Makalah Studi Kasus Farmakoterapi VeterinerAMOEBIASIS PADA
ANJING
Oleh :Kelompok II/2012 AFebby Dewaanti
Savitri(125130100111012)Bangun Dwi Yulian(125130100111013)Deasy
Andini E.P(125130100111014)Amelda Kurnia Esty
Vera(125130100111015)Basofi Andra Aditama(125130100111016)Fiktor
Mahardika(125130100111017)Tito Adi Kresna(125130100111018)Lutfi
Azam Fahriza(125130100111001)Yuli Dwi Ayu(125130100111002)Shinta
Oktavia(125130100111003)
PROGRAM KEDOKTERAN HEWANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Makalah Studi Kasusyang berjudul Amoebiasis pada Anjing
dalam rangka memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Farmakoterapi
Veteriner dengan dosen pengampu drh. Pambangun,Pendidikan Dokter
Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya, 2014.Dalam
penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dorongan dari teman-teman mahasiswa seangkatan tahun 2012 dan orang
tua yang selalu memberikan dukungan moral pada penulis.Penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Seperti pepatah tak ada gading yang tak retak. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan makalah ini. Serta penulia berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat di masyarakat.
Malang, 17 Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALHALAMAN
JUDUL...........................................................................iKATA
PENGANTAR iiDAFTAR ISIiiiBAB I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang11.2.
Rumusan Masalah 11.3. Tujuan 11.4. Manfaat1BAB II. PEMBAHASAN2.1
Etiologi92.2 Studi Kasus92.3 Masalah/Diagnosa92.4 Tujuan Terapi92.5
Intervensi Terapi92.5.1 Advice92.5.2 Non-Drug102.5.3 P-Drug122.6
Dosis Regimen122.7 Penulisan Resep122.8 Informasi, Perhatian dan
Komunikasi192.9 Monitoring dan Evaluasi20BAB III. PENUTUP3.1.
Kesimpulan 133.2. Saran 13DAFTAR PUSTAKA14
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangAmoebiasis yang disebabkan Entamoeba
histolytica pada manusia dapat menginfeksihewan kesayangan kera,
anjing, dan kucing. Penyakit itu biasanya mempengaruhi usus besar,
tetapi mungkin juga merambat ke hati dan alat alat tubuh yang lain.
Sebagai sumber infeksi pada hewan-hewan tersebut adalah manusia
yang menderita Amoebiasis danmengandung stadium kista. Kista dapat
menular ke induk semang baru melalui pencemaran makanan dan minuman
yang dapat disebarkan oleh lalatdan tangan pekerja yangmengurus
makanandan pencemaran air cucian dan berbagai macam kontaminasi
lainnya. Individu terinfeksi jika menelan kista dewasa dari
Entamoeba histolytica (Ibrahim,2007).Di dalam saluran pencernaan
inangdan kista mengalami enkistasi dan
menghasilkantropozoit-tropozoit yang menginvasi dinding usus besar
inangnya. Tropozoit di dalam jaringan membelah diri secara mitosis
&pembelahan biner dan sebagian berada di dalamlumen usus
mengalami enkistasi membentuk kista-kista yang kemudian keluar
daritubuh inangnya bersama-sama dengan tinja. Di dalam usus
terbentuk ulkus - ulkus yang tidak teratur permukaannya, seringkali
menyerupai bentuk tabung dan kadang-kadang membentuk galian-galian
di bawah mukosa usus yang masih utuh sehingga menyerupai sarang
laba-laba. Disamping itu penyebaran Entamoeba histolytica dalam
tubuh dapat mencapai otak, ginjal, limpa, paru-paru dan kulit
(Naval,2008)1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apa definisi Amoebiasis?1.2.2
Bagaimana etiologi Amoebiasis?1.2.3 Bagaimana diagnosa
Amoebiasis?1.2.4 Apa tujuan terapi pengobatan penyakit
Amoebiasis?1.2.5 Bagaimana intervensi terapi pengobatan penyakit
Amoebiasis?1.2.6 Bagaimana penulisan resep obat penyakit
Amoebiasis?1.2.7 Bagaimana menyampaikan informasi dan komunikasi
dari pengobatan penyakit Amoebiasis?1.2.8 Bagaimana monitoring dan
evaluasi dari pengobatan penyakit Amoebiasis?1.3 Tujuan1.3.1
Menjelaskan definisi amoebiasis1.3.2 Menjelaskan etiologi
amoebiasis1.3.3 Menjelaskan diagnosa amoebiasis1.3.4 Menjelaskan
tujuan terapi pengobatan penyakit amoebiasis1.3.5 Menjelaskan
intervensi terapi pengobatan penyakit amoebiasis1.3.6 Menjelaskan
penulisan resep obat pengobatan penyakit amoebiasis1.3.7
Menjelaskan informasi, dan komunikasi dari pengobatan penyakit
amoebiasis1.3.8 Menjelaskan monitoring dan evaluasi dari pengobatan
penyakit amoebiasis
1.4 Manfaat Penulisan1.4.1 Untuk mengetahui definisi
amoebiasis1.4.2 Untuk mengetahui etiologi amobiasis1.4.3 Untuk
mengetahui masalah/diagnosa amoebiasis1.4.4 Untuk mengetahui tujuan
terapi pengobatan penyakit amoebiasis1.4.5 Untuk mengetahui
intervensi terapi pengobatan penyakit amoebiasis1.4.6 Untuk
mengetahui penulisan resep obat penyakit amoebiasis1.4.7 Untuk
mengetahui informasi, dan komunikasi dari pengobatan penyakit
amoebiasis1.4.8 Untuk mengetahui monitoring dan evaluasi dari
pengobatan penyakit amoebiasis
BAB IIPEMBAHASAN
2.1EtiologiAmebiasis adalah penyakit infeksi usus besar yang
disebakan oleh Entamoeba histolytica, dengan atau tanpa gejala
penyakit (yang paling sering adalah infeksi tanpa gejala penyakit).
