard Biaya bahan langsung adalah
semua bahan langsung/dasar yang digunakan dalam proses pembuatan
barang (pakaian) jadi, seperti : bahan polos, bahan bermotif, bahan
furing dan kain keras. Pada sistem ini persediaan bahan baku
dinilai berdasarkan standard harga pembelian / perolehan
sebelumnya. Pemakaian bahan baku dibebankan atas dasar standard
kuantitas dan standard harga bahan baku untuk tiap unit produk yang
dihasilkan (barang jadi). Penyimpangan antara pemakaian kuantitas
bahan sebenarnya dan standard
kuantitas bahan disebut dengan Penyimpangan Produk Jadi.
Salah satu pesanan yang penulis ambil sebagai bahan analisa
adalah pesanan atas produk yang bernomor : 06 178 dan 06 115.
Pesanan atas produk ini masing masing adalah sebanyak 12.000 pcs
(potong pakaian).
Untuk lebih jelasnya disajikan tabel pengunaan bahan langsung
standard yang ditetapkan untuk pembuatan pakaian ini adalah sebagai
berikut : Tabel 1 Biaya Bahan Langsung Standard
Quantity : 12.000 Unit/Style JENIS BAHAN QUANTIT
Y STANDARD(Yard)
CONSMPT/UNIT (Yard)
HARGA/YARD (Rp)
BIAYA BAHAN STANDARD (Rp)
Style 06 178 Bahan bermotif Bahan polos Bahan furing Kain keras
Total Biaya Style 06 115 Bahan bermotif Bahan polos Bahan furing
Kain keras Total Biaya
11.640 4.800 4.800 600 10.260 6.300 3.600 0
0.97 0.4 0.4 0.05 0.855 0.525 0.30 0
5.000 9.200 2.000 1.000 5.000 9.200 2.000 1.000
4.850 3.680 800 50 9.380 4.275 4.830 600 0
9.705
SUMBER : PT. LESTARI SANTIKA GARMENT
b. Pembebanan Upah Tenaga Kerja Langsung Standard
Upah langsung adalah semua biaya yang berhubungan dengan upah
tenaga kerja langsung seperti gaji dan upah lainnya untuk pegawai
pabrik yang berhubungan langsung dengan proses produksi dari sebuah
produk yang dihasilkan dalam suatu produksi. Upah tenaga kerja
langsung di sini terdiri dari : 1) Upah tenaga kerja bagian cutting
/
pemotongan 2) Upah tenaga kerja bagian pencocokan
dan jahit / sewing 3) Upah tenaga kerja bagian finishing
Pada sistem ini upah langsung pembebanan standarnya dibebankan
atas dasar taksiran jam kerja langsung yang dipakai per pesanan
selesai. Jam Kerja Standard Per Unit Produk adalah :
Bagian I (Gunting dan Pencocokan) : 0.5 Jam/Unit produk Jadi
Bagian II (Jahit) : 1,5 Jam/Unit produk Jadi Bagian III (Finishing)
: 0,25 Jam/Unit produk Jadi
Untuk tarif upah standard dari
masing masing bagian telah mempunyai patokan sendiri sendiri
yakni : Untuk Bagian Gunting dan Pencocokan mempunyai standard upah
sebesar Rp.
1.400,- / unit Untuk Upah Jahit Rp. 1.842,66,- / unit Untuk Upah
bagian Finishing Rp. 800,- / unit
Untuk masing masing produksi mempunyai biaya Tenaga Kerja
Langsung yang sama, antara style 06 - 178 dan style 06 - 115 baik
standard tarif upah maupun standard jam kerjanya.
