Page 1
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
FORMULIR PENDAFTARAN
PENGHARGAAN KARYA KONSTRUKSI INDONESIATAHUN 2012
JUDUL KARYA :
ALTERNATIVE MARINE DOLPHIN STRUKTURDENGAN SISTEM MONOPILE
KATEGORI KARYA :
TEKNOLOGI KONSTRUKSI
DIAJUKAN OLEH :NAMA/INSTITUSI : Gede Upeksa Negara/PT.PP (Persero),TbkBIDANG KEGIATAN : Kontraktor EPC Pada Proyek “Jetty dan
Conveyor Jembayan” Desa Separi,Tenggarong Seberang, Kaltim
ALAMAT & TELEPON : PT PP (Persero) Tbk.Plaza PP – Wisma Subiyanto,Jl. TB. Simatupang No. 57Pasar Rebo – Jakarta 13760Tel.(021) 8403903 / 8403901Fax.(021) 8403947
PIMPINAN : Ir. Bambang Triwibowo
Page 2
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 2
DATA UMUM
1. Nama : Gede Upeksa Negara/ PT. PP (Persero) Tbk
2. Tanggal Pendirian : 26 Agustus 1953
3. Alamat : PT. PP (Persero) Tbk
Plaza PP – Wisma Subiyanto
Jl. TB. Simatupang No. 57
Pasar Rebo, Jakarta Timur 13760
4. Telepon : (021) 8403909/ 8403883
5. Fax : (021) 8403914
6. Email : [email protected] ; [email protected]
7. Bidang Pekerjaan : General Contractor
8. Pemilik Pekerjaan : PT. Jembayan Muara Bara (JMB), (Sakari
Resources)
Jakarta, 15 Oktober 2012
Ir. Betty Ariana, MTCorporate Secretary
Page 3
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem MonopileSURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA KONSTRUKSI DALAM RANGKA
PENGHARGAAN KARYA KONSTRUKSI INDONESIA 2012Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Gede Upeksa Negara
Jabatan : Project Manager
Bertindak untuk dan atas nama : PT. PP (Persero) Tbk
Alamat : Plaza PP – Wisma Subiyanto,
Jl. TB. Simatupang No. 57
Pasar Rebo – Jakarta Timur 13760
No Telepon / Fax : (021) 8403903 / 8403901/ fax (021) 8403947
Email : [email protected] ; [email protected]
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya konstruksi yang saya ajukan
dengan judul “Alternative Marine Dolphin Struktur dengan Sistem Monopile” adalah
hasil karya cipta saya, dan bukan milik atau hasil karya cipta pihak lain baik secara
individu maupun kelompok, serta belum pernah kami ajukan pada kegiatan
penghargaan maupun lomba sejenis lainnya.
Bila di kemudian hari ternyata pernyataan yang saya buat ini tidak benar, maka
saya membebaskan Panitia/ Penyelenggara Penghargaan Karya Konstruksi
Indonesia 2012 termasuk Dewan Juri dari tuntutan pihak ketiga serta bersedia
untuk menerima sanksi sebagai berikut :
1. Secara otomatis digugurkan dalam proses penjurian;
2. Dicabut penetapannya sebagai pemenang/ penerima Penghargaan Karya
Konstruksi Indonesia 2012 dan wajib mengembalikan seluruh penghargaan
yang telah diterima;
3. Diajukan secara pidana apabila karya yang kami ajukan di kemudian hari
terbukti bukan merupakan karya orisinal kami atau merupakan jiplakan/
tiruan/ pengakuan atas karya pihak lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Jakarta, 11 Oktober 2012
Yang membuat pernyataan
Gede Upeksa Negara
Page 4
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 4
DATA UMUM PROYEK
1. Project Name : Jetty, Barge Loader and Conveyor JMB
(Coal Handling Facility 2 JMB Project)
2. Nilai Kontrak : USD 13,653,425.43- (Original Contract)
: USD 17,805,408.39- (Final Contract)
3. Lama Pelaksanaan : 265 hari kalender. (05/07/10 – 27/03/11)
4. Pemilik Proyek : PT. Jembayan Muara Bara (JMB), (Sakari Resources)
5. Sumber Dana : Swasta Murni PT. JMB ( Sakari Resources)
6. Jenis Kontrak : EPC sebagai kontraktor Utama
7. Jenis pekerjaan : Dredging 115,000m3; Dolphin 6 unit termasuk walk
way; FS 5 unit; Conveyor 1.050 m; Reclaim 3 unit;
feeder 4 unit, MCC 4 unit, Transformer 4 unit, dengan
PLC control system)
Page 5
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 5
BAB 1
ABSTRAKSI
A. Pendahuluan
Batu bara selama ini merupakan salah satu komoditas bahan tambang yang
telah banyak memberikan kontribusi dalam penerimaan devisa negara maupun
peranannya dalam menggerakkan roda perekonomian nasional. Salah satu daerah
penghasil batubara yang cukup besar adalah Provinsi Kalimantan Timur. Provinsi ini
sampai saat ini merupakan daerah dengan produksi batubara terbesar di Indonesia
dan daerah nomor dua besar dalam hal potensi sumber daya batubara.
Banyak dijumpai tambang batubara yang berada di Kalimantan Timur.
Batubara tersebut dikirim dari tambang batu bara ke “stock pile” di tepi sungai yang
selanjutnya akan dimuat ke dalam ponton. Fasilitas muat ke dalam ponton ini
disebut dengan “barge loader” yang di lengkapi dengan jetty dan conveyor. Oleh
sebab itu, sering kita jumpai fasilitas “barge loader” di sepanjang Sungai Mahakam
Kalimantan Timur. Selanjutnya batubara dikirim melalui ponton ke “mother vessel”
untuk di ekspor ke berbagai negara.
Visualisasi Fasilitas “barge loader” di Sepanjang Sungai Mahakam :
Gambar 1. Fasilitas “barge loader” di Sungai Mahakam, Kaltim
PT JMB JETTY-1
PT JMB JETTY -2
PT MSJ JETTY
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 5
BAB 1
ABSTRAKSI
A. Pendahuluan
Batu bara selama ini merupakan salah satu komoditas bahan tambang yang
telah banyak memberikan kontribusi dalam penerimaan devisa negara maupun
peranannya dalam menggerakkan roda perekonomian nasional. Salah satu daerah
penghasil batubara yang cukup besar adalah Provinsi Kalimantan Timur. Provinsi ini
sampai saat ini merupakan daerah dengan produksi batubara terbesar di Indonesia
dan daerah nomor dua besar dalam hal potensi sumber daya batubara.
Banyak dijumpai tambang batubara yang berada di Kalimantan Timur.
Batubara tersebut dikirim dari tambang batu bara ke “stock pile” di tepi sungai yang
selanjutnya akan dimuat ke dalam ponton. Fasilitas muat ke dalam ponton ini
disebut dengan “barge loader” yang di lengkapi dengan jetty dan conveyor. Oleh
sebab itu, sering kita jumpai fasilitas “barge loader” di sepanjang Sungai Mahakam
Kalimantan Timur. Selanjutnya batubara dikirim melalui ponton ke “mother vessel”
untuk di ekspor ke berbagai negara.
Visualisasi Fasilitas “barge loader” di Sepanjang Sungai Mahakam :
Gambar 1. Fasilitas “barge loader” di Sungai Mahakam, Kaltim
PT JMB JETTY-1
PT JMB JETTY -2
PT MSJ JETTY
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 5
BAB 1
ABSTRAKSI
A. Pendahuluan
Batu bara selama ini merupakan salah satu komoditas bahan tambang yang
telah banyak memberikan kontribusi dalam penerimaan devisa negara maupun
peranannya dalam menggerakkan roda perekonomian nasional. Salah satu daerah
penghasil batubara yang cukup besar adalah Provinsi Kalimantan Timur. Provinsi ini
sampai saat ini merupakan daerah dengan produksi batubara terbesar di Indonesia
dan daerah nomor dua besar dalam hal potensi sumber daya batubara.
Banyak dijumpai tambang batubara yang berada di Kalimantan Timur.
Batubara tersebut dikirim dari tambang batu bara ke “stock pile” di tepi sungai yang
selanjutnya akan dimuat ke dalam ponton. Fasilitas muat ke dalam ponton ini
disebut dengan “barge loader” yang di lengkapi dengan jetty dan conveyor. Oleh
sebab itu, sering kita jumpai fasilitas “barge loader” di sepanjang Sungai Mahakam
Kalimantan Timur. Selanjutnya batubara dikirim melalui ponton ke “mother vessel”
untuk di ekspor ke berbagai negara.
Visualisasi Fasilitas “barge loader” di Sepanjang Sungai Mahakam :
Gambar 1. Fasilitas “barge loader” di Sungai Mahakam, Kaltim
PT JMB JETTY-1
PT JMB JETTY -2
PT MSJ JETTY
Page 6
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 6
Karekteristik kemiringan dasar Sungai Mahakam Kalimantan Timur sangat
curam bisa mencapai kedalaman -50 m pada tengah bentang sungai, dengan lebar
sungai bervariasi sekitar 100 m sampai 200 m. Sedangkan karakteristik dari tanah di
Sungai Mahakam Kalimantan Timur sangat spesifik, dimana setelah lapisan tanah
lunak (“clay”) NSPT 0-5 pada lapisan permukaan selanjutnya langsung berupa
lapisan tanah yang sangat keras (“mud stone”) NSPT >50. Lapisan tanah lunak yang
cukup tebal dan tidak stabil cenderung menjadi beban yang sangat membahayakan
struktur jetty. Hal ini yang perlu di antisipasi dengan baik dalam proses desain dan
pelaksanaan konstruksi di lapangan.
Gambar 2. Lay out lokasi “jetty” dengan kemiringan dasar sungai yang curam
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 6
Karekteristik kemiringan dasar Sungai Mahakam Kalimantan Timur sangat
curam bisa mencapai kedalaman -50 m pada tengah bentang sungai, dengan lebar
sungai bervariasi sekitar 100 m sampai 200 m. Sedangkan karakteristik dari tanah di
Sungai Mahakam Kalimantan Timur sangat spesifik, dimana setelah lapisan tanah
lunak (“clay”) NSPT 0-5 pada lapisan permukaan selanjutnya langsung berupa
lapisan tanah yang sangat keras (“mud stone”) NSPT >50. Lapisan tanah lunak yang
cukup tebal dan tidak stabil cenderung menjadi beban yang sangat membahayakan
struktur jetty. Hal ini yang perlu di antisipasi dengan baik dalam proses desain dan
pelaksanaan konstruksi di lapangan.
Gambar 2. Lay out lokasi “jetty” dengan kemiringan dasar sungai yang curam
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 6
Karekteristik kemiringan dasar Sungai Mahakam Kalimantan Timur sangat
curam bisa mencapai kedalaman -50 m pada tengah bentang sungai, dengan lebar
sungai bervariasi sekitar 100 m sampai 200 m. Sedangkan karakteristik dari tanah di
Sungai Mahakam Kalimantan Timur sangat spesifik, dimana setelah lapisan tanah
lunak (“clay”) NSPT 0-5 pada lapisan permukaan selanjutnya langsung berupa
lapisan tanah yang sangat keras (“mud stone”) NSPT >50. Lapisan tanah lunak yang
cukup tebal dan tidak stabil cenderung menjadi beban yang sangat membahayakan
struktur jetty. Hal ini yang perlu di antisipasi dengan baik dalam proses desain dan
pelaksanaan konstruksi di lapangan.
Gambar 2. Lay out lokasi “jetty” dengan kemiringan dasar sungai yang curam
Page 7
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 7
Gambar 3. Bor log hasil penyelidikan tanah dasar Sungai Mahakam
Dengan kondisi tersebut beberapa fasilitas “barge loader” yang ada di
sepanjang Sungai Mahakam, sering mengalami adanya kegagalan struktur Jetty
(pondasi miring, trestle miring, sliding area shoreline) hingga terjadinya struktur
collaps atau rubuh. Kegagalan struktur bawah yang terjadi diakibatkan oleh kurang
antisipasi terhadap data tanah dan kemiringan yang curam dari sungai Mahakam,
dan besarnya gaya lateral akibat tekanan pergerakan tanah lunak. Banyak pondasi
tiang pancang tidak dapat masuk ke dalam tanah keras, tetapi secara “bearing
capacity” tiang memenuhi persyaratan baik tiang individu maupun berkelompok.
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 7
Gambar 3. Bor log hasil penyelidikan tanah dasar Sungai Mahakam
Dengan kondisi tersebut beberapa fasilitas “barge loader” yang ada di
sepanjang Sungai Mahakam, sering mengalami adanya kegagalan struktur Jetty
(pondasi miring, trestle miring, sliding area shoreline) hingga terjadinya struktur
collaps atau rubuh. Kegagalan struktur bawah yang terjadi diakibatkan oleh kurang
antisipasi terhadap data tanah dan kemiringan yang curam dari sungai Mahakam,
dan besarnya gaya lateral akibat tekanan pergerakan tanah lunak. Banyak pondasi
tiang pancang tidak dapat masuk ke dalam tanah keras, tetapi secara “bearing
capacity” tiang memenuhi persyaratan baik tiang individu maupun berkelompok.
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 7
Gambar 3. Bor log hasil penyelidikan tanah dasar Sungai Mahakam
Dengan kondisi tersebut beberapa fasilitas “barge loader” yang ada di
sepanjang Sungai Mahakam, sering mengalami adanya kegagalan struktur Jetty
(pondasi miring, trestle miring, sliding area shoreline) hingga terjadinya struktur
collaps atau rubuh. Kegagalan struktur bawah yang terjadi diakibatkan oleh kurang
antisipasi terhadap data tanah dan kemiringan yang curam dari sungai Mahakam,
dan besarnya gaya lateral akibat tekanan pergerakan tanah lunak. Banyak pondasi
tiang pancang tidak dapat masuk ke dalam tanah keras, tetapi secara “bearing
capacity” tiang memenuhi persyaratan baik tiang individu maupun berkelompok.
