LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL “Sediaan Steril Infus Amonium Klorida 0,5%” Disusun oleh: SUSI WIDIAWATI P17335112044 POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
“Sediaan Steril Infus Amonium Klorida 0,5%”
Disusun oleh:
SUSI WIDIAWATI
P17335112044
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI FARMASI
2013INFUS AMONIUM KLORIDA 0,5 %
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan formulasi yang tepat dalam pembuatan
sediaan Infus Amonium Klorida 0,5 %.
2. Dapat melakukan pembuatan sediaan infus dengan
teknik sterilisasi akhir dengan baik dan benar.
3. Menentukkan hasil evaluasi sediaan Infus Amonium
Klorida 0,5 %.
II. PENDAHULUAN
Pengertian Sediaan Parental
Sediaan parental (menurut British Pharmacopoea
2009 Volume III dalam Parental Preparation, hal. 1)
merupakan sediaan steril yang dimaksudkan untuk
pemberian secara injeksi, infus atau implan pada tubuh
manusia atau hewan.
Karakteristik Khusus dan persyaratan sediaan parental
Karakteristik sediaan parental yang penting
diperhatikan adalah :
a.Aman secara toksilogi. Perlu diperhatikan banyak
aditif yang potensial dalam formulasi sediaan tidak
cukup aman untuk pemberiaan obat secara injeksi.
b.Steril, bebas dari koantaminasi mikroorganisme, baik
bentuk vegetative, spora, patogen maupun nonpatogen.
c.Bebas dari kontaminasi pirogenik (termasuk
edotoksin).
d.Bebas dari patikel partikulat asing.
e.Stabil, tidak hanya secara fisika dan kimia tetapi
juga secara mikrobiologi.
f.Kompatible jika dicampur dengan sediaan parental
lain yang akan diberikan secara intravena (intravenous
admixture). (Agoes, 2009)
Pengertian Sediaan Infus
Infus (menurut British Pharmacopoea 2009 Volume
III dalam Parental Preparation, hal. 4) adalah sediaan
steril berupa larutan atau emulsi menggunakan air
sebagai pelarut. Biasanya dibuat isotonis terhadap
darah, pada prinsipnya ditunjukkan untuk pemberian
volume besar. Infus tidak mengandung zat tambahan
pengawet
Syarat infus intravenous (menurut Farmakope Indonesia
Edisi III, hal. 12)
1. Bebas pirogen
2. Isotonus terhadap darah
3. Jika dibuat emulsi dibuat dengan air sebagai fase
luar dan diameter fase dalam tidak lebih dari mikro
meter. Setelah dikocok harus homogen dan tidak
menunjukkan pemisahan fase
4. Jika tidak dinyatakan lain tidak diperbolehkan
mengandung bakterisida dan zat dapar
5. Volume netto. Pindahkan isi wadah ke dalam tabung
ukur bersih dan kering. Volume terukur tidak kurang
dari nilai normal
6. Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal
III. TINJAUAN PUSTAKA
Efek Farmakologi Amonium Klorida Infus :
Amonium klorida (menurut menurut British
Pharmacopoea 2009 Volume I dan II hal. 341) digunakan
untuk pengasaman urin dan untuk memperbaiki alkalosis
metabolik.
Cara Kerja Amonium Klorida :
Farmakodinamik amonium klorida (menurut martindale
the complete drug reference, 36th edition, hal. 1551)
ion amonium diubah menjadi urea di hati sedangkan
anion Cl- dibebaskan ke dalam darah dan cairan
ekstraseluler menyebabkan asidosis metabolik dan
menurunkan pH urine.
Dosis Amonium Klorida Infus : (menurut martindale the
complete drug reference, 36th edition, hal. 1552)
Setiap g amonium klorida mengandung 18,69 mmol
klorida. Biasanya diberikan sebagai 1% sampai 2%
larutan dengan infus intravena lambat, dan dosis
tergantung pada beratnya alkalosis.