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel di bawah ini yang
menggambarkan tarif upah per bagian dalam setiap unit :
-
------------------------------------------------------------------------------------------
Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati.,
SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi
24
Tabel 2 Biaya Tenaga Kerja Langsung Standard
KETERANGAN
JAM KERJA
STANDARD(UNIT)/Jam
TARIF UPAH
STANDARD/JAM (Rp)
BIAYA TENAGA KERJA
STANDARD (Rp)
Bagian I Bagian II Bagian III Total Biaya
0.5 1.5 0.25
1.400 1.842,66 800
700 2.764 200
3.664
SUMBER : PT. LESTARI SANTIKA GARMENT
c. Pembebanan Biaya Factory Over
Head (FOH/BOP) 1) Alokasi FOH Standard Tetap Alokasi Overhead
Pabrik adalah seluruh biaya yang dikeluarkan yang berhubungan
dengan kegiatan produksi di pabrik, misalnya biaya penyusutan
mesin, penyusutan gedung, biaya bahan pembantu, biaya upah/tenaga
kerja tak langsung, biaya packing dan biaya biaya lainnya yang
tidak termasuk dalam biaya bahan langsung dan tenaga kerja
langsung. Adapun jenis dari biaya FOH dalam perusahaan ini ada dua,
sebagaimana yang ada dalam teori, yaitu : Biaya FOH Tetap Meliputi
: Biaya penyusutan mesin, Biaya gaji pengawas/mandor dan biaya
pemeliharaan mesin mesin yang digunakan dalam produksi. 2). Biaya
FOH Variabel Biaya FOH Variabel dalam perusahaan ini meliputi :
Biaya bahan penolong, biaya upah tenaga kerja tak langsung dan
biaya reparasi mesin yang mengalami kerusakan. Biaya Over Head di
standarkan berdasarkan biaya FOH pengalaman tahun tahun yang lalu
setelah diadakan penyesuaian penyesuaian akibat terjadinya
perubahan. Setelah diadakan penghitungan biaya over head maka
didapatkan/diputuskan biaya FOH yang distandarkan dari masing
masing jenis produksi diperoleh Tarif Over Head yang dibebankan
untuk semua produk yang besarnya masing masing adalah seperti tabel
di bawah ini : Tabel 3 Tarif Biaya Overhead Pabrik Standard
SUMBER : PT. LESTARI SANTIKA GARMENT
Dan untuk tiap tiap pesanan yang diterima kemudian dikerjakan,
dibuatkan lembaran biaya produksi standar untuk tiap tiap style /
model yang dipesan. Dari perhitungan diatas kita dapat simpulkan
bahwa Harga Pokok Produksi Standard untuk masing masing style
adalah sebagai berikut:
Style 06 178 Harga Pokok Produksi Standard = Biaya bahan baku
standard + Biaya tenaga kerja langsung standard + Biaya over head
pabrik standard Harga Pokok Produksi Standard = Rp. 9.380,- + Rp.
3.664,- + Rp. 2.850,- = Rp 15.894,-
Style 06 115 Harga Pokok Produksi Standard = Biaya bahan baku
standard + Biaya tenaga kerja langsung standard + Biaya over head
pabrik standard Harga Pokok Produksi Standard = Rp. 9.705,- + Rp.
