Cerita rakyat sasak
Cerita rakyat sasak
Oleh: Ahmad Yani, S.Pd (Amaq Inaya) LEGENDA DATU BRENGE
Alkisah digumi sasak pernah berdiri sebuah kerajaan bernama
kerajaan Brenge , dipimpin oleh seorang raja yang bernama Galuh
Suranbiyan yang lebih dikenal dengan julukan Datu Brenge , konon
kerajaan Brenge berasal dari kata Brengah dalam bahasa Sasak yang
berarti meninabobokan yang merupakan kebiasaan sang raja.
Sebelum berdirinya kerajaan Brenge , disuatu tempat yang jauh
dari pemukiman penduduk, terdapat sebuah gubuq tua yang tertata
cukup apik dan bersih, di dalamnya tinggal dua orang remaja, Galuh
Suranbiyan dan adiknya Galih Sendikala, kedua kakak beradik hidup
rukun, saling menghargai dan menyayangi. Konon mereka tiga
bersaudara yang terdiri dari dua laki-laki dan satu perempuan,
mereka adalah keturunan Raja Sembahulun seorang penguasa dari
negeri Bayan, suatu hari setelah ayahandanya mangkat (meninggal)
pemerintahan menjadi lowong, putra mahkota belum ditunjuk oleh
mendiang ayahandanya. Untuk mengisi kekosongan dan menghindari
perpecahan keluarga, maka oleh keluarga kerajaan diadakan sayembara
di antara ketiga bersaudara.
Barang siapa diantara kalian dapat mengangkat dan memindahkan
tering petung (bambu besar) ini, maka dia berhak menduduki jabatan
sebagai raja. ....di hari yang telah disepakati ketiga bersaudara
hadir dan di saksikan oleh seluruh rakyatnya dalam suasana
kekeluargaan dan tanpa ada perebutan kekuasaan, maka majulah kakak
beradik satun persatu yang di dahului oleh Galuh Suranbiyan selaku
kakak yang paling sulung, dengan sekuat tenaga tering petung di
angkat namun tidak dapat bergeming sedikitpun, dengan perasaan
meyerah Galuh Suranbiyan mempersilahkan Galih Sendikala selaku adik
pertama untuk mencoba.
Sambil menggosok kedua telapak tangannya Galih Sendikala mencoba
untuk mengangkat Tering Petung dengan segenap kemampuannya namun
hasilnya tetap nihil dan Galih Sendikala tak berdaya. Tibalah
gilirang saudara perempuannya yang merupakan anak bungsu untuk
mencoba, dengan tidak terlalu kuat Tering Petung berhasil di angkat
dan dibawa ketempat yang telah di tentukan, beradaskan sayembara
yang telah di tetapkan saudara perempuannya dinobatkan sebagai raja
dengan nama dan Gelar serta dikenal dengan sebutan Raden Ayu Petung
Bayan, sejak saat itulah karena merasa malu Galuh Suranbiyan dan
Galih Sendikala memutuskan untuk mengembara dan meninggalkan
kampung halamannya demi meraih apa yang
dicita-citakan.*****Matahari beringsut tiada henti, Bulan purnama
raya memancarkan cahaya peraknya senantiasa menemani setiap malam,
pohon timus yang dulu ditanam semakin besar dan berbuah, tak terasa
keduanya beranjak dewasa, segala cita-cita tergantung setinggi
langit dan satupun belum tercapai, namun keduanya tetap berharap
dan berdoa serta berusaha demi cita-cita dan keinginannya dapat
terlaksana.
Pagi itu, Matahari belum terbit, sinar keemasan menyinari dari
ufuk timur, suara siulan Burung kecial kuning menambah semaraknya
pagi, dari jauh terdengar suara alu dan geneng bertalu-talu
menandakan aktifitas warga kampung mulai berjalan, dibawah pohon
timus Galuh Suranbiyan duduk sorang diri, sesekali dia
memperhatikan burung Kecial Kuning yang sedang memakan buah Bikan
yang sudah matang, tanpa disadari Galuh Suranbiyan , Galih
Sendikala sudah berada dibelakangnya.
Paragap...!! bentak Galih Sendikala sambil menepuk punggung
Galuh Suranbiyan.
Apa yang sedang dilamunkan Kanda, aku lihat kanda sedari tadi
duduk termenung sepertinya ada yang sedang kanda pikirkan sapa
Galih Sendikala. Tidak ada.
Jangan begitu kanda, siapa tahu aku bisa membantu kanda,
walaupun usiaku lebih muda beberapa tahun dari kanda
Disaat mereka asik bercengkrama burung Kecial Kuning yang sedari
tadi bertengger diranting pohon Timus dan menikmati lezatnya buah
Bikan seolah memperhatikan percakapan kedua kakak beradik yang
begitu serius, tanpa mengharapkan sesuatau yang dapat mengganggu
percakapan mereka.
Begini dinda, sebetulnya aku mempunyai sebuah keinginan yang
memang lain dari yang lain, yang mungkin tidak sama dengan seorang
yang sebaya dengan umur kita, terus terang dinda aku ingin menjadi
seorang Raja dan meneruskan kepemimpinan para leluhur kita
Cukup terkejut Galih Sendikala mendengar cita-cita dan keinginan
kakaknya yang begitu tinggi yang tidak mungkin dapat dicapai
pikirnya, namun karena tidak ingin mengecewakan kakaknya, Galih
Sendikala bersikap wajar dan berusaha memberikan masukan dan
harapan untuk kakaknya.
Lantas bagaimana Caranya kanda, untuk memperoleh apa yang kanda
inginkan ..?
Itulah dinda yang aku pikirkan bagaimana caranya ?
Tak terasa Matahari sudah naik sepenggalah, Kecial Kuning tak
lagi bertengger di ranting pohon Timus, dia terbang entah kemana,
seolah ingin menceritakan cita-cita Galuh Suranbiyan kepada teman
temannya, yang tak mungkin tercapai, sedangkan kedua kakak beradik
itu larut dalam pikiran masing-masing, bagaimana cara dan langkah
untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan.
Seminggu berlalu tanpa ada yang dapat di lakukan selain merenung
dan merenung, Kecial Kuning yang ikut mendengarkan hilang entah
kemana, tidak ada yang menemani hanya sebatang pohon timus yang
setia sebagai tempat bersandar kakak beradik, selalu menemani yang
tak kenal siang, pagi dan malam.
Malam semakin gelap, suara jangkrik dan kerigeng bersahutan,
bintang gemintang memancarkan cahaya redup tak mau ketinggalan
untuk menambah indahnya malam, lolongan anjing malam menambah
semaraknya malam itu, dibawah pohon timus yang baru berbunga, Galuh
Suranbiyan menatap bintang diatas langit yang tinggi , sesekali
matanya melihat nyala lampu templet yang tergantung ditiang
rumahnya, yang sesekali meliuk-liuk diterpa angin yang
sepoi-sepoi.
Hmm suara desah Galuh Suranbiyan
Cita-citaku tinggi setinggi bintang dilangit sana, namun hidupku
terombang ambing seperti nyala lampu templet yang ditiup angin ,
Mungkinkah Cita-citaku akan terwujud ? pikirnya,
Malam semakin larut yang seolah-olah tak berujung dan
angan-angan Galuh Suranbiyan semakin jauh seperti tak bertepi, di
saat- saat hati gundah dan risau tiba-tiba Galuh Surambiyan
teringat sesosok raut wajah sang ayah yang dia kagumi dan rindukan
serta teringat kata-kata sang ayah disaat akan menginjak masa
remaja... Anakku Galuh Suranbiyan dan kau Galih sendikala, jadilah
kalian tiga saudara yang saling menyayangi, saling menghargai, dan
apabila kalian menginginkan sesuatu maka dekatkan diri pada yang
kuasa dengan cara bertapa atau bersemedi
Tersungging senyum kecil di bibir Galuh Suranbiyan membuat
keceriaan wajah yang beberapa minggu yang lalu tak pernah ceria,
Ingin rasanya Galuh Suranbiyan membangunkan adiknya yang sedari
tadi lelap dalam tidurnya dan berkelana dengan mimpi yang indah,
untuk menceritakan dan memberitahu cara yang akan dilakukan untuk
mencapai apa yang dicita-citakan sesuai denagn petunjuk mendiang
ayahnya.
Langit gelap berubah warna kekuning-kuningan, sahutan ayam
jantan berkokok bergantian, nyanyian burung pipit menambah indah
dan semaraknya suasana pagi seolah menanti sinar sang surya
menyinari setiap celah dibawah pepohonan yang rimbun.
GaliiiiiihGaliiiiiiiiih.! suara Galuh surambiyan menyibak
suasana pagi yang masih sepi.
Kuuuuuuuuk.. Sahut galih sendikala dari balik tikungan yang baru
saja pulang dari pancuran mata air ditepi hutan.
Ada apa kanda
Galih, sudah saatnya kita memulai mewujudkan apa yang menjadi
cita-cita dan harapan kita selama ini
Maksud Kanda ?
Galuh surambiyan memandang wajah adiknya yang kelihatan bingung
namun tetap tampan, sambil merangkul pundak adiknya Galuh
surambiyan mulai menceritakan apa yang sudah diperolehnya tadi
malam, mengenai adanya petunjuk yang didapatkan dari mendiang
ayahnya, dan akhirnya Galih sendikala dapat memahami apa yang
dimaksud oleh kakaknya.
Terus kapan kita akan berangkat.?
Secepatnya.
Menurut kanda . Dimana.?