IV. FORMULASI
1. Bahan aktif
Amonium Klorida (RM : NH4Cl ; BM : 53,49) [HOPE 6th, p :
42-43]
Pemerian Tidak berwarna, tidak berbau, kristal atau
massa kristal, berwarna putih, bubuk
granul, rasa asin, bersifat higroskopis dan
memiliki kecenderungan untuk cacking.Kelarutan Larut dalam air, asam klorida dan natrium
klorida juga larut dalam gliserin, sedikit
larut dalam metanol, etanol. Hampir tidak
larut dalam aseton, eter, dan etil asetat.Stabilita
s
Panas
Hidroli
s
i
s
Cahaya
Pada suhu 338°C terurai seluruhnya
membentuk amonia dan asam klorida.
-
-
pH Antara 4,6 dan 6,0 [FI IV, hal. 94-95]Penyimpan
an
Penyimpanan pada wadah yang tertutup rapat,
sejuk dan kering. Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang
digunakan
: Garam
Bentuk sediaan : LarutanCara sterilisasi
sediaan
: Sterilisai akhir
Kemasan : Botol
2. Water for Injection (RM : H2O ; BM : 18,02) [HOPE 6th, p
: 766-768]
Pemerian Cairan jernih, tidak berbau, tidak
berwarna, tidak berasaKelarutan Dapat bercampur dengan pelarut polar
lainnyaStabilitas Stabil disemua keadaan fisik (padat,
cair, gas)Kegunaan PelarutInkompatibi
litas
Air dapat bereaksi dengan obat dan
berbagai eksipien yang rentan akan
hidrolisis (terjadi dekomposisi jika
terdapat air atau kelembapan) pada
peningkatan temperatur. Air bereaksi
secara kuat dengan logam alkali dan
bereaksi cepat dengan logam alkali tanah
dan oksidanya seperti kalsium oksida dan
magnesium oksida. Air juga bisa bereaksi
dengan garam anhidrat menjadi bentuk
hidrat.
3. Dekstrosa (RM : C6H12O6 ; BM : 198,17) [HOPE 6th ; p :
222-225]
Pemerian Kristal tidak berwarna atau kristal putih
atau bubuk granul, tidak berbau, berasa
manis.Kelarutan Sedikit larut dalam etanol 95% dan eter,
larut dalam methanol 1 banding 120, larut
dalam air 1 banding 1.1 pada suhu 25°C,
larut dalam air 1 banding 0,8 pada suhu
30°C, larut dalam air 1 banding 0,41 pada
suhu 50°C, larut dalam air 1 banding
0,28 pada suhu 70°C, larut dalam air 1
banding 0,18 pada suhu 90°C.Stabilitas Memiliki stabilitas yang baik pada
kondisi penyimpanan kering. Larutan encer
dapat disterilisasi menggunakan autoklaf.
Pemanasan yag berlebih dapat
mengakibatkan penurunan Ph dan
karamelisasi larutan.Kegunaan Agen tonisitasInkompatib
ilitas
Larutan dekstrosa tidak kompatibel dengan
beberapa obat-obatan seperti
cyanocobalamin, kanamisin sulfat, natrium
novobiocin, dan sodium warfarin.
Eritromisin gluceptate tidak stabil dalam
larutan dekstrosa pada pH kurang dari
5.05.
Dekomposisi vitamin B-kompleks dapat
terjadi jika menghangat dengan dekstrosa.
Dalam bentuk aldehida, dekstrosa dapat
bereaksi dengan amina, amida, asam amino,
peptida, dan protein.
Warna coklat dan dekomposisi terjadi
dengan alkalis kuat. Dekstrosa dapat
menyebabkan pencoklatan tablet yang
mengandung amina (Reaksi Maillard).
4. Na EDTA (RM : C10H12N2Na4O8 ; BM : 380.20) [HOPE 6th ; p :
247-249]
Pemerian Bubuk kristal putihKelarutan Larut dalam satu bagian airStabilitas Meskipun cukup stabil dalam keadaan padat
tetapi lebih stabil daripada asam bebas,
yang decarboxylates jika dipanaskan di
atas suhu 150°C. Dinatrium edetat
dihidrat kehilangan air kristal jika
dipanaskan sampai 120°C. Edetat kalsium
dinatrium sedikit higroskopis dan harus
dilindungi dari kelembaban.
Larutan asam atau garam edetat edetic
dapat disterilkandengan autoklaf, dan
harus disimpan dalam wadah bebas alkaliKegunaan Agen pengkelatInkompatib Tidak kompatibel dengan agen pengoksidasi
ilitas kuat, basa kuat, dan ion logam polivalen
seperti tembaga,paduan nikel, dan
tembaga.