Page 8
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 8
Gambar 4. Jetty yang “colaps” akibat struktur tidak kuat menahan beban horizontal
Untuk mengatasi hal ini perlu adanya teknologi konstruksi yang tepat
sehingga investasi yang bernilai tidak sedikit ini tidak mengalami kegagalan. Kami
melakukan sistem monopile untuk mengatasi masalah di atas dan terbukti dapat
berhasil dengan baik. Sistem monopile yaitu sistem pondasi dengan menggunakan
“single pile” berukuran besar, yang terdiri dari pipa casing berisi beton bertulang
yang mampu menahan beban aksial dan lateral serta mampu menahan momen
yang terjadi pada struktur pondasi tersebut. Setelah teknologi ini berhasil diterapkan
pertama kali dengan baik, dan mengilhami pemakain teknologi ini untuk dermaga
dan jetty lain yang memiliki karakteristik tanah sejenis. Paling tidak sudah ada 2
dermaga setelah ini yang mengadopsi teknologi ini dan dapat dipertimbangkan
sebagai alternatif dari teknologi yang sudah ada seperti “caisson”, “ground anchor”
dengan “stressing”, “ground anchor” dengan “dead anchor” atau sistem “concrete
cellular block”.
Page 9
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 9
B. Latar Belakang
PT. PP (Persero) Tbk mendapat kontrak pekerjaan ini sebagai EPC untuk
pekerjaan “barge loader”, jetty dan conveyor. Dangan kata lain ada 2 sistem yang
harus dikerjakan kontraktor sesuai dengan kontrak ini yaitu “stock pile” batubara
dengan conveyor sistemnya dan “barge loader” dengan conveyor sistemnya
termasuk kelengkapan dolphin, frame support , catwalk dan fasilitas mendukung
lainnya untuk pendaratan ponton. Dalam tulisan ini kami hanya membahas pondasi
dolphin atau jetty. Sebagai kontraktor EPC, kami mendapatkan basic design dari
engineer pemilik pekerjaan. Dalam basic design nya pemilik pekerjaan pondasi dari
jetty ini menggunakan tiang pancang baja dan dipancang seperti biasa dengan
spesifikasi pemancangan normal. Pada awal kami melakukan perhitungan tender
dan detail design dengan mengikuti basic design yang ada.
Dalam proses engineering PT. PP (Persero) Tbk mendetailkan kedalaman
tiang, diameter tiang, gaya-gaya yang bekerja dan memilih mengunakan “hydraulic
hammer” dengan perhitungan lebih efektif untuk dapat menembus tanah keras
karena frekuensi dan besarnya beban dapat di atur.
Kenyataannya dalam pelaksanaan proyek ini dengan pemakaian “hydraulic
hammer” HQ 7 dengan kapasitas 7 ton tidak mampu untuk memasukkan pipa
pancang ke dalam tanah keras sesuai dengan spesifikasi teknis yang ada, meskipun
hasil PDA test menunjukkan kapasitas atau daya dukung tiang mampu menahan
beban yang ada. Sehingga dilakukanlah penggantian hammer dengan mengunakan
“diesel hammer” KB 60 dengan berat hammer total sekitar 7 ton dengan menambah
tinggi jatuh hammer. Harapannya dengan demikian dapat momen tumbukan yang
lebih besar. Setelah dilakukan pemancangan dan dilakukan test kapasitas tiang
dengan PDA test, hasilnya kapasitas atau daya dukung tiang mampu menahan
beban design yang ada tetapi persyaratan panjang masuk tiang ke dalam tanah
keras tidak tercapai.
Untuk menentukan besarnya gaya lekatan atau friksi dari tiang dilakukanlah
uji tarik pada tiang yang sudah di pancang dengan persyaratan bahwa tiang harus
mampu menahan 200% beban rencana yang akan bekerja. Hasil uji tarik adalah
tiang tidak mampu menahan gaya tarik sesuai persyaratan, test baru dilakukan
sampai 150% beban rencana tiang sudah gagal.
Page 10
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 10
Sesuai dengan dokumen tender, kalau tiang gagal terhadap test tarik yang
dipersyaratkan maka perlu dilakukan perkuatan pada tiang untuk menahan beban
lateral dengan “ground anchor system dead anchor”.
Setelah kegagalan ini kami melakukan review engineering, melakukan design
untuk “ground anchor” dengan system “dead anchor”, “ground anchor” dengan
system “stressing anchor”, sampai pada ide dengan menggunakan monopile.
Setelah dilakukan evaluasi secara menyeluruh, “enginnering”, “constructibility”,
ketersediaan material, alat dan tenaga, kami memutuskan pemakaian monopile
sebagai solusi untuk mengatasi masalah ini.
Dalam perhitungan engineeringnya tiang-tiang lain yang sudah dipancang
diperhitungkan dalam menerima gaya lateral, sehingga konsep ini sebenarnya cukup
dengan single pile. Dalam pelaksanaan monopile tidak mengalami kesulitan dan
dalam waktu yang sangat singkat 6 unit dolphin dapat diselesaikan pemasangan
monopilenya dan dilakukan dengan pemasangan struktur atas.
Dengan pengalaman diatas kita harus selalu melakukan review engineering,
berfikir kreatif dan membuka wawasan akan hal-hal baru untuk menyelesaikan
permasalahan konstruksi yang ada di lapangan. Meskipun sebelumnya kami belum
pernah melakukan monopile dan pengeboran di sungai atau di atas air memberikan
tantangan tersendiri, tetapi dengan keyakinan tinggi di landasi perhitungan
enginnering yang akurat, sumber daya yang ada dan pelaksanaan pekerjaan yang
disiplin kami dapat melakukannya. Hal ini mendapat apresiasi yang cukup tinggi dari
pemilik pekerjaan.
C. Tujuan PenulisanDengan tulisan ini kami berharap dapat memberikan satu alternative
tambahan untuk memperkaya wawasan kita dalam penyelesaian masalah konstruksi
jetty atau dermaga, disamping berbagai sistem yang sudah ada dan sudah pernah
dilakukan di Indonesia.
Jika kita mendesign dan melaksanakan sistem ini dari awal perencanaan
maka akan banyak hal dapat dihemat dan menguntungkan semua pihak antara lain:
1. Menghemat pemakain tiang pancang.
2. Menghemat pemakain alat pancang dan test nya.
Page 11
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 11
3. Menghemat waktu pelaksanaan yang sangat signifikan, karena hanya
melaksanakan satu tiang dibandingkan dengan harus melaksanakan
kelompok tiang.
4. Struktur atas dolphin dapat dilakukan dengan precast atau prefabrikasi
struktur baja sehingga menghemat biaya dan waktu.
Harapan kami sistem ini bisa menjadi referensi buat kita semua untuk
menyelesaikan masalah konstruksi dermaga yang kita hadapi di lapangan.
Page 12
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
BAB II
ANALISIS
1. Basic Design dan Spesifikasi Desain Pondasi dari Pemilik ProyekSebagai proyek EPC pemilk pekerjaan melalui engineer yang mereka tunjuk
memberikan kriteria beban yang akan bekerja, spesifikasi pekerjaan dan basic
design untuk pekerjaan jetty ini.
A. Kriteria beban yang akan menggunakan jetty adalah sebagai berikut :
Tipe Pontoon Panjang (m) Lebar (m) Kedalaman (m) Full Draft (m)12000 DWT 111.252 28.042 6.934 5.5
Tabel-1 Data Ponton
Kondisi saat sandar sesuai dengan kondisi sungai Mahakam dan standar operasi
ponton saat sandar adalah :
Kec Arus(cm/s) DWT Gravitasi
(m/s2) river(kN/m3)
DisplacementTonnage Wa Cm Ce
27.5 12000 9.81 10.25 15130.1 2709.2
4 1.179 0.7
Tabel-2 Kondisi Saat Sandar
Beban yang diperhitungkan menumbuk dermaga adalah half full capacity dari
tongkang tersebut di atas. Meskipun pada operasinya nanti pontoon yang
menumbuk dermaga saat sandar adalah selalu dalam keadaan kosong dan
selanjutnya hanya gerakan maju dan mundur pontoon saat pengisian batu bara.
B. Spesifikasi Desain untuk pekerjaan pemancangan.
Spesifikasi dari pekerjaan tiang pancang antara lain :
a. Minimum Penetrasi adalah 10 kali dari diameter pipa pancang (dari grup pile
diambil yang terbesar) sampai lapisan tanah SPT > 10 per 300 mm penetrasi.
b. Ultimate Bearing Capacity harus memenuhi tidak kurang 2.5 kali dari Beban
Kerja.
c. Ultimate Tension Capacity harus memenuhi tidak kurang dari 2 kali beban
kerja (untuk anchore pile).
d. Ultimate Tension Capacity harus memenuhi tidak kurang dari 3 kali bebankerja (untuk non anchore pile).
Page 13
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 13
C. Lay out jetty dan data penyelidikan tanah.Berikut adalah layout dari keseluruhan lokasi pekerjaan mulai dari area stock
pile, jetty 1 yang telah beroperasi dan jetty 2 yang akan dibangun.
Gambar 5. Lay out pekerjaan Jetty Barge loader Jembayan
Penyelidikan tanah awal dilakukan untuk mengetahui karakteristik tanah.
Penyelidikan tanah dilakukan oleh Konsultan Geoteknik Golder and Associate.
Adapun penyelidikan tanah awal yang dilakukan adalah dengan metode “Bored
hole” di sekitar area jetty dengan hasil data “bored log”. Lokasi pengambilan bore
hole seperti pada gambar dibawah ini. Penyelidikan tanah dilakukan di sungai
maupun di darat untuk kepentingan design pondasi dermaga dan design pondasi
bangunan di darat. Yang akan kita bahas adalah data untuk design jetty atau
dolphin.
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 13
C. Lay out jetty dan data penyelidikan tanah.Berikut adalah layout dari keseluruhan lokasi pekerjaan mulai dari area stock
pile, jetty 1 yang telah beroperasi dan jetty 2 yang akan dibangun.
Gambar 5. Lay out pekerjaan Jetty Barge loader Jembayan
Penyelidikan tanah awal dilakukan untuk mengetahui karakteristik tanah.
Penyelidikan tanah dilakukan oleh Konsultan Geoteknik Golder and Associate.
Adapun penyelidikan tanah awal yang dilakukan adalah dengan metode “Bored
hole” di sekitar area jetty dengan hasil data “bored log”. Lokasi pengambilan bore
hole seperti pada gambar dibawah ini. Penyelidikan tanah dilakukan di sungai
maupun di darat untuk kepentingan design pondasi dermaga dan design pondasi
bangunan di darat. Yang akan kita bahas adalah data untuk design jetty atau
dolphin.
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 13
C. Lay out jetty dan data penyelidikan tanah.Berikut adalah layout dari keseluruhan lokasi pekerjaan mulai dari area stock
pile, jetty 1 yang telah beroperasi dan jetty 2 yang akan dibangun.
Gambar 5. Lay out pekerjaan Jetty Barge loader Jembayan
Penyelidikan tanah awal dilakukan untuk mengetahui karakteristik tanah.
Penyelidikan tanah dilakukan oleh Konsultan Geoteknik Golder and Associate.
Adapun penyelidikan tanah awal yang dilakukan adalah dengan metode “Bored
hole” di sekitar area jetty dengan hasil data “bored log”. Lokasi pengambilan bore
hole seperti pada gambar dibawah ini. Penyelidikan tanah dilakukan di sungai
maupun di darat untuk kepentingan design pondasi dermaga dan design pondasi
bangunan di darat. Yang akan kita bahas adalah data untuk design jetty atau
dolphin.
Page 14
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 14
Gambar 6. Lokasi penyelidikan tanah baik di sungai maupun di darat
Hasil pengeboran dapat dilihat pada summary dibawah ini yang
menggambarkan kedalaman dasar sungai dan dalamnya pengeboran. Kedalaman
pengeboran dihentikan karena tanah yang sudah sangat keras sehingga tidak dapat
diteruskan dan N SPT terbaca > 50.
Tabel-3. Kedalaman dasar sungai dan dalam pengeboran
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 14
Gambar 6. Lokasi penyelidikan tanah baik di sungai maupun di darat
Hasil pengeboran dapat dilihat pada summary dibawah ini yang
menggambarkan kedalaman dasar sungai dan dalamnya pengeboran. Kedalaman
pengeboran dihentikan karena tanah yang sudah sangat keras sehingga tidak dapat
diteruskan dan N SPT terbaca > 50.
Tabel-3. Kedalaman dasar sungai dan dalam pengeboran
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 14
Gambar 6. Lokasi penyelidikan tanah baik di sungai maupun di darat
Hasil pengeboran dapat dilihat pada summary dibawah ini yang
menggambarkan kedalaman dasar sungai dan dalamnya pengeboran. Kedalaman
pengeboran dihentikan karena tanah yang sudah sangat keras sehingga tidak dapat
diteruskan dan N SPT terbaca > 50.
Tabel-3. Kedalaman dasar sungai dan dalam pengeboran
Page 15
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 15
Berikut adalah profil masing-masing “bore hole”, kami tampilkan borehole di
lokasi dolphin dan sekitarnya.
Gambar 7. Profil bore hole 10mBH1
Gambar 8. Profil bore hole 10mBH5
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 15
Berikut adalah profil masing-masing “bore hole”, kami tampilkan borehole di
lokasi dolphin dan sekitarnya.
Gambar 7. Profil bore hole 10mBH1
Gambar 8. Profil bore hole 10mBH5
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 15
Berikut adalah profil masing-masing “bore hole”, kami tampilkan borehole di
lokasi dolphin dan sekitarnya.
Gambar 7. Profil bore hole 10mBH1
Gambar 8. Profil bore hole 10mBH5
Page 16
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 16
Gambar 9. Profil bore hole 10mBH2
Gambar 10. Profil bore hole 10mBH6
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 16
Gambar 9. Profil bore hole 10mBH2
Gambar 10. Profil bore hole 10mBH6
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 16
Gambar 9. Profil bore hole 10mBH2
Gambar 10. Profil bore hole 10mBH6
Page 17
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 17
Gambar 11. Profil bore hole 10mBH3
Gambar 12. Profil bore hole 10mBH4
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 17
Gambar 11. Profil bore hole 10mBH3
Gambar 12. Profil bore hole 10mBH4
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 17
Gambar 11. Profil bore hole 10mBH3
Gambar 12. Profil bore hole 10mBH4
Page 18
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 18
Dari hasil profil bore hole tersebut di atas dapat dilihat bahwa tanah
permukaan sangat lunak dan berikunya sangat keras.
Pemilik pekerjaan juga memberikan basic design struktur dolphine seperti
pada gambar dibawah ini.
