Formalin adalah nama komersil dari senyawa formalin yang mengandung 35 - 40 % dalam air. Formalin termasuk kelompok senyawa disinfektan kuat yang sering dipakai sebagai bahan pengawet mayat tetapi dapat juga digunakan sebagai pengawet makanan, walaupun formalin tidak diizinkan untuk bahan pengawet makanan serta bahan tambahan. Formalin biasanya mengandung alcohol (metanol) sebanyak 10 – 15 % yang berfungsi sebagai stabilator supaya formaldehidnya tidak mengalami polimerisasi. Formaldehida mudah larut dalam air, sangat reaktif dalam suasana alkalis, serta bersifat sebagai pereduksi yang kuat. Secara alami formaldehida juga dapat ditemui dalam asap pada proses pengasapan makanan, yang bercampur dengan fenol, keton, dan resin. Bila menguap di udara, berupa gas tidak berwarna, dengan bau yang tajam menyengat. Formalin digunakan dalam perusahaan makanan ternak, untuk memperbaiki penyimpanan pakan tersebut. Formalin yang di campur atau ditambahkan pada pakan ternak harus lebih kecil daari 1 % karena tenak masih dapat menghirup sebesar 0,25 % formalin pada pakannya. Konsentrasi formalin pada susu segar juga ditemukan berkisar antara 0,075 – 0,225 mg/kg. Formaldehida yang tersedia dapat mengakibatkan langsung terasa panas pada mulut, kerongkongan, isophagus dan lambung, kemudian rasa sakit yang sangat dan pingsan mendadak. Kemungkinan diare, tidak dapat kencing, kerusakan hati, korosi pada saluran pencernaan dan pernapasan. Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang), haematusi (kencing darah), dan haemotodesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian dalam waktu 3 jam. Untuk mengetahui suatu bahan mengandung formalin atau tidak, dapat dilakukan dengan melihat tanda-tanda fisik makanan tersebut (bau yang menyengat, tekstur yang kaku, warna yang lebih terang) dan tingkat keawetan produk yang lebih tahan lama. Namun, tanda-tanda tersebut tidak akan terdeteksi bila kandungan formalin terlalu rendah. Karena itu, uji laboratorium perlu dilakukan untuk memastikannya. Secara garis besar, tanda-tanda bahan makanan yang mengandung formalin dapat diketahui melalui analisa kualitatif dan kuantitatif. Peralatan Peralatan yang digunakan adalah tebung reaksi kecil (10 buah), rak tabung reaksi (1 buah) , pipet tetes (2 buah), pipet takar 2 ml (2 Buah), pipet gondok 2 ml (1 buah), gelas kimia 100 ml (6 buah), tabung sentrifuge (1 buah), labu ukur 10ml (1 buah), gelas ukur (1 buah), bola hisap (1 buah), lumpang porselen (1 buah), timbangan analitik OHAUSS, Spektrofotometri Spektonik 2.1 (1 set), corong kaca, Alat sentrifuge (1 set). Bahan Bahan yang digunakan adalah isophrophil Alcohol (IPA) 45%, Phenil Hydrazine, formalin, Kit Formalin, Larutan NaOH p.a. Potassium
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Formalin adalah nama komersil dari senyawa formalin yang mengandung 35 - 40 % dalam air. Formalin termasuk kelompok senyawa disinfektan kuat yang sering dipakai sebagai bahan pengawet mayat tetapi dapat juga digunakan sebagai pengawet makanan, walaupun formalin tidak diizinkan untuk bahan pengawet makanan serta bahan tambahan.Formalin biasanya mengandung alcohol (metanol) sebanyak 10 – 15 % yang berfungsi sebagai stabilator supaya formaldehidnya tidak mengalami polimerisasi. Formaldehida mudah larut dalam air, sangat reaktif dalam suasana alkalis, serta bersifat sebagai pereduksi yang kuat. Secara alami formaldehida juga dapat ditemui dalam asap pada proses pengasapan makanan, yang bercampur dengan fenol, keton, dan resin. Bila menguap di udara, berupa gas tidak