PERLINDUNGAN GARDU INDUK DENGAN LIGHTING ARRESTER MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknik
Tegangan Tinggi dengan dosen pengampu Prof. Dr. H. Bachtiar Hasan,
M. Sie. dan Hasbullah, S. Pd., M.T.
Oleh: Ade Uun K. EkaJatnika FachrulNur H. HandiAgus H. (0901960)
(0907265) (0902254) (0908810)
RamdanGumelar (0900694)
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNLOGI
DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2012
KATA PENGANTAR AssalamualaikumWr. Wb. Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala bentuk kasih
sayang, rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mengenai Perlindungan Gardu Induk Dengan Lighting Arrester,
akhirnya sudah sampai pada hasil yang diharapkan. Tujuan dari
adanya makalah ini adalah untuk membantu agar dapat memahami serta
mengetahui dengan jelas isi dari makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Hal
ini dikarenakan oleh keterbatasan pengetahuan, kemampuan, dan
waktu. Oleh karena itu, kritik dan saran merupakan sesuatu yang
sangat berharga bagi kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami khususnya dan pembaca pada mumnya. Kami mengucapkan mohon maaf
apabila dalam pembuatan makalah ini ada kata yang tidak diharapkan
atau tidak berkenan bagi pembaca. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bandung,
Mei 2012
Penyusun
1
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
.......................................................................................
i DAFTAR ISI
......................................................................................................
ii BAB I. PENDAHULUAN
................................................................................
1 A. Latar Belakang
...............................................................................
1 B. Rumusan Masalah
..........................................................................
2 C. Tujuan Penulisan Makalah
........................................................... 2 D.
Manfaat Penulisan Makalah
......................................................... 2 BAB II.
PEMBAHASAN
..................................................................................
3 A. Lighting
Arrester............................................................................
3 B. Prinsip Kerja Lighting arrester
.................................................... 6 C.
Jenis-jenis Lighting
Arrester......................................................... 6
D. Perlindungan Gardu Induk dengan Lighting Arrester ..............
10 BAB III. PENUTUP
..........................................................................................
17 A. Kesimpulan
.....................................................................................
17 DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti yang telah kita
ketahui bahwa pusat pembangkit listrik umumnya dihubungkan dengan
saluran transmisi udara yang menyalurkan tenaga listrik ke dari
pusat penbangkit ke pusat-pusat konsumsi tenaga listrik, yaitu
gardu-gardu induk (GI). Sedangkan saluran transmisi udara ini rawan
sekali terhadap sambaran petir yang menghasilkan gelombang berjalan
(surja tegangan) yang dapat masuk ke pusat pembangkit listrik. Oleh
karena itu, dalam pusat listrik harus ada lightning arrester
(penangkal petir) yang berfungsi menangkal gelombang berjalan dari
petir yang akan masuk ke instalasi pusat pembangkit listrik.
Gelombang berjalan juga dapat berasal dari pembukaan dan penutupan
pemutus tenaga atau circuit breaker (switching). Pada sistem
Tegangan Ekstra Tinggi (TET) yang besarnya di atas 350 kV, surja
tegangan yang disebabkan oleh switching lebih besar dari pada surja
petir. Saluran udara yang keluar dari pusat pembangkit listrik
merupakan bagian instalasi pusat pembangkit listrik yang paling
rawan sambaran petir dan karenanya harus diberi lightning arrester.
Selain itu, lightning arrester harus berada di depan setiap
transformator dan harus terletak sedekat mungkin dengan
transformator. Hal ini perlu karena pada petir yang merupakan
gelombang berjalan menuju ke transformator akan melihat
transformator sebagai suatu ujung terbuka (karena transformator
mempunyai isolasi terhadap bumi/tanah) sehingga gelombang
pantulannya akan saling memperkuat dengan gelombang yang datang.
Berarti transformator dapat mengalami tegangan surja dua kali
besarnya tegangan gelombang surja yang datang. Untuk mencegah
terjadinya hal ini, lightning arrester harus dipasang sedekat
mungkin dengan transformator. Arrester merupakan salah satu
peralatan dalam sistem proteksi untuk melindungi dari gangguan
tegangan lebih yang berasal dari sambaran petir. Beberapa jenis
arrester dikembangkan untuk meminimalisir dampak gangguan. B.