Asam Edetic dan disodium edetat
berperilaku sebagai asam lemah, merubah
karbon dioksida dari karbonat dan
bereaksi dengan logam untuk membentuk
hidrogen. Kompatibel lainnya termasuk
inaktivasi jenis tertentuinsulin akibat
khelasi seng, dan chelation
Kalsium dinatrium edetat juga telah
terbukti tidak sesuai dengan amfoterisin
dan dengan hidroklorida hydralazine di
infus cairan
V. PENDEKATAN FORMULA
No
.
Nama Bahan Jumlah Kegunaan
1. NH4Cl 0,5 % Zat Aktif2. Na EDTA 0,2 % Zat pengkelat [HOPE
6th ; p : 247-249]3. Dekstrosa 1,58 % Zat pengisotonis [HOPE
6th ; p : 222-225]4. WFI Ad 100 % Pembawa
VI. PERHITUNGAN TONISITAS DAN OSMOLARITAS
Perhitungan Tonisitas – Osmolaritas
Tonisitas
Bahan Jumlah Nilai E TonisitasNH4Cl 0,5 % 1,1 0,55Na EDTA 0,2 % 0,48 0,096Jumlah tonisitas 0,646
Larutan bersifat hipotonis karena kurang dari
0,9% NaCl, maka perlu ditambahkan zat pengisotonis
yang setara dengan 0,254 % NaCl (0,9 % - 0,646% =
0,254% NaCl), zat pengisotonis yang digunakan adalah
Dekstosa, 1 g dekstrosa setara dengan 0,16 g NaCl.
Maka :
1g0,16g
x0,245 %=1,58% Dekstosa dalam sediaan
Osmolalitas
Diketahui :
NH4Cl 2,75 g (BM : 53,49 g/mol)
Na EDTA 1,2 g (BM : 380.20 g/mol)
Dekstrosa 9,48 g (BM : 198 g/mol)
Perhitungan :
m Osm = gLBM
x 1000 x ion∑
m Osm NH4Cl = 2,75g0,6L
53,48g.mol−1 x 1000 x 2 =
171,37 mOsmL
m Osm Na EDTA = 1,2g0,6L
380.20g.mol−1 x 1000 = 5.26
mOsmL
m Osm Dekstrosa = 9,48g0,6L
198g.mol−1 x 1000 =
79,9 mOsmL+
m Osm larutan
= 256,53 mOsmLSediaan Infus Amonium Klorida 0,5 % bersifat sedikit
hipotonis karena berada di rentan 250-269 mOsmL[Codex 12th]
VII. PENIMBANGAN
Sediaan infus Amonium Klorida 0,5 % yang dibuat
sebanyak 2,5 g/500 mL
Total volume sediaan yang dibuat sebanyak 600 mL
berdasarkan pertimbangan volume terpindahkan dan
kehilangan selama proses produksi.
No. Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang1. NH4Cl 2,75 g2. Dekstrosa 1,23. NaEDTA 9,484. WFI ad 600 mL
VIII. STERILISASI
a. Alat
Nama AlatCara
Sterilisasi
Waktu
SterilisasiJumlah
Beker gelas 50
mL
Panas kering
(oven)
2 jam (160°
C)3
Beker gelas 800
mL
Panas kering
(oven)
2 jam (160°
C)2
Batang PengadukPanas kering
(oven)
2 jam (160°
C)5
Gelas Ukur 500
mL
Panas basah
(autoklaf)
15 menit
(121° C)1
Pipet tetesPanas kering
(oven)
2 jam (160°
C)1
Karet pipet
tetes
Panas kering
(oven)
2 jam (160°
C)1
CorongPanas kering
(oven)
2 jam (160°
C)1
SpatelPanas kering
(oven)
2 jam (160°
C)3
Cawan penguapPanas kering
(oven)
2 jam (160°
C)3
Aluminium foilPanas basah
(autoklaf)
15 menit
(121° C)
Secukupn
ya
b. Wadah
No
.
Nama alat Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)
1. Botol
Infus
1 1. Cuci bersih botol infus dan
keringkan
2. Bungkus rapi botol infus
menggunakan alumunium foil
3. Masukkan botol infus dan
ditata dengan baik, kemudian
oven ditutup.