Gambar 13. “Basic design” Struktur dolphine
Untuk mengurangi beban tiang akibat desakan gaya aktif tanah lunak, maka
pada areal jetty ini dilakukan dredging dengan cakupan area dredging seperti
gambar berikut:
Gambar 14. Area dredging untuk mengurangi gaya aktif tanah lunak.
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 18
Dari hasil profil bore hole tersebut di atas dapat dilihat bahwa tanah
permukaan sangat lunak dan berikunya sangat keras.
Pemilik pekerjaan juga memberikan basic design struktur dolphine seperti
pada gambar dibawah ini.
Gambar 13. “Basic design” Struktur dolphine
Untuk mengurangi beban tiang akibat desakan gaya aktif tanah lunak, maka
pada areal jetty ini dilakukan dredging dengan cakupan area dredging seperti
gambar berikut:
Gambar 14. Area dredging untuk mengurangi gaya aktif tanah lunak.
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 18
Dari hasil profil bore hole tersebut di atas dapat dilihat bahwa tanah
permukaan sangat lunak dan berikunya sangat keras.
Pemilik pekerjaan juga memberikan basic design struktur dolphine seperti
pada gambar dibawah ini.
Gambar 13. “Basic design” Struktur dolphine
Untuk mengurangi beban tiang akibat desakan gaya aktif tanah lunak, maka
pada areal jetty ini dilakukan dredging dengan cakupan area dredging seperti
gambar berikut:
Gambar 14. Area dredging untuk mengurangi gaya aktif tanah lunak.
Page 19
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 19
2. DETAIL DESIGN TIANG PANCANG DAN STRUKTUR DOLPHINE.Berdasarkan data dari dokumen yang di dapat maka PT. PP (Persero)Tbk
melakukan detail design. Barge loader Jetty PT Jembayan didesain untuk ponton
9500 – 12000 DWT yang akan merapat dalam kondisi kosong, untuk menentukan
gaya sandar yang akan diterima struktur, maka diasumsikan beban sandar untuk
ponton 12000 DWT dalam kondisi setengah penuh.
Data Ponton :
Tipe Pontoon Panjang (m) Lebar (m) Kedalaman (m) Full Draft (m)
12000 DWT 111.252 28.042 6.934 5.5
Kondisi Saat Sandar
Kec Arus
(cm/s)DWT
Gravitasi
(m/s2)
river
(kN/m3)
Displacement
TonnageWa Cm Ce
27.5 12000 9.81 10.25 15130.1 2709.2
4 1.179 0.7
Berthing Energy :
Energi Kinetik saat ponton merapat dihitung dengan formula sebagai berikut ::
g
VWCCE em 2
2
Berthing Energy(ton.m)
Berthing Force(kN.m)
Half Full BerthingCondition (kN.m)
48.14 481.4 240.7
Tipe Fender :
Berthing Energy
Half Full Berthing
Condition (kN.m)Safety Factor Berthing Energy (KN.m)
240.7 1.26 303
Fender Type
Fender TypeEnergy Absorption
(kN.m)Reaction Force (kN)
SHIBATA Super Circle Fender900H FC25 303 644
Jadi, gaya lateral yang akan diterima struktur breasting dolphin 64.4ton or 644KN.
Page 20
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 20
3000
2000
15005000
1500
10°
1000
1500
1500
900
Existing Anchor Pile
1:8 1:8
1:81:8 1:8
Ø700, Thk= 12mm, L=30m
1000 1500 1500 1000
1400 1400
Existing Anchor PileØ700, Thk= 12mm, L=30m
3 2 1
8 7
6 5 4
5000
10°
5000
1000
3000
2000
15005000
1500
10°
1000
1500
1500
900
Existing Anchor Pile
1:8 1:8
1:81:8 1:8
Ø700, Thk= 12mm, L=30m
1000 1500 1500 1000
1400 1400
Existing Anchor PileØ700, Thk= 12mm, L=30m
3 2 1
8 7
6 5 4
5000
10°
5000
1000
3000
2000
15005000
1500
10°
1000
1500
1500
900
Existing Anchor Pile
1:8 1:8
1:81:8 1:8
Ø700, Thk= 12mm, L=30m
1000 1500 1500 1000
1400 1400
Existing Anchor PileØ700, Thk= 12mm, L=30m
3 2 1
8 7
6 5 4
5000
10°
5000
1000
3000
2000
15005000
1500
10°
1000
1500
1500
900
Existing Anchor Pile
1:8 1:8
1:81:8 1:8
Ø700, Thk= 12mm, L=30m
1000 1500 1500 1000
1400 1400
Existing Anchor PileØ700, Thk= 12mm, L=30m
3 2 1
8 7
6 5 4
5000
10°
5000
1000
Dari asumsi gaya reaksi didapatkan desain dari tiang pancang antara lain :
Breasting Dolphin 1 :
Diameter of pile : 700 mmThickness : 12 mmPile Properties : SS400Number of pile : 8 PilesPile Length : 35 metersReinforced concrete Length : 3 metersSteel re-bar diameter : 16 mmNumber of steel re-bar : 12 bars
Breasting Dolphin 2 :
Diameter of pile : 700 mmThickness : 12 mmPile Properties : SS400Number of pile : 8 PilesPile Length : 34 metersReinforced concrete Length : 3 metersSteel re-bar diameter : 16 mmNumber of steel re-bar : 12 bar
Breasting Dolphin 3
Diameter of pile : 700 mmThickness : 12 mmPile Properties : SS400Number of pile : 8 PilesPile Length : 37 metersReinforced concrete Length : 3 metersSteel re-bar diameter : 16 mmNumber of steel re-bar : 12 bars
Breasting Dolphin 4
Diameter of pile : 700 mmThickness : 12 mmPile Properties : SS400Number of pile : 8 PilesPile Length : 39 metersReinforced concrete Length : 3 metersSteel re-bar diameter : 16 mmNumber of steel re-bar : 12 bars
Page 21
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 21
3000
2000
15005000
1500
10°
1000
1500
1500
900
Existing Anchor Pile
1:8 1:8
1:81:8 1:8
Ø700, Thk= 12mm, L=30m
1000 1500 1500 1000
1400 1400
Existing Anchor PileØ700, Thk= 12mm, L=30m
3 2 1
8 7
6 5 4
5000
10°
5000
1000
3000
2000
15005000
1500
10°
1000
1500
1500
900
Existing Anchor Pile
1:8 1:8
1:81:8 1:8
Ø700, Thk= 12mm, L=30m
1000 1500 1500 1000
1400 1400
Existing Anchor PileØ700, Thk= 12mm, L=30m
3 2 1
8 7
6 5 4
5000
10°
5000
1000
Breasting Dolphin 5 :
Diameter of pile : 700 mmThickness : 12 mmPile Properties : SS400Number of pile : 8 PilesPile Length : 38 metersReinforced concrete Length : 3 metersSteel re-bar diameter : 16 mmNumber of steel re-bar : 12 bars
Breasting Dolphin 6 :
Diameter of pile : 700 mmThickness : 12 mmPile Properties : SS400Number of pile : 8 PilesPile Length : 35 metersReinforced concrete Length : 3 metersSteel re-bar diameter : 16 mmNumber of steel re-bar : 12
Total tiang pancang pada 6 buah struktur dolphin adalah sebanyak 48 buah
dengan variasi panjang tiang 37 meter.
Bearing capacity design masing masing dolphin dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
DolphinType
Pile Length(m)
PenetrationLength (m)
Compression Capacity (kN)Pull Out
Capacity (kN)Q
unpluged
Qpluged
Qaverag
e
1 35 13 2875.8 3430.6 3153.2 1696.3
2 34 15 2775.2 3344.9 3060.0 1639.7
3 37 21 2956.6 3498.3 3227.5 1757.4
4 39 23 3100.4 3615.2 3357.8 1842.7
5 38 22 3061.3 3586.2 3323.8 1820.7
6 35 19 3134.7 3650.0 3392.3 1860.2
Tabel-4 Bearing Capacity Dolphin
Page 22
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 22
Selain detail design untuk struktur dolphin dilakukan juga detail design untuk
dredging. Design dredging menganalisa stabilitas tanah dengan metode plaxis
sehingga dapat diketahui kedalaman tanah lunak yang harus di dredging untuk
menjaga stabilitas dan tidak membebani struktur dolphin. Berikut analisa Plaxis
terhadap stabilitas tanah setelah di dredging.
Gambar 15. Dredging analisis dengan metoda plaxis
Gambar 16. Cross section 3 Profil sebelum di dredging
1
2
4
5
6
3
1
2
3 4
5
6
Page 23
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 23
Gambar 17. Cross section 3 Profil design dredging
Gambar1 Cross Section 3 Total Strains In Safety Factor Phase Slice (Shear Shading)
Dengan safety factor > 1,5.
3. PELAKSANAAN PEMANCANGANPelaksanaan pemancangan dilakukan dengan menggunakan Pilling Barge BB013
dengan dilengkapi dengan Hammer Pilling HQ7 Kapasitas 15 ton. Dengan hammer
ini tiang tidak dapat masuk sesuai dengan spesifikasi yang di persyaratkan,
selanjutnya dilakukan penggantian hammer dengan Diesel Hammer KB 60 yang
diharapkan mampu memasukkan tiang lebih dalam agar memenuhi persyaratan.
Pengetesan daya dukung tiang dilakukan dengan PDA test untuk mengetahui daya
dukung tiang dan test tarik dilakukan untuk mengetahui besarnya gaya lekatan atau
friksi tanah terhadap tiang.
Penghitungan kapasitas tiang dengan rumus “Hilley formula”.
SFx
CS
xWpW
xWpeWWxHxR
1
2
1)( 2
Page 24
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 24
Gambar 19. Pelaksanaan Pekerjaan Pemancangan
Gambar 20. Pelaksanaan PDA test
Dengan menggunakan Pile Driving Analysis (PDA) didapat Q ult untuk tiang
diameter 700 mm memiliki kapasitas dukung maksimum satu tiang Q ult 391 ton
terhadap kebutuhan 189 ton.
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 24
Gambar 19. Pelaksanaan Pekerjaan Pemancangan
Gambar 20. Pelaksanaan PDA test
Dengan menggunakan Pile Driving Analysis (PDA) didapat Q ult untuk tiang
diameter 700 mm memiliki kapasitas dukung maksimum satu tiang Q ult 391 ton
terhadap kebutuhan 189 ton.
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 24
Gambar 19. Pelaksanaan Pekerjaan Pemancangan
Gambar 20. Pelaksanaan PDA test
Dengan menggunakan Pile Driving Analysis (PDA) didapat Q ult untuk tiang
diameter 700 mm memiliki kapasitas dukung maksimum satu tiang Q ult 391 ton
terhadap kebutuhan 189 ton.
Page 25
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 25
Gambar 21. Pelaksanaan tension test pada tiang
Pada tension test tiang pancang maksimum hanya dapat menahan beban
150% dari beban rencana sedangkan dipersyaratkan tiang harus mampu menahan
200% beban rencana pada saat tension test.
Hasil pemancangan tiang pancang pada seluruh dolphin dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
Pada Berthing Dolphin 1 :
Pile Number Pipe Type Diameter (mm) Thickness (mm) Length (m) As Built pilelength (m)
1 Steel Pipe Pile 700 12 35 30.132 Steel Pipe Pile 700 12 35 31.253 Steel Pipe Pile 700 12 35 32.334 Steel Pipe Pile 700 12 35 26.865 Steel Pipe Pile 700 12 35 26.256 Steel Pipe Pile 700 12 35 27.957 Steel Pipe Pile 700 12 35 28.858 Steel Pipe Pile 700 12 35 28.25
Tabel-5 Data pemancangan pada Dolphin 1
Pada Berthing Dolphin 2 :
Pile Number Pipe Type Diameter (mm) Thickness (mm) Length (m) As Built pilelength (m)
1 Steel Pipe Pile 700 12 34 32.392 Steel Pipe Pile 700 12 34 31.783 Steel Pipe Pile 700 12 34 30.694 Steel Pipe Pile 700 12 34 30.585 Steel Pipe Pile 700 12 34 30.196 Steel Pipe Pile 700 12 34 30.397 Steel Pipe Pile 700 12 34 32.428 Steel Pipe Pile 700 12 34 30.31
Tabel-6 Data pemancangan pada Dolphin 2
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 25
Gambar 21. Pelaksanaan tension test pada tiang
Pada tension test tiang pancang maksimum hanya dapat menahan beban
150% dari beban rencana sedangkan dipersyaratkan tiang harus mampu menahan
200% beban rencana pada saat tension test.
Hasil pemancangan tiang pancang pada seluruh dolphin dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
Pada Berthing Dolphin 1 :
Pile Number Pipe Type Diameter (mm) Thickness (mm) Length (m) As Built pilelength (m)
1 Steel Pipe Pile 700 12 35 30.132 Steel Pipe Pile 700 12 35 31.253 Steel Pipe Pile 700 12 35 32.334 Steel Pipe Pile 700 12 35 26.865 Steel Pipe Pile 700 12 35 26.256 Steel Pipe Pile 700 12 35 27.957 Steel Pipe Pile 700 12 35 28.858 Steel Pipe Pile 700 12 35 28.25
Tabel-5 Data pemancangan pada Dolphin 1
Pada Berthing Dolphin 2 :
Pile Number Pipe Type Diameter (mm) Thickness (mm) Length (m) As Built pilelength (m)
1 Steel Pipe Pile 700 12 34 32.392 Steel Pipe Pile 700 12 34 31.783 Steel Pipe Pile 700 12 34 30.694 Steel Pipe Pile 700 12 34 30.585 Steel Pipe Pile 700 12 34 30.196 Steel Pipe Pile 700 12 34 30.397 Steel Pipe Pile 700 12 34 32.428 Steel Pipe Pile 700 12 34 30.31
Tabel-6 Data pemancangan pada Dolphin 2
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 25
Gambar 21. Pelaksanaan tension test pada tiang
Pada tension test tiang pancang maksimum hanya dapat menahan beban
150% dari beban rencana sedangkan dipersyaratkan tiang harus mampu menahan
200% beban rencana pada saat tension test.