Penderita ini disebut carrier.Amoebiasis sendiri merupakan penyakit
yang disebabkan oleh infeksi Entamoeba histolytica, amoebiasis usus
ditandai dengan fase akut atau kronik. Disentri amoeba akut sering
terjadi dibeberapa daerah tropik tetapi biasanya berkurang didaerah
dengan iklim sedang. (Nyenke, 2008)Amoebiasis adalah penyebab yang
umum dari diare kronik maupun diare akut. Pengertian dari diare
akut sendiri yaitu: diare yang menetap lebih dari 3-5 hari yang
disertai oleh nyeri perut, kram perut, demam tidak begitu tinggi,
nyeri pada waktu buang air besar, dan faeses berupadarah disertai
lendir. Sedangkan diare kronik adalah: diare yang berlangsung lebih
dari tiga minggu penanganan diare kronik bersifat lebih kompleks
dan menyeluruh dibandingkan diare akut dan mengharuskan rujukan
kepada dokter ahli, penderita juga dapat mengalami kesukaran buang
air besar (konstipasi) (Fordtran, 1989). Sifat-sifat yang khas pada
diare amoeba adalah: 1. Volume tinja pada setiapkali buang air
besar pada diare amoeba lebih banyak. 2. Bau tinja yang menyengat.
3. Warna tinja umumnya merah tua dengan darah dan lendir tampak
bercampur dengan tinja (Soedarto, 1990). Faktor yang menentukan
invasi amoeba adalah jumlah amoeba yang ada, kemampuan patogenik
parasit, keadaan tuan rumah (seperti kemampuan kekebalan,
lingkungan, tingkah laku dan keadaan lain yang berkaitan dengan
kontak) (Baden, 2001).
Entamoeba Histolytica Entamoeba histolytica termasuk dalam kelas
Rhizopoda yang merupakan jenis parasit golongan protozoa. Dalam hal
ini manusia merupakan hospes dari Entamoeba histolyticayang dapat
menjadi pathogen pada manusia. 1. Morfologia. Entamoeba
histolytica1. Tropozoit2. Bentuk Tropozoit prakista3. Kista inti
satu
Keterangan gambara. Trpozoit 1. Bentuk tropozoit merupakan
bentuk yang tumbuh, berkembangbiak dan aktif mencari makan,
bentuknya tidak tetap. 2. Bergerak dengan menggunakan psedopodinya.
3. Ukuran berkisar antara 18-40 mikron. 4. Bentuk ini mudah mati
diluar tubuh manusia.
b. Tropozoit prakista1. Bentuk peralihan dari tropozoit ke
bentuk kista. 2. Berbentuk bulat atau agak lonjong. 3. Psedopodi
yang tumpul. 4. Ukuran antara 10-20 mikron.
c. Kista inti satu1. Bentuk kista bulat dengan dinding kista
dari hialin. 2. Kista bentuk kecil disebut dengan minutaform,
berukuran antara 6-9 mikron, kista berukuran besar disebut
hagnaform, berukuran antara 10-15 mikron. 3. Stadium kista
didapatkan dalam lumen usus, bersama faeses yang berbentuk agak
padat, stadium kista merupakan stadium menular dan memegang peran
sebagai penyebaran penyakit disentri emoebiasis (Zaidman, 1993)
Siklus Hidup dan Penularan Diarea. Siklus hidupDalam lingkaran
hidupnya semua spesies amoeba sama dengan lingkaran hidup spesies
amoeba yang Entamoeba Histolytica, yang sifatnya pathogen dari pada
diantaranya. Lingkaran hidup Entamoeba Histolytica mengalami
proses: Gambar lingkaran hidup Entamoeba histolytica.
Kista infektif dari lingkungan masuk kedalam tuan rumah baru (1)
dalam usus besar mengadakan pembelahan kista di keluarkan dari
dinding kista (2) kista mulai pecah menjadi tropozoit (3,4)
tropozoit-tropozoit ini menginvasi usus besar (40)
tropozoit-tropozoit berkembang biak dengan membelah diri (5-7)
Dalam usus besar mengadakan pematangan (8-11) sebagian masuk dalam
usus besar atau (11.kolonisasi sekunder) (8a,9a) sebagian tetap di
dalam usus besar (1.Kolonisasi primer) (8-11) tropozoit dan
prakista keluar bersama faese scair, sedangkan kista keluar bersama
faeses agak padat (1) (Sehgal, 1996).
b. Penularan penyakit diarePenularan penyakit diare dari orang
yang sakit kepada orang yang sehat, sebagian besar melalui makanan
atau minuman yang terkontaminasi kista yang berasal dari faeses
penderita. Penularan dalam keluarga satu rumah biasa terjadi karena
orang yang menyediakan atau memasak makanan mengandung kista
(penderita/karier). Dibeberapa tempat seringkali faeses manusia
dipakai sebagai pupuk tanaman atau sayuran dicuci dengan air
permukaan yang sudah tercemari faeses, sehingga meningkatkan
terjadinya penularan. Wabah juga dapat terjadi bila air untuk
keperluan rumah tangga bagi masyarakat luas, tercemari feses
manusia, terutama diwaktu hujan dimana selokan mampat tersumbat
sampah, air dan kotorannya meluap kemana-mana (Lee, 2001). Makanan
dan minuman yang terkontaminasi melalui tangan yang kotor, lalat,
dan alat-alat makan yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan
seseorang tertular penyakit diare tersebut (Graczyk, 2005).