Rumusan Masalah
3
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan
yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud
dengan lighting arrester? 2. Bagaimana prinsip kerja lighting
arrester? 3. Apa saja jenis lighting arrester? 4. Bagaimana
perlindungan gardu induk dengan menggunakan lighting arrester? C.
Tujuan Penulisan Makalah Dari perumusan masalah tersebut, maka bisa
disimpulkan tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut : 1. Dapat
mengetahui apa yang dimaksud dengan lighting arrester; 2. Dapat
mengetahui cara kerja lighting arrester; 3. Dapat mengetahui
jenis-jenis lighting arrester; dan 4. Dapat mengetahui perlindungan
gardu induk dengan menggunakan lighting arrester. D. Manfaat
Penulisan Makalah Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan
makalah ini mencakup beberapa yang terkait diantaranya bagi
mahasiswa makalah ini dapat digunakan sebagai bahan referensi atau
masukan tentang lighting arrester pada gardu induk. Ini bermanfaat
ketika untuk di lapangan ataupun yang berniat menjadi seorang guru.
Bagi masyarakat umum makalah ini bisa dijadikan sebagai bahan
bacaan yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang demokrasi
pendidian. Dan serta untuk menambahkan peran aktif masyarakat dalam
pendidikan.
4
BAB II PEMBAHASAN A. Lighting Arrester Lighting arrester yang
biasanya disingkat dengan LA sering disebut juga penangkal petir,
adalah alat pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik dari
gangguan tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir (surja
petir). Bila surja datang ke gardu induk, arrester bekerja
melepaskan muatan listrik (discharge), serta mengurangi tegangan
abnormal yang akan mengenai peralatan dalam gardu induk tersebut.
Setelah surja (petir atau hubung) dilepaskan melalui arrester, arus
masih mengalir karena adanya tegangan sistem, arus ini disebut arus
dinamik atau arus susulan (follow current).
Gambar 1. Lighting Arrester Sesuai dengan fungsinya, maka pada
umumnya LA dipasang pada setiap ujung saluran udara tegangan ekstra
tinggi (SUTET) antara kawat dan tanah yang memasuki gardu induk
(GI). Di gardu induk yang besar ada kalanya pada transformator juga
dipasang LA untuk menjamin terlindunginya transformator dan
peralatan listrik yang lain dari gangguan tegangan lebih tersebut.
Selain melindungi peralatan dari tegangan lebih yang diakibatkan
oleh tegangan lebih
5
external, arrester juga melindungi peralatan yang diakibatkan
oleh tegangan lebih internal seperti surja hubung, selain itu
arrester juga merupakan kunci dalam koordinasi isolasi suatu sistem
tenaga listrik. Bila surja datang ke gardu induk arrester bekerja
melepaskan muatan listrik serta mengurangi tegangan abnormal yang
akan mengenai peralatan dalam gardu induk. Persyaratan yang harus
dipenuhi oleh arrester adalah sebagai berikut : a. Tegangan
percikan (sparkover voltage) dan tegangan pelepasannya (discharge
voltage), yaitu tegangan pada terminalnya pada waktu pelepasan,
harus cukup rendah, sehingga dapat mengamankan isolasi peralatan.
Tegangan percikan disebut juga tegangan gagal sela (gap breakdown
voltage) sedangkan tegangan pelepasan disebut juga tegangan sisa
(residual voltage) atau jatuh tegangan (voltage drop) Jatuh
tegangan pada arrester = I x R Dimana I = arus arrester maksimum
(A) R = tahanan arrester (Ohm) b. Arrester harus mampu mengalirkan
arus surja ke tanah tanpa merusak arrester itu sendiri c. Arrester
harus mampu memutuskan arus dinamik dan dapat bekerja terus seperti
semula. Batas dari tegangan sistem di mana arus susulan ini masih
mungkin, disebut tegangan dasar (rated voltage) dari arrester d.
Arrester harus memiliki harga tahanan pentanahan di bawah 5
ohm.
Gambar 2. Arus melalui arrester 6
Gambar 3. Tegangan dan arus pelepasan pada arrester Ada beberapa
faktor dalam memilih Arrester yang sesuai untuk suatu keperluan
tertentu, beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah: a.
Kebutuhan perlindungan: ini berhubungan dengan kekuatan isolasi
dari alat yang harus dilindungi dan karakteristik impuls dari
arrester. b. MVA yang short sirkuit yang dinyatakan lewat persamaan
S = kV x kA c. Standart BIL 20kV yaitu 125 kV d. Initial voltage
Lightning arrester yaitu 80% dari BIL, atau sama dengan 100 kV e.