Begini..Dinda menurut kanda, agar kita berhasil dalam pertapaan,
sebaiknya kita berpisah dan berjauhan tempat bertapa, dengan
catatan setelah kita mendapatkan apa yang kita inginkan berupa
kesaktian sebagai bekal kita untuk mengembara, maka secepatnya kita
harus kembali ketempat ini, dibawah pohon timus ini kita akan
berjumpa
Baik Kanda
O Ya Dinda . Bagaimana kalau kau bertapa di lereng bukit Loang
Tuna. ?, sedangkan aku akan bertapa di Gunung Pujut. Baik Kanda ..
Aku akan menurutui apa yang kau inginkan, semoga apa yang kita
harapkan dapat tercapai
Galuh Surambiayan tersenyum bahagia mendengar perkataan adiknya
yang begitu polos, sepolos raut wajahnya.
Menjelang siang kedua kakak beradik mempersiapkan segala apa
yang diperlukan selama dalam perjalanan, semua apa yang sudah
disepakati dimasukkan dalam kepala agar tidak dilupakan dan
diingkari.
Matahari mulai condong kebarat, Bayangan pohon melebihi ukuran
panjang pohonnya , sinar matahari tak lagi menyengat, Galuh
surambiyan menanti Galih sendikala dibawah pohon timus yang baru
saja keluar dari pintu rumahnya. Semua bekal telah dibawa, yang
tinggal hanyalah rumah tua berdinding bdek/ Pagar beratap ilalang
yang sudah mulai lusuh diterpa hujan, angin.
Kanda Berat rasanya hati ini berpisah dengan apa yang pernah
bersama kita, apalagi dengan kanda
Dinda .. Tabahkan hatimu kita serahkan pada yang kuasa mudah
mudahan kita bertemu kembali dan semoga apa yang kita cita-citakan
dapat terlaksana sesuai harapanmu juga ..
Sesaat Kakak beradik saling berpelukan, air mata membasahi pipi,
kian lama tak terbendung, resah risih hati tak tertahan ingin mulut
triak sekuatnya namun tak kuasa, terbawa perasaan yang terlalu
hanyut dengan kesedihan karena perpisahan yang selam ini tak pernah
terbayang, perlahan langkah terayun setapak demi setapak, tangan
terlepas dari genggaman dan terangkat semakin tinggi, Galuh
Suranbiyan menengok lirih sang adik yang berada cukup jauh, pun
sebaliknya Galih Sendikala menatap sang kakak yang bercucuran air
mata, langkah semakin cepat dan semakin jauh dari rumahnya, dari
jauh terlihat pohon timus melambai-lambai tertiup angin seolah-olah
mengucapkan kata selamat tinggal dan selamat berjuang Galuh
surambiyan dan kau Galih Sendikala.
Langkah Suranbiyan mantap menuju arah selatan pulau lombok, air
mata tak lagi membasahi pipinya, yang tiggal hanya harapan dan
kemauan yang kuat untuk mendapatkan apa yang dicita-citakan dan
cepat sampai di pantai kuta dan melakukan pertapaan.*****Dilain
tempat Galih Sendikala memacu langkah lebih cepat, berpacu dengan
hari yang semakin senja, berbeda dengan kakaknya Galuh Suranbiyan
air matanya terus berlinang dipipinya, rasa pilu dan sedih di hati
menyertai langkah yang terayun menuju ke arah Barat Daya sambil
sesekali tangannya menyeka air mata yang sampai di
pelipisnya.Hari-hari berlalu, malam berganti, langkah terayun
sampailah Galih Sendikala di lereng Bukit Loang Tuna yang sunyi,
yang ada hanyalah hutan belantara dan berbagai macam binatang buas
yang suatu saat dapat membahayakan jiwa Galih Sendikala. Dilereng
bukit terdapat sebuah goa yang cukup besar dikelilingi pohon Bambu
yang sangat lebat, suara benturan bambu menambah suasana yang
mencekam di sekitar goa, karena keletihan akibat perjalanan yang
jauh Galih Sendikala merebahkan tubuhnya dimuka mulut goa
beralaskan daun bambu yang sudah kering.*****Malam gelap gulita,
Rembulan dan bintang tertutup awan, binatang malam satupun tak
bersuara, hanya suara langkah kaki Galuh suranbiyan yang sesekali
menginjak ranting kering yang terdapat dijalan setapak yang mulai
menanjak.
Sekian langkah terayun pasti, hutan lebat dilalui, sungai dalam
disebrangi, bukit tetrjal tetap didaki, onak duri menghalangi
dengan belati di singkiri, namun Galuh Suranbiyan belum juga sampai
di tepi pantai Kuta.
Huuu.., ternyata gunung Pujut cukup jauh juga
Baiklah, Karena malam semakin larut, alangkah lebih baik aku
istirahat ditempat ini, sambil mengumpulkan tenaga untuk perjalanan
besok
Keesokan Harinya, pagi cerah, hamparan gumi Sasak terlihat
seperti Permadani bila saksikan dari atas Gunung Mereje, dalam hati
Galuh Surambiyan berdecak kagum dan bangga menyaksikan hal itu,
dengan langkah yang sedikit tertekuk, Galuh Suranbiyan menuruni
Gunung Mereje dengan perlahan menuju arah pantai Kuta sebelum
menuju gunung pujut, dan tetap berharap didalam perjalanan tidak
ada sesuatu yang terlalu menghalangi.
Angin kencang berhembus menerpa daun kelapa, laut biru
membentang tak berujung, Deburan ombak besar menerpa batu karang
yang tak pernah bergeming, bentangan pasir pantai menghiasi
cakrawala yang indah permai, menjelang sore Galuh Suranbiyan sampai
ditepi Pantai Kuta, sambil menyisir pinggiran pantai, Galuh
Suranbiyan mencari tempat yang paling baik untuk bertapa, tidak
begitu lama Galuh Suranbiyan menemukan sebongkah batu karang yang
cukup baik untuk bertapa sebelum pertapaannya di gunung Pujut,
tanpa menunggu terlalu lama Galuh Suranbiyan mempersiapkan segala
sesuatu yang berhubungan dengan pertapaannya.
Hari semakin sore, Matahari memperlihatkan cahaya
kemerah-merahan, dari jauh pepohonan tak lagi berwarna hijau akan
tetapi berubah warna menjadi kehitam-hitaman, dalam bahasa Sasak
disebut Saat Suranbiyan Karena Galuh Suranbiyan dilahirkan pada
saat itu, maka menurut kepercayaan Pertapaannya juga harus dimulai
pada saat itu, dengan diberbekal sesajen berupa tujuh linting sirih
yang sudah diracik dengan buah pohon pinang serta segenggam dupa
yang sudah dibakar. Dengan bertelanjang dada dan mata menghadap
kelaut lepas, Galuh Suranbiyan memulai pertapaannya dan tidak tau
sampai kapan dia akan bertapa, yang pasti sampai tujuannya menjadi
seorang yang sakti Mantraguna tercapai.*****Dilereng Bukit Loang
Tuna, beberapa hari yang lalu nampaknya Galih Sendikala sudah
memulai pertapaannya, Bau harum Dupa merambah seluruh lereng bukit
dan hutan belantara, Sesajen didepannya sudah mulai lusuh, mata
terpejam, pikiran menyatu, tak perduli pengapnya udara di dalam goa
yang memang jarang di huni oleh manusia. Suasana yang mencekam
tidak membuat hati Galih Sedikala menjadi ciut atau
ketakutan.*****Tujuh bulan telah berlalu, Kedua kakak beradik belum
juga selesai dari pertapaan, kesaktian yang dimiliki Galuh
Suranbiyan yang diperoleh dari gurunya melalui bertapa dianggap
masih belum sempurna, Ilmu Sawak yang menjadi ilmu pamungkasnya
juga belum sempurna, membuat Galuh Suranbiyan terkadang gusar dan
berpikiran tak menentu, namun karena keinginan yang begitu tinggi
mereka sanggup menghadapi segala ancaman dan rintangan yang
sesekali datang untuk menggagalkan pertapaan mereka. Dan untuk
kesempurnaan kesaktiaannya Galuh Suranbiyan memutuskan untuk
melanjutkan pertapaannya di Gunung Pujut.*****Didalam goa, ditempat
Galih Sendikala melakukan pertapaan suasana begitu hening, sesekali
terdengar suara kelelawar CitCitCit yang keluar masuk goa yang
gelap gulita, malam semakin larut, suasana mencekam, dari pojok
ruangan terlihat seberkas cahaya yang semakin lama semakin membesar
dan diiringi suara bergemuruh uurrr. laksana suara guntur yang
semakin lama semakin besar yang mengakibatkan Galih Sendikala
membuka mata pelan-pelan, dalam hati Galih sendikala merasakan rasa
cemas, bahagia, dan ketakutan, yang begitu nampak dari raut mukanya
yang mulai agak kurus karena tidak pernah makan selama empat puluh
hari yang lalu. Wajah Galih Sendikala semakin pucat melihat cahaya
yang semakin besar berubah menjadi sosok manusia tua , berpakaian
seba putih, berjenggot putih, berambut putih, dan bertongkat dari
tulang berwarna putih. Galih Sendikala diam seribu bahasa tidak tau
apa yang harus diperbuat dan dikatakan sampai ahirnya orang tua itu
bertanya,
eeee teruna.. apa yang sedang kau cari..?, aku perhatikan sudah
tujuh bulan lebih kau bertapa, namun kau belum juga selesai, apakah
yang kau cari belum kau dapatkan..?
Ng..ngih papuq apa yang aku harapkan selama ini belum aku
dapatkan, berupa kesaktian, mohon kiranya Papuq berkenan
memberikannya .. Galih Sendikala menjawab dengan terbata dan
sedikit gemetar. Baik teruna....... aku akan menerimamu sebagai
muridku tapi dengan satu syarat kamu harus mengikuti dan mematuhi
segala yang aku perintahkan...