berwarna, dengan bau yang tajam menyengat. Formalin digunakan dalam perusahaan makanan ternak, untuk memperbaiki penyimpanan pakan tersebut. Formalin yang di campur atau ditambahkan pada pakan ternak harus lebih kecil daari 1 % karena tenak masih dapat menghirup sebesar 0,25 % formalin pada pakannya. Konsentrasi formalin pada susu segar juga ditemukan berkisar antara 0,075 – 0,225 mg/kg.Formaldehida yang tersedia dapat mengakibatkan langsung terasa panas pada mulut, kerongkongan, isophagus dan lambung, kemudian rasa sakit yang sangat dan pingsan mendadak. Kemungkinan diare, tidak dapat kencing, kerusakan hati, korosi pada saluran pencernaan dan pernapasan. Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang), haematusi (kencing darah), dan haemotodesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian dalam waktu 3 jam.Untuk mengetahui suatu bahan mengandung formalin atau tidak, dapat dilakukan dengan melihat tanda-tanda fisik makanan tersebut (bau yang menyengat, tekstur yang kaku, warna yang lebih terang) dan tingkat keawetan produk yang lebih tahan lama. Namun, tanda-tanda tersebut tidak akan terdeteksi bila kandungan formalin terlalu rendah. Karena itu, uji laboratorium perlu dilakukan untuk memastikannya. Secara garis besar, tanda-tanda bahan makanan yang mengandung formalin dapat diketahui melalui analisa kualitatif dan kuantitatif.
PeralatanPeralatan yang digunakan adalah tebung reaksi kecil (10 buah), rak tabung reaksi (1 buah) , pipet tetes (2 buah), pipet takar 2 ml (2 Buah), pipet gondok 2 ml (1 buah), gelas kimia 100 ml (6 buah), tabung sentrifuge (1 buah), labu ukur 10ml (1 buah), gelas ukur (1 buah), bola hisap (1 buah), lumpang porselen (1 buah), timbangan analitik OHAUSS, Spektrofotometri Spektonik 2.1 (1 set), corong kaca, Alat sentrifuge (1 set).
BahanBahan yang digunakan adalah isophrophil Alcohol (IPA) 45%, Phenil Hydrazine, formalin, Kit Formalin, Larutan NaOH p.a. Potassium Ferrysianida, kertas saring, aquades, kapas, bahan makanan yang akan diuji (tahu, ikan asin, atau bakso)
Prosedur kerjaa. Analisa KualitatifAda 2 test yang dapat dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya formalin dalam suatu bahan, yaitu:
- Test KMnO4Awalnya sampel dihancurkan dalam blender, dan ditambahkan 30 ml aquades,kemudian disaring dengan kapas. Ambil 2 ml filtrat, lalu tambahkan 1 tetes KMnO4. Adanya formalin ditunjukkan oleh hilangnya warna pink dari KMnO4.
- Test FehlingAmbil 2 ml filtrat yang telah diblender di atas, kemudian ditambahkan 1 ml larutan fehling dan panaskan dalam penangas ± 30 menit. Adanya formalin pada bahan ditunjukkkan oleh terbentuknya warna hijau kekuningan pada larutan.
b. Analisa KuantitatifSampel dihancurkan dengan lumpang, dan timbang sebanyak 1 gram. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge, tambahkan 12,5 ml isophropyl alcohol 45 %, dan disentrifuge dengan kecepatan 2600 rpm selama 10 menit. Saring dengan kapas, filtratnya di letakkan dalam gelas kimia 100 ml. Ambil 0,5 gram filtrat dalam tabung reaksi, tambahkan 0,5 isophropyl alcohol (IPA) 45 % dan ),5 ml phenil hydrazine, kemudian tutup gelas kimia dengan kapas dan diamkan 10 menit. Tambahkan 0,3 ml potassium ferrysianida dan diamkan 5 menit. tambahkan 2 ml NaOH p.a. dan diamkan 4 menit. Pindahkan larutan ke dalam labu ukur 100 ml, encerkan dengan isoprophyl alcohol 45% sampai volume 100 ml, dan diamkan 10 menit. Pindahkan larutan dalam kuvet. Ukur absorbansi dengan panjang gelombang 520 nm.NB : proses pembuatan kurva standar = prosedur pengujian formalin. Blankonya aquadest.