Tegangan sistem: ialah tergangan maksimum yang mungkin timbul pada
jepitan arrester f. Arus hubung singkat sistem: hanya diperlukan
pada arrester jenis ekspulsi g. Jenis Lightning Arrester h. Faktor
kondisi Luar: apakah normal atau tidak normal (2000 meter atau
lebih diatas permukaan laut), temperatur dan kelembaban yang tinggi
serta pengotoran i. Faktor Ekonomi: merupakan perbandingan antara
biaya pemeliharaan dan kerusakan bila tidak ada lightning arrester,
atau bila dipasang lightning arrester yang nilainya lebih rendah
mutunya.
B. Prinsip Kerja Lighting Arrester Lighting arrester bersifat
sebagai jalan pintas (by pass) di sekitar isolator yang membentuk
jalan dan mudah dilalui oleh arus listrik (arus kilat) ke sistem
7
pentanahan sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi
dan tidak merusak isolator peralatan listrik. By pass ini harus
sedemikian rupa sehingga tidak menggangu aliran daya sistem
frekuensi tertentu. Dalam keadaan normal lighting arrester berlaku
sebagai isolator dan bila timbul surja yang melampaui kekuatan
isolator maka ia akan bekerja atau lighting arrester berlaku
sebagai konduktor yang baik dan menyalurkan arus petir ke tanah.
Apabila surja itu hilang atau arus transient dibebaskan, maka
lighting arrester dengan cepat kembali menjadi isolator. C.
Jenis-Jenis Lighting Arrester 1. Lighting Arester Jenis Ekspusi
Arrester jenis ekspulsi/tabung pelindung pada prinsipnya terdiri
dari sela percik yang berada dalam tabung serat dan sela percik
batang yang berada di luar di udara atau disebut dengan sela seri.
Arrester ini digunakan untuk melindungi trafo distribusi
bertegangan 3-15 kV, tetapi belum memadai untuk melindungi trafo
daya. Selain itu digunakan juga pada saluran transmisi untuk
mengurangi besar tegangan surja petir yang masuk ke gardu
induk..Bahan yang digunakan sebagai tube tersebut ialah fibre atau
gelas.
Gambar 4. Arrester Eksplusi 2. Arrester Katup Arrester ini
terdiri dari beberapa sela percik yang dihubungkan seri (series
gap) dengan resistor tak linier. Resistor ini memiliki sifat khusus
yaitu tahanannya 8
rendah saat dialiri arus besar dan sebaliknya tahanan yang besar
saat dialiri arus kecil. Resistor yang umum digunakan untuk
arrester terbuat dari bahan silicon karbid. Sela percik dan
resistor tak linier keduanya ditempatkan dalam tabung isolasi
tertutup sehingga kerja arrester ini tidak dipengaruhi keadaan
udara sekitar. Arrester jenis ini ummunya dipakai untuk melindungi
alat-alat yang mahal pada rangkaian, biasanya dipakai untuk
melindungi trafo daya. Arrester katup ini dibagi menjadi empat
jenis, yaitu sebagai berikut. a. Arrester Katup Jenis Gardu
Pemakaiannya secara umum pada gardu induk besar untuk melindungi
alat-alat yang mahal pada rangkaian mulai dari 2,4-287 kV.
Gambar 5. Arrester Katup Jenis Gardu b. Arrester Katup Jenis
Saluran Arrester jenis saluran lebih murah dari arrester gardu.
Arrester jenis saluran ini dipakai pada sistem tegangan 15-69
kV.
9
Gambar 6. Arrester Katup Jenis Saluran c. Arrester Katup Jenis
Distribusi Seperti namanya arrester ini digunakan untuk melindungi
transformator pada saluran distribusi. Arrester jenis ini dipakai
pada peralatan dengan tegangan 120-750 volt.