Hasil pemancangan tiang pancang pada seluruh dolphin dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
Pada Berthing Dolphin 1 :
Pile Number Pipe Type Diameter (mm) Thickness (mm) Length (m) As Built pilelength (m)
1 Steel Pipe Pile 700 12 35 30.132 Steel Pipe Pile 700 12 35 31.253 Steel Pipe Pile 700 12 35 32.334 Steel Pipe Pile 700 12 35 26.865 Steel Pipe Pile 700 12 35 26.256 Steel Pipe Pile 700 12 35 27.957 Steel Pipe Pile 700 12 35 28.858 Steel Pipe Pile 700 12 35 28.25
Tabel-5 Data pemancangan pada Dolphin 1
Pada Berthing Dolphin 2 :
Pile Number Pipe Type Diameter (mm) Thickness (mm) Length (m) As Built pilelength (m)
1 Steel Pipe Pile 700 12 34 32.392 Steel Pipe Pile 700 12 34 31.783 Steel Pipe Pile 700 12 34 30.694 Steel Pipe Pile 700 12 34 30.585 Steel Pipe Pile 700 12 34 30.196 Steel Pipe Pile 700 12 34 30.397 Steel Pipe Pile 700 12 34 32.428 Steel Pipe Pile 700 12 34 30.31
Tabel-6 Data pemancangan pada Dolphin 2
Page 26
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 26
Pada Berthing Dolphin 3 :
Pile Number Pipe Type Diameter (mm) Thickness (mm) Length (m) As Built pilelength (m)
1 Steel Pipe Pile 700 12 37 32.042 Steel Pipe Pile 700 12 37 32.043 Steel Pipe Pile 700 12 37 31.914 Steel Pipe Pile 700 12 37 30.655 Steel Pipe Pile 700 12 37 30.366 Steel Pipe Pile 700 12 37 31.617 Steel Pipe Pile 700 12 37 31.438 Steel Pipe Pile 700 12 37 31.55
Tabel-7 Data pemancangan pada Dolphin 3
Pada Berthing Dolphin 4 :
Pile Number Pipe Type Diameter (mm) Thickness (mm) Length (m) As Built pilelength (m)
1 Steel Pipe Pile 700 12 39 33.662 Steel Pipe Pile 700 12 39 33.763 Steel Pipe Pile 700 12 39 33.494 Steel Pipe Pile 700 12 39 34.005 Steel Pipe Pile 700 12 39 33.576 Steel Pipe Pile 700 12 39 33.287 Steel Pipe Pile 700 12 39 35.038 Steel Pipe Pile 700 12 39 33.37
Tabel-8 Data pemancangan pada Dolphin 4
Pada Berthing Dolphin 5 :
Pile Number Pipe Type Diameter (mm) Thickness (mm) Length (m) As Built pilelength (m)
1 Steel Pipe Pile 700 12 38 36.742 Steel Pipe Pile 700 12 38 38.463 Steel Pipe Pile 700 12 38 39.274 Steel Pipe Pile 700 12 38 37.945 Steel Pipe Pile 700 12 38 38.006 Steel Pipe Pile 700 12 38 37.907 Steel Pipe Pile 700 12 38 37.208 Steel Pipe Pile 700 12 38 39.46
Tabel-9 Data pemancangan pada Dolphin 5
Page 27
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 27
Pada Berthing Dolphin 6 :
Pile Number Pipe Type Diameter (mm) Thickness (mm) Length (m) As Built pilelength (m)
1 Steel Pipe Pile 700 12 35 29.442 Steel Pipe Pile 700 12 35 29.233 Steel Pipe Pile 700 12 35 31.964 Steel Pipe Pile 700 12 35 30.345 Steel Pipe Pile 700 12 35 29.996 Steel Pipe Pile 700 12 35 29.107 Steel Pipe Pile 700 12 35 30.208 Steel Pipe Pile 700 12 35 31.94
Tabel-10 Data pemancangan pada Dolphin 6
Dari hasil pemancangan dapat disimpulkan bahwa tiang pancang memenuhi
kapasitas bearing capacity yang disyaratkan, namun tiang pancang tidak memenuhi
kedalaman sesuai spesifikasi yang disyaratkan yaitu 10 kali diameter atau 7 meter
socketing di tanah lapisan keras (N SPT>10) tidak dapat masuk ke dalam
kedalaman yang direncanakan dalam desain.
Dari kesimpulan di atas pihak kontraktor mengajukan opsi perkuatan struktur
menggunakan sistem pondasi monopile. Monopile akan diletakkan ditengah
struktur pancang eksisting .
4. Proses Desain Struktur Monopile4.1 Pemodelan Struktur.
Proses desain monopile dimulai dengan melakukan pemodelan struktur
sesuai dengan as built dilapangan untuk tiang pancang yang sudah terpancang.
Pemodelan dan analisis struktur dengan menggunakan “software plaxis”.
Gambar 22. Cross Section Dredging dan posisi dolphin 1
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 27
Pada Berthing Dolphin 6 :
Pile Number Pipe Type Diameter (mm) Thickness (mm) Length (m) As Built pilelength (m)
1 Steel Pipe Pile 700 12 35 29.442 Steel Pipe Pile 700 12 35 29.233 Steel Pipe Pile 700 12 35 31.964 Steel Pipe Pile 700 12 35 30.345 Steel Pipe Pile 700 12 35 29.996 Steel Pipe Pile 700 12 35 29.107 Steel Pipe Pile 700 12 35 30.208 Steel Pipe Pile 700 12 35 31.94
Tabel-10 Data pemancangan pada Dolphin 6
Dari hasil pemancangan dapat disimpulkan bahwa tiang pancang memenuhi
kapasitas bearing capacity yang disyaratkan, namun tiang pancang tidak memenuhi
kedalaman sesuai spesifikasi yang disyaratkan yaitu 10 kali diameter atau 7 meter
socketing di tanah lapisan keras (N SPT>10) tidak dapat masuk ke dalam
kedalaman yang direncanakan dalam desain.
Dari kesimpulan di atas pihak kontraktor mengajukan opsi perkuatan struktur
menggunakan sistem pondasi monopile. Monopile akan diletakkan ditengah
struktur pancang eksisting .
4. Proses Desain Struktur Monopile4.1 Pemodelan Struktur.
Proses desain monopile dimulai dengan melakukan pemodelan struktur
sesuai dengan as built dilapangan untuk tiang pancang yang sudah terpancang.
Pemodelan dan analisis struktur dengan menggunakan “software plaxis”.
Gambar 22. Cross Section Dredging dan posisi dolphin 1
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 27
Pada Berthing Dolphin 6 :
Pile Number Pipe Type Diameter (mm) Thickness (mm) Length (m) As Built pilelength (m)
1 Steel Pipe Pile 700 12 35 29.442 Steel Pipe Pile 700 12 35 29.233 Steel Pipe Pile 700 12 35 31.964 Steel Pipe Pile 700 12 35 30.345 Steel Pipe Pile 700 12 35 29.996 Steel Pipe Pile 700 12 35 29.107 Steel Pipe Pile 700 12 35 30.208 Steel Pipe Pile 700 12 35 31.94
Tabel-10 Data pemancangan pada Dolphin 6
Dari hasil pemancangan dapat disimpulkan bahwa tiang pancang memenuhi
kapasitas bearing capacity yang disyaratkan, namun tiang pancang tidak memenuhi
kedalaman sesuai spesifikasi yang disyaratkan yaitu 10 kali diameter atau 7 meter
socketing di tanah lapisan keras (N SPT>10) tidak dapat masuk ke dalam
kedalaman yang direncanakan dalam desain.
Dari kesimpulan di atas pihak kontraktor mengajukan opsi perkuatan struktur
menggunakan sistem pondasi monopile. Monopile akan diletakkan ditengah
struktur pancang eksisting .
4. Proses Desain Struktur Monopile4.1 Pemodelan Struktur.
Proses desain monopile dimulai dengan melakukan pemodelan struktur
sesuai dengan as built dilapangan untuk tiang pancang yang sudah terpancang.
Pemodelan dan analisis struktur dengan menggunakan “software plaxis”.
Gambar 22. Cross Section Dredging dan posisi dolphin 1
Page 28
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 28
Soil Layer Soil Type (KN/m3) Cu(KN/m2) K
(KN/m3)1 Silty Clay 14 25 0 81402 Silty Clayey Sand 12 8 2 54303 Clay 14 25 0 271504 Stiff Clay 16 60 0 1360005 Mudstone 18 250 0 543000
Tabel 11. Data tanah berdasarkan lapisannya
Diameter(mm)
Thickness(mm) Fy (MPa) A0 (cm2) W0 (Kg/m) I0 (cm4) Z0 (cm3) Mr (tf.m)
700 12 245 259.4 204 1.54E+05 4390 61.41200 16 245 595.1 467 1.04E+06 17400 243
Tabel 12. Data properties tiang pancang
Untuk beton dengan mutu 40 Mpa pada umur 28 hari dengan test kubus.
Sedangkan re-bar dengan mutu Fy 40 Mpa.
Selanjutnya dengan keterbatasan lokasi monopile yang ada dibuat konfigurasi
masing-masing dolphin sebagai berikut:
Gambar 23. Formasi tiang pancang dan monopile dolphin 1
9
1000 1500 1500 10005000
5000
12001:8 1:8
1:81:8 1:8
1:8 1:8
Page 29
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 29
Pile Number Pipe Type Diameter (mm) Thickness (mm) Length (m)
As Builtpile
length(m)
1 Steel Pipe Pile 700 12 34 32.392 Steel Pipe Pile 700 12 34 31.783 Steel Pipe Pile 700 12 34 30.694 Steel Pipe Pile 700 12 34 30.585 Steel Pipe Pile 700 12 34 30.196 Steel Pipe Pile 700 12 34 30.397 Steel Pipe Pile 700 12 34 32.428 Steel Pipe Pile 700 12 34 30.31
9Steel Pipe Casing 1200 16 30 -
Bored pile 1168 1168 46 -
Tabel 13. Data Formasi tiang pancang dan monopile
Gambar 24. Formasi tiang pancang dan monopile dolphin 2
Pile Number Pipe Type Diameter (mm) Thickness (mm) Length (m)
As Builtpile
length(m)
1 Steel Pipe Pile 700 12 37 32.042 Steel Pipe Pile 700 12 37 32.043 Steel Pipe Pile 700 12 37 31.914 Steel Pipe Pile 700 12 37 30.655 Steel Pipe Pile 700 12 37 30.366 Steel Pipe Pile 700 12 37 31.617 Steel Pipe Pile 700 12 37 31.438 Steel Pipe Pile 700 12 37 31.55
9Steel Pipe Casing 1200 16 34 -
Bored pile 1168 1168 50 -
Tabel 14. Data Formasi tiang pancang dan monopile
9
1000
1000 1500 1500 10005000
5000
1000
12001:8 1:8
1:81:8 1:8
1:8 1:8
Page 30
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 30
Untuk dolphin lainya dengan cara yang sama di lakukan formasi tiang
pancang sesuai as build drawing dan monopile diusahakan di centre dari dolphin.
4.2 Bearing CapacityLangkah selanjutnya adalah menghitung bearing capacity dari monopile pada
masing-masing dolphin. Dengan metoda yang sama kita akan mendapatkan
bearing capacity pada setiap kedalaman dari monopile tersebut dan kita tentukan
kedalaman monopile berdasarkan beban rencana yang akan terjadi.Depth
Soil Properties Compression Capacity (kN) Pull Out Capacity(kN)
(m) La
yer
N-SPT
cu
OuterFriction
InnerFriction End En
d Qu Qu Qu Friction*Wp
Qpu(kN/m2)
Local
Cumm
.Local
Cumm
.
Un-pluged
Pluged
Un-pluged
Pluged
Average
Local
Cumm
.
0.0 SS 0 - - 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
-1.0 SS 0 - - 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.
7 1.7
-2.0 C1 3 18.
0
1.00
39.6
39.6
26.8
26.8 4.2 62.
3 50.6 101.9 76.3 27.
727.7
3.4
31.1
-3.0 C1 4 24.
0
1.00
52.8
92.4
35.7
62.4 5.6 83.
1 114.0 175.5
144.7
36.9
64.7
5.1
69.8
-4.0 C1 5 30.
0
0.95
62.7
155.0
42.4
104.8 7.0 103
.9 188.9 258.9
223.9
43.9
108.5
6.8
115.4
-5.0 C2 10 60.
0
0.65
85.8
240.8
58.0
162.8 14.0 207
.8 296.5 448.6
372.6
60.0
168.6
8.6
177.1
-6.0 C2 10 60.
0
0.65
85.8
326.6
58.0
220.8 14.0 207
.8 397.1 534.4
465.8
60.0
228.6
10.3
238.9
-7.0 C3 10 60.
0
0.65
85.8
412.3
58.0
278.7 14.0 207
.8 497.8 620.2
559.0
60.0
288.6
12.0
300.6
-8.0 C3 50 300
.0
0.50
329.9
742.2
223.0
501.7 70.0 103
9.1 940.8 1781.3
1361.0
230.9
519.5
13.7
533.2
-9.0 C3 50 300
.0
0.50
329.9
1072.1
223.0
724.7 70.0 103
9.11327.
82111.2
1719.5
230.9
750.4
15.4
765.9
-10.0
C3 50 300.0
0.50
329.9
1401.9
223.0
947.7 70.0 103
9.11714.
82441.0
2077.9
230.9
981.4
17.1
998.5
-11.0
C3 50 300.0
0.50
329.9
1731.8
223.0
1170.7 70.0 103
9.12101.
82770.9
2436.3
230.9
1212.3
18.8
1231.1
-12.0
C3 50 300.0
0.50
329.9
2061.7
223.0
1393.7 70.0 103
9.12488.
83100.8
2794.8
230.9
1443.2
20.5
1463.7
-13.0
C3 50 300.0
0.50
329.9
2391.5
223.0
1616.7 70.0 103
9.12875.
83430.6
3153.2
230.9
1674.1
22.3
1696.3
-14.0
C3 50 300.0
0.50
329.9
2721.4
223.0
1839.7 70.0 103
9.13262.
83760.5
3511.6
230.9
1905.0
24.0
1929.0
-15.0
C3 50 300.0
0.50
329.9
3051.3
223.0
2062.7 70.0 103
9.13649.
84090.4
3870.1
230.9
2135.9
25.7
2161.6
Tabel 15. Bearing capacity pada monopile Dolphin 1
Page 31
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 31
Pada pile yang sudah dipancang kita dapat melakukan pengecekan actual
bearing capacity dari masing-masing tiang berdasarkan data pemancangan dan as
build drawing yang ada.