2.2Studi KasusSeekor anjing Samoyed berumur 8 bulan dengan berat
badan 25 kg dibawa pemiliknya datang ke klinik drh. Mocca Jalan
Bunga Kertas No.10 Ciamis. Saat pemiliknya ditanya gejala yang
muncul adalah anjing tidak nafsu makan, dehidrasi, tidak seagresif
biasanya, dan mengalami diare sejak 1 minggu yang lalu.Didapatkan
konsistensi feses sangat lembek, serta adanya darah dan cairan
mukus seperti lendir. Hasil pemeriksaan feses di bawah mikroskop
menunjukkan adanya kista dan trofozoit entamoeba histolytica. Pada
pemeriksaan fisik, anjing menunjukkan rasa sakit dan nyeri ketika
dilakukan palpasi pada daerah abdomen. Diagnosis dari drh. Mocca,
anjing ini terkena penyakit amoebiais.2.3DiagnosaDiagnosis pasti
penderita amoebiasis adalah menemukan parasit didalam tinja atau
jaringan. Diagnosis laboratorium dapat dibuat dengan pemeriksaan
mikroskopis atau menemukan parasit dalam biakan tinja sering
dijumpai Entamoeba histolytica bersama-sama dengan kristal
Charcot-Leyden. Diagnosis tidak selalu mudah, maka perlu dilakukan
2001 digitalized by USU digital libary pemeriksaan berulang
teristimewa pada kasus menahun. Kegagalan dapat terjadi dengan
teknik yang salah, mencari parasit tidak cukup teliti atau sering
dikacaukan dengan protozoa lain dan sel-sel artefak (Brotowidjoyo,
MD. 1987).Pemeriksaan tinja dengan sediaan langsung dengan memakai
air garam faal, atau lugol, dengan pengecatan trichrom,
hematoksilin (sediaan permanen) atau dengan metode konsentrasi.
Pada umumnya pada tinja encer akan di jumpai bentuk tropozoit
disertai gejala klinik nyata, sedangkan pada tinja padat pada
penderita tanpa gejala terutama pada penderita menahun ?carrier?
akan dijumpai terutama bentuk kista. Bentuk trophozoit dapat
dikenal karena gerakannya aktif, ektoplasma yang berbatas jelas,
nukleus dan adanya sel darah merah, cristal Charcot ? Letden, yang
dicernakan dan kista-kista dapat dikenali dari bentuknya yang bulat
dimana jumlah inti 1 ? 4 dan benda chromatoidnya. Pemeriksaan
serologis, test haemaglutinasi, test presipitin, pemeriksaan
radiologis atau scalhing berperan pada penderita ekstra intestinal
amoebiasis. Aspirasi abses dapat dilakukan dengan menemukan cairan
warna coklat dan pada akhir aspirasi akan ditemukan bentuk
tropozoit(Brotowidjoyo, MD. 1987).Pada amoebiasis kolon akut
biasanya diagnosis klinis ditetapkan bila terdapat sindrom disentri
disertai sakit perut (mules). Biasanya gejala diare berlangsung
tidak lebih dari 10 kali sehari. Gejala tersebut dapat dibedakan
dari gejala penyakit disentri basilaris. Pada disentri basilaris
terdapat sindrom disentri dengan diare yang lebih sering,
kadang-kadang sampai lebih dari 10 kali sehari, terdapat juga demam
dan lekositosis. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan
Entamoeba histolytica bentuk histolytica dalam tinja. Amoebiasis
kolon menahun biasanya terdapat gejala diare yang ringan diselingi
dengan obstipasi. Dapat juga terjadi suatu eksaserbasi akut dengan
sindrom disentri. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan
menemukan Entamoeba histolytica bentuk histolytica dalam tinja.
Bila amoeba tidak ditemukan, pemeriksaan tinja perlu diulangi 3
hari berturut-turut. Reaksi serologi perlu dilakukan untuk
menunjang disgnosis. Proktoskop dapat digunakan untuk melihat luka
yang terdapat di rektum dan untuk melihat kelainan di sigmoid
digunakan sigmoidoskop. Sedangkan pada amoebiasis hati secara
klinis dapat dibuat diagnosis bila terdapat gejala berat badan
menurun, badan terasa lemah, demam, tidak nafsu makan disertai
pembesaran hati yang nyeri tekan. Pada pemeriksaan radiologi
biasanya didapatkan peninggian diafragma. Pemeriksaan darah
menunjukkan adanya leukositosis. Diagnosis laboratorium ditegakkan
dengan menemukan Entamoeba histolytica bentuk histolytica dalam
biopsi dinding abses atau dalam aspirasi nanah abses. Bila amoeba
tidak ditemukan, dilakukan pemeriksaan serologik, antara lain tes
hemaglutinasi tidak langsung atau tes imunodifusi (A. Samik Wahab,
Prof.dr. 1993).
2.4 Tujuan Terapi1. Memperbaiki keadaan umum2. Memperbaiki
status rehidrasi3. Mencegah munculnya kembali penyakit4. Membunuh
kuman penyebab
2.5 Intervensi Terapi2.5.1 Advice Siklus hidup Amoebiasis sangat
sederhana, dengan kista infektif yang terinfeksi pada hewan atau
pemilik penyakit ini dapat menular dengan cepat. Karena amoebiasis
merupakan penyakit zoonosis maka tindakan pencegahan bukan hanya
dilakukan untuk menjaga kesehatan hewan akan tetapi kesehatan
pemiliknya juga. Sanitasi kandang harus ditingkatkan karena didalam
feses yang mengandung stadium tertentu amoeba dapat menjadi media
penularan. Sebaiknya hewan diberikan minuman dengan air minum yang
direbus terlebih dahulu / menggunakan air minera kemasan. Karena
kontaminasi penyakit ini banyak disebabkan oleh kontaminasi cysta
pada air dan makanan. Mencuci tangan dengan sabun setelah melakukan
kontak dengan hewan yang terinfeksi amoebiasis Jangan memberi
makanan pada anjing dengan daging atau ikan mentah karena ikan
merupakan sumber kontaminasi amoebiasisMencuci tempat makan minum
denganmenggunakan sabun dan dikeringkan denganudara. Jika
menggunakan kain lap,hendaknya menggunakan kain lap yangbersih dan
kering serta sanitasi kandang yang baik2.5.2 Non-DrugTerapi non
drug yang diberikan pada anjing yang mengalami amoebiasis yaitu
dengan pemberian fluid therapy atau infus elektrolite seperti
sodium atau potassium. Karena dengan adanya diare hewan akan
mengalami dehidrasi oleh sebab itu pemberian infus dapat
meminimalisir adanya dehidrasi pada anjing.Terapi rehidrasi
intravena diberikan untuk pasien dengan kehilangan cairan 8% berat
badan atau yang tidak dapat minum karena muntah atau perubahan
status mental. Ringers lactate (RL) merupakan larutan dengan kadar
elektrolit yang hampir sama dengan cairan tubuh yang hilang. Untuk
hewan dewasa dapat diberikan cairan sebanyak 30 ml/kg berat badan
selama 30 menit pertama, dilanjutkan 70 ml/kg berat badan untuk 2,5
jam berikutnya. (WHO, 2005)Larutan laktat ringer adalah larutan
serbaguna karena komposisinya mirip dengan larutan ekstraselular.