4. Hubungkan oven ke sumber
listrik, hidupkan oven
dengan menekan tombol on-
off, atur suhu pada 160° C
dan tunggu suhu oven
mencapai suhu tersebut.
5. Setelah mencapai suhu 160° C
maka atur waktu selama 2 jam
6. Tunggu proses sterilisasi
berlangsung, jika telah
selesai sebelum oven dibuka,
tunggu suhu oven turun
setidaknya selama 2 jam
7. Setelah proses sterilisasi
selesai, alat dimasukkan ke
dalam box isolator steril
8. Semua alat dimasukkan dalam
lemari penyimpanan alat
steril
9. Tekan tombol off
2. Tutup
botol
karet
1 1. Cuci bersih tutup botol karet
kemudian keringkan.
2. Siapkan wadah untuk menampung
larutan alkohol 70 %,
tuangkan larutan alkohol
kedalam wadah tersebut dan
pastikan alkohol dapat
merendam seluruh bagian alat
yang akan disterilisasikan.
3. Masukkan tutup botol karet
kemudian wadah ditutup.
4. Lakukan proses sterilisasi
selama kurung waktu 24 jam.
5. Setelah proses sterilisasi
selesai, angkat tutup karet
botol kemudian dikeringkan.
6. Setelah proses sterilisasi
selesai alat dimasukkan ke
dalam box isolator steril
7. Semua alat dimasukkan dalam
lemari penyimpanan alat
steril.
c. Sediaan dan Bahan
Nama bahan Jumla
h
Cara sterilisasi (lengkap)
WFI 1 1. Siapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan
2. Timbang 1 tablet karon
absorben
3. Masukkan ke dalam beker gelas
yang berisi WFI
4. Panaskan WFI yang telah
dimasukkan karbon absoren
sambil diaduk
5. Angkat WFI kemudian disaring
dengan menggunakan kertas
saring berlapis dua
6. WFI yang telah dipirogenasi
tersebut didunakan sebagai
pembawa dalam sediaan.
Sediaan
infus
Amonium
Klorida
1
1. Bungkus rapih bagian atas
botol infus yang telah
ditutup oleh oleh tutup karet
dan tutup aluminium.
2. Hubungkan kabel alat autoclaf
ke saklar listrik.
3. Tekan tombol ON. Tunggu
sampai keluar tayangan angka
di layar alat.
4. Geser kunci pembuka autoklaf
ke kanan, kemudian buka tutup
autoclaf
5. Kontrol air dalam bejana,
bila kurang tambah (aqua DM
sampai batas saringan).
6. Isi dengan aqua DM water bath
sampai garis batas air.
7. Catat jam awal pemakain dalam
buku log
8. Masukkan sediaan yang akan
disterilkan ke keranjang
autoclaf.
9. Tutup autoclaf dan geser
kunci autoclaf kesebelah
kiri.
10. Tekan program autoclaf
(tekan star/stop) Sudah
terprogram untuk sterilisasi
pada suhu 121°C selama 15
menit.
11. Setelah 15 menit, buka
buangan gas sampai bunyi
tidak terdengar lagi, tunggu
sampai suhu 70° C.
12. Buka penutup autoklaf ,
dengan menggeser tombol kunci
dari posisi lock ke unlock,
ambil bahan yang disterilkan
13. Tekan tomol off.
14. Setelah proses sterilisasi
selesai keluarkan sediaan
IX. PROSEDUR PEMBUATAN
RUANG PROSEDURGrey Area
(Ruang C)
Sterilisasi alat dan wadah:
1. Alat-alat yang akan digunakan dicuci,
dikeringkan dan dibungkung menggunakan kertas
perkamen atau aluminium, sebelumnya botol
infus dikalibrasi 515 ml dan beker gelas 800
ml dikalibrasi 600 ml.
2. Alat-alat yang disterilisasi menggunakan
autoklaf dimasukkan kemudian ditata dan
disteriliasasi pada suhu 121°C selama 15
menit.
3. Alat-alat dan wadah yang disterilisasi
menggunakan oven dimasukkan kemudian ditata
dan disterilisasi pada suhu 160°C selama 2
jam.