Baik papuq ,..... aku akan berupaya untuk mematuhi segala
perintah papuq , dan berusaha untuk tidak mengecewakan papuq
Oya..... siapa namamu nak....?
Nama tiang.... Galih Sendikala papuq ...
Baik galih, mulai sekarang kamu papuq angkat sebagai muridku,
mudah- mudahan kamu sabar dan tabah menjalani semua cobaan yang
akan terjadi... Baik papuq ....
Mulaialah Galih Sendikala mempelajari ilmu kesaktian dari papuq
tua di lereng bukit Loang Tuna, jurus demi jurus, langkah demi
langkah, sampai kesaktiannya dipandang cukup oleh sang papuq
tua.*****Suara jangkrik tak lagi terdengar, tergantikan sahutan
ayam jantan berkokok, cicitan burung pagi sebentar lagi bersahutan,
di langit terlihat bulan sabit ahir bergandeng bintang pajar
memancarkan sinarnya yang cemerlang, menyempurnakan indahnya langit
yang bertebaran miliaran bintang, Hal ini menandakan ahir dari
pertapaan Galuh Suranbiyan di Gunung Pujut. dimana kesaktian yang
dimilikinya cukup dan untuk kesempurnaan ilmunya akan diperoleh
dengan sendirinya melalui pengembaraannya, perlahan Galuh
Suranbiyan membuka mata yang di rasakan cukup perih karna cukup
lama matanya tidak dibuka, aduuuuh......., mataku perih
sekali....... Galuh Suranbiyan menyeringai perlahan walau belum ada
cahaya yang menerpa matanya, pada saat yang sama, tepat setelah
Galuh Suranbiyan membuka mata dengan sempurna terlihat bintang
kemukus melintas menuju arah timur laut, Galuh Suranbiyan tersigap,
hatinya bergetar, dari mulutnya tersungging senyum, dengan hati
lirih Galuh Suranbiyan mengatakan mudah-mudahan cita-citaku
tercapai, menjadi seorang raja...... Bukankah apabila kita melihat
bintang kemukus melintas diatas langit, terus kita berdoa, maka doa
kita akan dikabulkan..... gumamnya pelan.Pagi yang cerah, terlihat
dari jauh cahaya merahnya menerpa air laut yang berubah warna
menjadi jingga, puncak bukit Seger terlihat anggun diterpa sinar
mentari, Galuh Suranbiyan melangkah mantap meninggalkan tempat
pertapaannya, menapaki terjalnya tebing gunung Pujut, tempat yang
di tuju tak lain adalah tempat tinggalnya yang berada di belahan
timur laut dari tempat pertapaannya. aku harus segera sampai di
rumah siapa tau Galih Sendikala sudah ada di sana, dan
menungguku....... Rasa rindu Galuh Suranbiyan pada Galih Sendikala
semakin terasa dan membuncak.*****Sementara itu Galih Sendikala
belum juga selesai dari pertapaan dan belajar kesaktian, karena
ilmu yang dimiliki belum di anggap sempurna oleh sang guru, dengan
tekun dan penuh semangat Galih Sendikala mempelajari semua yang
diajarkan.
Galiih.... beberapa purnama kedepan, papuq akan memberikan ilmu
pamungkas yang papuq miliki, papuq harap kamu mau dan mempersiapkan
diri dengan baik Ngiring papuq ...., segalanya Galih serahkan pada
papuq
Galih, papuq ingin tau seberapa sempurna ilmu Segenter Gumi dan
Penyorong Angin yang telah kau pelajari
Nunasang papuq , kenapa seperti nike?
Kedua ilmu itu sebagai dasar dari ilmu yang akan papuq berikan
nanti
Daweq papuq , jika seperti nike, pelungguh serminang.....
Mulailah.... sambil memperhatikan gerakan dasar Galih Sendikala
, papuq tua melangkah menjauh.Galih Sendikala mengambil sikap
sempurna sebelum memulai jurus-jurus kedua ajian, kaki yang kekar
berdiri kokoh menghujam di bumi, kedua tangan di letakkan di atas
dada yang bidang, pikiran terfokus dalam satu titik, berkonsentrasi
penuh, hentakan kaki Galih Sendikala yang kekar menjadikan tanah
disekelilingnya menjadi bergetar, tubuh Galih Sendikala melayang
tak lagi menyentuh bumi.Jurus-jurus ilmu Segenter Gumi dan
penyorong angin diperagakan Galih Sendikala dengan teliti dan
tampak semakin sempurna, sementara papuq tua berdecak kagum atas
kemampuan Galih Sendikala yang begitu pesat karena
ketekunannya.Cukup......cukup Galih
Baik Papuq ... Galih Sendikala menghentikan jurus-jurus yang
belum habis diperagakan.
Sesuatu yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan penuh
ketelitian akan menghasilkan sesuatu yang terbaik dan sempurna...
ujar papuq tua, sambil menepuk pundak Galih Sendikala dengan penuh
kasih aku ng.
Tampiasih Papuq ... Galih Sendikala tidak dapat menyembunyikan
perasaan senangnya karna raut mukanya yang keliatan berseri-seri
karena rasa girang dan senang.
Papuq bangga padamu galih
Oya galih......ilmu pamungkas yang papuq janjikan, akan papuq
berikan nanti pada saat purnama bulan roah
Daweq papuq ......Ingat, berlatihlah selalu, semua itu demi
keberhasilanmu jua dalam sekejap mata, tubuh papuq tua sudah
menghilang dari hadapan Galih Sendikala . Yang tak lain menuju
tempat pertapaannya di dalam goa Loang Tuna.*****Dari kejauhan
lambaian pohon timus yang tertiup angin terlihat jelas oleh Galuh
Suranbiyan , lambaian daunnya seolah mengatakan selamat datang dan
selamat berjumpa kembali tuanku, dan tak berapa lama Galuh
Suranbiyan sampai di bawah pohon timus yang semakin besar dan
rindang.
Gubuq dan alang tua yang dulu di tinggal tak tertata lagi,
halamannya dipenuhi semak belukar, dinding rumahnya sudah mulai
rapuh dimakan rayap, atap ilalang telah lapuh dan penuh sarang
laba-laba, lampu templet tak lagi menyala karena sumbu dan
minyaknya telah kering. Galuh Suranbiyan termangu, kenangan masa
lalu muncul tiba-tiba, rasa rindu kepada Galih Sendikala yang
begitu membuncah dan menyesakkan dada.Galih........Galih.....
Dimana kau adikku................... Galuh Suranbiyan berteriak
kesana kemari setiap sudut halaman rumahnya disisir bahkan sampai
ke jalan setapak menuju kali yang sudah tidak kelihatan berupa
jalan karena di tumbuhi semak belukar yang diakibatkan tidak pernah
dilalui. Pencarian Galuh Suranbiyan tidak kunjung berhasil,
beberapa saat kemudian barulah Galuh Suranbiyan tersadar bahwa
Galih Sendikala belum kembali dari pengembaraannya.
Tidak terasa matahari sudah di ubun-ubun, rasa lapar dan dahaga
menggerogoti Galuh Suranbiyan , kegiatan membersihkan gubuq tua dan
alang tak ayal membuat Galuh Suranbiyan lupa akan waktu yang
berjalan. Yang teringat hanya waktu-waktu bahagia berasama adiknya
Galih Sendikala . Dengan bersandar di pohon timus, Galuh Suranbiyan
mengambil kekelok (wadah berupa gelas yang terbuat dari bambu) yang
berisi air nira yang disadap dari sore hari. Sambil sesekali
tangannya merogoh kmek (panci yang terbuat dari tanah liat) yang
berisi ubi kayu yang dipenguk (dimasak tanpa air).*****Bulan tak
lagi purnama, keindahan bulan sabit dua puluh tujuh akhir, ikut
andil menghiasi malam sepi yang hampi fajar, lolongan anjing malam
tak lagi terdengar, sahutan satwa malam telah hilang bak tertelan
bumi, kesunyian yang ditemani hembusan angin malam membawa
keindahan tersendiri, sesekali hentakan nafas Galih Sendikala
terdengar bagaikan desisan ular kobra yang siap mematok mangsa
dengan garang. Ssssst...............sst....sst...
huuuut.............., malam itu merupakan malam ahir penyelesaian
pelajaran ilmu pamungkas yang diberikan, ilmu yang paling tersohor
dan disegani serta ditakuti oleh setiap lawan yakni Ilmu Lembayung
Sukma dan Ngelipt Gumi. Yang membuat kesaktian Galih Sendikala kian
sempurna.Pagi yang cerah, di atas berugaq (sekepat, tempat
istirahat yang berbentuk rumah panggung yang tidak berdinding
mempunyai empat tiang penyangga) yang terbuat dari pohon Nangka,
Papuq Tua dan Galih Sendikala asik bercengkrama, sesekali cangkir
yang berisi kopi hangat diangkat disela-sela percakapan.Galih....
Papuq lihat dan perhatikan kesaktianmu semakin sempurna
Papuq kira, sudah saatnya kamu mencoba mencari pengalaman di
luar sana, dengan begitu kemampuan kamu akan semakin banyak,
janganlah kamu menjadi seperti katak di dalam tempurung, yang
merasa paling bisa, paling sakti dan segalanya.Pada dasarnya, papuq
merasa berat ditinggal, tapi ilmu yang papuq punya semuanya telah
papuq berikan kepadamu, bagaimanapun juga,.... kamu harus mengejar
cita-citamu yang telah kamu impikan
Galih Sendikala diam seribu bahasa memperhatikan raut wajah
papuq tua yang mukanya mulai keriput tapi begitu serius, tenang dan
berwibawa, Galih Sendikala ingin mengungkapkan persaannya akan
tetapi lidahnya seperti terkunci dan kelu dan dia hanya mampu diam
dan perlahan menganggukkan kepala penuh hormat.