Pile Number Pipe Type As Built pilelength (m)
CompressionCapacity (KN)
Tension Capacity(KN)
1 Steel Pipe Pile 36.74 2248.5 1122.82 Steel Pipe Pile 38.46 2606.9 1355.43 Steel Pipe Pile 39.27 2965.3 1588.04 Steel Pipe Pile 37.94 2248.5 1122.85 Steel Pipe Pile 38.00 2606.9 1355.46 Steel Pipe Pile 37.90 2606.9 1355.47 Steel Pipe Pile 37.20 2965.3 1588.08 Steel Pipe Pile 39.46 2965.3 1588.09 Monopile - - -
Tabel 16. Bearing capacity Actual pada as build drawing pancang Dolphin 1
Untuk bearing capacity dan actual beraing capacity dari dolphin lainnya
dibuatkan table yang sama dan tidak kami tampilkan disini, nanti di summary
design dapat kita lihat.
4.3. Berthing AnalisysSetelah posisi tiang pancang actual dan rencana monopile termasuk bearing
capacitynya di design langkah selanjutnya adalah kita melakukan pengecekan
terhadap berthis analysis dari masing-masing dolphin dengan hasil sebagai
berikut, kami hanya menampilkan dolphin no 1 sebagai contoh hasil analisis.
Gambar 25. Deflection pada dolphin no 1 berthing
Page 32
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 32
Gambar 26. Bending Moment Arah Y pada Pile BD-1 berthing
Gambar 27. Bending Moment arah Z pada Pile BD-1 berthing
Page 33
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 33
Gambar 28. Total Bending Moment on Pile BD-1 berthing
PileNo. Deflection (m)
Maximum Force (KN) Max Moment(KNm)Compression Tension
1 0.0764 367 2382 0.0881 203 2883 0.0980 79.4 3364 0.0795 2070 1625 0.0892 228 1946 0.0983 645 2587 0.0812 487 2378 0.0961 397 3199 0.0887 1960 2220
Table 17. Berthing Reaction force pada Pile BD-1
4.4. Mooring AnalisysSetelah kita melakukan analisys berthing selanjutnya perlu dilakukan mooring
analisys karena semua dolphin juga akan berfungsi sebagai mooring dolphin
pada saat pergeseran pontoon. Parameter yang perlu di analisa sama dengan
analisa yang dilakukan untuk berthing, dengan hasil sebagai berikut :
Page 34
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 34
Gambar 29. Deflection pada dolphin no 1 mooring
Gambar 30. Bending Moment Arah Y pada Pile BD-1 Mooring
Gambar 31. Bending Moment arah Z pada Pile BD-1 mooring
Page 35
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 35
Gambar 32. Total Bending Moment on Pile BD-1 mooring
PileNo. Deflection (m)
Maximum Force (KN) Max Moment(KNm)Compression Tension
1 0.0520 207 1612 0.0625 203 2193 0.0717 80.2 2634 0.0549 1430 1755 0.0634 229 1566 0.0714 630 2207 0.0564 332 1668 0.0694 318 2429 0.0630 1460 1630
Table 18. Mooring Reaction force pada Pile BD-1
4.5. Beban-beban lain yang perlu diperhitungkanSelain perhitungan dan analisis di atas ada beberapa beban sesuai dengan
kondisi daerah ini yang perlu diperhitungkan antara lain :
a. Beban akibat arus sungai,
b. Tambahan beban akibat pergerakan tanah atau “soil Movement”,
c. Tambahan beban akibat “Lateral earth Pressure”.
Selanjutnya akan kami uraikan satu persatu tambahan beban di atas.
Page 36
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 36
4.5.1. Beban akibat arus sungaiTambahan standard yang perlu di perhitungkan adalah “drag and lift
forces” akibat arus sungai pada individu tiang maupun struktur pada
keseluruhan dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:
Drag Force = 12 . . .Dimana:
FD : drag force acting on the object in the direction of the current (kN)
CD : drag coefficient
p 0: density of water (t/m3)
A: projected area of the object in the direction of the current (m2)
U: flow velocity (m/s)
Drag Coefficient“Drag coefesion” dapat mengikuti tabel dibawah ini.
Table Error! No text of specified style in document. Drag Coefficient
Refference : Technical Standards and Commentaries for Port and Harbour
Facilities in Japan,2002
Page 37
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 37
Density dari AirDensity dari air sungai untuk analysis perhitungan diestimasi sekitar
1.06 t/m3.
Projected AreaBeban akibat arus akan diperhitungkan terhada p pipa bulat dengan
diameter 700 mm dan 1200 mm dengan “projected area” sesuai dengan
perhitungan dalam tabel dibawah ini.
Structural Type Projected Area (m2)
Pile ( diameter 0.7 m) D. l 0.7 m2(/m’)
Pile ( diameter 1.2 m) D.l 1.2 m2(/m’)
Table 20 Projected area dari pipa
Flow VelocityData untuk memperhitungkan “current flow velocity” berdasarkan
pengamatan survey yang dilakukan adalah sebagai berikut.
SamplingPosition
Distance Time Velocity
(m) (s) (m/s)
1 3 15.32 0.20
2 3 13.80 0.22
3 3 15.53 0.19
4 3 12.87 0.23
5 3 13.19 0.23
6 3 11.54 0.26
7 3 14.26 0.21
Average 0.22
Table 21 Flow Velocity Data
Berdasarkan tabel di atas didapat rata rata “current velocity” survey
adalah 0.22 m/detik. Angka ini lebih kecil dibandingkan dengan “berthing
velocity”, 0.275 m/detik. Sehingga untuk “flow velocity” diambil angka
sebesar 0.275 m/detik.
Page 38
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 38
Current Force pada Pile Diameter 0.7 Meter
202
1xAxUxxCF DD
223 )/275.0()'/7.0()/06.1()1(2
1smxmmxmkNxxFD
'/)(028.0 mkNFD
Gambar 33. Illustration dari Current Force pada Pile Diameter 0.7 meter
Current Force on Pile Diameter 1.2 Meters
202
1xAxUxxCF DD
223 )/275.0()'/2.1()/06.1()1(2
1smxmmxmkNxxFD
'/)(048.0 mkNFD
Gambar 34. Illustration dari Current Force pada Pile Diameter 1.2 meter
Pile 700 mm
Pile 1200mm
Arah arus 0.05
6 kN
(/m’)
Arah Arus
0.09
6 kN
(/m’)
Page 39
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 39
Structural Type Drag Force
Pile ( diameter 0.7 m) 0.056 kN (/m’)
Pile ( diameter 1.2 m) 0.096 kN (/m’)
Table 22 “Drag Force Design”
4.5.2. Tambahan beban akibat Soil MovementProgram yang dipakai untuk menganalisa adalah finite element program
Plaxis 3D Tunnel. Program ini untuk menganalisa tambahan beban akibat
longsoran tanah akibat kemiringan yang kritis sehingga mengakibatkan soil
movement.
Soil Parameter
Table 23 Soil Parameter untuk Plaxis 3D Tunnel
Gambar 35. Dolphin Model pada Plaxis 3D Tunnel
ID Name g_unsat g_sat nu E_ref c_ref phi[kN/m^3] [kN/m^3] [ - ] [kN/m^2] [kN/m^2] [ ° ]
1 01 JMBYN Top Layer 12 14 0.3 4500 25 02 02 JMBYN Very Soft Clay 11 12 0.3 1440 8 23 03 JMBYN Medium Silty Clay 12 14 0.28 5000 25 04 04 JMBYN Stiff Silty Clay 14 16 0.25 12000 60 05 05 JMBYN Claystone 15 18 0.22 50000 250 0
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 39
Structural Type Drag Force
Pile ( diameter 0.7 m) 0.056 kN (/m’)
Pile ( diameter 1.2 m) 0.096 kN (/m’)
Table 22 “Drag Force Design”
4.5.2. Tambahan beban akibat Soil MovementProgram yang dipakai untuk menganalisa adalah finite element program
Plaxis 3D Tunnel. Program ini untuk menganalisa tambahan beban akibat
longsoran tanah akibat kemiringan yang kritis sehingga mengakibatkan soil
movement.
Soil Parameter
Table 23 Soil Parameter untuk Plaxis 3D Tunnel
Gambar 35. Dolphin Model pada Plaxis 3D Tunnel
ID Name g_unsat g_sat nu E_ref c_ref phi[kN/m^3] [kN/m^3] [ - ] [kN/m^2] [kN/m^2] [ ° ]
1 01 JMBYN Top Layer 12 14 0.3 4500 25 02 02 JMBYN Very Soft Clay 11 12 0.3 1440 8 23 03 JMBYN Medium Silty Clay 12 14 0.28 5000 25 04 04 JMBYN Stiff Silty Clay 14 16 0.25 12000 60 05 05 JMBYN Claystone 15 18 0.22 50000 250 0
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 39
Structural Type Drag Force
Pile ( diameter 0.7 m) 0.056 kN (/m’)
Pile ( diameter 1.2 m) 0.096 kN (/m’)
Table 22 “Drag Force Design”
4.5.2. Tambahan beban akibat Soil MovementProgram yang dipakai untuk menganalisa adalah finite element program
Plaxis 3D Tunnel. Program ini untuk menganalisa tambahan beban akibat
longsoran tanah akibat kemiringan yang kritis sehingga mengakibatkan soil
movement.
Soil Parameter
Table 23 Soil Parameter untuk Plaxis 3D Tunnel
Gambar 35. Dolphin Model pada Plaxis 3D Tunnel
ID Name g_unsat g_sat nu E_ref c_ref phi[kN/m^3] [kN/m^3] [ - ] [kN/m^2] [kN/m^2] [ ° ]
1 01 JMBYN Top Layer 12 14 0.3 4500 25 02 02 JMBYN Very Soft Clay 11 12 0.3 1440 8 23 03 JMBYN Medium Silty Clay 12 14 0.28 5000 25 04 04 JMBYN Stiff Silty Clay 14 16 0.25 12000 60 05 05 JMBYN Claystone 15 18 0.22 50000 250 0
Page 40
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 40
Pile Parameter on Plaxis 3D Tunnel
Soil Movement Analysis
Gambar 36 Deformed Displacement pada Ultimate condition (SF = 2.03)
Gambar 37 Arrow Of Displacement pada Ultimate condition (SF = 2.03)
ID Name Type Diameter EA EI w nu[m] [kN/m] [kNm^2/m] [kN/m^2] [ - ]
1 JMBYN Plat Dolphin Elastic - 31500000 5906250 36 0.152 JMBYN Steel Pipe 0.7 Elastic 0.7 14360021 460532 2.2 0.153 Monopile (bored pile) Elastic 1.2 18900000 1781283 22.6 0.15
Page 41
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 41
Gambar 38 Shading Of Displacement pada Ultimate condition (SF = 2.03)
Berdasarkan hasil di atas bahwa kelongsoran hanya akan terjadi pada
daerah sekitar areal dredging.
4.5.3. Tambahan beban akibat “Lateral Earth Pressure”Lateral pressure pada kondisi tanah pasiveLayer-1 : Very soft clay
Lateral pressure pada masing-masing pile pada bagian bawah tanah layer 1
adalah Steel Pipe Pile D700 PD700 = P0* D = 12.083*0.7 = 8.458 kN/m.
Mono Pile D1200 PD1200 = P0* D = 12.083*1.2 = 14.500 kN/m
Layer-2 : Medium silty clayLateral pressure pada masing masing pile pada bagian bawah tanah layer 2
adalah Steel Pipe Pile D700 PD700 = P0* D = 24.951*0.7 = 17.466 kN/m.
Mono Pile D1200 PD1200 = P0* D = 24.951*1.2 = 29.941 kN/m
Gambar 39. Lateral Pressure passive pada Pile (a) SPP D700 (b) Monopile D1200
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 41
Gambar 38 Shading Of Displacement pada Ultimate condition (SF = 2.03)
Berdasarkan hasil di atas bahwa kelongsoran hanya akan terjadi pada
daerah sekitar areal dredging.
4.5.3. Tambahan beban akibat “Lateral Earth Pressure”Lateral pressure pada kondisi tanah pasiveLayer-1 : Very soft clay
Lateral pressure pada masing-masing pile pada bagian bawah tanah layer 1
adalah Steel Pipe Pile D700 PD700 = P0* D = 12.083*0.7 = 8.458 kN/m.
Mono Pile D1200 PD1200 = P0* D = 12.083*1.2 = 14.500 kN/m
Layer-2 : Medium silty clayLateral pressure pada masing masing pile pada bagian bawah tanah layer 2
adalah Steel Pipe Pile D700 PD700 = P0* D = 24.951*0.7 = 17.466 kN/m.
Mono Pile D1200 PD1200 = P0* D = 24.951*1.2 = 29.941 kN/m
Gambar 39. Lateral Pressure passive pada Pile (a) SPP D700 (b) Monopile D1200
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 41
Gambar 38 Shading Of Displacement pada Ultimate condition (SF = 2.03)
Berdasarkan hasil di atas bahwa kelongsoran hanya akan terjadi pada
daerah sekitar areal dredging.
4.5.3. Tambahan beban akibat “Lateral Earth Pressure”Lateral pressure pada kondisi tanah pasiveLayer-1 : Very soft clay
Lateral pressure pada masing-masing pile pada bagian bawah tanah layer 1
adalah Steel Pipe Pile D700 PD700 = P0* D = 12.083*0.7 = 8.458 kN/m.
Mono Pile D1200 PD1200 = P0* D = 12.083*1.2 = 14.500 kN/m
Layer-2 : Medium silty clayLateral pressure pada masing masing pile pada bagian bawah tanah layer 2
adalah Steel Pipe Pile D700 PD700 = P0* D = 24.951*0.7 = 17.466 kN/m.
Mono Pile D1200 PD1200 = P0* D = 24.951*1.2 = 29.941 kN/m
Gambar 39. Lateral Pressure passive pada Pile (a) SPP D700 (b) Monopile D1200
Page 42
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 42
Lateral pressure pada kondisi tanah aktifLayer-1 : Very soft clay
Lateral pressure pada masing-masing pile pada bagian bawah tanah layer 1
adalah Steel Pipe Pile D700 PD700 = P0* D = 20.361*0.7 = 14.253 kN/m.