4. Alat-alat yang terbuat dari karet
disterilisasi menggunakan alkohol 70% selama
24 jam dengan cara direndam.
5. Setelah proses sterilisasi selesai alat
dimasukkan ke dalam box isolator steril
6. Semua alat dan wadah dimasukkan dalam lemari
penyimpanan alat steril.
Grey Area
(Ruang
Penimbang
an dan
Evaluasi,
Ruang C)
Penimbangan bahan :
Timbang masing-masing bahan dengan menggunakan
cawan, yaitu :
1. 2,75 g NH4Cl kemudian ditutup dengan
menggunakan aluminium foil.
2. Dekstrosa 1,2 gram kemudian ditutup dengan
menggunakan aluminium foil.
3. Na EDTA 9,48 GRAM kemudian ditutup dengan
menggunakan aluminium foil.Grey Area
(mixing
room,
Ruang C)
1. Meja kerja dan sarung tangan dibersihkan
terlebih dahulu dengan etanol 70 %.
2. Amonium klorida sebanyak 2,5 gram dilarutkan
secukupnya oleh WFI dalam beker gelas 50 ml,
cawan tempat penyimpanan ammonium klorida
dibilas dua kali dengan menggunakan sedikit
WFI, hasil bilasan dimasukkan ke dalam beker
gelas yang sama.
3. Dekstrosa sebanyak 1,2 gram dilarutkan
secukupnya oleh WFI dalam beker gelas 50 ml,
cawan tempat penyimpanan ammonium klorida
dibilas dua kali dengan menggunakan sedikit
WFI, hasil bilasan dimasukkan ke dalam beker
gelas yang sama.
4. Na EDTA sebanyak 9,48 gram dilarutkan
secukupnya oleh WFI dalam beker gelas 50 ml,
cawan tempat penyimpanan ammonium klorida
dibilas dua kali dengan menggunakan sedikit
WFI, hasil bilasan dimasukkan ke dalam beker
gelas yang sama.
5. Ketiga larutan tersebut dicampurkan dan
dipastikan melarut secara sempurna dalam
beker gelas 800 ml yang telah dikalibrasi,
masing-masing beker gelas 50 ml dibilas
sebanyak 2 kali dengan sedikit WFI, tambahkan
WFI hingga hampir tanda batas ukur ph
larutan, jika tidak sesuai dengan ph tarket
sediaan asamkan dengan menggunakan HCl atau
basakan dengan menggunakan NaOH. Setelah ph
target didapat maka ad WFI hingga tanda
batas.
White
Area –
Ruang A
(Filling)
1. Disinfektan LAF dengan menggunakan etanol 70%
yang sebelumnya telah dinyalakan dan disinari
oleh sinar ultraviolet.
2. Siapakan alat-alat yang dibutuhkan
3. Saring sediaan menggunakan membrane filtrasi
ukuran 0,45 µm sebanyak dua kali kemudian
dilanjutkan dengan filtarsi berukuran 0,22
µm.
4. Masukkan sediaan ke dalam botol infus dan
tutup dengan menggunakan penutup karet. Bawa
sediaan ke Ruang CGrey Area
– Ruang C
(Penutupa
1. Botol infus ditutup menggunakan penutup
aluminium, setelah itu dimasukkan ke dalam
mesin untuk mengecangkan penutup aluminium di
n Botol
Infus dan
Sterilisa
si
Sediaan)
grey area.
2. Sterilisasi sediaan menggunakan alat autoklaf
pada suhu 121°C selama 15 menit.
3. Setelah selesai, ambil sediaan dan keringkan
botol infus
Grey Area
– Ruang C
(Pemasang
an Etiket
dan
Evaluasi)
1. Etiket luar ditempel
2. Lakukuan evaluasi sediaan terhadap sediaan
tersebut, yang meliputi:
a. Volume terpindahkan
b. Uji partikulat
c. Kejernihan
d. Uji sterilitas
e. Organoleptik
f. Uji pirogen
g. Uji kebocoran
h. Uji stabilitas
i. Pengecekan ph
j. Uji endotoksin
k. Uji Kompatibilitas
X. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN
No Jenis
evaluasi
Prinsip
evaluasiJumlah
sampel
Hasil
pengamata
n
Syarat
1. Uji Membanding 1 Tidak Jika lebih
Kejernih
an
kan
kejernihan
laruta
dengan
larutan
amonium
klorida
dengan
penerangan
yang cukup
memenuhi
syarat
tidak
jernih dari
larutan
amonium
klorida
dinyatakan
tidak
memenuhi
syarat
2.Uji
Partikul
at
Menghitung
jumlah
partikel
yang ada
pada
sediaan
dengan
penerangan
yang baik
dilakukan
dengan 3
kali
pengamatan
1
Tidak
memenuhi
syarat,
jumlah
partikel
>10
Tidak
memenuhi
syarat jika
jumlah
rata-rata
lebih atau
sama dengan
sepuluh
3.