Laktat ringer adalah larutan alkalin karena mengandung laktat
sebagai precursor bicarbonate. Larutan ringer mengandung sejumlah
chlor sebagai pengganti laktat yang berfungsi sebagai larutan
penetral asam. Laktat ringer dan larutan ringer mengandung kalium
(kalium) dalam jumlah kecil. Penambahan kalium chlorida (KCl)
padalarutan diperlukan untuk pasien dengankondisi kehilangan kalium
yang banyak(hipokalemia) (Lorenz et al.,1994).
Laktat ringer kecepatannya 2 3 kali kecepatan kebutuhan normal
harian (3.4-7.5 ml/kg/jam) sampai setengah dari kebutuhan hewan
telah terpenuhi. Setengah dari kebutuhan yang kurang dipenuhi
secara perlahan selama 16-20 jam secara intravena dengan kecepatan
1.5-2.0 kali kebutuhan maintenance (2.5 - 5.0 ml/kg/jam). Kecepatan
pemberian dapat dikurangi sampai mencapai 1.7-2.5 ml/kg/jam dan
pemberian dapat diganti secara subcutan. (Suartha, 2010)Anjing
dengan berat badan 4,5 Kg dengan tingkat dehidrasi 8%, atas
pertimbangan pemeriksaan, diputuskan untuk mengganti cairan itu
dalam 12 jam. Jawab: Jumlah cairan yang diganti dari cairan yang
hilang secara abnormal: 0.08 x 4,5 Kg x 1000 ml = 360 ml. Jumlah
menit yang diperlukan = 12 jam X 60 menit = 720 menit. Setiap 1 ml
= 60 tetes atau 10 tetes ini tergantung ukuran jarum yang
digunakan. Jadi jumlah tetes per menit : (360 : 720) x 60 = 30
tetes per menit. Satu menit samadengan 60 detik, jadi tiap detik
diperlukan : 60 detik / 30 tetes = 2 tetes/detik. (Suartha,
2010)2.5.3 Penentuan P-Drug P-Drug Golongan Obat: Antibiotik
No.Golongan ObatEfficacySafetySuitabilityCost
1.MetronidazoleFarmakokinetik: Berefek amubisid dan efektif
terhadap Giardia lamblia.Metronidazole efektif terhadap Trichomonas
vaginalis, Entamoeba histolytica, Gierdia lamblia. Metronidazole
bekerja efektif baik lokal maupun sistemik.
Farmakodinamik: Memperlihatkan daya amubisid langsung.
Memperlihatkan daya trikomoniasid langsung. Absorpsi berlangsung
dengan baik sesudah pemberian oral.
Efek samping : Rasa tidak nyaman pada saluran pencernaan ,
anoreksia, sakit kepala , ataksia, leukopeniaInteraksi Obat :
Metronidazole menghambat metabolisme warfarin dan dosis
antikoagulan kumarin lainnya harus dikurangi.Pemberian alkohol
selama terapi dengan metronidazole dapat menimbulkan gejala seperti
pada disulfiram yaitu mual, muntah, sakit perut dan sakit
kepala.Dengan obat-obat yang menekan aktivitas enzim mikrosomal
hati seperti simetidina, akan memperpanjang waktu paruh
metronidazole.Indikasi : Metronidazol dan tinidazol digunakan untuk
amubiasis, trikomoniasis dan infeksi bakteri anaerob. Efektif untuk
amubiasis intestinal maupun ekstraintestinal. Pada abses hati,
dosis sama dengan dosis untuk disentri amuba. Selain untuk
amubiasis dan trikomoniasis, metronidazol juga diindikasikan untuk
drakunkuliasis sebagai alternatif niridazol dan untuk
giardiasis.
Kontraindikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap
metronidazole atau derivat nitroimidazol Bentuk Sediaan :
Metronidazole 250 mg, botol 100 tablet
Dosis pemberian metronidazole 35-50 mg/kgbb
2TetrasiklinFarmakokinetik : Sekitar 30-80% tetrasiklin diserap
dalam salura cerna. Doksisiklin dan minosiklin iserap lebih dari
90%. Absorpsi sebagian besar berlangsung di lambung dan usus halus.
Adanya makanan dalam lambung menghambat penyerapan, kecuali
minosiklin dan doksisiklin.Dalam plasma semua jenis tetrasiklin
terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang bervariasi. Dalam
cairan cerebrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10-20%
kadar dalam serum.Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin
dengan filtrasi glomerolus dan melalui empedu. Pemberiaan per oral
kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin.
Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu
mencapai kadar 10 kali kadar dalam serum.
