-
79Analisa biaya produksi bibit bersertifikat (Subarudi)
ANALISA BIAYA PRODUKSI BIBIT BERSERTIFIKAT:Studi Kasus Di
Persemaian ITTO, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat
Oleh :Subarudi
1)
ABSTRAK
Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis bekerja sama dengan proyek
ITTOtelah membangun sebuah persemaian permanen dengan luas 2 ha
yang berkapasitas1,2-1,6 juta batang bibit per tahun. Dalam upaya
menjaga kesinambungan pengelolaanpersemaian pasca berakhirnya
proyek ITTO, maka diperlukan data dan informasimengenai biaya
operasional persemaian tersebut. Oleh karena itu penelitian
tentanganalisis biaya produksi bibit bersertifikat sangat
diperlukan. Tujuan penelitian iniadalah: (1) mengidentifikasi
biaya-biaya yang dikeluarkan dalam operasionalpersemaian, (2)
menghitung biaya produksi dan untuk masing-masingbibit
bersertifikat, (3) mencari alternatif sumber pembiayaan dan sistem
pengelolaanpersemaiannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya
penyusutan dan modalpersemaian adalah sebesar Rp. 115.200.460 yang
sebagian besar didominasi untukkegiatan perencanaan dan pembangunan
persemaian, pembangunan kantor, danpembayaran upah dan gaji. Biaya
variable diperlukan sebesar Rp. 292.614.350 yangdidominasi oleh
kegiatan pembelian pupuk, pembelian plastik polibag, dan
upahpengisian media.Total biaya produksi 1,2 juta bibit adalah
sebesar Rp. 407.854.810atau rata-rata Rp. 340 per batang. (BEP)
untuk masing-masingberkisar antara 115.000 bibit hingga 168.000
bibit. Sumber pendanaan alternatif bagipengelolaan persemaian dapat
diperoleh dari APBN melalui program Gerhan dan dariAPBD Provinsi
melalui program gerakan rehabilitasi lahan kritis.
Pengelolaanpersemaian sebaiknya dijadikan unit pelaksana teknis
daerah (UPTD) DinasKehutanan Ciamis dengan organisasi yang miskin
struktur tetapi kaya fungsi.
Kata kunci: Biaya produksi, persemaian, dan titik impas.
Proyek ITTO PD 271/04 Rev.3 (F) tentang Rehabilitasi Lahan
Kritis denganMelibatkan Masyarakat Setempat di Jawa Barat,
Indonesia merupakan proyek pertamakali yang dikelola langsung oleh
Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis sebagai institusiyang bertanggung
jawab langsung terhadap pelaksanaan kegiatan proyek tersebut.
Tujuan umum proyek ITTO adalah mempromosikan pengelolaan lahan
kritisyang berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat. Sedangkan
tujuan khususnyaadalah: (i) melaksanakan rehabilitasi lahan kritis
(RLK) melalui partisipasi masyarakat,dan (ii) melaksanakan
penguatan institusi lokal dalam kegiatan RLK.Dalam kegiatan
break even point
Break Even Point species
I. PENDAHULUAN
1Peneliti pada Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Kehutanan
-
80
tersebut telah dibangun sebuah persemaian permanen di lahan
seluas 2 hektar denganproduksi bibit sebanyak 1,2-1,6 juta batang
dari 6 jenis pohon terpilih. Saat inipersemaian tersebut sedang
dalam ujicoba pengoperasiannya di lapangan.
Menyadari dan belajar dari pengalaman proyek-proyek bantuan luar
negeridimana pembangunan fasilitas persemaiannya terlantar setelah
proyek berakhir,karenanya masalah keberlanjutan pengelolaan
persemaian ITTO perlu dicarikanpenyelesaiannya agar persemaian
tersebut dapat beroperasi secara normal untukwaktu 10 tahun ke
depan.
Salah satu upaya untuk menjaga keberlanjutan persemaian ITTO
adalahmelakukan kajian biaya produksi bibit per jenis tanaman agar
diketahui kebutuhandana yang akan digunakan dalam pengelolaan
persemaian ITTO tersebut. Oleh karenaitu kajian analisis biaya
produksi bibit bersertifikat ini sangat diperlukan
denganmemperhitungkan semua biaya-biaya yang dikeluarkan selama
persemaian tersebutdibangun dan dioperasikan.
