Prosiding Seminar Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasililas Nuklir Serpong, 9-10 Februari 1993 PRSG, PPTKR - SATAN ALTERNATIF TERAS KERJA RSG GA SIWABESSY Oleh As Natio Lasman Pusat Reaktor Serba Guna - Badan Tenaga Atom Nasional ABSTRAK Alternatifteras kerja RSG GA Siwabessy. Teras kerja yang didesain oleh Interatom ternyata tidak mempunyai pola kesinambungan dari akhir ke awal daur, ditinjau dari segi jumlah elemen bakar ke elemen bakar kontrol yang diperlukan. Hal ini diperbaiki oleh teras kerja alternatif dengan jalan menurunkan pembakaran rerata per daur dari 8% menjadi 7%. Artinya bahwa k1as-klas pembakaran terbagi menjadi 0, 7, 14,21,28,35,42,49 dan 56%. Fraksi bakar maksimum tetap diperhitungkan sekitar 56%. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa meskipun daur operasi turon sekitar 3 hari, yakni menjadi sekitar 22 hari, namun unjuk kerja yang ditampilkan oleh RSG-GA Siwabessy tidak mengalamui perubahan yang berati, bahkan pola teras kerja alternatif memberikan keuntungan penggunaan elemen bakar dan elemen bakar kontrol. ABSTRACT The Alternative of the typical working core (TWC) ofRSG GA Siwabessy. The TWC Design of Interatom had not continously pattern from end to begin of cycle, if it was looked into the number of required fuel and control elements. It was improved by the alternative TWC with decreasing of average burn-up per cycle from 8% to 7%. It means, that the classes of burn-up were divided into 0,7,14,21, 35, 42, 49 and 56%. The Maximum burn-up was calculated amount 56%. The calculations result showed, although that the cycle duration less amount 3 days, i.e. tobe amount 22 days, but the performance ofthe RSG-GAS did not have significant change. A loading pattern ofthe alternative TWC has the advantage of the use of the fuel and control element. I. PENDAHULUAN Reaktor Serbaguna GA Siwabessy (RSG-GAS) yang berdaya 3 0 MW sa at ini dioperasikan dengan konfigurasi teras ke delapan. Apabila teras kedelapan, telah dilalui, maka perlu dibuat lagi konfigurasi teras berikutnya, teras kesembilan. Demikian seteru~nya dikerjakan, sehingga teras kerja dicapai. \1 \ Teras kerja didefinisikan sebagai teras yang mempunyai konfigurasi tertentu, sehingga akan memudahkan pola operasi reaktor. Pada teras ini, bila sik1us operasi telah dilalui, maka awal siklus dimulai dengan konfigurasi teras yang senantiasa sarna. Interatom, pembuat RSG-GAS, membuatpola 6 buah elemen bakar dan 1 buah elemen bakar kontrol masukdan keluar. Ternyata hal ini tidakmungkin dicapai, karena tak ada kontinuitas jumlah elemen bakar dan kontrol yang masuk dan yang keluar. Pada makalah ini hal tersebut diperbaiki, yakni dengan jalan menuronkan prosentase pembakaran dari rancangan semula 8% menjadi 7% dan membuat konfigurasi teras kerja yang sesuai dengan hal tersebut. Perhitungan dilakukan dengan membagi teanga neutron kedalam 5 kelompok sebagai hasil dari program RSYST \2\. Selanjutnya untuk program difusinya digunakan CITATION \3\. (gambar 1 dan 2). II. T E 0 R I Untuk menjelaskan permasalahan dan penyelesai- annya, maka dibawah ini diuraikan teras kerja versi intcratom dan teras kerja altcrnatif. Teras kcrja vcrs! Intcratom Pada gambar 3 dan 4 disajikan gambar teras kerja RSG-GAS, pada awal siklus (BOC='Begin of Core') dan akhir siklus (EOC='End of Core ') \1\. Elemen bakar dan kontrol secata rerata dibakar 8%. Apabila tingkt pembakaran telah mencapai 56%, maka elemen bakar dan kontrol tersebut harus dikeluarkan dari teras reaktor, karena telah mencapai maksimum pembakaran yang diijinkan. Pada awal teras kerja diperlukan 40 buah elemen bakar dan 8 buah clemen bakar kontrol yang masing- masing terbagi ke dalam 7 masing kelas pembakaran , yakni 0, 8,16,24,32,40, dan 48%. Masing-masing kelas pembakaran terdiri dari 6 buah elemen bakar dan sebuah clemen bakar kontrol, kecuali untuk kelas pembakaran 48% yang terdiri dari 4 buah clemen bakar dan 2 buah elcmen bakar kontrol (Tabcll). 215