Farmakodinamik : Golongan tetrasiklin menghambat sintesis
protein bakteri pada ribosomnya.Paling sedikit terjadi 2 proses
dalam masuknya antibiotic ke dalam ribosom bakteri
gram-negatif,pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal
hidrofilik,ke dua ialah system transport aktif. Setelah masuk maka
antibiotic berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi masuknya
komplek tRNA asam amino pada lokasi asam amino.Efek samping :
Gangguan lambung, Hepatotoksisitas fatal, gangguan keseimbangan ,
Superinfeksi yaitu terjadi pertumbuhan berlebihan dari
kandida.Interaksi Obat : Bila tetrasiklin diberikan dengan
metoksifluoran maka dapat menyebabkan nefrotoksisk. Bila
dikombinasikan dengan penisilin maka aktivitas antimikrobanya
dihambat. Bila tetrasiklin digunakan bersamaan dengan produk susu
maka akan menurunkan absorpsinya karena membentuk khelat
tetrasiklin dengan ion kalsium yang tidak dapat diabsorpsi.Indikasi
: Bruselosis, batuk rejan, pneumonia, demam yang disebabkan oleh
Rickettsia, infeksi saluran kemih, bronkitis kronik. Psittacosis
dan Lymphogranuloma inguinale. Juga untuk pengobatan
infeksi-infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus dan
Streptococcus pada penderita yang peka terhadap penisilin, disentri
amuba, frambosia.Kontraindikasi : Penderita yang peka terhadap
obat-obatan golongan Tetrasiklin.Penderita gangguan fungsi ginjal
(pielonefritis akut dan kronis).Bentuk Sediaan : Tetracycline 250
mg KapsulTiap kapsul mengandung : Tetrasiklin HCl 250 mg.
Tetracycline 500 mg KapsulTiap kapsul mengandung: Tetrasiklin HCl
500 mg.
3AmpicillinFarmakokinetik: 1. Absorbsi : pemberianpo absorbsinya
buruksebagian besar diberikaniv atau im2. Distribusi :
penetrasibaik di CSF (generasi 3),penetrasi ke tulang(Cefazolin)3.
Eliminasi melalui ginjal kecuali Cefriaxon,cefoperazon melalui
empedu dan dikeluarkan bersama feses
Farmakodinamik: Secara klinis efektif terhadap kuman-kuman
gram-positif yang peka terhadap penisilina 6 dan terhadap
bermacam-macam kuman gram-negatif, diantaranya :1.Kuman
gram-positif seperti S. pneumoniae, enterokokus, dan stafilokolus
yang tidak menghasilkan penisilinase.2.Kuman gram-negatif seperti
gonokokus, H. Influenzae, jenis E. coli. Shigella, Salmonella dan
P. mirabilis.Efek samping: Gangguan pencernaan, urtikaria, eritema
multiform, black hairy tongue. Pemakaian jangka lama harus
dilakukan pemeriksaan fungsi hati, ginjal, darahInteraksi Obat
:Meningkatkan risiko ruam saat amoxicillin atau ampicillin
diberikan bersama allupurinol. Antikoagulan dapat terganggu dengan
pemberian penisilin spectrum luas seperti ampicillin,
Indikasi : Infeksi gram positif dan negatif pada saluran nafas,
saluran cerna, saluran kemih.Kontraindikasi:
HipersensitivitasSediaan Obat: Ampisilin kapsul, serbuk oral
suspensi disimpan pada wadah kedap dengan suhu antara 15-30C,
setelah mengalami pencampuran, ampisilin trihidrat disimpan dalam
lemari pendingin dengan suhu antara 2-8C dan akan bertahan selama
14 hari,
P-Drug Golongan Obat: Antiparasit
No.Golongan ObatEfficacySafetySuitabilityCost
1.Emetin HidrokloridaFarmakokinetik : Diserap baik dari tempat
suntikan, kemudian dimetabolisme dan diekskresi secara lambat.
Kadar tertinggi di hati (penting utk pengobatan amubiasis hati.
)
Farmakodinamik: Obat ini bekerja menghambat perpanjangan rantai
poliopeptida hingga sintesis protein sel eukariotik dihambat. Obat
ini dapat membunuh bentuk tropozoit E. Histolitica yang berada
dalam jaringan secara langsung tapi tidak untuk bentuk kista.Efek
samping : Lokal: nyeri tempat suntikan, kekakuan, lemah otot tempat
suntikan Sistemik: merupakan akumulasi dari obat Pada GIT : mual,
muntah, diare ada neuromuskuler: lemah, neyeri dan kaku otot rangka
terutama leher&anggota gerak . Pada cardiovaskuler: hipotensi,
nyeriprekordial, tachicardi.. Hati hati pada geriatri, lemah
Interaksi Obat :
Indikasi : Penggunaan utama mengobati amubiasis, sangat berguna
pada amubiasis hati dan abses amuba. Penggunaan pada amubiasis
intestinal untuk penderita dengan diare berat
Kontraindikasi : Penykait jantung &penyakit ginjal
Sediaan Obat : Tersedia dalam bentuk larutan, diberikan IM dan
tidak boleh diberikan secara Intravena karena sangat berbahaya dan
tidak efektif.
Dosis sebaiknya diberikan berdasarkan berat badan, yaitu tidak
lebih dari 1 mg/kgBB
2.Klorokuin
Farmakokinetik : Klorokuin secara cepat diabsorbsi di saluran
cerna setelah pemberian oral, kadar tertinggi dalam plasma dicapai
dalam waktu 1-2 jam. Waktu paruh kurang lebih 3 hari. Pemberian
intravena harus diawasi dengan ketat dan harus dilakukan secara
perlahan karena konsentrasi dalam plasma segera dicapai dalam waktu
5-15 menit untuk menghindari terjadinya reaksi toksik . Konsentrasi
obat tertinggi terdapat di limfa, hati, jantung, dan ginjal.
Ekskresinya terutama melalui urine.
Farmakodinamik : Menghambat sintesa enzim parasit membentuk DNA
dan RNA.Obat bersenyawa dengan DNA sehingga proses pembelahan dan
pembentukan RNA terganggu.