Sumber : http://adhillamark.blogspot.com/2009/07/cara-cepat-deteksi-formalin.html
JURNAL ANALISIS KUALITATIF ADANYA FORMALDEHID PADA MIE BASAHANALISIS KUALITATIF ADANYA FORMALDEHIDPADA MIE BASAH
Suwahono, S.Pd ; Salis Marroh ; Aries Nila Fadlila.Jurusan Tadris kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
AbstrakFormaldehid adalah salah satu zat tambahan makanan yang dilarang. Dipasaran zat ini dikenal dengan nama formalin. Meskipun para produsen sudah mengetahui bahwa zat ini berbahaya jika digunakan sebagai pengawet, namun penggunaannya bukannya menurun malah semakin meningkat dengan alasan harganya yang relatif murah dibanding pengawet yang tidak dilarang.Pada penelitian ini peneliti mencurigai adanya zat formalddehid pada produk mie basah saat melihat tekstur dan keawetannya. Oleh sebab itu peneliti melakukan identifikasi sederhana terhadap beberapa sample mie basah yang beredar di pasar tradisional area Semarang.Pada pengujiannya peneliti menggunakan reagen yang terdiri dari larutan FeCl3 0,5% dan H2SO4 pekaat, yang mana apabila laaaarutan ini direaksikan dengan sample yang dicurigai mengandung formaldehid akan memberikan reaksi positif dengan adanya cincin ungu. Pengujian dilakukan pada 2 sample yaitu mie basah dari pasar zrakah dan mie basah dari pasar ngalian. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa pada kedua sample terbentuk cincin ungu. Secara kualitaatif hasil tersebut menunjukkan adanya zat formaldeehid.Kata kunci : formalin, mie basah.
PENDAHULUANFormaldehidSenyawa ini dipasaran dikenal dengan nama formalin dengan rumus CH2O. Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk dengan bobot tiap mililiter 1,08g dapat tercampur dalam air dan alkoholtetapi tidaktercampur dalam kloroform dan eter. Di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15% sebagai pengawet. Formaldehid murni tidak tersedia secara komersil, tetapi dijual dalam 30-50% (b/b) larutan mengandung air biasanya ditambahkan 10-15% metanol untuk menghindari polimerisasi. Formalin 37% adalah larutan yang paling umum. Formalddehid dijual sebagai trioxane [(CH2O)3] dan polimernya para formaldehid, dengan 8-100 unit formaldehid.Formalin biasanya diperdagangkan di pasaran dengan nama berbeda beda antara lain :• Formol • Morbicid • Methanal • Formic aldehyde • Methyl oxide • Oxymethylene • Methylene aldehyde • Oxomethane • Formoform • Formalith • Karsan • Methylene glycol • Paraforin • Polyoxymethylene glycols • Superlysoform • Tetraoxymethylene • Trioxane Fungsi FormalinPada dasarnya faomalin digunakan sebagai :• Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal, gudang, dan pakaian. • Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. • Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca, dan bahan peledak. • Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas. • Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. • Bahan untuk pembuatan produk parfum. • Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku. • Pencegah korosi untuk sumur minyak. • Bahan untuk insulasi busa. • Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood). • Cairan pembalsam ( pengawet mayat ). • Dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1% ) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pemcuci piring, pelembut, perawat sepatu, sampo mobil, lilin dan pembersih karpet. Penyalahgunaan Formaldehid dan Peraturannya.Melalui sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium,ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini
dilakukan produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh produk yang sering mengandung formalin misalnya ikan segar, ayam potong, tahu dan mie basah yang beredar di pasaran. Adapun Dasar hukum yang melarang penggunaan formalin di antaranya UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen.Formalin dan metahnyl yellow merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dilarang penggunaannya dalam makanan menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999.Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan
Dampak Penggunaan Formaldehid Terhadap KesehatanFormalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungan dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat didalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh. Selain itu kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karssinogenik 9menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/ jaringan), serta orang yang mengkonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah. Formalin bila menguap diudara berupa gas yang tidak berwarna dengan bau yang menyesakkan sehingga merangssang hidung tenggorokan dan mata.Formalim telah dibuktikan dapat menjadi mutagen dibeberapa sistem invitro dan telah diklasifikasikan sebagai mutagen yang lemah. Formaldddehid mendukung mutasi, karsinogen, pemecahan DNA dan Cross-link protein DNA pada fungsi, mutasi dan kerusakan DNA pada bakteri.Khusus mengenai sifat yang karsinogenik, formalin termasuk ke dalam karsinogenik golongan IIA. "golongan I adalah yang sudaah pasti menyebabkan kanker, berdasarkan uji lengkap. Sedangkan golongan IIA baru taraf diduga karena data hasil uji pada manusia masih kurang lengkap, dimana dalam jumlah sedikit formalin akan larut dalam air serta akan dibuang keluar bersama cairan tubuh. Oleeh sebab itu formalin sulit dideteksi keberadaannya dalam darah.