3.664,- + Rp. 2.850,- = Rp 16.219,-
2. Perhitungan Harga Pokok Sebenarnya Perhitungan harga pokok
sebenarnya diperoleh dari laporan produksi yang dapat diketahui per
jenis produk. Laporan produksinya biasanya berbentuk Job Order
Sheets yang dikeluarkan setelah produksi berakhir. Proses
produksinya dimulai dari permintaan bahan baku, bahan pembantu dan
lainnya oleh bagian produksi melalui formulir permintaan bahan baku
yang diperlukan. a. Pemakaian Bahan Baku/Dasar
Sebenarnya Atas dasar laporan produksi yang didapat melalui
sheets yang ada, yaitu laporan pemakaian bahan baku, diperoleh
angka kwantitas bahan baku yang dipakai (net consumption). Untuk
lebih jelasnya penulis akan sajikan data perhitungan pemakaian
bahan langsung/baku sebenarnya pada produksi pakaian dengan nomor
style 06 178 dan nomor style 06 115 di bawah ini: Tabel 4 Biaya
Bahan Langsung Sebenarnya
Quantity : 12.000 Unit/Style
JENIS BAHAN QUANTITY
SEBENARNYA (Yard)
CONSMPT/UNIT (Yard)
HARGA/YARD (Rp)
BIAYA BAHAN
SEBENARNYA (Rp)
Style 06 178 Bahan bermotif Bahan polos Bahan furing Kain keras
Total Biaya Style 06 115 Bahan bermotif Bahan polos Bahan furing
Kain keras Total Biaya
11.400 4.500 4.675 585 10.244 6.312 3.528 0
0.950 0.375 0.390 0.049 0.852 0.526 0.294 0
4.950 9.248 1.970 1.050 4.950 9.248 1.970 1.050
4.607,50 3.468 768,30 51,45
8.895,25 4.217,40 4.864,45 579,18 0
9.661,03
SUMBER : PT. LESTARI SANTIKA GARMENT
b. Alokasi Upah Langsung Sebenarnya Total upah langsung yang
sebenarnya adalah seluruh upah langsung yang real dalam proses
produksi yang dilakukan. Upah langsung yang ditetapkan sebelumnya
(standard) tidaklah berbeda jauh dengan yang terjadi sebenarnya.
Adapun total upah langsung per unit produk jadi setelah diadakan
perhitungan sebesar Rp. 3.650,- per unit produk jadi.
KETERANGAN BOP/UNIT (Rp) Style 06 178 Style 06 - 115
2.850 2.850
-
------------------------------------------------------------------------------------------
Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati.,
SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi
25
Apabila terdapat selisih dalam perhitungan standard dengan
perhitungan yang sesungguhnya, maka dimasukkan dalam selisih upah
langsung. Pembebanan atas selisih kapasitas atas upah langsung yang
menganggur disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : 1)Adanya
keterlambatan dalam salah satu proses produksi yang dijadwalkan
sebelumnya.
2)Keterlambatan yang didasari oleh jam kerja mesin yang dipakai
dalam produksi tidak mencapai kapasitas penuh/maksimal sebagaimana
yang telah ditargetkan.
Upah langsung yang terjadi sesungguhnya di alokasikan kepada
masing masing produk ( unit pesanan ) atas dasar jam normal,
sehingga diperoleh upah langsung normal per produk yang
dihasilkan.
Perhitungan upah langsung yang benar benar dibebankan kepada
tiap tiap unit produk sebagai bagian dari komponen harga pokok yang
sebenarnya adalah : Jam Kerja Sebenarnya per Produk X Tarif Upah
Sesungguhnya Selisih antara upah langsung normal / standard dengan
upah langsung yang sebenarnya di alokasikan kepada penyimpangan
kapasitas upah langsung dalam analisa selisih upah langsung sebagai
koreksi Harga Pokok Penjualan. Untuk lebih jelasnya perhatikan
tabel di bawah ini yang menggambarkan perhitungan upah langsung
yang sebenarnya dalam produksi adalah sebagai berikut : Tabel 5
Biaya Tenaga Kerja Langsung Sebenarnya
KETERANGAN
JAM KERJA SEBENARNYA(UNIT)/Jam
TARIF UPAH SEBENARNYA/JAM (Rp)
BIAYA TENAGA KERJA
SEBENARNYA (Rp)
Bagian I Bagian II Bagian III Total Biaya
0.6 1.4 0.27
1.430 1.840 800
858 2.576 216
3.650
SUMBER : PT. LESTARI SANTIKA GARMENT
c. Alokasi Biaya Umum ( Overhead ) Pabrik Sebenarnya.
Biaya Umum ( Overhead ) Pabrik
yang sebenarnya adalah total biaya Factory Over Head yang benar
benar terjadi / real dalam suatu proses produksi yang
berlangsung.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya Biaya FOH ini terdiri
dari biaya biaya pabrik yang tidak termasuk dalam Biaya Bahan
Langsung dan Biaya Tenaga Kerja Langsung.