Gambar 7. Arrester Katup Jenis Distribusi d. Arrester Katup
Jenis gardu Induk Untuk Mesin-Mesin Arrester jenis gardu ini khusus
untuk melindungi mesin-mesin berputar. Pemakaiannya untuk tegangan
2,4-15 kV. 3. Arrester Seng Oksida Arrester seng oksida yang
disebut juga metal oxide arrester (MOA) merupakan arrester yang
tidak memiliki sela seri, terdiri dari satu atau lebih unit yang
kedap udara, yang masing-masing berisikan blok-blok tahanan katup
sebagai elemen aktif dari arrester. Pada dasarnya prinsip kerja
arrester ini sama dengan arrester katup. Karena arrester ini tidak
memiliki tahanan sela seri, maka arrester ini sangat bergantung
pada tahanan yang ada dalam arrester itu sendiri. Apabila terkena
petir, tahanan arrester akan langsung turun sehingga menjadi
konduktor dan mengalir petir ke bumi. Namun setelah petir lewat,
tahanan kembali naik sehingga bersifat isolator.
10
Gambar 8. Arrester Jenis Seng Oksida D. Perlindungan Gardu Induk
dengan Lighting Arrester 1. Jangkauan Perlindungan Arrester Jarak
antara arrester dan alat yang dilindungi harus dibuat sependek
mungkin. Pada umumnya jarak sampai 50 m dianggap masih aman,
meskipun gangguan petirnya sangat dekat dengan GI asalkan ada
toleransi 20-30% antara tingkat isolasi (BIL) dari alat yang
dilindungi dan tegangan pelepasan dari Arrester. Untuk pengamanan
terhadap surja hubung (switching surge), arrester sebaiknya
dipasang diantara trafo, yang memang menjadi tujuan utama
perlindungan ini, dan pemtus bebannya. Pertimbangannya ialah bahwa
arrester itu akan dapat juga menyerap surja dari pemutusan arus
pembangkit. 2. Tegangan Dasar Tegangan dasar arrester ditentukan
berdasarkan tegangan sistem maksimum yang mungkin terjadi. Tegangan
ini dipilih berdasarkan kenaikan tegangan dari fasa-fasa yang sehat
pada waktu ada ganguan 1-fasa ke tanah ditambah suatu toleransi: Er
= Um Er = tegangan dasar arrester = koefisien pembumian
11
= toleransi, guna memperhitungkan fluktuasi tegangan, efek
Ferranti dan sebagainya Um = tegangan sistim maksimum Koefisien
yang menunjukkan kenaikan tegangan dari fasa yang sehat pada waktu
ada gangguan 1 fasa ke tanah, tergantung dari impedansi-impedansi
urutan positif, negative dan nol dilihat dari titik gangguan. 3.
Karakteristik Tegangan Pelepasan Perbandingan antara tegangan
pelepasan dan tegangan dasar disebut perbandingan tingkat pelepasan
(discharge level ratio: DLR). Makin
rendah.perbandingan ini, makin baik karakteristik arrester.
Akhir-akhir ini telah dibuat arrester dengan DLR kurang dari
3,0.
12
Gambar 8. Tegangan kawat ke tanah maksimum di tempat gangguan
untuk sistem ditanahkan 4. Kemampuan Arrester Terhadap Surja Hubung
Ada dua macam surja, surja petir dan surja hubung. Jika arrester
melepas surja hubungan maka tenaga yang harus ditampung arresteir
itu lebih besar dari pada tenaga yang harus diserap bila surja
petir yang menyambar. Ketika arrester yang dapat memenuhi tugas
kerja terhadap surja hubung belum berhasil dibuat, maka arrester
itu dirancang untuk tidak melepas karenas srrja hubung dan
tingkatan isolasi dari peralatan yang dilindungi diperkuat terhadap
surja hubung. Namun, pada sistem dengan tegangan sangat tinggi,
karena pertimbangan ekonomis dikehendaki penurunan tingkat isolasi
terhadap surja hubung. Oleh karena itu, setelah arrester yang mampu
menampung surja hubung ini dapat dibuat, maka penekanan surja
hubung oleh arrester mulai dilakukan. Meskipun dikehendaki tegangan