Uji pH Penetapan
pH dengan
menggunaka
n kertas
pH meter
1 Tidak
memenuhi
syarat
pH 7
pH harus
sesuai
denga pH
target
sediaan
dicocokkan
pada
indikator
yang
tertera
yaitu 5
4.Uji
Kebocora
n
Membalikka
n 90°
wadah
sediaan,
dilihat
apakah
terjadi
kebocoran
melalui
tutup
botol atau
tidak
1Memenuhi
syarat
Tidak
terjadi
kebocoran
5.Uji
Volume
terpinda
hkan
Mengukur
volume isi
sediaan
pada
tabung
ukur
1Memenuhi
syarat
Untuk
volume
diatas 50
ml
penambahan
volume >=
3%
XI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dibuat sediaan Infus
Amonium Klorida 0,5% dengan zat eksipien WFI sebagai
pembawa, Dekstrosa sebagai zat pengisotonis dan Na EDTA
sebagai agen pegkelat.
Infus merupakan sediaan parental. Sediaan parental
(menurut British Pharmacopoea 2009 Volume III dalam
Parental Preparation, hal. 1) merupakan sediaan steril
yang dimaksudkan untuk pemberian secara injeksi, infus
atau implan pada tubuh manusia atau hewan.Sedangkan
Infus (menurut British Pharmacopoea 2009 Volume III
dalam Parental Preparation, hal. 4) adalah sediaan
steril berupa larutan atau emulsi menggunakan air
sebagai pelarut. Biasanya dibuat isotonis terhadap
darah, pada prinsipnya ditunjukkan untuk pemberian
volume besar. Infus tidak mengandung zat tambahan
pengawet.
Amonium Klorida infus mempunyai efek farmakologi
sebagai pengasam urin dan memperbaiki alkalosis
metabolis, pembuatan sediaan ini menggunakan teknik
sterilisasi akhir dikarenakan zat aktif tahan terhadap
pemanasan.
Dalam praktikum pembuatan sediaan steril alat-alat
yang akan digunakan harus disterilisasikan terlebih
dahulu, bahan yang tahan pemanasan dan bukan untuk
mengukur disterilisasikan menggunakan metode
sterilisasi panas kering dengan menggunakan alat oven
pada suhu 160°C. Alat yang tidak tahan panas atau alat
yang digunakan untuk mengukur disterilisasikan
menggunakan metode panas basah dengan alat autoklaf
pada suhi 121°C selama 15 menit.
Digunakan WFI (Water for Injection) sebagai
pembawa, sebelumnya WFI harus dilakukan depirogenasi
dengan menggunakan karbon absorben. Cara kerja karbon
absorben dengan menyerap pirogen yang ada dalam WFI.
Karena dalam aturan sediaan infus tidak boleh
menggunakan zat dapar dan bahan pengawet maka, eksipien
yang digunakan hanya Dekstrosa dan Na EDTA. Dekstosa
berfungsi sebagai zat pengisotonis, perlunya
ditambahkan zat pengisotonis agar tonisitas sediaan
isononis terhadap cairan yang ada pada tubuh manusia.
Tonisitas sediaan setara dengan 0,9% NaCl dimana 1 gram
dekstrosa sama dengan 0,16 gram NaCl maka, ditambahkan
1,58 % dekstrosa. Zat aktif bersifat higroskopis maka
perlu ditambahkan agen pengkelat untuk mencegah
kekeruhan pada sediaan, agen pengkelat yang digunakan
adalah Na EDTA sebanyak 0,2 %.