10
Embed
ALTERNATIF TERAS KERJA RSG GA SIWABESSYdigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Energi/PPTKR_93/pros... · mempunyai pola kesinambungan dari akhir ke awal daur, ... Kelas pcm
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Prosiding Seminar Teknologi dan Keselamatan PLTNSerta Fasililas Nuklir
Serpong, 9-10 Februari 1993PRSG, PPTKR - SATAN
ALTERNATIF TERAS KERJA RSG GA SIWABESSY
Oleh
As Natio LasmanPusat Reaktor Serba Guna - Badan Tenaga Atom Nasional
ABSTRAKAlternatifteras kerja RSG GA Siwabessy. Teras kerja yang didesain oleh Interatom ternyata tidak
mempunyai pola kesinambungan dari akhir ke awal daur, ditinjau dari segi jumlah elemen bakar keelemen bakar kontrol yang diperlukan. Hal ini diperbaiki oleh teras kerja alternatif dengan jalanmenurunkan pembakaran rerata per daur dari 8% menjadi 7%. Artinya bahwa k1as-klas pembakaran
terbagi menjadi 0, 7, 14,21,28,35,42,49 dan 56%. Fraksi bakar maksimum tetap diperhitungkansekitar 56%. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa meskipun daur operasi turon sekitar 3 hari, yaknimenjadi sekitar 22 hari, namun unjuk kerja yang ditampilkan oleh RSG-GA Siwabessy tidakmengalamui perubahan yang berati, bahkan pola teras kerja alternatif memberikan keuntunganpenggunaan elemen bakar dan elemen bakar kontrol.
ABSTRACTThe Alternative of the typical working core (TWC) ofRSG GA Siwabessy. The TWC Design of
Interatom had not continously pattern from end to begin of cycle, if it was looked into the number ofrequired fuel and control elements. It was improved by the alternative TWC with decreasing of averageburn-up per cycle from 8% to 7%. It means, that the classes of burn-up were divided into 0,7,14,21,35, 42, 49 and 56%. The Maximum burn-up was calculated amount 56%. The calculations resultshowed, although that the cycle duration less amount 3 days, i.e. tobe amount 22 days, but theperformance ofthe RSG-GAS did not have significant change. A loading pattern ofthe alternative TWChas the advantage of the use of the fuel and control element.
I. PENDAHULUAN
Reaktor Serbaguna GA Siwabessy (RSG-GAS) yangberdaya 3 0 MW sa at ini dioperasikan dengan konfigurasiteras ke delapan. Apabila teras kedelapan, telah dilalui,maka perlu dibuat lagi konfigurasi teras berikutnya, teraskesembilan. Demikian seteru~nya dikerjakan, sehinggateras kerja dicapai. \1 \
Teras kerja didefinisikan sebagai teras yangmempunyai konfigurasi tertentu, sehingga akanmemudahkan pola operasi reaktor. Pada teras ini, bilasik1us operasi telah dilalui, maka awal siklus dimulai
dengan konfigurasi teras yang senantiasa sarna.Interatom, pembuat RSG-GAS, membuatpola 6
buah elemen bakar dan 1 buah elemen bakar kontrol
masukdan keluar. Ternyata hal ini tidakmungkin dicapai,karena tak ada kontinuitas jumlah elemen bakar dankontrol yang masuk dan yang keluar.
Pada makalah ini hal tersebut diperbaiki, yakni denganjalan menuronkan prosentase pembakaran dari rancangansemula 8% menjadi 7% dan membuat konfigurasi teraskerja yang sesuai dengan hal tersebut.
Perhitungan dilakukan dengan membagi teanganeutron kedalam 5 kelompok sebagai hasil dari programRSYST \2\. Selanjutnya untuk program difusinyadigunakan CITATION \3\. (gambar 1 dan 2).