Efek samping : Efek samping dan efek toksiknya bersifat ringan,
antara lain mual, muntah, diare, dan sakit kepalaInteraksi Obat :
Tidak boleh diberikan bersama fenilbutazon dan sediaan Au,
pemberian bersama primakuin dapat meningkatkan toksisitasnya ,
Kaolin dan antasida tidak boleh diberikan bersamaan sebelum 4 jam
setelah pemberian obat iniIndikasi : Malaria, amebiasis
ekstraintestinal , infeksi amoebiasis asimptomatik bentuk kiste
Kontraindikasi : Akan terjadi kontraindikasi pada penderita
psoriasis atau porfiria, gangguan fungsi hati, alkoholisme,
gangguan neurologik
Sediaan Obat : Klorokuin fosfat tersedia dalam bentuk tablet
250mg dan tablet 500mg serta bentuk sirup
P-Drug Golongan Obat: Antidiare
No.Golongan ObatEfficacySafetySuitability
1.DifenoksilatFarmakonetik:difenoksilat dengan atropin
diabsorpsi dengan baik disaluran gastrointestinal. difenoksilat
dimetabolisme di hati. Obat ini diekskresikan melalui tinja dan air
kemih
Farmakodinamik:difenoksilat dengan atropin merupakan opium
dengan khasiat antikolinergik mengurangi motilitas
gastrointestinal. lama kerja 45-60 menit, masa kerja 3-4 jam.Efek
samping:mengantuk, pusing, konstipasi, mulut kering, lemas,
flushing, ruam kulit, penglihatan kabur, midiriasis, retensi
urin
Interaksi obat:alkohol, antihistamin, narkotik, hipnotik,
sedatif. hasil pemeriksaan lab peningkatan kadar enzim hati dan
amilase serumIndikasi:Sebagai antidiare dengan meningkatkan
motilitas usus
Kontraindikasi:penyakit hati dan ginjal, glaukoma,
ketidakseimbangan elektrolit yang berat
Dosis:PO 0,3-0,4 mg/kgBB b.i.d-q.i.d
2. Kaolin-pektinFarmakokinetik:absorpsi:aksi lokal, tidak
diabsorpsi sistemikdistribusi: distribusi tidak
diketahuiMetabolisme dan ekskresi: mengalami dekomposisi dalam
saluran GI
Farmakodinamik:bekerja sebagai adsorben dan pelindung.
mengurangi isi cairan feses, meskipun kehilangan air total tidak
berkurangEfek samping:Konstipasi
Interaksi obat:menurunkan absorpsi digoksin dan
kloroquinIndikasi:Berfungsi sebagai antidiare adsorbenpelindung,
mengurangi cairan feses
kontraindikasi:nyeri abdomen berat yang tidak diketahui
penyebabnya
Dosis:0,6 ml 1,2 ml/kgBB 3-5 hari sehari PO
P-Drug Golongan Obat: Premix/additiveNo.Golongan
ObatEfficacySafetySuitability
1.Multivitamin + mineral (Vit B complex, Vit E, Vit A, Vit K,
Vit D, Na, Cl) (merk dagang: AVITROL)Farmakonetik:Multivitamin
diabsorpsi di usus, kadar dalam plasma meingkat setelah 4 jam pada
vit A, vitamin diekskresikan melalui sistem urinasi
Farmakodinamik:Multivitamin dengan jumlah kecil dapat membantu
meningkatkan kondisi tubuh setelah sakit, mengobati infeksi pada
ususEfek samping:Jika melebihi dosis akan mengakibatkan
hipervitaminosis (contoh pada vit. C Vitamin C dengan dosis lebih
dari 1 g/hari dapat menyebabkan diare. Dosis besar tersebut juga
meningkatkan bahaya terbentuknya batu ginjal, karena sebagian
vitamin C dimetabolisme dan diekskresi sebagai oksalat)
Interaksi obat:Pemberian bersamaan dengan steatore akan
mengganggu absorpsi vitamin DIndikasi:Sebagai pengembali kondisi
tubuh setelah sakit, membantu pembentukan sel darah, mempercepat
penyembuhan luka
Kontaindikasi:Pada pasien yang mengalami hipervitaminosis pada
salah satu kandungan multivitamin
Bentuk sediaan: soluble powder
Dosis:1 g/ 2 L air minum, 3-5 hari berturut-turut
Kesimpulan P-Drug Golongan Obat: Antibiotik
No.Golongan ObatEfficacySafetySuitabilityCost
1.Metronidazole+++++++++
2.Tetrasiklin+++++
3.Ampicillin++++
Kesimpulan P-Drug Golongan Obat: AntiparasitNo.Golongan
ObatEfficacySafetySuitabilityCost
1.Emetin Hidroklorida+++++++++
2.Klorokuin+++++
Kesimpulan P-Drug Golongan Obat: Antidiare
No.Golongan ObatEfficacySafetySuitabilityCost
1.Difenoksilat+ + ++-
2.Kaolin-pektin+++++++
Kesimpulan P-Drug Golongan Obat: Premix/additiveNo.Golongan
ObatEfficacySafetySuitabilityCost
1.Multivitamin + mineral (Vit B complex, Vit E, Vit A, Vit K,
Vit D, Na, Cl) (merk dagang: AVITROL)+++++++++
Dipilih jenis obat Antibiotikdan sediaan obat
Metronidazolekarena mendekati efficacy , safety , dan suitability
dari tujuan terapi.Dosis obat untuk anjing 35-50 mg/kg BB per oral
diberikan setelah makan karena untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder.
Dipilih jenis obat Antiparasitdan sediaan obat Emetin
Hidrokloridakarena mendekati efficacy , safety , dan suitability
dari tujuan terapi. Dosis obat untuk anjing 1 mg/kg BB/hari per
oral diberikan setelahmakan karena untuk mengeliminasi Entamoeba
histolityca dalam bentuk tropozoid.