pelepasan terhadap surja hubung kurang dari 70 % BIL dari peralatan
yang dilindungi, suatu batas minimum kadang-kadang diadakan, karena
jika tegangan ini terlalu rendah, arrester akan terlalu sering
bekerja, dan ini mempercepat kerusakannya. Tingkat pengenal dari
sebuah lightning arrester dinyatakan sebagai berikut:
13
a. Tegangan nominal atau tegangan pengenal (UA) (Nominal Voltage
Arrester) Adalah tegangan dimana lightning arrester masih dapat
bekerja sesuai dengan karakterisiknya. Lightning arrester tidak
dapat bekerja pada tegangan maksimum sistem yang direncanakan,
tetapi masih tetap mampu memutuskan arus ikutan dari sistem secara
efektif. Lightning arrester umumnya tidak dapat bekerja jika ada
gangguan fasa ke tanah di satu tempat dalam sistem, karena itu
tegangan pengenal dari lightning arrester harus lebih tinggi dari
tegangan fasa sehat ke tanah, jika tidak demikian maka, lightning
arrester akan melalukan arus ikutan sistem yang terlalu besar yang
menyebabkan lightning arrester rusak akibat beban lebih termal
(thermal overloading). Untuk mengetahui tegangan maksimum yang
mungkin terjadi pada fasa yang sehat ke tanah sebagai akibat
gangguan satu fasa ke tanah perlu diketahui. 1) Tegangan sistem
tertinggi (the highest sistem voltage), umumnya diambil harga 110 %
dari harga tegangan nominal sistem. 2) Koefisien Pentanahan
Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa sehat
ke tanah dalam keadaan gangguan pada tempat dimana lightning
arrester dipasang, dengan tegangan rms fasa ke fasa tertinggi dari
sistem dalam keadaan tidak ada gangguan. Jadi, tegangan pengenal
dari suatu lightning arrester (arrester rating) = Tegangan rms fasa
ke fasa tertinggi x koefisien pentanahan = Tegangan rms fasa ke
fasa x 1.10 x koefisien pentanahan a) Sistem yang ditanahkan
langsung koefisien pentanahannya 0.8. Lightning arresternya disebut
sebagai lightning arrester 80 %. b) Sistem yang tidak ditanahkan
langsung koefisien pentanahannya 1.0. Lightning arresternya disebut
sebagai penangkap 100 %. b. Arus Pelepasan Nominal (Nominal
Discharge Current)
14
Adalah arus pelepasan dengan harga puncak dan bentuk gelombang
tertentu yang digunakan untukmenentukan kelas dari lightning
arrester sesuai dengan: 1) kemampuannya melalukan arus 2)
karakteristik pelindungnya Bentuk gelombang arus pelepasan tersebut
adalah: 1) Menurut standard Inggris/Eropa (IEC) 8 s/20 s 2) Menurut
standard Amerika 10 s/20 s dengan kelas PP 10 kA; 2.5 kA dan 1.5
kA. a) kelas Arus 10 kA, untuk perlindungan gardu induk yang besar
dengan frekuensi sambaran petir yang cukup tinggi dengan tegangan
sistem diatas 70 kv. b) Kelas Arus 5 kA sama seperti (a), untuk
tegangan sistem dibawah 70 kV. c) Kelas Arus 2.5 kA, untuk
gardu-gardu kecil dengan tegangan sistem dibawah 22 kV, dimana
pemakaian kelas 5 kA tidak lagi ekonomis. d) Kelas Arus 1.5 kA,
untuk melindungi trafo-trafo kecil di daerahdaerah pedalaman. c.
Tegangan Percikan Frekuensi Jala-jala (Power Frequency Spark Over
Voltage) Lightning arrester tidak boleh bekerja pada gangguan lebih
dalam (interval over voltage) dengan amplituda yang rendah karena
dapat membahayakan sistem. Untuk alasan ini maka ditentukan
tegangan percikan frekuensi jala-jala minimum.1) Menurut standard
Inggris (B.S)
Tegangan percikan frekuensi jala-jala minimum = 1.6 x tegangan
pengenal lightning arrester2) Menurut standard IEC
Tegangan percikan frekuensi jala-jala minimum = 1.5 x tegangan
pengenal lightning arrester.