Uji KualitatifIdentifikasi keberadaan formaldehid pada mie bassah dilakukan menggunakan reagen FeCl3 0,5% dan H2SO4 pekat.Pada pengujian ini, jika hasil akhir terbentuk cincin ungu menunjukkan sample mengandung formaldehid.METODE PENELITIAN1. Samplepada penelitian kali ini digunakan 2 sample mie basah yang masing-masing sample di beri label 1 an 2, dimana :sample 1 adalah mie basah dari passsar zrakah.sample 2 adalah mie basah dari pasar ngalian.2. Bahan dan alata. BahanMie basah dari pasar zrakahMie basah dari pasar ngalianLarutan FeCl3 0,5%Larutan H2SO4 pekatb. Alat
Tabung reaksiRak tabung reaksiLumpang dan aluPipet tetesGelas ukur3. Prosedur a. Sample mie basah dihaluskan terlebih dahulu dalam lumpangb. Sample yang telah halus dimasukkan kedalamm tabung reaksic. Tambahkan ke dalam tabung yang berisi saample dengan larutan FeCl3 0,5% hingga sample terendamd. Aliri sample dalam tabungg dengan H2SO4 pekaat kurang lebih 7mLe. Amati perubahan yang terjadi, reaksi positif jika terbentuk cincin ungu.4. AnalisisPada penelitian kali ini baik sample mie basah dari zrakah maupun ngalian keduanya memberikan reaksi positif yaitu terbentuk cincin ungu setelaah sample yag telaah dilarutkan dalam FeCl3 0,5 % dialiri H2SO4 pekat. Haal ini membuktikan bahwa kecurigaan bahwa sample tersebut teridentifikasi adanya formaldehid terbukti dengan adanya cincin ungu.
KESIMPULANPada penelitian kali ini dapat disimpulkan bahwa mie basah yang beredar di pasar ngalian dan jrakah teridentifikasi adanya formaldehid. Dengan ciri-ciri :1. Tekstur kenyal2. Warna kuning mengkilat3. Tidak mudah basi jika dibiarkan sehari semalam.Hal tersebut diperkuat saat sample di reaksikan dengan FeCl3 0,5% dan H2SO4 pekat dengan memberikan reaksi positif yaitu adanya cincin ungu.
SARANPada penelitian kali ini peneliti masih menggunakan uji kualitatif sehingga kadar formalin yang terkandung dalam sample mie basah tidak dapat diketahui secara jelas namun setidaknya sudah memberikan iniformasi yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar Ngalian.Saran dan kritik sangat kami harapkaaan dari pembaca sehingga akan menjadi perbaikan-perbaikan pada penelitian kami berikutnya.
Sumber : http://ariffadholi.blogspot.com/2009/10/jurnal-analisis-kualitatif-adanya.html
Berdasarkan hasil pemantauan BB-POM di Surabaya, dari 91 contoh pangan olahan yang dijual di pasaran, sebanyak 24 di antaranya positif mengandung formalin. Selain mi basah, makanan lain yang mengandung banyak formalin adalah tahu, ikan asin, dan ikan segar. Laporan Badan POM tahun 2002 menunjukkan bahwa dari 29 sampel mi basah yang dijual di pasar dan supermarket Jawa Barat, ditemukan 2 sampel (6,9 persen) mengandung boraks, 1 sampel (3,45 persen) mengandung formalin, sedangkan 22 sampel (75,8 persen) mengandung formalin dan boraks. Hanya empat sampel yang dinyatakan aman dari formalin dan borak. Menurut beberapa produsen, penggunaan boraks pada pembuatan mi akan menghasilkan tekstur yang lebih kenyal. Sementara itu, penggunaan formalin akan menghasilkan mi yang lebih awet, yaitu dapat disimpan hingga 4 hari.
II. PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FORMALINFormalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar 30-40 persen. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 persen serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram. Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Didalam HYPERLINK http://www.myraffaell.com/blog/?tag=formalin" formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15% sebagai pengawet. Formalin biasanya diperdagangkan di pasaran dengan nama berbeda-beda antara lain :• Formol • Morbicid • Methanal • Formic aldehyde • Methyl oxide • Oxymethylene • Methylene aldehyde • Oxomethane • Formoform • Formalith • Karsan • Methylene glycol • Paraforin • Polyoxymethylene glycols • Superlysoform • Tetraoxymethylene • Trioxane
B. PENGGUNAAN FORMALIN1. Fromalin Digunakan Untuk :• Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal, gudang, dan pakaian.
• Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. • Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca, dan bahan peledak. • Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas. • Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. • Bahan untuk pembuatan produk parfum. • Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku. • Pencegah korosi untuk sumur minyak. • Bahan untuk insulasi busa. • Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood). • Cairan pembalsam ( pengawet mayat ). • Dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1% ) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pemcuci piring, pelembut, perawat sepatu, sampo mobil, lilin dan pembersih karpet. 2. Penggunaan Formalin Yang SalahPenggunaan formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium,ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh produk yang sering mengandung formalin misalnya ikan segar, ayam potong, mie basah dan tahu yang beredar di pasaran. Yang perlu diingat, tidak semua produk pangan mengandung formalin.Dasar hukum yang melarang penggunaan formalin di antaranya UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen.Formalin dan metahnyl yellow merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dilarang penggunaannya dalam makanan menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999.Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan
C. ANALISIS KADAR FORMALIN PADA TAHU
1. Uji Foramlin SederhanaAda beberapa metode yang dilakukan untuk pengujian kadar formalin yang terdapat di dalam produk namun sayangnya kebanyakan metode yang dilakukan hanya bisa dilakukan di laboratorium dan tidak bisa dilakukan oleh masyarakat awam. Pada makalah kali ini akan dibahas metode yang bisa dilakukan oeh masyarakat dengan mudah yaitu,a. Persiapkan bahan yang akan diuji (sample) sebanyak 5 gram, alat dan bahan yang akan digunakan. Alat yang diperlukan yaitu sebuah kompor, panci, sendok, gelas tahan panas, sedangkan bahan yang digunakan untuk menguji sample adalah asam kromatofat sebanyak 5 ml, aquades sebanyak 50 ml.b. Nyalakan kompor, lalu pasang panci dan rebus aquades hingga mendidih. Masukan sampel yang akan diuji kedalam gelas, lalu rendam kedalam aquades yang sudah mendidih. Masukan asam kromatofat kedalam gelas lalu aduk campuran dengan sendok. Sample yang mengandung formalin akan ditunjukan dengan berubahnya warna air dari bening menjadi merah muda hingga ungu. Semakin ungu berarti kadar formalin semakin tinggi.c. Jika cara diatas belum menghasilkan uji yang positif, pasang kembali panci di atas kompor, rebus aquades yang baru masukan gelas yang berisi campuran sampel kedalam panci. Waktu perebusan selama 20 menit. 2. Cara lain yang dapat digunakan untuk menguji formalin
Sample diambil sebanyak 3 gram lalu ditambahkan 0.02 gram Chromotropic acid disodium salt dehydrate (C10H6Na2O8S2.2H2O) dan ditambahkan juga 3 ml H2SO4 pekat, kocok, kalau ungu positif formalinnya, kalau kuning negatif. 3. Tahu yang mengandung formalin dapat ditandai dengan :• Semakin tinggi kandungan formalin, maka tercium bau obat yang semakin menyengat; sedangkan tahu tidak berformalin akan tercium bau protein kedelai yang khas. • Tahu yang berformalin mempunyai sifat membal (jika ditekan terasa sangat kenyal), sedangkan tahu tak berformalin jika ditekan akan hancur.• Tahu berformalin akan tahan lama, sedangkan yang tak berformalin paling hanya tahan satu dua hari. • Tahu yang memakai pewarna buatan dapat ditandai dengan cara melihat penampakannya. Jika tahu memakai pewarna buatan, warnanya sangat homogen/seragam dan penampakan mengilap.Sedangkan jika memakai pewarna kunyit, warnanya cenderung lebih buram (tidak cerah). Jika kita potong tahunya, maka akan kelihatan bagian dalamnya warnanya tidak homogen atau seragam. Bahkan, ada sebagian masih berwarna putih.