II. T E 0 R I
Untuk menjelaskan permasalahan dan penyelesai-
annya, maka dibawah ini diuraikan teras kerja versiintcratom dan teras kerja altcrnatif.
Teras kcrja vcrs! IntcratomPada gambar 3 dan 4 disajikan gambar teras kerja
RSG-GAS, pada awal siklus (BOC='Begin of Core') danakhir siklus (EOC='End of Core ') \1\. Elemen bakar dankontrol secata rerata dibakar 8%. Apabila tingktpembakaran telah mencapai 56%, maka elemen bakardan kontrol tersebut harus dikeluarkan dari teras reaktor,karena telah mencapai maksimum pembakaran yangdiijinkan.
Pada awal teras kerja diperlukan 40 buah elemenbakar dan 8 buah clemen bakar kontrol yang masingmasing terbagi ke dalam 7 masing kelas pembakaran ,yakni 0, 8,16,24,32,40, dan 48%. Masing-masing kelaspembakaran terdiri dari 6 buah elemen bakar dan sebuah
clemen bakar kontrol, kecuali untuk kelas pembakaran48% yang terdiri dari 4 buah clemen bakar dan 2 buahelcmen bakar kontrol (Tabcll).
215
Prosiding Seminar Teknologi dan Keselamatan PLTNSerra Fasjfjtas Nuklir
Kelas pcmbakaran, o/c
Awal sikltlSAkhir siklusAwal SikIusatatan
0
1 234
56
4 ED + 2 EDKeluar48
4 ED + 2 EDK6 EB + 1 EBK4 ED + 2 EBK40
6 ED + 1 EDK6 ED + 1 EDK6 ED + I EDK32
6 ED + 1 EDK6 ED + 1 EDK6 ED + J EDK24
6 ED + I EDK6 ED + I EDK6 ED + I EDK16
6 ED + 1 EDK6 ED + 1 EDK6 ED + I EDK8
6 ED + I EDK6 ED + I EDK6 Ell + I EDK0
6 ED + 1 EDK 6 ED + I EDKMasuk,baruJumlah
40 ED + 8 EDK40 ED + 8 EDK40 ED + 8 EDK
ED
: Elemen Bakar
EBK : Elemen Bakar Kontrol
Tabcl I. Jumlah elemen bakar dan clemen bakar kontrol
pada teras kcrja versi Interatom
lumlah elemen bakaryang diperlukan pada tingkatpembakaran 48% sebanyak 4 buah (lihat tabell kolom3). Padahal, dari hasil pembakaran sebelumnya (Iihatkolom 2 tabel 1) dipunyai 6 buah erlcmen bakar 48%yang tidak dimanfaatkan oleh teras kerja.
Pada tingkat pembakaran 48% dipcrlukan 2 buahelemen bakar kontrol (lihat kolom 3 tabcl 1). Namunhasil pembakaran scbelumnya tersedia sebuah elemenbakar kontrol (Iihat kolom 2 tabel 1). Berarti kurangsebuah elemen bakar kontrol 48% untuk memenuhi teras
kerja tersebut.
lelas, kondisi tersebut diatas tidak mcndukungtercapainya teras kerja scperti apa yang tertera padagambar 1 dan 2.
Teras kerja alternatifPada tcras kcrja ini tctap digunakan clcmen bakar
U)OSAI yang persis sama baik ditinjau dari bentuk,ukuran, pengkayaan maupun kerapatan Uraniumnya.Dengan rerata pembayaran maksimal tetapdiperhitungkan 56% \1\.Tingkat-tingkat pcmbakaran yang digunakan pada teraskerja altematifini adalah sebesar7%, yakni sejak dari 0,7, 14,21,28,35,42 dan 49%. Berarti terdapat 8 klaspem bakaran.