Mono Pile D1200 PD1200 = P0* D = 20.631*1.2 = 24.433 kN/m
Layer-2 : Medium silty clayLateral pressure pada masing-masing pile pada bagian bawah tanah layer 2
adalah Steel Pipe Pile D700 PD700 = P0* D = 46.86*0.7 = 32.802 kN/m
Mono Pile D1200 PD1200 = P0* D = 46.86*1.2 = 56.232 kN/m
Gambar 40. Lateral Pressure pad tanah aktif padaPile (a) SPP D700 (b) Monopile D1200
Dari hasil hitungan analisis yang dilakukan pada Breasting Dolphin dengan
Monopile dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Desain monopile menggunakan pipa diameter 12000 mm dengan variasi panjang
casing baja didesain casing masuk 2 meter kedalam mudstone, lalu selanjutnya
dibor 16 meter dengan diameter 1200 mm
2. Casing Monopile adalah steel pipe bahan SS 400 dengan diameter 1200 dan
ketebalan 16 mm.
3. Struktur Monopile (steel pipe yang komposit dengan beton bertulang adalah tiang
pancang paling rigit dibandingkan dengan pondasi tiang pancang lainnya (steel
pipe diameter 700 mm).
4. Dengan kondisi disebut dalam item no.3 setiap gaya yang diterima oleh breasting
Dolphin struktur akan diterima oleh monopile dan sisa gaya akan didistribusikan
ke tiang pancang.
5. Dari gaya sandar yang didesain, monopile akan menahan gaya lateral dan gaya
tension. Sisa gaya akan didistribusikan ke kelompok tiang pancang.
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 42
Lateral pressure pada kondisi tanah aktifLayer-1 : Very soft clay
Lateral pressure pada masing-masing pile pada bagian bawah tanah layer 1
adalah Steel Pipe Pile D700 PD700 = P0* D = 20.361*0.7 = 14.253 kN/m.
Mono Pile D1200 PD1200 = P0* D = 20.631*1.2 = 24.433 kN/m
Layer-2 : Medium silty clayLateral pressure pada masing-masing pile pada bagian bawah tanah layer 2
adalah Steel Pipe Pile D700 PD700 = P0* D = 46.86*0.7 = 32.802 kN/m
Mono Pile D1200 PD1200 = P0* D = 46.86*1.2 = 56.232 kN/m
Gambar 40. Lateral Pressure pad tanah aktif padaPile (a) SPP D700 (b) Monopile D1200
Dari hasil hitungan analisis yang dilakukan pada Breasting Dolphin dengan
Monopile dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Desain monopile menggunakan pipa diameter 12000 mm dengan variasi panjang
casing baja didesain casing masuk 2 meter kedalam mudstone, lalu selanjutnya
dibor 16 meter dengan diameter 1200 mm
2. Casing Monopile adalah steel pipe bahan SS 400 dengan diameter 1200 dan
ketebalan 16 mm.
3. Struktur Monopile (steel pipe yang komposit dengan beton bertulang adalah tiang
pancang paling rigit dibandingkan dengan pondasi tiang pancang lainnya (steel
pipe diameter 700 mm).
4. Dengan kondisi disebut dalam item no.3 setiap gaya yang diterima oleh breasting
Dolphin struktur akan diterima oleh monopile dan sisa gaya akan didistribusikan
ke tiang pancang.
5. Dari gaya sandar yang didesain, monopile akan menahan gaya lateral dan gaya
tension. Sisa gaya akan didistribusikan ke kelompok tiang pancang.
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 42
Lateral pressure pada kondisi tanah aktifLayer-1 : Very soft clay
Lateral pressure pada masing-masing pile pada bagian bawah tanah layer 1
adalah Steel Pipe Pile D700 PD700 = P0* D = 20.361*0.7 = 14.253 kN/m.
Mono Pile D1200 PD1200 = P0* D = 20.631*1.2 = 24.433 kN/m
Layer-2 : Medium silty clayLateral pressure pada masing-masing pile pada bagian bawah tanah layer 2
adalah Steel Pipe Pile D700 PD700 = P0* D = 46.86*0.7 = 32.802 kN/m
Mono Pile D1200 PD1200 = P0* D = 46.86*1.2 = 56.232 kN/m
Gambar 40. Lateral Pressure pad tanah aktif padaPile (a) SPP D700 (b) Monopile D1200
Dari hasil hitungan analisis yang dilakukan pada Breasting Dolphin dengan
Monopile dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Desain monopile menggunakan pipa diameter 12000 mm dengan variasi panjang
casing baja didesain casing masuk 2 meter kedalam mudstone, lalu selanjutnya
dibor 16 meter dengan diameter 1200 mm
2. Casing Monopile adalah steel pipe bahan SS 400 dengan diameter 1200 dan
ketebalan 16 mm.
3. Struktur Monopile (steel pipe yang komposit dengan beton bertulang adalah tiang
pancang paling rigit dibandingkan dengan pondasi tiang pancang lainnya (steel
pipe diameter 700 mm).
4. Dengan kondisi disebut dalam item no.3 setiap gaya yang diterima oleh breasting
Dolphin struktur akan diterima oleh monopile dan sisa gaya akan didistribusikan
ke tiang pancang.
5. Dari gaya sandar yang didesain, monopile akan menahan gaya lateral dan gaya
tension. Sisa gaya akan didistribusikan ke kelompok tiang pancang.
Page 43
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 43
SIDE VIEW - A
DOLPHIN BD3
BOTTOM VIEW
6. Dari hasil gaya berthing, gaya tekan akan terkonsentrasi pada baris belakang
dari tiang pancang terutama tiang no.4 dengan gaya tekan mencapai ± 170 tons.
7. Dari hasil gaya mooring, gaya tension akan terkonsentrasi pada baris belakang
dari tiang pancang terutama tiang no.4 dengan gaya tekan mencapai ± 125 tons
Berikut gambar tipikal dari struktur monopile :
Gambar 41. Tipikal desain monopile
Page 44
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 44
5. Pelaksanaan Perkuatan Dolphin dengan menggunakan Monopile5.1.Skema Kerja Pekerjaan Pondasi Dalam Marine Dolphin
Skema kerja dari Alternative Marine Dolphin Structur dengan Sistem
Monopile adalah sebagai berikut :
Gambar 42. Flowchart Pekerjaan Pondasi Marine Dolphin
1.2. Tahap Pekerjaan PersiapanLangkah awal dalam proyek ini adalah melakukan mobilisasi alat, material
dan personel. Mobilisasi yang dilakukan antara lain :
Page 45
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 45
a. Mobilisasi Alat Bor BG 30 dari Sebuku, Kalimantan Selatan ke Site
Separi. Kalimantan Timur beserta peralatan pendukung lainnya seperti
(Genset, mesin Las dll)
b. Mobilisasi mata bor untuk monopile diameter 1200 mm dilengkapi
dengan kelly set untuk menunjang kedalaman rencana dari monopile
dari Workshop Narogong, Tangerang
c. Mobilisasi Barge ASL 27 lengkap yang dilengkapi dengan 4 winch pada
sudutnya untuk mengatur posisi dari barge dari Sungai Lais, Samarinda
Kalimantan Timur,
d. Mobilisasi Hidraulic Vibro kapasitas 12 tonne dilengkapi dengan power
pack.
e. Mobilisasi Besi Beton untuk keperluan penulangan monopile dari
Surabaya,
f. Mobilisasi Concrete Pump, dll
Paralel dengan mobilisasi alat dan bahan yang dibutuhkan, kita melakukan
“mix design” untuk mencapai mutu beton yang ditargetkan yaitu Fc’ 35 Mpa.
Setelah melakukan “trial mix” beberapa kali dengan berbagai merk semen yang
akan dipakai nantinya, didapatkan komposisi yang sesuai dengan target mutu
beton rencana. Tujuan dari mix design ini adalah :
1. Menjamin mutu beton sesuai dengan desain Fc’ 35 MPa
2. Menjamin tercapainya slump pada saat di site 18 ± 2 cm selama 2 jam
untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan pengecoran monopile/
mencegah pipa treamy tidak terjepit di lubang monopile
Gambar 43. Mobilisasi Alat Bor dan Besi Beton Gambar 44. Hasil Test Slamp 2 jam
19 cm
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 45
a. Mobilisasi Alat Bor BG 30 dari Sebuku, Kalimantan Selatan ke Site
Separi. Kalimantan Timur beserta peralatan pendukung lainnya seperti
(Genset, mesin Las dll)
b. Mobilisasi mata bor untuk monopile diameter 1200 mm dilengkapi
dengan kelly set untuk menunjang kedalaman rencana dari monopile
dari Workshop Narogong, Tangerang
c. Mobilisasi Barge ASL 27 lengkap yang dilengkapi dengan 4 winch pada
sudutnya untuk mengatur posisi dari barge dari Sungai Lais, Samarinda
Kalimantan Timur,
d. Mobilisasi Hidraulic Vibro kapasitas 12 tonne dilengkapi dengan power
pack.
e. Mobilisasi Besi Beton untuk keperluan penulangan monopile dari
Surabaya,
f. Mobilisasi Concrete Pump, dll
Paralel dengan mobilisasi alat dan bahan yang dibutuhkan, kita melakukan
“mix design” untuk mencapai mutu beton yang ditargetkan yaitu Fc’ 35 Mpa.
Setelah melakukan “trial mix” beberapa kali dengan berbagai merk semen yang
akan dipakai nantinya, didapatkan komposisi yang sesuai dengan target mutu
beton rencana. Tujuan dari mix design ini adalah :
1. Menjamin mutu beton sesuai dengan desain Fc’ 35 MPa
2. Menjamin tercapainya slump pada saat di site 18 ± 2 cm selama 2 jam
untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan pengecoran monopile/
mencegah pipa treamy tidak terjepit di lubang monopile
Gambar 43. Mobilisasi Alat Bor dan Besi Beton Gambar 44. Hasil Test Slamp 2 jam
19 cm
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 45
a. Mobilisasi Alat Bor BG 30 dari Sebuku, Kalimantan Selatan ke Site
Separi. Kalimantan Timur beserta peralatan pendukung lainnya seperti
(Genset, mesin Las dll)
b. Mobilisasi mata bor untuk monopile diameter 1200 mm dilengkapi
dengan kelly set untuk menunjang kedalaman rencana dari monopile
dari Workshop Narogong, Tangerang
c. Mobilisasi Barge ASL 27 lengkap yang dilengkapi dengan 4 winch pada
sudutnya untuk mengatur posisi dari barge dari Sungai Lais, Samarinda
Kalimantan Timur,
d. Mobilisasi Hidraulic Vibro kapasitas 12 tonne dilengkapi dengan power
pack.
e. Mobilisasi Besi Beton untuk keperluan penulangan monopile dari
Surabaya,
f. Mobilisasi Concrete Pump, dll
Paralel dengan mobilisasi alat dan bahan yang dibutuhkan, kita melakukan
“mix design” untuk mencapai mutu beton yang ditargetkan yaitu Fc’ 35 Mpa.
Setelah melakukan “trial mix” beberapa kali dengan berbagai merk semen yang
akan dipakai nantinya, didapatkan komposisi yang sesuai dengan target mutu
beton rencana. Tujuan dari mix design ini adalah :
1. Menjamin mutu beton sesuai dengan desain Fc’ 35 MPa
2. Menjamin tercapainya slump pada saat di site 18 ± 2 cm selama 2 jam
untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan pengecoran monopile/
mencegah pipa treamy tidak terjepit di lubang monopile
Gambar 43. Mobilisasi Alat Bor dan Besi Beton Gambar 44. Hasil Test Slamp 2 jam
19 cm
Page 46
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 46
Selain itu, mengingat pekerjaan monopile dilakukan ditengah-tengah
pondasi tiang pancang eksisting, maka perlu dilakukan beberapa persiapan
khusus sebelum dilakukan pekerjaan monopile antara lain :
1. Monitoring Pasang Surut Muka Air Sungai, dilakukan selama masa
konstruksi di Jetty dicounter dengan record level muka air tahun lalu pada
waktu yang sama. Record ini diperlukan untuk mengetahui Highest Water
Level (HWL) dan Lowest Water Level (LWL) sehingga kita dapat
memprediksi kapan pengeboran dapat dilaksanakan. Data Water Level
dilakukan juga untuk merencanakan ketinggian Extention Platform (elevasi
minimum sehingga tidak mengenai pipa pancang exsisting).
Grafik 1. Monitoring Muka Air Sungai
2. Membuat Extention platform untuk alat Rig Pengeboran BG 30 agar Alat bor
dapat bekerja diatas tiang pancang exsisting. Extention Platform dilengkapi
dengan alat pengaman turn buckle untuk menjamin alat bor stabil ketika
melakukan penetrasi pengeboran.
Gambar 45. Extention Platform untuk Alat Rig BG 30
LWL = +4.23
HWL = +5.28
MWL = +4.61
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 46
Selain itu, mengingat pekerjaan monopile dilakukan ditengah-tengah
pondasi tiang pancang eksisting, maka perlu dilakukan beberapa persiapan
khusus sebelum dilakukan pekerjaan monopile antara lain :
1. Monitoring Pasang Surut Muka Air Sungai, dilakukan selama masa
konstruksi di Jetty dicounter dengan record level muka air tahun lalu pada
waktu yang sama. Record ini diperlukan untuk mengetahui Highest Water
Level (HWL) dan Lowest Water Level (LWL) sehingga kita dapat
memprediksi kapan pengeboran dapat dilaksanakan. Data Water Level
dilakukan juga untuk merencanakan ketinggian Extention Platform (elevasi
minimum sehingga tidak mengenai pipa pancang exsisting).
Grafik 1. Monitoring Muka Air Sungai
2. Membuat Extention platform untuk alat Rig Pengeboran BG 30 agar Alat bor
dapat bekerja diatas tiang pancang exsisting. Extention Platform dilengkapi
dengan alat pengaman turn buckle untuk menjamin alat bor stabil ketika
melakukan penetrasi pengeboran.
Gambar 45. Extention Platform untuk Alat Rig BG 30
LWL = +4.23
HWL = +5.28
MWL = +4.61
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 46
Selain itu, mengingat pekerjaan monopile dilakukan ditengah-tengah
pondasi tiang pancang eksisting, maka perlu dilakukan beberapa persiapan
khusus sebelum dilakukan pekerjaan monopile antara lain :
1. Monitoring Pasang Surut Muka Air Sungai, dilakukan selama masa
konstruksi di Jetty dicounter dengan record level muka air tahun lalu pada
waktu yang sama. Record ini diperlukan untuk mengetahui Highest Water
Level (HWL) dan Lowest Water Level (LWL) sehingga kita dapat
memprediksi kapan pengeboran dapat dilaksanakan. Data Water Level
dilakukan juga untuk merencanakan ketinggian Extention Platform (elevasi
minimum sehingga tidak mengenai pipa pancang exsisting).