Untuk lebih jelasnya dijelaskan secara garis besar tentang
perhitungan Biaya Umum / Over Head Pabrik sesungguhnya adalah
sebagai berikut : Tabel 6 Tarif Biaya Overhead Pabrik
Sebenarnya
KETERANGAN BOP/UNIT (Rp) Style 06 178 Style 06 - 115
2.793,50 3.007,50
SUMBER : PT. LESTARI SANTIKA GARMENT
Dari data diatas dapat diketahui bahwa Biaya Factory Over
Head/FOH/BOP per unit produksi masing masing pesanan adalah Rp.
2.793,5,- dan Rp. 3.007,5,-. Dari sini sudah dapat diketahui bahwa
antara biaya yang sesungguhnya dan standard yang ditetapkan
terdapat selisih yang nantinya akan masuk ke dalam Analisa Selisih
atas penyimpangan tersebut.
3. Analisa Penyimpangan Analisa penyimpangan merupakan suatu
analisa yang dipakai untuk membandingkan antara standard yang
ditetapkan dengan keadaan yang sebenarnya terjadi. Analisa
penyimpangan sering disebut juga sebagai analisa selisih. Selisih
disini terjadi karena banyak hal. Begitu pula dengan keadaan yang
dialami oleh PT. LESTARI SANTIKA GARMENT, setelah produksi pesanan
selesai, baru diketahui adanya perbedaan penghitungan yang
distandarkan dengan keadaan yang benar benar terjadi / realnya.
Sebagaimana umumnya banyak perusahaan, PT. LESTARI SANTIKA GARMENT
juga menghitung analisa selisih yang terjadi setelah produksi yang
dilakukan selesai. Dan juga analisa selisih yang dilakukan PT.
LESTARI SANTIKA GARMENT dibagi menjadi tiga bagian pokok, yaitu :
a. Analisa Selisih Biaya Bahan Baku
Langsung. Seperti telah diketahui bahwa ada perbedaan dalam
penghitungan biaya bahan langsung yang distandarkan dengan biaya
yang sebenarnya dimasukkan dalam analisa selisih. Analisa selisih
bahan baku langsung dalam PT. LESTARI SANTIKA GARMENT terbagi
menjadi 2 bagian, yakni selisih atas pemakaian bahan baku langsung
dan selisih harga dari bahan baku langsung tersebut. Untuk lebih
jelasnya perhatikan perhitungan analisa selisih bahan baku langsung
untuk pesanan dengan nomor style 06 - 178 dan 06 - 115 di bawah ini
:
-
------------------------------------------------------------------------------------------
Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati.,
SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi
26
1) Selisih Kuantitas Pemakaian Bahan Langsung
Kuantitas Pemakaian Bahan Per Unit Produk (Produk No. Style :
06-178) Selisih Kuantitas Pemakaian Bahan = Kuantitas standard -
Kuantitas sebenarnya B.Bermotif = 0,97 Yard 0,95 Yard = 0,02 Yard
(Favorable) B.Polos = 0,4 Yard - 0,375 Yard = 0,025 Yard
(Favorable) B.Furing = 0,4 Yard 0,389 Yard = 0,011 Yard (Favorable)
B.Keras = 0,05 Yard 0,049 Yard = 0,001 Yard (Favorable)
(Produk No. Style : 06-115) B.Bermotif = 0,855 Yard 0,854 Yard =
0,001 Yard (Favorable) B.Polos = 0,525 Yard - 0,526 Yard = - 0,001
Yard (UnFavorable) B.Furing = 0,30 Yard 0,294 Yard = 0,006 Yard
(Favorable)
2) Selisih Harga Bahan Baku Langsung Nomor Style 06-178 dan