Adapun tujuan dari kajian ini adalah: (1) mengidentifikasi
biaya-biaya yangdikeluarkan selama pengoperasian persemaian ITTO,
(2) menghitung biaya produksibibit per batang dan per jenis
tanaman, dan (3) mencari alternatifsumber-sumber pembiayaan dan
pengelolaan persemaian tersebut.
Kegiatan penelitian ini dilakukan di Persemaian ITTO PD 271/04
Rev. 3 (F)yang berlokasi di Dusun Cijoho, Desa Muktisari, Kecamatan
Cipaku, KabupatenCiamis, Jawa Barat pada bulan Nopember
2006-Pebruari 2007.
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.
Data primerdiperoleh melalui wawancara langsung dengan kontraktor
pembangunan persemaianITTO dan pihak-pihak terkait. Sedangkan data
sekunder dikumpulkan dari pengelolaproyek ITTO dan Dinas Kehutanan
Kabupaten Ciamis serta literature/publikasi yangrelevan dengan
topik penelitian ini.
Biaya penyusutan dan bunga modal dihitung menggunakan cara
(bungaberbunga) dengan rumus:
BP = BPP x (i (1+ i) )/((1+i) -1) ……………………………………… (1)
Dimana BP = Biaya penyusutan dan bunga modalBPP = Biaya
investasi awal persemaiani = Suku bunga per tahunn = Jangka waktu
pemakaian
break even point
anuitet
(12 %)
II. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
B. Pengumpulan Data
C. Analisa Data
n n
Vol. 7 No. 2 Juni Th. 2007, 79 - 89
-
81Analisa biaya produksi bibit bersertifikat (Subarudi)
Finansial analisis dilakukan dengan membagi biaya produksi bibit
ke dalam biayatetap dan biaya variable , sehingga biaya produksi
bibitdapat dihitung dengan rumus:
TC = FC + VC ………………………………………….(2)
Dimana TC = Biaya total produksi bibit (Rp/batang)FC = Biaya
tetap produksi bibit (Rp/batang)VC = Biaya variabel (Rp/batang)
(BEP) digunakan untuk menentukan tingkat produksi minimalyang
harus dicapai dan merupakan titik produksi pulang pokok (impas)
yang dihitungdengan rumus
BEP = (FC/ (H-VC)) x TSP …………………………………………………… (3)
Dimana BEP= (jumlah tingkat produksi bibit minimal yang
harusdicapai)
FC = Biaya tetap produksi bibit (Rp/batang)H = Harga jual bibit
(Rp/batang)VC = Biaya variabel (Rp/batang)TSP = Tingkat produksi
bibit per tahun (batang/tahun)
Gambaran umum persemaian ITTO dapat dilihat dari luas dan
kondisilahannya, fasilitas persemaian yang dimilikinya, dan proses
serta jumlah produksi bibityang dihasilkannya untuk masing-masing
jenis pohon.
Luas persemaian ITTO sekitar 2 hektar yang terletak di desa
Mekarsari,Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis. Kondisi lahan
persemaian ITTO berbedadengan kondisi persemaian yang biasanya ada
dalam bentang lahan yang relatif datardengan kemiringan 0-5 %.
Kondisi persemaian ITTO berada dalam lahan dengankelerengan yang
relatif curam (diatas 40 %), dimana beda tinggi antara badan
jalandengan lokasi teratas persemaian sekitar 5 meter sebagaimana
dapat dilihat padaGambar 1.
(fixed cost) (variable cost) (total cost)
Break Even Point
Break even point
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Luas dan Kondisi Lahan Persemaian
A. Gambaran Umum Persemaian ITTO
-
82
Gambar 1. Lokasi Persemaian ITTO di Desa Mekarsari, Kecamatan
Cipaku
Adapun fasilitas yang dimiliki persemaian ITTO adalah gudang
(penyimpanbenih, alat dan bahan), rumah kaca, ruang penaburan
benih, bedeng sapih dengan atautanpa naungan sebagaimana tercantum
dalam Tabel 1.