Grafik 1. Monitoring Muka Air Sungai
2. Membuat Extention platform untuk alat Rig Pengeboran BG 30 agar Alat bor
dapat bekerja diatas tiang pancang exsisting. Extention Platform dilengkapi
dengan alat pengaman turn buckle untuk menjamin alat bor stabil ketika
melakukan penetrasi pengeboran.
Gambar 45. Extention Platform untuk Alat Rig BG 30
LWL = +4.23
HWL = +5.28
MWL = +4.61
Page 47
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 47
5.3.Tahap Pelaksanaan Pekerjaan MonopileTahap pelaksanaan Pekerjaan Monopile dapat dijelaskan dalam flowchart
kerja sebagai berikut :
Gambar 46. Flowchart Pekerjaan Monopile
5.3.1.Pemasangan Casing MonopileMaterial casing yang digunakan adalah SS 400, dengan diameter OD
1200mm dengan ketebalan pipa 16 mm. Sebelum pipa dierection menuju
titik yang direncanakan, dilakukan persiapan antara lain :
1. Labelling panjang pipa casing
2. Membuat pile shoes/ gerigi pada ujung pipa casing monopile sehingga
pipa dapat dengan mudah masuk ke dalam tanah.
Panjang casing pipa bervariasi dari 45 m s/d 52 m memiliki berat
maksimum ± 25 tonne. Pipa di install dengan bantuan Crane 100 tonne yang
terdapat dalam Barge Jasa Marine untuk diletakkan pada posisi tengah
dolphin. Untuk menjaga kestabilan dari tiang, dibuat bracing antar kelompok
tiang dari tiang pancang eksisting. Setelah tiang monopile berada pada
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 47
5.3.Tahap Pelaksanaan Pekerjaan MonopileTahap pelaksanaan Pekerjaan Monopile dapat dijelaskan dalam flowchart
kerja sebagai berikut :
Gambar 46. Flowchart Pekerjaan Monopile
5.3.1.Pemasangan Casing MonopileMaterial casing yang digunakan adalah SS 400, dengan diameter OD
1200mm dengan ketebalan pipa 16 mm. Sebelum pipa dierection menuju
titik yang direncanakan, dilakukan persiapan antara lain :
1. Labelling panjang pipa casing
2. Membuat pile shoes/ gerigi pada ujung pipa casing monopile sehingga
pipa dapat dengan mudah masuk ke dalam tanah.
Panjang casing pipa bervariasi dari 45 m s/d 52 m memiliki berat
maksimum ± 25 tonne. Pipa di install dengan bantuan Crane 100 tonne yang
terdapat dalam Barge Jasa Marine untuk diletakkan pada posisi tengah
dolphin. Untuk menjaga kestabilan dari tiang, dibuat bracing antar kelompok
tiang dari tiang pancang eksisting. Setelah tiang monopile berada pada
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 47
5.3.Tahap Pelaksanaan Pekerjaan MonopileTahap pelaksanaan Pekerjaan Monopile dapat dijelaskan dalam flowchart
kerja sebagai berikut :
Gambar 46. Flowchart Pekerjaan Monopile
5.3.1.Pemasangan Casing MonopileMaterial casing yang digunakan adalah SS 400, dengan diameter OD
1200mm dengan ketebalan pipa 16 mm. Sebelum pipa dierection menuju
titik yang direncanakan, dilakukan persiapan antara lain :
1. Labelling panjang pipa casing
2. Membuat pile shoes/ gerigi pada ujung pipa casing monopile sehingga
pipa dapat dengan mudah masuk ke dalam tanah.
Panjang casing pipa bervariasi dari 45 m s/d 52 m memiliki berat
maksimum ± 25 tonne. Pipa di install dengan bantuan Crane 100 tonne yang
terdapat dalam Barge Jasa Marine untuk diletakkan pada posisi tengah
dolphin. Untuk menjaga kestabilan dari tiang, dibuat bracing antar kelompok
tiang dari tiang pancang eksisting. Setelah tiang monopile berada pada
Page 48
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 48
posisinya tiang ditekan dengan sistem getar menggunakan vibro hammer
hingga elevasi desain cut off pile dari monopile (elv. +6.00)
Berikut visualisasi instalasi casing monopile :
Gambar 47. Instalasi Pipa Casing Monopile diameter OD 1200 mm
5.3.2.Pengeboran Lubang MonopileSetelah pipa casing mencapai elevasi cut of level (+6.00m ), maka
segera dilakukan pengeboran oleh alat rig BG 30. Pengeboran dilakukan
pada saat Air Pasang (antara HWL ±5.28 m hingga MWL ±4.61 m) sehingga
extention platform lebih tinggi dari pipa pancang eksisting.
Pada saat pengeboran berlangsung, kontraktor melakukan monitoring
dan pengambilan sampel pengeboran. Pengambilan sampel diperlukan
sebagai controlling apabila terjadi penyimpangan lapisan tanah dari hasil
penyelidikan tanah. Secara garis besar, drilling monopile harus masuk 12
meter kedalam hard layer (lapisan claystone, N SPT > 50). Untuk mencegah
longsor pada dinding lubang bor maka dilakukan pengisian material air,
sehingga longsor pada dinding lubang bor tidak terjadi.
Berikut contoh hasil monitoring pengeboran monopile :
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 48
posisinya tiang ditekan dengan sistem getar menggunakan vibro hammer
hingga elevasi desain cut off pile dari monopile (elv. +6.00)
Berikut visualisasi instalasi casing monopile :
Gambar 47. Instalasi Pipa Casing Monopile diameter OD 1200 mm
5.3.2.Pengeboran Lubang MonopileSetelah pipa casing mencapai elevasi cut of level (+6.00m ), maka
segera dilakukan pengeboran oleh alat rig BG 30. Pengeboran dilakukan
pada saat Air Pasang (antara HWL ±5.28 m hingga MWL ±4.61 m) sehingga
extention platform lebih tinggi dari pipa pancang eksisting.
Pada saat pengeboran berlangsung, kontraktor melakukan monitoring
dan pengambilan sampel pengeboran. Pengambilan sampel diperlukan
sebagai controlling apabila terjadi penyimpangan lapisan tanah dari hasil
penyelidikan tanah. Secara garis besar, drilling monopile harus masuk 12
meter kedalam hard layer (lapisan claystone, N SPT > 50). Untuk mencegah
longsor pada dinding lubang bor maka dilakukan pengisian material air,
sehingga longsor pada dinding lubang bor tidak terjadi.
Berikut contoh hasil monitoring pengeboran monopile :
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 48
posisinya tiang ditekan dengan sistem getar menggunakan vibro hammer
hingga elevasi desain cut off pile dari monopile (elv. +6.00)
Berikut visualisasi instalasi casing monopile :
Gambar 47. Instalasi Pipa Casing Monopile diameter OD 1200 mm
5.3.2.Pengeboran Lubang MonopileSetelah pipa casing mencapai elevasi cut of level (+6.00m ), maka
segera dilakukan pengeboran oleh alat rig BG 30. Pengeboran dilakukan
pada saat Air Pasang (antara HWL ±5.28 m hingga MWL ±4.61 m) sehingga
extention platform lebih tinggi dari pipa pancang eksisting.
Pada saat pengeboran berlangsung, kontraktor melakukan monitoring
dan pengambilan sampel pengeboran. Pengambilan sampel diperlukan
sebagai controlling apabila terjadi penyimpangan lapisan tanah dari hasil
penyelidikan tanah. Secara garis besar, drilling monopile harus masuk 12
meter kedalam hard layer (lapisan claystone, N SPT > 50). Untuk mencegah
longsor pada dinding lubang bor maka dilakukan pengisian material air,
sehingga longsor pada dinding lubang bor tidak terjadi.
Berikut contoh hasil monitoring pengeboran monopile :
Page 49
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 49
Gambar 48. Drilling Record
Visualisasi Proses Pengeboran Monopile :
Gambar 49. Pengeboran Monopile dia. OD 1200 mm
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 49
Gambar 48. Drilling Record
Visualisasi Proses Pengeboran Monopile :
Gambar 49. Pengeboran Monopile dia. OD 1200 mm
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 49
Gambar 48. Drilling Record
Visualisasi Proses Pengeboran Monopile :
Gambar 49. Pengeboran Monopile dia. OD 1200 mm
Page 50
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 50
5.3.3. Instalasi Besi dan Pengecoran MonopileSetelah “casing” tertanam dan pengeboran selesai dilakukan maka
langkah selanjutnya adalah pemasangan tulangan. Sebelum tulangan
dipasang harus lulus inspeksi bersama dengan pemberi pekerjaan.
Pemasangan pembesian dengan menggunakan alat angkat Crane `100
ton yang berada dalam crane barge Jasa Marine. Panjang pembesian
dan penyambungan pembesian dilakukan sesuai dengan kedalaman
pengeboran monopile Untuk penyambungan pembesian monopile
dilakukan dengan ketentuan panjang besi yang lebih pendek diletakkan
pada bagian yang lebih di bawah.
Setelah besi terpasang dilakukan pemasangan pipa “tremie” untuk
mengalirkan beton ke dasar lubang monopile. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengecoran monopile antara lain :
Pengecoran harus dengan “slump “ tinggi 180 mm + 20 mm,
karena pengecoran monopile dengan sistem pemadatan sendiri oleh
beton tanpa bantuan alat “vibrator” dari luar.
Selalu dilakukan “slump test” dan ambil sample beton untuk diuji
kuat tekannya.
Pengecoran harus dilakukan secara terus menerus , tidak boleh
terputus.
Pengecoran dengan pipa “tremie” dimulai dari bawah ke atas
sampai meluap ke atas dan bagian beton yang tercampur dengan
air tanah dan kotoran terbuang dari lubang monopile
Berikut visualisasi Pemasangan Besi dan pengecoran monopile :
Gambar 50. Instalasi Besi dan Pengecoran Monopile
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 50
5.3.3. Instalasi Besi dan Pengecoran MonopileSetelah “casing” tertanam dan pengeboran selesai dilakukan maka
langkah selanjutnya adalah pemasangan tulangan. Sebelum tulangan
dipasang harus lulus inspeksi bersama dengan pemberi pekerjaan.
Pemasangan pembesian dengan menggunakan alat angkat Crane `100
ton yang berada dalam crane barge Jasa Marine. Panjang pembesian
dan penyambungan pembesian dilakukan sesuai dengan kedalaman
pengeboran monopile Untuk penyambungan pembesian monopile
dilakukan dengan ketentuan panjang besi yang lebih pendek diletakkan
pada bagian yang lebih di bawah.
Setelah besi terpasang dilakukan pemasangan pipa “tremie” untuk
mengalirkan beton ke dasar lubang monopile. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengecoran monopile antara lain :
Pengecoran harus dengan “slump “ tinggi 180 mm + 20 mm,
karena pengecoran monopile dengan sistem pemadatan sendiri oleh
beton tanpa bantuan alat “vibrator” dari luar.
Selalu dilakukan “slump test” dan ambil sample beton untuk diuji
kuat tekannya.
Pengecoran harus dilakukan secara terus menerus , tidak boleh
terputus.
Pengecoran dengan pipa “tremie” dimulai dari bawah ke atas
sampai meluap ke atas dan bagian beton yang tercampur dengan
air tanah dan kotoran terbuang dari lubang monopile
Berikut visualisasi Pemasangan Besi dan pengecoran monopile :
Gambar 50. Instalasi Besi dan Pengecoran Monopile
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 50
5.3.3. Instalasi Besi dan Pengecoran MonopileSetelah “casing” tertanam dan pengeboran selesai dilakukan maka
langkah selanjutnya adalah pemasangan tulangan. Sebelum tulangan
dipasang harus lulus inspeksi bersama dengan pemberi pekerjaan.
Pemasangan pembesian dengan menggunakan alat angkat Crane `100
ton yang berada dalam crane barge Jasa Marine. Panjang pembesian
dan penyambungan pembesian dilakukan sesuai dengan kedalaman
pengeboran monopile Untuk penyambungan pembesian monopile
dilakukan dengan ketentuan panjang besi yang lebih pendek diletakkan
pada bagian yang lebih di bawah.
Setelah besi terpasang dilakukan pemasangan pipa “tremie” untuk
mengalirkan beton ke dasar lubang monopile. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengecoran monopile antara lain :
Pengecoran harus dengan “slump “ tinggi 180 mm + 20 mm,
karena pengecoran monopile dengan sistem pemadatan sendiri oleh
beton tanpa bantuan alat “vibrator” dari luar.
Selalu dilakukan “slump test” dan ambil sample beton untuk diuji
kuat tekannya.
Pengecoran harus dilakukan secara terus menerus , tidak boleh
terputus.
Pengecoran dengan pipa “tremie” dimulai dari bawah ke atas
sampai meluap ke atas dan bagian beton yang tercampur dengan
air tanah dan kotoran terbuang dari lubang monopile
Berikut visualisasi Pemasangan Besi dan pengecoran monopile :
Gambar 50. Instalasi Besi dan Pengecoran Monopile
Page 51
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 51
5.3.4. Pekerjaan Pile Cap DolphinSetelah selesai pekerjaan pengecoran pondasi, maka dilakukan instalasi
pembesian pilecap dolphin berikut instalasi Fender. Fender yang digunakan
di Jetty ini adalah SHIBATA Super Circle Fender 900H FC25 dengan
kemampuan mengabsorb energy sebesar 303 kNm. Hal-hal yang
diperhatikan dalam pekerjaan Pilecap Dolphin ini antara lain :
Pekerjaan Pilecap Dolphin dilakukan di area yang mengalami pasang
surut. Oleh karena itu, berpegang pada record pasang surut Water
Level kita dapat menentukan kapan pekerjaan dapat dimulai,
khususnya pengecoran.
Pemasangan Fender harus dilakukan seakurat mungkin. Dengan
bantuan surveyor, kontraktor harus memastikan posisi fender 1
line/sejajar sehingga ponton sebaran daya tekan ponton merata di
seluruh dolphin.
5.3.5. Kontrol Kualitas Monopile pada Marine DolphinDalam proses pelaksanaan pekerjaan monopile terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan agar kualitas struktur dan kapasitas dukung
monopile sesuai dengan desain. Hal-hal yang diperhatikan antara lain :
1. Monitoring pengeboran monopile baik secara visual maupun dengan
menggunakan alat bantu bandul, untuk dilakukan pengecekan
kedalaman hingga sesuai kedalaman rencana. Pastikan lubang tidak
mengalami colaps atau rubuh. Jika terindikasi ada keruntuhan,
dilakukan cleaning ulang dan pengisian air untuk stabilisasi dinding
pengeboran.