D. CARA MENGURANGI KADAR FORMALIN PADA TAHU
Ada cara yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar formalin yaitu dengan cara merendam sampel dalam air selama 60 menit yang mampu menurunkan kadar formalin sampai 61,25 persen, dengan air leri mencapai 66,03 persen, sedang pada air garam hingga 89,53 persen. Ini artinya hanya dengan perlakuan dan pengetahuan yang baik sebelum dikonsumsi, kadar formalin akan hilang.Adapun untuk tahu sedikitnya ada beberapa tahap penanganan untuk mengurangi kadar formalin, direndam dalam air biasa, dalam air panas, direbus dalam air mendidih, dikukus kemudian direbus dalam air mendidih dan diikuti dengan proses penggorengan.
III. KESIMPULAN
Penggunaan formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh produk yang sering mengandung formalin misalnya ikan segar, ayam potong, mie basah dan tahu yang beredar di pasaran. Yang perlu diingat, tidak semua produk pangan mengandung formalin.Diharapkan dengan adanya uji sederhana untuk mendeteksi adanya kandungan formalin pada tahu, masyrakat bisa lebih tahu dan bisa lebih waspada dalam memilih makanan unutk dikonsumsi.
IV. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, tentunya masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar kami dapat belajar dari kekrangan kami.
Sumber : http://ariffadholi.blogspot.com/2009/10/analisis-kadar-formalin-pada-tahu.html
TANIN
Laporan TANIN SEPTEMBER 6, 2012 BY YUNITACANTABILE
Laporan Praktikum Ke : 9 Hari/Tanggal : Kamis, 3 Mei 2012
Integrasi Proses Nutrisi Tempat Praktikum : Laboratorium Biokimia
anti_nutrisi_dan_mikotoksin.pdf (9 Mei 2012)]. Tanin mengandung sebagian besar gugus
hidroksifenolik. Proteksi dari serangan ternak dapat dilakukan dengan menimbulkan rasa
sepat, serangan dari bakteri dan insekta diproteksi dengan menonaktifkan enzim-enzim
protoase dari bakteri dan insekta yang bersangkutan (Cheeke dan Shull, 1985).
Menurut Hangerman (1992), Interaksi tanin dipengaruhi oleh karakteristik protein seperti
komposisi asam amino dan titik isoleotik serta karakteristik tanin seperti bobot molekul,
temperatur, komposisi-komposisi pelarut dan waktu. Kemampuan tanin untuk
membentuk pencernaan pakan yang berakibat pada terhambatnya pertumbuhan ternak
(Fahey dan Jung, 1989). Tanin dapat juga membentuk komplek dengan selulosa,
hemiselulosa dan pektin yang antara lain merupakan sumber energi untuk ternak
ruminansia (Tangendjaja et al., 1992).
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah, keberadaan tanin dapat dideteksi
dari beberapa pengujian dan dari setiap pengujian diamati warna serta endapan yang
terbentuk. Kandungan tanin paling tinggi setelah teh (kontrol) ditemukan pada filtrat
daun kaliandra. Begitu pula dengan pengujian kuinon, yang mengandung kuinon
tertinggi setelah teh adalah kaliandra. Sedangkan pada uji pengikatan, endapan yang
terbentuk menunjukkan kemampuan senyawa yang diuji untuk berikatan dengan tannin
yang terkandung dalam filtrtate. Semakin banyak endapan yang terbentuk, semakin kuat
ikatannya, begitupun sebaliknya. Tanin dapat berikatan dengan protein, karbohidrat dan
mineral, dan ikatan terkuat adalah dengan protein. Manfaat tanin bagi tanaman adalah
untuk melindungi diri dari prederator dengan serangan rasa sepat. Akibatnya jika tanin
dierikan terlalu banyak pada ternak adalah menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
ternak.