Tabel 1. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh persemaian
ITTO
2. Fasilitas Persemaian
(shading area)
No. Jenis fasilitas Jumlah
(unit)
Kapasitas Peruntukkan
1. Gudang 1 24 m 2 Penyimpanan benih, alatdan bahan
2. Kantorpersemaian
1 40 m2 Pengelolaan danadministrasi persemaian
3. Green House 1 100 m2 Pembuatan stek pucukdan penaburan
benih
4. Germinationhouse
1 80 m2 Perlakuan dan penaburanbenih
5. Washing base 1 4 m2 Untuk membersihkan alatkerja
persemaian
6. Shading area 1 3500 m2 Naungan bibit dari panasmatahari di
bedeng sapih
7. Instalasi air 1 200 liter Penyiraman bibit dibedeng sapih
8. Bedeng sapih 1750 1 x 5 m Untuk menampung danmembesarkan
bibit
9. Workshop 1 36 m2 Untuk kegiatanpencampuran media
Sumber : PT. Purba Margana (2006)
Vol. 7 No. 2 Juni Th. 2007, 79 - 89
-
83Analisa biaya produksi bibit bersertifikat (Subarudi)
Tabel 1 menujukkan bahwa tingkat produksi bibit di persemaian
ITTO dapatdiukur dari banyaknya unit bedeng sapih. Jumlah bedeng
sapih yang telah dibuatsekitar 1.750 unit dengan ukuran yang
berbeda-beda dengan daya tampung bibitsekitar 1, 2-1,4 juta batang
bibit.
Jalan angkut untuk membawa bibit rencananya akan dibangun pada
tahunanggaran 2007 dengan dana pendamping dari APBD Dinas Kehutanan
Ciamissebesar Rp. 120 Juta sebagai upaya membangun infrastruktur
untuk pengelolaanpersemaian di masa yang akan datang.
Bibit yang dikembangan dan dihasilkan oleh persemaian ITTO
adalah bibityang bersertifikat karena benih-benih yang dipakai
adalah benih bersertifikat. Padaumumnya sertifikat benih tanaman
kehutanan di wilayah Jawa Barat (Rayon I)diberikan oleh Balai
Perbenihan dan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa Bali yangberkedudukan di
Sumedang.
Produksi bibit yang direncanakan sekitar 1,2-1,6 juta batang.
Namun dalamrangka uji coba digunakan produksi bibit sebanyak 1,2
juta batang yang komposisimasing-masing jenis data dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Produksi dan jenis bibit bersertifikat yang dihasilkan
oleh persemaian ITTO
3. Proses Produksi Bibit
No. Jenis Bibit Jumlah
(batang)
Jumlah rata -rata(benih/Kg)
Jumlah benihdiperlukan(kg)
HargaBenih(Rp/kg)
1. Manglid(TBT)
300.000 9000 39 500.0001)
2. Suren )(TBS 100.000 80.000 1,5 600.0002)
3. Jati (APB) 300.000 1.500 234 300.0003)
4. Mahoni(APB)
100.000 2.250 52 175.0003)
5. Sengon(APB) 300.000 40.000 8,8 3.000.0001)
6. Pulai (TBT) 100.000 200.000 0,6 3.000.0004)
Total 1.200.000 - 335,9
Sumber: 1) Nota pembelian dari CV. Calakan, Ciawi Tasikmalaya;
2) Nota pembelian dariKelompok Tani Makmur Sumedang; 3) Surat
edaran Direktur Utama Perhutani; dan4) Informasi dari PT Xylo,
Palembang.
Tabel 2 (kolom 2) menjelaskan tentang asal usul benih
bersertifikat yang terdiridari TBT, TBS dan APB. TBT (tegakan benih
teridentifikasi) adalah suatu tegakanalam atau tanaman dengan
kualitas rata-rata (pohon lurus dan percabangan ringan)digunakan
untuk menghasilkan benih. APB (areal produksi benih) adalah
suatuwilayah tegakan benih terseleksi yang kemudian ditingkatkan
kualitasnya melaluipenebangan pohon-pohon interior. (Anonimous,
2005).