Kelas pcmbakaran,o/c
Awal siklusAkhir sikltlSAwal Siklus~atatan
o I
1 234
56
5 ED + I EDKKeluar49
5 ED + J EDK5 EB + J EBK5 EB + 1 EBK42
5 EB + ] EDK5 ED + J EDK5 ED + 1 EDK35
5 EB + 1 EBK5 EB + I EDK5 ED + I EDK28
5 ED + 1 EDK5 EB + 1 EBK5 EB + I EBK21
5 ED + I EBK5 ED + 1 EDK5 ED + I EBK]4
5 EB + J EDK5 ED + J EBK5 ED + J EDK7
5 EB + 1 EBK 5 EB + 1 EDK0
5 EB + 1 EBK 5 ED + 1EDKMasuk,baruJumlah
40 ED + 8 EDK40 ED + 8 EDK40 ED + 8 EDK
EB
: Elemen Bakar
EBK : Elemen Bakar Kontrol
Tabel 2. Jumlah clemen bakar dan clemen babr kontrol
pada teras kerja aItematif.
Serpong, 9-10 Februari 1993PRSG. PPTKR - SATAN
lumlah elemen bakarpada setiap kelas pembakaranadalah masing-masing adalah 5 buyah, sementara itujumlah elemen bakar kontrolnya masing-masing sebuah.Dcngan demikian sccara kcscluruhan terdapat 40 buahelemen bakar dan 8 buah elemen bakar kontrol. Pada
tabel 2 disajikan secara rinci jumlah elemen bakar dankontrol dari sejak awal siklus (kolom 1) hingga ke akhirsiklus (kolom 2) dan kemudian mulai lagi ke awal siklus(kolom 3).Keteraturanjumlahelemen bakaryang masukdan keluar,demikianjuga halnya dengan elemen bakar kontrol yangdiperlukan sesuai denganjumlah yang tersedia dari hasilakhir siklus adalah merupakan syarat utama dalammendisain teras kerja ini.
III. TAT A KERJA
Metoda Perhltun!!anPerhitungan ini dilakukan dalam 2 tahapan yang
berbeda. Tahp pertama adalah pembuatan data pustakatampanglintang mikroskopis yang didasarkan atas ENDF/B-IY dan' kemudian pembuatan tampanglintangm ikroskopis dari berbagai nuklida yanag akan digunakandalam perhitungan, termasuk diantaranya perhitungansel dan kondensasi ke dalam kelompok energi sedikit.Disini diambil 5 kelompok energi, yakni:
820,85 keY < EI < 14,918 MeY5,531 keY < E2 ~ 820,85 keY1,8554 eY < E) ~ 5,5410 keY0,625 eY<E4~ 1,8554 eYI,OE-5 eY<E5~ 0,625 eY
Perhitungan diatas dilakukan dengan sistem program RSYST, yang memanfaatkan program-programa.!. SPEKTRUM, GAMII, WQS, SN-lD, ORIGEN dlsb.untuk mempersiapkan masukan bagi program difusicn ATION \3\. Pada sistem program RSYST digunakanlcbih kurang 120 buah program modul. Pada \4\ secararinci hal tersebutdijelaskan dan secara diagram disaj ikanpada gambar 1 clan 2.Akurasi hasil perhitungan telahdilakukan dengan mengujiRSYST dan CITATION untukmenyelesaikan soal Benchmark \4\.
Perhitungan dilakukan untuk masing-masing versiteras kerja dalam 4 macam perhitungan, yakni :- perrhitungan pada awal siklus dan bebas pengaruh
Xenon,
- perhitungan pada awal siklus dengan Xenon dalamkeadaan setimbang,
- perhitungan pada awal siklus, shutdown.- perhitungan pada akhir siklus.
Sementara itu membuat konfigurasi teras versi altematifyang perludiperhatikan adalah tingkatpembakaran reratasekitar 7%, reaktivitas lebih untuk keperluan iradiasimaupun eksperimen, tempat-tempat iradiasi didalammaupun di luar faktor teras aktif dan juga faktor puncakdaya (=PPF='power peaking factor')
216
Prosiding Seminar Teknologi dan Keselama/an PLTNSa/a Fasi/itas Nuklir
Pcralatan yang dlgunakan.Dua macam komputer telah digunakan, yakni IBM
3081 yang berada di Forschungszetrum Juelich GmbHJerman dan VAX-8550 yang berada di PPT A Serpong,Indonesia.