Style 06-115 Selisih Harga Bahan = Harga Bahan Standard Harga Bahan
Sebenarnya B.Bermotif = Rp. 5.000,- Rp. 4.950,- = Rp. 50,-
(Favorable) B.Polos = Rp. 9.200,- Rp. 9.250,- = - Rp. 50,-
(UnFavorable) B.Furing = Rp. 2.000,- Rp. 1.970,- = Rp. 30,-
(Favorable) B.Keras = Rp. 1.000,- Rp. 1.050,- = - Rp. 50,-
(UnFavorable)
Untuk mencari selisih laba atau rugi dapat dicari dengan
menghitung : Biaya Bahan Real = Quantity Pemakaian x Harga Real
Biaya Bahan Standard = Quantity Standard x Harga Standard - (Laba /
Rugi) 1) Analisa Selisih Tenaga Kerja
Langsung Dalam perhitungan selisih Tenaga Kerja Langsung juga
dibagi menjadi 2 bagian, yakni selisih efisiensi dan selisih tarif
upah. a) Selisih Efisiensi Selisih efisiensi dapat di hitung
dengan
rumus : Selisih Efisiensi = (J.K Standard J.K Real) x Tarif Upah
Standard Untuk Nomor Pesanan 06 - 178
Selisih Efisiensi Usaha adalah sebagai berikut :
Bagian I SEU = (J.K Standard J.K Real) x Tarif Upah Standard =
(0,5 Jam 0,6 Jam) x Rp. 1.400,- = - Rp. 140,- (UnFavorable) Bagian
II SEU = (J.K Standard J.K Real) x Tarif Upah Standard = (1,5 Jam
1,4 Jam) x Rp. 1.842,66,- = Rp. 184,27,- (Favorable) Bagian III SEU
= (J.K Standard J.K Real) x Tarif Upah Standard = (0,25 Jam 0,27
Jam) x Rp. 800,- = - Rp. 16,- (UnFavorable) Untuk Nomor Pesanan 06
- 115 Selisih Efisiensi Usaha adalah sebagai
berikut : Bagian I SEU = (J.K Standard J.K Real) x Tarif Upah
Standard = (0,5 Jam 0,38 Jam) x Rp. 1.400,- = Rp. 168,- (Favorable)
Bagian II SEU = (J.K Standard J.K Real) x Tarif Upah Standard =
(1,5 Jam 1,42 Jam) x Rp. 1.842,66,- = Rp. 147,41,- (Favorable)
Bagian III SEU = (J.K Standard J.K Real) x Tarif Upah Standard =
(0,25 Jam 0,25 Jam) x Rp. 800,- = Rp. 0,- (UnFavorable) b) Selisih
Tarif Upah
Selisih tarif upah timbul karena tarif upah sebenarnya tidak
sesuai dengan tarif upah
yang distandarkan. Selisih tarif upah dapat dicari dengan
formula sebagai berikut : Selisih Tarif Upah = (T.Upah Std. T.Upah
Real) x Jam Kerja Sebenarnya Pesanan Nomor Style 06 - 178 Bagian I
STU = (0,5 x 1.400) (0,6 x 1.430) x 0,6 = - Rp. 94,8,-
(UnFavorable) Bagian II STU = (1,5 x 1.842,66) (1,4 x 1.840) x 1,4
= Rp. 263,186,- (Favorable) Bagian III STU = (0,25 x 800) (0,27 x
800) x 0,27 = - Rp. 4,32,- (UnFavorable) Pesanan Nomor Style 06 -
115 Bagian I STU = (0,5 x 1.400) (0,38 x 1.430) x 0,6 = Rp. 93,96,-
(Favorable) Bagian II STU = (1,5 x 1.842,66) (1,42 x 1.840) x 1,4 =
Rp. 211,67,- (Favorable) Bagian III STU = (0,25 x 800) (0,27 x 800)
x 0,27 = - Rp. 4,32,- (UnFavorable)
Itulah perhitungan untuk menghitung selisih Biaya Tenaga Kerja
Langsung per unit produk jadi. b. Analisa Selisih Biaya Over Head
Pabrik / BOP Analisa selisih untuk Biaya Over Head Pabrik disajikan
dalam perhitungan di bawah ini dengan metode satu selisih : Pesanan
Nomor Style 06 - 178 Biaya Over Head Pabrik sesungguhnya / unit :