2. Monitoring vertikalitas casing secara manual menggunakan
waterpass atau dapat dilakukan dengan Alat Bor BG 30. Vertikalitas
monopile harus terjaga agar tidak timbul eksentrisitas momen akibat
kemiringan dari tiang monopile.
3. Monitoring pengecoran, pastikan pemotongan sambungan pipa
tremy berada pada posisi beton baik dan didapatkan beton yang
tercampur air dan lumpur berada paling atas/terbuang.
Page 52
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 52
4. Trial mix harus dapat memberikan kepastian mutu beton sesuai
dengan rencana. Selain itu, beton harus memiliki workability yang
tinggi. Untuk pekerjaan monopile beton harus memiliki slump 180
mm ± 20 mm.
5. Pemasangan fender harus presisi satu line sehingga ponton dapat
bersandar tepat di seluruh dolphin sehingga sebaran beban dari
ponton dapat diserap oleh seluruh dolphin.
5.3.6. Time SchedullingSchedule pelaksanaan pekerjaan monopile tergolong sangat cepat. 6
buah tiang monopile dengan panjang tiang monopile 47 -52 meter dapat
diselesaikan dalam waktu 1 bulan dengan waktu kerja 24 jam. Beberapa
faktor yang membuat monopile efisien dalam waktu antara lain :
Jumlah tiang 1 buah/dolphin lebih sedikit dibandingkan dengan
kelompok tiang pancang,
Tidak membutuhkan sequence pemancangan seperti kita temui di
kelompok tiang pancang.
6. Sistem SafetySebagai perusahaan yang telah memiliki standar Safety OHSAS 18001 :
1999 Health and Safety Managemen System maka Proyek dituntut menerapkan
Sistem Manajemen Safety di lingkungan kerja proyek. Aspek kesehatan dan
keselamatan kerja merupakan tanggung jawab bersama antara seluruh anggota
tim proyek, mandor, pekerja, dan semua pihak yang terlibat dalam Proyek Jetty
dan Conveyor Jembayan. Komitmen untuk mengutamakan penerapan HSE
Manajemen Plan di lingkungan proyek tertuang dalam HSE Plan yang disubmit
resmi ke owner dengan goal antara lain “No accidents, no harm to people, andno damage to the environment.” Secara garis besar Sistem Manajemen
Safety ditunjukkan dalam bagan sebagai berikut :
Page 53
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 53
Gambar 51. Sistem Manajemen Safety di Proyek
Untuk melaksanakan kebijakan di atas di buatlah HSE plan yang berisi
program kerja, standar dari kontraktor dan mengadopsi standar dari pemilik
proyek yang berlaku pada areal tersebut. Untuk melaksanakan program tersebut
di bagi menjadi kegiatan harian, mingguan, bulanan dan saat tertentu sebagai
berikut:
Harian Mingguan Bulanan Saat Tertentu
Tool Box Meeting General Tool Box
Meeting
HSE Monthly
Meeting
Internal
Internal Induction
Client Induction
Work Permit
Excavation Permit
Hot work Permit
HSE Weekly
Meeting
HSE Monthly
Report
Internal PP
Training
Internal Training
External Training
Inspection &
Monitoring
Proper PPE
Hazard Area
House keeping &
Environment
Management
Walk through
Color Coding for
Equipment
Drill
Fire Drill
Responder Team
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 53
Gambar 51. Sistem Manajemen Safety di Proyek
Untuk melaksanakan kebijakan di atas di buatlah HSE plan yang berisi
program kerja, standar dari kontraktor dan mengadopsi standar dari pemilik
proyek yang berlaku pada areal tersebut. Untuk melaksanakan program tersebut
di bagi menjadi kegiatan harian, mingguan, bulanan dan saat tertentu sebagai
berikut:
Harian Mingguan Bulanan Saat Tertentu
Tool Box Meeting General Tool Box
Meeting
HSE Monthly
Meeting
Internal
Internal Induction
Client Induction
Work Permit
Excavation Permit
Hot work Permit
HSE Weekly
Meeting
HSE Monthly
Report
Internal PP
Training
Internal Training
External Training
Inspection &
Monitoring
Proper PPE
Hazard Area
House keeping &
Environment
Management
Walk through
Color Coding for
Equipment
Drill
Fire Drill
Responder Team
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 53
Gambar 51. Sistem Manajemen Safety di Proyek
Untuk melaksanakan kebijakan di atas di buatlah HSE plan yang berisi
program kerja, standar dari kontraktor dan mengadopsi standar dari pemilik
proyek yang berlaku pada areal tersebut. Untuk melaksanakan program tersebut
di bagi menjadi kegiatan harian, mingguan, bulanan dan saat tertentu sebagai
berikut:
Harian Mingguan Bulanan Saat Tertentu
Tool Box Meeting General Tool Box
Meeting
HSE Monthly
Meeting
Internal
Internal Induction
Client Induction
Work Permit
Excavation Permit
Hot work Permit
HSE Weekly
Meeting
HSE Monthly
Report
Internal PP
Training
Internal Training
External Training
Inspection &
Monitoring
Proper PPE
Hazard Area
House keeping &
Environment
Management
Walk through
Color Coding for
Equipment
Drill
Fire Drill
Responder Team
Page 54
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 54
Check Tagging and
Coding
Scaffold tag
Body Hardness code
Equipment Code
Scaffold Report Color Coding for
Hardness
Audit
Job Safety analysis
for specific Job
Electrical
Temporary Panel
Inspection
Equipment Color
coding (3 month)
Setiap personel yang ada di lapangan mempunyai penilaian tersendiri
terhadap HSE yang lebih dikenal dengan “Key performance indicator” untuk HSE.
Setiap personel yang tidak memenuhi ini akan mendapatkan sanksi. Berikut
adalah key performance indicator yang diterapkan pada proyek ini.
Managers and General Superintendent Levels
• Weekly HSE Meeting 4x/bulan
• HSE Committee Meeting 1x/bulan
• HSE Inspection 4x/bulan
• Monthly General Meeting 1x/bulan
• Site Construction HSE Audit 1x/3 bulan
• Weekly tool box meeting 3x /bulan
Superintendents, Inspectors and HSE Officers
• Weekly HSE Meeting 4x/Bulan
• HSE Inspection 4x/Bulan
• Monthly General Meeting 1x/Bulan
• Weekly tool box meeting 3x /bulan
Foreman - Employee
• Monthly General Meeting 1x/Bulan
• Weekly tool box meeting 4x /bulan
Target dan sasaran dari HSE yang akan dicapai diuraikan dengan jelas
dan ditekankan pada setiap kesempatan untuk menjadi tujuan bersama antara
lain :
Page 55
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 55
Tidak terjadi kecelakaan fatal selama pelaksanaan proyek.
Mencapai 250.000 jam kerja tanpa kecelakaan berarti.
Tidak sampai mendapat teguran, larangan yang berkaitan terhadap “safety” dan
lingkungan oleh pihak berwenang.
Tidak mendapat teguran ketidak sesuain terhadap prosedur yang berlaku olah
pemberi pekerjaan.
Kerusakan terhadap alat, material proyek tidak boleh lebih dari 1% dari nilai
proyek.
Berikut visualisasi pelaksanaan program safety yang dilaksanakan dilaksanakan di
lapangan:
1. Internal induction
2. Tool box meeting harian pada crew pekerjaan Monopile
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 55
Tidak terjadi kecelakaan fatal selama pelaksanaan proyek.
Mencapai 250.000 jam kerja tanpa kecelakaan berarti.
Tidak sampai mendapat teguran, larangan yang berkaitan terhadap “safety” dan
lingkungan oleh pihak berwenang.
Tidak mendapat teguran ketidak sesuain terhadap prosedur yang berlaku olah
pemberi pekerjaan.
Kerusakan terhadap alat, material proyek tidak boleh lebih dari 1% dari nilai
proyek.
Berikut visualisasi pelaksanaan program safety yang dilaksanakan dilaksanakan di
lapangan:
1. Internal induction
2. Tool box meeting harian pada crew pekerjaan Monopile
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 55
Tidak terjadi kecelakaan fatal selama pelaksanaan proyek.
Mencapai 250.000 jam kerja tanpa kecelakaan berarti.
Tidak sampai mendapat teguran, larangan yang berkaitan terhadap “safety” dan
lingkungan oleh pihak berwenang.
Tidak mendapat teguran ketidak sesuain terhadap prosedur yang berlaku olah
pemberi pekerjaan.
Kerusakan terhadap alat, material proyek tidak boleh lebih dari 1% dari nilai
proyek.
Berikut visualisasi pelaksanaan program safety yang dilaksanakan dilaksanakan di
lapangan:
1. Internal induction
2. Tool box meeting harian pada crew pekerjaan Monopile
Page 56
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 56
3. General Tool box meeting mingguan
4. Fire fighting training (drill)
5. Penerapan Color Coding pada peralatan.
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 56
3. General Tool box meeting mingguan
4. Fire fighting training (drill)
5. Penerapan Color Coding pada peralatan.
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 56
3. General Tool box meeting mingguan
4. Fire fighting training (drill)
5. Penerapan Color Coding pada peralatan.
Page 57
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 57
6. Pemberian reward dan funishment secara konsisten
7. Setiap pelaksanaan kegiatan selalu di buatkan Job Safety analisys untuk
mengetahui potensi bahaya dan tindakan pencegahannya
Dengan adanya konsistensi dari anggota tim proyek, mandor, pekerja maka
goal proyek High performance HSE tercapai. Hal ini tercermin dari penghargaan
yang diterima oleh proyek Jetty dan Conveyor Jembayan.
Gambar 21. Penghargaan Pihak Owner PT JMB kepada Tim Proyek
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 57
6. Pemberian reward dan funishment secara konsisten
7. Setiap pelaksanaan kegiatan selalu di buatkan Job Safety analisys untuk
mengetahui potensi bahaya dan tindakan pencegahannya
Dengan adanya konsistensi dari anggota tim proyek, mandor, pekerja maka
goal proyek High performance HSE tercapai. Hal ini tercermin dari penghargaan
yang diterima oleh proyek Jetty dan Conveyor Jembayan.
Gambar 21. Penghargaan Pihak Owner PT JMB kepada Tim Proyek
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 57
6. Pemberian reward dan funishment secara konsisten
7. Setiap pelaksanaan kegiatan selalu di buatkan Job Safety analisys untuk
mengetahui potensi bahaya dan tindakan pencegahannya
Dengan adanya konsistensi dari anggota tim proyek, mandor, pekerja maka
goal proyek High performance HSE tercapai. Hal ini tercermin dari penghargaan
yang diterima oleh proyek Jetty dan Conveyor Jembayan.
Gambar 21. Penghargaan Pihak Owner PT JMB kepada Tim Proyek
Page 58
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 58
7. Visualisasi Hasil Pekerjaan
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 58
7. Visualisasi Hasil Pekerjaan
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 58
7. Visualisasi Hasil Pekerjaan
Page 59
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 59
UNSUR PENILAIAN1. Ide Dasar : Mengatasi kondisi tanah lunak pada bagian atas dan langsung sangat
keras pada lapisan berikutnya pada medan yang miring dengan bore pile.
2. Karya Konstruksi Yang diciptakan :
Konstruksi Pondasi Monopile yaitu satu buah pondasi berdiameter besar berisi
beton bertulang yang mampu menahan beban lateral dan beban aksial maupun
momen dalam satu tiang. Penerapan sistem pondasi monopile dapat
diaplikasikan pada struktur dolphin Jetty maupun sistem struktur yang lain.
3. Aspek Inovasi :Struktur ini baru pertama kali diterapkan pada struktur Marine Dolphin di
Indonesia. Penggunaan satu tiang berukuran besar sebagai tiang pondasi yaitu
sistem monopile mampu menggantikan sistem kelompok tiang pancang yang
selama ini diterapkan. Dengan sistem ini kita dapat memastikan pondasi dapat
‘mengakar’ hingga kedalaman rencana, sehingga kapasitas dukung tiang pondasi
dapat terpenuhi.
Selain itu, pondasi dengan sistem monopile lebih efisien dalam hal waktu
pelaksanaan maupun dalam hal biaya pengerjaan.
4. Aspek Inspirasi :Proyek Jetty dan Conveyor Jembayan dengan menggunakan pondasi Monopile
untuk struktur Marine Dolphinnya menginspirasi untuk dibangunnya struktur Jetty
yang lebih sederhana/ dolphin hanya ditopang satu tiang namun memiliki mutu
kekuatan yang baik.
Sebagai salah satu referensi menyelesaian struktur bawah dermaga maupun
lainnya dengan karekteristik tanah keras dan medan yang miring.
5. Fungsi dan ManfaatFungsi : Menggantikan sistem kelompok tiang pancang menjadi struktur
pondasi yang lebih simpel/ satu tiang namun memiliki kekuatan
aksial, lateral maupun momen yang sama.
Manfaat :1. Menghasilkan Struktur Pondasi yang kokoh namun simpel karna
hanya terdiri dari satu tiang borepile berukuran besar
2. Waktu pelaksanaan pekerjaan lebih cepat dalampenyelesaian
pekerjaan pondasi serta memiliki biaya yang lebih efisien
Page 60
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 60
6. Aspek K3 Konstruksi.Penerapan Sistem Manajemen Safety dapat dilaksanakan dengan baik dan
konsisten, baik dari segi Identifikasi, Planning, Monitoring, Pencapaian target,
Monitoring dan Evaluasi. Hasilnya Proyek Jetty dan Conveyor Jembayan
memperoleh penghargaan sampai pekerjaan selesai tanpa lost time injury dan
tercapainya goal dalam safety plan yaitu “No accidents, no harm to people, andno damage to the environment.”
Demikian informasi yang kami ajukan untuk Penghargaan Konstruksi Indonesia
tahun 2012 ini disampaikan dengan sebenar-benarnya.
Jakarta, 15 Oktober 2012
Ir. Betty Ariana, MTCorporate Secretary
Page 61
Alternatif Marine Dolphin Struktur Dengan Sistem Monopile
PT PP (Persero) Tbk. | 61
LAMPIRAN FOTOKOPI KTP