Suasana yang tadinya ceria menjadi pudar, mentari yang naik dua
penggalah menyeruakkan sinarnya yang mulai memanas menghantam
pundak Galih Sendikala yang menggunakan pumbaq (selendang ayun khas
sasak), tak ayal membuat Galih Sendikala merasakan pundaknya
semakin panas, hal itu tidak menjadikan Galih Sendikala beringsut
dari tempat duduknya, duduk bersila yang dari awal tidak bergeming
sedikitpun, hal itu dilakukan sebagai tanda penghormatan yang
mendalam kepada gurunya.Galih............papuq berharap, sesekali
kamu mengunjungi papuq , dan kamu harus menggunakan ilmu yang kamu
miliki untuk kepentingan yang baik dan membantu yang lemah
Inggih Papuq .... Mudah-mudahan aku dapat melaksanakan apa yang
papuq harapkan
Satu lagi galih.... papuq berharap kamu mau di temani Dende Ayu
Sekar Kuning dalam perjalananmu, saat ini papuq merestui hubungan
kalian, mudah-mudahan kalian cocok dan mempunyai keturunan yang
baikPerasaan Galih Sendikala semakin tak menentu, lidah yang tadi
kelu menjadi semakin kelu, karena tak menyangka akan mendapatkan
sesuatu yang sekian lama diimpikan, yakni mempersunting wanita yang
diimpikan walaupun perasaan cintanya pada Dende Ayu Sekar Kuning
belum terucap. Namun keduanya saling menyukai pada pandangan
pertama saat Galih Sendikala di angkat menjadi murid papuq tua.
Rasa suka semakin terasa pada keduanya setelah lama bersama. Saling
kenal satu sama lain, memadu kasih dalam rasa masing-masing. Dan
bersua dalam jalinan kasih abadi pernikahan.*****Cerita kesaktian
Galuh Suranbiyan semakin tersohor kemana-mana, sepak terjangnya
membantu yang lemah dan melawan yang zalim semakin membahana, hal
itu menjadikan pengikutnya semakin hari semakin bertambah banyak,
baik yang datang dari sekitar sampai dari warga kerajaan lain yang
merasa di zalimi oleh rajanya. Pengembaraannya kesemua arah
menjadikan sepak terjangnya begitu dikagumi oleh semua orang,
dengan demikian sebagian pengikutnya merasa bangga menjadi
pengikutnya.Muteng jelo begitu terik, bayangan pohon seolah hanya
menaungi batangnya sendiri, rindangnya pohon are dan beberapa pohon
kemiri di tepi kali dirasakan begitu membantu, pengikut Galuh
Suranbiyan yang sedang berteduh sambil menyedok air minum dari
lingok (sumur) Rati dengan menggunakan daun waru yang di lipat
persegi tiga, merasakan kesenangan yang luar biasa, seketika haus
dan lelah sirna begitu saja. Belum adanya kepastian tujuan
perjalanan untuk menemukan tempat tinggal yang tepat, menjadikan
peristirahatan rombongan Galuh Suranbiyan tidak terlalu lama, ....
matahari telah tergelincir ke arah barat, sengatan sinar matahari
sudah mulai meredup, mata tak lagi perih memandang silaunya langit,
rombongan Galuh Suranbiyan yang membawa serta segala keperluan
hidup dan hewan piaraan seperti ayam, sapi, kuda, dan lain-lain
yang tak ketinggalan hewan piaraan berupa kerbau.Hutan, Lembah,
ngarai, bukit, telah ditapaki, siang, malam, telah dilalui, onak
dan duri terkadang di urai, Galuh Suranbiyan dan rombongan
merasakan jenuh, letih, lelah terkulai, malam telah mulai
menyeringai yang akhirnya Galuh Suranbiyan memerintahkan rombongan
untuk istirahat kembali.
Perintahkan kepada semua untuk istirhat dan bermalam di tempat
ini perintah Galuh Suranbiyan pengawalnya.
Baik....
Beeerheeentiiiiii.................Kita istirahat di tempat ini,
silahkan kepada yang membawa perabotan dan alat-alat lainnya agar
diletakkan tidak jauh dari tempat kalian masing-masing, bagi yang
membawa hewan ternak agar dijaga dengan baik-baik.Perintahkan
kepada beberapa orang untuk mencari sumber mata air yang ada di
sekitar tempat ini.Inggih....... dengan sikap membungkuk dan mundur
pengawal memberikan hormat dan langsung memerintahkan beberapa
orang untuk mencari dan menemukan sumber mata air, walupun malam
peteng dindeng (gelap gulita), berbekal obor bambu mereka menyusuri
jalan setapak yang diyakini sebagai jalan menuju sumber mata air,
dan tak lama sumber mata air pun ditemukan, .... setelah mengambil
air merekapun kembali dan melaporkannya kepada pengawal.
kur kukurluuuuuuuuuuuu goooook... kukuran ayam hutan berkokok
terdengar nyaring bersahutan, menandakan pagi akan segera tiba,
.....pagi pun tiba, warna jingga kekuning emasan menyeruak dari
puncak gunung di pulau Sumbawa, menandakan sebentar lagi akan
ngempok jelo (matahari terbit), puncak gunung Rinjani seolah
tersenyum simpul disaat sinar mentari pagi menerpa puncaknya.
Bentangan ngarai Segara Langun berhias perbukitan dan tebing yang
curam, menambah indahnya panorama pagi. Galuh Suranbiyan dan
rombongan masih terlelap dalam tidur yang diakibatkan oleh rasa
letih dan lelah yang teramat sangat. Sepenggalah sudah matahari
meninggalkan pearduan, cahaya hangatnya menghangatkan pipi Galuh
Suranbiyan sepontan membuatnya terbangun dan bergegas membangunkan
rombongannya. Bangun- banguuuun, kita sudah kesiangan serta merta
semua rombongan terkesiap melihat matahari yang sudah tinggi dengan
cahaya panasnya, mereka sadar ini menandakan panas bulan pituk
(panas bulan ketujuh, menurut perhitungan sasak puncak udara sangat
panas dalam musim kemarau), Galuh Suranbiyan dan rombongan bergegas
melanjutkan perjalanan karena peristirahatan sudah di anggap cukup,
segala barang bawaan di cek satu persatu, semua lengkap selain
kerbau yang belum kelihatan. pengawaaaaal...
Cepat cari........temukan kerbau itu, aku tidak menginginkan ada
satupun benda ataupun hewan yang hilang, perintahkan yang yang lain
untuk mencarinya sampai ketemu, dan jangan kembali kalau belum
menemukannya.Dengan sigap dan ketakutan pengawal memerintahkan
kepada sebagian orang untuk mencari kerbau yang hilang kesemua
arah, ke selatan, ke timur, ke barat, serta ke utara, kesemua
tempat yang diperkirakan dituju oleh kerbau. Tak lama kemudian
datang beberapa orang melaporkan hasil pencariannya, dengan
bergegas menceritakan bahwa kerbau tersebut telah ditemukan dan
berada pada satu tempat di sebelah selatan yang tempatnya cukup
subur dan penuh ditumbuhi dedaunan yang bukan rumput. Galuh
Suranbiyan pun bergegas menuju tempat yang diceritakan, Galuh
Suranbiyan pun terkesima melihat bahwa pada musim kembalit
(kemarau) seperti ini ada tempat yang cukup hijau, .....dengan
seksama Galuh Suranbiyan memperhatikan tumbuhan yang sedang dimakan
kerbau sampai buncit. berhubung Galuh Suranbiyan belum pernah
melihat tumbuhan tersebut dan dengan penuh rasa penasaran hingga
ahirnya Galuh Suranbiyan mencoba untuk mencicipi secara mentah,
kemudian memerintahkan pengawalnya untuk memasaknya terlebih
dahulu. Tumbuhan tersebut ahirnya Galuh Suranbiyan namakan kangkung
dan jika diolah menjadi sayur dinamakan Pelecing Kangkung semenjak
itulah pelecing kangkung menjadi makanan paporit Galuh Suranbiyan
dan rombongannya. Serta pada suatu saat nanti dijadikan sebagai
salah satu masakan khas Sasak.Panas kembalit sungguh terasa
menyengat, namun perjalan Galuh Suranbiyan menuju arah timur untuk
menemukan suatu tempat yang dianggap baik sebagai tempat bermukim
harus di lanjutkan, dengan tidak lupa membawa segala sesuatu yang
telah dipersiapkan termasuk kerbau dan puluhan ikat kangkung.