Secara hirarki urutan kualitas benih yang bersertifikat dari
yang tertinggi ketingkat terendah terdiri dari Kebun benih, APB,
TBS, dan TBT/TBI. Hirarki urutansumber benih ini terkait langsung
dengan harga benih per kg, dimana harga benih APBlebih mahal
harganya daripada benih TBT.
-
84
Tabel 2 juga menunjukkan bahwa perhitungan jumlah benih yang
diperlukanmerupakan hasil perkalian antara jumlah bibit yang
dihasilkan dibagi dengan dayakecambah benih dan daya survival bibit
dari benih tersebut di bedeng sapih.Berdasarkan pengalaman yang
diperoleh dari pengada bibit CV. Calakan untuk benihbersertifikat
daya kecambah rata-rata sekitar 95 % dan persentase bibit yang mati
dibedeng sapih sekitar 5-10 % (90 %).
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa total biaya pembelian benih
yangdiperlukan untuk menghasilkan bibit sebanyak 1,2 juta batang
dari 6 jenis pohontersebut sekitar Rp. 1.570.000 atau sekitar Rp.
75/benih. Biaya benih ini terkesanterlalu mahal, padahal untuk
jenis-jenis tertentu, misalnya sengon, harga bibitbersertifikatnya
jauh lebih mahal (Rp. 3 juta/kg) dibandingkan dengan harga
bibittidak bersertifikat yang hanya dijual sekitar Rp.
200.000/kg.
Biaya-biaya yang diperlukan untuk memproduksi bibit di
persemaian ITTOmeliputi biaya tetap dan biaya variable yang
dibedakan atas pengeluaran biaya yangberkaitan langsung atau tidak
langsung dengan kegiatan produksi bibit.
Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh unit
persemaian dan biayaini biasanya tidak tergantung kepada tingkat
produksi yang dihasilkan. Biaya tetaptersebut meliputi biaya
pembangunan persemaian, pengadaan peralatan kantor danpemeliharaan
fasilitas kantor dan persemaian serta pembayaran karyawan
tetapsebagaimana tercantum dalam Tabel 3.
Tabel 3. Biaya tetap per tahun pada produksi bibit di persemaian
ITTO
B. Identifikasi Komponen Biaya Produksi Bibit
1. Biaya Tetap
(Rp /tahun)Umur PakaiNo. Biaya Tetap Biaya
(Rp) (tahun)Biaya Tetap
1. Pe nyus uta n bia yape ra nca nga n da npembangunan fisik
268.308.250 10 47.484.560
2. Pe nyus uta n bia yapembangunan kantor
80.000.000 10 14.160.000
3. Pe nyus uta n bia yaperataan tanah
40.000.000 10 7.080.000
4. Pe nyus uta n bia yapemasangan listrik
6.700.000 10 1.185.900
5. Penyusutan biaya pem-belian alat kantor (kom-puter dan meja
kerja)
8.000.000 5 2.216.000
6. Pe nyus uta n bia yapembelian alat danperlengkapan
persemaian
4.000.000 5 1.108.000
7. Biaya gaji pengelolapersemaian
3.500.000/bln 1 42.000.000
Total 115.200.460Sumber/Source: Proyek ITTO (2007).
Vol. 7 No. 2 Juni Th. 2007, 79 - 89
-
85Analisa biaya produksi bibit bersertifikat (Subarudi)
Tabel 3 menunjukkan bahwa biaya-biaya penyusutan dan bunga
modalyang tertinggi berada pada kegiatan perancangan dan
pembangunan fisik persemaian(41,2 %), pembayaran gaji personal
(36,5 %), dan pembangunan kantor (12,3 %).Sedangkan biaya
penyusutan terendah digunakan untuk pembelian alat danperlengkapan
persemaian, dan pembelian komputer serta meja kerja.
Sedangkan biaya variable adalah biaya yang harus dikeluarkan
oleh unitpersemaian yang besarnya sangat tergantung kepada
/produktivitas/volumeproduksi yang dihasilkannya. Biaya variable
ini termasuk biaya pembelian plastikpolibag, biaya pembelian pupuk,
upah pencampuran media dan pengisian kantongplastik sebagaimana
tercantum dalam Tabel 4.