Dipilih jenis obat Antidiare dan sediaan obat Kaolin pektin
karena mendekati efficacy, safety dan suitability dari tujuan
terapi. Dosis obat untuk anjing 0,6-1,2ml/kg per oral diberikan
setelah makan dimana kaolin pektin cocok untuk penderita gangguan
hati.Dipilih jenis obat Premix/additive dan sediaan obat
Multivitamin karena kandungan multivitamin cocok untuk tujuan
terapi. Dosis obat untuk anjing 1 g/ 2 L yang diberikan bersama air
minum karena untuk mengembalikan kondisi tubuh setelah sakit.2.6
Dosis Regimen Obat Metronidazole1. Dosis:Jumlahobat yang diberikan=
dosis obat x BB= 35 -50 mg/kg BB x 25kg= 875 1250 mgJumlah obat
yang diberikanperhari= 3 x 875 1250 mg= 2625-3750mg2. Dosis regimen
: Dosis obat untuk anjing35-50mg/kg per oral diberikan setelah
makan untuk menghindari adanya infeksi sekunder
Emetin Hidroklorida1. DosisJumlah obat yang diberikan= dosis
obat x BB= 1 mg/kg BB x 25kg= 25 mgJumlah obat yang diberikan
perhari= 3 x 25 mg= 75 mg2. Dosis regimen : Dosis obat untuk anjing
1 mg/kg per oral diberikan setelah makan untuk mengeliminasi
protozoa entamoeba dalam bentuk tropozoid
Obat Kaolin-Pektin1. DosisJumlah obat yang diberikan= dosisobat
x BB=0,6 1,2 ml/kg BB x 25kg= 15-30 mlJumlah obat yang diberikan
perhari= 3 x15 30ml= 45 90ml2. Dosis regimen : Dosis obat untuk
anjing0,6- 1,2ml/kg per oral diberikan setelah makan untuk
mengurangi adanya diare
Multivitamin1. Dosis Jumlahobat yang diberikan= dosisobat= 1g/2
liter air minum2. Dosis regimen : Dosis obat untuk anjing1g/2 liter
air minum diberikan setelah makan untuk menambah daya tahan
tubuh
2.7 Penulisan Resep Obat
drh. Mocca SIP: 6789/SIP/VIII/2012 Praktek: Jl. BungaKertas No.
10 Ciamis No. telp: 0341
66778899________________________________________________Malang,
14-12-2014
R/ Emetin Hidroklorida1 mg Metronidazole 35-50 mgM.f.la.pulv.da
in caps.dtdNo. X t. d.d caps I pc
R/ Kaolin-Pektin0,6 1,2 ml Susp. t. d.d C. Ipc
____________________________________
R/ Multivitamin1g/2liter air minumS.a
________________________________
________________________________________________Pro:Hewan:
Anjing SamoyedBB : 25 kg
Pemilik: Tn. ToyekAlamat: Jl. BungaKertas No.11 Ciamis
2.8 Informasi dan KomunikasiSediaan obat yang akan diberikan
adalah: kapsul berisi Metronidazol dan Emetin Hidroklorida;
Kaolin-pektin dan multivitamin1. Kapsul berisi Metronidazol dan
Emetin hidrokloridaa. Efek Obat: obat ini memiliki efek sebagai
antibakteri dan antiprotozoa, dengan diberikannya obat ini,
diharapkan infeksi pada usus dan infeksi protozoa dapat
tereliminasib. Efek samping: efek samping yang mungkin terjadi
adalah Rasa tidak nyaman pada saluran pencernaan , anoreksia, sakit
kepala , ataksia, leukopenia.c. Instruksi aturan pakai: obat
diberikan 3x sehari sebanyak 1 kapsul tiap pemberian dan diberikan
setelah makan selama 3 hari. Seminggu kemudian diberikan kembali
(setelah instruksi dari monitoring pertama). Jangan diberikan saat
perut masih kosongd. Perhatian: dilarang melebihi dosis yang
diberikan, jangan diberikan bila ternyata anjing ada riwayat
gangguan jantung dan gagal ginjal 2. Syrup Kaolin-pektina. Efek
obat: obat ini berfungsi sebagai anti diare , untuk mengembalikan
konsistensi feses dan meminimalisir pengeluaran cairan karena
diareb. Efek samping: efek samping yang mungkin terjadi adalah
konstipasi (bila melebihi dosis)c. Instruksi aturan pakai: obat
diberikan 3x sehari sebanyak 1 sendok makan selama 3 hari
berturut-turutd. Perhatian: jangan melebihi dosis yang diberikan
karena akan menyebabkan konstipasi3. Multivitamina. Efek Obat: Obat
ini berfungsi sebagai suplemen untuk mengembalikan kondisi tubuh
yang sakit, memepercepat penyembuhan infeksi dan membantu
memperbaiki imunitas tubuhb. Efek samping: Hipervitaminosis
(kelainan karena dosis vitamin terlalu banyak)c. Instruksi aturan
pakai: obat dalam bentuk serbuk ditaburi pada minum anjing
secukupnya selama 3-5 hari berturut-turutd. Perhatian: jangan
melebihi dosis pemberian karena akan menyebabkan
hipervitaminosis.
2.9 Monitoring dan evaluasi hasil terapiSetelah 3 hari pasca
pemberian terapi, diharapkan client membawa kondisi anjing kepada
drh. Mocca untuk dilakukan evaluasi hasil terapi. Jika: diare
anjing berkurang/ menghilang, maka pemberian syrup kaolin-pektin
dihentikan. Jika pada pemeriksaan feses jumlah parasit berkurang
signifikan, maka pemberian tetap akan diteruskan seminggu kemudian
selama 3 hari berturut-turut. Jika kondisi seperti diatas, Setelah
3 hari, pemberian vitamin tetap diberikan namun dalam jumlah yang
lebih sedikit.Jika diare anjing tidak berkurang, dan dalam
pemeriksaan feses parasit tidak berkurang secara signifikan, maka
pemberian dosis akan ditambahkan atau diganti dengan obat lain yang
lebih sesuai. Pada kondisi diatas, pemberian vitamin setelah 3 hari
tetap diberikan dalam dosis yang sama.Jika diare tidak berkurang,
dalam pemeriksaan feses parasit tidak berkurang sama sekali, timbul
efek samping yang menonjol dan muncul reaksi hipersensitivitas,
maka akan dilakukan evaluasi ulang terapi dan dilakukan tindakan
lanjut secepatnya.BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada anjing Samoyed berumur 8 bulan dengan berat badan 25 kg
dengan gejala yang muncul adalah anjing tidak nafsu makan,
dehidrasi, tidak seagresif biasanya, dan mengalami diare sejak 1
minggu yang lalu. Didapatkan konsistensi feses sangat lembek, serta
adanya darah dan cairan mukus seperti lendir. Hasil pemeriksaan
feses di bawah mikroskop menunjukkan adanya kista dan trofozoit
entamoeba histolytica. Pada pemeriksaan fisik, anjing menunjukkan
rasa sakit dan nyeri ketika dilakukan palpasi pada daerah abdomen.