Menjelang sore hari rombongan Galuh Suranbiyan tiba di satu tempat
dimana sturktur tanah yang landai menghadap selatan dan di anggap
cukup strategis, disampingnya terdapat sumber mata air yang tidak
pernah kering walapun pada musim kemarau. Dan ahirnya Galuh
Suranbiyan menetapkan bahwa tempat itu sebagai tempat untuk
bermukim, kepada rombongan diperintahkan untuk segera melakukan
pembersihan, dan mendirikan tempat tinggal sebelum mengerjakan
hal-hal lain.Kepemimpinan Galuh Suranbiyan semakin tersohor bahkan
sampai keseluruh pelosok pulau Lombok, hal itu menjadikan
pengikutnya semakin bertambah banyak, seiring dengan itu dengan
serta merta Galuh Suranbiyan dinobatkan sebagai raja yang mempunyai
kekuasaan tunggal, yang pada ahirnya nanti lebih dikenal dengan
sebutan Datu Brenge . Pada awal pemerintahan Datu Brenge memerintah
dengan arif dan bijaksana, rakyatnya teguh dan taat menjalankan
perintahnya, hidup rukun dan berkecukupan, wilayah kekuasaannya
semakin luas, serta disegani lawan dan kawan. *****Jalan pedati
yang di tumbuhi rumput tebal dibawah rindangnya tepi hutan
menjadikan teriknya matahari tidak terasa, suara siulan burung
kecial kuning dan burung lainnya menambah cerianya hari itu, Galih
Sendikala dan istrinya Dende Ayu Sekar Kuning berjalan perlahan,
Galih Sendikala menoleh dan memperhatikan paras istrinya yang
begitu cantik, anggun dan mempesona. Sesekali tangan kanan Dende
Ayu Sekar Kuning memegang bunga sepatu yang tumbuh di tepi jalan
sementara di tangan kirinya sejumput bunga batavia kecil merkah
warna kemerahan digenggam, lirikan Galih Sendikala yang di ketahui
Dende Ayu Sekar Kuning tak ayal membuat raut mukanya memerah
membuat Galih Sendikala semakin terpana. Perjalanan yang dirasakan
begitu indah oleh Galih Sendikala dan istrinya membuat perjalanan
yang cukup jauh menjadi tak terasa, perbekalan dalam perjalan yang
telah disiapkan masih dipandang cukup sampai tujuan, disamping itu
berbagai macam buah yang ada di pinggir jalan masih bisa didapat
untuk menambah perbekalan yang telah ada. Senja telah tiba Galih
Sendikala dan istrinya bergegas agar segera sampai di rumahnya.
Lambaian pucuk pohon timus terlihat samar dari kejauhan membuat
Galih Sendikala semakin mempercepat langkah kakinya. Dinda......,
dinda lihat pucuk pohon yang disana? Galih Sendikala menunjuk
lambaian pohon timus yang berada jauh di depannyaYa kanda,
kenapa?
Tempat itu yang kita tuju dinda...
Apakah rumah kanda disana....?
Ya dinda...., disana rumah kanda..... dan kanda berharap.....,
kanda Galuh Suranbiyan sudah berada disana, kanda sangat kangen
padanyaGalih Sendikala memegang tangan istrinya dan lebih
mempercepat langkah dan seolah kelihatan berlari. Tak beberapa lama
keduanya sampai di halaman rumahnya. Galih Sendikala memperhatikan
sekeliling rumahnya dengan seksama, beberapa perabot rumahnya
hampir sama dengan waktu dia tinggalkan bersama Galuh
Suranbiyan.Rumah ini kelihatan cukup bersih.....mestinya kalau
sekian lama ditinggalkan pasti keadaannya tidak terawat...
gumamnya. Dende Ayu Sekar Kuning memperhatikan wajah Galih
Sendikala yang kelihatan bingung.
Kenapa kanda...... apa yang kanda pikirkanDinda, kanda yakin kak
Galuh Suranbiyan sudah pulang, terbukti bahwa rumah ini pernah
dibersihkan, dinda lihat kan Galih Sendikala menunujuk sekeliling
rumahnya yang memang kelihatan pernah dibersihkan, tumpukan rumput
dan ilalang yang sudah mengering serta ranting pohon yang yang
tertata apik di samping rumahnya menambah keyakinannya bahwa Galuh
Suranbiyan sudah pulang lebih dulu dari pada dirinya.Ya kanda,
terus dimana dia sekarang.?
Kak Galuh, kakkak lengkingan suara Galih Sendikala terdengar
jauh, memanggil Galuh Suranbiyan namun suara sahutan yang
diharapkan tidak terdengar. Karena lima purnama yang lalu Galuh
Suranbiyan meninggalkan rumah untuk melanjutkan pengembaran dan
mengejar cita-cita untuk menjadi raja.Sudahlah kanda, kelihatannya
kak Galuh Suranbiyan tidak berada disini, menurut dinda sebentar
lagi matahari akan terbenam, alangkah lebih baiknya kita masuk dan
membersihkan didalamnya, agar kita nyaman untuk beristirahat
Ya dinda kakak setuju, mari dinda... Galih Sendikala membuka
pintu rumahnya perlahan dan memperhatikan setiap ruangan yang
dimasukinya. Selanjutnya meraka membersihakan setiap ruangan yang
dianggap perlu dibersihakan terlebih dahulu, dan mempersiapkan
segala sesuatu keperluan. Dengan harapan memperoleh kenyamanan
dalam beristirahat.*****Kepemipinan dan kerajaan Galuh Suranbiyan
semakin tersohor, karena kearifan dan ketentramannya, dalam
memimpin Galuh Suranbiyan tetap berpegang teguh pada prinsip yang
telah di titahkan oleh mendiang ayahandanya.
Kerajaan Brenge menjadi semakin termashur, rakyatnya merasakan
kenyamanan dan kehidupan yang tentram, Kerajaan Langko di belahan
barat, Selaparang di belahan timur, dan kerajaan pejanggik di
belahan selatan turut merasakan ketentraman bagi rakyatnya.
*****Masa kejayaan kerajaan Brenge dibawah kepemimpinan Galuh
Suranbiyan yang lebih dikenal dengan Datu Brenge tidak berlangsung
lama, hal itu berawal dari adanya rasa percaya yang berlebihan
Galuh Suranbiyan terhadap seorang yang mengaku dari Negeri
Bayan.
Ampun baginda...
Ada apa pengawal....
Ada seseorang ingin menghadap baginda...
Siapa dan dari mana...
Katanya dari Negeri Bayan, baginda...
Bawa dia menghadap...
Baik.. Bagianda.., sambil membungkukkan kepala, pengawal
melangkah mundur meninggalkan ruangan. Tak lama pengwal tersebut
kembali ke hadapan rajanya yang diiringi tamu yang berada di
samping kirinya.
Daulat Baginda....
Trima kasih pengawal.... kembali pengawal meninggalkan
ruangan.
Siapakah gerangan kisanak, darimana, dan ada keperluan apakah
sehingga jauh-jauh kemari... tegur Galuh Suranbiyan penuh rasa
kekeluargaan, membuat tamunya tanpa ada rasa sungkan.
Ampun bagianda,... nama hamba Lokaq Jumalip, hamba berasal dari
Negeri Bayan, hamba hanya akan memberitahukan mimpi hamba yang
berkaitan dengan baginda... karena hamba juga ingin ikut serta
dalam menjaga keutuhan kerajaan yang baginda pimpin.
Apa mimpimu Lokaq ,...cepatlah kau menceritakannya...
Baginda....., pada beberapa minggu yang telah lalu, semasih
hamba di Negeri Bayan hamba bermimpi tentang baginda dan kerajaan
ini, saat itu hamba berada dalam kedaan keboro (setengah sadar),
hamba melihat baginda bukan dalam bentuk manusia seutuhnya, bagian
bawah baginda seperti binatang sedangkan bagian atas tetap
sebagaimana baginda sekarang, sementara kerajaan dalam suasana
hiruk pikuk, rakyat yang satu memakan rakyat yang lain, dan ahirnya
singgasana paduka hanyut dalam aliran air yang sangat deras, akan
tetapi dapat diselamatkan oleh seorang pemuda dimana pemuda
tersebut jelmaan dari selendang baginda... demikian baginda mimpi
hamba yang tak lain merupakan pirasat dari hamba tentang kerajaan
yang baginda pimpin.... Galuh Suranbiyan diam seribu bahasa,
keadaan ruangan sontak menjadi sepi, tak ada yang berani memberikan
suara dan tanggapan.
Lokaq ...... dengan suara tertahan Galuh Suranbiyan memecahkan
keheningan ruangan.
Daulat Baginda...
Bagimana penapsiran yang kau berikan pada mimpimu itu...
Ampun Baginda,..... kiranya apa yang akan hamba tafsirkan nanti
tidak membuat baginda menggah terhadap hamba....
Silahkan Lokaq , ... aku akan berusaha untuk menerimanya...
Ampun baginda,.... menurut hamba, akan terjadi pada diri baginda
satu keadaan diluar kebiasaan yang terjadi pada manusia umumnya,
berupa perubahan fisik yang berakibat pada perbedaan sikap baginda,
pastinya hamba tidak dapat memastikannya, kemudian rakyat paduka
akan saling memfitnah, saling menghancurkan satu dengan yang
lainnya sehingga keadaan kerajaan menjadi tidak tentram lagi, yang
akhirnya kerajaan paduka akan menjadi runtuh, pada saat
keruntuhannya akan diselamatkan oleh seorang pemuda bukan dari
keturunan baginda akan tetapi masih dalam garis keturunan keluarga
baginda sendiri.... demikian baginda....... Galuh Suranbiyan
kembali terdiam seribu bahasa, bahkan semakin lama, Galuh
Suranbiyan memikirkan segala sesuatu yang pernah dilakukan dan
menjadi kebijakannya, dalam ingatannya belum pernah dia melakukan
sesuatu yang dapat merongrong ketentaraman rakyatnya.
Lokaq ......terima kasih atas apa yang kau sampaikan, silahkan
kau kembali dan beristirahat di dalam istana ini...sampai kapanpun
yang kau inginkan...
Daulat baginda tampiasih... matur pengendika pamit... Galuh
Suranbiyan melambaikan tangan dengan lemas, masih terpikirkan apa
yang telah disampaikan oleh Lokaq Jumalip.
Kegusaran dan kebingungan Galuh Suranbiyan setelah memperoleh
berita tersebut tidak dapat dia sembunyikan, hari-hari yang dilalui
dipenuhi oleh pikira-pikiran yang tidak menentu, rasa takut akan
kemunduran dan terhentinya menjadi raja membuncah dan menghilangkan
akal sehatnya, sifat bijaksana yang selama ini ditujukkan lama-lama
berubah menjadi pemarah, rasa welas asih dan pemurah menjadi
beringas dan tak terkendali, menjadikan rakyatnya semakin tidak
tentram. Para bangsawan kerajaan seperti kelelawar yang berupaya
mengambil perhatian Galuh Suranbiyan, dengan tidak segan-segan
memfitnah bangsawan dan punggawa yang lain demi jabatan kekayaan
semata.