Tabel 4. Biaya variabel produksi bibit (Rp/tahun) di persemaian
ITTO
2. Biaya Variabel
output
No. Perincian BiayaVariabel
Kebutuhan(unit)
Biaya satuan(Rp/unit)
Biaya total(Rp/tahun)
1. Peng isian polibag 1.403.510 30/polibag 42.105.3002.
Pembelian bibit 335,9 Kg - 127.900.0003. Penyapihan 1.403.510 2000
btg/HOK 7.017.550
4. Pemeliharaan bibit 7 bulan 3.750.000/bln 26.250.0005. Pupuk
NPK 75 kg 5000/kg 3.750.0006. Plastik polibag 1.651 kg 16500/kg
27.241.5007. Media kompos 75 ton 700/kg 52.500.0008. Pestisida 37,5
liter 60.000/ltr 2.250.0009. Biaya tagihan listrik 12 bulan
300.000/bln 3.600.000
Total 292.614.350
Sumber : Proyek ITTO (2007).
Tabel 4 menunjukkan bahwa biaya varibel terbesar (76 %) dalam
produksi bibitdigunakan untuk pembelian bibit (43,7 %), pembelian
media kompos (17,9 %), danpembelian plastik polibag (14,4 %).
Sedangkan biaya variabel terkecil digunakan untukpembelian
pestisida dan pupuk kimia (NPK).
Berdasarkan data dari Tabel 3 dan 4, kemudian dilakukan
perhitungan biayatotal produksi bibit dan biaya produksi bibit per
batang untuk masing-masing jenissebagaimana tercantum Tabel 5.
C. Perhitungan Biaya Produksi Bibit
-
86
No. Jenis Bibit yangDiproduksi
Biaya benih(Rp)
Biaya Bibit(Rp/batang)
Harga*)bibit(Rp)
BEP( )batang
1. Manglid (Mangliteaglauca)
77.972.710 298 1138 115.085
2. Suren (Toona sureni) 10.526.320 242 878 157.3373. Jati
(Tectona grandis) 280.701.760 467 1170 144.180
4. Mahoni (Swieteniamahagony)
109.161.795 324 1170 122.293
5. Sengon (Paraserienthesfalcataria)
105.263.160 321 910 167.930
6. Pulai (Alstoniascholaris)
21.000.000 250 878 159.336
Keterangan: *) Harga jual dihitung berdasarkan harga standar
bibit di Rayon I (PermenhutNo. P. 34/Menhut-V/2005) dikurangi biaya
kehilangan bibit akibatdistribusi sekitar 15 % dan biaya
transportasi bibit sekitar 20 %.
Tabel 5 menunjukkan bahwa biaya produksi bibit per batang
diperoleh darihasil pergantian biaya variable produksi bibit untuk
6 jenis pohon bersertifikat denganbiaya variable pembelian benih
untuk setiap jenisnya (kolom 3).
Berdasarkan hasil perhitungan, biaya produksi bibit sebanyak 1,2
juta batangdari 6 jenis pohon adalah sebesar Rp. 407.854.810 atau
rata-rata sebesarRp. 340/batang. Biaya pembuatan bibit manglid per
batang di persemaian ITTOsebesar Rp. 298. Biaya ini masih lebih
besar daripada biaya produksi bibit manglidyang diproduksi oleh CV
Calakan, yaitu sebesar Rp. 240 per batang (Yamin, 2007).
Hal ini disebabkan CV. Calakan menggunakan fasilitas persemaian
sementara yangmana biaya tetap untuk produksi bibit dapat dikatakan
tidak ada karena relatif kecil.
BEP diperoleh dengan menggunakan rumus bakunya dan diperoleh
nilai untukmasing-masing bibit berkisar antar 115.000 bibit hingga
168.000 bibit dengan jumlahproduksi bibit terendah dicapai oleh
bibit manglid dan jumlah produksi tertinggidihasilkan dari bibit
sengon.