Pembuatan dengan sterilisasi akhir pada tahap
sterilisasi,penimbangan, pemcampuran bahan dilakukan,
pemasangan etiket, evaluasi dan pemasangan kemasan
sekunder pada ruang C atau grey area dan filling dan
penutupan botol dengan karet tutup dilakukan di ruang
A dengan LAL (Laminar Air Flow). Pada saat bahan-bahan
yang telah ditimbang dibawa cawan harus ditutup dengan
menggunakan aluminum foil. Pada saat pencampuran bahan
harus memperhatikan prosedur kerja yang baik agar
terhindar dari kontaminan terhadap sediaan. Sediaan
yang telah jadiharus disaring dengan menggunakan
filter berukuran 0,45 µm sebanyak dua kali kemudian
dilanjutkan dengan filtarsi berukuran 0,22 µm.
Kemudian ditutup dengan meggunakan tutup karet dan
tutup aluminium. Sediaan diberi label disterilisasi
dengam menggunakan oven pada suhu 121° C selama 15
menit.
Sediaan yang telah distelisasikan dilakukan
evaluasi. Evaluasi yang dilakukan pada sediaan infus
meliputi :
a. Volume terpindahkan
b. Uji partikulat
c. Kejernihan
d. Uji sterilitas
e. Organoleptik
f. Uji pirogen
g. Uji kebocoran
h. Uji stabilitas
i. Pengecekan ph
j. Uji endotoksin
k. Uji Kompatibilitas
Karena keterbatasan alat yang digunakan untuk
mengevaluasi sediaan maka hanya dilakukan 5 uji yaitu,
uji kejernihan, uji partikulat, uji pH, uji kebocoran
dan uji volume terpindahkan.
Prinsip dari uji kejernihan yaitu Membandingkan
kejernihan laruta dengan larutan amonium klorida
dengan penerangan yang cukup, maka hasil yang didapat
sediaan tidak lolos uji, larutan berubah menjadi
sedikit kuning jernih, hal ini disebabkan dekstrosa
pada pemanasan akan membentuk karemelisasi yang
menyebabkan berubahnya warna sediaan.
Prinsip dari uji partikulat yaitu menghitung
jumlah partikel yang ada pada sediaan dengan
penerangan yang baik dilakukan dengan 3 kali
pengamatan, maka hasil yang didapat adalh tidak lolos
uji karena mengandung rata-rata partikel lebih dari
sama dengan 10 dari 3 kali pengamatan.
Prinsip dari penetapan pH adalah dengan
menggunakan kertas pH meter dicocokkan pada indikator
yang tertera, maka hasil dari uji ini adalah tidak
lolos uji dikarenakan pengujian menunjukkan pH 7
sedangkan pH target sediaan adalah pH 5. Stabilitas
bahan aktif pada pH 4,6 sampai 6,0 maka, dipastikan
pada pH 7 bahan aktif sudah tidak stabil lagi.
Prinsip dari pengujian kebocoran yaitu
membalikkan 90° wadah sediaan, dilihat apakah terjadi
kebocoran melalui tutup botol atau tidak, maka didapat
hasil yaitu lolos uji karena tidak terjadi kebocoran
pada tutup botol.
Prinsip dari pengukuran volume sediaan yaitu
mengukur volume isi sediaan pada tabung ukur, maka
didapat hasil uji lolos karena volume total
terpindahkan sebesar volume total ditambah penambahan
lebih dari 3%
XII. KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan steril injeksi/
infus adalah sebagai berikut.
No
.
Nama Bahan Jumlah Kegunaan
1. NH4Cl 0,5 % Zat aktif
2. Dekstrosa 1,58 % Zat pengisotonis
3. Na EDTA 0,2 % Zat pengkelat4. WFI Ad 100 % Pembawa/pelarut
Jenis sterilisasi yang digunakan dalam pembuatan infus
amonium klorida 0,5% adalah sterilisasi akhir
Dari evaluasi didapatkan bahwa sediaan amonium klorida
0,5% yang dibuat adalah tidak memenuhi syarat.
XIII. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
Agoes, Goeswin. 2009. Sediaa Farmasi Steril. ITB, Bandung.
Anonim, 2009. Britist Farmakopea. London.
Anonim. 2009. Martindale The Complete Drug Reference, 36th
Edition. Pharmaceutical Press, London.