Pengawal.....
Daulat baginda.....
Sekarang kuperintahkan padamu untuk mencari dan menemukan remaja
laki-laki di seluruh wilayah kekuasaanku dan jadikan mereka semua
sebagi prajurit kerajaan, aku menginginkan kerajaan ini mempunyai
kekuatan prajurit yang sulit tertandingi...
Satu lagi....... umumkan kepada semua wanita-wanita yang hamil
untuk mengikuti sayembara, barang siapa yang memenangkan
pertarungan maka bayi dalam kandungannya kelak akan diangkat
sebagai patih dikerajaan Brenge.
Datu Brenge memerintahkan prajuritnya untuk membuatkan dua buah
giong (ayunan dari bambu atau rotan seperti ayunan untuk
meninabobokan bayi), keduanya diikat di atas tali yang terpasang
dari ujuang timur ke barat kali, di ujung kedua ayunan dipasangkan
berupa pisau taji dengan maksud apabila kedua ayunan bertemu
ditengah kali, maka salah satu dari ibu hamil tersebut akan mati.
sehingga siapapun yang dapat bertahan sampai sekian kali
pertarungan maka kelak bayinya akan diangkat sebagai patih.
Daulat baginda....
Pergilah dan laporkan kalau sudah selesai....
Daulat baginda.... dengan segera prajurit yang ditugaskan
melangkah keluar, dengan tidak lupa memberi hormat sebelum
membalikkan tubuhnya. Serta pengawal dibantu oleh puluhan parajurit
yang lain melaksanakan titah sang raja.
Sayembara Datu Brenga di tanggapi beragam oleh rakyat kerajaan
Brenga. Sehingga Kegemaran raja yang diluar kebiasaan berupa
menyabung wanita hamil untuk mencari patih dengan cara dinaikkan
keatas (Giong) ayunan yang telah dipasangkan pisau taji kemudian
diadu di atas kali membuat dirinya lebih dikenal dengan sebutan
Datu Brenge yaitu raja yang sedang Brengah/meninabobokkan wanita
hamil yang berahir dengan kematian salah satu diantara keduanya.
*****
Pagi tak secerah biasanya, cahanya tertutup awan, Dende Ayu
Sekar Kuning yakin bahwa pagi itu akan turun hujan, dengan tergesa
Dende mengumpulkan kayu bakar yang telah mengering dan berserakan
di halaman rumahnya.
Teguh....
Tiang Bunda....
Kesini nak, bantu ibu mengangkat kayu ini, karena sebentar lagi
akan turun hujan....
Nggih bunda.....dengan cepat Teguh membantu ibundanya merapikan
kayu bakar di samping rumahnya agar tidak terkena hujan.
Gerimis pun turun dengan perlahan Dende dan putranya Teguh masuk
kedalam rumah.
Bunda....
Ya.... ada apa nak?
Kapan ayah akan pulang?.... Teguh sudah kangen pada pada
ayah...
Ayah akan cepat pulang.....setelah ayahmu bertemu dengan Mamiq
Kake mu...
Memangnya Siapa mamiq Kake Teguh,.... dan dia dimana
bunda...
Sambil mengelus rambut Teguh Dende Ayu Sekar Kuning menceritakan
dengan detail kehidupan ayahnya Galih Sendikala dan saudaranya
Galuh Suranbiyan, sampai Mamiq Kakenya dapat menjadi raja di
kerajaan Brenge .*****
Dua purnama yang lewat Galih Sendikala meninggalkan istri dan
putranya, untuk bertemu dengan saudaranya Galuh Suranbiyan yang
konon menurut berita yang didengar sudah menjadi seorang raja/datu,
seorang raja yang dahulunya arif dan bijaksana telah menjadi raja
yang tak lagi sesuai dengan yang diharapkan oleh rakyatnya.
Dalam perjalanannya, Galih Sendikala banyak mendapatkan berita
tentang Galuh Suranbiyan , muali dari kebaikan dan kemakmuran serta
kemajuan kerajaan yang dipimpin sampai keadaan kerajaan yang carut
marut saat ini, membuat perasaan Galih Sendikala menjadi sedih,
kesaktian yang tidak bisa ditandingi membuat punggawa kerajaan
tidak bisa berbuat apapun dan sangat sulit menerima masukan dari
siapapun.
Perjalanan Galih Sendikala yang cukup jauh tidaklah sia-sia, dia
sudah sampai di kerjaan yang di tuju. di ujung jalan pembatas
istana kerajaan yang ditandai gapura bertuliskan sugeng rauh dalam
ejaan sastra hanacaraka yang berarti selamat datang, Galih
Sendikala bertemu dengan dua penjaga yang sigap dan tangkas.
Maaf saudara..... prajurit bersenjatakan lengkap menghadang,
serta merta Galih Sendikala menghentikan langkahnya. Anda siapa....
dan mau kemana....
Nama Aku Galih Sendikala .....aku ingin menghadap baginda
raja....
Ada keperluan apa saudara mengahadap baginda, dan perlu kami
beritahu untuk saat-saat ini baginda raja belum bisa di temui oleh
siapapun, jangankan rakyat biasa seorang punggawapun cukup sulit
untuk bisa bertemu jikalau bukan kehendak baginda raja sendiri....
lagi pula baginda raja lebih sering keluar dari pada tinggal di
istana....
Kenapa bisa seperti itu.... tanya Galih Sendikala semakin
penasaran.
Tanpa menjawab, prajurit mempersilahkan Galih Sendikala
melanjutkan perjalanan menuju istana raja yang jaraknya masih cukup
jauh. Dan masih harus menemui prajurit penjaga yang lain sebelum
sampai ke istana. Sesampainya di istana Galih Sendikala tidak dapat
menemui raja karena raja masih pergi bersama para pengawalnya,
berita yang didengar selama ini semain santer terdengar di dalam
istana, kemunduran kerajaan terlihat dari tidak tertatanya istana
sebagaimana istana di kerajaan lain. Para punggawa yang ditemui
seperti acuh dan tak mau tau tentang keberadaan baginda raja.
Tanpa berpikir panjang dengan berbekal berita bahwa raja pergi
menuju arah selatan pada tiga hari yang lalu Galih Sendikala
meninggalkan istana untuk mencari sampai bertemu, tanpa mengenal
lelah Galih Sendikala bertemu dangan Galuh Suranbiyan yang sedang
berada di atas kuda dan mencari hewan buruan yang baru saja terkena
bidikannya. Tanpa berpikir panjang Galih Sendikala yang tidak
disadari oleh Galuh Suranbiyan menyapa dengan suara yang cukup
keras.
Kanda Galuh.... sang raja terkesima dengan panggilan yang tidak
biasanya di ucapakan oleh rakyatnya. Panggilan itu hanya diucapakn
oleh seorang adik kandung yang dia cintai yang tak bukan adalah
galih Sendikala. Sang raja belum mau menoleh, dia ingin suara
panggilan itu terulang kembali.
Kanda Galuh..... suara itu semakin besar dan semakin dekat,
membuat Galuh Suranbiyan membalikkan Muka dan kudanya hampir
bersamaan.
Ga...liiiih....., kau kah itu... dari mana saja kau
dinda....
Ya kanda,... aku Galih.... tanpa basa basi Galuh Suranbiyan
turun dari kudanya dan memeluk adiknya yang sangat dirindukan, air
mata Galuh Suranbiyan menetes disela-sela kelopak matanya, air mata
yang selama ini disangka jarang dan tidak mungkin tumpah karena
kekejaman yang ditampilkan di depan rakyatnya.
Bagaimana kabarmu dinda.... sudah lama sekali kita tidak
bertemu.... kanda sangat mengkhawatirkanmu....
Kalau begitu dinda... kita sekarang ke istana, disana kanda
ceritakan yang menjadi kegundahan kanda selama ini....
Baik kanda.
Prajurit.., perintahkan kepada yang lain untuk kembali ke
istana
Daulat baginda. Dengan cepat prajurit berbenah dan memerintahkan
yang lain untuk kembali ke istana.
Galih Sendikala dan Galuh Suranbiyan menaiki kuda yang telah
disiapkan, keduanya berpacu membelah hutan diiringi oleh seluruh
prajurit dibelakangnya. Sesampainya di istana Galuh Suranbiyan
mempersilahkan Galih Sendikala menempati ruangan yang telah
disediakan. Dan memerintahkan beberapa dayang untuk menyiapkan
segala keperluan Galih Sendikala .Menjelang malam di atas Bencingah
Agung, kedua kakak beradik saling bertukar cerita dari awal
perpisahan sampai saat-saat waktu bertemu, bahkan Galuh Suranbiyan
tidak lupa memceritakan permasalahn yang timbul saat ini di
kerajaan yang dipimpin.
Dinda, besok pagi-pagi, kanda berharap dinda mau menemani kanda
untuk berburu kehutan Peropok.
Disamping itu juga, kanda ingin sedikit bertukar atau menjajaki
ilmu kesaktian yang kanda miliki, selama kita bertapa
Baik kanda adinda serahkan sepenuhnya kepada kanda.
*****
Pagi masih buta, aktifitas warga istana sudah mulai terdengar,
para dayang sudah sedari tadi mempersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan keperluan keluarga istana, beberapa para
penggawa kerajaan masih lelap dalam mimpinya, Datu Brenge terlihat
sedang mempersiapkan sesuatu yang tidak biasanya, dikarenakan tidak
ada satu dayangpun atau yang lainnya berada di sekelilingnya.