Harga bibit ditetapkan berdasarkan surat edaran tentang harga
bibit untukkegiatan gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan
(Gerhan) yang dikeluarkan olehSK Menteri Kehutanan Nomor:
71/Kpts-II/2005 tentang standar biaya pengadaanbibit Gerhan, dimana
harga sengon, manglid, suren, jati, mahoni, dan pulai(Rp.
1.600/batang).
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa biaya produksi bibit per
batangberkisar antara Rp. 242 - Rp. 467 per batang tergantung jenis
pohonnya. Jadi apabilaDinas Kehutanan Ciamis akan memproduksi bibit
sebanyak 2 juta batang, maka danayang harus disiapkan sekitar Rp
484 juta-934 juta per tahun. Biaya tersebut sebenarnyatidak terlalu
besar dan masih menguntungkan apabila bibit tersebut dijual
untukkeperluan proyek Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan
(Gerhan) danGerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK) yang biasanya
diterima oleh DinasKehutanan Kabupaten Ciamis karena dana rata-rata
kedua proyek tersebut diterima
D. Alternatif Sumber Pendanaan dan Pengelola Persemaian
Tabel 5. Perhitungan biaya produksi bibit di Persemaian ITTO
Vol. 7 No. 2 Juni Th. 2007, 79 - 89
-
87Analisa biaya produksi bibit bersertifikat (Subarudi)
Programkegiatan
Sumberdana
Jumlah Dana (x Rp. Juta) untuk tahun Rata-Rata
2004 2005 2006
(xRp. Juta)
PembangunanHutan Rakyat
APBDKabupaten
3.106,37 3.162,29 6.167,93 4.145,53
GRLK APBDProvinsi
30,04 1,000,00 900,00 643,33
Gerhan APBN 4.859,71 2.266,63 2.232,74 3.119,69Jumlah 7.996,13
6.428,92 9.300,67 7.908,55
Sumber : Dishut Ciamis (2005; 2006a; 2006b).
Dinas Kehutanan setiap tahun adalah Rp 3,76 milyar sebagaimana
tercantum dalamTabel 6.
Tabel 6. Jumlah dan Sumber Dana Kegiatan Pembangunan Kehutanan
di DinasKehutanan Kabupaten Ciamis
Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata anggaran Dishut Ciamis
sebesar Rp.7,908 milyar per tahun yang berasal dari APBD Kabupaten
(52,4 %), APBN (39,5 %),dan APBD Provinsi (8,2 %). Dengan demikian
biaya operasional persemaian ITTOsetelah proyek selesai dapat
didanai dan dikelola langsung oleh Dinas KehutananCiamis dengan
membentuk UPTD Persemaian dan Pembibitan. UPTD persemaianini lebih
diarahkan sebagai unit organisasi bisnis mandiri yang diberikan
kewenanganuntuk mengelola persemaian secara profesional dan
menguntungkannamun tetap dibawah pembinaan dan pengendalian Dinas
Kehutanan Ciamis.
Dalam rangka kesinambungan pengelolaan persemaian ITTO,telah
merancang organisasi pengelola persemaian (Gambar 2) yang mempunyai
tigatugas pokok utama, yaitu (1) memproduksi bibit sebanyak 1,2
juta batang dari 6 jenispohon, (2) menata fisik dan administrasi
pengelolaan persemaian secara efektif danefisien, dan (3)
menyiapkan segala persyaratan pengelolaan agar siap untuk
sewaktu-waktu dijadikan unit UPTD Dinas Kehutanan Ciamis.
(profitable),
Project Leader
KOORDINATOROPERASIONAL
LAPANGAN
SEKRETARIS DANADMINISTRASIPERSEMAIAN
HUMAS DANPENYULUHANPERSEMAIAN
PENYIRAMAN &PEM. INSTALASI
PERENCANAANPERSEMAIAN
PEMELIHARAAN& PENYAPIHAN
PERBENIHAN &PEMBIBITAN
Gambar 2. Struktur Organisasi Persemaian ITTO
-
88
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Perhitungan biaya operasional persemaian sangat diperlukan
sebagai bahanmasukan bagi Dinas Kehutanan Ciamis dalam menentukan
pola pengelolaanpersemaian pasca berakhirnya proyek ITTO
tersebut.