Sistem program RSYST yang antara lain mempersiapkandaya makroskopis serapan, fisi, difusi, hamburan antarakolompok, dijalankan pada komputer IBM-308!.Sementara itu, untuk tujuan makalah ini, program difusiCITATION dimanfaatkan untuk perhitungan seluruhteras dengan menggunakan komputer VAX-8550.
IV. HASIL DAN PEMBAHASANKonfigurasi teras pada awal sikIus dan khir siklus
untuk teras kerja versi Interatom disajikan pada gambar3 dan 4. Sementara itu untuk versi Interatom terlihat,bahwa untuk setiap akhir siklus terdapat 2 buah elemenbakar pada tingkat pembakaran 48% yang tidak
dimanfaatkan, dan kekurangan 1 buah elemen bakarkontrol pada tingkat pembakaran yang sarna. Hal inimenyuIitkan dan tidak memungkikan untuk mencapaikonfigurasi awal siklus seperti yangtelah didesain semula.Sementara itu teras kerja alternatifmemberi kemungkinanseluruh keperluan elemen bakardan elemen bakar kontrol
awal siklus diberikan oleh hasil akhirsiklus sebelumnya.Faktor puncak daya kedua teras tersebut dibanding satusarna lain dan disajikan pada gambar 7 dan 8.
Teras kerja versi alternatif tidak merubah jumlahIrradiaton Position didalam teras (IP), demikian pulahalnya dengan Central of Irradiation Position (CIP).Dengan demikian untuk tujuan serbaguna dari reaktortersebut tidak mengalami perubahan sam a sekali.
Faktorpuncakdaya kedua teras secarajelas disajikanpada gambar 7 dan 8. Maksimum faktor puncak dayapada teras kerja versi Interatom sarna dengan yang adapada versi BAT AN, yakni 1,23. Faktor puncak daya
Serpong, 9-10 Februari 1993PRSG, PPTKR - BATAN
minimum sebesar 0,68 pada versi Interatom dan 0,69pada versi aItematif. Artinya bahwa faktor puncak dayaversi BAT AN untuk elemen bakar dan juga elemenkontrol bakar berada pada jangkau faktor daya versiInteratom. Dengan demikian hal ini tidak perlu ditinjaulebihjauh lagiguna keperluan tinjauan aspekkeselamatanelemen bakar.
V. KESIMPULAN :Teras kerja altematif memberikan kemungkinan
yang lebih baik, ini ditinjau dari kontinuitas pemanfaatanelemen bakardan elemen bakar kontrol dari akhir keawal
siklus, tanpa adanya elemen bakar yang tidak
dimanfaatkan pada sikIus berikutnya ataupun ke~nganelemen bakar kontrol seperti pada teras keIja versiInteratom. Untuksatu tahun dengan 4 kali operasi, makateras jerja aItematif dapat menghemat 8 elemen bakardan 4 buah elemen bakar kontrol, masing-mqasing padatingkat pembakaran 48%.Dari segi pemanfaatan fIuks neutron pada tempat-tempatiradiasi dapat dikatakan tidak mengalami perubahanyang berarti. Dengan demikian pemanfaatan RSG-GASdapat dilaksanakan seperti tujuan semula. Demukianpula halnya dengan faktor puncak daya antara keduaversi dapat dikatakan perlu adanya tinjauan khususdipandang dari dari sisi keselamatan dan kekuatan elemenbakar dan elemen bakar kontrol.
Ditinjau dari segi keselamatan, teras keIja aItematifmemberikan batas pemadaman reaktoryang lebih rendah0,2%. Lama siklus teras kerja yang lebih pendek 3 hari,artinya memberikan kemungkinan perawatan yang lebihcepat 3 hari dari jadwal semula, sangat bermanfaat darisegi perawatan.Secara keseluruhan, teras kerja altematif memberikanjalan keluar terhadap kesulitan yang dihadapi oleh teraskerja yang ada sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA1. Safety Analysis Report, version 7
Multipurpose Research rector, BATAN, GA Siwabessy, Sept.1987
2. R.Ruehle
RSYST, Ein integriertes Modulsystem mit Datenbasis zur automatisierten Berechnung yon Kemreaktorcn.IKE Bericht 4-12, Juli 1973, Universitaet Stuttgart.