Inilah saat yan aku tunggu, untuk membuktikan keampuhan dan
kesaktian minyak sawak ini yang konon dapat menyambung kembali
tubuh yang sudah terputus pikir Datu Brenge , sambil matanya
memperhatikan botol berisi minyak yang dipegang dengan tangan
kanannya yang didapatkan waktu bertapa di Pantai Kute.
mudah-mudahan berhasil pikirnya kembali.
Tuktuktuk, suara pintu terdengar terketuk dari luar.
masuk
Ada apa dayang
daulat baginda, segala keperluan untuk mandi sudah disiapkan
Terimakasih Oya untuk tuan Galih Sendikala apakah sudah
disiapkan
daulat baginda, semuanya sudah siap
Dayang pun segera membersihkan tempat tidur Raja Brenge ,
setelah Raja Brenge meninggalkan ruangan untuk mandi dan melakukan
aktifitas yang lain.
*****
Siang itu, suasana hutan Propok tidak terlalu terik karena
pohon, tumbuhan semak belukar yang hijau karena hujan sudah
berlansung dari beberapa bulan yang lalu, air sungai kokoh Propok
yang deras seolah membelah hutan belantara.
Kanda., apakh ini yang namanya sungai kokoh Propok
Benar dinda.
disinilah tempat kanda melepaskan lelah dan sesekali melatih
kesaktian yang kanda miliki ujar Galuh Suranbiyan melanjutkan.
oya dinda, bagimana, apakah dinda sudah siap untuk kita berlatih
dan menjajaki kesaktian kita masing-masing
Tanpa berpikir panjang kedua kakak beradik telah beradu
kesaktian dengan tetap membatasi kemampuan yang dimiliki karena
tidak bermaksud untuk saling melukai dan menyakiti.
kesaktianmu sungguh luar biasa dinda
kanda lebih sakti bila dibandingkan dengan dinda, kesaktian
dinda tidak seberapa
dinda, kanda memiliki Minyak Sawak yang sangat mujarab. Yang
apabila dinda luka bahkan terpotong sekalipun, lantas dioleskan
maka akan tersambung kembali seperti sediakalaGalih Sendikala
terkesima dengan penjelasan Galuh Suranbiyan yang kelihatan
berapi-api.
Sekarang dinda, ambillah pedang itu, tebaskan ke leher kanda
setelah itu dinda oleskan minyak ini, kemudian satukan kembali
antara kepala dan tubuhku
Dinda tidak siap kanda untuk melakukan hal itu, kalau kanda
ingin membuktikan minyak itu, biarlah dinda yang jalani, silahkan
kanda. Sambil Galih Sendikala menyerahkan pedang ke Galuh
Suranbiyan .
Baik dinda, dengan keyakinan akan kesaktian dan kemujaraban
minyaknya Galuh Suranbiyan tanpa ragu menebas leher Galih Sendikala
, dan kepala Galih Sendikala terpental berpisah dari tubuhnya,
dengan sigap Galuh Suranbiyan mengoleskan Minyak Sawak ke leher
yang terputus dan mengambil kepala Galih Sendikala dan
meletakkannya, dengan serta merta kepala dan tubuh itupun bersatu
kembali tanpa ada bekas luka sedikitpun dileher Galih Sendikala
.
Galuh Suranbiyan dan Galih Sendikala terkesima dan taajub dengan
hal itu.
Sekarang giliran kanda, dinda
Baik kanda, dengan keyakinan yang sama dengan Galuh Suranbiyan ,
Galih Sendikala mengayunkan pedangnya ke leher Galuh Suranbiyan ,
hentakan pedang Galih Sendikala terlalu keras membuat kepala Galuh
Suranbiyan terguling ketanah dan bergelinding kesungai yang deras,
kepala Galuh Suranbiyan terbawa arus, Galih Sendikala panik, tubuh
Galuh Suranbiyan masih berdiri kokoh tanpa kepala , kepala Galuh
Suranbiyan semakin jauh dan menghilang terbawa arus. Galih
Sendikala semakin panik untuk mengejar kepala Galuh Suranbiyan yang
terbawa arus sudah tidak mungkin karena tubuh Galuh Suranbiyan
kelihatan mulai melemah karena sudah mulai bercucuran darah.
Dalam kepanikannya Galih Sendikala melihat seekor babi hutan
berwarna putih tidak jauh dari tempatnya, dengan sigap Galih
Sendikala menebas leher babi tersebut, dan dengan segera
mengoleskan Minyak Sawak serta meletakkan kepala babi di tubuh
Galuh Suranbiyan , serta merta tubuh Galuh Suranbiyan bersatu
dengan kepala babi. Sejak saat itulah Datu Brenge berkepala babi.
Rasa bersalah Galih Sendikala Melihat hal itu berusaha dia
sembunyikan agar Galuh Suranbiyan tidak merasakan dan mencurigai
tentang adanya perubahan pada dirinya. Dan Galih Sendikala berupaya
menghilangkan segala sesuatu yang dapat menjadikan Galuh Suranbiyan
melihat dirinya sendiri.
Pengawal..... Galih Sendikala memanggil yang ada di
belakangnya.
Daulat tuan....
Perintahkan kepada beberapa prajurit untuk pulang lebih dulu ke
istana, dan minta para dayang untuk mencopot dan menyembunyikan
semua cermin yang ada sehingga baginda raja tidak dapat melihat
wajahnya yang sekarang ini.... dan peringatkan pada prajurit yang
di utus untuk tidak menceritakan apa yang menimpa baginda....
Daulat tuan.... dengan cepat pengawal memerintahkan dua orang
prajurit yang dipercayai dan dianggap bisa menjalankan
perintah.
******
Pada hari kelima perburuannya, dan setelah memperoleh hewan
buruan yang cukup, Datu Brenge memerintahkan untuk kembali ke
istana dan sebelum terbenam matahari Datu Brenge dan Galih
Sendikala beserta prajurit sudah berada dinistana. Rasa haus
tenggorokan Galuh Suranbiyan semakin terasa, karena cukup banyak
darah yang tumpah dan perjalanan ke istana cukup melelahkan.
Pengawal.....cepat ambilkan air minum
Daulat baginda..... sembari pengawal membalikkan tubuhnya, tak
beberapa lama pengawal kembali dan diikuti oleh dua orang dayang
yang membawa nampan yang berisi air minum.
Daulat baginda..... Pengawal menyerahkan nampan berisi air
kepada Datu Brenge .
Ha.......!!!!, Datu Brenge sontak terkejut melihat dirinya dalam
nampan berisi air, wajah yang bukan dalm bentuk dirinya, akan
tetapi dalam bentuk seekor babi. Kembali Datu Brenge melihat dalam
nampan karena tidak percaya dengan apa yang sudah dilihat, Datu
Brenge menjadi gusar, marah, sedih dan bingung. Datu Brenge menoleh
ke Galih Sendikala dengan tatapan penuh tanya.
Galih..... Kenapa bisa seperti ini
Maaf Kanda.... Galih Sendikala mulai menceritakan apa yang sudah
terjadi dan menimpa dirinya, Galuh Suranbiyan menyimak dengan
seksama, rasa sayangnya yang besar membuat dirinya tidak
menyalahkan Galih Sendikala dalam hal itu. Karena itu juga
merupakan permintaannya sendiri dalam mencoba membuktikan keampuhan
Minyak Sawak miliknya.
Setelah tinggal beberapa lama di istana Galih Sendikala
memutuskan untuk pulang ke rumahnya dan menemui istri dan anaknya.
Setelah berpamitan kepada Galuh Suranbiyan dan meminta Galuh
Suranbiyan tabah dalam cobaan dan bijaksana dalam pemerintahan
walaupun kondisinya telah berubah.
Berita tentang bergantinya kepala Datu Brenge dengan kepala babi
mulai menyebar kepada rakyatnya, mula-mula berawal dari punggawa
dan keluarga istana, lama-lama sampai kepada rakyat biasa, hal itu
membuat rakyat menjadi penasaran ingin melihat wajah rajanya.
Patih, dan kau pengwal...., umumkan kepada seluruh rakyat, bahwa
tidak diperbolehkan melihat kepada wajah raja, berhadapan atau
tidak, dan tidak diperbolehkan untuk memakan pelecing kangkung
selama berada di hadapan raja, jika ada yang berani melihat atau
tidak menundukkan wajahnya, atau memakan pelecing kangkung, maka
penggal kepalanya....
daulat baginda..... sembah patih sambil menundukkan
pandangannnya, dengan segera patih memerintahkan pengawal
menyebarkan pengumuman tentang peraturan yang telah dibuat oleh
Datu Brenge serta merta peraturan tersebut telah sampai kepada
seluruh rakyat kerajaan Brenge , sehingga apabila Datu Brenge
melintas tidak ada satupun yang berani mengangkat kepala, dan tidak
ada yang berani menatap wajah rajanya.
Kepepemimpinan Galuh Suranbiyan semakin tak terkendali kekerasan
dan penindasan begitu dirasakan oleh rakyatnya, rasa minder dan
merasa seolah-olah dihina membuat kebiasaannya menjadi buruk,
banyak rakyatnya tak lagi simpatik dan ingin melakukan
pemberontakan, namun karena kesaktiannya yang teramat tinggi
membuat rakyatnya tidak bisa berbuat banyak. Rencana pembunuhan
terhadap Datu Brenge sering kali direncanakan oleh orang-orang yang
merasa tertindas namun tak pernah berhasil.