15
d. Tegangan Percikan Impuls Maksimum (Maximum Impulse Spark Over
Voltage) Adalah tegangan gelombang impuls tertinggi yang terjadi
pada terminal lightning arrester sebelum lightning arrester
tersebut bekerja. Bentuk gelombang impuls tersebut menurut IEC
Publ. 60 - 2 adalah 1.2 s/50 s. Hal ini menunjukkan bahwa jika
tegangan puncak surja petir yang datang mempunyai harga yang lebih
tinggi atau sama dengan tegangan percikan maksimum dari lightning
arrester, maka lightning arrester tersebut akan bekerja memotong
surja petir tersebut dan mengalirkannya ke tanah. e. Tegangan Sisa
(Residual Discharge Voltage) Adalah tegangan yang timbul diantara
terminal lightning arrester pada saat arus petir mengalir ke
tanah.Tegangan sisa dan tegangan nominal dari suatu lightning
arrester tertentu tergantung pada kecuraman gelombang arus yang
datang (di/dt dalam A/s) dan amplituda dari arus pelepasan
(discharge current). Untuk menentukan tegangan sisa ini digunakan
impuls arus sebesar 8 s/ 20 s (IEC Standard) dengan harga puncak 5
kA dan 10 kA. Untuk harga arus pelepasan yang lebih tinggi maka
tegangan sisa ini tidak akan naik lebih tinggi lagi. Hal ini
disebabkan karena karakteristik tahanan yang tidak linier dari
lightning arrester. Umumnya tegangan sisa tidak akan melebihi Bil
(Basic Insulation Level = Tingkat Isolasi Dasar = TID) daripada
peralatan yang dilindungi walaupun arus pelepasan maksimumnya
(Maximum Discharge Current) mencapai 65 kA atau 100 kA. f. Arus
Pelepasan Maksimum (Maximum Discharge Current) Adalah arus surja
maksimum yang dapat mengalir melalui lightning arrester setelah
tembusnya sela seri tanpa merusak atau merubah karakteristik dari
lightning arrester. Kelas Lighting Arrester (Arus pelepasa Nominal)
[Ampere] 10.000 (Heavy Duty)
Harga Puncak Arus Terpa [Kilo Ampere] 100
16
10.000 (Light Duty) 5 2.5 1.5
100 65 25 10
Jarak lindung antara lighting arrester dengan peralatan yang
dilindungi adalah: L= L Ur ULA V [m/s] = impedansi surja : hantaran
udara 200 500 ohm, kabel 30 80 ohm dU/dt = kecuraman gelombang
tegangan datang [kV/s] di/dt = kecuraman gelombang arus datang
[kA/s] V = jarak lindung maksimum dari posisi LA ke peralatan yang
diproteksi [m] = tegangan BIL peralatan, missal trafo [kV] =
tegangan kerja impuls arrester [kV] = kecepatan rambat gelombang :
di udara 300 [m/s], di kabel 300/r
17
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Lighting arrester adalah alat
pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik dari gangguan
tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir (surjapetir).
Sesuai dengan fungsinya, maka pada umumnya LA dipasang pada setiap
ujung saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) antara kawat dan
tanah yang memasuki gardu induk (GI). Lighting arrester mempunyai
beberapa jenis diantaranya ialah jenis eksplusi, jenis katup, dan
jenis seng oksida. Dalam keadaan normal LA berlaku sebagai isolator
dan bila timbul surja yang melampaui kekuatan isolator maka ia akan
bekerja atau LA berlaku sebagai konduktor yang baik dan menyalurkan
arus petir ke tanah. Apabila surja itu hilang atau arus transient
dibebaskan, maka LA dengan cepat kembali menjadi isolator.
18
DAFTAR PUSTAKA Arif B., Rezon. 2010. Lighting Arrester.
Semarang. Fajultas Teknik Universitas Diponegoro. Arismunandar dan
Kuwahara. (1973). Teknik Tenaga Listrik Jilid III Gardu Induk.
Jakarta :Pradnya Paramita. Hasan, Bachtiar. (2002). Peralatan
Teknik Tegangan Tinggi. Bandung: Pustaka Ramadhan. Hasan, Bachtiar.
(2010). Teknik Tegangan Tinggi, edisi 2. Bandung: Pustaka Ramadhan.
Ika Susilawati, Dyah dan Susatyo Handoko. -. Pemakaian dan
Pemeliharaan Arrester Pada gardu Induk 150 KV Srondol PT. PLN
(Persero) P3B JB Region Jawa Tenga hdan DIY UPT Semarang. Semarang.
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Lama M. Sc., Ir. Mustari.
-. Teknik Tegangan Tinggi. Jakarta. Universitas Mercubuana.
Manurung, Walber. dkk. -. Peralatan Listrik. Palembang. Fakultas
Teknik Universitas Sriwijaya. Prasetyo, Eko. 2009. Medium - High
Voltage Switchyards Supporting Equipment. Surabaya. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. RifaI, Muhamad. 2006. Analisis metode
pengujian arrester tegangan rendah
button typed surge protection device terhadap komponen
elektronika dalamJurnal ELTEK. Vol 04 No 02 2006. Suswanto, Daman.
(-). Sistem Distribusi Tenaga Listrik. -. -.
19