Sumber : http://yunitacantabile.wordpress.com/2012/09/06/laporan-tanin/
TINJAUAN PUSTAKATanin
Tanin dinamakan juga asam tanat dan asam galotanat, ada yang tidak berwarna tetapi ada juga yang berwarna kuning atau coklat. Asam tanatmempunyai berat molekul 1.701. Tanin terdiri dari sembilan molekul asam galat dan molekul glukosa (Harborne, 1987). Tanin merupakan substrat kompleks yang berada pada beberapa tanaman. Tanin memiliki campuran polifenol yang sulit untuk dipisahkan karena substrat ini sulit untuk mengkristal, mudah teroksidasi dab berpolimerisasi dalam larutan dan kelarutannya dalam pelarut sangat rendah. oleh karena itu untuk memisahkan atau mengisolasikan senyawa tanin sangat sulit. Tanin juga dapat menyamak kulit dengan cara mengikat protein menjadi tahan terhadap enzim proteoilitik.
Efektifitas pembentukan ikatan protein dan tanin sangat dipengaruhi oleh ukuran molekul tanin (Josyln dan Goldstein, 1964). Swain (1965), menyatakan bahwa tanin dapat mengikat atau mengendapkan protein melalui ikatan hidrogen, ikatan ionik dan ikatan kovalen. Ikatan hidrogen terjadi antara gugus hidroksi fenol pada tanin dengan gugus amida dan asam amino bebas atau antara gugus hidroksi dengan karboksi polimer lain. Ikatan hidrogen bersifat reversibel, ikatan ini terjadi antara gugus karboksil dari ikatan peptida dengan gugus hidroksi dari tanin. Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang dominan dalam komplek protein-tanin (Hangerman, 1989). Ikatan ionik terjadi melalui pertukaran gugus
anion tanin kation protein. Ikatan kovalen terbentuk dari interaksi gugus kuinon atau semi kuinon yang terdapat pada tanin dengan beberapa gugus reaktif pada protein atau polimer lain (Swain, 1965). Penurunan afinitas tanin terhadap protein untuk membentuk komplek dikarenakan adanya efek elektrostatik dari protein (Fishman, 1980).
Tanin terbagi menjadi 2 kelas secara kimia yaitu berdasarkan adanya gugus fenolik yang tercakup pada masing-masing kelas. Kelas pertama terdiri asam gallic yang berhubungan dengan ikatan polyhidrik yang merupakan esterifikasi dari glukosa. Sedangkan kelas kedua menujukkan yang merupakan nonhydroable yang juga mengandung gugus fenol tetapi jarang yang berikatan dengan karbohidrat dan protein. Atau lebih dikenal dengan kelas yang terkondensasi dan kelas yang terhidrolisis. Kedua kelas ini tersebar luas pada alam.
Hagerman, (1989) menyatakan bahwa kemampuan tanin untuk membentuk kompleks dengan protein lebih besar dibandingkan karbohidrat maupun polimer lainnya. Menurut (Cheeke dan shull, 1985) menyatakan bahwa tanin secara biologik memilki sifat mengendapkan protein, artinya dapat mengendapkan protein karena tanin memilki jumlah grup-grup fungsional yang dapat membentuk kompleks kuat dengan molekul-molekul protein, hal ini dapat menyebabkan pengaruh yang negatif bagi ternak. Interaksi tanin itu sendiri dipengaruhi oleh karakteristik protein seperti komposisi asam amino dan titik isoleotik serta karakteristik tanin seperti bobot molekul, temperatur, komposisi-komposisi pelarut dan waktu.
Sumber : http://novedirgan.blogspot.com/2012/05/laporan-praktikum-ipn-6-tanin-ivan.html