*****Malam semakin larut, suara gamelan terdengar sayup
terhantar angin malam dari hajatan warga yang cukup jauh dari
istana, mengiringi Datu Brenge hanyut dalam lamunan, teringat
masa-masa indah bersama keluarga. Seperti biasa, pada saat-saat
seperti itu, maka akan muncul sosok mendiang ayahandanya yang hadir
dengan pesan-pesan yang sangat baik.Anak-anakku......... Seorang
pemimpin harus mempunyai sembilan sifat utama yang tidak boleh
hilang pada dirinya, yang apabila kurang maka dapat dipastikan
pemimpin tersebut tidak akan pernah berhasil sebagai seorang
pemimpin.Pertama, Tan Loba, maksudnya Tidak loba, seorang pemimpin
tidak boleh mencari keuntungan sendiri, keluarga dan golongan namun
lebih mementingkan kemakmuran rakyatnya; yang kedua, Tan Kena
Hiwah, tidak gegabah, maksudnya seorang pemimpin harus teguh
pendirian, tanggap, tidak cepat terpengaruh dengan hal-hal luar.
Ayahandanya terdiam sejenak sambil menghela napas dan sesekali
tangan keriput namun kekar mengusap dahi meyekat keringat halus
yang tampak basah seolah berusaha mengingat apa yang mesti
disampaiakan kepada anak-anaknya.Yang ketiga anak-anakku, yakni Tan
Kasama, tidak boleh tertutup, seorang pemimpin itu harus
transparan, terbuka, tidak remang-remangKemudian yang keempat,
adalah Sun Ya Hadi Palamar Hulubung, seorang pemimpin itu harus
mengedepankan sifat-sifat terpuji adil, arif, dan bijaksana, dan
yang kelima, Lateh Hing Bumi seorang pemimpin harus mengedepankan
rasa tanggung jawab dan pengabdian atas kepemimpinannya di muka
bumi.
Yang keenam, anakku, seorang pemimpin yang baik itu agar dia,
Dadi Waja wong Senegari, maksudnya adalah seorang pemimpin harus
mampu menjadi tumpuan dan harapan serta menjadi kekuatan seluruh
rakyat, yang ketujuh, Wani hing pati, seorang pemimpin harus berani
karena benar dan takut karena salah, yang kedelapan, Minangka Damar
Ring Wulan, seorang pemimpin harus seperti rembulan dapat menjadi
cahaya yang terang benderang bagi rakyat dalam kegelapan yang gelap
gulita, kemudian yang terakhir kesebilan, Minanghan Sifat,
maksudnya, seorang pemimpin harus bersifat lurus, mulus dan tidak
berbeli belit.
Itulah sifat yang mesti dan harus ada didalam setiap pemimpin,
jika terdapat padanya, yakinlah negerinya akan menjadi makmur, aman
sentosa, serta dia akan dikasihi dan dihormati oleh semua
rakyatnya. Tersungging senyum ketir di bibir Galuh Suranbiyan ,
rasa bangga pada mendiang ayahandanya begitu arif dan bijaksana
seolah memberikan semangat yang begitu besar dalam memimpin
kerajaan yang dia pimpin saat ini. Jika dibandingkan dengan apa
yang dilakukan kepada rakyatnya sungguh sangat bertolak
belakang.
Galuh Suranbiyan Terdiam selaksa makna, terbayang keganasan dan
keangkara murkaan yang pernah dilakukan. Pagi hari sebelum matahari
terbit Datu Brenge telah berada di singgasananya, sembari
memanggil.
Patih......
Daulat Baginda.....
Aku ingin mengadakan acara Bencingah Agung....
Daulat Baginda..... untuk hal apakah gerangan baginda.....
Patih ..... kerjakan saja apa yang aku perintahkan, nanti kamu
akan tahu apa yang aku inginkan....
Daulat Baginda.... hamba mohon pamit.... Patih segera
meninggalkan ruang utama istana, dan segera memerintahkan parajurit
untuk melaksanakan apa yang sudah menjadi titah raja.*****
Acara Bencingah Agung di Dusun Lebe, dipersiapkan dengan matang,
bencingah agung untuk Datu Brenge dibuat dari bambu yang tingginya
tujuh meter, dibawahnya dipasangkan bambu runcing menghadap ke atas
yang di jadikan hiasan bencingah. Antusias rakyat menyambut acara
bencingah agung begitu terasa, karna dikabarkan bahwa pada acara
itu wajah Datu Brenge boleh dilihat.
Pada hari yang telah ditentukan, acara bencingah agung mulai
dihadiri oleh semua rakyat Kerajaan Brenge hampir tidak ada yang
tertinggal, hanya orang-orang yang telah lanjut usia yang tidak
datang.Dung....Dung....Dung..... suara gong bertalu-talu menandakan
Datu Brenge akan segera tiba, puluhan prajurit dan pengawal
memasuki kerumunan rakyatnya yang semuanya merunduk tanpa
seorangpun yang berani mengangkat kepala, suara gong semakin dekat
dan bertalu-talu Datu Brenge menaiki tangga bencingah
perlahan-lahan sampai diatas bencingah. Rakyatku sekalian.... Suara
Datu Brenge menggema terdengar oleh seluruh rakyatnya.
Selama ini aku telah berbuat yang tidak sesuai dengan harapan
kalian, sering berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan
kalian, sehingga banyak dari kalian semua yang berkeinginan untuk
membunuhku, tapi ketahuilah semua itu aku lakukan semata-mata untuk
kelangsungan kerajaan Brenge ..... Datu Brenge terdiam sejenak
aku tidak ingin kerajaan yang kita dirikan bersama akan musnah
begitu saja, atau di pimpin oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab , karenanya pada kesempatan ini aku ingin minta maaf pada
kalian semua, atas kesalahn yang selama ini aku perbuat, dan aku
sudah memutuskan untuk menghentikan semua ini, aku sudah tidak
layak untuk menjadi raja, oleh karenanya aku menunjuk adikku Galih
Sendikala untuk menggantikannku sebagi raja di kerajaan ini, aku
harap kepada rakyatku semua agar mematuhi segala perintahnya,
karena aku yakin dia akan memerintah dengan baik.. Datu Brenge
kembali terdiam penuh makna.
pada saat ini, aku izinkan kepada rakyatku semua untuk melihat
wajahku sekarang, makanlah pelecing kangkung yang telah kalian
siapkan, sambil mengadahkan wajah kalian padaku... Sontak rakyat
kerajaan Brenge mengangkat wajahnya sembari mengangkat pelecing
kangkung ke atas mulutnya dan melihat ke wajah Datu Brenge yang
selama ini membuat mereka penasaran.
Mereka terpana, pertama kali melihat Datu Brenge setelah berubah
wajahnya menjadi kepala babi.
Rakyatku sekalian.. sebagai tebusan kesalahanku pada kalian
semua, dan setelah kalian melihat wajahku sekarang, saatnya aku
akan meninggalkan kalian semua, aku tidak akan kembali lagi .
Rakyat kerajaan Brenge terharu mendengar perkataan Datu Brenge yang
tidak disangka, dan pada ahirnya Datu Brenge kembali pada sifat
aslinya yang penyayang dan ingin berbuat yang terbaik untuk
rakyatnya. Dengan tidak berkata lagi Datu Brenge memalingkan
tubuhnya, tubuh Datu Brenga menghilang seperti terbawa angin, tidak
ada satupun yang melihat kemana perginya, menghilangnya Datu Brenga
ditempat itu dijadikan sebagi makam Datu Brenga di dan sampai saat
ini disebut dengan Kemalik Lebe*****
Sepeninggal Galuh Suranbiyan yang sering disebut Datu Brenge ,
kerajaan Brenge dipimpin oleh Galih Sendikala sebagai raja, suasana
kerajaan yang carut marut perlahan di tata dengan baik, kehidupan
rakyatnya berangsur-angsur pulih seperti awal pemerintahan Datu
Brenge , para punggawa kerajaan melaksanakan titah raja dengan taat
dan sungguh-sungguh, menjadikan tata pemerintahan berjalan dengan
baik.Pemerintahan Galih Sendikala berjalan singkat, kemudian di
gantikan oleh putranya Teguh Satria Kelana dan kerajaan Brenge
mencapai puncak kejayaannya. Runtuhnya Kerajaan Brenge berawal dari
masuknya Kerajaan Karang Asem Bali dan berupaya mengembangkan
wilayah kekuasaannya di Gumi Sasak, dengan cara politik adu domba
antar kerajaan baik Langko, Pejanggik, Selaparang, Bayan, dan
lain-lain serta seluruh kedatuan yang berada di Gumi Sasak.
Didalam melakukan perluasan wilayah kekuasaannya Kerajaan Karang
Asem tidak membiarkan satu asetpu yang dapat dijadikan sebagai
bukti sejarah dari kerajaan yang pernah ada di Gumi Sasak, semua di
musnahkan beriringan dengan taklunya kerajaan tersebut padanya.
******tamat******
Cerita rakyat sasakAhmad Yani, S.Pd (Amaq Inaya)
Cerita rakyat Datu Brenge sangat melegenda dan menjadi buah
bibir masyarakat sasak, cerita tentang keangkuhan dan sikap
egoisnya bukan menjadi sifat aslinya malainkan hanya sebagai salah
satu upaya mempertahankan kejayaan negerinya
BIODATA PENULIS
NAMA: AHMAD YANI
Tempat tgl/lahir : Tibu Sisok, 17 Januari 1975
Pendidikan : S1 Pendidikan Ekonomi
Tempat tugas : MA Ibadurrahman Tibu Sisok
No HP : 081907909472
Alamat: Tibu Sisok Desa Loang Maka Kec. Janapria Loteng NTB
83554
PAGE 39Cerita Rakyat Sasak ( L e g e n d a D a t u B r e n g e
)