Diagnosis menunnjukkan anjing ini terkena penyakit amoebiais.Dari
analisa dan pembahasan yang telah dilakukan maka diperlukan terapi
untuk menghilamngkan bakteri dengan obat antibiotic, menghilangkan
protozoa dengan antiparasit, menghentikan diare dengan antidiare,
serta memberikan suplemen suportif dengan premix / additif.
Antibiotik yang digunakanyaitu sediaan obat metronidazole,
antiparasityang digunakan yaitu sediaan obat emetin hidroklorida,
antidiare yang digunakan yaitu sediaan obat kaolin pectin,
premix/additive yang digunakan yaitu sediaan obat multivitamin.
Terapi tersebut kami pilih karenaobat-obatan tersebut mendekati
efficacy , safety , dan suitability dari tujuan terapi. Tidak hanya
terapi, untuk mengetahui hasil dari keberhasilan pengobatan maka
harus dilakukan monitoring dan evaluasi tentunya harus bekerjasama
dengan client/pemilik anjing tersebut. Pemahaman dan kepedulian
client terhadap anjingnya akan sangat membantu dokter hewan dalam
memantau keadaan anjing. Sehingga pengobatan serta efek terapi yang
dihasilkan tentunya akan berdampak positif terhadap kesembuhan
anjing tersebut.
3.2 SaranSemoga dari penulisan makalah ini dapat menambah
wawasan kita dalam menangani kasus pada anjing. Sehingga untuk
kedepannya pengobatan pada anjing biasa lebih dikembangkan
lagi.DAFTAR PUSTAKA
A. Samik Wahab, Prof.dr. 1993., Imunologi III. Fakultas
Kedokteran UGM, Yogyakarta. Baden LR, Maguire
JH.2001.Gastrointestinal infections in the immunocompromised host.
Infect Dis Clin North Am 2001; 15:639-70.Brooker C. 2008.
Ensiklopedia Kedokteran. Jakarta: EGC, 2008.h.95.7.Brotowidjoyo,
MD. 1987. Parasit dan Parasitisme. Media Sarana Press. Jakarta.
Fine KD, Krejs GJ, Fordtran JS. Diarrhea. Dalam: Sleisenger M,
Fordtran JS, penyunting. Gastrointestinal disease: pathophysiology,
diagnosis, management Edisike 4. Philadelphia: W.B.Saunders
Company; 1989. h. 290-316.Gleadle, Jonathan. Pengambilan anamnesis.
dalam : at a glance anamnesis danpemeriksaan fisik. Jakarta :
Penerbit Erlangga, 2007. h.1-17, 33-5.2.Graczyk TK, Knight R,
Tamang L, 2005. Mechanical Transmission of Human Protozoa Parasites
by Insects. Clinical Microbiology Reviews 18(1): 128 - 132.Ibrahim,
Muslimin.2007.Mikrobiologi: Prinsip dan Aplikasi.Surabaya:Unesa
University Press.Kawalak JP. 2009. Buku pegangan uji diagnosik. Ed.
3. Jakarta: EGC; 2009: 139-42.6.Lee SD, Surawicz CM.
2001.Infectious causes of chronic diarrhea. Gastroenterol Clin
North Am 2001; 30:679-92.Lorenz MD, Cornelius LM, Ferguson DC.
1994. Small animal medical therapeutics. JB lippincott
Co.Philadelphia New York.Muslim HM. Parasitologi. Jakarta: EGC,
2009.h.2-3.8.Naval, R. N. M.2008.Handbook of Common Communicable
and Infectious Diseases. Elsevier:UKNyenke C, Chuckwujekwu DC,
Stanley HO, Awoibi NK. Prevalence of intestinal amoebiasis in
infant and junior high school children in degema general hospital
and environs. 2008 [citied 2008 September]; 12(3): 83-87.Santoso M.
Pemeriksaan fisik diagnosik. Amebiasis.Jakarta: Bidang Penerbitan
Yayasan Diabetes Indonesia; 2004: 2-14.3.Sehgal D, Bhattacharya A,
Bhattacharya S. Pathogenesis of infection by entamoeba histolytica.
1996 [citied 1996 may 03]; 2: 423-432. Suartha, I Nyoman. 2010.
TERAPI CAIRAN PADA ANJING DAN KUCING (FLUID THERAPY IN DOG AND
CAT). Buletin Veteriner Udayana. Vol. 2 No.2. :69-83 ISSN :
2085-2495Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jakarta: InternaPublishing., 2009.h.562-3Sutanto I,
Ismid S, Sjarifuddin PK, Sungkar S. Buku ajar parasitologi
kedokteran. Ed.4.Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2008: 103-18.4.Soedarto B, 1990. Diare Akut
Karena Infeksi. Dalam buku (Aru WS, Bambang S, Idris A, Marcellus
SK, Siti S, editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, Ed.
4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hlm. 1794 - 1798.Wang
AH. Acute diarrheal diseases. Dalam: Grandell JH, Mc Quaid KR,
Friedman SL, penyunting. Current: diagnosis & treatment in
gastroenterology. New Jersey:Prentice-Hall International, INC;
1999. h. 113-26.Wingfield WE. 2009. Fluid and Elektrolite therapy.
USA : FloridaWorld Health Organization. 2005. The treatment of
diarrhoea: a manual for physicians and other senior health workers.
Publication WHO/CDD/SER/80.2 rev 4Zaidman I. Intestinal Amoebiasis.
Dalam: Bouchier IA, Allan RN, Hodgson HJ,Keighley MR, penyunting.
Gastroenterology, Clinical Science and Practice. Edisi ke 2.London:
W.B. Saunders Company; 1993. h. 1451-9.