Rp 2.793,50,- Biaya Over Head Pabrik yang distandarkan / unit : Rp
2.850,00,- Selisih Lebih ( Favorable ) : Rp 56,50,- Pesanan Nomor
Style 06 - 178 Biaya Over Head Pabrik sesungguhnya / unit : Rp
3.007,50,- Biaya Over Head Pabrik yang distandarkan / unit : Rp
2.850,00,- Selisih Kurang ( UnFavorable ) : Rp 157,50,-
4. Analisis Penentuan Harga Jual Penentuan harga jual pada PT.
LESTARI SANTIKA GARMENT sebenarnya hampir sama dengan penentuan
harga jual di perusahaan perusahaan lain pada umumnya. Hanya saja
mungkin situasi yang dihadapi serta metode yang dipakai perusahaan
ini dalam perhitungan harga pokok produksinya berbeda. Seperti
telah dijelaskan sebelumnya, bahwa aktivitas usaha perusahaan
adalah memproduksi barang yang siap pakai, atau merubah bentuk
suatu barang menjadi barang barang yang lebih berharga dan
bermanfaat baik bagi perusahaan itu sendiri maupun bagi mereka yang
membutuhkan ( konsumen ). Proses produksi dari suatu perusahaan
merupakan salah satu tujuan perusahaan yang telah direncanakan
sebelumnya. Tetapi tidak hanya sampai di situ saja, perusahaan
masih mempunyai tugas pokok yang terakhir yang merupakan tujuan
akhir dari setiap perusahaan, yakni memperoleh pendapatan sekaligus
keuntungan / laba dari usaha atau produk yang dihasilkannya. Dengan
kata lain seluruh barang yang telah dihasilkannya harus sampai
kepada mereka yang
-
------------------------------------------------------------------------------------------
Nuryati, adalah Alumni STIE Pelita Bangsa Bekasi Nanik Hartati.,
SE., MM, adalah Dosen Tetap STIE Pelita Bangsa Bekasi
27
membutuhkannya. Sehingga dapat diharapkan adanya nilai pengganti
dari pada produk yang dihasilkannya, dalam hal ini uang. Secara
garis besar perhitungan untuk memperoleh harga jual adalah : Jumlah
dari Harga Pokok Standard ditambah biaya biaya lainnya yang
dikeluarkan dalam rangka menyampaikan barang yang diproduksi kepada
konsumen yang memesan / membutuhkannya. PT. LESTARI SANTIKA GARMENT
mempunyai cara sendiri untuk menentukan harga jual produknya, yakni
dengan menghitung Harga Pokok Standard ditambah Biaya Pengangkutan
ke gudang pembeli ditambah dengan Mark Up / Laba yang diinginkan
oleh perusahaan tersebut. Penghitungan harga jual PT. LESTARI
SANTIKA GARMENT ditulis dalam formula sebagai berikut :
HARGA JUAL PRODUK = HARGA POKOK STANDARD + MARKUP Total aktiva
yang diperkirakan pada awal tahun anggaran adalah sebesar Rp.
500.000.000,- dan laba yang diharapkan adalah sebesar 20%. Adapun
cara perhitungan markup yang dilakukan pada PT. LESTARI SANTIKA
GARMENT adalah sebagai berikut : Pesanan Nomor Style 06 - 178
Perhitungan markup : Biaya administrasi dan umum Rp 375.000,- Biaya
pemasaran Rp 465.000,- Laba yang diharapkan: 20% x Rp 500.000.000,-
Rp 100.000.000, + Jumlah Rp 100.840.000,- Biaya produksi Rp
190.728.000,- : Persentase markup 53% Perhitungan harga jual :
Biaya produksi Rp 190.728.000,- Markup 53% x Rp 190.728.000,- Rp
101.085.840,- + Jumlah harga jual Rp 291.813.840,- Volume produk
12.000,- : Harga jual per unit Rp 24.317,82,- Pesanan Nomor Style
06 - 115 Perhitungan markup : Biaya administrasi dan umum Rp
375.000,- Biaya pemasaran Rp 465.000,- Laba yang