Nurfaaza Binti SeninNIM: 102009295 Masalah gizi pada ibu hamil
dan balita di Kecamatan PedesFakultas Kedokteran Universitas
Kristen Krida Wacana,Jl.Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510Email:
[email protected] BELAKANG MASALAH
Gizi merupakan faktor determinen utama yang penting dalam
menentukan keluaran sumber manusia yang berkualitas di masa
hadapan. Masalah gizi di negara- negara berkembang pada umumnya
masih didominasi oleh masalah malnutrisi, anemia zat gizi, gangguan
akibat kurangnya yodium, kurang vitamin A dan obesitas. Di
Indonesia, kurang gizi banyak dialami pada anak balita, wanita
hamil dan menyusui. Ketiga golongan ini merupakan golongan rawan
gizi. Anak balita merupakan golongan yang paling mudah menderita
kelainan gizi kerana pada usia ini anak sedang dalam proses
perkembangan yang pesat yang membutuhkan zat- zat gizi yang cukup
seiring dengan perkembangan mereka bagi memenuhi kebutuhan. Selain
maalah status gizi balita dan ibu hamil, ditemukan juga ibu hamil
yang menderita anemia. Pola makan makan yang menimbulkan anemia
mempunyai hubungan yang erat dengan asupan gizi yang diambil
sehari- hari. Bagi mengatasi permasalahan ini, dibutuhkan kebijakan
yang terfokus bagi memulihkan pertumbuhan dan status kesehatan
balita dan ibu hamil dengan korelasi program gizi dengan program
lain. Memperbaiki pola makan dengan cara teratur, intake yang
bermutu dan berkualiti juga merupakan cara penting untuk mengatasi
anemia pada ibu hmil. Selain itu, pemerintah juga harus memainkan
peran mereka dengan mengatur peranan posyandu sebagai fasilitas
yang membantu pemerintah untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat.Pembahasan Bab 1: Pembahasan MasalahA. Penyebab masalah
gizi1
Gambar 1: Penyebab masalah gizi1. Ketahanan pangan tingkat rumah
tangga Ketahanan pangan di tingkat rumah tangga sangat tergantung
dari cukup tidaknya pangan dikonsumsi mencakup pangan yang berasal
dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas
karbohidrat, protein, lemak,vitamin dan mineral serta turunannya
oleh setiap anggota rumah tangga untuk mencapai gizi baik dan hidup
sehat. Di Indonesia sesuai dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1996,
pengertian ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi
rumah tangga yang tercermin dari: Tersedianya pangan secara cukup,
baik dalam jumlah maupun mutunya Aman Merata Terjangkau
2. Kebiasaan makan dan perilaku hidup sehat Dilihat apa yag
sering dimakan oleh masyarakat pada sehari- sehari mereka. Dinilai
pada semua peringkat umur masyarakat laki- laki dan perempuan.
Seterusnya juga dinilai perilaku hidup sehat mereka. Kebiasaan
merokok, olahraga, minum alcohol dan lain- lain.
3. Pola asuh Yang paling diutamakan adalah pemberian ASI pada
anak balita.
4. Kesehatan lingkungan dan pelayanan kesehatan dasar Masalah
kesehatan lingkungan dan pelayanan kesehatan dasar merupakan
determinan penting dalam bidang kesehatan. Berubahnya kondisi
lingkungan akan berdampak kepada berubahnya kondisi kesehatan
masyarakat. Kecenderungan masalah lingkungan yang menjadi issue
penting saat ini antara lain: terjadinya perubahan iklim, mulai
berkurangnya sumber daya alam, terjadinya pencemaran lingkungan
baik terhadap air maupun udara. Pemburukan dari lingkungan dan
kesehatan dasar dapat mempengaruhi gizi masyarakat.
5. Pendidikan Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap
perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang
lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk
menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan
gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi.
Tingkat pendidikan, khususnya tingkat pendidikan wanita
mempengaruhi derajat kesehatan.
B. Epidemiologi masalah gizi di Indonesia1,21. Status gizi
penduduk Berikut ini merupakan kajian status gizi penduduk menurut
kelompok umur sampai dengan 2003 berkaitan dengan masalah gizi
makro (khususnya Kurang Energi dan Protein) dan gizi mikro
(khususnya Kurang Vitamin A, Anemia Gizi Besi, dan Gangguan Akibat
Kurang Yodium). 1.1 Status gizi pada balita Masalah gizi kurang
pada anak balita dikaji kecenderungannya menurut Susenas dan survei
atau pemantauan lainnya. Gizi kurang pada balita ini dilihat
berdasarkan: Berat badan dan umur, tinggi badan dan umur, berat
badan dan tinggi badan. Menurut Susenas, pada tahun 1989,
prevalensi gizi kurang pada balita adalah 37,5% menurun menjadi
27,5% pada tahun 2003. Terjadi penurunan gizi kurang 10% atau
sebesar 26,7% dari tahun 1989 sampai dengan tahun 2003. Tabel 2
menunjukkan jumlah penderita gizi buruk dan gizi kurang dengan
memperhatikan jumlah penduduk dan proporsi balita pada tahun
pengamatan yang sama. Dapat dilihat terjadi penurunan gizi kurang
yang cukup berarti dari tahun 1989: 7.986.279 menjadi 4.415.158
pada tahun 2000. Akan tetapi terjadi peningkatan kembali sesudah
tahun 2000, dan pada tahun 2003 jumlah gizi kurang pada balita
menjadi 5.117.409. Meski demikian, Menkes mengungkapkan bahwa angka
prevalensi gizi kurang pada balita telah menurun dari 31 persen
pada tahun 1990 menjadi 17,9 persen pada tahun 2010.Susenas
1989-2003TahunTotal PendudukTotal BalitaPrevalensiJumlah balita
dengan
Gizi burukGizi KurangBuruk+KurangGizi BurukGizi
KurangBuruk+Kurang
1989177,614,96521,313,7966.331.237.51,342,7696,643,5107,986,279
1992185,323,45822,238,8157.228.335.61,607,8666,302,4807,910,346
1995195,860,89921,544,69911.620.031.62,490,5674,313,2496,803,816
1998206,398,34020,639,83410.519.029.52,169,2473,921,5686,090,815
1999209,910,82119,941,5288.118.326.41,617,2583,639,3295,256,587
2000203,456,00517,904,1287.517.124.71,348,1813,066,9774,415,158
2001206,070,54318,134,2086.319.826.11,142,4553,590,5734,733,028
2002208,749,46018,369,9528.019.327.31,469,5963,545,4015,014,997
2003211,463,20318,608,7628.319.227.51,544.5273,572,8825,117,409
Tabel 2. Jumlah balita gizi buruk (BB/U