2. Biaya penyusutan dan modal persemaian adalah sebesar Rp.
115.200.460 yangsebagian besar didominasi untuk kegiatan
perencanaan dan pembangunanpersemaian (41,2 %), pembangunan kantor
(12,3 %), dan pembayaran upah dangaji (36,5 %).
3. Biaya variable untuk produksi bibit diperlukan sebesar Rp.
292.614.350 yangdidominasi oleh kegiatan pembelian bibit (43,7%),
pembelian media kompos(17,9%), dan upah pengisian media (14,4%).
Total biaya produksi 1,2 juta bibitadalah sebesar Rp. 407.854.810
atau rata-rata Rp. 340 per batang.
4. (BEP) untuk masing-masing bibit berkisar antara 115.000
bibithingga 168.000 bibit dengan jumlah produksi bibit terendah
dicapai oleh bibitmanglid dan jumlah produksi tertinggi dihasilkan
dari bibit Sengon.
5. Sumber alternatif pendanaan bagi pengelolaan persemaian
adalah APBN(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) melalui program
Gerhan dan APBD(Anggaran Pendapan dan Belanja Daerah) Provinsi
melalui program gerakanrehabilitasi lahan kritis.
6. Sistem pengelolaan persemaian ITTO yang tepat adalah UPTD dan
untukmenyiapkan diri menjadi UPTD, Dinas Kehutanan Ciamis telah
membentukTim Operasional persemaian dengan 3 tugas pokok utama
yaitu: (1) memproduksibibit sebanyak 1,2 juta batang dari 6 jenis
pohon, (2) menata fisik dan administrasipengelolaan persemaian
secara efektif dan efisien, dan (3) menyiapkan segalapersyaratan
pengelolaan agar siap untuk dijadikan unit UPTD bisnis mandiri
dariDinas Kehutanan Ciamis.
Pengelolaan persemaian sebaiknya dijadikan unit pelaksana teknis
daerah(UPTD) bisnis mandiri dari Dinas Kehutanan Ciamis dengan
struktur organisasi yangmiskin struktur tetapi kaya fungsi dimana
dalam pola operasionalnya harus banyakmelibatkan masyarakat
setempat sebagai upaya pemberdayaan dan peningkatankesejahteraan
masyarakat di sekitar lokasi persemaian.
Biaya produksi bibit per batang masih dapat ditekan atau
dikurangi oleh pihakpengelola persemaian dengan memperhatikan
besaran biaya variable yang palingbesar, diantaranya pembelian
media kompos, dan biaya pengisian media di plastikpolibag.
Break Even Point
Vol. 7 No. 2 Juni Th. 2007, 79 - 89
-
89Analisa biaya produksi bibit bersertifikat (Subarudi)
DAFTAR PUSTAKA
Dishut Ciamis. 2004. Perda Kabupaten Ciamis Nomor 19 Tahun 2004
tentang DishutCiamis. 2005. Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun
2004. Dinas KehutananKabupaten Ciamis.
Dishut Ciamis. 2006a. Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2005.
Dinas KehutananKabupaten Ciamis.
Dishut Ciamis. 2006b. Daftar Isian Penggunanan Anggaran (DIPA)
Tahun 2006.Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis. Produksi dan Peredaran
Kayu Rakyat.
Proyek ITTO. 2007. Second Progress Report of ITTO PD 271/4 Rev.
3 (F) (Periode:September 01, 2006-February 28, 2007). Proyek ITTO
PD 271/04 Rev. 3 (F),Ciamis.
PT Purba Margana. 2006. Laporan Akhir Design Pembuatan
Persemaian ITTO PD271/04 Rev.3 (F). di Kabupaten Ciamis. CV Purba
Margana, Jakarta.
Yamin, Y. 2007. Hasil Diskusi dalam Studi Banding dan Kunjungan
ke CV. Calakan,Ciawi, Tasikmalaya Bagi Peserta Pelatihan Persemaian
dan Calon Pengada Bibitpada Proyek ITTO PD 271/04 Rev. 3 (F),
Ciamis.